Thesis
-
Upload
boboholala -
Category
Documents
-
view
127 -
download
0
description
Transcript of Thesis
![Page 1: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/1.jpg)
EVALUASI KINERJA GEDUNG STRUKTUR RANGKA PEMIKUL
MOMEN KHUSUS YANG DIDESAIN SESUAI SNI BEBAN GEMPA 03-
1726-2012 DAN SNI BETON BERTULANG 03-2847-2013
(dengan variasi faktor reduksi beban gempa sebesar 2, 4, 6, dan 8)
Usulan Penelitian untuk Tesis S-2
Program Studi S2 Teknik Sipil
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Diajukan Oleh:
TAUFIQ ILHAM MAULANA
10/297736/TK/36330
Kepada:
PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
![Page 2: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan bencana alam yang cukup banyak, salah satunya
adalah bencana alam gempa. Umumnya, gempa ditimbulkan oleh gempa tektonik
dan gempa vulkanik. Dilewati oleh daerah Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire)
dan banyaknya patahan serta lempengan yang bergerak di sekitar Indonesia,
menjadikan daerah Indonesia sangat berpotensi timbul bencana alam gempa.
Dalam kegiatan perancangan sebuah gedung, beban gempa turut diperhitungkan
guna ditahan oleh struktur gedung saat terjadinya gempa dan gedung tidak runtuh
saat gempa terjadi. Perancang boleh memilih berbagai metode yang digunakan
untuk menerapkan beban gempa kepada gedung. Beberapa diantaranya adalah
metode linier yaitu metode statik ekivalen, respons spektrum, dan time history.
Selain menggunakan metode linier, perancangan sebuah gedung juga dapat
didekati dengan metode non-linier, yaitu analisis menggunakan analisis statik non
linier (yang sering disebut pushover analysis) maupun analisis time history non
linier. Bila digunakan analisis yang sifatnya non linier, perancang dapat
mengetahui karakteristik kerusakan sebuah gedung dan juga dapat diketahui
kinerja yang dimiliki oleh gedung dalam menghadapi beban gempa. Perancangan
yang seperti ini biasanya juga disebut dengan perancangan berbasis kinerja
(Performance-based Design).
Selain itu, dalam perancangan gedung sesuai SNI Beban Gempa 2012, nilai faktor
reduksi yang tertera pada peraturan tersebut adalah nilai maksimum yang dapat
diambil untuk mereduksi beban gempa yang akan diterapkan pada gedung yang
akan dirancang. Sehingga, perencana dapat memilih nilai faktor reduksi untuk
mengurangi beban gempa yang dipakai. Dalam perancangan gedung jenis struktur
rangka pemikul momen khusus (SPRMK), nilai faktor reduksi maksimal yang
tertera pada SNI sebesar 8. Nilai faktor reduksi boleh dipakai lebih kecil dari 8,
dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu. Bila diambil nilai faktor reduksi yang
![Page 3: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/3.jpg)
maksimum, beban gempa yang dikenakan pada gedung akan mengecil, dan
besarnya kebutuhan dimensi struktur akan mengecil, namun sebagai
konsekuensinya agar mewujudkan gedung menjadi suatu struktur rangka pemikul
momen khusus, pendetailan tulangan pada beton akan sangat rapat sehingga
dimungkinkan sangat susah untuk dilakukan oleh tukang di Indonesia serta harga
gedung meningkat karena dibutuhkan banyak baja tulangan sebagai pendetailan.
Bila digunakan faktor reduksi yang terlalu kecil, dampak yang timbul adalah
membesarnya kebutuhan dimensi struktur yang dapat menurunkan nilai
arsitektural, tetapi sisi positifnya adalah untuk mewujudkan gedung sebagai
struktur SRPMK, jarak penulangan akan cukup mudah dilaksanakan oleh tukang
di Indonesia.
