TIM PENGUSUL - LPPM | UNISKA Kediri · Nomer HP/Surel : 081234300123/ [email protected]...
Transcript of TIM PENGUSUL - LPPM | UNISKA Kediri · Nomer HP/Surel : 081234300123/ [email protected]...
145
LAPORAN
PENELITIAN DOSEN INTERNAL
POTRET MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM;
STUDI KASUS DI MTs AL-HUDA JATIREJO MOJODUWUR
NGETOS NGANJUK
TIM PENGUSUL
Wawan Herry Setyawan, S.Pd., M.Pd. (NIDN: 0705128201)
Kristanti Yuntoro Putri, S.Pd., M.Pd. (NIDN:07070687)
UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
PRODI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FEBRUARY 2020
146
HALAMAN LAPORAN PENGESAHAN
PENELITIAN DOSEN INTERNAL
Judul Penelitian : POTRET MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM:
STUDI KASUS DI MTs AL-HUDA JATIREJO
MOJODUWUR NGETOS NGANJUK
Kode/Nama rumpun ilmu :
Peneliti
KETUA PENELITI
a. Nama Lengkap : Dr. WAWAN HERRY SETYAWAN, S.Pd.,
M.Pd.
b. NIDN : 0705128201
c. Jabatan fungsional : Asisten Ahli/III-B
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
e. Nomer HP/Surel : 081234300123/ [email protected]
f. PT : Universitas Islam Kadiri
ANGGOTA PENELITI
a. Nama Lengkap : Kristanti Yuntoro Putri, S.Pd., M.Pd.
b. NIDN : 0707068702
c. Jabatan fungsional : Asisten Ahli/III-B
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
e. Nomer HP/Surel : 085546666528/ [email protected]
f. PT : Universitas Islam Kadiri
g. Biaya Penelitian : Rp. 1.776.500,00
Kediri, 9 Februari 2020
Mengetahui, Ketua Peneliti,
Dekan/kaprodi
Erwin Hari Kurniawan, S.Pd., M.Pd. Dr. Wawan Herry Setyawan, S.Pd.,
M.Pd.
NIK.198104272013220.1.10313 Nik. 040.109.225
Menyetujui,
Ketua LPPM
Dr. Didik Rudiono Ir. Ms
NIK. 196007192017803.1.70488
147
Contents Contents ...................................................................................................................... 147
BAB I ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 8
D. Definisi Operasional ............................................................................................ 8
E. Urgensi Penelitian ............................................................................................. 10
BAB II .......................................................................................................................... 13
A. Managemen Pendidikan ........................................................................................ 13
B. Tujuan Dan Manfaat Manajemen Pendidikan ..................................................... 14
C. Studi Kasus ....................................................................................................... 16
BAB III Metodologi Penelitian ...................................................................................... 18
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................................... 26
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 44
Daftar Pustaka ............................................................................................................... 47
148
RINGKASAN
Salah satu problem yang dihadapi oleh dunia pendidikan nasional adalah
rendahnya mutu pendidikan pada tiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menjadi wajar jika terjadi kegelisahan di
kalangan insan pendidikan tentang upaya-upaya memperbaiki dan meningkatkan
mutu pendidikan ke arah lebih baik. semakin baik kualitas pendidikan yang
diselenggarakan oleh suatu masyarakat dan bangsa, maka akan diikuti dengan
semakin baiknya kualitas masyarakat dan bangsa tersebut. Pada konteks ini, muncul
salah satu pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keluasan
kepada sekolah/madrasah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan
secara luas. Pemikiran ini disebut manajemen berbasis sekolah (MBS), yaitu
pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah melalui pelibatan semua kelompok terkait dengan masalah (stakeholders)
secara langsung dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk meneropong kondisi riil
manajemen pendidikan pada salah satu lembaga pendidikan Islam di wilayah lereng
gunung wilis yang terkenal dengan sebutan negeri atas angin di kecamatan Ngetos
Nganjuk, yaitu 1) Bagaimana potret manajamen pendidikan Islam yang
dilaksanakan di negeri atas angin, studi kasus di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur
Ngetos Nganjuk; 2) Apa Faktor pendorong dalam mengimplementasikan strategi
manajemen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos
Nganjuk; 3) Kendala apa yang dialami dalam mengimplementasikan strategi
manajemen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos
Nganjuk.
Jenis penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif dengan pendekatan
penelitian studi kasus (case study). Pelaksanaan penelitian ini akan berupaya
menjelaskan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi
yang sekarang sedang terjadi di MTs Al-Huda Jatirejo. Sedangkan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan: observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Adapun target penelitian ini adalah fokus kepada berbagai upaya yang
dilakukan dalam kerangka manajemen pendidikan Islam untuk menjaga eksistensi
di tengah percaturan global, termasuk juga faktor pendorong dan faktor penghambat
dalam menjaga eksistensi itu sendiri. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan
dalam Seminar Nasinal Pendidikan yang berada di internal kampus dan juga akan
di kirimkan dalam bentuk artikel ilmiah dalam jurnal Nasional The Journal of
Indonesian Islam dan beberapa jurnal terakreditasi lainnya.
Kata kunci: manajemen pendidikan islam, negeri atas angin, studi kasus, MTs
Al-huda
1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan ditentukan perkembangan dunia
pendidikan, karenapendidikan berperan strategis dalam menentukan arah maju
mundur suatuperadaban. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan
dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bagus, maka dapat dilihat
kualitasnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan
hanya dengan sekedarnya, maka hasilnyapun biasa-biasa saja.
Pada beberapa dekade terakhir, salah satu problem yang dihadapi oleh dunia
pendidikan nasional adalah rendahnya mutu pendidikan pada tiap jenjang dan
satuan pendidikan, terutama jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menjadi
wajar jika terjadi kegelisahan di kalangan insan pendidikan tentang upaya-upaya
memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan ke arah lebih baik. Padahal
seolah segala upaya telah dilakukan, seperti pelatihan kompetensi guru, pengadaan
media pembelajaran, perbaikan sarana/prasarana pendidikan serta peningkatan
kepemimpinan dan manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu
pendidikan tidak menunjukkan perubahan berarti.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas
pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat dan bangsa, maka akan
diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat dan bangsa tersebut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
2
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara(Standar Nasional Pendidikan (SNP), 2005, p. 95).
Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab menurunnya
mutu pendidikan adalah kurikulum. Kesan yang muncul di masyarakat adalah
setiap ganti menteri pasti ganti kurikulum. Padahal kurikulum yang terdahulu
belum tersosialisasi secara merata, tiba-tiba sudah diganti dengan yang baru.
Artinya, setiap inovasi pendidikan atau pembelajaran perlu sosialisasi yang merata
dan terus menerus, mencakup tidak hanya dimensi-dimensi praktis-operasional,
tetapi juga landasan-landasan konseptual filosofis (Muhaimin, 2005).
Manajemen pendidikan di Indonesia mengenal dua mekanisme pengaturan,
yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pada sistem sentralisasi, segala sesuatu
yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh
pemerintah pusat. Sedangkan pada sistem desentralisasi, wewenang pengaturan
tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Yang perlu ditegaskan bahwa
implikasi desentralisasi manajemen pendidikan adalah kewenangan lebih besar
diberikan kepada kabupaten/kota untuk mengolah pendidikan sesuai dengan
potensi dan kebutuhan daerah.
Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku
mulai tahun 2001, berusaha menyerahkan sebagian wewenang dari pusat kepada
daerah propinsi dan kabupaten/kota secara luas, termasuk dalam bidang pendidikan.
3
Dalam konteks pendidikan, pemerintah kabupaten/kota memiliki tanggung jawab
untuk mengembangkan, melaksanakan dan mengendalikan program dan kegiatan
pendidikan dalam kerangka kebijakan nasional. Sedangkan pemerintah pusat
bertangung jawab dalam pengembangan kebijakan dan rencana strategis,
pengawasan kualitas dan koordinasi perencanaan program pendidikan pada tingkat
nasional. Melalui kebijakan tersebut, diharapkan tumbuh prakarsa, partisipasi,
inovasi dan kreativitas dari bawah, baik dari peserta didik, guru, sekolah/madrasah
maupun masyarakat di daerah dan layanan di bidang pendidikan diharapkan lebih
memenuhi kebutuhan, lebih cepat, efisien dan efektif, serta diharapkan muncul
berbagai variasi model pengembangan pendidikan di sekolah/madrasah, selaras
dengan kondisi dan konteks daerah-daerah yang ada di Nusantara.
Namun pada tataran realita, implementasi kebijakan ini tidak semudah yang
dibayangkan, apalagi para pelaku di lapangan sudah begitu lama terbiasa dengan
sikap ketergantungan terhadap birokrasi dan dikendalikan berbagai peraturan yang
ditentukan dari atas, misalnya dalam hal manajemen pengembangan kurikulum,
tenaga kependidikan, sarana prasarana, buku-buku pelajaran, pembiayaan dan
aspek-aspek lainnya. Kondisi ini menyebabkan reformasi kebijakan pendidikan
tersebut menuntut adanya perubahan sikap dan perilaku dari pihak terkait guna
mendukung tumbuhnya prakarsa, inovasi dan kreativitas dalam pengembangan
sekolah/madrasah, sebagaimana yang dicita-citakan (Muhaimin, 2003, p. 195).
Otonomi pendidikan merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu
dijalankan dengan baik. Dengan reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut
tingginya kinerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu yang
4
berkelanjutan, kreativitas dan produktivitas pegawai (guru). Kualitas bukan saja
pada unsur masukan (input), tetapi juga unsur proses, terutama pada unsur keluaran
(output) atau lulusan, agar mampu memuaskan harapan masyarakat selaku
pelanggan pendidikan. Dengan konsep sistem, maka input, proses dan output
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk mencapai kepuasan
pelanggan atau sesuai harapan masyarakat (Syaifuddin, 2002).
