THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

22
MENCARI FORMAT PEMERINTAHAN KHUSUS PROVINSI BALI DAN PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH PROF. DR. IBRAHIM R. SH. MH. SMS. 08123815993 Materi Seminar Mencari Format Pemerintahan Provinsi Bali dan Memperjuangkan Perimbangan Keuangan Yang Adil, Melalui Pemanfaatan Potensi Daerah, Diselenggarakan oleh DPRD Provinsi Bali Di Denpasar 9 September 2015 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Transcript of THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

Page 1: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

MENCARI FORMAT PEMERINTAHAN KHUSUS PROVINSI BALI

DAN PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH

PROF. DR. IBRAHIM R. SH. MH. SMS. 08123815993

Materi Seminar Mencari Format Pemerintahan Provinsi Bali dan

Memperjuangkan Perimbangan Keuangan Yang Adil, Melalui Pemanfaatan Potensi

Daerah, Diselenggarakan oleh DPRD Provinsi Bali Di Denpasar

9 September 2015

GRUP

RISETHUKUM

PENYELENGGAR

A NEGARAUNIVERSITA

S UDAYAN

A, DENPASAR

2015 FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2015

Page 2: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

1

DAFTAR ISI

1. Prolog ......................................................................................................... 2

2. Term of Reference ..................................................................................... 2 3. Paradigma ................................................................................................. 3

3.1. Paradigma Thomas Kuhn ................................................................. 3 3.2. Falsifikasi Karl R. Popper ................................................................. 3

4. Negara Hukum Nusantara ... ..................................................................... 4 5. Syarat Berlakunya Hukum ........................................................................ 5 6. Skema 1. Faktor Filosofis Otonomi Khusus Bali ........................................ 7 7. Faktor Filosofis Otonomi Khusus Bali ...................................................... 8 8. Undang Undang Pemerintahan Daerah ..................................................... 9 9. Teori Hubungan Pusat dan Daerah ......................................................... 10

9.1. UUD 1945 ........................................................................................ 10 9.2. UUD NRI 1945 ................................................................................ 10

10. Skema 2. Teori Hubungan Pusat dan Daerah ......................................... 12 11. Skema 3. Hubungan Pusat dan Daerah UU No. 22 Tahun 1999 ........... 13 12. Teori Urusan Rumah Tangga Daerah ...................................................... 13 13. Teori Kewenangan ................................................................................... 14 14. Skema 4. Teori Kewenangan .................................................................. 15 15. Teori Pertanggungjawaban ..................................................................... 16 16. Perbuatan Penguasa Yang Menyimpang ............................................... 16 17. Faktor Pengubah Undang Undang Nomor 64 Tahun 1958 ...................... 17 18. Skema 5. Faktor Referensi Pendidikan dan Agama ............................... 18 19. Undang Undang Perimbangan Keuangan ............................................... 19 20. Daftar Pustaka ......................................................................................... 20

Page 3: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

2

1. PROLOG

Pada Waktu Bali dipimpin Raja Anak Wungsu (1022), datang MPU KUTURAN mengAJEGkan Bali, melalui ajaran TRI HITA KARANA [(Khayangan Tiga = PAKRAMAN) <<>Dang Khayangan <<>Sad Khayangan)]. Khayangan Tiga = Pure Desa, Pure Puseh, Pure Dalem.. Abad ke 14, datang DANG HYANG NIRATHA mengAJEGkan Bali, kembali.

Abad ke-21, yang kita sebut sebagai zaman Edan dan zaman Kalabendu. Yang semula visi pariwisata Bali: “PARIWISATA UNTUK BALI” (wisata alam, wisata budaya, wisata peradaban, dan wisata religius). Sekarang, menjadi “BALI UNTUK PARIWISATA”, melaui MP3EI.

Di abad ke-21 adalah Abad Asia-Fasifik (siklus 700 tahunan tiba kembali). Glo”BALI”sasi, Visi Pariwisata Bali adalah “PARIWISATA UNTUK BALI”, visi telah berubah menjadi “BALI UNTUK PARIWISATA”. Abad ke-21 adalah Zaman Kaliyuga, abad globalisasi, bercokolnya, enam tipe manusia gentayangan dimuka bumi, yaitu:

(1). Fir’aun penguasa diktator dan penindas, (2). Haman tenokrat sebagai pelacur intelektual, (3). Balam rohaniawan melegitimasi penguasa yang korup, (4). Qorun manusia kapitalis rakus, (5). Brotus penghianatan yang dilakukan orang dekat. (6). Sengkuni nyangut kiri, nyangut kanan.

