TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini...

119
TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT Leptophryne cruentata, Tschudi 1838 DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO SUSI OKTALINA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini...

Page 1: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT Leptophryne cruentata, Tschudi 1838

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

SUSI OKTALINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 2: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ―Tingkat Kesesuaian dan Preferensi Habitat

Leptophryne cruentata, Tschudi 1838 di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango―

adalah karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis

ini.

Bogor, September 2010

Susi Oktalina

NRP. E 051060281

Page 3: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebut sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 4: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

TINGKAT KESESUAIAN DAN FREFERENSI HABITAT Leptophryne cruentata, Tschudi 1838

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

SUSI OKTALINA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 5: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Judul Tesis : Tingkat Kesesuaian dan Preferensi Habitat

Leptophryne cruentata, Tschudi 1838 di Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango

Nama : Susi Oktalina

NRP : E 051060281

Program Studi : Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc.

Ketua

Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si. Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, M.Si

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Iman Wahyudi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 20 Agustus 2010 Tanggal Lulus:

Page 6: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

PRAKATA

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains dari Institut

Pertanian Bogor. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Tesis berjudul ―Tingkat Kesesuaian dan Preferensi Habitat Leptophryne

cruentata Tshudi 1873 di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango‖ ini disusun

berlandaskan atas kepedulian terhadap keberadaan kodok merah di Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango lebih cenderung terkonsentrasi di Rawa

Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum. Dalam tesis ini diuraikan

tentang kesesuaian habitat kodok merah seperti ketinggian tempat, kelerengan,

suhu, kerapatan tajuk dan jarak dari jalur manuasi/patroli dan mikrohabitat kodok

merah, seperti ketinggian tempat, subsrat, ada/tidaknya lubang, lebar sungai,

kecepatan arus, jarak ditemukannya kodok dari tanah, jarak dari sumber air, jarak

dari jalur manusia/patroli, suhu udara, suhu air dan kelembaban udara. Selain itu,

diuraikan pula mengenai faktor-faktor dominan komponen habitat kodok merah

dan rumusan mikrohabitat yang disukai oleh kodok merah di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango.

Akhirnya, disadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak

kekurangan, kekeliruan dan kelemahan. Oleh karena itu diharapkan adanya kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.

Semoga hasil penelitian yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi

banyak pihak.

Bogor, September 2010

Susi Oktalina

Page 7: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

ABSTRACT

SUSI OKTALINA. Suitability and Habitat Preference of Leptophryne

cruentata, Tschudi 1838 in Gunung Gede National Park. Under direction of

LILIK BUDI PRASETYO, MIRZA DIKARI KUSRINI and AGUS

PRIYONO KARTONO

Fire Toad (Leptophryne cruentata, Tschudi 1838) is an endemic toad found

only in the western of Java especially in Gunung Gede Pangrango National Park.

According to the 2009 IUCN Red List of Threatened animal, this species is

catogorized as critically endangered species. At present there are not complete

data to desribe the habitat of this species. Base on the observation showed that the

species founded in Rawa Denok, Rawa Gayonggong and Curug Cibereum. The

objectives of this research were to identify the habitat preference habitat and to

estimate the extent of suitability habitat of Fire Toad in GPNP. This study was

carried out in GPNP on April 2008. Based on analisis factor, the dominant habitat

factors prefered fire toad are distance from water, distance from human line dan

the elevation. Using Kruskall Waliss analysis, the result distance from human line

very significant (p< 0,05). Digital environmental layers such as elevation, slope

aspect, temperature, and vegetation type may be incorporated into predicted

habitat suitability. Principal Componen Analysis method was used to analyse

suitability habitat map using ERDAS Imaginer Ver 9.1 and ArcView Ver 3.3.

Based on the scoring and spatial analysis, the estimation of habitat with low

habitat suitability is about 16.077,847 ha, habitat with midlle suitability is about

7.686,023 ha and habitat with high suitability is about 653,847 ha.

Keywords: Fire toad, habitat suitability, gunung gede national park

Page 8: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

RINGKASAN

Susi Oktalina. Tingkat Kesesuaian dan Preferensi Habitat Leptophyne

cruentata Tschudi 1873 di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO, MIRZA DIKARI KUSRINI dan

AGUS PRIYONO KARTONO

Kodok merah (Leptophyne cruentata) termasuk jenis kodok yang jarang

ditemui karena luas penyebarannya yang sedikit. Kodok ini termasuk dalam

kategori critically endangered species menurut IUCN (International Union

Conservation Natural). Saat ini lokasi penyebaran yang diketahui adalah di

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga

preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat kodok merah di

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan menduga luasan habitat kodok merah yang masih sesuai sebagai bahan

pertimbangan kebijakan dalam pengelolaan kawasan khususnya untuk

pengelolaan dan pelestarian populasi kodok merah di Taman Nasional Gunung

Gede Pangrango.

Pengumpulan data dilaksanakan di wilayah Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango (TNGP) pada bulan April 2008 selama dua minggu. Lokasi penelitian ,

meliputi Rawa Denok, Rawa Gayonggong, Curug Cibeureum, Lebak Saat dan

Bedogol. Keberadaan kodok merah diketahui melalui metode pengamatan

langsung untuk mengumpulkan data titik koordinat perjumpaan kodok merah.

Data mikrohabitat kodok merah yang digunakan untuk menduga faktor

preferensi yang dominan terdiri dari ketinggian tempat, substrat, ada tidaknya

lubang, jarak dari sumber air, lebar sungai, kecepatan arus, suhu udara, suhu air,

kelembaban, jarak dari jalur manusia, jarak ditemukannya kodok merah dari

permukaan tanah. Data yang digunakan untuk menduga kesesuaian habitat adalah

ketinggian tempat, kelerengan, jarak dari sumber air, suhu dan jarak dari jalur

manusia.

Hasil analisis faktor digunakan untuk menduga faktor mikrohabitat yang

paling dominan ada/tidaknya kodok merah. Jarak dari sumber air , jarak dari jalur

manusia dan ketinggian tempat adalah faktor dominan yang menentukan

ditemukannya kodok merah. Uji beda Kruskall Wallis dilanjutkan untuk melihat

uji beda nyata antara jarak dari sumber air dan jarak dari jalur manusia. Hasil uji

Kruskall Wallis menyatakan bahwa jarak dari jalur manusia lebih berbeda nyata

dibandingkan dengan jarak dari sumber air.

Tingkat kesesuaian habitat menggunakan analisis PCA (Principle

Component Analysis). Penentuan nilai kelas dalam setiap komponen habitat

didasarkan pada asumsi bahwa spesies tertentu akan memilih tempat yang paling

memenuhi kebutuhan hidupnya. Nilai kelas untuk setiap komponen habitat

digolongkan ke dalam 3 kelas yaitu nilai kelas 1, 2, dan 3. Model kesesuaian

habitat yang terbentuk yaitu :

Page 9: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Y = {(2,222,x FK1) + (2,222x FK2) + (2,222x FK3) + (1,413x FK4) + (1,060x

FK5)} dengan keterangan Y= Model Frekuensi pertemuan kodok merah di

TNGGP, FK1= Faktor ketinggian tempat, FK2= Faktor kerapatan tajuk, FK3=

Faktor kemiringan lereng, FK4= Faktor suhu, FK5= Faktor jarak dari sungai.

Hasil ekstrapolasi model di kawasan Gunung Gede Pangrango menunjukkan

bahwa luas habitat untuk tingkat kesesuaian tinggi, sedang dan rendah di Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango diduga sebesar 653,625 ha, 7.686,023 ha, dan

16.077,847 ha.

Kata Kunci: kodok merah, kesesuaian habitat, taman nasional gunung gede

pangrango.

Page 10: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT

karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains dari Institut

Pertanian Bogor. Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Departemen Kehutanan, yang telah memberikan izin dalam penyelenggaraan

pendidikan Program Magister Sains di Institut Pertanian Bogor, (2) Ir. Hart Lamer

Susetyo, Ir. Indra Arinal dan Ir Tedy Sutedy MSc. selaku Kepala Balai Konservasi

Sumber Daya Alam Sumbar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

mengikuti program pendidikan di Institut Pertanian Bogor, (3) Dr. Ir. Bambang

Sukmananto MSc selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

yang telah memberikan izin kepada penulis untukmelakukan penelitian di

TNGGP. (4) Teman-teman yang telah memberikan dukungan, motivasi dan

bantuan selama penelitian berlangsung.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya disampaikan

kepada Komisi Pembimbing, yakni: Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, MSc selaku ketua

Komisi, Dr. Ir Mirza Dikari Kusrini, Msi dan Dr. Ir. Agus P Kartono, MSi selaku

anggota Komisi atas curahan pemikiran, waktu, kesabaran, saran dan arahan serta

petunjuk yang diberikan selama pembimbingan sehingga penyusunan tesis ini

dapat diselesaikan. Kepada Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud MS yang telah bersedia

meluangkan waktu sebagai penguji luar komisi diucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya.

Akhirnya ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada

Ayahanda Ashal Nazar dan Ibunda Netty Hartati serta kakak adik tersayang

diucapkan terima kasih haatas dukungan dan doanya yang diberikan.

Akhirnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dalam tesis ini, maka

hanya penulis yang bertanggungjawab. Kiranya Allah SWT sendiri yang

memberi balasan berkah kepada semua pihak yang telah banyak membantu

penulis dan akhir kata Semoga tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Page 11: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Oktober 1975 di Padang, Sumatera

Barat. Anak kedua dari lima bersaudara pasangan Bapak Ashal Nazar dan Ibu

Netty Hartati. Pada tahun 1987 menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar di SD

Inpres 3/77 Lapai Nanggalo, tahun 1990 menamatkan Pendidikan Menengah

Pertama di SMP Negeri 12 Padang. Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 3

Padang dan pada tahun yang sama lulus seleksi Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI)

di Institut Pertanian Bogor. Penulis memilih Jurusan Konservasi Sumberdaya

Hutan, Fakultas Kehutanan dan lulus pada tahun 1998.

Sejak tahun 1999 penulis bekerja di Balai Konservasi Sumber Daya Alam

Provinsi Jambi, kemudian tahun 2005 penulis pindah ke Balai Konservasi Sumber

Daya Alam Provinsi Sumatera Barat sebagai Pejabat Fungsional Pengendali

Ekosistem Hutan (PEH). Tahun 2006 penulis ditugaskan sebagai karyasiswa

Departemen Kehutanan pada Sekolah Pascasarjana IPB Program Studi Ilmu

Pengetahuan Kehutanan.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB, penulis

melakukan penelitian tentang ―Tingkat Kesesuaian dan Preferensi Habitat

Leptopryne cruentata, Tschudi 1838 Di Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango‖ dibimbing oleh Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo,M.Sc sebagai Ketua, Dr.

Ir. Mirza Dikari Kusrini, MSi dan Dr. Ir Agus Priyono Kartono, MSi sebagai

Anggota Komisi Pembimbing.

Page 12: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... Iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... v

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2

C. Manfaat Penelitian ............................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi L. cruentata Tschudi 1838 ........................ 3

B. Habitat dan Penyebaran ....................................................................... 4

1. Komponen Fisik..... ....................................................................... 5

2. Komponen Biotik .. ....................................................................... 7

C. Pemilihan Habitat ............................................................................. 8

D. Definisi Sistem Informasi Geografis ................................................ 9

E. Aplikasi SIG Untuk Konservasi Satwa Liar Terutama

Amfibi.. ............................................................................................. 13

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas Kawasan .................................................................... 15

B. Iklim ..................................................................................................... 15

C. Geologi dan Tanah ............................................................................... 15

D. Topografi ........................................................................................... 16

E. Hidrologi ............................................................................................ 16

F. Flora ................................................................................................... 16

G. Fauna ................................................................................................... 18

H. Lokasi Penelitian ................................................................................ 19

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 21

B. Alat dan Bahan ................................................................................. 21

C. Metoda Pengambilan Data Mikrohabitat ........................................... 21

D. Metoda Pengamatan Habitat Preferensi Kodok Merah ....................... 25

E. Metoda Asumsi dalam Membuat Peta Kesesuaian .............................. 25

F. Metoda Penelitian Spasial ................................................................. 28

G. Penentuan Nilai Skor Kelas Kesesuaian Setiap Variabel .................. 30

H. Pengolahan Peta .................................................................................... 30

I. Analisis Data ......................................................................................... 34

1. Principal Componen Analysis .................................................... 34

2. Analisis Spasial ......................................................................... 34

Page 13: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

3. Validasi Data ............................................................................. 35

4. Preferensi Habitat ...................................................................... 36

5. Faktor Dominan Komponen Habitat ......................................... 36

6. Logistic Regression ..................................................................... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil .................................................................................................... 38

1. Tingkat Kesesuaian Habitat ........................................................ 38

2. Preferensi Habitat ...................................................................... 49

B. Pembahasan ........................................................................................ 60

1. Tingkat Kesesuaian Habitat ....................................................... 60

2 Preferensi Habitat ...................................................................... 62

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... ........................................................................................ 70

B. Saran .... ............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... .............. 71

LAMPIRAN .................................................................................................. 77

Page 14: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perbandingan ukuran SVL kodok merah ..................................................... 3

2. Data penyebaran kodok merah ...................................................................... 5

3. Karakteristik Spektral Landsat Thematic Mapper ....................................... 12

4. Panjang transek penelitian pada masing masing lokasi penelitian ............... 22

5. Jumlah kuadrat plot pada lokasi penelitian Rawa Denok, Rawa

Gayonggong dan Curug Cibeureum ............................................................ 23

6. Jumlah kuadrat plot pada lokasi penelitian Lebak Saat dan Bedogol ............ 23

7. Variabel dan kelas kesesuaian habitat kodok merah ...................................... 30

8. Penentuan selang skor kodok merah .............................................................. 30

9. Piksel info model kesesuaian kodok merah ................................................... 35

10. Hasil analisis PCA titik perjumpan kodok merah di TNGGP ...................... 43

11. Vektor ciri titik perjumpan kodok merah di TNGGP .................................... 44

12. Nilai bobot tiap variabel lingkungan hidup kodok merah berdasarkan PCA 44

13. Nilaiskor tiap kelas kesesuaian kodok merah di TNGGP .............................. 45

14. Jumlah kodok merah pada setiap lokasi berdasarkan ketinggian

tempat dan frekuensi kehadiran ..................................................................... 49

15. Kisaran beberapa faktor fisik yang mempengaruhi penyebaran kodok

merah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ................................... 50

16. Uji beda chi-square antara subrat dengan ada/tidak ditemukannya

kodok merah .................................................................................................. 51

17. Nilai Chi-square pemilihan habitat tertentu oleh kodok merah ..................... 58

18. Vektor ciri PCA mikrohabitat kodok merah .................................................. 59

19. Komponen matrik faktor yang mempengaruhi perjumpaan kodok merah .... 59

20. Uji homogenigenitas variabel jarak dari air dan jarak dari jalur

kodok merah .................................................................................................. 59

21. Uji Kruskal Wallis antara jarak dari air dan jarak dari jalur manusia ............ 60

Page 15: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Lokasi penelitian di TNGGP ........................................................................ 20

2. Contoh kuadrat plot pangamatan kodok merah di Rawa Denok,

Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum .................................................. 22

3. Contoh kuadrat plot pengamatan diLebak Saat dan Bedogol ...................... 23

4. Bagan alir prosedur penelitian .................................................................... 29

5. Proses pembuatan peta kerapatan tajuk ..................................................... 31

6. Proses pembuatan peta ketinggian dan kemiringan lereng ........................ 32

7. Proses pembuatan peta jarak dari sungai .................................................... 32

8. Proses pembuatan peta sebaran suhu ........................................................... 33

9. Peta kerapatan tajuk di TNGGP ................................................................... 39

10. Peta sebaran suhu di TNGGP ....................................................................... 40

11. Peta ketinggian tempat di TNGGP .............................................................. 41

12. Peta kemiringan lereng di TNGGP ............................................................. 42

13. Peta jarak dari sungai di TNGGP ................................................................. 43

14. Peta kesesuaian habitat kodok merah di TNGGP ....................................... 46

15. Peta kesesuaian habitat kodok merah di Rawa Denok, Rawa

Gayonggong, Curug Cibeureum dan Lebak Saat ........................................ 46

16. Peta kesesuaian habitat kodok merah di Bedogol ........................................ 47

17. Titik validasi kodok merah di TNGGP ....................................................... 48

18. Titik yang digunakan dalam membuat model kesesuaian habitat

kodok merah ................................................................................................ 48

19. Jenis dan frekuensi vegetasi di Rawa Denok ............................................. 52

20. Jenis dan frekuensi vegetasi di Rawa Gayonggong ................................... 53

21. Jenis dan frekuensi vegetasi di Curug Cibeureum ..................................... 53

22. Jenis dan frekuensi vegetasi di Lebak Saat ................................................. 54

23. Jenis dan frekuensi vegetasi di Bedogol ................................................... 55

24. Jenis dan frekuensi vegetasi pada habitat ditemukannya kodok

merah (Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum) ............ 56

25. Jenis dan frekuensi vegetasi pada habitat tidak ditemukannya kodok

merah (Lebak Saat dan Bedogol) ............................................................... 57

Page 16: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data pertemuan kodok merah di TNGGP ...................................................... 77

2. Data mikrohabitat pertemuan kodok merah ................................................... 81

3. Jenis vegetasi di lokasi Rawa Denok ............................................................. 91

4. Jenis vegetasi di lokasi Rawa Gayonggong ................................................... 92

5. Jenis vegetasi di lokasi Curug Cibeureum ..................................................... 93

6. Jenis vegetasi di lokasi Lebak Saat ................................................................ 94

7. Jenis vegetasi di lokasi Bedogol .................................................................... 95

8. Analisis faktor mikrohabitat kodok merah .................................................... 97

9. Uji Kruskall Wallis antara jarak dari sumber air dan jalur manusia .............. 98

10. Regresi logistik jenis vegetasi pada lokasi ada/tidak ditemukannya kodok

merah .............................................................................................................. 99

11. Uji beda nyata subsrat ............................................................................... 101

12. Koordinat titik validasi kodok merah di TNGGP ..................................... 102

Page 17: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Selama dua dekade terakhir, penurunan jumlah dan jenis populasi amfibi

telah terjadi di beberapa belahan dunia termasuk Amerika, Australia, Inggris

Raya, dan beberapa negara di Eropa (Blaustein & Wake 1990; Stuart et al. 2005).

Berdasarkan hasil survey di seluruh dunia, sedikitnya terdapat 122 jenis amfibi

yang tersebar di seluruh dunia terancam punah dan 113 jenis kemungkinan telah

punah sejak tahun 1980-an (Stuart et al. 2005). Kepadatan populasi amfibi dan

reptil di hutan primer di Costa Rica mengalami penurunan sebesar 75% sejak

tahun 1970 dengan rata-rata laju penurunan kepadatan populasi katak 4,1% per

tahun (Whitfield et al. 2007). Ancaman utama untuk amfibi di Asia Tenggara

adalah pemanenan amfibi yang berlebihan dari alam, untuk obat-obatan

tradisional dan perdagangan amfibi sebagai hewan peliharaan (Rowley et al.

2009).

Penurunan populasi amfibi di seluruh dunia diakibatkan oleh faktor-faktor

antropogenik seperti modifikasi habitat maupun invasi predator (Whitfield et al.

2007). Peningkatan rata-rata temperatur minimum mengakibatkan populasi amfibi

daerah pegunungan cenderung lebih mudah terserang penyakit (Laurance 2008).

Pola temperatur dan kelembaban lingkungan dapat mempengaruhi ekologi,

fisiologi, dan perilaku amfibi karena amfibi harus mempertahankan kelembaban

kulit untuk memperoleh oksigen dan pertukaran ion (Lips et al. 2005). Stuart et al.

(2005) menemukan tiga faktor penyebab penurunan populasi amfibi, yakni

hilangnya habitat, eksploitasi berlebih, dan penurunan populasi akibat penyakit

atau perubahan iklim. Lips et al. (2005) menyatakan perubahan iklim juga

mempengaruhi distribusi, pemencaran, dan ketahanan populasi terhadap patogen.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu

taman nasional pertama di Indonesia. Di kawasan TNGGP ini dapat ditemukan

sebanyak 18 jenis katak (Kusrini et al. 2007a) atau setara dengan setengah dari

jumlah jenis katak di Pulau Jawa (Iskandar 1998). Salah satu jenis katak di

TNGGP yang mengalami penurunan populasi adalah kodok merah (Leptophryne

cruentata, Tschudi 1838). Penurunan populasi kodok merah terjadi di beberapa

lokasi di TNGGP seperti Curug Cibeureum, Rawa Denok dan Lebak Saat

Page 18: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

(Iskandar 1998; Kusrini et al. 2005). Kodok merah telah termasuk dalam IUCN

Red List dengan status Critically Endangered (IUCN 2009).

Kodok merah hidup di areal sepanjang sungai kecil di dalam hutan dan

umumnya ditemukan pada batu-batu di tengah ataupun tepi sungai (Liem 1971).

Kodok ini dikenal sebagai kodok berukuran kecil yang penyebarannya hanya di

Gunung Gede Jawa Barat (Liem 1971; Iskandar 1998), dan Cikeris di Taman

Nasional Gunung Halimun-Salak (Kurniati 2003).

Studi tentang pola sebaran spasial spesies pada tipe habitat yang berbeda

merupakan langkah penting untuk memahami proses-proses yang mempengaruhi

sebaran spasial spesies, memprediksi respon ekosistem terhadap perubahan global

(Soares & Brito 2007) dan perencanaan pengelolaan spesies terancam punah

(Zarri et al. 2008). Pemahaman terhadap preferensi habitat sangat diperlukan

untuk meningkatkan pengetahuan tentang spesies dan informasi tentang sebaran

spasial habitat yang sesuai dapat membantu dalam pengembangan strategi

konservasi pada tingkat lanskap (Zarri et al. 2008).

B. Tujuan

Penelitian tentang preferensi dan tingkat kesesuaian habitat kodok merah di

TNGGP ini dilakukan dengan tujuan untuk :

1). Menduga luas kesesuaian habitat untuk mendukung populasi kodok merah di

TNGGP dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan

penginderaan jarak jauh.

2). Menduga preferensi habitat bagi kodok merah di TNGGP.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa data dan

informasi tentang habitat yang disukai kodok merah dan tingkat kesesuaian

habitat. Data dan informasi ini dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan bagi

konservasi kodok merah di TNGGP.

Page 19: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi dan Morfologi Leptophryne cruentata Tschudi, 1838 Kodok merah Leptophryne cruentata Tschudi, 1838 termasuk dalam kelas

amphibia. Secara taksonomi kodok merah dapat diklasifikasikan kedalam

Kingdom Animalia, Phylum Chordata, Sub Phylum Vertebrata, Kelas Amphibia,

Ordo Anura, Famili Bufonidae, Genus Leptophryne dan Spesies Leptophryne

cruentata Tschudi, 1838 (Iskandar 1998). Jenis katak lain yang termasuk dalam

satu marga dengan L. cruentata adalah L. borbonica. Spesies ini juga dikenal

dengan nama Bufo cruentatus atau Cacophryne cruentata (Iskandar 1998).

Spesies L. cruentata dikenal dengan nama kodok merah, yang mengacu

pada bercak kecil yang berwarna merah yang menjadi ciri jenis ini. Kodok merah

berukuran kecil ramping, mempunyai sepasang kelenjar parotoid kecil yang

kadang-kadang tidak jelas. Bagian atas kepala tidak mempunyai alur bertulang,

moncong meruncing, gendang telinga kecil dan tidak jelas. Ujung jari tangan dan

kaki agak membengkak. Jari kaki ketiga dan kelima membentuk jaringan sampai

ke benjolan sub artikuler. Bagian kulit punggung berbintik-bintik kecil, sedangkan

bagian perut halus dengan sedikit bintik-bintik kecil (van Kampen 1923; Liem

1971; Iskandar 1998; Kurniati 2003).

Ukuran kodok merah sangat bergantung pada jenis kelaminnya, yakni pada

umumnya individu jantan lebih kecil dibanding individu betina. Ukuran SVL

(Snout Venth Length) kodok merah, yakni panjang dari moncong sampai tulang

ekor tersebut seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan ukuran SVL kodok merah di TNGGP dan TNGHS

Pencacah SVL

♂ ♀

Liem (1971) 20,0 – 29,8 mm 25,0 – 39,0 mm

Iskandar (1998) 20,0 – 30,0 mm 25,0 – 40,0 mm

Kurniati (2003) 25,0 – 30,0 mm -

Kusrini et al. (2007b) 20,0 – 30,0 mm 25,0 - 40,0 mm

Page 20: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

B. Habitat dan Penyebaran

Habitat adalah suatu komunitas biotik atau serangkaian komunitas-

komunitas biotik yang ditempati oleh binatang atau populasi kehidupan. Habitat

yang sesuai menyediakan semua kelengkapan habitat bagi suatu spesies selama

musim tertentu atau sepanjang tahun. Kelengkapan habitat terdiri dari berbagai

macam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan faktor-faktor lainnya yang

diperlukan oleh spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan melangsungkan

reproduksinya secara berhasil (Bailey 1984). Krebs (1978) menyatakan bahwa

habitat merupakan kisaran (range) lingkungan dimana spesies berada. Definisi

lain dinyatakan oleh Goin & Goin (1971) bahwa habitat tidak hanya

menyediakan kebutuhan hidup suatu organisme melainkan tentang dimana dan

bagaimana satwa tersebut dapat hidup.