Sistem sentralistik selama ini cenderung telah menggerogoti peluang
berkembangnya profesionalisme di bidang pendidikan. Disamping faktor
pembiayaan pendidikan yang rendah, sumber daya (resources) yang kurang
memadai, manajemen yang kurang efektif dan faktor eksternal juga turut
memberikan kontribusi mutu pendidikan masih rendah, seperti faktor politik,
ekonomi dan teknologi dari luar. Apalagi kebanyakan pimpinan sekolah/madrasah
diperkirakan cenderung kurang terampil menjawab tantangan perubahan dari luar
(Syaifuddin, 2005, p. 17).
Pada konteks ini, muncul salah satu pemikiran ke arah pengelolaan
pendidikan yang memberi keluasan kepada sekolah/madrasah untuk mengatur dan
melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Pemikiran ini dalam perjalanannya
disebut manajemen berbasis sekolah (MBS), yaitu pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah melalui
pelibatan semua kelompok terkait dengan masalah (stakeholders) secara langsung
dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi daerah sekarang ini
sedang menjadi trend dalam berbagai bidang kehidupan di negeri ini, dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat dan berkembangnya peraturan baru, maka formula
5
baru pengelolaan pendidikan itu merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan, efisiensi dan pemerataan.
Realisasi MBS perlu didukung oleh pengembangan masyarakat di sekolah
tersebut. Hal ini dikarenakan masyarakat sekolah mengandung arti semua warga
sekolah yang selalu berusaha(1) mengejar dan mengembangkan kepandaian atau
keahlian secara terus menerus sesuai dengan bidang dan tugasnya, (2) komitmen
terhadap kualitas, (3) memiliki dan mengembangkan rasa tanggung jawab moral,
sosial, intelaktual dan spiritual, (4) memiliki dan mengembangkan rasa kesejawatan
atau team work yang cerdas, dinamis dan kompak (Syaifuddin, 2005, p. 197).
Tujuan utama implementasi MBS adalah meningkatkan efisiensi
pengelolaan, mutu dan relevansi pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan unit
utama yang harus memecahkan permasalahan melalui sejumlah keputusan yang
dibuat “sedekat mungkin” dengan kebutuhan sekolah. Oleh karena itu, sekolah
harus memiliki kewenangan (otonomi), tidak saja dalam pengambilan keputusan,
namun juga dalam mengatur dan mengurus kepentingan sekolah menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan payung kebijakan makro
pendidikan nasional (Slamet, 2006).
Para pendukung MBS berpendapat bahwa prestasi belajar para peserta didik
lebih mungkin meningkat jika manajemen pendidikan dipusatkan di sekolah
dibandingkan pada tingkat daerah. Para kepala sekolah cenderung lebih peka dan
sangat mengetahui kebutuhan peserta didik dan sekolahnya dibandingkan para
birokrat di tingkat pusat daerah. Lebih lanjut dinyatakan bahwa reformasi
6
pendidikan yang bagus sekalipun tidak akan berhasil jika para guru yang harus
menerapkannya tidak berperan dan merencanakannya.
Secara umum, implementasi MBS harus menentukan salah satu fokus arah
dan tujuan secara jelas, yaitu bagian mana kinerja sekolah yang akan ditingkatkan.
Sulit untuk meningkatkan kinerja sekolah secara umum tanpa ada arah yang jelas.
Baik terfokus kepada mutu belajar peserta didik, mutu manajemen sekolah, mutu
pendidikan, mutu personel, mutu pengelolaan keuangan dan atau unsur yang lain
(Nurkholis, 2003, p. 4).
Di sisi lain, Kecamatan Ngetos, sebagai salah satu wilayah di Kabupaten
Nganjuk Jawa Timur, merupakan daerah yang memiliki sejarah panjang, bahkan
sejak kerajaan Majapahit berkuasa dengan ibu kota di Trowulan Mojokerto.
Wilayah yang berada di lereng Gunung Wilis dan bagian selatan Nganjuk ini dulu
semacam tanah perdikan yang bebas pajak dan upeti. Pada sekitar abad XV Masehi,
daerah ini oleh Raja Hayam Wuruk sering disebut sebagai Negeri Ngatas Angin.
Penguasa daerah ini adalah Raden Ngabei Selopurwoto atau Raden Condromowo,
yang paman Hayam Wuruk sendiri (Hasil Observasi ke Candi Ngetos, 2017).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 3 Januari 2017, diperoleh data
bahwa di Kecamatan Ngetos berdiri lembaga delapan lembaga pendidikan Islam
formal, yang terdiri dari dua madrasah ibtidaiyah (MI) dan enam madrasah
tsanawiyah (MTs). Ke delapan lembaga pendidikan Islam itu adalah MI Hidayatul
Ulum di Dsn. Tengger Ds. Blongko, MI Miftahul Huda di Ds. Blongko, MTs Al-
Mubarok di Dsn. Dodol Ds. Klodan, MTs Al-Amin di Dsn. Manikan Ds. Ngetos,
MTs Al-Hikmah di Dsn. Oro-oro Ombo Ds. Ngetos, MTs Darul Ulumdi Ds. Kepel,
7
MTs As-Syafi’iyah di Ds. Ngetos dan MTs Al-Huda di Dsn. Jatirejo Ds.
Mojoduwur (Kemendikbud, 2017).
Pemilihan MTs Al-Huda Jatirejo pada penelitian ini lebih disebabkan adanya
fakta bahwa akses untuk sampai di madrasah ini yang paling berat. Jalan utama
yang menghubungkan madrasah ini ke kota Nganjuk rusak total. Tingkat
kemiringan dari medan yang dilalui juga relatif terjal dan tajam, yaitu sekitar 450.
MTs Al-Huda Jatirejo ini juga satu-satunya madrasah yang masih memiliki kelas
jauh (filial), yang berlokasi di area masjid di Dusun Blongko, baik untuk kelas VII,
VIII maupun IX. Kepemilikan tanah yang ditempati MTs Al-Huda Jatirejo hingga
sekarang juga masih menyisakan masalah. Meskipun sudah diklaim sebagai tanah
waqaf, namun karena sebelumnya berasal dari hutan rakyat, sehingga juga diklaim
oleh Perhutani. Pihak TNI sendiri juga mengklaim sebagai pemilik sah. “Karena
lokasi MTs ini sangat berdekatan dengan lokasi sejarah pusat tentara Jepang saat
menguasai wilayah Nganjuk, yang ini dibuktikan dengan keberadaan Benteng
Romusa yang terletak di barat madrasah ini,” ujar Djayus Budiono, kepala MTs Al-
Huda Jatirejo (D. Budiono, komunikasi pribadi, Januari 3, 2017).
Penelitian ini akan meneropong kondisi riil manajemen pendidikan pada
salah satu lembaga pendidikan Islam di wilayah kecamatan Ngetos Nganjuk, yaitu
MTs Al-Huda Jatirejo Desa Mojoduwur. Kajian akan fokus kepada berbagai upaya
yang dilakukan dalam kerangka manajemen pendidikan Islam untuk menjaga
eksistensi di tengah percaturan global, termasuk juga faktor pendorong dan faktor
penghambat dalam menjaga eksistensi itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian
8
berjudul Potret Manajemen Pendidikan Islam di Negeri Atas Angin: Studi Kasus di
MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos Nganjuk.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana potret manajamen pendidikan Islam yang dilaksanakan di negeri
atas angin, studi kasus di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos Nganjuk?
2. Apa Faktor pendorong dalam mengimplementasikan strategi manajemen
pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos Nganjuk?
3. Kendala apa yang dialami dalam mengimplementasikan strategi manajemen
pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos Nganjuk?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan untuk mencapai dua tujuan, yaitu:
1. Menganalisa potret manajemen pendidikan Islam yang dilaksanakan di negeri
atas angin, studi kasus di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos Nganjuk.
2. Menganalisa Faktor pendorong dalam mengimplementasikan strategi
manajemen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos
Nganjuk?
3. Menemukan Kendala apa yang dialami dalam mengimplementasikan strategi
manajemen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo Mojoduwur Ngetos
Nganjuk?
D. Definisi Operasional
1. Manajemen Pendidikan Islam
9
Manajemen pendidikan Islam adalah sebagai bentuk kerjasama untuk
melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), penyusunan personalia (staffing), pengarahan dan kepemimpinan
(leading) dan pengawasan (controlling) terhadap usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan berbagai sumber daya, finansial, fisik dan lainnya
dengan menjadikan Islam sebagai landasan dan pemandu dalam praktek
operasionalnya untuk mencapai tujuan organisasi pendidikan Islam dalam berbagai
jenis dan bentuknya, yang pada intinya berusaha membantu seseorang atau
sekelompok siswa dalam menanamkan ajaran dan/atau menumbuhkembangkan
nilai-nilai Islam (Marno, 2008, p. 5).
3. Negeri Atas Angin
Negeri Atas Angin adalah istilah yang merujuk ke kecamatan Ngetos
Nganjuk sekarang. Istilah ini pertama kali digunakan Raja Hayam Wuruk sekitar
abad XV Masehi saat memerintahkan pembangunan candi kepada Raja Ngatas
Angin saat itu yang juga paman sendiri, yaitu Raden Ngabei Selopurwoto
atauRaden Condromowo (Hasil Observasi ke Candi Ngetos, 2017).
10
4. Studi Kasus
Penelitian ini dilakukan dengan metode secara langsung dan latar yang
alamiah serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa objek secara intensif dan
rinci (Ulfatin, 2013, p. 48).