Pertanyaannya, siapa yang datang, untuk mengAJEGkan Bali kembali dan datang ke Bali ?.Apa MP3EI melalui PP No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional, telah membagi 34 provinsi menjadi, yaitu:

(1). 222 KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional), (2). 50 DPN (Distinasi Pariwisata Nasional), (3). 88 KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Bali mendapatkan 1 DPN dan 11 KSPN. Apa itu DPN dan KSPN PP No. 50 Tahun 2011, yaitu:

1. Pasal 1 ayat (5), Distinasi Pariwisata Nasional (DPN) adalah Distinasi pariwisata yang berskala nasional.

2. Pasal 1 ayat (6), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan

Page 4: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

3

2. TERM OF REFERENCE

TOR (Term of Reference) yang diberikan Panitia Khusus DPRD Provinsi Bali: “Mencari Format Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Yang Adil dan Usul Revisi UU No. 64 Tahun 1958 tentang PEMBENTUKAN DAERAH-DAERAH TINGKAT I BALI, NUSA TENGGARA BARAT, DAN NUSA TENGGARA TIMUR. Sebelum dibagi menjadi ketiga provinsi, adalah Daerah Provinsi Sunda Kecil. 3. PARADIGMA

Dilihat dari TOR yang diberikan oleh Panitia Khusus, seperti narasumber diminta mengkaji akibat, bukan sebab. Seharusnya, kaji sebab dan akibat, karena hukum itu bisa berlaku dengan baik, wajib memenuhi tiga syarat, yaitu Filosofis, Sosiologis, dan Yuridis. Maka, kajian dilakukan berdasarkan alur pikir DEDUCTO HYPOTETICO-VERIFICATIVE untuk menghasilkan PARADIGMA BARU yang menggunakan langkah Paradigma Thomas Kuhn, melingkupi materi Hubungan pusat dan daerah pada negara Kesatuan, Otonomi daerah dan kekhususan, dan teori urusan rumah tangga daerah, berdasarkan teori kewenangan, hal itu, untuk memastikan kajian terhadap UU No. 64 Tahun 1958, replektifnya terhadap provinsi Bali yang sudah menjadi BALI UNTUK PARIWISATA. Kembali menjadi Pariwisata Untuk Bali sebagai standar regulasi menjadi Bali Provinsi Khusus (Pasal 18 UUD 1945 jo Pasal 18B UUD NRI 1945) Provinsi Bali berdiri 14 Agustus 1958 melalui UU No. 64 Tahun 1958, luas pulau Bali 5.636,86 Km2, jumlah penduduk sekarang adalah 4.104.900 jiwa (2015). 3.1. Paradigma Thomas Kuhn

Tesisnya: perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi secara kumulatif, tetapi terjadi secara Revolusi, pada siklus unsur:

(1). Pre-scientific (P1) (2). Normal Science (NS), (3). Anomalies (A), (4). Crisis (C), (5). Revolution (R). Kembali Menjadi Paradigma ( P1) dan berputar lagi

Page 5: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

4

3.2. Falsifikasi Karl R. Popper

Tesisnya, melihat ilmu secara intern, unsurnya: 1. P1 = Problem Awal 2. TS =Tentative Solution (pemecahan sementara, teori yang

diujicobakan) 3. EE = Error Elimination (evaluasi kritis, kritik terhadap observasi dan

ekperimen) untuk menemukan dan membuang kesalahan 4. P2 = Situasi baru yang diciptakan evaluasi kritis atau solusi tentatif

terhadap problem awal, dan berputar kembali

4. NEGARA HUKUM NUSANTARA Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945, Negara Indonesia adalah negara hukum.

Apa makna dan hakekat yang sesungguhnya negara hukum Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945, tidak ada penjelasan lebih lanjut, kecuali, pendekatan historis, yaitu penjelasan UUD 1945 dan perdebatan para the founding fathers di BPUPKI yang berbicara rechtsstaat dan rule of law. Prof Dr. Soepomo mencoba mengkonstruksikan, tapi, belum selesai, ajaran Rechtsstaat menurut Immanuel Kant-Friedrich Stahl dan Rule of Law, menurut A.V. Dicey. Rechtsstaat menurut Immanuel Kant (1724-1804) dan Friedrich Stahl (1802-1861), memiliki empat unsur, sebagai berikut:

1. Adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia 2. Adanya pembagian kekuasaan negara berdasarkan Trias Politika 3. Setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan atas undang-undang. 4. Adanya peradilan administrasi negara

Rule of Law, menurut A.V. Dicey (1835-1922), memiliki tiga unsurnya, sebagai berikut:

1. Supremacy of Law

Page 6: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

5

2. Equality Before the Law 3. Constitution Based on Individual Rights

Negara Berdasarkan Atas Hukum (Rechtsstaat), menurut Soepomo Immanuel Kant dan Priedrich Stahl, memiliki unsur, sebagai berikut:

1. Adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia 2. Adanya pemisahan kekuasaan negara berdasarkan Trias Politika 3. Setiap tindakan negara harus berdasarkan atas undang-undang yang

telah ditetapkan lebih dahulu 4. Adanya peradilan administrasi negara

Rule of Law, menurut A.V. Dicey: 1. Supremacy of Law 2. Equality Before the Law 3. The Constitution Based on Individual Rights

Rekonseptualisasi antara Rechtsstaat Dan Rule of Law, menghasilkan unsur negara hukum, sebagai berikut:

1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia 2. Supremacy of Law 3. Equality Before the Law 4. Adanya pembagian kekuasaan negara berdasarkan Trias Politika 5. Setiap tindakan pemerintah berdasarkan atas undang-undang 6. Adanya peradilan yang bebas dan merdeka

Negara Hukum Nusantara, menurut Ibrahim R, memiliki enam unsur, sebagai berikut:

1. Adanya jaminan terhadap hak asasi manusia berdasarkan Ideologi 2. Kedudukan yang sama dalam hukum bagi setiap warga negara 3. Tindakan pemerintah berdasarkan konstitusi yang dilaksanakan dengan

Undang Undang 4. Pembagian kekuasaan negara berdasarkan trias politika 5. Adanya peradilan yang merdeka 6. Adanya kode moral dan akhlak yang melahirkan karakteristik berbangsa

dan bernegara 5. SYARAT BERLAKUNYA HUKUM

Hukum pada dasarnya terikat pada dunia ideal dan dunia nyata. Pada ilmu pengetahuan hukum, untuk berlakunya hukum secara efektif, sekurang-kurangnya memenuhii tiga syarat, yaitu: filosofis, sosiologis, dan yuridis.