Menurut Alikodra (2002), suatu habitat merupakan hasil interaksi dari

komponen fisik dan komponen biotik. Komponen fisik terdiri atas: air, udara,

iklim, topografi, tanah, dan ruang; sedangkan komponen biotik terdiri atas:

vegetasi, mikro fauna, makro fauna dan manusia. Jika seluruh keperluan hidup

satwaliar dapat terpenuhi di dalam suatu habitatnya, maka populasi satwaliar

tersebut akan tumbuh dan berkembang sampai terjadi persaingan dengan populasi

lainnya. Habitat utama amfibi adalah hutan primer, hutan rawa, sungai besar,

sungai sedang, anak sungai, kolam dan danau (Mistar 2003). Sebagian katak

beradaptasi agar dapat hidup di pohon. Walaupun sangat tergantung pada air,

katak pohon seringkali tidak turun ke air untuk bertelur. Katak pohon melakukan

kawin dan menyimpan telurnya di vegetasi/pohon di atas air. Saat menetas berudu

katak akan jatuh ke dalam air (Duellman & Heatwole 1998). Selain itu, juga

terdapat katak yang menyimpan telurnya di lubang berair pada kayu dan tanah, di

punggung betina atau membawa ke daerah dekat air (Duellman & Trueb 1994).

Data penyebaran kodok merah disajikan pada Tabel 2.

Page 21: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Tabel 2 Data penyebaran kodok merah

TAHUN KOLEKSI

TOTAL

LOKASI 1932 1959 1964 1972 1977 1978 1984 2003 2004

Bogor 1 5 1 7

Curug

Cibeureum 5 118 1 6 2 132

Halimun 2 2

Lebak Saat 31 31

Perbawati 8 8

Salak 3 3

Sukabumi 1 1

TOTAL 1 5 149 1 22 1 1 2 2 184

Sumber: Kusrini et.al. 2007c

Habitat kodok merah yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango juga merupakan sungai-sungai berbatu yang berarus cukup deras dan

hanya dijumpai dalam hutan primer (Liem 1971). Hal yang sama juga dikemukan

oleh Kurniati (2003) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, kodok merah

terdapat di dalam hutan primer pada ketinggian 1500 meter dari permukaan laut,

pada kantung-kantung air sungai kecil berbatu dengan arus cukup deras.

1. Komponen Fisik

a. Ketinggian Tempat

Kenaikan ketinggian suatu tempat, diikuti dengan penurunan dalam

kekayaan jenisnya (MacKinnon 1986). Perubahan besar dalam komposisi jenis

terjadi bersamaan dengan adanya peralihan dari habitat dataran rendah ke habitat

pegunungan. Semakin tinggi letaknya, komposisi jenis dan struktur hutan berubah

menjadi terbatas (Alikodra 2002).

Seperti di seluruh daerah di dunia, penurunan suhu akibat peningkatan

elevasi akan menimbulkan efek zonasi atau efek lingkar yang kasar dalam posisi

tegak seperti garis lintang dari khatulistiwa sampai kutub-kutub utara dan selatan

(van Steenis 2006). van Steenis (2006), juga menyebutkan bahwa pembagian

zonasi berdasarkan ketinggian terbentuk karena perbedaan kondisi suhu dan iklim.

Page 22: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Hal ini mengakibatkan perbedaan komposisi baik flora dan fauna pada setiap

zonasi. TNGGP memiliki 3 zonasi atau tipe hutan, yaitu sub montana (100-1500

mdpl), montana (1500-2400 mdpl) dan sub alpin (>2400 m dpl) (BTNGP 1996).

Hutan submontana memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi.

Ketinggian juga berpengaruh pada penyebaran amfibi. Hasil ulasan Morrison

& Hero (2003) menunjukkan bahwa populasi amfibi pada daerah yang tinggi

cenderung untuk memiliki periode aktivitas dan musim kawin yang pendek, fase

larva atau berudu yang lebih panjang, masa metamorfosis atau perubahan bentuk

yang lebih lama, masa dewasa yang lama sehingga mencapai kematangan

reproduksi pada umur yang lebih tua, jumlah telur tergantung ukuran tubuh serta

menghasilkan telur yang lebih besar.

b. Suhu

Temperatur merupakan faktor yang penting di wilayah biosfer, karena

pengaruhnya sangat besar pada segala bentuk kehidupan. Beberapa kegiatan

organisme seperti reproduksi, pertumbuhan dan kematian dipengaruhi oleh suhu

lingkungannya (Alikodra 2002). Disamping itu, temperatur pada umumnya

mempengaruhi perilaku satwaliar serta berpengaruh terhadap ukuran tubuh serta

bagian-bagiannya (Alikodra 2002). Organisme berdarah panas yang memiliki

organ yang dapat memproduksi dan mengelola suhu tubuhnya seperti mamalia

biasanya beraktivitas di siang hari sedangkan organisme yang tidak memiliki

mekanisme khusus pengaturan suhu tubuhnya biasanya beraktivitas di malam hari

(nokturnal) seperti pada amfibi dan sebagian dari kelas reptil.

Kebanyakan amfibi dapat beraktivitas pada kondisi suhu yang beragam.

Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan suhu pada amfibi, tergantung pada

jenis, umur dan fase kehidupan, serta pengalaman suhu harian pada masing-

masing individu yang berbeda (Stebbins & Cohen 1995). Suhu pada amfibi

dipengaruhi oleh lingkungannya karena amfibi tidak memiliki organ khusus untuk

memproduksi panas dan mengatur panas pada tubuhnya. Oleh karena itu suhu

juga mempengaruhi kehidupan dan penyebaran amfibi.

Amfibi memiliki kisaran toleransi suhu yang besar. Perbedaan toleransi ini

mengakibatkan perbedaan kebutuhan suhu yang berbeda pada lingkungannya.

Page 23: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Beberapa jenis dapat bertahan hidup di daerah yang dingin dan beberapa jenis

lainnya dapat hidup pada suhu yang ekstrim tinggi. Beberapa jenis salamander

dapat ditemukan beraktivitas pada suhu sekitar 00C bahkan dibawah 0

0C

(Duellman & Trueb 1994), dan beberapa jenis amfibi lainnya dapat hidup diatas

suhu 280C bahkan ada satu jenis amfibi yang dapat hidup pada suhu 40

0C yakni

jenis African Foam-Nest Frog (Chiromantis) (Shoemaker et al. 1989 dalam

Stebbins & Cohen 1995).

Menurut Kusrini (2007a) suhu udara di Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango berkisar antara 100-23

0C dan kelembabannya 43-100%.

c. Jarak dari sungai atau sumber air

Amfibi hidup di dua alam. Sebagian hidupnya berada di lingkungan berair

dan sebagian lagi hidup di darat. Dalam masa perkembangbiakan dari berudu

sampai katak berkaki kebanyakan ordo anura hidup di dalam air. Heyer et al.

(1994) menyatakan bahwa kebanyakan dari larva amfibi hidup di habitat akuatik,

termasuk air yang mengalir (sungai besar dan kecil), air yang tidak mengalir

(kolam dan danau), serta tempat lainnya seperti lubang pohon, ketiak daun, dan

lainnya. Larva anura yang hidup di terestrial biasanya menempati daerah dengan

iklim mikro yang mengandung kelembaban tinggi seperti lumut, di bawah atau di

dalam kayu yang membusuk dan di lubang pohon. Selama di dalam air, larva

bernafas dengan insang dan akan bernafas dengan paru-paru ketika sudah keluar

dari air menuju darat. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi air bagi kehidupan

amfibi khususnya katak dan kodok sangat penting.

2. Komponen Biotik

a. Penutupan tajuk

Penutupan memiliki pengaruh yang kuat terhadap kodok. Kodok

bersembunyi di daerah yang gelap seperti di bawah rimbunan daun, di lubang-

lubang pohon dan sebagainya yang tidak tersentuh sinar matahari. Penutupan

lahan berhubungan langsung dengan suhu dan kelembaban relatif. Hutan dengan

penutupan tajuk yang tinggi dapat menyediakan iklim mikro yang lebih dingin

karena menyediakan naungan dan mencegah penguapan yang berlebihan (Casey

2001). van Steenis (2006) menyebutkan bahwa vegetasi terutama hutan, sangat

Page 24: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

penting peranannya bagi perbaikan iklim yang menguntungkan lahan, bagi

pembentukan tanah, pencegahan erosi angin, dan pembentukan relung ekologi

tertentu bagi tanaman.

b. Makanan

Menurut Alikodra (2002), semua organisme memerlukan sumber energi

melalui makanan. Organisme yang makanannya beranekaragam akan lebih mudah

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. Menurut Jaafar (1994),

katak merupakan satwa karnivor yang memanfaatkan jenis serangga sebagai

pakan Jenis-jenis serangga yang dimanfaatkan juga beragam. Menurut Duelman

& Trueb (1994) amfibi hanya memakan jenis serangga yang bergerak. Stebbins &

Cohen (1997) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis katak yang memakan

jenis mangsa dengan pergerakan yang lambat. Umumnya setiap jenis katak

memiliki mekanisme yang berbeda-beda dalam berburu mangsa tergantung pada

jenisnya. Jenis katak yang memiliki perawakan gemuk dan mulut yang lebar

biasanya mencari mangsa dengan cara diam dan menunggu mangsa dan biasanya

memanfaatkan jenis pakan dengan ukuran besar dan memanfaatkan dalam jumlah

sedikit (Duelman & Trueb 1994; Stebbins & Cohen 1997). Jenis katak yang

memiliki perawakan yang ramping dengan mulut yang meruncing biasanya aktif

dalam berburu mangsa dan memanfaatkan mangsa dalam jumlah yang banyak

dengan ukuran pakan kecil (Duelman & Trueb 1994; Stebbins & Cohen 1997).

Katak memanfaatkan beranekaragam jenis serangga dan tidak bersifat

khusus. Hal tersebut merupakan salah satu mekanisme setiap jenis katak dalam

melangsungkan kehidupannya (Young 1962). Kusrini et al. (2007c) menyebutkan

jenis makanan kodok merah yang ditemukan dalam perut terdiri dari

Hymenoptera (semut, 60.38%), Coleoptera (7.55%), Orthoptera (6.60%), Diptera

(6.60%), Lepidoptera (4.72%), Hemiptera (1.89%), Collembola (1.89%), Isopoda

(0.94%), tumbuhan dan tanah (total 8.49%).

C. Pemilihan Habitat Pemilihan habitat yang sesuai merupakan suatu tindakan yang dilakukan

satwaliar dalam rangka memperoleh serangkaian kondisi yang menguntungkan

bagi keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidupnya (Bolen & Robinson

1995). Individu yang berevolusi secara ideal akan menilai keterkaitan antara

Page 25: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

korbanan dan keuntungan serta memilih habitat yang dapat memberikan jaminan

keberhasilan reproduksi. Individu yang memiliki korbanan rendah akan

mengeksploitasi relung yang miskin meskipun peluang hidupnya di tempat lain

lebih besar. Faktor yang mendorong terjadinya pemilihan habitat berhubungan

dengan laju predasi, toleransi fisiologis dan interaksi sosial. Adapun kondisi

mikro habitat tidak menentukan terjadinya pemilihan habitat (Morris 1987).

Morris (1987) menyatakan bahwa satwaliar tidak menggunakan seluruh

kawasan hutan yang ada sebagai habitatnya tetapi hanya menempati beberapa

bagian secara selektif. Pemilihan habitat merupakan suatu hal yang penting bagi

satwaliar karena mereka dapat bergerak secara mudah dari satu habitat ke habitat

lainnya untuk mendapatkan makanan, air, reproduksi atau menempati tempat baru

yang menguntungkan. Beberapa spesies satwaliar menggunakan habitat secara

selektif dalam rangka meminimumkan interaksi negatif (seperti predasi dan

kompetisi) dan memaksimumkan interaksi positif (seperti ketersediaan mangsa).

Pemilihan habitat oleh satwaliar dapat disebabkan oleh tiga hal, yakni:

ketersediaan mangsa (pakan), menghindari pesaing dan menghindari predator.

Shannon et al. (1975) menyatakan bahwa pemilihan habitat merupakan

ekspresi respon yang kompleks pada satwaliar terhadap sejumlah besar variabel

yang saling terkait yang menghasilkan lingkungan yang sesuai bagi satwaliar.

Variabel tersebut dapat bersifat intrinsik, yakni tergantung pada status fisiologis

dan perilaku satwaliar atau ekstrinsik yang tergantung pada faktor-faktor abiotik

dan biotik dari lingkungannya.

D. Sistem Informasi Geografis (SIG)

1. Definisi

Definisi Sistem Informasi Geografis (SIG) selalu berkembang, bertambah

dan bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang beredar. Selain

itu, SIG juga merupakan suatu bidang kajian ilmu dan teknologi yang relatif baru,

digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dan berkembang cukup dengan cepat

(Prahasta, 2001). Menurut Nuarsa (2005), SIG merupakan suatu alat yang dapat

digunakan untuk mengelola (input, manajemen, proses dan output) data spasial

atau data bereferensi geografis. SIG adalah sistem yang dapat mendukung

pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi lokasi

Page 26: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

dengan karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. Hal yang

hampir sama di kemukanan oleh Ekadinata et al. (2008) bahwa SIG adalah sebuah

sistem atau teknologi berbasis komputer yang dibangun dengan tujuan untuk

mengumpulkan, menyimpan, mengolah dan menganalisis, serta menyajikan data

dan informasi dari suatu obyek atau fenomena yang berkaitan dengan letak atau

keberadaannya di permukaan bumi. Pada dasaranya SIG dapat dirinci menjadi

beberapa subsistem yang saling berkaitan yang mencakup input data, manajemen

data, pemrosesan atau analisis data, pelaporan (output) dan hasil analisa.

Menurut Prahasta (2001), ada beberapa hal yang menyebabkan penggunaan

konsep-konsep SIG menjad menarik untuk digunakan dalam berbagai disiplin

ilmu, beberapa diantaranya adalah :

1. SIG cukup efektif dalam membantu proses-proses pembentukan,

pengembangan atau perbaikan mengenai gambaran lingkungan yang telah

dimiliki oleh setiap orang yang menggunakannya dan selalu berdampingan

dengan lingkungan fisik dunia nyata yang penuh dengan kesank-kesan visual.

2. SIG merupakan alat bantu yang menarik dan menantang dalam meningkatkan

pemahaman, pembelajaran dan pendidikan mengenai konsep-konsep lokasi,

ruang, dan unsur-unsur geografis dipermukaan bumi berikut data-data

atributnya.

3. SIG mampu menjawab baik pertanyan spasial maupun non spasial.

Stow (1993) menjelaskan peranan SIG dalam memahami fungsi ekologi

dan pengaruh manusia terhadap struktur ekologi sebagai berikut :

1. menyediakan sebuah struktur data untuk penyimpana dan pengelolaan data

ekosistem untuk wilayah yang cukup luas secara efisien;

2. memungkinkan adanya penggabungan dan pemisahan data pada berbagai

skala;

3. dapat digunakan untuk menentukan plot studi dan atau wilayah yang sensitif;

4. mendukung analisis statistik spasial dari penyebaran ekologi;

5. meningkatkan kemampuan ekstraksi informasi penginderaan jauh; dan

6. menyediakan input data/parameter untuk pemodelan ekosistem.

Pemetaan serta analisa keruangan yang terkomputerisasi telah

dikembangkan secara terus-menerus di berbagai bidang, salah satu diantaranya

Page 27: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

adalah bidang yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam. Teknologi

yang berbasiskan sistem informasi geografi ini telah menjadi sarana atau alat

bantu satndar yang digunakan untuk mendukung proses pengambilan keputusan

dan pembuatan kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam (Ekadinata et al.,

2008).

Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh tentang

suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data data yang diperoleh

dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena

yang dikaji (Lilesand & Kiefer 1990). Komponen dasar suatu sistem penginderaan

jarak jauh lokal ditunjukkan dengan adanya hal berikut: suatu sumber tenaga yang

beragam, atmosfer yang tidak mengganggu, sensor sempurna, serangkaian

interaksi yang unik antara tenaga dengan benda di muka bumi, sistem pengolahan

data tepat waktu, berbagai penggunaan data.

Perkembangan teknologi penginderaan jauh saat ini atau dimasa yang akan

datang memberikan kemungkinan memperoleh data untuk inventarisasi

sumberdaya alam yang baru, cepat dan akurat. Satelit penginderaan jauh yang

sering digunakan untuk melihat penutupan lahan adalah Satelit Landsat. Citra

Landsat komposit warna cocok digunakan untuk menggunakan cakupan lahan dan

penggunaannya. Salah satu sensor dari satelit landsat adalah sensor TM (Thematic

Mapper) yang memiliki resolusi spasial 30x30 meter dengan karakteristik

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik Spektral Landsat Thematic Mapper

Page 28: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Band Panjang

Gelombang Kegunaan

Band 1 0,45-0,52 μm Untuk penetrasi tubuh air, pemetaan perairan pantai,

membedakan antara tanah dengan vegetasi, tumbuhan

berdaun lebar dan konifer

Band 2 0,52-0,60 μm Untuk mengukur puncak pantulan hijau saluran tampak

bagi vegetasi guna penilaian ketahanan.

Band 3 0,63-0,69 μm Band absorbsi klorofil yang penting untuk diskriminasi

vegetasi.

Band 4 0,76-0,90 μm Menentukan kandungan biomassa dan deliniasi tubuh air.

Band 5 1,55-1,75 μm Menunjukkan kandungan kelembaban vegetasi dan tanah

juga bermanfaat untuk membedakan salju dengan awan.

Band 6 10,40-12,50 μm Band infra merah termal yang penggunaannya untuk

analisa penekanan vegetasi, diskriminasi kelembaban

tanah dan pemetaan tanah

Band 7 2,08-2,35 μm Band yang diseleksi karena potensi untuk membedakan

tipe batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.

Sumber: Lo (1995)

2. SIG dan penginderaan jauh

Sistem Informasi Geografi dan penginderaan jauh memiliki keterkaitan

yang dinyatakan oleh Howard (1996) bahwa informasi yang diturunkan dari

analisis citra penginderaan jauh dilakukan untuk diintegrasikan dengan data yang

disimpan dalam bank data SIG. Masukan dari data penginderaan jauh biasanya

harus dilengkapi dengan intervensi manusia pada analisisnya.

Perkembangan integrasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis

adalah estimasi bahwa aliran data memiliki arah yang sama. Aliran yang

sebaliknya tidak diinginkan tetapi juga realistis diperlukan dalam analisis

penginderaan jauh. Hambatan utama dalam pembiayaan ini adalah biaya untuk

membuat basis data digital SIG. Namun hal tersebut dapat ditekan dengan cara

peningkatan dan perbaikan tersedianya perangkat keras dan perangkat lunak serta

peta-peta digital yang telah tersedia dalam bentuk digital.

Page 29: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

E. Aplikasi SIG Untuk Konservasi Satwa Liar Terutama Amfibi

Keunggulan-keunggulan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai sebuah

perangkat sistem yang mudah dioperasikan dengan kemampuan untuk

mengumpulkan, menyimpan dan memunculkan lagi, mentransformasi dan

menampilkan data spasial dari dunia nyata untuk sebuah maksud atau tujuan

tertentu telah membuat SIG sebagai perangkat yang sangat berguna dalam analisa

spasial dan telah diaplikasikan dalam berbagai kegiatan, tidak hanya sekedar

pemetaan namun juga pemanfaatannya dalam pengelolaan sumberdaya alam

maupun konservasi.

Lang (1998) menunjukkan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya alam,

SIG sangat berperan penting dalam menyediakan kerangka kerja analisis untuk

membantu komunitas masyarakat dalam mencari permasalahan-permasalahan

yang umum terjadi dan mendiskusikan masalah pembangunannya. SIG dapat

digunakan dalam menentukan kesesuaian wilayah untuk pertanian,

mengidentifikasi wilayah-wilayah yang terjadi deforestasi, menganalisis dampak

asap polusi udara dan pergerakannya, mengidentifikasi perubahan lahan,

mendukung wilayah reklamasi lahan bekas tambang, perlindungan wilayah pantai

dari pencemaran, pengelolaan habitat hutan maupun untuk penentuan kawasan

sebagai habitat satwa langka.

Metode penampalan manual dari penentuan kelimpahan suatu spesies dapat

dilakukan secara otomatis dengan SIG. Batas-batas di peta dapat diketahui dengan

menggabungkan data tentang distribusi faktor-faktor habitat dan dapat digunakan

untuk mengidentifikasi komunitas yang jarang. Peta kelimpahan jenis dan peta

vegetasi dapat digabungkan untuk membuat peta penggunaan lahan dan peta

kesesuaian lahan digunakan untuk mengetahui keadaan saat ini dan kemungkinan

potensi penurunan keanekaragaman hayati.

Kastanya (2001) dalam penelitiannya tentang karakeristik lanskap Elang

Jawa (Spizaetus bartelsi), memanfaatkan program Patch Analyst dalam sistem

informasi geografis untuk menduga karakteristik lanskap Elang Jawa di wilayah

Pulau Jawa bagian barat. Sedangkan Muntasib (2002) juga memanfaatkan

kemampuan analisis spasial SIG dalam menumpangsusunkan data spasial

Page 30: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

menggunakan model pembobotan. Muntasib mengkombinasikan tiap parameter

habitat berdasarkan komponen fisik, biologi dan sosialnya untuk mengetahui pola

penggunaan ruang habitat Badak Jawa (Rhinoceros sundaicus) di Taman Nasional

Ujung Kulon.

Penelitian di bidang amfibi sangat diperlukan karena laporan terakhir

menyebutkan populasi amfibi telah menurun drastis hampir di seluruh dunia

akibat kerusakan habitat, kehilangan habitat, fragmentasi habitat, dan perubahan

iklim global (Pellet 2005). Oleh karena itu, penelitian berbasis SIG sangat

diperlukan untuk mempelajari pola spasial yang dilakukan, karena amfibi

memiliki siklus hidup yang kompleks dan menempati habitat yang beragam.

Munger et al. (1998) meneliti tentang prediksi keberadaan Columbia Spotted Frog

(Rana luteiventris) and Pacific Tree Frog (Hyla regilla) dengan menggunakan

SIG. Parris (2000) meneliti salah satu jenis katak yang terancam punah di

Queensland Australia dengan menggunakan aplikasi SIG dan pemodelan spasial

untuk melihat distribusi spasial dan preferensi habitat katak pohon Litoria

pearsonia dan menganalisanya secara statistik.. Lubis (2008) melakukan

penelitian pemodelan spasial habitat katak Jawa (Rhacophorus javanus)

mengunakan SIG dan penginderaan jarak jauh untuk menentukan kesesuaian

katak jawa.

Page 31: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Luas Kawasan

Secara geografi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak antara

106º 51’ - 107º 02’ BT dan 6º 51’ LS. TNGGP yang awalnya memiliki luas

15.196 Ha dan terletak di 3 (tiga) wilayah kabupaten yaitu Cianjur (3.599,29 Ha),

Sukabumi (6.781,98 Ha) dan Bogor (4.514,73 Ha), saat ini sesuai SK Menhut No

174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 Ha. Pembagian zonasi

di TNGP l terdiri dari zona inti (7.400 ha), zona rimba (6.848,30 ha) dan zona

pemanfaatan (948,7 ha).

Secara administratif pemerintahan, wilayah TNGGP mencakup ke dalam 3

(tiga) kabupaten, yaitu; Kabupaten Bogor (sebelah utara dan barat, Cianjur

(sebelah barat dan timur) dan Sukabumi (sebelah barat dan selatan) (BTNGP

2003).

B. Iklim

Berdasarkan laporan TNGGP (BTNGP 2003) kawasan TNGP memiliki

jumlah bulan basah 7-9 bulan berurutan, dan jumlah bulan kering < 2 bulan setiap

tahunnya. Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson TNGP masuk kedalam

tipe iklim B1 dimana curah hujan rata-rata di TNGP berkisar antara 3.000-4.200

mm/th dengan rata-rata curah hujan bulanan 200 mm dengan Nilai Q berkisar

antara 11,3-33,3 %. Suhu berkisar antara 10-180 C dan kelembaban relatif berkisar

antara 80-90 % sepanjang tahun.

C. Geologi dan Tanah

Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdiri dari 2 gunung

berapi : Gede dan Pangrango. Diantara dua puncaknya dihubungkan oleh suatu

saddle yang dikenal dengan nama Kandang Badak pada ketinggian 2.400 m dpl.

Lereng-lereng gunungnya sangat curam dibelah oleh aliran sungai deras yang

mengukir bagian lembah yang dalam dan punggung bukit yang panjang.

Penampakan ini merupakan tipe dari daerah muda/baru dengan tingkat erosi yang

tinggi. Secara umum kawasan ini merupakan dataran yang kering tetapi terdapat

Page 32: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

pula rawa yaitu Rawa Gayonggong, Rawa Denok dan Situgunung sehingga

memperkaya keanekaragaman pada habitatnya (Whitten et al. 1996).

Sesuai Peta tanah Propinsi Jawa Barat dari Lembaga Penelitian Tanah

Bogor jenis tanah pada lahan kritis Blok Bobojong yaitu latosol coklat yang

mendominasi lereng Gunung Gede bagian bawah. Tanah ini mengandung liat dan

lapisan sub soil gembur, mudah ditembus air dan lapisan bawahnya melapuk.

Tanah sangat gembur dan agak peka terhadap erosi.

D. Topografi

Kawasan TNGP memiliki ketinggian yang beragam, mulai dari 1.000 m dpl

yaitu di sekitar Kebun Raya Cibodas, 2.985 m dpl (Puncak Gn. Gede) sampai

3.019 m dpl (Puncak Gunung Pangrango). Kedua gunung ini dihubungkan oleh

lereng dengan ketinggian 2.500 m dpl (BTNGP 2003).

E. Hidrologi

TNGP merupakan hulu dari 55 sungai, baik sungai besar maupun sungai

kecil (BTNGP 2003). Aliran-aliran kecil mengalir dari dinding kawah menuju

bawah dan menghilang pada tanah vulkanik yang mempunyai porositas tinggi.

Umumnya kondisi sungai di dalam kawasan ini masih terlihat baik dan belum

rusak oleh manusia. Kualitas air sungai cukup baik dan merupakan sumber air

utama bagi kota-kota yang terdapat di sekitarnya. Lebar sungai di hulu berkisar 1-

2 meter dan di hilir mencapai 3-5 meter dengan debit air yang cukup tinggi.

Kondisi fisik sungai ditandai dengan kondisi yang sempit dan berbatu besar pada

tepi sungai bagian hilir.

