Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

109
Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014i Di Kabupaten Belitung KATA PENGANTAR Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu merupakan indikasi kehidupan demokrasi suatu negara yang meliputi daerah-daerah, tak terkecuali di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu Pemilu juga menggambarkan peta kehidupan sosial budaya, dan ekonomi masyarakat di suatu daerah. Sebagai salah satu sarana demokrasi, Pemilu menunjukkan kualitas kehidupan demokrasi dalam memilih wakil rakyat dan pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Parameter kehidupan demokrasi suatu negara bukan hanya dilihat dari bagaimana Pemilu diselenggarakan, tetapi juga dilihat dari bagaimana masyarakat ambil bagian dalam proses Pemilu tersebut. Sebuah daerah tentunya memiliki karakteristik pemilih yang berbeda-beda, sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih jauh. Demikian juga halnya dengan karakteristik pemilih di Kabupaten Belitung, baik yang bermukim di wilayah perkotaan maupun yang bermukim di wilayah pedesaan atau wilayah pesisir. Ada faktor pendorong dan faktor penghambat yang akan membuat penyelenggaraan Pemilu di wilayah tersebut menjadi berkualitas. Dalam hal ini masyarakat akan menjadi sasaran dari mobilisasi kepentingan-kepentingan tertentu. Menguatnya faktor pendorong ini akan menghasilkan partisipasi politik yang tinggi, sementara faktor penghambat akan menyebabkan rendahnya partisipasi politik. Sudah pasti banyak alasan yang membuat masyarakat di perkotaan dan di pedesaan atau wilayah pesisir Kabupaten Belitung ini melek politik (political literacy). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yakni peneliti mencoba mendeskripsikan fenomena partisipasi politik di wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan atau wilayah pesisir Kabupaten Belitung. Berdasarkan data kualitatif yang dideskripsikan, diketahui bagaimana faktor pendorong dan faktor penghambat yang membuat warga melek politik. Sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan dengan penerapan strategi dan kebijakan. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian riset ini. Tanjungpandan, 14 Agustus 2015 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BELITUNG KETUA, SONI KURNIAWAN, SH

Transcript of Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Page 1: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014iDi Kabupaten Belitung

KATA PENGANTAR

Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu merupakan indikasikehidupan demokrasi suatu negara yang meliputi daerah-daerah, tak terkecuali diProvinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu Pemilu juga menggambarkanpeta kehidupan sosial budaya, dan ekonomi masyarakat di suatu daerah. Sebagaisalah satu sarana demokrasi, Pemilu menunjukkan kualitas kehidupan demokrasidalam memilih wakil rakyat dan pemimpin yang bertanggung jawab terhadapkesejahteraan rakyat. Parameter kehidupan demokrasi suatu negara bukan hanyadilihat dari bagaimana Pemilu diselenggarakan, tetapi juga dilihat dari bagaimanamasyarakat ambil bagian dalam proses Pemilu tersebut.

Sebuah daerah tentunya memiliki karakteristik pemilih yang berbeda-beda,sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih jauh. Demikian juga halnya dengankarakteristik pemilih di Kabupaten Belitung, baik yang bermukim di wilayahperkotaan maupun yang bermukim di wilayah pedesaan atau wilayah pesisir. Adafaktor pendorong dan faktor penghambat yang akan membuat penyelenggaraanPemilu di wilayah tersebut menjadi berkualitas. Dalam hal ini masyarakat akanmenjadi sasaran dari mobilisasi kepentingan-kepentingan tertentu. Menguatnyafaktor pendorong ini akan menghasilkan partisipasi politik yang tinggi, sementarafaktor penghambat akan menyebabkan rendahnya partisipasi politik. Sudah pastibanyak alasan yang membuat masyarakat di perkotaan dan di pedesaan atauwilayah pesisir Kabupaten Belitung ini melek politik (political literacy).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatifyang bersifat deskriptif, yakni peneliti mencoba mendeskripsikan fenomenapartisipasi politik di wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan atau wilayah pesisirKabupaten Belitung. Berdasarkan data kualitatif yang dideskripsikan, diketahuibagaimana faktor pendorong dan faktor penghambat yang membuat warga melekpolitik. Sehingga dapat dilakukan upaya peningkatan dengan penerapan strategidan kebijakan.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepadasemua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian riset ini.

Tanjungpandan, 14 Agustus 2015KOMISI PEMILIHAN UMUM

KABUPATEN BELITUNGKETUA,

SONI KURNIAWAN, SH

Page 2: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014iiDi Kabupaten Belitung

LAPORAN RISET

DENGAN TEMATINGKAT MELEK POLITIK WARGA

DALAMPEMILU 2014DI KABUPATEN BELITUNG

PENULIS :Fithrorozi, S.Kom,ME

ENUMERATOR :HendraWiryansyah,S.PdRakhmat Prayogi,SKM

KELOMPOK KERJA :Yudi Ariyanto,S.IKom

IlhamArifin,S.IPNazuri,S.IP

Soni Kurniawan,SHAgus Sumardi,SE

Muliadi,S.IPRezeki Aris MunazarZuhri Wahyudi, AMd

EDITOR :Galih Prawira,ST

DESAIN COVER :Pebriyandi

Page 3: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014iiiDi Kabupaten Belitung

ABSTRAKSI

Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu merupakan indikasikehidupandemokrasi suatu daerah, tak terkecuali di Provinsi Kepulauan BangkaBelitung. Selain itu Pemilu juga menggambarkan peta kehidupan sosial budaya,dan ekonomi masyarakat di suatu daerah. Sebagai salah satu sarana demokrasi,Pemilu menunjukkan kualitas kehidupan demokrasi dalam memilih wakil rakyatdan pemimpin yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat.

Sebuah daerah tentunya memiliki karakteristik pemilih yang berbeda-beda,sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih jauh. Demikian juga halnya dengankarakteristik pemilih di Kabupaten Belitung, baik yang bermukim di wilayahperkotaan maupun yang bermukim di wilayah pedesaan atau wilayah pesisir. Adafaktor pendorong dan faktor penghambat yang akan membuat penyelenggaraanPemilu di wilayah tersebut menjadi berkualitas. Dalam hal ini masyarakat akanmenjadi sasaran dari mobilisasi kepentingan-kepentingantertentu.Menguatnyafaktor pendorong ini akan menghasilkan partisipasi politik yang tinggi, sementaramenguatnyafaktor penghambat akan menyebabkan rendahnya partisipasi politik.

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti, adalah penelitian kualitatif yangbersifat deskriptif, yaitu peneliti mencoba mendeskripsikan suatu objek ataufenomena dalam kata-kata yang naratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuisejauh mana faktorpendorong dan faktorpenghambat dalam partisipasi politikmasyarakat di wilayah pesisirKabupaten Belitung pada Pemilu 2014.

Hasil penelitian menunjukkantentang bagaimana bentuk-bentuk partisipasi politikpemilih di wilayah pesisirKabupaten Belitung pada Pemilu 2014. Pertama, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik. Kedua, strategi dan kebijakan apasaja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan ataumelek politik warga di wilayah pesisir. Untuk menganalisis temuan terhadapfenomena partisipasi politik pemilih di Kabupaten Belitung dalam PemiluLegislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2014.

Teori yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data mengenai masalahpartisipasi politik pemilih di wilayah pesisir Kabupaten Belitung, adalah teori dariMilbrath yang menyatakan partisipasi politik seseorang dapat dipengaruhi olehdua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat.

Kata Kunci : Faktor Pendorong, Faktor Penghambat, Wilayah Pesisir

Page 4: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014ivDi Kabupaten Belitung

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Responden.............................................................................................30

Tabel 3.1.Penyebaran Pulau dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan di

Kabupaten Belitung…...........................................................................35

Tabel 3.2.Jumlah Desa,Dusun,RT, RW dan TPS MenurutKecamatan di

Kabupaten Belitung Tahun 2014….....................................................36

Tabel3.3. Pemeluk Agama di Kabupaten Belitung Tahun 2013-2014.................38

Tabel3.4. Perkembangan Penduduk Rawan Sosial Kabupaten BelitungTahun

2012-2014…………………………...…………………………...........41

Tabel 3.5. Perkembangan Penduduk Cacat di Kabupaten Belitung Tahun 2013-

2014.......................................................................................................42

Tabel 3.6. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Belitung Tahun

2007.......................................................................................................43

Tabel 3.7.Jumlah Sekolah dan Guru di Kabupaten Belitung Tahun 2012-

2014.......................................................................................................46

Tabel4.1. Partisipasi Politik dan Distribusi Pemilih Laki-laki dan Perempuan

Pada Pileg 2014 Menurut KecamatandiKabupatenBelitung…..…….51

Tabel 4.2. Partisipasi Politik dan Distribusi Pemilih Laki-laki dan Perempuan

Pada Pilpres 2014 Menurut KecamatandiKabupatenBelitung…..…..52

Page 5: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014vDi Kabupaten Belitung

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian..……………...……………………27

Gambar 3.1. Piramida Pemilih Yang Terdaftar Pada DPT Pemilu Presiden Tahun

2014 di Kabupaten Belitung..............................................................49

Gambar4.1.PartisipasiPolitikPeriode 2008-2013...............................................65

Gambar 4.2.Grafik Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Belitung Pada

Tahun 2005 dan 2008........................................................................73

Page 6: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014viDi Kabupaten Belitung

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... iLaporan Riset, Tema dan Susunan Tim………...……………………………...iiAbstraksi................................................................................................................iiiDaftar Tabel..........................................................................................................ivDaftar Gambar.......................................................................................................vDaftar Isi................................................................................................................vi

BAB I :PENDAHULUAN....................................................................................1A. Latar Belakang….....................................................................................1B. Rumusan Masalah...................................................................................3C. Tujuan Penelitian.....................................................................................3D. Manfaat Penelitian...................................................................................4E. Tinjauan Pustaka.....................................................................................5F. Kerangka Pemikiran..............................................................................27

BAB II:METODEPENELITIAN.....................................................................28A. Jenis Penelitian…..................................................................................28B. Sumber Informasi..................................................................................30C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................31D. Teknik Analisis Data.............................................................................33

BAB III: LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN..........................................35A. Aspek Geografis…................................................................................35B. Aspek Sosial Budaya.............................................................................37C. Aspek Kesejahteraan Masyarakat..........................................................38D. Aspek Sumberdaya Manusia.................................................................42E. Aspek Kehidupan Demokrasi................................................................47

BAB IV :PEMBAHASAN..................................................................................50A. Temuan-Temuan....................................................................................50B. Analisis Temuan....................................................................................56

BAB V: PENUTUP….........................................................................................95C. Kesimpulan............................................................................................95D. Rekomendasi.........................................................................................98

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................100

Page 7: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 1Di Kabupaten Belitung

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Merangkai asa demi memenuhi kebutuhan hidup masyarakat,

menuntut kita untuk selalu sadar bahwa negara ini dibangun dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat. Sehingga untuk mewujudkan asa hidup bernegara dan

bermasyarakat yang lebih baik, membutuhkan hubungan yang kuat antara

pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan, dan masyarakat yang

ditempatkan sebagai subjek dari pembangunan itu sendiri. Dalam kehidupan

berdemokrasi, Pemilihan Umum atau selanjutnya disebut Pemilu, menjadi

instrumen untuk mewujudkan asa terhadap masa depan yang lebih baik.

Dengan pemilu diharapkan negara dan warga negara menjalankan kewajiban

agar hak-hak ekonomi, dan hak-hak politik dapat terjamin.

Dengan Pemilu juga diungkap kondisi sosial dan ekonomi

masyarakat, atribut-atribut data yang melekat pada individu pemilih, daerah

pemilihan memberikan gambaran yang lebih luas kondisi sosial, ekonomi dan

budaya. Untuk itu data tidak saja berguna untuk analisis politik, tetapi juga

fenomena sosial terkait dengan perencanaan pembangunan daerah. Hakekatnya

Pemilu merupakan polling "paling lengkap" karena melibatkan seluruh warga

negara yang benar-benar punya hak pilih, tidak seperti polling yang

menggunakan sampel (Seta Basr). Dengan Pemilu diharapkan masyarakat

dapat mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik

dilakukan orang dalam posisinya sebagai warga negara, bukan politikus atau

pun pegawai negeri, dan sifat partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan

dimobilisasi oleh negara atau pun partai yang berkuasa (Samuel, 1990).

Banyak faktor yang menjadikan tingkat partisipasi mengalami trend

penurunan, diantaranya adalah jenuh dengan frekuensi penyelenggaraan

Pemilu yang tinggi, ketidakpuasan atas kinerja sistem politik yang tidak

Page 8: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 2Di Kabupaten Belitung

memberikan perbaikan kualitas hidup, mal-administrasi penyelenggaraan

pemilu, adanya paham keagamaan anti demokrasi, dan melemahnya kesadaran

masyarakat tentang pentingnya Pemilu sebagai instrumen transformasi sosial

dan lain sebagainya ( KPU, 2013).

Menurut Hafiz, penyelenggaraan Pemilu di Indonesia yang

menghasilkan tingkat partisipasi masyarakat sebesar 71,5%. Tingkat partisipasi

politik sebesar itu dinilai cukup baik. Meskipun jika dibandingkan partisipasi

politik di Kabupaten Belitung angka tersebut lebih rendah. Pada Pemilu 2014

misalnya, partisipasi politik pada Pileg 2014 mencapai 77,23 % lebih tinggi

dibandingkan pada Pilpres 2014 yang mencapai 75,78 %. Penurunan partisipasi

politik ini tentu dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya dipengaruhi oleh

karakter individu dan karakter sosial masyarakat. Dari berbagai fernomena

yang muncul, diketahui faktor pendorong dan faktor penghambat. Dengan

mengetahui kedua faktor tersebut diharapkan upaya KPU Kabupaten Belitung

dapat menentukan strategi dan kebijakan dalam menentukan masa depan

kehidupan demokrasi di Kabupaten Belitung. Tentunya kualitas kehidupan

demokrasi tidak hanya dilihat dari seberapa banyak warga yang menggunakan

hak pilih tetapi lebih dicermati bagaimana warga menggunakan hak pilih,

apakah didasarkan oleh kesadaran atau pendidikan politik atau tidak.

Telaah terhadap fenomena partisipasi politik di wilayah pesisir

Kabupaten Belitung berfokus pada aktivitas Pemilu Legislatif tahun 2014,

untuk memilih anggota DPRD Kabupaten Belitung, dan Pemilu Presiden tahun

2014 untuk memilih Kepala Negara. Sedangkan untuk mengetahui tingkat

melek politik warga, didahului dengan menelaah pola partisipasi politik warga,

mulai dari proses pendataan pemilih, pelaksanaan kampanye, hingga

pemberian suara di TPS. Tingkat partipasi politik tersebut kemudian dianalisa

untuk mengetahui karakter sosial, budaya dan ekonomi masyarakat pesisir.

Artinya, perlu dilihat bagaimana hubungan tingkat partisipasi masyarakat

dengan latar belakang sosial, budaya dan ekonomi, serta bagaimana intervensi

Page 9: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 3Di Kabupaten Belitung

penyelenggara Pemilu mempengaruhi dan meningkatkan kualitas dari

partisipasi politik tersebut. Pada akhirnya partisipasi politik memberikan

keyakinan bahwa Pemilu merupakan alat untuk merubah masa depan

masyarakat itu sendiri.

Untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai, dilakukan penelitian

dengan metodologi dan rumusan masalah yang mengacu pada tema utama,

yakni “Tingkat Melek Politik Warga (Political Literacy)”. Dari tema tersebut,

kemudian diturunkan menjadi judul penelitian, yaitu “Merangkai Asa

Membangun Kehidupan Demokrasi Di Wilayah Pesisir Kabupaten Belitung”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini akan dikemukakan lebih lanjut

ke dalam bentuk sub pertanyaan yang akan diteliti. Selanjutnya akan dijadikan

pedoman pengorganisasian operasional dan pelaporan hasil penelitian.

Beberapa sub pertanyaan tersebut sebagai berikut :

1. Seberapa tinggi atau dalam melek politik masyarakat pesisir di Kabupaten

Belitung ?

2. Bagaimana melek politik masyarakat pesisir di Kabupaten Belitung selama

ini terbentuk?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik masyarakat

pesisir pada Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden Tahun 2014?

4. Strategi dan kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan

melek politik masyarakat pesisir Kabupaten Belitung?

C. TUJUAN PENELITIAN

Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung. Karakteristik kepulauan ini pada akhirnya

berpengaruh kepada dinamika kehidupan sosial, budaya dan ekonomi

masyarakat baik karena pendidikan, kondisi demografi maupun tradisi budaya

Page 10: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 4Di Kabupaten Belitung

masyarakat setempat. Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana

proses terjadinya partisipasi politik masyarakat pesisir di Kabupaten Belitung

dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun 2014. Tujuan penelitian

ini diselaraskan dengan petunjuk teknis penelitian yang tercantum pada Surat

KPU RI Nomor 155/KPU/IV/2015 tanggal 6 April 2015 perihal pedoman riset

tentang partisipasi dalam Pemilu, kemudian dikerucutkan pada 3 (tiga) tujuan

utama sebagai berikut :

1. Ingin mengkaji faktor pendorong apa yang membuat pemilih di wilayah

pesisir di Kabupaten Belitung melek politik pada Pemilu Legislatif dan

Pemilu Presiden Tahun 2014.

2. Mengetahui faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi warga pesisir

untuk berpartisipasi pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden Tahun

2014.

3. Strategi atau kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan

melek politik masyarakat pesisir.

D. MANFAAT PENELITIAN

Identifikasi kendala penelitian dilakukan terhadap tahapan penelitian

meliputi :

1. Persiapan Penelitian

Kendala berkaitan dengan persepsi terhadap tema, topik atau fokus

penelitian. Sehingga perlu ada kesamaan persepsi terhadap judul dan

proposal laporan penelitian yang akan diteliti.

2. Pelaksanaan Penelitian

Sumber informasi tidak memberikan informasi yang menggambarkan

kondisi riil dihadapi sehingga peneliti merasa perlu untuk mencari sumber

informasi terkait dengan kondisi dan pertanyaan yang belum dipahami, baik

oleh narasumber maupun oleh peneliti sendiri melalui metode wawancara

dan Fokus Group Discussion.

Page 11: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 5Di Kabupaten Belitung

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Masyarakat Pesisir dan Budaya Politik

Kawasan pesisir adalah wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di

garis pantai, dimana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau

tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang

surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut mencakup

perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti

sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh

kegiatan manusia di darat (Bengen, 2000:3).

Definisi lain menyebutkan penetapan kawasan pesisir bisa ditentukan

dengan pendekatan administratif, dimana wilayah pesisir adalah wilayah

yang mempunyai batas terluar sebelah hulu dari kecamatan atau kabupaten

atau kota, yang mempunyai laut kearah laut sejauh 12 mil dari garis pantai

untuk provinsi dan sepertiganya untuk kabupaten atau kota.

Tempat atau kawasan dimana masyarakat hidup menggambarkan konsep

kebudayaan suatu masyarakat termasuk budaya politik. Budaya politik

merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara,

penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat

istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota

masyarakat pada setiap harinya. Budaya politik juga dapat diartikan sebagai

suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif, dan penentuan

kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Istilah budaya politik

meliputi legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan

pemerintah, kegiatan Parpol, perilaku aparat negara, gejolak masyarakat

terhadap kekuasaan yang memerintah. Legitimasi diartikan seberapa jauh

masyarakat atau menerima dan mengakui kewenangan, keputusan atau

kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin. Kegiatan politik memasuki

Page 12: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 6Di Kabupaten Belitung

dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial serta kehidupan pribadi dan

sosial secara luas.

Sejarah mencatat, perkembangan kebudayaan berperan dalam

mempengaruhi dan membentuk pemikiran politik suatu bangsa. Apa yang

dikemukakan oleh Filosuf Yunani tentang trias politica berkaitan dengan

kultur masyarakat pada masa itu, lalu berkembang ke negara barat hingga ke

Indonesia yang diwujudkan dengan lembaga eksekutif, yudikatif, dan

legislatif. Keberadaan tiga kekuatan politik ini ternyata sudah berkembang

sejak lama dalam tatanan masyarakat tradisional seperti tiga tungku

sajarangan dalam masyarakat Minang yang terdiri dari cerdik-pandai, alim

ulama dan ninik mamak. Adapun tipe-tipe budaya politik yang berkembang

dalam kehidupan masyarakat (Wahyuningrum, 2013) mencakup :

a. Budaya politik parokial, yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi

politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat

dikatakan parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat

dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki

perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Tipe budaya

politik ini umumnya terdapat pada masyarakat suku Afrika atau

masyarakat pedalaman di Indonesia. dalam masyarakat ini tidak ada

peran politik yang bersifat khusus. Kepala suku, kepala kampung, kyai,

atau dukun yang biasanya merangkum semua peran yang ada, baik peran

yang bersifat politis, ekonomis atau religius.

b. Budaya politik kaula (subjek), yaitu budaya politik masyarakat yang

bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya, tetapi

masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan

subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan

sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman

mengenai penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Namun

frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan

Page 13: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 7Di Kabupaten Belitung

kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan. Para

subyek menyadari akan otoritas pemerintah dan secara efektif mereka

diarahkan pada otoritas tersebut. Sikap masyarakat terhadap sistem

politik yang ada ditunjukkan melalui rasa bangga atau malah rasa tidak

suka. Intinya, dalam kebudayaan politik subyek, sudah ada pengetahuan

yang memadai tentang sistem politik secara umum serta proses

penguatan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

c. Budaya politik partisipan, yaitu budaya politik yang ditandai dengan

kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan

opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu

bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki

pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik.

Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik

secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan

beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang

berlangsung. Masyarakat cenderung diarahkan pada peran pribadi yang

aktif dalam semua dimensi di atas, meskipun perasaan dan evaluasi

mereka terhadap peran tersebut bisa saja bersifat menerima atau

menolak.

2. Partisipasi Politik

Kata partisipasi berasal dari kata to participate, yang dapat diartikan ikut

serta. Menurut Tosun partisipasi dapat membuat masyarakat, penduduk

melakukan berbagai kegiatan, baik itu berskala lokal maupun nasional.

Partisipasi yang dilakukan masyarakat berbeda-beda tingkatannya, akibat

dari perbedaan skala kegiatan. Partisipasi itu antara lain, partisipasi karena

paksaan (manipulative participation), partisipasi dengan kekuasaan dan

ancaman (coercive participation), partisipasi karena adanya dorongan

(indiced participation), partisipasi yang bersifat pasif (passive

Page 14: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 8Di Kabupaten Belitung

participation), dan partisipasi secara spontan (spontaneous participation).

Sedangkan dari segi bentuk, partisipasi memiliki dua bentuk, yaitu

partisipasi horizontal dan partisipasi vertikal. Terdapat kaitan yang erat

antara partisipasi dan insentif, tanpa suatu insentif maka partisipasi tersebut

berubah makna dari suatu keinginan manusia untuk ikut serta secara

sukarela dalam suatu kegiatan yang dianggap dapat memperbaiki harkat

hidup masyarakat menjadi suatu tindakan paksaan (Tosun, 2004: 494). Jadi

pengertian partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat atau

penduduk dalam berbagai kegiatan baik yang bersifat lokal maupun

nasional, dapat terjadi secara sukarela, paksaan, spontan, adanya dorongan

maupun pasif dengan bentuk secara vertikal atau horizontal. Pada rezim

Orde Baru, kekuasaan penguasa begitu kuat hingga memaksa rakyat untuk

tunduk pada kebijakan penguasa, namun demikian dengan atau tanpa

paksaan mereka bisa disebut sebagai partisipan.

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam

proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk

kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal

dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil

pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010: 46). Sedangkan pengertian

partisipasi seperti dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi (2001:

201-202), dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan

menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk

penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa.

Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka

sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan

masalahnya.

Partisipasi politik sebenarnya merupakan suatu konsep yang sudah populer

dalam Ilmu Politik. Namun demikian penggunaannya sering bermacam-

macam sehingga menimbulkan pemahaman konsep yang berbeda-beda.

Page 15: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 9Di Kabupaten Belitung

Sekalipun demikian, sebagian besar ilmuan politik bersepakat bahwa yang

dimaksudkan dengan partisipasi politik itu adalah bagaimana keterlibatan

masyarakat atau rakyat banyak di dalam kegiatan-kegiatan politik. Jika

dilihat dari kadar dan jenis aktifitasnya, Milbrath dan Goel membedakan

partisipasi politik dalam beberapa kategori, yaitu :

a) Apatis (masa bodoh), yaitu orang yang menarik diri dari aktivitas politik;

b) Spektator, yaitu orang-orang yang paling tidak, pernah ikut dalam

Pemilihan Umum;

c) Gladiator, yaitu orang-orang yang secara aktif terlibat dalam proses

politik, yakni sebagai komunikator dengan tugas khusus mengadakan

kontrak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, aktivis

masyarakat;

d) Pengeritik, yaitu orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang

tidak konvensional.

Sitepu (2012:92) Herbert McKlosky (1972:252) dalam Budiardjo

(2008:367) memberikan definisi partisipasi politik sebagai berikut,

partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat

melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa,

dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan

kebijakan-kebijakan umum (the term of political participation will refer to

those voluntary activities by which members of a society share in the

selection of rulers and directly or indirectly, in the formation of public

policy). Miriam Budiardjo (2008:367) mengatakan bahwa partisipasi politik

merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta

secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih

pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi

kebijakan pemerintah (public policy).

