TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang...

113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh AGENG NUGRAHENI C 0106005 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang...

Page 1: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh AGENG NUGRAHENI

C 0106005

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 2: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Disusun oleh

AGENG NUGRAHENI C0106005

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Sujono, M. Hum. NIP. 195504041983031002

Pembimbing II

Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. NIP. 195710231986012001

Mengetahui, Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. NIP. 196001011987031004

Page 3: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Disusun oleh :

AGENG NUGRAHENI C0106005

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 03 Mei 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Imam Sutardjo, M. Hum ……………..

NIP. 196001011987031004

Sekretaris Dra. Sri Mulyati, M. Hum …………….. NIP. 195610211981032001

Penguji I Drs. Sujono, M. Hum. …………….. NIP. 195504041983031002

Penguji II Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum. ……………..

NIP. 195710231986012001

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs . Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001

Page 4: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN Nama : Ageng Nugraheni

Nim : C0106005

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Tindak Tutur Direktif

Bahasa Jawa di Kantor UPT DISIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

(Suatu Kajian Pragmatik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak

dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda

citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari

skripsi tersebut.

Surakarta, 24 April 2010

Yang membuat pernyataan,

Ageng Nugraheni

Page 5: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Inti dari hidup ini adalah bagaimana bersyukur dan bersabar. Bersyukur dalam kebaikan

dan kesuksesan, serta bersabar dalam keburukan dan kegagalan.

Jujur dan tawakkal akan mempermudah segala fase dalam hidup demi memperoleh

akhir yang baik.

Semua takdir Allah adalah yang terbaik bagi kita, yakinlah!

Page 6: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu percaya padaku, selalu mendoakanku, selalu

memberikan yang terbaik untukku, dan yang mendidikku dalam kasih sayang agar

menghormati serta menghargai orang lain.

Mas, Mbak, serta adik-adikku yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta

memberikan warna keceriaan dalam hidupku.

Page 7: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah s. w. t. atas rahmat dan nikmat-Nya

sehingga skripsi dengan judul Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi tersebut merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M. A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang

memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Imam Sutardjo, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan ilmunya serta kesempatan

kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan dan

pembimbing kedua yang telah memberikan ilmu, kasih sayang dan

bimbingannya dengan penuh perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

4. Drs. Sujono, M. Hum., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan

waktu, perhatian, kesabaran, dan kebijaksanaan serta bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

5. Drs. Mulyoto, M. Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah berkenan

mencurahkan perhatian dan nasihatnya kepada penulis selama studi di

Jurusan Sastra Daerah.

6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah

memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Bapak dan Ibu serta seluruh keluarga, terima kasih atas cinta kasih,

semangat, harapan serta kepercayaannya kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

8. Wiji, Mbak Hasna, Mbak Tika, Mbak Ipuk, Nastiti, Cincin, Wahyu, serta

teman-teman Sasda 2006 dan 2005, terima kasih atas kesetiaan, dukungan,

semangat, pinjaman komputer serta bukunya yang telah membantu

kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Informan yang sangat berjasa atas terselesaikannya skripsi ini, serta semua

pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu

dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis berharap saran dan kritik yang

membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 24 April 2010

Penulis

Page 9: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI Hal

JUDUL .................................................................................................. i

PERSETUJUAN .................................................................................... ii

PENGESAHAN .................................................................................... iii

PERNYATAAN .................................................................................... iv

MOTTO ................................................................................................. v

PERSEMBAHAN ................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ........................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN…. ..................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ............................................... xiv

ABSTRAK ............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. Pembatasan Masalah ..................................................... 9

C. Rumusan Masalah ......................................................... 9

D. Tujuan Penelitian ........................................................... 10

E. Manfaat Penelitian ......................................................... 11

1. Manfaat Teoretis ....................................................... 11

2. Manfaat Praktis ........................................................ 11

F. Sistematika Penulisan .................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................. 13

A. Pengertian Pragmatik ..................................................... 13

Page 10: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif ......................... 13

1. Tindak Tutur ............................................................. 13

2. Tindak Tutur Direktif ............................................... 15

C. Prinsip Kerjasama ........................................................... 17

D. Teori Kesantunan Berbahasa ......................................... 19

1. Teori Kesantunan Robin Lakoff .............................. 19

2. Teori Kesantunan Geoffrey Leech .......................... 20

3. Teori Kesantunan Brown dan Levinson .................. 24

E. Praanggapan, Implikatur, Entailment ............................. 26

1. Praanggapan ............................................................. 26

2. Implikatur ................................................................ 26

3. Entailment ................................................................ 27

F. Situasi Tutur ................................................................... 28

G. Peristiwa Tutur ............................................................... 29

H. UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 31

1. Sejarah Singkat Berdirinya UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap .................. 31

2. Struktur Organisasi .................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 39

A. Jenis Penelitian .............................................................. 39

B. Lokasi Penelitian ........................................................... 39

C. Data dan Sumber Data ................................................... 40

D. Alat Penelitian ............................................................... 41

Page 11: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

E. Populasi dan Sampel....................................................... 41

F. Metode Pengumpulan Data ........................................... 42

G. Metode Analisis Data .................................................... 43

1. Metode Kontekstual ................................................. 43

2. Metode Padan .......................................................... 43

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data .......................... 45

BAB IV ANALISIS DATA .................................................................. 46

A. Fungsi TTD Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap ......................... 46

1. Menyuruh .............................................................. 47

2. Menasihati ............................................................. 51

3. Meminta Ijin .......................................................... 55

4. Menyarankan ......................................................... 58

5. Menganjurkan ........................................................ 61

6. Mempersilakan ...................................................... 64

7. Mengingatkan ........................................................ 67

8. Melarang ................................................................ 70

9. Menginterogasi ...................................................... 73

10. Menyumpah ........................................................... 76

11. Menantang ............................................................. 77

12. Menyapa ................................................................ 78

13. Mengharap ............................................................. 80

Page 12: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

B. Faktor yang Melatarbelakangi TTD Bahasa Jawa di Kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 81

1. Penutur dan Mitra Tutur ........................................ 81

2. Konteks Tuturan .................................................... 84

3. Tujuan Tuturan ...................................................... 85

4. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas . 86

5. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal ................. 88

C. Kesantunan Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap 89

BAB V PENUTUP .............................................................................. 94

A. Simpulan ........................................................................ 94

B. Saran .............................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 97

LAMPIRAN .......................................................................................... 99

Page 13: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Data Tindak Tutur Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Sidareja

2. Lampiran 2 : Data Informan

3. Lampiran 3 : Gambar UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap

4. Lampiran 4 : Surat Pengantar dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa

5. Lampiran 5 : Surat Keterangan dari UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap

Page 14: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

Daftar Singkatan

UPT : Unit Pelayanan Teknis

DISDIKPORA: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

P : Penutur

MT : Mitra Tutur

TTD : Tindak Tutur Direktif

Kasubbag TU : Kepala Sub Bagian Tata Usaha

s. w. t. : Subhanahu wa ta’ala

SASDA 2006 : Sastra Daerah 2006

SBLC : Simak Bebas Libat Cakap

SLC : Simak Libat Cakap

TK : Taman Kanak-kanak

SD : Sekolah Dasar

Daftar Tanda

. : Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

, : Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat

setara berikutnya.

: : Tanda titik dua dapat digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti

rangkaian atau pemerian. Selain itu tanda titik dua juga digunakan sesudah kata

atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

? : Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.

Page 15: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

! : Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau

perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa

emosi yang kuat.

() : Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

“” : Tanda petik dobel digunakan untuk mengapit tuturan.

‘’ : Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit terjemahan.

/ : Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata atau.

Page 16: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK

Ageng Nugraheni. C0106005. 2010. Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu kajian yang mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Lokasi penelitian di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Data penelitian berupa data lisan, wujudnya adalah tuturan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Sumber data lisan berasal dari informan terpilih. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap, sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal.

Hasil analisis data yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 13 fungsi, yakni menyuruh, menasihati, meminta ijin, menyarankan, menganjurkan, mempersilakan, mengingatkan, melarang, menginterogasi, menyumpah, menantang, menyapa, dan mengharap; (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 5 aspek, yakni penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan sebuah tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal; (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sangat tergantung pada P dan MT. P dan MT dalam melakukan tuturannya ada yang memperhatikan kesopansantunan dan ada yang tidak memperhatikan kesopansantunan berbahasa. Tetapi dengan memperhatikan kaidah sosial dan mempertimbangkan skala pragmatik, P dan MT dapat menjalin hubungan yang mesra dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam penelitian ini tuturan yang dianggap paling santun bagi MT adalah tuturan yang memiliki alternatif pilihan sebanyak mungkin, memerlukan biaya sedikit/tenaga sedikit tapi keuntungan yang diperoleh sangat besar dan tuturan yang dituturkan secara tidak langsung.

Page 17: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP (SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

Ageng Nugraheni1 Drs. Sujono, M.Hum.2 Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum.3

ABSTRAK

2010. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu kajian yang mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Lokasi penelitian di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Data penelitian berupa data lisan, wujudnya adalah tuturan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Sumber data lisan berasal dari informan terpilih. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak. Teknik dasar 1 Mahasiswa Jurusan Sastra Daerah dengan NIM C 0106005 2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II

yang dipakai ialah teknik sadap, sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode padan. Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Hasil analisis data yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 13 fungsi, yakni menyuruh, menasihati, meminta ijin, menyarankan, menganjurkan, mempersilakan, mengingatkan, melarang, menginterogasi, menyumpah, menantang, menyapa, dan mengharap; (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat ditemukan ada 5 aspek, yakni penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan sebuah tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal; (3) kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sangat tergantung pada P dan MT. P dan MT dalam melakukan tuturannya ada yang memperhatikan kesopansantunan dan ada yang tidak memperhatikan kesopansantunan berbahasa. Tetapi dengan memperhatikan kaidah sosial dan mempertimbangkan skala pragmatik, P dan MT dapat menjalin hubungan yang mesra dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam penelitian ini tuturan yang dianggap paling santun bagi MT adalah tuturan yang memiliki alternatif pilihan sebanyak mungkin, memerlukan biaya sedikit/tenaga sedikit tapi keuntungan yang diperoleh sangat besar dan tuturan yang dituturkan secara tidak langsung.

Page 18: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 2). Dari definisi tersebut ilmu pragmatik

menekankan pada maksud yaitu makna yang terkait konteks (context dependent)

atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur. Berdasarkan uraian di atas, maka

dapat ditegaskan bahwa hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar

dalam pemahaman pragmatik.

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks dalam semua

aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan yang bersangkutan.

Dalam pragmatik konteks pada hakikatnya adalah semua latar belakang

pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan

lawan tutur.

Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya.

Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud

dari pembicara diketahui pendengar (Harimurti Kridalaksana, 2001:171). Seperti

dalam aktivitas sosial, kegiatan berinteraksi baru dapat terwujud apabila manusia

terlibat di dalamnya. Dalam berinteraksi, penutur dan mitra tutur saling menyadari

bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasa dan

Page 19: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

interpretasi-interpretasi terhadap tindakan, dan ucapan mitra tuturnya. Setiap

peserta tutur bertanggungjawab terhadap tindakan penyimpangan kaidah

kebahasaan dalam interaksi lingual tersebut. Terlebih lagi bahwa dalam bertutur,

setiap peserta tutur banyak dipengaruhi oleh konteks yang menjadi latar belakang

tuturan tersebut, karena konteks akan sangat menentukan bentuk tuturan. Di

dalam suatu tuturan ada maksud dan faktor yang melatarbelakangi penutur dalam

menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur.

Searle (1975) (dalam Leech, 193: 164-165) mengemukakan bahwa tindak

tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar

si pendengar atau mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran

itu, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

Salah satu contoh tuturan tindak tutur direktif bahasa Jawa yang terjadi di

Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah tindak

tutur direktif menyuruh berikut ini.

Data 1

P : “ Guwe tulung mbak fotokopi ya!” ‘Minta tolong itu difotokopi ya mbak!’ MT : “Endi?” ‘Mana?’ P : “ Kuwe kuwe miki bu Ikah.” ‘Itu itu tadi bu Ikah’

Tindak tutur tersebut di atas dilakukan penutur kepada mitra tutur agar

melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Data 1 merupakan contoh

tindak tutur direktif yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap. Tindak tutur direktif menyuruh tersebut dilakukan

Page 20: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

oleh penutur yang berkedudukan sebagai pengawas TK/SD kepada mitra tutur

yaitu PSG yang sedang melakukan magang di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Kata “Tulung” ‘Tolong’ dalam tuturan di

atas memberi kesan menyuruh tetapi dengan sedikit merendah. Penggunaan kata

tersebut berfungsi untuk menyuruh MT melakukan keinginan penutur dengan

sukarela. Maksim yang dikemukakan oleh Grice tercapai dalam tuturan ini, baik

maksim kuantitas yaitu memberikan informasi secukupnya atau sejumlah yang

diperlukan oleh mitra tutur, maksim relevansi yakni memberikan tanggapan

secara relevan berdasarkan konteks pembicaraan, serta maksim cara yaitu tuturan

tersebut dikomunikasikan secara wajar, tidak bersifat ambigu atau bermakna

ganda. Walaupun skala keotoritasan yang dikemukakan oleh Leech terjadi, tetapi

P meminimalkan skala keotoritasan tersebut dengan mempergunakan kata

“Tulung” ‘Tolong’.

Pelanggaran terhadap skala jarak sosial juga terjadi dalam tuturan pada

data 1. MT jauh lebih muda dibandingkan dengan P, umur keduanya terpaut

sangat jauh. Tetapi MT menggunakan ragam ngoko untuk menanggapi

permintaan P, dan hal ini merupakan pelanggaran skala jarak sosial yang

dikemukakan oleh Leech. Berdasarkan skala ini, penutur atau mitra tutur yang

berumur lebih muda seharusnya menggunakan ragam yang lebih menghargai

mitra tutur atau penuturnya. Hal ini terjadi akibat ketidaktahuan mitra tutur

terhadap tingkat tutur yang mengatur kesantunan berbahasa. Oleh karena itu, perlu

tindak lanjut yang terarah dan teliti untuk mengatasi ketidaktahuan generasi muda

pada masa sekarang ini terhadap kesantunan berbahasa.

Page 21: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

UPT DISDIKPORA merupakan organisasi yang melaksanakan urusan

Pemerintah Pusat dalam lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan yang

diserahkan oleh Pemerintah Pusat kepada Propinsi. Sesuai dengan tugasnya, UPT

DISDIKPORA bertanggungjawab atas pendidikan, pengajaran dan kebudayaan

dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan sebagian besar kegiatan yang ada di

masyarakat terpantau oleh UPT DISDIKPORA. Dari kenyataan ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa para pegawai yang ada dikantor UPT DISDIKPORA berasal

dari background yang berbeda-beda dengan tugas yang berbeda pula sesuai

dengan struktur organisasinya. Dengan tugas yang berbeda, para pegawai

dihadapkan pula pada pihak-pihak yang berbeda dari jabatan hingga status sosial.

Tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, dimaksudkan sebagai perwujudan

penggunaan bentuk-bentuk tuturan berbahasa Jawa yang dipergunakan oleh

pegawai. Bentuk-bentuk tuturan tersebut antara lain tindak tutur menyuruh,

meminta ijin, permisi, menyela/interupsi, menasihati, merekomendasi,

menganjurkan, menegur, melarang, menginterogasi, mempersilakan, memaksa,

mengingatkan, menguji, meminta restu, melamar, memperingatkan, melerai,

merayu, menantang, menyarankan, menyumpah, mengharap, mengajak,

mendesak, memarahi, menagih janji, membujuk, mengusir.

Dalam data di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap, ditemukan tuturan antara P dan MT yang termasuk tindak tutur direktif

merekomendasi sebagai berikut.

Page 22: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Data 2

P : “Guwe utusan anu ya kena, utusan PSG.” ‘Itu menyuruh itu juga bisa, menyuruh PSG’ MT : “Anu adoh Pak.” ‘Jauh pak’ P : “Anu biasa, biasa mlaku.” ‘Sudah biasa, biasa jalan’

Tindak tutur yang terjadi pada data 2 adalah tindak tutur direktif

merekomendasi. Tindak tutur tersebut terjadi antara MT dengan P. MT bermaksud

memfotokopi berkas-berkasnya, kemudian P merekomendasikan MT untuk

menyuruh PSG memfotokopinya. Penggunaan ragam ngoko dalam tuturan ini

menandakan keakraban yang tinggi diantara P dan MT. Frasa “Ya kena” ‘Juga

bisa’ dalam tuturan tersebut merupakan penanda lingual yang berfungsi untuk

merekomendasi. Penanda lingual tersebut digunakan P untuk memberikan pilihan

kepada MT. Kemudian MT menanggapi rekomendasi tersebut dengan menjawab

“Anu adoh pak” ‘Jauh pak’ yang berkesan agak tidak setuju dengan rekomendasi

yang dilakukan P. Tapi P akhirnya memberi penekanan yang menegaskan bahwa

PSG yang direkomendasikan sudah terbiasa berjalan kaki walaupun jauh.

Penelitian yang berjudul “Tindak Tutur Direktif bahasa Jawa di kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap” menggunakan

singkatan P untuk penutur dan singkatan MT untuk mitra tutur. Penggunaan P dan

MT tersebut bertujuan untuk menghindari penumpukkan peran dalam sebuah

tuturan yang memiliki partisipan aktif lebih dari 2. Penumpukkan peran yang

dimaksud adalah jika terdapat 2 P dan 1 MT dalam sebuah tuturan, penggunaan

O1 dan O2 akan menimbulkan kerancuan. Apabila P kedua disebut sebagai O3,

padahal yang dimaksud dalam tuturan tersebut adalah P secara bersama-sama ikut

Page 23: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

dalam tindak pertuturan bukan sebagai orang yang dibicarakan dalam pertuturan

tersebut, maka antara P dan O3 tersebut memiliki peran yang berbeda. Oleh karena

itu, penggunaan P dan MT dirasa lebih tepat digunakan dalam penelitian ini.

Peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai kesantunan bahasa

antara lain.

(1) “Kesopansantunan Berbahasa Jawa dalam Tindak Tutur Direktif

Masyarakat Tutur Jawa Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten”

(2005) oleh Sri Fafina Lestyaningsih. Penelitian tersebut membahas

bentuk kesopansantunan, faktor penentu kesopansantunan, dan strategi

komunikasi yang ditempuh untuk mencapai kesopansantunan suatu ujaran.

(2) “Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa dalam Ketoprak “Sinamuring

Kasetyan Jati dan Surya Sakembaran”” (2002) oleh Fery Ayuni Dyah

Kusumawati yang membahas tentang bentuk tindak tutur direktif, fungsi

tindak tutur direktif, maksud, serta derajat kesopansantunan dalam tindak

tutur direktif bahasa Jawa dalam Ketoprak “Sinamuring Kasetyan Jati dan

Surya Sakembaran”.

(3) “Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukkan Wayang Lakon

Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono” (2009) oleh Kenfitria

Diah Wijayanti yang membahas tentang bentuk tindak tutur direktif,

fungsi dan makna, faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif

dalam pertunjukkan wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb

Soedharsono.

Page 24: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

(4) “Kesantunan Berbahasa Jawa oleh Pedagang Keturunan Arab di

Pasar Beteng Surakarta (Suatu Kajian Pragmatik) (2009) oleh Dyah

Ayu Nur Ismayawati yang membahas tentang bentuk, faktor yang

melatarbelakangi, dan fungsi kesantunan berbahasa Jawa oleh pedagang

keturunan Arab di pasar Beteng.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, hal itu dikarenakan instansi yang dijadikan objek adalah instansi

yang memantau hampir seluruh kegiatan yang ada di masyarakat. Masyarakat

yang diamati pun berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal

bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari. Masyarakat yang

diamati dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berbahasa Jawa subdialek

Banyumas. Objek penelitian ini adalah sebuah instansi, maka sangat

dimungkinkan terjadi komunikasi antara pegawai yang berkedudukan tinggi

dengan yang lebih rendah dan sebaliknya, maupun komunikasi antara pegawai

dalam jabatan yang sama. Hal ini akan menimbulkan variasi kebahasaan yang

sangat penting untuk diteliti.

Beberapa hasil penelitian tersebut sebagai referensi penelitian ini. Selain

itu, penelitian tersebut berguna sebagai acuan untuk menambah wawasan peneliti.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut.

Pertama, di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap masih menggunakan bahasa Jawa untuk melakukan komunikasi. Bahasa

Jawa yang digunakan di kecamatan Sidareja kabupaten Cilacap adalah bahasa

Jawa Cilacap yang merupakan subdialek Banyumas. Yang menjadi keunikan

Page 25: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

dalam hal ini adalah bahwa bahasa Jawa Cilacap berbeda dengan bahasa Jawa

standar yaitu bahasa Jawa Surakarta. Hal ini menjadi salah satu faktor yang sangat

menarik untuk diteliti, karena kebanyakan penelitian lebih memilih objek

berbahasa standar daripada bahasa yang bersubdialek Banyumas. Bahasa sebagai

sarana penyampaian informasi juga memiliki maksud ujaran yang tersirat dalam

tuturan. Untuk mengetahui maksud ujaran diperlukan suatu kajian pragmatik.

Oleh karena itu, peneliti mengkaji tindak tutur direktif bahasa Jawa yang

digunakan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

dengan suatu kajian pragmatik.

Kedua, pegawai yang bekerja di kantor UPT DISDIKPORA kecamatan

Sidareja kabupaten Cilacap berasal dari daerah yang berbeda dan berhadapan

dengan pihak-pihak yang berbeda pula sesuai dengan tugas masing-masing.

Sehingga dimungkinkan adanya variasi kebahasaan dalam berinteraksi dengan

pegawai lain. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui seperti apakah fungsi

tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap.

Ketiga, dalam penyampaian tuturannya penutur dipengaruhi beberapa

faktor yang melatarbelakangi sehingga terjadi ragam bahasa dalam pengujaran

kalimatnya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor apa sajakah yang

melatarbelakangi tuturan yang diujarkan oleh penutur.

Keempat, berdasarkan penelitian terdahulu tentang kajian pragmatik yang

pernah dilakukan, penelitian tentang tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap belum pernah

Page 26: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai tindak tutur

direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap.

B. Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian yang berjudul Tindak Tutur Direktif Bahasa

Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap (Suatu Kajian Pragmatik) dibatasi agar tidak meluas. Oleh karena itu,

objek kajian dari penelitian ini adalah fungsi tutur direktif bahasa Jawa di kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, faktor yang

melatarbelakangi tindak tutur direktif yang dilakukan oleh penutur, serta

kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diteliti dari batasan masalah di atas adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini dikaji untuk

mengetahui fungsi dari tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

2. Faktor apa sajakah yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di

kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini

dikaji untuk mengetahui faktor apa sajakah yang melatarbelakangi penggunaan

Page 27: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap.

3. Bagaimanakah kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap? Masalah ini dikaji untuk

mengetahui seberapa santunkah tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang dapat

dirinci adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

2. Mendeskripsikan faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa

Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap.

3. Mendeskripsikan kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Page 28: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis

berupa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai referensi penelitian

linguistik, khususnya masalah tindak tutur direktif bahasa Jawa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diharapkan masyarakat

dapat memakai ujaran yang santun di berbagai ranah. Selain itu, penelitian

ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya, digunakan

sebagai materi pengajaran bahasa Jawa bagi Guru bahasa Jawa, dan dapat

digunakan sebagai sumbangan terhadap pengembangan dan pembinaan

bahasa Jawa.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini meliputi lima bab, yaitu sebagai

berikut.

Bab I adalah Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori, meliputi pengertian pragmatik, tindak tutur

dan tindak tutur direktif, prinsip kerjasama, teori kesantunan berbahasa,

Page 29: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

praanggapan, implikatur, entailment, situasi tutur, peristiwa tutur, serta

sejarah dan struktur organisasi UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap.

Bab III adalah Metode Penelitian. Metode Penelitian ini mencakup

bentuk dan jenis penelitian, lokasi penelitian, data penelitian, alat

penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, metode

analisis data, metode penyajian data.

Bab IV Hasil Analisis dan Pembahasan, merupakan hasil analisis

mengenai tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Bab V adalah Penutup. Berisi tentang simpulan dan saran dari hasil

penelitian yang telah dilakukan.

Page 30: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pragmatik

Cukup banyak kiranya batasan atau definisi mengenai pragmatik. Menurut

Putu Wijana, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur

bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

komunikasi (I Dewa Putu Wijana, 1996: 2).

George Yule (2006: 3) menyebutkan bahwa pragmatik adalah studi

tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh

pendengar. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis

tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan

makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Dari pengertian pragmatik yang telah dipaparkan tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang linguistik yang

mempelajari maksud penutur.

B. Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif

1. Tindak Tutur

Tindak tutur merupakan pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu

maksud dari pembicara diketahui pendengar (Harimurti Kridalaksana, 2001:171).

Di dalam mengatakan suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan

sesuatu dengan pengucapan kalimat itu. Di dalam pengucapan kalimat ia juga

“menindakkan” sesuatu. Dengan pengucapan kalimat “Arep ngombe apa?” ‘Mau

Page 31: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

minum apa?’. Si pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta

jawaban tertentu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni menawarkan minuman.

Seorang ibu rumah pondokan putri, mengatakan “Sampun jam sanga” ‘Sudah jam

sembilan’. Ia tidak semata-mata memberi tahu keadaan jam pada waktu itu; ia

juga menindakkan sesuatu, yaitu memerintahkan si mitra tutur supaya pergi

meninggalkan rumah pondokannya.

Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang

sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya.

Austin (1962)(http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/) mengemukakan

bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan

tindakan (act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia

membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi,

ilokusi, dan perlokusi.

1. Lokusi

Lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan

sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam

kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Di sini

maksud atau fungsi ujaran itu belum menjadi perhatian. Jadi, apabila

seorang penutur (selanjutnya disingkat P) Jawa mengujarkan “Aku ngelak”

‘saya haus’ dalam tindak lokusi kita akan mengartikan “aku” ‘saya’

sebagai ‘pronomina persona tunggal’ (yaitu si P) dan “ngelak” ‘haus’

mengacu ke ‘tenggorokan kering dan perlu dibasahi’, tanpa bermaksud

untuk minta minum.

Page 32: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Ilokusi

Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara

tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa

ujaran itu dilakukan. Jadi, “Aku ngelak” ‘saya haus’ yang diujarkan oleh P

dengan maksud ‘minta minum’ adalah sebuah tindak ilokusi.

2. Perlokusi

Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan

oleh P. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi

mitra tutur. Jadi, jika mitra tutur melakukan tindakan mengambilkan air

minum untuk P sebagai akibat dari tindak tutur itu maka di sini dapat

dikatakan terjadi tindak perlokusi.

2. Tindak Tutur Direktif

George Yule (2006: 93) menyebutkan bahwa tindak tutur direktif adalah

tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar

melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu untuk mendorong mitra

tutur melakukan sesuatu. Dengan kata lain tindak tutur direktif menyatakan apa

yang menjadi keinginan penutur.

Searle (dalam Leech, 1993: 327) menyebutkan beberapa bentuk tindak

tutur direktif (verba direktif), yakni meminta (ask), meminta dengan sangat (beg),

memohon dengan sangat (bid), memberi perintah (command), menuntut

(demand), melarang (forbid), menganjurkan (recommend), dan memohon

(request).

Telah disebutkan sebelumnya bahwa sesuai dengan judul penelitian ini,

yaitu tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Page 33: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sidareja Kabupaten Cilacap, dimaksudkan sebagai perwujudan penggunaan

bentuk-bentuk tuturan berbahasa Jawa yang dipergunakan oleh penutur di kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Bentuk-bentuk

tuturan tersebut antara lain tindak tutur menyuruh, meminta ijin, permisi,

menyela/interupsi, menasihati, merekomendasi, menganjurkan, menegur,

melarang, menginterogasi, mempersilakan, memaksa, mengingatkan, menguji,

meminta restu, melamar, memperingatkan, melerai, merayu, menantang,

menyarankan, menyumpah, mengharap, mengajak, mendesak, memarahi,

menagih janji, membujuk, mengusir.

Beberapa data yang ditemukan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut.

Data 3

P :” Saya tek pamit dulu.” ‘Saya pamit dulu’ MT :” Ya ya ya.” ‘Iya iya’

Data 4

P :” Apa njenengan meng kantor kana bae langsung?” ‘Bagaimana jika anda ke kantor di sana langsung’ MT :” Meng nganah?” ‘Ke sana?’ P :” Nggih…” ‘Iya’

Data 5

P :” Seniki ten pundi?” ‘Sekarang di mana?’ MT :” Niku teng mriku.” ‘Itu di situ’

Page 34: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Data 3 merupakan tindak tutur direktif meminta ijin permisi dan

mempersilakan. Hal ini ditunjukkan dengan tuturan yang dituturkan P kepada MT

“Saya tek pamit dulu.” ‘Saya pamit dulu’ lalu ditanggapi oleh MT dengan

mengatakan “Ya ya ya.” ‘Iya iya’. Kata “pamit” merupakan penanda lingual

tindak tutur direktif meminta ijin permisi, sedangkan kata “Ya ya ya” merupakan

penanda lingual tindak tutur direktif mempersilakan.

Kemudian Data 4 adalah termasuk tindak tutur direktif menyarankan. P

menyarankan MT untuk pergi ke suatu kantor dengan menuturkan ”Apa

njenengan meng kantor kana bae langsung?” ‘Bagaimana jika anda ke kantor di

sana langsung’. Konteks tuturan ini menunjukkan bahwa dengan melakukan apa

yang disarankan oleh P keadaan MT akan menjadi lebih baik dikarenakan saran

tersebut dilakukan demi kebaikan MT itu sendiri.

Data 5 merupakan tindak tutur direktif meminta keterangan atau

menginterogasi. P meminta keterangan atau menginterogasi MT tentang

keberadaan tamu yang ingin bertemu dengan P dengan menuturkan ”Seniki ten

pundi?” ‘Sekarang di mana?’ lalu MT memberikan keterangan yang jelas dan

sesuai keadaan yang ada dengan mengatakan ”Niku teng mriku” ’Itu di situ’

sambil mengacungkan jempolnya ke arah ruangan di mana tamu tersebut berada.

C. Prinsip Kerjasama

Bila ingin mengungkapkan sesuatu biasanya seseorang akan berbicara

dengan orang lain, selanjutnya orang lain diharapkan menangkap apa (hal) yang

dikemukakan. Dengan adanya tujuan ini, maka seseorang akan berbicara sejelas

mungkin, tidak berbelit-belit, ringkas, tidak berlebihan, berbicara secara wajar

Page 35: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

(termasuk volume suara yang wajar). Hanya saja dalam pragmatik terdapat

penyimpangan-penyimpangan, ada maksud-maksud tertentu, dan antara penutur

dan mitra tutur harus ada kerjasama agar saling mengetahui maksud dari

percakapan yang dilakukan.

Untuk memenuhi komunikasai secara wajar, dan terjadi kerjasama yang

baik, maka dalam komunikasi harus memenuhi prinsip (maksim). Ada empat

maksim percakapan menurut Grice (1975), yakni maksim kuantitas, maksim

kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan (cara) (Grice dalam

http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/).

a. Maksim kuantitas

Berbicara sejumlah yang dibutuhkan oleh pendengar. Kalau lebih

berarti ada tujuannya. Berikan informasi secukupnya atau sejumlah

yang diperlukan oleh mitra tutur. Sebagai contoh adalah tuturan

berikut.

· Ibu kota Provinsi Jawa Timur Surabaya.

Secara kuantitas cukup jelas

· Ibu kota Provinsi Jawa Timur Sura ……

Tuturan ini disampaikan oleh guru, lalu murid menjawab …..

baya…

b. Maksim kualitas

Prinsip yang menghendaki orang-orang berbicara berdasarkan bukti-

bukti yang memadai. Misalnya: Buku itu dibuat dari kertas. Bukti

Page 36: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

cukup memadai, tetapi apabila ada tuturan *Buku itu dibuat dari nasi,

bukti tidak memadai.

c. Maksim relevansi

Penutur dan mitra tutur berbicara secara relevan berdasarkan konteks

pembicaraan. Misalnya:

A : Ini jam berapa?

B : Ini jam 3.

Akan menjadi tidak relevan misalnya apabila B menjawab Ini baju

kamu atau Di sana.

d. Maksim cara

Tuturan harus dikomunikasikan secara wajar, tidak boleh ambigu

(taksa), tidak terbalik (harus runtut). Misalnya:

A : Kamu penjahat kelas kakap, ya?

B : Bukan, mujair.

D. Teori Kesantunan Berbahasa

Ada sedikitnya 3 (tiga) teori tentang kesantunan berbahasa, yaitu: (a) teori

kesantunan Robin Lakoff (1972), (b) teori kesantunan Geoffrey Leech (1983), (c)

teori kesantunan Brown & Levinson (1987).

1. Teori Kesantunan Robin Lakoff (1972)

Dalam pandangan ini kesantunan dipandang sebagai sebuah indeks

sosial (social indexing), dan dapat diidentifikasi dalam bentuk-bentuk

referensi sosial, honorifik, dan gaya bicara. Robin Lakoff (1972) (dalam

Page 37: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Kunjana Rahardi, 2007: 70) menjelaskan bahwa ada 3 ketentuan yang

dapat dipenuhinya kesantunan dalam kegiatan bertutur, yang disebut skala

kesantunan. Ketiga skala tersebut adalah: (1) skala formalitas, (2) skala

ketidaktegasan, dan (3) skala kesamaan.

Di dalam skala kesantunan formalitas dinyatakan bahwa agar para

peserta tutur dapat merasa nyaman dalam kegiatan bertutur, tuturan yang

digunakan tidak boleh bernada memaksa, dan tidak boleh berkesan

angkuh. Skala ketidaktegasan atau seringkali disebut skala pilihan

(optionally scale), mengisyaratkan bahwa agar penutur dan mitra tutur

dapat saling merasa nyaman dalam bertutur, pilihan-pilihan dalam bertutur

harus diberikan oleh kedua belah pihak. Skala kesamaan mengisyaratkan

bahwa penutur dapat bersikap santun, orang haruslah bersikap ramah, dan

selalu mempertahankan persahabatan antara satu dengan pihak yang lain.

Agar tercapai maksudnya, penutur haruslah dapat menganggap mitra tutur

sebagai sahabat.

2. Teori Kesantunan Geoffrey Leech

Teori Kesantunan yang disampaikan oleh Geoffrey Leech berupa

maksim-maksim. Rumusan tersebut tertuang dalam 6 maksim

interpersonal dan berskala 5 macam. Rumusan Leech yang pertama (1993:

206-217) adalah kesantunan yang terbagi menjadi 6 maksim sebagai

berikut:

a) Maksim kebijaksanaan/kedermawanan, tact maxim. Ditujukan pada orang

lain (other centred maxim). Jenis maksim ini untuk berjanji dan

Page 38: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

menawarkan (impositif, komisif). Memaksimalkan kerugian diri sendiri,

meminimalkan keuntungan diri sendiri.

b) Maksim penerimaan (approbation maxim). Ditujukan pada diri sendiri,

bukan pada orang lain (self centred maxim). Maksim penerimaan ini

ditujukan untuk menawarkan dan berjanji. Memaksimalkan keuntungan

orang lain, meminimalkan kerugian orang lain.

c) Maksim kemurahhatian (generosity maxim). Pusatnya orang lain (other

centred maxim). Maksim ini ditujukan untuk kategori asertif dan ekspresif.