Dalam penelitian ini akan dilakukan evaluasi gedung menggunakan metode
pushover analysis yang didesain sesuai dengan SNI 03-2847-2013 tentang
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung dan SNI 03-1726-2012
tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung dan Non Gedung, yang keduanya merupakan peraturan terbaru yang
dimiliki Indonesia untuk merancang gedung bertingkat. Karena rentannya daerah
Indonesia akan bencana gempa, maka gedung yang dievaluasi diletakkan di
daerah yang rentan yaitu pada kategori desain seismik D dengan struktur berupa
struktur beton rangka pemikul momen khusus (SRPMK). Selain itu, karena faktor
reduksi yang disyaratkan pada SNI Beban Gempa 2012 adalah nilai maksimum,
maka akan dilakukan variasi nilai faktor reduksi beban gempa sehingga dapat
dibandingkan satu dengan lainnya baik dari sisi kemudahan pelaksanaan maupun
sisi ekonomisnya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian adalah mengetahui kinerja dan
perilaku keruntuhan gedung yang didesain menggunakan SNI Beton Bertulang
2013 dan SNI Beban Gempa 2012 yang divariasikan nilai faktor reduksinya
sebesar 2,4,6, dan 8 dengan menggunakan metode pushover analysis.
![Page 4: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/4.jpg)
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui besarnya kebutuhan dimensi dan detail penulangan gedung yang
didesain menggunakan SNI Beton Bertulang 2013 dan SNI Beban Gempa
2012 dengan variasi faktor reduksi 2,4,6, dan 8
2. Mengetahui kinerja dan perilaku keruntuhan gedung yang didesain
menggunakan SNI Beton Bertulang 2013 dan SNI Beban Gempa 2012 dengan
variasi faktor reduksi 2,4,6, dan 8
3. Membandingkan gedung yang didesain menggunakan SNI Beton Bertulang
2013 dan SNI Beban Gempa 2012 dengan variasi faktor reduksi 2,4,6, dan 8
dari sisi kemudahan pelaksanaannya dan sisi ekonomisnya (jumlah
materialnya).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memberikan
informasi kepada perancang bangunan gedung mengenai faktor reduksi beban
gempa yang cocok digunakan di Indonesia untuk mendesain sebuah gedung
berdasarkan SNI Beton Bertulang 2013 dan SNI Beban Gempa 2012 dari sisi
kemudahan pelaksanaannya dan sisi ekonomisnya (jumlah materialnya).
1.5 Batasan Penelitian
Adapun batasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. bangunan yang dimodelkan adalah bangunan 10 lantai dengan denah
sederhana dan beraturan;
2. struktur yang dikaji adalah struktur beton bertulang dengan sistem rangka
pemikul momen khusus;
3. pembebanan gempa yang digunakan menggunakan metode respons spektrum
lalu dievaluasi kinerjanya menggunakan metode pushover analysis;
4. aspek yang ditinjau meliputi besar beban gempa, dimensi balok, kolom,
sambungan balok-kolom, jarak penulangan, volume beton dan baja yang
terpakai;
5. elemen struktur fondasi, plat, struktur sekunder tidak ditinjau secara detail;
![Page 5: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/5.jpg)
6. ukuran tulangan dibuat seragam yaitu digunakan ukuran diameter 20, 22, dan
25 mm;
7. Beberapa peraturan yang diacu yaitu :
a. Pedoman Perancangan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPURG
1989)
b. SNI 03-2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung
c. SNI 03-1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung
1.6. Hipotesis
Nilai faktor reduksi yang memberikan hasil optimal, yaitu kemudahan
pelaksanaan dan memberikan volume material yang relatif kecil akan berada
diantara 2 dan 8, namun nilai faktor reduksi yang memberikan hasil optimal
tersebut tidak pada nilai 2 maupun 8.
1.7. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang evaluasi gedung menggunakan metode pushover analysis sudah
banyak dilakukan, antara lain :
1. Utomo dan Susanto (2012) penah melakukan penelitian tentang evaluasi
struktur dengan pushover analysis pada gedung Kalibata Residence Jakarta.