5.1. Filosofische grondslag, kaidah hukum dikatakan mempunyai landasan filosofis, apabila normanya dapat dibenarkan, kalau dikaji secara

Page 7: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

6

mendalam berdasarkan kepribadian, pandangan hidup, dan dasar negara, sesuai dengan cita hukum, untuk menuju kepada “Kepastian dan Keadilan”.

5.2. Sociologische grondslag, pada intinya efektivitas berlakunya hukum, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, harus disesuaikan dengan keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat sebagai refleksi dari dasar filosofisnya.

5.3. Rechtsgrond, landasan yuridis, biasanya disebut landasan hukum atau dasar hukum, menurut Hans Kelsen (1881-1973), kaidah hukum mempunyai kekuatan yuridis, apabila penentunya berdasarkan kaidah yang lebih tinggi tingkatannya. Jika kaidah tersebut, terbentuk berdasarkan tatacara yang telah ditentukan dan mengikat, apabila, ia menunjukkan hubungan keharusan antara suatu kondisi dan akibatnya, oleh ketentuan hukum yang memberikan kewenangan kepada badan pembentukannya. Khirarki peraturan menurut Hans Kelsen: (1). Konstitusi, (2). Undang-Undang, (3). Putusan Pengadilan, (4). Living law.

Kaidah hukum yang dihasilkan, harus memenuhi syarat dari hasil kajian

secara: (1). filsafati, (2). hasil pemikiran seni, (3). hasil pemikiran ilmu, (4). hasil pertimbangan ekonomis, (5). tool of social control, (6). tool of social engineering. Ad.1. Hasil pemikiran filsafat, yaitu hasil kajian secara kritis, mendalam

mengenai sifat dan hakekatnya dari masalah atau persoalan yang akan diatur.

Ad.2. Merupakan hasil pemikiran seni/estetika, kaidahnya, sebaiknya mengandung unsur estetika, bahasanya baik, mudah dimengerti oleh setiap orang, enak dibaca dan didengar, menggugah qalbu setiap insan, dan dapat menggambarkan yang bersifat umum, tetapi tidak mengabaikan kepastian hukum.

Ad.3. Kaidahnya merupakan hasil pengkajian secara ilmu pengetahuan, disusun secara sistematika yang sistematis, tidak terdapat pertentangan, rangkaian sebagai satu kesatuan yang utuh, tertib dan teratur, tersusun menurut urutan dari yang umum ke khusus, isinya menjangkau masa datang, dan berkaitan dengan aturan-aturan yang lainnya.

Ad.4. Kaidahnya merupakan hasil kajian dan pertimbangan ekonomis, dengan pengorbanan yang sedikit mencapai hasil yang maksimal, baik dari segi perencanaan, materi yang diatur, pelaksanaan dan penegakkannya.

Ad.5. Kaidahnya hasil kajian tool of social control, peraturan sebagai alat kontrol sosial, merupakan kritalisasi dari kenyataan yang ada dan sedang berkembang dalam budaya masyarakat.

Page 8: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

7

Ad.6. Kiadanya hasil kajian tool of social engineering, peraturan sebagai sarana pengarah atau penggerak sosial, yang ditetapkan berdasarkan ide yang baik untuk mencapai kepastian dan keadilan.