Memaksimalkan rasa hormat pada orang lain, meminimalkan rasa tidak

hormat pada orang lain.

d) Maksim kerendahhatian (modesty maxim). Pusatnya pada diri sendiri (self

centred maxim). Meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri dan

memaksimalkan rasa tidak hormat pada diri sendiri.

e) Maksim kesetujuan atau kecocokan (agreement maxim). Pusatnya pada

orang lain (other centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan pendapat

dan ekspresif. Memaksimalkan kesetujuan pada orang lain dan

meminimalkan ketidaksetujuan pada orang lain.

f) Maksim kesimpatian (symphaty maxim). Pusatnya orang lain (other

centred maxim). Ditujukan untuk menyatakan asertif dan ekspresif.

Memaksimalkan simpati pada orang lain dan meminimalkan antipati pada

orang lain.

Rumusan Leech yang kedua (1993: 194-199) adalah skala

kesantunan yang terbagi menjadi 5 skala sebagai berikut.

Page 39: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

a) Skala untung-rugi (cost-benefit scale)

Skala untung rugi menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan

keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah tindak tutur. Semakin

tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin santun tuturan

itu. Sebaliknya, tuturan tersebut menguntungkan diri penutur, semakin

tidak santunlah tuturan itu. Misalnya:

· Jika saya jadi anda, saya akan memakai bor saya.

Tuturan tersebut akan menguntungkan MT, walaupun ide agar MT

memakai bor P adalah P tetapi P sama sekali tidak dirugikan.

b) Skala pilihan (optionally scale)

Skala pilihan menunjuk pada banyak sedikitnya pilihan yang

disampaikan oleh penutur. Semakin banyak pilihan yang diberikan

oleh penutur, maka akan semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya,

apabila semakin sedikit pilihan, maka akan semakin tidak santunlah

tuturan itu. Contohnya:

· Apakah anda ingin saya membersihkan jendela?

Tuturan tersebut memberikan pilihan kepada MT untuk memilih P atau

MT sendiri yang akan membersihkan jendela. Hal ini akan berbeda

jika P tidak memberikan pilihan kepada MT dengan menuturkan

· Apakah anda keberatan membersihkan jendela?

Akan terasa lebih santun jika P menuturkan yang pertama, dan

biasanya MT akan menjawabnya dengan “Biar saya yang

membersihkan jendela”.

Page 40: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

c) Skala ketidaklangsungan (indirectness scale)

Skala ketidaklangsungan menunjuk pada peringkat langsung atau tidak

langsungnya sebuah tuturan. Semakin langsung sebuah tuturan, maka

semakin tidak santunlah tuturan itu. Sebaliknya, semakin tidak

langsung sebuah tuturan, maka semakin santunlah tuturan itu.

Misalnya, seorang ibu berkata kepada anak perempuannya “Lantai ini

kotor sekali.” Tuturan tersebut bukan semata-mata hanya tindak lokusi

yang mengabarkan bahwa lantai itu kotor, tetapi ada maksud tak

langsung yang ingin dikemukakan si ibu kepada anak perempuannya,

yakni perintah untuk membersihkan lantai. Tuturan tak langsung ini

akan mendapat respon yang lebih baik daripada penggunaan tuturan

langsung seperti “Sapu lantai ini!”. Si anak akan melakukan perintah si

ibu dengan sukarela jika si ibu menggunakan tuturan yang pertama,

sebaliknya si anak sangat dimungkinkan akan merasa kurang senang

jika diperintah dengan tuturan yang kedua.

d) Skala keotoritasan (authority scale)

Skala keotoritasan merupakan skala yang asimetris, artinya seseorang

yang memiliki otoritas atau kekuasaan dapat menggunakan bentuk

sapaan yang akrab kepada orang lain, tetapi orang yang disapa akan

menjawab dengan bentuk sapaan yang hormat.

Seorang dosen misalnya, dapat mengatakan kepada seorang mahasiswa

“Serahkan esei itu minggu depan”. Dalam situasi ujar tersebut, dosen

berhak menggunakan kekuasaanya yang sah atas perilaku akademik si

mahasiswa.

Page 41: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

e) Skala jarak sosial (social distance scale)

Menurut skala ini derajat rasa hormat yang ada pada sebuah situasi ujar

tertentu sebagian besar tergantung pada beberapa faktor yang relatif

permanen, yaitu faktor-faktor status/kedudukan, usia, derajat

keakraban, dan sebagainya.

Derajat keakraban yang tinggi antara P dan MT akan mempengaruhi

penggunaan ragam bahasa dalam bertutur. Misalnya dalam bahasa

Jawa, dalam bertutur seorang yang lebih muda seharusnya

menggunakan ragam krama untuk menghormati orang yang lebih tua.

Tetapi ragam ngoko justru lebih sering muncul, hal itu dikarenakan P

dan MT memiliki tingkat keakraban yang tinggi.

3. Teori Kesantunan Brown dan Levinson

Teori Kesantunan Brown dan Levinson (1987) (dalam Kunjana

Rahardi, 2007: 60-70), kesantunan lebih dikenal dengan nosi

‘penyelamatan muka’ (face saving). Terdapat 3 skala penentu tinggi

rendahnya peringkat kesantunan sebuah tuturan. Skala-skala tersebut

ditentukan secara kontekstual, sosial, dan kultural. Ketiga skala tersebut

selegkapnya sebagai berikut: (1) skala jarak sosial antara P dan MT, (2)

skala status sosial antara P dengan MT, (3) skala peringkat tindak tutur.

Skala jarak sosial banyak ditentukan oleh parameter perbedaan

umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural. Parameter

perbedaan umur didapatkan bahwa semakin tua umur seseorang, peringkat

kesantunannya semakin tinggi. Sebaliknya yang berusia muda cenderung

memiliki kesantunan yang lebih rendah. Parameter jenis kelamin

Page 42: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengisyaratkan bahwa seorang wanita memiliki peringkat kesantunan

lebih tinggi dibandingkan pria. Hal demikian terjadi karena budaya, bahwa

pria lebih memiliki kekuasaan dibanding wanita, sehingga wanita

cenderung bersikap hormat. Parameter latarbelakang sosiokultural juga

berperan dalam menentukan peringkat kesantunan. Skala status sosial

antara penutur dan mitra tutur didasarkan pada kedudukan asimetrik antara

penutur dengan mitra tutur. Seorang lurah memiliki peringkat kekuasaan

lebih tinggi dibandingkan dengan seorang RT. Sejalan dengan itu seorang

guru memiliki peringkat kekuasaan lebih tinggi dibandingkan dengan

seorang murid.

Skala peringkat tindak tutur didasarkan atas kedudukan relatif

tindak tutur yang satu dengan tindak tutur yang lainnya. Contohnya

apabila kita waktu tengah malam bertamu ke rumah seseorang hanya

untuk mengobrol atau tidak ada kepentingan yang mendesak. Tindakan

tersebut akan dikatakan sebagai tindakan yang tidak tahu sopan santun,

bahkan melanggar norma kesantunan yang berlaku pada masyarakat itu

(setidaknya dalam masyarakat Indonesia yang menganut budaya timur).

Dari ketiga teori mengenai kesantunan berbahasa tersebut, teori

yang dipakai dalam penelitian adalah teori milik Geofrey Leech. Teori

Leech mencakup maksim dan skala kesantunan yang dianggap paling

lengkap, paling mapan, dan paling mutakhir untuk menganalisis data yang

didapatkan.

Page 43: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

E. Praanggapan, Implikatur, Entailment

1. Praanggapan

Praanggapan adalah syarat yang diperlukan bagi benar-tidaknya suatu

kalimat; mis. ‘Ia berdagang’ adalah praanggapan bagi kebenaran kalimat

‘Barang dagangannya sangat laku’ (Harimurti Kridalaksana, 1983: 137).

Praanggapan merupakan pengetahuan yang dimiliki bersama

(background knowledge) antara penulis dan pembaca yang tidak perlu

diutarakan. Praanggapan selalu melibatkan konteks tuturan disekelilingnya,

karena praanggapan adalah sesuatu yang dijadikan oleh si pembicara sebagai

dasar pembicaraan (Muhammad Rohmadi, 2004: 111).

Untuk menjelaskan pengertian di atas, berikut contoh tuturan yang

mengandung praanggapan.

a. Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS memiliki 8 jurusan.

Praanggapan : UNS memiliki Fakultas Sastra dan Seni Rupa

atau ada Fakultas Sastra dan Seni Rupa di UNS.

b. Chairil Anwar mengarang puisi

Praanggapan : ada orang yang bernama Chairil Anwar

c. Dia hamil.

Praanggapan : dia wanita.

2. Implikatur

Implikatur adalah ujaran atau pernyataan yang menyiratkan sesuatu

yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Pemahaman tentang

implikatur akan lebih mudah jika penulis atau penutur dan pembaca atau

lawan tutur telah berbagi pengalaman. Pengalaman dan pengetahuan yang

Page 44: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dimaksud di sini adalah pengetahuan dan pengalaman tentang berbagai

konteks tuturan yang melingkupi kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh

penulis. Pembaca tidak akan memahami dan menangkap maksud penulis yang

diimplikasi atau tersirat dari tuturan penulis jika tidak memanfaatkan

pengetahuan dan pengalamannya tentang dunia di sekitarnya. Hal itu akan

sangat membantu pembaca dalam memahami maksud penulis yang tersirat

(Muhammad Rohmadi, 2004: 113-114).

Berikut contoh dari implikatur.

1. Bu RT rawuh.

Implikatur : gawekake unjukkan.

2. Dheweke professor.

Implikatur : ahli, tuwa.

3. Bapake tukang becak.

Implikatur : miskin, kasar.

Hubungan antara praanggapan dan yang diimplikasikan tidak mutlak,

tetapi tergantung background knowledge/common sense. Bukan merupakan

konsekuensi mutlak. Implikatur tidak bersifat semantik (pemaknaan) tetapi

penyiratan.

3. Entailment

Entailment adalah sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa

yang ditegaskan di dalam tuturan. Yang memiliki entailment adalah kalimat,

bukan penutur (George Yule, 2006: 43).

Contoh dari entailment adalah sebagai berikut.

a. Dheweke randha.

Page 45: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Entailment : dheweke wis tau duwe bojo.

b. Dheweke randha kembang.

Entailment : dheweke durung duwe anak.

F. Situasi Tutur

Sehubungan dengan bermacam-macamnya maksud yang mungkin

dikomunikasikan oleh penuturan sebuah tuturan, Leech (1993: 19-20)

mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam

rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu adalah:

1. Penutur dan Mitra Tutur

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur adalah

usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban dan

lain-lain.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks dalam

semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan yang

bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua

latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami

bersama oleh penutur dan lawan tutur.

3. Tujuan Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh P dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tuturan. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan

yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan satu maksud

atau sebaliknya satu maksud dapat disampaikan dengan beraneka ragam

tuturan.

Page 46: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih kongkret

dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas

penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatic, seperti yang

dikemukakan dalam criteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur.

Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak

verbal.

G. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik

dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan 2 pihak, yaitu P dan MT,

dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer

dan Agustina, 2004: 47). Jadi interaksi yang berlangsung antara P dan MT di

kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap pada waktu

tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya merupakan

sebuah peristiwa tutur. Sebuah percakapan baru dapat disebut sebagai sebuah

peristiwa tutur harus memenuhi syarat delapan komponen, yang bila huruf-huruf

pertama dari komponen tersebut dirangkaikan akan membentuk akronim

SPEAKING (Chaer dan Agustina, 2004: 47). Kedelapan komponen tersebut

adalah:

1. Setting and scene

Setting and scene berkenaan dengan waktu dan tempat berlangsung,

sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi

Page 47: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturnya berbeda dapat

menyebabkan penggunaan varisai bahasa yang berbeda pula.

2. Participants

Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, bisa

pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan

penerima (pesan). Dua orang yang bercakap-cakap dapat berganti peran

sebagai pembicara dan pendengar.

3. Ends

Ends yaitu maksud dan hasil percakapan. Suatu peristiwa tutur yang terjadi

pasti mengandung maksud baik dari P maupun MT.

4. Act

Act yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Bentuk pesan

mencakup bagaimana topic itu dituturkan, sedangkan isi percakapan berkaitan

dengan persoalan apa yang dikatakan oleh P.

5. Key

Key yaitu menunjuk pada cara / semangat (nada/jiwa) dalam melaksanakan

percakapan. Tuturan tersebut akan berbeda antara serius dan santai, resmi dan

tidak resmi, dan lain sebagainya.

6. Instrumentalities

Instrumentalities yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan; apakah secara

lisan atau bukan. Jalur percakapan yang digunakan itu dapat melalui lisan,

Page 48: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

telegraf, telefon, surat, dan sebagainya. Percakapan secara lisan dapat seperti

berbicara, menyanyi, bersiul, dan sebagainya.

7. Norms

Norms yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan. Yang

termasuk di dalamnya adalah semua kaidah yang mengatur pertuturan yang

bersifat imperatif (memerintah). Misalnya bagaimana cara berinteraksi,

bertanya, berbicara dengan sopan, dan lain sebagainya.

8. Genres

Genres yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang

digunakan. Misalnya penyampaiannya berupa puisi, narasi, do’a, dan

sebagainya. Ragam bahasa yang digunakan juga termasuk dalam genres,

misalnya ragam ngoko dan krama dalam bahasa Jawa.

H. UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

1. Sejarah Singkat Berdirinya UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap

Pada awalnya Kantor Dinas P & K hanya terdapat di wilayah propinsi,

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 1951 tentang pelaksanaan

penyerahan sebagian daripada urusan pemerintah pusat dalam lapangan

Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan kepada propinsi. Dalam Peraturan

Pemerintah ini yang dimaksud dengan perkataan “propinsi” adalah propinsi-

propinsi Jawa Timur, DIY, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera

Tengah, dan Sumatera Utara, sedangkan maksud dari Peraturan Pemerintah ini

Page 49: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

adalah untuk melaksanakan penyerahan urusan Pemerintah Pusat dalam lapangan

pendidikan, pengajaran dan kebudayaan kepada propinsi.

Kemudian, dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna,

khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai tindak lanjut dalam

upaya mewujudkan Otonomi Daerah seluas-luasnya yang secara nyata, dinamis

dan bertanggungjawab, maka dibentuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap. Pembaharuan ini sesuai dengan Perda

Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap Nomor 8 tahun 1991 tentang pembentukan,

susunan organisasi dan tata kerja Dinas P& K Kabupaten Daerah Tingkat II

Cilacap. Sesuai dengan Perda ini, kedudukan Dinas P & K adalah unsur pelaksana

pemerintah daerah di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dibentuk

berdasarkan penyerahan urusan lebih lanjut kepada daerah sebagai urusan rumah

tangga daerah di bidang pendidikan dan kebudayaan. Dinas P & K ini dipimpin

oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati

Kepala Daerah.

Pada tahun 2001 terjadi perubahan lagi dengan Perda Kabupaten Cilacap

Nomor 8 tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Cabang Dinas

dan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kabupaten Cilacap. Perda ini bertujuan untuk

mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di berbagai bidang

serta untuk efektivitas dan kelancaran tugas-tugas operasional Dinas Daerah.

Kedudukan Cabang Dinas ini adalah unsur pelaksana sebagian tugas dinas di

wilayah dan unsur pelaksana operasional di lapangan yang dipimpin oleh seorang

kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas dan

Page 50: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

secara operasional dikoordinasi oleh camat, sedangkan tugas pokok Cabang Dinas

P & K adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendidikan & Kebudayaan di

Kecamatan sesuai wilayah kerjanya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh

Kepala Dinas.

Pada Januari tahun 2004, Cabang Dinas Pendidikan & Kebudayaan

berubah menjadi UPT Dinas Pendidikan & Kebudayaa. Pada bulan Januari tahun

2009 UPT Dinas Pendidikan & Kebudayaan kecamatan Sidareja berubah menjadi

UPT Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, hingga sekarang.

2. Struktur Organisasi

Sebuah organisasi harus mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas

dalam rangka menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, struktur organisasi harus

disusun untuk membantu pencapaian tujuan organisasi yang lebih efektif. Tujuan

struktur organisasi adalah untuk menunjukkan adanya pembagian tugas dan

wewenang yang jelas sehingga kegiatan organisasi dapat berjalan terarah guna

mencapai tujuan yang diharapkan. Struktur organisasi merupakan faktor penting

dalam suatu organisasi. Dari sinilah nantinya masing-masing pegawai mengerti

pembagian kerjanya, demikian pula pada Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap.

Bagan Struktur Organisasi Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut.