2. Prananta (2006) pernah melakukan penelitian tentang evaluasi kinerja gedung
beton bertulang tahan gempa dengan pushover analysis pada gedung 10 lantai
menggunakan SNI Beban Gempa dan SNI Beton Bertulang 2002.
3. Aritonang, dkk (2011) penah melakukan penelitian tentang evaluasi kinerja
dari UGD RSUP DR. Sardjito terhadap pengaruh gempa.
Dari beberapa referensi penelitian yang sudah ada, menurut sepengetahuan
peneliti, penelitian mengenai evaluasi kinerja gedung yang didesain menggunakan
SNI Beban Gempa 2012 dan SNI Beton Bertulang 2013 dengan variasi faktor
beban gempa sebesar 2,4,6, dan 8 belum pernah dilakukan.
![Page 6: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/6.jpg)
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penerapan Metode Pushover
Kadid dan Boumrkik (2008) melakukan penelitian tentang penggunaan metode
pushover untuk mengevaluasi kerentanan sebuah struktur gedung portal beton
bertulang di daerah Boumerdes, Algeria terhadap gempa 2003. Dalam penelitian
ini, dilakukan analisis kemampuan 3 tingkatan yaitu gedung berlantai 5, 8, dan 12
terhadap pengaruh gempa Bourmerdes 2003. Kadid dan Boumrkik (2008)
memilih metode Pushover karena metode ini didasarkan pada Performance Based
Structure yaitu kemampuan struktur menahan beban gempa yang bersifat non
linier statik, sehingga lebih menggambarkan perilaku gedung terhadap gempa
dibandingkan hanya menggunakan metode linier statik. Tipe analisis pushover
yang digunakan adalah yang paling sederhana yaitu concentrated plasticity
(plastic hinge) dimana perilaku non linier diasumsikan terjadi pada elemen di
bagian hinge (pertemuan balok-kolom).
Pada penelitian ini dijelaskan, metode pushover adalah pemberian beban statis
pada arah lateral yang ditingkatkan secara bertahap (incremental) sehingga
mencapai target displacement tertentu atau dicapai keruntuhan. Output utama dari
metode ini adalah grafik hubungan kebutuhan displacement (demand disp.)
dengan kemampuan yang dapat ditahan oleh struktur. Penentuan estimasi
kebutuhan displacement adalah langkah yang sangat krusial karena struktur harus
mampu menahan displacement ini dengan kemampuannya pada saat mulai
mengalami leleh. Apabila kebutuhan displacement mendekati daerah linier
kapasitas, maka struktur tersebut dapat dikategorikan struktur yang baik,
sebaliknya, bila kebutuhan displacement jauh dari daerah linier yaitu pada daerah
saat akan runtuh (ultimate), maka struktur tersebut tidak cukup aman.
Pengaplikasian metode pushover pada struktur yang ditinjau menyebabkan
hubungan beban yang diberikan pada struktur secara perlahan dengan deformasi
yang terjadi mulanya berbentuk linier elastik dengan kemiringan tertentu, lalu
terjadi plastis yang kemiriingannya lebih rendah dari elastik, lalu masuk pada
tahap runtuh, sehingga dapat dikatergorikan berbentuk non linier, yang dapat
![Page 7: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/7.jpg)
dilihat pada Gambar 1. Titik B adalah perubahan dari sifat struktur yang awalnya
elastik menjadi plastis sedangkan IO, LS CP, adalah singkatan dari immediate
occupancy, life safety, dan collapse prevention. Sebaiknya struktur didesain
sedemikian sehingga kebutuhan displacement lebih mendekati titik IO.