5. MTs Al-Huda
MTs Al-Huda adalah sebuah lembaga pendidikan di bawah pembinaan
Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk. Madrasah ini berlokasi di Dusun Jatirejo
Desa Mojoduwur Kecamatan Ngtetos Kabupaten Nganjuk (Djayus, Komunikasi
Pribadi, Januari 3, 2017).
A. Urgensi Penelitian
Penelitian lapangan ini dilaksanakan dengan harapan memiliki berbagai
kegunaan dan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Pengambil Kebijakan
Khusus kepada pemerintah, baik pusat ataupun pemerintah daerah, hasil
penelitian ini diharapkan mampu menjadi pertimbangan dalam memotret
penyebaran dan kualitas pendidikan, terutama dalam memberikan masukan tentang
arah kebijakan yang akan diambil untuk memajukan dunia pendidikan, terutama
pendidikan Islam. Begitu juga bagi para stakeholders yang intens dalam mendorong
kualitas pendidikan Islam, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan
arah dan gambaran objektif tentang kondisi riil di salah satu lembaga pendidikan
Islam dari perspektif latar belakang geografis, sehingga support yang diberikan
sesuai dengan yang diinginkan secara maksimal.
2. Bagi Objek Penelitian
11
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi evaluasi atas segala potensi
yang dimiliki, sehingga mampu lebih memetakan dalam memajukan lembaga
pendidikan yang dimiliki. Terlebih lembaga yang diteliti memiliki kelebihan dari
segi kondisi geografis, sehingga pengalaman dalam menghadapi tantangan dan
hambatan sudah teruji.
3. Bagi Institusi/Kampus
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan feed back bagi perguruan
tinggi untuk melakukan intensifikasi kerja sama dengan berbagai lembaga
pendidikan Islam yang berada di sekitar dalam hal pengabdian dan penelitian
dengan menjadikan masyarakat sebagai objek sekaligus subjek penelitian. Sehingga
perguruan tinggi memiliki koneksi dengan masyarakat sebagai user dari hasil
penelitian.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini, bagi peneliti, diharapkan memiliki nilai akademis
(academic significance) yang dapat menambah khazanah dalam dunia pendidikan
Islam di Indonesia, sekaligus menjadi aplikasi teori yang selama ini diberikan di
bangku perkuliahan.
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Tahunan
No Jenis Luaran
1 Publikasi Ilmiah dijurnal Nasional (e-ISSN)
Publish
2 Pemakalah dalam temu ilmiah Nasional Tidak ada
Lokal
3 Visiting Lecture Tidak ada
4 Luaran Lainya jika ada (teknologitepatguna,
model/purwarupa/desain/karya seni/rekayasa sosial)
Paten
Tidak ada
5 Tingkat kesiapan teknologi
Paten sederhana
3
12
13
BAB II
Tinjauan Pustaka
B. A. Managemen Pendidikan
G.R Terry mengatakan manajemen merupakan satu proses khas yang terdiri
atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisaian, penggerakan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi.
Manajemen pendidikan untuk saat ini merupakan hal yang harus
diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan keluaran
yang diinginkan. Kenyataan yang ada, sekarang ini banyak institusi pendidikan
yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.
Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang bisa menjawab
tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari modernitas. Manajemen pendidikan
artinya pengelolaan terhadap semua kebutuhan institusional dalam pendidikan
dengan cara yang efektif dan efesien. Manajemen pendidikan sebagai salah satu
komponen dari sistem yang semua subsistemnya saling berkaitan satu dengan yang
lainnya. Manajemen pendidikan adalah aktivitas-aktifitas untukl mencapai suatu
tujuan, atau proses penyelenggraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan dalam pendidikan.
Berdasarkan dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam
melaksanakan peningkatan mutu, proses peningkatan mutu tersebut haruslah
14
terkontrol dan sesuai dengan standar dengan Nasional atau lebih dikenal
dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah. Dalam
melaksanakan peningkatan mutu berbasis sekolah, sekolah sebagai sebuah
organisasi pendidikan harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas. Visi, misi
serta tujuan tersebut dapat di implementasikan melalui program-program sekolah.
Alma (2008) mendefinisikan “strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang luas
dan terintegrasi yang menghubungkan antara kesatuan internal organisasi dengan
peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Strategi dirancang untuk
memastikan tujuan organisasi dapat dicapai melalui implementasi yang tepat.
Substansi strategi pada dasarnya adalah rencana”. Sedangkan Sagala (2009)
menyatakan bahwa “manajemen adalah proses formulasi dan implementasi rencana
dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, dapat menembus
(pervasif), dan berkesinambungan bagi suatu organisasi secara keseluruhan”.
C. Tujuan Dan Manfaat Manajemen Pendidikan
Dilakukan manajemen agar pelaksanaan suatu usaha terencana secara
sistematis dan dapat dievaluasi secara benar, akurat dan lengkap sehingga
mencapai tujuan secara produktif, berkualitas, efektif dan efesien.
a. Produktifitas
Produktifitas adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output)
dengan jumlah sumber yang dipergunakan (input) produktifitas dapat dinyatakan
secara kuantitas maupun kualitas. Kuantitas output berupa jumlah tamatan dan
kuantitas input berupa jumlah tenaga kerja dan sumber datya selebihnya (uang,
15
peralatan, perlengkapan, bahan dsb). Produktifitas dalam ukuran kualitas tidak
dapat diukur dengan uang, produktivitas ini digambarkan dari ketetapan
menggunakan metode atau cara kerja dan alat yang tersedia sehingga volume dan
beban kerja dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang tersedia dan mendapat
respon positif dan bahkan pujian dari orang lain atas hasil kerjanya. Kajian
terhadap produktifitas secara lebih komprehensif adalah keluaran yang banyak
dan bermutu dari tiap-tiap fungsi atau peranan penyelenggaraan pendidikan.
b. Kualitas
Menunjukan pada suatu ukuran penilaian atau penghargaan yang diberikan atau
dikenakan pada barang atau jasa tertentu berdasarkan pertimbangan objektif atas
bobot dan kinerjanya. Dengan demikian mutu adalah jasa atau produk yang
menyamai bahkan melebihi harapan pelanggan sehingga pelanggan mendapat
kepuasan.
c. Efektifitas
Ukuran keberhasilan tujuan organisasi. Efektifitas institusi pendidikan terdiri dari
dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan,
siswa, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dengan
masyarakatnya. Efektifitas dapat juga ditelaah dari: (1) masukan yang merata, (2)
keluaran yang banyak dan bermutu tinggi (3) ilmu dan keluaran yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun (4) pendapatan tamatan
yang memadai (Engkoswara,1987)
d. Efisiensi
16
Efesiensi berkaitan dengan cara yaitu membuat suatu dengan betul. Efisiensi lebih
ditekankan pada perbandingan antara input atau sumberdaya dengan output. Suatu
kegiatan dikatakan efesiensi bila tujuan dapat dicapai secara optimal dengan
penggunaan atau pemakaian sumberdaya yang minimal. Efesiensi pendidikan
adalah bagainmana tujuan dapat dicapai dengan memiliki tingkat efesiensi waktu,
biaya, tenaga dan sarana.
D. Studi Kasus
Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011: 250) studi kasus adalah suatu metode
untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar
diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah
yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik.
Dalam tradisi penelitian kualitatif dikenal terminologi studi kasus (case
study) sebagai sebuah jenis penelitian. Studi kasus diartikan sebagai metode atau
strategi dalam penelitian untuk mengungkap kasus tertentu. Ada juga pengertian
lain, yakni hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Jika pengertian pertama
lebih mengacu pada strategi penelitian, maka pengertian kedua lebih pada hasil
penelitian. Dalam sajian pendek ini diuraikan pengertian yang pertama.
Sebagaimana sifat metode penelitian kualitatif pada umumnya, metode studi
kasus juga sebaiknya dilakukan terhadap peristiwa atau gejala yang sedang
berlangsung. Bukan gejala atau peristiwa yang sudah selesai (ex post facto). Unit
of analysis bisa berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
17
Untuk memperoleh pengetahuan secara mendalam, data studi kasus dapat
diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti, tetapi juga dari semua pihak yang
mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Data atau informasi bisa dari
banyak sumber, tetapi perlu dibatasi hanya pada kasus yang diteliti. Untuk
memperoleh informasi yang mendalam terhadap sebuah kasus, maka diperlukan
informan yang handal yang memenuhi syarat sebagai informan, yakni maximum
variety, yakni orang yang tahu banyak tentang masalah yang diteliti, kendati tidak
harus bergelar akademik tinggi.
18
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip Lexy J. Moleong, pendekatan
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu
penelitian yang hasil penelitianya berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diterima. Penelitian kualitatif, menurut Denzin dan
Lincoln, juga merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan caramelibatkan
berbagai metode yang ada (Moleong, 2011, pp. 4-5).
Penelitian initermasuk deskriptif dengan jenis penelitian studi kasus (case
study). Pelaksanaan penelitian ini akan berupaya menjelaskan, mencatat,
menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang sedang
terjadi di MTs Al-Huda Jatirejo. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
berbagai informasi tentang keadaan saat ini dan tidak menguji hipotesis atau tidak
menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya
sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti (Mardalis, 1993, p. 26).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di MTs Al-Huda.
Madrasah ini berlokasi di Dusun Jatirejo Desa Mojoduwur Kecamatan Ngetos
Kabupaten Nganjuk.Pemilihan lokasi ini disebabkan Mojoduwur merupakan salah
satu desa yang berada di lereng Gunung Wilis dalam wilayah administrasi
19
kecamatan Ngetos, yang pada masa jaman Majapahit dijuluki sebagai Negeri Atas
Angin.
