Timor Timur Content
-
Upload
isnaini-khoirunisa -
Category
Documents
-
view
1.415 -
download
3
Transcript of Timor Timur Content
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
BAB I . PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Perumusan Masalah...................................................................................2
C. Kerangka Teori..........................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................5
A. Sejarah singkat bergabung dan lepasnya Timor Timur - Indonesia..........5
B. Penyebab Kegagalan Indonesia mempertahankan Timor Timur..............6
BAB III. KESIMPULAN.....................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
i
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak geografis Indonesia dan Timor Timur terletak cukup dekat.
Timor Timur berada pada bagian paling selatan Indonesia. Indonesia
merupakan salah satu negara kepulauan terbesar yang mempunyai berbagai
macam sumber daya alam dan kebudayaan. Negara ini berdiri atas kesamaan
nasib dan kepentingan yang terbebas melawan penjajahan Belanda selama
kurang lebih 350 tahun. Di sisi lain, Timor Timur merupakan negara jajahan
Portugis sejak abad ke 16. Kemerdekaan yang didapat oleh warga Timor
Timur secara cuma-cuma diberikan Portugis pada tahun 1974.
Sejak merdeka dari jajahan Portugis, Timor Timur berada dalam
situasi sulit yang membutuhkan bantuan negara lain. Masyarakatnya
menderita akibat korban perang dan sisa penjajahan. Karena keinginan
berintegrasi dengan Indonesia, melalui Deklarasi Balibo, akhirnya Timor
Timur disetujui menjadi provinsi ke-27 Republik indonesia. Bergabungnya
Timor Timur ke Negara Kedaulatan Republik Indonesia mendapat sorotan
dari dunia internasional. Diantaranya terdapat negara-negara yang tidak
mengakui integrasi Indonesia dengan Timor Timur secara de jure maupun de
facto. Indonesia dituduh oleh masyarakat Internasional sebagai negara pelaku
pelanggaran HAM. Padahal selama ini Indonesia selalu memberikan bantuan
untuk pembangunan negara tersebut.
Berbagai pemberitaan yang menyudutkan posisi Indonesia di mata
internasional tersebut semakin lama mulai menghambat proses pembangunan
Indonesia dan kondisi internal di Timor Timur. Forum internasional yang di
mediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membicarakan masalah
tersebut juga tidak segera menyelesaikan masalah. Ketika pada saat itu
Indonesia berada di bawah kepemimpinan Presiden B.J Habibie, beliau
mendapat tekanan yang keras dari Australia dan PBB untuk melakukan
referendum atas otonomi provinsi Timor Timur. Kemudian ketika proses
1
jajak pendapat dilakukan, ternyata ada berbagai kecurangan yang terjadi oleh
pihak-pihak yang dicurigai adalah Australia dan PBB. Setelah hasil jajak
pendapat secara resmi dimenangkan oleh kelompok pro Kemerdekaan,
Indonesia dengan terpaksa harus melepaskan Timor Timur dari provinsi ke-
27nya.
Permasalahan Timor Timur bukan hanya mengenai tingkat keamanan
dan politik, tetapi juga masalah sosial keagamaan, ekonomi, dan kebudayaan.
Hal tersebut semakin mempersulit Indonesia untuk mempertahankan Timor
Timur. Ketika tahun 1999, gelombang demokrasi dan Hak Asasi Manusia
sedang menjadi isu hangat di kancah Internasional dan domestik. Apalagi
dalam kasus ini, banyak pihak-pihak yang ikut campur memperkeruh
masalah. Penyebab-penyebab kegagalan Indonesia mempertahankan Timor
Timur membuat kelompok kami tertarik untuk membahasnya dalam makalah
sederhana kami ini yang berjudul “Kegagalan Indonesia dalam
Mempertahankan Timor Timur”.