Gambar 1. Hubungan Beban lateral dengan deformasi yang terjadi
(Kadid dan Boumrkik, 2008)
Hasil dari analisis menunjukkan gedung yang proporsional akan menghasilkan
kebutuhan displacement yang mendekati titik B seperti ditunjukkan pada gambar
2a. Selain itu, pembentukan sifat non linier dibentuk dari bawah gedung lalu
merambat ke bagian atas seperti diilustrasikan untuk gedung 5 lantai pada Gambar
2b. Kadid dan Boumrkik (2008) menyimpulkan bahwa kualitas gedung di Algeria
masih rendah dan perlu perkuatan akibat gedung tidak didesain secara
proporsional.
2a. 2b.
Gambar 2a. Hubungan penambahan beban gempa (dalam percepatan) vs disp.
yang terjadi dan perpotongan dengan kebutuhan disp.
Gambar 2b. Ilustrasi perambatan perilaku joint yang non linier akibat
peningkatan beban
![Page 8: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/8.jpg)
2.2. Evaluasi Gedung Menggunakan Beberapa Tingkatan Metode
Jenis penggunaan gedung mempengaruhi hasil analisis dari sebuah gedung.
Contohnya gedung rumah sakit yang memiliki faktor keutamaan tinggi karena
penghuni gedung memiliki kondisi yang berbeda dibandingkan dengan jenis
gedung lainnya. Oleh karena itu, performanya harus dipantau agar penghuni dapat
tetap selamat saat terjadi keruntuhan gedung akibat gempa. Aritonang,dkk (2011)
melakukan evaluasi performa gedung rumah sakit Sardjito terhadap pengaruh
gempa menggunakan beberapa metode. Metode evaluasi yang digunakan yaitu
pertama dengan Rapid Visual Screening dengan FEMA 154 (2002), lalu
dilanjutkan dengan evaluasi detail berdasarkan FEMA 310 (1998) dengan tiga
tingkatan, yaitu tingkatan pertama berupa analisis linier statik menggunakan
beban gempa statik ekivalen, lalu tingkatan kedua berupa analisis linier dinamik
menggunakan beban gempa respons spektrum, dan tingkatan yang ketiga
menggunakan analisis pushover. Sedangkan untuk menentukan performanya
digunakan parameter kriteria rasio drift menggunakan metode kapasitas spektrum
berdasarkan FEMA 356 (2000) yang kriterianya menyerupai ATC 40 (1996).
Gedung yang dimodelkan oleh Aritonang,dkk (2011) berjumlah 2, yaitu tanpa dan
dengan dinding seperti Gambar 3. Pemodelan dinding menyebabkan kekakuan
dan frekuensi alami gedung meningkat. Gedung ini memiliki 5 lantai dan 1
basement serta lebih kaku ke arah sumbu X.
Evaluasi yang dilakukan bermula dari Rapid Visual Screening dengan FEMA 154
(2002) dengan ketentuan nilai perbandingan nilai analisis dengan skala cut-off,
harus lebih besar dari 2. Bila kurang dari 2, dilanjutkan dengan evaluasi
menggunakan FEMA 310 menggunakan ketiga tingkat. Tingkat pertama yaitu
analisis linier statik, harus masuk pada ketentuan tertentu. Bila tidak, diperlukan
analisis tingkat kedua yaitu analisis linier dinamik, yaitu Demand Capacity Ratio
(DCR) harus lebih kecil dari 2. Bila tidak terpenuhi, dilanjutkan dengan tingkatan
ketiga yaitu metode pushover. Dari metode pushover akan diperoleh rasio drift
yang harus lebih kecil dari ketentuan yang ada pada ATC 40 (1996) maupun
FEMA 356 (2000).