20
C. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan
menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada
subjek sebagai informasi yang dicari atau diperoleh secara langsung dari informan
melalui wawancara (Prasko, 2015). Data primer dalam penelitian ini meliputi
semua hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan orang-orang yang terkait
dengan objek penelitian. Data sekunder adalah semua data yang diperoleh peneliti
untuk mendukung data primer. Dalam penelitian ini, data sekunder meliputi semua
hasil observasi dan dokumentasi.
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek asal data diperoleh, baik yang
berupa orang (person), dokumen (paper) maupun lokasi penelitian (place)
(Arikunto, 2006, p. 129). Orang meliputi pihak-pihak yang berkompeten di MTs.
Al-Huda, seperti kepala madrasah, komite madrasah, pengurus yayasan, guru,
siswa dan masyarakat sekitar lainnya. Dokumen dalam penelitian ini diambil dari
profil madrasah, laporan penelitian, buku, kliping berita, website, surat ataupun
foto.Sedangkan yang dimaksud place dalam penelitian ini meliputi segala hal yang
menjadi objek observasi saat penelitian berlangsung.
D. Instrumen Penggalian Data
Penelitian lapangan (field research) ini menggunakan tiga instrumen
penggalian data, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
b. Wawancara
21
Peneliti, saat menggali data, menggunakan jenis wawancara terstruktur.
Wawancara ini dilakukan kepada kepala madrasah, guru, pengurus yayasan, siswa
dan karyawan untuk mengetahui secara objektif tentang pelbagai strategi
manajemen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo. Peneliti juga menggunakan
wawancara tidak terstruktur, terutama dalam memperoleh komentar warga sekitar
secara umum, termasuk perangkat desa, tentang peran MTs Al-Huda Jatirejobagi
peningkatan pendidikan di masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan untuk menjaga
objektivitas dan mengarah kepada pengungkapan kunci sukses dalam implementasi
berbagai strategi majamemen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo. Dalam
wawancara, peneliti perlu mendengarkan dan mencatat yang telah dikemukakan
oleh informan.
c. Observasi
Observasi adalah metode yang dilakukan melalui pengamatan, meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera. Objek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi, menurut
Spradley, dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen, yaitu tempat
(place), pelaku (actor) dan perilaku (activites) (Arikunto, 2006, pp. 314-315).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati semua tempat, orang
dan perilaku yang menunjukkan adanya strategi manajemen pendidikan Islam di
MTs Al-Huda Jatirejo, termasuk dalam mengungkap peran sukses merawat strategi
tersebut.
d. Dokumentasi
22
Dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan
observasi dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi dalam penelitian ini ingin
memperoleh berbagai informasi dari profil madrasah, laporan penelitian, buku,
kliping berita, website, surat ataupun foto, yang semuanya terkait dengan strategi
manajamen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo.
23
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan
mengorganisasikan data kedalam kategori menjabarkan kedalam unit-unit,
melakukan sintesa menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari dan membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami diri sendiri
maupun orang lain (Sugiyono, 2013, p. 335).Tujuan analisis data adalah untuk
mengungkapkan data yang perlu dicari, metode dan pertanyaan yang harus
digunakan untuk mendapatkan informasi dan kesalahan yang harus diperbaiki.
Sesuai model analisis data kualitatif, langkah-langkah analisis data yang
dilakukan meliputi (1) setelah data terkumpul, peneliti mengadakan reduksi data
dengan jalan merangkum laporan lapangan, mencatat hal-hal pokok yang
relevandengan fokus penelitian, (2) menyusun secara sistematik berdasarkan
kategori dan klasifikasi tertentu, (3) membuat display data dalam bentuk tabel
ataupun gambar sehingga hubungan antara data yang satu dengan lainnya menjadi
jelas dan utuh, (4) mengadakan crosssiteanalysis dengan cara membandingkan dan
menganalisis data secara mendalam, (5) menyajikan temuan, menarik kesimpulan
dalam bentuk umum dan implikasi penerapan/rekomendasi bagi pengembangan.
Ada beberapa cara untuk menganalisis data kualitatif dalam penelitian ini,
yaitu:
a) Reduksi Data (Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal yang penting dicari tema dan membuang yang tidak perlu. Melalui reduksi, data
24
yang direduksi akan menggambarkan secara jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya. Bagi peneliti yang baru dalam
melakukan reduksi data, dapat mendiskusikan pada orang lain yang dipandang ahli,
melalui diskusi itu maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga mereduksi
data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
b) Penyajian Data (Display)
Penelitian ini menyajikan data dalam bentuk uraian, tabel, grafik, gambar,
phie chart dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan mudah dipahami
(Sugiyono, 2013, p. 341).
c) Pengambilan Keputusan (Validation)
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah jika ditemukan bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Namun jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung
bukti-bukti valid saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah
yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan
(Sugiyono, 2013, p. 345).
d) Teknik Pengujian Keabsahan Data
25
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid jika tidak
ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti. Sedangkan teknik pengujian keabsahan data dapat
dilakukan dengan cara perpanjangan waktu pengamatan, meningkatkan ketekunan,
menggunakan bahan referensi dan triangulasi, yang diartikan diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu,
sehingga digunakan triangulasi subjek, triangulasi metode dan triangulasi waktu
(Sugiyono, 2013, p. 373).
F. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap.Pertama adalah tahap pra-
lapangan, yang meliputi menyusun proposal penelitian, memilih lapangan
penelitian, mengurus surat tugas dan perizinan, menjajaki studi pendahuluan,
memanfatkan berbagai sumber informasi dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
Kedua adalah tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian
dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan aktif sambil mengumpulkan
data. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data melalui wawancara ke
berbagai pihak yang telah ditentukan, observasi, mengambil dokumentasi dari
objek penelitian dan menelaah teori-teori yang relavan terkait dengan kerukunan
umat beragama. Ketiga adalah pasca lapangan, yang meliputi analisis data,
penyusunan laporan penelitian, sosialisasi hasil penelitian untuk memperoleh feed
back dan penyerahan laporan penelitian ke berbagai pihak, seperti kampus,
pemerintah daerah, objek penelitian MTS Al-Huda Jatirejo dan lain sebagainya.
26
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini akan disusun berdasarkan lima bab. Bab pertama
membahas tentang pendahuluan, yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab kedua berisi tentang landasan teori.Bab ini membahas tentang kajian
manajemen pendidikan Islam dan makna negeri atas angin.
Bab ketiga tentang hasil penelitian. Bab ini membahas tiga hal, yaitu deskripsi
objek penelitian, potret manajemen pendidikan Islam di MTs Al-Huda Jatirejo dan
faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi manajemen pendidikan
Islam di objek.
Bab keempat tentang analisis. Bab ini akan membahas kedua temuan
penelitian pada bab ketiga dalam mendeskripsikan jawaban kedua rumusan
masalah. Pembahasan ini tentu akan dikaitkan dengan landasan teori yang terdapat
dalam bab kedua.
Bab kelima adalah penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
berisi tentang jawaban dari kedua rumusan masalah. Saran akan diberikan kepada
semua pihak yang terkait dengan implementasi manajemen pendidikan Islam di
MTs Al-Huda Jatirejo.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Perkembangan MTS Al Huda
Perkembangan ilmu dan teknologi tidak saja menghasilkan segala fasilitas
kemudahan, efektivitas dan efisiensi bagi manusia untuk meraih
kesejahteraan, namun disisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi apabila jatuh
ketangan yang egois dan serakah maka ia akan menghadirkan bencana bagi
umat manusia. Ambisi untuk memenuhi nafsu duniawi tidak akan pernah
berhenti manakala tidak diimbangi dengan adanya kesadaran untuk
memenuhi kebutuhan uchrowi. Keseimbangan orientasi antara kepentingan
dunia dan akhirat (jasmani/rohani) akan melahirkan generasi paripurna (insan
kamil) sebagai manifestasi dari konsep keseimbangan yang diamanatkan
Allah dalam Al-Quran tentang adanya kewajiban untuk menjaga
keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Terjadinya berbagai macam gejolak pada setiap lini dan sektor kehidupan
yang tidak jarang ditandai dengan tindak anarkhi dan main hakim sendiri
merupakan pemandangan lumrah dan tidak asing bagi kita bangsa Indonesia.
Penyimpangan dan tindakan yang jauh dari ruh islami dan juga budaya luhur
bangsa merupakan akibat dari lunturnya kesadaran dan pemahaman akan
pentingya nilai-nilai islami. Sebagai antisipasi dari kerusakan moralitas
bangsa yang lebih parah pada masa-masa yang akan dating, diperlukan
kesiapan dan kesigapan dari seluruh komponen bangsa khususnya umat islam
dimanapun berada. Dengan menjadikan Madrasah sebagai sentral
penyadaran, pembinaan, pengendalian dan pembangunan mental umat
khususnya generasi muda islam terhadap ancaman demoralisasi yang akan
menghancurkan umat Islam di masa-masa yang akan datang.
28
Bertitik tolak dari kerangka tersebut di atas, RKB Madrasah Tsanawiyah AL-
HUDA, di Dusun Blongko, Desa Blongko, Kec. Ngetos, Kab. Nganjuk. telah
sepakat untuk meningkatkan fasilitas membangun Ruang Kelas Baru
madrasah tersebut.