Page 51: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR UPT DISDIKPORA

KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN CILACAP

Keterangan :

A. Jabatan Fungsional

1. Pengawas TK/SD Dabin I

2. Pengawas TK/SD Dabin II

3. Pengawas TK/SD Dabin III

4. Penilik Pendidikan Masyarakat

5. Penilik Pembinaan Generasi Muda

6. Penilik Keolahragaan

7. Penilik Kebudayaan

B. Subbag Tata Usaha

1. Kepegawaian

KEPALA UPT DISDIKPORA

JABATAN FUNGSIONAL KASUBBAG TATA USAHA

KASI BINA PENDIDIKAN TK/SD KASI SARANA DAN PRASARANA

1 2 4 3 5 6 7 1 2 3 4 5 6

1 2 3 1 4 3 2

Page 52: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

2. Bendahara (gaji)

3. Bendahara Rutin

4. Administrasi dan Surat Menyurat

5. Pembantu Kepegawaian / umum

6. Pembantu Kepegawaian / umum

C. Seksi Bina Pendidikan TK / SD

1. Bagian Laporan Bulan Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga

2. Bagian Laporan kesiswaan

3. Pembantu Umum

D. Seksi Sarana dan Prasarana

1. Inventarisasi Barang

2. Pembantu Pelaksana

3. Pembantu Pelaksana

4. Pembantu Pelaksana

Komunikasi antarpegawai di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap berjalan dengan sangat luwes, dalam arti jarang sekali

terjadi situasi formal. Kecuali jika berhadapan dengan kepala kantor atau tamu

yang kedudukannya lebih tinggi dari penutur. Ragam yang digunakan dalam

berkomunikasi lebih banyak bahasa Jawa ragam ngoko, dengan sesekali diselingi

bahasa Indonesia. Penggunaan ragam krama terjadi jika seorang pegawai sedang

berkomunikasi dengan pegawai lain yang berkedudukan lebih tinggi, atau

pegawai lain yang lebih tua walaupun jabatannya lebih rendah, dan biasanya

dengan tamu yang datang ke kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap.

Page 53: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Berikut data yang diperoleh di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai gambaran komunikasi antarpegawai dalam

kantor tersebut.

Data 6

P :” Bu, onten tamu.” ‘Bu, ada tamu.’ MT :” Sinten?” ‘Siapa?’ P :” Anu niku.” ‘Itu.’

Tuturan di atas terjadi antara pegawai yang lebih rendah (P) dengan kepala

kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (MT). Jabatan

MT lebih tinggi dari P sehingga P menggunakan bahasa Jawa ragam krama, tetapi

usia P yang lebih tua dari MT membuat MT menggunakan ragam krama pula. Hal

ini dilakukan MT untuk menghormati P sesuai dengan skala jarak sosial yang

dikemukakan oleh Leech.

Data 7

P1 :” Nggih ten mriki mawon.” ‘Ya di sini saja.’ P2 :” Pak, mangga…” ‘Silakan pak…’ MT :” Nggih, nuwunsewu…” ‘Iya, maaf…’ P1 :” Mangga pak…” ‘Silakan pak…’

Data 7 menunjukkan komunikasi antara kepala kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap (P1) dengan pegawai kantor ini yang

berkedudukan lebih rendah (P2), dan seorang tamu (MT). P1 menggunakan ragam

Page 54: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

krama kepada P2 karena usia P2 lebih tua. P2 juga menggunakan ragam krama

kepada tamu yang datang, karena derajat keakraban yang rendah antara P2 dengan

MT. Begitu pula dengan P1 yang menggunakan ragam krama untuk menghormati

MT yang bukan merupakan pegawai kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap.

Data 8

P :” Ngesuk nang ngebisan ora ulih ngrokok!” ‘Besok tidak boleh merokok di dalam bus!’ MT :” Ora lah, ngesuk rokoke dibenahi ben awet.” ‘Tidak, besok rokoknya disimpan agar awet’

Data 8 mendeskripsikan keadaan komunikasi antarpegawai kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang sangat luwes dan

jauh dari kesan formal. Tuturan pada data 8 terjadi antara P dan MT yang

berkedudukan sama di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap. P dan MT sama-sama menggunakan ragam ngoko dalam

mengutarakan pernyataannya. Ini menandakan derajat kekraban yang tinggi di

antara keduanya.

Data 9

P :” Mengke kernet kalih supire si honore pripun pak?” ‘Nanti kernet dan sopirnya itu honornya bagaimana pak?’ MT :” Aku be urung ngerti kiye.” ‘Saya juga belum tahu ini.’

Pada data 9, terlihat penggunaan ragam krama oleh P dan ragam ngoko

oleh MT. kedudukan yang berbeda antara keduanya merupakan faktor yang

Page 55: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

menyebabkan hal tersebut. Disamping itu, usia MT lebih tua dibandingkan dengan

P, sehingga untuk menghormati MT, P menggunakan ragam krama.

Data 10

P : “ Kula ten BPD nggih.” ‘Saya ke BPD ya’ MT : “ O, nggih nggih.” ‘O iya ya.’

Penggunaan ragam krama antarpegawai yang berkedudukan sama juga

didapat dalam pengambilan data di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap. Hal ini tercermin dalam data 10 di atas. Faktor yang

menyebabkan penggunaan ragam krama oleh pegawai yang berkedudukan sama

tersebut adalah karena perbedaan jenis kelamin antara keduanya dan befungsi

sebagai penghormatan satu sama lain.

Data 11

P :”Angger kemringet kuwe gampang tambane. Diiliri sikile bae.” ‘Jika berkeringat, obatnya mudah. Kakinya dikipasi saja’ MT :”Iya ya?” ‘Iya ya?’

Derajat keakraban yang tinggi menyebabkan kedudukan yang berbeda

tidak mempengaruhi komunikasi yang luwes di antara pegawai di kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Hal ini terbukti pada data

11 di atas, P yang berkedudukan lebih rendah menggunakan ragam ngoko kepada

MT yang berkedudukan lebih tinggi.

Page 56: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan

menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 1983: 106). Dalam metode

penelitian ini akan dibahas beberapa hal, yaitu: (1) Jenis penelitian, (2) Lokasi

Penelitian, (3) Data Penelitian, (4) Alat Penelitian, (5) Populasi dan Sampel, (6)

Metode Pengumpulan Data, (7) Metode Analisis Data, dan 8) Metode Penyajian

Hasil Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah

suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang

(Nazir dalam Riduwan, 2004: 217). Kajian deskriptif kualitatif ialah kajian

mendeskripsikan satuan lingual berdasarkan variasi dan kaidah-kaidah yang

mengatur berdasarkan kondisi objektif dari objek penelitian. Dengan kata lain,

jenis penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta di lapangan atau fenomena yang

benar-benar terjadi pada penuturnya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap. Penentuan lokasi didasarkan atas: (1) di kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap masih menggunakan

Page 57: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

bahasa Jawa untuk melakukan komunikasi, (2) pegawai yang bekerja di kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap berasal dari daerah

yang berbeda dan berhadapan dengan pihak-pihak yang berbeda sesuai dengan

tugas masing-masing, sehingga dimungkinkan adanya kekhasan dan variasi

kebahasaan dalam berinteraksi dengan pegawai lain, (3) berdasarkan penelitian

terdahulu tentang kajian pragmatik yang pernah dilakukan, penelitian tentang

tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap belum pernah dilakukan.

C. Data dan Sumber Data

Data merupakan fenomena lingual khusus yang mengandung dan

berkaitan langsung dengan masalah yang dimaksud dan data dapat

diidentifikasikan sebagai bahan suatu penelitian (Sudaryanto, 1993:5-6). Data

pada penelitian ini adalah data lisan, yaitu berupa tuturan informan yang

mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap secara lisan.

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan terpilih, yaitu

berupa tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur direktif di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Sidareja. Kriteria informan yang

terpilih yaitu: (1) Pegawai dan tamu di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Sidareja, (2) Berusia di atas 17 tahun, (3) Sehat jasmani dan

rohani, (4) Memiliki alat ucap dan alat dengar normal, (5) Dapat berbahasa Jawa

dan bahasa Indonesia, (6) Berdomisili di wilayah Kabupaten Cilacap minimal

selama 10 tahun.

Page 58: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

D. Alat Penelitian

Alat penelitian terdiri atas alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam

penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang langsung terjun ke lapangan untuk

melihat dan mengumpulkan data atau tuturan informan yang mengandung tindak

tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap.

Alat bantu penelitian ini adalah alat tulis, seperti bolpoint, buku catatan,

dan penghapus. Alat bantu elektronik yang digunakan adalah handphone sebagai

alat rekam tuturan atau data serta komputer.

E. Populasi dan Sampel

Populasi ialah objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh

tuturan bahasa Jawa yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek

penelitian langsung yang dapat mewakili populasi secara menyeluruh. Teknik

pengambilan sampel penelitian ini menggunakan proposive sampling yakni

pengambilan sampel secara selektif disesuaikan kebutuhan dan sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya sehingga bisa sesuai dengan tujuan penelitian.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh tuturan bahasa Jawa

yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat mewakili populasi. Sampelnya

adalah tuturan antara pegawai kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Page 59: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Kabupaten Cilacap dengan pegawai lain atau tamu yang datang ke kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang mengandung tindak

tutur direktif bahasa Jawa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

selama 1 bulan yakni pada bulan Februari tahun 2010, pada hari dan jam kerja di

Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam Kamus (Harimurti Kridalaksana, 1983: 106), metode ialah pelbagai

teknik untuk menetapkan dan mengukur ciri bahasa; misalnya penelitian

lapangan, eksperimen dalam laboratorium, dsb. Metode pengumpulan data

penelitian ini adalah metode simak. Teknik dasar yang dipakai ialah teknik sadap.

Sedangkan teknik lanjutan penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap

(SBLC), teknik simak libat cakap (SLC), rekam dan catat.

Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SLBC) adalah teknik untuk

memperoleh data dengan peneliti hanya berperan sebagai pengamat pemakaian

bahasa pada tuturan informan. Peneliti tidak ikut dalam pembicaraan, peneliti

hanya sebagai penyimak.

Teknik Simak Libat Cakap (SLC) adalah teknik untuk memperoleh data

dengan terlibat dalam pembicaraan yang dilakukan oleh informan. Penggunaan

dua teknik ini sekaligus dilakukan jika informan mengajak peneliti berdialog, dan

dalam dialog tersebut terdapat tuturan yang dapat digunakan sebagai data dalam

penelitian ini. Penggunaan kedua teknik ini secara bersama-sama juga dilakukan

jika data yang didapat kurang maksimal, sehingga peneliti dirasa perlu membuat

stimulus atau pancingan sebagai awal pembicaraan untuk memunculkan data.

Page 60: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik SLBC dan SLC untuk

pengujian data. Teknik catat juga dilakukan dalam penelitian ini, untuk mencatat

hal-hal yang dapat mendukung data penelitian. rekaman data yang sudah

terkumpul kemudian ditranskripsikan menjadi data tulis lalu diklasifikasi untuk

dianalisis.

G. Metode Analisis Data

Analisis data adalah upaya sang peneliti mengangani langsung masalah

yang terkandung dalam data (Sudaryanto, 1993:6). Metode yang digunakan untuk

menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode kontekstual dan metode

padan.

1. Metode Kontekstual

Metode Kontekstual ialah metode analisis yang diterapkan pada data

dengan mendasarkan, memperhitungkan, dan mengaitkan konteks. Perlu

ditegaskan bahwa lingkungan fisik tuturan dapat disebut co-text (koteks),

sedangkan lingkungan sosial tuturan disebut context (konteks). Konteks adalah

segala latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra

tutur (I Dewa Putu Wijana, 1996: 11).

2. Metode Padan

Metode padan ialah metode yang digunakan untuk menganalisis data yang

alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue)

yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Penggunaan metode padan pada

penelitian ini adalah metode padan pragmatik dengan penentunya adalah penutur

Page 61: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dan mitra tutur. Dalam metode padan ini digunakan teknik dasar dan teknik

lanjutan. Adapun teknik dasarnya adalah teknik pilah unsur penentu (PUP) yang

menggunakan alat berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh

penelitinya (Sudaryano, 1993: 21). Teknik lanjutannya berupa teknik hubung

banding (HB) piranti bagi alatnya berupa daya banding yang bersifat mental.

Untuk mengetahui lebih jelas tentang penggunaan metode-metode tersebut, maka

dapat diterapkan dalam contoh tuturan di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai berikut.

Data 12

P :“Kiye nyuwun tulung, tulung kiye angger wis sertifikate difotokopi rangkep telu.” ‘Ini minta tolong, tolong ini jika sudah sertifikatnya difotokopi rangkap tiga’

MT :“Nggih…” ‘Iya…’

Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya

dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam

tuturan tersebut. Menyuruh adalah meminta orang lain agar melakukan sesuatu.

Jadi tindak tutur menyuruh adalah tindak pertuturan yang disampaikan oleh

penutur agar mitra tutur melakukan apa yang dikehendaki penutur. Dalam data

tersebut, penutur menyuruh mitra tutur agar menggandakan sertifikat menjadi tiga.

Mitra tutur nampaknya memberikan respon dengan mengatakan “Nggih” ‘iya’.

Dengan perkataan tersebut mitra tutur telah bersedia melaksanakan perintah

penutur.

Page 62: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Frasa “nyuwun tulung” ‘minta tolong’ merupakan wujud penanda lingual

dari tindak tutur menyuruh. Dalam hal ini yang menyuruh adalah Pak Sajum

(selanjutnya disebut P) kepada Bu Musrikah (selanjutnya disebut MT). Penanda

lingual ini merupakan penambahan kata untuk mencapai kesantunan berbahasa.

Bila tidak hadir, tuturan yang disampaikan penutur akan bisa menyinggung

perasaan mitra tutur.

Dalam tuturan tersebut jarak sosial menjadi faktor penentu tindak tutur

menyuruh walaupun penutur tidak mematuhi prinsip kesantunan (skala jarak

sosial), karena telah menyatakan sesuatu dengan orang lain dengan cara memakai

ragam ngoko. Hal ini terjadi karena tingkat keakraban yang tinggi antara penutur

dengan mitra tutur.

H. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam penyajian data ini menggunakan teknik

formal dan informal. Teknik formal ialah perumusan dengan tanda-tanda,

sedangkan teknik informal ialah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun

dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993:145). Hasil analisis

data akan berupa tuturan-tuturan.

Page 63: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB IV

ANALISIS DATA

Deskripsi hasil penelitian dalam Bab IV ini merupakan pembahasan tentang

tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap. Secara lebih rinci mengulas tentang fungsi tindak

tutur direktif dan faktor yang melatarbelakangi, serta kesantunan tindak tutur

direktif bahasa Jawa di kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap.

A. Fungsi Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

Tuturan yang sedang dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak

semata-mata hanya untuk diutarakan atau disampaikan kepada mitra tuturnya.

Namun, terdapat maksud yang dikandung karena pragmatik adalah ilmu tentang

maksud dari penutur. Begitu pula dengan tuturan yang diperoleh di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, terdapat maksud dalam

data-data yang diperoleh di sana. Fungsi dari tindak tutur direktif tersebut

tergolong menjadi 13, yakni (1) Menyuruh, (2) Menasihati, (3) Meminta Ijin, (4)

Menyarankan, (5) Menganjurkan, (6) Mempersilakan, (7) Mengingatkan, (8)

Melarang, (9) Menginterogasi, (10) Menyumpah, (11) Menantang, (12) Menyapa,

dan (13) Mengharap.

Page 64: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

1. Menyuruh

Menyuruh adalah memerintah kepada orang lain untuk melakukan

sesuatu sesuai dengan keinginan yang memerintah. Jadi tindak tutur

menyuruh adalah tindak tutur yang dilakukan penutur kepada mitra tutur

agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur.

TTD menyuruh yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap antara lain sebagai berikut.

Data 13

P : “ Telu-telu, dipisah telu-telu!” ‘Tiga-tiga, dipisah tiga-tiga!’ MT : “ Anu engko lagi difotokopi.” ‘Sebentar, sedang difotokopi’

Konteks tuturan dalam data 13 adalah P menyuruh MT

memisahkan dokumen-dokumen yang dibawanya menjadi 3 kelompok

dengan menuturkan “Telu-telu, dipisah telu-telu!” ‘Tiga-tiga, dipisah

tiga-tiga!’. P adalah seorang Pengawas SD/TK sedangkan MT adalah

seorang Kepala Sekolah. Tuturan ini terjadi di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap pada siang hari

sekitar pukul 11.00 WIB, dan suasana di kantor tersebut cenderung

ramai dikarenakan hari dan jam kerja aktif. Tuturan pada data 13

menggunakan ragam ngoko, baik P maupun MT. P memiliki kedudukan

yang lebih tinggi dibanding MT, sehingga P menggunakan skala

keotoritasannya dalam berkomunikasi dengan MT. Pelanggaran skala

jarak sosial dilakukan oleh MT, hal ini terlihat saat MT menuturkan

Page 65: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

“Anu engko lagi difotokopi.” ‘Sebentar, sedang difotokopi’. MT

menggunakan ragam ngoko seperti halnya P untuk merespon tuturan P.

Seharusnya dengan kedudukan yang lebih rendah, MT menggunakan

ragam krama untuk menghormati P. Tetapi karena derajat keakraban

yang tinggi antara P dan MT, proses komunikasi antara keduanya

menjadi tidak formal dan terkesan santai walaupun topik pembicaraan

tersebut adalah mengenai hal formal yakni urusan dinas.

Data 14

P :” Kiye dicenthang!” ‘Ini dicentang!’

MT :” Iya.” ‘Iya’

Data tindak tutur menyuruh lain yang terdapat di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah

pertuturan yang ada pada data 14. Pertuturan ini dilakukan oleh P dan

MT mengenai dokumen dinas yang harus diisi oleh MT, dan P

membantu MT mengecek ulang dokumennya. Tindak menyuruh ini

terlihat saat P mengatakan”Kiye dicenthang!” ‘Ini dicentang!’ kepada

MT. P menggunakan ragam ngoko saat berinteraksi dengan MT

dikarenakan jabatan yang lebih tinggi dibanding MT. MT menerima

perintah P dengan mengatakan ”Iya.” ‘Iya’. Maksim penerimaan

ditunjukkan MT pada tanggapan tersebut. MT menerima apa yang

disuruh P, hal itu dikarenakan MT memang kurang teliti mengisi

Page 66: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

dokumen yang menjadi tanggungjawabnya. P juga menunjukkan

maksim kesimpatian kepada MT, disamping kewajibannya memberikan

informasi kepada MT juga karena sikap simpati yang dimiliki P

sehingga P membantu MT dalam mengoreksi dokumen MT. Disamping

itu, pelanggaran skala jarak sosial juga terjadi pada tuturan yang terdapat

pada data 14 ini. MT menggunakan ragam ngoko untuk menanggapi

perintah P, seharusnya untuk menghormati P yang berkedudukan lebih

tinggi MT menggunakan ragam krama. Tetapi sekali lagi karena faktor

keakraban yang terjalin diantara keduanya, pelanggaran skala ini tidak

menimbulkan salah persepsi dalam komunikasi yang terjadi.