![Page 9: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/9.jpg)
Hasil evaluasi Aritonang,dkk (2011) pada gedung rumah sakit Sardjito ini
berakhir pada metode pushover dengan rasio drift yang masih masuk pada
performa immediate occupancy yang artinya masih cukup aman berdasarkan ATC
40 (1996). Menurut Aritonang,dkk (2011), masih diperlukan penelitian lebih
lanjut dengan pemodelan struktur secara menyeluruh yaitu menyertakan
komponen non struktural, dilakukan analisis non linier dinamik agar hasilnya
lebih akurat, serta digunakan standar yang lebih umum untuk penerapan beban
gempa
Gambar 3. Pemodelan struktur gedung tanpa dan dengan dinding
(Aritonang, dkk, 2011)
Selain Aritonang, dkk, 2011, sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Pranata,
2006 mengenai evaluasi kerja gedung beton bertulang tahan gempa dengan
pushover analysis. Pada penelitiannya, dilakukan penelitian menggunakan
program ETABS dengan mengacu pada peraturan ATC-40, FEMA (Federal
Emergency Management Agency) 356, dan FEMA 440 yaitu mengevaluasi
gedung yang didesain sesuai SNI 1726 (2002) dan SNI 2874 (2002) dengan
gedung 10 lantai yang berfungsi sebagai perkantoran serta dilakukan analisis
menggunakan metode pushover analysis dan didapatkan kurva kapasitas yaitu
perbandingan antara beban yang diberikan dengan displacement yang terjadi.
2.3. Penggunaan SNI Beton Bertulang 03-2847-2013 dan SNI Beban
Gempa 03-1726-2012
![Page 10: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/10.jpg)
Dalam perencanaan gedung untuk dievaluasi menggunakan metode pushover
analysis, digunakan peraturan-peraturan tertentu yang mengacu pada SNI terbaru
yaitu SNI Pembebanan 1898, SNI Beton Bertulang 2013, dan SNI Beban Gempa
2012. Pada prakata SNI Beton Bertulang 2013 telah disebutkan bahwa semenjak
diberlakukan SNI Beton Bertulang 2013 tersebut, maka SNI tersebut
membatankan dan menggantikan SNI Beton Bertulang yang dikeluarkan sebelum
tahun 2013
Selain SNI Beton Bertulang 2013, pada SNI Beban Gempa 2012 juga
menyebutkan bahwa dengan ditetapkannya SNI Beban Gempa 2012 tersebut,
maka standar tersebut membatalkan dan menggantikan SNI Beban Gempa
sebelum tahun 2012.
Oleh karenanya, dalam penggunaan peraturan untuk perancangan gedung dalam
penelitian ini, diperlukan peratura yang terbaru.
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pembebanan
3.1.1. Pembebanan sesuai SNI 03-1727-1989
Dalam Pedoman Perancangan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPURG)
dijealaskan terdapat beban mati, beban hidup, beban angin, dan koefisien dalam
beban gempa. Seluruhnya tertera pada PPURG 1989
3.1.2. Pembebanan Gempa sesuai SNI 03-1726-2012
Pembebanan gempa yang diberikan kepada struktur gedung dapat dilakukan
dengan beberapa cara, diantaranya cara yang akan dipakai yaitu statik ekivalen
dan respons spektrum.
Pertama, gedung akan diberikan beban menggunakan beban statik ekivalen.
Setelah didapatkan beban dan diterapkan kepada gedung, partisipasi massa ragam
terkombinasi harus paling sedikit 90 persen. Bila terpenuhi, dapat digunakan
respons spektrum dengan catatan gaya 85% gaya geser yang ditimbulkan akibat
adanya respons spektrum harus lebih besar dari gaya geser yang dihitung
![Page 11: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/11.jpg)
menggunakan metode statik ekivalen. Pada step ini, akan terdapat koreksi
menggunakan faktor koreksi pada input grafik respons spektra.
Berikut pada Gambar 4 merupakan keterangan dari grafik respons spektra untuk
menghitung beban gempa menggunakan metode respons spektrum dan Gambar 5
dijelaskan mengenai step pemberian pembebanan gempa metode statik ekivalen.
Gambar 4. Ketentuan Penggambaran Grafik Respons Spektra
(Sumber : SNI 03-1726-2012)
3.2. Kekuatan Struktur
Dalam penjelasan ini, akan ada 2 jenis kekuatan struktur, yaitu keadaan batas
kekuatan (ultimate limit state – ULS) dan keadaan batas layan (Serviceability
Limit State – SLS).