Page 9: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

8

6. SKEMA 1. FAKTOR FILOSOFIS OTONOMI KHUSUS BALI

Sad Kertih

1. Atma (Pura)

2. Wana (hutan) 3. Danu (mata air) 4. Segara (laut)

5. Jana (manusia) 6. Jagat (Pakraman)

1. Utama

2. Madya

3. Nista

Tri Hita Karana

1.M-T

3.M-M

2.M-A

1. Pura Besakih 2. Pura Batur 3. Pura Lempuyang Luhur 4. Batu Karu 5. Pura Luhur Uluwatu 6. .......................... ?

3. Taksu Krama

2. Taksu Alam

1. Taksu Khayangan

1. Gunung Agung 2. Kintamani 3. Tampaksiring-Ubud 4. Sanur-Kuta-Nusa Dua 5. Bedugul 6. Pulau Menjangan

1. Bali Aga 2. Orang Bali 3. Tamiu

Agama Hindu

Susila

Tatwa

Upakara

PADMA BHUWANA

Tri Mandala

Page 10: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

9

7. FAKTOR FILOSOFIS OTONOMI KHUSUS BALI

7.1. Pancasila sebagai dasar filosofis, yaitu manusia Pancasilais, wajib mengakui adanya realitas dan kebenaran terakhir, adalah ada pada Tuhan Yang Maha Esa. Maka, Sila ke-1, Sila ke-2, dan Sila ke-3, mengungkapkan tiga tingkatan khirarki dari sistem referensi, yaitu Agama, Kemanusiaan, dan Nasional sebagai induk, tempat manusia Indonesia mengabdikan diri dalam kehidupan dibumi. Sedangkan, Sila ke-4, menunjukkan landasan oprasional, bagaimana pengabdian terhadap ketiga sisten referensi diaktualisasikan secara bersama demi kepentingan bersama. Hal itu, bisa terjadi, apabila manusia Pancasila telah memiliki kesamaan Paradigma dalam menentukan kebenaran. Oleh sebab itu, Sila ke-5, merupakan tujuan yang harus diperjuangkan, hanya saja bisa dijamin, kalau keempat sila (1, 2, 3, dan 4), dihayati dan diamalkan sebagaimana mestinya. Kenapa, peraturan wajib mengandung unsur filosofis sebagai amrella dari setiap peraturan yang dibuat, karena unsur filosofis, merupakan tujuan yang ideal. Kalau tidak berpedoman pada unsur filosofis (ideal), maka, dan oleh sebab itu, jika, mengukur kehidupan dan hukum dengan tolok ukuran “baik-tidak baik” atau “untung-tidak untung”, “atas dasar kepentingn” atau hanya di dasarkan pada sosiologis dan yuridis, bisa sesat. Maka, ukuran baik itu belum tentu mencerminkan kepentingan seluruh masyarakat, maka, unsur filosofis menjadi amrella, penentu, dan kata akhir suatu aturan.

7.2. Tri Hita Karana jo Sad Kertih. Untuk menera unsur filosofis hukum yang berlaku di Bali, saya mencoba menggunakan “ajaran susila” (mohon maaf sebelumnya, jika kurang dan keliru, dalam menguraikan). Tiga pilar Agama Hindhu, yaitu: (1). Tatwa, (2). Susila, (3). Upacara. Penjelasan filosofis, saya mengambil sebagian dari ajaran “Susila”, yaitu Tri Hita Karana, Sad Kertih, dan Tri Mandala (lihat skema 1.). Tiga pilar Agama Hindhu: A. Tatwa = Panca Sradha, B. Susila, meliputi: (1). Catur Asrama, (2).Catur Marga, (3).Tri Hita Karana,

(4). Sad Kertih, (5). Tri Mandala, (6). Catur Guru, (7). Tri Kaya Parisuda, (8). Yama Niyama Brata, (9). Dasa Dharma, (10). Catur Perusartha, (11). Catur Paramitha, (12). Astha Brata, (13). Sad Mitra, (14). Sad Guna, (15). Asada Brata, (16). Dasa Indra, (17). Catur Aiswarya, (18). Sad Paramitha, (19). Astha Siddhi, (20). Dasar Paramartha, (21). Tri Brata, (22). Tri Sadhana, (23). Dasa Sila, (24). Tri Parartha, (25). Catur Prawittri, (26).Wiweka, (27).Tat Twam Asi).

C. Upakara.

Page 11: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

10

Hubungan manusia dengan Tuhan, melahirkan Taksu Khayangan berada pada titik Sad Khayangan, Dang Khayangan, dan Khayangan Tiga (Pakraman). Sad artinya suci, Sad juga artinya enam, berarti enam tempat tersuci di Bali, yaitu Pura Besakih, Batur, Lempuyang, Batu Karu, Uluwatu, dan ............. (keenam belum ketemu datanya (Perda Provinsi No. 16 Tahun 2009, ada 10 Sad Khayangan). Pakraman (Desa Adat) berada pada Khayangan Tiga. Hubungan Manusia dengan Alam, melahirkan Taksu Alam, yang melahirkan suci gunung, hutan, gua, campuan, laut. Hasil penelitian menunjukkan tempat itu, yaitu: (1). Gunung Agung, (2) Batur dan Kintamani, (3). Bedugul, (4). Pulau Menjangan dan Taman Nasional Bali Barat, (5). Tampaksiring dan Ubud, (6). Sanur, Kuta, dan Nusa Dua. Hubungan Manusia dengan Manusia, melahirkan Taksu Krama, lahir dari kehidupan krama Bali Age dan krama Orang Bali, kemudian krama Tamiu. Krama Bali Age dan Krama Orang Bali, melahirkan Pakraman (desa adat), perhatikan Khayangan Tiga (lihat skema). Mecingkan antara Teoritik dan Prasis antara Tri Hita Karana jo Sad Kertih jo Tri Mandala. Melahirkan Kearipan Lokal, dan menjadi visi pariwisata Bali, yaitu “Pariwisata Untuk Bali”.

Sekelumit paparan di atas, menjadi dasar filosofis mengubah Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958, menjadikan Bali Otonomi Khusus.

8. UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH

Pasal 18 UUD 1945 telah di normativisasikan oleh 6 UU, yaitu UU No. 1 Tahun 1945, UU No. 22 Tahun 1948, UU No. 44 Tahun 1950 jo UU No. 1 Tahun 1957, Perpres No. 6 Tahun 1959, UU No. 18 Tahun 1965, UU No. 5 Tahun 1974, UU No. 22 Tahun 1999

Pasal 18 UUD NRI 1945, telah dijabarkan oleh UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 23 Tahun 2014.

