The Human Menstrual Cycle
-
Upload
melda-amalia-sikumbang -
Category
Documents
-
view
21 -
download
1
description
Transcript of The Human Menstrual Cycle
THE HUMAN MENSTRUAL CYCLE: NEUROENDOCRIN REGULATION
siklus menstruasi normal, membagi siklus kedalam tiga fase: fase folikuler, ovulasi, dan fase luteal.
Fase FolikulerTerj
adi pertumbuhan folikel di dalam ovarium Kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel dan hanya 1 folikel yang matang.
Tahap yakni folikel Folikel(folikulogenesis) adalah Preantral, antral, dan preovulatorik.
Folikel Primodordial Waktu: Pertengahan kehamilan-melahirkan Folikel primordial berhenti pada tahap diploten dari profase
miosis I, dikelilingi oleh sebuah lapisan sel-sel granulosa berbentuk gepeng.
Jumlah: 6-7 juta(UK:16-20mg), 1-2 juta (saat dilahirkan), 300.000 - 500.000 (masa pubertas) dan 400 -500 folikel(ovulasi)
ATRESIA(APOPTOSIS) Peningkatan FSH menyelamatkan sebuah folikel dari
atresia, Tanpa ada dan persistensi peningkatan kadar FSH dalam
sirkulasi, folikel akan mengalami apoptosis -kematian sel fisiologis terprogram untuk mengeliminasi kelebihan sel.
FOLIKEL PREANTRAL Oosit primer mulai tumbuh, Sel folikel di ketika berubah dari gepeng-kuboid-epitel
berlapis (granulosa)-teka folikuli (setelah memisahkan diri dari stroma)
Sel-sel granulosa dan oosit juga mengeluarkan satu lapisan glikoprotein di permukaan oosit, membentuk zona pelusida.
Pertumbuhan ini bergantung pada gonadotropin dan
berkorelasi dengan peningkatan produksi estrogen. Enzim aromatase: merubah androgen mjd estrogen dan
membatasi produksi estrogen oleh ovarium. Aromatisasi diinduksi atau diaktivasi FSH. FSH
menginisiasi steroidogenesis (produksi estrogen) dalam sel-sel granulosa dan merangsang pertumbuhan dan proliferasi sel granulosa.
Folikel Antral/ Sekunder sel granulosa >>> dan menyebabkan timbulnya timbunan
cairan folikel (likuor folikuli) diatara sel. Terdapat kumulus ooforus (Sel-sel granulosa yang mengelilingi oosit ).
Estrogen dan FSH menyebabkan peningkatan produksi cairan folikuler dalam ruang antarsel granulosa membentuk suatu kavitas.
Hal yang terjadi selama folikel Antral: 1. LH dijumpai dalam cairan folikuler pada pertengahan
siklus. 2. Terdapat dua respon sel yakni sel teka(resptor LH) dan
sel granulosa (reseptor FSH)3. LH akan merespon sel teka u/ produksi androgen,
kemudian melaui aromatisasi yang diinduksi oleh FSH, menjadi estrogen dalam sel-sel granulosa.
4. Lama peningkatan Konsentrasi estradiol
dipertahankan utk inisiasi peningkatan tajam LH 5. Estrogen menandai “pemilihan folikel”-ovulasi,shg hany
ada satu folikel yg ovulasi6. Adanya Kerja IGF I dan II (Insulin-like Growth Factor)
Pada Ovarium. IGF I, Berfungsi merangsang sel-sel teka dan granulosa ovarium: sintesis DNA, steroidogenesis, aktivitas aromatase, sintesis reseptor LH, dan sekresi inhibin dan IGF-II berfngsi: merangsang miosis granulosa
Folikel Preovulatorik Terbentuk antrum (Rongga besar yg berisi likuor folikuli) Sel granulosa menjadi bertambah banyak menjadi berlapis-
lapis >> berkumpul pada satu bagian dinding folikel membentuk bukit kecil sel yaitu kumulus ooforus yang mengandung oosit dan terbentuk cell inner mass.
Kumulus ooforus ini menonjol kedalam antrum. Oosit tidak menggalami pertumbuhan lagi Perbedaan antara lapisan teka interna da eksterna semakin
terlihat jelas. Mendekati maturitas, folikel praovulatorik estrogen
semakin banyak. fase folikuler lanjut, estrogen meningkat perlahan-lahan,
dan kemudian dengan cepat, mencapai puncak sekitar 24-36 jam sebelum ovulasi.
Produksi estrogen cukup dengan mempertahankan konsentrasi estradiol shgga menginduksi peningkatan tajam LH.
LH menginisiasi luteinisasi dan produksi progesteron dalam lapisan granulosa.
Peningkatan progesteron praovulatorik umpan balik positif estrogen ---menginduksi pemuncakan FSH pada pertengahan siklus.
Ovulasi Folikel praovulatorik, melalui estradiol, terjdi stimulus
ovulatoriknya sendiri. Ovulasi terjdi 10-12 jam setelah LH mencapai puncak dan
24-36 jam setelah kadar puncak estradiol tercapai. Peningkatan tajam LH---Indikator ovulasi Lonjakan LH yang akan
1. meningkatkan konsentrasi maturation-promoting factor2. menyebabkan oosit menuntaskan meiosis I dan
memulai meiosis II3. merangsang pembentukan progesteron oleh sel folikular
stroma (luteinisasi) dan menyebabkan folikel pecah dan ovulasi.
