Tidak akan Ada Demokrasi dari Pemilu - ftp.unpad.ac.id · tusi 2008, pemilu ini akan melegalkan...

1
ASEAN memberikan per- hatiannya terhadap pemilu yang akan digelar pekan depan di Myan- mar dan semua negara anggota ASEAN memi- liki pandangan yang jelas mengenai pemilu itu dan tertarik untuk mengeta- hui hasilnya. Para negara anggota, dengan pe- ngalaman dalam melak- sanakan dan mengelola pemilu sebelumnya, telah menawarkan bantuan dan pengalaman tersebut untuk membantu Myanmar. Myan- mar dibebaskan untuk memilih, menerima atau tidak apa yang ditawarkan ASEAN. Saya memandang pemilu ini sebagai rekonsiliasi nasional dan berharap bahwa hasil pemilu akan memungkinkan Myan- mar untuk lebih percaya diri dalam berhubungan dengan seluruh negara di dunia, dan bahwa Myanmar juga akan mendapat keuntungan dari masyarakat ASEAN. (*/I-5) SELASA, 2 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 23 INDONESIA berharap pemerintah Myanmar akan memenuhi komit- men yang mereka sam- paikan untuk memasti- kan pemilu berjalan be- bas, terbuka, transparan, dan demokratis. Pandang- an Indonesia sudah jelas, sama dengan apa yang disampaikan Human Rights Watch, bahwa kita perlu mengirimkan pe- ngamat ke pemilu Myan- mar. Bahkan sebelum ada surat dari Human Rights Watch pun, Indonesia sudah ber- ulang kali menyampaikan bahwa prosedur pemilu di Myan- mar perlu memberikan kesempatan kepada pihak ketiga untuk menyaksikan pelaksanaan pemilu Myanmar. Indonesia telah mengajukan gagasan beberapa kemungkinan konsep pengamat pemilu, mulai dari election monitor, election obeserver, bahkan election visitor. Karena kita pun sebenarnya ingin mempunyai kesempatan untuk menyaksikan pemilu terse- but. Mengenai Aung San Suu Kyi, posisi Indonesia pun sudah jelas, seperti telah disampaikan dalam berbagai kesempatan. Indonesia sepakat dengan Human Rights Watch yang men- desak Myanmar untuk membebaskan Aung San Suu Kyi dan 2.100 tahanan politik lainnya sebagai ‘sinyal kuat’ pelaksanaan pemilu yang jujur. Namun, hingga kini Pemerintah Junta Myanmar tidak memberikan tanggapan yang positif. Konsekuensinya jelas, jika kita semua tidak bisa menjadi bagian dari proses me- monitor atau menyaksikan pemilu tersebut, kemampuan kita untuk memberikan pengakuan atas pemilu itu pun tentu terpengaruh. Tak hanya Indonesia, ASEAN pun memiliki pandangan serupa. Pembahasan masalah Myanmar tidak dijadwalkan secara resmi dalam KTT ke-17 ASEAN di Hanoi. Namun, kan selalu ada topik pembahasan perkembangan di kawasan dan perkembangan global, hampir dapat dipastikan masalah tersebut akan dibahas. Myanmar beberapa tahun terakhir mengambil inisiatif untuk memaparkan perkembangan dalam negerinya dalam forum ASEAN. Pembahasan mengenai masalah Myanmar dapat saja dilakukan secara informal antarkepala negara. (*/I-5) RAKYAT Burma di peng- asingan mengalami ma- nipulasi yang dilakukan rezim militer berkali- kali. Kami berpartisipasi dalam pemilu 1990 dan Konvensi Nasional rezim militer. Namun, keikut- sertaan kami digagalkan, dibatasi, bahkan dila- rang supaya sesuai de- ngan tujuan politik me- reka. Pemilu kali ini tidak berbeda. Melalui Konsti- tusi 2008, pemilu ini akan melegalkan pemerintahan militer, kebebasan dari kontrol sipil, dan impunitas. Bukan hanya tidak menjadi negara yang mengayomi, rezim akan secara legal melanjutkan eksploitasi dan represi terharap rakyatnya. Tidak akan ada demokrasi. Pemilu ini hanya akan menguat- kan, melegalkan, dan, yang paling buruk, memberi legiti- masi pemerintahan militer untuk terus bercokol di Burma. Pemilu ini jelas tidak bebas, tidak berimbang, dan secara fundamental tidak demokratis. Kami, sambil terus meng- hubungi teman-teman di dalam Burma, terus memantau, mendokumentasikan, dan menekankan cacatnya proses