tgs dpd
-
Upload
muhamad-ikhsan -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of tgs dpd
![Page 1: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Pada pasien gangguan jiwa yang dirawat dalam keluarga sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri yang menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga
maupun masyarakat.
Materi ini akan membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang
perawatan diri (tidak peduli terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga
mempunyai kemampuan merawat pasien di rumah.
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004). kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
B. Jenis–Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
C. Etiologi
![Page 2: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/2.jpg)
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut:
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
![Page 3: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/3.jpg)
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a) Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau penampilan tidak rapib) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.c) Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang Tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
![Page 4: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/4.jpg)
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
E. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri, menarik diri
d. Intelektualisasi
F. Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a) Bantu klien merawat diri
b) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup.
G. Pohon Masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
isolasi social
Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.
H. Diganosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000:32) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien defisit
perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu :
![Page 5: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/5.jpg)
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
2. Defisit perawatan diri
3. Isolasi sosial
I. Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri.
Tujuan Umum.
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk memperhatikan kebersihan
diri.
Tujuan Khusus.
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteriaevaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
a. Wajah cerah, tersenyum
b. Mau berkenalan
c. Ada kontak mata
d. Menerima kehadiran perawat
e. Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhandasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk
keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan
perawatan diri.
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
![Page 6: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/6.jpg)
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri Untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tanapan tindakan yang
meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu
menyebutkan kembali kebersihan untuk kesehatan seperti mencegah penyakit dan
klien dapat meningkatkan cara merawat diri.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara
kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan
sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas
dan menyisir rambut, gunting kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteriaevaluasi
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan
disiram pakai air sampai bersih, mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan
merapikan penampilan.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan
kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
![Page 7: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/7.jpg)
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri
seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Kriteriaevaluasi
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin
dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari,
penampilan bersih dan rapi.
Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk
mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Kriteriaevaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan kebersihan diri,
keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien dalam menjaga kebersihan diri,
dan keluarga membantu dan membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
a. Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga
kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama
di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
b. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan
yang telah dialami di RS.
c. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga
kebersihan diri klien.
d. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
e. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
![Page 8: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/8.jpg)
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta :
Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan
Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT KEPERAWATAN DIRI
Pertemuan ke 1 Hari, Tanggal :
A. Proses Keperawatan1. Kondisi Klien
Data subjektif :- Klien mngatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju, klien mengatakan tidak mau
menyisir.Data objektif :
![Page 9: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/9.jpg)
- Klien terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak kotor, bau dan menolak diajak mandi.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Keperawatan Diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatana. Klien dapat membina hubungan saling percaya b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diric. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
4. Tindakan Keperawatana.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien. b.Menjelaskan cara makan yang baik dan bersih. c.Membantu klien mempraktekkan cara makan yang baik dan bersih.d.Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasia. Salam terapeutik : Selamat sore ibu, masih ingat dengan saya suster A? Saya mahasiswa dari
POLTEKKES JAKARTA 3.b. Evaluasi/validasi : Bagaimana keadaan bapak hari ini ?c. Kontrak : Topik : Ibu saya ingin berbincang-bincang tentang cara makan yang baik. Waktu : Ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa ? Dan berapa lama ? Bagaimana jika
jam 16.00-16.10 WIB ? Tempat : Dimana kita akan berbincang-bincang, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
disini ? Tujuan : Kita berbincang-bincang agar kita saling mengenal.2. Fase Kerja :
Ibu saya akan melatih bapak cara makan yang baik dan bersih. Tujuannya agar ibu tidak kotor saat makan dan terlihat bersih. Sebelum ibu makan sebaiknya ibu mencuci tangan terlebih dahulu supaya kuman yang ada pada tangan ibu tidak ikut termakan. Kemudian ibu gunakan sendok dan garpu agar makanan yang ibumakan tidak terkontaminasi dengan tangan ibu. Setelah ibuselesai makan, ibu mencuci tangan lagi tujuannya untuk membersihkan sisa makanan yang menempel pada tangan ibu. Kemudian ibu masukkan kegiatan ini dalam kegiatan harian ibuya. Kalau ibu mengerjakannya sendiri beri tanda M, kalau dibantu suster beri tanda B, kalau tidak dikerjakan beri tanda T.
3. Fase Terminasia. Evaluasi Subjektif : Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan saya dan tahu cara
makan yang baik dan bersih.
![Page 10: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/10.jpg)
Objektif : Coba ibu sebutkan kembali cara makan yang baik dan bersih.b. Rencana Tindak Lanjut : Saya harap ibu mengingat saya dan mempraktekkan cara makan yang
baik dan bersih dan jangan lupa masukkan dalam kegiatan harian.c. Kontrak Yang Akan Datang : Topik : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang-bincang lagi tentang cara
eliminasi yang baik. Waktu : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kembali besok jam 16.00 WIB selama 15
menit, apakah ibu setuju ? Tempat : Mau dimana besok kita berbincang-bincang, bagaimana kalau di tempat ini lagi ?
Baiklah sampai bertemu lagi. Selamat sore ibu.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP Pasien)TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN
DIRI
Pertemuan ke: 2 Hari, tanggal :
A. Proses Keperawatan1. Kondisi Klien
Klien sudah sebulan tidak mau makan.