3.2.1. Keadaan Batas Kekuatan (Ultimate Limit State – ULS)
1. Kuat Perlu
Kuat perlu merupakan kekuatan komponen struktur yang dibutuhkan
untuk menahan beban terfaktor baik momen maupun gaya dalam yang
terjadi berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi yang
ditetapkan dalam Standar (SNI 03-2847-2013). Beberapa kombinasi beban
tersebut adalah sebagai berikut
U = 1,4D
U = 1,2D+ 1,6L+ 0,5(Lr atau R)
U = 1,2D+ 1,0W+ 1,0L+ 0,5(Lr atau R)
U = 1,2D+ 1,0E+ 1,0L
U = 0,9D+ 1,0W
U = 0,9D+ 1,0E
![Page 12: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/12.jpg)
Gambar 5. Flowchart Pembebanan Gempa Metode Statik Ekivalen sesuai SNI
Beban Gempa 2012
Simpangan < Simpangan Ijin
Y
N
Y
N
Mulai
Sistem Struktur Gedung Beraturan
Preliminary Design
Menentukan Kategori Resiko Gedung & Klasifikasi situs
Mengetahui jumlah tingkat, tinggi setiap lantai, tinggi gedung
Menentukan Spektral Percepatan Ss dan S1
(Peta Gempa)
Menentukan Koefisien Situs Fa dan Fv
(Pasal 6.2.)
Menentukan Kategori desain seismik gedung
(Pasal 6.5.)
Menghitung Periode alami struktur T dan periode pendekatan Ta (pasal 7.8.2.)
Ta < T < Cu. Ta
Menentukan Respons Seismik, Cs (Pasal 7.8.1.1)
Menghitung Gaya Geser Struktur
V = Cs x W total struktur
Menghitung Faktor Distribusi Vertikal Setiap
lantai, Cvx
Menghitung Distribusi Gaya Gempa Tiap Lantai,
F = Cvx . V
Menghitung Kombinasi Pembebanan dan menginput beban ke program SAP2000
Selesai
![Page 13: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/13.jpg)
2. Kuat Nominal
Kuat nominal adalah kemampuan komponen struktur dalam menerima
beban yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode
perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang
sesuai. Beberapa kuat nominal yang akan digunakan adalah kuat lentur
nominal (Mn), kuat tekan nominal (Pn), kuat geser nominal (Vn), kuat torsi
nominal (Tn).
3. Kuat Desain
Kuat desain adalah kekuatan nominal yang dimiliki struktur dikalikan oleh
faktor reduksi masing-masing jenis penggunaan, dan nilai ini harus lebih
besar dari kekuatan yang diperlukan. Nilai faktor reduksi dapat dilihat
pada SNI Beton Bertulang 2013 Pasal 9.3.
Terdapat sedikit perbedaan pada struktur penahan lentur, untuk penahan
lentur, nilai faktor reduksi mengikuti ketentuan pada grafik seperti pada
Gambar 6 berikut.
Gambar 6. Grafik hubungan regangan tulangan tarik dengan faktor reduksi
komponen struktur penahan lentur (Sumber : SNI 2847-2013)
3.2.2. Keadaan Batas Layan (Serviceability Limit State – SLS)
Persyaratan yang ditentukan ini adalah lendutan yang terjadi pada struktur, baik
lendutan seketika maupun lendutan jangka panjang, perlu dibatasi untuk
memberikan kenyamanan pada layanan yang diberikan sepanjang umur rencana
gedung. Persyaratan dan cara perhitungannya terdapat pada SNI Beton Bertulang
2013 Pasal 9.5.
3.3. Desain struktur beton bertulang pada gedung sesuai dengan SNI 2013
![Page 14: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/14.jpg)
Desain struktur yang akan dihitung adalah balok, kolom, dan hubungan balok –
kolom (joint). Pasal – pasal yang akan digunakan dalam perhitungan elemen
struktur tersebut adalah Pasal 10, Pasal 11, dan juga untuk ketentuan SRPMK
pada pasal 21.