pemilu ini--baik tentang pembelian suara, pelecehan, kurang- nya independensi, dan imparsialitas komisi pemilihan umum, atau kurangnya informasi tentang pemilu di tengah warga Burma. Dengan menekankan cacatnya pemilu mendatang, kami berusaha memperlihatkan mengapa pemilu ini tidak akan membawa demokrasi ke Burma. (*/I-5) Kita Perlu Kirim Pengamat Pemilu Tidak akan Ada Demokrasi dari Pemilu Marty Natalegawa Menteri Luar Negeri RI REUTERS Khin Ohmar Koordinator Burma Partnership HUMANRIGHTSHOUSE.ORG GALERI PENDAPAT Kuat karena Dibekingi China SANKSI Amerika Serikat, Ero- pa, dan PBB karena telah me- menjarakan Aung San Suu Kyi tidak membuat junta militer Myanmar goyah. Begitu juga desakan anggota ASEAN di Asia Tenggara agar membebas- kan ikon demokrasi itu tetap membuat junta bergeming. AS tercatat mulai menjatuh- kan sanksi sejak 1997 dan diper- panjang Juni lalu. Apa yang membuat junta militer Myanmar begitu kuat? Bisa jadi junta tidak meman- dang sanksi Barat maupun mi- tranya di ASEAN lantaran mendapat dukungan dua nega- ra kuat Asia, China dan India. China bahkan sudah merang- kul Myanmar sejak 1988, men- dahului yang lain. Bisa dibilang China merupakan sekutu paling dekat Myanmar di kawasan Asia Tenggara, jauh melebihi negara-negara ASEAN. China telah membanjiri junta dengan perangkat militer yang terbesar dibandingkan dengan ke nega- ra Asia lainnya. Beijing juga membantu Yangoon dalam membangun infrastruktur dan energi. Kenangan pahit China ter- hadap Myanmar, seperti gerilya melawan pasukan komunis dipimpin Jenderal Than Shwe selama perang dingin, kerusuh- an anti-China, dan penyerbuan Kedubes China di Rangoon pada 1967 tidak menghalangi China untuk menjadikan Myan- mar sebagai sekutunya. Pemimpin kedua negara beru- lang kali saling berkunjung. Belakangan, langkah China itu diikuti India. Meski semula hanya memberikan dukungan kepada oposisi, India kemudian berbalik arah mendekati jende- ral-jenderal senior junta. Para pakar intelijen mengata- kan pengaruh ekonomi, politik, dan militer China saat ini sudah demikian kuat. Maka mustahil junta bisa secepat kilat meng- ubah orientasi kebijakan luar negerinya. Termasuk setelah pemilu 7 November nanti. “Pemerintahan militer saat ini akan terus mengontrol politik Myanmar,” tulis Wang Zichang dari Universitas Jinan, Guang- zhou, China, dalam jurnal Southeast Asian Studies edisi terbaru. “Bagaimanapun hasil- nya, pemilu tidak akan meme- ngaruhi kebijakan luar negeri Myanmar. Sanksi Barat akan berlanjut atau meningkat, China dan India akan tetap memper- tahankan kebijakan mereka merangkul Myanmar.” Karena sikap kedua negara itu, tulis Wang, Dewan Keaman- an PBB tidak bisa menjatuhkan sanksi kepada Myanmar. China mendekati Myanmar tentu bukan tanpa maksud. Myanmar menyimpan banyak sumber daya mineral yang be- lum dieksploitasi dan sangat dibutuhkan China. Selain itu, China ingin mengamankan rute dagangnya, terutama jalur lang- sung menuju Samudra Hindia. “Burma sangat membutuh- kan Beijing untuk melindungi- nya. China juga membutuhkan Burma untuk sumber alam, dan yang lebih penting lagi adalah akses ke Samudra Hindia,” pa- par Maung Zarni, pakar Myan- mar yang bergiat di Centre for the Study of Global Governance di London School of Economics seperti dikutip Reuters. “Siapa pun yang berkuasa nanti, tidak akan membuat perbedaan. Itu bukan berarti para jenderal Burma memuja China. Pada dasarnya, hubungan itu meru- pakan perkawinan rasa nya- man,” sambungnya. (Hde/I-1) board peserta pemilu di Yangon, Myanmar, Rabu (27/10). Internasional Surin Pitsuwan Sekjen ASEAN REUTERS Pemilu ini Merupakan Rekonsiliasi Nasional Bersenjata di Naypitaw, Myanmar, beberapa waktu lalu. AP/KHIN MAUNG WIN AP/ DAVID LONGSTREATH KUS NTARA BESOK! ma: elamnya o Kami