Page 16: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 10Di Kabupaten Belitung

Suwondo (2005) menerangkan bahwa partisipasi politik dapat dilihat dari

beberapa pendekatan. Pertama, pendekatan yang menekankan pada faktor

sosiologi di dalam membentuk sikap dan tindakan masyarakat untuk

melakukan pilihan di Pemilihan Umum. Pendekatan sosiologis melihat dari

pendekatan pada pentingnya peranan kelas atas preferensi seseorang.

Pendekatan ini menyakini bahwa kelas merupakan basis pengelompokan

politik, sebab partai-partai politik tumbuh dan berkembang berdasarkan

kelompok-kelompok yang ada di masyarakat yang berlainan karena

kepentingan ekonomi masing-masing. Pendekatan partisipasi tidak hanya

didasarkan kepada perbedaan kelas tetapi juga sangat dipengaruhi oleh

tingkat pendapatan seseorang, daerah tinggal seseorang, pekerjaan

seseorang dan lain sebagainya, khususnya berkaitan dengan sisi sosiologis.

Misalnya pertama, individu/masyarakat yang mengidentifikasikan dirinya

sebagai “orang kecil” akan memberikan suaranya kepada calon anggota

legislatif atau partai politik yang mempunyai positioning dengan cara

mengidentifikasikan dirinya seperti rakyat pemilih sebagai partai wong

cilik. Kedua, rakyat pemilih yang tinggal di suatu daerah/bekerja di suatu

kantor/bekerja di suatu tempat, yang kebetulan daerah atau kantor atau

tempat tersebut dikenal sebagai basis suatu sekelompok tertentu, sehingga

secara tidak langsung akan memilih calon-calon anggota legislatif dan partai

politik di tempat tinggalnya atau di tempat mereka bekerja. Ketiga,

masyarakat/individu yang berpendidikan tinggi akan memilih calon-calon

anggota legislatif dan partai politik yang mengidentifikasikan diri

pemilihnya sebagai orang-orang pintar atau cendikiawan. Keempat, dilihat

dari sisi pekerjaan, akan ditarik suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa,

pemilih yang bekerja sebagai guru akan memilih calon anggota legislatif

yang berasal dari golongan guru pula, para pegawai di kantor atau suatu

dinas akan cenderung memilih calon anggota legislatif yang berasal dari

lingkungan mereka sendiri dan seterusnya.

Page 17: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 11Di Kabupaten Belitung

Pendekatan kedua, pendekatan yang lebih memberikan penekanan kepada

faktor psikologis dari pemilih itu sendiri. Pendekatan psikologis,

menjelaskan bahwa partisipasi menitik beratkan pada kedekatan seseorang

terhadap calon anggota legislatif, karena kedekatannya dengan agama yang

dianut, atau juga pekerjaan orang tua dan lain sebagainya. Leo Agustino

(2005:2) merumuskan sebagai berikut :

Pertama, “keyakinan sosioreligius dimana keyakinan keagamaan

merupakan variabel yang signifikan dalam mempengaruhi politik

seseorang”. Hal ini dijelaskan pada saat Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati

Belitung, dimana isu-isu agama mencuat. Kedua, pola kedaerahan dimana

seorang Caleg dapat didukung karena merasa satu daerah dengan pemilih.

Hal ini terlihat dari antusiasme pemilih dalam mendukung Caleg yang

berasal dari kalangan mereka. Tentu sikap ini mempertimbangkan upaya

Caleg yang memperjuangkan kepentingan pemilih. Ketiga, pola

kepemimpinan biasanya sikap pemilih khususnya masyarakat desa sangat

dipengaruhi oleh peran pemimpin non formal, seperti yang dilakukan tokoh

pemuda Zuhaidi kepada masyarakat Desa Kembiri.

Menurut Davis dalam Sastroadmojo (1995:85) partisipasi politik sebagai

mental dan emosional yang mendorong untuk memberikan sumbangan

kepada tujuan atau cita-cita kelompok atau turut bertanggung jawab

padanya. Herbert McKlosky berpendapat partisipasi politik adalah kegiatan-

kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil

bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak

langsung, dalam proses pembentukan kebijakan-kebijakan umum. (the term

of political participation will refer to those voluntary activities by which

members of a society share in the selection of rulers and, directly or

indirectly, in the formation of public policy).

Menurut Ramlan Surbakti (1992), partisipasi politik merupakan

keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang

Page 18: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 12Di Kabupaten Belitung

menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Sementara Michael Rushdan

Philip Althof menjelaskan partisipasi politik sebagai usaha terorganisir oleh

para warga negara untuk memilih pemimpin-pemimpin mereka dan

mempengaruhi bentuk dan jalannya kebijaksanaan umum (Rush, 2000).

Berbeda dengan pendapat-pendapat terdahulu, Sudijono Sastroatmodjo

(Sastroatmodjo, 1995) mengartikan partisipasi politik sebagai kegiatan

seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara efektif dalam

kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara

langsung dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Pengertian lainnya adalah partisipasi politik berupa kegiatan mempengaruhi

pemerintah yang dilakukan langsung atau tidak langsung berarti dia

melakukan sendiri tanpa menggunakan perantara, tetapi ada pula yang tidak

langsung melalui orang-orang yang dianggap dapat menyalurkan

pemerintah (Huntington, 1994).

Partisipasi dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok (Ramlan Surbakti,

1992), yakni :

a. Partisipasi aktif. Adalah kegiatan yang berorientasi pada proses input

dan output politik. Yang termasuk pada partisipasi aktif adalah

mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif

kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat

pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan

kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintahan.

b. Partisipasi pasif. Adalah kegiatan yang berorientasi pada proses output.

Kegiatan yang termasuk pada partisipasi pasif adalah kegiatan yang

mentaati pemerintah, menerima, dan melaksanakan saja setiap keputusan

pemerintah. Partisipasi kolektif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

partisipasi kolektif yang konvensional dan partisipasi kolektif non

konvensional.

Page 19: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 13Di Kabupaten Belitung

Dari definisi di atas, partisipasi politik menuntut persyaratan ; 1) kegiatan

memilih wakil atau pemimpin untuk mempengaruhi kehidupan dirinya dan

kebijakan pemerintah, 2) dilakukan secara langsung tanpa perantara, 3)

merupakan kegiatan terorganisir seperti yang dilakukan oleh KPU, 4) untuk

memenuhi tujuan kelompok.

Bentuk partisipasi politik konvensional adalah pemberian suara, aktivitas

diskusi politik, kegiatan kampanye, aktivitas membentuk dan bergabung

dengan kelompok kepentingan lain, dan komunikasi individu dengan

pejabat politik.

Dalam demokrasi, yang menjalankan kedaulatan rakyat adalah wakil-wakil

rakyat yang dipilih atau ditentukan sendiri oleh rakyat. Partisipasi politik itu

sendiri dapat dijabarkan melalui aktivitas-aktivitas politik yang dilakukan

oleh masyarakat seperti pemungutan suara untuk memilih wakil rakyat atau

pun kepala negara, itu merupakan bentuk yang paling mudah kita kenali.

Pemilu legislatif 2014 merupakan rangkaian pesta demokrasi rakyat

Indonesia karena dilanjutkan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Michael Rush dan Philip Althoff dalam Maran (2001:148) mengidentifikasi

bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut :

Menduduki jabatan politik atau administrasi

Mencari jabatan politik atau administrasi

Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik

Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik

Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi politik

Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi semi politik

Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, kampanye, dan

sebagainya

Partisipasi dalam diskusi politik internal

Partisipasi dalam pemungutan suara

Page 20: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 14Di Kabupaten Belitung

Sebagai suatu tindakan atau aktivitas, baik secara individual maupun

kelompok, partisipasi politik memiliki beberapa fungsi. Robert Lane dalam

studinya tentang keterlibatan politik, menentukan empat fungsi partisipasi

politik bagi individu-individu, yakni :

1. Sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis,

2. Sebagai sarana untuk menentukan suatu kebutuhan bagi penyesuaian

sosial,

3. Sebagai sarana untuk mengejar nilai-nilai khusus,

4. Sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan

kebutuhan psikologis tertentu.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik

demokrasi merupakan hak warga negara, tapi tidak semua warga negara

berperan serta dalam proses politik. Menurut pendapat beberapa ahli, ada

beberapa faktor yang menyebabkan orang mau atau tidak mau ikut

berpartisipasi dalam politik, antara lain ( Hendrik, 2010) :

a. Status sosial dan ekonomi. Status sosial ialah kedudukan seseorang

dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan dan pekerjaan.

Sedangkan status ekonomi ialah kedudukan seseorang dalam lapisan

masyarakat berdasarkan kepemilikan kekayaan. Seseorang yang memiliki

status sosial yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan

politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik.

b. Situasi. Menurut Ramlan Surbakti, situasi politik juga dipengaruhi oleh

keadaan yang mempengaruhi faktor secara langsung seperti cuaca,

keluarga, kehadiran orang lain, keadaan ruang, suasana kelompok, dan

ancaman (Ramlan Surbakti, 1992).

c. Afiliasi politik orang tua. Afiliasi berarti tergabung dalam suatu

kelompok atau kumpulan. Afiliasi politik dapat dirumuskan sebagai

Page 21: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 15Di Kabupaten Belitung

keanggotaan atau kerjasama yang dilakukan individu atau kelompok

yang terlibat ke dalam aliran-aliran politik tertentu. Afiliasi politik

mendorong tumbuhnya kesadaran dan kedewasaan politik masyarakat

untuk menggunakan hak politiknya secara bebas dan bertanggung jawab

dalam melakukan berbagai aktifitas politik, seperti ikut dalam partai

politik dalam pemerintahan, ikut dalam proses pengambilan dan

pelaksanaan keputusan politik (BN Marbun, 1996).

d. Pengalaman berorganisasi. Organisasi merupakan suatu sistem yang

mengatur kehidupan masyarakat atau bisa diartikan sebagai suatu

perilaku yang terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang

tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi pencapaian tujuan

bersama (Bonar, 2004). Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Ibnu

Kencana (1997) partisipasi politik merupakan penentuan sikap dan

keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi

organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut

untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi serta ambil

bagian dalam sikap pertanggung jawaban bersama baik dalam situasi

politik yang melibatkan dukungan.

e. Kesadaran politik. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga

negara yang menyangkut tentang pengetahuan seseorang tentang

lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian

seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup.

f. Kepercayaan terhadap pemerintah. Kepercayaan terhadap pemerintah

ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah apakah ia menilai

pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak, baik dalam

pembuatan kebijakan-kebijakan atau pelaksanaan pemerintahan.

g. Perangsang partisipasi melalui sosialisasi media massa dan diskusi-

diskusi informal.

Page 22: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 16Di Kabupaten Belitung

Sedangkan menurut Sastroatmodjo (1995:14-15) faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku politik seseorang pemilih adalah sebagai berikut :

a. Faktor lingkungan sosial politik tak langsung seperti sistem politik,

sistem ekonomi, sistem budaya dan sistem media masa.

b. Faktor lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan

membentuk kepribadian aktor politik seperti keluarga, agama, sekolah

dan kelompok pergaulan. Lingkungan sosial politik langsung ini

memberikan bentuk-bentuk sosialisasi dan internalisasi nilai dan norma

masyarakat pada aktor politik serta memberikan pengalaman-pengalaman

hidup.

c. Faktor struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu. Pada

faktor ini ada tiga basis fungsional sikap untuk memahaminya. Basis

pertama adalah yang didasarkan pada kepentingan yaitu penilaian

seseorang terhadap suatu objek didasarkan pada minat dan kebutuhan

seseorang terhadap objek tersebut. Basis yang kedua atas dasar

penyesuaian diri yaitu penilaian yang dipengaruhi oleh keinginan untuk

menjaga keharmonisan dengan subyek itu. Basis yang ketiga adalah

sikap didasarkan pada fungsi ekternalisasi diri dan pertahanan.

d. Faktor sosial politik langsung yang berupa situasi yaitu, keadaan yang

mempengaruhi aktor secara langsung ketika akan melakukan sesuatu

kegiatan.

Secara umum, Wiemar menyebutkan paling tidak ada 5 (lima) faktor yang

mempengaruhi partisipasi politik :

a. Modernisasi. Modernisasi disegala bidang berimplikasi pada komersialisasi

pertanian, industrialisasi, meningkatnya arus urbanisasi, peningkatan tingkat

pendidikan, meluasnya peran media massa dan media komunikasi.

Kemajuan itu berakhir pada meningkatnya partisipasi warga negara,

Page 23: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 17Di Kabupaten Belitung

terutama diperkantoran, untuk turut serta dalam kekuasaan politik, mereka

ini misalnya kaum buruh, pedagang dan para professional.

b. Terjadinya perubahan-perubahan struktur kelas esensial. Dalam hal ini

adalah munculnya kelas menengah dan pekerja baru yang semakin meluas

dalam era industrialis, kemunculan tentu saja diikuti tuntutan-tuntutan baru

yang pada gilirannya akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah.

c. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi masa. Ide-ide

nasionalisme, liberalisme, dan egalitarisme, membangkitkan tuntutan-

tuntutan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Komunikasi

yang meluas mempermudah partisipasi warga negara dalam kehidupan

politik.

d. Adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik. Pemimpin politik

yang saling memperebutkan kekuasaan, seringkali untuk mencapai

kemenangan dilakukan dengan cara mencari dukungan massa. Dalam

konteks ini seringkali terjadi partisipasi yang dimobilitasi.

e. Adanya keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam urusan sosial,

ekonomi dan kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah ini

seringkali merangsang tumbuhnya tuntutan yang terorganisir untuk ikut

serta dan mempengaruhi keputusan politik. Hal tersebut merupakan

konsekuensi dari perbuatan pemerintah dalam segala bidang kehidupan.

Kualitas kehidupan demokrasi tentu saja tidak hanya didasarkan pada tingkat

partisipasi politik. Lebih jauh partisipasi politik merujuk pada pengetahuan

terhadap sosok yang mereka pilih dan program atau visi misi yang diusung

serta merujuk pada kesadaran untuk menjalankan hak-hak politik warga.

Milbrath dalam Maran (2001:156) menyebutkan ada dua faktor utama yang

mendorong orang berpartisipasi politik, bahwa adanya faktor pendukung dan

faktor penghambat. Faktor pendukung tersebut mencakup :

a. Perangsang politik.

Page 24: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 18Di Kabupaten Belitung

Perangsang politik adalah suatu dorongan terhadap seorang pemilih agar

mau berpatisipasi dalam kehidupan politik. Perangsang Politik dipengaruhi

oleh diskusi politik di warung kopi yang marak menjelang Pemilu, tayangan

televisi ataupun diskusi-diskusi formal dan informal lain. Sejauh mana

orang menerima pemikiran atau sosialisasi terkait dengan penyelenggaraan

Pemilu sangat tergantung bagaimana hubungan interaktif antara

komunikator atau media sebagai perangsang politik bisa memberi umpan

balik. Perangsang politik tidak harus berasal dari lembaga formal seperti

yang dilakukan oleh Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Hubungan

Antar Lembaga KPU Kabupaten Belitung, tetapi bisa juga oleh peserta

Pemilu seperti partai politik atau koalisi partai politik, tim sukses, pasangan

calon dan caleg itu sendiri. Namun sering kali upaya untuk memberikan

ransangan politik kepada pemilih memunculkan fenomena money politics.

Menurut Rush dan Althoff (1983:160-164) menyatakan bahwa, semakin

peka atau terbuka seseorang terhadap rangsangan politik melalui kontak

pribadi dan organisasi, serta melalui media masa maka semakin besar

kemungkinan mereka berpartisipasi dalam kegiatan politik. Kepekaan dan

keterbukaan tersebut menurut mereka berbeda dari satu orang dengan orang

lainnya, dan bagaimana pun juga hal ini merupakan bagian dari proses

sosial politik.

b. Karakteristik pribadi.

Karakter seseorang adalah watak sosial seorang pemilih yang mempunyai

kepedulian sosial yang besar terhadap masalah sosial, politik, ekonomi, dan

hankam yang biasanya mau terlibat dalam aktivitas politik. Pada pemilih

pemula, umumnya memiliki karakter yang gamang, namun pemilih pemula

terbuka dan menghargai nilai kejujuran, keadilan sampai pada akhirnya mau

menegakkannya dalam bidang politik dengan kata lain pemilih pemula lebih

kritis menyikapi permasalahan Pemilu. Pilihan politik masyarakat dan

pilihan sangat ditentukan oleh individual choice. Individual choice yang

Page 25: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 19Di Kabupaten Belitung

dijelaskan dalam pendekatan ini sangat pasti berdasarkan pada preferensi

pembeli, dikaitkan dengan sikap politik masyarakat di Indonesia. Pada

Pemilihan Umum Legislatif tahun 2004 seperti ilustrasi di atas

gambarannya, manakala calon anggota legislatif menawarkan program-

programnya pada pemilihnya, maka pemilih akan menyadarkan tawaran

program tersebut pada preferensi-preferensi atau kebutuhan-kebutuhannya

ke depan. Bilamana tawaran ternyata tidak mampu mengejawantahkan

keinginannya tersebut atau paling tidak mendekati keinginan-

keinginan/kebutuhannya ke depan. Sedangkan, menurut Alford (1963)

sebagaimana dikutip oleh Rush dan Althoff (1983:73) Individual Choice

yang dimiliki seseorang adalah hubungan antara pilihan partai dan

karakteristik para pemberi suara yang berkaitan dengan lingkungan dan

pengalamannya. Karakteristik ini, menurut Almond sebagaimana dikutip

oleh Mohtar dan Mcnroe (1982:32) paling banyak dilakukan oleh golongan

pemilih berusia muda yang mempunyai sikap yang lebih fleksibel terhadap

sistem politik.

c. Karakteristik sosial.

Karakteristik sosial mempengaruhi persepsi, sikap perilaku dan orientasi

politik seseorang. Karakteristik sosial terbentuk berdasarkan kesamaan ras,

etnis, dan agama seseorang termasuk status ekonomi dan status sosial. Pada

masyarakat perkotaan status ekonomi ini mempengaruhi pandangan politik

terkait dengan kepentingan seseorang terhadap kebijakan politik. Berbeda

halnya karakter sosial pada masyarakat pesisir, ketokohan jauh lebih

dipertimbangkan dibandingkan status ekonomi. Meskipun secara ekonomi

seseorang dianggap mampu namun dalam masyarakat belum tentu mampu

mempengaruhi orang lain. Kedekatan emosional dalam suatu keluarga atau

kelompok masyarakat yang sering melakukan diskusi politik akan

mendorong aktivitas politik. Demikian juga, terbukanya seseorang bagi

media masa dapat memelihara minatnya dalam masalah-masalah politik,

Page 26: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 20Di Kabupaten Belitung

dan menambah kemungkinan partisipasinya dalam soal-soal tersebut.

Karakteristik sosial seseorang, yang meliputi status sosial ekonomi,

kelompok ras atau etnis, usia, jenis kelamin, dan agama baik yang hidup di

wilayah pesisir, wilayah daratan maupun di wilayah perkotaan

mempengaruhi partisipasi politik mereka.

d. Situasi atau lingkungan politik.

Kerelaan pemilih berpartisipasi dalam aktivitas politik dimungkinkan karena

di wilayah tersebut secara tradisional sudah kondusif seperti wilayah yang

tokoh masyarakatnya atau kader politik di wilayah tersebut memberikan

dukungan yang baik terhadap lingkungan politik sehingga dengan senang

hati berpartisipasi dalam kehidupan politik. Lingkungan politik yang

demokratis membuat orang merasa lebih bebas dan nyaman untuk terlibat

dalam aktivitas-aktivitas politik dari pada dalam lingkungan politik yang

otoriter. Lingkungan politik yang sering diisi dengan aktivitas-aktivitas

brutal dan kekerasan dengan sendirinya menjauhkan masyarakat dari

wilayah politik.

e. Pendidikan Politik.

Pendidikan politik merupakan faktor pendukung internal bagi suatu

kelompok dalam meningkatkan partisipasi politik, Milbrath dalam Maran

(2007:156). Selain sosialisasi, pendidikan politik mendorong pemilih

berpartisipasi dan paham tujuan diadakannya Pemilu atau melek politik.

Selain faktor pendukung, Milbrath juga menyebutkan 3 (tiga) faktor yang dapat

menjadi penghambat partisipasi politik, yakni :

a. Kebijakan yang selalu berubah.

Maksud dari kebijakan selalu berubah ini, organisasi atau badan yang

dipandang elite politik dalam tubuh suatu organisasi masyarakat atau

seorang pemilih selalu merubah kebijakan terhadap partisipasi yang ada

dengan yang baru sesuai situasi dan kondisi di wilayah pesisir Kabupaten

Page 27: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 21Di Kabupaten Belitung

Belitung, mengenai partisipasi politik yang bisa berubah-ubah dan

mengkontrol pemilih dalam aktivitas politik seperti pada Pemilu 2014.

b. Hubungan fungsional wilayah.

Sebagian besar masyarakat pesisir dipengaruhi oleh kondisi wilayah pesisir

baik terkait dengan kawasan sebagai sumber mata pencaharian maupun

sebagai tempat bermukim.

c. Rendahnya dukungan atau sosialisasi.

Hal ini dilatar belakangi oleh intensitas komunikasi dan pendidikan politik.

Dukungan yang kurang dari organisasi mempengaruhi partisipasi politik

biasanya terjadi pada kelompok rentan yakni pemilih pemula, pemilih

perempuan, pemilih marginal, dan pemilih disabilitas.

4. Pemilihan Umum

Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Tahun 2014 menyebutkan,

Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan

kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945. Adapun fungsi Pemilu seperti dikutip Syamsudin

Haris dalam Merphin Panjaitan (2013), adalah :

a. Sebagai Sarana Legitimasi Politik.

Fungsi ini menjadi kebutuhan pemerintah. Melalui Pemilu, keabsahan

pemerintah yang sedang berkuasa ditegakkan, begitu pula kebijakan dan

program yang dihasilkannya.

b. Fungsi Perwakilan Politik.

Fungsi ini menjadi kebutuhan rakyat dimana Pemilu merupakan

mekanisme demokratis bagi rakyat dalam menentukan wakil-wakil yang

Page 28: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 22Di Kabupaten Belitung

dapat dipercaya untuk duduk dalam pemerintahan maupun dalam

lembaga legislatif. Tidak ada demokrasi tanpa representasi.

c. Sebagai Mekanisme Sirkulasi Elite Politik.

Fungsi ini didasarkan pada asumsi bahwa elite politik berasal dari rakyat

dan bertugas mewakili rakyat. Pemilu menjadi sarana bagi warga negara

untuk mencapai posisi elite politik.

d. Sebagai Sarana Pendidikan Politik Rakyat.

Pemilu merupakan salah satu bentuk pendidikan politik bagi rakyat yang

bersifat langsung, terbuka dan massal, yang diharapkan bisa

mencerdaskan masyarakat tentang demokrasi. Dalam wacana ilmu

politik, Pemilihan Umum dapat diartikan sebagai suatu kumpulan metode

atau cara warga negara (masyarakat) memilih para wakil mereka. Dan

juga Pemilihan Umum merupakan proses manakala sebuah lembaga

perwakilan rakyat DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah) dipilih dengan berdasarkan sistem Pemilihan

Umum yang mentransfer sejumlah suara kedalam sejumlah kursi seperti

dalam pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota adalah

merupakan representasi tunggal dalam sistem pemilihan dasar jumlah

suara yang diperoleh menentukan siapakah yang kalah dan siapakah yang

menang (Gaffar, 1999:255 dalam Sitepu, 2012:136).

Sebelum UUD 1945 diamandemenkan, Indonesia menggunakan sistem

presidensial yang menegaskan bahwa Presiden sebagai kepala negara sekaligus

kepala pemerintahan, namun sistem pemilihan Presiden dilakukan melalui

pemilihan Anggota Legislatif terlebih dahulu. Sejak masa kemerdekaan saat

Presiden Soekarno terpilih, sistem yang digunakan adalah permusyawaratan

perwakilan. Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR), sekaligus menempatkan posisi MPR di atas

lembaga negara lain termasuk Presiden. Pemilihan Presiden secara langsung

Page 29: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 23Di Kabupaten Belitung

sudah diselenggarakan sejak Pemilu tahun 2004 dengan dasar hukum UU No

23 tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres).

Undang-undang ini menindak lanjuti amandemen ke-empat UUD 1945.

Melalui mekanisme politik (pemilihan Presiden secara langsung) masyarakat

semakin terbuka terhadap sejumlah aspek berkaitan dengan Pemilihan Umum

(Effendi, 2004). Pada dasarnya politik sebagai ilmu yang dipakai untuk

memahami realitas politik di Indonesia tidak memiliki basis sosial di

masyarakat dan juga budaya Indonesia sehingga tidak ada penjelasan yang

cukup untuk menggunakan teori yang ada guna memahami realitas tersebut

(Anderson, 1972:1) sebagaimana dikutip Effendi (2004:82).

Berhubung tidak adanya perubahan mendasar pada Pemilihan Umum Presiden

dan Wakil Presiden tahun 2004, maka Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008

yang sama tetap digunakan saat Pemilu tahun 2009. Sistem pemilihan

bertingkat yang dilakukan di Indonesia, yaitu pemilihan anggota legislatif

terlebih dahulu untuk menentukan jumlah suara dan kursi di DPR, dalam

menentukan dan mendorong calon Presiden dengan sistem proporsional

membuat sulit untuk mendorong pasangan calon Presiden dari satu partai,

melainkan dari gabungan beberapa partai. Pemilihan Presiden dan Wakil

Presiden tahun 2004 mensyaratkan jika Presiden terpilih bisa mendapatkan

lebih dari separuh jumlah suara dalam Pemilu dengan sedikitnya 20% di setiap

provinsi yang tersebar di lebih dari separuh jumlah provinsi Indonesia. Namun,

jika tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, maka

pasangan yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pilpres

mengikuti Pilpres putaran kedua. Pasangan yang memperoleh suara terbanyak

dalam Pilpres putaran kedua dinyatakan sebagai Presiden dan Wakil Presiden

Terpilih (Noor, 2015:8). Pemilihan secara ulang dianggap cara untuk

mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat hingga ke pelosok daerah. Hak

masyarakat pedesaan dan pesisir tak terpisahkan dari warga masyarakat

Indonesia secara keseluruhan, yang berhak atas kedaulatan dan merupakan hak

Page 30: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 24Di Kabupaten Belitung

asasi mereka. Hak tersebut dijamin dalam konstitusi Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan kedaulatan yang mereka

miliki, diberikan hak menentukan nasib daerahnya masing-masing, antara lain

dengan memilih Presiden secara langsung.

