Thesis

30
NASKAH PROPOSAL TESIS PERILAKU LENTUR BALOK CASTELLATED MODIFIKASI KOMPOSIT MORTAR DENGAN PENYAMBUNG TULANGAN BAJA TERHADAP BEBAN SIKLIK Usulan Penelitian untuk Tesis S-2 Program Studi S2 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Diajukan Oleh: TAUFIQ ILHAM MAULANA 10/297736/TK/36330 Kepada: PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK

description

ok

Transcript of Thesis

NASKAH PROPOSAL TESIS

PERILAKU LENTUR BALOK CASTELLATED MODIFIKASI KOMPOSIT MORTAR DENGAN PENYAMBUNG TULANGAN BAJA TERHADAP BEBAN SIKLIK

Usulan Penelitian untuk Tesis S-2

Program Studi S2 Teknik SipilJurusan Teknik Sipil dan Lingkungan

Diajukan Oleh:TAUFIQ ILHAM MAULANA10/297736/TK/36330

Kepada:PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS GADJAH MADA2014

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBalok merupakan salah satu elemen struktur penting dalam sebuah bangunan terutama kepada menahan beban lentur. Terdapat banyak jenis alternatif penggunaan material penampang balok, salah satunya adalah profil IWF. Dalam penggunaannya, untuk lebih mengakomodir kelebihan material mortar atau beton sebagai struktur tekan dan baja sebagai struktur tarik, terdapat inovasi yaitu melakukan komposit antara mortar dengan profil IWF. Dalam penggunaannya, balok komposit mortar-IWF masih relatif mahal, karena profil IWF masih dapat dilakukan peningkatan kekuatan dengan cara dirubah menjadi balok castellated komposit dengan pengaku tulangan untuk menghemat biaya dan meningkatkan inersia penampang. Kelebihan balok komposit dengan castellated adalah lebih murah, kapasitas momen meningkat, berat sendiri berkurang, dan kapasitas geser berkurang (Adityawarman, 2013). Dalam penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh Adityawarman pada tahun 2013, sebuah balok castellated komposit dengan pengaku tulangan diameter 22 mm dan dengan ukuran penampang profil IWF 150x75x5x7 dengan panjang bentang 3 m dan pembebanan sesuai standar pengujian lentur, diperoleh kapasitas beban maksimum sebesar 178,85 kN dan lendutan sebesar 96,50 mm. Kapasitas ini sudah cukup besar untuk sebuah balok castellated komposit modifikasi. Namun, pembebanan yang dilakukan masih bersifat statik dan perlu dikaji lebih lanjut mengenai ketahanannya dan perilaku lenturnya terhadap beban gempa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap balok castellated komposit mortar terhadap beban gempa, yang dalam hal ini beban gempa didekati dengan langkah pemberian beban siklik untuk mengetahui perilaku lenturnya lebih lanjut.