Transcript of Tidak akan Ada Demokrasi dari Pemilu - ftp.unpad.ac.id · tusi 2008, pemilu ini akan melegalkan...

Page 1: Tidak akan Ada Demokrasi dari Pemilu - ftp.unpad.ac.id · tusi 2008, pemilu ini akan melegalkan pemerintahan militer, kebebasan dari kontrol sipil, dan impunitas. Bukan hanya tidak

ASEAN memberikan per­hat iannya te rhadap pemilu yang akan digelar pekan depan di Myan­mar dan semua negara anggota ASEAN memi­liki pandangan yang jelas mengenai pemilu itu dan tertarik untuk mengeta­hui hasilnya. Para negara anggota, dengan pe­ngalaman dalam melak­sanakan dan mengelola pemilu sebelumnya, telah menawarkan bantuan

dan pe ngalaman tersebut untuk membantu Myanmar. Myan­mar dibebaskan untuk memilih, menerima atau tidak apa yang ditawarkan ASEAN.

Saya memandang pemilu ini sebagai rekonsiliasi nasional dan berharap bahwa hasil pemilu akan memungkinkan Myan­mar untuk lebih percaya diri dalam berhubungan dengan seluruh negara di dunia, dan bahwa Myanmar juga akan mendapat keuntungan dari masyarakat ASEAN. (*/I­5)

SELASA, 2 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA | 23

INdoNESIA berharap pemerintah Myanmar akan memenuhi komit­men yang mereka sam­paikan untuk memasti­kan pemilu berjalan be­bas, terbuka, transparan, dan demokratis. Pandang­an Indonesia sudah jelas, sama dengan apa yang disampaikan Human Rights Watch, bahwa kita perlu mengirimkan pe­ngamat ke pemilu Myan­mar. Bahkan sebelum ada

surat dari Human Rights Watch pun, Indonesia sudah ber­ulang kali menyampaikan bahwa prosedur pemilu di Myan­mar perlu memberikan kesempatan kepada pihak ketiga untuk menyaksikan pelaksanaan pemilu Myanmar. Indonesia telah mengajukan gagasan beberapa kemungkinan konsep pengamat pemilu, mulai dari election monitor, election obeser ver, bahkan election visitor. Karena kita pun sebenarnya ingin mempunyai kesempatan untuk menyaksikan pemilu terse­but.

Mengenai Aung San Suu Kyi, posisi Indonesia pun sudah jelas, seperti telah disampaikan dalam berbagai kesempatan. Indonesia sepakat dengan Human Rights Watch yang men­desak Myanmar untuk membebaskan Aung San Suu Kyi dan 2.100 tahanan politik lainnya sebagai ‘sinyal kuat’ pelaksanaan pemilu yang jujur.

Namun, hingga kini Pemerintah Junta Myanmar tidak memberikan tanggapan yang positif. Konsekuensinya jelas, jika kita semua tidak bisa menjadi bagian dari proses me­monitor atau menyaksikan pemilu tersebut, kemampuan kita untuk memberikan pengakuan atas pemilu itu pun tentu terpengaruh.

Tak hanya Indonesia, ASEAN pun memiliki pandang an serupa. Pembahasan masalah Myanmar tidak dijadwalkan secara resmi dalam KTT ke­17 ASEAN di Hanoi. Namun, kan selalu ada topik pembahasan perkembangan di kawasan dan perkembangan global, hampir dapat dipastikan masalah tersebut akan dibahas.

Myanmar beberapa tahun terakhir mengambil inisiatif untuk memaparkan perkembangan dalam negerinya dalam forum ASEAN. Pembahasan mengenai masalah Myanmar dapat saja dilakukan secara informal antarkepala negara. (*/I­5)

RAKyAT Burma di peng­asingan meng alami ma­nipulasi yang dilakukan rezim militer berkali­kali. Kami berpartisipasi dalam pemilu 1990 dan Konvensi Nasional rezim militer. Namun, keikut­sertaan kami digagalkan, dibatasi, bahkan dila­rang supaya sesuai de­ngan tujuan politik me­reka.

Pemilu kali ini tidak berbeda. Melalui Konsti­tusi 2008, pemilu ini akan melegalkan pemerintahan militer, kebebasan dari kontrol sipil, dan impunitas. Bukan hanya tidak menjadi negara yang mengayomi, rezim akan secara legal melanjutkan eksploitasi dan represi terharap rakyatnya. Tidak akan ada demokrasi. Pemilu ini hanya akan menguat­kan, melegalkan, dan, yang paling buruk, memberi legiti­masi pemerintahan militer untuk terus bercokol di Burma.