3.4. Evaluasi Gedung Menggunakan Metode Pushover Analysis
Seperti yang sudah dijelaskan di tinjauan pustaka, metode pushover adalah
pemberian beban statis pada arah lateral yang ditingkatkan secara bertahap
(incremental) sehingga mencapai target displacement tertentu atau dicapai
keruntuhan. Pengaplasian metode pushover pada struktur yang ditinjau
menyebabkan hubungan beban yang diberikan pada struktur secara perlahan
dengan deformasi yang terjadi mulanya berbentuk linier elastik dengan
kemiringan tertentu, lalu terjadi plastis yang kemiriingannya lebih rendah dari
elastik, lalu masuk pada tahap runtuh, sehingga dapat dikatergorikan berbentuk
non linier, seperti pada Gambar 1. Titik B adalah perubahan dari sifat struktur
yang awalnya elastik menjadi plastis sedangkan IO, LS CP, adalah singkatan dari
immediate occupancy, life safety, dan collapse prevention. Sebaiknya struktur
didesain sedemikian sehingga kebutuhan displacement lebih mendekati titik IO.
Pemodelan sendi perlu dilakukan untuk mendefinisikan perilaku non linier gaya-
displacement dan/atau momen-curvature yang dapat ditempatkan pada tempat
tertentu di balok dan kolom. Pemodelan sendi adalah rigid dan tidak banyak
berpengaruh pada perilaku linier di elemen sturktur. Pendefinisian perilaku non
linier pada sendi ini sangat penting karena pada prosedur penerapan pushover
analysis, sifat non linier yang diperhatikan adalah bagian joint struktur untuk
dievaluasi apakah kemampuan joint masih diatas dari kebutuhan kekuatan dari
beban yang ditimbulkan.
3.5. Kemudahan Pelaksanaan (jarak antar sengkang) dan Jumlah Volume
Material
Dalam penelitian ini parameter yang menjadi pembanding model satu dengan
model lainnya adalah kemudahan pelaksanaannya dan harga yang timbul dari
jumlah volume yang dibutuhkan.
![Page 15: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/15.jpg)
Seperti yang sudah dipaparkan, penggunaan faktor reduksi yang besar/maksimum
akan menuntut penulangan tulangan yang detail dan kemungkinan akan timbul
jarak antar tulangan sengkang yang dekat, sehingga semakin sulit untuk
dikerjakan oleh tukang di Indonesia dan semakin mahal biayanya untuk
melakukan pemasangan sengkang dengan jarak yang terlalu dekat, selain itu
berkurangnya dimensi elemen strukur menimbulkan jumlah tulangan yang banyak
dan meningkatkan harga struktur. Sebaliknya, penggunaan faktor reduksi yang
cukup akan menghasilkan jarak sengkang yang cukup sehingga mempermudah
dalam pelaksanaannya dan dapat menyesuaikan dimensi arsitektural serta
menghasilkan jumlah volume yang optimal.
![Page 16: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Deskripsi Gedung
Dalam tesis ini digunakan gedung 10 lantai untuk setiap variasi faktor
reduksi beban gempa yang difungsikan sebagai kantor. Sistem rangkanya
berupa sistem rangka pemikul momen khusus. Lebih lanjut lagi, model
yang akan dibuat berjumlah 4 model, yaitu dengan variasi faktor reduksi
beban gempa sebesar 2,4,6, dan 8.
Rencana denah dari struktur yang akan dimodelkan diilustrasikan pada
Gambar 7 berikut.