F. Flora

TNGGP dikenal dan banyak dikunjungi karena memiliki potensi hayati

yang tinggi, terutama keanekaragaman jenis flora. Di kawasan ini hidup lebih dari

1000 jenis flora, yang tergolong tumbuhan berbunga (Spermatophyta) sekitar 900

jenis, tumbuhan paku lebih dari 250 jenis, lumut lebih dari 123 jenis, ditambah

berbagai jenis ganggang, Spagnum, jamur dan jenis-jenis Thalophyta lainnya

(BTNGP 2003). van Steenis (2006) menyebutkan bahwa setiap zona memiliki

berbagai jenis tumbuhan yang berbeda sehingga jenis tumbuhan dapat mewakili

Page 33: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

tipe vegetasi pada masing-masing zona. Keadaan vegetasi pada setiap zona di

TNGP, yaitu :

a) Zona Sub Montana

Zona ini mempunyai keanekaragaman jenis yang cukup tinggi baik pada

tingkat pohon besar, pohon kecil, semak belukar maupun tumbuhan bawah.

Jenis pohon besar yang paling dominan yaitu Puspa (Schima walichii). Jenis

tumbuhan lainnya yang ada adalah Walen (Ficus ribes), Syzygium spp,

Saninten (Castanopsis argentea), Pasang (Quercus sp.), Rasamala (Altingia

excelsa) dan sebagainya. Jenis perdu yang terdapat pada zona ini adalah

Ardisia fuliginbia, Pandanus sp., Pinanga sp. dan Laportea stimulans. Jenis

tumbuhan bawah pada zona sub Montana adalah Begonia spp., Cyrtandra picta

dan Curculigo latifolia.

b) Zona Montana

Keadaan vegetasi di zona montana dalam hal keanekaragaman jenis dan

kerapatannya tidak jauh berbeda dengan keadaan zona sub montana. Jenis-

jenis pohon yang dominan adalah Jamuju (Podocarpus imbricatus), Pasang

(Quercus sp.), Kiputri (Podocarpus neriifolius), Castanopsis spp. dan

Rasamala (Altingia excelsa). Sedangkan jenis tumbuhan bawah yang terdapat

pada zona montana adalah Strobilanthes cermuis, Begonia spp. dan Melastoma

spp.

Pada ketinggian 2100-2400 mdpl banyak dijumpai jenis paku-pakuan atau

kelompok tanaman epifit, yaitu Cyathea tomentosa, Paku sarang burung

(Asplenium nidus) dan Plagiogria glauca. Sedangkan jenis-jenis anggrek,

antara lain adalah Dendrobium sp., Arundina sp., Cymbiddium sp., Eriates sp.,

Chynanthus radicans dan Calanthe sp.

c) Zona Sub Alpin

Keadaan vegetasi di zona sub alpin berbeda dengan keadaan zona sub

montana dan zona montana. Pada umumnya keadaan pohon di zona ini

pendek-pendek dan kerdil, semak belukar jarang-jarang, tumbuhan bawah

jarang diketemukan dan miskin akan jenis, hanya merupakan satu lapisan tajuk

saja.

Page 34: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Jenis pohon yang mendominasi zona sub alpin adalah Edelweis (Anaphalis

javanica), Jirak (Symplocos javanica), Ki Merak (Eurya acuminata), Cantigi

(Vaccinium varingifolium) dan Ki Tanduk (Leptospernium flanescens).

Pohon rasamala terbesar dengan diameter batang 150 cm dan tinggi 40 m

dapat ditemukan di kawasan ini di sekitar jalur pendidikan wilayah pos Cibodas.

Jenis puspa terbesar dengan diameter batang 149 cm dan tinggi 40 m terdapat di

jalur pendakian Selabinta–Gunung Gede. Sedangkan pohon jamuju terbesar

ditemukan di wilayah Pos Bodogol.

Disamping pohon-pohon raksasa, di kawasan ini juga terdapat jenis-jenis

yang unik dan menarik, diantaranya kantong semar (Nepenthes gymnamphora),

Rafflesia rochusseni dan Strobilanthus cernua.

G. Fauna

Ditinjau dari potensi keanekaragaman satwaliarnya, TNGP merupakan

kawasan yang memiliki jenis burung tertinggi di pulau jawa. Sekitar 53 % atau

260 jenis dari 460 jenis burung di jawa dapat ditemukan di kawasan ini (BTNGP

2003). Disamping itu, 19 dari 20 jenis burung endemik di Pulau Jawa hidup di

kawasan ini, termasuk jenis-jenis yang langka dan dilindungi undang-undang,

salah satunya adalah ―Elang Jawa‖ (Spizaetus bartelsi) yang ditetapkan sebagai

―Satwa Dirgantara‖ melalui Keputusan Presiden No. 4 tanggal 9 Januari 1993,

celepuk gunung (Otus angelinae) dan berecet (Psaltria exilis) (Whitten et al.

1996).

Kelompok mamalia yang dapat dijumpai di kawasan TNGP diantaranya

yaitu owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), lutung

(Trachipytecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), macan tutul

(Panthera pardus), kucing hutan (Felis bengalensis), musang (Famili Viverridae),

babi hutan (Sus scrofa linnaeus), bajing, berang-berang dan landak jawa (Dephut

2007). Kelompok amfibi ditemukan sebanyak 18 jenis diantaranya yaitu

Leptophryne cruentata, Huia masonii, Limnonectes kuhlii, Megophrys montana,

Rhacophorus margaritifer dan Philautus aurifasciatus (Kusrini et.al 2007). Jenis

reptil yang dapat dijumpai antara lain bunglon jambul hijau, bunglon dan

bengkarung (Dephut 2007).

Page 35: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

H. Lokasi Penelitian

Pengamatan dan pengambilan data penelitian dilaksanakan di Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango. Lokasi pengambilan data dikosentasikan pada

lokasi kosentrasi habitat kodok merah dan lokasi yang dahulunya menjadi habitat

kodok merah serta lokasi yang tidak pernah menjadi habitatnya . Ada lima lokasi

utama yang menjadi lokasi penelitian kodok merah di TNGGP (Gambar 1).

1. Rawa Denok (1800-1890 m dpl)

Meskipun namanya rawa namun tidak terdapat rawa di hutan pegunungan.

Wilayah ini terdapat sungai berbatu. Rawa Denok berjarak sekitar 3.400 m dari

pintu masuk Cibodas. Warna bebatu kekuningan karena mengandung sulfur yang

berasal dari kawah. Suhu air di lokasi ini relatif lebih panas jika dibandingkan

dengan lokasi lain yang berdekatan karena Rawa Denok berdekatan dengan

sumber air panas yang sampai saat ini masih aktif.

2. Rawa Gayonggong (1600 m dpl)

Rawa Gayonggong berjarak sekitar1800 meter dari pintu masuk Cibodas.

Rawa tersebut diduga terbentuk dari bekas kawah mati yang kemudian

menampung aliran air dari tempat yang lebih tinggi. Erosi tanah di tempat yang

lebih tinggi telah menyebabkan sedimentasi lumpur yang memungkinkan

tumbuhnya berbagai jenis rumput-rumputan, utamanya rumput Gayonggong.

Lokasi penelitian berada di bawah jembatan yang menuju Curug Cibeureum.

Vegetasi Rawa Gayonggong di dominasi oleh tepus.

3. Curug Cibeureum (1650 mdpl)

Merupakan tempat yang sangat terkenal bagi para pendaki dan wisatawan

lokal. Lokasi ini hanya 1,6 km dari gerbang Cibodas. Curug Curug Cibeureum

terdiri dari 3 air terjun yaitu Curug Cibeureum, Cikuntul dan Cidendeng. Di

sekitar Curug Cibureum terdapat lumut merah (Sphagnum gedeanum) yang

merupakan endemik di Jawa Barat.

4. Lebak Saat (2250 – 2500 m dpl)

Lebak saat terletak antara Rawa Denok dengan Kandang Badak, sekitar 8

km dari gerbang Cibodas. Lebak Saat merupakan daerah transisi antara

ekosistem montana dan sub alpin.

Page 36: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

5. Bedogol (650-770 m dpl)

Wilayah ini sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani, kemudian

bergabung dengan TNGGP. Sebagai besar vegetasi di lokasi ini adalah Pinus

merkusii. Lokasi penelitian dilakukan di sungai Cikaweni. Lokasi penelitian di

kawasan TNGGP dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi penelitian di TNGGP

6o 55` 00"

6o 50` 00"

6o 45` 00"

6o 40` 00"

SukarajaSUKABUMI

Nagrak

Cimande

Tapos

Cisarua

Gunung Mas

Puncak

G. Masigit

CIANJUR

BOGOR

Ciawi

Warung kondang

Cisaat

Karang tengah

Cibadak

Cicurug

Gadog

G. Gede

Cimacan

CipanasCibodas

Gn. Putri

Sarongge

Gedeh

Gekbrong

107o 00` 00"106o 55` 00"106o 50` 00" 107o 05` 00"

Goalpara

Cisarua

Tegallega

Ciputri

Sindang Jaya

Sukatani

Ciloto

Ds. Benda

Ds. Nangerang

Ds. Bojong Murni

Karawang

Cipetir

Sukamulya

Sukamaju

Kebon Peuteuy

G.Pangrago

SelabintanaSitugunungCimungkad

Bodogol

Bojongmurni

DEPARTEMEN KEHUTANAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

Jl. Raya Cibodas-Cipanas Cianjur

KETERANGAN

PETA

PERLUASAN KAWASANTAMAN NASIONAL

GUNUNG GEDE PANGRANGO

0 2500 10.0005000

Batas Wilayah TNGP

Batas Kabupaten

Jalan Setapak

Jalan Raya

Pondok Kerja Resort

N

S

EW

TNGP

Peta Petunjuk Lokasi Jawa Barat

Sukabumi

Cianjur

Bogor Purwakarta

Sumedang

Subang

Majalengka

Garut

Tasikmalaya Ciamis

Kuningan

Cirebon

IndramayuKarawang

JAKARTABekasiTangerang

Serang

RangkasbitungPandeglang

BANDUNG

Pintu masuk resmi

Kantor Seksi Wilayah

Kantor Balai TNGP

Batas Perluasan Kawasan

Citeko

Bedogol

Lebak Saat

Rawa Denok

Curug Cibeureum

Rawa Gayonggong

Page 37: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Diduga terdapat perbedaan penggunaan habitat terpilih oleh kodok merah

sehingga lokasi penelitian ditentukan berdasarkan beberapa kriteria yaitu: 1).

Lokasi yang diketahui saat ini merupakan daerah penyebaran kodok merah (Curug

Cibeureum, Rawa Gayonggong dan Rawa Denok), 2). Lokasi yang dahulu

menjadi habitat kodok merah, tapi dari beberapa penelitian sekarang tidak

ditemukan kodok merah lagi seperti Lebak Saat, dan 3). Lokasi yang dahulu

sampai sekarang tidak pernah ditemukan kodok merah seperti Bedogol.

Penelitian lapangan dilaksanakan selama dua minggu yaitu tanggal 6-19

bulan April 2008 dan dilanjutkan dengan pengolahan peta dan analisis data di

laboratorium.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian di lapangan adalah alat tulis, kamera,

Global Positioning System (GPS), termometer, higrometer, bola pingpong,

kompas, mistar ukur dan alat untuk keperluan transek (tali). Alat yang digunakan

untuk mengolah dan menganalisis citra adalah satu paket Sistem Informasi

Geografis (perangkat keras dan lunak) termasuk Pc dan software Arc View 3.3,

Erdas Imagine 9.1, Microsoft Excell 2000 dan pengolahan data statistik yaitu

SPSS Ver 16 dan Minitab Ver 13..

Bahan – bahan yang gunakan meliputi: a) peta kawasan Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango, b). Peta citra landsat Tahun 2006 path 122 Row 65, c).

Peta Rupa Bumi Jawa skala 1:25.000, d). Alkohol dan kertas koran untuk

keperluan pembuatan herbarium.

C. Metoda Pengambilan Data Mikrohabitat

Metode pengambilan data yang digunakan berdasarkan Heyer et al. (1994),

yaitu metode transek dan kuadrat plot (1 x 1 m2) . Panjang transek di setiap lokasi

penelitian berbeda-beda karena panjang sungai yang beragam. Panjang transek di

setiap lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 38: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Tabel 4 Panjang transek penelitian pada masing-masing lokasi penelitian

Lokasi Panjang Transek (m)

Rawa Denok 240

Rawa Gayonggong 200

Curug Cibureum 200

Lebak Saat 260

Bedogol 600

Unit contoh pengamatan berbentuk persegi panjang dengan lebar 60 m (30

m dari kanan kiri sungai). Satu unit contoh adalah lokasi dengan ketinggian 50

meter. Cara penempatan kuadrat plot pada lokasi penelitian berdasarkan ada/tidak

ditemukannya kodok merah. Sket penempatan kuadrat plot dapat dilihat pada

Gambar 2 dan Gambar 3. Sket penempatan lokasi kuadrat plot terbagi atas :

1. Lokasi pengamatan ditemukannya kodok merah (Rawa Denok, Rawa

Gayonggong dan Curug Cibeureum

Gambar 2 Contoh kuadrat plot pengamatan kodok merah di Rawa Denok, Rawa

Gayonggong dan Curug Cibeureum .

Pengamatan dilakukan pada pagi hari sampai siang hari dimulai pada pukul

06.00-12.00 WIB, karena kodok merah dapat ditemukan pada siang hari dan

variabel yang diamati adalah mikrohabitat, sehingga tidak akan mempengaruhi

pengamatan. Setiap lokasi pengamatan dilakukan ulangan pengamatan sebanyak 3

kali ulangan. Jumlah kuadrat plot berbeda-beda setiap kali ulangan, karena

50 m 1 m

1 m

Keterangan:

A = unit contoh

B = kuadrat plot ditemukannya kodok merah

A

B

Page 39: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

20 m

jumlah kuadrat plot tergantung pada jumlah ditemukannya kodok merah. Jumlah

kuadrat plot pada masing-masing lokasi penelitian dapat dilihat pada Tebel 5.

Tabel 5 Jumlah kuadrat plot pada lokasi penelitian Rawa Denok, Rawa

Gayonggong dan Curug Cibeureum

Lokasi Jumlah Kuadrat Plot

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Rawa Denok 19 5 16

Rawa Gayonggong 4 2 4

Curug Cibeureum 13 20 14

2. Lokasi pengamatan tidak dijumpai kodok merah (Lebak Saat dan Bedogol)

Gambar 3 Contoh kuadrat plot pengamatan di Lebak Saat dan Bedogol

Pengamatan di lokasi penelitian Lebak Saat dan Bedogol hanya satu kali

(tidak ada ulangan) karena di lokasi ini tidak terdapat kodok merah. Jarak kuadrat

plot dengan kuadrat plot lainnya adalah 20 meter dan ditempatkan secara ziqzaq.

Jumlah kuadrat plot pada lokasi penelitian Lebak Saat dan Bedogol dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah kuadrat plot pada lokasi penelitian Lebak Saat dan Bedogol

Lokasi Jumlah Kuadrat Plot

Lebak Saat 13

Bedogol 30

50 m 1 m

1 m

Keterangan:

A = unit contoh

B = kuadrat plot tidak ditemukannya kodok merah

A

B

Page 40: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Pengamatan dilakukan dengan mencatat kondisi mikro habitat kodok

merah yang meliputi:

1). Ketinggian tempat,

Ketinggian tempat diperoleh dengan menggunakan alat GPS. Setiap

pertemuan kodok merah dilakukan pencatatan pada ketinggian tempat

tersebut.

2). Substrat,

Pembagian substrat dilakukan berdasarkan definisi Hamer et al. (2002), yakni

substrat tanah/lumpur ukuran < 0,5 mm, pasir ukuran 0,5-5 mm, kerikil

ukuran 5-10 mm, batu ukuran 50-300 mm.,

3). Diameter lubang,

Diameter lubang diukur dengan mengunakan alat ukur mistar. Cara

pengukuran adalah mengukur lebar lubang dari kiri ke kanan, mengukur tinggi

lubang kemudian hasil penambahan lebar dengan tinggi dibagi dua.

4). Kedalaman lubang,

Kedalaman lubang diukur dengan cara memasukan alat ukur mistar ke dalam

lubang yang ditempati oleh kodok merah.

5). Suhu udara,

Pengukuran suhu udara dilakukan dengan menggunakan termometer.

Pengukuran dilakukan pada pukul 06.00-07.00WIB

6). Suhu air,

Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan termometer.

Pengukuran suhu air dilakukan pada setiap kuadrat plot penelitian.

7). Kelembaban udara,

8). Kecepatan arus sungai,

Kecepatan arus sungai diukur dengan mengunakan bola pingpong dan stop

wacth, Pada lokasi yang kurang berbatu, bola pingpong dihanyutkan

sepanjang 10 meter dan waktu yang dibutuhkan untuk menghanyutkan bola

pingpong dicatat.

9) Jarak posisi ditemukannya kodok merah dari permukaan tanah/air,

Pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak kodok merah dari permukaan

tanah atau air dengan menggunakan meteran

Page 41: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

10).Lebar sungai,

Lebar sungai diperoleh dengan cara mengukur jarak dari pinggir-pinggir

sungai pada setiap plot dengan menggunakan meteran.

11).Jarak dari sungai/sumber air,

Jarak dari sungai/sumber air diperoleh dengan mengukur jarak ditemukannya

kodok merah atau kuadrat plot dari sumber air/sungai.

12).Jarak dari jalur manusia/patroli

Jarak dari jalur manusia atau patroli dengan cara mengukur jarak antara

ditemukannya kodok merah atau kuadrat plot dengan jalur manusia/patroli

terdekat dengan menggunakan meteran.

Selain mencatat semua komponen mikrohabitat di atas dilakukan

pengambilan specimen jenis vegetasi yang terdapat di dalam kuadrat plot.

Identifikasi jenis vegetasi dilakukan di Laboratorium Kebun Raya Cibodas.

D. Metoda Pengamatan Habitat Preferensi Kodok Merah

Habitat preferensi kodok merah, dengan cara melakukan pengamatan

perjumpaan kodok merah dengan memperhatikan mikrohabitat kodok merah

tersebut. Metode ini digunakan untuk melihat tingkat kesukaan kodok merah

terhadap habitat yang ditempati. Pengumpulan data spasial meliputi titik-titik

perjumpaan dengan kodok merah dan menghitung luas masing-masing transek

lokasi penelitian. Data kondisi fisik habitat diperoleh dengan cara melakukan

pengamatan terhadap kondisi mikro habitat kodok merah. Kondisi biotik kodok

merah diperoleh dengan cara melakukan identifikasi jenis tumbuhan pada kuadrat

plot pertemuan kodok merah.

E. Metoda Asumsi dalam Membuat Peta Kesesuaian

Untuk membuat peta kesesuaian habitat kodok merah dilakukan dengan

mengevaluasi beberapa variabel penting bagi keberadaan kodok ini. Beberapa

penelitian menyebutkan beberapa aspek yang sangat berpengaruh pada

penyebaran amfibi seperti penutupan lahan, kerapatan tajuk, ketinggian dan

kelerengan, serta sebaran suhu (Duellman dan Trueb 1994; Heyer et al. 1994,

Stebbins dan Cohen 1995). Beberapa variabel diantaranya seperti penutupan tajuk,

keberadaan sungai/air, ketinggian dan kelerengan, serta sebaran suhu. Parameter-

Page 42: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

parameter ini dapat dianalisis dengan menggunakan GIS dan citra satelit sehingga

menghasilkan peta tematik untuk setiap variabel. Setelah itu setiap peta tematik

diberi nilai kesesuaian berdasarkan asumsi yang dipakai.

Penyebaran kodok merah bergantung pada variabel-variabel di atas. Untuk

itu dibutuhkan beberapa asumsi yang tepat untuk mendapatkan model kesesuaian

habitat yang tepat pula. Berikut ini adalah beberapa asumsi yang dipakai untuk

pemodelan spasial habitat kodok merah :

1. Penutupan tajuk

Katak membutuhkan penutupan tajuk yang rapat untuk melindungi

tubuhnya dari kekeringan. Katak bersembunyi di daerah yang gelap seperti di

bawah rimbunan daun, di lubang-lubang pohon dan sebagainya yang tidak

tersentuh sinar matahari. Penutupan tajuk berhubungan langsung dengan suhu

dan kelembaban relatif. Hutan dengan penutupan tajuk yang tinggi dapat

menyediakan iklim mikro yang lebih dingin karena menyediakan naungan dan

mencegah penguapan yang berlebihan (Casey 2001). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa semakin rapat tajuk hutan maka tingkat kesesuaian semakin

tinggi. Kerapatan tajuk dapat diketahui dengan pendekatan LAI (Leaf Area Index).

LAI adalah suatu area penutupan daun tiap unit area permukaan tanah (Watson

1947). Menurut Breda (2003) LAI berhubungan dengan iklim mikro tajuk yang

menderteminasikan dan mengontrol intersepsi air dari tajuk, penutupan radiasi

matahari, pertukaran gas karbon serta merupakan suatu komponen kunci dari

perputaran biogeokimia dalam ekosistem. Semakin besar nilai LAI maka

kerapatan tajuk juga akan semakin besar sehingga radiasi matahari ke bawah tajuk

semakin kecil dan kelembaban di bawah tajuk akan semakin meningkat. Untuk

menganalisis kerapatan tajuk dibutuhkan peta LAI (Leaf Area Index) yang

diperoleh dari hasil olahan peta Citra Landsat TNGGP.

2. Ketinggian dan kemiringan lereng

Ketinggian tempat (elevasi) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Penelitian yang dilakukan pada tahun

1984, kodok merah ditemukan di Sukabumi yaitu pada ketinggian 703-814 m dpl.

Kusrini et al. (2007) menyebutkan bahwa jenis kodok merah ditemukan di Rawa

Page 43: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Denok (1699-1795 m dpl) dan di Curug Cibeureum (1685 mdpl). Menurut

Kusrini et al. (2007). Laporan dari MZB tahun 1964 jenis kodok ini juga

ditemukan di Lebak Saat (2250-2500 m dpl). Ketinggian juga berdampak pada

kemiringan lereng, sehingga semakin besar ketinggian maka kemiringan lereng

juga akan semakin tinggi. Untuk ketinggian pendekatan yang digunakan adalah

berdasarkan temuan-temukan kodok merah pada waktu lampau. Pembagian kelas

ketinggian dibagi sebagai berikut :

Ketinggian 500-1000 m dpl : kesesuaian rendah

Ketinggian 2000-3000 m dpl : kesesuaian sedang

Ketinggian 1000-2000 m dpl : kesesuaian tinggi.

Asumsi yang digunakan dalam pembagian kelas lereng berdasarkan pada

data penyebaran kodok merah di TNGGP. Asumsi yang digunakan dalam

membangun model adalah:

Kemiringan ≥ 32 ° : kesesuaian rendah

Kemiringan 23 ≥ -< 32 ° : kesesuaian sedang

Kemiringan 0 ≥ -< 23 ° : kesesuaian tinggi.

3. Jarak dari sumber air/sungai

Amfibi hidup selalu berasosiasi dengan air. Menurut Iskandar (1998)

kodok merah sering terdapat di sepanjang tepi sungai di pegunungan. Kodok

merah hidup di sepanjang sungai kecil di dalam hutan, umumnya ditemukan pada

batu-batu di tengah ataupun di tepi sungai (Liem 1971). Tahun 2003 Kurniati

menemukan sebanyak dua individu di sekitar aliran sungai kecil dengan arus yang

cukup deras.

Data mengenai habitat kodok merah ini masih sangat sedikit. Lubis (2008)

membangun asumsi untuk katak pohon berdasarkan tiga asumsi yaitu berada >30

m sungai dengan kesesuaian rendah,berada 10-30 m dari sungai dengan

kesesuaian sedang, berada < 10 m dari sungai dengan kesesuaian tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh maka asumsi yang dibangun sebagai berikut :

Berada >30 m sungai : kesesuaian rendah

Berada 10-30 m dari sungai : kesesuaian sedang

Berada < 10 m dari sungai : kesesuian tinggi.

Page 44: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

4. Amfibi sangat bergantung pada suhu sekitarnya

Amfibi adalah mahluk berdarah dingin atau ektoterm yang berarti suhu

tubuhnya sama dengan suhu sekitar atau lingkungannya (Stebbins & Cohen,

1995). Amfibi tidak memiliki mekanisme internal khusus untuk memproduksi

panas dari dalam tubuhnya seperti pada mamalia dan burung (Duellman & Trueb

1994).

Anura umumnya hidup pada suhu mulai dari 30C sampai 35,7

0C dan suhu

paling optimum adalah 21,7 0C. Menurut Kusrini et al. (2007a) suhu udara di

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berkisar 100-23

0C dan kelembaban 43-

100%. Berdasarkan data-data di atas, asumsi yang dibangun untuk kesesuaian

suhu adalah:

Suhu ≥ 180 C : kesesuaian rendah

Suhu ≥ 0 - < 140

C : kesesuian sedang

Suhu ≥ 140- < 18

0 C : kesesuaian tinggi.

F. Metoda Penelitian Spasial

Penyusunan analisis spasial tingkat kesesuaian habitat kodok merah dimulai

dengan pengumpulan data primer dan sekunder, yang meliputi peta digital, data

survey lapang, dan literatur. Komponen lingkungan yang digunakan dalam

analisis kesesuaian ini dititik beratkan pada faktor-faktor penentu kualitas habitat

kodok merah, yaitu penutupan tajuk, topografi (ketinggian dan kemiringan

lereng), jarak dari sungai, dan suhu. Hasil survey lapang mengenai penyebaran

kodok merah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango digunakan sebagai

dasar dalam penentuan nilai bobot setiap variabel melalui Principle component

Analysis (PCA). Berdasarkan hasil analisis PCA dan didukung oleh literatur,

dibangun suatu model kesesuaian habitat bagi kodok merah. Bagan alir prosedur

penelitian seperti yang disajikan pada Gambar 4.