B. Perumusan Masalah
Timor Timur dan Indonesia merupakan dua wilayah yang mempunyai
berbagai perbedaan yang mencolok diantara keduanya, dilihat dari sisi kultur,
agama, ras, ekonomi dan politik. Tetapi hal tersebut sebenarnya tidak menjadi
alasan utama yang membuat keduanya tidak dapat menyatu, mengingat
berbagai wilayah Timur Indonesia mayoritas mempunyai ciri-ciri yang mirip
dengan Timor Timur. Masalah ini mungkin berakar dari sikap presiden RI
pada saat itu. Ketika itu kepemimpinan Presiden B.J Habibie terlihat kurang
kuat dalam mempertahankan wilayah kedaulatan NKRI. B.J Habibie, ketika
menerima saran dari PM Australia untuk melakukan referendum atas wilayah
Timor Timur, tidak segera merespons dengan tindakan yang tegas. Justru
sebaliknya, mempertimbangkan saran tersebut yang kemnudian berakhir pada
penentuan hasil jajak pendapat. Padahal peranan seorang presiden yang tegas
sangat dibutuhkan, ketika negara barat kembali mengusik keutuhan wilayah
NKRI. Kelemahan tersebut kemudian dimanfaatkan negara asing intervensi
2
menggunakan alasan demokrasi dan HAM untuk menyalahkan posisi
Indonesia.
Posisi Indonesia yang terpojokkan oleh pemberitaan media
internasional pada saat itu memyebabkan reformasi berjalan lambat. Indonesia
masih dianggap sebagai koloni Timor Timur dan tuduhan tersebut menjadi
tidak terelakan ketika keadaan Timor Timur memang tidak pernah lepas dari
konflik selama 24 tahun terakhir. Penjelasan yang simpang siur mengenai
kebenaran tindakan pelanggaran HAM membuat penyelidikan kasus ini
ditutup pada tahun 2008. Meskipun hari ini Timor Timur dan Indonesia
memiliki hubungan diplomasi yang cukup baik, akan tetapi beberapa pihak
seperti Australia masih menginginkan penyelesaian kasus tersebut dengan
menyertakan beberapa barang bukti. Walau bagaimanapun, kegagalan
mempertahankan suatu kedaulatan wilayah merupakan peristiwa yang sangat
krusial sekaligus disesalkan. Namun yang jelas, pasti terdapat berbagai
penyebab dibelakang kejadian ini. Beberapa faktor-faktor diatas akan
dijelaskan lebih rinci lagi di makalah ini. Oleh karena itu, kami memilih
pertanyaan yang spesifik yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa sajakah penyebab kegagalan Indonesia dalam mempertahankan
kedaulatan wilayah dengan Timor Timur?
C. Kerangka Teori
Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki
kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya. Menurut Roger F.
Soltau, ilmu politik mempelajari tujuan-tujuan negara, dan hubungan antara
negara dengan warganya serta hubungan antarnegara. Sedangkan menurut J.
Barents, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan
bermasyarakat... dengan negara sebagai bagiannya. Dapat disimpulkan bahwa
negara merupakan inti dari ilmu politik.1 Sebagai sebuah organisasi tertinggi,
negara berperan sangat penting untuk menyediakan keamanan dan
kesejahteraan demi kelangsungan hidup warga negaranya.
1 Budiardjo, Miriam. 2008. “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Jakarta: Gramedia. Hlm. 17
3
Untuk menyediakan keperluan tersebut, setiap negara memiliki
kepentingan nasional. Menurut Kamus Hubungan Internasional, Kepentingan
nasional suatu negara secara khas merupakan unsur-unsur yang membentuk
kebutuhan negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer, dan
kesejahteraan ekonomi.2 Pertahanan dan keamanan regional menjadi
kebutuhan utama, karena kedaulatan wilayah suatu negara merupakan harga
mati yang harus dipertahankan. Tetapi apabila kita melihat Presiden B.J
Habibie yang pada saat itu menangani kasus Timor Timur, terlihat kelemahan
sikap yang ditunjukkan olehnya. Kepentingan nasional yang terutama, yaitu
kedaulatan wilayah, menjadi terganggu ketika campur tangan dari negara
asing berusaha merebut provinsi Timor Timur.
