TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

282
0 TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA PESISIR DI KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK LAMPUNG Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran. TUGAS AKHIR Disusun Dalam Memenuhi Persyaratan Program Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Oleh: Muhammad Haikal Trinanda 22116018 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KWILAYAHAN INTITUT TEKNOLOGI SUMATERA LAMPUNG SELATAN 2020

Transcript of TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

Page 1: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

0

TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM

MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA PESISIR DI

KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK LAMPUNG

Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan,

Kabupaten Pesawaran.

TUGAS AKHIR

Disusun Dalam Memenuhi Persyaratan

Program Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh:

Muhammad Haikal Trinanda

22116018

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KWILAYAHAN

INTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2020

Page 2: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

i

KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM

MENINGKATKAN POTENSI SEKTOR PARIWISATA

PESISIR DI KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK

LAMPUNG

STUDI KASUS : KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA

DAERAH TELUK PANDAN, KABUPATEN PESAWARAN.

Tugas Akhir diajukan kepada

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Institut Teknologi Sumatera

Oleh:

Muhammad Haikal Trinanda

22116018

Diajukan pada Sidang Ujian Skripsi

Tanggal Juli 2020

Dinyatakan Lulus

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota

Lampung Selatan,..................2020

Tim Penguji:

Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T – Pembimbing 1 : ___________

Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP.– Pembimbing 2 : ___________

Zulqadri Ansar, S.T.,M.T – Penguji 1 : ___________

Yudha Rahman, S.T.,M.T-- Penguji 2 : ___________

HALAMAN PENGESAHAN

Mengetahui

Kordinator Program Studi

Perencanaan Wilayah dan Kota

Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si

Page 3: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diakui dalam naskah

ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila dalam Skripsi saya ternyata

ditemui duplikasi, jiplakan (plagiat) dari penelitan orang lain/institusi lain maka

saya bersedia menerima sanksi untuk dibatalkan kelulusan saya dan saya bersedia

melepaskan gelar Sarjana Teknik dengan penuh rasa tanggung jawab:

Lampung Selatan, 2020

MUHAMMAD HAIKAL TRINANDA

NIM 22116018

Page 4: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan

di bawah ini :

Nama : Muhammad Haikal Trinanda

NIM : 22116018

Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota

Jurusan : Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan

kepada Institut Teknologi Sumatera Hak Bebas Royalti Non-ekslusif (Non-

exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi

Sektor Pariwisata Pesisir Di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung

(Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan,

Kabupaten Pesawaran.)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak Bebas Royalti Non-

ekslusif ini, Institut Teknologi Sumatera berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Lampung Selatan

Pada tanggal : 15 Juni 2020

Yang Menyatakan (Muhammad Haikal Trinanda)

Page 5: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya maka penyusunan

Skripsi dapat diselesaikan oleh penulis, dengan judul “Tingkat Kesiapan Penerapan

Smart Tourism Dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan

Wisata Terintegrasi Teluk Lampung : Studi Kasus Kawasan Strategis Pariwisata

Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran”. Skripsi ini dapat diselesaikan

dengan baik berkat bantuan dari beberapa pihak-pihak yang terkait. Oleh karena

itu, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orang tua dan keluarga penulis yang telah mendukung dan memberikan bantuan

moral dan spiritual dalam pembuatan laporan ini.

2. Ibu Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan

waktu luangnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Zulqadri Ansar S.T.,M.T dan Yudha Rahman S.T.,M.T selaku dosen

penguji laporan skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan mengenai

penyusunan skripsi dan banyak membantu baik di dalam kampus dan di luar

kampus.

4. Ibu Dr. Rahayu Sulistyorini, S.T.,M.T selaku Ketua Jurusan Teknologi

Infrastruktur dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera.

5. Bapak dan Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Program Studi Perencanaan

Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sumatera.

6. Semua pihak Dinas Instansi di Provinsi Lampung dan Kabupaten Pesawaran,

Pengelola Objek Wisata Pantai di Teluk Pandan, dan masyarakat lokal Teluk

Pandan yang telah membantu memberikan data-data dalam pembuatan laporan

ini.

7. Ibu Msy. Liesandriani, S.H., M.H dan ibu Lisdiana yang telah banyak membantu

dalam hal akademik dan mengembangkan softskill di bidang Master of

Ceremony.

8. Semua teman-teman “Ya Kali Gak Kuy” dan “Best Bro” yang telah membuat

hari-hari saya lebih menyenangkan, terima kasih karena kalian selalu

mendukung dan care kepada saya dalam hal apapun.

Page 6: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

v

9. Semua teman-teman “Estetot Real” yang sudah mengotori hari-hari saya dengan

perilaku toxic kalian, walaupun kalian bukan teman murni saya tapi kalian cukup

menghibur disaat yang tepat.

10. Seluruh teman-teman angkatan 2016 Program Studi Perencanaan Wilayah dan

Kota, Institut Teknologi Sumatera.

Penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, masih

banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dikarenakan oleh keterbatasan penulis

sebagai manusia biasa. Oleh sebab i tu, penyusun mengharapkan kritik dan saran

yang membangun guna menyempurnakan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun para pembaca laporan.

Lampung Selatan, 2020

MUHAMMAD HAIKAL TRINANDA

NIM 22116018

Page 7: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

vi

Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir

di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Studi Kasus : Kawasan Strategis Pariwisata

Daerah Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran

Muhammad Haikal Trinanda (22116018)

Pembimbing (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. dan Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)

ABSTRAK

Keunggulan Sektor pariwisata saat ini telah mengalami ekspansi dan diversifikasi

berkelanjutan dibandingkan sektor manufaktur. Dalam pengembangan pariwisata saat ini

berbagai daerah menawarkan pelayanan yang maju dan inovatif melalui penerapan

Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi wisatawan yang sering disebut dengan

Pariwisata cerdas (Smart Tourism). Saat ini penerapan platform Smart Tourism lebih

banyak diterapkan di kawasan wisata kota yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur

dasar, sistem transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur Teknologi Informasi dan

Komunikasi yang memadai, dan sistem pelayanan yang menyeluruh. Hal tersebut tentunya

membuat Konsep Smart Tourism masih sangat jarang diterapkan di kawasan wisata bahari

yang berada di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Pada sektor pariwisata Provinsi Lampung memiliki potensi dan daya tarik yang besar

pada kawasan pesisirnya. Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi Lampung

melalui Bappeda memiliki rencana pengembangan Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung dan Dinas Pariwisata Provinsi Lampung memiliki tujuan untuk meningkatkan

jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Pada penelitian ini

akan mengkaji objek wisata pesisir di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten

Pesawaran. Dalam perkembangannya Wilayah Teluk Pandan telah berkembang sebagai

kawasan perkotaan dengan ketersediaan sarana/prasarana penunjang pariwisata di

Kawasan Teluk Pandan telah terpenuhi. Namun, berdasarkan dari penjelasan pada

dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031, KSDP Teluk Pandan dalam hal

tingkat perkembangan pariwisatanya masih belum setara dengan tingkat perkembangan

wilayahnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kesiapan objek wisata

pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan

Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar

dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian Deduktif Kualitatif dengan teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. Pada penelitian ini data kualitatif yang didapat akan

diproses dengan analisis deduktif, yaitu analisis skoring.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek

wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dinyatakan AGAK SIAP. Kesiapan penerapan Smart

Tourism ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK,

Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Berdasarkan hasil tinjauan

pada seluruh komponen penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk

Pandan yang dikaji dar infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan menunjukkan hanya

komponen infrastruktur dasar dan TIK yang menunjukan adanya kesiapan, untuk atraksi

dan fasilitas penunjang wisata menunjukkan agak siap, dan untuk komponen trasnportasi

menunjukkan tidak siap dalam penerapan Smart Tourism. Hal tersebut dikarenakan

kuantitas yang belum memadai dan juga TIK yang belum diterapkan dalam pengelolaan

wisata.

Kata Kunci : Smart Tourism, Pariwisata Pesisir Pantai, Tingkat Kesiapan

Page 8: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

vii

The Level of Readliness for the Aplication of Smart Tourism in Increasing the Potential of the

Coastal Tourism sector in Integrated Tourist Area of Lampung Bay. Case Study : Kawasan Strategis

Pariwisata Daerah Teluk Pandan, Pesawaran District.

Muhammad Haikal Trinanda (22116018)

Guiding Lecturer (Ir. Nia Kurniasih Pontoh, M.T. and Lutfi Setianingrum, S.T.,M.URP)

ABSTRACT

Advantages The tourism sector is currently experiencing continuous expansion and

diversification compared to the manufacturing sector. In the development of tourism today

various regions offer advanced and innovative services through the application of

Information and Communication Technology for tourists who are often referred to as

Smart Tourism. At present the application of the Smart Tourism platform is more widely

applied in urban tourism areas that already have basic infrastructure, a good

transportation system, the availability of adequate Information and Communication

Technology infrastructure, and a comprehensive service system. This certainly makes the

concept of Smart Tourism is still very rarely applied in marine tourism areas that are on

the coast and small islands.

In the tourism sector, Lampung Province has great potential and attractiveness in its

coastal areas. In the development of tourism, the Lampung provincial government through

Bappeda has a plan to develop the Lampung Bay Integrated Tourism Area and the

Lampung Provincial Tourism Office has the aim to increase the number of foreign and

domestic tourist visits. This research will examine coastal tourism objects in the KSPD

Teluk Pandan area in Pesawaran Regency. In its development, the Teluk Pandan Region

has developed as an urban area with the availability of facilities / infrastructure supporting

tourism in the Pandan Bay Area has been met. However, based on the explanation in the

2017-2031 Pesawaran Regency RIPPDA document, KSDP Teluk Pandan in terms of the

level of tourism development is still not equivalent to the level of development of the region.

The purpose of this study is to identify the level of readiness of coastal tourism objects in

the Bay of Pandan in the Integrated Tourism Region of Lampung Bay in implementing

Smart Tourism in terms of the availability and quality of basic infrastructure and ICT

services, Transportation, Tourist Attractions, and tourist support facilities. This study uses

a Qualitative Deductive research approach with the sampling technique used is purposive

sampling. In this study the qualitative data obtained will be processed by deductive

analysis, namely scoring analysis.

The results of the analysis showed that the level of readiness for the application of Smart

Tourism in the coastal tourism objects in the KSPD of Teluk Pandan was stated REALLY

READY. The readiness for implementing Smart Tourism is in terms of the availability and

quality of basic infrastructure and ICT services, Transportation, Tourist Attractions, and

tourist support facilities. Based on the results of a review of all components of the

application of Smart Tourism in coastal tourism objects in Pandan Bay, which were

assessed from infrastructure, facilities and service systems, it was shown that only basic

infrastructure components and ICTs showed readiness, for tourism supporting facilities

and facilities showed rather ready, and for components transportation shows not ready in

the application of Smart Tourism. That is because the quantity is inadequate and ICTs have

not been applied in tourism management.

Keywords: Smart Tourism, Coastal Tourism, Readiness Level

Page 9: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................................ vi

ABSTRACT ...................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xiii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian....................................................... 5

1.3 Tujuan dan Sasaran ............................................................................................... 6

1.3.1 Tujuan ........................................................................................................ 6

1.3.2 Sasaran ....................................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................... 7

1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 7

1.5 Ruang Lingkup ...................................................................................................... 8

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ............................................................................ 8

1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi ............................................................................ 9

1.6 Keaslian Penelitian .............................................................................................. 11

1.7 Kerangka Pikir .................................................................................................... 14

1.8 Metodelogi Penelitian ........................................................................................ 15

1.8.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................. 15

1.8.2 Metode Penelitian .................................................................................... 16

1.9 Definisi Operasional ........................................................................................... 17

Page 10: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

ix

1.10 Metode Koleksi Data ........................................................................................ 18

1.10.1 Jenis Data ............................................................................................... 18

1.10.2 Kebutuhan Data...................................................................................... 22

1.10.3 Tahap Koleksi Data ................................................................................ 25

1.11 Metode Analisis ................................................................................................ 26

1.11.1 Analisis Kualitatif/Induksi .................................................................... 27

1.11.2 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata ........ 29

1.12 Teknik Sampling ............................................................................................... 38

1.13 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 40

BAB II .............................................................................................................................. 43

TINJAUAN PUSTAKA KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM ................. 43

2.1 Tinjauan Umum Pariwisata ................................................................................. 43

2.1.1 Pengertian Pariwisata ............................................................................... 43

2.1.2 Pariwisata sebagai Suatu Sistem .............................................................. 45

2.1.3 Pariwisata dalam Konteks Penataan Ruang ............................................. 53

2.2 Wilayah Pesisir ................................................................................................... 55

2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir ...................................................................... 55

2.2.2 Pariwisata di Kawasan Pesisir .................................................................. 56

2.3 Smart Tourism ..................................................................................................... 60

2.3.1 Smart Tourism Destination ...................................................................... 65

2.3.2 Smart Tourism Tools ............................................................................... 66

2. 4 Preseden Penerapan Smart Tourism ................................................................... 69

2.4.1 Smart Tourism Destination Bali ............................................................. 69

2.4.2 Smart Tourism Semarang ......................................................................... 71

2.4.3 Smart Tourism Danau Toba ..................................................................... 73

2.4.4 Smart Tourism Surakarta ......................................................................... 75

2.5 Sintesa Pustaka .................................................................................................... 77

BAB III ............................................................................................................................. 81

GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG ........................ 81

3.1 Gambaran Umum Kawasan Wisata Teluk Lampung .......................................... 81

3.2 Kondisi dan Potensi Wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ... 82

Page 11: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

x

3.3 Kondisi dan Potensi Wilayah Teluk Pandan ....................................................... 84

3.2.1 Pantai Queen Arta ................................................................................... 85

3.2.2 Pantai Mutun Asri ................................................................................... 87

3.2.3 Pantai Putra Mutun.................................................................................. 88

3.2.4 Pantai MS Town ..................................................................................... 89

3.2.5 Pantai Mutun Haruna Jaya ...................................................................... 91

3.2.6 Pantai Sari Ringgung .............................................................................. 93

3.2.7 Wisata Hutan Mangrove Petengoran ...................................................... 95

3.2.8 Taman Wisata Dewi Mandapa ................................................................ 96

3.2.9 Pantai Ketapang ...................................................................................... 97

3.2.10 Pantai Kelapa Rapat (Klara) ................................................................. 99

3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir Pantai di

Kecamatan Teluk Pandan........................................................................................ 101

3.4.1 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan

Teluk Pandan .................................................................................................. 101

3.4.2 Kesadaran Terhadap Lingkungan di Objek Wisata Pantai Teluk Pandan

........................................................................................................................ 103

3.5 Rangkuman Karakteristik Wilayah dan Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi

Masyarakat Lokal di KSPD Teluk Pandan ............................................................. 104

3.5.1 Karakteristik Wilayah Objek wisata pesisir di Teluk Pandan ................ 104

3.5.2 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Teluk Pandan

........................................................................................................................ 106

BAB IV ........................................................................................................................... 107

ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI KSPD TELUK PANDAN ....................................... 107

4.1 Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem Pelayanan dalam

Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan ................. 107

4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga .......................................................... 108

4.1.2 Penyediaan Air Bersih ......................................................................... 128

4.1.3 Jaringan Listrik .................................................................................... 137

4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah ................................................................. 139

4.1.5 Telekomunikasi ..................................................................................... 144

4.2 Moda Transportasi Menuju Provinsi Lampung dan Objek Wisata Pantai Teluk

Pandan ..................................................................................................................... 151

Page 12: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

xi

4.3 Atraksi di Objek wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung

................................................................................................................................ 156

4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan

................................................................................................................................ 160

4.4.1 Kesiapan Infrastruktur Dasar dan TIK ................................................... 161

4.4.2 Kesiapan Transportasi ............................................................................ 171

4.4.3 Kesiapan Atraksi Wisata ........................................................................ 173

4.4.4 Kesiapan Fasilitas Penunjang Pariwisata ............................................... 176

4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di Teluk

Pandan. .................................................................................................................... 180

4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD

Teluk Pandan .......................................................................................................... 183

BAB V ............................................................................................................................ 185

TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM .......................................................... 185

5.1 Temuan Studi terkait Kesiapan Penerapan Smart Tourism ............................... 185

5.2 Kesimpulan ....................................................................................................... 188

5.3 Rekomendasi ..................................................................................................... 190

5.4 Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 197

5.5 Penelitian Lanjutan ........................................................................................... 198

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 201

LAMPIRAN...................................................................... Error! Bookmark not defined.

Page 13: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Tabel Posisi Sasaran Pada Penelitian ................................................................. 6

Tabel 1. 2 Keaslian Penelitian .......................................................................................... 11

Tabel 1. 3 Kebutuhan Data ............................................................................................... 22

Tabel 1. 4 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism .................................................. 30

Tabel 1. 5 Indikator Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism .................................. 37

Tabel 1. 6 Kriteria Pemilihan Informan Wawancara ........................................................ 39

Tabel 2. 1 Indikator Teori Pariwiata di Kawasan Pesisir...................................................59

Tabel 2. 2 Indikator Teori Smart Tourism ........................................................................ 67

Tabel 2. 3 Smart Tourism Dalam 5 Kategori .................................................................... 74

Tabel 2. 4 Indikator Smart Touris Berdasarkan Preseden................................................. 77

Tabel 2. 5 Variabel Penelitian ........................................................................................... 79

Tabel 4. 1 Panjang Jalan (Km), Kondisi dan Klasifikasi Jalan di Kecamatan Teluk

Pandan..............................................................................................................................119

Tabel 4. 2 Jumlah dan Kondisi Dermaga Pada Objek Wisata Pesisir di Teluk Pandan .. 127

Tabel 4. 3 Komponen Informasi yang Harus Tersedia pada Aplikasi Wisata ................ 150

Tabel 4. 4 Atraski Wisata Alam dan Buatan di Teluk Pandan ........................................ 158

Tabel 4. 5 Penilaian Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Jalan dan Dermaga ............. 162

Tabel 4. 6 Penlilaian Ketersediaan dan Kualitas Air Bersih Pada Objek Wisata ........... 163

Tabel 4. 7 Penilaian Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik ............................................... 165

Tabel 4. 8 Penilaian Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Sistem Pengelolaan Limbah167

Tabel 4. 9 Penilaian Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Kualitas Pelayanan Informasi 169

Tabel 4. 10 Kualitas Pelayanan Transportasi Umum ...................................................... 171

Tabel 4. 11 Keberagaman Atraksi Wisata Alam dan Buatan di Teluk Pandan .............. 173

Tabel 4. 12 Perhitungan Indeks Shannon Keberagaman Atraksi Wisata di Teluk Pandan

........................................................................................................................................ 174

Tabel 4. 13 Ketersediaan TIK Untuk Menunjang Atraksi Wisata .................................. 175

Tabel 4.14 Penilaian Ketersediaan Dan Kualitas Pelayanan Yang Baik dalam Fasilitas

Penunjang Wisata ............................................................................................................ 177

Tabel 4. 15 Ketersediaan TIK Untuk Menunjang Fasilitas Penunjang Wisata ............... 178

Tabel 4. 16 Rekapitulasi Skor Kesiapan Sub Variabel Smart Tourism Pada Objek Wisata

Pesisir di Teluk Pandan ................................................................................................... 180

Tabel 4. 17 Total Nilai Variabel Kesiapan Penerapan Smart Tourism ........................... 181

Tabel 4.18 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Objek Wisata di KSPD Teluk

Pandan ............................................................................................................................. 183

Tabel 5. 1 Temuan Studi Kesiapan Penerapan Smart Tourism........................................185

Page 14: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kawasan Wisata Pesisir Pantai Teluk Pandan ............................................... 9

Gambar 1. 2 Ruang Lingkup Subtansi ................................................................................ 9

Gambar 1. 3 Kerangka Pikir ............................................................................................. 14

Gambar 1. 4 Proses Analisis Data ..................................................................................... 26

Gambar 2. 1 Bagan Sistem Pariwisata Leiper....................................................................46

Gambar 2. 2 Diagram Model Sistem Fungsional Pariwisata ............................................ 48

Gambar 2. 3 Typological Composition Of Coastal Environments ................................... 58

Gambar 2. 4 Component And Layer Smart Tourism ....................................................... 61

Gambar 2. 5 Ilustrasi Sintesa Pustaka ............................................................................... 78

Gambar 3. 1 Peta Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.....................................82

Gambar 3. 2 Pantai Queen Artha ...................................................................................... 86

Gambar 3. 3 Pantai Mutun Asri ........................................................................................ 87

Gambar 3. 4 Pantai Putra Mutun ....................................................................................... 88

Gambar 3. 5 Pantai MS Town ........................................................................................... 90

Gambar 3. 6 Pantai Mutun Haruna Jaya ........................................................................... 92

Gambar 3. 7 Pantai Sari Ringgung.................................................................................... 94

Gambar 3. 8 Hutan Mangrove Petengoran ........................................................................ 95

Gambar 3. 9 Taman Wisata Dewi Mandapa ..................................................................... 97

Gambar 3. 10 Pantai Ketapang ......................................................................................... 98

Gambar 3. 11 Pantai Kelapa Rapat ................................................................................... 99

Gambar 4. 1 Proses Analisis Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem

Pelayanan dalam Penerapan Smart Tourism....................................................................107

Gambar 4. 2 Peta Akses Masuk ke Provinsi Lampung dan Jalan Lintas ........................ 109

Gambar 4. 3 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Queen Artha ......................................... 112

Gambar 4. 4 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Mutun Asri ........................................... 112

Gambar 4. 5 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Putra Mutun .......................................... 113

Gambar 4. 6 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai MS Town .............................................. 114

Gambar 4. 7 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Mutun Haruna Jaya .............................. 114

Gambar 4. 8 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Sari Ringgung ....................................... 115

Gambar 4. 9 Kondisi Eksisting Broadwalk di Hutan Mangrove Petengoran.................. 116

Gambar 4. 10 Kondisi Eksisting Jalan di Taman Wisata Dewi Mandapa ...................... 116

Gambar 4. 11 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Ketapang ............................................. 117

Gambar 4. 12 Kondisi Eksisting Jalan di Pantai Kelapa Rapat ...................................... 117

Gambar 4. 13 Peta Kondisi Jalan di Objek wisata pesisir Teluk Pandan ........................ 118

Gambar 4. 14 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Mutun Asri ................................... 121

Gambar 4. 15 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Putra Mutun ................................. 122

Gambar 4. 16 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai MS Town ..................................... 122

Gambar 4. 17 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Sari Ringgung .............................. 123

Gambar 4. 18 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Ketapang ...................................... 125

Gambar 4. 19 Kondisi Eksisting Dermaga di Pantai Kelapa Rapat ................................ 125

Gambar 4. 20 Peta Kondisi Eksisting Dermaga di Teluk Pandan ................................... 126

Gambar 4. 21 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Queen Artha ...................................... 129

Gambar 4. 22 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Mutun Asri ........................................ 130

Page 15: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

xiv

Gambar 4. 23 Air Bersih di Objek Wisata Pantai Putra Mutun ...................................... 130

Gambar 4. 24 Air Bersih di Objek Wisata Pantai MS Town .......................................... 131

Gambar 4. 25 Air Bersih di Pantai Mutun Haruna Jaya ................................................. 132

Gambar 4. 26 Air Bersih di Pantai Sari Ringgung .......................................................... 133

Gambar 4. 27 Air Bersih di Objek Wisata Hutan Mangrove Petengora ......................... 133

Gambar 4. 28 Air Bersih di Objek Wisata Dewi Mandapa ............................................. 134

Gambar 4. 29 Air Bersih di Pantai Ketapang .................................................................. 135

Gambar 4. 30 Air Bersih di Pantai Kelapa Rapat ........................................................... 135

Gambar 4. 31 Ketersedian Jaringan Listrik .................................................................... 137

Gambar 4. 32 Pengelolaan Sampah ................................................................................ 140

Gambar 4. 33 Saluran Drainase ...................................................................................... 141

Gambar 4. 34 Sanitasi ..................................................................................................... 142

Gambar 4. 35 Infrastruktur Telekomunikasi ................................................................... 145

Gambar 4. 36 Peta Persebaran BTS di Kecamatan Teluk Pandan .................................. 146

Gambar 4. 37 Aplikasi Pariwisata Lampung dan Jenis Informasi yang Disediakan ...... 147

Gambar 4. 38 Angkuan Umum Darat di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan ............ 154

Gambar 4. 39 Transportasi Laut di Kawasan Objek Wisata ........................................... 155

Gambar 4. 40 Peta Atraksi Wisata Alam di Teluk Pandan ............................................. 157

Gambar 4. 41 Bagan Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism.................. 160

Gambar 5.1 Bagan Penelitian Lanjutan Terkait Sustainable Smart Coastal Tourism

..........................................................................................................................................199

Page 16: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Lampung kaya akan potensi alam dan budaya yang dapat dimanfaatkan

dan dikembangkan menjadi objek wisata. Dengan letak geografis Provinsi

Lampung yang berada di ujung Selatan Pulau Sumatera dan berbatasan langsung

dengan laut Pulau Jawa, menjadikan Lampung sebagai pintu masuk ke Pulau

Sumatera yang sangat memungkinkan untuk berkembang pesat. Provinsi Lampung

memiliki panjang garis pantai sekitar 1.105 Km (CRMP,1998) dengan 2 teluk, yaitu

Teluk Semaka dan Teluk Lampung serta terdapat sekitar 132 pulau yang

berhadapan langsung dengan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia).

Dalam pengembangan pariwisata pemerintah Provinsi Lampung melalui Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki rencana pengembangan Kawasan

Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Kawasan ini terdiri dari destinasi wisata

pesisir pantai dan pulau-pulau kecil dengan potensi wisata bahari yang menjadi

tujuan wisata unggulannya. Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung secara

administrasi berada di 4 Kabupaten, yakni Kota Bandar Lampung, Kabupaten

Lampung Selatan, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesawaran. Dengan

kondisi geografis berupa teluk dan tanjung serta kondisi pantai dengan pasir putih

dan ombak yang tidak besar, menjadikan destinasi wisata ini sangat cocok dan aman

untuk melakukan berbagai aktivitas wisata bahari. Dengan kondisi pantai di

Kawasan Teluk Lampung yang landai dan keindahan terumbu karang menjadi daya

tarik atraksi yang akan disajikan bagi wisatawan domestik dan mancanegara,

sehingga mampu memberikan kenangan dan rasa ingin kembali lagi untuk berwista

di Teluk Lampung. Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung yang terdiri dari

Kawasan wisata pantai dan pulau-pulau kecil juga kaya akan adat dan budaya. Hal

ini terlihat dari semboyan “Sang Bumi Ruwa Jurai” yang memiliki arti satu bumi

yang ditinggali oleh dua etnis/suku, yaitu suku Pepadun dan Sai Batin. Keragaman

adat budaya, kuliner dan seni di Provinsi Lampung menambah keunikan dan

kekayaan kebudayaaan bangsa yang mampu menjadi daya tarik bagi banyak orang

untuk datang dan berwisata di Lampung.

Page 17: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

2

Ditinjau dari dokumen Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah

Provinsi Lampung 2010-2025 yang memiliki sasaran meningkatkan daya saing

pariwisata dan meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian

daerah. Hal tersebut membuat pelaku usaha pariwisata dan pemerintah Lampung

saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembenahan dan pengembangan pada

sektor pariwisata. Dilansir dari saibumi.com Provinsi Lampung terus menunjukkan

tren yang positif dalam sektor pariwisata dilihat dari jumlah wisatawan ke Lampung

yang terus meningkat, pada tahun 2016 dengan jumlah kunjungan mencapai enam

juta kunjungan dari target lima juta kunjungan wisata dan ditahun 2017 jumlah

kunjungan delapan juta kunjungan wisatawan dari target tujuh juta kunjungan

wisatawan. Bahkan pada tahun 2017 kunjungan wisatawan Nusantara di Lampung

mencapai 8,8 juta mengalahkan Bali yang hanya mencapai 8,5 juta kunjugan.

Dengan daya tarik dan potensi wisata yang ada mampu mempengaruhi tingginya

minat wisatawan untuk mengunjungi Provinsi Lampung. Hal tersebut,

menunjukkan betapa pentingnya pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung

untuk meningkatkan nilai jualnya. Dengan tren tersebut, dalam pengembangan

pariwisata di Provinsi Lampung kedepannya Dinas Pariwisata memiliki tujuan

untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan

nusantara.

Saat ini keunggulan sektor pariwisata telah mengalami ekspansi dan

diversifikasi berkelanjutan dibandingkan sektor manufaktur. United Nation

Tourism Organization (UNWTO) memprediksi bahwa industri pariwisata pada

tahun 2020 akan menjadi salah satu industri terbesar dan sumber utama pendapatan

negara. Oleh karena itulah, saat ini berbagai negara sedang berupaya meningkatkan

daya saing pariwisatanya dengan giat melakukan pengembangan pariwisatanya

melalui penggunaan teknologi informasi yang lebih modern. Teknologi Informasi

dan Komunikasi di era globalisasi yang semakin lama semakin berkembang maju

membuka peluang bagi sektor pariwisata untuk meningkatkan nilai jual dan kualitas

pelayanannya. Saat ini industri pariwisata di berbagai daerah sedang berupaya

untuk meningkatkan nilai jual dan daya tarik wisatanya dengan berbagai cara agar

lebih kompetitif.

Page 18: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

3

Salah satu cara untuk meningkatkan industri pariwisata ialah dengan

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi seperti : Internet of

Things, Big Data, Cloud Computing, dan artificial Intelegence. Dalam

pengembangan pariwisata saat ini, berbagai daerah menawarkan pelayanan yang

maju dan inovatif bagi wisatawan yang sering disebut dengan Pariwisata cerdas

(Smart Tourism). Konsep Smart Tourism merupakan pengaplikasian dari konsep

Smart City di sektor pariwisata. Smart Tourism pertama kali dibahas saat pertemuan

United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 2009. Selain

itu, konsep Smart Tourism juga dikemukakan oleh The Organization for Smart

Tourism di Inggris pada tahun 2011. Dalam penerapanya sistem pariwisata cerdas

meliputi beberapa elemen, yaitu Information Exchange Center (IEC),

Goverment/pemerintah, scenic zone/zona, keindahan dan bisnis (Zhui et.al, 2014).

Smart Tourism merupakan suatu platform yang digunakan untuk meningkatkan

nilai jual pariwisata dengan mengintegrasikan Teknologi Informasi dan

Komunikasi yang berdampak terhadap prekonomian dan peningkatan pelayanan

pariwisata. Oleh karena itulah, konsep Smart Tourism dalam pengembangan

pariwisata sangatlah dibutuhkan mengingat bahwa saat ini berwisata telah menjadi

kebutuhan banyak orang dan sudah saatnya mengoptimalkan industri pariwisata

dengan sentuhan teknologi dan meningkatkan komersialisasi kawasan pariwisata

melalui alternatif wisata yang lebih modern. Penerapan platform Smart Tourism

yang dapat diakses melalui gadget dan internet dapat dijadikan alat bagi pemerintah

daerah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan peningkatan ekonomi

daerah melalui bidang pariwisata yang diiringi pengintegrasian infrastruktur dan

TIK yang dijadikan ujung tombak dalam meningkatkna nilai jual dan memperluas

pasar pariwisata daerah.

Penerapan konsep Smart Tourism dalam pegembangan pariwisata masih

terbilang jarang. Saat ini negara yang telah menerapkan konsep Smart Tourism

dalam pengembangan pariwisatanya seperti Jepang dan Korea. Sedangkan, dalam

penerapanya di Indonesia terbilang masih jarang dan beberapa daerah sedang

mengkaji terkait kesiapan daerahnya dalam mengaplikasikan konsep Smart

Tourism, seperti Bali, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Wisata Danau Toba.

Dalam pengaplikasian Smart Tourism dibeberapa kota tersebut memiliki tujuan

Page 19: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

4

seperti untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas),

mempermudah dalam mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan

kebutuhan lain dalam aktivitas wisata serta untuk mewujudkan kawasan pariwisata

tingkat dunia yang mempuyai keunggulan kompetitif yang tidak kalah dengan

kawasan pariwisata di negara-negara lain. Menurut Piu Liu dan Yuan Liu (dalam

Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart City, karena

dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya konsep Smart

City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan penguatan keterkaitan

setiap sub-sistem pada kota cerdas. Oleh karena itu, saat ini penerapan Smart

Tourism lebih banyak diterapkan di kawasan wisata kota atau kawasan yang telah

memiliki kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang baik,

ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai, dan sistem pelayanan yang

menyeluruh. Hal tersebut tentunya membuat Konsep Smart Tourism masih sangat

jarang diterapkan di kawasan pariwisata pesisir dan pulau-pulau kecil. Kawasan

pariwisata pesisir memiliki karakteristik yang berbeda dengan wisata di kawasan

perkotaan, sehingga perlu adanya pengkajian dan penyesuaian dalam

pengaplikasiannya agar dapat optimal dalam menerima manfaat dari penerapan

Smart Tourism.

Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism

pada objek wisata pesisir di wilayah KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran.

Dengan potensi wisata yang cukup besar di KSDP Teluk Pandan yang

perkembangan wilayahnya sudah seperti kawasan perkotaan dan memiliki daya

tarik atraksi wisata buatan dan wisata alam terutama wisata Pantai dan Pulau-Pulau

Kecil dengan keindahan bawah lautnya yang memiliki kesesuaian dengan topografi

dan iklim kawasan. Hal tersebut membuat banyak wisatawan dari dalam maupun

luar Provinsi Lampung yang telah berwisata ke kawasan objek wisata Teluk Pandan

yang dijadikan sebagai tempat wisata masal atau rekreasi keluarga. Untuk

ketersediaan sarana/prasarana penunjang pariwisata di Kawasan Teluk Pandan

tidak menjadi masalah lagi. Namun berdasarkan dari penjelasan pada dokumen

RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031, KSDP Teluk Pandan dalam hal tingkat

perkembangan pariwisatanya masih belum setara dengan tingkat perkembangan

wilayahnya. Selain itu, terdapat permasalahan terkait pengemasan produk wisata

Page 20: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

5

dalam pengembangan kawasan objek wisata ini karena dirasakan masih kurang

dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya dan juga beberapa objek

wisata masih belum dikembangkan serta tidak tersedia fasilitas yang memadai.

Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar dapat

mengetahui tingkat kesiapan destinasi wisata pesisir di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism yang ditinjau dari

ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi,

Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Melalui penerapan konsep Smart

Tourism ini nantinya diharapkan mampu meningkatkan nilai jual pariwisata,

memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk mengakses informasi,

meningkatkan kualitas pelayanan wisata, dan memperluas pasar pariwisata hingga

berskala internasional.

1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Penerapan Smart Tourism hingga saat ini lebih dominan pada pariwisata di

kawasan perkotaan yang telah memiliki kelengkapan infrastruktur dasar, sistem

transportasi yang baik, ketersediaan infrastruktur TIK yang memadai, dan sistem

pelayanan yang menyeluruh. Sedangkan, bagaimana dengan penerapannya di

Provinsi Lampung dengan potensi pariwisata yang besar di Kawasan Strategis

Pariwisata Daerah Teluk Pandan, tetapi memiliki permasalahan pengemasan

produk wisata karena dirasakan masih kurang dapat bersaing, beberapa objek

wisata masih belum dikembangkan, masalah kelengkapan infrastruktur, sistem

transportasi yang belum memadai, minimnya jaringan internet dan masih

rendahnya kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi. Oleh karena itu,

perlu adanya pengkajian terkait tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada

pariwisata di Kawasan Pesisir Teluk Lampung agar dapat optimal dalam menerima

manfaat dari penerapan Smart Tourism yang diharapkan mampu meningkatkan

nilai jual pariwisata, memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan

(mobilitas), kemudahan mengakses informasi dan pelayanan pariwisata serta dapat

memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional.

Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab,

yaitu :

Page 21: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

6

“BagaimanaTingkat Kesiapan penerapan Smart Tourism yang dapat

meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Teluk Pandan?”.

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Tujuan yang ini dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

tingkat kesiapan objek wisata pesisir KSPD Teluk Pandan di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung dalam menerapkan Smart Tourism.

1.3.2 Sasaran

Sasaran yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Merumuskan elemen, indikator dan variabel Smart Tourism yang akan

diterapkan pada destinasi wisata pesisir yang memiliki karakteristik, potensi

dan masalah yang berbeda berdasarkan teori dan preseden.

2. Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial

budaya serta ekonomi masyarakat pesisir di Teluk Pandan dalam menunjang

penerapan Smart Tourism.

3. Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur, fasilitas pariwisata dan sistem

pelayanan dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di

Teluk Pandan ditinjau dari jumlah, kualitas pelayanan dan penerapan

teknologi.

4. Mengukur tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata

pesisir di Teluk Pandan.

TABEL 1. 1 TABEL POSISI SASARAN PADA PENELITIAN

No. Sasaran Posisi Sasaran

1 Merumuskan elemen, indikator dan variabel

Smart Tourism yang akan diterapkan pada

destinasi wisata pesisir yang memiliki

karakteristik, potensi dan masalah yang

berbeda berdasarkan teori dan preseden

Berada pada Bab 2 bagian penjelasan Smart

Tourism, Smart Tourism Destination, Smart

Tourism Tools, dan Preseden Kawasan objek wisata

yan telah menerapkan Smart Tourism

Page 22: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

7

No. Sasaran Posisi Sasaran

2 Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek

wisata dan karakteristik sosial budaya serta

ekonomi masyarakat pesisir pantai di Teluk

Pandan

Berada pada bab 3 dengann memberikan gambaran

umum wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung (kondisi geografis,pontensi pariwisata),

KSPD Teluk Pandan (kondisi alam 10 objek wisata

pantai, potensi dan masalah objek wisata),

memberikan gambaran singkat terkait dengan

kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat

(tradisi/budaya, pekerjaan, penggunaan teknologi,

ketergantungan terhadap lingkungan dan musim)

3 Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur,

fasilitas pariwisata dan sistem pelayanan

dalam penerapan Smart Tourism pada objek

wisata pesisir di Teluk Pandan

Berada pada Bab 4 menjelaskan terkait dengan

ketersediaan dan juga kualitas atau kondisi dari

infrastruktur dasar, infrastruktur TIK, transportasi,

atraksi wisata, dan fasilitas penunjang wisata

4 Mengukur kesiapan penerapan Smart Tourism

pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan

untuk menerapkan Smart Tourism.

Berada pada Bab 4, pada bagian ini menjadi inti

penelitian untuk melihat tingkat kesiapan penerapan

Smart Tourism dengan menggunakan analisis

skoring berdasarkan ketersedian, kualitas

pelayanan, dan juga penerapan TIK Sumber : Peneliti, 2020

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfat teoritis dan praktis sebagai

berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberi kontribusi

berupa ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dalam bidang pengembangan

pariwisata melalui penerapan Smart Tourism di objek wisata pesisir. Dalam

penerapan Smart Tourism nantinya akan menyesuaikan dengan karakteristik

wilayah destinasi wisata dan masyarakat lokal yang unik dan berbeda, sehingga

manfaat penelitian ini bisa memberi rekomendasi terkait komponen Smart Tourism

yang perlu disediakan untuk menunjang penerapannya pada kawasan wisata pesisir.

Dengan penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan gambaran seperti

apa potensi penerapan Smart Tourism di destinasi wisata pesisir pantai yang dalam

proses berkembang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis berupa masukan

untuk meningkatkan nilai jual pariwisata, perluasan pasar pariwisata, peningkatan

Page 23: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

8

kualitas pelayanan melalui penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada

sektor pariwisata dan mengintegrasikan kegiatan wisata di berbagai destinasi

melalui penerapan Smart Tourism pada kawasan wisata pesisir. Manfaat praktis dari

penelitian ini adalah semua pemangku dan pihak yang terlibat dalam

pengembangan pariwisata mampu mengoptimalkan kinerja serta peranan mereka

dalam upaya penerapan Smart Tourism di Kawasan Pariwisata Terintegrasi Teluk

Lampung.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup penelitian ini ialah 10 Destinasi Wisata Pesisir Pantai di Teluk

Lampung tepatnya di Kabupaten Pesawaran. Sepuluh pantai ini dipilih melalui

pendekatan rencana/administrasi Kabupaten Pesawaran yang termasuk dalam

Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang mencakup Pantai Queen

Artha, Pantai Mutun Asri, Pantai Putra Mutun, Pantai MS Town, Pantai Mutun

Haruna Jaya, Pantai Sari Ringgung, Hutan Mangrove Petengoran, Taman Wisata

Dewi Mandapa, Pantai Ketapang, dan Pantai Kelapa Rapat. Setiap pantai tersebut

memiliki keunggulan wisata bahari dengan keindahan bawah laut, pasir putih,

pemandangan yang indah, dan juga matahari yang menjadi komponen utama

sebagai daya tarik wisatanya. Kawasan Wisata Teluk Lampung merupakan

kawasan wisata masal dengan mayoritas pengunjung merupakan wisatawan

domestik. Berikut Peta Lokasi 10 Objek Wisata Pantai Kabupaten Pesawaran di

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

Page 24: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

9

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 1. 1 KAWASAN WISATA PESISIR PANTAI TELUK PANDAN

1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi

Ruang lingkup subtansi/materi yang dikaji meliputi tingkat kesiapan penerapan

Smart Tourism pada destinasi wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung. Lingkup substansi yang dibahas tersebut adalah

sebagai berikut :

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020

GAMBAR 1. 2 RUANG LINGKUP SUBTANSI

Page 25: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

10

Saat ini sektor pariwisata mendapatkan berbagai kemudahan pada Era baru TIK

dalam proses pengembangannya salah satunya, yaitu melalui penerapan Smart

Tourism. Pada Smart Tourism terdapat dua elemen utama dalam penerapannya,

yaitu Smart Tourism Destination dan Smart Tourism Tools. Smart Tourism

Destination merupakan inisiasi untuk meningkatkan pengalaman pariwisata,

meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan daya saing,

khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen saat mengimplementasikan

aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata (Buhalis & Amaranggana, 2013).

Sedangkan, Smart Tourism Tools menjadi instrumen dalam industri pariwisata

untuk pengembangan destinasi wisata dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan

kemudahan informasi dalam melakukan kegaiatan wisata. Menurut Piu Liu dan

Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart Tourism erat kaitannya dengan Smart

City, karena dalam pengembangan konsep Smart Tourism didasari dari adanya

konsep Smart City terlebih dahulu yang bergantung pada infrastruktur dan

penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada kota cerdas. Oleh karena itu, dalam

penerapan platform Smart Tourism, penting adanya ketersediaan infrastruktur

(dasar dan TIK) dan fasilitas penunjang wisata, potensi atraksi wisata yang dapat

dikembangkan, kesiapan stakeholder pariwisata, ketersediaan moda transportasi

umum dan pemahaman penggunaan TIK bagi masyarakat sebagai

pengguna/pengelola.

Pada penelitian ini fokus penelitian akan di batasi, untuk bagian Smart Tourism

Destination lingkup subtansi yang akan dibahas terkait dengan kesiapan yang

ditinjau dari ketersediaan dan kualitas dari infrastruktur dasar, Moda Transportasi,

dan Fasilitas Penunjang Wisata. Sedangkan, untuk bagian Smart Tourism Tools

penelitian ini akan fokus pada ketersediaan infrastruktur TIK, aplikasi pariwisata,

dan juga penggunaan Big Data. Selanjutnya, untuk komponen pariwisata di

kawasan pesisir pada penelitian ini akan dibahas terkait dengan atraksi wisata alam

dan atraksi wisata buatan.

Untuk mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata

pesisir di Teluk Pandan akan dikaji berdasarkan komponen Smart Tourism dari

Page 26: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

11

aspek infrastruktur, fasilitas dan sistem pelayanan. Untuk itu dalam penelitian yang

akan dikaji meliputi :

1. Ketersediaan dan kualitas infrasruktur dasar (Transportasi, penyediaan air

bersih, jaringan listrik, dan sistem pengolahan limbah) dan infrastruktur TIK

(BTS dan aplikasi pariwisata).

2. Transporatsi (Ketersediaan moda transportasi umum).

3. Atraksi wisata (wisata alam da wisata buatan).

4. Fasilitas penunjang wisata (Keamanan, akomodasi, rumah makan,

perdagangan, kesehatan, kamar mandi, parkir, periadatan, ATM dan

informasi)

1.6 Keaslian Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan, terdapat beberapa penelitian tentang

pengembangan pariwisata yang hampir mirip namun terdapat perbedaan dalam

konsep yang digunakan. Adapun perbedaan anatara penelitian yang akan dilakukan

dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut ini

TABEL 1. 2 KEASLIAN PENELITIAN

Penulis & Judul Fokus Metode Lokus

Farania, Azrina. Dkk.

2017. Kesiapan Kota

Surakarta dalam

Mewujudkan

Pariwisata Cerdas

(Smart Tourism)

Ditinjau dari Aspek

Fasilitas dan Sistem

Pelayanan

Mengetahui

tingkat

kesiapan Kota

Surakarta

dalam

mewujudkan

pariwisata

cerdas

Metode

Penelitiana

Deskriptif

Kuantitatif dan

metode

analisis

Skoring dan

Analythical

Hierarchy

Process (AHP)

Bahwa Kota Surakarta termasuk

agak siap dalam menerapkan

konsep pariwisata cerdas. Hal

tersebut karena semua komponen

pariwisata cerdas masih

menunjukkan agak siap.

Komponen pelaku wisata yang

kurang siap menjadikan

pelayanan atraksi wisata yang

ditunjang transportasi dan

fasilitas penunjang wisata tidak

mampu berjalan dengan baik.

Mahadewi, Ni Made

Eka dkk. 2016.

Persepsi Wisatawan

Terhadap Bali Sebagai

Smart Tourism

Destination

Untuk

mengetahui

persepsi

wisatawan

domestik dan

mancanegara

terhadap

kesiapan Bali

sebagai Smart

Metode

accidental

sampling dan

analisis

statistik

deskriptif dan

analisis faktor

konfirmatori

Wisatawan mempersepsikan Bali

sudah siap menjadi Smart

Tourism destination dilihat dari

indikator yang memiliki nilai

loading faktor tertinggi pada

masing – masing varibel.

Indikator yang memiliki nilai

loading faktor tertinggi yang yaitu

pengetahuan pekerja industri

Page 27: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

12

Penulis & Judul Fokus Metode Lokus

Tourism

destination

pariwisata mengenai produk yang

ditawarkan atau dijual.

Widjaja, A.E, Hery

dan Tarigan. 2016.

Meningkatkan Potensi

Pariwisata Danau

Toba Melalui Konsep

Smart Tourism :

Aplikasi dan

Tantangannya.

Mengusulkan

beberapa

aplikasi

potensial Smart

Tourism yang

kemungkinan

dapat

diterapkan di

Kawasan

pariwisata

Danau Toba

dan

tantangannya

Metode riset

yang

digunakan

pada makalah

ini adalah

literature

review

Studi kepustakaan menunjukan

bahwa teknologi informasi dan

komunikasi melalui konsep smart

touris mdapat dimanfaatkan

secara optimal untuk membantu

meningkatkan nilai turisme di

suatu kawasan daerah pariwisata

dengan mengusulkan agar

pemerintah dapat sesegera

mungkin mengadopsi konsep

Smart Tourism untuk

meningkatkan potensi pariwisata

kawasan Danau Toba secara lebih

baik.

Pinasthika, N., &

Pradoto, W. (2018).

Potensi dan Tantangan

Pengembangan

Kawasan Kota Lama

Semarang sebagai

Destinasi Wisata

dengan Pendekatan

Smart Tourism. Jurnal

Teknik PWK

(Perencanaan Wilayah

Dan Kota), 7(3), 153–164

mengetahui

bagaimana

potensi dan

tantangan

pengembangan

Kawasan Kota

Lama

Semarang

untuk

menerapkan

konsep Smart

Tourism. yang

merupakan

turunan dari

konsep Smart

City

Metode

Deskriptif

Kuantitatif,

accidental

sampling

dengan rumus

Lemeshow

Secara keseluruhan Kawasan

Kota Lama Semarang masih jauh

untuk menjadi Smart Tourism.

Hal tersebut terbukti dari 13

elemen penting, Kawasan Kota

Lama Semarang hanya memiliki

5 elemen dan masih belum terlalu

optimal.

Trinanda, Muhammad

Haikal. 2019.

Penerapan Smart

Tourism dalam

meningkatkan sektor

pariwisata pesisir di

Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk

Lampung.

Kesiapan

Destinasi

Wisata Pesisir

di Kawasan

Wisata

Terintegrasi

Teluk

Lampung

dalam

menerapkan

Smart Tourism

.

Penelitian

Deduktif

dengan

metode Studi

Kasus,

menggunakan

purposive

sampling.

Analisis

induktif

Kualitatif dan

Kuantitatif

skoring.

Tingkat kesiapan penerapann

Smart Tourism pada objek wisata

pesisir di Teluk Pandan

dinyatakan AGAK SIAP.

komponen infrastruktur dasar dan

TIK yang menunjukan adanya

kesiapan, untuk atraksi dan

fasilitas penunjang wisata

menunjukkan agak siap, dan

untuk komponen transportasi

menunjukkan tidak siap dalam

penerapan Smart Tourism.

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya, yaitu peneliti

akan mengkaji terkait Smart Tourism di Objek wisata pesisir. Dalam penerapannya

yang berkaitan dengan kelengkapan infrastruktur dasar, sistem transportasi yang

baik, ketersediaan infrastruktur dan pelayanan TIK yang memadai, serta sistem

Page 28: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

13

pelayanan yang menyeluruh membuat penerapan Smart Tourism hingga saat ini

lebih dominan diterapkan pada pengembangan pariwisata di kawasan perkotaan.

Sedangkan, bagaimana dengan penerapan Smart Tourism di destinasi wisata

pesisir?. Hal inilah yang akan menjadi fokus pada penelitian ini, yaitu mengenai

kawasan objek wisata pesisir yang memiliki potensi pariwisata yang besar tetapi

memiliki masalah pada pelayanan moda transportasi, pengemasan produk wisata,

minimnya jaringan internet dan kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi.

Hasil akhir yang nantinya diharapkan adanya kesesuaian elemen Smart Tourism

yang dapat diterapkan di objek wisata pesisir yang dalam proses berkembang,

sehingga penerapan Smart Tourism dapat meningkatkan nilai jual pariwisata,

memudahkan pengunjung dalam melakukan pergerakan (mobilitas), mengakses

informasi, dan memudahkan mendapatkan kebutuhan lain dalam aktivitas wisata

serta dapat memperluas pasar pariwisata hingga berskala internasional.

Page 29: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

14

1.7 Kerangka Pikir

\

Penerapan Smart Tourism pada

wisata pesisir pantai

Latar

Belakan

Rumusan

Masalah

Pertanyaan

Penelitian

Output

Analisis

Elemen, Variabel, Indikator

Observasi, In-depth Interview, dan

kajian dokumen

Sumber : Analisis Peneliti, 2019 Kesimpulan dan Rekomendasi

Tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada destinasi wisata pesisir pantai di Teluk Pandan

Smart Tourism lebih cenderung diterapkan di wisata perkotaan dan untuk di wisata pesisir pantai masih jarang.

Infrastruktur yang kurang memadai dan penerapan TIK yang masih minim membuat perlunya pengkajian dan

penyesuaian dalam penerapan Smart Tourism untuk meningkatkan potensi dan nilai jual pariwisata pesisir pantai

Teluk Lampung

Jarangnya Penerapan Konsep Smart Tourism di

Destinasi Wisata Pesisir Pantai

Preseden Penerapan Konsep Smart Tourism di Kyoto Japan, Bali, dan

Pengembangan di Danau Toba

Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan TIK Pariwisata

Potensi Pariwisisata Bahari di Provinsi Lampung dan Pengembangan

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung

Upaya Meningkatkan Nillai Jual dan Daya Tarik Wisata Melalui

Penerapan Konsep Smart Tourism

Perlu Adanya Pengkajian untuk mengetahui tigkat kesiapan penerapan Konsep Smart Tourism dalam

Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Pantai Teluk Pandan agar mampu memperluasan pasar

pariwisata, meningkatkan nilai jual, peningkatan kualitas pelayanan berskala internasional.

Bagaimana tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism yang dapat meningkatkan potensi pariwisata

pesisir di Teluk Pandan ?”.

Kajian Literatur

Karakteristik Wilayah,Sosial Budaya

dan Ekonomi di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung

Ketersediaan Infrastruktur Dasar dan

TIK,Transportasi, Atraksi Wisata, dan

Fasilitas Penunjang Wisata

Observasi dan Kajian dokumen

GAMBAR 1. 3 KERANGKA PIKIR

Analisis Induksi :

1. Kategori

2. Abstarksi

3. Reduksi Eidetic

Analisis Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dengan Metode Skoring

Page 30: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

15

1.8 Metodelogi Penelitian

Metode Penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam

penelitian. Metodologi penelitian adalah suatu teknik untuk mempelajari dan

meneliti suatu fenomena atau kejadian yang menjadi objek penelitian. Pada

penelitian ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, objek penelitian,

definisi operasional, metode pengumpulan data, dan teknik analisis. Berikut ini

merupakan uraian singkat mengenai metode penelitian tentang Penerapan Smart

Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung.

1.8.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Kesiapan Penerapan Smart Tourism Dalam

Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi

Teluk Lampung. Untuk mengetahui bagaimana tngkat kesiapan penerapan Smart

Tourism dalam pengembangan pariwisata pesisir pantai yang dapat dijadikan

sebagai alat untuk meningkatkan nilai jual pariwisata maka digunakan pendekatan

penelitian Deduktif Kualitatif.

Dasar model teorisasi dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teorisasi

deduktif. Model Deduktif digunakan dalam penelitian ini, dimana teori masih

menjadi alat dalam penelitian sejak memilih dan menemukan suatu masalah,

membangun hipotesis dan melakukan pengamatan di lapangan hingga menguji data

yang telah didapatkan. Pada penelitian tipe ini teori akan digunakan sebagai awal

untuk menjawab pertanyaan penelitian terkait dengan pandangan deduktif yang

akan menuntun penelitan dalam menggunakan teori terlebih dahulu sebagai alat

ukur atau bahkan digunakan sebagai instrumen untuk membentuk sebuah hipotesis

sehingga, penelitian yang akan dilakukan secara tidak lagsung akan menggunakan

teori sebagai acuan dalam melihat dan menganalisis masalah dalam penelitian.

Menurut Sugiono (2018), menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

Page 31: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

16

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penelitian kualitatif

merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Dalam hal ini peneliti

berperan sebagai instrument kunci dengan teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan), dengan menjadikan teori sebagai alat yang akan diuji

ke lapangan. Dalam penelitian deduktif kualitatif ini menggunakan data yang pasti.

Kita ketahui bahwa data yang pasti dalam penelitian ini ialah data real atau data

yang sesuai dengan kondisi sebenarnya, bukan hanya data yang terucap dan terlihat

tetapi juga data yang memiliki makna dibalik data yang terucap dan terlihat

tersebut. Data didapatkan dari hasil observasi langsung, wawancara mendalam, dan

juga kajian literatur serta dokumen terkait. Data kualitatif yang didapat akan

diproses dengan analisis deduktif.

1.8.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai dasar

dalam melakukan pengembilan data dan juga pada beberapa tahap analisis. Metode

penelitian kualitatif menurut para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Creswell

(2009) adalah suatu proses eksplorasi dan memahami makna perilaku individu dan

juga kelompok, menggambarkan permasalahan sosial atau masalah kemanusiaan.

Pada proses penelitian ini membuat pertanyaan penelitian dan prosedur yang

bersifat sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan, membangun data

secara parsial ke dalam tema dan yang terakhir ialah memberikan intepretasi

terhadap makna dari suatu data yang didapat.