Data 15

P :” Giyeh mas, tukokna plastik prepetan kaya giye ya!” ‘Mas, belikan plastik seperti ini ya’ MT :” Di mana?” ‘Di mana?’ P :”Nang pasar mburi guwe ana paling, nang deretan bakul beras.”

‘Di pasar belakang paling ada, di deretan penjual beras’ MT :” Ya.” ‘Iya’

Konteks tuturan data 15 ini, P menyuruh MT membelikan plastik

di pasar yang terletak di belakang gedung Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. P menggunakan ragam ngoko

untuk menyuruh MT dengan tuturan ”Giyeh mas, tukokna plastik

prepetan kaya giye ya!” ‘Mas, belikan plastik seperti ini ya’. Kemudian

MT menanggapi perintah P dengan bahasa Indonesia, MT mengatakan

Page 67: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

”Di mana?” ‘Di mana?’. Lalu P memberikan informasi di mana plastik

tersebut bisa dibeli dengan mengatakan lokasi secara lebih detil kepada

MT ”Nang pasar mburi guwe ana paling, nang deretan bakul beras.”

‘Di pasar belakang paling ada, di deretan penjual beras’. Penggunaan

ragam ngoko oleh P dikarenakan P memiliki jabatan yang lebih tinggi

dibanding MT, dan usia yang lebih tua. Dalam hal ini P telah

menggunakan skala keotoritasan, tetapi sekaligus melakukan

pelanggaran terhadap skala untung rugi dan skala pilihan kepada MT. P

merugikan MT dengan menyuruh MT tanpa memberikan pilihan yang

sedikit dapat menguntungkan MT. Tetapi karena keterbatasan

kemampuan MT tentang penggunaan bahasa Jawa yang baik dan sesuai

dengan unggah ungguh, MT tidak bisa menjawab dengan bahasa Jawa

ragam krama tetapi memakai bahasa Indonesia. Walaupun demikian, P

masih tetap menggunakan bahasa Jawa dalam memberikan informasi

yang ditanyakan oleh MT tentang lokasi tempat pembelian plastik yang

diminta P. Akhirnya MT menjawab dengan bahasa Jawa walaupun

dengan ragam ngoko dengan mengatakan ”Ya.” ‘Iya’. Dalam hal ini

MT melakukan pelanggaran pula, yakni pelanggaran skala jarak sosial

karena menggunakan ragam ngoko kepada P yang notabene

berkedudukan lebih tinggi daripada MT.

Data 16

P :” Pak Jemingan, tulung dhela.” ‘Pak Jemingan, minta tolong sebentar’ MT :” Nggih.” ‘Iya’

Page 68: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Fungsi dari tindak tutur menyuruh yang dilakukan P yang terdapat

dalam data 16 di atas kepada MT adalah untuk menyuruh MT

melakukan sesuatu yang dikehendaki P. Penggunaan kata “tulung” oleh

P untuk menghargai dan menghormati MT agar tidak tersinggung dan

mau melakukan suruhan P dengan sukarela. Walaupun P dalam

penyampaian tuturannya menggunakan ragam ngoko karena usianya

yang lebih tua disbanding MT, MT tetap menghormati P dengan

penggunaan ragam karma dalam menanggapi tindak tutur yang

dilakukan oleh P kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

pelanggaran skala jarak sosial pada data 16, karena MT menghormati P

yang berusia lebih tua darinya.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi tindak tutur yang dilakukan

P kepada MT yang terdapat pada data 13, 14, 15, dan 16 di atas adalah

untuk menyuruh MT melakukan sesuatu yang dikehendaki P.

2. Menasihati

Menasihati adalah memberikan suatu petunjuk yang baik kepada

orang lain, dengan tujuan agar orang lain mengikuti apa yang

dikatakannya. Jadi tindak tutur menasihati adalah tindak pertuturan yang

dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk memberikan sesuatu yang baik

agar mitra tutur tidak salah langkah.

Berikut TTD menasihati yang diperoleh di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Page 69: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Data 17

P :” Mengko kiye disetorna meng kepala sekolaeh, terus njenengan memahami. Kiyeh njenengan milih kiye sing nang kene, sarate apa bae, petunjuk apa bae, njenengan… umpamane sing ijin belajar ya nang kene, surat keterangan belajar ya nang kene, surat ijin gelar ya nang kene.” ‘Nanti ini disetorkan ke Kepala Sekolah, lalu anda memahami. Sekarang anda memilih ini yang ada di sini, syaratnya apa saja, petunjuknya apa saja, anda….yang ijin belajar juga di sini, surat keterangan juga di sini, surat ijin gelar juga di sini.’

MT :” Iya,iya.” ‘Iya, iya.’

Tindak tutur direktif menasihati pada data 17 terjadi antara P dan

MT di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap pada waktu siang hari di hari dan jam kerja aktif. P menasihati MT

dalam hal bagaimana cara memperoleh surat keterangan. MT masih belum

mengerti surat apa yang harus MT buat, sehingga P yang dianggap lebih

tahu bermaksud memberikan informasi sekaligus menasihati MT yang

memang benar-benar belum mengerti. Tindak tutur menasihati tercermin

dalam tuturan P pada data 17, yakni ”Mengko kiye disetorna meng kepala

sekolaeh, terus njenengan memahami. Kiyeh njenengan milih kiye sing

nang kene, sarate apa bae, petunjuk apa bae, njenengan… umpamane sing

ijin belajar ya nang kene, surat keterangan belajar ya nang kene, surat ijin

gelar ya nang kene.” ‘Nanti ini disetorkan ke Kepala Sekolah, lalu anda

memahami. Sekarang anda memilih ini yang ada di sini, syaratnya apa

saja, petunjuknya apa saja, anda….yang ijin belajar juga di sini, surat

keterangan juga di sini, surat ijin gelar juga di sini.’ Ragam bahasa yang

Page 70: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

digunakan adalah ragam ngoko, hal ini dilakukan P agar MT lebih

memahami dan mengerti apa yang dikatakan P sehingga MT bisa

memutuskan surat apa yang seharusnya dibuat MT. Maksim

kemurahhatian serta maksim kesimpatian telah ditunjukkan P pada

tuturannya kepada MT. P memberikan informasi yang dibutuhkan MT

dengan senang hati dan penuh kesimpatian karena disampaikan dalam

bentuk nasihat. Hal ini menunjukkan kemurahhatian dan kesimpatian yang

dimiliki P. Skala pilihan juga dilakukan P untuk memberikan pilihan yang

dapat menguntungkan MT, hal ini sekaligus menunjukkan bahwa P juga

melakukan skala untung rugi kepada MT karena telah menguntungkan

MT. Kemudian MT menerima nasihat P dengan mengatakan ”Iya,iya.”

‘Iya, iya.’. Dengan demikian, MT menunjukkan telah melakukan maksim

penerimaan terhadap nasihat yang diberikan oleh P.

Data 18

P :” Anu kepleset pak mau.” ‘Tadi tergelincir pak.’ MT :” Kudune liwate papringan mrika.” ‘Seharusnya lewat kebun bambu sana’ P :” Iya ya, anu mau liwat wit klapa, teles dadi mleset.” ‘Iya ya, tadi lewat pohon kelapa, basah sehingga tergelincir’ MT :” Nggih..” ‘Iya…’

Data lain yang didapat dari Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap yang menunjukkan tindak tutur direktif

menasihati adalah data 18. Konteks pertuturan pada data 18 adalah bahwa

Page 71: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

P tergelincir dikarenakan melewati pohon kelapa yang basah, pohon

kelapa yang dimaksud adalah akar pohon kelapa. Pernyataan P tadi

mendorong MT melakukan maksim kesimpatian dengan memberikan

nasihat untuk menggunakan jalur lain agar tidak tergelincir kembali

dengan mengatakan,”Kudune liwate papringan mrika.” ‘Seharusnya lewat

kebun bambu sana’. Ragam bahasa yang digunakan MT adalah ragam

krama, hal ini digunakan MT karena P memiliki kedudukan yang lebih

tinggi dibanding MT juga karena P berusia lebih tua dibanding MT.

Sehingga tidak terjadi pelanggaran skala jarak sosial oleh MT. Di lain

pihak, P telah menggunakan maksim keotoritasan dalam tuturannya, hal

ini dapat ditunjukkan dengan penggunaan ragam ngoko kepada MT yakni

saat menyatakan ”Anu kepleset pak mau.” ‘Tadi tergelincir pak.’ Dan saat

memberikan tanggapan atas nasihat MT,”Kudune liwate papringan

mrika.” ‘Seharusnya lewat kebun bambu sana’, yaitu ”Iya ya, anu mau

liwat wit klapa, teles dadi mleset.” ‘Iya ya, tadi lewat pohon kelapa, basah

sehingga tergelincir’. P merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan

umur yang lebih tua, sehingga memakai ragam ngoko kepada MT. Dalam

hal ini P telah mematuhi skala jarak sosial yang ada di antara P dan MT.

Data 11

P :”Angger kemringet kuwe gampang tambane. Diiliri sikile bae.” ‘Jika berkeringat itu mudah obatnya. Dikipas kakinya saja.’

MT :”Iya ya?” ‘Iya ya?’

Page 72: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tindak tutur menasihati yang terdapat dalam data 11 di atas

berfungsi untuk memberikan nasehat kepada MT untuk melakukan apa

yang menjadi nasihat P kepadanya, yakni mengipasi kakinya jika sedang

berkeringat. MT melakukan respon yang baik dengan mengatakan, ”iya

ya?” ‘iya ya?’ untuk menghargai nasehat yang telah diberikan kepadanya.

Tindak tutur Menasihati yang terdapat dalam data 17, 18, dan 11 di

atas berfungsi untuk memberikan nasihat kepada MT untuk melakukan apa

yang menjadi nasehat P kepadanya, yakni bagaimana cara memperoleh

surat keterangan, menggunakan jalur lain agar tidak tergelincir kembali,

dan mengipasi kakinya jika sedang berkeringat. MT melakukan respon

yang baik dengan mengatakan,”Iya ya?” ‘Iya ya?’ untuk menghargai

nasihat yang telah diberikan kepadanya.

3. Meminta Ijin

Meminta ijin adalah menginginkan sesuatu kepada orang lain agar

sesuatu tersebut dikabulkan. Jadi tindak tutur meminta ijin adalah tindak

pertuturan yang dilakukan penutur kepada mitra tutur agar mengijinkan

apa yang dikehendaki penutur.

Berikut beberapa contoh TTD meminta ijin di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Data 3

P :” Saya tek pamit dulu.” ‘Saya mohon diri dulu.’ MT :” Ya ya ya.” ‘Ya, ya, ya’

Page 73: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Konteks tuturan pada data 3 adalah, P meminta ijin untuk permisi

kembali ke tempat kerjanya kepada MT setelah mendapat informasi yang

cukup dari MT. Tindak tutur meminta ijin pada data3 ini tercermin pada

tuturan P ”Saya tek pamit dulu.” ‘Saya mohon diri dulu.’ kepada MT.

Tanggapan MT terhadap permintaan ijin P adalah dengan mengatakan ”Ya

ya ya.” ‘Ya, ya, ya’ kepada P. Maksim kesetujuan telah terjadi saat MT

menuturkan tanggapannya. MT setuju atas permintaan ijin permisi yang

dilakukan P.

Data19

P :” Mangga sedaya mawon.” ‘Mari semua…’ MT :” Nggih…” ‘Iya…’

Data 19 menunjukkan permintaan ijin permisi yang dilakukan P

kepada MT. MT yang merespon tindak tutur direktif meminta ijin pada

data 19 adalah beberapa pegawai yang sedang berada di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap, sehingga MT

pada data 19 adalah jamak. Ragam bahasa yang digunakan P adalah ragam

krama, P menggunakan ragam krama karena ragam tersebut dianggap

paling netral dibandingkan dengan bahasa lain. Hal ini dilakukan

mengingat MT dalam tuturan ini jamak, sehingga tidak semua

berkedudukan dan berusia sama. Penggunaan ragam krama tersebut

menunjukkan telah terjadi penggunaan maksim kerendahhatian oleh P. P

Page 74: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dengan rendah hati melakukan permintaan ijin permisi dengan ragam

bahasa krama kepada MT karena MT yang dihadapi adalah jamak dan

berbeda kedudukan serta usianya dengan P.

Data 20

P :” Ya wis ya pak…” ‘Ya sudah ya pak…’ MT :” Ya…” ‘Iya…’

Tindak tutur meminta ijin dalam data 20 berfungsi untuk meminta

ijin permisi yang dilakukan P kepada MT. Walaupun tidak secara tersurat

dalam mengungkapkan ijin permisi, tetapi maksud dari P dapat diterima

MT dengan baik. Yakni meminta ijin permisi kepada MT. Hal ini juga

sekaligus dapat menunjukkan bahwa maksim peneimaan telah dilakukan

oleh P.

Tindak tutur meminta ijin dalam data 3, 19, dan 20 tersebut

berfungsi untuk meminta ijin permisi yang dilakukan P kepada MT. Pada

data 20 walaupun tidak secara tersurat dalam mengungkapkan ijin permisi,

tetapi maksud dari P dapat diterima MT dengan baik. Yakni meminta ijin

permisi kepada MT. Hal ini juga sekaligus dapat menunjukkan bahwa

maksim penerimaan telah dilakukan oleh P dan fungsi dari tindak tutur

meminta ijin adalah untuk meminta ijin permisi.

Page 75: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4. Menyarankan

Menyarankan adalah memberitahukan kepada orang lain dengan

tujuan agar orang lain mmpertimbangkan masak-masak apa yang menjadi

saran penutur. Jadi tindak tutur menyarankan adalah tindak tutur yang

disampaikan penutur kepada mitra tutur dengan tujuan agar mitra tutur

mempertimbangkan masak-masak apa yang disarankan penutur.

TTD menyarankan yang terjadi di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap antara lain sebagai berikut.

Data 21

P : “ Jane wingi ngger enyong matur kaya guwe, terus….” ‘Sebenarnya jika kemarin saya bicara seperti itu, lalu…’ MT : “ Genah wingi ya ra kober pak. Wingi ra kober.” ‘Memang tidak sempat pak, kemarin tidak sempat’

Tindak tutur menyarankan pada data 21 tersebut terjadi antara P

dan MT di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap pada siang hari dengan suasana tidak terlalu formal. P

menyarankan dan sekaligus agak menyesal terhadap MT dikarenakan tidak

melakukan apa yang menjadi sarannya. Saran yang dikemukakan P

tercermin dalam tuturannya, yakni “Jane wingi ngger enyong matur kaya

guwe, terus….” ‘Sebenarnya jika kemarin saya bicara seperti itu, lalu…’.

Lalu penyesalan P tersirat dalam tuturan yang dikemukakan MT, yaitu

“Genah wingi ya ra kober pak. Wingi ra kober.” ‘memang tidak sempat

pak, kemarin tidak sempat’. Maksim kesimpatian sebenarnya ditunjukkan

Page 76: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

oleh P kepada MT, yakni dengan rasa penyesalan tersebut. Hal itu

membuktikan bahwa P memiliki rasa simpati terhadap MT yang memiliki

permasalahan yang belum dapat teratasi dengan memberikan saran

tersebut. Ragam bahasa yang digunakan keduanya adalah ragam ngoko,

hal itu dilakukan keduanya karena keduanya memiliki jabatan yang sama

yakni Pengawas SD/TK. Walaupun jenis kelamin P dan MT berbeda, hal

itu tidak menjadi penghalang antara keduanya untuk lebih akrab. Skala

pilihan juga ditunjukkan oleh P kepada MT, yakni dengan saran tersebut.

Tetapi MT menganggap saran tersebut sudah tidak diperlukan lagi karena

baik MT maupun P tidak sempat melakukan apa yang disarankan P pada

saat itu, dan dalam hal ini MT melakukan pelanggaran terhadap maksim

penerimaan.

Data 22

P1 :” Makan siang ayam goreng.” ‘Makan siang ayam goreng.’ P2 :” Lalaban bae.” ‘Lalapan saja’ MT :” Sing penting aja ngulu ban.” ‘Yang penting tidak menelan ban.’ P1 :” Ya ora kolu pak.” ‘Ya tidak tertelan pak.’

Tindak tutur menyarankan juga terdapat dalam tuturan pada data

22. Konteks tuturan ini adalah terdapat 2 P dan 1 MT, dan tema

pembicaraannya adalah tentang menu makan siang acara piknik yang akan

diadakan oleh Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Page 77: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Cilacap. Suasana pertuturan ini sangat santai dan sama sekali tidak formal,

hal ini tercermin dalam penggunaan ragam ngoko dalam penuturannya.