Sebelum terselenggaranya Pilpres 2014, telah ada beberapa gugatan ke

Mahkamah Konstitusi terkait Undang-Undang Pilpres Nomor 42 Tahun 2008

tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. (Noor, 2015:19).

Pemilihan Presiden yang diselenggarakan pada 9 Juli 2014 merupakan ajang

kompetisi dua kubu Capres yaitu pasangan Nomor Urut 1 Prabowo Subianto

dan Hatta Rajasa dengan pasangan Nomor Urut 2 Joko Widodo dan Jusuf

Kalla, setelah tiga bulan sebelumnya dilaksanakan pemilihan anggota Dewan

Perwakilan Rakyat. Kubu Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa didukung oleh

koalisasi 6 (enam) partai politik yakni Gerindra, Golkar, PAN, PKS, PPP,

PBB, sedangkan kubu Joko Widodo dan Yusuf Kalla didukung koalisasi 5

(lima) partai politik yakni PDIP, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI. Di tingkat

pusat, hasil Pemilu Legislatif menyatakan kubu Prabowo Subianto dan Hatta

Rajasa memperoleh 292 kursi atau 52,14%, sementara kubu Joko Widodo dan

Yusuf Kalla hanya 207 kursi atau 36,96% dari total kursi yang ada di DPR RI.

Nyatanya, setelah digelar Pemilu Presiden, kemenangan Prabowo dan Hatta

Rajasa di DPR RI tidak diikuti kesuksesan pada Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden pada tanggal 9 Juli 2014, bahkan kemenangan di DPR RI tak lantas

membuat partai-partai yang tergabung dalam koalisasi saling berbeda pendapat

terutama di Kabupaten Belitung. Tahapan-tahapan pada Pemilu Legislatif

tahun 2014 sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012

pasal 4 ayat 2 adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan

pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu;

b. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;

c. Pendaftaran dan verifikasi peserta Pemilu;

Page 31: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 25Di Kabupaten Belitung

d. Penetapan peserta Pemilu;

e. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

f. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota;

g. Masa kampanye Pemilu;

h. Masa tenang;

i. Pemungutan dan penghitungan suara;

j. Penetapan hasil Pemilu;

k. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD

Kabupaten/Kota.

Adapun tahapan Pemilu Presiden sebagaimana tercantum dalam Peraturan

Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tahapan, Program,

dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2014, yang terdiri atas Tahapan Persiapan, pelaksanaan, dan

penyelesaian. Tahapan persiapan terdiri atas program:

a. Penyusunan, penetapan, dan pengundangan peraturan penyelenggaraan

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;

b. Sosialisasi, publikasi, dan pendidikan Pemilih;

c. Simulasi pemungutan dan penghitungan suara di TPS;

d. Rapat kerja, rapat koordinasi, dan bimbingan teknis bagi KPU pada setiap

tingkatan dan PPLN;

e. Pembentukan Badan Penyelenggara Pemilu Adhoc;

f. Pengadaan dan pendistribusian perlengkapan Penyelenggaraan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden.

Tahapan Pelaksanaan terdiri atas program:

a. Penyusunan Daftar Pemilih;

b. Pencalonan;

c. Kampanye dan masa tenang;

Page 32: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 26Di Kabupaten Belitung

d. Pemungutan dan penghitungan suara putaran I;

e. Rekapitulasi hasil penghitungan suara putaran I;

f. Penetapan dan pengumuman hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

putaran I;

g. Kampanye putaran II (penajaman visi, misi, dan program);

h. Pemungutan dan penghitungan suara putaran II;

i. Rekapitulasi hasil penghitungan suara putaran II;

j. Penetapan dan pengumuman hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

putaran II;

k. Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih.

Tahapan Penyelesaian terdiri atas program :

a. Pembubaran Badan Penyelenggara Pemilu Adhoc;

b. Evaluasi pelaksanaan, penyusunan dan penyampaian laporan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden oleh KPU Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi

kepada KPU RI;

c. Evaluasi pelaksanaan, penyusunan dan penyampaian Laporan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden oleh KPU RI kepada Presiden dan DPR;

d. Penyusunan dokumentasi;

e. Pengelolaan arsip.

Dari penyelenggaraan dua kali Pemilu di Kabupaten Belitung pada tahun 2014,

tergambar dinamika politik yang begitu cepat berubah dan cenderung menurun

dari sisi partisipasi politik, dimana tingkat partisipasi politik di Pemilu Presiden

lebih rendah dibandingkan pada Pemilu Legislatif, padahal KPU Kabupaten

Belitung telah menjalankan tahapan-tahapan yang tak jauh berbeda dari Pemilu

sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa dinamika politik yang berkembang di

masyarakat sangat dipengaruhi oleh karakteristik pemilih dan karakteristik

sosial.

Page 33: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 27Di Kabupaten Belitung

F. KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mencoba menggambarkan

kerangka pemikiran mengenai partisipasi politik warga di wilayah pesisir

Kabupaten Belitung dalam pelaksanaan Pemilu tahun 2014. Pada tahapan

penelitian, kerangka pemikiran dijadikan sebagai alur dalam menentukan arah

penelitian untuk menghindari terjadinya perluasan pembahasan yang akan

menyebabkan penelitian tidak terarah/ terfokus.

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Gambar 1.1 di atas menjelaskan bahwa melek politik warga pesisir pada

Pemilu tahun 2014, dipengaruhi oleh faktor pendorong dan faktor

penghambat. Faktor pendorong ini meliputi; a) rasa ingin tahu, b) kesadaran

politik, c) perangsang politik, d) karakteristik pribadi, e) karakteristik social, f)

situasi atau lingkungan, dan g) pendidikan politik.

Sedangkan faktor penghambat meliputi; a) hubungan fungsional wilayah, b)

pengaruh dari keluarga, dan c) rendahnya dukungan dan sosialisasi. Rendahnya

sosialisasi menurut pihak penyelenggara (KPU).

Melek Politik Warga PesisirPada Pemilu Tahun 2014

FAKTOR PENDORONG Rasa Ingin Tahu Kesadaran Politik Perangsang Politik Karakteristik Pribadi Karakteristik Sosial Situasi Atau Lingkungan Politik Pendidikan Politik

FAKTOR PENGHAMBAT Hubungan Fungsional Wilayah Pengaruh Keluarga Rendahnya Dukungan atau

Sosialisasi

Strategi Dan Kebijakan PeningkatanMelek Politik Warga

Page 34: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 28Di Kabupaten Belitung

BAB II

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada

metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2012:4), penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut Creswell (2012:33) Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua

alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang peranan

KPU dalam mengatasi angka Golput serta meningkatkan partisipasi politik

masyarakat ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan

kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang

dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat

dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Di samping itu, metode kualitatif

mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan peneliti untuk

senantiasa menyesuaikan diri dalam menghadapi situasi yang berubah-ubah.

Moleong (2012:6) mengemukakan pengertian metode penelitian

kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sugiyono (2012:59) menyatakan bahwa penelitian kualitatif yang

menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena

Page 35: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 29Di Kabupaten Belitung

itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti

kualitatif siap untuk terjun ke lapangan.

Dari pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan pertimbangan dapat lebih fokus pada

masalah yang didalami, serta dapat menafsirkan dan membuat kesimpulan atas

temuan tersebut dengan bantuan instrumen agar lebih valid dalam mengolah

data yang diperoleh dari lapangan. Lebih lanjut, Sugiyono (2012:222) juga

menyatakan, bahwa penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

mendapatkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai sumber data,

melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan

data, dan membuat kesimpulan atas temuannya. Oleh karena itu, selama proses

penelitian, peneliti akan lebih banyak berkomunikasi dengan subjek penelitian

yakni KPU Kabupaten Belitung sebagai penyelenggara Pemilu dan masyarakat

di wilayah pesisir sebagai masyarakat pemilih.

Selajutnya dalam penelitian ini peneliti akan lebih banyak

menguraikan secara deskriptif hasil temuan-temuan di lapangan. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian yang didasarkan pada

pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan-kenyataan yang

ada pada saat sekarang, serta memusatkan pada masalah aktual yang terjadi

pada saat penelitian dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nazir

(1988:63), metode deskriptif ialah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau

sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini ialah untuk

membuat deskriptif akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antar fenomena yang terjadi. Menurut Arikunto (2009:42), penggunaan metode

deskriptif analitis didasarkan pada asumsi bahwa penelitian ini bermaksud

untuk mendapatkan keterangan atau gambar secara aktual dan faktual terhadap

gejala sosial, terkait tingkat melek politik masyarakat pesisir di Kabupaten

Page 36: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 30Di Kabupaten Belitung

Belitung, sebagai dasar KPU Kabupaten Belitung untuk menentukan strategi

dan kebijakan dalam meningkatkan melek politik masyarakat pesisir.

B. SUMBER INFORMASI

Sumber informasi dipilih bertalian dengan tujuan untuk

memperoleh informasi yang diperlukan, untuk dijadikan sample penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan sample purposive, sehingga besarnya

jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi, kejenuhan data dan

informasi yang diberikan. Jika beberapa responden yang dimintai keterangan

diperoleh informasi yang sama, maka itu sudah dianggap cukup untuk proses

pengumpulan data.

Tabel 2.1. Responden

No Responden Jumlah1 Anggota KPU Kab. Belitung 5 orang2 Anggota Partai Politik 10 orang3 Masyarakat (Informan) 25 orang4 Masyarakat (Verifikator) 15 orang

Adapun dukungan penelitian sebagai berikut :

1. Kelengkapan data, dokumen pendukung penyelenggaraan Pemilu tahun

2014 yang mencakup data kehadiran/partisipasi pemilih.

2. Data profil atau gambaran kondisi umum wilayah Kabupaten Belitung

mencakup kehidupan sosial budaya, ekonomi, pendidikan.

3. Adanya suasana keterbukaan dimana responden yakni penyelenggara

Pemilu (Ketua dan Anggota KPU Kabupaten Belitung), peserta Pemilu

(Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden), masyarakat responden dan

masyarakat verifikator rela, jujur dan tidak dalam tekanan untuk

memberikan informasi.

Page 37: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 31Di Kabupaten Belitung

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan proses yang sangat penting

di dalam mendukung suksesnya sebuah penelitian. Menurut Sugiyono

(2012:224), teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Sumber informasi tidak merujuk pada populasi tetapi pada situasi sosial yang

selanjutnya menjadi subjek penelitian. Menurut Sugiyono (2012:215) bahwa

dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis.

Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang

ingin dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi di dalamnya”. Jadi

dalam penelitian kualitatif lebih mengutamakan situasi sosial tersebut sebagai

objek. Maksudnya, sumber informasi yang diwawancarai adalah seseorang

yang mengerti permasalahan. Dengan demikian penelitian tersebut dapat lebih

mendalam dan valid. Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel

penelitian dalam penelitian kualitatif adalah sumber informasi yang dapat

memberikan informasi (Nasution (2003:32). Sampel dapat berupa hal,

peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara

"purposive" bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula seorang

responden diminta untuk menunjuk orang lain memberikan informasi

kemudian responden tersebut diminta pula menunjuk orang lain dan

seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball sampling" yang dilakukan secara

serial atau berurutan. Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam proses

pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Wawancara.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti untuk memperoleh informasi dan data faktual langsung dari

Page 38: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 32Di Kabupaten Belitung

sumbernya. Wawancara dilakukan melalui proses tanya jawab lisan secara

langsung kepada berbagai pihak, baik dengan Ketua KPU Kabupaten

Belitung, anggota KPU Kabupaten Belitung, anggota partai politik maupun

masyarakat yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut Sugiyono

(2012:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua belah pihak.

2. Observasi.

Menurut Sugiyono (2012:145), observasi merupakan teknik pengumpulan

data yang mempunyai ciri spesifik berkenaan dengan perilaku manusia,

proses kerja, fenomena sosial. Responden yang diamati tidak terlalu besar.

Proses observasi dilakukan dengan mengamati situasi-situasi di lapangan

dan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna mencapai tujuan

penelitian.

3. Studi Dokumentasi.

Studi dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data dengan

mencari dokumen yang bersifat pribadi dan resmi sebagai sumber data yang

dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalah dalam penelitian.

Beragam surat, gambar dan dokumen lainnya merupakan data yang

dikumpulkan lalu dilakukan analisa.

4. Triangulasi.

Triangulasi menurut Sugiyono (2012:241) adalah teknik pengumpulan data

yang bersifat mengabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

data yang ada. Lebih lanjut Sugiyono (2012:195) membagi triangulasi atas 2

(dua) jenis yakni triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi

teknik, adalah teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi

partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data

yang sama secara serempak. Triangulasi sumber, adalah teknik

pengumpulan data dengan teknik yang sama namun berasal dari sumber

Page 39: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 33Di Kabupaten Belitung

yang berbeda-beda. Sedangkan metode triangulasi menurut Denzin (1978),

adalah teknik pengumpulan data dengan mengkombinasikan metode

kuantitatif dan kualitatif sehingga data yang didapat dari metode yang satu

akan memvalidasi silang (cross validate) data yang didapat dengan metode

yang lain.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Setelah data dikumpulkan, peneliti mengolah dan menganalisa data

sesuai kebutuhan penelitian untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan.

Dalam penelitian ini, data yang dianalisis adalah data hasil Pemilu Legislatif

2014 dan data Pemilu Presiden 2014 di Kabupaten Belitung, lalu dikategorikan

berdasarkan berdasarkan tingkat partisipasi pemilih di wilayah perkotaan,

wilayah pedesaan dan wilayah pesisir. Selanjutnya tingkat partisipasi tersebut

dikaitkan dengan aspek sosial, ekonomi dan budaya untuk menganalisa tingkat

kesadaran dan pengetahuan sebagai indikasi tingkat melek politik warga.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

seperti apa yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992:16-18), bahwa

terdiri atas 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan

mengacu pendapat di atas, maka proses analisis data yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Penyeleksian dan Pengelompokan Data. Data yang sudah terkumpul lalu

diseleksi kemudian dirangkum dan disesuaikan dengan fokus penelitian

yang telah ditetapkan. Kemudian data dikelompokkan berdasarkan kategori

tertentu untuk dicari tema dan polanya berdasarkan rumusan masalah yang

telah dibuat. Untuk memperjelas data yang dibutuhkan, peneliti

menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang ditujukan

kepada Ketua KPU Kabupaten Belitung, anggota KPU Kabupaten Belitung,

warga masyarakat di 5 (lima) kecamatan di Kabupaten Belitung, dan Partai

Page 40: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 34Di Kabupaten Belitung

Politik Peserta Pemilu tahun 2014. Dengan kata lain, reduksi data bertujuan

untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari

hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai

masalah dan aspek-aspek permasalahan yang dapat diteliti.

2. Penyajian Data. Penyajian data atau display data adalah sekumpulan

informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh.

Dengan kata lain data disajikan secara terperinci dan menyeluruh dengan

mencari pola hubungannya. Dari keseluruhan data yang telah didapat

tersebut, dipahami satu persatu, kemudian disatukan dan diinterpretasikan

sesuai dengan rumusan masalah.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Data. Kesimpulan merupakan kegiatan

yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang

dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal

penting.

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan

keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam

mengolah hasil sementara menjadi hipotesa. Dengan demikian, secara umum

teknik analisis data dilakukan dengan menyeleksi data yang terkumpul,

mengkotegrikan data dan menyesuaikan dengan fokus masalah penelitian.

Page 41: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 35Di Kabupaten Belitung

BAB III

LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

A. ASPEK GEOGRAFIS

Kabupaten Belitung merupakan daerah kepulauan yang secara

geografis terletak antara 107°08’-107°58,5’ Bujur Timur dan 02°30’- 03°15’

Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Natuna;

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur;

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa;

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar.

Kabupaten Belitung ini memiliki proporsi luas sebesar 14% dari luas

seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara administratif, Kabupaten

Belitung terdiri atas 5 (lima) kecamatan dengan 48 desa/kelurahan, dengan luas

wilayah daratan 2.293,690 Km2 terdiri dari 94 pulau besar dan kecil. Pulau

pulau terbesar yaitu Pulau Belitung, serta pulau-pulau besar lainnya seperti

Pulau Seliu, Pulau Mendanau, dan Pulau Nadu.

Tabel 3.1. Penyebaran Pulau dan Luas WilayahMenurut Kecamatan di Kabupaten Belitung

No KECAMATAN JumlahPulau

Luas (Km2) Persentase

1 Membalong 36 909,550 36,652 Tanjungpandan 5 207,24 9,043 Sijuk 17 452,00 19,714 Badau 8 416,54 18,165 Selat Nasik 28 133,500 5,82

Total 94 2.293,690 100,00Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2014

Page 42: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 36Di Kabupaten Belitung

Kondisi topografi Pulau Belitung pada umumnya bergelombang dan

berbukit-bukit. Kondisi topografi tersebut telah membentuk pola aliran sungai

di daerah ini menjadi pola sentrifugal, dimana sungai-sungai yang ada berhulu

di perbukitan dan mengalir ke daerah pantai. Daerah yang paling tinggi di

Kabupaten Belitung hanya mempunyai ketinggian kurang lebih 500 Meter dari

permukaan laut, dengan puncak tertinggi ada di Gunung Tajam. Sedangkan

daerah hilir terdiri atas pantai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni :

Sebelah utara oleh DAS Buding,

Sebelah selatan oleh DAS Pala dan Kembiri, dan

Sebelah Barat oleh DAS Brang dan Cerucuk.

Keadaan tanah di Kabupaten Belitung pada umumnya didominasi oleh

kwarsa dan pasir, batuan aluvial dan batuan granit. Menurut letaknya, batuan

kwarsa dan pasir tersebar secara merata di seluruh wilayah kecamatan di

Kabupaten Belitung. Untuk batuan aluvial dapat ditemukan hampir di seluruh

wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Selat Nasik.

Tabel 3.2. Jumlah Desa, Dusun, RT, RW dan TPSMenurut Kecamatan di Kabupaten Belitung Tahun 2014

No KECAMATAN Desa Dusun RT RW TPS1 Membalong 12 39 156 69 572 Tanjungpandan 16 31 421 141 1853 Sijuk 10 26 172 62 574 Badau 7 20 76 27 345 Selat Nasik 4 9 38 15 18

Kabupaten Belitung 49 125 863 314 351Sumber : Tata Pemerintahan, Setda Kabupaten Belitung, 2014

Page 43: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 37Di Kabupaten Belitung

B. ASPEK SOSIAL BUDAYA

Pada tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Belitung sebesar

152.258 jiwa, hal ini bertambah 0,50 % dari jumlah penduduk pada tahun 2013

yang hanya sebesar 151.494 jiwa. Jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-

laki sebanyak 78.023 jiwa, dan jumlah penduduk dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 74.234 jiwa. Adapun tingkat kepadatan penduduk di

Kabupaten Belitung mencapai 66.28 jiwa per Km2. Apabila dilihat dari sisi

wilayah kecamatan, maka Kecamatan Tanjungpandan merupakan wilayah di

Kabupaten Belitung dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yaitu

sebesar 218,68 jiwa per Km2. Sedangkan Kecamatan Membalong memiliki

tingkat kepadatan penduduk terendah, yaitu sebesar 25,80 jiwa per Km2. Pola

pemukiman penduduk di Kecamatan Membalong, umumnya memusat pada

satu titik. Dan di luar wilayah pemukiman tersebut, terdapat lahan-lahan

perkebunan.

Kehidupan beragama di Kabupaten Belitung juga berkembang

cukup baik, yang tercermin dari kerukunan antar umat beragama dan toleransi

yang terbina dengan baik. Boleh dikatakan tidak ada konflik atau gejolak yang

terjadi antar umat beragama di Kabupaten Belitung. Mayoritas penduduk di

Kabupaten Belitung merupakan pemeluk agama Islam, yakni sebesar 90,88%.

Sisanya merupakan pemeluk agama Katolik, Protestan, Hindu dan Budha serta

Konghucu. Bagi penduduk yang merupakan etnis Melayu, agama Islam telah

menjadi identitas mereka. Sehingga pemeluk agama Islam sering diidentikkan

dengan sebutan Melayu. Sedangkan pemeluk agama Konghucu, Budha bahkan

etnis Tionghoa yang beragama Kristen dan Katolik, sering disebut dengan

orang Cina. Sudah dianggap biasa kalau orang Cina memberangkatkan haji

bagi orang yang beragama Islam, dan sebaliknya juga kalau anak orang Cina

diadopsi oleh keluarga orang Melayu.

Page 44: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 38Di Kabupaten Belitung

Tabel 3.3. Pemeluk Agama di Kabupaten BelitungTahun 2013-2014

No Agama 2013 % 2014 %1 Islam 156.224 90,88 156.671 90,882 Kristen 2859 1,66 2.902 1,683 Katolik 1.326 0,77 1.354 0,794 Hindu 780 0.45 740 0,435 Budha 10.699 6,22 10.701 6,216 Konghucu 21 0,01 24 0,01

Sumber : Dukcapil Kab.Belitung, 2014

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang

menempatkan manusia (penduduk), sebagai fokus dan sasaran akhir dari

seluruh kegiatan pembangunan. Tentunya, isu pembangunan manusia tersebut

tidak cukup hanya disajikan dalam bentuk pernyataan politik (political

statement), namun harus mampu dijabarkan dalam program-program

pembangunan. Isu-isu pembangunan kerap kali menjadi tema kampanye bagi

peserta Pemilu. Isu-isu tersebut bisa menjadi daya ungkit bagi peserta Pemilu

sekaligus bisa menjadi batu sandungan. Sayangnya isu-isu pembangunan

jarang bermuara pada visi dan misi yang digunakan untuk meyakinkan

masyarakat pemilih. Isu pembangunan yang sering muncul dalam setiap

kampanye masih berkutat pada persoalan pembangunan mendasar, yakni

persoalan kemiskinan, isu pendidikan dan kesehatan.

C. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

pemerintah Kabupaten Belitung membagi wilayah administrasi kecamatan ke

dalam 5 (lima) kawasan pengembangan sebagaimana tertuang dalam RPJMD

Kabupaten Belitung tahun 2010-2014. Adapun strategi pengembangan

kawasan dimaksud adalah sebagai berikut :

Page 45: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 39Di Kabupaten Belitung

1. Kecamatan Tanjungpandan, diarahkan pemanfaatannya sebagai pusat

pemerintahan dan perkantoran, serta penataan lingkungan perumahan

dengan konsep neighborhood unit;

2. Kecamatan Membalong, diarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan wisata

alam dan lingkungan (eocotourism), perikanan laut, industri kelautan,

kegiatan budidaya laut, penataan lingkungan perumahan, kegiatan pertanian

dan perkebunan, serta industri ramah lingkungan untuk agro industri dan

marine industry;

3. Kecamatan Badau, diarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan industri besar,

pusat perdagangan bebas berskala internasional, pelabuhan serta penataan

lingkungan perumahan nelayan serta pemberdayaan masyarakat;

4. Kecamatan Sijuk, diarahkan pemanfaatannya sebagai kawasan lindung dan

hutan suaka alam, kegiatan pariwisata serta penataan lahan lingkungan

perumahan;

5. Kecamatan Selat Nasik, diarahkan pemanfaatannya untuk kegiatan

pariwisata bahari serta wisata bawah laut, kegiatan budidaya laut, kegiatan

industri kecil (home industri), perdagangan dan jasa, serta penataan

lingkungan perumahan dan pemberdayaan masyarakat.

Perencanaan pembangunan wilayah (spasial) ini selanjutnya didorong

dengan pengembangan lapangan usaha (sektoral) yang menjadi indikator untuk

mengukur kesejahteraan masyarakat, diantaranya Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). Berdasarkan PDRD Kabupaten Belitung, potensi sektor primer

meliputi pertanian, perikanan, perkebunan dan sektor pertambangan masih

memberikan kontribusi, namun pertumbuhannya mengalami perlambatan dari

tahun ke tahun. Sementara transformasi ekonomi tidak berjalan linier, dalam

arti perkembangan sektor jasa (tersier) bukan merupakan akibat dari

perkembangan sektor sekunder (industri), dimana kontribusi sektor industri

pengolahan menunjukkan penurunan. Sebaliknya kontribusi sektor tersier yang

Page 46: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 40Di Kabupaten Belitung

ditopang sektor pariwisata menjadi sektor unggulan. Perkembangan sektor

pariwisata dipicu oleh populitas Novel Laskar Pelangi pada tahun 2008,

meskipun sejak tahun 1990 sudah mulai dirintis rencana pengembangan

pariwisata, terutama ditujukan untuk mengantisipasi dampak pasca tambang.

Hal ini dipertegas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten

Belitung yang menempatkan sektor perikanan dan kelautan, sektor pariwisata

dan sektor pelabuhan sebagai sektor unggulan.