Page 45: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 4 Bagan alir prosedur penelitian

Peta

Suhu

Peta

topografi

Peta

penutupan

lahan

Peta

ketinggian

Peta kemiringan

lereng

Preferensi Habitat

kodok merah

Ya

Tidak

Analisis

Peta

Peta wilayah

Administasi

TNGP

Survey

lapang

Peta Rupa

bumi

Indonesia

Peta kawasan

TNGP

Peta

distribusi

sungai

Citra

landsat

Data perjumpaan

dengan kodok

merah

PCA

Peta kesesuaian habitat

kodok merah

Validasi

Akurasi

Model

* Validasi

Model Diterima

Peta sebaran

kodok merah

Page 46: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

G. Penentuan Nilai Skor Kelas Kesesuaian Setiap Variabel

Memperhatikan asumsi-asumsi yang telah dibuat di atas dapat ditentukan

skor masing-masing kesesuaian setiap variabel seperti tertera pada Tabel 7. Skor

ditentukan dengan asumsi kesesuaian habitat sebagai berikut :

Kesesuaian rendah dengan skor 1,

Kesesuaian sedang dengan skor 2, dan

Kesesuaian tinggi dengan skor 3.

Skor akhir indeks kesesuaian habitat disajikan pada Tabel 8.

Tabel 7 Variabel dan kelas kesesuaian habitat kodok merah

Variabel

1 2 3 4 5

Sk

or

Kelas

Penutupan

Tajuk

Sk

or

Kelas

Ketinggian

(m dpl)

Sk

or

Kelas

Kemiringan

Lereng

Sk

or

Kelas Jarak

dari sungai

(meter)

Sk

or Kelas Suhu

1 ≥0-<2,29 1 500-1000 1 ≥ 32 0 1 >30 1 ≥ 18

0 C

2 ≥2,29 - < 4,58 2 2000-3000 2 ≥ 23- <320 2 10-30 2 ≥ 0 - < 14

0 C

3 ≥4,58 3 1000-2000 3 ≥ 0- <23 0 3 <10 3 ≥ 140- < 180 C

Tabel 8 Penentuan selang skor kodok merah

Selang Skor Kategori

0 - (mean+ 0,5 Std. Deviasi) IKH Rendah Max IKH1- (Max IKH1+0.5 Std Deviasi) IKH Sedang

Max IKH2- Max IKH Tinggi

IKH adalah Indeks Kesesuaian Habitat

H. Pengolahan Peta

Peta tematik diolah dengan menggunakan SIG dan pencitraan satelit.

Berikut ini adalah cara pengolahan setiap peta tematik.

1. Pengolahan Citra

Pengolahan citra meliputi pemulihan citra (image restoration), pemotongan

citra (subset image). Pemulihan citra bertujuan untuk memperbaiki data citra yang

mengalami distorsi, kearah gambaran yang lebih sesuai dengan tampilan aslinya.

Langkahnya meliputi koreksi geometri dan koreksi radiometrik. Koreksi

geometrik bertujuan untuk memperbaiki distorsi geometrik, sedangkan koreksi

Page 47: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Citra Landsat /

ETM +

Koreksi geometrik

Model Maker (Erdas Imagine 9.1)

Potential Evapotranspiration Index

(PETI)

Leaf Area Index

(LAI)

Peta Kerapatan Tajuk

radiometrik bertujuan untuk memperbaiki bias pada nilai digital piksel yang

disebabkan oleh gangguan atmosfer maupun kesalahan sensor. Tahap awal dalam

koreksi geometrik yaitu penentuan tipe proyeksi dan sistem koordinat yang

digunakan. Sistem koordinat yang digunakan yaitu sistem koordinat geografik dan

proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator). Pemotongan citra bertujuan

untuk membatasi wilayah penelitian dengan memotong batas wilayah

menggunakan peta batas TNGP yang ada.

2. Pembuatan Peta Kerapatan Tajuk/LAI

Setelah melalui proses pengolahan citra, peta tematik hasil olahan tersebut

dilakukan analisis kerapatan tajuk dengan pendekatan LAI (Leaf Area Indeks).

LAI adalah rasio luas daun dengan luas area contoh yang dihitung secara tidak

langsung dengan analisis citra landsat ETM+. Gambar 5 berikut adalah kerangka

pikir dari proses pengolahan citra satelit menjadi Peta Kerapatan Tajuk/LAI :

Gambar 5 Proses pembuatan peta kerapatan tajuk

Band 4-Band 5

Band 4+Band 5

12,29 PETI +1,33

Rumus Formulasi

Page 48: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

3. Pembuatan Peta Ketinggian dan Kemiringan Lereng

Peta ketinggian, kemiringan lereng, dan penutupan tajuk dibuat dengan

melakukan pengolahan citra landsat TM. Proses pembuatan peta-peta tersebut

disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Proses pembuatan peta ketinggian & kemiringan lereng

4. Pembuatan Peta Jarak dari Sungai

Peta jarak sungai (buffer) dibuat dari data peta jaringan sungai (vektor)

yang dianalisis dengan menggunakan software Arcview GIS 3.3 dan Erdas

Imagine 9.1. Proses pembuatannya disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Proses pembuatan peta jarak dari sungai

5. Pembuatan Peta Sebaran Suhu

Konversi citra menjadi data temperatur melibatkan dua tahapan konversi

(Panuju 2003) yaitu:

1. Konversi Digital Number (DN) menjadi Spectral Radiance (Lλ)

Model Maker (Erdas Imagine 9.1)

Peta Jarak dari

Sungai

Find Distance (Arc View 3.3)

Peta Sungai Digital

Digital Elevation Model (DEM)

Peta Elevasi/

ketinggian

Peta Kemiringan

Lereng

Surface (Erdas Imagine 9.1)

Data vektor kontur

Page 49: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Konversi ini diperoleh dari metode USGS (2001) yaitu menggunakan rumusan

sebagai berikut :

Lλ = ((Lmax-Lmin)/(QCALMax-QCALMin)*(QCAL-

QCALMin)+LMIN

Dimana: Lλ= Radiance, QCALmin= 1, QCALmax= 255, dan QCAL=

Digital Number, Lmin dan Lmax adalah radian spektral pada

band 6 dengan DN antara 1 sampai 255

2. Citra ETM+ band 6 menurut USGS (2001) dalam Chen et al. (2001), dapat

dikonversi menjadi peubah fisik dengan asumsi bahwa emisinya adalah satu.

Persamaan konversi radian spektral menjadi temperatur adalah sebagai

berikut: T = K2/ln(K’1/ Lλ+1)

Keterangan: T= Temperatur efektif dalam Kelvin, K1= konstanta satu dalam

watts dengan nilai 666,09 untuk ETM+, K2= konstanta 2 dalam

Kelvin dengan nilai 1282071 untuk ETM+, Lλ= Radian

Spektral dalam Watt.

Proses pembuatan peta sebaran suhu disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Proses pembuatan peta sebaran suhu

Citra

Lansat

ETM +

Model Maker (Erdas Imagine 9,1)

Peta Penyebaran

Suhu

Band 6

Page 50: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

I. Analisis Data

1. Principal Component Analysis (PCA)

Berdasarkan pada letak titik perjumpaan dengan kodok merah pada masing-

masing peta tematik, maka dilakukan tabulasi data habitat (ketinggian, kemiringan

lereng, suhu, jarak dari tepi sungai terdekat dan kerapatan tajuk) di setiap

perjumpaan dengan kodok merah. Selanjutnya dari data tersebut dilakukan PCA

untuk mengetahui bobot dari masing-masing variabel habitat sehingga dapat

diketahui variabel habitat mana yang paling berpengaruh pada penyebaran kodok

merah jenis ini. Tahapan pengolahan PCA sebagai berikut :

a. Mengubah data format Excell menjadi format SPSS sehingga diperoleh data

setiap titik dan kelima variabel habitat menjadi format spss.

b. Mentranspose data tersebut dengan Log 10 sehingga data tersebut

proporsional satu sama lain.

c. Menganalisis data hasil Log 10 sehingga menghasilkan nilai PCA yang

diharapkan.

Hasil dari analisis PCA digunakan untuk menentukan bobot masing-masing

variabel habitat yang diteliti untuk analisis spasial, sehingga menghasilkan

persamaan seperti berikut :

Y = (aFK1+bFK2+cFK3+dFK4+eFK5)

Keterangan :

a-e = Nilai bobot setiap variabel,

FK1 = Faktor kerapatan tajuk/LAI,

FK2 = Faktor ketinggian,

FK3 = Faktor kemiringan lereng,

FK4 = Faktor suhu,

FK5 = Faktor jarak dari sungai.

2. Analisis spasial

Analisis spasial menggunakan sistem informasi geografis berdasarkan

metode tumpang tindih (overlay), pengkelasan (class), pembobotan (weighting),

dan pengharkatan (scoring).

Page 51: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Komponen lingkungan yang digunakan dalam analisis kesesuaian ini

difokuskan pada faktor-faktor yang menentukan kualitas habitat kodok merah,

yaitu kerapatan tajuk, ketinggian, kemiringan lereng, suhu dan jarak dari sungai.

Pemberian bobot/peringkat didasarkan atas nilai kepentingan atau nilai

kesesuaian bagi habitat kodok merah. Pemberian nilai bobot terdiri dari 3 nilai

bobot, dimana nilai tertinggi menunjukan faktor yang paling berpengaruh dan

nilai terendah menunjukan faktor yang kurang berpengaruh. Pemberian peringkat

kelas terdiri dari 3 kelas yaitu: 1 (rendah), 2 (sedang) dan 3 (tinggi).

Model matimatika yang digunakan adalah :

a. Nilai skor klasifikasi kesesuaian habitat kodok merah

SKOR = Σ (Wi x Fki)

Wi = Bobot untuk setiap parameter

Fki = Faktor kelas setiap variabel

SKOR = Nilai kesesuaian habitat.

b. Nilai selang skor klasifikasi kesesuaian habitat ditentukan berdasarkan sebaran

nilai pixel dalam peta kesesuaian habitat. Nilai selang tersebut diperoleh dari

informasi piksel (Picture Element) pada peta model kesesuaian habitat yang

telah dibuat. Nilai selang piksel disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Piksel info model kesesuaian kodok merah

Piksel info

Min

Max

Mean

Median

Mode Std.deviasi

3. Validasi Data

Validasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap model

yang dibangun. Validasi model dapat dilakukan dengan mudah jika kita memiliki

dua gugus data yang sama, yaitu dengan melakukan penyusunan dan pendugaan

model pada gugus pertama kemudian memeriksa ketepatannya pada gugus data

yang lainnya (Aunuddin 1988).

Pemilihan lokasi untuk validasi model dipilih sesuai dengan klasifikasi

model kesesuaian habitat yang telah dibuat. Tiap kelas kesesuaian habitat diambil

Page 52: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

satu lokasi sampel untuk validasi. Lokasi atau titik untuk validasi adalah beberapa

lokasi penyebaran kodok merah dan beberapa lokasi yang bukan lokasi

penyebarannya.

Berikut adalah cara perhitungan validasi klasifikasi habitat kodok merah :

Validasi = n/N x 100%

n = Jumlah titik pertemuan kodok merah pada satu kelas kesesuaian

N = Jumlah total pertemuan kodok merah hasil survey

Validasi = Persentase kepercayaan terhadap model yang dibangun.

Titik yang digunakan untuk membangun model adalah sebanyak 97 titik

pertemuan kodok merah. Titik yang digunakan untuk validasi sebanyak 20 titik

yang terdiri dari titik pertemuan kodok merah dan titik tidak ditemukannya kodok

merah.

4. Preferensi Habitat

Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi kehadiran kodok merah

dengan tipe habitat digunakan pendekatan uji Chi-square dengan persamaan

(Johnson & Bhattacharyya 1992) sebagai berikut ;

E

EOhitX

22 )(

Keterangan:

O = frekuensi pengamatan

E = frekuensi harapan

Hipotesis yang dibangun adalah:

Ho = semua habitat digunakan dalam proporsi ketersediaannya (tidak ada seleksi)

H1 = tidak semua habitat digunakan dalam proporsi ketersediaannya (ada seleksi).

Keputusan yang diambil sebagai berikut :

1 Jika X2hit > X

2(0.05,k-1), maka tolak Ho artinya terdapat pemilihan/seleksi habitat

2. Jika X2hit ≤ X

2(0.05,k-1), maka terima Ho artinya tidak terdapat pemilihan/seleksi

habitat.

5. Faktor Dominan Komponen Habitat

Penentuan faktor dominan penggunaan habitat terpilih oleh kodok merah

akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis faktor yang diolah

Page 53: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

dengan bantuan software SPSS 16. Berdasarkan pada letak titik perjumpaan

dengan kodok merah, maka dilakukan tabulasi data habitat (ketinggian tempat,

subsrat, suhu air, suhu udara, kelembaban, kecepatan arus sungai, lebar sungai,

jarak dari permukaan tanah/air, jarak dari jalur manusia, keberadaan lubang dan

jarak dari sumber air/sungai) di setiap perjumpaan dengan kodok merah. Untuk

memperjelas perbedaan antara variabel jarak dari sumber air dan jarak dari jalur

manusia/patroli dilakukan uji beda dengan analisis Kruskal Wallis untuk

mengetahui variabel habitat mana yang paling berpengaruh pada penyebaran

kodok merah jenis ini.

5. Logistic Regression

Analisis Logistic Regression dilakukan berdasarkan pada perbandingan

jenis-jenis vegetasi yang terdapat pada lokasi ditemukannya kodok merah dan

lokasi yang diduga tidak ada ditemukannya kodok merah. Rumus yang digunakan

untuk menggambarkan fungsi regresi logistik (LR = Logistic Regression) sebagai

berikut :

P adalah peluang, Xji adalah variabel/peubah bebas (covariate), i adalah pixel,

adalah konstanta dan adalah koefisien hasil pengukuran dan k adalah jumlah

variabel.

Page 54: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tingkat Kesesuaian Habitat

Kesesuaian habitat satwaliar adalah kemampuan habitat untuk menyediakan

kebutuhan hidup satwaliar. Proses identifikasi atau menentukan kesesuaian

habitat satwaliar adalah berdasarkan kajian dan penilaian (review and evaluate)

dari kebutuhan hidup (life requisites) satwaliar tersebut (Lekagul & McNeely,

1977). Penghitungan atau penentuan indeks kesesuaian habitat didasarkan pada

asumsi bahwa individu atau kelompok suatu suatu spesies akan memilih

kebutuhan hidupnya (Schamberger & O’Neill, 1986 dalam Coops & Catling,

2002). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemodelan kesesuaian habitat satwa

liar (wildlife habitat suitability mapping) merupakan suatu analisis hubungan

komplek antara beberapa variasi faktor lingkunganyang tersedia yang merupakan

kebutuhan hidup dari satwaliar dalam bentuk geografis. Kesesuaian habitat dapat

dianalisis dengan komponen-komponen seperti ketinggian tempat, kemiringan

lereng,jarak dari jalan, suhu dan kerapatan tajuk.. Hari hasil analisis masing-

masing peta tematik diperoleh data peta setiap variabel seperti berikut :

a. Peta Kerapatan Tajuk

Hasil analisis citra landsat menjadi peta kerapatan tajuk, daerah yang

paling luas adalah daerah dengan kerapatan tajuk sedang dengan nilai 2,29 ≤ LAI

<4,58 yakni seluas 18.688,28 ha. Daerah ini kebanyakan berada memusat di

sekitar Gunung Gede. Selain itu, daerah dengan kerapatan tajuk rendah dengan

nilai 0 ≤ LAI < 2,29 seluas 3.611,79 ha sedangkan daerah yang paling kecil

luasannya adalah daerah dengan nilai LAI ≥4,58 yakni sebesar 2.289,76 ha yang

berada pada daerah puncak gunung. Daerah ini merupakan daerah dengan

kerapatan tajuk tinggi. Peta hasil dari analisis citra landsat menjadi peta kerapatan

tajuk/LAI (Leaf Area Index) pada Gambar 9.

Page 55: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 9 Peta kerapatan tajuk di TNGGP

b. Peta Sebaran Suhu

Hasil analisis citra landsat menjadi peta suhu diperoleh hasil, kawasan di

TNGGP yang paling luas adalah daerah dengan sebaran suhu berkisar ≥ 0 < 140C

yakni seluas 12.315,6 ha. Daerah ini terletak pada daerah kaki Gunung Gede dan

Pangrango. Kemudian daerah dengan suhu berkisar ≥ 180C adalah daerah dengan

luasan terbesar kedua yakni seluas 7.612,56 ha. Daerah yang paling kecil

luasannya adalah daerah yang bersuhu sekitar ≥ 14 kurang dari 180C dengan luas

4.937,76 ha. Peta hasil analisis citra landsat menjadi peta sebaran suhu dihasilkan

peta tematik yang disajikan pada Gambar 10.

Page 56: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 10 Peta sebaran suhu di TNGGP

c. Peta Ketinggian Tempat

Hasil analisis peta kontur menjadi peta ketinggian dihasilkan peta tematik

seperti Gambar 11. Hasil analisis ketinggian tempat di TNGGP diperoleh hasil

daerah yang paling luas adalah daerah dengan ketinggian 1000- 2000 m dpl

sebesar 8.128 ha. Daerah dengan ketinggian 500-1000 m dpl adalah daerah

dengan luasan terbesar kedua yakni sebesar 6.718 ha. Untuk daerah yang paling

kecil luasannya adalah daerah dengan ketinggian 2000-3000 m dpl dengan luas

sebesar 9.424 ha.

Page 57: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 11 Peta ketinggian tempat di TNGGP

d. Peta Kemiringan Lereng

Hasil analisis peta kontur menjadi peta kemiringan lereng diperoleh peta

tematik seperti pada Gambar 12. Kemiringan lereng di kawasan TNGGP

diperoleh hasil bahwa daerah yang paling kecil luasannya adalah daerah dengan

kemiringan lereng 23-32° dengan luas sebesar 2.184,818 ha. Daerah dengan

kemiringan lereng 0-23° adalah daerah dengan luasan terbesar kedua dengan luas

8.642,723 ha. Daerah yang paling besar luasannya adalah daerah dengan

kemiringan lereng besar dari 32 °dengan luas 13.589,955 ha.

Page 58: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 12 Peta kemiringan lereng di TNGGP

e. Peta Jarak dari sungai

Hasil analisis peta jaringan sungai menjadi peta jarak dari sungai

diperoleh peta tematik pada Gambar 13. Peta jarak dari sungai di kawasan

TNGGP diperoleh hasil bahwa daerah yang paling kecil luasannya adalah daerah

dengan jarak dari sungai 0-10 m dengan luas sebesar 1.907 ha. Kemudian daerah

dengan jarak dari sungai 10-30 m adalah daerah dengan luasan terbesar kedua

dengan luas 5.256 ha. Daerah yang paling besar luasannya adalah daerah dengan

jarak lebih dari 30 m dengan luas 17.107 ha.

Page 59: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 13 Peta jarak dari sungai di TNGGP

f. Analisis Komponen Utama

Hasil analisis spasial tiap titik individu kodok merah pada kelima variabel

tersebut (ketinggian tempat, kemiringan lereng, kerapatan tajuk, suhu dan jarak

dari jalur manusia/patroli) dianalisis dengan metode PCA, sehingga menghasilkan

data komponen utama. Data hasil analisis PCA disajikan pada Tabel 10 dan vekor

ciri pada Tabel 11.

Tabel 10 Hasil analisis PCA titik perjumpaan kodok merah di TNGGP

Komponen

Utama

Akar Ciri

Total % Keragaman % Kumulatif

1 2,222 44,40 44,40

2 1,413 28,30 72,70

3 1,060 21,20 93,90

4 0,216 04,30 98,20

5 0,088 01,80 100,00

Page 60: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Tabel 11 Vektor ciri titik perjumpaan kodok merah di TNGGP

Variabel Komponen Utama

1 2 3

Jarak dari sungai 0,075 -0,273 0,900

Kelerengan -0,523 0,440 -0,083

Ketinggian 0,592 0,147 0,315

LAI -0,587 -,0,362 -0,050

Suhu 0,164 0,761 0,283

Tabel 10 menunjukkan bahwa dari lima variabel yang ditelaah, dapat

disederhanakan oleh tiga komponen. Dimana tiga komponen tersebut sudah

menyerap sebagian besar varian yang terkandung dalam matriks data awal.

Sebanyak 93,90 % dari kelima variabel di atas telah dapat dijelaskan oleh

komponen 1, 2 dan 3, 16,10% dipengaruhi oleh faktor lain. Variabel yang masuk

dalam komponen 1 adalah ketinggian, kerapatan tajuk (LAI) dan kemiringan

lereng, sedangkan variabel yang masuk dalam komponen 2 adalah suhu, serta

variabel yang masuk pada komponen 3 adalah jarak dari sungai.

Faktor bobot menunjukkan tingkat kepentingan dari masing-masing

variabel habitat. Nilai bobot ditentukan dengan mempertimbangkan skor PCA

masing-masing komponen utama dan vektor ciri terbesar dari masing-masing

komponen. Tabel bobot tiap variabel dapat dilihat padaTabel 12.

Tabel 12 Nilai bobot setiap variabel lingkungan hidup kodok merah berdasarkan

PCA

Variabel Skor Keragaman PCA Nilai Bobot

Jarak dari sungai 1,060 1,060

Kelerengan 2,222 2,222

Ketinggian 2,222 2,222

Kerapatan Tajuk 2,222 2,222

Suhu 1,413 1,413

Berdasarkan data pada Tabel 12 maka indeks kesesuaian habitat bagi kodok

merah di TNGGP memiliki model sebagai berikut :

Y = {(2,222,x FK1) + (2,222x FK2) + (2,222x FK3) + (1,413x FK4) +

(1,060x FK5)}.

Page 61: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Keterangan :

Y= Model Frekuensi pertemuan kodok merah di TNGGP, FK1= Faktor

ketinggian, FK2= Faktor kerapatan tajuk, FK3= Faktor kemiringan lereng, FK4=

Faktor suhu, FK5= Faktor jarak dari sungai.

g. Model Kesesuaian Habitat

Hasil peta tematik tiap-tiap kesesuaian habitat kodok merah dianalisis

secara spasial dengan menggunakan beberapa metode dimulai dari metode

scoring, pembobotan, dan metode overlay sehingga menghasilkan peta kesesuaian

habitat. Dari peta model tersebut diperoleh nilai piksel terendah 0 dan tertinggi

27,417 dengan standar deviasi data yang dihasilkan sebesar 8,988 dan rerata

(mean) sebesar 9,795. Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan selang

indeks kesesuaian habitat kodok merah seperti pada Tabel 13.

Tabel 13 Nilai skor tiap kelas kesesuaian kodok merah di TNGGP

Selang Skor Kategori Klasifikasi

Kesesuaian

Min - (mean+0,5 Std. Dev) 0,00 – 14,289 IKH1 Rendah (Max KKHI) - (Max KKHI+ 0,5 Std) 14,289 – 18,783 IKH2 Sedang

(Max KKH2) – Max 18,783 – 27,417 IKH3 Tinggi IKH : Indeks Kesesuaian Habitat

Hasil analisis model spasial kodok merah di kawasan TNGGP di peroleh

hasil bahwa habitat dengan tingkat kesesuaian tinggi mempunyai luas sebesar

653,625 ha, tingkat kesesuaian habitat rendah memiliki luas tertinggi yakni

16.077,847 ha dan tingkat kesesuaian sedang mempunyai luas 7.686,023 ha.

Peta hasil analisis kesesuaian habitat dengan klasifikasi indeks kesesuaian habitat

rendah, sedang dan tinggi disajikan pada Gambar 14.

Page 62: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 14 Peta kesesuaian habitat kodok merah di TNGGP

Peta kesesuaian habitat kodok merah di lokasi Rawa Denok, Rawa

Gayonggong, Curug Cibeureum dan Lebak Saat dapat dilihat pada Gambar 15.

Peta kesesuaian habitat kodok merah di lokasi Bedogol dapat dilihat pada Gambar

16.

Gambar 15 Peta Kesesuaian habitat kodok merah di Rawa Denok, Rawa

Gayonggong, Curug Cibeureum dan Lebak Saat

Page 63: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 16 Peta Kesesuaian habitat kodok merah di Bedogol

Uji validasi dilakukan terhadap model peta kelas kesesuaian dan koordinat

ada/tidaknya ditemukannya kodok merah. Hasil validasi diperoleh nilai persentasi

kelas kesesuaian. Kelas kesesuaian rendah sebesar 0%, kelas kesesuaian sedang

sebesar 38 % dan kelas kesesuaian tinggi sebesar 62% . Titik-titik yang

digunakan dalam validasi model dapat dilihat pada Gambar 17. Jumlah titik yang

digunakan dalam validasi adalah sebanyak 20 titik lokasi. Titik yang digunakan

dalam pembuatan model dapat dilihat pada Gambar 18.

Page 64: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 17 Titik validasi kodok merah di TNGGP

Gambar 18 Titik yang digunakan dalam membuat model kesesuaian habitat

kodok merah

Page 65: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

2. Preferensi Habitat

a. Komponen Fisik

Berdasarkan pengamatan, jumlah kodok merah terbanyak ditemukan di

Curug Cibeureum dan Rawa Denok, sedangkan jumlah paling sedikit dijumpai di

Rawa Gayonggong. Di lokasi Lebak Saat dan Bedogol tidak ditemukan kodok

merah.. Jumlah kodok merah yang ditemukan selama penelitian dapat dilihat

pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah kodok merah pada setiap lokasi berdasarkan ketinggian tempat

dan frekuensi kehadiran

Lokasi Ketinggian (m dpl) N1 N2 N3

Rawa Denok 1819 19 5 16

Rawa Gayonggong 1599 4 2 4

Curug Cibeureum 1650 13 20 14

Lebak Saat 2323 0 - -

Bedogol 691 0 - -

Keterangan : N= Jumlah pada pengamatan ke-

Di lokasi penelitian Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum

dilakukan ulangan sebanyak tiga kali ulangan. Rerata kodok merah yang dijumpai

pada lokasi penelitian Rawa Dedok adalah 14 ekor, Rawa Gayonggong sebanyak

tiga ekor dan Curug Cibeureum sebanyak 16 ekor. Di lokasi Lebak Saat dan

Bedogol hanya dilakukan ulangan sebanyak satu kali untuk pengamatan

miktohabitat, pada lokasi ini tidak ditemukan kodok merah sama sekali.