Demokratisasi merupakan sebuah alasan kuat mengapa Indonesia
secara mudah terpengaruh oleh perkataan warga Internasional. Reformasi
demokrasi yang sedang membara pasca keruntuhan rezim otoriter Soeharto
membuat masyarakat Indonesia selalu ingin mewujudkan nilai-nilai demokrasi
di segala aspek. Menurut Sidney Verba (1995), demokrasi tak terbayangkan
tanpa partisipasi politik warga negara. Partisipasi politik merupakan tindakan
warga negara biasa, bukan elite, untuk memengaruhi keputusan politik,
termasuk kebijakan yang akan dibuat elite atau pejabat publik.3
Pada kasus Timor Timur, banyak negara yang menyarankan Indonesia
untuk melakukan referendum atas otonomi Timor Timur. Tidak ada jalan lain
untuk memutuskan sesuatu kecuali berdasarkan keinginan warga Timor Timur
melalui partisipasi politik, yaitu Jajak Pendapat. Pengertian jajak pendapat
menurut Philip E Converse (1996), jajak pendapat adalah sarana penting
merepresentasikan kepentingan atau aspirasi publik.4 Hasil jajak pendapat,
bagaimanapun itu, dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh
pemerintah dalam menentukan status otonomi Timor Timur.
2 Perwita, Anak Agung Banyu. 2006. “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. Bandung: Rosda. Hlm. 353 Dikutip dari media cetak Kompas, tanggal 1 September 2004, Hlm. 334 Dikutip dari media elektronik http://www.lsi.or.id/riset/66/jajak-pendapat-publik-membantu-demokrasi-bekerja/, diakses pada tanggal 9 Juni 2011
4
BAB II. PEMBAHASAN
A. Sejarah singkat bergabung dan lepasnya Timor Timur - Indonesia
Timor Timur merupakan sebuah negara bekas jajahan Portugal yang
diberikan kedaulatannya pada September 1975. Ketika itu Timor Timur
berada pada situasi yang sulit karena secara tiba-tiba kehilangan
kepemimpinan dan segala sumber alamnya telah dieksploitasi habis.
Kemudian di bawah kepemimpinan partai Fretilin, Timor Tmur
mendeklarasikan negara merdeka pada tanggal 28 November 1975. Tetapi
keadaan Timor Timur menjadi semakin memburuk dibawah Fretilin, sebagian
warga Timor Timur menginginkan untuk berintegrasi dengan Indonesia.
Indonesia memang sejak lama memberi sumbangan dana terhadap salah satu
partai di Timor Timur, yaitu Apodeti.
Melalui Deklarasi Balibo pada tanggal 30 November 1975, sebagian
besar masyarakat Timor Timur menyatakan keinginkannya bergabung dengan
Indonesia. Secara sah pada tanggal 17 Juli 1976, Timor Timur menjadi bagian
provinsi Republik Indonesia melalui ketetapan MPR No. VI/MPR/1978,
tanggal 22 Maret 1978.5 Tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata masyarakat
Internasional tidak menyepakati integrasi Timor Timur dengan Indonesia
akibat keputusan Presiden Soeharto yang mengirimkan pasukan militer ke
Timor Timur yang menyalahi aturan internasional.
Kemudian usulan referendum didesakkan PBB dan Portugal dalam
perundingan Tripartit dengan Indonesia pada tanggal 5 Mei 1999 di New York
antara Pemerintah RI, Pemerintah Portugal, dan PBB, dilanjutkan oleh
pembentukan UNAMET (United Nations Mission in East Timor) untuk
menyukseskan proses jejak pendapat pada 30 Agustus 1999. Hasilnya, sebesar
78,5% rakyat Timor Timur menolak dan 21,5% menerima, dan dengan
5 Habibie, Bacharudding Jusuf. 2006. “Detik-Detik yang Menentukan”. Jakarta: THC Mandiri. Hlm. 231
5
demikian mayoritas rakyat Timor Timur menolak tawaran otonomi luas.6
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi dan HAM, Indonesia
dengan lapang dada harus melepaskan salah satu provinsinya yang sejak 22
tahun telah bergabung bersama.