1.2 Rumusan MasalahBeberapa hal yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.1. Hubungan antara beban-defleksi akibat pembebanan siklik yang dapat menggambarkan kurva histeresis balok castellated modifikasi komposit mortar.2. Perilaku keruntuhan balok castellated modifikasi komposit mortar akibat pembebanan siklik.3. Parameter-parameter respon akibat pembebanan siklik, yaitu nilai daktailitas struktur, luasan kurva histerisis, dan grafik backbone yang terbentuk dari pengujian balok castellated modifikasi komposit mortar.1.3 Tujuan Penelitian1. Mengetahui hubungan antara beban dengan defleksi akibat pembebanan siklik balok castellated modifikasi komposit mortar.2. Mengetahui pola keruntuhan balok castellated modifikasi komposit mortar akibat pembebanan siklik.3. Mengetahui parameter-parameter pembebanan siklik yaitu antara lain nilai daktailitas, luasan kurva histeresis, dan grafik backbone yang dibentuk pada balok castellated modifikasi komposit mortar akibat pembebanan siklik yang diberikan4. Membandingkan hasil kurva histerisis yang didapat dari penelitian dengan hasil analisis dengan program SAP2000 dan Abaqus CAE.1.4 Manfaat PenelitianPenelitian ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat yaitu memberikan gambaran mengenai perilaku lentur dan kapasitas balok castellated modifikasi komposit mortar terhadap pemberian beban gempa, yang dalam hal ini pemberian beban gempa diwakilkan dengan pembebanan secara siklik. Diharapkan setelah mengetahui informasi tersebut, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam memilih jenis struktur balok sesuai keperluannya di lapangan.1.5 Batasan PenelitianBatasan masalah yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.1. Benda uji berupa profil baja IWF 150x75x5x7 yang dijadikan balok kastela dengan ketinggian 275 mm dengan dikompositkan dengan mortar.2. Perkuatan dilakukan dengan penambahan pengaku tulangan ulir D22 dengan sudut kemiringan 450. Mortar yang direncanakan menggunakan perbandingan semen : pasir = 1:1,5 dengan fas 0,4. Pengujian dilakukan pada umur mortar 28 hari. Jumlah benda uji ialah 1 buah benda uji.3. Peninjauan perilaku lentur balok castellated modifikasi komposit mortar terhadap pola keruntuhan akibat pembebanan siklik.4. Hasil penelitian mengenai kapasitas dan perilaku lentur akan menambahkan informasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu dengan benda uji yang sama namun dengan pembebanan statis (Adityawarman, 2013). 1.6. Keaslian PenelitianBeberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya yaitu sebagai berikut ini.1. Penelitian dilakukan oleh Aulia (2012) yang berjudul Perilaku Perilaku Lentur Balok Castellated Modifikasi dengan Penyambung Profil Siku dan Komposit Mortar.2. Penelitian dilakukan oleh Adityawarman (2013) yang berjudul Perilaku Lentur Balok Castellated Modifikasi dengan Pengaku Tulangan dan Komposit Mortar.3. Penelitian dilakukan oleh Vasdravellis, dkk (2012) yang berjudul Behaviour and Design of Composite Beams Under Bending and Axial Tension.4. Penelitian dilakukan oleh Ashtiani, dkk (2013) yang berjudul Cyclic beam bending test for assesment of bond slip behaviour.Sepanjang pengetahuan penulis dan studi pustaka yang telah penulis lakukan, bahwa penelitian dengan topik Perilaku Lentur Balok Castellated Modifikasi Komposit Mortar dengan Penyambung Tulangan Baja Terhadap Beban Siklik belum pernah dilakukan sehingga penelitian ini terjamin keasliannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian mengenai Balok Castellated Modifikasi KompositAulia (2012) melakukan penelitian yang berjudul Perilaku Perilaku Lentur Balok Castellated Modifikasi dengan Penyambung Profil Siku dan Komposit Mortar. Penelitian ini menggunakan sebuah benda uji yang berukuran IWF 175x75x5x7 yang dijadikan kastela dengan ketinggian 275 mm dengan pengaku berukuran L 30x30x3 dengan panjang bentang 3 meter dan dikompositkan dengan mortar yang berkekuatan 43,12 MPa. Beban yang diberikan adalah beban statik dengan tumpuan sederhana sendi-rol. Dalam penelitian ini, dilakukan banyak analisis untuk memprediksi dan membandingkan hasil pengujian di laboratorium, yaitu analisis metode penampang, analisis metode layer, analisis menggunakan program SAP2000, dan analisis menggunakan program Abaqus CAE 6.7-1. Hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah kapasitas beban maksimum yang dapat diperoleh agar mengalami kegagalan lentur adalah 182 kN dengan lendutan yang terjadi pada balok sebesar 45,41 mm.