Selain PDRB, indikator kesejahteraan masyarakat juga digambarkan

dari tingkat pendapatan perkapita dan tingkat kemiskinan. Setidaknya dua

indikator tersebut, menjelaskan gambaran awal kondisi kesejahteraan sosial

dikaitkan dengan karakteristik wilayah, antara wilayah pedesaan atau wilayah

pesisir dengan wilayah perkotaan. Pada tahun 2013, garis kemiskinan di

wilayah pedesaan sebesar Rp. 438.899 perkapita perbulan, meningkat menjadi

Rp. 444.817 perkapita perbulan pada tahun 2014. Sedangkan garis kemiskinan

di wilayah perkotaan meningkat dari Rp. 416.935 perkapita perbulan pada

tahun 2013, menjadi Rp. 439.377 perkapita perbulan pada tahun 2014.

Berdasarkan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan

Kabupaten Belitung Tahun 2014, menjelaskan bahwa tingkat pengangguran

terbuka pada tahun 2014 berada pada posisi 3,03% diantara kabupaten/kota di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Angka tersebut berada di bawah rata-rata

tingkat pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berada

pada posisi 5,65%. Lebih rinci lagi, Dinas Kepedudukan dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Belitung pada tahun 2013 mencatat tingkat pengangguran terbuka

adalah 10,54% atau sebesar 53.520 jiwa. Artinya 10,54% penduduk berusia

antara 15 hingga 64 tahun berusaha terlibat dalam kegiatan produktif. Tingkat

pengangguran tertinggi terdapat pada usia 15 hingga 19 tahun yakni sebanyak

10,738 jiwa dari 53.520 jiwa atau 69,79%. Sedangkan tingkat pengangguran

terendah terdapat pada kelompok usia 50 hingga 54 tahun sebesar 1,83% atau

sebesar 5.093 jiwa.

Page 47: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 41Di Kabupaten Belitung

Perekonomian di Kabupaten Belitung lebih didominasi oleh sektor

ekonomi yang bersifat ekstraktif (perikanan laut dan pertambangan) dan sektor

perkebunan hingga akhirnya pada tahun 2008, popularis Novel dan Film

Laskar Pelangi mendongkrak sektor pariwisata yang membuat wilayah pesisir

menjadi destinasi wisata yang diminati. Perkembangan sektor pariwisata ini

memungkinkan nilai-nilai masyarakat berubah seiring meningkatnya arus

kunjungan wisata ke Belitung. Hal ini tidak terlepas dari dukungan

infrastruktur pelabuhan laut dan udara.

Perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Belitung selama 5

(lima) tahun terakhir terhitung dari tahun 2009 hingga tahun 2013, terlihat

adanya trend peningkatan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin sebanyak

11.290 jiwa atau tingkat kemiskinannya sebesar 6,97%, kemudian mengalami

peningkatan menjadi 12.090 jiwa atau tingkat kemiskinannya sebesar 7,26%

pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2013 tingkat kemiskinan melonjak

tajam menjadi 8,48 % dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 14.300 jiwa.

Kondisi kemiskinan ini tentunya menimbulkan kerawanan sosial. Penyandang

masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kabupaten Belitung yang paling

menonjol adalah fakir miskin yang jumlahnya pada tahun 2014 sebanyak 7589

jiwa, sedangkan lanjut usia terlantar sebanyak 806 jiwa, dan anak terlantar

sebanyak 123 jiwa.

Tabel 3.4. Perkembangan Penduduk Rawan SosialKabupaten Belitung Tahun 2012-2014

Uraian 2012 2013 2014

Fakir Miskin 7880 7589 7589Anak Terlantar 164 123 123Lanjut Usia Terlantar 1051 806 806PMKS 2255 2165 9041

Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab Belitung 2014

Page 48: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 42Di Kabupaten Belitung

Selain dari penduduk rawan sosial, kelompok marginal yang memiliki

kendala dalam mobilitas penyelenggaraan Pemilu, ditunjukkan dengan

permasalahan disabilitas. Kelompok tersebut seperti dijelaskan pada tabel

dibawah ini :

Tabel 3.5. Perkembangan Penduduk CacatDi Kabupaten Belitung Tahun 2013-2014

JENIS CACAT 2013 2014Tuna Netra 103 58Tuna Rungu 17 30Tuna Wicara 89 24Tuna Wicara-Rungu 81 0Tuna Daksa 16 208Tuna Grahita 15 103Cacat Jiwa 19 19Cacat Ganda 22 50

Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan TransmigrasiKabupaten Belitung, 2014

D. ASPEK SUMBERDAYA MANUSIA

Kapasitas atau kesiapan sumberdaya manusia di Kabupaten Belitung

dapat dilihat dari tingkat partisipasi terhadap pasar tenaga kerja. Tentunya

pasar tenaga kerja juga dipengaruhi oleh lapangan usaha yang tersedia. Peluang

memenuhi lapangan kerja masih terbuka jika dikaitkan dengan usia produktif,

dimana penduduk usia produktif dikelompokkan ke dalam beberapa kategori

yakni; a) kelompok yang sedang menunggu pekerjaan, masih sekolah dan ibu

rumah tangga, b) kelompok yang bekerja di bawah standard minimum, dan c)

kelompok yang tidak bekerja.

Tentunya perlu upaya untuk menciptakan lapangan usaha yang lebih

luas, sehingga mampu memberi peluang bagi masyarakat untuk bekerja lebih

banyak. Tidak hanya persoalan lapangan kerja, faktor pendidikan dan

kesehatan serta dimensi manusia dalam pembangunan lainnya, muncul sebagai

Page 49: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 43Di Kabupaten Belitung

isu penting dalam kampanye politik. Namun isu ini lebih banyak terkait dengan

anggaran, seperti banyak calon pimpinan daerah maupun negara menjadikan

pendidikan gratis sebagai isu kampanye. Sesungguhnya esensi dari isu

pendidikan itu lebih menekankan pada kualitas sumberdaya manusia, agar

mampu berperan sebagai subyek pembangunan dan hak-hak asasi yang

menyertainya. Isu pembangunan manusia cenderung semakin berkembang

menjadi kebutuhan seiring dengan semakin berkembangnya kesadaran politik

masyarakat dan terbukanya komunikasi pada era reformasi sekarang ini.

Tabel 3.6. Komposisi Mata Pencaharian PendudukKabupaten Belitung Tahun 2007 (orang)

No Lapangan Usaha 2002 2007 %

1 Pertanian dan Perkebunan 7.287 10.284 50,58

2 Pertambangan 3.427 4.837 23,79

3 Industri Pengolahan 320 452 2,22

4 Bangunan 192 271 1,33

5 Perdagangan dan Perhotelan 285 402 1,98

6 Pengangkutan 596 841 4,14

7 Jasa-jasa 69 97 0,48

8 Pegawai Negeri Sipil 3.149 3.149 15,49

Total 15.325 20.333 100,00

Sumber : RPJMD Kabupaten Belitung Tahun 2010-2014

Tabel diatas menunjukkan bahwa pertanian dan perkebunan termasuk

perikanan, masih merupakan sektor yang menyediakan lapangan pekerjaan

yang seringkali tidak memerlukan persyaratan tertentu untuk mendapatkannya.

Selain pertanian dan perkebunan, sektor pertambangan sampai tahun 2007

Page 50: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 44Di Kabupaten Belitung

masih merupakan sektor kedua yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi

penduduk di Kabupaten Belitung untuk berusaha, dimana sektor pertambangan

ini dalam bentuk pertambangan rakyat atau Tambang Inkonvensional (TI), juga

tidak memerlukan tenaga terampil dengan persyaratan tertentu. Dengan kata

lain penduduk di Kabupaten Belitung yang bekerja lebih banyak memasuki

lapangan-lapangan pekerjaan eksploratif tradisional atau sekitar 57,17% dari

total penduduk yang bekerja.

Seperti yang terdapat pada Tabel 3.6 di atas, bahwa sektor pertanian

dan perkebunan, dimana perikanan dan kelautan terdapat di dalamnya,

merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu sebesar 50,58%

dari total penduduk bekerja atau sekitar 7,99% dari total penduduk Kabupaten

Belitung. Jika diasumsikan, kontribusi sektor kelautan dan perikanan (60%)

terhadap PDRB sektor pertanian dan perkebunan, sama dengan besaran

proporsi komposisi atau struktur mata pencahariannya, maka jumlah penduduk

bekerja yang mata pencahariannya di bidang kelautan dan perikanan dapat

dihitung sebesar 30,35% dari total penduduk bekerja atau sekitar 4,24% dari

total penduduk Kabupaten Belitung.

Dengan perhitungan yang sama, maka penduduk bekerja yang

bermata pencaharian di sektor pengangkutan adalah sebesar 4,14% dari total

penduduk bekerja, dan yang terkait dengan sektor pariwisata adalah sebesar

2,46% dari total penduduk bekerja. Dengan asumsi 30% penduduk Belitung

yang bekerja di pengangkutan dan sektor yang terkait dengan pariwisata, maka

struktur atau komposisi mata pencaharian di sektor kepelabuhanan dan

pariwisata berturut-turut menjadi sebesar 1,24% dan 0,74% dari total penduduk

bekerja, dan 0,17% dan 0,10% dari total penduduk Kabupaten Belitung.

Dengan melihat komposisi atau struktur mata pencaharian penduduk

usia produktif dan rendahnya kualitas SDM, maka sebagai bagian integral

untuk melanjutkan prioritas pembangunan daerah, mau tidak mau maka sektor

pendidikan harus lebih ditingkatkan dalam waktu lima tahun mendatang untuk

Page 51: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 45Di Kabupaten Belitung

mencapai kondisi yang diinginkan. Kualitas SDM sangat penting untuk

ditingkatkan, mengingat persaingan tenaga kerja yang skilled labor akan sangat

menentukan apakah masyarakat Kabupaten Belitung dapat tinggal landas

bersama tiga sektor prioritas tersebut.

Untuk sampai pada proses tersebut diperlukan pengukuran-

pengukuran terhadap indikator pembangunan manusia. Secara konsepsional

(UNDP), kualitas pembangunan manusia dapat dilihat dari partisipasi aktif

penduduk dalam pembangunan, mulai dalam perumusan dan penentuan

kebijakan hingga pada evaluasi. Konsep pembangunan seperti ini disebut

sebagai konsep pembangunan yang berpusat atau berbasis pada penduduk

(people centered development) yaitu oleh penduduk, dari penduduk, dan untuk

penduduk. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan sumberdaya

manusia yang diajukan oleh UNDP adalah indikator Indeks Pembangunan

Manusia (IPM). IPM mencakup tiga indeks, yakni angka melek huruf, rata-rata

lama sekolah dan angka harapan hidup. Dari ketiga perubahan diatas, terlihat

bahwa terjadi peningkatan pola Indek Pembangunan Manusia dari tahun 2005

hingga tahun 2007. Nilai IPM dari tahun 2005 ke tahun 2007 adalah meningkat

dari 70,7 menjadi 72,19 dengan rata-rata peningkatan IPM tiap tahunnya

mencapai 0,745 per tahun. Dari nilai IPM yang disampaikan di atas

menunjukkan bahwa pada tahun 2005 angka IPM di Kabupaten Belitung

berada pada selang 66 < IPM < 80, hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pembangunan manusia berada pada status menengah atas.

1. Indikator Pengetahuan

Kualitas pendidikan memberikan kontribusi positif terhadap pemahaman

politik. Namun demikian pendidikan bukanlah satu-satunya yang digunakan

untuk mengukur kualitas kehidupan demokasi. Terkait dengan tema

penelitian dan pemilih, setidaknya dapat dilihat dari sejauh mana pendidikan

bisa diikuti oleh masyarakat. Pada tahun 2014, IPM SMP/MTS sebesar

Page 52: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 46Di Kabupaten Belitung

88.33%. Artinya jumlah anak usia 13 hingga 15 tahun yang bersekolah di

SMP/MTs sebanyak 83,33% atau lebih baik dari tahun 2013 yang hanya

berjumlah 87,61%. Sebaliknya, angka putus sekolah usia 7 hingga 12 tahun

sebesar 1,41% yang jauh melebihi capaian tahun 2013. Angka putus sekolah

tertinggi terdapat di Kecamatan Tanjungpandan dengan capaian sebesar

0,57%, disusul Kecamatan Sijuk, Membalong, Badau dan Selat Nasik. Pada

jenjang pendidikan SMP/MTs. Angka putus sekolah usia 13 hingga 15

tahun tertinggi yaitu di Kecamatan Tanjungpandan, disusul Kecamatan Selat

Nasik sebesar 0,2%, Kecamatan Sijuk sebesar 0,17%, Kecamatan Badau

sebesar 0,11%, dan Kecamatan Membalong sebesar 0,12%.

Tabel 3.7. Jumlah Sekolah dan Gurudi Kabupaten Belitung Tahun 2012-2014

JENJANGPENDIDIKAN

2012 2013 2014Sekolah Guru Sekolah Guru Sekolah Guru

TK 46 233 45 266 51 271SD 124 1091 124 1283 124 1292SMP 27 402 27 382 26 402SMA 13 190 14 170 16 191PT 0 26 0 25 0 25

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupatn Belitung, 2014

Sarana pendidikan sebagaimana dijelaskan pada tabel di atas menampung

sejumlah siswa yang terbanyak berada di Kecamatan Tanjungpandan.

Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Belitung,

sebagian besar menamatkan pendidikan SLTA yakni sebanyak 26.753 siswa

dan hanya 3,96% yang menamatkan jenjang pendidikan perguruan tinggi

(Diploma III, Diploma IV, Strata 1 dan Strata II).

2. Indikator Kesehatan

Indeks kelangsungan hidup tahun 2007 mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Nilai ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan angka

Page 53: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 47Di Kabupaten Belitung

kelahiran hidup dan rata-rata anak yang di bawah usia 15 tahun hidup. Ini

menjadi salah satu ukuran dari keberhasilan masyarakat dalam

meningkatkan layanan kesehatan dan pengetahuan dalam kehidupan.

Berdasarkan data statistik Kabupaten Belitung, tercatat terjadinya

peningkatan jumlah fasilitas Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas

Pembantu. Untuk tenaga kesehatan yang dominan meningkat adalah tenaga

untuk kesehatan di tingkat Puskesmas. Selain itu juga dapat didorong oleh

pendidikan masyarakat yang makin peduli dengan pola kesehatan, atau

tingkat fasilitas dan pelayanan yang kualitasnya makin baik. Semua itu

berimplikasi memacu meningkatnya nilai harapan hidup rata-rata penduduk

mencapai 69 tahun.

3. Indikator Daya Beli

Selain itu indeks daya beli masyarakat juga menunjukkan peningkatan.

Peningkatan kemampuan daya beli ini sangat terkait dengan tingkat

pendapatan perkapita perbulan masyarakat. Nilai pengeluaran yang diukur

adalah pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi masyarakat. Kemampuan

daya beli dipengaruhi juga oleh kondisi wilayah. Dimana masyarakat di

wilayah pesisir yang mata pencahariannya dari hasil laut, maka hidupnya

sangat tergantung kepada factor alam dan kondisi cuaca.

E. ASPEK KEHIDUPAN DEMOKRASI

Selama kurun waktu antara tahun 2008 hingga tahun 2013, di

Kabupaten Belitung telah diselenggarakan 5 (lima) kali Pemilu, yakni Pemilu

Bupati dan Wakil Bupati Belitung tahun 2008, Pemilu Legislatif tahun 2009,

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009, Pemilu Gubernur dan Wakil

Gubernur Tahun 2012, serta Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Belitung tahun

2013. Namun selama kurun waktu tersebut, penyelenggaraan Pemilu di

Page 54: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 48Di Kabupaten Belitung

Kabupaten Belitung ini menunjukkan kalau tingkat partisipasi di wilayah

perkotaan (Kecamatan Tanjungpandan) sebesar 71%. Tingkat partisipasi

politik wilayah perkotaan jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan

kecamatan lain, yang merupakan wilayah pesisir atau pedesaan. Khususnya

Kecamatan Membalong dan Kecamatan Badau, merupakan 2 (dua) kecamatan

di Kabupaten Belitung dengan tingkat partisipasi politik tertinggi. Ironisnya,

Kecamatan Tanjungpandan yang memiliki berbagai infrastruktur sosial politik

yang lebih memadai dibandingkan dengan 4 (empat) kecamatan lainnya, justru

memiliki tingkat partisipasi politik yang rendah.

Data Pemilih Tetap Kabupaten Belitung pada Pemilu Legislatif

2014 berjumlah 116.521 pemilih, terdiri dari 59.541 atau 51,09% pemilih laki-

laki dan 56.980 atau 48,90% pemilih perempuan. Setelah dilakukan stratifikasi

ke dalam piramida penduduk, usia pemilih lebih didominasi oleh usia produktif

(usia antara 31 tahun hingga 35 tahun). Sedangkan jumlah pemilih pemula

yang berusia antara 15 hingga 22 tahun sebanyak 13,782 orang. Sedangkan

untuk segmen pemilih perempuan yang jumlahnya 56.980 atau 48,90% pemilih

dari total pemilih yang terdaftar dalam DPT Kabupaten Belitung pada Pemilu

Legislatif tahun 2014.

Page 55: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 49Di Kabupaten Belitung

Gambar 3.1. Piramida Pemilih Yang Terdaftar Pada DPTPemilu Legislatif Tahun 2014 Di Kabupaten Belitung

Sumber : DPT Pemilu 2014, KPU Kabupaten Belitung, diolah

Page 56: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 50Di Kabupaten Belitung

BAB IV

PEMBAHASAN

A. TEMUAN-TEMUAN

Pemilu Legislatif tahun 2014 dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014,

kemudian sekitar Tiga bulan setelah Pemilu Legislatif, juga diselenggarakan

Pemilu Presiden yaitu pada tanggal 9 Juli 2014. Jika dibandingkan dengan

Pemilu Presiden, maka distribusi kotak suara pada Pemilu Legislatif jauh lebih

rumit, dikarenakan Pemilu Legislatif yang membutuhkan 4 (empat) kotak

suara, untuk menghimpun surat suara pemilih bagi anggota DPR, anggota

DPD, anggota DPR Provinsi dan anggota DPRD Kabupaten. Sementara itu

pada Pemilu Presiden hanya dibutuhkan 1 (satu) kotak suara. Namun demikian,

seiring banyaknya logistik berupa kotak suara yang dibutuhkan, ternyata

peserta Pemilu memberikan pengaruh positif terhadap tingkat partisipasi

pemilih.

1. Tingkat Melek Politik warga

Secara Nasional Partai politik peserta Pemilu legislatif pada tanggal 9 April

2014 berjumlah sebanyak 12 partai politik. Sedangkan jumlah Calon

Legislatif (Caleg) dari 12 partai politik untuk kursi DPRD Kabupaten

Belitung berjumlah 296 orang, yang terdiri dari Caleg laki-laki sebanyak

190 orang atau sebesar 64,19%, dan Caleg perempuan sebanyak 106 orang

atau sebesar 35,81%. Caleg-Caleg tersebut mewakili 4 (empat) Daerah

Pemilihan (Dapil), yang meliputi Dapil Belitung I (Kecamatan

Tanjungpandan) terdapat 95 Caleg, dengan rincian 59 atau 62% laki-laki

dan 36 atau 38% perempuan. Dapil Belitung II (Kecamatan Tanjungpandan)

terdapat 72 Caleg, dengan rincian 48 atau 67% laki-laki dan 24 atau 33%

perempuan. Dapil Belitung III (Kecamatan Badau dan Sijuk) terdapat 70

Page 57: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 51Di Kabupaten Belitung

Caleg, dengan rincian 47 atau 67% laki-laki dan 23 atau 33% perempuan.

Dapil Belitung IV (Kecamatan Membalong dan Selat Nasik) terdapat 59

orang, dengan rincian 36 atau 61% laki-laki dan 23 atau 39 % perempuan.

Jumlah pemilih pada Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Belitung yang

tersebar di 42 desa dan 6 Kelurahan, dimana sebagian besar berada di

wilayah pesisir Kabupaten Belitung. Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap

(DPT) yang dikeluarkan oleh KPU Kabupaten Belitung pada Pemilu

Legislatif 2014 berjumlah 116.521 orang, terdiri dari pemilih laki-laki

sebanyak 59.541 orang dan pemilih perempuan sebanyak 56.980 orang.

Dari jumlah 116.521 pemilih tersebut, yang menggunakan hak pilih atau

partipasi politik pada Pemilu Legislatif 2014 berjumlah sebanyak 89.993

pemilih atau sebesar 77,23%, dengan rincian 44.646 atau 38,32% pemilih

laki-laki dan 45.347 atau 38,92% pemilih perempuan.

Tabel 4.1. Partisipasi Politik dan Distribusi PemilihLaki-Laki dan Perempuan Pada Pileg 2014

Menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung

NO KECAMATANLAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 TANJUNGPANDAN 22.774 48,60 24.090 51,40 46.864 71,48

2 BADAU 4.092 51,43 3.865 48,57 7.957 84,87

3 SIJUK 8.142 49,83 8.198 50,17 16.340 82,44

4 MEMBALONG 7.744 51,25 7.365 48,75 15.109 87,98

5 SELAT NASIK 1.894 50,87 1.829 49,13 3.723 81,04

KAB. BELITUNG 44.646 49,61 45.347 50,39 89.993 77,23

Sumber : KPU Kabupaten Belitung, 2014, diolah

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, partisipasi politik pemilih perempuan lebih

tinggi yakni 45.347 pemilih atau 50,39%, melebihi partisipasi politik

pemilih laki-laki yakni 44.646 atau 49,61%, dimana Kecamatan

Tanjungpandan notabene merupakan wilayah perkotaan yang memiliki

Page 58: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 52Di Kabupaten Belitung

tingkat partisipasi politik terendah. Sebaliknya Kecamatan Membalong yang

merupakan wilayah pedesaan dan wilayah pesisir memiliki tingkat

partisipasi tertinggi yakni 87,98%. Artinya partisipasi politik di wilayah

pedesaan dan wilayah pesisir lebih tinggi, meskipun tingkat pendidikan

formal yang tidak terlalu tinggi jika dibandingkan masyarakat perkotaan.

Setidaknya hal ini memberikan gambaran awal bahwa tingkat kesadaran

politik warga pedesaan dan warga pesisir di Kabupaten Belitung lebih

tinggi. Selanjutnya tingkat kesadaran politik tersebut perlu dianalisa faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

Pada pelaksanaan Pilpres 2014, jumlah pemilih yang masuk dalam DPT

Kabupaten Belitung meningkat sebanyak 814 pemilih menjadi 117.335

pemilih, yang terdiri dari 60.000 pemilih laki-laki dan 57.335 pemilih

perempuan. Peningkatan jumlah mata pilih pada Pemilu Presiden tanggal 9

Juli 2014, dikarenakan terjadinya penambahan mata pilih dalam Daftar

Pemilih Tambahan yang muncul dari DPT Pemilu Legislatif pada tanggal 9

April 2014.

Tabel 4.2 Partisipasi Politik dan Distribusi PemilihLaki-laki dan Perempuan Pada Pilpres 2014Menurut Kecamatan di Kabupaten Belitung

NO KECAMATANLAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 TANJUNGPANDAN 22.808 48,62 24.098 51,38 46.906 71,51

2 BADAU 4.249 52,62 3.826 47,38 8.075 83,12

3 SIJUK 7.876 49,66 7.983 50,34 15.859 79,62

4 MEMBALONG 7.634 51,33 7.237 48,67 14.871 84,91

5 SELAT NASIK 1.609 50,23 1.594 49,77 3.203 69,66

KAB. BELITUNG 44.176 49,68 44.738 50,32 88.914 75,78

Sumber : KPU Kabupaten Belitung, 2014, diolah

Page 59: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 53Di Kabupaten Belitung

Pengguna hak pilih pada Pilpres 2014 sebesar 88.914 pemilih, lebih tinggi

dari pada Pileg 2014. Meskipun jumlah pemilih ini meningkat, namun

partisipasi politik justru mengalami penurunan menjadi 75,78%. Pengguna

hak pilih menurun drastis dari 89.993 pemilih pada Pileg 2014, menjadi

88,914 pemilih pada Pilpres 2014. Partisipasi politik tertinggi pada Pemilu

Presiden masih berada di Kecamatan Membalong, yakni sebesar 84,91%,

sedangkan partisipasi politik terendah berada di Kecamatan Selat Nasik

yakni sebesar 69,66%.

2. Pola Partisipasi dan Melek Politik Warga

Pemberian suara oleh pemilih secara aktif, menunjukkan bahwa warga

memahami hak-haknya sebagai warga negara dan menyadari pentingnya

membangun kehidupan demokrasi. Di kalangan masyarakat yang mudah

mendapatkan akses informasi, partisipasi politik dipengaruhi juga oleh

dinamika politik nasional, khususnya pada Pemilu Presiden 2014.

Sedangkan dinamika politik pada Pemilu Legislatif 2014, lebih didorong

oleh interaksi caleg terhadap pemilih. Seperti yang diungkapkan oleh

Sahrial (17 tahun) dan beberapa rekannya saat ditemui. ”Akhir-akhir ini

televisi dan media sosial ramai membicarakan sosok Jokowi dan Probowo.

Hampir setiap jam televisi menayangkan berita Jokowi dan Probowo,

sampai-sampai pernah kita tidak melaut gara-gara teman kita belum puas

berbicara sosok yang ia jagokan”. Umumnya dinamika politik di tingkat

nasional mempengaruhi partisipasi politik kelompok laki-laki, sedang pada

pemilih perempuan lebih memilih unsur kedekatan emosi dengan tim sukses

atau sosok yang akan dipilih. Perempuan lebih mempertimbangkan

pilihannya atas dasar kedekatan emosional sesaat seperti adanya bantuan.

Terlebih yang memberikan bantuan tersebut adalah Caleg itu sendiri.