B. Penyebab Kegagalan Indonesia mempertahankan Timor Timur
Pelepasan integrasi Indonesia dengan Timor Timur bukan merupakan
sebuah keputusan yang diambil oleh pemerintah Indonesia secara tergesa-
gesa. Timor Timur sendiri merupakan sebuah negara yang banyak
dimanfaatkan oleh negara asing demi memenuhi kepentingannya masing-
masing. Tetapi Indonesia sejak awal tidak pernah menginginkan sesuatu dari
integrasinya dengan Timor Timur. Walaupun selama bergabung dengan
Indonesia, situasi politik di dalam Timor Timur memang penuh dengan
konflik akibat gerakan separatis yang dilakukan oleh Fretilin.
Hal tersebut tidak dapat ditutupi dari pengamat internasional yang
kala itu sedang peka dengan isu Hak Asasi Manusia dan Demokrasi. Desakan
dari LSM dan media internasional untuk melakukan penindak lanjutan kasus
tersebut semakin lama memperburuk citra Indonesia di mata internasional.
Pada saat itu terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh presiden B.J Habibie. Beberapa diantaranya akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan Indonesia secara mudah dapat di-
pengaruhi
Ketika itu, Perdana Menteri Australia John Howard, mengirimkan
sebuah surat kepada Presiden B.J Habibie yang isinya kurang lebih
menyarankan Indonesia untuk memberi referendum kepada wilayah
Timor Timur. Hal itu merupakan tindakan campur tangan yang terang-
terangan diutarakan oleh Australia. Bukan hanya Australia, usulan
6 Ibid,. Hlm. 252
6
referendum juga didesakkan PBB dan Portugal dalam perundingan
Tripartit dengan Indonesia pada tanggal 5 Mei 1999 di New York.
Pemerintahan Indonesia terlihat mudah dipengaruhi oleh saran-
saran yang dilakukan secara halus maupun tegas oleh negara asing.
Padahal sudah jelas Indonesia selama ini memberikan bantuan dana
kepada pembangunan provinsi Timor Timur. Sebut saja sekitar 93%
biaya pembangunan Timor Timur berasal dari dana APBN. Dengan
pendirian yang tegas, sesungguhnya Indonesia dapat meyakinkan
posisinya yang benar dan tidak terpengaruh oleh perkataan dan hasutan
dari luar.
2. Banyaknya tekanan yang memojokkan Indonesia sebagai negara
pelanggar HAM
Kenyataan bahwa integrasi Timor Timur ke wilayah Indonesia
merupakan wujud kemerdekaan dari jajahan Portugal tidak diakui
masyarakat Internasional. Ditambah dengan kenyataan bahwa selama
24 tahun keamanan di Timor Timur memang sering bergolak. Seiring
berjalannya waktu sebagian masyarakat Timor Timur telah
mengembangkan semangat kebangsaannya kepada Indonesia. Namun
sebagian lagi justru melancarkan gerilya baik di hutan-hutan maupun
di kota yang dibantu oleh organisasi berskala Internasional. Secara
sistematis telah dilancarkan operasi pembentukan pendapat umum
yang memutarbalikkan fakta dengan mengeksploitasi segala kesalahan
atau kekeliuran yang terjadi di lapangan.
Faktor ini mengakibatkan situasi internal Timor Timur menjadi
tidak stabil dan pembangunan Indonesia juga menjadi terhambat.
Kebenaran dari peristiwa ini juga masih simpang siur. PBB mencatat
berbagai macam tindak pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan.