Serupa dengan penelitian diatas, penelitian selanjutnya dilakukan oleh Adityawarman (2013) dengan tema Perilaku Lentur Balok Castellated Modifikasi dengan Pengaku Tulangan dan Komposit Mortar. Penelitian ini menggunakan sebuah benda uji yang berukuran IWF 175x75x5x7 yang dijadikan kastela dengan ketinggian 275 mm dengan pengaku tulangan berdiameter 22 mm dengan alasan memperbaiki kegagalan penelitian sebelumnya yaitu terjadi buckling pada pengaku profil L 30x30x3, dengan panjang bentang 3 meter dan dikompositkan dengan mortar yang berkekuatan hanya 31,052 MPa. Beban yang diberikan adalah beban statik dengan tumpuan sederhana sendi-rol. Dalam penelitian ini, dilakukan banyak analisis untuk memprediksi dan membandingkan hasil pengujian di laboratorium, yaitu analisis metode penampang, analisis metode layer, analisis menggunakan program SAP2000, dan analisis menggunakan program Abaqus CAE 6.7-1. Hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah kapasitas beban maksimum yang dapat diperoleh agar mengalami kegagalan lentur adalah 178,853 kN dengan lendutan yang terjadi pada balok sebesar 96,50 mm.2.2. Penelitian mengenai Pembebanan Siklik Terhadap Balok Komposit dengan Tinjauan Perilaku LenturPenelitian yang dilakukan oleh Ashtiani, dkk (2013) yaitu dengan tema Cyclic beam bending test for assesment of bond slip behaviour. Penelitian tersebut ditujukan untuk mengetahui perilaku slip tulangan pada sebuah balok, dengan menggunakan pengujian beban siklik yang berdasar pada standar pengujian lentur.Benda uji yang digunakan adalah sebuah balok komposit beton-baja berdimensi 240 mm x 150 mm dengan tulangan berjumlah 4 dengan diameter 12 mm. Setup pengujian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pengujian tersebut menggunakan kontrol defleksi (displacement control) dalam pembebanan siklik. Pengujian tersebut secara tidak langsung adalah pengujian siklik dengan meninjau perilaku lentur struktur tinjauan, yang dalam hal ini adalah slip pada tulangan, Dari hasil pengujian, diperoleh kurva histeresis dari balok seperti pada gambar 2.2. berikut.

Gambar 2.1 Setup pengujian siklik yang berdasar pada pengujian lentur

Gambar 2.2 Kurva histeresis yang didapatkan dari hasil pengujian balok dengan tinjauan perilaku lenturBAB IIILANDASAN TEORI3.1. Tegangan Lentur pada Balok SimetrisTegangan lentur pada penampang profil yang mempunyai minimal satu sumbu simetris dan pembebanan berada di pusat gesernya dapat dihitung dari persamaan berikut. (3.1)dengan dan sehingga nilai tegangannya menjadi seperti berikut. (3.2)dengan :f = tegangan lenturMx, My= momen lentur arah x dan ySx, Sy= modulus penampang arah x dan yIx, Iy= momen inersia arah x dan ycx, cy= jarak dari titik berat ke tepi serat arah x dan y3.2. Kapasitas Momen Tampang Balok (Analisis Tampang)Distribusi tegangan pada sebuah penampang akibat momen lentur, diperlihatkan dalam Gambar 3.1. Pada daerah beban layan, penampang masih elastik (Gambar 3.1.a), kondisi elastik hingga tegangan pada serat terluar mencapai kuat lelehnya (fy), setelah mencapai regangan leleh (y), regangan akan terus naik tanpa diikuti kenaikan tegangan.Ketika kuat leleh tercapai pada serat terluar (Gambar 3.1.b), tahanan momen nominal sama dengan momen leleh Myx, dan besarnya adalah: (3.3)Pada saat kondisi pada Gambar 3.1.d tercapai, semua serat dalam penampang melampai regangan lelehnya, yang disebut kondisi plastis. Tahanan momen nominal dalam kondisi ini disebut momen plastis Mp, yang nilainya: (3.4)dengan Z adalah modulus plastis.

Gambar 3.1. Distribusi tegangan pada level beban berbeda\Dari kedua variabel tersebut (modulus penampang S dan modulus plastis Z), dapat diperoleh pula faktor bentuk (shape factor, SF), yang merupakan perbandingan antara modulus plastis dengan modulus penampang, yaitu: (3.5)Pada penelitian ini, digunakan beberapa persamaan dalam perhitungan kapasitas momen seperti berikut ini.1. Kapasitas momen first crack pada balok castellated kompositBeberapa asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:a. Tegangan dan regangan beton masih linierb. Tegangan beton: (3.6)c. Beton tarik masih diperhitungkan, yaitu:

2. Kapasitas momen pada sayap balok profil bajaa. (3.8)b. (3.9)dengan:Af= luasan penampang sayap bajaMy = momen leleh (kNm)Mp = momen plastis (kNm)y= jarak (mm)fy= Tegangan leleh (MPa)fu= tegangan ultimit (MPa)3. Kapasitas momen pada badan balok profil bajaa. (3.10)b. (3.11)dengan:Aw= luasan penampang badan bajaMy = momen leleh (kNm)Mp = momen plastis (kNm)y= jarak (mm)fy= Tegangan leleh (MPa)fu= tegangan ultimit (MPa)4. Kapasitas beban balok castellated komposita. Kapasitas beban first crack (Pcr)V = Mcrack / a(3.12)Pcr = 2 . V(3.13)b. Kapasitas beban leleh (My)V = My / a(3.14)Py = 2 . V(3.15)c. Kapasitas beban ultimit (Mu)V = Mu / a(3.16)Pu = 2 . V(3.17)dengan:V = gaya geser (N)a= jarak dari tumpuan ke titik pembebanan (mm)Mcr= kapasitas momen retak (Nmm)Pcr= kapasitas beban retak (Nmm)My= kapasitas momen leleh (Nmm)Py= kapasitas beban leleh (Nmm)Mu= kapasitas momen ultimit (Nmm)Pu= kapasitas beban ultimit (Nmm)

3.3. Tegangan dan Regangan BajaPada struktur komposit beton-baja, umumnya tegangan dan regangan beton terlebih dahulu ditransformasikan ke bentuk baja. Berikut hubungan tegangan dan regangan baja-beton. atau sehingga dengan:Ec = modulus elastisitas betonn = Es / Ec = rasio mudulusTerdapat 3 kondisi analisis tegangan regangan, yaitu kondisi elastis (linier), plastis (leleh), dan strain hardening seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2.. Kondisi suatu struktur bisa saja bervariasi, sehingga sangat tergantung kepada titik tinjauan pada penampang.

Gambar 3.2. Hubungan tegangan dan regangan baja ( William T. Segui, 2007)Tegangan untuk masing-masing kondisi dapat dianalisis menggunakan beberapa persaman berikut1. Kondisi elastis (linier)(3.18)dengan:= Regangan bajaE= Modulus elastisitas baja (MPa)2. Kondisi plastis (leleh) (3.19)dengan:fy= tegangan leleh baja (MPa)3. Kondisi strain hardening (3.20)(3.21)(3.22)(3.23)(3.24)dengan :fsu= Tegangan ultimate baja (MPa)= Regangan baja = Regangan strain hardening baja = Regangan ultimate baja

3.4. Kapasitas Geser PenampangDalam penelitian ini, akan ditinjau perilaku lentur balok terhadap beban siklik, yang oleh karenanya kegagalan yang terjadi dimaksudkan agar diarahkan kepada lentur. Agar balok dapat mengarah kepada kegagalan lentur, kapasitas geser yang dimiliki oleh penampang harus lebih besar dibandingkan dengan kapasitas lenturnya sehingga diperlukan pengecekan terhadap kapasitas geser penampang yang menggunakan beberapa persamaan berikut ini.1. Kapasitas geser tulangan (Vs)Berdasarkan SNI 03-2847-2013, kapasitas geser tulangan yang terdiri dari satu batang tunggu atau satu kelompo b atang-batang tulangan sejajara, yang semuanya ditekuk miring pada jarak yang sama dari tumpuan, maka dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.VS = Av x fy x sin a(3.25)dengan:VS= kapasitas geser (N)Av= luas penampang (mm2)a= kemiringan tulangan (derajat)fy= tegangan leleh tulangan (MPa)2. Kapasitas geser mortar (Vc) (3.26)dengan:Vc= kapasitas geser mortar (N)fc= mutu mortar (MPa)bw= lebar mortar (mm)d= tinggi efektif penampang mortar (mm)3. Perencanaan penampang terhadap geserPerencanaan penampang terhadap geser didasarkan dari beberapa persamaan berikut.Vn = VS + Vc(3.27)Vn > Vu(3.28)dengan:Vn = kapasitas geser nominal total yang terdiri dari kapasitas geser tulangan dan kapasitas geser mortarVu= gaya geser terfaktor penampang