Pemilu ini jelas tidak bebas, tidak berimbang, dan secara fundamental tidak demokratis. Kami, sambil terus meng­hubungi teman­teman di dalam Burma, terus memantau, mendokumentasikan, dan menekankan cacatnya proses pemilu ini­­baik tentang pembelian suara, pelecehan, kurang­nya independensi, dan imparsialitas komisi pemilihan umum, atau kurangnya informasi tentang pemilu di tengah warga Burma. dengan menekankan cacatnya pemilu mendatang, kami berusaha memperlihatkan mengapa pemilu ini tidak akan membawa demokrasi ke Burma. (*/I­5)

Kita Perlu Kirim Pengamat Pemilu

Tidak akan Ada Demokrasi dari Pemilu

Marty NatalegawaMenteri Luar Negeri RI

REUTERS

Khin OhmarKoordinator Burma Partnership

hUmanRighTShoUSE.oRg

GALERI PENDAPAT

Kuat karena Dibekingi ChinaSANKSI Amerika Serikat, Ero­pa, dan PBB karena telah me­menjarakan Aung San Suu Kyi tidak membuat junta militer Myanmar goyah. Begitu juga desakan anggota ASEAN di Asia Tenggara agar membebas­kan ikon demokrasi itu tetap membuat junta bergeming.

AS tercatat mulai menjatuh­kan sanksi sejak 1997 dan diper­panjang Juni lalu.

Apa yang membuat junta militer Myanmar begitu kuat? Bisa jadi junta tidak meman­dang sanksi Barat maupun mi­tranya di ASEAN lantaran men dapat dukungan dua nega­ra kuat Asia, China dan India.

China bahkan sudah merang­kul Myanmar sejak 1988, men­dahului yang lain. Bisa dibilang China merupakan sekutu paling dekat Myanmar di kawasan Asia Tenggara, jauh melebihi negara­negara ASEAN. China

telah membanjiri junta dengan perangkat militer yang terbesar dibandingkan dengan ke nega­ra Asia lainnya. Beijing juga membantu yangoon dalam membangun infrastruktur dan energi.

Kenangan pahit China ter­hadap Myanmar, seperti gerilya melawan pasukan komunis dipimpin Jenderal Than Shwe selama perang dingin, kerusuh­an anti­China, dan penyerbuan Kedubes China di Rangoon pada 1967 tidak menghalangi China untuk menjadikan Myan­mar sebagai sekutunya . Pemimpin kedua negara beru­lang kali saling berkunjung.

Belakangan, langkah China itu diikuti India. Meski semula hanya memberikan dukungan kepada oposisi, India kemudian berbalik arah mendekati jende­ral­jenderal senior junta.

Para pakar intelijen mengata­

kan pengaruh ekonomi, politik, dan militer China saat ini sudah demikian kuat. Maka mustahil junta bisa secepat kilat meng­ubah orientasi kebijakan luar negerinya. Termasuk setelah pemilu 7 November nanti.

“Pemerintahan militer saat ini akan terus mengontrol politik Myanmar,” tulis Wang Zichang dari Universitas Jinan, Guang­zhou, China, dalam jurnal Southeast Asian Studies edisi terbaru. “Bagaimanapun hasil­nya, pemilu tidak akan meme­ngaruhi kebijakan luar negeri Myanmar. Sanksi Barat akan berlanjut atau meningkat, China dan India akan tetap memper­tahankan kebijakan mereka merangkul Myanmar.”

Karena sikap kedua negara itu, tulis Wang, dewan Keaman­an PBB tidak bisa menjatuhkan sanksi kepada Myanmar.

China mendekati Myanmar

tentu bukan tanpa maksud. Myanmar menyimpan banyak sumber daya mineral yang be­lum dieksploitasi dan sangat dibutuhkan China. Selain itu, China ingin mengamankan rute dagangnya, terutama jalur lang­sung menuju Samudra Hindia.

“Burma sangat membutuh­kan Beijing untuk melindungi­nya. China juga membutuhkan Burma untuk sumber alam, dan yang lebih penting lagi adalah akses ke Samudra Hindia,” pa­par Maung Zarni, pakar Myan­mar yang bergiat di Centre for the Study of Global Governance di London School of Economics seperti dikutip Reuters. “Siapa pun yang berkuasa nanti, tidak akan membuat perbedaan. Itu bukan berarti para jenderal Burma memuja China. Pada dasarnya, hubungan itu meru­pakan perkawinan rasa nya­man,” sambungnya. (Hde/I­1)

KAMPANYE: Warga melintas di depan billboard peserta pemilu di Yangon, myanmar, Rabu (27/10).

Fokus Internasional

Surin PitsuwanSekjen ASEAN

REUTERS

Pemilu ini MerupakanRekonsiliasi Nasional

MEMERIKSA PASUKAN: Jenderal tertinggi myanmar Than Shwe memeriksa pasukan saat peringatan hari angkatan Bersenjata di naypitaw, myanmar, beberapa waktu lalu.

aP/Khin maUng Win

aP/ DaviD LongSTREaTh

FOKUSNUSANTARA

BACA BESOK!Tema:

TenggelamnyaBedono Kami