Implementasi Pasal 18 UUD 1945 selama kurun waktu 1945-2004, dan Pasal 18 UUD NRI 1945 kurun waktu 2004-2015 yang telah dijabarkan oleh dua UU, sepertinya, kita tidak mengerti standar Hubungan Pusat dan Daerah pada Negara Kesatuan, tetapi, tergantung selera yang berkuasa. Pancasila sebagai dasar negara, memiliki Jiwa Statik Lekstar Dinamik, kita pandai dan hapal Pancasila, tapi kita tidak mengerti makna dan hakekat Pancasila itu yang sesungguhnya. Jika, kita merenung dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, setiap terjadi krisis, baru ingat Pancasila, itu krisis ingat Pancasila.

Beberpa provensi khusus dan istimewa, sebagai penjabaran Pasal 18 UUD 1945, yaitu:

Page 12: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

11

7. Undang Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua

8. Undang Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh 9. Undang Undang No. 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia

10. Undang Undang No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

11. RUU Tahun 2015 tentang Otonomi Khusus Bali Sebagai Pusat Pariwisata Budaya

9. TEORI HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

Sebelum menguraikan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah pada negara Kesatuan, terlebih dahulu diuraikan bentuk negara dan bentuk pemerintahan. Bentuk Negara adalah berhubungan dengan kesatuan suatu negara dan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dibedakan menjadi negara Kesatuan dan negaraFederal. Pasal 1 ayat (1) UUD NRI 1945, Negara Indonesia ialah negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Rumusan pasal tersebut, tidak bisa membedakan antara bentuk negara dan bentuk pemerintahan, seharusnya pasal ini berbunyi: bentuk negara Indonesia adalah Kesatuan dan bentuk pemerintahan adalah Republik. Bentuk Pemerintahan adalah berhubungan dengan bagimana pemerintah (penguasa) diangkat dan diberhentikn, dibedakan antara Kerajaan dan Republik. Kemudian, dikutifkan secara utuh Pasal 18 UUD 1945 dan Pasal 18 UUD NRI 1945, sebagai dasar Konstitusional.

9.1. UUD 1945.

Pasal 18, Pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang, dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah yang bersifat istimewa

9.2. UUD NRI 1945.

Pasal 18: (1). Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

provinsi dan daerah provins itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang

Page 13: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

12

(2). Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

(3). Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum

(4). Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis

(5). Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-Undang ditentukan sebagai urusan pemerintah

(6). Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7). Susunan dan tatacara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Pasal 18A:

(1). Hubungan wewenang antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah

(2). Hubungan Keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya sntsrs pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang

Pasal 18B:

(1). Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.

(2). Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

Perhatikan penggalan isi Pasal 18 UUD 1945 jo Pasal 18B UUD NRI 1945, menunjukkan bahwa asas desentralisasi yang melahirkan otonomi daerah secara sistematis diberikan pada daerah besar (provinsi) kemudian daerah kecil (kabupaten/kota). Sehingga, keliru seperti yang diatur oleh Undang Undang No.

Page 14: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

13

22 Tahun 1999, yang memberikan Otonomi pada Kabupaten/Kota, otonomi provinsi adalah lintas Kabupaten/Kota. Jika, Pasal 18 UUD 1945 telah diimplementasikan oleh enam UU Pemda, berarti Praktik Angkul-Angkul (manajemen by keneh). Komponen dan sistem hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah perhatikan Skema 2. Undang Undang No. 22 Tahun 1999 menggunakan logika bentuk negara federal lihat Skema 3. Asas Desentralisasi melahirkan otonomi bagi daerah, dalam berhubungan dengan pemerintah pusat, pusat punya tali kekang dan kendali, adalah Asas Tugas Pembantuan. Pada Asas Sentralisasi, pusat punya tali kekang dan kendali, adalah Asas Dekonsentrasi. Dalam praktik pusat menggunakan asas desentralisis dan tugas pembantuan, tapi juga menggunakan asas dekonsentrasi.

10. SKEMA 2.TEORI HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH

NEGARA KESATUAN

ASAS DESENTRALISASI ASAS SENTRALISASI ASAS TUGAS PEMBANTUAN ASAS DEKONSENTRASI OTONOMI PROVINSI SENTRAL KABUPATEN/KOTA DESA/DESA ADAT

Page 15: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

14

11. SKEMA 3. HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH UU NO. 22 TAHUN 1999 NEGARA KESATUAN

ASAS DESENTRALISASI ASAS SENTRALISASI ASAS TUGAS PEMBANTUAN ASAS DEKONSENTRASI PROVINSI OTONOMI KABUPATEN/KOTA SENTRAL DESA/DESA ADAT

12. TEORI URUSAN RUMAH TANGGA DAERAH (TURT)

Kriteria dan Tolok ukur, untuk menentukan bidang apa saja yang menjadi otonomi daerah. Untuk itu, dikenal dengan teori urusan rumah tangga daerah: formal, materiil, dan riil. 12.1.Teori Urusan Rumah Tangga Formal (Formele Huishondingsleer

atau Formele Huishoudingsbergrip), prinsipnya teori ini, yaitu: 1. Pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawan antara pusat

dengan daerah, dimana urusan pemerintahan tidak ditetapkan secara rinci.