3.5. Analisis Penampang Metode Pias (Layer)Metode pias (layer) dilakukan dengan membagi penampang balok castellated komposit modifikasi menjadi beberapa pias untuk masing-masing jenis material. Prinsip perhitungan metode pias adalah menyeimbangkan gaya-gaya yang terjadi pada balok sehingga terjadi keseimbangan gaya didalamnya. Gaya-gaya yang akan diseimbangkan untuk setiap pias tersebut dihitung dari tegangan dan regangan yang terjadi pada penampang dan untuk mempermudah perhitungannya, garis netral balok yang belum diketahui posisinya, diasumsikan terlebih dahulu.Menurut Satyarno (2012), perhitungan metode pias memiliki beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.1. Membuat beberapa lapisan pada penampang untuk setiap jenis material penyusunnya.2. Setiap lapisan memiliki tegangan dan regangan yang sama (berdasarkan diagram tegangan-regangannya)3. Tentukan nilai kedalaman garis netral (c) secara acak, perhitungannya untuk mendapatkan nilai garis netral yang tepat dibutuhkan trial error berdasarkan keseimbangan gayanya.4. Tentukan nilai regangan setiap lapis5. Tentukan tegangan di setiap lapis6. Menghitung gaya di setiap lapis (Cc, Cs, dan Ts)7. Menghitung komponen gaya tekan C (C = Cc + Cs)8. Menghitung komponen gaya tarik T (T = Ts)9. Mengontrol kesetimbangan gaya tarik dan tekan dengan mencoba variasi nilai garis netral (C = T)10. Menghitung momen, M = total (Ci yi + Ti yi)3.6. Kuat Tekan MortarMutu dari mortar akan dapat diperoleh dari pengujian yang dilakukan dengan cara menguji kuat tekan mortar. Nilai mutu mortar diperoleh dengan membagi beban tekan maksimum yang dapat ditahan benda uji mortar (N) dengan luas penampang benda uji mortar (mm2) (Tjokrodimulyo,2007). Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut. (3.29)dengan:fc= kuat tekan mortar (MPa)Pmaks= beban maksimum (N)A= luas penampang (mm2)3.7. Kekakuan BalokKekakuan merupakan perbandingan antara gaya dan lendutan yang terjadi pada struktur. Semakin besar nilainya, artinya struktur tinjauan semakin kaku (dengan beban yang besar, hanya melendut kecil), begitu pula sebaliknya. Kekakuan dapat dihitung melalui persamaan berikut. (3.30)dengan:K = kekakuan (kN/m)P = Gaya (kN) = lendutan (m)3.8. Daktailitas BalokDaktailitas merupakan kemampuan struktur tinjauan mengalami deformasi setelah melampaui elastik bahan sebelum mengalami keruntuhan. Daktailitasa balok diketahui dari nilai faktor daktailitas yang nilainya ialah rasio lendutan maksimum dan lendutan saat struktur mengalami leleh. Berikut rumus yang dapat digunakan dalam menghitung daktailitas. (3.31)dengan: = daktailitasu = lendutan saat ultimit (m)y = lendutan saat leleh (m)Berdasarkan FEMA 306, klasifikasi daktailitas adalah sebagai berikut.Tabel 3.1.Klasifikasi daktailitas (sumber : FEMA 306, 1998)KlasifikasiDaktailitas

Daktailitas Rendah < 2

Daktailitas Sedang2 < < 5

Daktailitas Tinggi > 5

3.9. Pembebanan SiklikPembebanan siklik yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasistatik, yaitu pembebanan statik yang diberikan berulang kali ke arah tekan dan tarik. Secara umum terdapat 2 jenis pembebanan yaitu pembebanan berdasarkan lendutan maupun pembebanan berdasarkan beban, namun yang akan digunakan adalah pembebanan berdasrkan lendutan. Besar beban tergantung pada beban yang dibutuhkan untuk mencapai nilai defleksi acuan. Dalam satu siklus (defleksi yang sama), pembebanan dilakukan berulang sejumlah 3 kali, sesuai dengan ACI T11-01.

Gambar 3.3. Siklus pembebanan berdasarkan kontrol lendutan (displacement control) (Sumber : ACI T11-01, 2001)3.10. Disipasi Energi, Damping Force, Cyclic Envelope Curve, dan Backbone CurveDisipasi energi adalah kapabilitas struktur menyebarkan energi melalui proses leleh. Struktur yang dapat berdeformasi secara daktail dengan cara mendisipasi energi sangat baik digunakan untuk ketahanan terhadap gempa. Nilai disipasi energi akibat pembebanan siklik ialah luas daerah kurva histeresis (hysteresis loop) yang diperoleh dari kurva antara beban dan lendutan. Disipasi energi sering pula disebut dengan hysteretic energy.Sedangkan damping force kaitannya terhadap analisis dinamik struktur ialah kecepatan dan arah gaya yang berlawanan dengan arah gerak. Cyclic envelope curve adalah nilai puncak hubungan antara beban dengan defleksi akibat beban siklik dalam setiap siklusnya, sedangkan backbone curve adalah kurva yang dibentuk dengan menghubungkan titik-titik pada cyclic envelope curve.