Metode penelitian kualitatif yang menjadi dasar dalam melakukan pengumpulan

data yang kemudian diproses menjadi data deduktif. Pada proses pengumpulan data

penelitian ini, menjadikan teori dan preseden sebagai dasar untuk menentukan

kebutuhan data dan juga menyusun variabel yang menjadi acauan dan dilakukan

pengujian dilapangan. Pada penelitian ini proses pengumpulan data dilakukan

dengan cara observasi, wawancara, dan kajian teori serta berbagai dokumen terkait.

Setelah berbagai data terkumpul maka peneliti akan mengelola data hasil temuan

Page 32: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

17

secara kualitatif melalui 3 tahapan, yaitu kategorisasi, abstraksi dan reduksi eidetik.

Kemudian masuk pada tahapan pengolahan data hasil analisi kualitatif menjadi data

deduktif dengan proses analisis menggunakan teknik skoring untuk mengetahui

tingkat kesiapan pada tiap sub variabel Smart Tourism berdasarkan kondisi

eksisting yang dibandingkan dengan teori, standar dan preseden pada penelitian ini.

1.9 Definisi Operasional

Definisi Operasional berisi beberapa penjelasan terhadap substansi materi yang

berkaitan dalam penenlitian ini. Adanya definisi operasional bertujuan untuk

memudahkan pemahaman terkait dengan tema penelitian. Beberapa istilah dasar

yang terkait dengan penelitian Tingkat Kesiapan Penerapan Konsep Smart Tourism

dalam Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisir Di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung, yaitu:

1. Pariwisata : Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat

sementara dan dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha

mencari keseimbangan atau keserasian. Pariwisata merupakan suatu

aktivitas perjalanan wisata ke dan tinggal di luar lingkungan keseharian

yang didukung oleh berbagai fasilitas untuk bersenang-senang,

menghabiskan waktu senggang, memenuhi rasa ingin tahu dan tujuan

lainnya yang bukan merupakan kegiatan untuk menghasilkan uang.

2. Kawasan pesisir : Kawasan pesisir merupakan wilayah yang terdiri dari

daratan dan lautan yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara

daratan dan lautan yang dibedakan berdasarkan 3 pendekatan batasan,

yaitu pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan

perencanaan dengan karakteristik, potensi, sumberdaya dan masalah yang

berbeda dari wilayah lainnya.

3. Smart Tourism : Smart Tourism ialah pengembangan pariwisata yang

menitik beratkan pada penerapan Information and Communication

Technologies (ICT) secara terintegrasi dengan pariwisata dan dalam

pengaplikasiannya sangat bergantung pada empat inti teknologi informasi

dan komunikasi: IoT, mobile communication, cloud computing, dan

artficial intelegent technology.

Page 33: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

18

4. Smart Tourism Destination : Penerapan teknologi dalam pengembangan

dan pengelolaan destinasi wisata dengan proses yang responsif untuk

meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan pengalaman pariwisata,

efisiensi dalam pengelolaan sumber daya, meningkatkan daya saing dan

memperluas pasar pariwisata serta untuk meningkatkan kepuasan

konsumen.

5. Smart Tourism Tools : Suatu konsep yang menggabungkan berbagai

elemen diantaranya smart, tourism, dan tools terkait ICT yang dapat

digunakan dalam bentuk aplikasi di berbagai perangkat pintar yang

mengelola berbagai big data dari destinasi wisata yang bertujuan untuk

memberikan informasi secara real time dan juga mempermudah

wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata.

6. Konsep : suatu gambaran mental atau persepsi yang dirangkum gagasan,

pengematan, atau perasaan yang mirip dengan makna yang bias berbeda

satu sama lain.

7. Elemen : Merupakan bagian-bagian dasar yang mendasari sesuatu. Elemen

ini berfungsi untuk mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di

dalam berbagai teori.

8. Indikator : Menjadi alat yang dapat digunakan untuk mengamati secara

langsung. Ketika dimensi tidak dapat diamati secara langsung, maka

digunakan indikator.

1.10 Metode Koleksi Data

Metode koleksi data berisi kumpulan teknik yang digunakan untuk mendapatkan

data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan

faktor penting untuk memperoleh data-data terkait dengan tujuan penelitian.

Metode pengumpulan data ini disebut juga dengan teknik pengumpulan data.

1.10.1 Jenis Data

Dalam teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data

sekunder yang dijabarkan sebagai berikut ini :

Page 34: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

19

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Dalam penelitian ini data primer dibutuhkan untuk melakukan proses analisis

dan menjawab semua pertanyaan dalam mencapai tujuan dari penelitian ini. Data

primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung saat peneliti

berada di lapangan. Data primer ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data

yang tidak dapat ditemukan pada data sekunder. Tingkat objektif penelitian

menjadi dasar dalam pengumpulan data primer ini yang diharapkan mampu

menghasilakan output penelitian yang akurat dan sesuai data atau kondisi rill

dilapangan. Kebutuhan data primer dapat diperoleh melalui cara berikut ini :

a. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati, mengidentifikasi dan mengumpulkan catatan lapangan dengan

melakukan pengamatan secara langsung situasi di lapangan yang menempatkan

pengamat sebagai seorang partisipan. Untuk mengumpulkan data pada teknik ini

dilakukan pencatatan secara sistematik terhadap suatu objek yang diperlukan

untuk mendukung penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitian yang akan

diamati adalah karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat lokal dan

ketersedian infrastruktur TIK dan penunjang wisata di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung. Untuk melaksanakan observasi lapangan ini

perlengkapan yang digunakan adalah kamera dan list kebutuhan data serta

nantinya bukti observasi akan ditampilkan dalam bentuk foto dan deskripsi

terkait objek observasi dalam penelitian ini.

b. Wawancara .

Wawancara merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mendapatkan

suatu informasi antara satu orang dengan orang lainnya dengan melakukan tanya

jawab. Pada umumnya pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang

berhubungan dengan target informasi yang ingin dicapai terkait isu dan

permasalahan yang diambil. Metode Wawancara merupakan jabaran dari

pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (In-depth Interview).

Menurut (Moleong, 2005) wawancara mendalam merupakan suatu proses

mendapatkan data dengan menggali informasi secara mendalam,bersifat

terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian serta dalam mengajukan

Page 35: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

20

pertanyaan kepada narasumber diarahkan pada pusat penelitian. Teknik

wawancara ini memiliki ciri khusus yaitu keterlibatannya dalam kehidupan

responden atau informan. Kegiatan wawancara merupakan metode

pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara bertanya kepada

informan baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui media

elektronik lainnya dengan tujuan untuk mengetahui pendapat mereka

berdasarkan perspektive dari responden dalam menilai dan memandang suatu

masalah. Wawancara mendalam secara umum merupakan sebuah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dengan

informan yang sesuai dengan kriteria, dalam hal ini Dinas Pariwisata, Dinas

Kominfo, Masyarakat Lokal/Tokoh Masyarakat, dan Pemilik Usaha/Penyedia

Fasilitas. Proses In-depth Interview dilakukan untuk mendapatkan berbagai

informasi yang dibutuhkan dalam proses analisis dan penentuan indikator atau

element Smart Tourism di objek wisata pesisir Teluk Pandan. Dalam melakukan

wawancara peneliti akan dilakukan secara langsung dan menggunakan

instrument penelitian seperti alat bantu recorder, kamera, telepon, skype dan

lain-lain.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data perlengkapan atau informasi yang diperoleh tidak

secara langsung melainkan dihimpun dari data-data berbagai sumber dan

instansi terkait sesuai dengan kebutuhan data dalam suatu penelitian. Dalam

penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan berasal dari berbagai instansi

seperti Bappeda Provinsi Lampung, Dinas Pariwisata dan Dinas Kominfo

Provinsi Lampung serta Kabupaten Pesawaran. Data-data yang dihimpun dalam

penelitian ini berupa data yang memiliki keterkaitan dengan program

pengembangan kawasan wisata, berbagai aspek potensi wisata, atraksi wisata,

kebudayaan masyarakat, dan fasilitas penunjang. Data-data tersebut nantinya

diolah dan dianalisis sesuai kebutuhan penelitian. Data sekunder dalam

penelitian ini dibutuhkan dalam penyusunan gambaran umum terkait Kawasan

Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dan juga dibutuhkan dalam melakukan

Page 36: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

21

analisis karakteristik wilayah dan masyarakat lokal. Cara dalam memperoleh

data sekunder ini yaitu sebagai berikut :

a. Survei Instansi

Survei instansi merupakan cara yang digunakan mendapatkan data yang

berhubungan dengan penelitian. Dalam survei ini instansi yang dituju harus

disesuaikan dengan kebutuhan data dan keperluan data yang berhubungan

dengan penelitian. Pada penelitian ini membahas mengenai tingkat kesiapan

penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir

di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung melalui Dinas Pariwisata,

Dinas Komunikasi dan Infromasi dan Bappeda Provinsi Lampung. Data yang

dibutuhkan dari survei instansi adalah gambaran umum wilayah kajian terkait

luas wilayah, ketersediaan infrasruktur dasar dan TIK, rencana, program dan

strategi pengembangan pariwisata, jumlah penduduk, pendidikan, pendapatan

dari sektor pariwisata, dan berbagai data terkait karakteristik wilayah dan

masyarakat.

b. Kajian Literatur

Kajian literatur merupakan jembatan bagi peneliti untuk mendapatkan

landasan teoritik yang dapat digunakan sebagai pedoman sumber hipotesis,

jembatan dalam hal ini sebenarnya berwujud pengetahuan tentang riset-riset

yang telah dilakukan oleh peneliti lain dalam area penelitian. Teori merupakan

suatu unsur terpenting sebagai landasan dalam melaksanakan suatu kegiatan dan

mampu menjelaskan fenomena penelitian. Dalam penelitian kualitatif teori

berkaitan dengan seperangkat data yang berasal dari hasil proses pengujian

empiris (Moleong, 2013). Kajian literatur merupakan suatu cara yang dilakukan

dengan penggunaan dokumen terdahulu untuk memperoleh data yang digunakan

untuk kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penggunaannya kajian

literatur digunakan peneliti untuk memperoleh dasar teori yang akan digunakan

untuk mendukung analisis yang didapat dari berbagai sumber seperti buku,

jurnal, majalah, internet, surat kabar dan sumber-sumber lainnya. Pada

penelitian ini kajian literatur yang dibutuhkan terkait definisi pariwisata pesisir,

konsep Smart Tourism, Smart Destination, Smart Tools dan preseden daerah

yang telah menerapkan serta yang baru akan menerapkan Smart Tourism.

Page 37: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

22

c. Kajian Dokumen

Kajian Dokumen dilakukan dengan mengkaji berbagai data yang telah

diperoleh dari kajian literatur yang bersumber dari buku, jurnal maupun internet

dan media masa yang memiliki keterkaitan dengan kebutuhan data penelitian.

Kajian dokumen dapat mempermudah untuk menyusun pertanyaan dalam

penelitian ini. Keseluruhan kajian literatur yang dikumpulkan memiliki

hubungan dengan tema utama yaitu Smart Tourism, Smart Destination dan

Smart Tools.

1.10.2 Kebutuhan Data

Kebutuhan data merupakan serangkaian data-data yang diperlukan untuk

penelitian. Kebutuhan data penelitian adalah sejumlah data yang dibutuhkan untuk

melakukan analisis dalam penelitian. Dalam kebutuhan data terdapat proses check

list data pada penelitian. Kebutuhan data penelitian bisa saja berubah saat

melakukan observasi langsung di lapangan karena penelitian kualitatif yang

berkembang secara dinamis. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan data yang

akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL 1. 3 KEBUTUHAN DATA

No

Dimensi

Smart

Tourism

Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

1 Karakteristik

Wilayah dan

Masyarakat

Lokal

Karakteristik

Wilayah

Kawasan

Wisata

Terintegrasi

Teluk

Lampung

1. Karakteristik dan

Potensi Kawasan Wisata

Pantai Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokumen,

Observasi, dan

Wawancara 2. Kebersihan dan

kelestarian lingkungan

Karakteristik

Sosial

Ekonomi dan

Budaya

Masyarakat

Setiap Pulau

di Kawasan

Wisata

1. Karakteristi Masyarakat

(pendidikan,

tradisi/kebudayaan, dan

modal sosial) Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokumen,

Observasi, dan

Wawancara 2. Peran masyarakat lokal

dalam pengembangan

pariwisata

Page 38: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

23

No

Dimensi

Smart

Tourism

Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Terintegrasi

Teluk

Lampung

3. Kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan peluang

ekonomi yang

dimanfaatkan masyarakat

4. Pengunaan teknologi

dalam kehidupan sehari-

hari masyarakat

Smart

Destination

Infrastruktur

Dasar

1. Kondisi dan Kualitas

Transportasi (Jalan,

Dermaga, Moda

Transportasi)

Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokumen dan

Observasi

2. Sumber dan Kualitas

Penyediaan Air Bersih

3. Kualitas Pelayanan

Jaringan Listrik

4. Sistem Pengolahan

Limbah

Atraksi 1. Ketersediaan TIK untuk

mendukung attraksi Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokumen,

Observasi dan

Wawancara 2. Kualitas Pelayanan

Atraksi Wisata

Fasiltas

penunjang

pariwisata

Keterediaan,

Kualitas,

Kemudahan

dijangkau,dan

penerapan

teknologi

1. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Fasilitas Keamanan

Primer Observasi

2. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Fasilitas Akomodasi

3. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Fasilitas Rumah Makan

4. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi

padaFasilitas Belanja

5. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Fasilitas Kesehatan

6. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Page 39: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

24

No

Dimensi

Smart

Tourism

Variabel Sub Variabel Operaional Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Fasilitas Kamar

Mandi/Toilet

7. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Fasilitas Parkir

8. Ketersediaan Fasilitas

Ibadah

9. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Fasilitas Perbankan/ATM

10. Ketersediaan dan

Penerapan Teknologi pada

Fasilitas Informasi dan

Pelayanan Pariwisata

Smart Tools Sistem Big

Data

1. Sistem Pengelolaan data

pariwisata saat ini

Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokume dan

Wawancara

TIK 1. Ketersediaan

Infrastruktut TIK

Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokumen,

Observasi, dan

Wawancara 2. Ketersediaan layanan

Internet

3. Aplikasi penunjang

pariwisata

Informasi dan

Promosi

1. Strategi pemasaran

destinasi wisata

Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokumen,

Observasi, dan

Wawancara 2. Cara penyebaran

informasi yang telah

diterapkan

Penyediaan

informasi dan

jasa turis

1. Ketersediaan Peta

virtual

Primer dan

Sekunder

Pengkajian

Dokumen,

Observasi, dan

Wawancara 2. Ketersediaan Informasi

travel agent, saran terkait

tempat tujuan wisata, dan

berbaga pelayanan yang

dapat diakses melalui

aplikasi

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020

Page 40: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

25

1.10.3 Tahap Koleksi Data

Untuk mengumpulkan berbagai data yang dibutuhkan untuk menunjang

terwujudnya tujuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahap koleksi data

yang harus dilakukan peneliti, sebagai berikut :

1. Grand Tour

Grand tour atau observasi awal merupakan langkah yang dilakukan untuk

menemukan berbagai informasi awal yang unik dan menarik sehingga dapat

dijadikan sebagai indikasi temuan. Pada observasi awal peneliti dapat

memperoleh berbagai informasi terkait gambaran umum secara menyeluruh

tentang karakteristik wilayah dan sosial budaya masyarakat.

2. Debriefing

Debriefing merupakan tahapan dimana peneliti mengelompokan unit-unit

informasi yang telah didapatkan pada tahap grand tour. Unit-unit informasi yang

ada kemudian dikelompokan menjadi tema-tema empiris yang berkaitan dengan

penelitian.

3. Mini Tour

Mini tour merupakan tahapan koleksi data yang merupakan kegiatan observasi

yang dilakukan peneliti dengan mempersempit fokus pada aspek tertentu. Pada

tahap ini peneliti akan melakukan analisis karakteristik wilayah, karakteristik

masyarakat dan mengacu pada variabel penelitian terkait Smart Tourism.

Page 41: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

26

1.11 Metode Analisis

Ketersedian dan Kualitas

Infrastruktur Dasar dan TIK

Proses Analisis Skoring untuk Melihat Kesiapan Penerapan

Smart Tourism

Proses Analisis Induksi :

- Kategorisasi

- Abstraksi

- Reduksi Eidetic

Karakteristik Wilayah Objek

Wisata

Karakteristik Sosial Budaya

dan Ekonomi Masyarakat

Lokal

Atraksi di Objek Wisata Moda Transportasi dalam

kemudahan akses Fasilitas Pendukung Wisata

Observasi, Wawancara, dan

Kajian Dokumen,

Data Empiris

Teori, Standar, dan Preseden

Smart Tourissm

Variabel-Variabel Penelitian

SIAP AGAK SIAP TIDAK SIAP

Jika hasil skoring variabel :

1. Infrastruktur dasar dan TIK adalah 10,32-15

2. atraksi adalah 4,33-6

3. transportasi adalah

2,33-3

4. fasilitas pendukung

wisata adalah 4,33-6

Jika hasil skoring variabel ;

1. Infrastruktur dasar dan

TIK adalah 5,67 -10,32

2. atraksi adalah 2,67-4,32 3. transportasi adalah

1,67-2,32

4. fasilitas pendukung

wisata adalah 2,67-4,32

Jika hasil skoring variabel ;

1. Infrastruktur dasar dan

TIK adalah 1 - 5,66

2. atraksi adalah 1-2,66

3. transportasi adalah 1-

1,66

4. fasilitas pendukung

wisata adalah 1-2,66

Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor

Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung

GAMBAR 1. 4 PROSES ANALISIS DATA Sumber : Peneliti, 2020

Page 42: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

27

Metode analisis ini berguna untuk merepresentasikan seluruh data yang

berkaitan dengan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism dalam meningkatkan

potensi sektor pariwisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung

yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Metode Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis induksi dan skoring dengan

penjabaran dari hasil observasi, wawanacara, temuan lapangan dan analisis yang

telah disusun.

1.11.1 Analisis Kualitatif/Induksi

Pada penelitian Deduktif kualitatif ini dilakukan pada beberapa tahap,

diantaranya peneliti melakukan pengkajian terhadap berbagai teori terkait Smart

Tourism. Teori-teori yang telah dikaji kemudian disintesa sesuai dengan kebutuhan

dan juga tujuan dari penelitian ini yang kemudian didapatkan variabel penelitian

yang akan diuji di lapangan. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini, didapatkan dengan cara observasi, wawancara dan kajian teori/

dokumen serta preseden. Selanjutnya, untuk menjawab berbagai permasalahan dan

tujuan dalam penelitian ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data empiris.

Menurut Sugiyono (2013) data empiris merupakan suatu data yang didapat dengan

cara atau metode yang dapat diamati langsung dengan indra manusia dan dengan

begitu orang lain juga dapa mengetahui dan mengamati data tersebut. Dengan

adanya data empiris peneliti menyusun suatu karakteristik wilayah dan masyarakat

lokal terkait gagasan yang bersifat rasional yang berlandaskan pengalaman peneliti

setelah melakukan berbagai tahapan pengumpulan data. Pada proses penyusunan

karakteristik peneliti mengelola data dengan analisis data bersifat induksi yang

merupakan analisis yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di

lapangan dan kemudian dilakukan proses penyususnan/konstruksi sehingga

menjadi komponen Smart Tourism dalam penerapannya di Pesisir Pantai. Untuk

mengelola data empiris sehingga mampu menjadi satu tema/gagasan yang diangkat,

terdapat tiga tahapan analisis induksi/kualitatif, yaitu sebagai berikut :

1. Kategorisasi

Kategorisasi atau pengelompokkan data merupakan suatu proses yang dilakukan

untuk mengkategorikan data sesuai fokus masalah dalam penelitian. Kategorisasi

Page 43: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

28

data dilakukan sesuai dengan domain-domain yang akan dianalisis dengan

mempertimbangkan aspek kesamaan dan perbedaan dalam masalah penelitian.

Untuk melakukan kategorisasi data, hal pertama yang perlu kita lakukan ialah

menetapkan kriteria yang kita butuhkan terlebih dahulu dan kemudian melakukan

pengelompokan sesuai dengan data yang telah dikumpulkan, masalah penelitian,

dan domain-domain yang akan dianalisis. Kategorisasi dilakukan untuk

mempermudah peneliti dalam tahapan analisis. Proses kategorisasi data akan

dilakukan untuk menganalisis karakteristik wilayah dan masyarakat di setiap

destinasi wisata yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

2. Abstraksi

Proses analisis data dan penafsiran data dilakukan dalam penelitian ini dengan

mengkaji seluruh data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber, yaitu In-depth

Interview, observasi, dokumen pribadi dan resmi serta dokumentasi dan lainnya.

Jumlah data yang dibutuhkan dalam penelitian yang sangat banyak harus melalui

proses reduksi data yang dapat dilakukan dengan melakukan abstraksi. Secara

umum, abstraksi merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk membuat

secara ringkas informasi atau rangkuman terkait inti, proses dan berbagai

pernyataan yang diperlukan dalam proses analisis.

3. Reduksi Eidetic

Reduksi eidetic merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menghilangkan

berbagai perbedaan dari berbagai item yang ada dalam khayalan sehingga hanya

menyisakan suatu esensi. Reduksi eidetik digunakan untuk mengurangi data dengan

berdasarkan pada keterhubungannya.

Pada tahap analisis ini, peneliti memulai tahap penafsiran data dalam

menganalisis data sebagai hasil sementara untuk melihat tingkat kesiapan

penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir pantai di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung berdasarkan karakteristik wilayah objek wisata,

karakteristik sosial budaya dan ekonomi masyarakat lokal, ketersediaan

infrastruktur dasar dan TIK, atraksi pada objek wisata, moda transportasi dalam

kemudahan akses, dan ketersediaan fasilitas penunjang wisata.

Page 44: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

29

1.11.2 Analisis Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata

Pada penelitian deduktif kualitatif dalam menilai tingkat kesiapan penerapan

Smart Tourism pada objek wisata pantai yang ada di Teluk Pandan. Data yang telah

dianalisis secara kualitatif, kemudian dilakukan proses analisis skoring untuk

mengetahui tingkat kesiapan setiap variabel Smart Tourism dalam penerapan Smart

Tourism. Pada proses analisis skoring ini peneliti akan menilai kesiapan dengan

membandingkan kondisi eksisting dengan standar, teori dan juga kebijakan terkait

dengan Smart Tourism. Setelah dilakukan proses analisis skoring, output yang akan

dihasilkan adalah tingkat kesiapan objek wisata pesisir pantai di Teluk Pandan

dalam menerapkan Smart Tourism. Dalam mengdentifikasi kesiapan penerapan

Smart Tourism dengan analisis teknik skoring diperlukan kriteria penilaian

kesiapan sub variabel tersebut seperti pada tabel berikut ini.

Page 45: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

30

TABEL 1. 4 ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM

Komponen

Smart Tourism Variabel Sub Variabel

Elemen Smart

Tourism Standard Value

Infrastruktur

Dasar dan TIK

Transportasi Ketersediaan

dan Kualitas

Jalan

tourist

attraction

homepage,

smart vehicle-

scheduling,

personal-

itinerary design,

free wifi, smart

cards,

intelligent-guide

system, crowd

handling,

mobile payment,

tourist-flow

monitoring,

online

information

access, travel

safety

protection, e-

tourism

recommendation

system, dan real

time traffic

broadcast.

a. Jalan menuju objek wisata

memiliki kriteria untuk jalan

umum aspal/hotmix dan jalan di

dalam lokasi objek wisata alam

tanah padat, tidak berlubang,

akses utama dapat dilalui bus

pariwisata medium dengan

kapasitas 60 (enam puluh) orang

dan jalan utama bisa berpapasan

2 (dua) bus.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point), jika jalan

aspal/tanah padat, tidak

berlubang, akses utama dapat

dilalui bus pariwisata medium

deng4an kapasitas 60 (enam

puluh) orang dan jalan utama

bisa berpapasan 2 (dua) bus.

AGAK SIAP (2 Point), jika jalan

aspal/tanah padat, tidak

berlubang, akses utama hanya

dapat dilalui satu bus.

TIDAK SIAP (1 Point), jika jalan

onderlaag/batu, berlubang, akses

utamanya hanya dapat dilalui

satu bus.

Penilaian Variabel :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)

Ketersediaan

dan Kualitas

Dermaga

b. Dermaga : Prinsip dan kaidah,

yaitu :

1.) terpenuhi aspek fungsional

untuk kelancaran aktivitas

penyeberangan,

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point) : 4-5 Prinsip dan

Kaidah,

AGAK SIAP (2 Point) : 2-3

Prinsip dan Kaidah,

Page 46: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

31

Komponen

Smart Tourism Variabel Sub Variabel

Elemen Smart

Tourism Standard Value

2.) Pemenuhan nilai estetika;

3.) Pemenuhan prinsip ekonomis;;

4.) Terpenuhinya prosedur

keselamatan dan keamanan.

TIDAK SIAP (1 Point) : 1

Prinsip dan Kaidah yang

dimiliki.

Penilaian Variabel :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)

Air Bersih Sumber dan

Kualitas Air

Bersih

Air bersih : Kualitas air bersih

Tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point) : Jika 3 standar

tersebut terpenuhi,

AGAK SIAP (2 Point) : Jika 2

standar terpenuhi,

TIDAK SIAP (1 Point) : Jika 1

standar atau tidak ada standar

yang terpenuhi.

Penilaian Variabel :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Jaringan Listrik Sumber

Jaringan

Listrik

Listrik : Kawasan objek wisata

terlayani listrik

PLN/Diesel/pembangkit listrik.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point) : Jika terlayani

listrik

AGAK SIAP (2 Point) :

Menggunakan Diesel

TIDAK SIAP (1 Point): Jika

tidak terlayani listrik

Page 47: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

32

Komponen

Smart Tourism Variabel Sub Variabel

Elemen Smart

Tourism Standard Value

Penilaian Variabel :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Sistem Pengolahan

Limbah

Prasana,

sarana dan

pengelolaan

persampahan

a. Sampah :

1. Tempat sampah terpadu

dipisahkan menjadi 4 (empat)

bagian, yaitu organik, non

organik, botol kaca, botol dan

gelas plastik serta bahan plastik

lainnya;

2. Menerapkan konsep 4R, yaitu

reduce (mengurangi), reuse

(memakai kembali), recycle

(mendaur ulang) dan replace

(mengganti). 3. Tempat sampah di setiap Gerai

dengan pengolahan limbah

buangan dan penampungan

limbah minyak goreng.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point): Jika 3 standar

terpenuhi ,

AGAK SIAP (2 Point) : Jika 2

Standar Terpenuhi,

TIDAK SIAP (1 Point): Jika 1

standar hingga tidak ada yang

terpenuhi

Penilaian Variabel :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Ketersediaan

drainase dan

sistem

pengelolaan

b. Drainase : Drainase atau

saluran pembuangan air lengkap

dengan proses pemeliharaan

sebelum dibuang ke saluran kota.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point) : Jika tersedia

terdapat proses pemeliharaan

sebelumnya dan

Page 48: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

33

Komponen

Smart Tourism Variabel Sub Variabel

Elemen Smart

Tourism Standard Value

AGAK SIAP (2 Point): Jika

tersedia dan tidak ada

pengolahan

TIDAK SIAP (1 Point): Tidak

ada sama sekali

Penilaian Variabel :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66

Ssitem

Pengelolaan

Sanitasi

c. Sanitasi : Fasilitas septic tank

pada masing-masing Kepala

Keluarga (KK) dan pada kawasan

pesisir pengembangan jamban

komunal.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point): Tersedia Septic

tank Komunal,

AGAK SIAP (2 Point):

Septictank Induvidu,

Tidak Siap (1 Point):

Tidak memiliki septictank

Penilaian Variabel :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66

Telekomunikasi BTS dan

aplikasi

terkait

kemudahan

mengakses

Indikator ketersediaan dan

pelayanan telekomunikasi :

1. Memiliki BTS dan radius

pelayanan hingga ke kawasan

objek wisata;

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point): Jika 3-4 standar

tersebut terpenuhi,

AGAK SIAP (2 Point): Jika 2

standar terpenuhi,

Page 49: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

34

Komponen

Smart Tourism Variabel Sub Variabel

Elemen Smart

Tourism Standard Value

informasi

wisata

2. Kecepatan mengakses internet

4G;

3. Pengembangan menara

telekomunikasi bersama (sharing

tower) dalam rangka efisiensi

ruang

4. Ketersedian media informasi

bagi wisatawan

TIDAK SIAP (1 Point): Jika 1

standar atau tidak ada standar

yang terpenuhi.

Penilaian Variabel :

SIAP : 13,7-20

AGAK SIAP : 7,4-13,6

TIDAK SIAP : 1-7,3

Trasportasi Kemudahan

Aksesibilitas

menuju objek

wisata dan

Pintu Mauk

dan Akses

menuju

Objek wisata

dan

Terjangkauan

dan kualitas

moda

transportasi

Moda Transportasi :

1. Tersedia angkutan umum;

2. Trayek angkutan umum dapat

menjangkau lokasi wisata

3. Mengenai keterjangkauan objek

wisata terhadap trayek transportasi

umum, yakni radius 400 meter

yang mampu ditempuh secara

berjalan kaki.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP (3 Point): Jika memenuhi 3

standar tersebut,

AGAK SIAP (2 Point): Jika

memnuhi 2 Standar,

TIDAK SIAP (1 Point): Jika

hanya 1 standar atau tidak

memenuhi sama sekali.

Penilaian Variabel :

SIAP : 20,3-30

AGAK SIAP : 10,7-20,2

TIDAK SIAP : 1-10,6

Atraksi Kualitas Pelayanan Keberagaman

atraksi wisata

Memiliki Wisata Alam, Wisata

Buatan, dan Wisata Budaya

SIAP : Memiliki keberagaman

atraksi wisata tinggi (H’>3) AGAK SIAP: Memiliki

keberagaman atraksi wisata

sedang (1<H’<3)

Page 50: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

35

Komponen

Smart Tourism Variabel Sub Variabel

Elemen Smart

Tourism Standard Value

TIDAK SIAP : Memiliki

keberagaman atraksi wisata

rendah (H’<1) Ketersediaan TIK

untuk mendukung

attraksi

Tersedianya

TIK pada

attraksi

terkait

pelayanan

informasi dan

keberagaman

aktivitas

wisata

Menggunakan Teknologi dalam

memberikan informasi terkait

dengan atraksi wisata

Penilaian Sub Variabel :

Point 1 : jika tersedia software

komputer dan smart card;

Point 0 : jika tidak tersedia

software dan smart card

Penilaian Variabel :

SIAP : 13,67-20

AGAK SIAP : 7,34-13,66

TIDAK SIAP : 1-7,33

Fasilitas

Penunjang

Wisata

Fasilitas

Keamanan

Ketersediaan,

Kualitas dan

penggunaan

teknologi

pada seluruh

fasilitas

penunjang

wisata

Kualitas pelayanan yang baik

dalam fasilitas penunjang wisata

ini indikator penilaiannya yaitu

ketersediaan fasilitas penunjang

wisata yang dapat dijangkau dari

atraksi wisata dengan berjalan

kaki dengan radius 400 meter

(Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum tentang Pedoman

Perencanaan, Penyediaan dan

Pemanfaatan Prasarana dan

Sarana Jaringan Pejalan Kaki di

Kawasan Perkotaan, 2014) dan

Ketersediaan TIK yang

A. Kualitas Pelayanan Failitas

Penunjang Wisata

Penilaian Sub Variabel :

Terdapat 10 jenis fasilitas

penunjang wisata dan apabila

semua jenias fasilitas tersedia

makan total kualitas pelayanan

100%. Jadi, setiap 1 jenis

fasilitas penunjang wisata yang

tersedia memiliki bobot

persentase 10 %.

Penilaian Variabel :

SIAP : 67,68 % -100%

Fasilitas

Akomodasi

Fasilitas Rumah

Makan

Fasilitas

Perdagangan

(Toko//Warung)

Fasilitas Kesehatan

Page 51: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

36

Komponen

Smart Tourism Variabel Sub Variabel

Elemen Smart

Tourism Standard Value

Fasilitas Kamar

Mandi/Toilet

menunjang fasilitas penunjang

wisata dinilai berdasarkan

observasi pada fasilitas penunjang

wisata yang paling dominan atau

menonjol dalam penggunakan

teknologinya

AGAK SIAP :33,34%-67,67%

TIDAK SIAP : 1-33,33%

B. Ketersediaan TIK

Penilaian Sub Variabel :

Ketentuan pemeberian nilai,

yaitu jika tersedia pemanfaatan

TIK mendapat nilai 1 dan jika

tidak tersedia pemanfaatan TIK

nilai 0.

Penilaian Sub Variabel :

SIAP : 9,1-13

AGAK SIAP : 5,1-9

TIDAK SIAP : 1-5

Fasilitas Parkir

Fasilitas Ibadah

Fasilitas

Pervankan/ATM

Fasilitas Informasi

dan Pelayanan

Pariwisata

Sumber : Peneliti, 2020

Page 52: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

37

Pada analisis ini merupakan analisis lanjutan yang menggunakan teknik skoring

dengan cara mengakumulasikan skor kemudian dinilai hasil kesiapan tiap variabel

sesuai langkah-langkah berikut:

1. Menjumlahkan skor sub variabel dalam satu variabel

2. Menentukan rentang kelas interval dengan rumus interval untuk kriteria skor

kesiapan setiap variabel

3. Menilai kesiapan tiap variabelnya

Rumus interval yang digunakan dalam tahap analisis ini, yaitu :

Kategori tingkat kesiapan variabel pariwisata cerdas adalah sebagai berikut:

TABEL 1. 5 INDIKATOR ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART

TOURISM

Variabel

Skor

Maksimal

Skor

Minimal

Hasil

Interval

Indikator

Siap Agak Siap Tidak Siap

Infrastruktur

Dasardan

TIK

15 1 4,66

Jika hasil

skoring variabel

Infrastruktur

dasar dan TIK

adalah 10,32-15

Jika hasil skoring

variabel

Infrastruktur dasar

dan TIK adalah

5,67 -10,32

Jika hasil skoring

variabel

Infrastruktur

dasar dan TIK

adalah 1 - 5,66

Transportasi 3 1 0,66

Jika hasil

skoring variabel

transportasi

adalah 2,33-3

Jika hasil skoring

variabel

transportasi adalah

1,67-2,32

Jika hasil skoring

variabel

transportasi

adalah 1-1,66

Atraksi 6 1 1,66

Jika hasil

skoring variabel

atraksi adalah

4,33-6

Jika hasil skoring

variabel atraksi

adalah 2,67-4,32

Jika hasil skoring

variabel atraksi

adalah 1-2,66

Fasilitas

Penunjang

Wisata

6 1 1,66

Jika hasil

skoring variabel

fasilitas

pendukung

wisata adalah

4,33-6

Jika hasil skoring

variabel fasilitas

pendukung wisata

adalah 2,67-4,32

Jika hasil skoring

variabelfasilitas

pendukung wisata

adalah 1-2,66

Sumber : Peneliti, 2020

Nilai maksimal − Nilai Minimal

Jumlah Kelas 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = = y......................(1)

Page 53: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

38

Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk

Pandan dilakukan melalui hasil dari analisis skoring kesiapan variabel Smart

Tourism dengan bobot tiap variabelnya dan hasil perhitungan tersebut kemudian

diakumulasi. Ketentuan kategori tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism

digunakan rumus interval sebagai berikut:

Berdasarkan hasil interval yang diperoleh, dilakukan perumusan kategori tingkat

kesiapan penerapan Smart Tourism di Teluk Pandan adalah sebagai berikut:

1.12 Teknik Sampling

Salah satu langkah penting dalam proses pengumpulan data ialah menentukan

dan menemukan orang atau lokasi yang akan di pelajari sesuai dengan fokus

penelitian. Dalam penentuan hal tersebut deperlukan strategi untuk sampling.

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang diambil dengan berdasarkan prosedur tertentu yang dapat mewakili

populasinya. Dalam penelitian kualitatif yang bertujuan untuk merinci kekhususan

penelitian, sehingga diperoleh maksud dan tujuan dalam penelitian (Moleong,

2013). Pengambilan sampel dari populasi dilakukan karena peneliti tidak

mempelajari seluruh yang ada di populasi dan terdapat keterbatasan tenaga dan

SIAP : Jika total nilai 9,1-12

AGAK SIAP : Jika total nilai 6,1-9

TIDAK SIAP : Jika total nilai 3-6

Page 54: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

39

waktu. Dalam penelitian ini akan diambil sampel dari populasi yang benar-benar

dapat merepresentasikan berbagai hal yang diperlukan dari populasi dengan fokus

penelitian lebih ditekankan pada informasi dari informan yang lebih bermanfaat

sesuai tujuan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif ini teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling. Purposive sampling merupakan teknik sampling yang bersifat non

random sampling dengan memilih informan dengan ciri-ciri khusus yang sesuai

dengan tujuan penelitian dari dianggap menguasai masalah yang diteliti, sehingga

dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Menurut Creswell (2014) terdapat

16 strategi sampling yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif dan untuk

penelitian kali ini teknik yang dipilih, yaitu Variasi Maksimum. Creswell

menyatakan bahwa sampling variasi maksimum merupakan pendekatan yang

populer dalam studi kualitatif cocok menggunakan teknik sampling maximum

variation dengan tujuan utamanya untuk mendokumentasikan variasi dari beragam

individu atau suatu tempat dengan berdasarkan ciri-ciri khusus yang digunakan

untuk mengidentifikasi pola umum yang bersumber dari berbagai informan yang

paham dan dapat menjawab berbagai masalah terkait penelitian. Sampel maximum

variation memilih beberapa orang tertentu sebagai informan kunci untuk

mendapatkan gambaran kasus atau fenomena secara mendalam. Terkait dengan

informasi mendalam yang dibutuhkan maka, akan dicari dari informan kunci (key

informan) pada penelitian mengenai Penerapan Smart Tourism dalam

Meningkatkan Potensi Sektor Pariwisata Pesisr Pantai Di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung. Berikut ini adalah kriteria sebagai informan untuk

wawancara yang terdapat pada berikut ini:

TABEL 1. 6 KRITERIA PEMILIHAN INFORMAN WAWANCARA

No Kategori

Informan Informasi

1. Instansi

Pemerintah

1. Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung

2. Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di Teluk

Lampung

3. Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata

Page 55: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

40

No Kategori

Informan Informasi

4. Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam mewujudkan

pengembangan sektor pariwisata

5. Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata

2. Masyarakat

lokal

1. Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan Wisata

Terintegrasi

2. Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata

3. Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata

4. Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat menjadi daya

tarik

5. Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan ekonomi

lokal

6. Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal

7. kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi

3. Pelaku

Usaha

1. Strategi pelaku usaha melihat peluang

2. Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan pariwisata

3. Penerapan teknologi dalam pemasaran produk

4. Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

1.13 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan proposal laporan penelitian dengan

judul Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi

Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung adalah

sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas Tema dalam Penelilitian Skripsi yaitu

Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan

Potensi Sektor Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi

Teluk Lampung yang meliputi latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan sasaran, manfaat teoritis dan manfaat praktikan, ruang

lingkup penelitian yang mencakup ruang lingkup wilayah studi dan

ruang lingkup materi, keaslian penelitian, dan kerangka pikir serta

Metode Penelitian yang menjelaskan mengenai pendekatan

penelitian, objek penelitian, definisi operasional, metode

pengumpulan data, teknik analisis data dan kerangka analisis.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Page 56: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

41

Pada bab ini membahas mengenai literatur berupa definisi-definisi

konsep dasar, dan preseden dalam melakukan penelitian ini.

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK LAMPUNG

Pada Bab Ini membahas gambaran destinasi wisata pesisir di

Kabupaten Pesawaran dan KSDP Teluk Pandan yang termasuk ke

dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Pada bagian

ini menjelaskan gambaran terkait daya tarik wisata, aktifitas wisata,

dan permasalahan wisata serta memberikan gambaran terkait

karakteristik sosial ekonomi dan budaya masyarakat lokal disekitar

objek wisata.

BAB 4 ANALISIS KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA

KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR TELUK PANDAN

Pada bab ini membahas analisis yang digunakan untuk mendukung

hasil penelitian yaitu Ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar

dan Infrastruktur TIK, Atraksi wisata yang menjadi daya tarik bagi

wisatawan, Trasnportasi dalam kemudahan akses bagi wisatawan,

dan Analisis skoring dalam menilai tingkat kesiapan penerapan

Smart Tourism pada objek wisata pantai di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung.

BAB 5 TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR

TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM

Pada bab ini akan menguraikan temuan hasil studi dari hasil

penelitian yang telah dilakukan terhadap Tingkat Kesiapan

Penerapan Smart Tourism dalam Meningkatkan Potensi Sektor

Pariwisata Pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung

dalam bentuk Kesimpulan, Rekomendasi yang diberikan kepada

pihak yang terlibat dari Pemerintah, Masyarakat Lokal, Pelaku

Usaha sebagai stakeholder yang berperan penting dalam

keberlangsungan wisata, penelitian lanjutan lanjutan dan

keterbatasan penelitian.

Page 57: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

42

*Halaman Sengaja di Kosongkan

Page 58: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KESIAPAN PENERAPAN SMART

TOURISM

2.1 Tinjauan Umum Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata telah menjadi perhatian pada saat ini, istilah pariwisata telah banyak

didefiinisikan oleh para ahli. Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa

sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Pari yang berarti “banyak” atau

“berkeliling” dan Wisata yang berarti “pergi” dan “bepergian”. Berdasarkan hal

tersebut, pariwisata merupakan suatu proses bepergian seseorang atau lebih menuju

tempat lain di luar tempat tinggalnya (Suzanna, 2003 dalam Rahman,2015).

Berdasarkan berbagai definisi dari pandangan yang dikemukakan oleh banyak

pakar di bidang pariwisata dapat kita simpulkan secara umum pariwisata

merupakan suatu aktivitas perjalanan wisata ke dan tinggal di luar lingkungan

keseharian yang didukung oleh berbagai fasilitas untuk bersenang-senang,

menghasbiskan waktu senggang, memenuhi rasa ingin tahu serta tujuan lainnya

yang bukan merupakan kegiatan untuk menghasilkan uang. Suatu perjalanan

dianggap sebagai wisata apabila memenuhi faktor penting, yaitu : (1) Bersifat

sementara dengan berpindah dari suatu tempat ketempat lain; (2) Bersifat sukarela

(Voluntary) dalam arti tidak terjadi karena terpaksa; (3) Tidak melakukan

kegiatan/pekerjaan yang menghasilkan upah.

Pembangunan pariwisata pada dasarnya berprinsip pada Pariwisata Berbasis

masyarakat, yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Indonesia yang kental

akan adat dan budaya menghasilkan suatu konsep pariwisata berbasi budaya yang

mencakup berbagai hal terkait hasil cipta karya masyarakat, yang menjadi salah

satu kekayaan utama dan alat untuk membawa keuntungan yang kompetitif.

Sedangkan, terkait dengan lingkungan adanyaa konsep pariwisata berkelanjutan

tentang cara untuk menghormati dan melestarikan lingkungan untuk generasi saat

ini dan tidak mengurangi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan generasi di masa

Page 59: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

44

datang. Menurut Cooper dkk (1995) dalam Ripparda Provinsi Lampung 2010-2025,

mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh

sebuah objek wisata, yaitu :

1. Attraction (Daya Tarik). Merujuk kepada daya tarik yang dimiliki sebuah

tempat wisata yang menjadi faktor penarik wisatawan untuk berwisata objek

wisata tersebut. Daerah tujuan wisata pada dasarnya memiliki daya tarik wisata

yang baik daya tarik berupa alam, buatan manusia, dan atraksi hibrid atau

campuran antara alam dan buatan manusia. Atraksi alam biasanya berupa

pantai, gunung, sungai, air terjun, dan lain-lain. Atraksi buatan manusia

diantaranya berupa museum, taman, event, pameran, festival, dan lain-lain.

Sedangkan untuk atraksi campuran antara alam dan buatan manusia berupa di

lokasi pantai di bangun water boom, taman, spot foto, dan lain-lain.

2. Accesibility (aksesibilitas). Accesability dimaksudkan terkait dengan cara

wisatawan domestik dan mancanegara dapat dengan mudah berpindah dalam

mencapai tujuan ke tempat wisata. Dalam aktivitas paiwisata akses di Indonesia

sudah lumayan baik di beberapa tempat namun masih ada yang kurang baik dan

belum menunjang akses pariwisata terutama di daerah pedesaan dan kawasan

pesisir. Akses yang baik dapat menunjang akomodasi, karena akomodasi yang

mudah didapatkan oleh wisatawan dapat memenuhi apa yang diinginkan

wisatawan, serta aksesibilitas yang baik akan mempermudah wisatawan dalam

melakukan aktivitas wisata dan melakukan perpindahan ke tempat wisata

lainnya.

3. Amenities (fasilitas). Amenities menjadi salah satu unsur penting yang harus

dimiliki daerah tujuan wisata agar wisatawan dapat nyaman dan tinggal lebih

lama di salah satu objek wisata. Akomodasi dasar yang harus dimiliki tempat

wisata adalah hotel dan restoran yang mudah dijangkau dan dalam kondisi baik,

serta bisa memenuhi apa yang wisatawan inginkan selama berada di objek

wisata yang dikunjunginya.

4. Ancillary (kelembagaan). Adanya lembaga pariwisata mampu menunjang

terlaksananya dan berjalannya suatu aktivitas pariwisata, wisatawan akan

semakin sering mengunjungi dan mencari daerah tujuan wisata apabila di

Page 60: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

45

daerah tersebut wisatawan dapat merasakan kenyamanan, keamanan,

(protection of tourism) dan terlindungi.

Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, ada beberapa istilah

yang sering digunakan dalam kegiatan pariwisata yaitu :

a. Kawasan Wisata yaitu Suatu kawasan dengan luas tertentu yang dibangun

atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata

b. Objek Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran daya tarik wisata.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

bahwa kepariwisataan bertujuan sebagai berikut :

a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat

c. Menghapus kemiskinan

d. Mengatasi pengangguran

e. Melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya

f. Memajukan kebudayaan mengangkat citra bangsa

g. Memupuk rasa cinta tanah air

h. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa

i. Mempererat persahabatan antar bangsa

2.1.2 Pariwisata sebagai Suatu Sistem

Pengertian sistem dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perangkat unsur

yang secara teratur saling berkaitan sehingga mencapai suatu tujuan. Pariwisata

merupakan salah satu industri yang multidimensional dan multisektoral serta harus

ditinjau dalam suatu sistem besar yang memiliki aktivitas kompleks dengan

berbagai komponen seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain.

Beberapa ahli telah mengemukakan pandangan mereka terkait dengan sistem

pariwisata. Menurut Mill dan Marison (1985), Pariwisata terkait erat dengan

aktivitas perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem yang bagian-

bagiannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain seperti jaring

laba-laba. Hall (2000) Menggambarkan secara umum sistem pariwisata yang

mengandung 3 komponen penting, yaitu:

Page 61: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

46

1. a set of element

2. The set of relationship between the element

3. The set relationship those element and environment

Dengan adanya komponen penting pariwisata inilah yang akan menghasilkan

suatu sistem yang saling satu sama lain. Sistem pariwisata menurut Leiper (2004

dalam Rahman 2015) menyatakan tentang sifat sistem terbuka dalam pariwisata.

Leiper menjelaskan didalam Sistem Pariwisata lingkungan juga memiliki peranan

untuk berinteraksi dan memiliki pengaruh terhadap elemen-elemen di dalam sistem

tersebut. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa aspek-aspek fisik, budaya,

sosial, ekonomi, politik, hukum, dan teknologi yang menjadi unsur pembentuk

pariwisata, namun pada kondisi tertentu juga dipengaruhi oleh pariwisata. Secara

sederhana berikut gambar Sistem Pariwisata yang dikemukan oleh Lepier (2004

dalam Rahman 2015) :

Sumber: (Leiper 2004 dalam Rahman 2015)

GAMBAR 2. 1 BAGAN SISTEM PARIWISATA LEIPER

Berdasarkan gambar diatas, dapat kita ketahui bahwa Leiper mencoba

menjelaskan sistem pariwisata secara menyeluruh (whole tourism system) yang

dimulai dengan mendeskripsikan perjalanan seorang wisatawan dari daerah asalnya

hingga ke daerah tujuannya. Dari sistem pariwisata Leiper terdapat lima elemen

sebagai subsistem yang merupakan bagian sistem pariwisata yang menyeluruh,

yaitu:

1. Wisatawan (tourist) yang merupakan elemen manusia yaitu orang yang

melakukan perjalanan wisata

Page 62: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

47

2. Daerah asal wisatawan (traveller-generating regions), merupakan elemen

geografi yaitu tempat dimana wisatawan mengawali dan mengakhiri

perjalanannya.

3. Jalur pengangkutan (transit route) merupakan elemen geografi tempat

dimana perjalanan wisata utama berlangsung.

4. Daerah tujuan wisata (tourist destination region) sebagai element geografi

yaitu tempat utama yang dikunjungi wisatawan .

5. Industri pariwisata (tourist industry) sebagai elemen organisasi, yaitu

kumpulan dari organisasi yang bergerak usaha pariwisata, bekerjasama

dalam pemasaran pariwisata untuk menyediakan barang, jasa dan fasilitas

pariwisata (Suryadana dan Octavia, 2015)

Sistem Pariwisata juga dijelaskan oleh Gunn. Menurut Gunn dan Turgut (Dalam

Rahman, 2015) Model Pariwisata memiliki elemen-elemen kunci yang menyeluruh

yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Pariwisata merupakan bidang yang multidisiplin;

2. Pariwisata digerakkan oleh dua elemen utama yaitu elemen permintaan

(demand) dan elemen penawaran (supply);

3. Elemen Permintaan terdiri dari : Kemampuan dan kemauan untuk

melakukan suatu perjalanan wisata;

4. Elemen Penawaran terdiri dari : Atraksi, pelayanan wisata, transportasi,

informasi dan promosi wisata yang terdapat dalam suatu wilayah

pariwisata.

Model Pariwisata yang dikemukakan oleh Gunn menekankan bahwa Pariwisata

hanya dapat berkembang dan direncanakan dengan memahami hubungan-

hubungan saling mempengaruhi antara elemen ketersediaan (supply) pariwisata

dengan permintaan (demand) pasar pariwisata. Secara umum, ketersediaan dan

permintaan dibentuk berdasarkan interaksi antar komponen daya tarik,

layanan/jasa, transportasi, informasi bagi wisatawan dan promosi. Model

Pariwisata Gunn menjelaskan Sistem Fungsional dari Pariwisata. Digram sistem

fungsional pariwisata menurut Gunn dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 63: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

48

Sumber : (Gunn dan Turgut 2002 dalam Rahman 2015)

GAMBAR 2. 2 DIAGRAM MODEL SISTEM FUNGSIONAL

PARIWISATA

Berdasarkan kedua sistem kepariwisataan yang sudah dijelaskan diatas maka

dapat diketahui bahwa dalam pariwisata terdapat lima komponen utama, yaitu :

A. Wisatawan

Wisatawan menurut Leiper (2004 dalam Rahman 2015) adalah pelaku dalam

kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah cara untuk mendapatkan pengalaman,

menikmati, mengantisipasi dan kesenangan di dalam kehidupan dengan melakukan

berbagai aktivitas di luar temapt tinggalnya. Menurut World Tourism Organization

(WTO) wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dan tinggal di luar

lingkungan mereka tidak lebih dari satu tahun tetapi lebih dari 24 jam. Perjalanan

yang dilakukan wisatawan memiliki beragam motif, minat, ekspetasi, karakteristik,

sosial, ekonomi, budaya, dan faktor lainnya. Dengan motif dan latar belakang yang

berbeda, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa

wisata serta menjadi penggerak aktivitas pariwisata di suatu destinasi. Motivasi

berwisata seseorang wisatawan digolongkan menjadi : physical motivation, cultural

motivation, social motivation, dan fantasy motivation (Pitana dan Gayatri, 2005).

Peran wisatawan ini sangat menentukan dan sering diposisikan sebagai kunci dalam

berbagai kegiatan wisata di suatu daerah tujuan wisata.

B. Atraksi

Page 64: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

49

Atraksi merupakan sesuatu yang menjadi daya tarik untuk dilihat,

dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan

memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan kepada wisatawan

agar dapat memberikan kebahagiaan, ilmu baru, dan pengalaman yang tak

terlupakan. Dalam UU. No 10 Th. 2009 tentang Kepariwisataan, Obyek Wisata

dan Atraksi Wisata tidak didefinisikan masing-masing secara terpisah, melainkan

dalam satu definisi atau menjadi satu kesatuan. Adapun yang membedakan antara

Obyek Wisata dan Atraksi Wisata ialah masing-masing karakteristiknya. Obyek

Wisata memiliki sifat statis atau tetap karena terikat pada tempat dan dapat dijamah

(tangible). Sedangkan Atraksi Wisata bersifat dinamis yang mencerminkan adanya

gerak dan tidak terikat tempat (dapat berpindah) serta tidak dapat dijamah

(intangible).

C. Transportasi/Pengangkutan

Transportasi merupakan salah satu aspek yang penting bagi pariwisata, karena

karakteristik kunci wisatawan adalah mobilitas (Tambunan, 2009). Dengan adanya

transportasi dapat semakin memudahkan wisatawan untuk berpindah dari satu

tempat ke tempat lain dan mengunjungi daerah tujuan wisata. Dalam kaitannya di

kegiatan pariwisata trasnportasi, meliputi transportasi akses dari dan menuju

kawasan wisata, transportasi internal yang menghubungkan atraksi utama kawasan

wisata. Fasilitas dan pelayanan transportasi terkait dengan mendukung terwujudnya

kemudahan aksesibilitas dari dan menuju ke tempat wisata, sehingga mampu

memberikan rasa nyaman dan efisien waktu dalam melakukan kegiatan wisata.

Dalam mendukung pariwisata sistem transportasi dibagi menjadi tiga aspek

utama yaitu aksesibilitas, moda transportasi dan rute perjalanan. Dalam pariwisata

ketiga aspek ini harus saling terkait dan terpadu satu sama lain karena hal ini

menyangkut kenyamanan dan keamanan pengunjung obyek wisata. Aksesibilitas

menekankan pada kemudahan dalam menjangkau obyek-obyek wisata dari

berbagai lokasi. Transportasi meninjau seberapa jauh peran penyediaan dan

jangkauan angkutan umum dalam menyediakan kebutuhan para pengunjung

pariwisata. Rute perjalanan pariwisata menekankan pada ketersediaan rute dari

berbagai arah serta berbagai jalur transportasi menuju obyek-obyek wisata sehigga

dapat dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah asal dengan mudah.

Page 65: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

50

D. Informasi dan Promosi

Promosi merupakan suatu kegiatan memperkenalkan produk atau jasa yang

hendak ditawarkan kepada calon konsumen yang menjadi target pasar dalam

konteks ini ialah wisatawan. Kegiatan promosi idealnya dilakukan secara

berkesinambungan dan intens melalui beberapa media yang dianggap efektif dapat

menjangkau pasar, baik cetak maupun elektronik, namun pemilihannya sangat

tergantung pada target pasar yang hendak dituju. Terdapat beberapa penjelasan

tentang arti promosi penjualan yang disediakan oleh beberapa ahli marketing

(Bahar, 2002) :

1. Promosi penjualan adalah setiap kegiatan bukan tatap muka yang berhubungan

dengan promosi penjualan, tetapi seringkali mencakup periklanan.

Mempromosikan suatu produk tanpa adanya interaksi secara langsung dengan

konsumen yang dalam kondisi ini konsumen dapat melihat iklan dalam media

cetak maupun elektronik.

2. Promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya untuk memberikan

informasi atau meyakinkan para konsumen yang potensial mengenai kegunaan

suatu produk atau jasa dengan tujuan unuk mendorong konsumen untuk

melanjutkan atau memulai pembelian pada harga tertentu. Promosi dalam

konteks ini merupakan bentuk atau cara untuk memperkenalkan suatu produk

atau jasa kepada konsumen yang akan menggunakan produk tersbut dan

memilki keinginaan untuk membelinya.

3. Promosi adalah pencarian peluang-peluang usaha dan organisasi dana, harta

kekayaan, dan kemampuan manajemen untuk terjun ke dalam usaha dengan

tujuan untuk mencari laba. Promosi dapat kita artikan sebagai suatu bentuk

kegiatan yang dilakukan suatu penyedia barang atau jasa untuk menarik minat

pembeli dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Dalam pengembangan dan pemasaran suatu barang dan jasa aspek informasi dan

promosi menjadi sangat penting agar konsumen dapat mengetahui terkait

ketersedian dan keberadaan barang dan jasa tersebut. Oleh karena itu, Informasi

dan promosi akan berhasil jika kegiatan-kegiatannya berdasarkan :

1. Sesuai kebijaksanaan umum yang mengatur tentang pemasaran.

2. Strategi pemasaran yang mantap dan sesuai pasar.

Page 66: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

51

3. Pemilihan taktik sasaran yang tepat.

4. Pemilihan sarana komunikasi yang sesuai dan cepat menyebar.

Keberhasilan informasi dan promosi dalam kontek pariwisata akan terlihat apabila

:

1. Arus kedatangan wisatawan semakin meningkat.

2. Semakin lamanya wisatawan tinggal di daerah tujuan wisata yang

dipromosikan.

3. Pengeluaran wisatawan semakin besar di daerah tujuan wisata.

4. Semakin besarnya kecenderungan dan keinginan wisatawan untuk

berkunjung lagi ke daerah yang sama

Promosi tempat wisata daerah merupakan kegiatan yang dilakukan para pelaku

ekonomi di lokalitas perekonomian tertentu yang memiliki potensi sebagai tempat

wisata yang memiliki daya tarik tertentu. Potensi tersebut dapat berupa keindahan

alam, kekayaan budaya dan adat istiadat masyarakat lokal, situs bersejarah, even

pesta budaya / festival dan keagamaan, serta potensi pusat-pusat kegiatan ekonomi,

perdagangan dan investasi yang menarik dan memiliki ciri khasnya tersendiri.

Tujuan promosi wisata daerah dapat dikategorikan ke dalam beberapa tujuan

berikut ini:

1. Mempromosikan lokalitas wisata sebagai tujuan wisata yang menarik, unik

dan menjadi daya tarik tersendiri yang dapat menguntungkan wisatawan.

2. Meningkatkan dan menetapkan citra wisata daerah di pasar domestik dan

internasional.

3. Menyebarkan informasi tentang produk–produk wisata yang telah

dikembangkan.

4. Membangun dan membina komunikasi yang efektif dengan media dan pers

internasional.

E. Pelayanan

Pariwisata adalah kegiatan pelayanan dari hosts terhadap guests. Hosts

memberikan pelayanan untuk memuaskan keinginan wisatawan sebagai guests

(Kandampully,Sparks, Conniie, 2001). Wisatawan sebagai guests membutuhkan

pelayanan karena berada dan hidup pada kawasan bukan tempat tinggalnya dan

tentunya untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan. Kelengkapan dari sarana

Page 67: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

52

dan prasaran di suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai faktor yang sangat

menunjang berbagai aktivitas wisata yang akan dilakukan di obyek wisata tersebut.

Menurut Oka A. Yoeti (2007) pelayanan dalam pariwisata sangat diperlukan untuk

mendukung dari pengembangan obyek wisata. Pelayanan berupa Prasarana

kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana

kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan

pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam seperti

sarana akomodasi, sebagai tempat untuk beristirahat atau menginap di daerah tujuan

wisata. Macam-macam tempat menginap tersebut diantaranya hotel, penginapan,

cottage dan pondok wisata. Akomodasi merupakan sarana yang menyediakan jasa

pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum

serta jasa lainnya.

Dalam sistem pariwisata, peran dari stakeholder sangatlah penting dalam

menjalakan sebuah sistem pariwisata yang besar dan kompleks. Secara umum,

stakeholder dalam sistem pariwisata dikelompokkan menjai 3 pilar utama, yaitu

1) Masyarakat yang dalam hal ini ialah masyarakat umum yang berada di

kawasan destinasi wisata, sebagai pemilik dari salah satu sumber daya

seperti kebudayaan yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi

wisatawan.

2) Swasta merupakan asosiasi usaha dalam industri pariwisata dan para

pengusaha yang ikut berperan dalam penyediaan berbagai fasilitas

pendukung pariwisata dan berbagai hal lainnya.

3) Pemerintah terkait pada berbagai wilayah administrasi dari desstinasi

wisata, terdiri dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan

seterusnya.

Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat terwujud dan berjalan dengan baik

apabila setiap stakeholder mampu bersinergis dan saling mendukung satu sama

lainnya dalam menjalankan dan mengembangkan pariwisata yang unggul. Terdapat

kriteria dan destinasi pariwisata unggulan berdasarkan peraturan Menteri

Kebudayaan dan Pariwisata No. 37/UM.001/MKP/07 tentang kriteria dan

penetapan destinasi pariwisata unggulan menguraikan sebagai berikut :

1. Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata;

Page 68: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

53

2. Fasilitas pariwisata dan fasilitas umum tersedia dengan baik;

3. Aksesibilitas;

4. Kesiapan dan keterlibatan masyarakat dalam pariwisata;

5. Potensi pasar;

6. Posisi strategis pariwisata dalam pembangunan daerah.

Dengan memenuhi kriteria tersebut suatu daerah tujuan wisata dapat menjadikan

destinasi wisata yang ada di daerahnya menjadi destinasi pariwisata unggulan yang

tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri untuk para wisatawan agara berwisata

di daerah tersebut dan dari pengembangan tersebut tentunya akan banyak dampak

positif yang dirasakan oleh masyarakat dan daerah terutam dari aspek ekonomi.

2.1.3 Pariwisata dalam Konteks Penataan Ruang

Pariwisata merupakan suatu aktivitas perjalanan wisata yang dilakukan

seseorang atau sekelompok ke suatu tempat di luar lingkungan keseharian untuk

rekreasi, mempelajari budaya dan lingkungan baru, mengisi waktu senggang, dan

bersenang-senang tanpa ada kegiatan yang menghasilkan upah. Dalam melakukan

kegiatan wisata didukung dengan penyediaan fasilitas dan pelayana pariwisata yang

disediakan oleh pemerintah, masyarakat dan pengusaha sebagai upaya untuk

meningkatkan daya tarik dan kesan bagi pengunjung. Saat ini perkembangan

pariwisata mempengaruhi kegiatan wisatawan yang tidak hanya ingin berkunjung

untuk tujuan wisata dan atraksi wisata saja, tetapi juga menekankan kepada unsur

pengalaman dan wawasan yang tidak akan terlupakan dalam menikmati sebuah

wisata yang salah satunya dengan cara mengajak wisatawan untuk ikut langsung

melakukan kegiatan sehari-hari, adat budaya dan gaya hidup masyarakat lokal di

lokasi wisata. Dalam pengembangan pariwisata sangat penting untuk

mempertimbangkan kesimbangan beberpa hal penting berikut ini dalam

perencanaannya, yaitu :

1. Pelestarian terhadap berbagai sumberdaya budaya dan alam. Terutama

sumberdaya yang tidak dapat tergantikan dan diperbaruhi. Hal ini tidak hanya

meliputi kawasan inti di wilayah perencanaan wisata, melainkan juga

karakteristik daerah tujuan wisata.

Page 69: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

54

2. Pemanfaatan dan optimalisasi, suatu hal yang perlu dilakukan untuk

meningkatkan dayaguna berbagai potensi dan aset yang masih belum

dimanfaatkan secara optimal. Hal ini meliputi berbagai objek yang memiliki

potensi dan daya tarik namun belum dikelola dengan baik, jumlah kunjungan

yang masih sedikit, fasilitas pendukung pariwisata yang belum tersedia dan

belum termanfaatkan dengan optimal, serta berbagai kegiatan yang belum

dapat dimanfaatkan sebagai salah satu daya tarik di kawasan tersebut.

3. Pembangunan dan eksploitasi, suatu tindakkan yang dilakukan terhadap

beberapa bagian kawasan untuk memperoleh keuntungan, baik dari sisi sosial

budaya kemasyarakatan, maupun secara ekonomi finansial. Aspek ini dapat

dimanfaatkan untuk melakukan subsidi terhadap setiap tindakan pelestarian

dan optimalisasi.

Dalam Pengembangan pariwisata peting untuk memperhatikan 4 aspek (4A)

dalam penawaran pariwisata, yaitu : Attraction, Accesibility, Aminities, and

Ancillary. dengan mengintegrasikan 4 komponen utama pariwisata tersebut yang

akan diintegrasikan dengan penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi

melalui pengaplikasian Konsep Smart Tourism di daerah tujuan wisata. Dalam

penerapannya perlu adanya kesinergisan anatara stakeholder yang menjadi pilar

utama pariwisata dalam menjalankan sistem pariwisata agar tujuan yang dimiliki

dapat tercapai dan menerima manfaat yang optimal dari industri pariwisata.

Selain itu, pada sektor pariwisata infrastruktur memiliki peranan yang penting

dalam pencapaian pembangunan, baik dalam bidang ekonomi maupun bidang

sosial. Infrastruktur memiliki peranan sebagai elemen pendukung suatu wilayah

dan mediator antara lingkungan sebagai elemen dasar dengan sistem sosial dan

ekonomi. Proses pengembangan sektor pariwisata memiliki keterkaitan dengan

ketersediaan infrastruktur yang memadai. Oleh karena itu, peran infrastruktur

sangat penting bagi sektor pariwisata karena dengan sistem infrastruktur yang

tersedia dapat mempercepat perkembangan pada sektor pariwisata. Berdasarkan

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang Standar Konstruksi

Bangunan Indonesia, Lamp.22: ”Prasarana Lingkungan adalah jalan, saluran air

minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan listrik”.

Ditinjau dari laporan tahunan Kementrian Pariwisata kebutuhan infrastruktur dasar

Page 70: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

55

pada sektor pariwisata meliputi bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air

bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; penyediaan dan

pengembangan sarana dan prasarana transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan

penyeberangan, angkutan laut, angkutan udara, dan angkutan kereta api.

2.2 Wilayah Pesisir

2.2.1 Pengertian Wilayah Pesisir

Istilah wilayah pesisir sudah sangat sering kita dengan karena berkaitan erat

dengan predikat Indonesia yang menjadi negara maritim. Ketchum (1972)

menyebutkan bahwa pada dasarnya wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan

antara wilayah daratan (terestrial) dan wilayah laut (the coast may be thought of as

the area that shows a connection between land and ocean). Selanjutnya, secara

ekologis Ketchum mendefinisikan wilayah pesisir sebagai

“The band of dry land and adjacent ocean space (water and submerged

land) in which terrestrial processes and land uses directly affect oceanic

processes and uses, and vice versa.”.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan

sebuah wilayah yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara daratan

dan lautan. Dengan adanya keterkaitan antara wilayah darat dan lautan tersebutlah

yang menjadi penyebab adanya dinamika, karakteristik yang berbeda dari wilayah

lainya dan tantangan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu

(Integrated Coastal Management;ICM). Dalam konteks kebijakan Jones and

Westmascot (1993) mendesfinisikan wilayah pesisir sebagai berikut :

“ Coastal zone management involves the continuous management of the use

of coastal lands and waters and their resources within some designated

area, the boundaries of which are usually politically determined by

legislation or by executive order.”

Definisi tersebut menjelaskan bahwa wilayah pesisir merupakan suatu

administratif wilayah pengelolaan. Coastal Area atau kawasan pesisir yang lebih

berkonotasi sebagai wilayah geografis sebelum dijadikan sebuah kawasan

pengelolaan. Secara umum, definisi wilayah pesisir tergantung dari tujuan

pengelolaan, dari definisi paling sempit sampai luas. Srilanka, misalnya

Page 71: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

56

mendefinisikan wilayah pesisirnya sebagai kawasan dengan panjang 1 km ke arah

laut (seaward) dan 300 meter sampai 2 km ke arah darat (landward) (Scura, et.al.,

1992). Sedangkan, dalam naskah akademik Usulan RUU Pengelolaan Wilayah

Pesisir (DKP, 2001), definisi wilayah pesisir yang digunakan mencakup 3

pendekatan batasan, yaitu pendekatan ekologi, pendekatan administrasi dan

pendekatan perencanaan. Dalam konteks pendekatan ekologis, wilayah pesisir

didefinisikan sebagai kawasan daratan yang masih dipengaruhi oleh proses dan

dinamika laut, seperti pasang surut, intrusi air laut, dan kawasan laut yang masih

mendapat pengaruh dari proses dan dinamika daratan, seperti sedimentasi dan

pencemaran. Sementara itu, pendekatan administrasi membatasi wilayah pesisir

sebagai wilayah yang administrasi pemerintahan memiliki batas terluar sebelah

hulu dari kecamatan atau kabupaten/kota yang mempunyai laut dan ke arah laut

sejauh 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiganya untuk

kabupaten/kota. Sedangkan, dalam konteks pendekatan perencanaan wilayah

pesisir merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumber daya yang difokuskan

pada penanganan isu yang akan dikelola secara bertanggung jawab.

Berdasarkan setiap penjabaran mengenai definisi Wilayah pesisir dapat di tarik

kesimpulan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang terdiri dari daratan dan

lautan yang dinamik dan saling berkaitan satu sama lain antara daratan dan lautan

yang dibedakan berdasarkan 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan ekologi,

pendekatan administrasi dan pendekatan perencanaan dengan karakteristik, potensi,

sumberdaya dan masalah yang berbeda dari wilayah lainnya.

2.2.2. Pariwisata di Kawasan Pesisir

Wilayah pariwisata pesisir mencakup lingkungan laut, dan zona pesisir yang

berdekatan, membentuk suatu komponen penting dari sistem kelangsungan hidup

secara global dan sebagai aset yang menawarkan suatu pembangunan

berkelanjutan. Wilayah pesisir dengan semua potensi sumber daya alam dan

keindahannya menjadi penunjang kehidupan dan pembangunaan yang

berkelanjutan. Zona pesisir menampung beragam dan habitat produktif, ekosistem

penting bagi populasi manusia, subsistensi lokal pertanian dan pembangunan

ekonomi termasuk pemanfaatan kawasan pesisir sebagai destinasi atau obyek

Page 72: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

57

pariwisata. Wilayah pesisir di dunia memiliki kondisi lingkungan dan pola

pembangunan yang serupa dengan sistem ekologi yang relatif stabil dan seimbang

dapat berubah dengan cepat menjadi ekosistem yang tidak stabil terutama karena

aktivitas atau kegiatan pembangunan oleh manusia (Okeke 2000). Manusia

memiliki peranan penting dalam mengelola, memanfaatkan dan menjaga kawasan

pesisir agar mampu memberikan keuntungan yang optimal dan juga menjaga

kelestarian alamnya. Untuk alasan ini, penting bahwa dampak dari kebijakan

pembangunan yang berbeda, termasuk pengembangan pariwisata, pada jenis

lingkungan ini dipelajari dengan cermat sebelum implementasi proyek dan dipantau

setelah implementasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya ada manajemen

dalam pembangunan yang mampu mensinergiskan anatara kebijakan yang ada

dengan proses pembangunan melalui proses controling. Komisi Eropa menetapkan

tujuan wisata pantai sebagai :

“an area which attracts tourists who come to enjoy the seaside and seaside-

related activities as a primary motivation” (Komisi Eropa 2000: 149).

Kawasan pantai merupakan suatu area yang menjadi daya tarik utama bagi

wisatawan yang datang untuk menikmati berbagai aktivitas terkait pantai dan laut

yang dijadikan motivasi utama wisatawan. Demikianlah wisata pantai tumbuh

subur di daerah pantai dan seluruh garis pantai suatu daerah yang memiliki potensi

bahari. Banyak dari wisatawan menjadikan matahari, laut, dan pasir sebagai

komponen utama dari produk wisata pantai di kawasan pesisir dan alasan utama

mereka berwisata ke kawasan pesisir.

Page 73: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

58

Sumber : UNESCO 1997 (dalam Alice Kubo hal 8)

GAMBAR 2. 3 TYPOLOGICAL COMPOSITION OF COASTAL

ENVIRONMENTS

Pada umumnya kawasan pesisir memiliki lingkungan yang kaya akan sumber

daya, dan yang membuatnya semakin menarik tidak hanya pariwisata dan rekreasi

tetapi juga juga perikanan, manufaktur, perdagangan maritim, pertambangan,

ekstraksi minyak dan gas serta berbagai sumber daya lainnya.

Dalam sejarahnya wisata pantai pertama kali dikembangkan oleh orang Romawi

tetapi menghilang bersama runtuhnya Kekaisaran Romawi. Untuk waktu yang

lama, laut terutama samudera terlihat sebagai ancaman bagi manusia dan bukan

sebagai tempat mengundang yang indah, dimana orang bisa duduk atau berbaring

dan berjemur. Begitu juga tampilan kecokelatan, yang dikaitkan dengan buruh tani

atau pelaut dan karenanya bukan sesuatu yang bisa dibanggakan (Egmond 2001).

Tapi sejak awal, di masa modern pariwisata atau liburan selalu didominasi dengan

kegiatan wisata pantai. Awalnya kawasan pariwisata pesisir hanya untuk elit yang

mengunjungi dan berlibur di pantai. Tetapi pada awalnya manfaat kesehatan mandi

di laut adalah daya tarik utama di pantai Eropa dan sangat cepat menjadi tempat

liburan dan relaksasi. Konsentrasi wisata merupakan hasil dari pariwisata replikasi

skala besar dari paket liburan standar industri yang menggabungkan akomodasi dan

transportasi, dipasarkan terutama oleh operator tour besar.

Wilayah Pesisir memiliki potensi pariwisata dan sumber daya alam yang besar.

Potensi pariwisata bahari yang dimiliki di wilayah pesisir menjadi daya tarik

Page 74: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

59

tersendiri bagi banyak wisatawan. Wilayah pesisir dengan karakteristik yang unik

dan keindahan alamnya dapat menjadi daya tarik wisata yang mamapu mendorong

terjadinya aktivitas pariwisata dan tentunya akan memberikan dampak terhadap

peningkatan dan percepatan pertumbuhan perekonomian di suatu kawasan. Secara

umum, pengembangan pariwisata pesisir difokuskan pada pada karakteristik

wilayah, karakteristik masyarakat, dan kekayaan adat budaya yang menjadi daya

tarik dan kekuatan yang dimiliki setiap daerah. Misalnya, kawasan terumbu karang

di seluruh perairan Indonesia luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat

di wilayah taman laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar

terumbu karang tersebut. Potensi pariwisata bahari tersebut tersebar di sekitar 241

daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi yang

memiliki potensi pariwisata bahari dengan total luas sebesar 178.323,70 Ha.

TABEL 2. 1 INDIKATOR TEORI PARIWIATA DI KAWASAN PESISIR

Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator

Pengertian Pariwisata

Koen Meyers, 2009

1. Perjalanan yang dilakukan sementara waktu

2. Hanya untuk bersenang-senang, menghasbiskan waktu

luang, dan tujuan lainnya.

Menurut UU No.10 Tahun

2009

1. Berbagai kegiatan wisata yang didukung oleh fasilitas

wisata

2. Fasilitas disediakan oleh Pemerintah, Pengusaha, dan

Masyarakat

World Tourism Organization

(WTO)

1. Kegiatan ke dan tinggal di luar lingkungan keseharian

2. Dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus

menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan

lainnya

I Ketut Suwena dan I Gusti

Ngurah Widyatmaja dalam

buku Pengetahuan Dasar

Ilmu Pariwisata

1. Bersifat Sementara dengan berpindah dari suatu

tempat ke tempat lain

2. Bersifat Sukarela (Voluntary) dalam artian tidak ada

paksaan

3. Tidak melakukan kegiatan atau pekerjaan yang

menghasilkan upah

5A dalam Penawaran

Pariwisata

1. Attraction, yang merujuk pada daya tarik yang dimiliki

DTW

2. Accesibility, terkait dengan kemudahan wisatawan

dalam menakses DTW

3. Aminities, terkait dengan fasilitas di destinasi wisata

untuk menunjang kegiatan wisata

4. Ancillary, yang merujuk pada kelembagaan untuk

menunjang kegiatan wisata

5. Activities, Kegiatan wisata yang menyenangkan

dengan fasilitas yang menunjang

Page 75: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

60

Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator

5 Komponen Utama

Pariwisata

Leiper, 2004 & Gunn dan

Turgut, 2002

1. Wisatawan yang merupakan pelakuk dalam kegiatan

wisata

2. Atraksi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

berkunjung

3. Transportasi terkait dengan mobilitas atau perpindahan

wisatawan untuk mengunjungi destinasi wisata

4. Informasi dan Promosi merupakan suatu upaya

memperkenalkan dan memasarkan daerah tujuan wisata

5. Pelayanan yang harus diberikan dari host/tuan rumah

terhadap guest/tamu

Pengertian Wilayah

pesisir

Ketchum, 2007

1. Wilayah pertemuan antara daratan dan lautan

2. Wilayah yang dinamik dan berkaitan satu sama lain

antara daratan dan lautan

Jones and Westmascot 1. Wilayah pesisir merupakan suatu administratif

2. Wilayah pengelolaan khusus

Usulan RUU (DKP, 2001)

Mencakup 3 pendekatan batasan, yaitu pendekatan

ekologi, pendekatan administrasi dan pendekatan

perencanaan

Pariwisata kawasan

pesisir

Komisi Eropa, 2000

1. Kawasan pantai yang merupakan bagian pesisir

menjadi daya tarik utama pariwisata

2. Matahari, Laut, dan Pasir menjadi komponen utama

dari produk wisata di kawasan pesisir

Okeke, 2000 1. Wilayah pesisir memiliki karakteristik yang sama

dengan sistem ekologi yang relatif stabil dan seimbang Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2020

2.3 Smart Tourism

Kata Smart Tourism terdiri dari dua kata, yaitu “smart” dan “tourism”. Jelas,

kata “tourism” mengacu kepada aktivitas atau kegiatan kepariwisataan. Namun,

kata “smart” perlu didefinisikan lebih lanjut. Kata “smart” mempunyai arti

“bijaksana (Wang, Jin, & Zhou, 2012). Secara eksplisit, “smart” juga dapat berarti

“teroptimisasi terhadap kebutuhan-kebutuhan yang spesifik” (Gretzel, Sigala, et

al., 2015). Harrison et al. (2010) berpendapat bahwa sifat smart terbentuk ketika

individu atau grup mengeksploitasi operasi data secara real-time, yaitu dengan

menggunakan analisis yang kompleks untuk memodelkan, mengoptimisasikan, dan

memvisualisasikan data yang ada sebagai dasar pembuatan keputusan yang lebih

baik.

Smart Tourism didefinisikan sebagai suatu platform pariwisata yang

mengedepankan penerapan Information and Communication Technologies (ICT)

secara terintegrasi. Dalam pengaplikasiannya plarform ini mengintegrasikan

Page 76: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

61

teknologi informasi dalam mengoptimalkan pemberian informasi dan pelayanan

yang efisien untuk wisatawan. Smart Tourism memuat beberapa tujuan sebagai

berikut :

1. Membuat data base terkait sumber daya pariwisata, didukung dengan

perkembangan Internet of Things dan Cloud Computing yang berfokus pada

peningkatan wisata melalui identifikasi dan pemantauan yang ada.

2. Memajukan daerah destinasi wisata dengan inovasi industri pariwisata

untuk promosi pariwisata, peningkatan pelayanan wisata dan manajemen

pariwisata.

3. Memperluas skala industri pariwisata dengan platform informasi real time,

mengintegrasikan penyedia jasa pariwisata dan peran masyarakat local.

Dalam pengimplementasiannya Smart Tourism, terdapat tiga komponen dan

layer utama, yaitu:

Sumber : Zheng Xiang & Daniel R.F, 2017

Dari ketiga komponen tersebut, pertama adalah Smart Experience yang

memberikan pengalaman lebih bagi pengunjungnya, misalnya update informasi

terbaru dan sebagainya. Kedua adalah Smart Business Ecosystem yang tentu saja

industri pariwisata tidak lepas dari urusan bisnis, sehingga pelaksanaannya harus

ramah investor. Ketiga adalah Smart Destination yang selain meningkatkan

pengalaman pengguna, destinasi wisata pun harus mampu menawarkan nilai lebih

yang membedakannya dengan tempat yang lain. Ketiga elemen di atas sama-sama

menghasilkan dan menggunakan data yang berpola : pengumpulan, pertukaran, dan

pemrosesan. Piranti TIK serta aplikasi yang bisa diakses secara luas juga

GAMBAR 2. 4 COMPONENT AND LAYER SMART

TOURISM

Smart Experience

Smart Business Ecosystem

Smart Destination

DATA

1. Collection

2. Exchange

3. Processing

Page 77: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

62

memungkinkan industri pariwisata untuk menjadi semakin pintar. Artinya, pihak-

pihak terkait harus ikut meningkatkan performa serta tingkat persaingan satu

destinasi wisata dengan destinasi wisata yang lain. Terdapat perputaran informasi

yang begitu deras di sisi bisnisnya. Hal itu akan berdampak pada strategi marketing,

manajemen usaha, maupun standar pelayanan terhadap wisatawan.

Sebagaimana ditetapkan, konsep Smart City terdiri dari banyak aplikasi yang

memungkinkan. Menurut Piu Liu dan Yuan Liu (dalam Farania, et al 2017), Smart

Tourism erat kaitannya dengan Smart City, karena dalam pengembangan konsep

Smart Tourism didasari dari adanya konsep Smart City terlebih dahulu yang

bergantung pada infrastruktur dan penguatan keterkaitan setiap sub-sistem pada

kota cerdas. Adapun penerapannya yang berfokus pada aspek pariwisata yang

relevan. McCartney, Butler dan Bennett (2008) setuju bahwa Smart Tourism

merupakan faktor penting dan upaya praktis dari strategi Smart City (GUO et al.,

2014). Dengan penerapannya yang berfokus pada pariwisata menjadikan sektor

pariwisata dapat dengan cepat berkembang dan sekaligus memperluas pasar dari

sektor pariwisata itu sendiri. Berdasarkan penerapan pada sistem cloud dan IoT,

persepsi informasi Smart Tourism berupa sumber daya, ekonomi pariwisata,

kegiatan pariwisata, dan wisatawan “untuk mewujudkan akuisisi dan penyesuaian

informasi pariwisata dalam waktu yang nyata melalui peralatan Internet dari seluler

”(MacKay dan Vogt, 2012; Choand Jang, 2008 sebagaimana dikutip dalam GUO

et al., 2014). Konsep Smart Tourism merupakan suatu proses integrasi antara

berbagai elemen pariwisata dengan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat

memudahkan wisatawan untuk mendapatkan informasi terkait dengan daerah

tujuan wisata, tiket perjalanan, akomodasi, transportasi, dan lain-lainya.

Smart Tourism bergantung pada empat inti teknologi informasi dan komunikasi:

IoT, mobile communication, cloud computing, dan artficial intelegent technology

(GUO et al., 2014 dalam Smith, 2015). Teknologi ini menghubungkan fisik,

informasi, sosial, dan komersial infrastruktur pariwisata, dan memasok nilai Smart

Tourism kepada banyak pemangku kepentingan di suatu destinasi (GUO et al., 2014

dalam Smith, 2015). Selain itu, pengembangan Smart Tourism juga memfasilitasi

akses tanpa batas ke layanan bernilai tambah bagi wisatawan kota, seperti akses ke

informasi real-time tentang transportasi umum (Buhalis & Amaranggana, 2013).

Page 78: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

63

Pengembangan kedepannya Smart Tourism terutama akan tercermin dalam

kecerdasan dibidang : pelayanan, bisnis, manajemen, dan tata kelola (Yao, 2012

sebagaimana dikutip dalam GUO et al., 2014, hal. 59) yang penting faktor untuk

destinasi yang perlu dipertimbangkan. Selanjutnya, “didasarkan pada integrasi

perangkat keras dan perangkat lunak platform untuk informasi dan layanan Smart

Tourism dapat dimanfaatkan dengan baik pasar pariwisata secara terintegrasi

penuh, tempat wisata, departemen pemerintah dan informasi yang relevan dan

layanan perusahaan untuk mempromosikan pengembangan pariwisata ”(Su et al.,

2011, p. 1030 dalam Smith, 2015). Hal tersebut dapat mewujudkan tujuan dan

memberi manfaat positif yang dapat dinikmati melalui investasi dalam pengetahuan

dan uang untuk memperkuat produk teknologi ini di dalam kawasan wisata. Jadi,

dapat disimpulkan perkembangan dalam konsep Smart City, TIK, IoT dan

Pariwisata juga mendorong pembentukan Smart Tourism Destination (Buhalis &

Amaranggana, 2013).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan pengertian dari Smart Tourism ialah

pengembangan pariwisata yang menitik beratkan pada penerapan Information and

Communication Technologies (ICT) secara terintegrasi dengan pariwisata dan

dalam pengaplikasiannya sangat bergantung pada empat inti teknologi informasi

dan komunikasi: IoT, mobile communication, cloud computing, dan artficial

intelegent technology. Konsep Smart Tourism memfasilitasi akses tanpa batas ke

layanan yang memberikan nilai tambah bagi wisatawan, seperti akses ke informasi

real-time tentang transportasi umum, akomodasi, obyek wisata, budaya atau aturan

tertentu di daerah tujuan wisata serta berbagai hal terkait pelayanan pariwisata.

Sistem Smart Tourism ditinjau dari meliputi elemen-elemen sebagai berikut

(Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987, Buhalis et al, 2013, Cooper et al, 1995,

Gunn dan Turgut, 2002 dan Peneliti, 2020):

1. Infrastruktur Dasar dan TIK

Infrastruktur sangat penting bagi sektor pariwisata karena dengan sistem

infrastruktur yang tersedia dapat mempercepat perkembangan pada sektor

pariwisata. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/1987 tentang

Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, Lamp.22: ”Prasarana Lingkungan adalah

jalan, saluran air minum, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan

Page 79: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

64

sampah, jaringan listrik”. Ditinjau dari laporan tahunan Kementrian Pariwisata

kebutuhan infrastruktur dasar pada sektor pariwisata meliputi bidang prasarana

umum yang mencakupi jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan

lingkungan. Selain itu, dalam penerapan Smart Tourism Infrastruktur ICT

(Information, Communication, and Technology) menjadi salah satu faktor penting

dalam meningkatkan daya saing kompetitif pada sektor pariwisata. Pada bagian ini

akan dikaji terkait dengan keterediaan dan kualitas dari infrastruktur dasar dan TIK.

2. Transportasi

Fasilitas dan pelayanan transportasi terkait dengan mendukung terwujudnnya

kemudahan aksesibilitas dari dan menuju ke tempat wisata, sehingga mampu

memberikan rasa nyaman dan efisien waktu dalam melakukan perpindahan dari

daerah asal ke objek wisata atau menuju objek wisata lain disekitarnya. Pada

elemen transportasi ini akan dikaji berdarkan ketersediaan dan kualitas pelayanan

yang dilihat dari keterjangkauannya.

3. Atraksi

Merujuk kepada daya tarik yang dimiliki sebuah tempat wisata yang menjadi faktor

penarik wisatawan untuk berwisata objek wisata tersebut. Atraksi wisata dapat

dibedakan menjadi atraksi wisata alam, seperti pantai dan wisata buatan, seperti

bangunan bersejarah. Dalam menunjang kegiatan wisata agar dapat secara optimal

memberikan pelayanan dan daya tarik melalui penerapann TIK. Fasilitas dan sistem

pelayanan pada atraksi dilihat dari ketersediaan TIK seperti software komputer,

Smart card, RFID serta kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi.

4. Fasilitas penunjang wisata

Fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan

berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan

wisatawan yang beraneka ragam. Fasilitas tersebut meliputi fasilitas keamanan,

perbankan, akomodasi, rumah makan, perbelanjaan, kesehatan, sanitasi dan

kebersihan, lahan parkir, ibadah dan pusat informasi pelayanan pariwisata. Elemen

fasilitas penunjang wisata ini juga dikaji mengenai ketersediaan fasilitas dan

penerapan TIK pada pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata.

Page 80: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

65

2.3.1 Smart Tourism Destination

Saat ini industri perjalanan dan pariwisata selalu berada di garis depan teknologi

dan telah mengambil keuntungan hubungan antara teknologi dan pariwisata

(Buhalis & Law, 2008 sebagaimana dikutip dalam Neuhofer, Buhalis, & Ladkin,

2012, hlm. 38). Oleh karena itu, Buhalis dan Amaranggana (2013) mengedepankan

konsep Smart Tourism dengan tujuan yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip

yang telah dibahas. Singkatnya, Buhalis & Amaranggana, (2013), menyatakan

bahwa Smart Tourism Destination dengan ciri sebagai berikut:

1. Lingkungan yang menerapkan penggunaan teknologi;

2. Proses responsif di tingkat mikro dan makro;

3. Perangkat pengguna akhir tersebar; dan

4. Melibatkan pemangku kepentingan yang menggunakan platform secara

dinamis sebagai sistem pusat.

Smart Tourism Destination merupakan inisiasi untuk meningkatkan pengalaman

pariwisata, meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan memaksimalkan

daya saing, khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen saat

mengimplementasikan aspek keberlanjutan daerah tujuan wisata (Buhalis &

Amaranggana, 2013, hal. 557). Sebagaimana telah diidentifikasi, Buhalis dan

Amaranggana (2013) menegaskan kembali, dalam konteks Smart Tourism, bahwa

terdapat tiga bentuk TIK yang vital untuk mendirikan Smart Tourism Destination,

yaitu Cloud Computing, IoT dan End-User Internet Service System. Layanan Cloud

Computing dirancang untuk menyediakan cara mudah untuk mengakses

penyimpanan data online. Kedua, IoT dapat mendukung tujuan Smart dalam hal

memberikan informasi dan analisis serta otomatisasi dan kontrol (Chui et al. 2010).

Adapun otomatisasi dan kontrol, sistem dapat mengontrol jumlah pengunjung

dalam situs pariwisata tertentu dengan menggunakan berbagai sensor sehubungan

dengan daya dukung masing-masing situs (Mingjun et al. 2012). Komponen ketiga

adalah End-User Internet Service System, yang mengacu pada jumlah aplikasi di

berbagai tingkatan didukung oleh kombinasi Cloud Computing dan IoT. Lamsfus,

Martín, Alzua-Sorzabal, & Torres-Manzanera (2015, p. 367) juga menambahkan

bahwa “Destinasi Wisata dikatakan Smart ketika menggunakan intensif

infrastruktur teknologi yang disediakan oleh Smart City untuk:

Page 81: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

66

1. Tingkatkan pengalaman wisata pengunjung dengan mempersonalisasikan

dan membuat mereka sadar akan keduanya dan jasa serta produk pariwisata

yang tersedia untuk mereka di tempat tujuan; dan

2. Dengan memberdayakan organisasi manajemen destinasi, lembaga lokal

dan perusahaan pariwisata untuk membuat keputusan dan mengambil

tindakan berdasarkan data yang dihasilkan di dalam tujuan, dikumpulkan,

dikelola dan diproses melalui infrastruktur teknologi.

Prinsip-prinsip Smart Tourism Destination adalah untuk meningkatkan

pengalaman perjalanan wisata, memberikan lebih banyak platform cerdas

mengumpulkan dan mendistribusikan informasi dalam tujuan, memfasilitasi

alokasi yang efisien sumber daya pariwisata dan untuk mengintegrasikan pemasok

pariwisata di tingkat mikro dan makro yang bertujuan untuk memastikan hal itu

manfaat dari sektor ini didistribusikan dengan baik kepada masyarakat lokal (Rong

2012 sebagaimana dikutip dalam Buhalis & Amaranggana, 2013, hal. 562).

Berdasarkan penjelasan diatas definisi Smart Tourism yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu Smart Tourism merupakan penerapan teknologi dalam

mengelola destinasi wisata dengan proses yang responsif untuk meningkatkan

pengalaman pariwisata, meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya dan

memaksimalkan daya saing, khusunya untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

2.3.2 Smart Tourism Tools

Memasuki era baru Teknologi Informasi dan Komunikasi juga telah membuka

banyak alat baru untuk industri pariwisata (Buhalis & Amaranggana, 2013, hlm.

554). Smart Tourism Tools dapat diklarifikasi telah dibentuk berdasarkan konsep

yang berasal dari gabungan antara Smart dengan Tourism dan Tools (ICT). Dalam

konteks pariwisata, wisatawan dapat menggunakan ponsel mereka untuk

menjelajahi tujuan dan kegiatan yang ada di daerah tujuan wisata. Pengguna yang

dimungkinkan oleh teknologi di Smart Tourism Tools yang dapat menavigasi jalan

mereka melalui perkotaan lingkungan tanpa menggunakan peta atau buku panduan

tren yang sudah ada sebelumnya di Tokyo (Yeoman & Yu, 2012, hlm. 69).

Pengunjung dapat menggunakan teknologi melalui ponsel mereka untuk bisa

melakukan berbagai kegiatan wisata dan wisatawan dapat mengetahui berbagai

Page 82: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

67

informasi terkait destinasi wisata yang akan mereka kunjungi melalui penerapan

Smart Tourism Tools. Kegiatan-kegiatan ini meninggalkan sejumlah besar data

digital yang dikenal sebagai Big Data (SOCAP International, 2013 sebagaimana

dikutip dalam Buhalis & Amaranggana, 2013). Melalui mengelola Big Data,

pariwisata organisasi berada dalam posisi mengekstrak wawasan berharga dari

informasi yang dapat memberikan wisatawan dengan dimensi baru pengalaman

pelanggan dan meningkatkan cara tujuan berinteraksi dengan pelanggan, “those

who master this form of technology gain an abundant competitive advantage

compare to competitors”(Buhalis & Amaranggana, 2013, hlm. 555). Bagi setiap

daerah destinasi yang menguasai berbagai hal terkait dengan teknologi ini akan

mendapatkan keunggulan kompetitif yang mampu meningkatkan daya saing

dibanding yang lainnya. Perkembangan perangkat lunak dan perangkat keras

komputasi mobile telah mendukung sejumlah besar aplikasi, terutama penandaan

visual objek fisik dan Near Field Communication (NFC), yang telah berkontribusi

dan melengkapi pengembangan IoT (Borrego-Jaraba, Luque Ruiz, & Gómez-Nieto,

2011).

Berdasarkan penjabaran diatas dapat kita simpulkan, Smart Tourism Tools

merupakan suatu konsep yang menggabungkan berbagai elemen diantaranya smart,

tourism, dan tools (ICT) yang dapat digunakan dalam bentuk aplikasi di berbagai

perangkat pintar yang mengelola berbagai big data dari destinasi wisata yang

bertujuan untuk memeberikan informasi secara real-time dan juga mempermudah

wisatawan dalam melaksanakan kegiatan wisata.

TABEL 2. 2 INDIKATOR TEORI SMART TOURISM

Sub

Pustaka

Sumber/Penulis Indikator

Smart

Tourim

Wang, Jin, & Zhou,

2012

1. Tourism berarti kegiatan wisata

2. smart mempunya arti bijaksana

Harrison et al.2010 1. smart terbentuk ketika individu atau grup

mengeksploitasi operasi data secara real-time

2. Menggunakan analisis kompleks untuk

memodelkan, mengoptimalisasikan, dan

memvisualisasikan data

Page 83: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

68

Sub

Pustaka

Sumber/Penulis Indikator

Imran Aulia, 2017 Component and Layer Smart Tourism :

1. Smart Experience

2. Smart Business Ecosystem

3. Smart Destination

GUO et al.,2014 1. Internet of Think

2. Mobile Communication

3. Cloud Computing

4. Artficial intelegent technology

5. Teknologi ini menghubungkan fisik, informasi,

sosial, dan komersil infrastruktur pariwisata, dan

memasok nilai Smart Tourism pada pemangku

kepentingan di suatu destinasi

Buhalis &

Amaranggana, 2013

1. Smart Tourism memfasilitasi akses tanpa batas ke

setiap layanan

2. Dapat mengakses informasi real time tentang

transportasi umum contohnya

3. Perkembangan Konsep Smart City, TIK, IoT, dan

Pariwisata mendorong pembentukan Smart Tourism

destination

Yao, 2012 Pengembangan kedepannya Smart Tourism akan

tercermin dalam kecerdasan dibidang : pelayanan,

bisnis, manajemen, dan tata kelola.

Su et al.,2011 1. Integrasi perangkat keraas dan perangkat lunak

platform untuk informasi dan layanan

2. Smart Tourism di pasar pariwisata secara

terintegrasi penuh, tempat wisata, departemen

pemerintah dan informasi yang relevan serta layanan

perusahaan untuk promosi

Smart

Tourism

Destinatio

n

Buhalis &

Amaranggana, 2013

Ciri Smart Tourism

1. Lingkungan yang terintegrasi dengan teknologi

2. Proses yang responsif di tingkat mikro dan makro

3. Perangkat pengguna akhir dalam banyak titik

sentuh

4. Melibatkan pemangku kepentingan yang

menggunakan platform secara dinamis sebagai sistem

pusat

Tujuan :

1. Untuk meningkatkan pengalaman pariwisata

2. Meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya

3. Memaksimalkan daya saing, khususnya untuk

meningkatkan kepuasan konsumen

4. Mengimplementasikan aspek keberlanjutan daerah

tujuan wisata

3 bentuk TIK yang vital untuk mendirikan Smart

Tourism Destination

1. Cloud Computing

2. IoT

3. End-User Internet Service System

Page 84: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

69

Sub

Pustaka

Sumber/Penulis Indikator

Lamsfus, Martin,

Alzula-Sorzabal &

Torres-Manzanera., 2015

1. Destinasi wisata dikatakan smart ketika

menggunakan intensif infrastruktur teknologi yang

disediakan oleh Smart City

2. Tujuannya untuk meningkatkan pengalaman wisata

bagi pengunjung

3. Dengan memberdayakan organisasi manajemen

destinasi, lembaga lokal dan perusahaan pariwisata

untuk membuat keputusan

Rong, 2012 Prinsip Smart Tourism Destination

1. Meningkatkan pengalaman perjalanan wisata

2. Memberikan lebih banyak platform cerdas

3. Mengumpulkan dan mendistribusikan informasi

terkiat tujuan

4. Memfasilitasi alokasi yang efisien sumber daya

pariwisata

5. Mengintegrasikan pemasok pariwisata di tingkat

mikro dan makro

6. Memastikan manfaat dari sektor ini didistribusikan

dengan baik ke masyarakat local

Smart

Tourism

Tools

Buhalis &

Amaranggana, 2013

1. Konsep gabungan dari Smart, Tourism dan Tools

(ICT)

2. Penggunaan ponsel pada penerapannya

3. Meningkatkan keunggulan kompetitif

Yoeman & Yu, 2012 1. Berfungsi untuk memberikan informasi dan

pelayanan

SOCAP Internasional 1. Big Data

2. Untuk meningkatkan pengalaman dan pelayanan

Borrego-Jaraba, dkk.

2011

1. Penerapan Visual objek fisik dan Near Field

Communication Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

2. 4 Preseden Penerapan Smart Tourism

2.4.1 Smart Tourism Destination Bali

Judul : Persepsi Wisatawan Terhadap Bali Sebagai Smart Tourism Destination

Penulis : Ni Made Eka Mahadewi, I.B. Putra Negarayana, Ni Made Tirtawati,

D.A.M. Lily Dianasari (Manajemen Kepariwisataan 2016, Sekolah Tinggi

Pariwisata Nusa Dua Bali)

Abstraksi Preseden :

Infrastruktur ICT (Information, Communication, and Technology) sebagai satu

diantara faktor penting peningkatan daya saing pariwisata. Dengan teknologi yang

diterapkan disemua organisasi dan institusi, sebuah destinasi dapat bersinergi

(terintegrasi) dengan mengandalkan teknologi dan komponen sosial untuk

melengkapi pengalaman wisatawan dalam berwisata. Tujuan penelitian ini adalah

Page 85: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

70

untuk mengetahui persepsi wisatawan domestik dan mancanegara terhadap

kesiapan Bali sebagai Smart Tourism Destination. Lokasi penelitian terdapat di tiga

wilayah di Bali yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Gianyar.

Penelitian ini menggunakan 100 responden domestik dan 100 responden

mancanegara yang dipilih sebagai sampel dengan menggunakan metode accidental

sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara.

Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis faktor

konfirmatori untuk menganalisis enam dimensi menurut Buhalis and Aditya

Amaranggana dari Smart Tourism destination yaitu smart governance, smart

economy, smart mobility, smart environment, smart people dan smart living.

Hasil temuan dari Preseden :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa wisatawan mempersepsikan Bali sudah

siap menjadi Smart Tourism destination dilihat dari indikator yang memiliki nilai

loading faktor tertinggi pada masing – masing varibel. Indikator yang memiliki nilai

loading faktor tertinggi yang yaitu pengetahuan pekerja industri pariwisata

mengenai produk yang ditawarkan atau dijual. Sedangkan yang indikator dengan

nilai loading factor terendah yaitu pemanfaatan teknologi dalam berwisata.

Indikator yang memiliki nilai loading factor tertinggi tersebut dinilai siap untuk

mendukung Bali sebagai Smart Tourism destination, namun indikator yang

memiliki nilai loading factor terendah dinilai belum siap mendukung Bali sebagai

Smart Tourism Destination. Persepsi wisatawan terhadap kepuasan dan image

destinasi dapat mendukung bali sebagai Smart Tourism destination dilihat dari nilai

kepuasan dan image destinasi pariwisata sudah baik.

Enam dimensi menurut Buhalis and Aditya Amaranggana dari Smart

Tourism destination yaitu

1. Smart people yaitu pengetahuan pekerja industri pariwisata mengenai

produk yang ditawarkan atau dijual. smart people mengenai kemampuan

masyarakat lokal dalam pemanfaatan ICT yang dimana pada faktor ini

wisatawan mempersepsikan masayarakat lokal, khususnya pekerja industri

agar lebih bisa memanfaatkan teknologi yang baik dalam memenuhi

kebutuhan berwisata saat wisatawan atau calon wisatawan akan berkunjung.

Page 86: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

71

2. Smart economy yaitu mengenai ketersediaan alat transaksi digital selama

berwisata (mobile payment, credit card). Dalam smart economy penting

adanya transparansi mengenai nilai tukar mata uang. Dimana dalam hal ini

persepsi wisatawan terhadap transparansi mengenai nilai tukar mata uang.

3. Smart environment yaitu mengenai kualitas udara di destinasi dan

penerapan sistem hemat energi di akomodasi yang meliputi listrik dan air.

4. Smart governance dalam konteks pariwisata mengenai respon pemerintah

terhadap keluhan wisatawan dan memiliki identitas/ciri khas sebuah kota

(brand image).

5. Smart Mobility yaitu mengenai ketersediaan internet akses dalam fasilitas

umum,wisatawan mempersepsikan bahwa dalam fasilitas umum sudah

tersedianya internet dan dapat dengan mudah diakses oleh wisatawan serta

memberikan kemudahan dalam menemukan fasilitas transportasi umum.

6. Smart living yaitu mengenai ketersediaan papan petunjuk arah, ketersediaan

asuransi keselamatan berwisata seperti adanya asuransi bagi wisatawan.

Alasan Pemilihan Preseden :

Pemilihan Bali sebagai preseden dikarenakan dalam pengembangan

pariwisatanya Bali menerapkan Smart Tourism Destination. Dengan kajian yang

telah dilakukan Bali sebagai Smart Touism Destiantion memiliki karakteristik

wilayah dan potensi wisata yang sama, sehingga dapat dijadika sebagai acaun

dalam penyusunan indikator atau element Smart Tourism dalam penerapannya pada

destinasi wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

2.4.2 Smart Tourism Semarang

Judul : Potensi dan Tantangan Pengembangan Kawasan Kota Lama Semarang

sebagai Destinasi Wisata dengan Pendekatan Smart Tourism

Penulis : Noval Pinasthika dan Wisnu Pradoto

Abstarkasi :

Sesuai dengan konsep pembangunan kotanya yang menerapkan konsep Smart

City, saat ini Kota Semarang bersama dengan Badan Pengelola Kawasan Kota

Lama Semarang mengangkat konsep Smart Tourism untuk pengembangan

Page 87: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

72

pariwisata di Kawasan Kota Lama Semarang. Kota Semarang mulai dikenal sebagai

salah satu kota yang menerapkan konsep Smart City dengan diraihnya penghargaan

dari Indonesia Smart Nation Award (ISNA) pada tahun 2015. Oleh karena itu, jika

dikaitkan dengan konsep Smart City, pengembangan sektor wisata pada Kawasan

Kota Lama Semarang dapat disesuaikan melalui konsep Smart Tourism yang

memanfaatkan teknologi untuk memudahkan pengunjung dalam melakukan

pergerakan (mobilitas), mengakses informasi, dan memudahkan mendapatkan

kebutuhan lain dalam aktivitas wisata. Dalam penerapan Smart Tourism akan

menggunakan 13 elemen-elemen penting Smart Tourism. Elemen-elemen

tersebut dijelaskan oleh Wang, Robert, Zhen, & Zhang (2016) antara lain

tourist attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personal-itinerary design,

free wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment,

tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, e-

tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast. Elemen elemen

ini memiliki keterkaitan dengan keenam faktor pariwisata yang telah dijelaskan.

Apabila suatu lokasi pariwisata telah menerapkan ke-13 elemen ini maka

pengembangan Smart Tourism dapat dikatakan berhasil. Namun, hal ini kembali

lagi dengan tingkat kepuasan pengunjung terhadap pelayanan yang diberikan.

Beberapa pengunjung akan merasa lebih mudah dengan menggunakan sistem

manual dibandingkan yang berbasis teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana potensi dan tantangan pengembangan Kawasan Kota Lama

Semarang untuk menerapkan konsep Smart Tourism. yang merupakan turunan dari

konsep Smart City, sehingga dapat berjalan selaras dengan pengembangan kawasan

Kota Lama Semarang.

Hasil temuan dari preseden :

Secara keseluruhan Kawasan Kota Lama Semarang masih jauh untuk menjadi

Smart Tourism. Hal tersebut terbukti dari 13 elemen penting, Kawasan Kota Lama

Semarang hanya memiliki 5 elemen, yaitu e-tourism recommendation, online

information access, smart-vehicle scheduling, real time traffic broadcast, dan smart

card. Lima elemen terebut pun masih belum terlalu optimal. Sehingga, untuk

kedepannya butuh beberapa penambahan ataupun peningkatan.

Alasan Pemilihan Preseden :

Page 88: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

73

Pemilihan Kota Semarang sebagai preseden dalam penelitian ini karena saat ini

pemerintah Kota Semarang telah menetapkan penerapan konsep Smart Tourism

dalam pengembangan pariwisata Kota Lama. Setelah dilakukan kajian literatur

dalam penerapanya Smart Tourism didasari pada 13 elemen utama. Sehingga dalam

penelitian terkait penerapan Smart Tourism di pulau-pulau kecil akan menggunakan

13 elemen-elemen penting Smart Tourism sebagai variabel penelitian.

2.4.3 Smart Tourism Danau Toba

Judul : Meningkatkan Potensi Pariwisata Danau Toba Melalui Konsep Smart

Tourism: Aplikasi Dan Tantangannya.

Penulis : Andree E. Widjaja, Hery dan Riswan E Tarigan

Abtraksi :

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang demikian pesat telah

banyak mempengaruhi dunia bisnis dan kehidupan sosial masyarakat, termasuk

industri pariwisata. Berdasarkan studi kepustakaan, penerapan inovasi teknologi

informasi dan komunikasi termutakhir (misalnya, internet of things, cloud

computing, dan big data) pada industri pariwisata dikenal dengan istilah Smart

Tourism. Smart Tourism dapat mengubah perilaku wisatawan, jumlah kunjungan,

begitu juga fungsi dan struktur industri pariwisata secara signifikan. Metode riset

yang digunakan pada makalah ini adalah literature review, yaitu dengan

memetakan sejauh mana penelitian tentang Smart Tourism telah dilakukan sejauh

ini. Makalah ini secara khusus akan mengusulkan beberapa aplikasi potensial Smart

Tourism yang kemungkinan dapat diterapkan di kawasan pariwisata Danau Toba

dan tantangannya. Makalah ini akan diakhiri dengan saran yang dapat

dipertimbangkan, khususnya oleh Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata

Danau Toba. Sistem pariwisata cedas meliputi lima elemen: Information Exchange

Center (IEC), government/pemerintah, scenic zone/zona indah dan bisnis [Zhui

et.al, 2014]. Mengacu kepada studi kepustakaan terkait aplikasi Smart

Tourism(Gcaba & Dlodlo, 2016; Lin, 2011), kami menyarankan beberapa aplikasi

Smart Tourism yang mungkin dapat diterapkan di daerah 1. kawasan pariwisata

Danau Toba. Gambar 1 menunjukkan beberapa aplikasi Smart Tourism yang dibagi

Page 89: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

74

menjadi 5 kategori: 1). Penyediaan informasi dan jasa turis, 2). Manajemen tiket,

3). Pemonitoran alam/lingkungan, 4). Pemonitoran tumbuhan/satwa, 5). Fasilitas

penunjang.

TABEL 2. 3 SMART TOURISM DALAM 5 KATEGORI

5 Kategori AplikasI Smart Tourism

1) Penyediaan infomasi dan jasa turis (Touris information service)

1. Menyediakan peta virtual (tourism maps) yang sarat dengan informasi interaktif daerah

wisata danau toba

2. Menyediakan saran-saran terkait tempat tujuan wisata, makanan,

kegiatan/atraksi/pertunjukkan, jadwal, wifi hotspot, akomodasi, dan jasa-jasa seperti tempat

penyewaan kendaraan/informasi mengenai transportasi umum. Informasi yang disediakan baik

oleh pengelola maupun turis lain harus akurat dan terpercaya

3. personalisasi jasa, misalnya jadwal, itinerary serta panduan (guide) yang dapat dikustomisasi,

via mobile apps

4. Penawaran khusus dan diskon (tiket, hotel, restoran, perahu, dll) yang dapat diakses via

mobile apps

5. Pembelajaran di tempat (on site discovery learning)-mempelajari kekayaan alam di daerah

sekitar, budaya, adat istiadat, dan kultur lokal setempat di sekitar Danau Toba

6. Story Telling, misalnya penjelasan tentang sejarah, asal usul, dan perkembangan wisata

danau toba dari masa ke masa. Atau mungkin legenda cerita rakyat.

7. Menyediakan interactive media, augmented atau game, location based service, GPS yang

akurat di sekitar kawasan Danau Toba.

2) Manajemen Tiket

1. Tiket masuk tempat wisata dengan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) atau

NFC (Near Field Communication)

2. Pemprosesan dan analisa data pengunjung

3. Pengaturan jumlah turis di tempat-tempat wisata/atraksi disekitar danau toba (passanger flow

management)

3) Pemonitoran alam/lingkungan disekitar Danau Toba (Intelegent monitoring)

1. Monitor Keamanan di sekitar kawasan wisata (video surveilance, CCTV terintegrasi 24 jam,

7 hari non-stop)

2. Prakiraan kondisi cuaca (hujan, panas, dll)

3. Kondisi udara, temperatur, arah angin, kelembabab, atmosfir, level karbondioksida, dan sinar

UV, dll

4. Monitoring situasi dan keadaan jalan/area, traffic control and management. Pemberitahuan

bila ada jalan yang ditutup, atau karena ada kecelakaan.