Hasil pengamatan dan penelitian di lima lokasi penelitian diduga terdapat

beberapa faktor fisik yang mempengaruhi sebaran populasi kodok merah di

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kisaran hasil pengamatan di lokasi

Rawa Denok, Rawa Gayonggong, Curug Cibeureum, Lebak Saat dan Bedogol

dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 66: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Tabel 15 Kisaran beberapa faktor fisik yang mempengaruhi penyebaran kodok

merah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Variabel

Lokasi Penelitian

Rawa Denok Rawa

Gayonggong

Curug

Cibeureum Lebak Saat

Bedogol

Ketinggian (m dpl) 1.807-1885 1.624 1650 2.302-2.371 682-732

Subsrat

Tanah (%)

Pasir (%)

Kerikil (%)

Batu (%)

35

0

0

65

50

0

0

50

0

0

0

100

62

0

0

8

97

0

0

3

Suhu udara (°C) 15,0-16,1 16-16,5 16,0 14,0 22,8

Suhu air (°C), 20,0-21,0 15,0-16,0 15,0-15,5 11,0 22,0

Kelembaban udara (%) 89 79-89 80-89 89 91

Diameter Lubang (mm) 135-270 - 275 - -

Kedalaman lubang

(mm)

50-360 - 900 - -

Kecepatan arus (m/dtk) 0,63-0,83 0,17-0,2 0,50-0,56 0,30 0,33

Lebar sungai (m) 4,8-8,7 1,0-1,5 3,0-4,3 2,1-5,3 2,5-6,0

Jarak ditemukannya

kodok dari permukaan

tanah (m)

0,04-1,0 0,05-0,80 0,1-2,9 - -

Jarak ditemukannya

kodok dari sumber air

(m)

0-8,4 0-3,4 0-4,6 - -

Jarak dari jalan

manusia/jalan patroli

(m)

117,0-303,8 1,5-3,5 22,7-40,0 4,5-160,4 240-820

Rata-rata ditemukannya

kodok merah (ekor/hr)

14 4 15 0 0

Dari Tabel 11 dapat dicermati bahwa kodok merah berada di daerah

ketinggian dengan kisaran 1.624 m dpl (di Rawa Gayonggong) sampai 1885 m

dpl (di Rawa Denok). Secara umum kodok dijumpai di substrat berbatu dan juga

bertanah dengan kisaran suhu 15 - 16,5 °C. Suhu air pada habitat kodok merah

berkisar 15-21 °C dengan kelembaban udara 79-89 %. Pada saat penelitian

dilakukan beberapa kodok merah di Rawa Denok dan Curug Cibereum berada di

lubang dengan diameter lubang berkisar 135-270 mm, dan kedalaman lubang 50-

900 mm. Kecepatan arus sungai tercepat pada lokasi penelitian adalah di Rawa

Denok yaitu berkisar 0,63-0,83 m/dtk. Kecepatan arus sungai terkecil adalah di

Page 67: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Rawa Gayonggong berkisar 0,17-0,20 m/dt, sungai ini termasuk berarus lambat.

Lebar sungai pada lokasi penelitian berkisar 1,0-8,7 m. Rawa Gayonggong

memiliki sungai tersempit dengan kisaran 1-1,5 m yang berada di bawah

jembatan menuju Curug Cibeureum. Kodok merah hampir selalu dijumpai di

permukaan tanah, walaupun pernah ditemukan di atas permukaan batu dengan

ketinggian dari permukaan dasar sungai mencapai 2,9 meter. Dua lokasi tempat

ditemukannya kodok merah (Rawa Gayonggong dan Curug Cibereum) sangat

dekat dengan aktifitas manusia, sementara di Rawa Denok jarak lokasi sangat jauh

dari aktivitas manusia (mencapai 300 m dari jalan patroli/jalur manusia).

Jenis subsrat dianalisis dengan menggunakan uji beda chi-square untuk

melihat seberapa besar perbedaan subsrat antara lokasi ditemukannya kodok

merah dengan lokasi tidak ditemukannya kodok merah (Tabel 16 ). Hasil uji beda

chi-square pada tabel di atas menunjukan adanya perbedaan nyata subsrat antara

lokasi ada/tidak dijumpai kodok merah (p < 0,05).

Tabel 16 Uji beda chi-square antara substrat dengan ada/tidak ditemukannya

kodok merah

Ada/tidak ada kodok

merah

Subsrat

Chi-Square 12,600 64,686

Df 1 2

Asymp sig 000 000

b. Komponen Biotik

Hasil pengamatan dan identifikasi jenis vegetasi pada masing-masing

lokasi penelitian sebagai berikut :

1. Rawa Denok

Dari 40 kuadrat plot di lokasi penelitian ini ternyata jenis Famili

Hepaticopsida (lumut) menempati 28 lokasi kuadrat plot, diikuti oleh jenis

Bryopsida (lumut) yaitu 23 lokasi kuadrat plot. Jenis yang paling sedikit

menempati kuadrat plot tersebut adalah Ficus recurva, Acer laurinum, dan

Coniogrammae sp, masing-masing hanya menempati satu kuadrat plot saja. Jenis

Page 68: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

dan frekuensi vegetasi yang terdapat pada lokasi Rawa Denok dapat dilihat pada

Gambar 19.

Gambar 19 Jenis dan frekuensi vegetasi di Rawa Denok

2. Rawa Gayonggong

Jumlah kuadrat plot di Rawa Gayonggong adalah paling sedikit yaitu

hanya 10 kuadrat plot. Jenis vegetasi yang frekuensi terbanyak di Rawa

Gayonggong adalah jenis Bryopsida (lumut), Hepaticopsida (lumut) dan Marumia

muscosa masing-masing menempati keseluruhan kuadrat plot. Jenis vegetasi yang

frekuensinya paling sedikit adalah jenis pisang-pisangan (Musa sp). Jenis dan

frekuensi vegetasi yang terdapat pada lokasi Rawa Gayonggong dapat dilihat pada

Gambar 20.

0 5 10 15 20 25 30

Hepaticopsida

Bryopsida

Elatostemma sp

Strobilanthus sp

Begonia sp

Impatiens platypetala

Cyrtandra picta

Selaginella sp

Cyathea sp

Diplazium sp

Eupatorium pallescens

Asplenium sp

Medinilla hasseltii

Prochris laevigata

Argostemma montanum

Bryonopsis laciniosa

Ficus sp

Frecynetia sp

Pilea trinervia

Eupatorium riparium

Pandanus sp

Pilea sp

Cyperus sp

Diplazium repandum

Peperomia pellucida

Schefflera aromatica

Curculigo recurvata

Piper aduncum

Ficus recurva

Acer laurinum

Coniogrammae sp

Jeni

s

Frekuensi

Page 69: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

0 2 4 6 8 10 12

Bryopsida

Hepaticopsida

Marumia muscosa

Diplazium sp

Prochris laevigata

Eupatorium riparium

Peperomia pellucida

Musa sp

Jeni

s

Frekuensi

Gambar 20 Jenis dan frekuensi vegetasi di Rawa Gayonggong

3. Curug Cibeureum

Jenis vegetasi yang menempati kuadrat plot terbanyak di Curug

Cibeureum adalah jenis Selaginella sp, sedangkan jenis yang paling sedikit

menempati kuadrat plot dilokasi penelitian ini adalah jenis Pilea trinervia, Pilea

sp dan jenis Marumia muscosa. Jenis dan frekuensi vegetasi yang terdapat pada

lokasi penelitian Curug Cibeureum dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Jenis dan frekuensi vegetasi di Curug Cibeureum

4. Lebak Saat

Jumlah kuadrat plot di Lebak Saat adalah 14 kuadrat plot. Pada lokasi ini

tidak ditemukan kodok merah, jenis vegetasi terbanyak di lokasi ini adalah

Impatiens platipetala. Jenis dan frekuensi vegetasi pada lokasi ini dapat dilihat

pada Gambar 22.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Selaginella sp

Hepaticopsida

Bryopsida

Cyathea sp

Elatostemma sp

Prochris laevigata

Impatiens platypetala

Eupatorium riparium

Peperomia pellucida

Diplazium sp

Eupatorium pallescens

Marumia muscosa

Pilea sp

Pilea trinervia

Jenis

Frekuensi

Page 70: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 22 Jenis dan frekuensi vegetasi di Lebak Saat

5. Bedogol

Jumlah kuadrat plot di Bedogol adalah 30 kuadrat plot. Di lokasi ini tidak

ditemukan kodok merah. Jenis vegetasi terbanyak di lokasi ini adalah Selaginella

sp. Jenis vegetasi yang hanya menempati satu kuadrat plot adalah Begonia sp,

calocasia esculenta, Cyrtandra picta, Drynarian sp, Ficus sp, Laportea stimulans,

Perstrophe hysopyfolia. Jenis dan frekuensi vegetasi di lokasi ini dapat dilihat

pada Gambar 23.

0 5 10 15 20

Selaginella sp

Diplazium sp

Elatostemma sp

Impatiens platypetala

Piper aduncum

Schismatoglotis sp

Marumia muscosa

Pilea trinervia

Eupatorium pallescens

Hepaticopsida

Bambusa sp

Cyathea sp

Prochris laevigata

Begonia sp

Coffea sp

Diplazium esculentum

Medinilla hasseltii

Amomum coccineum

Asplenium sp

Bryopsida

Caliiandra sp

Crocus sp

Cyrtandra picta

Cyrtandra reticosa

Dicksonia blumei

Ficus recurva

Acer laurinum

Colocasia esculenta

Curculigo recurvata

Drynariansp

Ficus sp

Laportea stimulans

Peristrophe hysopyfolia

Pilea sp

Strobilanthus sp

Jeni

s

Jumlah (ind)

Page 71: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 23 Jenis dan frekuensi vegetasi di Bedogol

Secara keseluruhan jenis vegetasi yang terdapat pada lokasi ditemukannya

kodok merah (Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum) dapat

dilihat dapat Gambar 24. Gambar 25 menerangkan jenis dan frekuensi vegetasi

tidak ditemukannya kodok merah (Lebak Saat dan Bedogol).

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Selaginella sp

Elatostemma sp

Diplazium sp

Schismatoglotis sp

Marumia muscosa

Bambusa sp

Eupatorium pallescens

Piper aduncum

Coffea sp

Diplazium esculentum

Prochris laevigata

Amomum coccineum

Caliiandra sp

Crocus sp

Cyathea sp

Cyrtandra reticosa

Dicksonia blumei

Begonia sp

Colocasia esculenta

Cyrtandra picta

Drynariansp

Ficus sp

Laportea stimulans

Peristrophe hysopyfolia

Jen

is

Frekuensi

Page 72: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 24 Jenis vegetasi dan frekuensi pada pada habitat ditemukannya kodok

merah (Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Hepaticopsida

Bryopsida

Selaginella sp

Elatostemma sp

Cyathea sp

Prochris laevigata

Impatiens platypetala

Diplazium sp

Eupatorium riparium

Peperomia pellucida

Eupatorium pallescens

Begonia sp

Marumia muscosa

Strobilanthus sp

Cyrtandra picta

Medinilla hasseltii

Pilea trinervia

Asplenium sp

Bryonopsis laciniosa

Ficus sp

Pilea sp

Frecynetia sp

Pandanus sp

Argostemma montanum

Curculigo recurvata

Cyperus sp

Diplazium repandum

Musa sp

Schefflera aromatica

Piper aduncum

Acer laurinum

Coniogrammae sp

Ficus recurva

Jen

is

Jumlah (ind)

Page 73: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Gambar 25 Jenis vegetasi dan frekuensi pada pada habitat tidak ditemukannya

kodok merah (Lebak Saat dan Bedogol)

Analisis data untuk mengetahui jenis yang paling membedakan antara lokasi

ditemukannya kodok merah dengan lokasi tidak ditemukannya kodok merah,

berdasarkan persamaan regresi logistik dilakukan dengan perangkat lunak SPSS

16. Hasil analisis regresi logistik metode forward stepwise terhadap keseluruhan

variabel didapatkan bahwa jenis yang sangat berpengaruh terhadap kehadiran

kodok merah dengan variabel yang memiliki taraf nyata secara statistika (p< 0,05)

adalah Bryopsida, Marumia mucosa, Pilea trinervia dan Piper aduncum.

0 5 10 15 20

Selaginella sp

Diplazium sp

Elatostemma sp

Impatiens platypetala

Piper aduncum

Schismatoglotis sp

Marumia muscosa

Pilea trinervia

Eupatorium pallescens

Hepaticopsida

Bambusa sp

Cyathea sp

Prochris laevigata

Begonia sp

Coffea sp

Diplazium esculentum

Medinilla hasseltii

Amomum coccineum

Asplenium sp

Bryopsida

Caliiandra sp

Crocus sp

Cyrtandra picta

Cyrtandra reticosa

Dicksonia blumei

Ficus recurva

Acer laurinum

Colocasia esculenta

Curculigo recurvata

Drynariansp

Ficus sp

Laportea stimulans

Peristrophe hysopyfolia

Pilea sp

Strobilanthus sp

Jeni

s

Jumlah (ind)

Page 74: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Dengan menggunakan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan signifikansi

sebesar 0,987 (p > 0,05). Dinyatakan layak dengan uji Hosmer-Lemeshow jika

signifikansi model (p> 0,05). Nilai Nagelkerke R2 sebesar 76% merupakan

gambaran sejauh mana variabel-variabel vegetasi menjelaskan hubungan varian

vegetasi dan kehadiran kodok merah. Sisanya yaitu sebesar 24 % dijelaskan oleh

vegetasi lain yang tidak masuk di dalam jenis yang terbentuk.

Dari lima lokasi penelitian ternyata ada pemilihan habitat oleh kodok

merah. Pengujian terhadap indeks pemilihan habitat dilakukan menggunakan uji

Chi-square (λ2

hit) dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran akan ada tidaknya

pemilihan (seleksi) atas habitat tertentu. Kriteria uji yang digunakan adalah jika

λ2

hit > λ2

(0.05,k-1) maka terdapat pemilihan habitat/seleksi dan jika λ2

hit ≤ λ2

(0.05,k-1)

maka tidak terdapat pemilihan habitat (Tabel 17).

Tabel 17 Nilai Chi-square pemilihan habitat tertentu oleh kodok merah

Lokasi a

(m2)

p ni=Oi Ei=∑ni.pi Oi - Ei (Oi-Ei)2/Ei λ

2(0.05,4)

Rawa Denok 14400 0,16 14 5,28 0,72 14,40

Rawa Gayonggong 12000 0,13 4 4,40 -0,40 0,04

Curug Cibeureum 12000 0,13 15 4,40 10,60 25,54

Lebak Saat 15600 0,17 0 5,72 -5,72 5,72

Bedogol 36000 0,40 0 13,2 -13,2 13,2

Jumlah 90000 1.00 33 33 58,89 9,49

Keterangan: a=luas areal pengamatan, p=proporsi luas areal pengamatan, Oi=jumlah kodok

yang ditemukan, Ei=harapan jumlah kodok merah

Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa nilai λ2

hit > λ2

(0.05,k-1), yaitu >

9,49 sehingga terdapat pemilihan habitat tertentu oleh kodok merah. Kodok

merah dapat ditemukan di lokasi Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan Curug

Cibeureum, sedangkan pada lokasi Lebak Saat dan Bedogol pada saat penelitian

tidak ditemukan sama sekali.

Analisis faktor digunakan untuk menentukan faktor mikrohabitat yang

paling dominan. Hasil analisis diperoleh variabel mikro habitat yang paling

berpengaruh dalam menentukan frekuensi perjumpaan kodok merah adalah jarak

dari air, jarak dari jalur dan variabel ketinggian tempat. Vektor ciri yang

mempengaruhi perjumpaan kodok merah dapat dilihat pada Tabel 18.

Page 75: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Tabel 18 Vektor ciri PCA mikrohabitat kodok merah

Komponen

Utama

Akar Ciri

Total % Keragaman % Kumulatif

1 2,001 66,687 66,687

2 0,973 31,421 99,108

3 0,027 0,892 100,00

Hasil analisis PCA Tabel 18 menjelaskan bahwa dengan menggunakan satu

komponen utama sudah dapat menjelaskan varian sebanyak 66,68% sedangkan

33,32 % lainnya dijelaskan oleh faktor lain. Berdasarkan analisis faktor dapat

dijelaskan bahwa dengan satu komponen cukup untuk mereduksi variabel bebas

yang ada sehingga hanya satu faktor yang terbentuk dengan komponen matrik

seperti pada Tabel 19. Sebelum uji beda nyata dilakukan uji homogenitas data

seperti yang terlihat pada Tabel 20.

Tabel 19 Komponen matrik faktor yang mempengaruhi perjumpaan kodok merah

Variabel Komponen

Jarak dari sumber air (m) 0,232

Jarak dari jalur (m) 0,988

Ketinggian tempat (m) 0,985

Tabel 20 Uji homogenitas variabel jarak dari air dan jarak dari jalur kodok merah

Variabel Levene Statistic df1 df2 df3

Jarak dari air (m) 8,528 2 94 000

Jarak dari jalur manusia (m) 51,208 4 135 000

Hasil Tabel 20 menunjukan bahwa data kedua variabel menunjukan syarat

kemohogenan data (p < 0,05). Kemudian perlu dilakukan uji beda nyata (analisis

Kruskal Wallis) untuk menentukan variabel yang paling dominan (Tabel 21).

Berdasarkan pada Tabel 21, diperoleh faktor yang paling dominan menentukan

ditemukannya kodok merah adalah jarak dari jalur manusia (p < 0,05).

Page 76: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Tabel 21 Uji Kruskal Wallis antara jarak dari sumber air dan jarak dari jalur

manusia terhadap ada/ tidaknya ditemukan kodok merah

Jarak dari sumber air (m) Jarak dari jalur manusia (m)

Chi-Square 0,841 78,327

df 2 2

Asymp sig 0,657 000

B. Pembahasan

1. Tingkat Kesesuaian Habitat

a. Kerapatan Tajuk

Struktur vegetasi hutan merupakan salah satu bentuk pelindung, yang

menurut peranannya bagi kehidupan satwa liar dapat dibedakan atas tempat

persembunyian (hiding cover), dan tempat penyesuaian terhadap perubahan

temperatur (thermal cover) (Alikodra 2002). Kondisi kerapatan vegetasi akan

berpengaruh terhadap intensitas sinar surya yang sampai di lantai hutan. Keadaan

ini berkaitan erat dengan kemudahan penglihatan pemangsa dan yang dimangsa.

Untuk menjamin berlangsungnya hubungan pemangsaan, diperlukan keadaan

kerapatan vegetasi yang optimal pada tingkat yang menguntungkan bagi

keduanya (Alikodra 2002). Menurut Ewusie (1990), adanya keberagaman vegetasi

dapat menekan laju perubahan suhu dan kelembaban udara pada hutan tropika.

Hasil Analisis PCA menunjukkan bahwa kerapatan tajuk adalah variabel

pertama yang mempengaruhi sebaran kodok merah. Hal ini sesuai dengan

karakteristik katak yang sangat membutuhkan tutupan tajuk untuk melindungi

tubuhnya dari kekeringan di siang hari. Selain itu tutupan tajuk juga akan

menyediakan mikro iklim yang lembab dan menyediakan tempat untuk

beristirahat. Semakin besar tutupan tajuk maka semakin luas mikro habitat yang

tersedia bagi katak ini. van steenis (2006) menyebutkan bahwa vegetasi terutama

hutan, sangat penting peranannya bagi perbaikan iklim yang menguntungkan

lahan, bagi pembentukan tanah, pencegahan erosi angin, dan pembentukan relung

ekologi tertentu bagi tanaman.

Page 77: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Kanopi hutan dapat menciptakan iklim mikro pada daerah dibawahnya dan

dapat melindungi tanah dari erosi (Pineda et al. 2005). Cromer et al. (2002)

menyatakan bahwa kelimpahan katak pohon berasosiasi positif dengan penutupan

tajuk.

b. Ketinggian dan Kemiringan Lereng

Kenaikan ketinggian suatu tempat, diikuti dengan penurunan dalam

kekayaan jenisnya (Mackinnon 1982). Perubahan besar dalam komposisi jenis

terjadi bersamaan dengan adanya peralihan dari habitat dataran rendah ke habitat

pegunungan. Semakin tinggi letaknya, komposisi jenis dan struktur hutan berubah

menjadi terbatas (Alikodra 2002).

Seperti di seluruh daerah di dunia, penurunan suhu akibat peningkatan

elevasi akan menimbulkan efek zonasi atau efek lingkar yang kasar dalam posisi

tegak seperti garis lintang dari khatulistiwa sampai kutub-kutub utara dan selatan

(van steenis 2006). van steenis (2006) juga menyebutkan bahwa pembagian

zonasi berdasarkan ketinggian terbentuk karena perbedaan kondisi suhu dan iklim.

Hal ini mengakibatkan perbedaan komposisi baik flora dan fauna pada setiap

zonasi. TNGP memiliki 3 zonasi atau tipe hutan, yaitu submontana (100-1500

mdpl), montana (1500-2400 mdpl) dan sub alpin (>2400 m dpl) (BTNGP 1996).

Hutan submontana memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi. Seiring

dengan perubahan ketinggian maka semakin berkurang keanekaragaman flora dan

faunanya.

Ketinggian juga berpengaruh pada kemiringan lereng. Hasil dari analisis

PCA menunjukkan bahwa pengaruh kemiringan lereng terhadap penyebaran jenis

ini signifikan. Pada analisis PCA, kemiringan lereng masuk dalam komponen

pertama dan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap penyebaran kodok

merah di TNGGP. Hal ini diduga dikarenakan jenis kodok merah ini hidup

mengelompok pada suatu tempat/areal sehingga rata-rata kemiringan lereng

habitat satu individu akan signifikan satu sama lainnya.

c. Suhu

Amfibi memiliki kisaran toleransi suhu yang besar. Perbedaan toleransi ini

mengakibatkan perbedaan kebutuhan suhu yang berbeda pada lingkungannya.

Page 78: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Beberapa jenis dapat bertahan hidup di daerah yang dingin dan beberapa jenis

lainnya dapat hidup pada suhu yang ekstrim tinggi. Beberapa jenis salamander

dapat ditemukan beraktivitas pada suhu sekitar 00C bahkan dibawah 0

0C

(Duellman dan Trueb 1994), dan beberapa jenis amfibi lainnya dapat hidup diatas

suhu 280C bahkan ada satu jenis amfibi yang dapat hidup pada suhu 40

0C yakni

jenis African Foam-Nest Frog (Chiromantis) (Shoemaker et al. 1989 dalam

Stebbins dan Cohen 1995). Dari penelitian lapangan diperoleh kodok merah hidup

padan suhu 16 – 17 0C.

d. Jarak dari Sungai/Sumber Air

Amfibi hidup di dua alam. Sebagian hidupnya berada di lingkungan berair

dan sebagian lagi hidup di darat. Dalam masa perkembangbiakan dari berudu

sampai katak berkaki kebanyakan ordo anura hidup di dalam air. Heyer et al.

(1994) menyatakan bahwa kebanyakan dari larva amfibi hidup di habitat akuatik,

termasuk air yang mengalir (sungai besar dan kecil), air yang tidak mengalir

(kolam dan danau), serta tempat lainnya seperti lubang pohon, ketiak daun, dan

lainnya. Larva anura yang hidup di terestrial biasanya menempati daerah dengan

iklim mikro yang mengandung kelembaban tinggi seperti lumut, di bawah atau di

dalam kayu yang membusuk dan di lubang pohon. Selama di dalam air, larva

bernafas dengan insang dan akan bernafas dengan paru-paru ketika sudah keluar

dari air menuju darat. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi air buat kehidupan

amfibi khususnya katak dan sedikit sekali yang berada lebih dari 10 m dari sungai.

2. Preferensi Habitat

Hasil analisis Chi-square ternyata adanya pemilihan habitat oleh kodok

merah, karena dari lima lokasi penelitian ternyata tiga lokasi yang lebih disenangi

kodok merah adalah Curug Cibeureum, Rawa Denok dan Rawa Gayonggong.

Lebak Saat dan Bedogol tidak disenangi sama sekali. Nilai λ2

hit > λ2

(0.05,k-1), yaitu >

9,49 terdapat pemilihan habitat tertentu oleh kodok merah.

Menurut laporan MZB dalam penelitian Kusrini et al. (2007c) kodok

merah pernah ditemukan di Lebak Saat. Saat penelitian dilakukan kodok merah

ini tidak ditemukan lagi. Diduga faktor yang mempengaruhi keberadan kodok

merah di lokasi ini adalah subsrat. Persentase adanya subsrat batu di Lebak Saat

Page 79: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

hanya sekitar 8 % sedangkan pada lokasi Rawa Denok 65%, Rawa Gayonggong

50% dan Curug Cibeureum 100%. Menurut Liem (1971), habitat kodok merah

yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pengrango merupakan sungai-

sungai kecil berbatu. Kurniati (2003) juga menyatakan bahwa habitat tempat

ditemukannya kodok merah di daerah Cikeris adalah kantung-kantung air dari

sungai berbatu.

Hasil dari analisis faktor, diketahui faktor yang mempengaruhi frekuensi

perjumpaan kodok merah adalah jarak jalur manusia (p < 0,1). Jarak jalur manusia

dengan frekuensi perjumpaan kodok merah berkisar antara 117,0-303,8 m (Rawa

Denok), 1,5-3,5 m (Rawa Gayonggong), 22-40 m (Curug Cibeureum). Jarak jalur

manusia cukup beragam, karena manusia di Curug Cibeureum tidak terlalu jauh

hanya berkisar antara 22 – 40 meter. Diduga jenis kodok merah adalah jenis

kodok yang dapat berasosiasi dengan manusia tetapi tidak bergantung kepada

manusia. Sudrajat (2001), membagi amfibi menurut perilaku dan habitatnya

menjadi 3 grup besar yaitu : 1). Jenis yang terbuka pada asosiasi dengan manusia

dan tergantung pada manusia, 2). Jenis yang dapat berasosiasi dengan manusia

tapi tidak tergantung pada manusia, 3). Jenis yang tidak berasosiasi dengan

manusia.