Sedangkan partisipasi di kalangan pemilih pemula, didorong oleh semangat

kelompok atau komunitas yang mengingatkan kembali waktu pemungutan

Page 60: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 54Di Kabupaten Belitung

suara. Hal tersebut seiring sejalan dengan pernyataan Sandi (17 tahun),

pelajar dari Desa Juru Seberang yang mengatakan “Sebenarnya saya malas

datang ke TPS, tetapi karena teman-teman yang mengajak akhirnya saya

datang juga”.

Partisipasi warga pesisir di Kabupaten Belitung dipengaruhi oleh latar

belakang pekerjaan, dan secara intuitif akan dipengaruhi oleh aktivitasnya

sehari-hari. Di wilayah pesisir, selain beraktivitas sebagai nelayan mereka

juga berprofesi sebagai pemandu wisata seiring banyak pantai atau pulau

yang dijadikan destinasi wisata. Seperti pendapat Murad (40 Tahun),

nelayan Tanjung Binga yang beralih profesi sebagai pemandu wisata. Ia

mengatakan “Saya sudah mendapatkan order dari tamu lokal yang ingin ke

Pulau Lengkuas. Lalu saya menawarkan untuk merubah jam. Alhamdulillah

mereka memaklumi karena pada hari itu kita memang diwajibkan datang ke

TPS. Bagaimana pun tokoh yang saya pilih itu berjanji akan

memperjuangkan nasib kita”.

Disisi lain pemilih di wilayah pesisir lainnya menentukan pilihan mereka

berdasarkan hati nurani, karena mereka percaya bahwa calon anggota

legislatif yang akan mereka pilih dapat membangun bagi daerah

pemilihannya, seperti yang diungkapkan Rajiman (60 tahun), warga Desa

Tanjung Tinggi yang mengatakan “Terserah orang mau bilang apa yang

penting saya sudah menggunakan hak saya. Setidaknya dengan datang ke

TPS, kita sudah memberi contoh kepada anak-anak muda. Kalau kita

sebagai orang tua tidak sadar dengan nasib bangsanya, bagaimana anak-

anak mudanya”.

Dalam menentukan pilihan, sebagian besar warga pesisir

mempertimbangkan faktor kekeluargaan, teman, kerabat dekat, dan sesuai

dengan hati nurani, serta penilaian pribadi dari pemilih itu sendiri. Apapun

yang menjadi alasan mereka untuk memilih, yang pasti sebagian besar

Page 61: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 55Di Kabupaten Belitung

pemilih di wilayah pesisir Kabupaten Belitung telah berpartisipasi untuk

pertama kalinya pada Pemilu 2014 yang lalu.

Pada Pemilu 2014 kinerja KPU Kabupaten Belitung sudah dinilai baik

karena pada saat itu partisipasi masyarakat Belitung relatif tinggi, namun

partisipasi politik seharusnya bisa lebih ditingkatkan seandainya KPU

Kabupaten Belitung lebih optimal dalam melakukan sosialisasi, terutama

pada segmen pemilih pemula dan segmen pemilih perempuan di Kecamatan

Tanjungpandan.

Hasil wawancara yang dilakukan pada saat pemberian suara di wilayah

pesisir menggambarkan pemilih belum seratus persen menentukan

pilihannya berdasarkan kesadaran individu, namun masih terpengaruh

faktor kekeluargaan dan kerabat dekat, terutama pada segemen pemilih

pemula yang menyatakan bahwa pilihannya pada calon anggota legislatif

didasarkan karena pengaruh dari keluarga. Sedangkan pengetahuan politik

yang mendorong partisipasi politik di wilayah pesisir atau pedesaan

umumnya timbul ketika kampanye berlangsung.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Melek Politik

Pada kegiatan Evaluasi Peningkatan Partisipasi Masyarakat di Kabupaten

Cianjur, Jawa Barat (19/8), Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI ke-3

periode 2007-2012, Prof. Dr. H.A. Hafiz Anshary, AZ, MA mengatakan,

ada 9 (sembilan) faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat

dalam penyelenggaraan Pemilu di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah;

1) penyelenggara Pemilu (KPU), 2) peserta Pemilu, 3) kandidat-kandidat

dalam Pemilu, 4) perilaku dan sikap tim sukses, 5) sikap dan budaya politik,

6) daya dorong atau motivasi masyarakat, 7) waktu penyelenggaraan

pemungutan suara, 8) metode, dan 9) sosialisasi. Dari faktor-faktor yang

disebutkan oleh Ketua KPU tersebut, faktor yang paling berpengaruh

terhadap partisipasi politik di Kabupaten Belitung adalah faktor rekam jejak

Page 62: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 56Di Kabupaten Belitung

dari kandidat peserta Pemilu. Sebagaimana dijelaskan oleh Divisi

Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Hubungan Antar Lembaga KPU

Kabupaten Belitung, Yudi Ariyanto, S.IKom yang mengatakan bahwa,

sebagian besar pemilih enggan menggunakan hak suaranya dalam Pemilu,

karena merasa keberadaan anggota legislatif selama menjabat sebagai wakil

rakyat di gedung Parlemen, tidak memberikan dampak signifikan terhadap

persoalan hidup pemilih itu sendiri.

Hal ini juga pernah ditegaskan oleh anggota KPU RI periode 2007-2012,

Dra. Endang Sulastri, M.Si. Menurutnya, tingkat partisipasi masyarakat

sangat dipengaruhi oleh tingkat trust (kepercayaan) terhadap penyelenggara

(KPU) dan peserta Pemilu. “Tingkat kepercayaan (trust) kepada

penyelenggara dan peserta Pemilu, itu kuncinya. Kita harus terus berusaha

meningkatkan ini,” tandasnya.

B. ANALISIS TEMUAN

Kadar demokrasi suatu negara dapat ditentukan oleh dua hal pokok

yang dianggap keberadaannya penting. Pertama, seberapa besar peranan

masyarakat dalam menentukan arah kebijakan publik. Penentuan kebijakan

publik dalam literatur ilmu politik dapat dilakukan melalui mekanisme

partisipasi politik, yang salah satunya dengan melaksanakan mekanisme

pemilihan pejabat publik atau calon anggota legislatif secara langsung.

Pemilihan langsung menunjukkan hak-hak politik warga yang dijalankan

dalam Pemilu dapat memberikan gambaran sosok wakil rakyat dan pimpinan

negara.

Tidak hanya pada pelaksanaan Pileg dan Pilpres 2014, dalam

penyelenggaraan Pemilu kurun waktu antara tahun 2008 hingga tahun 2013

pun Kecamatan Tanjungpandan merupakan wilayah yang paling rendah tingkat

partisipasi politiknya, padahal Kecamatan Tanjungpandan memiliki akses

Page 63: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 57Di Kabupaten Belitung

informasi yang mendorong pengetahuan politik lebih memadai, begitupun

interaksi sosial terkait dengan diskusi bertema politik lebih intens

dibandingkan dengan 4 (empat) kecamatan lainnya di Kabupaten Belitung.

Namun pembangunan yang lebih berorientasi pada pembangunan ekonomi dan

dinamika sosial perkotaan, menimbulkan kesenjangan dan sikap apatis.

Masyarakat perkotaan menganggap Pemilu tidak memberikan pengaruh

signifikan terhadap perubahan. Keberadaan tim sukses hanya dianggap sebagai

tenaga pemasaran yang sudah barang tentu membela kepentingan produk yang

dipasarkan. Fenomena ini memunculkan tokoh elite pada masyarakat

perkotaan. Dari sisi penyelenggaraan Pemilu, masyarakat perkotaan

menganggap Pemilu sekedar alat pemerintah untuk menjalankan agenda

politik tahunan, sehingga timbul kesadaran kolektif di kalangan masyarakat

perkotaan yang menciptakan sikap pesimis pada setiap Pemilu digelar.

Sedang pada masyarakat pesisir dan pedesaan, pertimbangan

pengetahuan dalam mendorong tingkat melek politik warga, sebagaimana pada

masyarakat perkotaan tidak begitu dominan. Hal yang lebih menjadi

pertimbangan adalah sejauh mana membangun kedekatan emosional dan

kekerabatan. Kalau pun pengetahuan menjadi pertimbangan, lebih terfokus

pada pengetahuan terhadap sosok yang dipilih terkait dengan intensitas

komunikasi dengan masyarakat. Banyak kepala daerah terpilih adalah mereka

yang intens melakukan diskusi politik di warung kopi. Mereka membaur dan

secara tidak langsung telah menanamkan kepercayaan kepada masyarakat,

seperti halnya Ishak Zainudin, Bsc (Bupati Belitung periode 1999-2004),

Sahani Saleh, S.Sos (Wakil Bupati Belitung periode 2009-2014 dan Bupati

Belitung periode 2014-2019), serta Rustam Efendi, Bsc (Gubernur Kepulauan

Bangka Belitung periode 2012-2017).

Semestinya kualitas partisipasi politik warga yang mendorong tingkat

melek politik atas dasar kesadaran dan pengetahuan, dengan

mempertimbangkan hubungan konseptual antara aspirasi masyarakat dengan

Page 64: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 58Di Kabupaten Belitung

arah dan kebijakan pembangunan. Karenanya, pemilih mempertimbangkan

visi, misi ataupun program kerja dari sosok yang mereka pilih sebagaimana

diulas OECD (2001) yang dikutip Martin (2003:190) dalam Bofaird dan

Loffler (2003), bahwa keterlibatan masyarakat akan membawa sejumlah

keuntungan, yakni; (1) meningkatkan kualitas pembuatan kebijakan dengan

menyediakan pemerintah sumber informasi, perspektif dan solusi masalah yang

besar; (2) memfasilitasi interaksi yang luas antara masyarakat dan pemerintah;

serta (3) meningkatkan akuntabilitas dan transparansi yang pada akhirnya akan

meningkatkan keterwakilan dan kepercayaan masyarakat.

Apa yang disampaikan OECD tersebut kerap kali menjadi tema

diskusi di kalangan pengunjung warung kopi di Kota Tanjungpandan. Di era

reformasi muncul berbagai warung kopi dengan tema utama pembicaraan

seperti politik, sosial-budaya, lingkungan dan ekonomi. Pembicaraan di

warung kopi memang terbuka, tanpa keputusan tetapi bukan tidak memiliki

pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan politik. Komunikasi politik

dapat meluas dari komunitas warung kopi kepada masyarakat umum di luar

warung kopi, dan akhirnya bermuara pada politik resistensi yang sampai ke

institusi formal (Erman, 2014).

Hal ini berkaitan dengan pendapat Burby (2003), sebagaimana dikutip

oleh Baker, Adams dan Davis (2005:490), partisipasi masyarakat dapat

menghasilkan kebijakan pemerintah yang lebih baik karena sejumlah alasan,

yakni; (1) adanya prinsip keadilan dan kesetaraan; (2) merupakan hak

masyarakat untuk mendapatkan informasi dan untuk menyuarakan pandangan

mereka terkait kebijakan pemerintah; (3) adanya kebutuhan untuk mewakili

kepentingan dari kelompok-kelompok masyarakat yang lemah dan tidak punya

kekuatan; serta (4) adanya kebutuhan untuk menangkap apa yang benar-benar

diinginkan oleh masyarakat. Pemerintah telah memberi ruang publik dalam

menentukan kebijakan pembangunan, dengan menggunakan mekanisme

Musyawarah Pembangunan Daerah (Musrenbang), namun tidak sepenuhnya

Page 65: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 59Di Kabupaten Belitung

isu-isu pembangunan yang dibahas menyentuh kepentingan masyarakat. Ada

kelompok masyarakat yang tidak terwakili sehingga menimbulkan kecurigaan

masyarakat pesisir, seperti isu rencana pembangunan pulau “Dolphin Island”

yang mereklamasi pantai Tanjungpendam. Di balik rencana pembangunan

pulau untuk tujuan pariwisata tersebut, masyarakat mencium adanya

kepentingan pengusaha tambang. Tak pelak, rencana pemerintah membangun

wilayah pesisir pantai ini menimbulkan friksi dalam masyarakat. Satu sisi,

muncul Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menolak rencana

pemerintah, tetapi dalam waktu bersamaan juga muncul LSM yang mendukung

rencana pemerintah. Meskipun keberadaan LSM ini tidak didukung dengan

norma-norma dan manajemen organisasi yang memadai, setidaknya

keberadaan LSM ini telah menunjukkan bahwa apa yang direncanakan

pemerintah telah dicermati oleh masyarakat wilayah pesisir. Memang tidak

sepenuhnya masyarakat memiliki komitmen yang sama, namun upaya

menggiring opini publik yang lebih besar selalu terjadi. Isu-isu pembangunan

yang muncul tak jarang memicu munculnya kepentingan kelompok elite.

Munculnya kelompok elite yang menggiring opini publik makin marak, seiring

sajian berita yang dihadirkan oleh media massa, terlepas apakah informasi

yang disampaikan media tersebut berimbang atau tidak.

Keberadaan elite di kalangan masyarakat yang menggiring opini

publik dan informasi dari media massa, menciptakan kondisi sosial politik.

Langsung maupun tidak langsung kondisi sosial politik ini mempengaruhi

perilaku politik masyarakat, sebagaimana pendapat Hermawan (2001:72).

Menurut Hermawan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik

seseorang, adalah :

a. Lingkungan sosial politik tidak langsung seperti sistem politik, media

massa, sistem budaya, dan sebagainya. Lingkungan politik langsung yang

mempengaruhi dan membentuk kepribadian.

b. Faktor seperti keluarga, teman, agama, kelas dan sebagainya.

Page 66: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 60Di Kabupaten Belitung

c. Struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu.

d. Faktor sosial politik langsung berupa situasi, yaitu keadaan yang

mempengaruhi.

e. Faktor secara langsung ketika hendak melakukan suatu kegiatan politik

seperti suasana kelompok, ancaman, dan lain-lain.

Pada Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014, masyarakat dapat

memilih secara langsung calon-calon anggota legislatif dan Presiden.

Masyarakat menilai individu Caleg dengan melihat sejauh mana Caleg

menangkap, mengapresiasikan dan mengimplementasikan aspirasi mereka.

Berbeda halnya dengan Pemilihan Presiden, masyarakat di Kabupaten Belitung

lebih banyak mengandalkan media informasi seperti televisi dan koran untuk

mengenal sosok calon Presiden dan Wakil Presdien. Memang, ada partai

politik yang diharapkan dapat memotivasi atau mendorong pemilih

menentukan pilihan, namun tidak berjalan efektif seperti halnya pada Pemilu

Legislatif.

Sebagai mahkluk sosial, tentu ada faktor lingkungan eksternal yang

mempengaruhi partisipasi politik apalagi menjelang pemilu, intentitas peserta

Pemilu untuk mempengaruhi cukup tinggi sehingga tidak mustahil hubungan

sosial semakin erat, bahkan terbangun jaringan yang diyakini sebagai kekuatan

politik. Masyarakat tidak lagi menempatkan ideologi sebagai acuan manakala

melakukan ritual politik saat masuk dalam bilik-bilik suara, juga saat

melakukan kampanye untuk mendapatkan suara. Pemilih cenderung terlihat

menjadi lebih pragmatis dalam berpolitik. Kehadiran sikap pragmatis tersebut

pada akhirnya cukup mengesampingkan perhitungan-perhitungan yang lebih

normatif, termasuk di dalamnya perhitungan atas dasar norma kebudayaan,

kepercayaan atau aliran politik yang kemudian kerap juga disebut ideologi

politik ( Noor, 2014:57).

Page 67: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 61Di Kabupaten Belitung

Menurunnya peran ideologi dalam mempengaruhi aktivitas politik,

bukan berarti mengurangi motivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam

Pemilu. Tentu ada faktor-faktor pendukung yang memungkinkan masyarakat

berpartisipasi dalam Pemilu baik memilih Presiden, Gubernur, Bupati, maupun

wakil rakyat di tingkat pusat dan daerah. Mengamati realitas politik yang

berkembang di masyarakat pesisir, tidak terlepas dari pemahaman terhadap

karakter masyarakat (Effendi,2014).

Bayang-bayang rendahnya partisipasi politik semakin menghantui

pelaksanaan Pemilu 2014. Menurut Masykurudin Hafidz (Deputi Koordinator

Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat), tingkat partisipasi pemilih terus

menurun signifikan sejak Pemilu tahun 1999 hingga tahun 2009 sebesar 21%

dari 92% ke 71%. Oleh karena itu, pengalaman Pemilu sebelum Pileg dan

Pilpres 2014, perlu dianalisa untuk mengetahui alasan mengapa masyarakat

mau berpartisipasi dalam Pemilu. Pertanyaan ini tak lain untuk menjawab

apakah partisipasi yang tinggi menunjukkan warga telah melek politik

(kesadaran politik), karena dipaksa atau memang termotivasi.

Tingkat partisipasi politik perlu ditelaah lebih lanjut mengingat

partisipasi politik yang tinggi, tidak serta merta menunjukkan kesadaran politik

masyarakat atau warga sudah melek politik. Sebaliknya, tingkat partisipasi

politik yang rendah belum tentu menggambarkan tingkat kesadaran politik

masyarakat yang rendah. Menurut Harfanizar, anggota KPU Kabupaten

Belitung pada periode terdahulu, mengatakan rendahnya partisipasi politik di

Kecamatan Tanjungpandan bisa jadi menunjukkan bahwa mereka sudah melek

politik. Sebaliknya, tingginya tingkat partisipasi politik di Kecamatan

Membalong dapat bersifat semu. Artinya pemilih memutuskan untuk

menggunakan hak suaranya, hanya untuk sekedar menggugurkan

kewajibannya.

Untuk mewujudkan tujuan melek politik warga, khususnya di wilayah

pesisir Kabupaten Belitung, tentunya perlu melihat peran serta pemangku

Page 68: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 62Di Kabupaten Belitung

kepentingan yang lebih luas, dan tidak hanya berkaitan dengan peraturan

perundang-undangan, kebijakan pemerintah atau KPU sebagai penyelenggara

Pemilu. Dengan demikian partisipasi politik perlu mempertimbangkan aspek

sosial, ekonomi dan budaya yang berkembang pada masyarakat di wilayah

pesisir.

Menurut sebagian besar informan, kondisi masyarakat yang melek

politik dikarenakan peran yang dilakukan oleh individu Caleg. Sedangkan

peran partai politik berpengaruh signifikan. Alhasil keberadaan Caleg yang

sering pindah partai tidak menjadi persoalan bagi pemilih. Garis kebijakan

partai diabaikan oleh Caleg, bahkan banyak Caleg dari partai politik tidak

memahami politik.

Pemilih tidak lagi melihat keterkaitan Caleg dengan partai politik,

karena pemilih lebih banyak mempertimbangkan latar belakang kehidupan

sosial, budaya dan ekonomi. Pada Pemilu Legislatif 2014 banyak Caleg yang

masih menyakini bahwa pendidikan politik bukanlah tujuan utama, yang

terpenting bagaimana meraup suara dengan cara instan sehingga munculnya

fenomena money politic. Indikasinya terlihat dari munculnya Caleg-Caleg

karbitan yang meraup suara yang cukup besar. Terhadap fenomena ini,

masyarakat merespon ajakan Caleg dengan beragam sikap politik yang bisa

dikategorikan menjadi; (1) akan menerima pemberian dan akan memberikan

suaranya kepada Caleg tersebut; (2) akan memilih Caleg yang peduli dengan

kehidupan pemilih secara individual; (3) akan menerima pendapat Caleg tetapi

tidak akan memberikan suara alias golput; (4) akan mendukung Caleg tetapi

berubah dalam bilik suara; (5) dengan kesadaran tidak akan memilih.

Selain itu, sebagian masyarakat menganggap bahwa Pemilu

merupakan ritual politik. Bagi kalangan yang tidak mampu atau miskin, Pemilu

hanyalah ajang untuk menyelesaikan permasalahan hidup dalam jangka

pendek, tanpa mempertimbangkan masa depan kehidupan di kemudian hari

(pasca Pemilu). Isu-isu kemiskinan di wilayah pesisir tidak pernah ditanggapi

Page 69: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 63Di Kabupaten Belitung

serius oleh Caleg dan diperjuangkan untuk menjadi program pembangunan.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh nelayan Desa Sungai Padang yang

menjadi tim sukses Caleg. Dia beranggapan apa yang telah ia lakukan untuk

mendukung kampanye Caleg, ternyata tidak memberi dampak bagi dirinya

setelah caleg yang dia dukung terpilih. Apa yang disampaikan Caleg tak lebih

dari upaya untuk kepentingan mendapat dukungan suara. Dengan demikian,

caleg pada dasarnya tidak berupaya untuk mendorong kesadaran dan

pengetahuan politik yang semestinya.

Banyak faktor yang menjadikan tingkat partisipasi politik di

Kabupaten Belitung rendah, dan mengalami penurunan terutama pada Pilpres

2014, diantaranya adalah jarak waktu yang terlalu singkat/pendek antara Pileg

dan Pilpres, yaitu hanya sekitar 3 (tiga) bulan, politik resistensi yang

mengemuka di wilayah perkotaan tidak memberikan pengaruh terhadap masa

depan masyarakat, dan lain sebagainya. Pemilu seringkali dianggap indikator

kehidupan demokrasi, namun dengan peran besar elite politik yang hanya

peduli sesaat dan hanya memperjuangkan kepentingan mereka. Pemilu sering

dijadikan alat transaksi kekuasaan. Fenomena money politic (membeli suara),

terutama pada Pemilu Legislatif.

Selain dari sisi peserta Pemilu, berbagai upaya dilakukan untuk

meningkatkan partisipasi politik masyarakat, termasuk oleh penyelenggara

Pemilu itu sendiri. Untuk itu KPU Kabupaten Belitung sebagaiamana

kebijakan yang digariskan oleh KPU RI, memfokuskan 4 segmen prioritas

dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat. Keempat segmen tersebut

meliputi pemilih pemula, pemilih perempuan, pemilih disabilitas dan pemilih

marginal. Yang dimaksud dengan pemilih marginal dalam penelitian ini adalah

mereka yang diidentifikasikan sebagai masyarakat pinggiran atau miskin.

Selama kurun waktu antara tahun 2005 hingga tahun 2008, kantong-

kantong kemiskinan terbesar justru berada di pusat pemerintahan. Hal ini

menggambarkan bahwa sarana dan prasarana sosial dan pelayanan belum

Page 70: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 64Di Kabupaten Belitung

berfungsi optimal serta mampu dalam pelayanan publik. Selain persoalan

fasilitas sosial dan fasilitas umum. Berdasarkan data kemiskinan, menunjukkan

kantong-kantong kemiskinan terdapat di wilayah dengan kepadatan penduduk

yang tinggi. Semisalnya Kelurahan Parit yang masuk dalam wilayah

admisnistrasi Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, yang menjadi

kantong kemiskinan di wilayah perkotaan.

Karakteristik perkotaan yang notabene merupakan wilayah lebih maju

dari sisi pendidikan dan ekonomi, justru paling rendah tingkat partisipasi

politiknya, padahal daya dukung lingkungan dan situasi politik di wilayah

perkotaan seperti Tanjungpandan, jauh lebih baik dibandingkan dengan

kecamatan lainnya di Kabupaten Belitung. Hal ini menunjukkan tingkat

pendidikan masyarakat tidak mendorong perubahan persepsi masyarakat

terhadap hak politik. Sedangkan partisipasi yang tinggi tidak mencerminkan

tingkat kesadaran masyarakat terhadap hak politik. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden di wilayah pesisir, terungkap bahwa kedatangan

warga ke TPS tak lain hanya untuk menggugurkan kewajibannya. Hak politik

warga yang seharusnya ini malah menjadi sekedar kewajiban.

Dari 6 (enam) kelurahan dan 9 (Sembilan) desa yang berada di

Kecamatan Tanjungpandan, terdapat desa di wilayah pesisir yakni, Desa Juru

Seberang, Desa Tanjungpendam, Desa Air Saga, dan Desa Dukong. Desa-desa

di wilayah pesisir di Kecamatan Tanjungpandan yang merupakan kantong

kemiskinan, namun tingkat kekerabatan masyarakatnya cukup baik. Pada

wilayah tersebut, tingkat partisipasi politiknya cukup baik dibandingkan

dengan Kelurahan Parit. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kekerabatan

berpengaruh signifikan terhadap kesadaran politik masyarakat.

1. Tingkat melek politik masyarakat pesisir di Kabupaten Belitung.

Dari 4 (empat) Daerah Pemilihan (Dapil), yaitu Dapil Belitung I dan Dapil

Belitung II yang masuk dalam wilayah Kecamatan Tanjungpandan,

Page 71: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 65Di Kabupaten Belitung

merupakan wilayah dengan tingkat partisipasi politik yang rendah,

meskipun infrastruktur sosial politik di Kecamatan Tanjungpandan jauh

lebih baik dari kecamatan lainnya. Nyatanya, selama periode Pemilu 2008

hingga Pemilu 2013, tingkat partisipasi politik di Kecamatan

Tanjungpandan hanya berkisar 71%, jauh berada di bawah Kecamatan

Membalong dan Kecamatan Badau, sebagaimana digambarkan pada gambar

4.1 di bawah ini :

Gambar 4.1. Partisipasi Politik Periode 2008-2013

Sumber : KPU Kab Belitung, diolah

Selama kurun waktu antara tahun 2008 hingga tahun 2013, tingkat

partisipasi politik warga pada Pemilu Presiden di Kecamatan

Tanjungpandan dan Kecamatan Membalong serta Kabupaten Belitung

secara umum, namun pada wilayah Kecamatan Selat Nasik dan Badau

partisipasi politik pada Pemilu Legislatif lebih dibandingkan Pemilu

Presiden. Lain halnya dengan Kecamatan Sijuk tingkat partisipasi politik

warga pada Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden cenderung

berimbang. Dari 5 (lima) kecamatan, Kecamatan Selat Nasik memiliki

karakter wilayah pesisir yang lebih kuat. Artinya di wilayah pesisir, asa

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

100,00

TANJUNGPANDAN SIJUK BADAU MEMBALONG SELAT NASIK BELITUNG

2008 BUPATI 2009 DPRD BELITUNG 2009 PRESIDEN 2012 GUBERNUR 2013 BUPATI

Page 72: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 66Di Kabupaten Belitung

warga untuk meningkatkan taraf kehidupan kepada wakil rakyat jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan harapan terhadap Presiden.