Gambar 3.4. Observed hysteritic curve and envelope curve (sumber : ASTM E 2126-02a)

Gambar 3.5. Backbone curve dari pembebanan monotonik dan siklik (sumber : Deierlein, G. , 2010)

BAB IVMETODE PENELITIAN4.1. Bahan PenelitianBeberapa bahan penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.1. Profil IWF 175x75x5x7 yang dipotong menjadi 2 bagian dan akan dinaikkan tinggi baloknya menjadi 275 mm.2. Baja tulangan ulir dengan diameter baja 22 mm.3. Agregat halus yang berasal dari gunung Merapi, lolos saringan 2,4 mm.4. Semen berfungsi sebagai perekat campuran mortar. Tipe semen yang digunakan yaitu tipe I.5. Viscocrete -10 merupakan bahan tambah kimia yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan pengerjaan saat pengecoran mortar.6. Triplek dan kayu reng digunakan dalam pembuatan bekesting atau cetakan benda uji.4.2. Alat Penelitian1. Loading Frame2. Hydraulic Jack dan Hydraulic Pump3. Load Cell dan Data Logger4. Strain Gauge dan Strain Indicator5. Indicator (TC 31 K)6. Linear Variable Transformer (LVDT)7. Microcrack Meter8. Compression Testing Machine9. Universal Testing Machine4.3. Benda Uji1. Benda Uji PendahuluanBenda uji pendahuluan merupakan benda uji yang dibuat sebelum benda uji utama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sifat material dari semua material yang berhubungan dengan pengujian. Benda uji pendahuluan meliputi uji kuat tekan mortar, uji kuat tarik baja IWF dan tulangan ulir diameter 22 mm. 2. Benda Uji Balok Castellated KompositBenda uji utama adalah satu buah benda uji yaitu balok baja kastela komposit mortar seperti terlihat pada Gambar 3.6. Balok komposit yang digunakan merupakan balok yang terbuat dari profil baja IWF kastela 175x75x5x7 dengan tinggi 275 mm dan dikompositkan dengan mortar. Perbandingan campuran komposit mortar yaitu 1: 1,5 dengan bahan tambah viscocrete-10 0,7% dari berat semen.

Gambar 3.6. Benda uji balok castellated komposit tinjauan pengaruh lentur dengan panjang total berukuran 3 m

Gambar 3.7. Setting up pengujian benda uji balok castellated

4.4. Lokasi PenelitianPengujian kuat tarik baja tulangan, kuat tarik baja profil, dan kuat tekan mortar akan dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, UGM. Proses perangkaian baja profil dan tulangan, apabila kondisi memungkinkan dilakukan di Laboratorium Teknik Struktur, apabila tidak maka dilakukan di bengkel tempat pembelian profil baja. Proses pengecoran mortar dan pengujian balok castellated komposit dilakukan di Laboratorium Teknik Struktur, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, UGM.

4.5. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian

4.6. Jadwal Penelitian

DAFTAR PUSTAKAAdityawarman, G. M., 2013, Perilaku Lentur Balok Castellated Modifikasi dengan Pengaku Tulangan dan Komposit Mortar, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Applied Technology Council, 1998, FEMA 306 Evaluation of Earthquake Damaged Concrete and Masonry Wall Buildings, Federal Emergency Management Agency, Washington D.C.Ashtiani, dkk, 2013, Cyclic beam bending test for assesment of bond slip behaviour, Engineering Structure Science Direct Journal Vol 56 (2013) pp. 1684-1697.Aulia, M.H. , 2012, Perilaku Lentur Balok Castellated modifikasi denganpenyambung profil siku dan komposit mortar, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Badan Standardisasi Nasional, 2013, SNI-03-2847-2013 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung, Jakarta.Deierlein, dkk, 2010, Nonlinier Structural Analysis for Seismic Design, National Institute of Standard and Technology, Gaithersburg Maryland.Segui, William, T., 2007., Steel Design (Fourth Edition), Thomson, CanadaTjokrodimudjo, K., 2007, Teknologi Beton, Biro Penerbit Teknik Sipil UGM, Yogyakarta20