29
PROFIL MADRASAH TSANAWIYAH
1. Nama : MTs AL-HUDA Ngetos
2. No. Statistik Madrasah : 121235180046
3. NPSN : 20582432
4. Alamat Lengkap Madrasah
a. Dusun : Jatirejo
b. Desa : Mojoduwur
c. Kecamatan : Ngetos
d. Kabupaten : Nganjuk
e. Provinsi : Jawa Timur
f. No. Tlp / HP : 081335218737
5. NPWP Madrasah : 02.784.138.6-655.000
6. Nama Kepala Madrasah : Djayus Budiono, S.H.I
7. Tanggal Berdiri MTs : 1 Juli 2006
8. Nama Yayasan : Yayasan Al-Huda Jatirejo
9. Alamat Yayasan : Jatirejo, Mojoduwur, Ngetos, Nganjuk, jawa
Timur.
10. No.Tlp / HP Yayasan : 085790293177
11. No.Akta Yayasan : Nomor AHU-0023297 AH.01.04.Tahun 2015
12. Kepemilikan Tanah : Pemerintah / Yayasan / Pribadi / Menyewa /
Menumpang / lainnya
a. Status Tanah ( Sertakan foto copy )
b. Luas Tanah 546 m2
13. Satatus Bangunan : Pemerintah / Yayasan / Pribadi / Menyewa /
Menumpang / lainnya
14. Luas Bangunan : 210 m2
15. Waktu Belajar : Pagi Hari
16. Status Tanah & Gedung : Milik sendiri
17. Jumlah lokal : 3 Lokal
18. Kurikulum : Menggunakan Kurikulum Kemenag RI
19. Keadaan Murid :
Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki – laki Perempuan
VII 15 10 25
VIII 17 12 29
IX 22 13 35
20. GEDUNG
A. Kondisi Gedung
1. Kontruksi gedung : Permanen
2. Status Milik : Milik sendiri
3. Jumlah Lokal : 4 lokal
4. Kelas VII : Belum
5. Kelas VIII : Rusak berat
6. Kelas IX : Baik
7. Ruang Kantor : Rusak
30
8. Masjid/ Mushola : ada
9. Asrama Siswa : tidak ada
10. WC/ Uretor : tidak ada
11. Gudang : tidak ada
C. MEUBELAIR
1. Meja / Kursi Murid : 63 buah
2. Kursi Guru, pegawai : 10 buah
3. Meja : 4 buah
4. Almari : 2 buah
5. Meja Kepala Sekolah : 1 buah
6. Rak Buku : 1 buah
7. Papan Tulis : 5 buah
8. Papan Absen : 5 buah
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH TSANAWIYAH AL-HUDA
YAYASAN AL-HUDA JATIREJO
K. SAMSUDIN
KEPALA MADRASAH
DJAYUS BUDIONO, S.H.I.
KOMITE MADRASAH
IMAM FUDLOLI, S.Pd.I
TATA USAHA
LAILA USWATUN K, S.Pd.I
WAKIL KEPALA
KURIKULUM : SUWANDI, S.E
KESISWAAN : IRFAI
HUMAS : JUNI ISWANTO, M.Pd
SARPRAS : UMI NADLIROH, S.Pd.I
DEWAN GURU
31
YAYASAN “AL-HUDA“ JATIREJO
MADRASAH TSANAWIYAH “AL-HUDA”
NSM : 121235180046 / NPSN : 20582432 / Akreditasi : B
AKTA NOTARIS : NUR HIDAYAT, SH, M.Kn. NO. 150
Tanggal 08 Nopember 2015
Badan Hukum : Nomor AHU-0023297.AH.01.04.Tahun 2015
Alamat : Dsn Jatirejo, Ds Mojoduwur, Kec Ngetos, Kab Nganjuk KODE POS
64474 Telpon 085790293177
KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH
MADRASAH TSANAWIYAH “AL-HUDA” NGETOS
Nomor : 01 / MTs AL-HUDA / I / 2019
TENTANG
PEMBAGIAN TUGAS GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR
MENGAJAR
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KEPALA MADRASAH TSANAWIYAH “AL-HUDA” Ngetos
Menimbang
:
1. Bahwa dalam memperlancar pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di
MTs AL-HUDA NGETOS, perlu menetapkan pembagian tugas guru.
Mengingat
:
1. Undang – undang No. 20 Tahun 2003
2. Undang – undang No. 02 Tahun 1999
3. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990
4. Keputusan Mendikbud No. 048/II/1992 dan No 045/II/1993
5. Keputusan Menteri Agama No. 372 Tahun 1993
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
: Pembagian tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada
tahun pelajaran seperti pada lampiran II dan III keputusan
ini.
: Menugaskan guru untuk melaksanakan tugas bimbingan
seperti tersebut pada lampiran I keputusan ini.
: Masing – masing guru melaporkan pelaksanaan tugasnya
secara tertulis dan berkala kepada Kepala Sekolah.
: Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini,
dibebankan pada anggaran yang sesuai.
: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
32
Ditetapkan di : Ngetos
Pada Tanggal : 1
Januari 2019
Kepala MTs
DJAYUS BUDIONO,
S.H.I
Lampiran 1 : SK Kepala MTs AL-HUDA
Ngetos
Nomor : 01 / MTs AL-HUDA / I /
2019
Tanggal : 1 Januari 2019
MTS AL-HUDA Ngetos
TAHUN PELAJARAN 2018-2019 SEMESTER GENAP
A. KEPALA MADRASAH DAN WAKIL-WAKIL KEPALA MADRASAH
1. Djayus Budiono, S.H.I : Kepala Madrasah
2. Suwandi, S.E : Waka Kurikulum
3. Irfai : Waka Kesiswaan
4. Umi Nadliroh, S.Pd.I : Waka Humas & Waka Sarpras
B. KETATAUSAHAAN
1. Laila Uswatun Kasanah, S.Pd.I : Kepala Tata Usaha
2. Siti Nur Cholifah : Staf Tata Usaha
C. BENDAHARA
1. Evin Nikamah, S.Pd : Bendahara BOS & BSM
D. OPERATOR
1. Laila Uswatun Kasanah, S.Pd.I : Operator
E. PEMBINA
1. Sri Winarti, S.Pd : Pembina Osis
2. Laila Uswatun Kasanah, S.Pd.I : Pembina Pramuka
3. Nunung Hidayatulloh : Pembina Keagamaan
4. Nur Hadi : Pembina Olah Raga & Ketrampilan
5. Ahmad Rifa`i, S.Pd.I : Pembina Kesenian
F. BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Dra. Riadul Badiah : Koordinator BK
2. Ahmad Rifa`i, S.Pd.I : Staf BK
G. WALI KELAS
1. Moh. Syafi`i Hasbi, S.Pd : Wali Kelas VII A
2. Hartatik, S.Pd : Wali Kelas VII B
3. Sri Winarti, S.Pd : Wali Kelas VIII A
4. Nunung Hidayatulloh : Wali Kelas VIII B
5. Umi Nadliroh, S.Pd.I : Wali Kelas IX A
33
6. Ahmad Rifa`i, S.Pd.I : Wali Kelas IX B
H. LABORATORIUM
1. Nur Hadi : Kepala Laboratorium
I. KOPERASI
1. Nur Isna Indah Kurniawati, S.Pd.I : Koperasi
J. PERPUSTAKAAN
1. Moh. Syafi`i Hasbi, S.Pd : Kepala Perpustakaan
Kepala MTs AL-
HUDA
DJAYUS BUDIONO,
S.H.I
Hasil wawancara dengan pihak terkait Madrasah Tsanawiyah al Huda
4.2 Analisis Kualitatif
4.2.1 Strategi bersaing Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda Kabupaten
Nganjuk
a. Permintaan terhadap Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda Kabupaten
Nganjuk
Kondisi permintaan terhadap Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al
Huda Kabupaten Nganjuk sebagai berikut:
1) Adanya peningkatan siswa setiap tahunnya yang bertambah,
permintaan semakin tahun semakin besar
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda Kabupaten Nganjuk
setiap tahunnya mengalami peningkatan siswa, permintaan
semakin tahun semakin besar, sebagaimana hasil wawancara
dengan Bapak Toha Ma’sum, wakil sekretaris yayasan AL HUDA,
yang menyatakan:
34
“Murid di Madrasah Tsanawiyah (MTs) setiap tahunnya
mengalami peningkatan siswa, permintaan semakin tahun
semakin besar,” (Wawancara pada tanggal 12 Desember
2019).
Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Imam Muhtadi,
wakil ketua yayasan AL HUDA, sebagai berikut:
“Dengan semakin meningkatnya murid setiap tahunnya
menunjukkan permintaan semakin tahun semakin besar,
sehingga ini menunjukkan orang tua punya harapan besar
kepada madrasah.” (Wawancara pada tanggal 12 Desember
2019).
Dengan bahasa berbeda, Bapak Rifai, guru MTs Al Huda,
menyatakan hal serupa, sebagai berikut:
“Permintaan semakin tahun semakin besar, sehingga murid
bertambah banyak. Hal ini menunjukkan orang tua punya
harapan besar kepada madrasah.” (Wawancara pada tanggal
18 Desember 2019).
Permintaan semakin tahun semakin besar, sehingga murid
bertambah banyak. Hal ini menunjukkan orang tua punya harapan
besar kepada madrasah. Data tersebut diperkuat dengan hasil
wawancara DJAYUS BUDIONO, S.H.I., kepala MTs Al Huda yang
menyatakan bahwa:
“Bertambah banyak murid yang mondok menunjukkan
Permintaan semakin tahun semakin besar. Hal ini
menunjukkan orang tua punya harapan besar kepada
madrasah, sehingga madrasah harus berusaha memberikan
pelayanan yang terbaik.” (Wawancara pada tanggal 28
Desember 2019).
Hal senada juga diungkapkan oleh Nur Hasyim, sekretaris
yayasan AL HUDA, yang menyatakan:
35
“Murid yang bertambah banyak menunjukkan orang tua
punya harapan besar kepada madrasah, sehingga madrasah
harus berusaha memberikan pelayanan yang terbaik.”