2. Kenapa demikian, pertimbangannya bahwa, tidak ada perbedaan sifat antara urusan yang diselenggarakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

3. Apa saja, yang bisa diselenggarakan oleh pusat dan pada dasarnya dapat pula diselenggarakan daerah

Page 16: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

15

4. Secara teoritik memberikan keleluasaan yang seluas-luasnya kepada daerah untuk mengatur dan mengurus pemerintahan sebagai urusan daerah

5. Tetapi, pembatasanya adalah daerah tidak boleh mengatur apa yang telah diatur dengan UUD, UU, dan Peraturan yang lebih tinggi dari Perda

6. Sistem rumah tangga formal merupakan sarana untuk mendukung kecenderungan arah sentralistik.

7. Pembatasan terhadap urusan rumah tangga formal, terletak pada tingkat derajat peraturan yang mengaturnya

12.2.TURT Materiele Huishoudingsler = Materiele Huishoudingsbegrip,

prinsipnya teori ini, yaitu: 1. Keraguan dan ketidak pastian dapat diatasi dengan TURTM karena

teori ini lahir untuk membenahi TURTF 2. Ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang dapat

dirinci antara pusat dan daerah, ditentukan secara pasti 3. Dasar pemikiranya ada perbedaan mendasar antara pusat dan daerah,

daerah dianggap mempunyai ruang lingkup urusan pemerintahan tersendiri secara material dan berbeda dengan yang diatur dan diurus pusat

4. Urusan pemerintah dapat dipilah dalam beberapa lingkup satuan pemerintahan (pusat, provinsi, kabupaten/kota).

5. Pemilahan urusan didasarkan pada perbedaan kepentingan, yaitu Pusat (het rijksbelang = politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama).

6. Provinsi berdasarkan prinsip het provincial belang 7. Kabupaten/Kota berdasarkan prinsip het gemeente belang

12.3.TURTR (Reile Huishoudingsbegrip), prinsipnya teori ini, yaitu:

1. Disebut riil, karena isinya didasarkan pada keadan dan faktor yang nyata atau kenyataan yang ada di daerah

2. Sehingga, mengandung ciri TURT FORMAL dan TURT MATERIAL

13. TEORI KEWENANGAN

Jabatan kenegaraan pada setiap sistem pemerintahan, merupakan pembagian kekuasaan negara menjadi cabang-cabang pemerintahan, untuk menentukan kewenangan dan tanggungjawab dari masing–masing cabang pemerintahan, sesuai dengan prinsip dan hakikat dari pembagian kekuasaan negara:

Page 17: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

16

(1). Setiap kekuasaan, wajib dipertanggung jawabkan. (2). Setiap pemberian kekuasaan, harus dipikirkan beban tangungjawab

untuk setiap penerima kekuasaan. (3). Kesediaan untuk melaksanakan tanggungjawab, harus secara inklusif

sudah diterima pada saat menerima kekuasaan. (4). Tiap kekuasaan ditentukan batas kewenangan dan sekaligus beban

tanggungjawab. (5). Kewenangan dan beban tanggungjawab, ditentukan oleh bentuk dan

struktur organisasi, disebut organisasi lini dan staf Dalam Teori Kewenangan, kekuasan ditentukan oleh cara kekuasaan

diperoleh, yaitu: pertama-tama kekuasaan diperoleh melalui attributie (oorspronkelijk dalam arti aseli), setelah itu dilakukan pelimpahan (afgeleid) yang dilakukan melalui: delegatie dan ikutannya mandaat.

Kewenangan attributie diperoleh dari sistem pembagian kekuasaan pada sistem pemerintahan yang dianut oleh suatu negara, diluar itu tidak ada kewenangan attributie, ketentuan kewenangan dan beban tanggungjawab ditetapkan dalam Konstitusi, kecuali negara yang tidak mempunyai konstitusi, diatur dalam Undang-undang, seperti Inggris. Pembentukan kekuasan dinyatakan dalam konstitusi, yang oleh Henc Van Maarseveen disebutnya, setiap Konstitusi sebagai Reglement van Attributie.

Delegatie dilakukan oleh yang punya wewenang dan dalam waktu tertentu, penerima bertindak atas nama diri sendiri dan bertanggungjawab secara eksternal. Sedangkan, Mandaat tidak menimbulkan pengeseran wewenang dari pemiliknya, sehingga beban tanggungjawab tetap berada pada pemberi kuasa. Penerima kewenangan attributie, tergantung pada pola sistem pembagian kekuasaan yang membawa nilai kedaulatan rakyat dan menghindari absolutisme. 14. SKEMA 4.TEORI KEWENANGAN

ATRIBUTIE DELEGATIE SUB-DELEGATIE

ATRIBUTIE MPR, DPR, DPD, PRESIDEN, BPK, MA, MK

--

--

DELEGATIE -- MENTERI, PTNSM, GUBERNUR

--

SUB-DELEGATIE -- -- ESELON SATU, BUPATI, WALIKOTA

Page 18: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

17

15.TEORI PERTANGUNGJAWABAN

Pertanggungjawaban para pejabat negara, yang menyimpang dari tugas dan wewenang, sebagai berikut: 15.1 Faute de Service adalah kesalahan dinas dan menjadi

tanggungjawab, dinas, penggantian segala kerugian di bebankan pada anggaran pemerintah, sesuai dengan model kesalahan: Detournement de Pouvoir, Onrechtmatige Overheidsdaad, Onwetmatig, Onjuist, Ondoelmatig.