2. Melek Politik Warga Pesisir.

Ada 5 (lima) faktor penyebab menurunnya partisipasi politik masyarakat

dalam pemilu yakni : Pertama, penurunan tingkat kepercayaan terhadap

partai politik dan Caleg itu sendiri. Di wilayah perkotaan preferensi

seseorang didasarakan kiprah dan latar belakang Caleg dalam kegiatan

kemasyarakatan. Kepercayaan terhadap Caleg dapat didorong oleh elite

politik, namun seiring dengan menurunnya kepercayaan terhadap elite

politik, berdampak juga pada kegiatan-kegiatan politik secara menyeluruh.

Kedua, faktor kekritisan artinya masyarakat yang kritis dapat menganalisis

hasil dari pemilu-pemilu sebelumnya, dalam merealisasikan janji-janji saat

kampanye. Tingkat realisasi dari janji kampanye yang relatif rendah serta

tidak dapat menampung dan memperjuangkan aspirasi rakyat menjadi dasar

alasan untuk golput. Ketiga, faktor keadaan dimana orang tersebut tidak

dapat memberikan suaranya pada TPS tempat tinggalnya, karena orang

tersebut terdaftar di TPS daerah lain atau karena alasan pekerjaan. Faktor

ketiga ini seringkali terjadi di wilayah pesisir. Keempat, kurangnya

sosialisasi Pemilu oleh lembaga Pemilihan Umum sehingga orang-orang

tidak mengetahui seberapa besar manfaat dari keterlibatan mereka pada

Pemilu itu sendiri. Kelima, kurangnya peran Parpol dalam sosialisasi politik

sehingga masyarakat tidak mengetahui secara jelas apa visi, misi partai

bahkan tidak mengenal profil caleg yang diusung oleh Parpol itu sendiri.

Pelaksanaan Pemilu diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagai

berikut :

1. Perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan

pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu;

2. Pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar pemilih;

Page 73: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 67Di Kabupaten Belitung

3. Pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;

4. Penetapan peserta Pemilu;

5. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

6. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota;

7. Masa kampanye Pemilu;

8. Masa tenang;

9. Pemungutan dan penghitungan suara;

10.Penetapan hasil Pemilu;

11.Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/Kota;

Berikut ini adalah beberapa aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam

rangka Pemilu Legislatif 2014, berdasarkan pernyataan pemilih sesuai

dengan hasil wawancara dengan para responden.

a. Kampanye.

Kampanye dalam rangka Pemilu Legislatif adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan untuk mempengaruhi dan menarik simpati serta

mendapatkan suara sebanyak-banyaknya dari para pemilih, agar dapat

memilih calon anggota legislatif tertentu dan memenangkannya.

Kampanye adalah salah satu bagian yang penting dalam kegiatan

Pemilihan Umum, namun sebagian besar pemilih di wilayah pesisir di

Kabupaten Belitung tidak begitu peduli dengan pemaparan visi dan misi

Caleg maupun capres.

Berbagai macam cara yang dilakukan oleh calon anggota Legislatif untuk

menarik simpati masyarakat dalam kegiatan kampanye, diantaranya

dengan menghadirkan artis baik penyanyi maupun selebritis dalam

kampanye terbuka, memberikan bantuan untuk pembangunan tempat

ibadah, memberikan bantuan kepada kelompok pemuda terutama

organisasi olahraga.

Page 74: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 68Di Kabupaten Belitung

Pemilih di wilayah pesisir pada dasarnya menyukai bentuk kampanye

terbuka, yang menghadirkan penyanyi atau selebritis. Masyarakat pesisir

semacam haus akan hiburan dan dengan adanya Pemilu, tetapi bukan

pada hakekat Pemilu melainkan sajian berbagai hiburan dapat dinikmati

dengan gratis yang mengiringinya. Bentuk kampanye yang mendorong

melek politik warga pesisir adalah partisipasi interaktif. Seiring dengan

meningkatnya informasi dan perkembangan teknologi informasi, koran,

televisi, partisipasi politik bisa didorong melalui diskusi-diskusi interaktif

atau di ruang publik lain, yang memasukkan tema pembicaraan seputar

politik, dan intensitasnya lebih tinggi menjelang pemungutan suara. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat dari Gabriel A. Almond (1986:46)

dalam Sitepu mengenai bentuk partisipasi politik dilihat dari sifat

kegiatannya, yaitu diskusi politik yang termasuk dalam bentuk partisipasi

politik konvensional. Menjelang pemilihan umum, orang suka berdiskusi

tentang masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa politik yang terjadi.

Meskipun bersifat informal, tidak jarang diskusi semacam itu

berlangsung menarik hingga menimbulkan perdebatan kecil diantara

masyarakat. Disitu orang bebas mengeluarkan pikiran, pendapat, serta

sikap politiknya. Hal itu dimungkinkan karena adanya hubungan

persahabatan dan kekeluargaan diantara peserta diskusi tersebut.

Anggapan pemilih di wilayah pesisir Kabupaten Belitung, bahwa

kampanye merupakan suatu kegiatan yang menyita waktu dan

berbenturan dengan kegiatan atau aktivitas mereka sehari-hari,

mengakibatkan pemilih di wilayah pesisir ini enggan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan-kegiatan kampanye. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat nelayan yang mengatakan “Pada hari H bertempatan dengan

kondisi laut yang baik. Sayang kalau tidak melaut, karena tak biasanya

cuaca seperti itu”. Ada juga pemilih di wilayah pesisir yang berpendapat

bahwa tidak mengikuti kampanye karena tidak suka dengan hiruk-pikuk

Page 75: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 69Di Kabupaten Belitung

keramaian suasana kampanye terbuka. Sesuai dengan pernyataan Ibrahim

(43 tahun), warga di Sungai Padang, yang berada jauh dari pusat

kabupaten ini menjalankan rutinitas berhubungan dengan hasil laut

seperti pembuatan terasi, menangkap ikan, udang dan lain-lain “Sudah

banyak yang ingin berkampanye, tetapi mungkin mereka takut rugi

memanggil artis ke sini, jadi hanya kampanye dialogis saja. Kami pun

tak masalah karena orang sini tak suka hiruk-pikuk seperti di

Tanjungpandan”.

b. Sosialisasi dan Berbicara Masalah Politik.

Pemilihan Umum legislatif merupakan pesta demokrasi 5 (lima) tahunan

yang dilaksanakan sesuai amanat konstitusi. Baik di media cetak, televisi,

media elektronik, sampai di media sosial hampir setiap hari

membicarakan dan mendiskusikan tentang masalah-masalah dan

kegiatan-kegiatan politik menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilu

Presiden 2014, ada yang membicarakan hal-hal positif dan ada juga yang

memberitakan hal-hal negatif mengenai Pemilu Legislatif tahun-tahun

sebelumnya. Perbincangan hangat dengan tema-tema politik menjelang

Pemilu, tidak hanya di kalangan elite partai politik maupun kalangan

akademisi. Tak jarang disksui politik juga terjadi pada masyarakat

pesisir, seperti pernyataan Iwan (45 tahun). Ia bukanlah nelayan tetapi

dikarenakan kedai kopi miliknya pernah dijadikan basis LSM saat

menolak kehadiran kapal isap, maka ia menjadi aktif berbicara masalah

politik, khususnya berkaitan dengan masa depan wilayah pesisir pantai.

“Kedai kopi ini menjadi saksi penolakan kapal isap. Kita harus peduli

dengan lingkungan kita, jangan sampai pantai kita dikuasai oleh

pengusaha dari luar. Jadi pandai-pandai kita memilih wakil rakyat, yang

peduli dengan nasib kampung kita. Karena kalau bukan kita siapa lagi

yang peduli ”.

Page 76: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 70Di Kabupaten Belitung

Pemilih yang aktif berbicara masalah-masalah politik cenderung

berpartisipasi dalam aktivitas politik. Hal ini tidak hanya ditemui pada

Kedai Kopi Belantu milik Iwan, Kedai Kopi Atet, kedai-kedai kopi

lainnya di seputaran Kota Tanjungpandan pun mengalami hal yang sama.

Bahkan ada kedai-kedai kopi yang dicap sebagai kedai kopi politik

seperti halnya Kedai Kopi Kongdji. Sedangkan Kedai Kopi Bansai

menyebut para pengunjungnya sebagai sebuah komunitas, dan

memproklamirkan diri sebagai warung aspirasi. Pada tempat yang

diwarnai dengan diskusi politik, sebagian besar pengunjung maupun

pemiliknya memiliki pengetahuan politik yang cukup luas. Pengetahuan

politik tersebut disampaikan secara pasti, dan secara tidak langsung

pengunjung yang sebelum tidak memahami apa itu dunia politik,

akhirnya mulai ikut tergiring.

Dalam hidup bermasyarakat, tentunya kita memiliki perbedaan-

perbedaan yang tidak dapat dihindari. Berbeda suku, dan agama adalah

sesuatu hal yang lumrah. Berbeda pilihan dalam menentukan calon

anggota legislatif pun harus disikapi dengan kedewasaan berpolitik.

Tidak dapat dipungkiri, memang sering terjadi gesekan-gesekan di

tengah masyarakat, pada saat menjelang Pemilu. Ketika orang lain yang

memiliki pilihan berbeda dengan kita, sering sekali masyarakat

menganggap orang yang berbeda pilihan itu adalah lawan. Pemikiran

yang seperti inilah yang sering ditemui dalam suasana menjelang Pemilu,

dan pola pikir seperti itu adalah tidak benar, dan harus dirubah tentunya

dengan sikap kedewasaan berpolitik kita.

c. Logistik.

Distribusi kotak suara pada Pileg 2014 lebih rumit dibandingkan dengan

Pilpres 2014, hal ini dikarenakan banyaknya kotak suara yang digunakan

untuk menampung surat suara DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD

Kabupaten. Divisi Perencanaan, Keuangan dan Logistik KPU Kabupaten

Page 77: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 71Di Kabupaten Belitung

Belitung tidak hanya memastikan distribusi kotak suara, namun yang tak

kalah penting yaitu memastikan bagaimana pemilih bisa menerima

formulir C-6 (undangan pemilihan). Salah satu kendala dalam distribusi

formulir C-6 yaitu disebabkan masalah mobilitas pemilih. Pada saat

panitia membagikan formulir C-6, pemilih tidak berada di tempat.

Terhadap masalah ini, sebagian pemilih enggan untuk mempertanyakan

hal tersebut kepada panitia. Karena itu, pada H-1 Divisi Logistik bersama

anggota KPU Kabupaten Belitung lainnya, melakukan monitoring

efektivitas distribusi Fomulir C-6 tersebut. KPU Kabupaten Belitung

cenderung sekedar menghimbau (pasif).

d. Data dan Informasi.

Ketersediaan data dari PPS di TPS sudah memadai. Namun tuntutan

terhadap akurasi dengan volume pekerjaan yang tinggi membuat

distribusi data dari PPS ke PPK hingga ke KPU Kabupaten mengalami

keterlambatan. Dalam hal ini, Divisi SDM, Organisasi, Data Informasi

dan Rumah Tangga KPU Kabupaten Belitung didukung oleh operator.

Data yang dikumpulkan sebenarnya bisa memberikan gambaran yang

luas, namun informasi yang disajikan cenderung normatif sehingga

analisa terhadap perilaku pemilih masih membutuhkan kajian yang lebih

dalam.

Selain itu, pemilih di wilayah pesisir Kabupaten Belitung banyak yang tidak

mengikuti kampanye, kalau pun mengikuti kampanye lebih banyak untuk

menikmati hiburan yang disajikan dalam kampanye terbuka tersebut.

Berbagai alasan yang disampaikan oleh pemilih di wilayah pesisir,

diantaranya karena jadwal kampanye terbuka berbenturan dengan jam

sekolah, sehingga tidak dapat mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Ada juga yang tidak mengikuti kampanye karena alasan tidak nyaman

berada dalam situasi hiruk-pikuk kampanye terbuka.

Page 78: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 72Di Kabupaten Belitung

Tentunya banyak motif pemilih berpartisipasi dalam Pemilu. Untuk

mengantisipasi menurunnya tingkat partisipasti politik, KPU Kabupaten

Belitung memfokuskan 4 (empat) segmen pemilih yakni Pemilih

Perempuan, Pemilih Pemula, Pemilih Disabilitas dan Pemilih Marginal.

Dari total 116.521 pemilih yang terdaftar pada DPT Pileg 2014, dengan

Jumlah pemilih perempuan pada Pileg 2014 sebanyak 56.980 atau 48,90%.

Dari keseluruhan jumlah pemilih perempuan tersebut, pemilih perempuan

terbanyak berada di Kecamatan Tanjungpandan yakni 32.416 atau 56,89%

pemilih, disusul Kecamatan Sijuk sebanyak 9.611 atau 16,86% pemilih,

Kecamatan Membalong sebanyak 8.289 atau 14,54% pemilih, Kecamatan

Badau sebanyak 4.441 atau 7,79% pemilih, sedangkan pemilih perempuan

terendah berada di Kecamatan Selat Nasik yaitu sebesar 2.223 atau 3,90%

pemilih. Dari proporsi jumlah pemilih perempuan, tingkat partisipasi

pemilih perempuan pada Pileg 2014 di Kabupaten Belitung mencapai

50,39% atau lebih tinggi dibandingkan partisipasi pemilih laki-laki yang

hanya mencapai 49,61%. Partisipasi politik perempuan tertinggi berada di

Kecamatan Tanjungpandan yakni 51,40%, sedang partisipasi politik

perempuan terendah di Kecamatan Badau yakni hanya mencapai 48,57%.

Pemilih Marginal mencakup fakir miskin, lanjut usia terlantar dan

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial sebanyak 17,436 atau 14,96%

pemilih.

Dari 48 desa dan kelurahan di Kabupaten Belitung, kantong-kantong

kemiskinan sebagian besar berada di wilayah perkotaan. Selain dari wilayah

pesisir seperti Pegantungan, Petaling, Selat Nasik. Hal ini sejalan dengan

apa yang dikemukakan Siahaan (Islamy dkk, 2004) bahwa di daerah pesisir,

umumnya merupakan kantong-kantong kemiskinan struktural yang sangat

kronis, yaitu kemiskinan yang ditimbulkan akibat adanya tekanan ekonomi

dan eksploitasi dari kelompok masyarakat, sehingga nelayan miskin tetap

menjadi sangat ”marginal”. Selain di ibu kota kabupaten dan ibu kota

Page 79: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 73Di Kabupaten Belitung

kecamatan, kondisi kemiskinan terjadi pada wilayah pesisir seperti Tanjung

Binga, Pulau Sumedang yang meningkat dari tahun 2005 hingga tahun

2008. Begitu pula dengan wilayah pesisir lainnya seperti Desa Petaling,

Pegantungan dan Selat Nasik, dimana persentase rumah tangga miskin

tertinggi di Kabupaten Belitung masing-masing 11,70%, 9.44% dan 8,86%

dari jumlah penduduk di masing-masing wilayah.

Gambar 4.2. Grafik Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten BelitungPada Tahun 2005 dan 2008

Sumber : BPS dan Dukcapil Kabupaten Belitung, diolah

Keterangan :123456789101112

P. SeliuMembalongMentigiTg. RusaKembiriPerpatLassarSp. RusaBantanP. sumedangGn. RitingPadang Kandis

131415161718192021222324

Buluh TumbangPerawasLesung BatangPangkal LalangDukongJuru SeberangKota TanjungpandanParitTanjungpendamAir SagaPaal SatuAir Merbau

252627282930

PegantunganSungai SamakCerucukBadauKacang ButorAir Batu

3132333435363738

39404142

Batu ItamTerongAir Seru'Air SelumarTanjung BingaKeciputSijukSungai Padang

Suak GualPetalingSelat NasikPulau Gersik

Perkembangan rumah tangga miskin selama kurun waktu tahun 2005 hingga

tahun 2008 menunjukkan bahwa hanya ada 2 (dua) desa yang mengalami

peningkatan jumlah rumah tangga miskin yakni, Desa Sumedang

(Kecamatan Membalong) dan Desa Tanjung Binga (Kecamatan Sijuk).

Karakter wilayah di kedua desa ini merupakan daerah pesisir.

Page 80: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 74Di Kabupaten Belitung

Segmen pemilih margninal dianggap “massa” yang bisa dipengaruhi.

Selebihnya Caleg dan tim suksesnya akan mempertimbangkan jumlah dan

karakterisik masyarakat. Cara yang dilakukan Caleg biasanya meminta

mereka untuk membuat pertemuan atau event yang biaya kegiatannya

ditanggung oleh Caleg. Tipikal objek dari proses demokrasi segmen, adalah

dengan mengatas namakan tokoh panutan langsung atau munculnya LSM

yang menawarkan diri sebagai penyelenggara event kampanye.

Sentimen keagamaan tidak begitu menguat, baik pada Pemilu Legislatif

maupun Pemilu Presiden, namun demikian pendekatan keagamaan menjadi

pertimbangan Caleg dalam mengkampanyekan dirinya. Sikap ini tidak

hanya dilakukan oleh Caleg dari Parpol berbasis agama. Majelis taklim,

lembaga pengajian dan forum-forum keagamaan lainnya menjadi media

untuk menyampaikan visi, misi dan program kampanye. Disamping itu,

Caleg juga menanyakan permasalahan dan kebutuhan yang belum bisa

dipenuhi oleh lembaga tersebut. Sehingga, pada pertemuan berikutnya

Caleg melalui tim suksesnya akan datang kembali dengan membawa

bantuan yang dibutuhkan lembaga tersebut. Bantuan tersebut bisa berupa

sound system, karpet, dan lain sebagainya. Khusus untuk majelis taklim ibu-

ibu, Caleg juga membagikan kerudung, sajadah dan mukena. Pada Caleg

yang belum dikenal sebagai tokoh yang dekat dengan kegiatan keagamaan,

pendekatan terhadap tokoh agama berpengaruh intens dilakukan.

Jika dianalisis bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih di wilayah pesisir

Kabupaten Belitung pada Pemilu 2014, menurut pendapat yang

dikemukakan oleh Rush dan Althoff dipengaruhi oleh 3 (tiga) hal, yakni

partisipasi dalam kampanye, partisipasi dalam diskusi atau berbicara

persoalan politik, dan yang terakhir partisipasi dalam pemungutan atau

pemberian suara.

Page 81: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 75Di Kabupaten Belitung

3. Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Melek Politik

Dari hasil analisa temuan lingkungan internal dan ekternal pemilih, dapat

dikemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik

pada masyarakat pesisir di Kabupaten Belitung. Asumsi mencakup faktor

pendorong dan faktor penghambat yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor Pendorong Partisipasi Politik.

Faktor-faktor yang menjadi pendorong pemilih di wilayah pesisir

Kabupaten Belitung untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum

dijelaskan sebagai berikut :

1) Rasa Ingin Tahu.

Pemilih yang sadar politik, memiliki keinginan untuk merubah masa

depan mereka termasuk masa depan bangsa, negara dan kampung

halamannya menjadi lebih maju. Memang tidaklah cukup jika hanya

mengandalkan tindakan kampanye dan sosialisasi yang dilakukan

KPU Kabupaten Belitung, yang memiliki keterbatasan anggaran

kegiatan dan waktu, dalam meningkatkan kesadaran politik

masyarakat. Namun dengan beragam instrumen dan perkembangan

media, pemilih dapat merangkai asa. Kesadaran karena adanya

kewajiban membangun bangsa itulah yang mendorong mereka untuk

berpartisipasi dalam kegiatan Pemilu. Menurut Davis dalam

Sastroadmojo (1995:85), partisipasi politik adalah sebagai mental dan

emosional yang mendorong warga memberikan sumbangan kepada

tujuan atau cita-cita kelompok atau turut bertanggung jawab padanya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemilih di wilayah

pesisir Kabupaten Belitung terdorong untuk berpartisipasi dalam

kegiatan Pemilihan Umum. karena merasa turut bertanggung jawab

pada bangsa dan negara, dan untuk merealisasikan cita-cita bersama

yaitu kesejahteraan rakyat dengan cara memilih Caleg yang dapat

memberikan perubahan ke arah yang lebih baik.

Page 82: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 76Di Kabupaten Belitung

2) Kesadaran Politik.

Kesadaran politik masyarakat di Kabupaten Belitung dalam Pileg

2014 lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pilpres 2014, jika dilihat

dari pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Dari temuan hasil

penelitian, juga terungkap bahwa kesadaran itu muncul karena dialog

interaktif yang intens antara pemilih dan Caleg. Berbeda pada Pilpres,

dimana mesin politik Parpol cenderung pasif sehingga responden

menganggap Pemilu tidak atau kurang penting. Tingkat partisipasi

politik yang tinggi pada Pileg juga menunjukkan bahwa kesadaran

politik berkaitan dengan kualitas kampanye dan sosialisasi sebagai

variabel kesadaran politik. Variabel kesadaran politik lain yang tak

kalah berpengaruh adalah variabel situasi. Ternyata penetapan hari

pencoblosan pada tanggal 9 Juli 2014 yang jatuh pada hari Sabtu, dan

bersambung dengan hari Minggu yang merupakan hari libur akhir

pekan, sedikit menaikkan tingkat partisipasi pada Pemilu Presiden.

Namun kesadaran politik ini justru melemah di wilayah Kecamatan

Tanjungpandan. Ketika mewawancarai salah satu warga yang hobi

mancing, yang bermukim di kawasan Desa Dukong Kecamatan

Tanjungpandan, justru hari libur Pemilu dan hari Minggu tersebut,

dimanfaatkannya untuk pergi melaut.

3) Rangsangan Politik.

Rangsangan politik pada Pilpres 2014 lebih banyak didorong oleh

media massa, media elektronik atau pun sosial media lainnya. Seiring

dengan peningkatan akses masyarakat terhadap media informasi dan

komunikasi. Berita seputar calon Presiden telah menjadi berita sehari-

hari yang disajikan terus menerus. Intensitas informasi mengenai

sosok yang akan dipilih semakin tinggi apalagi calon Presiden hanya

dua pasang. Tidak demikian halnya pada Pileg 2014, rangsangan

Page 83: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 77Di Kabupaten Belitung

politik lebih banyak memilih pendekatan dialogis untuk

mempengaruhi pemilih.

4) Karakteristik Pribadi.

Setiap individu pada dasarnya akan memutuskan tindakan berdasarkan

pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya. Pengetahuan dan

pemahaman itu bisa bersumber dari rangsangan baik dari lingkungan,

keluarga maupun dari lingkungan yang lebih luas. Individu yang

tertutup akan memutuskan tindakan dengan sedikit informasi. Tak

jarang mereka mendudukkan dan menganggap dirinya sebagai pribadi

yang mandiri, sehingga cenderung egois dan apatis terhadap kondisi

lingkungannya. Keluarga merupakan organisasi sosial terkecil yang

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi karakter seseorang, dalam

memaknai informasi atau pesan yang akan diterimanya. Namun

demikian, adanya unsur di luar keluarga, membuat pesan menjadi bias

terkait dengan informasi atau pesan yang diterima saat kampanye,

sehingga seseorang memerlukan orang lain untuk menjelaskan pesan

yang disampaikan, agar mengurangi bias informasi tersebut.

5) Karakteristik Sosial.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Suwondo (2005), pendekatan yang

menekankan pada faktor sosiologi dapat mengetahui sikap dan

tindakan masyarakat yang terbentuk untuk melakukan pilihan di

Pemilihan Umum. Sehingga faktor inilah yang membuat karakter

pemilih di wilayah perkotaan, pedesaan dan pesisir menjadi berbeda.

Pada masyarakat pedesaan dan pesisir relatif sama, dibandingkan

dengan karakter masyarakat perkotaan yang terbuka mendorong

dengan intensitas komunikasi yang cukup tinggi. Seperti yang

diungkapkan Hasbi (Caleg dari Dapil Belitung IV Membalong-Selat

Nasik), lapangan usaha di wilayah pedesaan dan pesisir bersifat

komplementari, dimana keberadaan tokoh informal seperti dukun

Page 84: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 78Di Kabupaten Belitung

kampung menjadi sentral dalam kegiatan masyarakat. “Tanpa Pemilu

pun masyarakat akan mengikuti apa yang disampaikan dukun

kampong. Jika ada undangan, warga akan merasa dikucilkan jika

tidak datang. Karenanya kalau diundang 50 orang, yang datang bisa

mencapai 100 orang”. Karakter wilayah pedesaan dan wilayah pesisir

relatif mirip karena masyarakat berkepentingan terhadap kedua

wilayah tersebut. “Untuk makan sehari-hari mereka menjadi nelayan,

sedangkan untuk kebutuhan jangka panjang mereka bercocok tanam”.

Dengan pola hidup tradisional, nilai-nilai budaya diwariskan secara

turun temurun melalui mitos yang berkembang dalam masyarakat.