Tingginya konsentrasi LH meningkatkan aktivitas kolagenase, menyebabkan dicernanya serat-serat kolagen yang mengelilingi folikel. Kadar prostaglandin juga meningkat sebagai respon terhadap lonjakan LH dan menyebabkan kontraksi otot lokal di dinding ovarium.
Kontraksi ini mendorong keluar oosit yang bersama-sama dengan sel granulosa di sekitarnya dari regio kumulus ooforus, lepas bebas (ovulasi) dan mengapung keluar dari ovarium.
Mekanisme yang menghentikan peningkatan tajam LH tidak diketahui, karena itu setelah peningkatan LH,
terdapat penurunan mendadak kadar estrogen dalam sirkulasi.
Penurunan LH dapat disebabkan oleh hilangnya kerja stimulatorik positif dari estradiol atau oleh peningkatan umpan balik negatif dari progesteron.
Fase Luteal Sebelum terjadinya ruptur folikel dan pelepasan ovum,
sel-sel granulosa mulai bertambah besar dan bervakuolisasi yang dikaitkan dengan akumulasi pigmen
kuning, lutein ----luteinisasi korpus luteum. Kapiler-kapiler mulai menembus kedalam lapisan
granulosa setelah berhentinya peningkatan tajam LH shga mengisi ruang tersebut dengan darah
Steroidogenik korpus luteum bergantung pada sekresi LH tonik yang kontinyu.
Sel-sel luteal memproduksi peptida (oksitosin, relaksin, inhibin, dan growth factor lain) dan lebih aktif dalam steroidogenesis, dengan aktivitas aromatase lebih besar dan lebih banyak sintesis progesteron.
Inisiasi pertumbuhan folikuler baru selama fase luteal
dihambat oleh rendahnya kadar gonadotropin akibat aksi umpan balik negatif estrogen, progesteron, dan inhibin-A.
Reseptor-reseptor LH pada se-sel granulosa dari folikel yang dominan --- folikel menjadi korpus luteum,
Sel granulosa yang tersisa pada dinding folikel yang pecah saat terjadi ovulasi bersamaan dengan sel teka interna akan mengalami vaskularisasi oleh pembuluh sekitar.
Dibawah pengaruh LH, sel ini akan mengalami reorganisasi menjadi sel-sel luteum yang pada akhirnya membentuk corpus luteum dan menghasilkan progesteron
Progesteron bersama-sama estrogen menyebabkan mukosa uteri memasuki tahap progestasional (sekretorik) sebagai persiapan implantasi mudigah.
Progesteron juga menghalangi pembentukan folikel ovarium baru dan dapat mencegah ovulasi.
Siklus normal dari peningkatan tajam LH pada pertengahan siklus sampai terjadinya menstruasi (14 hari).
Korpus luteum dapat diperpanjang dengan adanya hCG. Stimulus baru ini muncul pada puncak perkembangan
korpus luteum (9-13 hari setelah ovulasi), tepat pada waktunya untuk mencegah regresi luteal.
hCG bertindak mempertahankan steroidogenesis korpus luteum sampai kurang lebih minggu kesembilan atau kesepuluh masa gestasi, pada saat mana steroidogenesis plasenta telah terjadi.
TRANSISI LUTEAL-FOLIKULER Kerusakan korpus luteum menyebabkan terjadinya
penurunan kadar estradiol, progesteron, dan inhibin dalam sirkulasi.
Penurunan inhibin-A menghilangkan suatu pengaruh supresif pada sekresi FSH dalam pituitari shngga FSH merangsang folikel baru
Penurunan estradiol dan progesteron peningkatan progresif sekresi GnRH pulsatil dan penyingkiran pituitari dari supresi umpan balik negatif.
Pembuanga inhibin-A, estradiol dan peningkatan pulsasi GnRH sekresi FSH yang lebih besar
dibandingkan dengan LH Peningkatan FSH menyelamatkan folikel yang
sudah siap berumur 70 hari dari atresia, folikel yang dominan
Korpus Luteum Bila tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum hanya
bertahan 10-14 hari, selama pembelahan kedua dari siklus haid. Korpus luteum pada fase ini disebut dengan korpus luteum menstruasi.
Bila fertilisasi terjadi, gonadotropin korionik yang dihasilkan oleh plasenta akan merangsang korpus luteum yang akan dipertahankan lebih kurang 4-6 bulan dan kemudian secara berangsur menurun. Pada fase ini korpus luteum disebut dengan korpus luteum kehamilan/graviditatum.
Sel korpus luteum menstruasi atau kehamilan akan mengalami degenerasi malalui autolisis, dan sisa sel nya kan di fagositosis oleh makrofag. Tempatnya akan diisi oleh luka parut dan jaringan ikat padat membentuk korpus albikans.
Korpus Albikans Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
mencapai perkembangan maksimal sekitar 9 hari setelah ovulasi.
Kemudian korpus luteum akan menciut akibat degenerasi sel luteum dan membentuk masa jaringan
parut fibrotic yang dikenal dengan istialah korpus albikans.
Korpus albikans akan menetap untuk waktu tertentu dan secara berangsur diserap oleh makrofag dari stroma.
Degenerasi sel luteum akan menyebabkan produksi progesteron menurun yang dapat
memicu perdarahan haid.