15.2. Faute de Personelle adalah kesalahan pribadi pejabat dan menjadi tanggungjawab pribadi pejabat yang bersangkutan, untuk mengganti kerugian akibat perbuatan yang salah, model kesalahan: Detournement de Pouvoir, Onrechtmatige Overheidsdaad, Onwetmatig, Onjuist, Ondoelmatig.

16. PERBUATAN PENGUASA YANG MENYIMPANG

Perbuatan penguasa yang menyimpang yang dilakukannya, ada beberapa katagori, berdasarkan prinsip Hukum Administrasi Negara, sebagai berikut: Detournement de Pouvoir; Onrechtmatige Overheidsdaad; Onwetmatig; Onjuist; Ondoelmatig:

16.1. Detournement de Pouvoir (perbuatan menyalahgunakan wewenang), pemerintah bebas melaksanakan tugas dan wewenangnya yang dimilikinya, asal sesuai dengan ruang lingkup tugas dan wewenang yang dia peroleh (Teori Kewenangan), apabila melakukan perbuatan diluar tugas dan wewenang tersebut, dan merugikan masyarakat, berarti telah menyalahgunkan wewenang

16.2. Onrechtmatige Overheidsdaad (perbuatan melawan Hukum oleh penguasa), dikenal dalam Pasal 1401 BW (1365 KUHPerdata), yaitu tiap perbuatan melanggar hukum, dan membawa kerugian kepada orang lain, diwajibakan menggati kerugikan kepada orang yang dirugikan itu, karena perbuatan yang salah merugikan orang lain. Jadi, ada tiga unsurnya, yaitu: unsur melawan hukum, unsur merugikan, dan unsur kesalahan

16.3.Onwetmatig (perbuatan melanggar Undang-Undang), sesuai dengan teori negara hukum bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan wewenang harus berdasarkan atas UU, apabila tidak, ia dianggap melanggar UU, baik UU dalam arti: (1). formil (wet in foemale zin), (2). maupun dalam arti Materiil (wet in materiele zin)

16.4. Onjuist (perbuatan yang tidak tepat), perbuatan yang tidak tepat atau keputusan administrasi negara dalam menginterpretasikan dari

Page 19: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

18

ketentuan yang disengketakan, seperti: ketika pemohon izin ditolak, sedangkan si pemohon katakan sudah memenuhi syarat baik fakta maupun peraturan

16.5. Ondoelmatig (perbuatan yang tidak berguna atau sia-sia), pemerintah dalam melaksankan tugas pembangunan dituntut untuk memberikan pelayanan (public service) untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, ternyata perbuatan pemerintah tersebut tidak bermanfaat: pemerintah merenovasi Pasar untuk pedagang, ternyata pedagang tersebut tidak mampu bayar sewa Pasar dan tersingkir dari Pasar tersebut, pedagang bisa menggugat hak konstitusionalnya

17. FAKTOR PENGUBAH UU NOMOR 64 TAHUN 1958

Sejarah keinginan untuk merubah Undang Undang Nomor 64 Tahun 1958, dapat ditemukan: 17.1. Hartawan Mataram, 1977, Pemikiran Sistem Pemerintahan Baru Di

Bali, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buleleng, Singaraja. Keinginan dan hasil penelitian ini, membuat Hartawan Mataran tidak populer lagi, berkeinginan maju sebagai calon Gubernur Bali waktu itu.Tiga puluh enam tahun kemudian muncul lagi tahun 2013

17.2. Anggota DPD perwakilan Bali Wayan Sudirta, mencoba melahirkan RUU OTSUS BALI Tahun 2013 dan masuk program Prolegnas, kini RUU OTSUS BALI tidak tahu rimbanya. Saya dapat diundang dan ikut seminar dan sosialisasi RUU tersebut. Hasil kajian dan telaahan saya terhadap RUU OTSUS tersebut, masih jauh dari memadai sebagau UU OTSUS BALI.

17.3. Kini tahun 2014, mulai debar politik OTSUS BALI, angin sorga, karena kurang serius penggarapannya, lebih banyak menjadi jualan politik.

Telusur Naskah Akademik RUU Perubahan UU No. 64 Tahun 1958, harus dimulai dari Pasal 18 UUD 1945 jo Pasal 18 UUD NRI 1945. Lihat Skema 2. Teori Hubungan Pusat dan Daerah, kemudian dihubungkan dengan Teori Urusan Rumah Tangga Daerah. Lalu masuk kealam Bali melalui Skema 1. Dasar Filosofis Otonomi Khusus Bali, Tri Hita Karana jo Sad Kertih yang melahirkan Pakraman. Pembentukan Sumber Daya Manusia, lihat Skema 5. SDM Referensi Pendidikan dan Agama.

Page 20: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

19

18. SKEMA 5. FAKTOR REFERENSI PENDIDIKAN DAN AGAMA

PENDIDIKAN DAN JENJANG PRESTASI

CATUR ASRAMA (HINDU)

CATUR MARGA (HINDU)

1 2 3

1. Usia 0-27 tahun, masa belajar, yang memiliki 80% konstribusi sebagai penopang Kesuksesan dalam mengarungi kehidupan

Brahmacari, artinya masa belajar: ilmu pengetahuan dan ilmu ketuhanan, juga tingkah laku dalam mengajar, dan ilmu duniawi

Juana Marga, para pemikir rasional

2. Usia 28-36 tahun, masa kepemimpinan, dan pencarian peluang yang sesuai dengan bakat untuk menuju puncak sukses atau cita-cita

Grahastha, artinya masa pembinaan keluarga dan bermasyarakat

Juana Marga, para pemikir rasional

3. Usia 36-45 tahun, batas maksimum kemampuan inovatif dan penuh resiko, Jika sukses, bisa menuju puncak harapan, bila tidak, ya biasa-biasa saja.