5. Monitoring keadaan air danau, ketinggian air, kualitas air, debit dan arus air, dll

6. Monitoring dan pendeteksian dini kebakaran hutan.

4) Pemonitoring tumbuhan/satwa disekitar Danau Toba

1. Monitoring tumbuh-tumbuhan, terutama yang mempunyai status "langkah".

2. Monitoring satwa, misalnya burung (memperhatikan burung-bird watching), ikan, hewan

buas, dll.

5) Failitas Penunjang dan lain-lain

1. Monitoring dan perhitungan ketersediaan tempat parkir mobil/motor

2. Monitor dan pelacakan perahu-perahu komersil yang sedang berlayar di Danau Toba.

Page 90: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

75

Sumber : Widjaja dkk, 2016

Hasil temuan dari preseden :

Studi kepustakaan menunjukan bahwa teknologi informasi dan komunikasi

melalui konsep Smart Tourism dapat dimanfaatkan secara optimal untuk membantu

meningkatkan nilai turisme di suatu kawasan daerah pariwisata. Sejalan dengan

inisiatif pemerintah melalui pembentukan KEKP dan BOPKPDT, kami

mengusulkan agar pemerintah dapat sesegera mungkin mengadopsi konsep Smart

Tourism untuk meningkatkan potensi pariwisata kawasan Danau Toba secara lebih

baik.

Alasan Pemilihan Preseden :

Danau Toba dipilih menjadi preseden karena berdasarkan kajian literatur

terdapat pernyaataan bahwa perlu adanya penerapan Smart Tourism di Danau Toba

untuk meningkatkan pelayanan dan memperluas pasar pariwisata. Dalam jurnal ini

penulis mengkaji terkait tantangan penerapan dan tools Smart Tourism yang dapat

di terapkan pada Smart Tourism Danau Toba. Dari jurnal ini peneliti akan mengkaji

terkait indikator atau elemen tools yang di gunakan dan meninjau terkait toools

tersebut bisa diterapkan atau tidak dalam penerapan Smart Tourism di pulua-pulau

kecil dalam komponen Smart Tools.

2.4.4 Smart Tourism Surakarta

Judul : Kesiapan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart

Tourism) Ditinjau dari Aspek Fasilitas dan Sistem Pelayanan

Penulis : Azrina Farania, Ana Hardiana, Rufia Andisetya P.

Abstraksi penelitian :

Meningkatnya perkembangan kota merespon berbagai masalah yang terjadi.

Keberadaan masalah kota membutuhkan kota dan masyarakat di dalamnya untuk

menyelesaikan masalah, ditambah dengan tantangan global terkait bagaimana kota

ini mampu bersaing baik skala nasional maupun internasional. Kemajuan dalam

pengembangan kota diwujudkan melalui inovasi dalam kehidupan kota yang

kemudian sering disebut sebagai Smart City. Konsep Smart City juga dibutuhkan

dalam aspek pariwisata atau yang biasa disebut Smart Tourism. Perkembangan

Page 91: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

76

pariwisata terus berkembang dan telah disinergikan dengan Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) termasuk di Kota Surakarta yang mencoba menerapkan

konsep Smart Tourism, seperti peluncuran aplikasi Solo Destination dan kerjasama

pemerintah dan Perusahaan Telekomunikasi untuk mewujudkan pariwisata yang

cerdas. Namun aplikasinya masih belum sempurna, terutama jika dilihat dari

fasilitas dan sistem layanan. Ini terlihat dari ketersediaan Teknologi Informasi dan

Komunikasi dalam mendukung kegiatan pariwisata yang minimal. Masalahnya

juga terlihat pada kualitas layanan yang tidak memadai di semua komponen

pariwisata. Makalah ini menentukan kesiapan Kota Surakarta dalam mewujudkan

Smart Tourism dalam hal fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan empat

komponen (1) pelaku pariwisata, (2) atraksi, (3) transportasi dan (4) fasilitas

pendukung pariwisata.

Hasil Penelitian :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Surakarta siap menerapkan konsep

Smart Tourism, walaupun komponen atraksi kurang siap yang menyebabkan atraksi

belum mampu memainkan komponen utama pariwisata yang mampu menarik

banyak pengunjung wisata. Komponen lain seperti pelaku pariwisata, transportasi

dan fasilitas pendukung pariwisata sudah menunjukkan siap.

Alasan Pemilihan Preseden :

Pemilihan Kota Surakarta sebagai preseden dalam penelitian ini karena saat ini

dalam pengembangan sektor pariwisata di Kota Surakarta telah menerapkan Smart

Tourism. Pada penelitian Kesiapan Kota Surakarta dalam Mewujudkan Pariwisata

Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau dari Aspek Fasilitas dan Sistem Pelayanan.

Meskipun konsep pariwisata cerdas ini telah diterapkan di Kota Surakarta namun

dalam penerapannya masih belum sempurna, terutama jika ditinjau dari fasilitas

dan sistem pelayanannya. Dari penelitian ini informasi yang didapat terkait dengan

apasaja fasilitas dan sistem pelayanan yang harus tersedia dalam penerapan Smart

Tourism dan juga terkait dengan komponen TIK yang perlu diterapkan untuk

menunjang fasilitas tersebut. Penelitian ini juga dijadikan sebagai acuan dalam

proses mengukur tingkat kesiapan dalam mewujudkan Smart Tourism dengan

menggunakan analisis skoring.

Page 92: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

77

TABEL 2. 4 INDIKATOR SMART TOURISM BERDASARKAN

PRESEDEN

Sub Pustaka Sumber/Penulis Indikator

Smart

Tourism

Destination

Mahadewi, Ni Made Eka dkk.

2016

1. Smart Governance

2. Smart Economy

3. Smart Mobility

4. Smart Enviroment

5. Smart People

6. Smart Living

Farania, Azrina. Dkk. 2017. Menentukan kesiapan Kota Surakarta dalam

mewujudkan Smart Tourism dalam hal

fasilitas dan sistem pelayanan berdasarkan

empat komponen

1. pelaku pariwisata,

2. atraksi,

3. transportasi dan

4. fasilitas pendukung pariwisata.

Pinasthika, N., & Pradoto, W.

(2018)

1. Touris attraction homepage

2. Smart Vehicle-scheduling

3. Personality-itinerary design

4. Free Wifi

5. Smart Card

6. Intelligent-guide system

7. Crowd handling

8. Mobile payment

9. Tourist-flow monitoring

10. Online information Acces

11. Travel safety protection

12. e-tourism recommendation

13. real time traffic broadcast

Smart

Tourism

Tools

Widjaja, A.E, Hery, Tarigan,

R.E. 2016.

1. Penyediaan informasi dan jasa turis

2. Manajemen tiket

3. Pemonitoran alam/lingkunga

4. Pemonitoran tumbuhan/satwa

5. Fasilitas Pengunjung

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

2.5 Sintesa Pustaka

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka yang telah dilakukan, maka teori yang

digunakan untuk menjawab kebutuhan tujuan dan sasaran dari penelitian ini terdiri

dari beberapa sub bab utama, yakni teori pariwisata kawasan pesisir, teori tentang

Smart Tourism, Smart Tourism Destination, dan Smart Tourism Tools. Pada bab

sesbelumnya telah diketahui bahwa hasil akhir dari yang diharapkan dari penelitian

ini adalah dapat mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek

Page 93: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

78

wisata pesisir Teluk Pandan di Kawasan wisata terintegrasi Teluk Lampung. Oleh

karena itu, indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini harus berkaitan

dengan Smart Tourism. Dari konsep tersebut telah diperoleh beberapa dimensi

pembahasan yaitu komponen yang membahas tentang karakteristik wilayah dan

masyarakat, ketersediaan dan kesiapan komponen Smart Tourism terkait

infrastruktur dasar dan TIK, transportasi, atraksi wisata, dan fasilitas penunjang

wiata. Berikut merupakan ilustrasi dari sintesa tinjauan pustaka.

Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019.

GAMBAR 2. 5 ILUSTRASI SINTESA PUSTAKA

Setelah ditemukan beberapa indikator dari tinjauan pustaka pada setiap sub bab,

langkah selanjutnya adalah menentukan variabel penelitian. Dari beberapa indiktor

tersebut kemudian diseleksi untuk mendapatkan indiktor yang sesuai dengan tujuan

penelitian ini. Selanjutnya indikator yang sudah pilih akan menghasilkan variabel

penelitian yang dibutuhkan dalam menjawab sasaran penelitian. Variabel

merupakan hasil turunan dari indikator yang bersifat khusus dan spesifik. Variabel-

variabel tersebut aan diteliti lebih lanjut pda bab metode peneitian. Berikut

merupakan tael variabel penelitian :

Smart

Destination Smart Tools

Pariwisata di

Kawasan

Pesisir

Smart Tourism

Page 94: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

79

TABEL 2. 5 VARIABEL PENELITIAN

No Fokus

Penelitian Variabel Sub Variabel Operaional

1

Karakteristik

Wilayah dan

Masyarakat

Lokal

Karakteristik Wilayah

Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk

Lampung

1. Karakteristik dan Potensi Kawasan

Wisata Pantai

2. Kebersihan dan kelestarian

lingkungan

Karakteristik Sosial

Ekonomi dan Budaya

Masyarakat Setiap

Pulau di Kawasan

Wisata Terintegrasi

Teluk Lampung

1. Karakteristi Masyarakat

(pendidikan, tradisi/kebudayaan, dan

modal sosial)

2. Peran masyarakat lokal dalam

pengembangan pariwisata

3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat

dan peluang ekonomi yang

dimanfaatkan masyarakat

4. Pengunaan teknologi dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat

Smart

Destination

Infrastruktur Dasar

1. Transportasi (Jalan, Dermaga, Moda

Transportasi)

2. Penyediaan Air Bersih

3. Jaringan Listrik

4. Sistem Pengolahan Limbah

Atraksi

1. Ketersediaan TIK untuk mendukung

attraksi

2. Kualitas Pelayanan Atraksi Wisata

Fasiltas penunjang

pariwisata

Keterediaan, Kualitas,

Kemudahan

dijangkau,dan

penerapan teknologi

1. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi pada Fasilitas Keamanan

2. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi pada Fasilitas Akomodasi

3. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi pada Fasilitas Rumah

Makan

4. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi padaFasilitas Belanja

5. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi pada Fasilitas Kesehatan

6. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi pada Fasilitas Kamar

Mandi/Toilet

7. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi pada Fasilitas Parkir

8. Ketersediaan dan Penerapan

Teknologi pada Fasilitas Informasi dan

Pelayanan Pariwisata

Smart Tools

Sistem Big Data 1. Sistem Pengelolaan data pariwisata

saat ini

TIK 1. Ketersediaan Infrastruktut TIK

2. Ketersediaan layanan Internet

Page 95: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

80

No Fokus

Penelitian Variabel Sub Variabel Operaional

3. Aplikasi penunjang pariwisata

Informasi dan Promosi

1. Strategi pemasaran destinasi wisata

2. Cara penyebaran informasi yang

telah diterapkan

Penyediaan informasi

dan jasa turis

1. Ketersediaan Peta virtual

2. Ketersediaan Informasi travel agent,

saran terkait tempat tujuan wisata, dan

berbaga pelayanan yang dapat diakses

melalui aplikasi Sumber : Hasil Kajian Literatur, 2019

Page 96: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

81

BAB III

GAMBARAN UMUM KAWASAN PESISIR TELUK

LAMPUNG

3.1 Gambaran Umum Kawasan Wisata Teluk Lampung

Provinsi Lampung merupakan provinsi yang memiliki wilayah perairan dengan

luas ±16.625,3 km2, dengan wilayah laut pesisir sampai dengan ZEE mencapai ±

129.330 Km2 dan panjang garis pantai mencapai ± 1.105 Km2 yang terdiri dari

Teluk Lampung dan Selat Sunda ± 160 Km2, Teluk Semangka ± 200 Km2, Pantai

Barat ± 129.330 Km2, Pantai Timur dan pulau-pulau kecil ± 535 Km2. Di antara

wilayah perairan tersebut terdapat Teluk Lampung yang merupakan salah satu dari

dua teluk di ujung paling selatan Pulau Sumatera, pada pangkal teluk terdapat Kota

Bandar Lampung dan bagian mulut teluk (arah selatan-tenggara) berhadapan

langsung dengan Selat Sunda yang menjadi perairan penghubung antara Laut Jawa

di sebelah utara dan Samudera Hindia di selatan. Pesisir Teluk Lampung meliputi

daratan dan perairan, dengan posisi geografis terletak antara 104 o 56’-105 o 45’ BT

dan 5 o 25’- 5 o 59’ LS. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan luas

perairan adalah 161.178 ha (Helfinalis, 2000).

Wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki potensi ekonomi wilayah yang besar,

secara ekologis wilayah ini merupakan kesatuan fungsional yang relatif dapat

dibatasi dari wilayah lainnya di Provinsi Lampung. Wilayah pesisir Teluk

Lampung, dipisahkan oleh daerah aliran sungai (DAS) tersendiri dan memiliki

perairan teluk yang semi tertutup dengan tubuh air lainnya. Nilai strategis lain dari

wilayah pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang

antar Pulau Sumatera dan laut Pulau Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon

pusat armada barat TNI-AL. Berdasarkan kondisi wilayah dan nilai strategis

kawasan, maka terdapat cukup alasan untuk memberikan status sebagai kawasan

strategis provinsi pada wilayah pesisir Teluk Lampung. Dengan status tersebut

maka penataan ruang dan pengelolaan wilayah pesisir Teluk Lampung, dapat lebih

Page 97: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

82

diprioritaskan. Berikut Peta Kawasan Wisata Terinetegrasi Teluk Lampung dan

Objek wisata pesisir Teluk Pandan.

Sumber : Peneliti, 2019

GAMBAR 3. 1 PETA KAWASAN WISATA TERINTEGRASI TELUK

LAMPUNG

3.2 Kondisi dan Potensi Wilayah Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung

Dalam Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Kepariwisataan.

Dalam butir (a) dinyatakan “bahwa keadaan alam, flora, dan fauna serta

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya daerah Lampung

merupakan sumber daya tarik wisata dan modal pembangunan kepariwisataan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat disusun pemeritah untuk melakukan

pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta pengendalian penyelenggaraan

kepariwisataan diseluruh wilayah Provinsi Lampung. Kemudian Pemerintah daerah

Provinsi Lampung membuat Rencana Induk yang tergambar pada Peraturan Daerah

Page 98: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

83

Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012. Pada Bab 2 Pasal 2 dinyatakan bahwa

penyusunan RIPPDA ini bertujuan sebagai arah pengembangan pembangunan

kepariwisataan di Provinsi Lampung dengan mengedepankan kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan pada pelestarian lingkungan alam dan

budaya, peningkatan rasa cinta tanah air, pengembangan ekonomi kerakyatan,

peningkatan kinerja pembangunan pariwisata dan peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk

Lampung yang terletak dipesisir selatan. Teluk ini sangat berpotensi untuk

dijadikan sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Lampung, hal ini didukung oleh

kondisi geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak

besar dan cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan

aktivitas wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih, laut

yang biru dan pemandangannya yang indah. Sementara itu, potensi atraksi

wisatanya juga didukung dengan kondisi pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-

lumba, terumbu karang, dan atraksi lainnya baik yang alam maupun buatan. Sampai

sekarang wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan lokal dan

nusantara yang ingin menikmati wisata bahari. Lokasi Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung ini merupakan wilayah yang menjadi jalur perlintasan

dan tempat beristirahat bagi orang yang ingin menuju berbagai wilayah di Sumatera

melalui jalur darat tepatnya dari Pelabuhan Kapal Bakauheni. Posisi Provinsi

Lampung yang strategis dekat dengan pulau Jawa terutama Jakarta dan kota-kota

di sekitarnya menyebabkan daya tarik wisata yang ada di Provinsi Lampung

termasuk dalam target tujuan wisata. Hal tersebut dapat dilihat dari data dari Dinas

Pariwisata Provinsi Lampung terkait jumlah wisatawan ke Lampung yang terus

meningkat, pada tahun 2016 jumlah kunjungan mencapai enam juta kunjungan dari

target lima juta kunjungan wisata dan ditahun 2017 jumlah kunjungan delapan juta

kunjungan wisatawan dari target tujuh juta kunjungan wisatawan. Bahkan pada

tahun 2017 kunjungan wisatawan Nusantara di Lampung mencapai 8,8 juta

mengalahkan Bali yang hanya mencapai 8,5 juta kunjugan. Dalam rapat tertutup

Asisten II bidang ekonomi dengan Kadis Pariwisata dinyatakan bahwa Provinsi

Lampung perlu meningkatkan aksesibilitas pencapaian lokasi wisata untuk

Page 99: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

84

mendukung pengembangan pariwisata Lampung (11 Februari 2015 dalam

duajurai.com).

Lokasi Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdekatan dengan

Ibukota Provinsi, yaitu Kota Bandar Lampung. Kedekatannya dengan pusat

pemerintahan membuat mudah aksesibilitas untuk mencapai Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung menjadikan kawasan ini strategis untuk

pengembangan wisata bahari. Potensi yang besar menyebabkan tumbuh suburnya

pengelola wisata bahari pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di Kawasan Teluk

Lampung. Dalam pengelolaan wisata bahari di Teluk Lampung memerlukan

strategi dan kordinasi yang baik antar stakeholder dan diperlukan suatu penyesuaian

dengan kebutuhan dan pola perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

yang baik sehingga dapat berkembang mengikuti perkembangan zaman dan pola

kunjungan wisatawan.

3.3 Kondisi dan Potensi Wilayah Teluk Pandan

Teluk Pandan termasuk ke dalam administrasi Kabupaten Pesawaran yang

merupakan salah satu kabupaten dengan potensi pariwisata yang cukup besar.

Daerah penyangga Ibukota Provinsi Lampung ini diresmikan pada Tanggal 2

November 2007 berdasarkan UU No. 33 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kabupaten Pesawaran. Kabupaaten Pesawaran memiliki luas wilayah 1.173,77

Km2. Berdasarkan dari RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 besar

sumberdaya wisatanya berkaitan dengan wisata tirta, mulai dari wisata alam

maupun wisata buatan. Dengan keragaman adat dan budaya yang ada di Kabupaten

Pesawaran dirasa perlu ada upaya untuk menintegrasikan Sumberdaya wisata tirta

alamiah dengan sosial kultural masyarakat yang akan memberikan sajian atraksi

wisata yang menarik di Kabupaten Pesawaran. Potensi wisata di Kabupaten

Pesawaran didominasi oleh obyek wisata alam terutama Wisata Pantai dan Pulau-

Pulau Kecil dengan keindahan bawah lautnya yang memiliki kesesuaian dengan

topografi dan iklim kawasan ini. Berdasarkan pertimbangan aksesibilitas jalur jalan

utama dan sumberdaya tarik wisata unggulan yang membentuk tema produk wisata

kawasan, maka KSPD Kabupaten Pesawaran terdiri dari 6 (Enam) Kawawan

Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) di Kabupaten Pesawaran, yaitu: 1. KSPD

Page 100: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

85

Teluk Pandan dan Marina Teluk Ratai; 2. KSPD Pulau Pahawang dan Pulau-Pulau

Sekitarnya; 3. KSPD Padang Cermin, Way Ratai dan sekitarnya; 4. KSPD Marga

Punduh, Punduh Pidada dan sekitarnya; 5. KSPD Gedong Tataan, Negeri Katon

dan sekitarnya; 6. KSPD Way Lima, Kedondong dan sekitranya.

Dalam penelitian ini akan mengkaji tingkat kesiapan Kawasan Strategis

Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang memiliki potensi objek wisata bahari dalam

menerapkan Smart Tourism. Ada beberapa objek yang akan diidentifikasi yang

terdiri dari wisata alam, budaya dan buatan. Objek wisata yang ada di kawasan

Teluk Pandan merupakan objek wisata masal yang didominasi oleh wisatawan

domestik. Kawasan Teluk Pandan terkenal dengan objek wisata pantai dan juga

pulau-pulau kecil yang ada disekitarnya dengan sebagian besar objek wisata masih

belum dikembangkan dan tidak tersedia fasilitas yang memadai. Sepuluh objek

wisata pesisir pantai di KSPD Teluk Pandan dipilih menjadi wilayah kajian karena

lokasinya yang berdekatan dengan Kota Bandar Lampung yang menjadi ibukota

provinsi dan objek wisata yang sudah terkenal serta telah berkembang sebagai

destinasi wisata masal yang ada di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

Berikut gambaran umum 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan.

3.2.1 Pantai Queen Arta

Pantai Queen Arta merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten

Pesawaran. Pantai yang landai, pemandangan yang indah dan lokasinya yang

berbatasan dengan kota Bandar Lampung menjadi daya tarik utamanya. Aktivitas

wisata yang dapat dilakukan di pantai ini adalah berenang, memancing, bermain

pasir, menyeberang ke pulau terdekat dan wisata religi berziarah ke makan Pemuka

Agama TB Sangkrah yang berada di tengah-tengah masjid Al-Karomah. Pantai

Queen Arta merupakan area wisata alam dengan hutan mangrove yang masih cukup

terjaga dan pantai pasir putih yang luas. Lokasi pantai ini berdekatan dengan

kampung nelayan yang menjadi daya tarik lainnya bagi wisatawan.

Page 101: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

86

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

Penataan area wisata pantai ini masih memiliki ruang untuk pengembangannya

dan ketersediaan lahan parkir yang luas, dengan status kepemilikian

perorangan/swasta dalam pengembangannya terdapat berbagai aturan yang harus

dipenuhi. Masyarakat yang tinggal dan berdagang disini menyewa lahan dengan

Perusahaan Sorento sebesar Rp. 300.000/ bulan dan harus memenuhi peraturan

luasan lahan yang dapat digunakan. Untuk menuju Pantai Queen Arta, akses yang

akan dilalui berupa jalan aspal kabupaten yang dalam kondisi baik dan jalan di

dalam lokasi yang sudah tertata dengan kualitas jalan tanah dan bebatuan

(onderlaag) yang masih terdapat genangan air/lubang. Pengunjung yang ingin

berwisata di pantai ini dapat menggunakan kendaraan pribadi, bus, dan transportasi

umum yang banyak tersedia mengingat lokasinya yang berada di pinggir jalan Raya

Hanura.

Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor

Rp.15.000, mobil Rp. 20.000 dan per orangnya dikenakan biaya Rp.5.000, untuk

bus biaya yang dikenakan sebesar Rp.300.000. Pantai ini dapat di capai selama 15-

20 menit dari pusat kota Bandar Lampung. Pantai Queen Arta berdekatan pula

dengan Pulau Permata, sehingga pengunjung dapat menyebrang dari dermaga di

tempat pelelangan ikan dengan biaya Rp. 15.000/orang. Fasilitas penunjang

kegiatan wisata yang dimiliki pada objek wisata pantai Queen Arta ini berupa

GAMBAR 3. 2 PANTAI QUEEN ARTHA

(A) WISATA ALAM (B) MASJID DAN MAKAM TB SANGKRAH

Page 102: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

87

pondokan, warung, kamar bilas dan toilet, serta mushola. Jumlah pengunjung masih

fluktuatif, antara 100-200 orang per minggunya dan biasanya cukup ramai

pengunjung yang ingin berwisata religi/ziarah yang ramai pada malam jumat dan

memasuki bulan puasa. Untuk Ketersediaan fasilitas penunjuk arah hanya ada

didepan pintu masuk objek wisata pantai Queen Arta.

3.2.2 Pantai Mutun Asri

Berada di Desa Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan, pantai ini

merupakan perpaduan lokasi kebun kelapa dengan pasir putih yang menjadi daya

tarik dengan pantai yang menghadap ke Teluk Lampung. Pantai Mutun Asri sangat

tepat untuk camping ground. Dalam pengembangannya dirasa masih perlu

dilakukan penataan dan penambahan fasilitas pendukung wisatanya.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 3 PANTAI MUTUN ASRI

(A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI

Untuk mencapai tempat ini dari Bandar Lampung dapat di tempuh selama

kurang lebih 40-50 menit. Akses untuk mencapai lokasi objek wisata ini melalui

jalan negara (kualitas baik/aspal hotmix), jalan kabupaten (kualitas baik/aspal biasa)

serta jalan lokal dengan kualitas kurang baik beraspal tetapi kondisi rusak. Untuk

jalan yang berada dalam objek merupakan jalan kampung dengan tanah padat.

Pengunjung yang ingin berwisata ke pantai ini lebih baik menggunakan kendaraan

Page 103: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

88

pribadi karena ketersediaan transportasi umum yang kurang memadai untuk sampai

ke lokasi.

Pantai Mutun Asri merupakan objek wisata yang dimiliki oleh perorangan dan

untuk fasilitas yang ada tempat ini masih sangat terbatas mengingat lokasi ini masih

dijadikan wisata keluarga. Pantai Mutun Asri belum dioptimalkannya potensi

wisatanya, kawasan ini selalu menjadi perlintasan untuk mencapai objek wisata lain

di daerah mutun. Pasang surut pantai yang terlalu jauh menjadi salah satu

permasalahan yang dihadapi, sehingga sulit untuk dimanfaatkan sebagai tempat

berenang. Ekosistem terumbu karang di Pantai Mutun Asri termasuk dalam kategori

sedang dengan tutupan karang hidup 33 %. Selain itu, persampahan masih menjadi

permasalahan di objek wisata ini. Pada objek wisata ini fasilitas yang tersedia

terdapat akomodasi, pondokan, kamar bilas, musholah dan lahan parkir.

3.2.3 Pantai Putra Mutun

Pantai Putra Mutun berada di Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan.

Pantai ini memiliki daya tarik utama pantai pasir putih dan sering dijadikan lokasi

berendam untuk pengobatan karena pantai yang tidak ada karang dan cukup dalam.

Pantai Putra Mutun memliki akses untuk menuju pulau Tegal Mas dan Pulau

Tangkil.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 4 PANTAI PUTRA MUTUN

(A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI

Page 104: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

89

Lokasi ini sebagai alternatif bagi wisatawan dengan biaya masuk yang lebih

murah atau hanya dengan membayar parkir yang sudah dikenal pengunjung di

daerah Mutun. Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk

motor Rp.5.000, mobil Rp.20.000 dan per orangnya tidak dikenakan biaya, untuk

bus besar biaya yang dikenakan sebesar Rp.100.000, untuk bus kecil Rp.50.000.

Penataan lokasi ini sudah cukup baik, sedangkan untuk pengembangan lokasi ini

sangat terbatas areanya/kecil. Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini,

yaitu akomodasi, pondokan, toko souvenir dan makanan, mushola, MCK dan kamar

mandi serta CCTV yang mengawasi kegiatan wisatawan. Objek wisata ini dapat

dicapai selama 40 menit dari Bandar Lampung, akses jalan aspal kabupaten dan

jalan di lokasi objek berupa jalan tanah padat. Permasalahan yang dihadapi hampir

di seluruh objek wisata di Pantai Mutun ialah terkait dengan pengelolaan sampah

laut dan lokasi yang dekat dengan pemukiman dan jalan akses pantai sehingga

kurang memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

Area lokasi secara keseluruhan pada wisata ini belum dikelola dengan baik,

sehingga kurang menarik minat wisatawan dan menjadikan kawasan ini sebagai

perlintasan untuk mencapai lokasi-lokasi wisata lain di daerah mutun seperti Pulau

Ketapang dan Pulau Tegal Mas. Selain itu, permasalahan yang dihadapi ialah

pasang surut air laut yang terlalu jauh, sehingga tidak terlalu cocok sebagai tempat

berenang keluarga dan masih terbatasnya kemampuan pengelola dan masyarakat

lokal dalam mengembangkan potensi lokasi wisata.

3.2.4 Pantai MS Town

Pantai MS Town terletak di Desa Sukajaya Lempasing Kecamatan Teluk

Pandan. Kawasan pantai MS Town merupakan salah satu objek wisata yang banyak

dikunjungi oleh wisatawan domestik baik dari dalam maupun luar Provinsi

Lampung. Status kepemilikan pantai ini milik perorangan atas nama Mukhtar Sani.

Sehingga, secara kelembagaan pantai ini dikelola langsung oleh pemilik. Dalam hal

pengelolaan dan management pariwisata sudah tertata dengan baik. Objek wisata

ini memiliki daya tarik dari pasir pantainya yang putih dan landai serta wisata

buatan yang tersedia, sehingga cocok untuk rekreasi keluarga.

Page 105: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

90

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 5 PANTAI MS TOWN

(A) KONDISI WISATA ALAM (B) DERMAGA DI PANTAI

Dengan bertambahnya destinasi wisata saat ini, pengelola Pantai MS Town

menyediakan dermaga dan jasa perahu sebagai akses untuk menyeberang ke Pulau

Tangkil, Pulau Tegal Mas dan Pahawang yang menggunakan perahu-perahu

masyarakat. Daya tarik lainnya dari objek wisata ini dilengkapi dengan berbagai

atraksi menarik berupa permainan Banana Boat, Bumper Boad, Segway dan

selancar angin. Penataan ruang objek ini sudah cukup baik dengan

mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan pengunjung dan terdapat menara

pantau yang dijaga oleh petugas keamanan pantai.

Akses menuju pantai ini melalui jalan aspal kabupaten yang juga menjadi

penghubung dengan objek wisata lainnya dengan kualitas yang baik dan dapat

ditempuh perjalanan dengan kendaraan mobil atau motor pribadi, bus, dan

transportasi umum dengan waktu kurang lebih selama 35-45 menit dari Bandar

Lampung. Untuk menuju lokasi ini dirasa pengunjung perlu menggunakan

kendaraan pribadi mengingat ketersediaan transportasi umum sangat terbatas saat

ini. Sedangkan untuk kualitas jalan di dalam lokasi sudah cukup baik berupa jalan

aspal dan sebagian masih jalan pasir berbatu. Ketersediaan fasilitas penunjuk arah

hanya ada di depan jalan utama untuk masuk ke Pantai Mutun.

Tempat wisata ini banyak dikunjungi dari berbagai daerah baik dari dalam

Provinsi Lampung maupun luar provinsi, seperti Riau, Palembang, Jakarta, Bogor.

Bandung dll. Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran

2017-2031 lokasi ini dapat di kunjungi oleh rata-rata 2000 orang dalam seminggu.

Page 106: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

91

Dalam menunjang kegiatan wisata pantai MS Town, fasilitas yang tersedian sudah

cukup memadai, mulai dari pondokan, water sport, perahu penyeberangan, tempat

pertemuan, cafe & restoran, musholah, pos pantau, dan menara pandang Mutun

dengan kondisi berbagai fasilitas masih sangat baik. Wisatawan yang ingin berlibur

disini dikenakan tiket masuk, untuk motor Rp.40.000, mobil Rp. 10.000 dan per

orangnya dikenakan biaya Rp.30.000, untuk bus kecil biaya yang dikenakan sebesar

Rp.400.000 dan bus besar Rp.500.000, sedangkan untuk angkot dikenakan biaya

Rp.150.000.

Kesempatan investasi di objek wisata ini cukup besar. Kerjasama yang

dilakukan dalam bentuk investasi dengan sistem bagi hasil antara pengelola wisata

dengan investor. Hal tersebut terlhat dari upaya pengembangan lokasi wisata ini

telah dilakukan berupa bangunan permanen (tempat pertemuan/restoran) dan arena

permaian Bumper Boad dan Segway yang merupakan hasil kerjasama antara MS

Town dengan pihak lain. Rencana pengembangan Pantai MS Town akan diarahkan

kepada pembangunan fasilitas camping ground untuk pengunjung yang ingin

berkemah. Namun, dalam pengeleloaan pantai ini masalah yang terjadi terkait

pengelolaan sampah pantai yang pada saat tertentu dapat menganggau kenyamanan

pengunjung.

3.2.5 Pantai Mutun Haruna Jaya

Pantai Mutun Haruna Jaya yang saat ini dikenal dengan Pantai Mutun Pulau

Tembikil. Pantai ini berada di Kecamatan Teluk Pandan. Objek wisata ini memiliki

keunikannya tersendiri, yaitu pantai yang menyatu dengan Pulau Tembikil. Daya

tarik utama pantai berpasir putih yang landai dan bersih ini adalah wisatawan dapat

melakukan kegiatan wisata berenang, memancing, bermain kano, dan di pantai ini

juga tersedia water boom serta memberi makan ikan hiu.

Page 107: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

92

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 6 PANTAI MUTUN HARUNA JAYA

(A) KONDISI WISATA ALAM (B) KOLAM PENANGKARAN IKAN HIU

Fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata ini, yaitu pondokan, toko

souvenir dan makanan, kolam ikan hiu, mushola, parkir, MCK dan kamar mandi.

Butuh waktu kurang lebih selama 40 menit dari Bandar Lampung untuk mencapai

lokasi objek wisata ini. Perjalanan dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan

sarana jalan aspal kabupaten. Untuk jalan dalam lokasi merupakan jalan tanah padat

berbatu yang menghubungkan dengan lokasi wisata lainnya. Dalam mencapai

lokasi ini wisatawan harus menggunakan transportasi pribadi karena terbatasnya

transportasi umum dari jalan utama menuju lokasi objek wisata. Fasilitas penunjuk

arah lokasi objek ini masih sangat kurang hanya terdapat pada jalan menuju lokasi

dari jalan utama.

Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031

jumlah kunjungan rata-rata per minggu dapat mencapai 2100 orang namun saat ini

berdasarkan observasi terjadi penurunan jumla pengunjung. Hal tersebut

diakibatkan karena permasalahan penataan jalan menuju objek wisata, mengingat

jalan yang ada sekarang masih merupakan jalan bersama dengan pantai yang ada di

sekitarnya. Sehingga, apabila wisatawan ingin berkunjung ke pantai ini harus

masuk dan membayar di Pantai MS Town kemudian saat masuk ke Pantai Haruna

Jaya wisatawan harus membayar lagi tiket masuk. Oleh karena itu, terjadi

pengurangan jumlah pengunjung karena pengunjung enggan membayar tiket masuk

dua kali. Pengunjung datang dari daerah-daerah di Provinsi Lampung, Jakarta,

Page 108: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

93

Bandung dan Sumatera Selatan. Kegiatan pengembangan objek wisata dilakukan

secara swadaya oleh pengelola sendiri. Pengelolaan objek wisata masih dilakukan

oleh kerabat, namun belum memiliki managemen yang kuat. Secara kelembagaan

pengelolaan objek wisata ini masih langsung di bawah pemilik dan masyarakat

lokal yang bekerja sebagai penjaga pantai, petugas tiket dan kebersihan, dan

berdagang.

Wisatawan yang ingin berlibur disini dikenakan tiket masuk, untuk motor

Rp.10.000, mobil Rp.30.000 dan per orangnya tidak dikenakan biaya, untuk bus

besar biaya yang dikenakan sebesar Rp.100.000, untuk bus kecil Rp.75.000, dan

pejalan kaki Rp.5.000. Biaya masuk di pantai ini telah dikurangi bebannya oleh

pemilik untuk menarik minat wisatawan untuk berwisata di Pantai Mutun Pulau

Tembikil yang sebelumnya telah dikenakan biaya di pintu masuk Pantai MS Town.

3.2.6 Pantai Sari Ringgung

Pasir Timbul dan Masjid Terapung menjadi daya tarik utama Pantai Sari

Ringgung. Pantai Ringgung terdapat berbagai bukit dengan tumbuhan yang cukup

rimbun sebagai penambah keindahannya. Ekosistem terumbu karang di Pantai Sari

Ringgung termasuk dalam kategori rusak dengan tutupan karang 20%, berdasarkan

cerita masyarakat lokal kerusakan terumbu karang ini terjadi akibat kebiasaan

nelayan dulu yang menangkap ikan dengan menggunakan boom/peledak. Selain itu,

pantai Sari Ringgung juga memiliki kawasan konservasi Hutan Mangrove. Apabila

berwisata ke pantai ini pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas seperti

wisata berenang, memancing, melihat budidaya keramba ikan kerapu,

menyelam/snorkeling, menikmati pemandangan dari atas bukit (krakatau view), dan

bermain jetski.

Page 109: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

94

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 7 PANTAI SARI RINGGUNG

(A) KONDISI WISATA ALAM (B) TAMAN DI PANTAI

Penataan kawasan Pantai Sari Ringgung sudah cukup baik dengan penambahan

sarana bermain dan keamanan pantai melalui penyediaan CCTV. Akses menuju

pantai ini, untuk jalan utama menuju lokasi ini berupa jalan aspal Kabupaten dan

jalan masuk menuju lokasi wisata melalui jalan sepanjang 2 km berupa jalan aspal,

serta jalan di lokasi pantai yang sudah cukup baik berupa jalan tanah padat.

Pengunjung yang datang ke lokasi ini sebagian besar dari Bandar Lampung,

Pesawaran dan Lampung Selatan serta dari Sumatera Selatan, Jakarta dan Bandung.

Di Pantai Sari Ringgung juga tersedia aula pertemuan yang berada di atas bukit juga

tersedia ruang pertemuan dengan kapasitas 50 – 100 orang, sedangkan dipinggir

laut dengan kapasitas acara 100-200 orang. Biasanya tempat ini digunakan untuk

mengadakan berbagai acara dan rapat. Salah satu acara yang pernah diadakan di

Pantai Sari Ringgung yaitu pemberangkatan Tour ke Gunung Anak Krakatau Tahun

2016.

Fasilitas pendukung kegiatan wisata yang ada di lokasi berupa pondokan, cafe

& resto, kamar mandi, MCK, Masjid, balai pertemuan, mushola, dermaga, taman,

play ground, waterboom, dan krakatau view yang berada di atas bukit. Fasilitas dan

daya tarik khusus dan unik yang berbeda dari obyek wisata lain terutama yang ada

di sepanjang Teluk Lampung, yaitu adanya Masjid AL-AMINAH yang biasa

dikenal dengan masjid terapung di tengah laut. Selain itu, Pantai ini juga dikenal

dengan objek wisata Pasir Timbul yang dilengkapi dengan cafetaria dan pondokan

Page 110: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

95

istirahat. Untuk menuju Masjid Terapung dan Pasir Timbul dengan Cafe Terapung,

pengelola menyediakan jasa perahu-perahu masyarakat yang telah menjalin

kerjasama dengan managemen Sari Ringgung. Selain itu juga, pengunjung juga

dapat mengunjungi objek wisata lain seperti Pulau Tegal Mas dan Pulau Pahawang.

3.2.7 Wisata Hutan Mangrove Petengoran

Kawasan ini berada di Teluk Petengoran yang diselimuti hutan mangrove

namun, kendala kedepan adalah banyaknya tambak udang yang belum melakukan

pengelolaan secara berkelanjutan (ramah lingkungan) yang dapat menggangu

kualitas air laut. Oleh karena itu, sejarah singkat dari objek wisata ini dimulai dari

adanya aparat desa yang yang mengerti dan paham tentang potensi pariwisata di

kawasan ini dan juga permasalahan lingkungan yang dapat terjadi akibat adanya

tambak udang.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 8 HUTAN MANGROVE PETENGORAN

(A) KONDISI WISATA ALAM (B) GERBANG MASUK OBJEK WISATA

Hamparan hutan mangrove yang hijau dan pemandangan yang indah menjadi

daya tarik utama objek wisata ini. Pada pengembangannya konsep awalnya ialah

perlindungan alam yang disusun tentang bagaimana mengurangi dampak dari

adanya petambak udang, namun tidak merusak alam dengan salah satunya

melestarikan konservasi hutan mangrove di Petengoran. Pada awal mulanya, objek

Page 111: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

96

wisata ini terinspirasi dengan pariwisata di Pulau Pahawang dengan perkembangan

potensi pariwisata yang pesat dengan daya tarik yang ada. Jumlah pengunjung yang

datang ke objek wisata in terbilang tidak menentu, dihari biasa jumlah pengunjung

isa mencapai 30-50 orang dan objek wisata ini sering jadikan sebagai tempaat bagi

perusahaan atau komunitas untuk melakukan kegiatan menanam mangrove. Harga

tiket masuk pada ojek wisata ini sebesar Rp. 15.000,-/org dan pada hari jum’at

pengelola tidak mematok harga tiket masuk jadi, pengunjung dapat memberikan

uang seikhlasnya.

Objek wisata Hutan Mangrove Petengoran memiliki total luas lahan sebesar 118

Ha potensi lahan dan untuk titik perawatan seluas 83 Ha tahun 2011. Untuk saat ini

untuk titik perawatan belum sampai 100% dan menyerahkan sebagian luasan hutan

mangrove kepada Desa Pemekaran Batu Menyan pada tahun 2014 yang saat ini

dimanfaatkan untuk pariwisata. Fasilitas penunjang pariwisata pada objek wisata

Hutan Mangrove Petengoran masih sangat terbatas dan hanya tersedia, yaitu parkir,

pondokan, toilet, spot foto, dan broadwalk. Untuk jumlah pondok dangan tipe

shelter besar tersedia 5 pondok dan untuk pondok kecil terdapat 12 pondok. Salah

satu kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada objek wisata ini ialah tracking di

tengah hutan mangrove dan tersedia brodwalk sepanjang 800 m. Rencana

pengembangan objek wisata yang akan dilakukan tahun ini pemasangan listrik,

penyediaan lokasi berdagang untuk masyarakat, dari perusahan java akan dibuat

balai pertemuan terapung, dan bumdes meminta pemasangan paving.

3.2.8 Taman Wisata Dewi Mandapa

Taman Wisata Dewi Mandapa berada Desa Gebang Kecamatan Teluk Pandan.

Pemandangan Teluk dan mangrove yang indah menjadi daya tarik utama di objek

wisata ini. Taman Wisata Dewi Mandapa memiliki luas lahan 7,5 Ha. Dalam

pengelolaannya kondisi lingkungan wisata ini sudah cukup tertata namun dirasa

masih perlu pengembangan khususnya dalam kelengkapan dan kualitas sarana

pendukung. Fasilitas yang dimiliki objek ini berupa pondokan 11 buah dan MCK 4

kamar, mushola, dan warung makan. Pada saat hari biasa pengunjung wisata ini

tidak terlalu ramai dan ketika hari libur taman wisata ini banyak dimanfaatkan oleh

Page 112: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

97

masyarakat dan anak muda atau para mahasiswa untuk melakukan aktivitas

organisasi.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 9 TAMAN WISATA DEWI MANDAPA

(A) KONDISI WISATA ALAM (B) SPOT FOTO DI OBJEK WISATA

Untuk menuju lokasi ini melalui akses jalan aspal kabupaten sedangkan untuk

menuju lokasi pantai jalannya masih berupa tanah dan bebatuan dengan kualitas

rusak berat dan terdapat banyak genangan saat musim hujan. Untuk berwisata

lokasi ini tidak tersedia transportasi umum dan waktu tempuh untuk menjangkau

objek ini selama kurang lebih 1 jam dari Bandar Lampung. Pengunjung lokasi ini

berasal dari Bandar Lampung, Pesawaran dan berbagai daerah di Provinsi

Lampung. Pengembangan sementara di lakukan oleh pemilik secara swadaya

dengan manajemen yang belum baik. Hal tersebut karena Taman wisata Dewi

Mandapa ini belum melakukan kerjasama dalam bentuk investasi yang bermitra

dengan pihak lain.

3.2.9 Pantai Ketapang

Pantai Ketapang berada di Desa Gebang, Kecamatan Teluk Pandan. Keindahan

alam pantai yang asri dan puluhan pohon kelapa menambah keindahan pantai ini.

Pantai Ketapang dikelola langsung oleh masyarakat sekitar dengan status tanah

kepemilikan Perusahaan Tambak Udang. Daya tarik laut yang bersih, pasir putih,

Page 113: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

98

melihat pemandangan dari bukit laban, dan akses ke Pulau Maitem ± 2 km yang

dapat dicapai dengan berjalan kaki pada saat air sedang surut. Daratan Pulau

Maitem di dominasi oleh kebun kelapa, dan jumlah tempat tinggal di pulau ini

sangat minim. Tidak tersedianya fasilitas wisata, seperti MCK umum yang

memadai di pulau ini menjadi faktor pembatas bagi wisatawan untuk tinggal lebih

lama.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 10 PANTAI KETAPANG

(A) KONDISI WISATA ALAM

(B) KONDISI AMINITIES DI OBJEK WISATA

Di Pantai Ketapang ini juga terdapat kawasan konservasi hutan mangrove yang

cukup lestari dan sering diadakan kegiatan dari berbagai instansi untuk menanam

mangrove disini. Fasilitas yang ada di objek wisata ini sudah cukup lengkap, mulai

dari pondokan, warung makan, kamar mandi, MCK, Masjid, ATM, dan Homestay.

Permasalahan yang dapat timbul dalam jangka panjang, yaitu tidak terkendalinya

kegiatan budidaya tambak dan keramba jaring apung di perairan Pulau Maitem

yang dapat berpotensi merusak ekosistem terumbu karang yang ada. Pantai ini

berada wilayah sekitar Dermaga Ketapang, sehingga memudahkan bagi wisatawan

untu mengunjungi berbagai objek wisata lainnya, seperti Pulau Kelagian Besar,

Kelagian Kecil, Pulau Pahawang, Pulau Tegal, Pulau Lok, dan Tanjung Putus.

Page 114: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

99

Untuk menuju lokasi ini pengunjung melalui jalan kabupaten dengan kondisi

sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang

sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia

angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus

ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang mencapai 60-70 menit.

3.2.10 Pantai Kelapa Rapat (Klara)

Desa Batu Menyan, Kecamatan Teluk Pandan menjadi lokasi Pantai Kelapa

Rapat. Pantai berpasir yang landai dengan pemandangannya ini menjadi daya tarik

wisatawan untuk berwisata di pantai ini. Dalam pengelolaannya Pantai Klara

sebenarnya merupakan kawasan militer TNI Angkatan Laut Lampung atau bumi

perkemahan dan latihan TNI AL Lampung. Pantai ini menjadi salah satu destinasi

wisata karena keindahan pantainya, keamanan dan kenyamanan serta akses yang

muda untuk menuju objek wisata lain disekitarnya.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 3. 11 PANTAI KELAPA RAPAT

(A) TAMAN OBJEK WISATA

(B) DERMAGA PELANGI DI OBJEK WISATA

Primkopal menjadi pengelolaan utama objek wisata yang membentuk struktur

pengelola secara kelembagaan di pantai ini. Pembangunan dan penyediaan fasilitas

disini ditanggung oleh pihak koperasi militer. Untuk pembagian hasil dari objek

wisata ini dilakukan oleh koperasi kepada para anggotanya berupa SHU dari

pengelolaan Pantai Klara. Dalam pengelolaanya juga melibatkan masyarakat

Page 115: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

100

setempat, sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Permasalahan

yang dihadapi saat ini dan pada waktu-waktu yang akan datang adalah terjadinya

abrasi pantai. Tindakan yang telah dilakukan untuk mencegahnya ialah membuat

talud yang sehingga mengurangi ancaman bagi vegetasi pantai dan berkurangnya

bentangan pasir putih di Pantai Klara.

Untuk menuju lokasi ini pengunjung melalui jalan kabupaten dengan kondisi

sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi objek wisata yang

sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju sampai ke lokasi ini tersedia

angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus

ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Klara mencapai 60-70 menit. Fasilitas

yang dimiliki oleh objek wisata ini berupa 255 pondokan, dermaga pelangi,

mushola, toko souvenir dan makanan, kamar mandi, MCK, kano, banana boat dan

speed boad serta penyewaan alat-alat snorkling dan diving. Pengunjung yang

melakukan wisata di lokasi objek wisata ini dari luar kota seperti Jambi, Palembang,

Jakarta dan sebagian besar berasal dari Bandar Lampung, Pesawaran, Lampung

Selatan. Berdasarkan data dari dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-

2031 jumlah pengunjung rata-rata 1500 orang/minggu dan bertambah apabila

memasuki hari libur. Kondisi di dalam lingkungan wisata Pantai Klara sudah baik

dengan penataan jalan dan fasilitas yang sudah memadai.

Pengembangan investasi wisata di pantai ini dapat dikatakan peluangnya kecil.

Hal tersebut karena di lokasi ini investasi untuk pengelolaan dan pembangunan

masih dilakukan oleh Imkopal dan belum melibatkan pihak investor. Hal ini

dilakukan karena pantai ini merupakan aset negara dan harus dikelola dengan baik,

sehingga mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar. Hal yang juga

harus mendapatkan perhatian adalah pengelolaan sampah yang belum maksimal,

terutama ketika masa-masa pengunjung ramai, sampah-sampah berserakan dan

bahkan ada sebagian pengunjung yang membuang sampah ke laut. Untuk itu perlu

adanya penambahan sarana persampahan serta kesadaran dari pengunjung untuk

menjaga kebersihan objek wisata ini.

Page 116: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

101

3.4 Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat dan Wisatawan Wisata Pesisir

Pantai di Kecamatan Teluk Pandan

Pada bagian ini akan memberikan gambaran terkait dengan karakteristik sosial

budaya masyarakat yag tinggal di kawasan pesisir pantai terkait dengan

tradisi/adat/kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan kehidupan di kawasan

pesisir. Selain itu, pada bagian ini juga akan memberikan gambaran terkait dengan

profesi masyarakat, peran masyarakat dalam pengembangan pariwisata, dan

bagaimana masyarakat dalam melihat peluang ekonomi dari adanya pengembangan

sektor pariwisata.

3.4.1 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Kecamatan

Teluk Pandan

Karakteristik masyarakat pesisir yang berada disekitar objek wisata pesisir rata-

rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan.

Kawasan objek wisata yang cukup dekat dengan pusat ibu kota Provinsi Lampung

membuat struktur masyarakat pesisir pantai sangat plurar yang mampu membentuk

sistem dan nilai budaya yang merupakan hasil akulturasi budaya dari masing-

masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Selain itu, masyarakat

yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata didominasi suku Jawa-Serang. Pada

beberapa objek wisata terdapat beberapa cara dalam menangkap ikan, seperti di

Pantai Mutun masyarakat biasanya menangkap ikan dengan membutan rampong

atau rumah ikan yang terbuat dari pelepah daun kelapa, hal tersebut dilakukan agar

proses penangkapan ikan tidak merusak ekosistem laut. Namun, yang disayangkan

tidak adanya tradisi atau budaya khas masyarakat pesisir yang dapat dijadikan

dayatarik atau tambahan aktivitas wisata yang dapat dilakukan pengunjung. Hal

menarik lainnya, bagi masyarakat pesisir hidup di dekat pantai merupakan hal yang

paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat

mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Mayoritas masyarakat

yang tinggal di sekitar objek wisata pesisir di Kecamatan Teluk Pandan bekerja

sebagai nelayan, petani tambak, penyedia jasa perahu penyeberangan, penjaga

pantai, pedagang, buruh dan lain-lain.

Page 117: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

102

Lokasi yang berdekatan dengan pusat kota dan teknologi yang sudah mengalami

perkembangan membuat banyak masyarakat telah memahami pentingnya

mengikuti perkembangan TIK. Dalam penerapan teknologi, masyarakat pesisir

yang ada di Kecamatan Teluk Pandan masyoritas telah menggunakan smart phone

sebagia salah satu media untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Namun,

untuk penerapan teknologi dalam mengembangkan industri pariwisata di rasa masih

cukup rendah.

Dalam melihat peluang ekonomi dari adanya aktifitas pariwisata yang ada di

sekitar masyarakat, masyarakat telah merespon dengan membuka toko kelontong,

menjual oleh-oleh, dan membuka rumah makan. Namun, pengembangan dan

penerapan teknologi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih sangat minim.

Pada beberapa objek wisata seperti Pantai Mutun Asri dan juga Pantai Sari

Ringgung telah tersedia fasilitas penginapan, namun sampai saat ini belum

bekerjasama dengan Virtual Hotel Operator (OYO, Reddoorz, Airy dll) untuk

menerapkan sistem pemesanan online untuk kamar penginapan tersebut. Padahal

saat ini telah terjadi perubahan pada pola berwisata masyarakat di era digital,

dimana para pengunjung dapat memesan penginapan bahkan sebelum mereka tiba

di lokasi tujuan wisata.

“Menurut saya masih ada di era 2.0 jadi masih harus di push penggunaan media

sosial untuk infrormasi wisata dan website desa. Sementara untuk mpemanfaatan

teknologi 4.0 itu belum, itu tadi perlu adanya upgrade mindset dan skill... “

(A0.DI-01.01.10)

“Masalahnya saat ini informatif tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas

penginapan.....Dengan adanya inovasi 4.0 informasi tersebut sangat

memungkinkan, contoh saat ini seperti traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi

tantangannya memasukan akomodasi kedalam informasi yang valid....sehingga

orang tidak menanyakan langsung tetapi melalui sistem dan juga dapat

melakukan pemesanan dari jauh......dan saya yakin pemerintah tidak dapat

mewujudkan itu dalam waktu singkat karena tidak profit motif, jadi harus

menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka, tiket.com, dan lain-lain.....”

(A0-DI-01.01.13)

Selain itu, Masyarakat pesisir pantai di Kecamatan Teluk Pandan mempunyai

karakteristik tertentu yang khas dalam melakukan kegiatan sehari hari.

Karakteristik masyarakat pesisir ini sangat erat kaitannya dengan pekerjaan mereka

di bidang perikanan. Karena sifat dari usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi

oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik

masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Beberapa faktor-

Page 118: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

103

faktor seperti lingkungan dan musim pada kawasan pesisir diuraikan sebagai

berikut.

3.4.2 Kesadaran Terhadap Lingkungan di Objek Wisata Pantai Teluk Pandan

Objek pariwisata pantai yang ada di kawasan pesisir dalam kelancaran dan

kenyaman kegiatan wisatanya juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kegiatan

wisata pesisir pantai dan nelayan sangat bergantung pada kondisi lingkungan,

khususnya kebersihan lingkungan dan air. Permasalahan yang terjadi ialah disemua

objek wisata pesisir, jaringan air limbah dan sampah dari rumah tangga dan

kegiatan wisata yang dialiri langsung menuju laut dan juga kawasan hutan

mangrove. Air Limbah dan sampah tersebut tentunya membuat air laut menjadi

kotor dan akan berdampak tehadap kerusakan ekosistem laut serta hutan mangrove.

Hal tersebut tentunya mampu mempengaruhi daya tarik dan minat wisatawan untuk

berwisata di lokasi tersebut. Kita ketahui bahwa keadaan lingkungan alam pesisir

baik laut maupun hutan mangrove memiliki pengaruh yang penting terhadap

keberlangsungan kehidupan sosial ekonomi bagi masyarakat pesisir. Selain itu,

dengaan pola kebiasaan masyarakat dan wisatwan yang membuat sampah

sembarangan di sungai atau di laut membuat kondisi lingkungan kawasan pesisir

sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan, khususnya pencemaran karena

limbah rumah tangga dan sampah.

Dalam penerapan Smart Tourism juga perlu adanya pemonitoran terkait dengan

kelestarian alam dan kawasan konservasi melalui penerapan teknologi. Pada

kawasan wisata pesisir pantai kecamatan Teluk Pandan, belum secara menyeluruh

terdapat pengawasan terhadap alam dan kelestariannya. Pengawasan kawasan

konservasi biasanya dilakukan oleh Instansi pemerintah dalam hal ini Dinas

Lingkungan Hidup dan Wahana Lingkungan Hidup serta dari masyarakat melalui

Komunitas peduli lingkungan. Dalam memonitor kawasan konservasi instansi

pemerintah dan Walhi menggunakan data peta luasan kawasan konservasi yang

dalam ini hutan mangrove untuk melihat pertambahan atau pengurangan luasan

hutan mangrove. Biasanya untuk menjaga ekosistem pantai, komunitas dan

perusahan perusahaan memiliki kegiatan untuk melestarikan ekosistem pantai,

seperti penanaman pohon mangrove dan gotong royong membersihkan pantai.