Menurut Heddy Shri Ahimsa Putra (2014:2), mitos membuat falsafah

politik tertentu, yaitu pandangan pokok dianggap benar yang menjadi

dasar dari aktivitas politik, pembentukan struktur dan organisasi

politik serta proses pengambilan keputusan yang menyangkut

kepentingan banyak orang. Bahkan falsafah politik lebih luas

maknanya dari pada budaya politik, karena dalam falsafah politik

selain pandangan-pandangan tentang hal-hal yang baik dan buruk

berkenaan dengan politik, juga terdapat pandangan tentang organisasi

politik dan unsurnya seperti struktur politik, pembagian kerja, dan

sebagainya. Untuk memahami penerapan dan perwujudan nilai-nilai

budaya dalam sebuah sistem politik, diperlukan pengetahuan tentang

falsafah politik itu sendiri. Politik dalam arti disini, adalah

keseluruhan dari proses membuat atau merumuskan kebijakan umum

(publik), dengan cara mempengaruhi atau menguasai sumber-sumber

kekuasaan dan wewenang (Theodorson dan Theodorson, 1969:303

dalam Heddy). Kebijakan publik disini adalah berbagai keputusan

yang pembagian atau distribusi penguasaan dan pemanfaatan sumber

daya yang menyangkut kepentingan banyak orang, sedangkan sumber-

sumber kekuasaan dan wewenang di sini, tidak lain adalah individu

Page 85: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 79Di Kabupaten Belitung

atau kelompok yang mempunyai kemampuan untuk membuat individu

atau kelompok lain melakukan apa yang dia atau mereka kehendaki.

6) Situasi atau lingkungan politik.

Menjelang Pemilu tensi dan intesitas komunikasi politik akan

meningkat berlipat-lipat dan terfokus pada proses Pemilu, khususnya

di wilayah perkotaan, namun tidak demikian halnya di wilayah

pedesaan dan wilayah pesisir. Komunikasi politik akan terjadi seiring

dengan mobilitas masyarakat pesisir atau pedesaan ke pusat kota.

Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kesadaran dan

pengetahuan politik masyarakat pesisir agar tumbuh keyakinan bahwa

penyelenggaraan Pemilu berpengaruh terhadap nasib mereka,

keluarga, tetangga atau bangsa ke depannya nanti.

Apabila suatu daerah keadaan politiknya tidak mengalami tekanan

dari dalam maupun luar, masyarakat akan lebih merasa bebas dan

akan mempunyai keinginan serta kesadaran untuk mengikuti

partisipasi politik. Berbeda halnya ketika Kabupaten Belitung masih

dibayang-bayangi kekuatan politik. Bahkan tekanan terhadap mereka

yang menjadi anggota atau mendukung PKI telah menjadikan

masyarakat Kabupaten Belitung mudah digiring untuk memilih

Golkar selama rezim Orde Baru. Namun di era reformasi, upaya untuk

meningkatkan partisipasi dilakukan secara terbuka, tanpa tekanan dan

didasarkan atas kemerdekaan berserikat. Suksesnya Pemilu 2014, tak

lepas dari upaya KPU sebagai penyelenggara Pemilu, melakukan

sosialisasi. Dimana KPU memperluas jaringan kemitraan dan

mengoptimalkan berbagai media sosialisasi, sebagai bagian dari

pendidikan politik agar masyarakat pemilih menjadi cerdas dalam

menentukan pilihan mereka kemudian hari.

Setelah dilakukan wawancara secara umum, diperoleh informasi

bahwa situasi dan cuaca pada hari H Pemilu 2014 (Pileg dan Pilrpres)

Page 86: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 80Di Kabupaten Belitung

berada dalam keadaan baik. Dari segi situasi keamanan, sebagian

besar reponden mengaku bahwa keadaan pada hari H sangat aman.

Responden mengaku tidak pernah mendapatkan ancaman yang berarti

pada tahapan-tahapan Pemilu 2014 yang dilakukan oleh KPU

Kabupaten Belitung. Selanjutnya hanya sebagian kecil dari

masyarakat pesisir yang mengaku ada urusan yang sangat penting,

sehingga memutuskan untuk tidak datang ke TPS, selain mengaku

bahwa Pemilu kurang penting dan tidak akan memberikan perubahan

yang positif. Terutama bagi mereka yang mempertimbangkan rekam

jejak dari Caleg incumbent.

b. Faktor Penghambat Partisipasi Politik.

Faktor-faktor penghambat pemilih di wilayah pesisir Kabupaten Belitung

untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Umum adalah :

1) Hubungan fungsional dengan wilayah pemilih.

Rutinitas sehari-hari pemilih di wilayah pesisir umumnya adalah

sebagai nelayan. Hal ini lah yang menjadikan para pemilih dari

masyarakat pesisir enggan untuk berpartisipasi lebih jauh lagi, namun

hubungan fungsional masyarakat terhadap wilayahnya ini dapat

diatasi jika saja ada tokoh panutan di wilayah tersebut yang

mendorong keterlibatan masyarakat dalam Pemilu.

2) Pengaruh Dari Keluarga.

Keluarga lebih banyak berpengaruh pada pemilih pemula khususnya

pada kalangan pelajar. Kelompok usia muda pada umumnya tidak

memiliki orientasi politik tertentu, seiring dengan rendahnya

pemahaman politik yang diajarkan di sekolah, sehingga mudah

dipengaruhi oleh pihak keluarga. Dalam konteks yang lebih luas,

pengaruh dari keluarga menggambarkan karakter sosial masyarakat.

Dimana karakter sosial terbentuk dari kehidupan keluarga suatu

Page 87: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 81Di Kabupaten Belitung

wilayah. Hal ini menjawab pertanyaan kenapa renggangnya ikatan

kekeluargaan di wilayah perkotaan menjadi faktor penghambat

partisipasi politik. Sementara itu wacana politik sudah menjadi diskusi

rutin bagi warga di Kecamatan Tanjungpandan.

3) Rendahnya pendidikan politik.

Dari hasil wawancara terhadap responden tentang pengetahuan hak

warga negara dalam Pemilu 2014, diketahui bahwa variabel yang

mendukung partisipasi politik yakni pengetahuan politik, sanksi,

pemahaman sosok, pengetahuan teknis penyelenggaraan Pemilu.

Pengetahuan politik terhadap hak politik cukup baik selama pemilih

tidak dipengaruhi oleh isu-isu negatif. Pengaruh pengetahuan politik

ini dapat dijelaskan pada kasus di Kecamatan Tanjungpandan.

Meskipun secara keseluruhan tingkat partisipasi politik di Kecamatan

Tanjungpandan ini rendah, namun jika melihat rasio partisipasi

pemilih laki-laki dan pemilih perempuan, tampak bahwa partisipasi

politik pada kalangan pemilih perempuan masih lebih baik dari

kalangan pemilih laki-laki. Pada Pemilu Presiden 2014, tingkat

partisipasi pemilih perempuan di Kecamatan Tanjungpandan

mencapai 51,38% dan pada Pemilu Legislatif 2014 mencapai 51,40%.

Sedangkan partisipasi pemilih laki-laki pada Pemilu Presiden 2014

sebesar 48,62% dan pada Pemilu Legislatif 2014 sebesar 48,60%.

Tingkat partisipasi relatif stabil. Umumnya pengetahuan responden

tentang politik, pengetahuan responden tentang hari H pelaksanaan

Pemilu cukup tinggi. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa pada

umumnya responden sudah memahami waktu.

Page 88: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 82Di Kabupaten Belitung

4. Strategi dan Kebijakan Untuk Meningkatkan Melek Politik Warga

Pesisir.

Segmentasi pemilih rentan yang berpotensi menurunnya tingkat melek

politik di wilayah pesisir sebagian besar terjadi pada segmen perempuan,

segmen pemilih pemula, segmen kelompok marginal seperti warga miskin.

Sedangkan pada wilayah perkotaan, rendahnya partisipasi politik warga

dikarenakan resistensi yang tinggi. Idealnya pengetahuan tersebut

mencerminkan keterbukaan terhadap perubahan, namun pada batas tertentu

ada wilayah privasi yang tidak bisa diungkapkan.

Pengetahuan pemilih terhadap tata cara pemungutan suara dinilai sudah

cukup baik. Namun ketika ditanya tentang sosok wakil rakyat atau pilihan

yang ditawarkan, masih banyak yang menyatakan ragu-ragu dan kurang

mengetahui latar belakang sosok yang dipilih, begitu juga dengan visi, misi

dan program kerja. Pengenalan terhadap sosok yang dipilih hanya sekedar

tahu nama saja.

Untuk itu dibutuhkan komunikasi sebagai penetrasi sosial dimana ada

keinginan untuk saling mengenal pribadi masing-masing dengan berbasa-

basi hingga lebih akrab. Pengenalan tersebut dilakukan secara bertahap.

Namun ada asumsi yang memperburuk tingkat melek politik, yakni asumsi

tentang ganjaran dan upaya (untung rugi), dan hubungan yang dapat

memberikan hasil yang diinginkannya. Saling memberikan manfaat satu

sama lain (Roloff, 1981). Hubungan berkembang melalui tahapaan inisiasi

(pengenalan), eksperimen (menguji pandangan kita terhadap orang lain),

intensifikasi, integrasi dan ikatan (Knap, 1978). Rusaknya hubungan antar

pribadi (disolusi) membuat seseorang akan tidak konsisten, meragu,

sporadis ingin memperbaiki hubungan atau berpisah. Memburuknya

hubungan terjadi secara bertahap mulai dari adanya gangguan, fase intra

psikis (memusatkan perhatian pada mitra komunikasi), fase dyadic

Page 89: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 83Di Kabupaten Belitung

(memperbaiki hubungan), fase sosial (memanfaatkan hubungan lebih luas

seperti keluarga), fase grave dressing (duka di akhir hubungan).

Komunikasi seperti diatas dilakukan dalam kontek komunikasi antar pribadi.

Tentunya akan berbeda jika seorang komunikan berhadapan dengan banyak

orang atau organisasi. Relawan Demokrasi adalah sebuah kelompok yang

memposisikan diri sebagai kelompok belajar (tahap pelatihan), kelompok

pertumbuhan (saling membagi pengetahuan sesama relawan) dan menjadi

kelompok pemecah masalah. Tipikal kelompok ini menentukan arah

informasi yakni siapa yang menyumbangkan informasi dan siapa yang

menerima informasi itu.

Komunikasi dalam organisasi, menuntut individu menjadi bagian dari

kelompok dan berinteraksi satu sama lain. Artinya, setiap relawan harus

sama-sama memahami materi sehingga siapa pun relawan akan memberikan

informasi yang sama kepada calon pemilih. Tidak ada satu pun relawan

mendominasi, sebaliknya materi atau informasi yang didominasi termasuk

untuk relawan yang baru direkrut. Pertimbangan terhadap komunikasi dalam

organisasi, menuntut relawan untuk selalu berinteraksi dengan kelompok

pemilih. Studi yang dilakukan Lazarsfeld dan Berelson menunjukkan

adanya kecenderungan yang kuat suatu kelompok akan memilih kandidat

yang sama. Dan kelompok tersebut tak lain adalah keluarga. Artinya,

komunikasi relawan akan efektif terhadap keluarga atau kelompok yang

memiliki ikatan kekerabatan yang kuat.

Dalam komunikasi organisasi, penting bagi relawan untuk

mempertimbangkan fungsi informatif, regulatif, persuasif dan integratif.

Fungsi informatif menuntut relawan memperoleh informasi yang lebih

banyak, lebih baik dan tepat waktu.

Fungsi regulatif menuntut relawan untuk memahami kode etik, materi,

tahapan dan proses Pemilu dan dalam menjalankan fungsinya

Page 90: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 84Di Kabupaten Belitung

mempertimbangkan aspek manajemen, kewenangan dan pesan

regulatif yang berorientasi pada mekanisme kerja.

Fungsi persuasif menuntut relawan untuk melakukan pendekatan

pribadi jika terjadi penolakan dan memandang kritikan sebagai

pemancing kepedulian.

Fungsi integratif menuntut relawan untuk memfasilitasi apa yang

diinginkan oleh pemilih.

Dari temuan penelitian, dapat dirumuskan strategi dan kebijakan untuk

meningkatkan melek politik warga pesisir di Kabupaten Belitung sebagai

berikut :

a) Sosialisasi dan memberikan pandangan politik. Pandangan politik ini

tidak hanya terfokus pada proses penyelenggaraan Pemilu, tetapi

berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di

segala aspek pembangunan. Salah satu penyebab munculnya perilaku

pasif masyarakat pesisir dikarenakan rendahnya akses masyarakat

terhadap sumber daya daerah dan rendahnya kualitas komunikasi antara

masyarakat dan pemerintah. Kelompok rentan tersebut meliputi pemilih

pemula, pemilih perempuan, pemilih marginal, dan pemilih disabilitas.

Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Hubungan Antar Lembaga

KPU Kabupaten Belitung belum optimal menggarap segmen pemilih

pemula pada Pileg 2014, padahal jumlah pemilih pemula yang berusia

antara 15 hingga 22 tahun cukup tinggi.

b) Membentuk Relawan Demokrasi.

Program relawan demokrasi adalah gerakan sosial yang dimaksudkan

untuk meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih dalam menggunakan

hak pilihnya. Program ini melibatkan peran serta masyarakat yang

seluas-luasnya, dimana mereka ditempatkan sebagai pelopor demokrasi

bagi komunitasnya. Relawan demokrasi menjadi mitra KPU dalam

Page 91: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 85Di Kabupaten Belitung

menjalankan agenda sosialisasi dan pendidikan pemilih berbasis

kabupaten/kota. Bentuk peran serta masyarakat ini diharapkan mampu

mendorong tumbuhnya kesadaran tinggi serta tanggung jawab penuh

masyarakat untuk menggunakan haknya dalam Pemilu secara optimal.

Tingkat partisipasi politik di wilayah pesisir tidak serta merta menjadi

indikator tingginya tingkat melek politik warga karena pada dasarnya

terdapat perbedaan konsep antara partisipasi politik dan tingkat melek

politik warga. Kesadaran politik dilatar belakangi pada tingkat

pendidikan, meskipun tingkat pendidikan tidak menjamin pengetahuan

politik warga. Sebagian masyarakat di wilayah pesisir merupakan

kantong kemiskinan dengan tingkat pendidikan masih rendah. Oleh

karena itu pembagian segmentasi pemilih dianggap langkah strategis

untuk meningkatkan melek politik warga pesisir. Segmentasi tersebut

mencakup 4 (empat) hal yakni segmen pemilih pemula, segmen pemilih

perempuan, segmen pemilih marginal dan segmen pemilih disabilitas.

Pemilih di wilayah pesisir merupakan segmentasi penting dalam upaya

melakukan pendidikan bagi pemilih, dan tentunya pendidikan bagi

pemilih di wilayah pesisir ini tidak hanya dilakukan ketika masuk usia

pilih. Namun lebih dari itu, pendidikan bagi pemilih seyogyanya

dilakukan sedini mungkin, sehingga pemahaman tersebut terbangun dan

ketika sudah mencapai usia pemilih, para pemilih di wilayah pesisir

sudah siap menggunakan hak pilihnya secara cerdas.

Sayangnya, anggota KPU Kabupaten Belitung sebagai Penyelenggara

Pemilu 2014, tidak terlibat dari awal dalam proses pembentukan Relawan

Demokrasi di Kabupaten Belitung. Karena Relawan Demokrasi pada

Pemilu 2014 merupakan kelanjutan dari apa yang dicanangkan oleh KPU

Kabupaten Belitung pada periode sebelumnya. Sehingga anggota KPU

Kabupaten Belitung yang menyelenggarakan Pemilu 2014, tidak terlibat

langsung dalam proses rekruitmen relawan. Artinya dengan situasi politik

Page 92: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 86Di Kabupaten Belitung

yang berbeda, KPU Kabupaten Belitung tidak bisa menyesuaikan

kapabilitas relawan terhadap situasi politik yang berkembang.

Tersajinya beragam informasi dan pengetahuan warga serta penetapan

kawasan Pusat Bisnis di Kecamatan Tanjungpandan, ternyata tidak

berimplikasi positif terhadap kesadaran politik. Bahkan Kelurahan Parit

yang merupakan pintu gerbang pusat pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Belitung, justru merupakan wilayah yang menyumbangkan

angka kemiskinan cukup tinggi. Tingkat partisipasi politik yang tinggi

justru berada di wilayah pesisir dan pedesaan khususnya di Kecamatan

Membalong dan di Kecamatan Badau.

Mengingat indikasi dari melek politik didasarkan pada pendidikan dan

kesadaran politik maka perlu dipahami bagaimana mendorong aspek

kognisi (pengetahuan), aspek sikap dan keterampilan. Menurut Crick dan

Porter, dalam Affandi (1996:27) seperti dikutip Wahyuningsih (2013),

perpaduan ketiga aspek tersebut disebut sebagai melek politik (political

literacy). Seseorang disebut melek politik apabila sekurang-kurangnya

menguasai ; (1) informasi dasar tentang siapa yang memegang

kekuasaan, dari mana uang berasal, bagaimana sebuah institusi bekerja,

(2) bagaimana melibatkan diri secara aktif dalam memanfaatkan

pengetahuan, (3) kemampuan memprediksi secara efektif bagaimana cara

memutuskan sebuah isu, (4) kemampuan mengenal tujuan kebijakan

secara baik yang dapat dicapai ketika isu (masalah) telah terpecahkan,

dan (5) kemampuan memahami pandangan orang lain dan pembenahan

mereka tentang tindakannya dan pembenaran tindakan dirinya sendiri.

Kemampuan tersebut tentu saja berbeda pada setiap orang bergantung

pada tingkat melek politiknya.

Dari persyaratan di atas, untuk mewujudkan melek politik warga pesisir

di Kabupaten Belitung, perlu dilakukan pendekatan dan komunikasi yang

Page 93: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 87Di Kabupaten Belitung

intens dan berkelanjutan. Dengan demikian kemampuan memanfaatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat pesisir dapat diketahui.

Setidaknya kecenderungan mengamati perilaku masyarakat selama kurun

waktu yang panjang akan menggambarkan bahwa karakter sosial

masyarakat. Selama ini pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat

dalam menentukan pilihan politk dipengaruhi elite dan preferensi

seseorang. Pada wilayah perkotaan, pilihan politik lebih banyak

dipengaruhi oleh elite politik, sedangkan pada wilayah pesisir

dipengaruhi oleh preferensi masyarakat terhadap tokoh informal seperti

dukun kampung atau tokoh yang dituakan. Perlunya pendekatan sosiologi

dalam menganalisa pilihan politik masyarakat pesisir, juga tidak terlepas

dari perilaku masyarakat terkait dengan karakteristik wilayah.

Beberapa hal yang bisa menjadi alasan adalah ; 1) masyarakat pesisir

memiliki tingkat kekerabatan yang baik, 2) masih adanya tokoh

masyarakat sebagai panutan yang dapat memberikan rangsangan politik,

3) pola komunikasi yang didukung dengan budaya dimana masyarakat

pesisir lebih mudah dimobilisasi dan terbiasa berkumpul seperti

memenuhi undangan hajatan, dan 4) rendahnya resistensi terhadap

institusi. Kebijakan pemerintah umumnya diterima oleh masyarakat

namun pada isu-isu tertentu, kehadiran tokoh-tokoh elite mempengaruhi

masyarakat dalam menyikapi kebijakan intitusi baik pemerintah maupun

swasata.

Dengan demikian untuk mewujudkan melek politik warga pesisir,

dibutuhkan tokoh yang tidak hanya menjadi sosok sentral di masyarakat,

tetapi juga memiliki pengetahuan politik. Dalam konteks ini, tokoh yang

dimaksud bisa didudukkan sebagai pendamping Relawan Demokrasi.

Pertimbangannya, tokoh tersebut memiliki preferensi yang baik di

masyarakat dan memahami wilayah pesisir namun memiliki keterbatasan

mobilitas.

Page 94: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 88Di Kabupaten Belitung

Relawan Demokrasi sebagaimana yang digariskan oleh KPU bertujuan

untuk memaknai penyelengaraan Pemilu agar bermakna bagi kehidupan

demokrasi terutama untuk menjamin hak-hak politik dan

terselenggaranya Pemilihan Umum yang bebas dan adil sesuai standar

demokratis. Pemilih tidak dijadikan objek yang membuat mereka terlibat

dalam tindakan manipulasi dalam penghitungan suara, dan tidak adanya

intimidasi dan kekerasan fisik dalam memberikan dukungan suara.

Tujuan dari program Relawan Demokrasi sebagaimana disebutkan oleh

KPU meliputi ; 1) Meningkatkan kualitas proses Pemilu, 2)

Meningkatkan partisipasi pemilih, 3) Meningkatkan kepercayaan publik

terhadap proses demokrasi, 4) Membangkitkan kesukarelaan masyarakat

sipil dalam agenda Pemilu dan demokratisasi. Untuk mencapai tujuan

tersebut relawan demokrasi mestinya dibekali kemampuan komunikasi

yang mencakup kemampuan :

1. Komunikasi tatap muka, dimana relawan demokrasi harus mampu

berinteraksi langsung dengan pemerintah kecamatan, pemerintah desa,

petugas Pemilu, masyarakat pemilih, dengan indikator yang mencakup

sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan rapat koordinasi dengan pemerintah Kecamatan.

b. Mengadakan koordinasi dengan pihak pemerintah desa.

c. Mengadakan penyuluhan tata cara mendirikan TPS

d. Menggelar pelatihan pemberian suara (mencontreng)

e. Mengadakan pelatihan penyelenggaraan tahapan Pemilu.

2. Komunikasi melalui media masa dan elektronik. Relawan Demokrasi

mampu mengunakan sarana komunikasi massa dengan indikator yang

mencakup :

a. Penyebaran liflet di tempat umum;

b. Pemasangan spanduk;

c. Penyebaran informasi Pemilu melalui radio;

Page 95: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 89Di Kabupaten Belitung

d. Pemasangan iklan melalui koran;

e. Mengadakan pengumuman keliling.

3. Mobilisasi masa, komunikasi yang dilakukan lebih bersifat satu arah.

Artinya, seorang Relawan Demokrasi harus mampu bicara di depan

umum, dengan indikator yang mencakup :

a. Menggelar deklarasi anti Golput.

b. Melakukan anjuran untuk mengikuti kampanye secara damai.

c. Mengajak ormas berpartisipasi aktif dalam setiap tahapan Pemilu.

d. Memberikan penyuluhan khusus kepada pemilih pemula.

e. Mengajak tokoh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

setiap tahapan Pemilu.

Sebagai komunikator, Relawan Demokrasi ini diharapkan dapat

meningkatkan partisipasi politik dengan membekali diri dengan

pemahaman terhadap; a) Demokrasi, pemilu dan partisipasi, b)

Pemahaman tentang teknis tahapan Pemilu yang strategis, c) Kode etik

relawan, d) Teknik-teknik komunikasi publik, dan e) Materi lain yang

relevan seperti mempertimbangkan sistem sosial, tingkat ketergantungan

penerima informasi dan sejauh mana relawan bisa menyesuaikan media

komunikasi yang ada. Interaksi ketiga unsur tersebut memberikan efek

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pemilih dalam proses

demokrasi. Dengan kemampuan komunikasi, Relawan Demokrasi bisa

menjawab pertanyaan kenapa orang harus berkomunikasi, keperluan

praktis dan keperluan logis. Oleh karena itu sebelum melakukan

komunikasi Relawan Demokrasi harus mengetahui tujuan atau

kepentingannya, setelah itu barulah mempertimbangkan sasaran, dengan

mempertimbangkan individu penerima pesan yang komunikator

sampaikan dan mempertimbangkan suasana dalam berkomunikasi.

Pertimbangan atas fokus dan sasaran inilah yang menentukan media apa

Page 96: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 90Di Kabupaten Belitung

saja yang diperlukan untuk membuat komunikasi itu menjadi efektif.

Komunikasi bisa berkembang sedemikian rupa melampaui tujuan yang

ingin dicapai secara teoritis, komunikasi berkembang mengikuti metode

dan logika penjelasannya. Setidaknya terdapat 4 (empat) perspektif yang

mendasari pengembangannya, yakni perspektif hukum (covering laws),

perspektif aturan (rules), perspektif sistem (systems) dan perspektif

simbolik interaksionisme (symbolic interractionism). Bisa saja karena

komunikator dalam hal ini Relawan Demokrasi tidak memahami aturan

(kode etik), akan berakibat tujuan komunikasi menjadi tidak tercapai.

Apalagi jika Relawan Demokrasi tidak memahami tujuan komunikasi,

yakni untuk meningkatkan partisipasi politik dan kualitas pemilih dalam

menggunakan hak pilihnya.

Pemerintah daerah dalam hal ini Penyelenggara Pemilu di tingkat daerah

(KPU Kabupaten Belitung) tidak hanya berpedoman pada jadwal,

ketentuan yang disusun oleh pemerintah pusat tetapi perlu turun ke

lapangan, setidaknya untuk menangkap situasi politik yang berkembang

di masyarakat. Dengan demikian fungsi pemerintah sebagai administrator

dapat dipahami masyarakat begitu pun sebaliknya. Hubungan timbal

balik ini memungkinkan kebijakan publik bisa berjalan sesuai yang

diharapkan. Dalam hubungan dengan partai politik, muncul persoalan

dana bantuan partai politik yang belum dapat direalisasikan sehingga

sejumlah Parpol mengeluhkan kinerja pemerintah Kabupaten Belitung

sebagai pengelola dana partai, sebaliknya pihak Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang ditunjuk menyalahkan partai yang belum melengkapi

administrasi.

Upaya partisipasi yang dilakukan saat ini dibingkai dalam suatu bingkai.