Jarak manusia menjadi sangat berpengaruh terhadap pertemuan kodok

merah karena pada lokasi yang dekat dengan jalur manusia memiliki memiliki

tutupan tajuk yang lebih terbuka. Kusrini et al. (2007c) melaporkan jenis

makanan kodok merah yang ditemukan dalam perut terdiri dari 60,38% jenis

semut. Menurut Hölldobler & Wilson (1990), semut juga memiliki peran sebagai

organisme yang membantu siklus nutrisi dan hara di dalam tanah. Semut

merupakan kelompok hewan darat yang mendominasi daerah tropis dan dapat

menjadi indikator kerusakan hutan (Andersen 1997). Hasil pengamatan lapangan,

jarak terdekat antara jalur manusia dengan lokasi penelitian adalah Rawa

Gayonggong, tapi di lokasi ini hanya sedikit ditemukan kodok merah, diduga

faktor yang sangat mempengaruhi adalah faktor arus sungai. Rawa Gayonggong

termasuk pada sungai yang berarus lambat yaitu dengan kecepatan 17-20 cm/dtk.

Menurut Macan (1974) sungai berarus lambat adalah sungai dengan kecepatan 10-

25 cm/dtk. Curug Cibeureum termasuk pada sungai yang berarus deras dengan

Page 80: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

kecepatan sekitar 50-56 cm/dtk, sedangkan arus sungai di Rawa Denok termasuk

pada sungai berarus deras dengan kecepatan 63-83 cm/dtk. Macan (1974)

menyatakan sungai berarus deras adalah sungai dengan kecepatan 50-100 cm/dtk.

Menurut Liem (1971), habitat kodok merah yang terdapat di Taman Nasional

Gunung Gede Pengrango merupakan sungai-sungai kecil berbatu yang berarus

cukup kuat. Kurniati (2003) juga menyatakan bahwa habitat tempat

ditemukannya kodok merah di daerah Cikeris adalah kantung-kantung air dari

sungai berbatu dengan arus cukup deras. Iskandar (1998) menyatakan bahwa

kodok merah menyukai sungai dengan arus deras. Hal ini dikarenakan amfibi

merupakan satwa ektoderm dan mempunyai permukaan tubuh yang permeabel

yaitu mudah menyerap cairan yang ada di sekitarnya dan mudah menguapkan

cairan, sehingga mereka lebih mudah terpengaruh lingkungan yang berubah-ubah

dibandingkan dengan makhluk berkaki empat (tetrapods) lainnya (Duellman &

Trueb 1994). Menurut Dole & Durant (1974), kebanyakan amfibi ditemukan

berpindah ke air pada saat sudah siap untuk kawin. Pelepasan telur harus

dilakukan cepat karena tidak ada pasangan yang ampleksus (kawin) yang

dijumpai di sungai lebih dari sekali. Selain itu, juga terdapat katak yang

menyimpan telurnya di lubang berair pada tanah kayu dan tanah, di punggung

betina atau membawanya ke daerah dekat air (Duellman & Trueb 1994).

Faktor lain yang diduga mempengaruhi frekuensi ditemukannya kodok

merah adalah lebar sungai. Kodok merah meletakan telur pada tepi-tepi sungai

yang memiliki arus kecil bahkan lebih cederung pada air tergenang

Subsrat diduga juga mempengaruhi frekuensi ditemukannya kodok merah.

100 % kodok merah ditemukan pada subsrat batu pada lokasi penelitian Curug

Cibeureum. Pada lokasi Rawa Denok dan Rawa Gayonggong kodok merah

ditemukan 65 % dan 50 % pada subsrat batu. Hasil uji chi-squere antara lokasi

ditemukannya kodok merah dengan lokasi tidak di temukannya kodok merah.

Liem (1971) menyatakan habitat kodok merah yang terdapat di Taman Nasional

Gunung Gede Pengrango merupakan sungai-sungai kecil berbatu dan Kurniati

(2003) juga menyatakan bahwa habitat tempat ditemukannya kodok merah di

daerah Cikeris adalah kantung-kantung air dari sungai berbatu.

Page 81: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Vegetasi diduga juga mempengaruhi ditemukannya kodok merah. Hasil

analisis regresi logistik metode forward stepwise terhadap keseluruhan variabel

didapatkan bahwa jenis vegetasi yang sangat berpengaruh terhadap kehadiran

kodok merah. Vegetasi yang memiliki taraf nyata secara statistika (p < 0,05)

adalah Bryopsida, Marumia mucosa, Pilea trinervia dan Piper aduncum.

Dari lima lokasi penelitian, dapat dilihat bahwa frekuensi ditemukannya

kodok merah tertinggi adalah di Curug Cibeureum yaitu sekitar 1650 m dpl

dengan rata-rata ditemukannya kodok merah berkisar 13-20 ekor. Frekuensi

ditemukannya kodok merah di Rawa Denok adalah 5-19 ekor. Di lokasi penelitian

Lebak Saat yang memiliki ketinggian 2300-2400 mpl dan Bedogol dengan

ketinggian 600-700 mdpl tidak ditemukan kodok merah sama sekali. Kusrini et

al. (2007c) menyatakan MZB pernah melaporkan bahwa kodok merah ditemukan

di Lebak Saat tahun 1964, tapi pada saat ini tidak pernah lagi ditemukan jenis ini.

Menurut Skerratt et al. (2007), diduga karena penyakit Batrachochytrium

dendrobatidis (Bd) penurunan populasi amfibi berhubungan dengan suhu yang

lebih dingin di tempat lain di dunia, Kusrini et al. (2008) menyatakan dari sampel

yang diujikan terdapat satu sampel yang terinfeksi Bd.

Suhu merupakan faktor yang penting di wilayah biosfer, karena

pengaruhnya sangat besar pada segala bentuk kehidupan. Beberapa kegiatan

organisme seperti reproduksi, pertumbuhan dan kematian dipengaruhi oleh suhu

lingkungannya (Alikodra 2002). Di samping itu, suhu pada umumnya

mempengaruhi perilaku satwaliar serta berpengaruh terhadap ukuran tubuh serta

bagian-bagiannya (Alikodra 2002). Organisme berdarah panas yang memiliki

organ yang dapat memproduksi dan mengelola suhu tubuhnya seperti mamalia

biasanya beraktivitas di siang hari sedangkan organisme yang tidak memiliki

mekanisme khusus pengaturan suhu tubuhnya biasanya beraktivitas pada malam

hari (nokturnal) seperti pada amfibi dan sebagian dari kelas reptil.

Kebanyakan amfibi dapat beraktivitas pada kondisi suhu yang beragam.

Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan suhu pada amfibi, tergantung pada

jenis, umur dan fase kehidupan, serta pengalaman suhu harian pada masing-

masing individu yang berbeda (Stebbins dan Cohen 1995). Suhu pada amfibi

dipengaruhi oleh lingkungannya karena amfibi tidak memiliki organ khusus untuk

Page 82: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

memproduksi panas dan mengatur panas pada tubuhnya. Oleh karena itu suhu

juga mempengaruhi kehidupan dan penyebaran amfibi. Suhu di lokasi penelitian

berkisar 14-22,8 °C. Menurut Goin et al. (1978), katak memiliki toleransi suhu

antara 3 °C sampai dengan 41°C, sehingga kisaran suhu udara yang diperoleh di

lokasi penelitian dapat mendukung kehidupan amfibi.

Kelembaban udara suatu tempat ditentukan oleh perbandingan kandungan

uap air aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air (Rushayati &

Arief 1997). Rushayati dan Arief (1997) juga menyatakan bahwa kandungan uap

air aktual ditentukan oleh ketersediaan air serta energi (radiasi surya) untuk

menguapkannya. Pada keadaan dimana kondisi uap air aktual relatif konstan,

peningkatan suhu udara yang disebabkan peningkatan penerimaan radiasi surya

akan menyebabkan peningkatan kemampuan udara untuk menampung uap air,

sehingga mengakibatkan penurunan kelembaban udara (kelembaban nisbi).

Kelembaban yang diperoleh di lokasi penelitian adalah berkisar 79-91%. Tahun

2007 menurut Kusrini et al. (2007a), kelembaban udara di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango berkisar antara 43-100%.

Jarak rata-rata ditemukannya kodok merah dari permukaan air adalah 0,1 –

0,6 meter. Jarak yang relatif dekat dengan permukaan tanah sangat berhubungan

dengan jarak rata-rata ditemukannya kodok merah dari sumber air. Secara

keseluruhan bobot tubuh katak 70-80 % mengandung air (Duelman & Trueb

1994).

Menurut Liem (1971), kodok merah aktif pada malam hari, tapi kadang-

kadang mereka dijumpai mencari makan di bawah rimbunan semak tepi sungai

pada siang hari. Amfibi biasanya tergantung pada air dan umumnya menempati

lingkungan yang berlawanan dengan fisiologi dasarnya.

e. Sumber-Sumber Bias

Di dalam analisis spasial model kesesuaian habitat kodok merah terdapat

beberapa faktor yang mengakibatkan kemungkinan terjadinya error atau data

kurang akurat. Faktor tersebut disebut bias. Sumber-sumber bias tersebut

diantaranya :

Page 83: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

1. Topografi

Kondisi TNGGP yang berbukit dan bergunung-gunung menyebabkan

terjadinya perbedaan penerimaan cahaya matahari di permukaan bumi, dimana

efek topografi yang terjal akan membuat obyek ternaungi oleh bayangan topografi

tersebut. Sementara obyek yang berada pada kondisi topografi datar atau terkena

sinar matahari langsung tak akan mendapat efek naungan. Perbedaan topografi

akan memberikan efek perbedaan persentasi pencahayaan suatu obyek oleh

matahari.

Perbedaan efek naungan akibat perbedaan topografiini berdampak pada

perbedaan nilai poksel obyek yang sama pada pencahayaan yang berbeda.

Demikian pula halnya yang terjadi dengan vegetasi. Vegetasi yang samaakan

memiliki nilai piksel yang berbeda jika terdapat perbedaan antara kondisi

ternaungi atau terbuka pada suatu perekaman.

Untuk memperkecil kesalahan interpretasi akibat perbedaan topografi,

maka dilakukan pendekatan pendekatan penggunaan ratio dalam menentukan pola

penutupan vegetasi suatu areal.

2. Jumlah dan distribusi kodok merah

Jumlah titik pertemuan kodok merah sangat terbatas yaitu 97 titik

pertemuan dengan distribusi yang tidak merata (mengelompok). Distribusi

kodok merah hanya pada areal tertentu saja (Rawa Denok, Rawa Gayonggong dan

Curug Cibeureum). Akibatnya model yang dibangun sangat terbatas dan

lingkupnya sangat kecil dan sempit.

3. Penentuan titik sebaran kodok merah

Letak titik sebaran kodok merah dapat ditentukan melalui survei langsung

ke lapang dan mencatat titik-titik geografis kodok yang ditemukan dengan

menggunakan GPS. Keakuratan posisi kodok merah sangat ditentukan oleh

keadaan penutupan vegetasi, dimana kondisi daerah dengan penutupan tajuk yang

rapat dapat menyebabkan gangguan penerimaan sinyal sehingga dapat

mengakibatkan bergesernya titik keberadaan kodok. Hal serupa juga ditemukan

dalam penelitian rusa di Kolombia (Apps & Kinley 2000). Selain itu, penerimaan

sinyal juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat, dimana pada daerah dengan

Page 84: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

elevasi yang tinggi akan mendapatkan sinyal yang lebih baik (Apps & Kinley

2000). Pada penelitian ini akurasi model GPS yang digunakan berkisar antara 4-

28 m.

4. Variabel mikro habitat lainnya

Selain kelima variabel (suhu, kerapatan tajuk, jarak dari sumber air,

ketinggian dan kemiringan lereng), masih banyak faktor lain yang berpengaruh

terhadap keberadaan kodok merah. Hal ini disebabkan karena amfibi menempati

mikro habitat tertentu dengan variabel seperti kualitas air, tanaman air tertentu,

kedalaman air dan pH air, akan tetapi variabel tersebut sampai saat ini belum

dapat dianalisis secara spasial.

f. Ancaman Terhadap Habitat Kodok Merah

TNGGP merupakan kawasan yang paling banyak dikunjungi oleh

wisatawan di Indonesia. Tidak kurang dari 30.000 pengunjung tiap tahunnya

datang ke kawasan ini (Whitten et al. 1996). Hal ini mengakibatkan terjadinya

beberapa masalah seperti pembuangan sampah dan perusakan habitat. Oleh karena

itu, pihak pengelola mengambil langkah dengan menambah rute menuju puncak

Gede dan Pangrango (Whitten et al. 1996) sehingga pengunjung tidak menumpuk

di satu lokasi atau rute. Akan tetapi dengan banyaknya rute ini menyebabkan

banyak pengunjung ilegal dan masyarakat lokal yang masuk ke dalam kawasan

tanpa diketahui petugas untuk mengambil hasil hutan baik flora atau faunanya dan

kemudian dijual ke wisatawan (Whitten et al. 1996).

Beberapa lokasi yang menjadi habitat bagi kodok merah seperti di daerah

Rawa Gayonggong dan Curug Cibeureum merupakan lokasi yang menjadi daya

tarik wisata alam. Daerah ini merupakan bagian dari zona pemanfaatan TNGGP.

Hal ini memungkinkan terjadinya kerusakan habitat baik yang disebabkan oleh

pengunjung maupun penduduk lokal yang masuk ke dalam kawasan. Dari laporan

BTNGP (2003) beberapa masalah yang dapat mengancam kelestarian satwa liar

dan habitatnya khususnya jenis kodok merah ini di TNGGP antara lain :

1. Penebangan liar, masih dilakukan oleh sebagian masyarakat sekitar hutan

meskipun dengan frekuensi yang relatif kecil. Penebangan liar dilakukan

untuk kebutuhan pembuatan gubug pertanian, bahan mebel, bahan/ alat rumah

tangga, bahan bangunan rumah dan kayu bakar. Hal ini dapat merusak habitat

Page 85: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

kodok merah karena kurangnya tegakan akan mempengaruhi naungan yang

sangat dibutuhkan bagi kodok merah.

2. Pencemaran lingkungan (sampah dan vandalisme) sebagai dampak dari

adanya pengunjung. Sampah yang dapat mencemari habitat kodok merah ini

khususnya sampah anorganik seperti plastik, kaleng, bahkan sabun dan bahan

lainnya yang dapat mencemari air akan dapat meracuni larva atau berudu yang

hidup di air.

Page 86: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Habitat dengan tingkat kelas kesesuaian tinggi mempunyai luas yaitu

653,625 ha, tingkat kesesuaian habitat rendah mempunyai luas 16.077,847

ha dan tingkat kesesuaian sedang mempunyai luas 7.666,023 ha.

2. Faktor dominan yang mempengaruhi ditemukannya kodok merah adalah

Jarak dari jalur manusia/patroli dengan memperhatikan faktor-faktor lain

yaitu faktor arus sungai, faktor subsrat dan faktor vegetasi.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan di lapangan, maka disarankan:

1. Lokasi yang disukai kodok merah serta daerah yang berdekatan dengan

lokasi tersebut harus dijadikan zona inti dalam pengelolaan TNGGP. Selain

itu pengamanan dan pemantauan secara intensif terhadap lokasi tersebut

mutlak diperlukan.

2. Untuk penyiapan habitat kedua (second habitat) bagi kodok merah di luar

habitat yang sekarang dan di luar kawasan TNGGP maka perlu

mempertimbangkan karakteristik habitat dengan faktor dominan preferensi

yang mendekati habitat yang disukai tersebut.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memasukan faktor-faktor lain

seperti pH air, pH tanah, jenis tanah, dll.

Page 87: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit

Fakultas Kehutanan IPB.

Andersen AN. 1997. Using Ants as Bioindikators: Multisscale Issues in Ant

Community Ecology. Conser Ecol 1(1):8.

Apps C, Kinley T. 2000. Montain Caribou Habitat Use, Movements, and Factors

Associated with GPS Location Bias in the Robson Valley. British Columbia.

Columbia Basin Fish & Wildlife Compensation Program. Ministry of

Environment, Lands and Parks. BC Fisheries.

Aunuddin. 1989. Analisis Data. IPB. Bogor

Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York: Wiley.

Blaustein AR, Wake DB. 1990. Declining Amphibian Population: a Global

Phenomenon?. Trends in Biology and Evolution, 5 (7): 203-204

Bolen EG, Robinson WL. 1995. Wildlife Ecology and Management. Third

Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Breda NJJ. 2003. Ground Based Measurements of Leaf Area Index: a Review of

Methods, Instruments and Current Controversies. Journal of Experimental

Botany 54: 2403-2417

[BTNGP] Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 2003. Laporan

Pembinaan Daerah Penyangga SKW II Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango. Cianjur. Tidak Dipublikasikan.

Casey K. 2001. Attracting Frogs to Your Garden. Southwood Press. Marrickville.

Coops NC, Catling, PC. 2002. Prediction of The Spatial Distribution and

Relative Abundance of Ground-Dwelling Mammals Using Remote Sensing

Imagery and Simulation Models. Lanscape ecology (17): 173-188

Cromer RB, Lanham JD, Hanlin HH. 2002. Herpetofaunal Response to Gap and

Skidder-Rutwetland Creation in A Southern Bottomland Hardwood Forest.

For. Sci. 48:407–413.

[DepHut RI] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Buku Informasi

50 Taman Nasional di Indonesia. Bogor : Sub Direktorat Informasi

Konservasi Alam.

Dole JW, Durant P. 1974. Movements and Seasonal Activity of Atelopus

oxyrhynchus (Anura : Atelopididae) in a Venezuelan Cloud Forest. Copeia

(1): 230-235.

Duellman WE, Trueb L. 1994. Biology of Amphibians. The Johns Hopkins

University Press. Baltimore and London.

Duellman WE, Heatwole H. 1998. Habitats and Adaptations. In: HG Cogger and

RG Zweifel 1998. Encyclopedia of Reptiles and Amphibians. Second

Edition. San Fransisco: Fog City Pr.

Page 88: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Ekadinata A, Dewi S, Hadi DP, Nugroho DK, Johana F. 2008. Sistem Imformasi

Geografis Untuk Pengelolaan Bentang Lahan Berbasis Sumberdaya Alam.

Buku 1. Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh Menggunakan

ILWIS Open Source. World Agroforestry Centre ICRAF. Bogor.

Ewusie JY.1990. Pengantar Ekologi Tropika : Membicarakan Alam Tropika

Afrika, Asia Pasifik dan Dunia Baru. Bandung : Penerbit ITB. Bandung.

Goin, CJ, Goin OB and Zug GR 1978. Introduction to Herpetology. W.H

Freeman and Company. San Fransisco.

Hamer AJ. Simon JL, Michael JM. 2002. Management of freshwater wetlands

for the endangered green and golden bell frog (Litoria aurea): roles of

habitat determinants and space. Biological Conservation. PII: S0006-

3207(02)00040-X

Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RW, Hayek LC, Foster MS. 1994.

Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for

Amphibians. Smitsonian Institution Press. Washington.

Hölldobler B, Wilson EO. 1990. The Ants. Canada: Harvard Univ Pr.

Howard J. 1996. Penginderaan Jauh untuk Sumberdaya Hutan : Teori dan

Aplikasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi Edisi Revisi. Jakarta.Yayasan Obor Indonesia.

Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Terj. dari The Amphibian of Java and

Bali, oleh Martodihardjo, P. Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor

Iskandar D, Mumpuni 2004. Leptophryne cruentata. In: IUCN 2010. IUCN Red

List of Threatened Species. Version 2010.2. <www.iucnredlist.org>.

Downloaded on 10 Agustus 2010.

Jaafar MH. 1994. The Life History, Population and Feeding Biology of Two

Paddy Field Frogs, Rana canrivora, Gravenhorst and Rana limnocharis,

Boie in Malaysia. Dessertation. Faculty of Science and Environment

Studies. University Pertanian Malaysia. Unpublished Manuscript.

Johnson RA, Bhattacharyya GK. 1992. Statistic, Principles and Methods. New

York: Wiley.

Kastanya FJP. 2001. Landscape Characteristic of Javan Hawk-Eagles Habitat

Using Remote Sensing and GIS in Western Part of Java [thesis]. Bogor:

Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Krebs CJ. 1978. The Experimental Analysis of Distribution anda Abundance.

Harper & Row Publisher. New York. Hogerstow. San Fransisco. London.

Kurniati H. 2003. Kodok Merah Leptophryne cruentata ditemukan di Taman

Nasional Gunung Halimun-Jawa Barat. Fauna Indonesia 5 (2): 71-74

Kurniati H. 2006. Jenis-jenis Kodok di Taman Nasional Gunung Halimun Yang

Termasuk Kategori Daftar Merah. Fauna Indonesia 6 (1): 31-34

Page 89: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Kusrini MD, Endarwin W, Yazid M, Ul-Hasanah AU, Sholihat N, Dhamawan B.

2007a.The Amphibians of Mount Gede Pangrango National Park. 2007..In:

Kusrini MD. Frogs of gede pangrango: A follow up project for the

conservation of frogs in west java indonesia. Book 1: Main report.

Technical report submitted to the bp conservation programme. Bogor,

Institut Pertanian Bogor.

Kusrini MD, Endarwin W, Yazid, M. 2007b. Panduan Bergambar Identifikasi

Amphibi di Jawa Barat. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

Kusrini MD, Yazid M, Ul-Hasanah AU, Hamidy A. 2007c. Preliminary study on

the distribution and biology of the bleeding toad, Leptophryne cruentata

Tschudi, 1838.In: Kusrini MD. Frogs of gede pangrango: A follow up

project for the conservation of frogs in west java indonesia. Book 1: Main

report. Technical report submitted to the bp conservation programme.

Bogor, Institut Pertanian Bogor.

Kusrini MD, Skerratt LF, Garland S, Berger L, Endarwin W. 2008.

Chytridiomycosis in Frogs of Mount Gede Pangrango.Deaseas of Aquatic

Organisms 82:187-194

Lang L. 1998. Managing Natural Resources with GIS. California : ESRI

Laurance, WF. 2008. Global Warming and amphibian extinctions in east

Australia. Austral Ecology 33: 1-9

Lekagul,B, McNeely, JA.1977. Mammals of Thailand. Sahakarnbhat Co.

Bangkok.

Liem DSS. 1971. The frogs and toads of Tjibodas National Park Mt. Gede, Java,

Indonesia. The Philippine Journal of Science 100(2): 131—160.

Lilesan TM, Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadja Mada

University Press. Yogyakarta.

Lips KR, Burrowes PA, Mendelson JR, Parra-Olea G. 2005. Amphibian

Population declines in Latin America: A synthesis. Biotropica 37(2):222–

226.

Lo CP. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Terjemahan. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Lubis MI. 2008. Pemodelan Spasial Habitat Katak Pohon Jawa (Rhacophorus

Margaritifer Boettger 1893) dengan Menggunakan Sistem Informasi

Geografis dan Penginderaan Jarak Jauh di Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian

Bogor.

Macan TT.1974. FreswaterEcology. Longman Group Limited. London.

MacKinnon K.1986. Alam Asli Indonesia: Flora Fauna dan Keserasian. PT

Gramedia. Jakarta

Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. Bogor.

The Gibbon Foundation & PILI-NGO Movement.

Page 90: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Morrison C, Hero JM. 2003. Geographic Variation in Life-History Characteristics

of Amphibians: A Review. Journal of Animal Ecology 72: 270–279.

Morris DW. 1987. Test of Density-Dependent Habitat Selection in a Patchy

Environment. Ecological Monographs. 57(4):269–281.

Munger JC, Gerber M, Madrid K, Carnall M, Petersen W, Heberger L. 1998. U.S.

National Wetland Inventory Classifications as Predictors of The Columbia

Spotted Frog (Rana luteiventris) and Pacific Tree Frog (Hyla regilla).

Conservation Biology 12 (2): 320-330.

Muntasib EKSH. 2002. Penggunaan Ruang Habitat oleh Badak Jawa (Rhinoceros

sundaicus Desm 1822) di Taman Nasional Ujung Kulon [disertasi]. Bogor:

Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Nuarsa IW. 2005. Menganalisis Data Spasial dengan Arcview GIS 3.3 untuk

Pemula. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Panuju DR, Trisangkoko BH, Setiawan Y. 2003. Variasi Spasio-Temporal

Temperatur Kawasan Urban Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan. Pusat

Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH). IPB.

Parris KM. 2000. Distribution, habitat requirements and conservation of the

Cascade Tree Frog (Litoria pearsoniana) anura : Hylidae [thesis]. Australian

Research Centre For Urban Ecology. University of Melbourne. Australia.

Pellet J. 2005. Conservation of a threatened European Tree Frog (Hyla arborea)

meta population [thesis]. Faculté de Biologie et Médecine. De l'Université

de Lausanne.

Pineda E., Moreno C, Escobar F, Halffter G. 2005. Frog, Bat, and Dung Beetle

Diversity in the Cloud Forest and Coffe Agroecosystem of Veracruz.

Conservation Biology, 19 (2): 400-410.

Prahasta E. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit

Informatika Bandung.

Rowley J, Brown R, Bain R, Kusrini MD, Inger R, Stuart B, Wogan G, Ming N,

Makchai S, Truong NQ, Phimmachak S.2009. Impending Conservation

Crisis of Southeast Asian Amphibians.Biology Letter. published online 9

December 2009.

Rushayati SB dan Arief H. 1997. Kondisi Fisik Ekosistem Hutan di Taman

Nasional Ujung Kulon. Media konservasi. Edisi Khusus, 67-74

Shannon NH, Hudson RJ, Brink VC, Kitts WD. 1975. Determinants of spatial

distribution of Rocky Mountain bighorn sheep. J. Wild. Manage.

39(2):387–401.