Gambar 7. Rencana denah struktur gedung 10 lantai yang berfungsi
sebagai kantor
4.2. Pemodelan
Pemodelan yang akan dilakukan untuk membentuk elemen-elemen
struktur adalah sebagai berikut:
1. Fondasi dianggap berupa fondasi pile sehingga struktur dapat dianggap
jepit
![Page 17: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/17.jpg)
2. Lahan parkir cukup luas sehingga tidak membutuhkan basement dalam
pemodelan
3. Pemodelan kolom dan balok menggunakan frame section persegi
(rectangular)
4. Pemodelan plat lantai menggunakan type shell-thin dengan ketebalan
120 mm untuk semua lantai kecuali lantai atap 100 mm
4.3. Analisis Struktur
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis struktur dengan
program SAP2000 versi 11.0.2. untuk mempermudah dalam analisis gaya-gaya
dalam dari seluruh elemen struktur dengan memodelkan struktur yang diberi
beban-beban termasuk beban gempa yang dimodelkan menggunakan statik
ekivalen dan respons spektrum untuk mengetahui waktu getar alami struktur,
persen partisipasi masa, gaya geser dasar setiap lantai, drift lantai antar tingkat,
simpangan maksimum, efek P-delta, mengevaluasi gedung dengan menerapkan
pushover analysis kepada gedung, mendefinisikan sendi plastis pada elemen
struktur, dan mengetahui perilaku non-liner struktur. Selain itu, analisis juga
dibantu dengan program Respons2000 yang berfungsi untuk mempermudah
melihat parameter grafik moment-curvature balok dan kolom guna penentuan
sendi plastis pada balok dan kolom.
4.4. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer yang
dilengkapi dengan program SAP2000 versi 11.0.2. dengan lisensi yang dimiliki
oleh Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM, program
Respons2000 yang dikembangkan oleh Evan Bentz dan Professor Michael P.
Collins yang berasal dari University of Toronto, serta Microsoft Office yaitu
Microsoft word, excel, dan power point untuk menyusun laporan tesis ini.
![Page 18: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/18.jpg)
4.5. Bagan Alir Penelitian
MULAI
Studi literatur
Pendahuluan :1. Fungsi dan denah bangunan2. Tipe dan mutu elemen struktural3. Peraturan / Code4. Metode analisis dan asumsi5. Program komputer (SAP2000 v11.0.2.
dan Respons2000)
Preliminary design dan pemodelan
struktur
Pembebanan struktur termasuk beban gempa dan
optimasi penampang struktur
Evaluasi menggunakan pushover analysis dan
mengetahui perilaku struktur
Input dan interpretasi output
Analisa, Pembahasan, Kesimpulan, Saran
SELESAI
![Page 19: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/19.jpg)
4.6. Jadwal Penelitian
![Page 20: Thesis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062405/55725c26497959da6be8b8f9/html5/thumbnails/20.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, T.S.M., dkk, 2011, Performance Evaluation Of The Ird Rsup Dr.
Sardjito Building To The Influence Of Earthquake, Civil Engineering
Forum Vol XX/1 (2011) pp. 1183-1188.
Badan Standardisasi Nasional, 1989, SNI-03-1727-1989 Pedoman Perancangan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, Jakarta
Badan Standardisasi Nasional, 2012, SNI-03-1726-2012 Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung,
Jakarta
Badan Standardisasi Nasional, 2013, SNI-03-2847-2012 Persyaratan Beton
Struktural untuk Bangunan Gedung, Jakarta
Kadid, A. dan Boumrkik, A, 2008, Pushover Analysis Of Reinforced Concrete
Frame Structures, Asian Journal Of Civil Engineering (Building And
Housing) Vol. 9, No. 1 (2008) pp. 75-83.
Prananta, Y.A., 2006, Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa
dengan Pushover Analysis, Jurnal Teknik Sipil Vol 3. No. 1 (2006) pp.
41-52.
Utomo, C. dan Susanto, R.I., 2012, Evaluasi Struktur dengan Pushover Analysis
pada Gedung Kalibata Residences Jakarta, Universitas Diponegoro,
Semarang.