Terdapat dua saran yang dikemukakan pada data 22, yakni saran P1 untuk

menggunakan menu ayam goreng dengan mengatakan ”Makan siang ayam

goreng.” ‘Makan siang ayam goreng.’ Kemudian saran kedua yang

dikemukakan oleh P2 untuk menggunakan lalapan sebagai menu makan

siang dengan menuturkan ”Lalaban bae.” ‘Lalapan saja’. MT menanggapi

usulan dari P1 dan P2 dengan humor, dengan mengatakan ”Sing penting

aja ngulu ban.” ‘Yang penting tidak nguluban.’ Maksim pilihan dilakukan

P1 dan P2 kepada MT, dengan memberikan pilihan yang dapat dipilih oleh

MT sebagai menu makan siang acara piknik. Sedangkan MT menerima

saran-saran yang diberikan P dengan makna tersirat dalam humornya,

yakni mengatakan ”Sing penting aja ngulu ban.” ‘Yang penting tidak

nguluban.’ Pelanggaran skala jarak sosial dilakukan P1 dan P2 kepada

MT, karena menggunakan ragam bahasa ngoko kepada orang yang lebih

tua dan memiliki jabatan yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan karena

situasi yang tidak formal dan cenderung didominasi oleh humor yang

dilakukan MT. Hal ini sekaligus sebagai tanda bahwa maksim penerimaan

telah dilakukan MT terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh P1 dan P2.

MT menerima penggunaan ragam ngoko yang dilakukan P1 danP2

dikarenakan tingkat keakraban yang tinggi diantara ketiganya.

Page 78: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Data 23

P :” Nek awan pas nang Prambanan mangane dhewek mbok. Nek mbengi kan mangan bareng.” ‘Saat siang di Prambanan makan sendiri kan. Jika malam makan bersama.’

MT :” Ya wis, aja diwenekna disit duite.” ‘Ya sudah, jangan diberikan dulu honornya’

Saran yang diberikan MT kepada P berfungsi sebagai saran untuk

menunda pemberian honor sopir dan kernet bus yang akan dikendarai saat

acara piknik di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap. Skala pilihan telah disebutkan sebelumnya dengan

saran oleh P, sehingga menguntungkan MT untuk mengambil keputusan

untuk menunda pemberian honornya. Skala pilihan dan skala untung rugi

telah dilakukan pada data 23.

Dapat disimpulkan bahwa fungsi dari tindak tutur direktif pada

data 21, 22, dan 23 adalah untuk menyarankan.

5. Menganjurkan

Menganjurkan adalah meminta orang lain untuk melakukan

sesuatu sesuai dengan niat baik penutur. Jadi tindak tutur menganjurkan

adalah tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur agar

melakukan sesuatu sesuai dengan maksud baik penutur.

Data 24

P :” Nggih ten mriki mawon.” ‘Ya di sini saja’ MT1 :” Pak, mangga…” ‘Pak, silakan….’ MT2 :” Nggih, nuwunsewu…”

Page 79: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

‘Iya, permisi…’ P :” Mangga pak…” ‘Silakan pak…’

Tindak tutur menganjurkan dilakukan P kepada MT2 pada data 24.

Hal itu tercermin dalam tuturan P, yakni ”Nggih ten mriki mawon.” ‘Ya di

sini saja’. Konteks pertuturan ini adalah, P menganjurkan kepada MT2

untuk membahas permasalahannya di ruang yang dikehendaki P. Lalu

MT1 selaku penerima tamu mempersilakan MT2 untuk mengikuti anjuran

P dengan mengatakan ”Pak, mangga…” ‘Pak, silakan….’ Kemudian MT2

melakukan apa yang menjadi anjuran P kepada MT2 dengan mengatakan

”Nggih, nuwunsewu…” ‘Iya, permisi…’ Respon yang diperlihatkan MT2

terhadap anjurannya membuat P mempersilakan MT2 untuk memasuki

ruangan yang menjdi anjurannya dengan mengatakan ”Mangga pak…”

‘silakan pak…’. Ragam bahasa yang digunakan ketiganya adalah ragam

krama, hal ini dilakukan karena situasi formal yang mengharuskan

penggunaan ragam yang menunjukkan penghormatan kepada tamu.

Sehingga telah terjadi maksim kebijaksanaan dalam tuturan pada data 24

tersebut. Skala keotoritasan juga telah dilakukan oleh P kepada MT1 dan

MT2. P merasa berhak memberikan anjuran yang akan membuat situasi

bisa lebih baik dengan melakukan anjuran itu. Sehingga maksim

penerimaan juga dilakukan oleh MT1 dan MT2, karena MT 1dan MT2

mengetahui maksud baik P. Fungsi dari tindak tutur yang dilakukan pada

Page 80: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

data 24 di atas adalah untuk membahas permasalahannya di ruang yang

dikehendaki P.

Data 25

P :”Sangu vitamin pak Tikno!” ‘Membawa vitamin pak Tikno’ MT :”Iya ya?” ‘Iya ya?’ P :”Ya biasane nganggo doping ora? La siki nek disortir Senen

sampai Jum’at ful, ya ngedrop lah.” ‘ya biasanya memakai doping tidak? Jika disortir dari Senin sampai Jum’at ful, pasti ngedrop’

Pada data 25 terdapat tindak tutur direktif menganjurkan yang

dilakukan oleh P kepada MT. Anjuran yang diberikan P adalah anjuran

untuk menyertakan vitamin ke dalam bawaan MT saat DIKLATnya nanti.

P mengatakan ”Sangu vitamin pak Tikno!” ‘Membawa vitamin pak

Tikno’. Lalu MT menanggapi anjuran P dengan pertanyaan ”Iya ya?” ‘Iya

ya?’ seolah tidak sempat terpikir oleh MT untuk membawa vitamin jika

tidak dianjurkan P. Menjawab pertanyaan yang diajukan MT kepadanya, P

menegaskan anjurannya dengan mengatakan ”Ya biasane nganggo doping

ora? La siki nek disortir Senen sampai Jum’at ful, ya ngedrop lah.” ‘Ya

biasanya memakai doping tidak? Jika disortir dari Senin sampai Jum’at

ful, pasti ngedrop’. Anjuran ini dilatarbelakangi rasa simpati terhadap MT

yang belum pernah melakukan DIKLAT sebelumnya. Sehingga telah

terjadi maksim kesimpatian dalam tuturan pada data 25. Maksim

penerimaan yang ditunjukkan dengan pertanyaan yang diajukan MT

menandakan telah terjadinya penerimaan atas anjuran yang diberikan P

Page 81: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kepada MT. P juga telah melakukan skala untung rugi kepada MT karena

telah menguntungkan MT dengan anjurannya yang bermanfaat bagi MT.

Fungsi dari tindak tutur menganjurkan pada data 25 ini adalah untuk

menganjurkan agar MT menyertakan vitamin ke dalam bawaan MT saat

DIKLATnya nanti.

Data 26

P1 : “ Ndeleng-ndeleng! Jenis kelamin urung diisi!” ‘Coba saya lihat! Jenis kelamin belum diisi!’ MT : “ P apa W? ‘P atau W? P2 : “ P. Aku maune be W, tapi koh wagu temen, waria kari.”

‘P. saya sebelumnya W, tapi kelihatannya janggal sekali, seperti waria.’ Fungsi tindak tutur menganjurkan pada data 26 di atas adalah

untuk menganjurkan MT agar mengisi dokumen milik MT yang belum

diisi, yakni kolom jenis kelamin. P1 ingin membantu mengecek dokumen

tersebut, lalu P2 menganjurkan untuk mengisi kolom jenis kelamin dengan

P bukan W. Hal itu dilakukan P2 karena maksud baik P2 tidak ingin MT

merasakan hal yang sama dengan P2 karena pengisian kolom jenis

kelamin dengan W terasa janggal. Maksim kerendahhatian dan

kesimpatian telah ditunjukkan oleh P2 dalam tuturan pada data 26.

6. Mempersilakan

Mempersilakan adalah menyuruh orang lain untuk memasuki

ruangan yang disediakan penutur atau menyuruh sesuatu hal yang menjadi

kehendak mitra tutur. Jadi tindak tutur mempersilakan adalah tindak

Page 82: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pertuturan yang dilakukan penutur untuk menyuruh atau mengijinkan

memasuki ruangan yang disediakan penutur atau menyuruh sesuatu hal

yang menjadi kehendak mitra tutur.

Data 19

P :” Mangga sedaya mawon.” ‘Mari semua…’ MT :” Nggih…” ‘Iya…’

Tindak tutur mempersilakan adalah tindak tutur yang tidak akan

terlepas dari tindak tutur meminta ijin. Karena jika tidak ada yang

meminta ijin, maka tidak akan ada yang mempersilakan. Pada data 19, MT

mempersilakan P untuk keluar dari kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap dengan mengatakan ”Nggih…” ‘Iya…’.

Dengan tuturan ini sekaligus menunjukkan bahwa maksim penerimaan

telah terjadi. MT menerima permohonan ijin permisi yang dilakukan P

kepadanya. Maksim kebijaksanaan juga telah dilakukan oleh P dengan

meminta ijin permisi kepada pegawai yang bekerja di kantor tersebut. Jika

tidak melakukannya P dianggap tidak memliki sopan santun karena pergi

begitu saja tanpa pamit kepada yang empunya rumah. Fungsi dari tindak

tutur direktif pada data 19 adalah untuk mempersilakan P untuk keluar dari

kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Page 83: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Data 27

P :” Dhahar pak?” ‘Makan pak?’ MT :” Mangga, sing sekeca mawon.” ‘Silakan, silakan…’

Data 27 menunjukkan tindak tutur direktif mempersilakan yang

dilakukan MT kepada P. Konteks situasi tuturnya adalah, P menawari MT

untuk makan dengan mengatakan ”Dhahar pak?” ‘Makan pak?’. Lalu MT

memberikan tanggapan dengan mengatakan,”Mangga, sing sekeca

mawon.” ‘Silakan, silakan…’. Dengan tuturan ini MT telah melakukan

tindak tutur direktif mempersilakan kepada P. Skala jarak sosial tidak

terlanggar pada tuturan data 27 ini dikarenakan P menggunakan ragam

krama untuk berkomunikasi dengan P yang memiliki jabatan yang lebih

tinggi dan usia yang lebih tua. Fungsi tindak tutur direktif pada data 27 di

atas adalah mempersilakan P untuk makan sesuai dengan apa yang

dimintakan permisi kepada MT.

Data 10

P : “ Kula ten BPD nggih.” ‘Saya ke BPD ya’ MT : “ O, nggih nggih.” ‘O iya, iya’

Tindak tutur mempersilakan terdapat di data 10, fungsi tuturan

tersebut adalah mempersilakan P melakukan apa yang dimintakan ijin ke

MT. P meminta ijin permisi ke BPD kepada MT dengan menuturkan,

Page 84: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

“Kula ten BPD nggih.” ‘Saya ke BPD ya’, lalu MT mempersilakan P

dengan mengatakan, “O, nggih nggih.” ‘O iya, iya’. Maksim kesetujuan

telak ditunjukkan MT kepada P. maksim kebijaksanaan juga ditunjukkan P

kepada MT dengan meminta ijin permisi, jika tidak melakukannya P

dianggap tidak memiliki sopansantun karena mengakhiri pembicaraan

tanpa permisi.

7. Mengingatkan

Mengingatkan adalah memberitahu kepada orang lain agar

mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya. Jadi tindak tutur

mengingatkan adalah tindak tutur yang dilakukan seorang penutur kepada

mitra tutur dengan tujuan agar mitra tutur mempertimbangkan tentang apa

yang akan dilakukannya.

Data yang diperoleh di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap yang menunjukkan TTD mengingatkan antara

lain sebagai berikut.

Data 28

P :”Sabukke sabuk kae loh!” ‘Sabuknya sabuk itu lo!’ MT :”Kaya giye mbok? Kiye?” ‘Seperti ini kan? Ini?’ P :”Iya.” ‘Iya’

Konteks pada data 28 adalah P mengingatkan MT tentang sabuk

yang seharusnya digunakan saat DIKLAT. Tindak tutur mengingatkan

tercermin dalam tuturannya yakni,”Sabukke sabuk kae loh!” ‘Sabuknya

Page 85: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

sabuk itu lo!’. Lalu MT menyatakan bahwa ia tahu jenis sabuk yang

dimaksud P dengan mengatakan ”Kaya giye mbok? Kiye?” ‘Seperti ini

kan? Ini?’. Maksim kesetujuan atau kecocokkan ditunjukkan oleh P atas

keterangan MT kepadanya dengan mengatakan,”Iya.” ‘Iya’. Skala untung

rugi juga terlihat dilakukan oleh P kepada MT dengan tindak tutur

mengingatkan yang dilakukan P kepada MT. P telah menguntungkan MT

dengan peringatannya. Penggunaan ragam ngoko diantara keduanya

dikarenakan derajat keakraban yang tinggi yang dimiliki keduanya.

Data 29

P :”Ora nganggo papan nama tapi nganggo KORPRI. Lencana maksude.” ‘Tidak memakai papan nama tetapi memakai KORPRI. Lencana maksud saya’

MT :”Ngesuk pesen maninglah.” ‘Besok pesan lagi’ P :”Engko tulih disiliih nang kana!”

‘Nanti kan dipinjami di sana!’

Tindak tutur direktif mengingatkan terjadi pula pada data 29 di

atas. Tindak tutur mengingatkan dilakukan P kepada MT mengenai tidak

dipakainya papan nama saat DIKLAT tetapi memakai lencana KORPRI.

Tuturan yang mengandung tindak tutur mengingatkan adalah,”Ora

nganggo papan nama tapi nganggo KORPRI. Lencana maksude.” ‘Tidak

memakai papan nama tetapi memakai KORPRI. Lencana maksud saya’.

Maksim penerimaan ditunjukkan oleh MT secara tersirat dengan

tuturan,”Ngesuk pesen maninglah.” ‘Besok pesan lagi’. Dalam tuturan

Page 86: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

tersebut MT secara tersirat menerima peringatan P, dan sekaligus

bermaksud menindaklanjuti peringatan tersebut dengan menindakkan

sesuatu untuk memaksimalkan usahanya dalam melaksanakan peringatan

yang dilakukan P. Lalu P melarang secara tersirat pula dengan

mengatakan,”Engko tulih disiliih nang kana!” ‘Nanti kan dipinjami di

sana!’. Sehingga telah terjadi 2 (dua) tindak tutur direktif sekaligus dalam

data 29 tersebut, yakni tindak tutur mengingatkan dan tindak tutur

melarang. Ragam bahasa yang digunakan pada data 29 adalah ragam

ngoko, hal itu dilakukan karena antara P dan MT memiliki tingkat

kekraban yang tinggi.

Data 30

P :” Sangu semir, sangu sikat. Keton bae nek ora disemir.” ‘Membawa semir dan sikat. Terlihat juga jika tidak disemir.’

MT :”Ya.” ‘Iya’

Pada data 30, P mengingatkan MT untuk membawa serta semir dan

sikat sepatu saat DIKLAT. Maksim penerimaan dilakukan MT dengan

tuturan,”Ya.” ‘Iya’.

Fungsi dari tindak tutur mengingatkan yang dilakukan P kepada

MT yang terdapat pada data 28, 29, dan 30 adalah mengingatkan MT

untuk jangan melupakan hal kecil seperti sabuk, papan nama, semir dan

sikat sepatu saat DIKLATnya.

Page 87: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

8. Melarang

Melarang adalah mencegah orang lain untuk tidak melakukan

sesuatu yang tidak diinginkan. Jadi tindak tutur melarang adalah tindak

pertuturan yang disampaikan penutur untuk mencegah mitra tutur

melakukan sesuatu yang tidak diinginkan penutur.

Data yang diperoleh di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang antara lain sebagai berikut.

Data 31

P :”Umpamane pak Koran ora bisa melu, terus bojone njenengan arep dilebokena, ora dadi!” ‘Jika pak Koran tidak bisa ikut, lalu istri anda ingin dimasukkan, tidak bisa!’

MT :”Ya ora olih!” ‘Iya tidak boleh!’

Pada data 31 di atas, konteks tuturannya adalah P bermaksud

menjelaskan apa yang menjadi larangan dalam aturan piknik yang akan

dilaksanakan. Salah satu larangan yang tidak boleh dilakukan adalah

memasukkan salah seorang kerabat ke dalam acara jika salah seorang

pegawai tidak bisa mengikuti acara tersebut. Hal itu tercermin dalam

tuturan,”Umpamane pak Koran ora bisa melu, terus bojone njenengan

arep dilebokena, ora dadi!” ‘Jika pak Koran tidak bisa ikut, lalu istri anda

ingin dimasukkan, tidak bisa!’. Lalu MT yang merupakan koordinator

acara tersebut menekankan kembali dengan mengatakan,”Ya ora olih!”

‘Ya tidak boleh!’. Tuturan P tersebut menunjukkan tindak tutur melarang,

Page 88: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

sedangkan tuturan MT menunjukkan telah terjadi maksim kesetujuan atau

kecocokkan.

Data 32

P1 :”Sing semene ya!” ‘Yang sebesra ini ya!’ MT1 :”Ya.” ‘Iya’ MT2 :”Kuwene dijajal digawa bae!” engko nek ora pas kepriwe?” ‘itunya coba dibawa saja! Nanti jika tidak pas bagaimana?’ MT1 :”He?” ‘Apa?’ P :”Sih! wis nganah!” ‘Tidak! Sudah sana!’

Konteks tuturan pada data 32 adalah, P mula-mula menyuruh MT1

untuk membeli plastik yang berukuran tertentu. Lalu MT1

menyanggupinya. Kemudian MT2 menyarankan agar apa yang akan

dimasukkan plastik tersebut untuk dibawa sebagai pengukur pas tidaknya

ukuran plastik yang diminta P. Tetapi P melarang dan menolak saran

MT2, dikarenakan benda yang akan dimasukkan ke dalam plastik adalah

gaji para pegawai. Sehingga saran yang diberikan MT2 kepada P adalah

semata-mata bertujuan untuk menggoda P atau sebagai humor saja. Skala

pilihan sebenarnya terdapat pada tuturan yang dituturkan MT2,”Kuwene

dijajal digawa bae!” engko nek ora pas kepriwe?” ‘Itunya coba dibawa

saja! Nanti jika tidak pas bagaimana?’. Tetapi karena isi dari pilihan yang

diajukan adalah sebagi humor saja, P menolak pilihan tersebut. Sehingga

maksim penerimaan tidak berlangsung di data 32. Skala jarak sosial tidak

pula menjadi soal dalam tuturan ini, dikarenakan walaupun ketiganya

Page 89: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

memakai ragam ngoko dalam penyampaian tuturannya. Ketiganya

menerima keadaan masing-masing individu. P menerima tanggapan MT1

yang dalam tuturannya menggunakan ragam ngoko dikarenakan

ketidaktahuannya akan sopan santun dalam berkomunikasi. Lalu P juga

menerima penggunaan ragam ngoko oleh MT2, dikarenakan keakraban

yang tinggi antara keduanya dan sifat humoris yang dimiliki MT2.