Page 119: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

104

3.4.2.1 Ketergantungan pada Musim

Dalam melakukan berbagai kegiatan di kawasan pesisir salah satu hal yang

sangat menentukan kegiatan nelayan dan kegiatan wisata dalam hal ini ialah adanya

ketergantungan terhadap musim. Bagi para nelayan kecil ketergantungan terhadap

musim sangat besar dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan mereka.

Nelayan yang berada di Kecamatan Teluk Pandan memiliki kesibukan pada musim

penangkapan dan berbanding terbalik jika memasuki musim panceklik pada bulan

sekitar Oktober-Januari dengan cuaca yang kurang bersahabat, sehingga dapat

membuat kegiatan penangkapan nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak kecil,

dan buruh tambak menjadi berkurang bahkan menjadi pengangguran. Untuk

mensiasati hal tersebut, di musim panceklik biasanya para nelayan beralih profesi

menjadi buruh, pedagang, dan juga kerja serabutan. Ketergantungan terhadap

musim ini pula memiliki implikasi yang cukup besar terhadap kegiatan pariwisata.

Musim dalam kegiatan wisata dapat mengurangi atau membatasi kegiatan yang

dapat dilakukan wisatawan, menurunnya jumlah pengunjung, dan adanya ancaman

bahaya ketika memasuki musim penghujan, seperti ombak besar, angin kencang

dan petir.

3.5 Rangkuman Karakteristik Wilayah dan Karakteristik Sosial Budaya dan

Ekonomi Masyarakat Lokal di KSPD Teluk Pandan

Pada bagian ini akan menjelaskan terkait rangkuman dari gambaran umum

potensi dan masalah objek wisata Teluk Pandan dan memberikan rakuman

mengenai kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat di Teluk Pandan.

3.5.1 Karakteristik Wilayah Objek wisata pesisir di Teluk Pandan

Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk

Lampung yang terletak dipesisir selatan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai

daerah tujuan wisata unggulan di Lampung. Hal ini didukung oleh kondisi

geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak besar dan

cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan aktivitas

Page 120: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

105

wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih dan

pemandangannya yang indah. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan

luas perairan adalah 161.178 ha (Helfinalis, 2000). Nilai strategis lain dari wilayah

pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang antar

Pulau Sumatra dan Laut Pulau Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon pusat

armada barat TNI-AL.

Sementara itu, potensi atraksi wisatanya juga didukung dengan kondisi

pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-lumba, terumbu karang, hutan mangrove

dan atraksi lainnya baik atraksi wisata alam maupun buatan. Sampai sekarang

wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan domestik dan nusantara

yang ingin menikmati wisata bahari di Provinsi Lampung. Pada objek wisata yang

terdapat di KSPD Teluk Pandan tergolong dalam wisata massal, dimana banyak

pengunjung yang berbondong-bondong datang ke objek wisata pantai yang sudah

terkenal sejak lama, dengan pengunjung yang berasal dari dalam Provinsi Lampung

maupun dari Luar Provinsi, seperti Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bandung, dan

lain-lain.

Secara keseluruhan terkait dengan daya tarik wisata, aksesibilitas, ketersediaan

sarana dan prasarsan di Kawasan Teluk Pandan sudah cukup baik. Namun, dalam

pengembangan pariwisatanya dirasa pada masih belum dikembangkan dengan

optimal dengan pengemasan wisata yang masih kurang dapat bersaing dan untuk

ketersediaan fasilitas penunjang wisatanya, seperti fasilitas pembayaran/perbankan,

akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan hampir tidak tersedia di

semua objek wisata pesisir Teluk Pandan. Dalam pengelolaan objek wisata yang

ada di Teluk Pandan belum menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Selain itu, terkait dengan kebersihan dan kelestarian alam masih menjadi masalah

yang belum terselesaikan dan menjadi permasalahan diseluruh objek wisata.

Sampah-sampah tersebut bersumber dari permukiman masyarakat, kegiatan wisata,

terbawa dari hulu sungai, terbawa ombak dan juga angin. Kelestarian hutan

mangrove yang ada di Pantai Queen Artha dan juga Pantai Sari Ringgung cukup

terancam, karena kebiasaan masyarakat sekitar yang membuang air limbah dan

sampah di kawasan hutan mangrove yang ada.

Page 121: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

106

3.5.2 Karakteristik Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Teluk

Pandan

Karakteristik masyarakat pesisir yang berada disekitar objek wisata pesisir rata-

rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan.

Kawasan objek wisata yang cukup dekat dengan pusat ibu kota Provinsi Lampung

membuat struktur masyarakat pesisir pantai sangat plurar yang mampu membentuk

sistem dan nilai budaya yang merupakan hasil akulturasi budaya dari masing-

masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Selain itu, masyarakat

yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata didominasi suku Jawa-Serang. Untuk

kearifan lokal atau tradisi khas dari kawasan pesisir ini tidak ada yang khas dan

tidak dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata.

Tinggal di Kawasan Pesisir Pantai membuat mayoritas masyarakat bekerja

sebagai nelayan, petani tambak, penyedia jasa perahu penyeberangan, penjaga

pantai, pedagang, petugas kebersihan dan lain-lain. Dalam melihat peluang

ekonomi dari adanya aktifitas pariwisata yang ada di sekitar masyarakat,

masyarakat telah merespon dengan membuka toko kelontong, menjual oleh-oleh,

dan membuka rumah makan. Sedangkan, untuk pengembangan dan penerapan

teknologi dalam kegiatan ekonomi masyarakat masih sangat minim. Hal tersebut,

dibuktikan dari hasil observasi, dimana masih sedikit objek wisata yang memiliki

fasilitas akomodasi yang sebenarnya bisa disediakan dengan memanfaatkan rumah

warga yang dijadikan homestay dan untuk akomodasi yang tersedia belum

menerapkan jaringan Virtual Hotel Operator dengan kemudahan pemesanan

online.

Page 122: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

107

BAB IV

ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART

TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI KSPD TELUK

PANDAN

Bab analisis akan menggambarkan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism

dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung. Untuk lebih lengkapnya, pembahasan pada bab ini

seperti berikut :

4.1 Ketersediaan Infrastruktur, Fasilitas Pariwisata dan Sistem Pelayanan

dalam Penerapan Smart Tourism pada Objek Wisata Pesisir di Teluk

Pandan

Analisis ini menjelaskan karakteristik wilayah pariwisata pesisir Teluk Pandan

terkait dengan ketersediaan infrastruktur dasar, infrastruktur TIK, transportasi,

atraksi wisata, dan fasilitas penunjang pariwisatapada objek pariwisata pantai di

Teluk Pandan yang termasuk kedalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung.

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 1 PROSES ANALISIS KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR,

FASILITAS PARIWISATA DAN SISTEM PELAYANAN DALAM

PENERAPAN SMART TOURISM

Page 123: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

108

4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga

Identifikasi ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang ada di objek wisata

pantai Teluk Pandan di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Salah satu

faktor penting yang berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata Kabupaten

Pesawaran saat ini ialah keberadaan dan kondisi aksesibilitas jalur jalan dan

dermaga. Perkembangan kepariwisataan Kabupaten Pesawaran terkait dengan

keberadaan dan perkembangan jalur jalan di wilayah Kabupaten Pesawaran yang

secara garis besar dapat dibagi menjadi empat jalur utama, yaitu jalur arteri primer,

jalur kolektor primer, jalur lokal primer dan jalur strategis provinsi. Pada kawasan

objek wisata ini juga terdapat dermaga yang menjadi tempat penyeberangan menuju

berbagai destinasi pulau-pulau kecil dan sebagai tempat bersandarnya perahu

nelayan yang ada di Kabupaten Pesawaran. Pergerakan wisatawan dari daerah asal

menuju objek wisata dan perpindahan wisatawan dari objek wisata menuju objek

wisata lain disekitarnya seperti pulau-pulau kecil menjadi daya tarik di Kawasan

Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan.

4.1.1.1 Pintu Masuk dan Moda Transportasi

Pintu masuk merupakan jalan atau akses yang dilalui oleh wisatawan untuk bisa

melakukan kegiatan wisata di daerah tujuannya. Selain akses tersebut, moda

transportasi menjadi media bagi wisatawan dalam membawa wisatawan dari daerah

asal menuju destinasi wisata. Dalam sistem kepariwisataan peran transportasi

sangat penting dalam melakukan perpindahan dan kemudahan aksesibilitas. Pada

pengembangan sektor pariwisata dengan kondisi geografi Kecamatan Teluk Pandan

mempunyai lingkup sebagai kawasan pesisir dan kepualauan, serta memiliki

banyak bukit membuat transportasi mengambil bagian penting dalam

menghubungkan antar wilayah di Teluk Pandan. Oleh karena itu, dalam

pegembangan sektor pariwisatanya sangat penting memiliki kemudahan akses

untuk menarik minat pengunjung dari luar Kabupaten Pesawaran untuk berwisata

di KSPD Teluk Pandan. Berikut adalah peta akses masuk ke Provinsi Lampung dan

Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan.

Page 124: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

109

Sumber : Hasil Olahan Data, 2020

GAMBAR 4. 2 PETA AKSES MASUK KE PROVINSI LAMPUNG DAN

JALAN LINTAS

A. Kondisi Eksisting Ketersediaan Jalan dan Pintu Masuk ke Provinsi

Lampung

Bagi wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Lampung yang ingin melakukan

aktivitas wisata dapat masuk melalui pintu masuk berikut ini :

1. Bandara Radin Inten II, waktu tempuh dari Jakarta ±45 menit dengan rata-

rata 58 kali penerbangan/hari.

2. Bandara M. Taufik Kiemas Krui (Pesisir Barat) : Bengkulu – Krui – Bandar

Lampung (setiap hari Selasa, Kamis, Sabtu).

3. Pelabuhan Bakauheni, menghubungkan dengan Pulau Jawa.

4. Krui, Liwa : Jalur jalan raya dari Provinsi Bengkulu.

5. Kotabumi, Blambangan Umpu : Jalur jalan raya & Kereta api dari Provinsi

Sumatera Selatan (Kertapati - Tanjungkarang)

Page 125: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

110

6. Mesuji : Jalur jalan raya Lintas Timur Sumatera dari Provinsi Sumatera

Selatan

7. Sumatera Selatan : Jalan Tol Lintas Sumatera

Setelah pengunjung atau wisatawan masuk ke Provinsi Lampung untuk menuju

KSPD Teluk Pandan di Kabupaten Pesawaran, wisatawan dapat melalui :

1. Dari Bandara Radin Inten II menuju Kota Bandar Lampung dengan waktu

tempuh sekitar 30 menit dan memakan waktu sekitar 20-70 menit untuk

berada di objek wisata di Teluk Pandan.

2. Dari Bandara M. Taufik Kiemas Krui (Pesisir Barat) dapat melalui jalan

lintas barat dengan kondisi jalan yang baik dan waktu tempuh selama kurang

lebih 5 jam perjalanan.

3. Dari Pelabuhan Bakauheni untuk menuju pusat kota di tempuh selama

kurang lebih 2 sampai 3 jam apabila melalui jalan lintas timur.dan jika

melalui tol selama kurang lebih 1 jam 30 menit.

4. Dari Krui, Liwa membutuhkan waktu selama 4 sampai 5 jam melalui jalan

lintas barat dengan kondisi jalan bagus dan rute yang menanjang dan

berbelok-belok.

5. Dari Kota bumi, Blambangan Umpu dapat menggunakan moda kereta api

dan dari stasiun Tanjung Karang dibutuhkan waktu selama 2 jam dan

dengan menggunakan kendaraan dapat melalui jalan lintas tengah dan timur.

Untuk sampai ke pusat kota dengan kondisi jalan yang baik, namun intesitas

kendaraan cukup tinggi.

6. Dari Mesuji melalui jalan raya Lintas Timur membutuhkan waktu tempuh

selama kurang lebih 6 jam dan apabila melewati jalan tol memakan waktu

hingga kurang lebih 2 jam perjalanan.

7. Dari Palembang melewati jalan tol Jakabaring – Kotabaru membutuhkan

waktu tempuh selama kurang lebih 4 jam dan untuk sampai ke pusat kota

membutuhkan waktu 25 menit

Jalan Tol Trans Sumatera, jalur Bakauheni - Terbanggi Besar, sepanjang 139 km

yang telah diresmikan oleh Presiden R.I. pada tanggal 22 Desember 2018. Akses

pintu masuk/keluar :

1. Gerbang Kalianda

Page 126: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

111

2. Gerbang Sidomulyo

3. Gerbang Lematang

4. Gerbang Kotabaru

5. Gerbang Branti

6. Gerbang Kota Metro

7. Gerbang Gunung Sugih

8. Gerbang Terbanggi Besar

Untuk menuju kawasan wisata pesisir pantai di Teluk Pandan, pengunjung dapat

keluar pada gerbang tol Kotabaru yang aksesnya lebih dekat ke pusat Kota Bandar

Lampung dan juga ke kawasan wisata Teluk Pandan.

4.1.1.2 Jalan

Kawasan wisata yang cukup padat terkonsentrasi di jalur lintas Teluk Pandan

hingga Teluk Ratai. Ketersediaan dan kondisi jalan yang baik akan memberikan

kemudahan dalam mengakses lokasi objek wisata. Analisa ini bertujuan untuk

menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas jalan yang ada di 10 objek wisata

pesisir di Teluk Pandan:

A. Kondisi Eksisting Infrastruktur Jalan di Lokasi Objek Wisata

A. Pantai Queen Arta

Infrastruktur jalan menjadi prasarana yang dapat menghubungkan objek

wisata Pantai Queen Arta dengan lokasi asal wisatawan dan juga berbagai

objek wisata disekitarnya. Lokasinya yang berada di perbatasan antara

Kabupaten Pesawaran dengan Kota Bandar Lampung membuat pantai ini

mudah diakses. Untuk menuju Pantai ini wisatawan akan melalui jalan aspal

kabupaten yang dalam kondisi baik dan jalan di dalam lokasi yang sudah tertata

dengan kualitas dikatakan rusak karena jalan tanah padat dan bebatuan

(onderlaag) dengan kondisi jalan berlubang dan genangan air pada beberapa

titik. Untuk menuju objek wisata ini pengunjung dapat menggunakan angkutan

umum dari Pasar Cimeng karena pintu masuk objek wisata yang berada di

dekat jalan kabupaten.

Page 127: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

112

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 3 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI QUEEN

ARTHA

B. Pantai Mutun Asri

Akses untuk mencapai lokasi objek wisata ini melalui jalan kabupaten

dengan kualitas baik/aspal dan untuk jalan yang berada dalam objek

merupakan jalan yang berada di kawasan permukiman beraspal dengan kualitas

kurang baik karena terdapat beberapa lubang dan genangan air. Pengunjung

yang ingin berwisata ke pantai ini lebih baik menggunakan kendaraan pribadi

karena trayek transportasi umum yang tidak sampai ke lokasi. Perjalan

pengunjung untuk berwisata ke Kawasan Pantai Mutun bisa memakan waktu

30-40 menit.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 4 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MUTUN ASRI

C. Pantai Putra Mutun

Objek wisata Putra Mutun dapat dicapai oleh wisatawan selama 40 menit

dari Bandar Lampung. Akses yang akan dilalui berupa jalan aspal Kabupaten

Page 128: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

113

dengan kondisi baik dan jalan di lokasi objek berupa jalan aspal. Pada beberpa

titik jalan akses pantai terdapat lubang dan genangan air sehingga kurang

memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Untuk mencapai objek wisata ini

wisatawan disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi baik motor atau

mobil, atau bisa juga menggunakan bus pariwisata. Hal ini disebabkan karena

transportasi umum yang ada tidak memiliki rute untuk masuk ke lokasi objek

wisata yang memiliki jarak cukup jauh dari jalan kabupaten.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 5 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI PUTRA

MUTUN

D. Pantai Mukhtar Sani Town (MS Town)

Akses menuju pantai MS Town melalui jalan aspal kabupaten yang juga

menjadi penghubung dengan objek wisata lainnya dengan kualitas jalan baik

dan dapat ditempuh perjalanan dengan kendaraan mobil atau motor pribadi,

bus, dan transportasi umum dengan waktu kurang lebih selama 35 menit dari

Bandar Lampung. Untuk menuju lokasi ini dirasa pengunjung perlu

menggunakan kendaraan pribadi mengingat ketersediaan transportasi umum

sangat terbatas saat ini. Sedangkan untuk kualitas jalan di dalam lokasi berupa

jalan tanah padat berbatu.

Page 129: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

114

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 6 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MS TOWN

E. Pantai Mutun Haruna Jaya/Pulau Tembikil

Perjalanan menuju Pantai Mutun Haruna Jaya ini dapat ditempuh dengan

kendaraan darat dengan prasarana jalan aspal kabupaten. Untuk jalan dalam

lokasi merupakan jalan tanah padat berbatu yang menghubungkan dengan

lokasi wisata lainnya. Dalam mencapai lokasi ini wisatawan harus

menggunakan transportasi pribadi karena terbatasnya transportasi umum dari

jalan utama menuju lokasi objek wisata. Fasilitas penunjuk arah lokasi objek

ini masih sangat kurang hanya terdapat pada jalan utama atau pintu masuk

menuju lokasi Kawasan Pantai Mutun.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 7 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI MUTUN

HARUNA JAYA

F. Pantai Sari Ringgung

Akses jalan menuju pantai ini dapat dikatakan sudah dalam kondisi baik,

untuk jalan utama menuju lokasi ini berupa jalan aspal Kabupaten dan jalan

masuk menuju lokasi wisata melalui jalan sepanjang 2 km berupa jalan aspal

Page 130: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

115

yang saat ini sedang dalam pembangunan. Untuk jalan di lokasi pantai sudah

cukup baik berupa jalan tanah padat. Sama halnya seperti pantai yang ada di

KSPD Teluk Pandan lainnya, pengunjung disarankan untuk membawa

kendaraan pribadi atau menggunakan bus pariwisata karena ketersediaan

kendaraan umum yang masih terbatas dan hanya melalui pintu masuk ke lokasi

objek wisata tidak sampai masuk kedalam lokasi objek wisata. Untuk

mengunjungi pantai ini pengunjung membutuhkan waktu selama kurang lebih

50-60 menit perjalanan dari Kota Bandar lampung.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 8 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI SARI

RINGGUNG

G. Wisata Hutan Mangrove Petengoran

Wisata Hutan Mangrove Petengoran merupakan objek wisata yang baru saja

di kembangkan oleh masyarakat Desa Gebang melalui Bumdes. Lokasinya

yang berdekatan dengan Taman Wisata Dewi Mandapa membuat askes untuk

menuju lokasi ini dapat dicapai dalam waktu selama kurang lebih 1 jam dari

Bandar Lampung melalui akses jalan aspal kabupaten. Untuk jalan masuk

menuju lokasi objek wisata ini memiliki kualitas yang sangat buruk, jalan tanah

berlumpur yang terdapat banyak genangan dan jalan menjadi cukup licin

karena berupa tanah/lumpur. Sedangkan, untuk di dalam lokasi objek

wisatanya pengelola membuat Broadwalk sepanjang 2 km dari bahan baku

kayu yang berada di atas air laut. Sama halnya dengan objek wisata Dewi

Mandapa Untuk berwisata lokasi ini tidak tersedia transportasi umum, jadi

pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.

Page 131: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

116

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 9 KONDISI EKSISTING BROADWALK DI HUTAN

MANGROVE PETENGORAN

H. Taman Wisata Dewi Mandapa

Taman Wisata Dewi Mandapa dapat dicapai melalui akses jalan aspal

kabupaten dengan waktu tempuh untuk sampai ke objek ini selama kurang

lebih 1 jam dari Bandar Lampung. Untuk jalan masuk menuju lokasi objek

wisata Dewi Mandapa jalannya masih berupa tanah/lumpur dengan kualitas

sangat buruk serta di musim penghujan terdapat banyak genangan dan jalan

menjadi cukup licin. Untuk berwisata lokasi ini tidak tersedia transportasi

umum, jadi pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 10 KONDISI EKSISTING JALAN DI TAMAN WISATA

DEWI MANDAPA

I. Pantai Ketapang

Untuk menuju Pantai Ketapang pengunjung akan melalui jalan kabupaten

dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi

objek wisata yang sudah tertata dengan jalan aspal di area permukiman dan di

Page 132: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

117

dalam lokasi objek wisata tanah padat. Untuk sampai ke lokasi ini tersedia

angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya Rp.10.000. Waktu yang harus

ditempuh wisatawan dari Bandar Lampung ke Pantai Ketapang sekitar 60-70

menit.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 11 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI KETAPANG

10. Pantai Kelapa Rapat

Pantai yang berada di dalam kawasan TNI AL ini memiliki akses yang baik.

Untuk menuju lokasi objek wisata ini pengunjung akan melalui jalan kabupaten

dengan kondisi sangat baik berupa jalan aspal sedangkan untuk didalam lokasi

objek wisata yang sudah tertata dengan jalan tanah padat. Untuk menuju

sampai ke lokasi ini tersedia angkutan umum dari Pasar Cimeng dengan biaya

Rp.10.000. Waktu yang harus ditempuh dari Bandar Lampung ke Pantai Klara

mencapai 60-75 menit.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 12 KONDISI EKSISTING JALAN DI PANTAI KELAPA

RAPAT

Page 133: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

118

B. Analisis Ketersedian dan Kualitas Infrastruktur Jalan

Infrastruktur jalan di Kawasan Strategis Priwisata Derah Teluk Pandan telah

tersedia. Untuk menunjang kegiatan wisata yang ada di Teluk Pandan yang

termasuk ke dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung, sangat penting

memiliki ketersediaan infrastruktur daerah yang memadai dan layak. Ketersediaan

infrastruk tur menjadi salah satu faktor penentu bagi keberhasilan penyelenggaraan

pembangunan suatu daerah dan sebagai pendukung untuk perkembangan sektor

pariwisata. Infrastruktur fisik dalam hal ini khususnya sarana dan prasarana

transportasi menjadi unsur penting yang harus ada untuk mempermudah perjalanan

menuju berbagai destinasi wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran. Kawasan

objek wisata yang cukup dekat dengan Kota Bandar Lampung sebagai Ibu Kota

Provinsi Lampung dengan sarana prasarana perkotaan yang cukup lengkap dan

aksesibilitas yang baik menjadikan kawasan wisata pesisir pantai Teluk Pandan ini

sangat potensial untuk dikunjungi Wisatawan Nusantara maupun Wisatawan

Mancanegara. Berikut peta kondisi jalan pada ojek wisata Teluk Pandan :

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 13 PETA KONDISI JALAN DI OBJEK WISATA PESISIR

TELUK PANDAN

PETA KONDISI EKSISTING JALAN PADA OBJEK WISATA PANTAI DI TELUK PANDAN

Pantai Queen Artha Pantai MS Town Pantai Putra Mutun

Pantai Haruna Jaya

Pantai Sari

Ringgung

Hutan Mangrove

Petengoran

Taman Dewi Mandapa

Pantai Ketapang

Pantai Kelapa

Rapat

Pantai Mutun

Asri

Page 134: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

119

Aktifitas perhubungan di Kabupaten Pesawaran yang lebih cenderung

menggunakan perhubungan darat yang melalui jalan raya dengan status jalan

Kabupaten dengan kondisi yang baik. Berdasarkan data dari RPJMD Kabupaten

Pesawaran 2016-2021, pada tahun 2014, Jalan kabupaten sepanjang 779,860 km

yang terdiri dari 135 km jalan hotmix, 354 km jalan lapen, 122,202 jalan

onderlaagh, dan 169 km jalan tanah yang berada dibawah pengawasan Dinas

Pekerjaan Umum Kabupaten Pesawaran. Kabupaten Pesawaran yang memiliki

tingkat aksesibilitas yang sangat baik dan merupakan jalur lintasan wisata utama

Provinsi Lampung. Kondisi Jalan di Kabupaten Pesawaran per Desa/Kelurahan di

Kecamatan Teluk Panda pada tahun 2019, sebagai berikut:

TABEL 4. 1 PANJANG JALAN (KM), KONDISI DAN KLASIFIKASI

JALAN DI KECAMATAN TELUK PANDAN

No Desa/Kelurahan

Baik &

Aspal

Sedang &

Onderlaag

Rusak &

Tanah

Rusak

Berat &

Hotmix Jumlah

1 Batu Menyan 4 1 0 0 5

2 Gebang 20 0 20,5 0 40,5

3 Sidodadi 5 2 4 0 11

4 Hanura 15 10,5 3 0 28,5

5 Cilimus 7 3 6 0 16

6 Hurun 7 1 8 0 16

7

Sukajaya

Lempasing 12 `6,2 12 0 24

8 Munca 4 0 12 0 16

9 Tanjung Agung 15 12 15,5 0 42,5

10 Talang Mulyo 12 0 0 0 12

Total Panjang Jalan 101 29,5 81 0 211,5 Sumber : BPS, Kecamatan Teluk Pandan dalam Angka 2019

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui Kecamatan Teluk Pandan yang

memiliki 10 objek wisata pantai yang menjadi wilayah penelitian memiliki total

panjang jalan 211,5 Km dengan jalan yang memiliki kondisi baik dengan klasifikasi

jalan aspal sepanjang 101 Km, jalan dengan kondisi sedang dengan klasifikasi jalan

onderlaag sepanjang 29,5 Km, kondisi jalan rusak dan klasifikasi jalan tanah

Page 135: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

120

sepanjang 81, dan jalan yang dalam kondisi rusak berat dan klasifikasi hotmix tidak

ada. Dalam rentang waktu dari tahun 2015-2019 Kabupaten Pesawaran sedang

giat-giatnya melakukan pembangunan dan perbaikan jalan. Dari data yang ada dan

kondisi eksisting dapat dikatakan bahwa untuk kondisi jalan yang baik dan telah

memenuhi standar hanya jalan kabupaten dengan klasifikasi jalan aspal/hotmix

sedangkan, untuk jalan menuju lokasi objek wisata masih mengalami masalah dan

perlu pembangunan serta perbaikan kualitas jalan. Saat ini pembangunan dan

perbaikan sudah mulai dilakukan di jalan masuk pada beberapa kawasan objek

wisata Pantai Mutun dan Pantai Ketapang dengan kualitas jalan baik aspal. Namun,

masih berlubang dan dibeberapa titik sehingga menjadi area genangan air pada saat

terjadi hujan. Selain itu, Pantai Sari Ringgung juga saat ini sedang melakukan

pembangunan dan perbaikan jalan untuk menuju objek wisata dengan

menggunakan aspal dan di dalam lokasi wisatanya jalan tanah padat.

4.1.1.3 Dermaga

Dermaga yang terdapat di kawasan pariwisata berfungsi untuk mendukung

pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke kawasan pariwisata yang ada

maupun pergerakan di dalam kawasan pariwisata serta kegiatan ekonomi lainya.

Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersediaan dan kondisi kualitas

Dermaga yang ada di 10 objek wisata pesisir di Teluk Pandan:

A. Kondisi Eksisting Dermaga di Teluk Pandan

1. Pantai Queen Arta

Pada lokasi objek wisata ini tidak memiliki dermaga sebagai fasilitas yang

menunjang sarana kepariwisataannya. Salah satu daya tarik bagi wisatawan

berkunjung ke lokasi objek wisata ini salah satunya untuk menyeberang ke

Pulau Permata dan Pulau Tembil. Untuk menyebrang ke pulau terdekat tersebut

pengunjung biasanya menggunakan jasa penyeberangan perahu di dermaga

pada tempat pelelangan ikan (TPI) yang berada di dekat lokasi objek wisata

dengan jarak sekitar 100-300 meter.

Page 136: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

121

2. Pantai Mutun Asri

Pantai Mutun Asri merupakan salah satu pantai yang berada di Desa

Sukajaya Lempasing, Kecamatan Teluk Pandan. Pantai ini memiliki 4 dermaga

sebagai salah satu infrastruktur penunjang kegiatan wisatanya dan ekonomi

masyarakat lokal yang mayoritas bekerja sebagai nelayan. Namun, untuk

kondisi dari 3 dermaga yang ada saat ini sudah dalam keadaan baik dan 1

dermaga lagi dalam keadaan rusak dan tidak beroperasi. Biasanya perahu atau

kapal dengan berukuran kecil dan sedang yang bersandar di dermaga ini.

Melalui dermaga yang ada disini pengunjung dapat melakukan penyeberangan

ke Pulau Tangkil, Pulau Tegal Mas dan Pulau Pahawang.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 14 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI

PANTAI MUTUN ASRI

3. Pantai Putra Mutun

Pantai Putra Mutun merupakan salah satu objek wisata yang terdapat di

Kabupaten Pesawaran yang memiliki fasilitas sarana pendukung periwisata

berupa dermaga. Dermaga yang ada di Pantai Putra Mutun ini terbuat dari

beton dengan kualitas yang baik. Dermaga ini berfungsi sebagai tempat

bersandarnya perahu dan juga tempat naik dan turunnya wisatawan dari perahu

masyarakat. Pantai dengan laut yang cukup dalam ini sering dimanfaatkan

sebagai tampat untuk memancing oleh masyarakat lokal dan juga wisatawan.

Dari dermaga ini wisatawan dapat mengunjung objek wisata lainnya seperti

Pulau Tangkil, Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas.

Page 137: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

122

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 15 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI

PANTAI PUTRA MUTUN

4. Pantai MS Town

Ketersediaan sarana penunjang kepariwisataan berupa dermaga tersedia di

Pantai MS Town. Kondisi dermaga yang ada di pantai ini dalam kondisi baik

dan menjadi salah satu daya tarik sebagai tempat berfoto. Desain dermaga yang

kekinian yang terbuat dari kayu dengan ornamen hiasan lampu dan spot foto

menambah keindahannya. Dermaga yang ada di Pantai MS Town ini sebagai

tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan yang menerima jasa

penyebrangan ke pulau-pulau kecil terdekat dengan tujuan Pulau Ketapang,

Pulau Pahawang, Pulau Maitem dan Pulau Tegal Mas.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 16 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI

PANTAI MS TOWN

5. Pantai Haruna Jaya / Pulau Tembikil

Pantai Haruna Jaya dalam pengelolaan pariwisatanya tidak memiliki

fasilitas sarana pendukung seperti dermaga. Hal tersebut karena kondisi pantai

yang landai membuat wisatawan dapat naik ke perahu dari bibir pantai. Dari

Page 138: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

123

Pantai Haruna Jaya ini wisatawan dapat mengunjungi objek wisata pulau-pulau

kecil seperti Pulau Tangkil, Pulau Pahawang dan Pulau Tegal Mas. Penyediaan

jasa perahu penyebrangan di objek wisata ini menggunakan perahu-perahu

masyarakat lokal Pantai Mutun.

6. Pantai Sari Ringgung

Pantai Sari Ringgung merupakan salah satu objek wisata yang cukup banyak

diminati wisatawan baik dalam maupun dari luar Provinsi Lampung.

Banyaknya atraksi wisata yang ditawarkan di pantai ini menjadi daya tarik

tersendiri bagi wisatawan. Dalam menunjang berbagai kegiatan wisata di

pantai ini, pihak pengelola menyediakan 2 dermaga degan kondisi dan kualitas

yang baik serta masih aktif beroperasi. Dalam pengoperasiannya dermaga ini

melayani jasa perahu penyebrangan dar Pantai Sari Ringgung menuju berbagai

objek wisata disekitarnya, seperti Pasir Timbul, Pulau Tegal Mas, Pulau

Pahawang, Masjid Terapung, dan Spot Sari (area snorkling).

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 17 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI

PANTAI SARI RINGGUNG

7. Wisata Hutan Mangrove Petengoran

Kawasan objek wisata ini berdekatan dengan Taman Wisata Dewi

Mandapa. Pada objek wisata yang baru dibuka ini juga tidak tersedia fasilitas

sarana penunjang kegiatan wisara berupa dermaga. Namun, dalam kegiatan

wisatanya Hutan Mangrove Petengoran juga menyediakan jasa perahu

penyeberangan menuju objek wisata Pasir Timbul dan Pulau Tegal Mas.

Page 139: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

124

Perahu-perahu yang digunakan merupakan perahu nelayan milik masyarakat

lokal.

8. Taman Wisata Dewi Mandapa

Taman Wisata Dewi Mandapa merupakan objek wisata yang menjual

keindahan alam pantai di Kawasan Teluk Lampung dengan rimbunnya hutan

mangrove yang ada disekitar objek wisata ini. Untuk ketersediaan dari fasilitas

sarana berupa dermaga di objek wisata ini belum tersedia. Karakteristik objek

wisata pantai dengan laut yang landai ini, menjadikan perahu dapat menepi di

dekat bibir pantai dan apabila terdapat pengunjung yang ini menyebrang

biasanyan menggunakan perahu milik masyarakat lokal yang berada di dekat

objek wisata ini.

9. Pantai Ketapang

Pantai yang terkenal dengan kebun kelapa dan pemandangannya yang indah

ini berada di dekat dermaga penyebrangan terbesar dii Kabupaten Pesawaran,

yaitu Dermaga Ketapang. Dalam ketersediaan fasilitas sarana dermaganya,

disini memiliki 4 dermaga yang terbuat dari beton dan dalam kondisi yang baik.

Dermaga Ketapang menjadi salah satu dermaga tersibuk yang ada di Provinsi

Lampung. Hal tersebut karena dermaga ini menjadi tempat penyedia jasa

perahu penyebrangan ke berbagai objek wisata yang ada di Teluk Lampung

dan menjadi tempat bersandarnya bagi ratusan perahu/kapal nelayan. Dari

dermaga ini objek wisata lain yang dapat dikunjungi, yaitu Pulu Pahawang,

Pulau Kelagian, Tanjung Putus, Pulau Maitem, Pulau Tegal Mas, dan berbagai

objek wisata lainnya.

(a) (b)

Page 140: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

125

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(c) (d)

GAMBAR 4. 18 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI

PANTAI KETAPANG

(A) DERMAGA 1 (B) DERMAGA 2 (C) DERMAGA 3 (D) DERMAGA 4

10. Pantai Kelapa Rapat (Klara)

Objek wisata satu ini juga merupakan salah satu pantai yang telah memiliki

ketersedian fasilitas sarana berupa dermaga. Di Pantai Klara ini terdapat 2

dermaga yang terbuat dari kayu dengan kondisi dan kualitas yang baik.

Dermaga yang ada di pantai ini semakin menarik karena diberi cat yang

berwarna warni, disediakannya pondok/tempat untuk menunggu perahu dan

spot foto bagi wisatawan. Wisatawan dapat menggunakan jasa perahu

penyebrangan untuk mengunjungi berbagai objek wisata lainya, seperti Pulau

Kelagian, Pulau Pahawang, Pulau Maitem, dan Pulau Lunik.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 19 KONDISI EKSISTING DERMAGA DI

PANTAI KELAPA RAPAT

Page 141: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

126

B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Dermaga di Teluk Pandan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan ketersediaan dermaga di KSPD

Teluk Pandan dapat dikatakn telah tersedia dengan 6 dari 10 objek wisata memiliki

dermaga. Apabila meninjau Peraturan Direktur Jendral Perlindungan Hutan dan

Konservasi alam tentang Pembangunan Sarana Pariwisata, fasilitas untuk

menunjang sarana kepariwisataan berupa dermaga harus dalam bentuk dermaga

apung dan menggunakan pancang apung serta pelaksanaannya berpedoman pada

ketentuan teknis dari instansi yang berwenang dan lokasinya berdasarkan rencana

pengelolaan. Namun, pada kondisi eksistingya dermga yang ada pada kawasan

obejk wisata pesisi pantai di Teluk Pandan terbuat dari beton dan belum memenuhi

syarat tersebut. Berikut Peta Kondisi Eksisting Demaga di Teluk Pandan.

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 20 PETA KONDISI EKSISTING DERMAGA DI

TELUK PANDAN

Dalam ketersediaanya dan kualitasnya di kawasan wisata pesisir pantai

Kabupaten Pesawaran dermaga hanya tersedia di beberapa objek wisata saja dan

dalam pengoptimalan fungsinya pun tidak hanya untuk mendukung kegiatan

Page 142: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

127

perpindahan wisatawan, namun dipergunakan juga sebagai kegiatan ekonomi

masyarakat nelayan sebagai tempat bersandarnya perahu.

TABEL 4. 2 JUMLAH DAN KONDISI DERMAGA PADA OBJEK

WISATA PESISIR DI TELUK PANDAN

No Objek Wisata

Bai

k

Sed

ang

Ru

sak

Ru

sak

Ber

at

Keterangan

1 Pantai Queen Arta 0 0 0 0

Tidak tersedianya dermaga di objwk

wisata ini karena dilayani dermaga di

Tempat Pelelangan Ikan

2 Pantai MS Town 1 0 0 0

Dermaga sebagai salah satu daya tarik

wisata dan juga tempat perpindahan

wisatawan yang ingin mengunjung pulau

disekitarnya

3 Pantai Haruna

Jaya/Pulau Tembikil 0 0 0 0

Kondisi pantai yang landai membuat

penumpang yang berknjung dan akan

melakukan perpindah tidak memerlukan

dermaga

4 Pantai Putra Mutun 1 1 0 0

Dermaga yang ada dioperasikan untuk

perpindahan wisatawan dan juga tempat

bersadarnya perahu nelayan

5 Pantai Mutun Asri 3 0 1 0

Dermaga yang ada di pantai ini beroperasi

sebagai tempat perahu nelayan bersandar

dan sebagai tempat bagi wisatawan untuk

melaukan perpindahan

6 Pantai Sari Ringgung 2 0 0 0

Penyedian dermaga sebagai tempat

perpindahan wisatawan untuk menuju

objek wisata disekitarnya

7 Pantai Kelapa Rapat 2 0 0 0

Dermaga yang ada menjadi salah satu daya

tarik wisata dan juga tempat wisatawan

melakukan perpindahan

8 Taman Wisata Dewi

Mandapa 0 0 0 0

Patai yang landai dan memiliki pulau kecil

ini membuat naik turun penumpang ke

kapal tidak perlu melalui dermaga

9 Pantai Ketapang 3 1 0 0

Lokasi Pantai Ketapang berekatan dengan

Dermaga Ketapang yang menjadi tempat

perpindahan bagi wisatawan ke berbagai

objek wisata pulau-pulau kecil dan juga

sebagai perahu nelayan bersandar

10 Hutan Konservasi

Mangrove Petengoran 0 0 0 0

Baru di buka dan dikembangkannya objek

wisata ini membuat belum tersedianya

dermaga Sumber : Hasil Observasi, 2020

Dari data di atas dapat diketahui untuk objek wisata yang memiliki dermaga

terbanyak ialah Pantai Ketapang dan Pantai Mutun Asri dengan total terdapat 4

Page 143: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

128

dermaga yang beroperasi setiap harinya untuk perpindahan wisatawan dan nelayan

lokal. Kemudian diikuti Pantai Sari Ringgung, Pantai Putra Mutun dan Pantai

Kelapa Rapat yang meiliki 2 dermaga, untuk Pantai MS Town 1 dermaga.

Sedangkan untuk Pantai Queen Arta, Pantai Haruna Jaya, Taman Wisata Dewi

Mandapa, dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran tidak tersedia dermaga di

objek wisatanya. Dalam Pemenuhan nilai estetikanya, sebuah dermaga kiranya juga

dapat menarik secara visual. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan

dermaga yang memiliki nilai estetika berada di objek wisata Pantai MS Town dan

Pantai Kelapa Rapat, disana dermaga terbuat dari kayu dan diberi cat semenarik

mungkin. Selain untuk tempat bersandarnya kapal dan akses penyebrangan

wisatawan, dermaga yang ada di lokasi objek wisata tersebut menyediakan spot

untuk berfoto. Untuk dermaga yang terdapat di Pantai Kelapa Rapat memiliki

keunggulan adanya nilai estetika yang tidak terlepas dari budaya Lampung, hal

tersebut terlihat dari ornamen dan spot foto yang disediakan seperti Siger dan

pengantin yang menggunakan pakaian adat Lampung.

4.1.2 Penyediaan Air Bersih

Identifikasi penyediaan air bersih yang ada di objek wisata pantai Teluk Pandann

di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung. Menurut Peraturan Direktur

Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi alam tentang fasilitas untuk menunjang

sarana kepariwisataan berupa penyediaan jaringan air bersih dibangun dengan

kententuan diupayakan dibangun dalam tanah. Kondisi sanitasi dasar manusia yang

baik akan selalu dikaitkan dengan tersedianya air bersih. Persediaan air yang

banyak dengan kualitas yang lebih baik akan lebih cepat meningkatkan derajat

kesehatan. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan sumber, kualitas dan

pendistribusian air bersih yang ada di 10 objek wisata pesisir :

A. Kondisi Eksisting Penyediaan Air Besih di Objek Wisata Teluk Pandan

1. Pantai Queen Arta

Dalam memenuhi kebutuhan air bersih di Pantai ini, pihak pengelola dan

masyarakat membuat sumur galian/bor. Hal tersebut sebagai cara masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan air bersih karena lokasi objek wisata ini tidak

terlayani oleh PDAM. Untuk mendapatkan air yang bersih dan layak konsumsi

Page 144: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

129

pihak pengelola dann masyarakat membuat sumur bor di lokasi yang cukup

jauh dari objek wisata, yaitu di dekat jalan kabupaten. Pemilihan lokasi sumur

bor yang jauh dikarenakan air tanah yang berada di lokasi objek wisata

memiliki rasa yang payau. Dalam pendistribusiannya pengelola dan

masyarakat menggunakan mesin pompa dan juga sistem perpipaan dengan

jarak kurang lebih 100-300 m dari lokasi objek wisata. Kualitas air dari sumur

bor ini baik dalam artian tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Dalam

pemanfaatannya untuk kegiatan wisata air ini digunakan untuk kamar

mandi/bilas, toilet, air wudhu, dan konsumsi sehari hari.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 21 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA

PANTAI QUEEN ARTHA

2. Pantai Mutun Asri

Pantai Mutun Asri dalam penyediaan air bersih untuk keperluan kegiatan

wisata pantai ini menggunakan sumur bor. Sama halnya dengan objek wisata

lain di kawasan wisata Pantai Mutun. Sumur bor yang digunakan di pantai ini

juga memiliki kualitas air yang tidak terlalu baik. Air memiliki rasa yang

payau, tidak berwarna dan tidak berbau. Air tersebut digunakan untuk

memenuhi kebutuhan kegiatan wisata dan juga kebutuhan sehari-hari

masyarakat yang tinggal di dekat objek wisata ini.

Page 145: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

130

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 22 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI MUTUN ASRI

3. Pantai Putra Mutun

Ketersediaan jaringan air bersih di Pantai Putra Mutun untuk menunjang

sarana kepariwisataan sudah terpenuhi. Pengelola memenuhi kebutuhan air

bersih dengan menggunakan sumur bor dan juga air membeli air PAM untuk

menambah supply air bersih pada musim liburan. Kualitas air yang disediakan

untuk aktivitas wisata dengan kualitas yang baik, dalam artian tidak berwarna,

tidak berbau dan tidak berasa. Dalam pendistribusian air bersih di lokasi objek

wisata ini dengan menggunakan pompa air yang ditampung di tangki

air/tedmon dan kemudian disalurkan melalui pipa-pipa menuju mushola, toilet,

kamar mandi, dan penginapan.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 23 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI PUTRA

MUTUN

4. Pantai MS Town

Penyediaan jaringan air bersih dalam mendukung berbagai kegiatan wisata

di Pantai MS Town ini di supply dari air sumur bor untuk memenuhi kebutuhan

Page 146: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

131

air bersih dalam kegiatan pariwisata di hari biasa. Ketika memasuki musin

liburan pengelola menambah supply air bersih dengan membeli air PAM yang

dibeli dari agen dengan menggunakan truk tangki air. Air yang dibeli tersebut

kemudian ditampung didalam tanki air/tedmon kemudian didistribusikan

dengan menggunakan pipa ke kamar mandi, toilet, mushola, dan cafe yang ada

di objek wisata ini. Kualitas air yang digunakan di objek wisata ini tidak

berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 24 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA PANTAI MS TOWN

5. Pantai Haruna Jaya/Pulau Tembikil

Pantai dengan fasilitas yang cukup lengkap ini menyediakan air bersih yang

bersumber dari sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan

wisata pantai. Kualitas air yang didapat dari sumur bor memiliki rasa yang

payau dengan warna sedikit keruh. Untuk mensiasati agar air tidak begitu

terasa payau, pihak pengelola pantai membeli air PAM dari agen air bersih dan

dibawa dengan mobil khusus pengangkut air bersih. Kemudian air sumur yang

telah ditampung dalam bak penampungan/tedmon dicampurkan dengan air

PAM dan kemudian didistribusikan ke beberapa titik kegiatan yang

membutuhkan air bersih, seperti toilet, kamar mandi dan mushola dengan

meggunakan pipa.

Page 147: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

132

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 25 AIR BERSIH DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA

(A) TEMPAT PENAMPUGAN AIR BERSIH (B) KUALITAS AIR

6. Pantai Sari Ringgung

Pantai dengan berbagai aktivitas wisata yang ditawarkan ini, menyediakan

jaringan air bersih untuk menunjang sarana kepariwisataannya. Pengelola

Pantai Sari Ringgung memenuhi kebutuhan akan air bersihnya dari sumur bor

dan dengan membeli air dari agen air bersih PAM. Karena kondisi air tanah

yang berada di dekat pantai memiliki kualitas buruk, pihak pengelola membuat

sumur di lokasi yang agak jauh dari bibir pantai. Selain itu, pengelola membeli

air bersih untuk supply pada saat memasuki musim liburan atau adanya

kunjungan denga jumlah yang banyak karena memiliki kualitas yang lebih

baik, seperti air yang jernih, tidak berasa dan juga tidak berbabau. Dalam

sistem pendistribuasiannya air bersih yang ada di tampung didalam bak

penampungan dan kemudian disalurkan dengan menggunakan pompa dan

sistem perpipaan ke berbagai fasilitas yang membutuhkan air bersih.

Page 148: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

133

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 26 AIR BERSIH DI PANTAI SARI RINGGUNG

(A) TEMPAT PENAMPUGAN AIR BERSIH (B) KUALITAS AIR

7. Wisata Hutan Mangrove Petengoran

Dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk kegiatan wisatanya, objek

wisata yang berada di tengah-tengah hutan mangrove ini memanfaatkan

sumber air bersih yang dibeli dari agen PAM. Hal ini dikarenakan objek wisata

Hutan Mangrove Petengoran belum memiliki dana untuk membuat sumur bor.

Untuk kualitas air pada objek wisata ini memiliki kualitas yang baik, air tidak

berwarna, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Air tersebut dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan air di toilet.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 27 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA

HUTAN MANGROVE PETENGORA

8. Taman Wisata Dewi Mandapa

Taman Wisata Dewi Mandapa memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan

memanfaatkan sumber air tanah atau sumur bor. Hal ini karena lokasi objek

Page 149: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

134

wisata yang tidak terlayani dengan PDAM. Sumur Bor yang dibuat oleh

pemilik memiliki kualitas air yang kurang baik, karena air berbau, memiliki

warna kecoklatan dan rasa yang payau. Dalam pendistribusian airnya

disalurkan dengan menggunakan pompa dan sistem perpipaan menuju tempat

yang membutuhkan air, seperti kamar mandi, toilet, dan mushola.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 28 AIR BERSIH DI OBJEK WISATA DEWI MANDAPA

9. Pantai Ketapang

Pantai yang berada dekat dengan kawasan permukiman ini, memberikan

fasilitas untuk menunjang sarana kepariwisataan berupa penyediaan jaringan

air bersih. Di lokasi objek wisata ini, sumber air bersih berasal dari sumur bor

dengan kualitas air yang baik. Air bersih yang ada di objek wisata ini tidak

berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Pengelola Pantai Ketapang

menyediakan air bersih untuk menunjang kegiatan wisatawan, seperti kamar

bilas, toilet, mushola, dan juga untuk kebutuhan pedagang. Air sumur tersebut

disedot dengan pompa air dan kemudian dialiri menuju berbagi tempat dengan

menggunakan sistem perpipaan.

Page 150: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

135

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 29 AIR BERSIH DI PANTAI KETAPANG

(A) SUMUR BOR (B) KUALITAS AIR

10. Pantai Kelapa Rapat (Klara)

Dalam memenuhi ketersediaan jaringan air bersih yang dapat menunjang

kegiatan wisatanya. Pantai Klara menggunakan air yang bersumber dari sumur

bor. Berbeda dengan beberapa pantai lainnya air sumur yang digunakan di

pantai ini memiliki kualitas yang baik, dalam arti air yang digunakan untuk

berbagai aktivitas memiliki kualifikasi tidak berwarna, tidak berasa dan juga

tidak berbau. Pengelola Pantai Kelapa Rapat memanfaatkan air dari sumur

tersebut untuk kegiatan, seperti mandi/bilas, air wudhu di mushola dan toilet.

Pendistribusian air bersih di pantai ini menggunakan pompa air yang

disalurkan melalui pipa.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 30 AIR BERSIH DI PANTAI KELAPA RAPAT

(A) SUMUR BOR (B) KUALITAS AIR

Page 151: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

136

B. Analisis Ketersediaan dann Kualitas Air Bersih di Objek Wisata Teluk

Pandan

Akses terhadap air bersih tampaknya belum tersedia dan secara kualitasnya

mengindikasikan baik bagi pemenuhan air bersih bagi penduduk serta berbagai

keperluan objek wisata di Pesawaran secara keseluruhan. Berdasarkan data RPJMD

Kabupaten Pesawaran 2016-2021, pada tahun 2015 ada sebanyak 62,46 persen

rumah tangga dengan sumber air minum untuk memasak adalah sumur.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan air

bersih untuk menunjang kegiatan wisata dan konsumsi masyarakat sehari-hari di 10

objek wisata dinyatakan belum terpenuhi dan belum terlayani oleh PDAM. Untuk

memenuhi kebutuhan air bersih tersebut pihak pengelola menggunakan

sumberdaya air yang dipakai saat ini di objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran

berasal dari :

Air Sumur Bor / Air tanah dangkal

Membeli air bersih PAM

Dalam penyediaan air bersih di objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran dirasa

masih kurang memadai dan apabila ditinjau dari RTRW Kabupaten Pesawaran

terkait rencana pelayanan air bersih di Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2031

dengan memakai standard Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 dengan

standard 60 – 220 lt/org/hari, namun dengan demikian cakupan pelayanannya pada

rentang 55 – 75 % penduduk yang terlayani. Hal ini memandang pada kawasan

pedesaan dapat memakai sumber mata air setempat seperti pegunungan, danau,

sungai sebagai pemenuhan kebutuhan akan air yang ternyata tidak layak untuk

dikonsumsi. Berdasarkan data BPS Kecamatan Teluk Pandan dalam angka 2019

diketahui bahwa kondisi eksistingnya terdapat beberapa objek wisata yang

menggunakan sumbur bor/air tanah dangkal untuk memenuhi kebutuhan air bersih

dalam kegiatan pariwisatanya, seperti Pantai Ketapang, Pantai Queen Arta, Pantai

Sari Ringgung, Pantai Kelapa Rapat dengan kualitas air yang baik. Namun, dalam

penggunaan sumur bor/air tanah dangkal juga terdapat masalah kualitas air yang

buruk atau dalam artian memiliki rasa payau dan warna yang keruh, seperti di Pantai

Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, dan Taman Wisata Dewi Mandapa. Untuk

mensiasati air sumur yang memiliki rasa payau dan berwarna keruh pengelola

Page 152: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

137

Pantai Haruna Jaya membeli air bersih PAM dengan menggunakan truk tangki air.

Sumberdaya air tersebut saat ini dipakai sebagai air bersih untuk mandi/bilas, cuci,

minum dan kegiatan lainnya. Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi

kegiatan wisata dan juga masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah

yang diambil dengan cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah

di permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air bawah

tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan berdampak

pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang diambil dengan

kedalaman sumur tertentu dapat terisi air laut.

4.1.3 Jaringan Listrik

Ketersediaan Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya menjadi

salah satu sarana yang menjadi bagian vital yang dapat mendukung berbagai

kebutuhan dan aktivitas wisata pada destinasi wisata pantai di Teluk Pandan.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesawaran 2011-2031, Jaringan listrik di wilayah

Kabupaten Pesawaran disalurkan melalui saluran tegangan menengah (SUTM) 20

KV yang selanjutnya didistribusikan melalui saluran tegangan rendah (SUTR) ke

wilayah permukiman.

A. Kondisi Eksisting Pelayanan Jaringan Listrik di Objek Wisata Teluk

Pandan

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 31 KETERSEDIAN JARINGAN LISTRIK

(A) KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR MUTUN (B) OBJEK WISATA

PANTAI SARI RINGGUNG

Page 153: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

138

Sepuluh objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran ini memiliki karakteristik

wilayah yang didominasi dengan fungsi permukiman penduduk dan obyek wisata

pantai, dengan kegiatan perdagangan, jasa, industri dan perikanan yang cukup

dominan. Oleh karena itu, dalam ketersediaan jaringan listrik dalam mendukung

berbagai kegiatan wisatanya hampir diseluruh objek wisata yang ada di Kabupaten

Pesawaran telah terlayani oleh jaringan listrik PLN. Objek Wisata yang telah

terlayani oleh jaringan listrik dari PLN diantaranya Pantai Queen Arta, Pantai MS

Town, Pantai Haruna Jaya, Pantai Putra Mutun, Pantai Mutun Asri, Pantai Sari

Ringgung, Pantai Ketapang, dan Pantai Kelapa Rapat. Sedangkan, masalah yang

terjadi untuk Taman Wisata Dewi Mandapa dan juga Kawasan Konservasi

Mangrove Petengoran hingga saat ini belum terlayani oleh jaringan listrik dari PLN.

Hal tersebut membuat hingga sampai saat ini dalam memenuhi kebutuhan akan

jaringan listrik di lokasi objek wisata belum terpenuhi secara menyeluruh dan

pengelola objek wisata sedang berupaya untuk mendapatkan sumber listrik yang

berasal dari permukiman terdekat dan generator listrik (genset).

B. Analisis Ketersediaan Pelayananan Jaringan Listrik di Objek Wisata

Teluk Pandan

Dari hasil observasi yang dilakukan pada KSPD Teluk Pandan dapat dinyatakan

bahwa dalam penyediaan jaringan listriknya telah tersedia dan hampir secara

keseluruhan terlayani oleh PLN. Berdasarkan RTRW Kabupaten Pesawaran 2011-

2031, jaringan listrik di wilayah Kabupaten Pesawaran disalurkan melalui saluran

tegangan menengah (SUTM) 20 KV yang selanjutnya didistribusikan melalui

saluran tegangan rendah (SUTR) ke wilayah permukiman. Daya yang terpasang

untuk setiap rumah berkisar antara 450 KVA sampai 3300 KVA. Daya yang

disalurkan PLN masih berkisar 60 % dari daya yang terpasang, sedangkan 40 %

masih merupakan cadangan tenaga untuk mengatisipasi kebutuhan listrik di

wilayah Kabupaten Pesawaran sampai 10 tahun mendatang. Dalam pemenuhan

kebutuhan listrik untuk kegiatan wisata yang ada di Kabupaten Pesawaran sebagian

besar telah terlayani dari listrik PLN, namun belum secara keseluruhan terlayan

karena masih terdapat objek wisata yang kebutuhan listriknya belum terlayani

Page 154: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

139

seperti Taman Wisata Dewi Mandapa dan Hutan Konservasi Mangrove Petengoran

yang sedang berupaya untuk menyambung listrik dari permukiman terdekat.

4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah

Sistem pengolahan limbah merupakan suatu infrastruktur atau fasilitas yang

disediakan khusus untuk menangani, menyalurkan, dan mengolah limbah dalam

hal ini sampah, air limbah rumah tangga, dan limbah hitam sehingga tidak

membahayakan bagi lingkungan. Analisa ini akan membahasa terkait dengan

ketersediaan infrastruktur dan fasilitas pengolahan limbah terkait persampahan,

drainase dan sanitasi pada kawasan objek wisata pesisir Teluk Pandan.