2. Diagnosa KeperawatanDefisit perawatan diri.
3. Tujuan Tindakan Keperawatana. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasienb. Menjelaskan cara makan yang baikc. Membantu pasien mempraktikkan cara makan yang baikd. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatana. Menjelaskan cara mempersiapkan makan.b. Menjelaskan cara makan yang tertib.c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan.d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
B. Strategi Komunikasi1. Fase Orientasia. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, Ibu. Masih ingat dengan suster V? Seperti janji kita kemarin kita akan ngobrol yang bertujuan untuk mengetahui cara makan yang baik. Apakah ibu bersedia?
b. Evaluasi/validasi
![Page 11: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/11.jpg)
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Pagi tadi apakah sudah sarapan? Apakah sudah dipakai apa yang telah kita latih kemarin? Bagaimana hasilnya?”
c. Kontrak : Topik
“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara makan yang benar.”
Waktu“Mau berapa lama kita berbincang-bincang? 15 menit saja cukup?”
Tempat“Dimana kita akan berbincang-bincang ibu? Apakah ibuingin di Teras depan?”
Tujuan“Tujuan kita berbincang-bincang hari ini agar dapat mengetahui bagaimana cara makan yang baik.”
2. Fase Kerja“Bagaimana kegiatan sebelum, saat, maupun sesudah makan? Dimana biasanya pada saat makan?”“Sebelum makan kita harus mencuci tangan menggunakan sabun. Mari kita praktikan, ya.”“Bagus.”“Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap, kita berdoa dahulu.”“Mari kita makan.”“Saat makan, kita harus menyuap makanan dengan pelan-pelan.”“Bagus.”“Setelah makan, kita bereskan piring dan gelas yang kotor.”“Ya, benar seperti itu.”“Selanjutnya kita akhiri dengan mencuci tangan.”“Ya, bagus.”
3. Fase Terminasia. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita makan bersama-sama?” Obyektif
“Ayo coba sebutkan kembali cara makan yang benar.”b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Setelah makan apa yang sebaiknya kita lakukan?”“Hari-hari berikutnya saya berharap ibu dapat melakukan cara makan tadi dengan baik.”
c. Kontrak yang akan datang Topik
“Besok kita bertemu untuk mendiskusikan jadwal kegiatan dalam kemampuan berdandan.” Waktu
“Besok kita akan bertemu pagi hari, ya. Apakah ibubersedia?” Tempat
“Dimana tempat yang ibu ingin untuk kita bertemu besok?”
![Page 12: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/12.jpg)
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Pertemuan ke 3 Hari, tanggal :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :- klien mengatakan kotor dan bau serta rambut tidak disisir.DO :- klien terlihat kotor dan bau serta rambut tidak disisir.
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Pasien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri (Berdandan)b. Pasien dapat mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri (Berdandan).c. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandani) dengan bantuan perawatd. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandan) secara mandirie. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri (Berdandan)
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasienb. Menjelaskan cara berdandan yang benarc. Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan yang benar dan memasukkan dalam jadwal.d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu!”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana kondisi ibu hari ini? Apa ibu sudah mandi dan berdandan seperti sisir rambutnya?”
c. Kontrak :
Topik, Waktu, Tempat“Baiklah ibu sesuai janji kita tadi, sekarang kita akan berbincang-bincang tentang cara mandi dan sisir yang
benar dan cara mempraktekkannya? kita akan berbincang-bincang selama 15 menit. Diteras ini ya pak!”
Tujuan
“Tujuan dari perbincangan hari ini adalah agar ibu mengetahui pentingnya menjaga kebersihan kebersihan
badan serta menyisir rambut dan ibu dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari ibu”.
2. Fase Kerja sesuai dengan materi
“ibu coba suster mau tahu, bagaimana cara mandi? oya bagus sekali. Nah tetapi alangkah lebih baik lagi ibu
mandi dengan sabun agar bersih badannya. Begini ya bu sekarang suster akan ajarkan cara membersihkan
![Page 13: tgs dpd](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071708/55cf9035550346703ba3e1f8/html5/thumbnails/13.jpg)
diri. Pertama ibu harus menggunkan sabun mandi saat mau mandi, lalu di gosokkan ke badan ibu sampai
bersih ke seluruh badan lalu ibu basuh dan jangan lupa setelah mandi ibu sisir rambut nya agar terlihat
cantik, wangi dan rapih. Bagaimana penjelasan dari suster apa sudah bisa di pahami oleh ibu ? Selain itu
jangan lupa masukkan kegiatan ini kadalam jadwal kegiatan harian ibu. Ibu masih ingatkan cara
melakukannya? Wah hebat sekali bu!”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang dengan suster?”
Obyektif
“Nah, coba ibu jelaskan dan praktekkan kembali apa yang telah kita perbincangkan tadi. Bagus bu, ternyata
ibu masih ingat apa yang telah suster ajarkan.”
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Suster harap apa yang tadi suster ajarkan kepada ibu, ibu dapat mempraktekkan kembali dan jangan lupa
untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian dan dilakukan 2 kali dalam sehari yang telah suster
ajarkan tadi.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik, Waktu, Tempat
“Ibu sudah tidak terasa sudah 15 menit kita berbincang-bincang. Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi
untuk berbincang- bincang tentang cara melakukan perawatan diri ke 4 , bagaimana bu? ibu mau
berbincang-bincang dimana? Oiya..kira-kira ibu mau berapa lama? bagaimana kalau 15 menit?Setuju? Baik,
sampai bertemu nanti ya bu….”