Skerratt LF, Berger L, Speare R, Cashins S, McDonald KR, Philott AD, HinesHB,

Kenyon N 2007. The spread of chytridiomycosis has caused the rapid global

decline and extinction of frogs. EcoHealth 4: 125–134

Soares C, Brito JC. 2007. Environmental Correlates for Species Richness among

Amphibians and Reptiles in a Climate Transition Area. Biodiversity

Conservation 16:1087–1102.

Page 91: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Supranto JMA. 2004. Analisis Multivatiat Arti dan Interpretasi. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

Stebbins RC, Cohen NW. 1995. A Natural History of Amphibians. New Jersey:

Princeton Univ. Press.

Stow DA. 1993. The role of geographic information systems for landscape

ecological studies. In: Young RH, Green DR, Cousin S, editor. Lanscape

Ecology and Geographic Information system. Taylor & Francis. London.

Stuart SN, Chanson JS, Cox NA, Young BE, Rodrigues ASL, Fischman DL,

Waller RW. 2005. Status and Trends of Amphibian Declines and

Extinctions Worldwide. SCIENCE 306: 1783-1786.

Sudrajat. 2001. Keanekaragaman dan ekologi Herpetofauna (Reptil dan Ampfibi

) di Sumatera Selatan. Skripsi Sarjana Jurusan Konservasi Sumberdaya

Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.Bogor

Tim PKLP TNGP. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP)

Mahasiswa Program Sarjana Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor.

Watson DJ. 1947. Comparative Physiological Studies in Growth of Field Crops:

Variation in Net Assimilation Rate and Leaf Area between Species and

Varieties and Within and between Years. Annals of Botany 11: 41-76. Di

Dalam : Breda NJJ.2003. Ground Based Measurements of Leaf Area Index:

a Review of Methods, Instruments and Current Controversies. Journal of

Experimental Botany 54: 2403-2417

Whitfield SM, Bell KE, Philippi T, Sasa M, Chaves F B, Savage JM,Donelly MA.

2007. Amphibian and Reptile declines over 35 years at La Silva. Costarica.

PNA

Whitten T, Soeriaatmadja RE, Afiff SA. 1996. The ecology of Java & Bali.

Periplus Editions (HK) Ltd., Jakarta.

van Kampen, P.N. 1923. The Amphibia of the Indo-Australian archipelago. E.J.

Brill Ltd., Leiden

van Steenis CGGJ. 2006. The Mountain Flora of Java. Brill, Leiden

Young. 1962. The Life of Vertebrate. Second Edition. London: Oxford of

Claderon Press.

Zarri AA, Rahmani AR, Singh A and Kushwaha SPS. 2008. Habitat suitability

assessment for the endangered nilgiri laughing thrush: A multiple logistic

regression approach. Current Science 94(11):1487–1494.

Page 92: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

LAMPIRAN

Page 93: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 1 Data pertemuan titik kodok merah di TNGGP

No Lokasi

Jarak dari sungai

(m)

Kelerengan

(°)

Ketinggian (m

dpl) LAI

Suhu (°

C)

1 Rawa Gajonggong 1 3,4 22,0358 1624,6191 4,468 16,5169

2 Rawa Gajonggong 2 0 22,0358 1624,6191 3,912 16,5169

3 Rawa Gajonggong 3 0 22,0358 1624,6191 3,912 16,5169

4 Rawa Gajonggong 4 0 22,0358 1624,6191 2,663 16,5169

5

Rawa Gayonggong

5 0,2 22,0358 1624,6191 3,912 16,5169

6 Rawa Gajonggong 6 0,1 22,0358 1624,6191 4,468 16,5169

7 Rawa Gajonggong 7 2,6 22,0358 1624,6191 4,468 16,5169

8 Rawa Gajonggong 8 2,7 22,0358 1624,6191 4,468 16,5169

9 Rawa Gajonggong 9 3 22,0358 1624,6191 3,912 16,5169

10

Rawa Gajonggong

10 0 22,0358 1624,6191 3,912 16,5169

11 Rawa Denok 1 0 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

12 Rawa Denok 2 0 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

13 Rawa Denok 3 4,2 23,4672 1885,3021 3,994 17,8819

14 Rawa Denok 4 4,1 23,4672 1885,3021 3,994 17,8819

15 Rawa Denok 5 0 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

16 Rawa Denok 6 8,4 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

17 Rawa Denok 7 0 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

18 Rawa Denok 8 0,1 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

19 Rawa Denok 9 0,2 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

20 Rawa Denok 10 0 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

21 Rawa Denok 11 7,2 52,8136 1807,811 4,012 17,4286

22 Rawa Denok 12 6 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

23 Rawa Denok 13 0,3 52,8136 1807,811 3,956 17,4286

24 Rawa Denok 14 0 52,8136 1807,811 3,151 17,4286

25 Rawa Denok 15 0,1 52,8136 1807,811 3,151 17,4286

26 Rawa Denok 16 5,3 52,8136 1807,811 4,622 17,4286

27 Rawa Denok 17 0,2 52,8136 1807,811 4,622 17,4286

28 Rawa Denok 18 0,1 52,8136 1807,811 4,622 17,4286

29 Rawa Denok 19 0,2 52,8136 1807,811 4,622 17,4286

30 Rawa Denok 20 4,2 23,4672 1885,3021 3,994 17,8819

31 Rawa Denok 21 0 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

32 Rawa Denok 22 0 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

33 Rawa Denok 23 0 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

34 Rawa Denok 24 0,15 52,8136 1807,811 3,956 17,4286

35 Rawa Denok 25 0,3 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

36 Rawa Denok 26 4,2 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

37 Rawa Denok 27 0,2 52,8136 1885,3021 3,994 17,8819

38 Rawa Denok 28 0,02 52,8136 1852,5903 4,627 17,4286

39 Rawa Denok 29 0,1 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

40 Rawa Denok 30 1 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

Page 94: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

41 Rawa Denok 31 1,1 52,8136 1807,811 3,587 17,4286

42 Rawa Denok 32 8 52,8136 1807,811 4,012 17,4286

43 Rawa Denok 33 8 52,8136 1807,811 4,012 17,4286

44 Rawa Denok 34 0,1 52,8136 1807,811 3,956 17,4286

45 Rawa Denok 35 4,7 52,8136 1807,811 3,956 17,4286

Lanjutan

No Lokasi

Jarak dari sungai

(m)

Kelerengan

(°)

Ketinggian (m

dpl) LAI

Suhu (°

C)

46 Rawa Denok 26 2,2 52,8136 1807,811 3,956 17,4286

47 Rawa Denok 37 0,15 52,8136 1807,811 3,956 17,4286

48 Rawa Denok 38 0,15 52,8136 1807,811 3,956 17,4286

49 Rawa Denok 39 3,9 52,8136 1807,811 3,151 17,4286

50 Rawa Denok 40 0,5 52,8136 1807,811 3,151 17,4286

51 Curug Cibereum 1 4,4 41,9116 1650 0 17,8819

52 Curug Cibereum 2 0,9 41,9116 1650 0 17,8819

53 Curug Cibereum 3 0,7 41,9116 1650 0 17,8819

54 Curug Cibereum 3 1 41,9116 1650 0 17,8819

55 Curug Cibereum 4 1 41,9116 1650 0 17,8819

56 Curug Cibereum 5 0,5 41,9116 1650 0 17,8819

57 Curug Cibereum 6 0 41,9116 1650 0 17,8819

58 Curug Cibereum 7 0,3 41,9116 1650 0 17,8819

59 Curug Cibereum 8 0 41,9116 1650 0 17,8819

60 Curug Cibereum 9 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

61 Curug Cibereum 10 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

62 Curug Cibereum 11 0,1 41,9116 1650 1,986 17,8819

63 Curug Cibereum 12 0,05 41,9116 1650 1,986 17,8819

64 Curug Cibereum 13 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

65 Curug Cibereum 14 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

66 Curug Cibereum 15 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

67 Curug Cibereum 16 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

68 Curug Cibereum 17 0,1 41,9116 1650 1,986 17,8819

69 Curug Cibereum 18 0,05 41,9116 1650 1,986 17,8819

70 Curug Cibereum 19 0 41,9116 1650 2,053 17,8819

71 Curug Cibereum 20 0,3 41,9116 1650 0 17,8819

72 Curug Cibereum 21 1 41,9116 1650 0 17,8819

73 Curug Cibereum 22 0,5 41,9116 1650 0 17,8819

74 Curug Cibereum 23 3 41,9116 1650 0 17,8819

75 Curug Cibereum 24 3 41,9116 1650 0 17,8819

76 Curug Cibereum 25 3 41,9116 1650 0 17,8819

77 Curug Cibereum 26 3,5 41,9116 1650 0 17,8819

78 Curug Cibereum 27 4,3 41,9116 1650 0 17,8819

79 Curug Cibereum 28 4,4 41,9116 1650 0 17,8819

80 Curug Cibereum 29 4,6 41,9116 1650 0 17,8819

Page 95: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

81 Curug Cibereum 30 4,2 41,9116 1650 0 17,8819

82 Curug Cibereum 31 4,1 41,9116 1650 0 17,8819

83 Curug Cibereum 32 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

84 Curug Cibereum 33 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

85 Curug Cibereum 34 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

86 Curug Cibereum 35 0 41,9116 1650 1,986 17,8819

87 Curug Cibereum 36 0,7 41,9116 1650 2,053 17,8819

88 Curug Cibereum 37 1 41,9116 1650 2,053 17,8819

89 Curug Cibereum 38 1,1 41,9116 1650 2,053 17,8819

90 Curug Cibereum 39 0,8 41,9116 1650 0 17,8819

Lanjutan

No Lokasi

Jarak dari sungai

(m)

Kelerengan

(°)

Ketinggian (m

dpl) LAI

Suhu (°

C)

91 Curug Cibereum 40 0,7 41,9116 1650 0 17,8819

92 Curug Cibereum 41 1 41,9116 1650 0 17,8819

93 Curug Cibereum 42 0,8 41,9116 1650 0 17,8819

94 Curug Cibereum 43 3,5 41,9116 1650 0 17,8819

95 Curug Cibereum 44 3,5 41,9116 1650 0 17,8819

96 Curug Cibereum 45 3,3 41,9116 1650 0 17,8819

97 Curug Cibereum 46 3,2 41,9116 1650 1,986 17,8819

98 Lebak Saat 1 18,5273 2371,4846 3,449 17,4286

99 Lebak Saat 2 18,5273 2371,4846 3,449 17,4286

100 Lebak Saat 3 20,8378 2371,4846 3,428 17,4286

101 Lebak Saat 4 20,8378 2324,7412 3,428 17,4286

102 Lebak Saat 5 20,8378 2324,7412 4,061 17,4286

103 Lebak Saat 6 20,8378 2324,7412 2,891 17,4286

104 Lebak Saat 7 20,8378 2324,7412 3,281 17,4286

105 Lebak Saat 8 20,8378 2324,7412 2,735 17,4286

106 Lebak Saat 9 20,8378 2324,7412 2,735 17,4286

107 Lebak Saat 10 20,8378 2324,7412 4,018 17,8819

108 Lebak Saat 11 20,3755 2324,7412 4,228 17,8819

109 Lebak Saat 12 20,3755 2302,4116 3,472 17,8819

110 Lebak Saat 13 20,3755 2302,4116 3,472 17,8819

111 Bodogol 1 21,0078 682,6198 3,694 24,0549

112 Bedogol 2 26,2267 682,6198 3,11 24,0549

113 Bedogol 3 26,2267 682,6198 3,11 24,0549

114 Bedogol 4 26,2267 733,9091 0 24,9121

115 Bedogol 5 26,2267 733,9091 0 24,9121

116 Bedogol 6 26,2267 682,6198 1,157 24,9121

117 Bedogol 7 26,2267 709,9673 1,157 24,9121

118 Bedogol 8 0 709,9673 3,061 24,9121

119 Bedogol 9 0 709,9673 3,061 24,9121

120 Bedogol 10 0 695,4225 3,221 24,0549

121 Bedogol 11 0 695,4225 3,221 24,0549

Page 96: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

122 Bedogol 12 0 695,4225 3,666 24,0549

123 Bedogol 13 0 695,4225 4,425 22,758

124 Bedogol 14 0 695,4225 4,426 22,758

125 Bedogol 15 0 695,4225 4,426 22,758

126 Bedogol 16 0 695,4225 3,655 22,758

127 Bedogol 17 31,9795 695,4225 2,647 22,758

128 Bedogol 18 31,9795 695,4225 1,774 22,758

129 Bedogol 19 31,9795 712,5 2,991 22,758

130 Bedogol 20 31,9795 712,5 5,427 22,758

131 Bedogol 21 31,9795 712,5 3,844 22,758

132 Bedogol 22 31,9795 712,5 3,844 22,758

133 Bedogol 23 31,9795 732,5654 3,844 22,758

134 Bedogol 24 31,9795 732,5654 4,516 22,758

135 Bedogol 25 39,1858 732,5654 4,516 22,758

Lanjutan

No Lokasi

Jarak dari sungai

(m)

Kelerengan

(°)

Ketinggian (m

dpl) LAI

Suhu (°

C)

137 Bedogol 27 18,6078 725,6859 3,305 22,3227

138 Bedogol 28 18,6078 725,6859 1,884 22,3227

139 Bedogol 29 18,6078 725,6859 1,884 22,3227

140 Bedogol 30 18,6078 725,6859 2,631 22,3227

Page 97: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 2 Data mikrohabitat pertemuan kodok merah

86

Lanjutan

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi Repl.

Katak

(Ada/Tdk

Ada)

Habitat Subsrat

Posisi Lokasi Kodok Ketinggian

tempat (m

dpl)

Dimensi Lubang

(mm)

Jarak

dari

jalur

manusia

(m)

Kecepatan

Arus (m/dtk)

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi

Jarak

dari

Sungai

(m)

Suhu

udara

(oC)

Suhu

air (oC)

Kelembaban

(%)

Ketinggian

dari tanah

(m) x (m) y (m) z

(m) pjg lbr dalam

1 1 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 1 0,00 15,00 0,05 1885,30 153 120 50 295 0,625 1 1 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,05

2 2 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 0,00 14,00 0,05 1885,30 156 173 360 296 0,625 2 2 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,05

3 3 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 4,20 6,20 0,50 1885,30

303,8 0,625 3 3 20080406 Rawa Denok 4,2 16,1 20,0 89 0,5

4 4 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 4,10 6,20 0,50 1885,30

303,8 0,625 4 4 20080406 Rawa Denok 4,1 16,1 20,0 89 0,5

5 5 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 1 0,00 18,30 0,30 1885,30 340 120 130 291,7 0,625 5 5 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,3

6 6 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 8,40 107,60 0,60 1807,81

202,4 0,625 6 6 20080406 Rawa Denok 8,4 16,1 20,0 89 0,6

7 7 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 0,00 110,20 0,15 1807,81

199,8 0,625 7 7 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,15

8 8 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 -0,10 111,00 0,21 1807,81

199 0,625 8 8 20080406 Rawa Denok 0,1 16,1 20,0 89 0,21

9 9 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 -0,20 112,00 0,36 1807,81

198 0,625 9 9 20080406 Rawa Denok 0,2 16,1 20,0 89 0,36

10 10 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 0,00 112,00 0,34 1807,81

198 0,625 10 10 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,34

11 11 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 7,20 112,10 1,00 1807,81

197,9 0,625 11 11 20080406 Rawa Denok 7,2 16,1 20,0 89 1

12 12 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 6,00 109,70 0,04 1807,81

200,3 0,625 12 12 20080406 Rawa Denok 6 16,1 20,0 89 0,04

13 13 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 1 0,30 140,40 0,85 1807,81

169,6 0,625 13 13 20080406 Rawa Denok 0,3 16,1 20,0 89 0,85

14 14 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 1 0,00 185,00 0,23 1807,81

125 0,625 14 14 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,23

15 15 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 -0,10 171,00 0,30 1807,81

139 0,625 15 15 20080406 Rawa Denok 0,1 16,1 20,0 89 0,3

16 16 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 5,30 174,00 0,45 1807,81

136 0,625 16 16 20080406 Rawa Denok 5,3 16,1 20,0 89 0,45

17 17 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 1 -0,20 183,00 0,05 1807,81 150 120 55 127 0,625 17 17 20080406 Rawa Denok 0,2 16,1 20,0 89 0,05

18 18 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 -0,10 185,00 0,50 1807,81

125 0,625 18 18 20080406 Rawa Denok 0,1 16,1 20,0 89 0,5

19 19 20080406 Rawa Denok 1 1 Aquatik 4 0,20 193,00 0,54 1807,81

117 0,625 19 19 20080406 Rawa Denok 0,2 16,1 20,0 89 0,54

20 20 20080407 Rawa Denok 2 1 Aquatik 4 4,20 6,20 0,40 1885,30

303,8 0,833 20 20 20080407 Rawa Denok 4,2 16 20,5 89 0,4

21 21 20080407 Rawa Denok 2 1 Aquatik 4 0,00 14,00 0,05 1885,30 156 173 360 296 0,833 21 21 20080407 Rawa Denok 0 16 20,5 89 0,05

22 22 20080407 Rawa Denok 2 1 Aquatik 1 0,00 15,00 0,05 1885,30 153 120 50 295 0,833 22 22 20080407 Rawa Denok 0 16 20,5 89 0,05

23 23 20080407 Rawa Denok 2 1 Aquatik 1 0,00 110,00 0,20 1807,81

200 0,833 23 23 20080407 Rawa Denok 0 16 20,5 89 0,2

24 24 20080407 Rawa Denok 2 1 Aquatik 4 -0,15 154,00 0,60 1807,81

156 0,833 24 24 20080407 Rawa Denok 0,15 16 20,5 89 0,6

25 25 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4 -0,30 12,00 0,25 1885,30

298 0,714 25 25 20080408 Rawa Denok 0,3 15 21,0 89 0,25

26 26 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4 4,20 13,40 0,35 1885,30

296,6 0,714 26 26 20080408 Rawa Denok 4,2 15 21,0 89 0,35

27 27 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4 -0,20 17,20 0,25 1885,30 292,8 0,714 27 27 20080408 Rawa Denok 0,2 15 21,0 89 0,25

Lanjutan

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi

Jarak

dari

Sungai

(m)

Suhu

udara

(oC)

Suhu

air (oC)

Kelembaban

(%)

Ketinggian

dari tanah

(m)

1 1 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,05

2 2 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,05

3 3 20080406 Rawa Denok 4,2 16,1 20,0 89 0,5

4 4 20080406 Rawa Denok 4,1 16,1 20,0 89 0,5

5 5 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,3

Page 98: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

6 6 20080406 Rawa Denok 8,4 16,1 20,0 89 0,6

7 7 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,15

8 8 20080406 Rawa Denok 0,1 16,1 20,0 89 0,21

9 9 20080406 Rawa Denok 0,2 16,1 20,0 89 0,36

10 10 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,34

11 11 20080406 Rawa Denok 7,2 16,1 20,0 89 1

12 12 20080406 Rawa Denok 6 16,1 20,0 89 0,04

13 13 20080406 Rawa Denok 0,3 16,1 20,0 89 0,85

14 14 20080406 Rawa Denok 0 16,1 20,0 89 0,23

15 15 20080406 Rawa Denok 0,1 16,1 20,0 89 0,3

16 16 20080406 Rawa Denok 5,3 16,1 20,0 89 0,45

17 17 20080406 Rawa Denok 0,2 16,1 20,0 89 0,05

18 18 20080406 Rawa Denok 0,1 16,1 20,0 89 0,5

19 19 20080406 Rawa Denok 0,2 16,1 20,0 89 0,54

20 20 20080407 Rawa Denok 4,2 16 20,5 89 0,4

21 21 20080407 Rawa Denok 0 16 20,5 89 0,05

22 22 20080407 Rawa Denok 0 16 20,5 89 0,05

23 23 20080407 Rawa Denok 0 16 20,5 89 0,2

24 24 20080407 Rawa Denok 0,15 16 20,5 89 0,6

25 25 20080408 Rawa Denok 0,3 15 21,0 89 0,25

26 26 20080408 Rawa Denok 4,2 15 21,0 89 0,35

27 27 20080408 Rawa Denok 0,2 15 21,0 89 0,25

Lanjutan 82

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi Repl.

Katak

(Ada/Tdk

Ada)

Habitat Subsrat

Posisi Lokasi Kodok Ketinggian

tempat (m

dpl)

Dimensi Lubang

(mm)

Jarak

dari

jalur

manusia

(m)

Kecepatan

Arus (m/dtk) x

(m) y (m)

z

(m) pjg lbr dalam

28 28 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4

-

0,02 51,00 0,14

1852,59 280 340 250 259

0,714

29 29 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 1

-

0,10 78,00 0,10

1807,81 232

0,714

30 30 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4

-

1,00 95,00 0,50

1807,81 215

0,714

31 31 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 1

-

1,10 110,20 0,25

1807,81 199,8

0,714

32 32 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 1 8,00 108,30 0,30 1807,81 200 150 320 201,7 0,714

33 33 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 1 8,00 112,00 0,23 1807,81

198 0,714

34 34 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4

-

0,10 121,70 0,20

1807,81 188,3

0,714

35 35 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4 4,70 143,60 0,30 1807,81

166,4 0,714

36 36 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4 2,20 145,00 0,32 1807,81

165 0,714

37 37 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 1

-

0,15 141,00 0,50

1807,81 300 240 270 169

0,714

38 38 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 1

-

0,15 141,00 0,50

1807,81 300 240 270 169

0,714

Page 99: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

39 39 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 4 3,90 162,00 0,25 1807,81

148 0,714

40 40 20080408 Rawa Denok 3 1 Aquatik 1

-

0,50 175,00 1,00

1807,81 135

0,714

41 41 20080410 Rawa

Gayonggong 1 1 Teresterial

4

-

3,40 80,00 0,80

1624,62 3,5

0,167

42 42 20080410 Rawa

Gayonggong 1 1 Aquatik

4 0,00 86,00 0,10

1624,62 1,5

0,167

43 43 20080410 Rawa

Gayonggong 1 1 Aquatik

1 0,00 87,00 0,12

1624,62 1,5

0,167

44 44 20080410 Rawa

Gayonggong 1 1 Aquatik

1 0,00 96,00 0,08

1624,62 1,5

0,167

45 45 20080411 Rawa

Gayonggong 2 1 Teresterial

4

-

0,20 92,00 0,05

1624,62 1,5

0,2

46 46 20080411 Rawa

Gayonggong 2 1 Aquatik

1 0,10 85,00 0,15

1624,62 1,5

0,2

47 47 20080412 Rawa

Gayonggong 3 1 Aquatik

4

-

2,60 81,00 0,40

1624,62 3

0,167

48 48 20080412 Rawa

Gayonggong 3 1 Aquatik

1

-

2,70 83,00 0,42

1624,62 3

0,167

49 49 20080412 Rawa

Gayonggong 3 1 Aquatik

1

-

3,00 85,00 0,12

1624,62 3

0,167

50 50 20080412 Rawa

Gayonggong 3 1 Aquatik

4 0,00 89,00 0,06

1624,62 1,5

0,167

51 1 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 4,4 5 0,1 1650,00

35

0,556

52 2 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 -0,9 2,3 0,5 1650,00

37,7

0,556

53 3 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 -0,7 2 0,45 1650,00

38

0,556

54 4 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 -1 2,3 0,6 1650,00

37,7

0,556

55 5 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 -1 2,5 0,2 1650,00 37,5

0,556

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi

Jarak

dari

Sungai

(m)

Suhu

udara

(oC)

Suhu

air

(oC)

Kelembaban

(%)

Ketinggian

dari tanah

(m)

28 28 20080408 Rawa Denok 0,02 15 21,0 89 0,14

29 29 20080408 Rawa Denok 0,1 15 21,0 89 0,1

30 30 20080408 Rawa Denok 1 15 21,0 89 0,5

31 31 20080408 Rawa Denok 1,1 15 21,0 89 0,25

32 32 20080408 Rawa Denok 8 15 21,0 89 0,3

33 33 20080408 Rawa Denok 8 15 21,0 89 0,23

34 34 20080408 Rawa Denok 0,1 15 21,0 89 0,2

35 35 20080408 Rawa Denok 4,7 15 21,0 89 0,3

36 36 20080408 Rawa Denok 2,2 15 21,0 89 0,32

37 37 20080408 Rawa Denok 0,15 15 21,0 89 0,5

38 38 20080408 Rawa Denok 0,15 15 21,0 89 0,5

39 39 20080408 Rawa Denok 3,9 15 21,0 89 0,25

Page 100: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

40 40 20080408 Rawa Denok 0,5 15 21,0 89 1

41 41 20080410 Rawa

Gayonggong 3,4 16 15,0 89

0,8

42 42 20080410 Rawa

Gayonggong 0 16 15,0 89

0,1

43 43 20080410 Rawa

Gayonggong 0 16 15,0 89

0,12

44 44 20080410 Rawa

Gayonggong 0 16 15,0 89

0,08

45 45 20080411 Rawa

Gayonggong 0,2 16,5 16,0 80

0,05

46 46 20080411 Rawa

Gayonggong 0,1 16,5 16,0 80

0,15

47 47 20080412 Rawa

Gayonggong 2,6 16 15,5 89

0,4

48 48 20080412 Rawa

Gayonggong 2,7 16 15,5 89

0,42

49 49 20080412 Rawa

Gayonggong 3 16 15,5 89

0,12

50 50 20080412 Rawa

Gayonggong 0 16 15,5 89

0,06

51 1 20080411 Curug

Cibeureum 4,4 16 15,0 89

0,1

52 2 20080411 Curug

Cibeureum 0,9 16 15,0 89

0,5

53 3 20080411 Curug

Cibeureum 0,7 16 15,0 89

0,45

54 4 20080411 Curug

Cibeureum 1 16 15,0 89

0,6

55 5 20080411 Curug

Cibeureum 1 16 15,0 89

0,2

Lanjutan

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi Repl.