A. Kondisi Eksisiting Sistem Persampahan, Drainase dan Sanitasi di Objek

Wisata Teluk Pandan

1. Sistem Persampahan

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah pengelolaan sampah pantai yang

dapat menganggu kebersihan lingkungan dan kenyamanan pengunjung. Dalam hal

ini pengembangan infrastrukur terkait proses pengolahan sampah yang aman dan

efektif penting disediakan sehingga, masyarakat dan wisatawan tidak membuang

sampah ke sungai dan ke pantai. Selain itu, ketersediaan tempat sampah menjadi

salah satu fasilitas yang harus ada di lokasi objek wisata. Berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan, seluruh objek wisata yang termasuk kedalam

wilayah kajian telah menyediakan kontak sampah di berbagai titik di lokasi objek

wisatanya. Namun, walaupun demikian masih cukup banyak objek wisata yang

masih mengalami masalah kebersihan terkait dengan sampah yang terdapat di bibir

pantai. Permasalahan yang dihadapi pengelolaan sampah laut yang terbawa

ombak/angin dan juga karena lokasi objek wisata yang berada satu kawasan dengan

pemukiman. Selain itu, hal yang juga harus mendapatkan perhatian adalah

pengelolaan sampah yang belum maksimal, terutama ketika memasuki musim

liburan, ketika kunjungan di objek wisata sedang ramai sampah-sampah berserakan

dan bahkan masih banyak pengunjung yang membuang sampah langsung ke laut.

Kesadaran pengunjung dan pengelola masih kurang dalam menjaga kebersihan dan

kelestarian alam.

Page 155: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

140

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 32 PENGELOLAAN SAMPAH

(A) JENIS KOTAK SAMPAH YANG ADA DI SELURUH OBJEK

WISATA (B) PEMBAKARAN SAMPAH

Untuk proses pengolahan sampahnya Pantai Queen Arta, Pantai MS Town,

Pantai Haruna Jaya, Pantai Putra Mutun, Pantai Mutun Asri, Pantai Ketapang,

Pantai Kelapa Rapat, Taman Wisata Dewi Mandapa, dan Wisata Konservasi Hutan

Mangrove Petengoran membakar sampah yang telah di kumpulkan oleh petugas

kebersihan objek wisata dan kemudian mereka jadikan pupuk alami untuk tanaman

yang ada di objek wisata. Sedangkan, untuk objek wisata Pantai Sari Ringgung,

pada awalnya terdapat masalah terkait dengan sampah yang dibuang ke kawasan

konservasi hutan mangrove namun, setelah mendapat teguran dari pemerintah dan

dinas terkait sampah yang sudah dikumpulkan di lokasi objek wisata ini kemudian

diangkut dengan truk pengangkut sampah. Tidak ada pengolahan lebih lanjut

seperti daur ulang dari sampah-sampah yang dihasilkan.

2. Drainase

Prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu kawasan ke

badan air penerima yaitu drainase menjadi salah satu infrastruktur yang harus

dimiliki di lokasi objek wisata. Destinasi wisata yang terdapat di Teluk Pandan

ini memiliki dominasi karakteristik wilayah dengan fungsi permukiman penduduk

dan objek wisata. Ketersediaan infrastruktur drainase yanga ada pada kawasan

permukinan dan objek wisata menjadi satu dan kemudian drainase tersebut

langsung dialiri menuju pantai. Kondisi seperti ini terjadi hampir pada setiap objek

Page 156: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

141

wisata lainnya yang ada di wilayah kajian penelitian ini sistem drainasenya

langsung mengalir ke laut tanpa adanya proses pengolahan. Tidak jauh berbeda,

untuk sistem drainase yang ada di Pantai Queen Arta air bekas pembuangan kamar

mandi/bilas dan kegiatan sehari-hari dialiri kerawa-rawa hutan mangrove yang

berada di belakangnya.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 33 SALURAN DRAINASE

(A) SALURAN DRAINASE DI OBJEK WISATA

(B) DRAINASE PADA KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR

3. Sanitasi

Kawasan pesisir di Teluk Pandan memiliki fungsi sebagai area pemukiman

dengan sumber daya yang melimpah bagi penduduk yang berprofesi sebagai

nelayan dan juga pelaku wisata. Dalam menjalankan fungsinya sebagai kawasan

pemukiman dan juga lokasi objek wisata pesisir, maka kawasan pesisir Teluk

Pandan harus memenuhi beberapa syarat dari sebuah kawasan pemukiman, yaitu

memenuhi ketersedian sarana dan fasilitas kesehatan lingkungan yang menjadi

salah satu syarat utama suatu kawasan dengan fungsi permukiman dan fungsi

pariwisata. Terkait dengan hal tersebut, syarat kesehatan lingkungan yang harus

dipenuhi untuk sebuah kawasan pemukiman dan lokasi wisata yang baik adalah

tersedianya akses bagi warga dan juga wisatawan dalam sarana sanitasi.

Page 157: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

142

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 34 SANITASI

(A) SEPTIC TANK DI PANTAI MUTUN HARUNA JAYA

(B) PROSES PEMBUATAN SEPTIC TANK DI PANTAI PUTRA MUTUN

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, dalam penyediaan sarana

sanitasi seperti septik tank pada 10 objek wisata pesisir yang ada di Kawasan Teluk

Pandan masyarakat memenuhi kebutuhan sarana tersebut secara individu atau pada

setiap Kepala Keluarga.

B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Sistem Pengolahan Limbah di Objek

Wisata Teluk Pandan

Dalam skala kabupaten atau di wilayah pedesaan seperti di 10 objek wisata

pesisir di Teluk Pandan, sistem pembuangan sampah dilakukan secara swadaya

oleh masyarakat dengan menimbun sampah di pekarangan rumah masing-masing.

Sampah dalam kawasan permukiman dikumpulkan oleh masing-masing rumah dan

sampah tersebut banyak yang dibakar oleh penduduk. Sumber sampah yang ada di

lokasi objek wisata bukan hanya dihasilkan dari kegiatan rumah tangga disekitar

objek wisata saja namun, sampah tersebut terbawa oleh ombak dari hilir sungai

ataupun dari lokasi lainnya disekitar objek wisata. Pada proses tata kelola sampah

di objek wisata seluruh objek wisata pesisir yang ada di Kecamatan Teluk Pandan

belum sesuai dengan arahan kebijakan dalam RTRW Kabupaten Pesawaran. Hal

tersebut dapat terlihat dari hasil observasi yang telah dilakukan, yaitu tidak

tersedianya pembuangan sampah terpadu (tertutup) di seluruh objek wisata pantai

di Teluk Pandan dan sampah yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata dan

perdagangan di lokasi objek wisata tidak dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian,

Page 158: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

143

yaitu organik; non organik; botol kaca; botol dan gelas plastik serta bahan plastik

lainnya melainkan semuanya digabung kedalam satu tempat sampah. Pihak

pengelola objek wisata hanya menyediakan kotak sampah dari drum bekas dan

tidak ada pemilahan sampah. Selain itu, untuk proses pengelolaan sampahnya

masih belum ramah lingkungan, dalam artian sampah yang telah dikumpulkan

kemudian dibakar dan tidak ada proses daur ulang. Untuk pengolahan sampah di

setiap Gerai limbah buangan dan limbah minyak goreng tidak ada penampungan

khusus. Pola perilaku wisatawan, pedagang, masyarakat disekitar lokasi objek

wisata, dan pengelola yang masih sangat sering membuang sampah sembarangan

menyebabkan terganggunya kenyaman dan kebersihan pantai sehingga,

mempengaruhi minat wisatawan untuk berlibur di lokasi objek wisata tersebut.

Oleh karena itu, dengan permaslahan persampahan yang masih kompleks di setiap

objek wisata pesisir di Teluk Pandan dirasa perlu adanya peningkatan kesadaran

dan peran dari masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan sistem

pengelolaan persampahan yang baik di lokasi objek wisata. Selain itu, perlu adanya

upaya penerapan pengelolaan sampah dengan menggunakan pendekatan konsep

4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang)

dan replace (mengganti) serta yang terpenting penyediaan prasarana Tempat

Pengumpulan Sementara (TPS) dan sarana pengankut sampah diseluruh kecamatan

yang hingga saat ini belum tersedia.

Untuk sistem drainase atau saluran pembuangan air lengkap dengan proses

pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota drainase/saluran air hujan dan

resapannya harus diperhatikan dengan baik untuk menghindari genangan air di

halaman bangunan. Drainase yang ada di lokasi objek wisata tergolong drainase

tersier dengan lebar 0,5 m dan tinggi 0,5-1 meter yang merupakan drainase terbuka.

Terdapat permasalahan dalam sistem drainase yang ada di lokasi objek wisata

terutama untuk sistem drainase yang berada di objek wisata yang berdekatan

dengan permukiman. Berdasarkan kajian RTRW Kabupaten Pesawaran terkait

pengembangan sistem pemusatan pada lokal primer dan sekunder yang terdapat

pada desa pusat permukiman hingga saat ini belum terlaksana. Air limbah rumah

tangga yang dihasilkan dialiri langsung menuju pantai tanpa ada proses pengolahan

dan penampungan air limbah. Hal tersebut tentunya merusak ekosistem laut dan

Page 159: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

144

juga menyebabkan air laut menjadi kotor sehingga dapat menimbulkan

ketidaknyamanan dan juga gatal-gatal pada kulit ketika berenang. Oleh karena itu,

dirasa perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL) penunjang drainase di seluruh objek wisata pesisir di Teluk Pandan.

Sedangkan, untuk sistem pengolahan limbah sanitasi yang ada di objek wisata

pesisir panta Teluk Pandan dalam pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-

masing Kepala Keluarga (KK) dan juga pengelola wisata. Selain itu, pada setiap

kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan tidak ada pengolahan lumpur tinja

secara rutin. Apabila ditinjau dari dokumen RTRW Kabupaten Pesawaran terdapat

rencana pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat

masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum, dimana pada kondisi

eksistingnya jamban komunal hanya terdapat pada fasilitas umum atau objek wisata

saja. Sedangkan, untuk pada kawasan permukiman padat masyarakat

berpenghasilan rendah di sekitar kawasan objek wisata sudah memiliki jamban

sendiri. Tetapi seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat

penting untuk memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan kebutuhan air

bersih masyarakat pesisir di Teluk Pandan pun menggunakan ai tanah. Oleh karena

itu, dirasa perlu adanya percepatan dalam pengadaan prasarana sarana pengolahan

lumpur tinja berupa truk pengangkut tinja dan modul instalasi pengolahan lumpur

tinja (IPLT) komunal dan untuk menyediakan jaringan sanitasi yang terpadu dengan

sistem jaringan wilayah di kawasan permukiman dan objek wisata pesisir di Teluk

Pandan.

4.1.5 Telekomunikasi

Mengingat pentingnya fungsi dari ketersediaan infrastruktur Teknologi

Informasi dan Komunikasi yang dapat memberikan kemudahan dalam mengakses

dan meningkatkan kualitas pelayanan informasi. Selain itu, ketersediaan

infrastruktur TIK juga diharapkan dapat merangsang mekanisme kegiatan

pariwisata yang mampu meningkatkan kegiatan ekonomi dan peningkatan

efektivitas. Untuk itu perlu adanya efisiensi koordinasi dari setiap instansi

pemerintah, swasta, masyarakat, dan wisatawan dalam lingkup yang lebih luas.

Menara telekomunikasi/ BTS (Base Transceiver Station) menjadi salah satu

Page 160: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

145

infrastruktur yang harus tersedia dalam upaya penerapan Smart Tourism. BTS

berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju

jaringan lain. Analisa ini bertujuan untuk menjabarkan ketersedian, kualitas dan

yang ada di 10 objek wisata pesisir Kabupaten Pesawaran di Kawasan Wisata

Terintegrasi Teluk Lampung.

A. Kondisi Eksisting Infrastruktur TIK di Objek Wisata Teluk Pandan

1. Ketersediaan Menara BTS (Base Transceiver Station)

Mengingat pentingnya fungsi jaringan telekomunikasi, untuk memudahkan dalam

berkomunikasi dan mengakses informasi. Menara telekomunikasi yang ada di objek

wisata pesisir Kabupaten Pesawaran tepatnya Kecamatan Teluk Pandan yang

bmemiliki 10 Destinasi wisata saat ini telah tersedia dan dibeberapa lokasi

merupakan menara miliki 1 operator dan ada juga yang menerapkan sharing tower.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

(a) (b)

GAMBAR 4. 35 INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI

(A) BTS DI KAWASAN PANTAI MUTUN

(B) OPERATOR PENGGUNA BTS DI PANTAI QUEEN ARTHA

Dalam pembangunannya dilakukan oleh provider itu sendiri dengan lokasi yang

cukup jauh atau tidak berdekatan. Sebaran menara BTS eksisting dapat dilihat pada

Gambar berikut.

Page 161: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

146

Sumber : Hasil Olahan Data, 2020

GAMBAR 4. 36 PETA PERSEBARAN BTS

DI KECAMATAN TELUK PANDAN

Saat ini di Kecamatan Teluk Pandan memiliki 18 unit menara telekomunikasi

dari berbagai provider ataupun penyedia menara. Untuk menara telekomunikasi

yang tersebar di dekat kawasan wisata pesisir pantai terdapat sebanyak 12 unit. Pada

kawasan objek wisata yang berada di Kecamatan Teluk Pandan ini memiliki

layanan jaringan internet yang sudah baik dengan layanan H+ hingga 4G. Seperti

halnya jaringan listrik, jaringan telepon pelayanannya dilakukan oleh instansi

tersendiri, yaitu PT. TELKOM sehingga, perencanaan sistem jaringan tersebut

mengikuti arahan dan rencana PT. TELKOM yang kemudian disesuaikan dengan

pola ruang kawasan Teluk Pandanm Kabupaten Pesawaran.

2. Aplikasi Pariwisata Provinsi Lampung

Aplikasi ini ditujukan untuk memperkenalkan sektor pariwisata yang ada di

Provinsi Lampung dengan memberikan informasi tentang destinasi wisata. Aplikasi

ini hadir sebagai upaya untuk pengembangan sektor pariwisata di Provinsi

Lampung dan juga tentunya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada

sektor pariwisata dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi

Page 162: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

147

Lampung baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Berikut

informasi yang tersedia di dalam aplikasi “Pariwisata Lampung”.

Sumber : Aplikasi Priwisata Lampung, 2020

GAMBAR 4. 37 APLIKASI PARIWISATA LAMPUNG DAN JENIS

INFORMASI YANG DISEDIAKAN

Pada aplikasi “Pariwisata Lampung” terdapat pilihan informasi yang tersedia

dalam bentuk kategori wisata, seperti informasi wisata buatan, wisata alam, wisata

budaya, wisata kuliner, hotel, dan juga kerajinan khas. Selanjutnya, pada aplikasi

ini juga terdapat informasi tekait dengan daftar event tahunan yang ada di Provinsi

Lampung. Selain memberikan berbagai informasi objek wisata yang sudah ada,

pada aplikasi ini juga kita bisa mendapatkan informasi terkait berbagai destinasi

baru di Provinsi Lampung. Aplikasi ini juga menyediakan informasi mengenai

Page 163: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

148

nomor–nomor penting dan juga daftar travel biro yang dapat digunakan oleh

wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Tidak hanya memberikan informasi

tentang apa saja destinasi dan kegiatan wisata yang dapat dilakukan di Provinsi

Lampung, pada aplikai ini juga penggunanya dapat mengakses informasi terkini

terkait capaian dan kegiatan dari Dinas Pariwisata Lampung.

B. Analisis Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Aplikasi Pariwisata di Objek

Wisata Teluk Pandan

Ketersediaanya infrastruktur TIK di lokasi objek wisata telah tersedia. Pada

kawasan objek wisata pesisir Teluk Pandan terdapat 18 BTS dengan penyedia dari

berbagai layanan operator. Dalam penyediaan menara BTS di kawasan ini terdapat

2 (dua) pola kerjasama antara perusahaan pengembang infrastruktur dengan

operator, yaitu pola sewa dan pola bagi hasil. Berdasarkan data dari hasil observasi

yang telah dilakukan pada beberapa BTS, masih terdapat operator yang

menggunakan menara sendiri yang hasilnya menyebabkan banyak menara

telekomunikasi/ BTS yang berkumpul di satu daerah. Oleh karena itu, pemerintah

daerah harus menggalakkan dan mengintervensi penggunaan menara bersama.

Selain lebih efisien, banyakya tower BTS yang tersebar dapat menyebabkan

fenomena “hutan tower” yang sebenarnya dapat dikurangi sehingga, tata letak pada

kawasa dapat diperbaiki. Dengan demikian Peraturan Daerah mengenai

penggunaan 1 tower secara bersama dapat dikeluarkan. Berdasarkan kriteria umum

dari penempatan BTS (PT. Telkom, 2006), BTS yang ada di Kabupaten Pesawaran

tepatnya Kecamatan Teluk Pandan telah memenuhi kriteria, seperti tidak berada

pada kawasan konservasi, tidak berada pada kawasan permukiman padat (KDB >

75%). Walaupun BTS berada di sekitar lokasi permukiman dan objek wisata, BTS

yang ada berada pada jarak radius 100 m dari permukiman penduduk dan kawasan

wisata tetapi tidak mengganggu pandangan.

Dalam menunjang kegiatan pariwisata di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung dan mendukung penerpan e-tourism recommendation dalamm upaya

pengembangan pariwisata melalui konsep Smart Tourism, pemerintah dalam hal ini

Dinas Pariwisata Provinsi Lampung telah meluncurkan aplikasi “Pariwisata

Lampung” sebagai bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan objek

Page 164: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

149

wisata. Dalam mendukung e-tourism recommendation aplikasi ini perlu

ditingkankan lagi dengan kelengkapan informasi yang detail dan juga peningkatan

pelayanan objek wisata yang dinilai masih cukup rendah dibeberapa objek wisata.

“Menurut saya aplikasi yang ada saat ini, seperti website yang dibuat aplikasi

karena sebetulnya informasi yang ada sama saja seperti website. Aplikasi yang

dibutuhkan wisatawan itu seperti wisatawann mengklik tujuan wisata dan keluar

informasi terkait dengan harga atau biaya yang harus dikeluarkan selama

berlibur.....terdapat pilihan paket dan juga harga yang harus dikeluarkan

sehingga memudahkan orang memilih, ada komputasi, sensor, dan big data

didalamnya. Jika aplikasinya sama dengan website, menurut saya mengabiskan

uang saja untuk daftar...” (B2-DI-01.01.03)

“Pariwisata mindsetnya bukan di pemerintah tapi kebutuhan wisatawan, yang

diubah pertama itu mindset pemerintah sebagai lembaga yang turut bertanggung

jawab mensejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata......Bagaimana

wisatawan bisa tertarik, salah satunya dengan memberikan informasi kepada

wisatawan...Semakin tinggi TIK yang dipakai akan memepercepat,

mempermudah dan murah. Jadi, ketika wisatawan mendapatkan informasi

tentang itu maka akan tertarik untuk berwisata. Oleh karena itu, mindest untuk

pemberian informasi pariwisata yang harus di perbaiki” (B1-DI-01.01.11)

Penilain pelayanan objek wisata dapat dilihat dari ketersediaan dan kualitas

pelayanan di setiap objek wisata. Pada aplikasi “Pariwisata Lampung” masih

terdapat layanan informasi yang belum memiliki data terkait, seperti pada bagian

informasi hotel, wisata kuliner, dan kerajinan pada aplikasi sama sekali belum

terdapat informasi apapun. Hal ini menunjukkan masih kurang lengkapnya

informasi yang ada pada aplikasi tersebut sehingga, dapat dikatakan bahwa aplikasi

tersebut tidak optimal pemanfaatannya dalam memberikan informasi kepada calon

wisatawan untuk saat ini.

Dalam penyediaan aplikasi sebagai bagaian dari Smart Tools, aplikasi yang

dibuat harus memuat berbagai informasi tentang berbagai hal terkait pariwisata.

Menurut Buhalls 2000 dalam Buhalls et al.,2013. Informasi yang ada pada smart

tools yang dalam hal ini ialah aplikasi pariwisata haru mencakup komponen 6A

pariwisata :

Page 165: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

150

TABEL 4. 3 KOMPONEN INFORMASI YANG HARUS TERSEDIA PADA

APLIKASI WISATA

Sumber : Buhalis, 2000 dalam Buhalis et al., 2103

Berdasarkan pada kajian yang telah dilakukan, aplikasi “Pariwisata Lampung”

saat ini sudah memasukan komponen attractions, availllable package, dan

amenities. Sedangkan untuk informasi komponen accessibility, activities, dan

ancillary belum tersedia pada aplikasi “Pariwisata Lampung”. Dalam menyediakan

aplikasi yang dapat merespon kebutuhan masyaratak Dinas Pariwisata Provinsi

Lampung perlu secepatnya memenuhi semua kebutuhan informasi bagi wisatawan

pada aplikasi “Pariwisata Lampung”. Hal tersesbut bertujuan untuk memberikan

kualitas pelayanan pariwisata yang baik dan tentunya dapat memberikan

kemudahan bagi calon wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata di Provinsi

Lampung.

“Ya aplikasi ideal itu tidak ada standarnya, aplikasi ideal itu aplikasi yang menyelesaikan masalah sesorang mengenai informasi. Kalau wisatawan ya tentu

informasi yang menjadi masalah mereka......pengunaan apliaksi itu dapat

mempermudah mendapat informasi, ada di gadget mereka dan dapat diakses saat

perjalanan. jika pemerintah tidak mampu menyediakan aplikasi tersebut dapat

menggandeng orang yang dapat membantu menyediakan hal tersebut” (B2-DI-

01.01.12)

Dalam penerapan Teknologi Infromasi dan Komunikasi untuk menunjang

berbagai kegiatan pariwsata pesisir pantai di Teluk Pandan saat ini masih sangat

minim. Keterbatasan pemahaman dala penggunaan teknologi dan juga keterbatasan

dalam penyediaan fasilitas TIK dalam menunjang kegiatan pariwisata saat ini masih

menjadi kendala utama dalam penerapannya.

“Walaupun kita sering menyebut saat ini kita berada di era 4.0 tetapi menurut

saya sebenarnya kita masih ada di era 2.0. Sebaiknya yang harus ditriger itu

kreatifitas para pelaku wisata dalam memanfaatkan TIK. Jadi, Dinas

Pariwiatanya ditriger dan pelaku pengguna pun ditriger karena itu akan

berkaitan dengan penggunaan sumber daya non pemrintah contoh ahli IT, ahli

Big Data, bahkan ahli perancang sistem. Kalo pemerintah saja tidak akan

Page 166: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

151

sanggup kesana, berat sekali. Dalam jangak waktu dekat belum bisa.... Jadi,

posisi pemerintah dalam konteks ini hanya sebagai pencipta ekosistem saja untuk

terciptanya kondisi yang bagus untuk memanfaatkan TIK oleh masyarakat,

komunitas, dan berbaagai bidang dan itu tugasnya kominfo juga sama masih

untuk menciptakan ekosistem digital.” (B1-DI-01.01.07)

Oleh karena itu, dalam pengembangan aplikasi Pariwisata Lampung perlu

adanya penambahan informasi secara detail terkait dengan informasi atraksi wisata,

informasi real time transportasi, akomodasi, dan juga informasi terkait dengan

perkiraan biaya tiket masuk objek wisata serta dapat membantu wisatawan dalam

menyusun rencana wisata selama di Provinsi Lampung. Hal tersebut bertujuan

untuk mempermudah wisatawan dan untuk memenuhi element Smart Tourism

terkait e-tourism recommendation system, real time traffic broadcast. tourist

attraction homepage, dan smart vehicle-scheduling.

4.2 Moda Transportasi Menuju Provinsi Lampung dan Objek Wisata Pantai

Teluk Pandan

Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan memiliki potensi yang besar

dalam pengembangan pariwisatanya. Lokasi kawasan wisata Teluk Pandan yang

strategis dan sangat dekat dengan Ibu Kota Provinsi Lampung, yaitu Kota Bandar

Lampung dengan aksesibilitas yang baik dan ketersediaan sarana prasarana

perkotaan yang relatif lengkap. Hal tersebut, menjadikan Kawasan Startegis

Pariwisata Daerah Teluk Pandan ini sangat potensial dikunjungi oleh wisatawan

nusantara maupun wisatawan mancanegara. Banyaknya daya tarik wisata pantai

dan pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik unggulan di Teluk Pandan dapat

menjadi pertimbangan bagi calon wisatawan untuk berkunjung ke satu objek wisata

atau bahkan beberapa objek wisata sekaligus. Pada bagian ini akan membahas

mengenai Moda Transportasi yang dapat digunakan untuk masuk ke Provinsi

Lampung dan KSPD Teluk Pandan.

A. Kondisi Eksisting Moda Transportasi

Pada dasarnya moda transportasi terdiri dari dua kata yaitu moda dan

transportasi. Moda memiliki arti bentuk atau jenis dan untuk kata transpotasi berarti

suatu kegiatan memindahkan sesuatu baik orang maupun barang dari satu tempat

ke tempat lain dengan atau tanpa sarana. Jadi, secara umum pengertian dari Moda

Page 167: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

152

Transportasi adalah jenis angkutan yang digunakan untuk melakukan perpindahan

dari suatu tempat asal ke tempat tujuan baik orang maupunn barang. Berikut moda

transportasi yang tersedia untuk menuju Provinsi Lampung dan KSPD Teluk

Pandan.

a. Pelabuhan dan Kapal Laut

Untuk melakukan perpindahan dari Pulau Jawa menuju Pulau Sumatera

terdapat Pelabuhan Merak, Banten – Pelabuhan Bakauheni sebagai tempat

penyeberangan dan sudah tersedia Kapal Roro/Ferry dengan jadwal

keberangkatan setiap 45 menit dengan total 5 dermaga dan waktu tempuh

perjalanan selama 2,5 – 4 jam yang lamanya waktu perjalanan tergantung pada

kondisi cuaca/gelombang laut. Saat ini peningkatan pelayanan transportasi

telah dilakukan, salah satunya ialah dengan penyediaan dermaga dan kapal

eksekutif Bakauheni-Merak. Dermaga dan kapal eksekutif merupakan dermaga

yang khusus disediakan untuk memberikan pelayanan yang maksimal demi

kenyamanan penumpang sehingga, memberikan kesempatan bagi para

wisatawan telah untuk menikmati berwisata sejak mereka berada di perjalanan.

pada tanggal 19 Desember 2018 dermaga dan kapal ini mulai beroperasi (soft

launching) dengan pelayanan 4 (empat) kapal kelas eksekutif yaitu : KMP

Sebuku, KMP Batu Mandi KMP Portlink, dan KMP Portlink III.

b. Bus Akap

Dari Pelabuhan Merak menuju Terminal Rajabasa Bandar Lampung tersedia

Bus atau Travel (Avanza, APV, L300) antar langsung tujuan dalam kota

Bandar Lampung. Biasanya bus akap berangkat dari terminal Bus Kalideres

atau Terminal Bus Kampung Rambutan menuju Terminal Bus Pelabuhan

Merak (Bus Ekonomi AC) dengan lama perjalanan sekitar 2 jam.

c. Bus DAMRI

Untuk pengunjung yang ingin bepergian dengan menggunakan bus DAMRI

yang saat ini telah melayani perjalanan menuju Lampung dengan tarif

Page 168: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

153

bervariasi yang disesuaikan dengan fasilitas yang ada di dalam busnya.

DAMRI Gambir – Bandar Lampung : Berangkat jam 8.00 – 10.00 dan 20.00 –

22.00. Untuk dari Jakarta pool Damri berada di Stasiun Gambir yang berada di

pusat kota. Bus DAMRI Bogor – Bandar Lampung : Berangkat jam 19.00,.

Untuk Pool Damrinya bergabung dengan Damri tujuan Bandara Soekarno

Hatta yang berada di dekat Botani Square. DAMRI Bandung - Bandar

Lampung : Berangkat jam 20.00,. Pool Damri berada di Stasiun Kereta

Bandung Jalan Kebon Kawung.

d. Transportasi Udara

Beberapa maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Sriwijaya

Air, Batik Air, Wings Air, Express Air, dan NAM Air siap melayani

penerbangan Bandara Radin Inten II, Lampung - Bandara Soekarno Hatta

Jakarta. Lama penerbangan yang dibutuhkan sekitar 45 menit. Bandar Radin

Inten II saat ini telah melayani penerbangan langsung ke beberapa kota besar

di Indonesia seperti : Batam, Palembang, Jakarta (HLP), Bandung, Yogyakarta,

Surabaya dan Denpasar. Dengan jadwal penerbangan setiap hari dengan sekitar

58 kali penerbangan.

e. Transportasi darat di Kawasan Objek Wisata

Untuk menuju 10 objek wisata pesisir di Kabupaten Pesawaran yang

termasuk ke dalam Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung, moda

transportasi yang dapat digunakan, yaitu kendaraan pribadi dan angkutan

umum. Angkutan umum yang beroperasi merupakan jenis mobil pick up yang

telah dimodifikasi pada bagian belakang dengan diberi bangku penumpang dan

juga atap.

Page 169: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

154

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 38 ANGKUAN UMUM DARAT DI KAWASAN OBJEK

WISATA TELUK PANDAN

Permasalahan yang terjadi apabila wisatawan menggunakan angkutan

umum ini untuk kegiatan wisata ialah angkutan tersebut tidak mengantar

penumpang hingga ke lokasi objek wisata hanya sampai di jalan kabupaten atau

tidak masuk ke dalam kawasan objek wisata kecuali jumlah penumpang yang

menuju lokasi objek wisata tersebut banyak atau angkutan umum tersebut

disewa. Hal tersebutlah yang membuat pengunjung sebaiknya menggunakan

kendaraan pribadi karena disebagian besar objek wisata yang termasuk ke

dalam wilayah kajian penelitian ini memiliki jarak yang cukup jauh dari jalan

kabupaten atau tempat pemberhentian angkutan umum.

f. Transpotasi Laut di Kawasan Objek Wisata

Moda transportasi yang digunakan wisatawan untuk melakukan

perpindahan pada objek wisata di Teluk Pandan dan sekitarnya yaitu perahu

kecil dan speed boat. Perahu-perahu kecil yang ada di dermaga pada setiap

pantai dapat mengangkut wisatawan yang ingin berwisata ke sekitar pulau

lainnya di daerah itu. Untuk ketersediaan perahu di setiap objek wisata pantai

di Teluk Pandan telah memadai dengan tarif penyeberangan yang berbeda-beda

disesuaikan dengan jarak perjalanan menuju tujuan.

Namun, yang menjadi permasalahan ialah pada beberapa objek wisata

perahu yang disediakan tidak memiliki kelengkapan untuk keselamatan

penumpang karena tidak tersedianya pelampung. Dari 10 objek wisata pantai

yang ada hanya Pantai Sari Ringgung dan Dermaga Ketapang yang

Page 170: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

155

menyediakan pelampung bagi pengunjung yang ingin melakukan perpindahan

menuju objek wisata lain disekitar dengan perahu.

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 39 TRANSPORTASI LAUT DI KAWASAN OBJEK WISATA

B. Analisis Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Transportasi

Dalam ketersediaan transportasi dan kemudahan akses untuk menuju Provinsi

Lampung dapat dikatakan tersedia dengan baik dan juga memiliki akses yang cukup

mudah. Sedangkan, untuk kemudahan akses dan juga ketersediaan moda

transportasi untuk menuju kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pnadan

berdasarkan kondisi eksisting jumlah angkutan umum untuk menuju lokasi objek

wisata pesisir di Teluk Pandan masih terbilang sedikit, hal tersebut terlihat dari

lamanya waktu penumpang menunggu angkutan sekitar 10-20 menit. Angkutan

umum yang beroperasi saat ini tidak dapat dijangkau dari pusat kota Bandar

Lampung melainkan dapat diakses hanya dari Pasar Cimeng dengan trayek

angkutan umum meliputi Pasar Cimeng-Ketapang-Way Ratai. Angkutan umum

yang beroperasi pada kawasan ini hanya melalui jalan kabupaten saja, dalam artian

tidak sampai ke lokasi objek wisata. Angkutan umum dapat mengantar penumpang

menuju lokasi objek wisata apabila disewa dan juga jumlah penumpang dengan

tujuan tersebut banyak. Dalam pengoperaisan angkutan umum yang ada di kawasan

Teluk Pandan dirasa perlu adanya penambahan route atau trayek angkutan umum

dari pusat kota hingga mencapai lokasi objek wisata dan peningkatan kualitas

angkutan umum dengan menyediakan BRT (Bus Rapid Transit). Hal tersebut untuk

meningkatkan kemudahan akses bagi wisatawan dan juga masyarakat yang tidak

memiliki kendaraan pribadi.

Page 171: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

156

Dalam ketersediaan angkutan laut di lokasi objek wisata dapat dikatakan

ketersediaannya banyak dan mampu memenuhi kebutuhan untuk perpindahan

pengunjung yang ingin mengunjungi objek wisata sekitarnya ataupun pulau-pulau

kecil yang ada. Untuk penyewaan jasa perahu penyeberangan hampir tersedia pada

setiap objek wisata pesisir di Teluk Pandan, mulai dari perahu dengan kapasitas 5

orang hingga perahu besar untuk kapasitas sebnayak 40 orang. Harga sewa jasa

perahu berbeda-beda tergantung dituju. Secara keseluruhan harga sewa untuk

penyewaan jasa perahu relatif murah karena memiliki kapasitas untuk beramai-

ramai untuk satu kapal. Dalam perjalanan menuju pulau, memakan waktu yang

berbeda dari pulau satu ke pulau lainnya. Ada yang 15 menit, ada pula yang hingga

kuran lebih selama 1 jam. Permasalahan yang terjadi pada pengoperasian perahu

angkutan laut ini, ialah standar keselamatan penumpang. Dimana kebanyakan

perahu yang beroperasi tidak tersedia pelampung bagi penumpang. Kesetersedian

pelapung untuk penumpang tersedia pada bebrapa objek wisata saja seperti di

Pantai Sari Ringgung, Pantai MS Town, dan pada dermaga penyeberangan Pantai

Ketapang. Untuk jasa angkutan laut ini sebagian besar telah bekerja sama dengan

Jasa Raharja dalam menjamin keselamatan pengguna angkutan laut yang ada pada

objek wisata pesisir di Teluk Lampung.

Dalam penerapan Smart Tourism perlu adanya kemudahan dalam mendapatkan

informasi terkait dengan transportasi. Informasi tersebut seharusnya bisa diakses

wisatawan melalui aplikasi pariwisata atau web resmi. Melalui Smart Tourism

seharusnya ada aplikasi yang dapat memberikan informasi secara real time dan

memenuhi element travel safety protection, e-tourism recommendation system, dan

real time traffic broadcast terkait angkutan umum baik darat maupun air. Informasi

yang perlu disediakan terkait jam keberangkatan, posisi angkutan umum, info

biaya, dan juga asal-tujuan wilayah yang dapat dicapai dengan angkutan umum

tersebut.

4.3 Atraksi di Objek wisata pesisir di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung

Teluk Pandan sebagai Kawasan Pariwisata Strategis Daerah (KSPD) merupakan

kawasan wisata yang berada di jalur lintas tengah dan mencakup banyak objek

Page 172: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

157

wisata Pantai Quen Arta-Sari Ringgung-Mutun-Dewi Mandapa-sampai ke Pantai

Kelapa Rapat. Dengan kondisi geografis Teluk Pandan daerah pantai yang landai

menjadi daya tarik wisata yang berkembang ke arah wisata masal dengan

didominasi wisatawan domestik untuk rekreasi keluarga dengan tujuan atraksi

wisata alam pantai dan pulau-pulau kecil serta berbagai rekreasi buatan yang ada di

kawasan Teluk Pandan. Berikut Peta Atraksi Wisata di KSPD Teluk Pandan.

Sumber : Hasil Penglahan Data, 2020

GAMBAR 4. 40 PETA ATRAKSI WISATA ALAM DI TELUK PANDAN

Page 173: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

158

Atraksi wisata yang mejadi daya tarik wisatawan dibagi menjadi atraksi wisata

alam dan atraksi wisata buatan. Daya tarik atau atraksi wisata menurut Yoeti (1996)

adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu

daerah tujuan wisata, seperti:

a. Alam (Nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang

dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati

dan memberikan kepuasan kepada wisatawan. Contohnya, pemandangan

alam, pegunungan, flora dan fauna.

b. Buatan Manusia (Man made), yaitu segala sesuatu yang berasal dari karya

manusia, dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti bangunan, benda-

benda sejarah, kebudayaan, religi serta tata cara manusia.

TABEL 4. 4 ATRASKI WISATA ALAM DAN BUATAN DI TELUK

PANDAN

Objek Wisata Atraksi Wisata

Alam Buatan

Pantai Queen Arta Pantai Masjid Al-Kharomah dan Makam TB

Sangkrah

Pantai MS Town Pantai dan Menara

Pandang Mutun

Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play

ground, dan Water Sport

Pantai Mutun

Haruna Jaya Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu

Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport

Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport

Pantai Sari

Ringgung Pantai dan Puncak Indah

Masjid Apung, Puncak Indah, Cafe and

Resto, Water sport, dan Lapanga Volly

Pantai

Pantai Kelapa

Rapat Pantai

Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan Water

Sport

Taman Dewi

Mandapa

Pantai dan Hutan

Mangrove Broadwalk dan Spot foto

Pantai Ketapang Pantai dan Bukit Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas

Wisata Hutan

Bakau Petengoran

Gebang

Hutan Mangrove dan

Pantai Broadwalk dan Spot Foto

Sumber : Hasil Observasi, 2020

Dari hasil observasi yang telah dilakukan atraski wisata alam yang disajikan bagi

wisatawan di kawasan Teluk Pandan ialah atraksi alam pantai di setiap destinasinya

Page 174: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

159

dan juga terdapat beberapa objek wisata yang memiliki daya tarik view

pemandangan dari atas bukit, seperti yang ada di Pantai MS Town, Pantai Sari

Ringgung dan Pantai Ketapang. Pada kawasan wisata Teluk Pandan tidak hanya

pantai dan bukit saja yang menjadi daya tarik tetapi kelestarian hutan mangrove

ikut menambah daya tarik untuk berwisata, seperti di Taman Dewi Mandapa dan

Wisata Hutan Bakau Petengoran Gebang. Kelestarian dan hijaunya hutan mangrove

menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk berkunjung. Selain itu, pada setiap

objek wisata pantai di Teluk Pandan juga terdapat wisata buatan yang menambah

aktivitas/kegiatan wisata yang dapat dilakukan dan tentunya dapat membuat

wisatawan yang berkunjung merasa betah di objek wisata tersebut. Wisata buatan

yang disajikan untuk memanjakan wisatawan di KSPD Teluk Pandan diantaranya

ada bangunan Masjid apung, Masjid Al-Kharomah dan Makam TB Sangkrah,

Dermaga yang memiliki niali estetis, Broadwalk di antara rerimbunana hutan

Mangrove, play groung, water boom, kolam penangkaran ikan hiu, water sport,

lapangan volly pantai, dan berbagai spot foto.

Berdasarkan dokumen RIPPDA Kabupaten Pesawaran 2017-2031 apabila

ditinjau dari dari segi perkembangan wilayahnya, KSPD Teluk Pandan dapat

dikatakan sudah sangat berkembang sebagai kawasan perkotaan dengan

ketersediaan sarana dan prasarana yang terpenuhi dan menjadi daya tarik bagi

banyak wisatawa domestik dan mancanegara untuk berwisata. Namun, terdapat hal

yang belum setara pada sektor pariwisata dengan tingkat perkembangan wilayah

Teluk Pandan, yaitu pada pengemasan produk wisata yang ada di KSDP Teluk

Pandan ini dirasakan masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di

sekitarnya. Dalam pengembangan wisatanya dirasa perlu adanya upaya untuk

mengangkat keunikan dan daya tarik yang dimiliki sesuai dengan karakter wilayah

pantai dan pedesaan yang dikemas semodern mungkin sehingga, mampu

meningkatkan minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berkunjung ke

berbagai objek Wisata Teluk Pandan.

Page 175: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

160

4.4 Tingkat Kesiapan Sub Variabel Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk

Pandan

Pada tahap ini akan dilakukan analsis tingkat kesiapan penerpan Smart Tourism

pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan dengan metode skoring. Proses analisis

tingkat kesiapan pada variabel Smart Tourism ditinjau dari ketersediaan dan

kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan

fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek wisata

pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism dengan mengacu pada

kebijakan, aturan, dan berbagai standar terkait.

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 4. 41 BAGAN ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN

SMART TOURISM

Page 176: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

161

4.4.1 Kesiapan Infrastruktur Dasar dan TIK

Analsis kesiapan infrastruktur dasar dan TIK akan dilakukan dengan metode

skoring dengan mengacu pada standar dan juga kebijakan daris setiap komponen

terkait. Pada bagian analisis kesiapan infrastruktur dasar dan TIK ini akan

dilakukan analisis dengan metode skoring pada infrastruktur jalan dan dermaga, air

bersih, jaringan listrik, sistem pengolahan limbah dan juga infastruktur TIK.

Berikut analisis skoring pada variabel infrastruktur dasar dan TIK.

4.4.1.1 Infrastruktur Jalan dan Dermaga

Penilaian ketersediaan dan kualitas aksesibilitas pada objek wisata pesisir Teluk

Pandan, yaitu jalan dan dermaga dilakukan dengan mengacu pada standar dari

Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang

Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata.

Dalam penilaian ini standar yang diguakan untuk jalan, yaitu Jalan menuju objek

wisata memiliki kriteria untuk jalan umum aspal/hotmix dan jalan di dalam lokasi

objek wisata alam tanah padat, tidak berlubang, akses utama dapat dilalui bus

pariwisata medium dengan kapasitas 60 (enam puluh) orang dan jalan utama bisa

berpapasan 2 (dua) bus. Sedangkan untuk dermaga, dinilai berdasarkan prinsip dan

kaidah, yaitu : 1.) Terpenuhi aspek fungsional untuk kelancaran aktivitas

penyeberangan; 2.) Pemenuhan nilai estetika; 3.) Pemenuhan prinsip ekonomis; dan

4.) Terpenuhinya prosedur keselamatan dan keamanan.

Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel untuk jalan, yaitu : SIAP (3 Point),

jika jalan aspal/tanah padat, tidak berlubang, akses utama dapat dilalui bus

pariwisata medium dengan kapasitas 60 (enam puluh) orang dan jalan utama bisa

berpapasan 2 (dua) bus; AGAK SIAP (2 Point), jika jalan aspal/tanah padat, tidak

berlubang, akses utama hanya dapat dilalui satu bus; TIDAK SIAP (1 Point), jika

jalan onderlaag/batu, berlubang, akses utamanya hanya dapat dilalui satu bus.

Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel untuk dermaga, yaitu : SIAP (3 Point),

jika 3-4 Prinsip dan Kaidah terpenuhi; AGAK SIAP (2 Point), jika memenuhi 2 Prinsip dan

Kaidah; TIDAK SIAP (1 Point), 1 Prinsip dan Kaidah yang dimiliki.

Page 177: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

162

TABEL 4. 5 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS

PELAYANAN JALAN DAN DERMAGA

No Objek Wisata

Sub Variabel Transportasi

Jalan Dermaga

1 Pantai Queen Arta 2 1

2 Pantai MS Town 3 3

3 Pantai Mutun Haruna Jaya 2 1

4 Pantai Putra Mutun 3 2

5 Pantai Mutun Asri 3 2

6 Pantai Sari Ringgung 3 2

7 Pantai Kelapa Rapat 3 3

8 Taman Dewi Mandapa 1 1

9 Pantai Ketapang 3 3

10 Hutan Mangrove Petengoran 1 1

Total 24 19 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP: 1 (1-10,66)

Hasil analisis skoring dari kualitas pelayanan yang baik dalam infrastruktur

transportasi Jalan mengindikasikan SIAP, meskipun untuk jalan pada lokasi wisata

di Taman Dewi Mandapa dan Hutan Mangrove Petengoran terindikasi secara

eksisting tidak siap yang dikarenakan kondisi jalan yang kecil, berlubang dan

digenangi air pada jalan menuju objek wisata dan di dalam lokasi objek wisata yang

dirasa perlu adanya perbaikan untuk menunjang kemudahan mengakses lokasi

objek wisata. Sedangkan, untuk hasil analisis kualitas dari dermaga dalam

menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan AGAK SIAP. Hal ini dikarenakan

terdapat beberapa objek wisata yang tidak memiliki dermaga dan juga terdapat

dermaga yang memiliki kualitas yang kurang layak seperti dermaga yang ada di

Pantai Mutun Asri. Secara keseluruhan dermaga yang ada di berapa objek wisata

sudah memenuhi aspek fungsional untuk kelancaran aktivitas penyeberangan dan

secara estetikanya hanya beberapa dermaga yang memenuhi nilai estetika, yaitu

dermaga di Pantai MS Town dan Pantai Kelapa Rapat. Untuk pemenuhan prinsip

Page 178: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

163

ekonomis, dermaga yang tersdapat di sekitar permukiman penduduk biasanya

digunakan untuk kegiatan nelayan lokal, seperti di kawasan objek wisata Pantai

Mutun dan juga dermaga Ketapang.

4.4.1.2 Air Bersih

Penilaian kualitas air bersih dalam menunjang berbagai kegiatan pariwisata

dilakukan dengan mengacu pada standar dari Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum terkait standar fisik air bersih, yaitu 1.) Tidak Berasa; 2.) Tidak Bebau; dan

3.) Jerni atau Tidak Berwarna. Berikut Tabel penilain kualitas air bersih yang ada

di setiap objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Ketentuan pemberian nilai pada sub

variabel air bersih, yaitu SIAP (3 Point), jika 3 standar tersebut terpenuhi; AGAK

SIAP (2 Point), jika 2 standar terpenuhi; TIDAK SIAP (1 Point) : Jika 1 standar

atau tidak ada standar yang terpenuhi.

TABEL 4. 6 PENLILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS AIR

BERSIH PADA OBJEK WISATA

No Objek Wisata

Sub Variabel Air Bersih

Keterangan

SIAP

(3 Point)

AGAK

SIAP

(2 Point)

TIDAK

SIAP

(1 point)

1 Pantai Queen

Arta 3 - -

Sumber air dari sumur bor dengan

kualitas air baik, air tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak berasa

2 Pantai MS

Town 3 - -

Sumber air dari sumur bor dengan

kualitas air baik, air tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak berasa

3 Pantai Mutun

Haruna Jaya - 2 -

Sumber air dari sumur bor dan

dicampur dengan air PAM dengan

kualitas payau, tidak berwarna, dan

tidak berbau

4 Pantai Putra

Mutun 3 - -

Sumber air dari sumur bor dengan

kualitas air baik, air tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak berasa

5 Pantai Mutun

Asri - 2 -

Sumber air dari sumur bor dengan

kualitas payau, berwarna keruh, dan

tidak berbau

6 Pantai Sari

Ringgung 3 - -

Sumber air dari membeli PAM

dengan kualitas air baik, air tidak

Page 179: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

164

No Objek Wisata

Sub Variabel Air Bersih

Keterangan

SIAP

(3 Point)

AGAK

SIAP

(2 Point)

TIDAK

SIAP

(1 point)

berwarna, tidak berbau, dan tidak

berasa

7 Pantai Kelapa

Rapat 3 - -

Sumber air dari sumur bor dengan

kualitas air baik, air tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak berasa

8 Taman Dewi

Mandapa - - 1

Sumber air dari sumur dengan

kualitas payau, berwarna keruh, dan

berbau

9 Pantai

Ketapang 3 - -

Sumber air dari sumur bor dengan

kualitas air baik, air tidak berwarna,

tidak berbau, dan tidak berasa

10

Hutan

Mangrove

Petengoran

3 - -

Sumber air bersih dari air PAM yang

dibeli dengan kualitas baik, tidak

berasa, tidak berwarna, dan tidak

berbau

Total 21 4 1 Penyediaan air bersih didominasi

bersumber dari sumur bor Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Untuk hasil analisis penilaian kualitas dari penyediaan air bersih dalam

menunjang kegiatan pariwisata mengindikasikan SIAP. Meskipun dalam

penyediaan air bersih di kawasan objek wisata pantai di Teluk Pandan tidak

terlayanin oleh PDAM. Namun, kualitas air yang bersumber dari sumur bor atau

sumur galian hampir pada seluruh objek wisata memiliki kualitas yang baik. Dalam

penyediaan air bersih ditinjau dari RTRW Kabupaten Pesawaran terkait rencana

pelayanan air bersih di Kabupaten Pesawaran hingga tahun 2031 dengan memakai

standard Kepmen Kimpraswil No.534/KPTS/M/2001 dengan standard 60 – 220

lt/org/hari. Cakupan pelayanannya pada rentang 55–75 % penduduk yang terlayani,

hal ini memandang pada kawasan pedesaan dapat memakai sumber mata air

setempat seperti pegunungan, danau, sungai, dan air tanah sebagai sumber

pemenuhan kebutuhan akan air. Penyediaan air bersih di seluruh objek wisata

Page 180: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

165

memanfaatkan air tanah yang diambil dengan menggunakan sistem perpompaan

pada sumur bor/galian. Di beberapa lokasi objek wisata kualitas air sumur bor

dalam klasifikasi buruk, hal tersebut dikarenakan lokasi yang berada di pinggir

pantai dan banyaknya penduduk yang membuat sumur menyebabkan terjadinya

intrupsi air laut sehingga, air memiliki rasa yang payau dan juga berwarna.

4.4.1.3 Jaringan Listrik

Analisis penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam pemenuhan kebutuhan

energi listrik dilakukan menggunakan indikator pelayanan dan pemenuhan

kebutuhan energi listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada kawasan objek

wisata pesisir di Teluk Pandan. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel, yaitu

SIAP (3 Point), jika terlayani listrik PLN; AGAK SIAP (2 Point), jika supply

menggunakan diesel; TIDAK SIAP (1 Point), jika tidak terlayani listrik dari sumber

manapun.

TABEL 4. 7 PENILAIAN KUALITAS PELAYANAN JARINGAN LISTRIK

No Objek Wisata

Sub Variabel Jaringan Listrik

Keterangan Baik

(3 Point)

Sedang

(2 Point)

Buruk

(1 point)

1 Pantai Queen

Arta 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

2 Pantai MS Town 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

3 Pantai Mutun

Haruna Jaya 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

4 Pantai Putra

Mutun 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

5 Pantai Mutun

Asri 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

6 Pantai Sari

Ringgung 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

7 Pantai Kelapa

Rapat 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

8 Taman Dewi

Mandapa - - 1

Kebutuhan listrik tidak terlayani

PLN dan Tidak menggunakan

mesin diesel

9 Pantai Ketapang 3 - - Kebutuhan llistrik terlayani PLN

10 Hutan Mangrove

Petengoran - - 1

Kebutuhan listrik tidak terlayani

PLN dan Tidak menggunakan

meisn diesel

Page 181: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

166

No Objek Wisata

Sub Variabel Jaringan Listrik

Keterangan Baik

(3 Point)

Sedang

(2 Point)

Buruk

(1 point)

Total 24 0 1 Kebutuhan listrik dominan

terlayani oleh PLN Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan :

SIAP: 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Untuk hasil analisis pelayanan jaringan listrik dalam menunjang kegiatan

pariwisata mengindikasikan SIAP. Dalam pemenuhan kebutuhan listrik dalam

menunjang kegiatan wisata yang ada telah dilayani oleh PLN. Meskipun ada 2

objek wisata yang belum terlayani listrik PLN, yaitu Taman Wisata Dewi Mandapa

dan Hutan Mnagrove Petengoran. Hal tersebut dikarenakan Hutan Mangrove

Pengoran merupakan objek wisata yang baru dibuka dan dikelola langsung oleh

Bumdes di kawasan konservasi mangrove yang lokasinya berdekatan dengan

Taman Dewi Mandapa dan berada lokasi yang memang belum tersedia tiang listrik

jaringan listrik PLN.

4.4.1.4 Sistem Pengelolaan Limbah

Analisis penilaian ketersediaan prasarana dan sarana serta kualitas pelayanan

yang baik dalam sistem pengelolaan limbah pada objek wisata pesisir di Teluk

Pandan dilakukan dengan mengacu pada standar dari Peraturan Menteri Pariwisata

Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional

Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata. Untuk persampahan

indikator yang digunakan, yaitu : 1. Tempat sampah terpadu dipisahkan menjadi 4

(empat) bagian, yaitu organik, non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta

bahan plastik lainnya; 2. Menerapkan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse

(memakai kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti).; 3. Tempat

sampah di setiap Gerai dengan pengolahan limbah buangan dan penampungan

Page 182: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

167

limbah minyak goreng. Selanjutnya, indikator yang digunakan dalam penilaian

jaringan drainase, yaitu Drainase atau saluran pembuangan air harus dilengkapi

dengan proses pemeliharaan sebelum dibuang ke saluran kota. Untuk penilaian

sanitasi digunakan indikator ketersediaan fasilitas septic tank pada masing-masing

Kepala Keluarga (KK) dan pada kawasan pesisir pengembangan jamban dan septic

tank komunal. Dengan indikator tersebut dilakukan penilai terhadap sub variabel

seperti di bawah ini.

Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel persampahan, yaitu SIAP (3 Point),

jika 3 standar terpenuhi; AGAK SIAP (2 Point), jka 2 standar terpenuhi; TIDAK

SIAP (1 Point), jika 1 standar hingga tidak ada yang terpenuhi. Ketentuan

pemberian nilai pada sub variabel drainase, yaitu SIAP (3 Point), jika tersedia

drainase yang terdapat proses pemeliharaan, disalurkan ke pembuangan kota dan

pengolahan sebelumnya; AGAK SIAP (2 Point), jika tersedia drainase, disalurkan

ke pembuangan kota dan tidak ada pengolahan; TIDAK SIAP (1 Point), jika tidak

ada sama sekali yang terpenuhi. Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel

sanitasi, yaitu SIAP (3 Point) jika tersedia septic tank komunal; AGAK SIAP (2

Point), tersedia septic tank induvidu; Tidak Siap (1 Point) jika tidak memiliki septic

tank.