Tetapi Argumen Presiden Habibie menunjukkan sebuah kontradiksi,
“Pada waktu itu, saya tidak pernah menerima laporan dari dalam
maupun luar negeri bahwa telah terjadi pelanggaran HAM di Timor
7
Timur. Jika memang ada bukti-bukti pelanggaran HAM secara
sistematis yang direncanakan oleh aparatur pemerintah atau ABRI,
maka tentu sudah saya bertindak atau memecat para pelanggar HAM
tersebut.”7
3. Perserikatan Bangsa Bangsa bersikap tidak netral menyelesaikan
masalah
Pada posisi seperti ini, PBB yang semestinya dapat bertindak adil
menyelesaikan konflik dengan sebenar-benarnya, justru berlaku
sebaliknya. Contohnya saja, pertama, pada proses jajak pendapat yang
dilangsungkan oleh UNAMET, PBB memilih staf penjaga keamanan
dari Australia. Padahal Australia sejak awal memiliki niat untuk
merebut wilayah Timor Timur dari Indonesia karena sumber alam
Minyaknya. Kedua, pada proses pengumuman hasil jajak pendapat,
entah mengapa, konperensi pers dipercepat oleh Sekjen PBB, sehingga
pemerintah kewalahan menghadapi euforia reakso pro dan kontra dan
Indonesia tidak dapat melakukan antisipasi sebelumnya. Kerusuhan
tersebut membuat nama indonesia semakin memburuk di mata dunia
internasional.8
Sejak awal Presiden Soekarno memang tidak pernah
memercayai peranan PBB, terlihat dari langkah berani yang
diambilnya ketika Indonesia keluar dari keanggotaan PBB. Gelagat
mencurigakan juga nampak pada kasus Timor Timur. Habibie sendiri
mengatakan bahwa semua ini seakan-akan merupakan konspirasi barat
untuk mengadu domba persatuan negara kita.
4. Terdapat banyak pihak yang memperkeruh keadaan
Pihak-pihak yang memperkeruh keadaan tersebut pada dasarnya
hanyalah mengambil keuntungan untuk menjalankan kepentingan
nasionalnya masing-masing. Negara-negara berkepentingan itu antara
7 Ibid,. Hlm. 2458 Ibid,. Hlm. 256
8
lain Amerika Serikat, Australia dan Portugal yang di dukung oleh
PBB. Amerika Serikat, sebagai negara adidaya tidak ingin kehilangan
peranan dalam memperkuat kekuasaannya, anggota Kongres dari
Partai Republik, Patrick Kennedy yang mewakili Rhode Island, setelah
mengadakan kunjungan ke Timtim pada pertengahan 1996 membuat
laporan yang menyudutkan Indonesia dan menghimbau Kongres dan
pemerintah AS untuk menekan Indonesia agar melakukan referendum
atas Timor Timur dengan berbagai cara.9
Selain itu, Australia menampakkan sikap dualisme dalam
menghadapi permasalahan Timor Timur. Di satu sisi mereka mengakui
Timtim sebagai bagian dari Indonesia baik secara de facto maupun de
jure. Tetapi di lain pihak, Australia tetap memberikan tempat bagi
Ramos Horta serta aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk
menyuarakan sikap anti-lndonesia dari Darwin, Sydney, Canberra atau
Melbourne. Sikap dualisme tersebut diakibatkan karena Indonesia
adalah ancaman bagi Australia. Dengan berbagai cara, Australia ingin
merusak kestabilan Indonesia tetapi ingin terlihat bersahabat. Dari sisi
Portugal, negeri ini juga tidak mau kehilangan muka melepaskan
wilayah seberang lautannya secara mudah. Pemerintah Portugal, dari
partai manapun ia berasal, tentunya tidak ingin kehilangan
kekuasaannya yang disebabkan oleh kebijakannya untuk melepaskan
status administratifnya atas Timtim.