(Wawancara pada tanggal 28 Desember 2019).
Data di atas didukung dengan hasil wawancara dengan
Abdullah, salah satu wali murid MTs Al Huda, yang menyatakan
bahwa:
“Saya menyekolahkan anak saya disini yang paling jelas ya
pokoknya mondok, disamping masalah kedisiplinan dan
mengutamakan akhlakul karimah.” (Wawancara pada
tanggal 28 Desember 2019).
Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi pada tanggal
28 Desember 2019, peneliti melihat jumlah siswa secara langsung
dan tiap tahunnya terbukti dibuku PMB yang setiap tahunnya
semakin banyak jumlah muridnya. Dapat di lihat dalam data pada
gambar 4.1 Jumlah Siswa/Siswi Madrasah Tsanawiyah Yayasan Al
Huda
36
Menambah tenaga kependidikan dan sarana prasarana
Menambah tenaga kependidikan dan sarana pra-sarana
menjadi strategi bersaing Madrasah Tsanawiyah (MTs)
sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Toha Ma’sum yang
menyatakan:
“Menambah tenaga kependidikan dan sarana prasarana
menjadi strategi bersaing Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al
Huda dilakukan untuk menyeimbangkan murid yang
semakin bertambah setiap tahunnya.” (Wawancara pada
tanggal 12 Desember 2019).
Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Imam Muhtadi
sebagai berikut:
“Penambahan guru dan fasilitas sekolah dilakukan untuk
menjaga keseimbangan atas penambahan jumlah siswa pada
tiap tahunnya.” (Wawancara pada tanggal 12 Desember
2019).
Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Mahmud sebagai
berikut:
“Sekarang banyak perbaikan dan penambahan fasilitas
sekolah, hal ini terus dilakukan mengingat semakin
bertambahnya murid yang mendaftar dan sekolah di sini.”
(Wawancara pada tanggal 18 Desember 2019).
Penambahan guru dan fasilitas sekolah dilakukan untuk
menjaga keseimbangan atas penambahan jumlah siswa pada tiap
tahunnya Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara bpk
djayus yang menyatakan:
“Upaya untuk merespon permintaan yang semakin banyak,
ya menambah sarana, menambah guru, dan menambah
37
fasilitas lain yang dibutuhkan, juga meningkatkan kerjasama
dengan pondok, karena kan wajib mondok.” (Wawancara
pada tanggal 21 Desember 2019).
Hal senada juga diungkapkan oleh Nur Hasyim yang
menyatakan:
“Penambahan fasilitas sekolah dilakukan untuk menjaga
keseimbangan atas penambahan jumlah siswa pada tiap
tahunnya. Dilakukan perbaikan secara terus menerus untuk
memberikan pelayanan yang terbaik buat pelanggan,
sehingga semakin banyak wali murid yang menyekolahkan
anak-anaknya.” (Wawancara pada tanggal 21 Desember
2019).
Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi pada tanggal 28 Desember 2019,
peneliti melihat secara langsung adanya penambahan fasilitas-fasilitas madrasah
di antaranya penambahan fasilitas kelas. Gambar 4.2 potret sekolah dari depan
38
Memadukan Pembelajaran kurikulum Kementerian agama dan
kurikulum salafiyah
Penawaran yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al
Huda Kabupaten Nganjuk dengan memadukan pembelajaran
kurikulum Kementerian agama dan kurikulum salafiyah
sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Toha Ma’sum yang
menyatakan bahwa:
“Pembelajaran kurikulum Kementerian Agama dilaksanakan
pagi hari, dan kurikulum salafiyah dilaksanakan diluar jam
Madrasah. Program ini dilaksanakan pada malam hari
dengan sistem klasikal, serta mengadopsi sistem salafiyah
murni.” (Wawancara pada tanggal 12 Desember 2019).
Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Imam Muhtadi
sebagai berikut:
“Madrasah berkurikulum salafiyah adalah Madrasah yang
kurikulumnya disusun secara mandiri oleh lembaga dengan
ciri khas pesantren salaf (kuno). Dalam pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi dan lain-lain dilaksanakan secara
mandiri oleh Madrasah. Pembelajaran kurikulum
Kementerian agama dilaksanakan pagi hari, dan kurikulum
salafiyah dilaksanakan diluar jam madrasah.” (Wawancara
pada tanggal 12 Desember 2019).
Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Mahmud sebagai
berikut:
“Program pengembangan keilmuan untuk santri yang sedang
menempuh pendidikan di MTs Kurikulum Kementerian
Agama, ditetapkan dengan istilah “Program Madrasah
Diniyah” Madrasah Tasnawiyah Al Huda. Program ini
bertujuan untuk memberikan pendidikan ke-salafiyahan,
dilaksanakan pada malam, serta dikelola oleh Madrasah.
Sistem pembelajaran yang dilaksanakan, sebagaimana sistem
39
salafiyah yang ada. Program ini wajib diikuti oleh semua
santri, dan merupakan salah satu syarat untuk kelulusan di
Madrasah Tsanawiyah berkurikulum Kemenag.”
(Wawancara pada tanggal 18 Desember 2019).
Data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara Djayus
yang menyatakan:
“Program pengembangan keilmuan untuk santri yang sedang
menempuh pendidikan di MTs Kurikulum Kementerian
Agama, ditetapkan dengan istilah “Program Madrasah
Diniyah” Madrasah Tasnawiyah Al Huda dengan
memberikan pendidikan ke-salafiyahan, dilaksanakan pada
malam, serta dikelola oleh Madrasah. Sistem pembelajaran
yang dilaksanakan, sebagaimana sistem salafiyah yang ada.
Pembelajaran kurikulum Kementerian agama dilaksanakan
pagi hari, dan kurikulum salafiyah dilaksanakan diluar jam
Madrasah. Program ini dilaksanakan pada malam hari
dengan sistem klasikal, serta mengadopsi sistem salafiyah
murni.” (Wawancara pada tanggal 28 Desember 2019).
Data di atas didukung dengan hasil wawancara dengan Wali
murid yang menyatakan:
“Yang pasti, di sekolah ini terkenal disiplin, dan ada
pondoknya, itu yang berbeda, sampai-sampai menata sepeda
saya sangat rapi, itu contohnya.” (Wawancara pada tanggal
28 Desember 2019).
Data tersebut diperkuat dengan hasil observasi pada tanggal
28 Desember 2019, peneliti melihat Pembelajaran kurikulum
Kementerian agama dilaksanakan pagi hari, dan kurikulum
salafiyah dilaksanakan diluar jam Madrasah. Program ini
dilaksanakan pada malam hari dengan sistem klasikal, serta
mengadopsi sistem salafiyah murni.
40
Gambar 4.3 kondisi pembelajaran di ruang sederhana namun
bermakna
41
Arah kebijakan tersebut merupakan dasar strategi dalam kondisi
stabil yang ditunjukkan Kuadran I yang artinya situasi menguntungkan
karena madrasah mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat
memanfaatkan peluang secara maksimal sehingga mampu menerapkan
strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Artinya,
dalam pengembangan ke depan, Madrasah Tsanawiyah (MTs) dapat
menggunakan strategi pertumbuhan agresif yang dilakukan secara bertahap
sesuai skala prioritas. Dan strategi tersebut didukung dengan jumlah murid
yang bertambah setiap tahunnya disebabkan oleh anak para alumni yang
sekolah dan mondok, kurikulum yang ditetapkan oleh kementerian
dikombinasikan dengan kurikulum salafiyah, sehingga jumlah murid baru
lebih banyak dari pada jumlah keseluruhan murid sebelumnya, kualitas
alumni bagus dapat dilihat dari alumni yang ada di masyarakat dan
penambahan lokasi dapat memberikan kenyamanan pada murid dapat
meningkatkan pengembangan strategi bersaing agresif di Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
Temuan mengenai Strategi bersaing Madrasah Tsanawiyah (MTs) alHuda
Kabupaten nganjuk dapat dilihat dalam gambar berikut:
42
Gambar 4.2 Strategi Bersaing MTs dari Pondok Pesantren Yayasan Al-Ghozali
Strategi bersaing Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda Pesantren Yayasan Al Al Huda
1) Adanya peningkatan siswa setiap tahunnya yang bertambah, permintaan semakin tahun semakin besar
2) Pengelolaan yang baik dengan menyediakan pondok pesantren
3) Komunikasi yang baik dengan kepala dan yayasan untuk kemajuan madrasah
4) Menambah tenaga kependidikan dan sarana prasarana
Penawaran yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari pondok Pesantren Yayasan Al Ghozali Kabupaten Nganjuk
1) Mempersiapkan dan mengelola murid dengan baik
2) Murid harus mondok, sehingga murid bisa sekolah dan mengaji
3) Tercipta lingkungan yang bersih dan sehat 4) Memadukan Pembelajaran kurikulum
Kementerian agama dan kurikulum salafiyah
Pemasaran yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda Kabupaten Nganjuk
1) Pemasaran produk yang dilakukan dengan memadukan pembelajaran kurikulum Kementerian agama dan kurikulum salafiyah.
2) Price yang dilakukan dengan biaya yang dialokasikan sesuai dengan anggaran, dihemat dan sesuai dengan kebutuhan serta kesederhanaan.
3) Promotion yang dilakukan dengan memanfaatkan alumni karena alumni merupakan brosur hidup yang nyata dan melalui website serta perlombaan berbaris.
4) Place dari pondok Pesantren Yayasan Al Ghozali Kabupaten Nganjuk yaitu: akses menuju madrasah sangat mudah dan mengadakan perluasan lokasi.