Data 8

P :” Ngesuk nang ngebisan ora ulih ngrokok!” ‘Besok tidak boleh merokok di dalam bus!’ MT :” Ora lah, ngesuk rokoke dibenahi ben awet.” ‘Tidak, besok rokoknya disimpan agar awet’

Tindak tutur melarang dalam data 33 ini terletak pada tuturan yang

dikatakan oleh P,”Ngesuk nang ngebisan ora ulih ngrokok!” ‘Besok tidak

boleh merokok di dalam bus!’. Penanda lingual “ora ulih” ‘tidak boleh’

dalam data 33 menjadi ciri mengapa data 33 ini termasuk dalam tindak

tutur melarang. Hal ini ditanggapi oleh MT dengan mengatakan,”Ora lah,

ngesuk rokoke dibenahi ben awet.” ‘Tidak, besok rokoknya disimpan agar

awet’. Tuturan tersebut menandakan bahwa maksim penerimaan telah

dilakukan oleh MT terhadap larangan yang disampaikan P. Walaupun

telah terjadi pelanggaran terhadap skala kelangsungan yang dilakukan oleh

P, yakni dengan mengatakan secara langsung apa yang menjadi

kehendaknya yaitu melarang adanya rokok di dalam bus yang akan

dikendarai dalam acara piknik. Ragam ngoko juga mewarnai tuturan pada

data 33, sekali lagi karena derajat keakraban yang tinggi diantara para

Page 90: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

pegawai sehingga skala jarak sosial seringkali bukan merupakan jurang

pemisah antarpegawai untuk saling akrab.

Data 29

P :”Ora nganggo papan nama tapi nganggo KORPRI. Lencana maksude.” ‘Tidak memakai papan nama tetapi memakai KORPRI. Lencana maksud saya’

MT :”Ngesuk pesen maninglah.” ‘Besok pesan lagi’ P :”Engko tulih disiliih nang kana!”

‘Nanti kan dipinjami di sana!’ Tindak tutur melarang pada data 34 tersirat dalam tuturan yang

dituturkan oleh P,”Engko tulih disiliih nang kana!” ‘Nanti kan dipinjami

di sana!’. Walaupun tidak secara tegas dan jelas melarang tetapi tersirat

dalam tuturan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindak tutur

melarang pada data 34 berfungsi untuk melarang dan tindak tutur pada

data 31, 32, serta 34 juga berfungsi untuk melarang.

9. Menginterogasi

Tindak tutur direktif menginterogasi adalah tindak pertuturan yang

dilakukan P kepada MT untuk mengetahui sesuatu atau meminta

keterangan yang mungkin diketahui MT.

Data yang diperoleh di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap yang menunjukkan TTD menginterogasi

antara lain sebagai berikut.

Page 91: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Data 35

P :”Mangga…” “Potone pun diasta?”

‘Silakan…Fotonya sudah dibawa?’ MT :”Aduh jan…”

‘Aduh,….’ P :”Ini pake bulan apa?”

‘Ini memakai bulan apa?’ MT :”Akhir Januari.”

‘Akhir Januari’ P :”Karo apa? Februari?”

‘Dengan apa? Februari?’ MT :” Nggih…”

‘Iya…’

Data 35 di atas termasuk dalam tindak tutur direktif yang berfungsi

menginterogasi atau meminta keterangan, yang ditandai dengan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan P kepada MT, yakni “Potone pun

diasta?” ‘Silakan…Fotonya sudah dibawa?’,”Ini pake bulan apa?” ‘Ini

memakai bulan apa?’,”Karo apa? Februari?” ‘Dengan apa? Februari?’.

Data 35 menunjukkan bahwa P meminta keterangan MT mengenai

beberapa hal yang menyangkut dokumen resmi yang harus dilengkapi MT.

Prinsip kerjasama dalam data 35 tersebut telah terpenuhi, sehingga orang

lain yang tidak mengetahui konteks dan isi pertuturan tidak akan mengerti

dengan jelas apa yang menjadi topik pertuturan tersebut. Penggunaan

ragam ngoko yang dilakukan P pada data 35 tersebut mengindikasikan

bahwa P merasa memiliki kewenangan atau kekuasaan yang lebih

dibanding MT, bisa dikatakan bahwa P merasa lebih tahu dibanding MT

dan P merasa MT membutuhkan bantuannya. Bahasa Indonesia yang juga

digunakan P dalam pertuturan pada data 35 tersebut menunjukkan bahwa

Page 92: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

antara P dan MT memiliki hubungan yang tidak terlalu akrab, sehingga

terkadang digunakan bahasa formal. Maksim penerimaan atas

penginterogasian yang dilakukan P kepada MT telah ditunjukkan MT pada

tuturannya, yakni”Aduh jan…” ‘Aduh,….’, ”Akhir Januari.” ‘Akhir

Januari’, ”Nggih…” ‘Iya…’.Pertanyaan-pertanyaan sebagai alat interogasi

serta jawaban-jawaban sebagai maksim penerimaan atas penginterogasian

P kepada MT yang ditunjukkan pada data 35 tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa data tersebut berfungsi sebagai tindak tutur

menginterogasi atau meminta keterangan.

Data 36

P :”Mbak, buku sejarahnya UPT?” ‘Mbak, buku sejarah UPT?’

MT :”O nggih pak, menawi dinten Senen pripun bapak?” ‘O, iya pak. Kalau hari Senin bgamana pak?’

P :”O nggih saged, soale onten sing ngampil. Njenengan ajeng teras teng pundi?” ‘O, iya bisa soalnya ada yang ingin meminjam. Anda mau ke mana setelah ini?’

MT :”Nggih tesih ten mriki.” ‘Iya masih di sini’

Fungsi dari tindak tutur direktif pada data 36 di atas adalah

menginterogasi atau meminta keterangan. Partisipan pada data 36 tersebut

adalah peneliti sebagai MT dan pegawai Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai P. P meminta keterangan

kepada peneliti mengenai kapan buku sejarah Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dipinjam MT akan

dikembalikan. Penginterogasian tersebut tercermin dalam tuturan P

Page 93: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

berikut,”Mbak, buku sejarahnya UPT?” ‘Mbak, buku sejarah UPT?’.

Maksim penerimaan atas penginterogasian P diterima MT dengan

menuturkan,”O nggih pak, menawi dinten Senen pripun bapak?” ‘O, iya

pak. Kalau hari Senin bagamana pak?’. Penggunaan bahasa Indonesia oleh

P dilatarbelakangi oleh kurang akrabnya hubungan di antara keduanya.

Oleh karena itu, untuk memunculkan data berbahasa Jawa peneliti sebagai

MT merespon tuturan P dengan penggunaan bahasa Jawa ragam krama.

Disamping dapat memunculkan data berbahasa Jawa, MT juga

melaksanakan skala jarak sosial yakni menghormati orang yang lebih tua

dengan ragam krama yang MT gunakan. Pancingan MT dengan bahasa

Jawa ragam krama berhasil dan membuat P mengalihkan kodenya menjadi

bahasa Jawa pula ragam krama, dengan menuturkan :”O nggih saged,

soale onten sing ngampil. Njenengan ajeng teras teng pundi?” ‘O, iya bisa

soalnya ada yang ingin meminjam. Anda mau ke mana setelah ini?’.

Maksim penerimaan ditunjukkan pula oleh P dengan tuturan ini.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa data 36 tersebut

memiliki fungsi sebagai tindak tutur direktif menginterogasi atau meminta

keterangan.

10. Menyumpah

Menyumpah adalah tindakan yang dilakukan seseorang kepada

orang lain untuk mendoakan agar orang lain terkena sesuatu sesuai dengan

sumpahannya. Data yang dapat ditemukan mengenai tindak tutur

Page 94: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menyumpah di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap sebagai berikut.

Data 37

P :”Engko, tek supatani ben dadi jambu mete ngger saru!” ‘Nanti saya sumpahi biar jadi jambu mete kalau tidak sopan!’

MT :”Ya nganah!” ‘Biar saja!’

Fungsi tindak tutur yang terdapat pada data 37 di atas adalah fungsi

menyumpah. Fungsi menyumpah tersebut tercermin dalam penuturan P di

atas, yakni: ”Engko, tek supatani ben dadi jambu mete ngger saru!”

‘Nanti saya sumpahi biar jadi jambu mete kalau tidak sopan!’. Penanda

lingual yang menunjukkan bahwa tuturan pada data 37 tersebut termasuk

fungsi menyumpah adalah kata “supatani” ‘sumpahi’. Situasi yang

terdapat pada peristiwa tutur tersebut adalah situasi tidak formal dan penuh

humor, sehingga skala jarak sosial tidak diperhatikan. Hal ini tercermin

dalam penggunaan ragam ngoko oleh kedua belah pihak. Berdasarkan

uraian di atas, simpulan yang dapat diambil adalah data 37 tersebut

memiliki fungsi menyumpah.

11. Menantang

Tindak tutur direktif menantang adalah tindakan P dalam mengujarkan

sesuatu hal yang memancing keberanian MT. Data yang dapat ditemukan

mengenai tindak tutur menantang di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai berikut.

Page 95: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Data 38

P :”Apa wani bali jam rolas?” ‘Apa berani pulang jam dua belas?’

MT :”Ya wani!” ‘Ya berani!’

Fungsi dari tindak tutur pada data 38 di atas adalah fungsi

menantang. Hal itu tercermin dalam tuturan yang diujarkan P kepada MT,

yakni ”Apa wani bali jam rolas?” ‘Apa berani pulang jam dua belas?’.

Tuturan tersebut merupakan tantangan kepada MT untuk pulang pada jam

duabelas malam. Respon MT dengan tantangan P menunjukkan

pembuktian dan kepercayaan diri bahwa MT berani melakukan tantangan

P. Respon MT tersebut tercermin dalam tuturannya,”Ya wani!” ‘Ya

berani!’. Penggunaan ragam ngoko dalam tuturan pada data 38 tersebut

menunjukkan keakraban yang tinggi diantara P dan MT, sehingga skala

jarak sosial tidak menjadi hal yang dipersoalkan dalam peristiwa tutur

tersebut. Penggunaan ragam ngoko tersebut juga menunjukkan bahwa

situasi yang terdapat pada peristiwa tutur tersebut tidak formal, jika tuturan

tersebut terjadi pada situasi formal sangat dimungkinkan terjadinya

percekcokan atau perkelahian antara P dan MT. Berdasarkan uraian di

atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tuturan yang terdapat pada data 38

tersebut memiliki fungsi menantang.

12. Menyapa

Menyapa adalah tindak pertuturan yang dilakukan seseorang untuk

menegur orang lain sebagai keramahtamahan. Data yang dapat ditemukan

Page 96: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

mengenai tindak tutur menyapa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap sebagai berikut.

Data 39

P :”Sugeng bu?” ‘Bagaimana kabarnya bu?’

MT :”Preian mbak?” ‘Liburan mbak?’

P :”Nggih…” ‘Iya…’

MT :”Wis semester pira mbak?” ‘Sudah semester berapa?’

P :”Pun wolu niki bu, saweg skripsi.” ‘Sudah delapan bu, sedang skripsi.’

Data 39 di atas merupakan fungsi dari tindak tutur menyapa.

Partisipan dalam peristiwa tutur di atas adalah peneliti sebagai P dan tamu

di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

sebagai MT. P melakukan tindak tutur menyapa dengan

menuturkan,”Sugeng bu?” ‘Bagaimana kabarnya bu?’ dan tuturan tersebut

merupakan penanda dari tindak tutur menyapa. Respon yang diberikan MT

saat tindak tutur menyapa dilakukan P adalah dengan menyalami P dan

memberi isyarat dengan anggukkan kepalanya. Penggunaan ragam krama

oleh P merupakan pelaksanaan skala jarak sosial yang harus dilakukan jika

MT memiliki usia yang lebih tua dan memiliki kedudukan yang lebih

tinggi dibanding P. Tujuan dari tindak tutur menyapa ini adalah sebagai

keramahtamahan, karena di dalam masyarakat Jawa terdapat norma yang

tidak tertulis tentang keramahtamahan jika bertemu dengan orang lain.

Page 97: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dapat disimpulkan bahwa tindak pertuturan pada data 39 tersebut

memiliki fungsi menyapa.

13. Mengharap

Tindak tutur mengharap adalah tindak pertuturan yang disampaikan P

kepada MT atau orang lain agar MT ataupun orang lain tersebut

mengabulkannya. Data yang dapat ditemukan mengenai tindak tutur

mengharap di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten

Cilacap sebagai berikut.

Data 40

P :” Nyong kon mangguli, tuli kudune nggawa sarapan kae ya!” ‘Saya disuruh membawa seharusnya dia membawa sarapan ya!’

MT :” Ya engko tuli nggawa.” ‘Ya nanti paling membawa’

Fungsi dari tindak tutur yang terdapat pada data 40 tersebut adalah

fungsi mengharap. P mengharap orang yang dibicarakan bersama MT

membawa sarapan untuknya, karena P merasa sudah dimintai

pertolongannya membawa sesuatu. Tindak tutur mengharap tercermin

dalam tuturan P berikut,” Nyong kon mangguli, tuli kudune nggawa

sarapan kae ya!” ‘Saya disuruh membawa seharusnya dia membawa

sarapan ya!’. Lalu MT mmberi respon dengan menuturkan,” Ya engko tuli

nggawa.” ‘Ya nanti paling membawa’. Respon itu dilakukan untuk

memberi harapan kepada P akan mendapatkan apa yang diharapkannya.

Fungsi mengharap tercermin dalam tuturan P tersebut, sehingga dapat

disimpulkan data 40 tersebut memiliki fungsi mengharap.

Page 98: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

B. Faktor yang Melatarbelakangi Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di

Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

Pragmatik merupakan kajian bahasa yang terikat konteks. Sebuah tuturan

dapat digunakan untuk menyampaikan beberapa maksud dan sebaliknya satu

maksud dapat disampaikan dengan beraneka ragam tuturan. Hal itu dipengaruhi

oleh konteks yang melingkupi tuturan itu. Dalam penyampaiannya, sebuah tindak

tutur dipengaruhi oleh faktor-faktor yang melatarbelakangi. Baik dari diri penutur

dan mitra tutur sendiri, maupun dari luar seperti konteks tuturan dan kesantunan.

Dari hasil pengamatan di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap, faktor-faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif

bahasa Jawa yang dilakukan adalah mencakup aspek penutur dan lawan atau mitra

tutur, konteks tuturan, dan tujuan tuturan (Leech, 1993: 19-20). Berikut uraian

mengenai faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di

Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

1. Penutur dan Mitra Tutur

Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur adalah

usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban

dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dalam data 2, 15, dan 17 berikut ini.

Data 2

P : “Guwe utusan anu ya kena, utusan PSG.” ‘Itu mengutus itu juga bisa, mengutus PSG’ MT : “Anu adoh Pak.” ‘Jauh pak’

Page 99: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

P : “Anu biasa, biasa mlaku.” ‘Sudah biasa, biasa jalan’

Tindak tutur yang terjadi pada data 2 adalah tindak tutur direktif

merekomendasi. Tindak tutur tersebut terjadi antara MT dengan P.

Penggunaan ragam ngoko dalam tuturan ini menandakan keakraban

yang tinggi diantara P dan MT. Walaupun P memiliki kedudukan yang

lebih tinggi dibanding MT dan P berusia lebih tua dibanding MT, serta

perbedaan jenis kelamin diantara keduanya, suasana yang terjadi dalam

pertuturan antara P dengan MT pada data 2 di atas tidak mengalami

gangguan. Frasa “Ya kena” ‘Juga bisa’ dalam tuturan tersebut

merupakan penanda lingual yang berfungsi untuk merekomendasi.

Faktor yang meletarbelakangi tindak tutur direktif pada data 2 adalah

keakraban yang tinggi antara P dan MT.

Data 15

P :” Giyeh mas, tukokna plastik prepetan kaya giye ya!” ‘Mas, belikan plastik seperti ini ya’ MT :” Di mana?” ‘Di mana?’ P :”Nang pasar mburi guwe ana paling, nang deretan bakul

beras.” ‘Di pasar belakang paling ada, di deretan penjual beras’

MT :” Ya.” ‘Iya’

Pada data 15 di atas, faktor yang melatarbelakangi tindak tutur

menyuruh yang dilakukan P kepada MT adalah karena P memiliki

Page 100: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

kedudukan yang lebih tinggi dari MT, sehingga P merasa berhak untuk

menyuruh MT secara langsung tanpa memberikan pilihan kepada MT

untuk menolak apa yang dikehendaki P. Tidak adanya pilihan yang

diberikan P kepada MT tercermin dalam tuturan,”Giyeh mas, tukokna

plastik prepetan kaya giye ya!” ‘Mas, belikan plastik seperti ini ya’.