Wanaprastha, artinya masa perjuangan yang ditujukan pada pengendalian diri, mendalami kitab suci dan mengusahakan dharma

Bhakti Marga, menyerahkan diri dengan berbakti kepada Tuhan

4. Usia 46-55 tahun, masa kehidupan lebih mapan dan membawa berkah yang melimpah

Bhiksuka, artinya masa kehidupan rohani dan seluruh kehidupan ditunjukkan kehadapan Ida Sang Yang Widhi Wasa

Raja Marga, punya kekuatan lahir dan bathin

5. Usia 55 – ke atas, masa aman untuk usia lebih panjang.

Bhiksuka,

Karma Marga, kerja tanpa pamrih

Page 21: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

20

19. UNDANG UNDANG PERIMBANGAN KEUANGAN

Inti dan hakikat otonomi daerah adalah “mengurus dan mengatur”. Kata “mengurus” adalah berkaitan dengan Pemerintahan Daerah itu sendiri, sedangkan kata “mengatur” adalah berkaitan dengan pembuatan peraturan, seperti Perda dan Keputusan Kepala Daerah. Mengurus dalam arti pemerintah daerah, kewenangan yang diberikan diikuti dengan keuangannya.

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Ketentuan pasal-pasal yang harus dimeping untuk keadilan bagi daerah. Adapun pasal yang yang ditera ulang, yaitu:

Pasal 10 ayat (1), UU No. 33 Tahun 2004, Dana perimbangan terdiri atas: a.dana bagi hasil, b. dana alokasi umum, dan c. dana alokasi khusus

perlu dipikirkan satu poin lagi, poin di Pasal 10, tambahan poin d. .........? Pasal 11 UU No.33 Tahun 2004:

Ayat (1), Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam Ayat (2), Dana bagi hasil bersumber dari pajak, sebagai mana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Pajak bumi dan bangunan (PBB) b. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan c. Pajak penghasilan (PPn) Pasal 25 dan Pasal 29, wajib

pajak orang Ayat (3), Bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam,

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari: a. Kehutanan, b. Pertambangan umum, c. Perikanan, d. pertambangan minyak bumi, e. Pertambangan gas bumi, f. pertambangan panas bumi

Bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam, kenapa tidak bisa ditambahkan “nomen klatur” bahwa “keindahan alam dan keunikan budaya”, membuat Bali terkenal dan dikunjung, lalu pemerintah mengenakan VOA (visa on arriver), maka Bali berhak mendapatkan bagi hasil yang layak dari VOA.

Page 22: THU RISE KU M P PEN YEL ENG GAR PEMERINTAHAN …

21

20. DAFTAR PUSTAKA

Bagir Manan, 1994, Hubungan Antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

David J. Stuart-Fox, 2002, Pure Besakih: Temple, Relegion and Society in Bali, Leiden KITLV Press

Fred B. Eiseman, JR, 1990, Bali Sekala dan Niskala Essays on Religion, Ritual, and Art, North America, Latin America and Europe, Tuttle Publishig

Hanc van Maarseveen dan ger van der Tang, 1978, Written Constitutions a Computerized Comparative study, Oceana Publication inc, Dobbs Ferry, New york.

Hans Kelsen, 1950, The Law of The United Nations A Critical Analysis of Its Fundamental Problems, Stevens & Sons Limited, London

Hartawan Mataram, 1977, Pemikiran Sistem Pemerintahan Baru Di Bali, Bupati Kepala Daerah Tingkat II Buleleng, Singaraja.

Herman Soewardi, 1999, Roda Berputar Dunia Bergulir: Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi, Bakti Mandiri, Bandung.

Ibrahim R, 2003, Sistem Pengawasan Konstitusional Antara Kekuasaan Legislatif dan Eksekutif Dalam Pembaruan Undang Undang Dasar 1945, Disertasi pada Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung.

Ibrahim R, 2009, Refleksi Satu Dekade Reformasi Indonesia: Sektor Politik, Hukum, Pemikiran dan Agenda Berikutnya: Menuju Grand Unified Design Ketatanegaan, Makalah Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis ke-47 Unud, 7-8 September 2009, Denpasar.

Ibrahim R, Dampak Reklamasi Teluk Benoa Terhadap Perkembangan Pariwisata Bali, Materi Kuliah Umum Asian Law Students Association Local Chepter, Visit Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dan Airlangga di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Soekadijo, R.G, 2000, Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata Sebagai System Lingkage, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Thomas Kunh, 1970, The Structure of Scientific Revolution, The University of Chicago Press, All Rights Reserved.

Robert Endi Jaweng (ed), 2004, Kompilasi Undang Undang Otonomi Daerah dan Sekilas Proses Kelahirannya (1903-2004), Institute for Local Development Yayasan Tifa, Jakarta.

Soetandyo Wignosubroto dkk, 2005, Pasang Surut Otonomi Daerah Sketsa Perjalanan 100 Tahun, Yayasan Tifa, Jakarta