43
Kondisi medan harus menempuh perjalanan yang tidak mudah untuk bias
menjangkau lokasi madrasah Tsyanawiyah yang masih harus memerlukan
perhatian dari pemerintah dalam mengoptimalkan sarana jalan yang masih
dikatakan jauh dari kata layak
Gambar 4.4 kondisi medan yang terjal menuju lokasi
44
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
a. Strategi bersaing Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari pondok Pesantren
Yayasan Al hUDA Kabupaten Nganjuk yaitu: 1) Kondisi permintaan
terhadap Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari Pondok Pesantren Yayasan
Al Huda Kabupaten Nganjuk dengan adanya peningkatan siswa setiap
tahunnya yang bertambah, permintaan semakin tahun semakin besar,
pengelolaan yang baik dengan menyediakan pondok pesantren,
komunikasi yang baik dengan kepala dan yayasan untuk kemajuan
madrasah, menambah tenaga kependidikan dan sarana prasarana, 2)
penawaran yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari Pondok
Pesantren Yayasan Al Huda kabupaten Nganjuk dengan mempersiapkan
dan mengelola murid dengan baik, murid harus mondok, sehingga murid
bisa sekolah dan mengaji, tercipta lingkungan yang bersih dan sehat,
memadukan Pembelajaran kurikulum Kementerian agama dan
kurikulum salafiyah. 3) Pemasaran yang dilakukan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dari pondok Pesantren Yayasan Al Huda Kabupaten
Nganjuk sebagai berikut: a) dengan memadukan pembelajaran
kurikulum Kementerian Agama dan kurikulum salafiyah dan menjadi
penunjang pengembangan life skill dan prestasi dengan memberikan
pelatihan qiro’atul Qur’an, khitobah setiap bulan, kursus komputer,
bahtsul masa’il, tahfidz al-Qur’an, program pembinaan dan
45
pengembangan prestasi mata pelajaran dan program khusus sehingga
terbentuk keterampilan kebutuhan industry 4.0 akan teknologi
digitalisasi serta berkarakter moral pribadi yang rajin, terampil, adaptip,
tangguh dalam mengikuti perkembangan jaman. b) biaya yang
dialokasikan sesuai dengan anggaran, dihemat dan sesuai dengan
kebutuhan serta kesederhanaan, c) dengan memanfaatkan alumni karena
alumni merupakan brosur hidup yang nyata dan melalui website serta
perlombaan berbaris. d) lokasi Madrasah Tsanawiyah (MTs) dari pondok
Pesantren Yayasan Al Huda Kabupaten Nganjuk yaitu: akses menuju
madrasah sangat mudah dan mengadakan perluasan lokasi.
B. SARAN
1. Bagi Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda Ngetos Kabupaten Nganjuk
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi dan kajian
dalam merumuskan strategi bersaing dan pemasaran sekolah khususnya di
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al Huda Kabupaten Nganjuk agar dapat
mempertahankan eksistensinya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian
pendidikan selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan bisa
dijadikan bahan referensi untuk penelitian berikutnya yang berhubungan
dengan model pengembangan strategi bersaing dan strategi pemasaran
sekolah swasta berorientasi lingkungan khususnya. Terutama bagi peneliti
yang mengambil judul dan tema yang sama untuk dijadikan referensi dan
46
tambahan materi dalam studinya, dengan harapan, dapat diperoleh data
yang lebih spesifik dan akurat dan dapat bermanfaat untuk menambah data
dan pengetahuan dalam kajian ilmu ekonomi. Hasil penelitian ini
diharapkan juga menjadi inspirasi dan motivasi bagi kemajuan model
pengembangan strategi bersaing.
47
Daftar Pustaka
Alma, B. (2008). Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Fokus pada
Mutu dan Layanan Prima. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiono, D. (2017). Observasi Lapangan dan Wawancara KepalaMTs Al-Huda Jatirejo.
Hasil Observasi ke Candi Ngetos. (2017).
Kemendikbud, D. (2017).
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?kode=051402&level=3.
Mardalis. (1993). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Marno. (2008). Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung: Refika Aditama.
Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum PAI disekolah sekolah dan Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Muhaimin. (2003). Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Nurkholis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Teori,Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Prasko. (2015). Data Primer dan Data Sekunder Penelitian.
Raharjo, S., & Gunanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media
Enterprise.
Sagala, S. (2009). Manajemen dalampeningkatan mutu pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Slamet, P. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Undang-Undang RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. (2005). Bandung: Fokusmedia.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syaifuddin. (2002). Managemen MUtu Terpadu dalam Pendidikan: Konsep,Strategi danAplikasi.
Jakarta: Grasindo.
Syaifuddin. (2005). Manajemen Lembaga Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Ciputat Press.
Ulfatin, N. (2013). Metode Penelitian Kualitative di Bidang Pendidikan. Malang: Bayumedia.
48
Lampiran 1 Lampiran 1 kegiatan
Pusat kegi at an
49
Lampiran 2
Susunan organisasi tim peneliti/pelasana dan pembagian tugas
No Nama
/NIDN
Instansi
asal
Bidang ilmu Alokasi
waktu
Uraian
1 Wawan
Herry
setyawan,
UNISKA Pendidikan
Bahasa
Inggris
8 1 Menyusun proposal penelitian
2. Mengumpulkan data penelitian
3. Analisis data penelitian
4. Menyusun laporan penelitian
5. Perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi proses belajar.
6. Menyusun buku ajar
7. Menyusun artikel ilmiah
8. Mendesain sampul buku
2 Kristanti
Yuntoro
Putri,
S.Pd.,
M.Pd.
UNISKA Pendidikan
Bahasa
Inggris
8 1 Menyusun proposal penelitian
2. Mengumpulkan data penelitian
3. Analisis studi kelayakan
pembelajaran
4. Menyusun laporan penelitian
5. Menyusun artikel ilmiah
6. Menyusun buku ajar
7. Mendesain banner, poster,
leafleat.
8. Menyusun laporan
keuangan.
BIODATA PENELITI
Peneliti 1
KETUA PENELITI
a. Nama Lengkap : Wawan Herry Setyawan, M.Pd.
b. NIDN : 0705128201
c. Jabatan fungsional : Asisten Ahli
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
e. Nomer HP/Surel : 081234300123
f. PT : Universitas Islam Kadiri
g. Tempat tgl lahir : Nganjuk, 12 Desember 1982
h. Mata Kuliah yg diampu : 1. Ekstensive Listening
2. Akademik Listening
50
ANGGOTA PENELITI
a. Nama Lengkap : Kristanti yuntoro Putri, S.Pd., M.Pd.
b. NIDN : 2125027902
c. Jabatan fungsional : Asisten Ahli/III-B
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris
h. Nomer HP/Surel : 085546666528/ [email protected]
i. PT : Universitas Islam Kadiri
e. Tempat tgl lahir : Nganjuk, 07-06 1987
f. Mata Kuliah yg diampu : 1. English Drama
2. Profesional Speaking
3. Debate
g. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Perguruan tinggi Universitas Islam
Kadiri
Universitas Widya
Mandala Surabaya
Universitas
Negeri Surabaya
Bidang Ilmu Pendidikan
bahasa Inggris
Magister
Pendidikan bahasa
Inggris
Teknologi
Pendidikan
Thn Masuk-Lulus 2001-2005 2007-2009 2015-sekarang
Judul
Skripsi/Thesis/Disertasi
Effectiveness
using picture to
improve
vocabulay
elementary school
Model of reading at
Senior High School
in Surabaya
Pembimbing Drs. Musta’in Prof. Dr. Agustinus
Ngadiman, M.Pd.
Prof. Dr.
Rusijono, M.Pd.
h. Pengalaman penelitian (bukan Skripsi, Thesis)
No Tahun Judul peneltian Publish
1
51
Lampiran publikasi
Alamat luaran artikel ilmiah yang dimuat adalah:
http://proceeding.pascauniska.ac.id/index.php/prosidingseminar
The innovation of managing audio media for teaching
listening in MTs Al Huda Ngetos Nganjuk
Wawan Herry Setyawan1*, Kristanti Yuntoro Putri2
1 Universitas Islam Kadiri (UNISKA)
e-mail, 1* [email protected], 2 [email protected]
Abstract: the purpose of this research is to establish the learning media (audio media) and to
find out the effectiveness of using the audio media for teaching listening in MTs Al Huda. The
researcher used quantitative method. The result of finding potential problem and solution is that
the listening practice is very rare to do and the teachers do not use the audio media yet. The result
of the research showed that the Audio Media for Teaching Listening was valid, the average of
the three material validators is 93%and the three media validators is 84%. The result of product
trial showed that the model was effective. The class consisted of 32 students involved in the need analysis and try out using one group pre and post-test experimental design method. The result of
pre- test (57.13) was increasing in the post- test result (83.06). In paired sample t-test, t-count
was -21.351 with sig 0.050. The product gave a significant effect to the students’ listening skill.
It was valid and could be used as the media in teaching and learning process. The “Active
Listening” Audio Media enhanced the students’ listening skill.
Keyword: inovation, managing audio media, teaching listening
Introduction
English has been taught as one of the compulsory subjects at schools in Indonesia
(Ahn, 2008). Based on the Indonesian government regulation, English is taught in every
levels of school Davies & Pearse, (2000), starts from Elementary School, Junior High
School and Senior High School that uses the 2013 curriculum right now (Akbari, 2015).
Montesco & Moreira, (2002); Boerma et al., (2015); Simon et al., (
2005) Language is a universal communication tool, Wang et al., (2013) through a
language we can show an idea, feeling and some messages to other (W. Herry Setyawan
et al., 2019).
Indonesia is one of countries which is aware about the importance of English in
developing and learning English as a foreign language (Zhang, 2013). Especially the
fourth skill of language, listening is the most important skill to master because listening
is a key to all effective communication Setyawan et al., (2018). Listening is the ability to
accurately receive and interpret messages in the communication process (Setyawan et al.,
2019).