Penggunaan ragam ngoko oleh P dikarenakan P memiliki jabatan yang

lebih tinggi dibanding MT, dan usia yang lebih tua. Dapat

disimpulkan, kedudukan yang lebih tinggi dan usia yang lebih tua

dapat menjadi faktor dilakukannya tindak tutur direktif di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

Data 17

P :” Mengko kiye disetorna meng kepala sekolaeh, terus njenengan memahami. Kiyeh njenengan milih kiye sing nang kene, sarate apa bae, petunjuk apa bae, njenengan… umpamane sing ijin belajar ya nang kene, surat keterangan belajar ya nang kene, surat ijin gelar ya nang kene.” ‘Nanti ini disetorkan ke Kepala Sekolah, lalu anda memahami. Sekarang anda memilih ini yang ada di sini, syaratnya apa saja, petunjuknya apa saja, anda….yang ijin belajar juga di sini, surat keterangan juga di sini, surat ijin gelar juga di sini.’

MT :” Iya,iya.” ‘Iya, iya.’

Tugas dan kewajiban P kepada MT juga dapat menjadi faktor yang

melatarbelakangi tindak tutur direktif. Hal itu tercermin pada data 17

yang termasuk tindak tutur direktif menasihati. P menasihati MT

karena merasa berkewajiban memberikan keterangan yang sejelas-

Page 101: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

jelasnya kepada MT yang belum mengerti tentang suatu prosedur yang

berlaku. Dikarenakan P memiliki kewenangan dalam bidang ini, maka

P berkewajiban memberikan keterangan dan menasihati MT yang

kurang mengerti, sehingga tugas dan kewajiban P dapat menjadi faktor

yang melatarbelakangi tindak tutur direktif di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.

2. Konteks Tuturan

Konteks tuturan dalam penelitian linguistik adalah konteks dalam

semua aspek fisik atau latar belakang sosial yang relevan dari tuturan

yang bersangkutan. Dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya

adalah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge)

yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur. Hal ini dapat

dilihat dalam data 13 berikut.

Data 13

P : “ Telu-telu, dipisah telu-telu!” ‘Tiga-tiga, dipisah tiga-tiga!’ MT : “ Anu engko lagi difotokopi.” ‘Sebentar, sedang difotokopi’

Tuturan percakapan yang dilakukan oleh P dan MT terasa janggal

ketika MT menjawab “Anu engko lagi difotokopi.” ‘Sebentar, sedang

difotokopi’. Jawaban MT terasa tidak sambung dengan apa yang

dikatakan oleh P. Hal itu dilakukan oleh P dan MT karena baik P

maupun MT sudah memahami konteks tuturan, yaitu P menyuruh MT

Page 102: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

memisahkan dokumen-dokumen yang dibawanya menjadi 3 kelompok

dengan menuturkan “Telu-telu, dipisah telu-telu!” ‘Tiga-tiga, dipisah

tiga-tiga!’.

3. Tujuan Tuturan

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh P dilatarbelakangi

oleh maksud dan tujuan tuturan. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk

tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan

satu maksud atau sebaliknya satu maksud dapat disampaikan dengan

beraneka ragam tuturan. Hal ini dapat dilihat dalam data 32 berikut.

Data 32

P1 :”Sing semene ya!” ‘Yang sebesar ini ya!’ MT1 :”Ya.” ‘Iya’ MT2 :”Kuwene dijajal digawa bae!” engko nek ora pas

kepriwe?” ‘Itunya coba dibawa saja! Nanti jika tidak pas bagaimana?’ MT1 :”He?” ‘Apa?’ P :”Sih! wis nganah!” ‘Tidak! Sudah sana!’

Sifat humoris yang dimiliki P dan MT dalam sebuah tuturan, juga

dapat menjadi tujuan penggunaan tindak tutur direktif di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Data 32

merupakan contoh penggunaan tindak tutur direktif menyarankan yang

dilakukan MT2 kepada P dan MT1. MT2 menyarankan untuk

membawa benda yang akan dimasukkan ke dalam plastik yang diminta

Page 103: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

P kepada MT untuk dibelikan. Benda yang dimaksud adalah gaji para

pegawai yang secara otomatis tidak mungkin untuk diserahkan kepada

orang lain yang tidak berkepentingan. Tindak tutur tersebut dilakukan

MT2 hanya untuk menggoda P saja, sehingga saran tersebut hanya

lelucon dan tidak dapat diterima oleh P.

4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih

kongkret dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang

kongkret jelas penutur dan mitra tuturnya, serta waktu dan tempat

pengutaraannya. Hal ini dapat dilihat dalam data berikut.

Data 1

P : “ Guwe tulung mbak fotokopi ya!” ‘Minta tolong itu difotokopi ya mbak!’ MT : “Endi?” ‘Mana?’ P : “ Kuwe kuwe miki bu Ikah.” ‘Itu itu tadi bu Ikah’

Tindak tutur tersebut di atas dilakukan penutur kepada mitra tutur

agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur sehingga

data 1 merupakan contoh tindak tutur direktif yang terjadi di Kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Tindak

tutur direktif menyuruh tersebut dilakukan oleh penutur yang

berkedudukan sebagai pengawas TK/SD kepada mitra tutur yaitu PSG

yang sedang melakukan magang di Kantor UPT DISDIKPORA

Page 104: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap. Kata “Tulung” ‘Tolong’

dalam tuturan di atas memberi kesan menyuruh tetapi dengan sedikit

merendah. Penggunaan kata tersebut berfungsi untuk menyuruh MT

melakukan keinginan penutur dengan sukarela. Maksim yang

dikemukakan oleh Grice tercapai dalam tuturan ini, baik maksim

kuantitas yaitu memberikan informasi secukupnya atau sejumlah yang

diperlukan oleh mitra tutur, maksim relevansi yakni memberikan

tanggapan secara relevan berdasarkan konteks pembicaraan, serta

maksim cara yaitu tuturan tersebut dikomunikasikan secara wajar,

tidak bersifat ambigu atau bermakna ganda. Walaupun skala

keotoritasan yang dikemukakan oleh Leech terjadi, tetapi P

meminimalkan skala keotoritasan tersebut dengan mempergunakan

kata “Tulung” ‘Tolong’.

Pelanggaran terhadap skala jarak sosial juga terjadi dalam tuturan

pada data 1. MT jauh lebih muda dibandingkan dengan P, umur

keduanya terpaut sangat jauh. Tetapi MT menggunakan ragam ngoko

untuk menanggapi permintaan P, dan hal ini merupakan pelanggaran

skala jarak sosial yang dikemukakan oleh Leech. Berdasarkan skala

ini, penutur atau mitra tutur yang berumur lebih muda seharusnya

menggunakan ragam yang lebih menghargai mitra tutur atau

penuturnya. Hal ini terjadi akibat ketidaktahuan mitra tutur terhadap

tingkat tutur yang mengatur kesantunan berbahasa.

Page 105: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Data 1 di atas menjelaskan faktor yang melatarbelakangi tindak

tutur direktif yang keempat, yakni tuturan sebagai bentuk tindakan atau

aktivitas. Terdapat penutur dan mitra tutur yang jelas, serta waktu dan

tempat pengutaraan tuturan tersebut.

5. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang

dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak

tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari

tindak verbal. Data berikut merupakan penjabaran dari faktor yang

melatarbelakangi tindak tutur direktif yang kelima.

Data 2

P : “Guwe utusan anu ya kena, utusan PSG.” ‘Itu menyuruh itu juga bisa, menyuruh PSG’ MT : “Anu adoh Pak.” ‘Jauh pak’ P : “Anu biasa, biasa mlaku.” ‘Sudah biasa, biasa jalan’

Tindak tutur yang terjadi pada data 2 adalah tindak tutur direktif

merekomendasi. Tindak tutur tersebut terjadi antara MT dengan P. MT

bermaksud memfotokopi berkas-berkasnya, kemudian P

merekomendasikan MT untuk menyuruh PSG memfotokopinya.

Penggunaan ragam ngoko dalam tuturan ini menandakan keakraban

yang tinggi diantara P dan MT. Frasa “Ya kena” ‘Juga bisa’ dalam

tuturan tersebut merupakan penanda lingual yang berfungsi untuk

merekomendasi. Penanda lingual tersebut digunakan P untuk

memberikan pilihan kepada MT. Kemudian MT menanggapi

Page 106: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

rekomendasi tersebut dengan menjawab “Anu adoh pak” ‘Jauh pak’

yang berkesan agak tidak setuju dengan rekomendasi yang dilakukan

P. Tapi P akhirnya memberi penekanan yang menegaskan bahwa PSG

yang direkomendasikan sudah terbiasa berjalan kaki walaupun jauh.

Data 2 di atas merupakan hasil dari tindak verbal P dan MT

sebagai informan di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

Kabupaten Cilacap. Penggunaan alat dalam pengujaran atau penuturan

akan mempengaruhi bentuk ujaran. Pemilihan ujaran akan dilakukan P

ataupun MT jika sarana yang digunakan tidak secara langsung.

C. Kesantunan Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap

Kegiatan berkomunikasi dalam Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap terjadi suatu perbedaan penggunaan bahasa oleh

pemakainya. Perbedaan tersebut terjadi dalam hubungannya dengan

kesopansantunan berbahasa. Maksudnya P dalam melakukan tuturannya ada yang

memperhatikan kesopansantunan dan ada yang tidak memperhatikan

kesopansantunan berbahasa. Pemakaian kesopansantunan dalam berkomunikasi

dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk menghindari adanya konflik antara P

dan MT. Disamping itu juga dimaksudkan untuk menjalin hubungan yang mesra

dalam kegiatan berkomunikasi.

Page 107: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Pada bagaian ini akan dipaparkan perbedaan kesopansantunan dengan

menggunakan skala biaya-keuntungan (cost-benefit scale), skala pilihan

(optionally scale), dan skala ketidaklangsungan (indirectness scale) (Sumarlam,

1994: 7-10).

Skala pertama dipakai untuk menghitung biaya yang diperlukan dan

keuntungan yang diperoleh MT untuk melakukan tindakan sebagai akibat dari

daya ilokusi TTD yang diperintahkan P.

Skala yang kedua, yaitu skala pilihan dipakai untuk menghitung berapa

banyak pilihan yang diberikan P kepada MT dalam melaksanakan tindakan.

Berdasarkan banyak sedikitnya pilihan maka MT dapat menilai suatu tuturan itu

kurang santun atau lebih santun.

Skala yang ketiga yaitu skala ketidaklangsungan, yaitu seberapa panjang

jarak yang ditempuh oleh daya ujar itu untuk sampai pada tujuan ujaran. Dalam

hal ini, semakin langsung TT itu maka dipandang semakin kurang santun, dan

sebaliknya semakin tidak langsung TT itu semakin santun.

Berikut penjelasan kesantunan di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan

Sidareja Kabupaten Cilacap.

Data 1

P : “ Guwe tulung mbak fotokopi ya!” ‘Itu tolong foto kopi ya mbak!’ MT : “Endi?” ‘Mana?’ P : “ Kuwe kuwe miki bu Ikah.” ‘Itu itu tadi bu Ikah’

Data 14

P :” Kiye dicenthang!” ‘Ini dicenthang!’

Page 108: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

MT :” Iya.” ‘Iya’

Data 1 dan data 14 menurut skala ketidaklangsungan memiliki

derajat kesantunan yang berbeda. Semakin langsung sebuah tuturan, maka

semakin dianggap tidak santun. Sebaliknya, semakin tidak langsung

sebuah tuturan maka semakin santun. Data 1 merupakan tuturan yang lebih

santun daripada data 14. Hal itu dikarenakan, pada data 1 terdapat kata

“tulung” ‘tolong’ yang membedakannya dengan tuturan pada data 14 dan

kata tersebut juga dapat memberi kesan yang berbeda jika hanya sekedar

langsung mengutarakan apa yang menjadi kehendaknya.

Data 4

P :” Apa njenengan meng kantor kana bae langsung?” ‘Bagaiman jika anda ke kantor sana langsung?’ MT :” Meng nganah?” ‘Ke sana?’ P :” Nggih…” ‘Iya…’

Data 41

P : “ Pak Ratoyo arep ngeneh, kuwe digawa sisan!” ‘Pak Ratoyo akan ke sini, itu dibawa sekalian!’ MT : “ Nggih.” ‘Iya’

Berdasarkan skala pilihan atau optionally scale, tuturan pada data 4

memiliki kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tuturan

pada data 41. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pilihan yang

diutarakan P kepada MT pada data 4. Pilihan yang diberikan kepada MT

Page 109: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

pada data 4 memberikan kelonggaran agar MT dapat memutuskan langkah

apa yang akan diambilnya. Mengikuti pilihan yang diberikan P ataukah

melakukan apa yang menjadi pemikirannya sendiri. Pada data 41 tidak

terdapat pilihan yang dilakukan P kepada MT. sehingga MT dengan

terpaksa maupun sukarela tidak dapat menolak terhadap apa yang

dikehendaki P kepadanya. Hal ini yang membedakan kedua data tersebut,

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan pada data 28 lebih

santun dari tuuran pada data 41. Contoh lain yang menggambarkan

kesopansantunan TTD dapat dilihat dalam data 15 dan data 25 berikut.

Data 15

P :” Giyeh mas, tukokna plastik prepetan kaya giye ya!” ‘Mas, belikan plastik seperti ini ya’

MT :” Di mana?” ‘Di mana?’ P :”Nang pasar mburi guwe ana paling, nang deretan bakul beras.”

‘Di pasar belakang paling ada, di deretan penjual beras’ MT :” Ya.” ‘Iya’

Data 25

P :”Sangu vitamin pak Tikno!” ‘Membawa vitamin pak Tikno’ MT :”Iya ya?” ‘Iya ya?’ P :”Ya biasane nganggo doping ora? La siki nek disortir Senen

sampai Jum’at ful, ya ngedrop lah.” ‘Ya biasanya memakai doping tidak? Jika disortir dari Senin sampai Jum’at ful, pasti ngedrop’

Page 110: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Suatu tuturan yang lebih menguntungkan MT daripada P adalah

tuturan yang lebih santun, dan sebaliknya semakin merugikan MT maka

tuturan tersebut dianggap kurang santun. Hal ini tercermin dalam data 15

dan data 25 di atas. Berdasarkan skala untung rugi, data 15 merupakan

tuturan yang dianggap kurang santun jika dibandingkan dengan tuturan

pada data 25. Pada data 15, P menyuruh MT tanpa memperhatikan untung

atau rugi si MT. P hanya memperhatikan keuntungan diri P saja, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tuturan pada data 15 merupakan tuturan yang

kurang santun dibanding tuturan pada data 25. Berbeda dengan data 15,

data 25 dianggap lebih santun. Hal itu dikarenakan pada data 25, P

melakukan tindak tutur direktif yang dapat menguntungkan MT, sehingga

MT diuntungkan, dan dapat disimpulkan kembali bahwa tuturan pada data

25 merupakan tuturan yang lebih santun dibanding tuturan pada data 15.

Page 111: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada Bab IV, dapat

dikemukakan simpulan sebagai berikut.

1. Fungsi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap adalah fungsi (1) menyuruh, (2)

menasihati, (3) meminta ijin, (4) menyarankan, (5) menganjurkan, (6)

mempersilakan, (7) mengingatkan, (8) melarang, (9) menginterogasi, (10)

menyumpah, (11) menantang, (12) menyapa, (13) mengharap.

2. Faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor

UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap yang dapat

ditemukan terdiri dari 5 aspek, yakni Penutur dan Mitra Tutur, Konteks

Tuturan, Tujuan sebuah Tuturan, Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau

Aktivitas, dan Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal.

3. Kesantunan tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA

Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap sangat tergantung pada P dan MT,

maksudnya P dan MT dalam melakukan tuturannya ada yang

memperhatikan kesopansantunan dan ada yang tidak memperhatikan

kesopansantunan berbahasa. Tetapi dengan memperhatikan kaidah sosial

dan mempertimbangkan skala pragmatik, P dan MT dapat menjalin

Page 112: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

hubungan yang mesra dalam kegiatan berkomunikasi. Dalam penelitian ini

tuturan yang dianggap paling santun bagi MT adalah tuturan yang memiliki

alternatif pilihan sebanyak mungkin, memerlukan biaya sedikit/tenaga

sedikit tapi keuntungan yang diperoleh sangat besar dan tuturan yang

dituturkan secara tidak langsung.

B. Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan setelah melakukan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Penelitian mengenai tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap merupakan salah

satu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kajian pragmatik. Oleh

sebab itu, perlu diadakan penelitian mengenai pragmatik bahasa Jawa

dengan objek yang berbeda.

2. Penelitian mengenai tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap menemukan 13

macam fungsi, yakni menyuruh, menasihati, meminta ijin, menyarankan,

menganjurkan, mempersilakan, mengingatkan, melarang, menginterogasi,

menyumpah, menantang, manyapa dan mengharap. Masih banyak fungsi

dari tindak tutur direktif bahasa Jawa yang belum dapat ditemukan, seperti

menyela/interupsi, menegur, memaksa, meminta restu, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam sehingga

dapat ditemukan fungsi tindak tutur yang lain.

Page 113: TINDAK TUTUR DIREKTIF BAHASA JAWA DI KANTOR UPT …/Tindak... · Cilacap, (2) faktor yang melatarbelakangi tindak tutur direktif bahasa Jawa di Kantor UPT DISDIKPORA Kecamatan Sidareja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

3. Penelitian dengan judul “Tindak Tutur Direktif Bahasa Jawa di Kantor UPT

DISDIKPORA Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap” mengangkat

permasalahan yang kompleks. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini

adalah pendekatan pragmatik, sehingga masih banyak pendekatan lain yang

dapat digunakan untuk mengkaji permasalahan tersebut misalnya

pendekatan sosiolinguistik.

4. Bahasa Jawa Cilacap merupakan subdialek dari bahasa Jawa dialek

Banyumas, hal ini membuktikan bahwa bahasa Jawa Cilacap berbeda

dengan bahasa Jawa standar Surakarta. Keunikan atau kekhasan dari bahasa

Jawa Cilacap dapat dijadikan objek yang menarik untuk dilakukan

penelitian lain.