TABEL 4. 8 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS

PELAYANAN SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH

No Objek Wisata

Sub Variabel Sistem Pengelolaan Limbah

Persampahan Drainase Sanitasi

1 Pantai Queen Arta 1 1 2

2 Pantai MS Town 1 1 2

3 Pantai Mutun Haruna Jaya 1 1 2

4 Pantai Putra Mutun 1 1 2

5 Pantai Mutun Asri 1 1 2

6 Pantai Sari Ringgung 1 1 2

7 Pantai Kelapa Rapat 1 1 2

8 Taman Dewi Mandapa 1 1 2

9 Pantai Ketapang 1 1 2

10 Hutan Mangrove Petengoran 1 1 2

Total 10 10 20 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Page 183: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

168

Keterangan :

SIAP : 3 (20,33-30)

AGAK SIAP : 2 (10,67-20,32)

TIDAK SIAP : 1 (1-10,66)

Hasil analisis sistem pengolahan limbah pada kawasan objek wisata pantai di

Teluk Pandan dibagi menjadi 3 sub variabel. Untuk hasil analisis skoring

persampahan dalam menunjang kenyaman dan kebersihan di objek wisata

mengindikasikan TIDAK SIAP. Hal tersebut dikarenakan dalam penyediaan saran

kotak sampah yang ada di kawasan objek wisata tidak memenuhi ketentuan seperti

tempat sampah terpadu tidak dipisahkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik,

non organik, botol kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya di lokasi

objek wisata hanya disediakan kotak sampah tanpa pemilihan, selain itu tempat

sampah yang ada di lokasi objek wisata bukan kotak sampah tertutup dan tidak

menerapkan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali),

recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti), dan setiap Gerai tidak ada

pengolahan limbah buangan dan penampungan limbah minyak goreng. Sistem

pengolahan sampah yang telah dikumpulkan diproses dengan dibakar. Hasil

analisis untuk jaringan dranaise yang ada di lokasi objek wisata mengindikasikan

TIDAK SIAP. Sistem jaringan drainase yang ada di lokasi objek wisata drainase

atau saluran pembuangan air tidak dilengkap dengan proses pemeliharaan sebelum

dibuang ke saluran kota. Bahkan dalam proses pembuangannya drainase langsung

dialiri menuju laut. Hal tersebut dikarenakan kawasan objek wisata pantai yang

berdekatan dengan permukiman masyarakat dan juga kurangnya ketersediaan

infrastruktur pengolahan limbah. Kondisi tersebut tentunya membuat ekosistem

pantai menjadi tercemar, air laut menjadi keruh dan kotor serta dapat mengurangi

kenyamanan wisatawan. Selanjutnya, untuk hasil analisis skoring terkait

pengelolaan limbah pada sanitasi di kawasan wisata di pantai Teluk Pandan

mengindikasikan AGAK SIAP. Dalam penyediaan sanitasi di kawasan pesisir

Teluk Pandan dan kebijakan RTRW Kabupaten Pesawaran memang untuk fasilitas

septic tank pada disediakan masing-masing Kepala Keluarga (KK). Tetapi

seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat penting untuk

Page 184: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

169

memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan kebutuhan air bersih

masyarakat pesisir di sekitar objek wisata yang menggunakan ai tanah. Selain itu,

dalam pengeloloaan sanitasi perlu menerapkan metode pembuangan ekskret

(kotoran manusia) di pesisir dengan cara menampung kotoran pada satu bak

penampungan khusus secara komunal dan harus secara rutin diangkut oleh mobil

penyedot kotoran. Untuk tingkat kesiapan pada variabel ini, yaitu Siap, jika total

nilai 6,33-9; Agak Siap, jika total nilai 3.67-6,32; Tidak Siap, jika 1-3,66. Dengan

total penilaian 4 dari 9 yang terdiri persampahan 1 point, drainase 1 point, dan

sanitai 2 point. Secara keseluruhan untuk sistem pengolahan limbah

mengindikasikan AGAK SIAP.

4.4.1.5 Telekomunikasi

Penilaian ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik dalam

telekomunikasi dilakukan dengan menggunakan indikator telekomunikasi, yaitu: 1.

Memiliki BTS dan radius pelayanan hingga ke kawasan objek wisata; 2. Kecepatan

mengakses internet 4G; 3. Pengembangan menara telekomunikasi bersama

(sharing tower) dalam rangka efisiensi ruang; 4. Pemenuhan kebutuhan wisatawan

dalam mengakses informasi daerah tujuan wisata di Teluk Pandan.

Ketentuan pemberian nilai pada sub variabel telekomunikasi, yaitu : Jika

Tersedia mendapatkan skor 1 dan jika tidak tersedia mendapatkan skor 0. Hasil

dari skro tersebut kemudian diakumulasikan dan dibandingkan dengan ketentuan

untuk melihat tingkat kesiapannya.

TABEL 4. 9 PENILAIAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR TIK DAN

KUALITAS PELAYANAN INFORMASI

N

o Objek Wisata

Infrastruktur

Telekomunikasi Jaringan

Internet

2/3/4G

Sk

or

Media Informasi

Sk

or

Tersedia/ Total

BTS

Tersedia/

Tidak

Tersedia

Bentuk Tidak

Tersesdia

1 Pantai Queen

Arta Tersedia

18

4G 1 Tidak

Tersedia - 0

2 Pantai MS

Town Tersedia 4G 1 Tersedia

Ig :

@mstown_pantai

mutun, Fb :

1

Page 185: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

170

N

o Objek Wisata

Infrastruktur

Telekomunikasi Jaringan

Internet

2/3/4G

Sk

or

Media Informasi

Sk

or

Tersedia/ Total

BTS

Tersedia/

Tidak

Tersedia

Bentuk Tidak

Tersesdia

mstown.pantaimut

un, web :

www.pantaimutun

beach.bloogspot.co

.id

3 Pantai Mutun

Haruna Jaya Tersedia 4G 1 Tersedia

Ig :

@pantai_mutun 1

4 Pantai Putra

Mutun Tersedia 4G 1 Tersedia Ig : @putramutun 1

5 Pantai Mutun

Asri Tersedia 4G 1

Tidak

Tersedia - 0

6 Pantai Sari

Ringgung Tersedia 4G 1 Tersedia

Ig :

@pantai.sariringgu

ng, web :

www.pantaisaririn

ggung.com

1

7 Pantai Kelapa

Rapat Tersedia 4G 1 Tersedia

Ig :

@pantaiklaratour 1

8 Taman Dewi

Mandapa Tersedia 4G 1 Tersedia

Ig :

@dewimandapa 1

9 Pantai

Ketapang Tersedia 4G 1

Tidak

Tersedia - 0

1

0

Hutan

Mangrove

Petengoran

Tersedia 4G 1 Tersedia

Ig :

mangrovepetengor

an

1

Total 10 Total 7

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan :

SIAP : 13,7-20

AGAK SIAP : 7,4-13,6

TIDAK SIAP : 1-7,3

Hasil analisis ketersediaan infrastruktur TIK dan kualitas pelayanan yang baik

dalam telekomunikasi mengindikasikan SIAP. Ketersediaan 18 menara Base

Transceiver Station (BTS) yang ada di Kawasan Teluk Pandan mengindikasikan

kesiapan dalam memberikan pelayanan dan kemudahan akses internet di berbagai

objek wisata pesisir. Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan radius

pelayanan BTS sampai ke kawasan objek wisata pantai dengan kecepatan

mengakses internet 4G dan dalam penyediaan menara BTS kedepanya diharapkan

Page 186: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

171

adanya kerjasama antar penyedia BTS denga provider lain untuk secara bersama-

bersama menggunakan tower (sharing tower) dalam rangka mewujudkan efisiensi

ruang. Selain itu, untuk memberikan kemudahan mengakses informasi beberapa

objek wisata pesisir di Teluk Pandan telah memiliki media sosial dan juga web yang

dapat diakes oleh pengunjung untuk mendapatkan beberapa informasi terkait

dengan objek wisata yang akan dikunjungi.

4.4.2 Kesiapan Transportasi

Pada analisis penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam transportasi ini

dilakukan menggunakan indikator atau standar dari Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan

Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, 2014. Untuk penilaian

digunakan indikator, yaitu 1. Tersedia angkutan umum; 2. Trayek angkutan umum

dapat menjangkau lokasi wisata 3. Mengenai keterjangkauan objek wisata terhadap

trayek transportasi umum, yakni radius 400 meter yang mampu ditempuh secara

berjalan kaki.

Ketentuan pemberian point/nilai pada analisis ini, yaitu SIAP (3 Point), jika

memenuhi 3 standar tersebut; AGAK SIAP (2 Point), jika memenuhi 2 Standar;

TIDAK SIAP (1 Point), jika hanya 1 standar atau tidak memenuhi sama sekali.

Berikut tabel penilaian kualitas pelayanan yang baik dalam transportasi.

TABEL 4. 10 KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI UMUM

Objek wisata Keterjangkauan dengan Transportasi Umum Skor

Pantai Queen Arta Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan

dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata 1

Pantai Mutun Asri Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan

kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1

Pantai Putra Mutun Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan

kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1

Pantai MS Town Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan

kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1

Pantai Mutun

Haruna Jaya

Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan

kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1

Pantai Sari

Ringgung

Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan

kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1

Page 187: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

172

Objek wisata Keterjangkauan dengan Transportasi Umum Skor

Taman Dewi

Mandapa

Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan

kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1

Hutan Bakau

Petengoran Gebang

Terjangkau angkutan umum hanya batas jalan

kabupaten, tidak masuk ke lokasi objek wisata 1

Pantai Ketapang Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan

dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata 1

Pantai Kelapa Rapat Terjangkau angkutan umum dari Pasar Cimeng dan

dapat berhenti dekat dengan pintu masuk objek wisata 1

Total 10 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan :

SIAP : 20,3-30

AGAK SIAP : 10,7-20,2

TIDAK SIAP : 1-10,6

Hasil analisis kualitas pelayanan moda transportasi yang baik dalam kemudahan

akses mengindikasikan TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya

kuantitas angkutan umum dan juga integrasi moda transportasi antara kota Bandar

Lampung dengan kawasan wisata di Teluk Pandan yang tidak tersedia. Angkutan

umum yang beroperasi adalah angkutan umum yang memiliki trayek dari Pasar

Cimeng-Way Ratai yang menunjukan bahwa tidak ada angkutan umum yang dapat

digunakan oleh wisatawan dari pusat kota Bandar Lampung untuk menuju lokasi

objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selain itu, angkutan umum yang ada tidak

memiliki trayek atau rute hingga ke lokasi objek wisata hanya batas jalan kabupaten

yang dilintasi saja. Meskipun dalam pelayanannya terdapat objek wisata yang

terjangkau angkutan umum, yaitu Pantai Queen Artha, Panatai Ketapang, dan

Pantai Kelapa Rapat yang lokasi objek wisatanya dapat dijangku angkutan umum

karena berada di dekat jalan kabupaten. Hal tersebut tentunya membuat masih

kurangnya kualitas pelayanan transportasi bagi wisatawan yang berkunjung,

sehingga untuk dapat berwisata ke beberapa objek wisata yang ada harus

menggunakan transportasi pribadi atau menyewa angkutan umum. Permasalahan

tidak terjangkaunya beberapa objek wisata dengan trayek transportasi umum dapat

mempengaruhi dalam aksesibilitas objek wisata tersebut, terutama bagi wisatawan

yang berasal dari kalangan yang tidak memiliki kendaraan pribadi.

Page 188: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

173

4.4.3 Kesiapan Atraksi Wisata

A. Kualitas Pelayanan Atraksi Wisata

Dalam analisis kualitas pelayanan yang baik dalam atraksi objek wisata pesisir

diukur dengan menilai tingkat keberagaman dari jenis wisatanya dengan

menggunakan metode perhitungan indeks Shannon. Untuk keberagaman atraksi

wisata alam yang ada di Teluk Pandan dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL 4. 11 KEBERAGAMAN ATRAKSI WISATA ALAM DAN

BUATAN DI TELUK PANDAN

Objek Wisata

Atraksi Wisata

Alam Buatan

Pantai Queen Arta Pantai

Masjid Al-Kharomah dan Makam TB

Sangkrah

Pantai Mutun Asri Pantai Water Sport

Pantai Putra Mutun Pantai Water Sport

Pantai MS Town

Pantai dan Menara

Pandang Mutun

Dermaga Kayu, Cafe and Resto, Play

ground, dan Water Sport

Pantai Mutun

Haruna Jaya Pantai Water Boom dan Kolam Ikan Hiu

Pantai Sari

Ringgung

Pantai dan Puncak

Indah

Masjid Apung, Cafe and Resto, Water

sport, Play ground, dan Lapanga Volly

Pantai

Hutan Mangrove

Petengoran Hutan Mangrove Broadwalk dan Spot Foto

Taman Dewi

Mandapa Pantai Broadwalk dan Spot foto

Pantai Ketapang

Pantai dan Bukit

Laban Spot Foto pada Bebatuan cadas

Pantai Kelapa

Rapat Pantai

Dermaga Pelangi (Spot Foto) dan

Water Sport

Total 13 25 Sumber : Hasil Observasis, 2020

Tabel diatas menunjukkan jumlah atarksi wisata alam dan atraksi wisata buatan

yang terdapat pada kawasan objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Selanjutnya,

dalam penelitian ini akan dilakukan analisis keberagaman dengan mnggunakan

indeks perhitungan Shannon. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dilihat

pada Tabel berikut.

Page 189: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

174

Tabel 4. 12 Perhitungan Indeks Shannon Keberagaman Atraksi Wisata di

Teluk Pandan

Jenis Objek Wisata Jumlah Pi =Σ𝒏𝒊/𝐍 ln pi H

Wisata Alam 13 1 -23,57005 2,245035

Wisata Buatan 22 1 -24,44896 2,158141

Total Atraksi Wisata 35 H' = 4,403176 Sumber : Hasil Analisis, 2020

SIAP : Memiliki keberagaman atraksi wisata tinggi (H’>3)

AGAK SIAP: Memiliki keberagaman atraksi wisata sedang (1<H’<3)

TIDAK SIAP : Memiliki keberagaman atraksi wisata rendah (H’<1)

Hasil analisis skoring pada sub komponen kualitas pelayanan yang baik dalam

atraksi, yaitu termasuk dalam kategori SIAP. Keberagaman potensi wisata di Teluk

Pandan dengan daya tarik utama obyek wisata alam Pantai dan Pulau-Pulau Kecil

serta atraksi wisata buatan yang ada, mengindikasikan mampunya atraksi wisata

alam dan buatan di KSPD Teluk Pandan menjadi pilihan objek wisata yang dapat

dinikmati oleh pengunjung. Dengan keberadaan atraksi wisata alam dan buatan

yang berada pada satu lokasi dapat memberikan daya tarik lebih karena wisatawan

dapat menikmati keindahan alam dan juga menikmati wisata buatan tanpa perlu

melakukan perpindahan lokasi objek wisata.

B. Ketersediaan TIK untuk Menunjang Atraksi

Pada penilaian ketersediaan TIK dalam menunjang atraksi wisata dapat dilihat

dari (1) ketersediaan software komputer untuk pengolahan data dan (2) ketersediaan

smart card untuk tiket masuk yang menggunakan pembaca Radio Frequency

Identify (RFID) maupun barcode/QR code scanner yang dinilai pada setiap atraksi

wisata dengan observasi.

Ketentuan penilaian dalam ketersediaan TIK dalam menunjang atraksi wisata,

yaitu point 1, jika tersedia software komputer dan smart card; point 0, jika tidak

tersedia software dan smart card. Untuk lebih detailnya dapat dilihat melalui tabel

berikut ini.

Page 190: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

175

TABEL 4. 13 KETERSEDIAAN TIK UNTUK MENUNJANG ATRAKSI

WISATA

Objek Wisata

Ketersediaan software komputer Ketersediaan Smart Card

Tersedia/Tidak

Tesedia Bentuk Skor

Tersedia/Tidak

Tesedia Bentuk Skor

Pantai Queen Arta Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Pantai Mutun Asri Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Pantai Putra Mutun Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Pantai MS Town Tersedia

Ms

Word,

MS

Excell,

ACOSYS

1 Tidak Tersedia - 0

Pantai Mutun Haruna

Jaya Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Pantai Sari Ringgung Tersesia

Ms

Word,

MS

Excell,

ACOSYS

1 Tidak Tersedia - 0

Hutan Bakau

Petengoran Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Taman Dewi

Mandapa Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Pantai Ketapang Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Pantai Kelapa Rapat Tidak Tersedia - 0 Tidak Tersedia - 0

Total 2 Total 0

Sumber : Hasil Analisis, 2020

SIAP : 13,67-20

AGAK SIAP : 7,34-13,66

TIDAK SIAP : 1-7,33

Berdasarkan hasil skoring menunjukkan nilai 2 sehingga, ketersediaan atau

penerapan TIK dalam menunjang atraksi pada objek wisata pesisir di KSPD Teluk

Pandan termasuk pada kategori TIDAK SIAP. Pada ketersediaan TIK dalam

menunjang atraksi dikatakan tidak siap karena belum semua objek wisata pesisir di

Teluk Pandan menggunakan komputer dan software dalam pengelolaan atraksi

wisatanya. Selain itu, dalam penerapan Smart Tourism yang selalu memberikan

Page 191: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

176

kemudahan bagi wisatawan dalam melakukan perpindahan serta akses untuk masuk

ke berbagai objek wisata dengan menggunakan smart card dan berdasarkan kajian

yang telah dilakukan pada objek wiata pesisir pantai di Teluk Pandan tidak ada

objek wisata yang menyediakan atau menggunakkan smart card atau pembaca

RFID atau tiket kertas dengan barcode/QR code scanner. Meskipun objek wisata

yang dominan di KSPD Teluk Pandan ini adalah wisata alam yang kawasan

pesisirnya dengan karakteristik dan permasalahan yang unik namun, dalam

perkembangan pelayanan sektor pariwisatanya sangat penting untuk menerapkan

TIK sehingga, mampu menyesuaikan dengan perkembangan pariwisata yang

semakin modern sebagai upaya untuk peningkatan potensi sektor pariwisata dan

kesejahteraan masyarakat kawasan pesisir.

4.4.4 Kesiapan Fasilitas Penunjang Pariwisata

A. Penilaian Kualitas Pelayanan yang Baik dalam Fasilitas Penunjang

Wisata

Kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata di KSPD Teluk

Pandan ditinjau berdasarkan indikator penilaiannya dari Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan dan Pemanfaatan

Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan tahun 2014,

yaitu ketersediaan fasilitas penunjang wisata yang dapat dijangkau dari atraksi

wisata dengan berjalan kaki dengan radius 400 meter. Untuk ketentuan penilaian

pada sub variabel ini, terdapat 10 jenis fasilitas penunjang wisata dan apabila semua

jenis fasilitas tersedia makan total kualitas pelayanan 100%. Jadi, setiap 1 jenis

fasilitas penunjang wisata yang tersedia memiliki bobot persentase 10 %. Lebih

detailnya dapat dilihat melalui tabel berikut .

Page 192: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

177

TABEL 4. 14 PENILAIAN KETERSEDIAAN DAN KUALITAS

PELAYANAN YANG BAIK DALAM FASILITAS PENUNJANG WISATA

Objek Wisata

Jenis dan Jumlah Fasilitas Pendukung Wisata

Nilai

Persentase

Per Jenis

Fasilitas K

eaman

an

(Po

s pan

tau d

an C

CT

V)

Fasilitas A

ko

mod

asi

Faslitas R

um

ah M

akan

Fasilitas P

erdag

ang

an

(To

ko

/Waru

ng)

Fasilitas K

esehatan

Fasilitas K

amar

Man

di/T

oilet

Fasilitas P

arkir

Fasilitas Ib

adah

Fasilitas

Perb

ank

an/A

TM

Fasilitas In

form

asi dan

Pelay

anan

Pariw

isata

Pantai Queen

Artha 0 0 0 3 0 2 1 1 0 1 50 %

Pantai Mutun

Asri 0 2 4 9 1 1 2 2 0 0 70 %

Pantai Putra

Mutun

CCTV

8 2 1 1 0 1 2 2 0 0 70 %

Pantai MS

Town

Pos

Pantau

1,

CCTV

24

0 3 40 0 2 5 1 0 1 70 %

Pantai Mutun

Haruna Jaya 0 0 4 17 0 4 2 1 0 1 60 %

Pantai Sari

Ringgung

CCTV

30 2 3 80 0 4 4 2 0 1 80 %

Hutan Bakau

Petengoran

Gebang

0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 30 %

Taman Dewi

Mandapa 0 0 0 4 0 2 1 1 0 1 50 %

Pantai Ketapang 0 20 0 10 2 3 1 1 1 1 80 %

Pantai Kelapa

Rapat 1 0 0 56 0 6 4 2 0 2 70 %

Rata-Rata Persentase 63 % Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan :

SIAP : 67,68 % -100%

AGAK SIAP :33,34%-67,67%

TIDAK SIAP : 1-33,33%

Hasil analisis kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata

ditinjau dari ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas penunjang wisata terhadap

Page 193: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

178

objek wisata termasuk dalam kategori AGAK SIAP. Pada aspek ketersediaan dan

kualitas pelayanan yang baik, dapat dikatakan bahwa hampir semua objek wisata

pesisir tidak memiliki seluruh fasilitas penunjang wisata. Selain itu, untuk fasilitas

kesehatan seperti puskesmas tidak tersedia di seluruh objek wisata dan juga

jaraknya lebih dari 400 meter sehingga, sulit dijangkau pengunjung. Untuk fasilitas

kesehatan yang ada disekitar objek wisata dan mudah dijangkau hanyalah bidan

yang berada di permukiman masyarakat lokal seperti di Kawasan Pantai Mutun dan

juga Pantai Ketapang. Untuk fasilitas yang sudah ada dalam mengaksesnya

terjangkau namun, untuk ketersediaan fasilitas seperti fasilitas perbankan,

akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas kesehatan kebanyakan tidak

tersedia di objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut mengindikasikan

tigkat pelayanan terhadap kebutuhan wisatawan untuk kegiatan pariwisata tidak

terpenuhi.

B. Ketersediaan TIK untuk Menunjang Fasilitas Penunjang Wisata

Ketersediaan TIK yang menunjang fasilitas penunjang wisata dinilai

berdasarkan observasi pada fasilitas penunjang wisata yang paling dominan atau

menonjol dalam penggunakan teknologinya. Ketentuan pemeberian nilai, yaitu jika

tersedia pemanfaatan TIK mendapat nilai 1 dan jika tidak tersedia pemanfaatan TIK

nilai 0. Lebih detail ditunjukkan pada Tabel berikut:

TABEL 4. 15 KETERSEDIAAN TIK UNTUK MENUNJANG FASILITAS

PENUNJANG WISATA

Fasilitas Umum Bentuk

Pemanfaatan TIK

Tersedia/Tidak

Tersedia Bentuk Skor

Fasilitas

Keamanan

CCTV dan

komputer Tersedia

Ms.Office, Software

personnel data

infomation, dan

Software inventaris

perkantoran

1

Fasilitas

Akomodasi

Soft Ware

Komputer Tidak Tersedia - 0

Pemasaran

melalui online Tidak Tersedia - 0

Fasilitas Rumah

Makan

Software

Komputer Tidak Tersedia - 0

Page 194: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

179

Fasilitas Umum Bentuk

Pemanfaatan TIK

Tersedia/Tidak

Tersedia Bentuk Skor

Fasilitas

Perdagangan

Software

Komputer Tidak Tersedia - 0

Barcode/QR Code

Scanner Tidak Tersedia - 0

Fasilitas

Kesehatan

Software

Komputer Tidak Tersedia - 0

Fasilitas Kamar

Mandi/Toilet Smart Keran Tidak Tersedia - 0

Fasilitas Parkir

Software

Komputer Tersedia

Ms. Office dan

Parking System 1

Smart Card Tidak Tersedia - 0

Fasilitas

Perbankan/ATM

Software

Komputer Tidak Tersedia - 0

Fasilitas

Informasi dan

Pelayanan

Pariwisata

Soft Ware

Komputer Tidak Tersedia - 0

Aplikasi

Pariwisata Tersedia Pariwisata Lampung 1

Total Skor 3 Sumber : Hasil Analisis, 2020

Keterangan :

SIAP : 9,1-13

AGAK SIAP : 5,1-9

TIDAK SIAP : 1-5

Hasil analisis kesiapan dalam ketersediaan TIK dalam pengoperasian fasilitas

penunjang wisata termasuk dalam kategori TIDAK SIAP. Hal ini karena pada

sebagian besar objek wisata tidak tersedia software komputer dan juga penggunaan

smart card. Dalam pengelolaan objek wisata pesisir di Teluk Pandan masih

menggunakan metode konvensional. Hal tersebut diakibatkan karena kuangnya

ketersediaan teknologi dalam menunjang kegiatan wisata dan juga masih minimnya

pengetahuan masyarakat lokal sebagai pengelola pariwisata dalam memanfaatkan

Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Page 195: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

180

4.5 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism pada Objek wisata pesisir di

Teluk Pandan.

Tahap analisis ini merupakan bagian terakhir yang akan mengakumulasikan

seluruh skor kesiapan pada variabel Smart Tourism yang ditinjau dari ketersediaan

dan kualitas pelayanan infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata,

dan fasilitas penunjang wisata yang kemudian menghasilkan nilai kesiapan objek

wisata pesisir di Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism.

TABEL 4. 16 REKAPITULASI SKOR KESIAPAN SUB VARIABEL

SMART TOURISM PADA OBJEK WISATA PESISIR DI TELUK PANDAN

Sub Variabel Nilai Kesiapan Skor

Infrastruktur Dasar dan Infrastruktur TIK

Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Transportasi yang

Baik Siap 3

Ketersediaan dan Kualitas Air Bersih Pada Objek Wisata Siap 3

Kualitas Pelayanan Jaringan Listrik pada Objek Wisata Siap 3

Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan Sistem Pengelolaan

Limbah Agak Siap 2

Ketersediaan Infrastruktur TIK dan Kualitas Pelayanan

Informasi Siap 3

Transportasi

Kualitas Pelayanan Transportasi Umum Tidak Siap 1

Atraksi Wisata

Kebragaman Atraksi Wisata di Teluk Pandan Siap 3

Ketersediaan TIK untuk Menunjang Atraksi Wisata Tidak Siap 1

Fasilitas Penunjang Wisata

Ketersediaan dan Kualitas Pelayanan yang Baik dalam

Fasilitas Penunjang Wisata Agak Siap 2

Ketersediaan TIK untuk Menunjang Fasilitas Penunjang

Wisata Tidak Siap 1

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Skor kesiapan sub Variabel dalam penerapan Smart Tourism pada objek wisata

pesisr pantai di KSPD Teluk Pandan seperti ditunjukkan pada tabel diatas. Untuk

mengetahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism, kemudian skor yang telah

didapat diakumulasi menjadi skor Variabel. Berikut merupakan hasil nilai kesiapan

tiap Variabelnya

Page 196: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

181

TABEL 4. 17 TOTAL NILAI VARIABEL KESIAPAN PENERAPAN

SMART TOURISM

Variabel Skor

Total

Indikator Nilai

Kesiapan

Skor

Kesiapan Siap Agak Siap Tidak Siap

Infrastruktur

Dasardan TIK 14

Jika hasil

skoring variabel

Infrastruktur

dasar dan TIK

adalah 10,32-15

Jika hasil

skoring variabel

Infrastruktur

dasar dan TIK

adalah 5,67 -

10,32

Jika hasil

skoring variabel

Infrastruktur

dasar dan TIK

adalah 1 - 5,66

Siap 3

Transportasi 1

Jika hasil

skoring variabel

transportasi

adalah 2,33-3

Jika hasil

skoring variabel

transportasi

adalah 1,67-2,32

Jika hasil

skoring variabel

transportasi

adalah 1-1,66

Tidak

Siap 1

Atraksi 4

Jika hasil

skoring variabel

atraksi adalah

4,33-6

Jika hasil

skoring variabel

atraksi adalah

2,67-4,32

Jika hasil

skoring variabel

atraksi adalah 1-

2,66

Agak

Siap 2

Fasilitas

Penunjang

Wisata

3

Jika hasil

skoring variabel

fasilitas

pendukung

wisata adalah

4,33-6

Jika hasil

skoring variabel

fasilitas

pendukung

wisata adalah

2,67-4,32

Jika hasil

skoring

variabelfasilitas

pendukung

wisata adalah 1-

2,66

Agak

Siap 2

Total 8

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Analisis kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir di Teluk

Pandan dengan total keseluruhan skor pada variabel Smart Tourism, yaitu 8.

Selanjutnya, total skor tersebut dianalisis dengan kriteria kesiapan penerpan Smart

Tourism dan dapat disimpulkan objek wisata pesisir di Teluk Pandan dinyatakan

AGAK SIAP yang ditinjau dari ketersediaan dan kualitas pelayanan infrastruktur

dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan fasilitas penunjang wisata.

Dari hasil analisis pada kesiapan penerepan Smart Tourism di objek wisata

pesisir Teluk Pandan menunjukkan bahwa variabel penelitian Smart Tourism

memiliki hasil yang bervariasi. Untuk variabel penelitian infrastruktur dasar dan

infrastruktur TIK dinyatakan siap untuk mendukung dalam penerapan Smart

Tourism. Infrastruktur dasar dan TIK menjadi salah satu komponen paling penting

dalam menunjang berbagai kegiatan termasuk pariwisata yang mampu berdampak

terhadap kemudahan akses dan pergerakan, pemenuhan kebutuhan dalam kegiatan

Page 197: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

182

wisata, efisiensi dalam berbagai kegiatan wisata bagi para wisatawan dan juga

berbagai pihak terkait.

Untuk atraksi wisata yang menjadi salah satu komponen penting karena berperan

sebagai daya tarik utama dalam kegiatan pariwisata yang mengindikasikan agak

siap. Sebenarnya pada keberagaman atraksi wisata alam dan buatan yang ada di

objek wisata Teluk Pandan telah beragam. Namun, kekurangannya ialah terletak

pada penerapan TIK dalam menunjang atraksi wisata yang masih sangat kurang

pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan. Hal tersebut tentunya dapat memberikan

dampak pada atraksi wisata sebegai komponen utama yang belum mampu menarik

minat banyak pengunjung dengan target pemerintah bahkan menarik minat

wisatawan mancanegara untuk berlibur di Kawasan Teluk Lampung.

Untuk fasilitas penunjang wisata yang ada pada objek wisata pesisir pantai di

Teluk Pandan secara keseluruhan dinyatakan agak siap. Untuk fasilitas umumnya

telah tersedia dan memiliki kemudahan dalam menjangkaunya. Namun,

permaslahan yang terjadi ialah masih terdapat beberapa fasilitas penunjang wisata

yang belum tersedia di berbgai objek wisata, seperti fasilitas perbankan/atm,

fasilitas kesehatan, faslitas keamanan, dan fasilitas rumah makan. Selain itu,

kurangnya pemanfaatan dan penerapan TIK pada fasilitas penunjang wisata

membuat kurangnya efektifitas dan efisiensi dalam pengoperasian setiap fasilitas

yang ada.

Untuk komponen transportasi mengindikasikan Tidak Siap. Hal ini disebabkan

karena permasalahan ketersediaan angkutan umum yang belum memadai dan juga

trayek yang tidak menjangkau setiap lokasi objek wisata. Kondisi ini membuat

setiap calon pengunjung objek wisata pesisir di Teluk Pandan harus menggunakan

kendaraan pribadi atau menyewa moda transportasi lainnya. Komponen

trasnportasi pada wilayan kajian penelitian ini dapat disimpulkan tidak dapat

memberikan pelayanan yang baik dalam hal efektfitas, efisiensi, dan kemudahan

dalam memenuhi kebutuhan pengunjung wisata untuk mendapatkan kemudahan

dalam mengakses lokasi objek wisata.

Page 198: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

183

4.6 Kluster Tingkat Kesiapan Objek Wisata dalam Penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan

Setelah melihat tingkat kesiapan secara keseluruhan kawasan Teluk Pandan, maka pada bagian ini akan menjelaskan analisis skoring terkait

tingkat kesiapan 10 objek wisata pesisir di KSPD Teluk Pandan dalam menerapkan Smart Tourism pada. Berikut tabel tingkat kesiapannya.

Tabel 4. 18 Tingkat Kesiapan Penerapan Smart Tourism Objek Wisata di KSPD Teluk Pandan

No Objek

Wisata

Infrastruktur

Jalan Air

Besih Listrik

Sistem Pengolahan Limbah Infrastruktur

TIK Transportasi

Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang

Wisata Total

Skoring

Tingkat

Kesiapan Jalan Dermaga Persampahan Drainase Sanitasi

Kualitas

Pelayanan

Penerapan

TIK

Ketersediaan

dan Kualitas

Penerapan

TIK

1 Pantai MS

Town 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap

2 Pantai Sari

Ringgung 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap

3

Pantai

Kelapa

Rapat

3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap

4 Pantai Putra

Mutun 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap

5 Pantai

Ketapang 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 27 siap

6 Pantai

Mutun Asri 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25

Agak

Siap

7

Pantai

Mutun

Haruna Jaya

2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23 Agak

Siap

8 Pantai

Queen Arta 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22

Agak

Siap

9

Taman

Dewi

Mandapa

1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19 Agak

Siap

10

Hutan

Mangrove

Petengoran

1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18 Agak

Siap

Sumber : Hasil Analisis Peneliti, 2020

Keterangan : SIAP : (26,33-39); AGAK SIAP : (13,67-26,32); TIDAK SIAP : (1-13,66)

Page 199: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

184

Dari tabel diatas dapat diketahui tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism

berdasarkan kajian yang dilakukan di setiap objek wisata pantai yang ada di

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung menunjukkan 4 kluster tingkatan

kesiapan, yaitu :

A. Kluster 1 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, Fasilitas penunjang

wisata dan tidak siap transportasi

1. Pantai MS Town

2. Pantai Sari Ringgung

B. Kluster 2 : Siap infrastruktur dasar dan TIK, Agak siap atraksi wisata dan

fasilitas penunjang wisata, dan tidak siap transportasi

1. Pantai Kelapa Rapat

2. Pantai Putra Mutun

3. Pantai Ketapang

C. Kluster 3 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata, fasilitas

wisata dan tidak siap transportasi

1. Mutun Asri

2. Pantai Haruna Jaya

3. Pantai Queen Artha

4. Taman Dewi Mandapa

D. Kluster 4 : Agak siap infrastruktur dasar dan TIK, Atraksi wisata dan tidak siap

fasilitas penunjanh wisata dan transportasi

1. Hutan Mangrove Petengoran

Page 200: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

185

BAB V

TINGKAT KESIAPAN KAWASAN OBJEK WISATA PESISIR

TELUK PANDAN UNTUK MENERAPKAN SMART TOURISM

5.1 Temuan Studi terkait Kesiapan Penerapan Smart Tourism

Temuan Studi merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh peneliti,

berdasarkan hasil temuan lapangan dari teori yang digunakan sebagai acuan dalam

mencari data dan proses penyusunan analisis. Pada bagian ini dilakukan dengan

tujuan untuk menyimpulkan temuan lapangan dan analisis yang telah dilakukan

peneliti. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang dilakukan oleh peneliti

baik selama di lapangan maupun proses setelah di lapangan, berikut temuan studi

terkait dengan kesiapan penerapan Smart Tourism di Kawasan Objek wisata pesisir

Teluk Pandan.

TABEL 5. 1 TEMUAN STUDI KESIAPAN PENERAPAN SMART

TOURISM

Komponen

Smart

Tourism

Temuan Studi

Infrastruktur

Dasar dan

TIK

Infrastruktur Jalan

1. Siap : Pantai MS Town, Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung,

Kelapa Rapat, dan Ketapang

2. Agak Siap : Haruna Jaya

3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, Taman Dewi Mandapa dan

Queen Artha

Infrastruktur Dermaga :

1. Siap : Pantai MS Town, Kelapa Rapat, dan Ketapang

2. Agak Siap : Putra Mutun, Mutun Asri, Sari Ringgung,

3. Tidak Siap : Queen Artha Mutun Haruna Jaya, Hutan Mangrove

Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa

Penyediaan Air Bersih :

1. Siap : Pantai Queen Artha, Putra Mutun, MS Town, Sari Ringgug,

Kelapa Rapat, dan Ketapang

2. Agak Siap : Mutun Asri, Haruna Jaya

3. Tidak Siap : Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman Dewi Mandapa

Jaringan listrik yang tidak siap hanya Hutan Mangrove Petengoran, dan Taman

Dewi Mandapa

Page 201: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

186

Komponen

Smart

Tourism

Temuan Studi

Persampahan : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar

Drainase : Seluruh objek wisata tidak siap, tidak memenuhi standar

Sanitasi : Seluruh objek wisata agak siap, memiliki septictank per KK

Telekomunikasi : Siap, terdapat 18 menara telekomunikasi/BTS yang

dibangun oleh beberapa operator dan pelayanan internet telah tersedia 4G dan

beberapa objek wisata telah memiliki media sosial dan web.

Transportasi

Angkutan Umum : TIDAK SIAP. Permasalahan yang terjadi ialah kurangnya

moda transportasi umum dan juga integrasi moda transportasi. Selain itu,

angkutan umum yang ada tidak menghantarkan pengunjung hingga ke lokasi

objek wisata hanya batas jalan kabupaten yang dilintasi saja.

Atraksi

Wisata

Keberagaman Atraksi Wisata : SIAP. Tersedia berbagai macam pilihan atraksi

wisata alam dan buatan. Tidak memiliki atraksi wisata budaya dan belanja.

Penerapan Teknologi pada Atraksi Wisata : TIDAK SIAP. Karena belum

semua objek wisata menggunakan komputer dan software. Hanya Pantai MS

Town dan Sari Ringgung yang telah menerapkan.

Fasilitas

Penunjang

Wisata

Kualitas pelayanan yang baik dalam fasilitas penunjang wisata : AGAK SIAP.

Belum tersedia semua fasilitas seperti fasilitas kesehatan yang mudah

dijangkau, fasilitas pembayaran/ATM, Fasilitas Keamanan dengan

menyediakan CCTV dan juga Pos Pantau serta fasilitas akomodasi.

Ketersediaan TIK dalam pengoperasian fasilitas penunjang wisata : TIDAK

SIAP. karena pada sebagian besar objek wisata tidak tersedia software

komputer dan juga tidak ada penggunaan smart card.

Sumber : Peneliti, 2020

Dari hasil analisis yang telah dilakukan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart

Tourism yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi

Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata pada objek wisata pesisir di Teluk Pandan.

Didapatkan Tingkat Kesiapan Berdasarkan objek wisata tingkat kesiapan

penerapan Smart Tourism sebagai berikut :

1. SIAP : Pantai MS Town, Pantai Putra Mutun, Pantai Sari Ringgung, Pantai Kelapa

Rapat, dan Pantai Ketapang

2. AGAK SIAP : Pantai Queen Artha, Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, Taman

Dewi Mandapa, dan Hutan Mangrove Petenggoran

3. TIDAK SIAP : -

Berdasarkan variabel yang dikaji tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD

Teluk Pandan sebagai berikut :

1. Infrastruktur Dasar dan TIK mengindikasikan Siap. Hal tersebut dinilai berdasarkan

standar dari Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 3 Tahun

2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik

Bidang Pariwisata. Di KSPD Teluk Pandan telah tersedia Jalan, Dermaga, Air

Page 202: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

187

Bersih, Listrik, dan Menara BTS dalam kondisi baik untuk menunjang

pengembangan kawasan Pariwisatanya. Namun, untuk sistem pengolahan

limbah dalam hal Persampahan dan Drainase masih menjadi kendala utama

karena belum tersedia.

2. Atraksi wisata di KSPD Teluk Pandan mengindikasikan siap untuk kualitas

pelayanan dan keberagaman atraksi wisata alam dan buatan. Namun, apabila

dibandingkan dengan preseden pilihan atraksi wisata di kawasan Teluk Pandan

tidak selengkap Bali yang memiliki 4 atraksi wisata, yaitu wisata alam, wisata

buatan, wisata belanja, dan wisata budaya. Dalam penerapan Smart Tourism

pada komponen atraksi wisata di Teluk Pandan perlu menerapkan penggunaan

TIK, seperti smart card, QR Barcode, perangkat komputer dan software serta

penyediaan free wifi di seluruh lokasi objek wisata sehingga, dapat

meningkatkan kualitas pelayanan serta memberikan kemudahan bagi

wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata dan mengakses informasi wisata

yang dibutuhkan.

3. Moda Transportasi pada KSPD Teluk Pandan mengindikasikan Tidak Siap.

Hal tersebut karena angkutan umum yang tersedia tidak terintegrasi dari pusat

kota, tingkat kemudahan akses transportasi umum yang cukup sulit dan trayek

yang tidak menjangkau seluruh lokasi objek wisata. Selain itu, terdapat

masalah pada kualitas dan kenyamanan angkutan umum di KSPD Teluk

Pandan yang menggunakan mobil pick up yang dimodisikasi dengan diberi

penutup dan kursi penumpang pada bagian belakang. Hal tersebut menunjukan

kualitas pelayanan transportasi umum di KSPD Teluk Pandan yang masih

rendah, apabila dibandingkan dengan preseden Kota Surakarta dan Semarang

yang telah menyediakan Bus untuk memberikan kemudahan aksesibiltas dan

kenyamanan bagi wisatawan. Dalam penerapan Smart Tourism pada

komponen transportasi KSPD Teluk Pandan belum menerapkan TIK dalam

pelayananya. Kondisi tersebut sangat berbeda dari Kota Semarang dalam hal

kualitas pelayanan moda transportasi umum karena disana sudah memiliki

aplikasi “BRT Semarang” dengan fitur BRT Terdekat yang dapat memberikan

informasi posisi bus BRT berdasarkan jarak, kecepatan, dan waktu tempuh.

Page 203: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

188

4. Fasilitas Penunjang Wisata di KSPD Teluk Pandan megindikasikan Agak Siap.

Ditinjau dari ketersediaannya di kawasan wisata ini tidak seluruh fasilitas

penunjang wisata tersedia dalam menunjang kegiatan wisatanya, seperti

fasilitas pembayaran/atm, akomodasi, fasilitas keamanan, dan juga fasilitas

kesehatan. Hal tersebut berbeda apabila dibandingkan dengan Bali dan

Semarang yang telah memiliki kelengkapan fasilitas penunjang wisata dan

telah menerapkan teknologi pada sarana dan prasarana pendukung wisatanya.

Dalam pengembangan fasilitas penunjang wisata dalam mendukung kesiapan

penerapan Smart Tourism perlu adanya penerapan TIK dalam bentuk

penyediaan komputer, software komputer, smart card, barcode/QR scanner,

dan sensor robot serta penyediaan aplikasi yang dapat membantu untuk

memberikan rekomendasi fasilitas terdekat seperti di Semarang yang memiliki

aplikasi “Semarang Smart City” dengan fitur rekomendasi terkait fasilitas terdekat

seperti, bank & ATM, tempat ibadah, rumah sakit, dan pos polisi.

5.2 Kesimpulan

Kesiapan penerapan konsep Smart Tourism bergantung pada ketersedian

infrastruktur dengan koneksi antar setiap sub-sistem pada kawasan wisata.

Ketersediaan infrastruktur Dasar dan TIK di Teluk Pandan sudah tersedia. Namun,

dalam peningkatan sistem pelayanan melalui penerapan Teknologi Informasi dan

Komunikasi yang belum diterapkan pada objek wisata pesisir Teluk Pandan. Hal

ini mengakibatkan tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di Kawasan Strategis

Pariwisata Daerah Teluk Pandan yang dikaji berdasarkan Infrastruktur Dasar dan

TIK, Transportasi, Atraksi Wisata, dan Fasilitas Penunjang Wisata dinyatakan

AGAK SIAP dengan total skoring 8.

Pada tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di objek wisata pesisir di Teluk

Pandan komponen Smart Tourism yang Siap hanya komponen ketersedian dan

kualitas Infrastruktur Dasar dan TIK. Untuk komponen Atraksi wisata

mengindikasikan Agak Siap, hal tersebut dikarenakan dalam pengelolaan dan

penembangannya belum menerapkan TIK, seperti peningkatan kualitas pelayanan

melalui penerapan smart card dan pelayanan berbasis online. Pada komponen

Fasilitas Penunjang Wisata yang ditinjau berdasarkan ketersedian dan penerapan

Page 204: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

189

TIK dalam menunjang berbagai kegiatan wisata secara keseluruhan yang

dinyatakan Agak Siap. Sedangkan, untuk komponen yang Tidak Siap dalam

menunjang penerapan Smart Tourism, yaitu transportasi mengenai ketersediaan

angkutan umum dan kualitas pelayanannya yang belum menjangkau seluruh lokasi

objek wisata.

Untuk hasil analisis tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di 10 objek

wisata pantai di Kawasan Strategis Pariwisata Daerah Teluk Pandan menunjukkan

terdapat 4 kluster tingkat kesiapan penerapannya. Untuk Kluster 1 meliputi objek

wisata Pantai MS Town, Pantai Sari Ringgung. Kluster 2 terdiri dar Pantai Kelapa

Rapat, Pantai Putra Mutun dan Pantai Ketapang. Kluster 3 terdiri dari Pantai Queen

Artha, Pantai Haruna Jaya, Pantai Mutun Asri, Taman Dewi Mandapa. Selanjutnya,

untuk Kluster 4 terdiri dari objek wisata Hutan Mangrove Petenggoran.

Dalam pengembangan objek wisata Kluster 1 yang memiliki daya tarik dan

kapasitas yang lebih unggul dalam kesiapan pemenuhan kebutuhan wisatawan

terkait pelayanan dari Infrastruktur Dasar dan TIK, Atraksi Wisata, dan Fasilitas

Penunjang Wisata sehingga dapat menjadi destinasi wisata pilihan bagi wisatawan

mancanegara dan wisatawan nusantara. Untuk Kluster 2 dapat menjadi daya tarik

bagi wisatawan nusantara dan masih memungkinkan untuk wisatawan

mancanegara dapat berlibur ke objek wisata ini tetapi untuk itu perlu adanya upaya

untuk meningkatkan pelayanan atraksi dan fasilitas penunjang wisata. Selanjutnya,

untuk Kluster 3 dalam pengembangannya saat ini dapat menjada daya tarik atau

piliha wisata yang tepat bagi wisatawan nusantara saja karena terdapat

permasalahan dalam kuantitas dan kualitas dari sistem pelayanan yang ada seperti

tidak tersedianya fasilitas akomodasi, fasilitas pembayaran/perbankan, kondisi

jalan yang rusak, dan masih minimnya penggunaan TIK (dalam bentuk web dan

media sosial) untuk memberikan kemudahan informasi serta pelayanan yang baik

bagi wisatawan. Sedangkan, untuk Kluster 4 dalam pengembangan objek wisatanya

berdasarkan analisis terindikasi perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas

secara optimal karena dari 4 komponen yang dikaji infrastruktur dasar dan TIK

yang mengindikasikan agak siap dan untuk atraksi, fasilitas penunjang wisata serta

transportasi menunjukan tidak siap.

Page 205: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

190

Apabila dibandingkan dengan preseden, kesiapan penerapan Smart Tourism di

KSPD Teluk Pandan mendekati penerapan di Surakarta yang termasuk siap dari

komponen pelaku wisata, ketersediaan fasilitas Penunjang dan Transportasinya.

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, perbedaannya di KSPD Teluk Pandan

belum menerapkan TIK dalam pelayanan pada Fasilitas Penunjang Wisata,

transportasi dan atraksi wisata serta di KSDP Teluk Pandan hanya memiliki wisata

alam dan buatan sementara di Surakarta memiliki atraksi wisata budaya, buatan,

dan belanja.

5.3 Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diberikan terkait tingkat kesiapan penerapan Smart

Tourism dalam meningkatkan potensi sektor pariwisata pesisir Teluk Pandan di

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung berdasarkan hasil analisis yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah

a) Peningkatan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Jalan

Penyediaan infrastruktur dasar seperti jalan dan dermaga sangat penting

dalam pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Pesawaran, Provinsi

Lampung. Dalam hal ini pemerintah perlu meningkatkan aksesibilitas

menuju berbagai objek wisata yang ada terutama pembangunan dan

perbaikan jalan menuju objek wisata pada Kluster 3 dan 4, yaitu Hutan

Mangrove Petengoran Gebang dan juga Taman Wisata Dewi Mandapa. Hal

tersebut perlu dilakukan karena jalan yang rusak dan sempit dapat

mengurangi minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata ini.

b) Pemenuhan Air Bersih melalui Penyediaan Jaringan PDAM atau Sumur

Komunal

Dengan pola pemenuhan kebutuhan air bersih bagi kegiatan wisata dan juga

masyarakat lokal saat ini yang memanfaatkan air tanah yang diambil dengan

cara membuat sumur bor dan sumur galian pada setiap rumah di

permukiman pesisir pantai yang mengindikasikan tingginya eksplorasi air

bawah tanah pada kawasan permukiman pesisir. Hal tersebut tentunya akan

berdampak pada terjadinya intrusi air laut yang terjadi karena air tanah yang

Page 206: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

191

diambil dengan kedalaman sumur tertentu, yang saat ini sudah dirasakan

oleh masyarakat yang mengkonsumsi air dengan rasa yang payau dan juga

warna yang keruh terutama pada kluster 3 dan 4, yaitu Pantai Mutun Asri,

Pantai Haruna Jaya, Hutan Mangrove Petengoran dan Taman Dewi

Mandapa. Untuk itu perlu adanya upaya dari pemerintah untuk memenuhi

kebutuhan air bersih pada kawasan permukiman pesisir Teluk Pandan dan

kawasan wisata dengan penyediaan jaringan air bersih PDAM atau

menyediakan sumur komunal.

c) Penggunaan Energi Ramah Lingkungan dalam Penyediaan Listrik

Dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk menunjang kegiatan pariwisata

dan juga permukiman masyarakat yang belum terlayani listrik. Pemeritah

dapat memberikan bantuan dan sosalisasi terkait dengan penggunaan

sumber energi alternatif dari alam yang ramah lingkungan dan potensial

untuk diterapkan pada Kawasan Pesisir terutama pada objek wisata Hutan

Mangrove Petengoran dan Taman Dewi Mandapa yang termasuk Kluster 3

dan 4. Salah satu yang dapat diterapkan pada kondisi geografis Kawasan

Pesisir yang mendapat sinar matahari yang berlimpah, yaitu Penerapan

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

d) Penyediaan Sarana dan Prasarana pada Sistem Pengolahan Limbah pada

Objek Wisata Pantai di KSPD Teluk Pandan

Pengelolaan limbah terutama sampah menjadi permasalahan yang hingga

saat ini masih dihadapi di Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan. Oleh

karena itu, langkah yang dapat diambil pemerintah dalam hal ini ialah

menyediakan TPS di sekitar lokasi dan juga sarana mobil pengangkut

sampah yang rutin beroperasi di kawasan objek wisata pesisir dan

permukiman disekitarnya. Dari fenomena yang terjadi dirasa masih

kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat dan juga pengelola

wisata terkait pengolahan sampah, untuk itu perlu adanya upaya pemerintah

utntuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat melalui pelatihan

terkait pengolahan limbah. Selanjutnya, untuk drainase perlu adanya

penyediaan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) sehingga, air limbah

hasil kegiatan rumah tangga dan wisata dapat diproses terlebih dahulu

Page 207: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

192

sebelum mengallir ke laut. Untuk sistem pengolahan limbah sanitasi

seharunya untuk sistem pembuangan jamban di daerah pesisir sangat

penting untuk memperhatikan kondisi air tanah karena pemenuhan

kebutuhan air bersih masyarakat pesisir di sekitar objek wisata pun

menggunakan ai tanah. Oleh karena itu, dirasa perlu adanya percepatan

dalam pengadaan prasarana sarana pengolahan lumpur tinja berupa truk

pengangkut tinja dan modul instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)

komunal dan untuk menyediakan jaringan sanitasi yang terpadu dengan

sistem jaringan wilayah di Kawasan permukiman dan objek wisata pesisir

di Teluk Pandan.

e) Penyediaan Moda Transportasi Umum Bus Rapid Transit dan Peningkatan

Pelayanan Transportasi melalui Penyediaan Informasi Real Time

Transportasi.

Meningkatkan kemudahan aksesibilitas menuju atraksi wisata dengan

penambahan jumah angkutan, integrasi antara angkutan umum di Kota

Bandar Lampung dan Kawasan Objek Wisata Teluk Pandan. Dalam hal

peningkatan kualitas pelayanan transportasi, pemerintah dapat menyediakan

Bus Rapid Transit khusus pariwisata untuk memberikan kualitas pelayanan

yang baik dan kenyamanan bagi pengunjung. Selain itu, perlu penambahan

jalur trayek transportasi umum terutama menuju ke lokasi objek wisata

pesisir di Teluk Pandan. Dalam konteks penerapan Smart Tourism

komponen transportasi harus memiliki berbagai informasi real time terkait

jadwal keberangkatan dan juga informasi asal dan tujuan angkutan umum

yang dapat diakses oleh pengunjung.

f) Penyediaan dan Penggunaan Menara Infrastruktur Telekomunikasi secara

Bersama (Sharing Tower).

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan telekomnikasi pada kawasan objek

wisata pesisir di Teluk Pandan, pemerintah dalam hal ini diharapkan dapat

menodrong kerjasama dengan berbagai operator untuk bisa menempatkan

providernya pada kawasan ini agar dapat meningkatkan kemudahan dalam

mengakses internet dan juga berbagai informasi terkait wisata. Namun, hal

perlu diperhatikan pemerintah dalam konteks ini ialah pemerintah harus

Page 208: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

193

memiliki kebijakan atau intervensi untuk menghindari terjadinya fenomena

Hutan Tower yang menumpuk pada satu titik dan memastikan penempatan

tower BTS tidak pada Kawasan Lindung atau Konservasi.

g) Pemenuhan 13 Element Smart Tourism dalam Pengembangan Parwisata di KSPD

Teluk Pandan

Dalam hal ini pemerintah perlu memastikan pemenuhan 13 element yaitu tourist

attraction homepage, smart vehicle-scheduling, personal-itinerary design, free

wifi, smart cards, intelligent-guide system, crowd handling, mobile payment,

tourist-flow monitoring, online information access, travel safety protection, e-

tourism recommendation system, dan real time traffic broadcast. Agar dapat

memperluas pasar pariwisata, meningkatkan nilai jual dan dapat memberikan

kemudahan serta kepuasan bagi pengunjung melalui pelayanan pariwisata

berskala internasional.

h) Peningkatan Ketersediaa Informasi pada Aplikasi Pariwisata Lampung

Dalam hal ini perlu adanya kordinasi anatara Dinas Pariwisata dan juga

Dinas Kominfo dalam menghasilkan suatu aplikasi pariwisata yang tepat

guna. Dalam artian informasi yang diberikan di dalam aplikasi harus lebih

detail. Selain itu, didalam aplikasi yang telah ada perlu melengkapi jenis

informasi terkait 6A pariwisata, memberikan infomasi lebih detail terkait

cara mencapai objek wisata dan juga terkait biaya yang dikeluarkan

sehingga, mampu memerpermudah wisatawan dalam membuat rencana

perjalanan wisata di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

i) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mengelola Pariwisata melalui

Penyuluhan Sadar Wisata dan Aksi Sapta Pesona secara Terus Menerus dan

Berkesinambungan

Pemerintah yang memiliki tugas sebagai fasilitator dalam hal ini memiliki

peran untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dalam pengelolaan

pariwisata. Permaslahan yang terjadi saat ini bukan masyarakat yang tidak

ingin berperan besar dalam pengelolan pariwisata namun, karena minimnya

pengetahuan yang mereka miliki untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena

itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan pemahaman melalui

pelatihan, workshop, dan berbagai kegiatan lainya yang dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat, misalnya mengenai sapta pesona

Page 209: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

194

pariwisata, bagaimana cara menegelola pariwisata yang benar, pengolahan

sampah, dan kompetensi lainnya.

b) Rekomendasi Bagi Pengelola Wisata

a) Peningkatan Strategi Pemasaran Atraksi Pariwisata melalui Pengemasan

dan Promosi Wisata di KSPD Teluk Pandan

Dengan kondisi geografis Teluk Pandan daerah pantai yang landai dan indah

menjadi daya tarik wisata yang berkembang ke arah wisata masal.

Pengemasan produk wisata yang ada di KSDP Teluk Pandan ini dirasakan

masih kurang dapat bersaing dengan kawasan wisata lain di sekitarnya.

Dalam pengembangan wisatanya dirasa perlu adanya upaya untuk

mengangkat keunikan dan daya tarik yang dimiliki sesuai dengan karakter

wilayah pantai dan pedesaan yang dikemas semodern mungkin sehingga,

mampu meningkatkan minat wisatawan nusantara dan mancanegara untuk

berkunjung ke berbagai objek Wisata Teluk Pandan. Selain itu, perlu adanya

startegi pemasaran melalui media sosial secara aktif, menggunakan

billboard atau banner di puat keramaian dan bisa juga melalui kerjasama

dengan pemerintah dalam mempromosikann objek wisata di kanca

Internasional terutama pada Kluster 2, Kuster 3 dan Kluster 4.

b) Peningkatan Sistem Pengolahan Limbah melalui Proses Pemilahan Sampah

dan Menerapkan Konsep 4R di Seluruh Objek Wisata Pantai Teluk Pandan

Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan pengunjung saat berwisata

perlu disediakan tempat sampah terpadu yang tertutup yang terdapat proses

pemisahan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu organik, non organik, botol

kaca, botol dan gelas plastik serta bahan plastik lainnya. Untuk tempat

sampah di setiap Gerai dengan pengolahan limbah buangan dan

penampungan limbah minyak goreng. Selain itu, pengolahan sampah

dengan cara dibakar harus dihentikan karena justru dapat menimbulkan

polusi dan sebaiknya melakukan pengelolaan sampah dengan menggunakan

pendekatan konsep 4R, yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai

kembali), recycle (mendaur ulang) dan replace (mengganti).