Rane, 2011); Moore et al., (2019) Good ability in listening means having competence
to comprehend information during listening activities or transfer the information in
written or oral communication. W. H. Setyawan, (2017) Listening can be helpful for
students in running successful communication. The students’ communicative competence
successfully runs together with a good listening skill of students. This statement means
that we can master a language if we have the ability to listen in order to create a good
communication (Kelley & Littenberg, 2019).
The students also have to prepare listening strategies in order to help them in figuring
out some problems that they will face in the listening process (Namaziandost et al., 2019).
Le, (2019) The learners get difficulties to complete some listening tasks that relate to the
students’ listening comprehension skill, they may apply a strategy that can support them
in completing the task. In this case, the students may apply note taking strategy to notice
the important points from the audio (ÖZTÜRK & TEKiN, 2020); (Shirley et al., 2019);
(Rosenberg et al., 2019). Then, they can answer all of the questions by using the notes
that they had written. The learners may also apply bottom up or top down strategies to
guide them in the process of comprehension (Ossenbrink et al., 2019).
In short, the students should have the capability to apply listening strategies in listening
activities (Elfiona et al., 2019). However, without practice all of those points will not be
really helpful. Learners’ listening practice is also one of the influential factors in
improving their listening comprehension skill. The aim of this study is to provide the
listening learning media for the seventh grade students. It is indicated that the media audio
for teaching listening is very rare to do. The teacher used the text book and worksheet.
The teacher often gives dictation for the listening learning process.
Method
Desain this reseach used Research and developmend (RnD) Recording on the flashdisk
contains the materials for the seventh grade students of MTs Al Huda, accompanied by
practice exercises that are expected to improve the students’ listening ability. The
materialsandquestions is separated in each chapter so that it makes easier for the learning
process.
The hypothetical model of this research shown as follows:
Figure 1. Developing Sugiono model (Sugiono, 2016)
Result
In data collection and finding potentials and problems, the researcher did three
observations. First observation toward the school condition used descriptive observation.
Descriptive observations an observation that done by the researcher when entered the
certain social situations.
In data collection and finding potentials and problems, the researcher did two
interviews. First interview toward the English teacher’s opinion about English learning
media and students’ listening skill. The interview done by the researcher used structural
interview. Structural interview is an interview where the interviewer has prepared the
interview guidelines for the interviewees
Figure 2 Adjust the speed and intonation
Table 1. The result of material validation
The three material validators have the same idea, they have the smae idea in the
appropiateness to the need of learning materials, so they gave 5 scores. But, they less
NO Item
Value Value Value
Expert 1 Σ Score Expert 2 Σ Score Expert 3 Σ Score
1. 1. 5 5 5 5 4 4
2. 2. 4 9 5 10 4 8 3. 3. 5 14 5 15 5 13 4. 4. 4 18 4 19 4 17 5. 5. 5 23 4 23 4 21 6. 6. 5 28 5 28 5 26 7. 7. 5 33 5 33 4 30 8. 8. 5 38 5 38 4 34 9. 9. 4 42 4 42 4 38
10. 10. 4 46 4 46 4 42 11. 11. 5 51 5 51 4 46 12. 12. 4 55 4 55 4 50 13. 13. 5 60 5 60 4 54 14. 14. 5 65 4 64 4 58 15. 15. 5 70 5 69 4 62 16. 16. 5 75 5 74 5 67 17. 17. 4 79 5 79 4 71
18. 18. 5 84 5 84 4 75 19. 19. 5 89 4 88 4 79 20. 20. 5 94 5 93 4 83
Total 94 93 83
Criterion
Score
100 100 100
Precentage
94 %
93 %
83 %
agree in the appropriateness with the material subtances. So they gave 4 score, they
suggested the researcher to put the pre- task, whilst- task and post- task. From the result
of the validation and suggestions from three validators, the researcher added the pre-
task (Warm up), whilst- task that consists of tak 1, task 2 and task 3, and the post- task
(Exercises).
Figure 3. Result of pretest
Figure 4. Result of posttest
The result of pre- test (57.13) was increasing in the post- test result (83.06). In paired sample
t-test, t-count was -21.351 with sig 0.050. The product gave a significant effect to the students’
listening skill
Conclusion (Section style)
Based on the result of the research, the researcher concluded that the “Audio Media for
Teaching Listening to the Seventh Grade Students” was an effective model and
appropriate for teaching listening. The final product consists of pre-task, whilst task, and
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Pre- Test Score of VII A
Students' score
0
20
40
60
80
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Post- Test Score of VII A
Students' score
post task. In pre-task there was a listening the words. Each chapter included listening the
words and fined the meaning with the different theme. In while’s task, there was the
questions as the students’ task. In this section the students work independently to answer
the exercises. In post-task, there was a listening evaluation, so the students could create
their writing skill in this section. The product of this research, an Audio media for
teaching listening to the seventh grade students was developed based on Task Based
Language Teaching (TBLT) theory. The procedures of model implementation followed
six procedures. The model was effectively used in teaching and learning listening.
References
Ahn, K. (2008). Teaching as one has been taught: The impact of teacher socialization on
the implementation of English curricular reform. English Teaching (영어교육),
63(3), 91–117.
Akbari, Z. (2015). Current challenges in teaching/learning English for EFL learners: The
case of junior high school and high school. Procedia-Social and Behavioral
Sciences, 199(3), 394–401.
Boerma, T., Chiat, S., Leseman, P., Timmermeister, M., Wijnen, F., & Blom, E. (2015).
A quasi-universal nonword repetition task as a diagnostic tool for bilingual children
learning Dutch as a second language. Journal of Speech, Language, and Hearing
Research, 58(6), 1747–1760.
Davies, P., & Pearse, E. (2000). Success in English Teaching: A Complete Introduction
to Teaching English at Secondary School Level and Above. Oxford University Press.
Elfiona, E., Embryany, F., & Pamela, K. (2019). The use of mobile application as the
authentic listening materilas for tenth graders. Proceeding IAIN Batusangkar, 3(1),
111–116.
Herry Setyawan, W., Budiman, A., Septa Wihara, D., Setyarini, T., Nurdyansyah, Rahim,
R., & Barid Nizarudin Wajdi, M. (2019). The effect of an android-based application
on T-Mobile learning model to improve students’ listening competence. Journal of
Physics: Conference Series, 1175(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1175/1/012217
Herry Setyawan, Wawan, Budiman, A., Septa Wihara, D., Setyarini, T., Nurdyansyah,
Rahim, R., & Barid Nizarudin Wajdi, M. (2019). The effect of an android-based
application on T-Mobile learning model to improve students’ listening competence.
Journal of Physics: Conference Series, 1175(1). https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1175/1/012217
Kelley, K. S., & Littenberg, B. (2019). Dichotic Listening Test–retest reliability in
children. Journal of Speech, Language, and Hearing Research, 62(1), 169–176.
Le, T. M. (2019). Teaching Listening Skills for English Non-Majored Students at Ba Ria-
Vung Tau University: Difficulties and Solutions.
Montesco, C. E., & Moreira, D. A. (2002). UCL-universal communication language.
Proc. of the First International Workshop on UNL, Other Interlinguas and Their
Applications, Las Palmas Spain, 33–37.
Moore, D. R., Hugdahl, K., Stewart, H. J., Vannest, J., Perdew, A. J., Sloat, N. T., Cash,
E., & Hunter, L. L. (2019). Listening difficulties in children: Behavior and brain
activation produced by dichotic listening of CV syllables. BioRxiv, 721209.
Namaziandost, E., Ahmadi, S., & Keshmirshekan, M. H. (2019). Listening
comprehensions problems and strategies used by intermediate EFL learners. Journal
of English Literature and Cultural Studies, 2(3), 28–41.
Ossenbrink, J., Finnsson, S., Bening, C. R., & Hoffmann, V. H. (2019). Delineating policy
mixes: Contrasting top-down and bottom-up approaches to the case of energy-
storage policy in California. Research Policy, 48(10), 103582.
ÖZTÜRK, D. T., & TEKiN, S. (2020). Language Teaching Research Quarterly.
Language Teaching Research, 14, 80–93.
Rane, D. B. (2011). Good listening skills make efficient business sense. The IUP Journal
of Soft Skills, 5(4), 43–51.
Rosenberg, H., McDonald, S., Rosenberg, J., & Westbrook, R. F. (2019). Measuring
emotion perception following traumatic brain injury: the Complex Audio Visual
Emotion Assessment Task (CAVEAT). Neuropsychological Rehabilitation, 29(2),
232–250.
Setyawan, W. H. (2017). Pemanfaatan Teknologi Mobile Learning dalam Pengembangan
Profesionalisme Dosen. Al-Ulum, 17(2), 389–414.
Setyawan, W., Rusijono, M., & Jannah, M. (2018). T-Mobile Learning Android Model-
Based to Improve Students’ Listening Capability. 1st International Conference on
Education Innovation (ICEI 2017).
Shirley, B., Ward, L., & Chourdakis, E. T. (2019). Personalization of object-based audio
for accessibility using narrative importance.
Simon, L., Mallya, A., Bansal, A., Gupta, G., & Hite, T. D. (2005). A universal service
description language. IEEE International Conference on Web Services (ICWS’05).
Sugiono, S. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Wang, H.-C., Fussell, S., & Cosley, D. (2013). Machine translation vs. common
language: Effects on idea exchange in cross-lingual groups. Proceedings of the 2013
Conference on Computer Supported Cooperative Work, 935–944.
Zhang, X. (2013). Foreign language listening anxiety and listening performance:
Conceptualizations and causal relationships. System, 41(1), 164–177.
==============================================================
==============================================================