Masyarakat ditempatkan pada tempat yang paling jauh dari masalah,

sementara struktur dan proses administratif adalah komponen yang

Page 97: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 91Di Kabupaten Belitung

paling dekat. Adapun administrator adalah agen diantara struktur dan

masyarakat. Kondisi yang seperti ini memberikan administrator

kewenangan untuk memformulasikan kebijakan hanya setelah isu telah

didefinisikan. Selain itu, administrator tidak memiliki kewenangan nyata

untuk mendefinisikan kembali isu, atau untuk mengubah proses

administrasi yang memungkinkan keterlibatan yang lebih besar dari

masyarakat. Karenanya, partisipasi menjadi tidak efektif dan cenderung

menimbulkan konflik. Partisipasi biasanya dilakukan terlambat yakni

setelah isu dibingkai dan bahkan setelah dibuat. Karena alasan ini

masyarakat kemudian menjadi reaktif, menghakimi dan seringkali

mensabotase upaya dari administrator dari pada bekerjasama dengan

administrator untuk memutuskan cara terbaik dalam mengatasi isu.

Melihat pada kondisi yang seperti itu, King, Feltey dan Susel (1998)

kemudian memberikan arahan untuk membingkai kembali partisipasi

sehingga menjadi nyata atau otentik. Partisipasi yang otentik ini dapat

dicapai dengan menempatkan masyarakat setelah isu serta struktur dan

proses administratif menjadi paling jauh. Adapun administrator tetap

menjadi jembatan diantara keduanya. Dengan bingkai seperti ini,

masyarakat menjadi sentral dan berhubungan secara langsung dengan isu.

Mereka memiliki kesempatan yang sama dan cepat untuk mempengaruhi

proses dan keluaran. Pengaruh dari administrator akan datang dari

hubungan mereka dengan masyarakat maupun dari keahlian dan posisi

mereka. Adapun struktur dan proses administrasi akan didefinisikan oleh

hubungan dan interaksi antara masyarakat dan administrator. Dengan

mengubah bingkai seperti ini, menurut mereka akan dapat meningkatkan

keinginan untuk berpartisipasi.

Dalam upaya mewujudkan partisipasi masyarakat yang otentik tersebut,

menurut King, Feltey dan Susel (1998), terdapat tiga hambatan utama

yang dihadapi, yakni: (1) realitas dari kehidupan sehari-hari masyarakat

Page 98: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 92Di Kabupaten Belitung

yang terikat dengan posisi kelas sosial termasuk faktor-faktor seperti

transportasi, hambatan waktu, struktur keluarga, jumlah anggota keluarga

yang bekerja, pengurusan anak, dan ketidakmampuan ekonomi; (2)

sistem dan proses administratif yang mendukung status quo; serta (3)

teknik partisipasi yang masih belum memadai seperti dengar pendapat

publik, dewan penasehat masyarakat, panel masyarakat, dan survey

publik. Untuk mengatasi ketiga hambatan utama tersebut, mereka

mengusulkan sejumlah upaya yang dapat dilakukan, yakni; (1)

memberdayakan dan melakukan pendidikan terhadap masyarakat yaitu

dengan mendesain proses sehingga masyarakat mengetahui bahwa

partisipasi mereka dapat memberikan dampak, melibatkan keterwakilan

yang luas dari masyarakat, serta dapat menghasilkan keluaran yang dapat

dilihat; (2) mendidik kembali para administrator yang sesuai dengan

upaya untuk mengubah peran mereka dari manajer yang ahli menjadi

peserta atau mitra yang kooperatif melalui pembentukan keahlian inter

personal, mendefinisikan kembali peran administrator, dan mengubah

cara dalam mendidik dan melatih administrator publik; serta (3)

memungkinkan struktur dan proses administrasi.

Pandangan lain mengenai partisipasi masyarakat misalnya dapat dilihat

dari pendapat O’Connel (1999) yang berpendapat bahwa masyarakat

harus diyakinkan dengan kebutuhan untuk melaksanakan hak dan

kewajibannya secara seimbang. Dalam konteks ini yang harus dilakukan

adalah membangun kesadaran masyarakat mengenai hal-hal yang dapat

dilakukannya untuk kebaikan bersama. Terkait dengan pemberdayaan

masyarakat ini, Yang (2005) mengangkat isu mengenai diperlukannya

rasa saling percaya antara administrator publik dengan warga masyarakat

guna meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan

administrasi publik. Merujuk kepada pendapat Offe (1999), kepercayaan

memiliki 4 (empat) dimensi, yakni: (1) kepercayaan warga masyarakat

Page 99: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 93Di Kabupaten Belitung

kepada sesama warga masyarakat; (2) kepercayaan masyarakat terhadap

elite; (3) kepercayaan elite politik terhadap sesama elite; serta (4)

kepercayaan elite politik terhadap warga masyarakat (Yang, 2005).

Selain dari pada itu, kepercayaan yang harus dibangun antara

Administrator Publik dengan masyarakat dan sebaliknya, terdapat

sejumlah hal yang harus diperhatikan dalam upaya meningkatkan

kesadaran masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam kegiatan

pemerintahan. Hal ini menurut Mitchell (2005), terkait dengan

diperlukannya visi bersama dan sejumlah atribut lainnya guna

terwujudnya kemitraan yang efektif antara pemerintah dan masyarakat.

Atribut tersebut adalah: (1) kompatibilitas antar peserta berdasarkan

kepercayaan dan penghargaan yang saling menguntungkan; (2)

keuntungan bagi semua mitra; (3) kesetaraan kekuatan dengan mitra; (4)

saluran komunikasi; (5) kemampuan beradaptasi; serta (6) keberadaan

integritas, kesabaran dan kemauan untuk menyelesaikan permasalahan.

Hal lainnya yang harus diperhatikan dalam upaya membuat masyarakat

mau dan mampu untuk berpartisipasi adalah bagaimana kita bisa

menyelesaikan permasalahan dilematis yang dihadapi oleh masyarakat

ketika akan berpartisipasi. Menurut Roberts (2004) sebagaimana dikutip

dalam Callahan (2007, 166-167), terdapat setidaknya 6 (enam) dilema

dalam upaya melibatkan masyarakat, yakni: (1) dilema terkait besaran

dari masyarakat; (2) dilema terkait kelompok-kelompok masyarakat yang

termarjinalkan; (3) dilema terkait resiko; (4) dilema terkait teknologi dan

keahlian; (5) dilema terkait waktu; serta (6) dilema terkait barang-barang

bersama (common good).

Dalam konteks mewujudkan partisipasi politik masyarakat di wilayah

pesisir Kabupaten Belitung, hal yang perlu untuk diupayakan adalah

bagaimana mendekatkan realitas politik terhadap kehidupan masyarakat

Page 100: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 94Di Kabupaten Belitung

sehari-hari. Untuk itu diperlukan orientasi kebijakan publik yang

memadai.

Page 101: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 95Di Kabupaten Belitung

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa Pertama, tingkat melek politik masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten

Belitung terlihat pada tingkat partisipasi politik dalam pelaksanaan Pileg 2014,

yang lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat partisipasi politik dalam

Pilpres 2014. Kemudian pemilih dari kalangan perempuan juga lebih baik jika

dibandingkan dengan pemilih dari kalangan laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari

rasio antara pemilih laki-laki dan pemilih perempuan di Kecamatan

Tanjungpandan. Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dikeluarkan

oleh KPU Kabupaten Belitung pada Pemilu Legislatif 2014 yang berjumlah

116.521 orang, dengan rincian 59.541 pemilih laki-laki dan 56.980 pemilih

perempuan. Dari 116.521 pemilih yang menggunakan hak pilih atau partipasi

politik pada Pemilu Legislatif di Kabupaten Belitung tahun 2014, berjumlah

sebanyak 89.993 pemilih atau sebesar 77,23%, dengan rincian 44.646 pemilih

laki-laki atau sebesar 38,31%, dan sebanyak 45.347 pemilih perempuan atau

sebesar 38,91%. Partisipasi politik pemilih perempuan ini lebih tinggi, yakni

45.347 pemilih atau sebesar 50,38%, melebihi partisipasi politik dari pemilih

laki-laki, yakni 44.646 pemilih atau 49,61%. Dimana Kecamatan

Tanjungpandan yang notabene merupakan wilayah perkotaan, memiliki tingkat

partisipasi politik terendah, dan sebaliknya Kecamatan Membalong yang

merupakan wilayah pedesaan dan pesisir memiliki tingkat partisipasi tertinggi

yakni 87,98%. Artinya partisipasi politik di wilayah pedesaan dan wilayah

pesisir jauh lebih tinggi, meskipun tingkat pendidikan formal tidak terlalu

tinggi jika dibandingkan masyarakat perkotaan. Setidaknya hal ini memberikan

gambaran awal bahwa tingkat kesadaran politik warga di wilayah pedesaan dan

wilayah pesisir di Kabupaten Belitung jauh lebih tinggi. Selanjutnya tingkat

Page 102: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 96Di Kabupaten Belitung

kesadaran politik tersebut perlu dianalisa, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhinya.

Sedangkan pengguna hak pilih pada pelaksanaan Pilpres 2014 sebesar 88.914

pemilih, meskipun jumlah pemilih yang terdaftar dalam DPT KPU Kabupaten

Belitung meningkat, namun partisipasi pemilihnya justru mengalami

penurunan menjadi 75,78%. Pengguna hak pilih ini menurun drastis dari

89.993 pemilih pada Pileg 2014, menjadi 88.914 pemilih pada Pilpres 2014.

Partisipasi politik tertinggi pada Pemilu Presiden berada di Kecamatan

Membalong yakni sebesar 84,91%, sedangkan partisipasi politik terendahnya

berada di Kecamatan Selat Nasik yakni sebesar 69,66%. Rendahnya kesadaran

masyarakat di wilayah pesisir dalam menggunakan hak politik mereka,

tergambar dari keengganan warga mempertanyakan hak politiknya ketika

nama mereka tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih. Disisi lain, panitia

penyelenggara di tingkat desa mengalami kesulitan saat mengkonfirmasi,

karena pada saat itu warga yang bersangkutan sedang tidak ada di rumah.

Umumnya warga di wilayah pesisir yang berprofesi ganda, yaitu sebagai

nelayan dan juga sekaligus sebagai petani. Kedatangan warga di TPS dianggap

sekedar menggugurkan kewajiban sebagai warga negara.

Kedua, pola melek politik warga di wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh

kesadaran hak politik dan pengetahuan terhadap sosok dan visi-misi Caleg

yang dipilih, dikarenakan adanya rangsangan oleh Caleg dan tim suksesnya

pada Pileg 2014. Sedangkan tokoh yang mendorong kesadaran dan

pengetahuan warga pada Pemilu Presiden 2014 lebih sedikit, bahkan tim

sukses atau koalisi Parpol terpecah, yang mengakibatkan upaya untuk

mengenalkan calon Presiden dan Wakil Presiden menjadi minim.

Ketiga, faktor yang mempengaruhi terbentuknya melek politik warga di

wilayah pesisir Kabupaten Belitung pada Pemilu Legislatif 2014 maupun

Pemilu Presiden 2014, mencakup Faktor Pendorong yang meliputi; a) rasa

ingin tahu, b) kesadaran politik, c) rangsangan politik, d) karakteristik pribadi,

Page 103: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 97Di Kabupaten Belitung

e) karakteristik sosial, f) situasi atau lingkungan politik, g) pendidikan politik.

Dari ketujuh faktor pendorong tersebut, faktor yang paling dominan

mempengaruhi melek politik warga pesisir adalah karakteristik sosial. Alasan

lain yang mendorong melek politik warga pesisir adalah; 1) masyarakat pesisir

memiliki tingkat kekerabatan yang baik, 2) masih adanya tokoh masyarakat

sebagai panutan yang dapat memberikan rangsangan politik. Sedangkan faktor

penghambat yang meliputi; a) hubungan fungsional wilayah, b) pengaruh dari

keluarga, dan c) rendahnya dukungan dan sosialisasi. Meskipun tingkat

partisipasi politik relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perkotaan.

Faktor penghambat dalam meningkatkan melek politik di wilayah pesisir lebih

didominiasi oleh faktor rendahnya dukungan dan sosialisasi sehingga

kesadaran terhadap hak politik dan pengetahuan terhadap sosok dan visi misi

Caleg atau Capres bersumber pada tokoh panutan. Pengetahuan terhadap sosok

Caleg yang cenderung mempertimbangkan hubungan emosional dan bersifat

pribadi.

Keempat, strategi dan kebijakan untuk meningkatkan melek politik warga

ditujukan untuk mengurangi faktor hambatan dan memperkuat faktor

pendorong. Penguatan terhadap faktor pendorong ditujukan untuk

meningkatkan pendidikan politik dan kesadaran politik. Sedangkan faktor

penghambat yang perlu diatasi yaitu dengan melakukan kegiatan sosialisasi.

Dalam hal ini KPU Kabupaten Belitung diharapkan dapat meningkatkan

kualitas dan kreativitas sosialisasi. Disisi lain, minimnya kegiatan sosialisasi

menurut KPU Kabupaten Belitung, salah satunya dikarenakan terbatasnya

anggaran sosialisasi serta dibatasi oleh agenda atau tahapan Pemilu. Sementara

kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh peserta pemilu, relatif tidak dibatasi

anggaran namun disesuaikan dengan kemampuan anggaran masing-masing

peserta Pemilu.

Page 104: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 98Di Kabupaten Belitung

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran peneliti adalah; pertama,

untuk meningkatkan melek politik masyarakat di wilayah pesisir, pemerintah

atau KPU Kabupaten Belitung perlu upaya untuk merangsang pengetahuan

masyarakat, bahwa hak politik tersebut berkaitan dengan masa depan

masyarakat yang lebih luas, dan tidak sekedar berdampak terhadap kepentingan

lokal dan individual warga semata.

Kedua, pola melek politik warga di wilayah pesisir Kabupaten Belitung juga

dipengaruhi oleh tokoh panutan menjadi tokoh sentral dalam mengatasi

rendahnya pengetahuan dan kesadaran pemilih terhadap sosok dan visi misi

atau program kerja peserta Pemilu. Hal ini menjadikan tingkat melek politik

warga di wilayah pesisir relatif rendah, meskipun tingkat partisipasi politiknya

cukup tinggi. Sehingga diperlukan upaya membangun masyarakat yang melek

media, dan mampu mengakses sumber informasi. Hal ini bisa dilakukan

dengan membangun pusat-pusat informasi atau mengoptimalkan teknologi

informasi hingga ke pelosok masyarakat, terutama berkaitan dengan

pemenuhan hak-hak warga negara seperti hak pendidikan, hak kesehatan dan

hak untuk berserikat dan berkumpul. Dengan demikian pandangan politik

warga tidak hanya bersumber dari tokoh panutan dan sekedar mengikuti tradisi

turun temurun, melainkan melalui pertimbangan atas dasar pengetahuan atau

informasi yang luas. Pemerintah perlu membangun konstruksi masyarakat

informatif yang melek media, dimana dengan lebih banyak memberdayakan

sumber-sumber informasi yang ada di kalangan masyarakat dengan

melibatkannya secara langsung, terutama di setiap tahapan Pemilu

sebagaimana yang telah disusun dalam agenda atau tahapan Pemilu oleh KPU.

Ketiga, untuk mengatasi faktor penghambat dan memperkuat faktor pendorong

dalam meningkatkan melek politik warga di wilayah pesisir, diperlukan

pendekatan sosiologis. Dimana peran serta pemerintah atau sinergi antara

Page 105: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 99Di Kabupaten Belitung

pemerintah dan Penyelenggara Pemilu sangat dibutuhkan dengan

mempertimbangkan karakter sosial masyarakat.

Keempat, rekomendasi yang dibutuhkan untuk menyusun strategi dan

kebijakan dalam meningkatkan melek politik warga pesisir; a) diperlukan

strategi untuk membangun kehidupan sosial dalam meningkatkan

pemberdayaan masyarakat di segala bidang pembangunan, sehingga terbangun

masyarakat yang mandiri dan proaktif. Orientasi pembangunan sosial perlu

ditingkatkan karena selama ini pembangunam lebih berorientasi pada

pembangunan fisik. Laju pertumbuhan ekonomi nyatanya mendorong

lemahnya modal sosial sebagaimana yang terjadi di wilayah perkotaan. Kondisi

ini mendorong resistensi masyarakat terhadap politik menjadi tinggi, b)

masyarakat perlu didorong untuk menjadi agen perubahan dan penggerak

dinamika sosial, c) sinergitas kelembagaan perlu ditingkatkan sehingga

kehidupan demokrasi tidak hanya bertumpu pada lembaga penyelenggara

Pemilu, partai politik, serta pemerintah melainkan sinergitas tersebut terbangun

dari masyarakat itu sendiri.

Page 106: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 100Di Kabupaten Belitung

DAFTAR PUSTAKA Agustino, L., dan M. A. Yusoff. Pemilihan Umum Dan Perilaku Pemilih:

Analisis, 2009. Agus Muslim, Faktor-Faktor Partisipasi Politik Pemilih Pemula Di

Kecamatan Andir Pada Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernu (Pilgub)Jabar 2013,2014

Almond dalam Mochtar Masoed. Perbandingan Sistem Politik. Jogyakarta,2001, Gajah Mada University Press

Awangga, Desain Proposal Penelitian. Yogyakarta, 2007, Pyramid. Budiarjo, Miriam, Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta, 2002, PT Gramedia

Pustaka Utama. Bofaird dan Loffler, 2003) Herbert McKlosky (1972:252) Budiarjo, Miriam,Partisipasi dan Partai Politik : Sebuah Bunga Rampai.

Jakarta, 1998, Yayasan Obor Indonesia. B.N. Marbun, Kamus Politik. Jakarta, 1996, Pustaka Sinar Harapan Bonar Simangunsong, Negara.Demokrasi dan Berpolitik Yang Profesional.

Jakarta, 2004, Gramedia Denzin, N.K., The Research Act: A Theoretical Introduction to Sociological

Method (2nd ed.), New York, 1978: McGraw-Hill. Wahyuningsih, Eka, Konstruksi Pendidikan Politik Pada Sekolah Menengah

Atas di Kota Pangkalpiangn, Universitas Pendidikan Indonesia, Jakarta,2013

Effendi,2007, Budaya Politik Khas Minangkabau Sebagai Alternatif BudayaPolitik di Indonesia, Jurnal LIPI : Masyarakat Indonesia, Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia, Jakarta, 2014

Fasli Djalal dan Dedi Supriadi, (2001: 201-202) John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Bahasa Indonesia-Inggris,

Inggris-Indonesia, Gramedia, 2000, Jakarta Erman, Erwiza, Dinamika Komunitas Warung Kopi Dan Politik Resistensi

di Pulau Belitung, Jurnal LIPI : Masyarakat Indonesia, Majalah Ilmu-IlmuSosial Indonesia, Jakarta, 2014

Heddy Shri Ahimsa Putra, , Demokrasi To-Manurung Falsafah Politik DariBantaeng, Sulawesi Selatan, Jurnal LIPI : Masyarakat Indonesia, MajalahIlmu-Ilmu Sosial Indonesia, Jakarta, 2014

Hermawan, Eman. 2001. Politik Membela Yang Benar. Yogyakarta,2001,Yayasan KLIK.

Huntington, Samuel P dan Nelson, Joan,Partisipasi Politik di NegaraBerkembang. Jakarta, 1994, Renika Cipta

Ibnu Kencana. Ilmu Politik. Jakarta, 1997.Rineka Cipta (Islamy dkk., 2004)

Page 107: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 101Di Kabupaten Belitung

Islamy, M.Irfan. 2009. Kebijakan Publik. Banten : Penerbit UnviersitasTerbuka

Kurniawan. Robi Cahyadi. Kampanye Politik: Idealis danTantangan. JurnalIlmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Yogyakarta, 2009.

Kurniawan, Teguh, Partisipasi Masyarakat di Perkotaan dan BerbagaiUpaya Peningkatan yang Dapat Dilakukan

Kojongian, A, Tomohon Kotaku. Cetakan Pertama, Tomohon, 2006, CVAgape.

King, Cheryl Simrell, Kathryn M Feltey, and Bridget O’Neill Susel, PublicAdministration Review, Vol. 58, No. 4, pp 317-326, 1998

I Nyoman Sumaryadi, 2010 Lasut, Vivaldi E. C. partisipasi politik pemilih pemula pada pemilihan

umum Legislatif 2014 di Kecamatan Tomohon Utara Maran, RafaelRaga, Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta, 2001, Rineka

Cipta Indonesia Noor, Firman, Perilaku Politik Pragmatif Dalam Kehiduapan Politik

Kontemporer : Kajian atas Menyurutnya Peran Ideologi Politik di EraReformasi, Jurnal LIPI : Masyarakat Indonesia, Majalah Ilmu-Ilmu SosialIndonesia, Jakarta, 2014.

Noor, Firman Endang Sulastri,Nurliah Nurdin, Laporan Penelitian EvaluasiPemilihan Presiden/Wakil Presiden 2014, Electoral Research Institute –Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jakarta 2015

O’Connell, Brian, Civil Society: The Underpinnings of AmericanDemocracy, London, 1999, Tuffs University

Komisi Pemilihan Umum. Pemilu Untuk Pemula,KPU. Demak, 2013. Rahmat Habibi, Forum Keadilan No. 22, 05 Oktober 2012 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik. Jakarta, 1992, Gramedia Rush, Michael & Althof. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta, 2000,

Rajawali Press. Sendaja,Djuarsa. Sasa, Teori Komunikasi.Jakarta. 2009, Universitas

Terbuka Sastroadmojo, Sudjiono. Partisipasi Politik. Semarang, 1995, IKIP

Semarang Press. Satori, D., dan Komariah, A, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung,

2013, Alfabeta. Schmandt, H. J,Filsafat Politik. Yogyakarta, 2009, Pustaka Pelajar Sitepu, P. A., Teori-Teori Politik. Yogyakarta, 2012, Graha Ilmu. Syafiie,I.K, Ilmu Politik, Jakarta, 2010, Rineka Cipta Tosun, Expected Nature Of Community Participation In Tourism

Development, School OfTourism and Hotel Management, Turkey, 2004 Pemilihan Presiden Di Indonesia. Jurnal Kajian Politik dan Masalah

Pembangunan 5(1): 422-424, 2009.

Page 108: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 102Di Kabupaten Belitung

KPU, Petunjuk Pelaksanaan Program Relawan Demokrasi (Relasi) PemiluTahun 2014, Jakarta, Agustus 2013

Wahyuningrum, Diah, Sarkadi, Raharjo, Hubungan Antara PemahamanBudaya Politik Dengan Partisipasi Politik Siswa (Studi Korelasional Di SmaAt-Taqwa 02 Babelan),Jurnal PPKN UNJ ONLINE Volume 1, Nomor2,Tahun 2013

Zarkasih M.Nur, Evaluasi Pemilu 1999 : Catatan Terhadap UU Politik Yang, Kaifeng, 2005, “Public Administrators’ Trust in Citizens: A Missing

Link in Citizen Involvement Efforts”, Public Administration Review, Vol.65, No. 3, pp 273-285

Internet : Agung Wasono, Demokrasi dan Tata Pemerintahan yang Baik,

http://politik.kompasiana.com/2013/07/19/ l Jeky Tinuntung, Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan Bupati

Dan Wakil Bupati Di Kabupaten Talaud (Suatu Studi Di Kecamatan EssangSelatan Kabupaten Talaud),http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/view/5983

http://logowa.ui.ac.id/w/216_partisipasi-masyarakat-di-perkotaan-dan-berbagai-upaya-peningkatan-yang-dapat-dilakukan/

http://perencanaankota.blogspot.com/2011/11/definisi-dan-deliniasi-kawasan-pesisir.html)

http://benny77jeka.blogspot.com/2012/01/kajian-hukum-wilayah-laut-dan-pesisir.html)

http://news.detik.com/read/2014/06/23/194039/2617010/1562/sidang-gugatan-uu-pilpres-kemendagri-setujupilpres-2014-satu-putaran

http://mediacenter.kpu.go.id/berita/1202-9-faktor-yang-mempengaruhi-tingkat-partisipasi-masyarakat-dalam-pemilu.html

http://rodlial.blogspot.com/2014/02/makalah-partisipasi-politik-di-indonesia.html

http://news.detik.com/read/2014/06/23/194039/2617010/1562/sidang-gugatan-uu-pilpres-kemendagri-setujupilpres-2014-satu-putaran

Hendrik , Doni , Variabel-variabel yang Mempengaruhi RendahnnyaPartisipasi Politik Masyarakat dalam Pilkada Walikota dan Wakil WalikotaPadang Tahun 2008, Demokrasi144 Vol. IX No. 2 Th. 2010

Strategi Komisi Pemilihan Umum untuk Meningkatkan Partisipasimasyarakat Dalam Pemilu tahun 2014 (studi di kpu kabupatenSleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta),http://fardinlaia.blogspot.com/2014/06/strategi-kpu-dalam-pemilu.html

Page 109: Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu 2014 (KPU Kabupaten ...

Laporan Riset Dengan Tema Tingkat Melek Politik Warga Dalam Pemilu 2014 103Di Kabupaten Belitung

Dokumen-Dokumen : Surat Komisi Pemilihan Umum Nomor 1628. PERPU NO 3 TAHUN 2005

Mengenai Perubahan UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.PP NO 17 Tahun 2005 Mengenai Perubahan atas Peraturan Pemerintah No6 TAHUN 2005 Tentang Pemilihan Pengesahan, Pengangkatan, danPemberhentian Kepala Daerah.

Surat KPU RI Nomor 155/KPU/IV/2015 perihal Pedoman Riset TentangPartisipasi Dalam Pemilu.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum AnggotaDPR, DPD,dan DPRD.

Peraturan KPU No.21 tahun 2013 tentang Program dan jadwalpenyelenggaraan pemilu anggota DPR, DPD, DPRD tahun 2014.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2014 TentangTahapan, Program, dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Presidendan Wakil Presiden Tahun 2014.