Page 210: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

195

c) Penyediaan dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pariwisata melalui

Penerapan Smart Card/ Barcode Scanner dan Akses Internet Gratis di

KSPD Teluk Pandan.

Meningkatkan kualitas dan ketersediaan berbagai jenis fasilitas penunjang

wisata sehingga mampu mendukung dan memberikan pelayanan yang baik

bagi pengunjung wisata, seperti penyediaan fasilitas kesehatan yang mudah

dijangkau, fasilitas pembayaran/ATM, Fasilitas Keamanan dengan

menyediakan CCTV dan juga Pos Pantau serta fasilitas akomodasi yang

dapat di-booking melalui aplikasi sehingga, mampu memenuhi kebutuhan

pelayanan bagi pengunjung wisata dan dapat meningkatkan kenyamanan

terutama pada Kluster 2, Kluster 3 dan Kluster 4. Selain itu, dalam konteks

penerapan Smart Tourism pengelola industri wisata sangat perlu untuk

menerapkan TIK pada fasilitasnya, seperti menggunakan komputer, smart

card pada akses masuk dan barcode scanner untuk parkir dan juga

perdagangan, menyediakan free wifi, serta menjalin kerjasama dengan

Virtual Hotel Operator (oyo, red doorz, traveloka, dll) sehingga, dalam

menunjang kegiatan wisata dapat memberikan kemudahan bagi pengunjung

dan kepuasan tentunya melalui pelayanan pariwisata berskala internasional.

d) Bersinergi Bersama Pemerintah dalam Pemenuhan 13 Element Smart

Tourism untuk Meningkatkan Nilai Jual dan Kualitas Pelayanan Pariwisata.

Penting adanya sinergisitas antara pelaku usaha wisata dengan pemerintah

yang dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Dinas Kominfo dalam mewujudkan

kesiapan dalam penerapan Smart Tourism dengan memastikan tersedianya

pelayanan pariwisata yang memenuhi 13 elemen tersebut.

a) Rekomendasi Bagi Masyarakat Lokal

a) Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Mellihat Peluang Ekonomi dari

Adanya Pengembangan Pariwisata.

Masyarakat lokal pada dasarnya memiliki peranan yang penting dalam

pengelolaan pariwisata dan juga pengembangan wisata. Masyarakat lokal

merupakan orang yang paling memahami terkait dengan kondisi dan juga

lingkungan objek wisata. Fenomena yang terjadi saat ini ialah masyarakat

Page 211: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

196

lokal yang tidak banyak terlibat dalam pengelolaan wisata karena kurangnya

pemahaman dan juga kapasitas mereka terkait pengelolaan wisata. Oleh

karena itu, perlu adanya pelatihan dan sosialisasi kepada masyarakat lokal

tentang bagaimana mereka menjalankan peran sebagai pengelola wisata

yang baik sehingga, dampak dari adanya pariwisata dapat dirasakan

langsung oleh masyarakat lokal. Selanjutnya, masyarakat lokal juga harus

pandai dalam melihat peluang usaha pada sektor pariwisata ini seperti

menjadi tour guide, membuka rumah makan, atau bahkan menjadikan

tempat tinggal mereka sebagai home stay karena kondisi yang ada pada

hampir seluruh objek wisata tidak tersedia fasilitas akomodasi atau

penginapan.

b) Membiasakan Pengunaan Teknologi pada Masyarakat dalam Pengelolaan

Pariwisata.

Dalam peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar kawasan objek wisata

pesisir pantai dalam penggunaan teknologi sangatlah penting. Pada

dasarnya saat ini kebanyakan masyarakat telah menggunakan smart phone

untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi sehari-hari. Namun, tidak

banyak pula dari mereka yang buta akan teknologi karena kondisi ekonomi

dan finasial yang tidak mendukung pemenuhan terebut. Oleh karena itu,

masyarakat lokal melalui Kelompok Sadar Wisata dapat melakukan

pelatihan dengan bekerjasama dengan dinas pemerintah terkait bagaimana

masyarakat lokal memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan dan

pengembangan pariwisata dan masyarakat lokal dalam hal ini dapat

meminta bantuan kepada pemerintah terkait dengan fasilitas TIK yang

dibutuhkan dalam pengelolaan pariwisata oleh masyarakat lokal, seperti

perangkat komputer.

c) Peningkatan Kesadaran dan Pemahaman Masyarakat Terhadap Kebersihan

dan Kelestarian Lingkungan di Seluruh Objek Wisata Pantai Teluk Pandan.

Pemahaman masyarakat lokal yang masih minim terkait dengan betapa

besarnya potensi pariwisata yang ada di kawasan mereka dan kurangnya

pemahaman terkait dengan pengolahan sampah dan ketidak pedulian

mereka terhadap lingkungan dapat memperngaruhi kelestarian alam objekw

Page 212: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

197

wisata. Sampah yang masih menjadi masalah yang belum terselesaikan

hingga kini. Oleh karena itu, dirasa perlu dalam hal ini adanya peran katif

dari masyarakat lokal yang tinggal di kawasan pesisir pantai maupun yang

tinggal di hulu sungai untuk tidak membuang sampah sembarang. Mulailah

untuk kesadaran dan pemahaman mengenai dampak yang akan ditimbulkan

jika kebiasan itu terus berlangsung, bukan hanya akan merusak ekosistem

dan keindahan objek wisata tetapi juga dapat menimbulkan masalah

kesehatan dan juga rasa tidak nyaman bagi masyarakat, pengelola wisata,

dan juga wisatawan.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan studi dalam proses

pengumpulan data, analisis, dan temuan studi mengenai kesiapan penerapan Smart

Tourism yang dikaji terkait infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi

Wisata dan juga fasilitas penunjang wisata pada 10 objek wisata pesisir di Teluk

Pandan.

1. Pada penelitian kualitatif ini untuk mendapatkan data di lapangan peneliti

perlu menyusun variabel, elemen dan indikator penelitian. Namun, untuk

mendapatkan elemen atau indikator Smart Tourism yang sesuai dengan

pengembangan wisata di kawasan pesisir peneliti mengalami kesulitan. Hal

tersebut dikarenakan masih jarangnya penelitian terkait penerapan Smart

Tourism pada objek wisata pantai dan juga memang pada umumnya dalam

penerapan Smart Tourism lebih dominan diterapkan di Kawasan Wisata

Perkotaan. Oleh karena itu, peneliti mensitasi berbagai teori dan hasil

preseden Kota atau Kawasan yang telah menerapkan Smart Tourism untuk

mengidentifikasi element atau indikator yag berpengaruh pada kesiapan

penerapan Smart Tourism di Teluk Pandan.

2. Pada proses analisis kesiapan penerapan Smart Tourism terdapat kekurangan

pada perangkat penilaian tingkat kesiapan yang tidak menggunakan aturan

atau standar yang baku, melainkan menggunakan preseden dalam mengukur

tingkat kesiapan penerapan Smart Tourism di KSPD Teluk Pandan. Oleh

Page 213: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

198

karena itu, pada penelitian selanjutnya, untuk mengukur tingkat kesiapan

sebaiknya menggunakan perangkat yang baku.

3. Dasar penerapan smart tourism berkaitan dengan penerapan Smart City pada

wilayah tersebut. Sedangkan, wilayah kajian pada penelitian ini bukan

termasuk Smart City. Kita ketahui bahwa Smart City memiliki keterkaitan

dengan ketersediaan infrastruktur dan keterkaitan dengan sistem lainnya.

Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk menilai tingkat kesiapan penerapan

Smart Torism akan fokus membahas kesiapan dari sisi Ketersediaan dan

Penerapan TIK dalam aspek Infrastruktur, Atraksi, Transportasi, dan Fasilitas

Penunjang. Dengan mengkaji hal tersebut, diharapkan mampu memberikan

gambaran terkait dengan upaya yang nantinya harus dilakukan, yaitu

penyediaan infrastruktur atau hanya perlu melakukan upaya upgrading

melalui penerapan TIK pada komponen Smart Tourism yang dikaji.

4. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji terkait dengan kesiapan penerapan

Smart Tourism dalam peningkatan sektor pariwisata di Teluk Lampung.

Terkait dengan hal tersebut peneliti menggali informasi melalui in-dept

interview dengan dinas terkait, pengelola wisata dan masyarakat lokal yang

bahkan tidak mengetahui sama sekali apa itu Smart Tourism sehingga,

informasi yang didapat dari beberapa informan memiliki kemungkinan bias

informasi. Untuk itu penting bagi penelitian selanjutnya, untuk memberikan

penjelasan atau pemahaman secara detail terkait dengan apa itu smart tourism

agar informan dapat memahami topik wawancara sehingga, data yang

didapatkan akan lebih detail dan berkaitan dengan topik yang dibahas.

5.5 Penelitian Lanjutan

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa pilihan penelitian lanjutan yang

berkaitan dengan kesiapan penerapan Smart Tourism yang dikaji terkait

infrastruktur dasar dan TIK, Transportasi, Atraksi Wisata dan juga fasilitas

penunjang wisata pesisir di Teluk Pandan, sebagai berikut :

1. Penelitian lanjutan terkait Sustainable Smart Coastal Tourism, dengan tujuan

awal untuk mewujudkan suatu periwisata pesisir yang cerdas dan juga

Page 214: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

199

berkelanjutan. Pada prosesnya peneliti akan menyusun komponen Smart

Tourism yang dikaitkan dengan berbagai aspek Sustainable Coastal Tourism.

Dengan mengkaji bagaimana konsep/komponen Smart Tourism yang tepat

dalam pengembangan pariwisata berbasis TIK dengan mengedepankan

keberlanjutan pariwisata pesisir dalam aspek Sustainable of Nature,

Sustainable of Culture, and Sustainable of Economic. Pada penelitian ini

terdapat beberapa inti dalam penelitian ini, yaitu terkait dengan Coastal

Tourism, Smartness, dan Sustainability. Dalam mewujudkan suatu

keberlanjutan peneliti akan menyusun komponen Sustainable Smart Coastal

Tourism yang sesuai dengan potensi masalah wilayah, karakteristik

masyarakatnya, jenis informasi yang dibutuhkan dan harus tersedia dalam

aplikasi, memasukan aspek lingkungan, budaya, dan ekonomi.

Sumber : Peneliti, 2020

GAMBAR 5. 1 BAGAN PENELITIAN LANJUTAN TERKAIT

SUSTAINABLE SMART COASTAL TOURISM

2. Berdasarkan pada penelitian ini yang fokus membahas kesiapan dari sisi

ketersediaan dan penerapan TIK dalam aspek Infrastruktur, Atraksi,

Transportasi, dan Fasilitas Penunjang wisata sehingga menghasilkan saran

penelitian lanjutan yang dapat membahas tingkat kesiapan dari element

Sustainable Smart Coastal Tourism

Sustainable Tourism Smart Tourism

Environment Economic Social and Culture Destination Tools

Continuity Change

Sustainable

of Nature

Sustainable

of Culture

Sustainable

of Economic

Smart

Destination Smart Tools

Page 215: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

200

lainnya seperti smart governance, smart people dan smart living yang

dikaitkan dengan penerapan Smart Tourism di Kawasan Pesisir.

3. Untuk penelitian selanjutnya dapat mengkaji terkait dengan bagaimana

proses/langkah yang dilakukan untuk mewujudkan Smart Tourism di KSPD

Teluk Pandan.

Page 216: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

201

DAFTAR PUSTAKA

A. Sonny Keraf, Mikhael Dua. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis

,(Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal.92

Abdillah, Dariusman. 2016. Pengembangan Wisata Bahari di Pesisir Pantai Teluk

Lampung. Indonesia : Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia. Vol. 1 No.1

: 45-66.

Aulia, Imran. 2017. Analisa Strategik Konsep Smart Tourism Pada Pariwisata

Indonesia. Magister Manajemen Telekomunikasi, Fakultas Teknik,

Universitas Indonesia. Indonesia : Jakarta.

Bengen DG, Retraubun ASW. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan

Berbasis Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Bogor: Pusat Pembelajaran

dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L).

Buhalis, D., & Amaranggana, A. (2013). Smart Tourism Destinations. In Z. Xiang &

I. Tussyadiah (Eds.), Information and Communication Technologies in

Tourism 2014 (pp. 553–564). Cham: Springer International Publishing.

Cakrabuana, Wira. dkk. 2016. Vulkanologi dan Geotermal Gunung Anak Krakatau.

Intitut Teknologi Bandung. Diakses di :

https://www.academia.edu/30745000/Volkanologi_dan_Geotermal_Gunung

_Anak_Krakatau. ( 20 November 2019, 21.00 WIB).

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Keatif. 2016. Rencana Induk Pengembangan

Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Pesawaran 2017-2031. Kabupaten

Pesawaran, Lampung.

Direktorat Produk Pariwisata, Direktorat Jendral Pengembangan Destinasi

Pariwisata, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, WWF-Indonesia. 2009.

Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat. Diakses di :

http://awsassets.wwf.or.id/downloads/wwf_indonesia_prinsip_dan_kriteria_

ecotourism_jan_2009.pdf. (Diakses 17 Januari 2020, pukul 20.00 WIB).

Fesenmaier, D. R., & Xiang, Z. (Eds). (2016). Designing tourism places. Vienna:

Springer.

Farania, A., Hardiana, A., Putri, R.A. 2017. Kesiapan Kota Surakarta dalam

Mewujudkan Pariwisata Cerdas (Smart Tourism) Ditinjau dari Aspek Faslitas

dan Sistem Pelayanan. Indonesia : Surakarta. Volume 12 No. 1 : 36-50.

Gretzel, U., Sigala, M., Xiang, Z., & Koo, C. (2015). Smart Tourism: Foundations

and developments. Electronic Markets, 25(3), 179–188.

Helfinalis.2000. Aspek Oseonografi Bagi Peruntukan Lahan di Wilayah Pantai Teluk

Lampung. PPPLO-LIPI, Jakarta.

Kementrian Pariwisata. 2015. Laporan Naskah Akademik Pulau-Pulau Kecil.

http://kemenpar.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/old_all/2015%20St

rategi%20Pengembangan%20Wisata%20Bahari.pdf

Kementrian Pariwisata. 2016. Konferensi Nasional Inovasi TIK untuk Indonesia

Cerdas. Diakses di :

https://www.academia.edu/38281658/SMART_TOURISM_INDONESIA_

BY_MINISTRY_OF_TOURISM.pdf. (30 Agustus 2019, 17.00 WIB)

Page 217: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

202

Kementrian Pariwisata. 2019. Kajian Dampak Sektor Pariwisata Terhadap

Prekonomian Indonesia. Diakses di : http://www.kemenpar.go.id/post/kajian-

dampak-sektor-pariwisata-terhadap-perekonomian-indonesia. ( 30 Agustus

2019, 19.45 WIB)

Kubo, M.Alice, 2004. The Sustainability of Coastal Tourism Research Into The

Kenya Portfolio of TUI and Its Environmental Performance. Breda,

Netherlands. Nationale Hoogeschool voor Toerisme en Verkeer. Diakses di :

http://www.tourism4development2017.org/wp-

content/uploads/2017/07/kubo-am_the-sustainability-of-coastal-

tourism.pdf.(5 Oktober 2019, 10.00 WIB.

Masaddun, dkk. 2013. Bentuk Pengembangan Pariwisata Pesisir Berkelanjutan di

Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ruang Volume 1 Nomor 2 Tahun 2013.

Diakses di

:https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ruang/article/view/5316/5113.(31

Agustus 2019, 20.30 WIB)

Menteri Pariwisata Republik Indonesia. 2018. Peraturan menteri pariwisata republik

indonesia no. 3 tahun 2018 tentang petunjuk operasional pengelolaan dana

alokasi khusus fisik bidang pariwisata. Lembaga RI Tahun 2018 No.3. Jakarta

: Sekertariat Negara.

Menteri Pariwisata Republik Indonesia. 2015. Salinan Peraturan Menteri Pariwisata

Repunlik Indonesia No. 29 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis

Kementerian Pariwisata Tahun 2015-2019.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Paramastya, Dewi Anggraeni. 2017. Penentuan Kriteria Pengembangan Kampung

Cerdas di Kota Surabaya dalam Mewujudkan Konsep Smart City. Tugas

Akhir, Departemenen Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Sepuluh November. Diakses di :

http://repository.its.ac.id/43742/1/3613100064-undergraduate_theses.pdf. ( 4

Oktober 2019, 16.00 WIB)

Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten

Pesawaran N0. 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Pesawaran Tahun 2011-2031.

Pemerintah Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun

2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Lembaga

RI Tahun 2007 No.27. Jakarta : Sekertariat Negara.

Peraturan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomer: KM.67 / UM.001 /MKP/

2004, Tentang Pedoman Umum Pengembangan Pariwisata Di Pulau-Pulau

Kecil. Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata.

Rahman, Yudha. 2015. Perubahan Perilaku Ekonomi Masyarakat Sebagai Dampak

Pengembangan Pariwisata Alam Perdesaan : Studi Kasus Pemandu Wisata

Air Terjun Nyarai Kecamatan Lubuk Alung, Provinsi Sumatera Barat. Tesis,

Perecanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro.

Republika, 2019. Pemprov Lampung targetkan 14,8 Juta Wisatawan. Diakses di :

https://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/19/02/18/pn3smo430-

pemprov-lampung-targetkan-148-juta-wisatawan. ( 31 Agustus 2019, 20.00

WIB)

Page 218: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

203

Simorangkir, Eduardo. 2018. Pariwisata Jadi Andalan Penyumbang Devisa US 20

Miliar. Diakses di : https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-

3844660/pariwisata-jadi-andalan-penyumbang-devisa-us-20-miliar. (30

Agustus 2019, 19.00 WIB)

Smith, Richard. 2015. Smart Tourism Tools : Linking Technology with The Touristic

Resources of City Destinations. NHVT Breda University of Applied Science.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Bersifat :

Eksploratif, Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif. Bandung : Alfabeta

United Nations Convention on the Law of the Sea. Diakses di :

https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/unclos_e.

pdf

UNWTO. 2012. Tourism resilience committee stresses need for “Smart

Tourism”[EB/OL].www.slideshare.

Wardhono, Fitri Indra. 2015. Pengembangan Kepariwisataan dan Penataan Ruang

Kepariwisataan. Diakses di :

https://www.slideshare.net/fitriwardhono/penataan-ruang kepariwisataan.(3

Oktober 2019, 18.30 WIB)

Widjaja, Andree E. dkk. 2016. Meningkatkan Potensi Pariwisata Danau Toba

Melalui Konsep Smart Tourism: Aplikasi dan Tantangannya. Program Studi

Sistem Informasi.

World Tourism Organization. 2004. Indicators of Sustainable Development for

Tourism Destination: A Guidebook. Madrid, Spain. Diakses di :

http://www.adriaticgreenet.org/icareforeurope/wpcontent/uploads/2013/11/I

ndicators-of-Sustainable-Development-for-Tourism-Destinations-A-Guide-

Book-by-UNWTO.pdf. (5 Oktober 2019, 17.00 WIB)

Xiang, Zheng. Fesenmaier, Daniel R.. 2017. Analytics in Smart Tourism Design

Concepts and Methods. Springer International Publishing Switzerland.

Page 219: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

204

LAMPIRAN

Page 220: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

1

LAMPIRAN A : PETA

Page 221: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

2

GAMBAR 1 PETA AKSES MASUK PROVINSI LAMPUNG DAN KABUPATEN PESAWAR

Page 222: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

3

GAMBAR 2 PETA ATRAKSI WISATA DI TELUK PANDAN

Page 223: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

4

GAMBAR 3 PETA PERSEBARAN BTS DI KECAMATAN TELUK PANDAN

Page 224: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

5

LAMPIRAN B : WAWANCARA

Page 225: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

6

TABEL 1 KEBUTUHAN INFORMASI DAN INFORMAN SEBAGAI

ACUAN WAWANCARA

No Kategori

Informan Informasi

1. Instansi

Pemerintah

• Informasi kepariwisataan terkait Kawasan Wisata Terintegrasi

Teluk Lampung

• Rencana, Program dan Strategi pengembangan Pariwisata di

Teluk Lampung

• Penerapan teknologi dalam pengelolaan pariwisata

• Bentuk dukungan dan kemitraan pemerintah dalam

mewujudkan pengembangan sektor pariwisata

• Penyediaan Infrastruktur dan faslitas pendukung pariwisata

2. Masyarakat

lokal

• Karakteristik Masyarakat lokal destinasi wisata di Kawasan

Wisata Terintegrasi

• Peran Masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan

pariwisata

• Penggunaan teknologi dan internet dalam pariwisata

• Tradisi dan budaya unik masyarakat pesisir yang dapat

menjadi daya tarik

• Dampak pengembangan pariwisata terhadap kebudayaan dan

ekonomi lokal

• Inovasi dan kreativitas masyarakat lokal

• kapasitas masyarakat dalam penggunaan teknologi

3. Pelaku

Usaha

• Strategi pelaku usaha melihat peluang

• Dampak ekonomi yang diterima dari pengembangan

pariwisata

• Penerapan teknologi dalam pemasaran produk

• Alasan menerapkan dan tidak menerapkan teknologi

Page 226: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

7

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang

bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika

memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut

dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara

berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

DINAS STATISTIK KOMUNIKASI DAN INFORMASI PROVINSI

LAMPUNG

(KODE : DI-01)

1. Bagaimana sinergisitas antar dinas komifo dengan dinas pariwisata dalam

kemudahan dalam memberikan informasi?

2. Program dan strategi pengembangan TIK di Provinsi Lampung?

3. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan aplikasi yang saat ini telah dibuat oleh

dinas pariwisata?

4. Terkait dengan penyedian TIK untuk saat ini bagaimana pak? (nirkabel dll)

5. Dengan adanya palapa ring saat ini pak, adakah integrasi atau penggunaan di

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung?

6. Untuk penyediaan fyber optik di lampung sudah tersdia atau belum?

7. Dengan kondisi TIK di prov lampung, menurut bapak seberapa besar penerapan

smart tourism pada objek wisata yang ada?

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : No Telp :

Jabatan/Bidang :

Tanggal :

Page 227: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

8

8. Dengan adanya tujuan menciptakan ekosistem digital, program dari kominfo

unntuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan TIK dan

peningkatan kapasitas masyarakat dalma hal tersebut?

9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk sampai

kesana pak?

10. Untuk kabupaten pesawaran untuk pengembangan TIK bagaimana?

11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya,

seberapa penting penerapan?

12. Aplikasi pariwisata ideal itu seperti apa menurut bapak?

13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata?

Page 228: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

9

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang

bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika

memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut

dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara

berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

MASYARAKAT LOKAL

(KODE : ML-01)

1. Dalam pengembangan wisata di kawasan ini apa saja peran masyarakat dalam

pengelolaan wisata pantai?

2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas

kawasan pesisir pantai disni?

3. Kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata?

4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia pak?

5. Untuk masyarakat sendiri bekerja sebagai apa di pantai ini?

6. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista?

7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini?

8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah adanya

pariwisat?

9. Koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini bagaimana?

10. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di kawasan permukiman dan objek

wisata ini pak?

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : No Telp :

Jabatan/Bidang :

Tanggal :

Page 229: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

10

11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga kelestarian

terumbu karang?

12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan?

Page 230: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

11

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang

bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika

memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut

dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara

berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

PELAKU USAHA PARIWISATA

(KODE : PUR-01)

1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri khas

kawasan pesisir pantai disni?

2. Peran Masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai?

3. Apasaja kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata Hutan

Mangrove Petengoran?

4. Bagaimana bentuk dukungan kebijakan desa dalam pengembangan objek wisata

ini?

5. Untuk jumlah pengunjung di objek wisata Hutan Mangrove Petengoran ini

bagaimana pak?

6. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, apakah ada waktu tertentu

dimana mereka bida melaut dan tidak bisa melaut?

7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini?

8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakat sebelum dan setelah adanya

pariwisat?

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : No Telp :

Jabatan/Bidang :

Tanggal :

Page 231: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

12

9. Bagaimaan koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini?

10. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista Hutan Mangrove

Petengoran?

11. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di lokasi objek wisata?

12. Adakah strategi atau cara memberikan informasi kepada calon wisatawan?

13. Menurut bapak seberapa penting penerapan teknologi dalam pegelolaan dan

pengembangan wisata saat ini?

14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata Hutan

Mangrove Petengoran?

Page 232: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

13

A. PENGKODEAN DATA WAWANCARA

Kode hasil wawancara dibedakan dan dikelompokkan berdasarkan sasaran-saran

yang hendak dicapai. Setiap sasaran akan dibagi menjadi kategori yang lebih

spesifik untuk menjawab pertanyaan penelitian lebih mendalam. Adapun sasaran

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sasaran A

Mengidentifikasi karakteristik wilayah objek wisata dan karakteristik sosial budaya

serta ekononomi masyarakat pesisir pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk

Lampung dalam menunjang penerapan Smart Tourism.

• Kategori A1 : Karakteristik Sosial Budaya masyarakat pesisir pantai di

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan

Smart Tourism.

• Kategori A2 : Karakteristik ekononomi masyarakat pesisir pantai di

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung dalam menunjang penerapan

Smart Tourism

KODE Informasi untuk Jawaban Informan yang Masuk Pada Bab 3 Gambaran

Umum Adalah A0

2. Sasaran B

Mengukur kesiapan penerapan Smart Tourism pada objek wisata pesisir pantai di

Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung untuk menerapkan Smart Tourism.

• Kategori B1 : Kesiapan Provinsi Lampung dalam penerapan Smart Tourism.

pantai di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung.

• Kategori B2 : Smart Tools dalam menunjang penerapan Smart Tourism

TATA CARA PENGKODEAN INFORMAN WAWANCARA (KODING)

KETERANGAN :

1. Jenis kategori informasi ( Misalnya Sasaran A1, A2, B1, B2, dan seterusnya)

2. Kode informan ( Misalnya DI-01 Untuk informan Dinas Instansi pertama,

DI-02 untuk Dinas Instansi kedua, KSW-01 untuk Pokdarwis pertama dan

selanjutnya)

Page 233: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

14

3. Nomor urutan informan (Misalnya DI-01. 01 Dinas Instansi pertama dengan

informan nomor urut pertama, DI-01.02 untuk Dinas Instansi pertama

dengan informan nomor urut.

4. Nomor urutan informasi ( Seperti No Urut Jawaban Wawancara, misalnya A1.

DI-01. 01. 01, artinya Sasaran A1, Dinas Instansi Pertama Informan

pertama jawaban pertanyaan no 01)

Page 234: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

15

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang

bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika

memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut

dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara

berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

DINAS STATISTIK KOMUNIKASI DAN INFORMASI PROVINSI

LAMPUNG

(KODE : DI-01)

1. Bagaimana sinergisitas antar dinas komifo dengan dinas pariwisata dalam

kemudahan dalam memberikan informasi ?

Berupa fasilitas domain website gratis untuk dinas pariwisata beserta hosting

lampungprov.go.id dan untuk dinas pariwisata yaitu

Dinaspariwisata.lampung.go.id.......website sudah dikasi tapi tidak dipakai

mereka menggunakan website sendiri dari pihak ketiga. (B2-DI-01.01.01)

2. Program dan strategi pengembangan TIK di Provinsi Lampung ?

Sesuai dengan tugas dan fungsi pokok kita, sebenarnya dinas komifo itu dalam

hal TIK lebih kepada pelaksanaan peraturan preseiden tentang Sistem

Pemerintaah Berbasi Elektronik pepres no 92 tahun 2018 itu berkaitan dengan

dukungan informal......Dinas kominfo provinsi tidak akan sebanyak

kabupaten/kota dalam pelayanannya...tentang informasi kepada publik disetiap

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Budhi Marta Utama, S.E No Telp : 08127205222

Jabatan/Bidang : Kabid Informatika, Dinas SKOMINFOTIK

Tanggal : 28 Januari 2020

Page 235: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

16

OPD itu saja, pelayanan dinas pusat saat ini pelayanan rumah sakit dan

perizinan...kebijakan kedepan lebih pada dukungan operasionalisasi yang sudah

eksis agar lebih baik lagi...mengenai bagaimana kreasi ini itu lebih ke leading

sektornya yang harus lebih kreatif...misal dinas pariwisata mendesain aplikasi

untuk informasi calon wisatawan ke lampung. Kalo informasinya yang aplikasi

ya bagus tapi kalau tidak jauh beda dengan website untuk apa. (B1-DI-01.01.02)

3. Bagaimana pendapat bapak terkait dengan aplikasi yang saat ini telah

dibuat oleh dinas pariwisata ?

Menurut saya aplikasi yang ada saat ini, seperti website yang dibuat aplikasi

karena sebetulnya informasi yang ada sama saja seperti website. Aplikasi yang

dibutuhkan wisatawan itu seperti wisatawann mengklik tujuan wisata dan keluar

informasi terkait dengan harga atau biaya yang harus dikeluarkan selama

berlibur...terdapat pilihan paket dan juga harga yang harus dikeluarkan sehingga

memudahkan orang memilih, ada komputasi, sensor, dan big data didalamnya.

Jika aplikasinya sama dengan website, menurut saya mengabisin uang saja untuk

daftar...dukungan infrastruktur internal dan sebagai layanan publik yang telah

memiliki pola aturannya, jika diluar itu kita tidak mampu karena membutuhkan

dana yang cukup besar. (B2-DI-01.01.03)

4. Terkait dengan penyedian TIK untuk saat ini bagaimana pak ? (nirkabel

dll)

Untuk internal ya seyogyanya iya, tapi kondisi idealnya belum tercapai karena

kita juga kominfo kurang saklek untuk buat peraturan data center harus satu di

kominfo, jaringan itu penyelenggaranya kominfo, sekarang masing masing dan

ternayata sistemnya tidak terintegrasi. (B1-DI-01.01.04)

5. Dengan adanya palapa ring saat ini pak, adakah integrasi atau penggunaan

di Kawasan Wisata Terintegrasi Teluk Lampung ?

Tidak, karena kita tidak termasuk kedalam kriteria palapa ring, yaitu terluar,

tertinggal dan terpencil...kita sudah dianggap wilayah kita tidak termasuk

Page 236: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

17

kedalam kriteria tersebut, hanya 2 tempat yang kena yaitu di sukau dan pesisir

barat...lebih dialokasikan ke indonesia tengah ke timur...(B1-DI-01.01.05)

6. Untuk penyediaan fyber optik di lampung sudah tersdia atau belum ?

Tidak bisa, penyediaannya berdasarkan uu no 23 tahun 2014 tentang

pemerintahan daerah penyedian pos dan telekomunikasi bukan kewenangan

daerah terkait perizinan dan penyediaan kewenangan pemerinta pusat melalui

kementrian kominfo dengan dirjen postel...pemerintah hanya di regulasi saja dan

bukan pemerintah yang daerah memegang...Jika kewenangan diberikan kedinas

provinsi atau kabupaten/kota pun tidak akan mamapu karen apenyedia

telekomunikasi itu didominasi swasta (telokomsel, indosat dll)...(B1-DI-

01.01.06)

7. Dengan kondisi TIK di prov lampung, menurut bapak seberapa besar

penerapan smart tourism pada objek wisata yang ada ?

Walaupun kita sering menyebut saat ini kita berada di era 4.0 tetapi menurut saya

sebenarnya kita masih ada di era 2.0 Sebaiknya yang harus ditriger itu kreatifitas

para pelaku wisata dalam memanfaatkan TIK. Jadi, dinas pariwiatanya ditriger

dan pelaku pengguna pun ditriger karena itu akan berkaitan dengan penggunaan

sumber daya non pemrintah contoh ahli IT, ahli Big Data, bahkan ahli perancang

sistem. Kalo pemerintah saja tidak akan sanggup kesana, berat sekali. Dalam

jangak waktu dekat belum bisa...Jadi, posisi pemerintah dalam konteks ini hanya

sebagai pencipta ekosistem saja untuk terciptanya kondisi yang bagus untuk

memanfaatkan TIK oleh masyarakat, komunitas, dan berbaagai bidang dan itu

tugasnya kominfo juga sama masih untuk menciptakan ekosistem digital. (B1-

DI-01.01.07)

8. Dengan adanya tujuan menciptakan ekosistem digital, program dari

kominfo unntuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan

TIK dan peningkatan kapasitas masyarakat dalma hal tersebut ?

Kita biasanya kerjasama dengan UMKM dalam meningkatkan pengetahuan

mereka dalam penggunaan market place...kemudian bisa juga melalui kerjasama

Page 237: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

18

dengan universitas dalam mewujudkan ekosistem digital pemerintah dan

mahasiswa...inovasi 4.0 itu muncul karena infrastruktur 4.0 mendukung, dan itu

bukan pemerintah bukan yang menyediakan tetapi pemerintah sebagai pemilik

ekosistem dan mentriger, jika ekosistem buruk, perizinan sulit dan gagal

mentriger maka penyedia dan pengguna pun sulit. (B1-DI-01.01.08)

9. Untuk menuju 4.0 apa yang perlu lampung bangun dan sediakan untuk

sampai kesana pak?

Jika dari pemerintah lebih kepada penyiapan mindset digital bagi setiap

stakeholder dan juga masyarakat. Jadi minset kita itu banyak mindset

konvensional tapi berada di era digital. Jadi, supaya lebih maksimal

pemanfaatnya digital 4.0 ya harus diubah mindsetnya....Dapat diubah dengan

sosialisasi, worksohp, infromasi dan kemampuan teknis. Jadi, pemerintah

mentriger dan menciptakan ekosistem, kalau untuk infrastruktur itu sangat berat

dan susah bagi pemerintah....semua sarana komunikasi itu sarana bisnis

semua...mindset penggunaan teknologi yang harus segera disosialisasikan. (B1-

DI-01.01.09)

10. Untuk kabupaten pesawaran untuk pengembangan TIK bagaimana ?

Menurut saya masih ada di era 2.0 jadi masih harus di push penggunaan media

sosial untuk infrormasi wisata dan website desa. Sementara untuk mpemanfaatan

teknologi 4.0 itu belum, itu tadi perlu adanya upgrade mindset dan

skill...Program-program digitalisasi sperti smart village, smart school, dan petani

berjaya, smart respond. (B1-DI-01.01.10) (B1-DI-01.01.10)

11. Lampung sebagai salah satu provinsi yang kaya akan kawasan pesisirnya,

seberapa penting penerapan ?

Pariwisata mindsetnya bukan di pemerintah tapi kebutuhan wisatawan, yang

diubah pertama itu mindset pemerintah sebagai lembaga yang turut bertanggung

jawab mensejahterakan masyarakat lewat sektor pariwisata...Bagaimana

wisatawan bisa tertariik, salah satunya dengan memberikan informasi kepada

wisatawan....Semakin tinggi TIK yang dipakai akan memepercepat,

Page 238: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

19

mempermudah, dan murah. Jadi, ketika wisatawan mendapatkan informasi

tentang itu maka akan tertarik untuk berwisata. Oleh karena itu, mindest untuk

pemberian informasi pariwisata yang harus di perbaiki. (B1-DI-01.01.11)

12. Aplikasi pariwisata ideal itu seperti apa menurut bapak ?

Ya aplikasi ideal itu tidak ada standarnya, aplikasi ideal itu aplikasi yang

menyelesaikan masalah sesorang mengenai informasi. Kalau wisatawan ya tentu

informasi yang menjadi masalah mereka...penguunaan apliaksi itu dapat

mempermudah mendapat informasi, ada di gadget mereka, dapat di akses saat

perjalanan. jika pemerintah tidak mampu menyediakan aplikasi tersebut dapat

menggandeng orang yang dapat membantu menyediakan hal tersebut. (B2-DI-

01.01.12)

13. Menurut anda apa yang penting ada di dalam aplikasi pariwisata ?

Wisata itu trasnportasi, akomodasi dan oleh-oleh. 3 hal dasar sebetulnya, 3 hal

ini dulu karena dari sini orang dapat menghitung berapa biaya yang akan

dikeluarkan, kemudian menakar sejauh mana dapat fasilitas, dan dapa

memperoleh informasi dengan muah dan cepat. Masalahnya saat ini informatif

tetapi tidak bisa menakar biaya, dan kapastitas penginapan....Dengan adanya

inovasi 4.0 informasi tersebut sangat memungkinkan, contoh saat ini seperti

traveloka, oyo, reddoors. Itu menjadi tantangannya memasukan akomodasi

kedalam informasi yang valid....sehingga orang tidak menanyakan langsung

tetapi melalui sistem dan juga dapat melakukan pemesanan dari jauh......dan saya

yakin pemerintah tidak dapat mmewujudkan itu dalam waktu singkat karena

tidak profit motif, jadi harus menciptakan iklim yang menarik untuk traveloka,

tiket.com, dan lain-lain....nah itu maksudnya pemerintah memberikan

kemudahan tersebut, justru jika pemerintah yang bekecimpung menurut saya itu

langkah yang salah karena tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat bersaing

dengan pihak starup yang sudah ada. (B2-A0-DI-01.01.13)

Page 239: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

20

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang

bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika

memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut

dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara

berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

MASYARAKAT LOKAL

(KODE : ML-01)

1. Dalam pengembangan wisata di kawasan ini apa saja peran masyarakat

dalam pengelolaan wisata pantai ?

Kepemilikan pantai yang ada disini memang milik perorangan, namun untuk

pekerjanya itu memang dari kami mayoritas masyarakat sini (lokal). (A2.ML-

01.01.01)

2. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri

khas kawasan pesisir pantai disni ?

Tidak ada budaya atau kegiatana tradisi yang rutin masyarakat sini lakukan. Jika

terkait keagamaan, kami sering melakukan ketika maulida nabi dengan

mengadakan kegiatan keliling desa membawa minatur kapal dan lampu hias.

(A1.ML-01.01.02)

3. Kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata ?

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Selamet Ryadi No Telp : 085379945086

Jabatan/Bidang : Kepala Dusun 07 Mutun

Tanggal : 21-01-2020

Page 240: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

21

Dari dinas pariwisata sudah ada, memberikan alat membuat baju untuk

masyarakat. Sedangkan untuk pokdarwis sendiri menurut saya disini macet atau

tidak berjalan di kecamatan teluk pandan. Dari dinas pariwisata itu tepatnya

2011, memberikan bantuan alat sablon, komputer dan gerai...tetapi sekarang

alat-alat itu sudah hancur/rusak....untuk sablon juga tidak berjalan karena misal

kita punya 10 bahan kaos dan kita cetak dan jual, untuk beli lagi hanya bisa

membeli 50 lembar dan lakuk 20 baju sisa 30 tergantung di gerai itu sudah tidak

bisa produksi lagi karena modalnya tidak kembali....setelah itu ada toko yang

menjual baju lebih murah, jadi masyarakat lebih memilih mengambil di toko

tersebut menjadi reseller. (B1.ML-01.01.03) (A2.ML-01.01.03)

4. Untuk data jumlah pengunjung di pantai mutun asri ini apakah tersedia

pak ?

Kalo di pantai ini tidak ada datanya, wisatawan setelah masuk bayar pakir,

berenang dan pulang. Jadi untuk data jumlah pengunjung kita tidak tahu.

(B1.ML-01.01.04)

5. Untuk masyarakat sendiri bekerja sebagai apa di pantai ini ?

Penjaga parkir, penjaga toilet, petugas kebersihan, dan pedagang. (A2.ML-

01.01.05)

6. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista ?

Masih konvensional, salah satunya dengan tiket kertas biasa itu jika di pantai

mutun asri dan putra mutun. (B1.ML-01.01.06)

7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini ?

Kalau untuk daerah lempasing itu ada kelompok yang membuat terasi yang

dipasarkan di gerai yang ada...saya sempat mengajukan permintaan alat sablon

ke dinas pariwisata karena sebelumnya tiidak ada yang menjual pakaian yang

bertuliskan pantai mutun...dan juga disini masyarakat bisa membuat miniatur

kapal pesiar dan kapal biasa dari kayu yang dijual kepada wisatawan. (A2.ML-

01.01.07)

Page 241: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

22

8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakaat sebelum dan setelah

adanya pariwisat ?

Ada perubahan pada pekerjaan, bisa menambah penghasilan, masyarakat yang

punya perahu selain buat cari ikan juga bisa buat jasa penyeberangan. (A2.ML-

01.01.08)

9. Koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini bagaimana ?

Untuk sinyal atau jaringan internet disini bagus, tidak ada kendala teruma untuk

yang menggunakan telkomsel dan indosat karena di dekat sini ada towernya.

(B1.ML-01.01.09)

10. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di kawasan permukiman dan

objek wisata ini pak ?

Sudah dikelola oleh bumdes, hanya saja kendalanya karena sampah diambil

dengan mobil jadi tidak bisa masuk. Untuk pengembilan sampah hanya 1-5

rumah dari pinggir jalan. Jika sampai belakang terlalu jauh. Jika mobil smapah

belum tentu 1 minggu 2 kali tidak mungkin kita biarkan sampahnya di depan

rumah....untuk sampah yang tidak terlalu banyak ya kita bakar....atau banyak

masyarakat buang sampahnya sembarangan di dekat tanjakan menuju pantai.

(B1.ML-01.01.10)

11. Adahkah program dari desa dan masyarakat terkiat dengan menjaga

kelestarian terumbu karang ?

Kalau program ada...Cuma jika disini masyarakat perlu penjagaan ekstra karena

bukan semua nelayan yang mencari ikan bukan dari daerah sini jadi tidak

mengetahui tentang derah yang tidak boleh untuk mengambil ikan....salah satu

cara masyarakat sini untuk menjaga kelestarian terumbu karanag yaitu

penggunaan rumpon atau rumah ikan yang di buat dari pelepa daun kelapa, jadi

nelayan tidak perlu menjaraing lagi....kalau untuk snorkling disini ada di pulau

tangkil dan ditengah tengah antara pantai mutun dan pulau tangkil disana ada

terumbu karang tidak kalah dengan pahawang, disana ada ikan nemo juga...tetapi

Page 242: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

23

kendalanya disini jika sore hari banyak kapal yang lewat sehingga dapat

mengganggu kegiatan tersebut. (A1.ML-01.01.11) (B1.ML-01.01.10)

12. Adakah strategi atau cara memebrikan informasi kepada calon wisatawan?

Salah satunya melalui media sosial dan juga disini ada web desa yang dikelola

langsung oleh desa dan sepertinya objek wisata juga punya media sosial mereka

masing-masing untuk promosi. (B1.ML-01.01.12)

Page 243: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

24

TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2019

Berikut daftar pertanyaan yang menjadi bahan untuk perolehan data yang

bersumber dari data primer (wawancara). Berkaitan dengan hal ini, ketika

memberikan pertanyaan pewawancara hendaknya menanyakan pertanyaan tersebut

dengan menyertai pengaruh yang terjadi pada lokasi, dan selama wawancara

berlangsung surveyor diwajibkan merekam dalam bentuk audio maupun video.

PELAKU USAHA PARIWISATA

(KODE : PUR-01)

1. Adakah kegiatan tradisi ada atau budaya masyarakat yang menjadi ciri

khas kawasan pesisir pantai disni ?

Disini tidak ada budaya atau tradisi khusus yang dapat kita jadikan daya tarik

bagi wisatawan. (B1.PUR-01.01.01)

2. Peran Masyarakat dalam pengelolaan wisata pantai ?

Perannya masayrakat sebagai penjaga, pelestarian dengan penanaman hutan

mangrove, dan juga sosialisasi dengan masyarakat desa dengan untuk tidak

menebang. (A2.PUR-01.01.02)

3. Apasaja kontribusi dari pemerintah dalam pengembangan pariwisata

Hutan Mangrove Petengoran ?

Tahun 2008 sampai detik sifatnya bantuan hanya seremoni saja, sekedar hanya

menanam untuk citra di publik. Java membantu dalam bentuk bantuan traking

mangrove dan peneraban ikan 50,000 dan kepiting. Dan yang masih dominan

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : Pak Toni No Telp : 081368665757

Jabatan/Bidang : Pengelola Objek Wisata Hutan Mangrove Petengoran

Tanggal : 22-01-2020

Page 244: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

25

terkait dengan komunitas yang masih aktif.....Rencana kedepannya konsep

pengembangan, pengunjung dapat meniikmati ikan segar dari budidaya ikan

ikan di rambak apung. Terkait dengan masyarakat sekitar akan disediakan

tempat khusus untuk berdagang dan juga produknya diambil dari bumdes dengan

beragam produk.....Disini juga kita memiliki program jumat berkah, jadi

wisatawan tidak ditentukan harga tiket hanya memasukan uang seikhlasnya

kedalam kotak. (B1.PUR-01.01.03)

4. Bagaimana bentuk dukungan kebijakan desa dalam pengembangan objek

wisata ini ?

Perdes udah dibuat untuk perlindungan hutan mangrove tahun 2013, namun

hingga saat ini dari Pemkap belum mengesahkan. Saat ini mengacu pada

peraturan terkait menjaga dan melestarikan hutan mangrove. Dan himbauan

tambak 2,5% dikawasan tambak harus ada hutan mangrove, syarat untuk

melakukan ekspor.....Pernah melakukan penegoran secara hukum terkait dengan

pengusaha yang ingin menebang hutan mangrove sudah measuk ke tahap

pemeriksaan saat itu.......Hutan mangrove tingkat kematian tinggi karena tidak

bisa hidup di air payau......Ada di dua sisi dari perlindungan dan pariwisata. Itu

artinya sangat sulit bagi kami terkait dengan bagaimana ketertarikan wisatawan.

Tidakn sanggup dengan pengembangan wisata karena tidak struktur alam......

beberapa tahun yang lalu pun kami sempat Sudah mendapatkan penghargaan

nasional terkait perlindungan alam dari Dinas Lingkungan Hidup. (B1.PUR-

01.01.04)

5. Untuk jumlah pengunjung di objek wisata Hutan Mangrove Petengoran ini

bagaimana pak ?

Untuk jumlah pengunjung untuk minggu 30-50 orang pengunjung. (A2.PUR-

01.01.05) (A0.PUR-01.01.05)

6. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai nelayan, apakah ada waktu

tertentu dimana mereka bida melaut dan tidak bisa melaut ?

Iya karena memang kita tingal di Pesisir. Jadi, salah satu mata pencaharian

masyarakat sebagai petani dan nelayan. Tanda mereka tidak bisa mencari ikan

Page 245: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

26

jika gelap bintang dan angin barat......Untuk itu biasanya jika tidak melaut para

nelayan tersebut menJadi buru harian di Kota. (A2.PUR-01.01.06)

7. Adakah makanan tradisional atau olahan khas daerah sini ?

Desa gebang. Ada silsilah adat terkait dengan kepemilikan secara adat dan saksi

dari tokoh adat. 2011 pernah ada olahn dari hutan mangrove dodol dan sirup,

namun masalahanya waktu konsumsi dodol 3 hari dan sirup seminggu karena

tidak menggunakan pengawet. Pemanfaatkan mangrove selain untuk menahan

abrasi dan juga meningkatkan ekonomi masyarakat. (A1.PUR-01.01.07)

8. Bagaimana dampak yang diterima masyarakat sebelum dan setelah adanya

pariwisat ?

Untuk saat ini mungkin dampaknya belum terlalu bedasr karena memnag

masyarakat lokal disini belum terlalu terlibat banyak. Namun, kami harap

nantinya denagn adanya pengembangan pariwisata ini dampak yang kamiterima

akan sangat besar mungkin dari segi prekonomian.....Saat ini pun sesuai rencana

yang telah kami buat, yaitu ingin memberikan ruang bagi masyarakat sekitar

untuk berdagang di lokasi objek wisata ini. (A2.PUR-01.01.08)

9. Bagaimaan koneksi internet dan jaringan komunikasi di kawasan ini ?

Untuk koneksi disini yang paling bagus ya Telkomsel. Selain itu, indosat juga

cukup bagus jaringannya disini. (B1.PUR-01.01.09)

10. Adakah penerapan teknologi dalam mengelola pariwista Hutan

Mangrove Petengoran ?

Untuk saat ini hanya digunakan untuk operator menggunakan media sosiall,

seperti hutan manrove petengoran. Sementara ini untuk data dikelola secara

manual. Kecuali ada kegiatan kegiatan yang terkait dengan kegiatan dari desa

sebagai penyelenggarannya. (B2.PUR-01.01.10)

11. Bagaimana pengelolaan sampah yang ada di lokasi objek wisata ?

Salah satu permasalahan di zona wisata adalah sampah. Salah satu lagakh yang

dilakukan itu setiap minggu dan kondisi air ketika surut. Sampah yang ada di

Page 246: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

27

objek wisata itu sampah bawaan dari ombak dan destinasi lainnya. Sistem

pengolahan sampah dengan dibakar dan belum ada TPA di Pesawaran karena

lokasi dengan dengan jalan. Untuk Kotak sampah sudah disediakan tapi sempat

hilang karena diambil oleh nelayan, akhirnya pengelola membuat kotak sampah

dari bambu. (B1.PUR-01.01.11)

12. Adakah strategi atau cara memberikan informasi kepada calon

wisatawan?

Saat ini untuk membeikan informasi kami mencoba untuk mengikuti

perkembangan zaman, salah satunya dengan melalui instagram dan juga media

sosial lainnya. (B2.PUR-01.01.12)

13. Menurut bapak seberapa penting penerapan teknologi dalam pegelolaan

dan pengembangan wisata saat ini ?

Sangat penting, saat ini siapa yan tidak menggunakan tekologi dalam kehidupan

sehari hari...... Namun, yang menjadi permasalahan pada penerpan teknologi

dalam pengembangan objek wisata disini, yaitu karena keterbatasan dana yang

kami miliki. Kami disini mengembangkan objek wisata dengan memanfaatkkan

BumDes dan sampai saat ini pun permaslahan untuk fasilitas pendukung

pariwista masih belum memadai. (B2.PUR-01.01.13)

14. Alasan tidak menerapkan teknologi saat ini pada pengelolaan wisata

Hutan Mangrove Petengoran ?

Alasan kami tidak menerapkan teknologi dalam penembangan pariwisata saat

ini, yaitu karena :

1. Pengetahuan mengenai teknologi, artinya masi inimnya tenaga kerja yang

paham dengan penerapan teknologi.

2. Fasilita yang masih belum terlalu lengkp, belum punya komputer

3. elum ada bantuan langsung dari pemerintah terkaiit dengan ketersedian

fasilitas teknologi. (B2.PUR-01.01.14)

Page 247: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

28

LAMPIRAN C : TABEL

Page 248: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

29

TABEL 1 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI

WISATA ALAM DI TELUK PANDAN

Objek Wisata Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon

Alam Jumlah Pi ln pi pi ln pi

Pantai Queen Arta Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973

Pantai Mutun

Haruna Jaya Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973

Pantai Putra Mutun Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973

Pantai MS Town

Pantai dan

Bukit Menara

Pandang Mutun

2 0,153846 -1,8718 -0,28797

Pantai Mutun Asri Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973

Pantai Sari

Ringgung

Pantai dan

Puncak Indah 2 0,153846 -1,8718 -0,28797

Hutan Mangrove

Petengoran Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973

Taman Dewi

Mandapa Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973

Pantai Ketapang Pantai dan

Bukit Laban 2 0,153846 -1,8718 -0,28797

Pantai Kelapa

Rapat Pantai 1 0,076923 -2,56495 -0,1973

Total 13 1 -23,5701 -2,24504

H' = 2,245035

Page 249: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

30

TABEL 2 PERHITUNGAN INDEKS SHANNON PADA ATRAKSI

WISATA BUATAN DI TELUK PANDAN

Objek

Wisata

Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon

Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi

Pantai

Queen Arta

Masjid Al-

Kharomah

dan Makam

TB Sangkrah

2 0,090909091 -

2,397895273

-

0,217990479

Pantai

Mutun Asri Water Sport 1 0,045454545

-

3,091042453 -0,14050193

Pantai

Putra

Mutun

Water Sport 1 0,045454545 -

3,091042453 -0,14050193

Pantai MS

Town

Dermaga

Kayu, Cafe

and Resto,

Play ground,

dan Water

Sport

4 0,181818182 -

1,704748092

-

0,309954199

Pantai

Mutun

Haruna

Jaya

Water Boom

dan Kolam

Ikan Hiu

2 0,090909091 -

2,397895273

-

0,217990479

Pantai Sari

Ringgung

Masjid

Apung, Cafe

and Resto,

Water sport,

Play ground,

dan Lapanga

Volly Pantai

5 0,227272727 -

1,481604541

-

0,336728305

Hutan

Mangrove

Petengoran

Broadwalk

dan Spot

Foto

2 0,090909091 -

2,397895273

-

0,217990479

Page 250: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

31

Objek

Wisata

Atraksi Wisata Perhitungan Indeks Shannon

Buatan Jumlah Pi in pi pi ln pi

Taman

Dewi

Mandapa

Broadwalk

dan Spot foto 2 0,090909091

-

2,397895273

-

0,217990479

Pantai

Ketapang

Spot Foto

pada

Bebatuan

cadas

1 0,045454545 -

3,091042453 -0,14050193

Pantai

Kelapa

Rapat

Dermaga

Pelangi (Spot

Foto) dan

Water Sport

2 0,090909091 -

2,397895273

-

0,217990479

Total 22 1 -

24,44895636

-

2,158140689

Page 251: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

32

N

o Objek Wisata

Infrastruktur

Jalan Air

Besih Listrik

Sistem Pengolahan Limbah Infrastruktu

r TIK Transportasi

Atraksi Wisata Fasilitas Penunjang Wisata Total

Skoring

Tingkat

Kesiapan Jalan

Derma

ga

Persam

pahan Drainase Sanitasi

Kualitas

Pelayanan

Penerapan

TIK

Ketersediaan

dan Kualitas

Penerapan

TIK

1 Pantai

Queen Arta 1 1 3 3 1 1 2 2 1 3 1 2 1 22

Agak

Siap

2 Pantai MS

Town 3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 31 Siap

3

Pantai

Mutun

Haruna Jaya

2 1 2 3 1 1 2 3 1 3 1 2 1 23 Agak

Siap

4 Pantai Putra

Mutun 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 27 Siap

5 Pantai

Mutun Asri 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 25

Agak

Siap

6 Pantai Sari

Ringgung 3 2 3 3 1 1 2 3 1 3 2 3 3 30 Siap

7

Pantai

Kelapa

Rapat

3 3 3 3 1 1 2 3 1 3 1 3 1 28 Siap

8

Taman

Dewi

Mandapa

1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 2 1 19 Agak

Siap

9 Pantai

Ketapang 3 3 3 3 1 1 2 2 1 3 1 3 1 17 siap

10

Hutan

Mangrove

Petengoran

1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 1 1 1 18 Agak

Siap

TABEL 3 TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM PADA SETIAP OBJEK WISATA DI KSPD TELUK PANDAN

Page 252: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...

33

LAMPIRAN D : OBSERVASI

Page 253: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 254: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 255: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 256: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 257: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 258: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 259: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 260: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 261: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 262: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 263: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 264: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 265: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 266: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 267: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 268: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 269: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 270: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 271: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 272: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 273: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 274: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 275: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 276: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 277: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 278: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 279: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 280: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 281: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...
Page 282: TINGKAT KESIAPAN PENERAPAN SMART TOURISM DALAM ...