5. Keadaan dalam negeri Indonesia yang masih hangat oleh isu
Reformasi Demokrasi
Presiden B.J Habibie yang memimpin Indonesia pada saat itu
berada pada situasi yang serba salah. Kepemimpinannya yang
diperkirakan tidak cukup lama membuatnya tidak dapat mengambil
keputusan yang berani. Ketika seluruh masyarakat Indonesia sedang
bersemangat menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, timbul masalah
9 Dewi Fortuna Anwar, "Diplomasi: Kasus Hadiah Nobel Horta dan Belo". Dalam Jurnal Caraka Agustus/September 1997 hal 12-14.
9
kedaulatan wilayah yang terganggu. Hal tersebut mengharuskannya
mengambil langkah yang keras dan tegas. Tetapi sosok Habibie bukan
merupakan seorang politikus yang ahli di bidangnya. Sehingga mau
tidak mau Indonesia harus mengambil langkah yang dianggap
‘demokratis’ oleh masyarakat nasional dan internasional untuk
menyelesaikan kasus Timor Timur, yaitu jajak pendapat.
Sampai ketika hasil jajak pendapat diumumkan, Presiden B.J
Habibie menyatakan, “Setelah 22 tahun kita mengalami kebersamaan
dengan rakyat di Timor Timur untuk menyatu dengan kita, maka
merupakan suatu keputusan yang bijaksana dan demokratis apabila
Timor Timur secara terhormat dan baik-baik berpisah dengan NKRI.”
Kata demokrasi menjadi sebuah pembenaran dari keputusan yang sejak
awal diambilnya, yaitu jajak pendapat.
6. Hasil jajak pendapat yang menolak tawaran otonomi luas
Hasil jajak pendapat yang dimenangkan oleh kelompok pro
Kemerdekaan sebesar 78,5% membuat Presiden Habibie pada saat itu
tidak mempunyai kekuasaan untuk tetap mempertahankan Timor
Timur. Padahal dalam proses jajak pendapat ditemukan berbagai
kecurangan yang dilakukan oleh staf UNAMET.10 Kecurangan tersebut
antara lain manipulasi hasil survei, dan pelaksanaan proses jajak
pendapat yang dipercepat untuk melobi masyarakat agar menolak
bergabung dengan Indonesia. Walaupun telah dilaporkan, namun
kecurangan-kecurangan tersebut seakan-akan tidak menjadi perhatian
bagi Habibie.
10 Somomoeljono, Suhardi. 2001. "Menguak Konspirasi Internasional di Timor Timur: Sebuah Analisis Yuridis". Jakarta: Lembaga Studi Advokasi Independensi Peradilan Indonesia. hlm 54
10
BAB III. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Timor-Timur adalah sebuah wilayah seberang laut yang sekarang
telah menjadi sebuah negara kecil terletak disebelah utara Australia dan
bagian timur Pulau Timor. Ditelantarkan oleh Portugal yang sedang
dilanda oleh Revolusi Anyelir pada tahun 1975. Namun, kemerdekaan
harus di bayar dengan perjuangan, apalagi bila hanya merupakan ambisi
dari segelintir orang-orang dan pihak-pihak tertentu yang terbuai janji-janji
dan haus kekuasaan oleh pihak lain, maka Timor-Timur atau yang
sekarang Timor Leste menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
Pelepasan wilayah Timor Timur ini awalnya disebabkan karena
berbagai macam desakan, begitu banyak campur tangan dari negara-negara
yang memiliki kepentingan. Mereka mengadukan Indonesia melanggar
Hak Asasi Manusia di Timor Timur pada forum PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa). Hasil resolusi kasus itu membuat isu Timor Timur
tersebar luas dan menjadi agenda penting bagi masyarakat internasional.
Hal ini tentunya cukup mengganggu pemerintahan dalam negeri
Indonesia. Kemudian, terlihat dengan jelas bila ada negara-negara yang
memang ingin memanfaatkan keadaan alam dari Timor-Timur (baca:
Celah Timor) yang sangat banyak menyimpan minyak bumi. Dari masalah
ini Australia terlihat jelas ingin menguasai wilayah tersebut melihat
Australia mengulur-ulur upaya penyelesaian perbatasan kedua negara.