Katak

(Ada/Tdk

Ada)

Habitat Subsrat

Posisi Lokasi

Kodok Ketinggian

tempat (m

dpl)

Dimensi Lubang

(mm)

Jarak

dari

jalur

manusia

(m)

Kecepatan

Arus (m/dtk) x

(m)

y

(m)

z

(m) pjg lbr dalam

56 6 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 -0,5 0 1,5 1650,00

40

0,556

57 7 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 0 0 1,2 1650,00

40

0,556

58 8 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 -0,3 0 1 1650,00

40

0,556

59 9 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 0 0 0,8 1650,00

40

0,556

60 10 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 0 12 0,25 1650,00

28

0,556

61 11 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 0 12,4 0,4 1650,00

27,6

0,556

62 12 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4 0,1 12,3 0,2 1650,00

27,7

0,556

Page 101: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

63 13 20080411 Curug

Cibeureum 1 1 Aquatik

4

-

0,05 14,3 0,5 1650,00

25,7

0,556

64 1 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 0 15 0,1 1650,00

25

0,5

65 2 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 0 14,8 0,25 1650,00

25,2

0,5

66 3 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 0 14,5 0,24 1650,00

25,5

0,5

67 4 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 0 14,3 0,27 1650,00

25,7

0,5

68 5 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 -0,1 12,5 0,3 1650,00

27,5

0,5

69 6 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4

-

0,05 12,2 0,5 1650,00

27,8

0,5

70 7 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 0 6 2,1 1650,00

34

0,5

71 8 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 -0,3 2,4 0,7 1650,00

37,6

0,5

72 9 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 -1 2,1 0,6 1650,00

37,9

0,5

73 10 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 -0,5 2,3 0,85 1650,00

37,7

0,5

74 11 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 3 0 0,5 1650,00 300 250 900 40

0,5

75 12 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 3 0 0,5 1650,00 300 250 900 40

0,5

76 13 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 3 0 0,5 1650,00 300 250 900 40

0,5

77 14 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 3,5 0 0,25 1650,00

40

0,5

78 15 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 4,3 1,1 0,2 1650,00

38,9

0,5

79 16 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 4,4 8 0,1 1650,00

32

0,5

80 17 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 4,6 8,3 0,25 1650,00

31,7

0,5

81 18 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 4,2 8,4 0,2 1650,00

31,6

0,5

82 19 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 4,1 9 0,4 1650,00

31

0,5

83 20 20080412 Curug

Cibeureum 2 1 Aquatik

4 0 17,3 0,1 1650,00 22,7

0,5

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi

Jarak

dari

Sungai

(m)

Suhu

udara

(oC)

Suhu air

(oC)

Kelembaban

(%)

Ketinggian

dari tanah (m)

56 6 20080411 Curug

Cibeureum 0,5 16 15,0 89

1,5

57 7 20080411 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 89

1,2

58 8 20080411 Curug 0,3 16 15,0 89 1

Page 102: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Cibeureum

59 9 20080411 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 89

0,8

60 10 20080411 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 89

0,25

61 11 20080411 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 89

0,4

62 12 20080411 Curug

Cibeureum 0,1 16 15,0 89

0,2

63 13 20080411 Curug

Cibeureum 0,05 16 15,0 89

0,5

64 1 20080412 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 79

0,1

65 2 20080412 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 79

0,25

66 3 20080412 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 79

0,24

67 4 20080412 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 79

0,27

68 5 20080412 Curug

Cibeureum 0,1 16 15,0 79

0,3

69 6 20080412 Curug

Cibeureum 0,05 16 15,0 79

0,5

70 7 20080412 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 79

2,1

71 8 20080412 Curug

Cibeureum 0,3 16 15,0 79

0,7

72 9 20080412 Curug

Cibeureum 1 16 15,0 79

0,6

73 10 20080412 Curug

Cibeureum 0,5 16 15,0 79

0,85

74 11 20080412 Curug

Cibeureum 3 16 15,0 79

0,5

75 12 20080412 Curug

Cibeureum 3 16 15,0 79

0,5

76 13 20080412 Curug

Cibeureum 3 16 15,0 79

0,5

77 14 20080412 Curug

Cibeureum 3,5 16 15,0 79

0,25

78 15 20080412 Curug

Cibeureum 4,3 16 15,0 79

0,2

79 16 20080412 Curug

Cibeureum 4,4 16 15,0 79

0,1

80 17 20080412 Curug

Cibeureum 4,6 16 15,0 79

0,25

81 18 20080412 Curug

Cibeureum 4,2 16 15,0 79

0,2

82 19 20080412 Curug

Cibeureum 4,1 16 15,0 79

0,4

83 20 20080412 Curug

Cibeureum 0 16 15,0 79

0,1

Lanjutan

Page 103: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi Repl.

Katak

(Ada/Tdk

Ada)

Habitat Subsrat

Posisi Lokasi

Kodok Ketinggian

tempat (m

dpl)

Dimensi Lubang

(mm)

Jarak

dari

jalur

manusia

(m)

Kecepatan

Arus (m/dtk) x

(m)

y

(m)

z

(m) pjg lbr dalam

84 1 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 0 14 0,1 1650,00

26

0,556

85 2 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 0 13,8 0,1 1650,00

26,2

0,556

86 3 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 0 12 0,2 1650,00

28

0,556

87 4 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 -0,7 8 1,8 1650,00

32

0,556

88 5 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 -1 7,1 2 1650,00

32,9

0,556

89 6 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 -1,1 5 1 1650,00

35

0,556

90 7 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 -0,8 2,4 0,5 1650,00

37,6

0,556

91 8 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 -0,7 2,1 0,7 1650,00

37,9

0,556

92 9 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 -1 2,2 0,35 1650,00

37,8

0,556

93 10 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 -0,8 2,1 0,4 1650,00

37,9

0,556

94 11 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 3,5 10 0,1 1650,00

30

0,556

95 12 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 3,5 13 3 1650,00

27

0,556

96 13 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 3,3 10,5 1,3 1650,00

29,5

0,556

97 14 20080413 Curug

Cibeureum 3 1 Aquatik

4 3,2 12,8 2,5 1650,00

27,2

0,556

98 1 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 4

2371,48

5,4 0,333

99 2 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2371,48

4,5 0,333

100 3 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 3

2371,48

15,7 0,333

101 4 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 3

2371,48

20 0,333

102 5 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2371,48

35 0,333

103 6 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2371,48

65 0,333

104 7 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2371,48

75 0,333

105 8 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 3

2371,48

97 0,333

106 9 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2371,48

115,6 0,333

107 10 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2371,48

126,8 0,333

108 11 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2371,48

130,3 0,333

109 12 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 1

2302,41

145 0,333

110 13 20080409 Lebak Saat 1 0 Aquatik 3

2302,41

160,4 0,333

111 1 20080418 Bedogol 1 0

1

682,62

240 0,303

112 2 20080418 Bedogol 1 0

1

682,62

260 0,303

113 3 20080418 Bedogol 1 0 1 682,62 280 0,303

Page 104: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi

Jarak

dari

Sungai

(m)

Suhu

udara

(oC)

Suhu

air

(oC)

Kelembaban

(%)

Ketinggian

dari tanah

(m)

84 1 20080413 Curug

Cibeureum 0 16 15,5 89

0,1

85 2 20080413 Curug

Cibeureum 0 16 15,5 89

0,1

86 3 20080413 Curug

Cibeureum 0 16 15,5 89

0,2

87 4 20080413 Curug

Cibeureum 0,7 16 15,5 89

1,8

88 5 20080413 Curug

Cibeureum 1 16 15,5 89

2

89 6 20080413 Curug

Cibeureum 1,1 16 15,5 89

1

90 7 20080413 Curug

Cibeureum 0,8 16 15,5 89

0,5

91 8 20080413 Curug

Cibeureum 0,7 16 15,5 89

0,7

92 9 20080413 Curug

Cibeureum 1 16 15,5 89

0,35

93 10 20080413 Curug

Cibeureum 0,8 16 15,5 89

0,4

94 11 20080413 Curug

Cibeureum 3,5 16 15,5 89

0,1

95 12 20080413 Curug

Cibeureum 3,5 16 15,5 89

2,9

96 13 20080413 Curug

Cibeureum 3,3 16 15,5 89

1,3

97 14 20080413 Curug

Cibeureum 3,2 16 15,5 89

2,5

98 1 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

99 2 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

100 3 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

101 4 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

102 5 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

103 6 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

104 7 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

105 8 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

106 9 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

107 10 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

108 11 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

109 12 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

110 13 20080409 Lebak Saat 0 14 11,0 89 0

111 1 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

112 2 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

113 3 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

Page 105: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lanjutan

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi Repl.

Katak

(Ada/Tdk

Ada)

Habitat Subsrat

Posisi Lokasi

Kodok Ketinggian

tempat (m

dpl)

Dimensi Lubang

(mm)

Jarak

dari

jalur

manusia

(m)

Kecepatan

Arus (m/dtk) x

(m)

y

(m)

z

(m) pjg lbr dalam

115 5 20080418 Bedogol 1 0

1

733,91

320 0,303

116 6 20080418 Bedogol 1 0

1

682,62

340 0,303

117 7 20080418 Bedogol 1 0

1

709,97

360 0,303

118 8 20080418 Bedogol 1 0

1

709,97

380 0,303

119 9 20080418 Bedogol 1 0

4

709,97

400 0,303

120 10 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

420 0,303

121 11 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

440 0,303

122 12 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

460 0,303

123 13 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

480 0,303

124 14 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

500 0,303

125 15 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

520 0,303

126 16 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

540 0,303

127 17 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

560 0,303

128 18 20080418 Bedogol 1 0

1

695,42

580 0,303

129 19 20080418 Bedogol 1 0

1

712,50

600 0,303

130 20 20080418 Bedogol 1 0

1

712,50

620 0,303

131 21 20080418 Bedogol 1 0

1

712,50

640 0,303

132 22 20080418 Bedogol 1 0

1

712,50

660 0,303

133 23 20080418 Bedogol 1 0

1

732,57

680 0,303

134 24 20080418 Bedogol 1 0

1

732,57

700 0,303

135 25 20080418 Bedogol 1 0

1

732,57

720 0,303

136 26 20080418 Bedogol 1 0

1

732,57

740 0,303

137 27 20080418 Bedogol 1 0

1

725,69

760 0,303

138 28 20080418 Bedogol 1 0

1

725,69

780 0,303

139 29 20080418 Bedogol 1 0

1

725,69

800 0,303

140 30 20080418 Bedogol 1 0 1 725,69 820 0,303

Subsrat :1; Tanah, 2 : Pasir, 3: Krikil, 4: Batu

Jumlah

Kuadrat

Plot

No. Tanggal Lokasi

Jarak

dari

Sungai

(m)

Suhu

udara

(oC)

Suhu

air (oC)

Kelembaban

(%)

Ketinggian

dari tanah

(m)

115 5 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

116 6 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

117 7 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

118 8 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

119 9 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

120 10 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

121 11 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

Page 106: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

122 12 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

123 13 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

124 14 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

125 15 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

126 16 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

127 17 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

128 18 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

129 19 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

130 20 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

131 21 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

132 22 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

133 23 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

134 24 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

135 25 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

136 26 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

137 27 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

138 28 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

139 29 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

140 30 20080418 Bedogol 0 22,8 22,0 91 0

Page 107: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 3 Jenis vegetasi di lokasi Rawa Denok

91

Jenis Vegetasi

Kuadrat Plot

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

1 Acer laurinum

1

2 Coniogrammae sp

1

3 Ficus recurva

1

4 Amomum coccineum

5 Piper aduncum

1

1

6 Argostemma montanum

1

1

1

1

7 Curculigo recurvata

1

1

1

8 Cyperus sp

1 1 1

9 Diplazium repandum

1

1

1

10 Peperomia pellucida

1

1

1

11 Schefflera aromatica 1 1

1

12 Eupatorium riparium

1

1

1

1

13 Frecynetia sp

1

1

1

1

1

14 Pandanus sp

1

1 1

1

15 Pilea sp

1

1

1

1

16 Asplenium sp

1

1

1

1 1

1

17 Bryonopsis laciniosa

1

1

1

1

1

18 Ficus sp 1 1

1

1

1

19 Pilea trinervia

1 1

1

1

1

20 Medinilla hasseltii

1 1

1

1

1

1

21 Prochris laevigata

1 1

1 1

1

1

22 Diplazium sp

1 1

1 1

1

1

1

23 Eupatorium pallescens 1 1

1

1

1

1 1

24 Cyathea sp

1

1

1 1

1

1 1

1

25 Cyrtandra picta

1 1

1

1

1 1

1

1

1

1

26 Selaginella sp

1

1

1 1

1

1

1

1

1

27 Begonia sp

1

1 1

1 1 1

1 1

1

1

1

28 Impatiens platypetala

1 1

1

1 1

1

1

1

1

1 1

29 Strobilanthus sp 1 1

1

1

1

1

1

1 1 1

1

1

30 Elatostemma sp

1 1

1

1 1

1

1

1 1

1

1 1

1

1

31 Bryopsida 1

1 1 1 1

1

1 1 1 1 1

1 1 1

1 1 1 1

1 1 1

1

1

32 Hepaticopsida 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 108: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 4 Jenis vegetasi di lokasi Rawa

Gayonggong

Kuadrat Plot

No JenisVegetasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Musa sp 1 1 1

2 Eupatorium riparium 1

1

1

1 1

3 Peperomia pellucida 1

1

1

1 1

4 Diplazium sp

1 1 1

1 1 1

1

5 Prochris laevigata

1 1 1

1 1 1

1

6 Bryopsida 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Hepaticopsida 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 Marumia muscosa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 109: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 5 Jenis vegetasi di lokasi Curug Cibeureum

93

No Jenis Vegetasi

Kuadrat Plot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 Marumia muscosa

1

2 Pilea sp

1

5 Eupatorium pallescens 1

1

1

1

6 Peperomia pellucida

1

1 1

7 Eupatorium riparium

1 1

1

1

1

1

1 1 1

8 Impatiens platypetala

1

1 1

1

1 1 1

1 1

1

1

9 Prochris laevigata

1 1 1

1

1

1

1 1

10 Elatostemma sp

1 1

1

1 1 1

1 1 1

1

1

1 1 1

11 Cyathea sp 1 1

1

1

1

1

1

1 1

1

1 1

1

12 Bryopsida

1 1 1

1 1

1 1

1 1 1 1 1 1

13 Hepaticopsida

1 1 1

1 1

1 1

1 1 1 1 1 1

14 Selaginella sp 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Lanjutan

No Jenis Vegetasi

Kuadrat Plot 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47

1 Marumia muscosa

2 Pilea sp

3 Pilea trinervia

4 Diplazium sp

1

1

1

5 Eupatorium pallescens 1

1

1

1

6 Peperomia pellucida 1

1

1

1

1

1

7 Eupatorium riparium

1 1 1

1

8 Impatiens platypetala

1

1 1

1 1

1

1

9 Prochris laevigata 1

1

1

1 1 1 1

1 1

1

1

10 Elatostemma sp 1

1 1

1

1

1 1 1

1 1 1

1

11 Cyathea sp

1

1 1 1 1 1 1

1

1 1

1 1

1 1

12 Bryopsida

1

1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 Hepaticopsida

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 Selaginella sp 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 110: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 6 Jenis vegetasi di lokasi Lebak Saat

No Jenis Vegetasi

Kuadrat Plot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Acer laurinum

1

2 Asplenium sp 1 1

3 Bambusa sp

4 Begonia sp

1

1

5 Bryopsida

1

1

6 Curculigo recurvata

1

7 Cyathea sp

1

1

8 Cyperus sp

9 Cyrtandra picta

1

10 Diplazium sp

1

1

1 1

1

11 Elatostemma sp

1

1

12 Eupatorium pallescens

1

1

13 Ficus recurva

1

1

14 Frecynetia sp

15 Hepaticopsida 1

1 1

1

1

1

16 Impatiens platypetala

1 1 1 1 1 1

1 1

1

17 Medinilla hasseltii

1

1

1

18 Piper aduncum 1 1

1 1

1

19 Pilea sp 1

20 Pilea trinervia

1

1 1

1 1 1 1

21 Prochris laevigata

1

22 Selaginella sp 1

1

1

1 1 1

23 Strobilanthus sp 1

Page 111: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 7 Jenis vegetasi di lokasi Bedogol

No Jenis Vegetasi

Kuadrat Plot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

1 Amomum coccineum

1 1

2 Bambusa sp

1

1 1

3 Begonia sp

1

4 Caliiandra sp

1

5 Coffea sp

1

1

1

6 Crocus sp 1

1

7 Colocasia esculenta

1

8 Cyathea sp

1 1

9 Cyrtandra picta

1

10 Cyrtandra reticosa 1

1

11 Dicksonia blumei

1

1

12 Diplazium sp

1

1

1

1 1 1

1 1

13 Diplazium esculentum

1

14 Drynariansp

15 Elatostemma sp

1 1 1

1

1 1 1

1

16 Eupatorium pallescens

1 1

1

1

17 Ficus sp

1

18 Laportea stimulans 1

19 Marumia muscosa

1

1

1 1

1

1

20 Peristrophe hysopyfolia

1

21 Piper aduncum

1 1

1

1

22 Prochris laevigata 1 1

1

23 Selaginella sp

1

1

1 1 1 1 1

1 1

1 1

1

24 Schismatoglotis sp 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Lanjutan

No Jenis Vegetasi

Kuadrat Plot

26 27 28 29 30

1 Amomum coccineum

2 Bambusa sp

1

3 Begonia sp

4 Caliiandra sp

1

5 Coffea sp

6 Crocus sp

7 Colocasia esculenta

8 Cyathea sp

9 Cyrtandra picta

10 Cyrtandra reticosa

Page 112: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

11 Dicksonia blumei

12 Diplazium sp

1

13 Diplazium esculentum

1

1

14 Drynariansp

1

15 Elatostemma sp 1

1

16 Eupatorium pallescens

17 Ficus sp

18 Laportea stimulans

19 Marumia muscosa

1

20 Peristrophe hysopyfolia

21 Piper aduncum

22 Prochris laevigata

23 Selaginella sp 1

1

24 Schismatoglotis sp

Page 113: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 8 Analisis faktor mikrohabitat kodok merah

Factor Analysis

Communalities(a)

Initial

Extractio

n

Jarak dari air (m) 1.000 .054

Jarak dari jalur (m) 1.000 .976

ketinggian Tempat

(m) 1.000 .971

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a Only cases for which Katak = ada are used in the analysis phase.

Total Variance Explained(a)

Componen

t

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total

% of

Variance

Cumulative

% Total

% of

Variance

Cumulative

%

1 2.001 66.687 66.687 2.001 66.687 66.687

2 .973 32.421 99.108

3 .027 .892 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a Only cases for which Katak = ada are used in the analysis phase.

Component Matrix(a,b)

Compon

ent

1

Jarak dari air (m) .232

Jarak dari jalur (m) .988

ketinggian Tempat

(m) .985

Undefined error #11401 - Cannot open text file "h:\program files\spss

evaluation\en\windows\spss.err

a 1 components extracted.

b Only cases for which Katak = ada are used in the analysis phase.

Page 114: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 9 Uji Kruskal Wallis antara jarak dari sumber air dan jalur manusia

Uji Kruskal Wallis

Test Statistics(a,b)

Jarak

dari air

(m)

Jarak

dari jalur

(m)

Chi-

Square .841 78.327

df 2 2

Asymp.

Sig. .657 .000

a Kruskal Wallis Test

b Grouping Variable: Lokasi

Test of Homogeneity of Variances

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Jarak dari air

(m) 8.528 2 94 .000

Jarak dari jalur

(m) 51.208 4 135 .000

ANOVA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Jarak dari air

(m)

Between

Groups 7.115 2 3.558 .783 .460

Within Groups 426.906 94 4.542

Total 434.021 96

Jarak dari jalur

(m)

Between

Groups

5162486.

893 4

1290621.72

3 159.889 .000

Within Groups 1089715.

928 135 8071.970

Total 6252202.

821 139

Page 115: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 10 Regresi Logistik jenis vegetasi pada lokasi ada/tidak ditemukannya

kodok merah

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a Bryopsida 3.683 .755 23.781 1 .000 39.758

Constant -.217 .234 .861 1 .353 .805

Step 2b Bryopsida 4.319 1.044 17.101 1 .000 75.139

Piper_aduncum -3.854 1.359 8.046 1 .005 .021

Constant -.010 .245 .002 1 .968 .990

Step 3c Bryopsida 4.064 1.050 14.974 1 .000 58.218

Piper_aduncum -3.897 1.344 8.404 1 .004 .020

Schismatoglotis_sp -21.277 1.290E4 .000 1 .999 .000

Constant .265 .264 1.009 1 .315 1.303

Step 4d Bryopsida 4.888 1.311 13.907 1 .000 132.722

Pilea_trinervia -3.022 1.284 5.538 1 .019 .049

Piper_aduncum -3.864 1.487 6.756 1 .009 .021

Schismatoglotis_sp -21.476 1.294E4 .000 1 .999 .000

Constant .457 .279 2.672 1 .102 1.579

Step 5e Bryopsida 5.200 1.296 16.109 1 .000 181.215

Marumia_muscosa -2.280 .969 5.535 1 .019 .102

Pilea_trinervia -3.458 1.349 6.572 1 .010 .031

Piper_aduncum -4.279 1.566 7.468 1 .006 .014

Schismatoglotis_sp -21.617 1.272E4 .000 1 .999 .000

Constant .752 .313 5.768 1 .016 2.122

Step 6f Bryopsida 5.152 1.303 15.644 1 .000 172.717

Coffea_sp -22.179 2.321E4 .000 1 .999 .000

Marumia_muscosa -2.494 .975 6.546 1 .011 .083

Pilea_trinervia -3.629 1.350 7.231 1 .007 .027

Piper_aduncum -4.433 1.568 7.991 1 .005 .012

Schismatoglotis_sp -21.829 1.267E4 .000 1 .999 .000

Constant .976 .339 8.290 1 .004 2.653

Step 7g Bryopsida 5.053 1.312 14.841 1 .000 156.559

Coffea_sp -22.362 2.321E4 .000 1 .999 .000

Diplazium_esculentum -21.900 2.211E4 .000 1 .999 .000

Marumia_muscosa -2.505 1.004 6.228 1 .013 .082

Pilea_trinervia -3.739 1.341 7.774 1 .005 .024

Piper_aduncum -4.530 1.558 8.457 1 .004 .011

Schismatoglotis_sp -22.009 1.265E4 .000 1 .999 .000

Constant 1.159 .363 10.215 1 .001 3.187

a. Variable(s) entered on step 1: Bryopsida.

b. Variable(s) entered on step 2: Piper_aduncum.

c. Variable(s) entered on step 3: Schismatoglotis_sp.

d. Variable(s) entered on step 4: Pilea_trinervia.

e. Variable(s) entered on step 5: Marumia_muscosa.

f. Variable(s) entered on step 6: Coffea_sp.

g. Variable(s) entered on step 7: Diplazium_esculentum.

Page 116: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 119.644a .315 .445

2 105.988b .379 .535

3 93.840c .431 .608

4 84.974c .466 .657

5 77.991c .492 .694

6 70.711c .517 .730

7 64.839c .537 .758

a. Estimation terminated at iteration number 6 because

parameter estimates changed by less than .001.

b. Estimation terminated at iteration number 7 because

parameter estimates changed by less than .001.

c. Estimation terminated at iteration number 20 because

maximum iterations has been reached. Final solution cannot

be found.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 0 .

2 .240 2 .887

3 .271 2 .873

4 .943 3 .815

5 .363 3 .948

6 .391 4 .983

7 .336 4 .987

Page 117: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 11 Uji beda nyata subrat

Y

Observed N Expected N Residual

0 49 70.0 -21.0

1 91 70.0 21.0

Total 140

Test Statistics

Y X1

Chi-Square 12.600a 64.686

b

df 1 2

Asymp. Sig. .000 .000

a. 0 cells (.0%) have expected

frequencies less than 5. The minimum

expected cell frequency is 70.0.

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Y 140 .6500 .47868 .00 1.00

X1 140 2.7714 1.46097 1.00 4.00

Page 118: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Test Statistics

Y X1

Chi-Square 12.600a 64.686

b

df 1 2

Asymp. Sig. .000 .000

a. 0 cells (.0%) have expected

frequencies less than 5. The minimum

expected cell frequency is 70.0.

b. 0 cells (.0%) have expected

frequencies less than 5. The minimum

expected cell frequency is 46.7.

Page 119: TINGKAT KESESUAIAN DAN PREFERENSI HABITAT … · Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menduga preferensi habitat kodok merah dan tingkat kesesuaian habitat

Lampiran 12 Koordinat titik validasi kodok merah di TNGGP

LOKASI Koordinat Koordinat

Rawa Gayonggong 106 59' 22.13" E 6 45' 1.14" S

Rawa Gayonggong 106 59' 22.11" E 6 45' 1.21" S

Rawa Denok 106 59' 3.83" E 6 45' 31.37" S

Rawa Denok 106 59' 3.78" E 6 45' 31.42" S

Rawa Denok 106 59' 3.75" E 6 45' 31.20" S

Rawa Denok 106 59' 4.14" E 6 45' 31.20" S

Rawa Denok 106 59' 4.20" E 6 45' 31.14" S

Rawa Denok 106 59' 4.39" E 6 45' 31.05" S

Rawa Denok 106 59' 3.48" E 6 45' 31.44" S

Rawa Denok 106 59' 3.93" E 6 45' 31.34" S

Curug Cibeureum 106 59' 7.61" E 6 45' 13.48" S

Curug Cibeureum 106 59' 7.65" E 6 45' 13.57" S

Curug Cibeureum 106 59' 7.60" E 6 45' 13.58" S

telaga biru 106 59' 41.18" E 6 44' 55.13" S

telaga biru 106 59' 40.94" E 6 44' 55.42" S

telaga biru 106 59' 39.53" E 6 44' 54.71" S

Situ Gunung 106 55' 27.93" E 6 49' 57.15" S

Ciwalen 107 0' 13.86" E 6 44' 38.46" S

Bodogol 106 51' 4.93" E 6 46' 12.68" S

Selabintana 106 57' 49.90" E 6 50' 33.13" S