Permasalah yang harusnya bersifat internal ini pun harus di bawa ke
dewan PBB dimana PBB pun tidak bersikap tidak netral dan cenderung
berat ke lain pihak (Australia).
Tidak hanya faktor eksternal saja namun peranan dari Presiden
Habibie sendiri dan situasi Indonesia yang saat itu sedang hangatnya
reeformasi demokrasi juga mendorong terjadinya pelepasan provinsi ini,
kurang tegasnya sikap beliau pada saat itu membuat semakin besarnya
11
intervensi dari luar di tambah lagi Indonesia harus menjilat ludah sendiri,
mau tidak mau melepas Timor-Timur karena isu reformasi demokrasi.
Selain itu juga hasil jajak pendapat yang diduga terdapat kecurangan yang
dilakukan oleh UNAMET.
B. Saran
Kedaulatan suatu negara merupakan harga mati yang harus
dipertahankan. Karena apabila suatu negara mengalami begitu banyak
perpecahan maka akan melemahkan persatuan dan kesatuan negara
tersebut. Hal itu pula yang harus dilakukan oleh Indonesia dalam
mempertahankan wilayah Timor Timur. Selama ini Australia memang
memiliki keinginan untuk merebut wilayah Timor Timur demi sumber
daya alam minyaknya. Nanggroe Aceh Darussalam juga beberapa waktu
yang lalu mengalami perguncangan persatuan akibat campur tangan asing,
dan tindakan yang tegas harus diambil pemerintah dalam menanganinya.
Tindakan tegas atas campur tangan asing akan mempermudah
pengaturan keamanan dalam negeri Indonesia. Negara asing akan selalu
berusaha mengganggu kesatuan negara yang lain demi memenuhi
kepentingan nasionalnya masing-masing. Apalagi Indonesia merupakan
sebuah negara yang menyimpan berbagai macam sumber daya alam dan
kebudayaan yang melimpah. Jika Indonesia dapat mempertahankan
kesatuan dalam negri dan ahli dalam memanfaatkan sumber daya alamnya,
maka Indonesia tidak lagi membutuhkan bantuan luar untuk bekerjasama.
Menyelesaikan suatu permasalahan tidak selalu harus disesuaikan
oleh keinginan orang banyak. Terkadang filosofi Demokrasi, yaitu
mufakat, tidak selalu dapat menghasilkan keputusan yang ideal. Di sinilah
peranan seorang Presiden/pemimpin untuk menentukan mana keputusan
yang harus dilakukan secara demokratis dan mana yang tidak. Seharusnya
Habibie pada saat itu dapat bertindak tegas dan berani mempertahankan
wilayah Timor Timur.
12
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2008. “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Jakarta: Gramedia.
Habibie, Bacharudding Jusuf. 2006. “Detik-Detik yang Menentukan”.
Jakarta: THC Mandiri.
Perserikatan Bangsa Bangsa. 2000. "PBB dan Timor Lorosae : Penentuan
Nasib sendiri melalui jajak pendapat". New York: Departemen Penerangan
Publik.
Perwita, Anak Agung Banyu. 2006. “Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional”. Bandung: Rosda.
Somomoeljono, Suhardi. 2001. "Menguak Konspirasi Internasional di
Timor Timur: Sebuah Analisis Yuridis". Jakarta: Lembaga Studi Advokasi
Independensi Peradilan Indonesia.
Media Cetak/Jurnal
Dewi Fortuna Anwar, "Diplomasi: Kasus Hadiah Nobel Horta dan Belo".
Dalam Jurnal Caraka Agustus/September 1997
Media cetak Kompas, tanggal 1 September 2004.
Media elektronik
http://www.lsi.or.id/riset/66/jajak-pendapat-publik-membantu-demokrasi-
bekerja/
13