TESISe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9019/1/Siap jadi.pdf · 2020. 7. 21. · TESIS Studi...

83
TESIS Studi Fenomenologi Ruqyah Syar’iyyah Pengalaman Transformasi Kesehatan Mental Di Biro Konsultasi Psikologi Tazkia Salatiga Oleh: HARMUZI NIM. 12010170024 Tesis ini diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2020

Transcript of TESISe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9019/1/Siap jadi.pdf · 2020. 7. 21. · TESIS Studi...

  • TESIS

    Studi Fenomenologi Ruqyah Syar’iyyah

    Pengalaman Transformasi Kesehatan Mental

    Di Biro Konsultasi Psikologi Tazkia Salatiga

    Oleh:

    HARMUZI

    NIM. 12010170024

    Tesis ini diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    untuk gelar Magister Pendidikan

    PROGRAM PASCASARJANA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    TAHUN 2020

  • i

    TESIS

    Studi Fenomenologi Ruqyah Syar’iyyah

    Pengalaman Transformasi Kesehatan Mental

    Di Biro Konsultasi Psikologi Tazkia Salatiga

    Oleh:

    HARMUZI

    NIM. 12010170024

    Tesis ini diajukan kepada Program Pasacsarjana

    Institut Agama Islam Negeri Salatiga

    sebagai pelengkap persyaratan untuk

    gelar Magister Pendidikan

    Salatiga, 26 Maret 2020

    Hammam, M.Pd,.Ph.D

    PEMBIMBING

  • ii

    KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    PROGRAM PASCASARJANA Jl. Lingkar Salatiga Km. 02 Pulutan, Sidorejo, Salatiga 50716, Telp. (0298) 6031364

    Website: http://www.ppsiainsalatiga.ac.id

    LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

  • iii

    PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Harmuzi

    NIM : 12010170024

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini merupakan hasil karya sendiri

    dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa

    pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh

    orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada

    Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga atau perguruan tinggi lainnya. Tesis

    ini diperbolehkan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.

    Salatiga,

    Yang menyatakan

    Harmuzi

    NIM. 12010170024

  • iv

    MOTTO

    َل اللَُّه لَُه بِِه َطرِيًقا ِإََل اْْلَنَّةِ َوَمْن َسَلَك َطرِيًقا يَ ْلَتِمُس ِفيِه ِعْلًما َسهَّ

    “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan

    baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

  • v

    ABSTRAK

    Studi Fenomenologi Ruqyah Syar‟iyyah Pengalaman Transformasi Kesehatan

    Mental di Biro Psikologi Tazkia Salatiga 2020: Tesis. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Program Pascasarjana. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

    Pembimbing: Hammam, M.Pd, Ph.D

    Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui implementasi Ruqyah syar‟iyyah

    sebagai pengobatan gangguan mental dan mengetahui transformasi kesehatan

    mental dengan menggunakan ruqyah syar‟iyyah di Biro Konseling Psikologi

    Tazkia Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan

    menggunakan pendekatan fenomenologi. Data dalam penelitian ini diperoleh

    melalui wawancara, obervasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan

    bahwa, pertama, terapi ruqyah yang dilakukan di Biro Psikologi Tazkia Salatiga terbukti efektif terhadap perubahan perilaku penderita. Ayat al-Qur‟an memiliki

    energi yang dapat memberikan efek psikoterapi terhadap penderita yang

    mengalami gangguan kesehatan mental. Dampak yang terjadi setelah pasien

    melakukan terapi ruqyah syar’iyyah di berdampak positif. Karena pasien yang

    sebelumnya merasakan gelisah, cemas, emosional, tidak mampu menyelesaikan

    masalahnya, terlalu banyak beban pikiran sehingga mengakibatkan kaku pada

    bagian tubuhnya berangsur sembuh. 2) Konsep dasar terapi ruqyah yang

    dilakukan di Biro Psikologi Tazkia Salatiga merupakan terapi ruqyah syar’iyyah; meyakini bahwa bacaan ayat-ayat al-Quran dan hadis tersebut hanyalah

    merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan, sedangkan yang

    menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah SWT.

    Kata Kunci

    Kata Kunci: Ruqyah sar’iyyah, Transformasi kesehatan mental

  • vi

    ABSTRACT

    Ruqyah Syar'iyyah Phenomenology Study Experiences of Mental Health

    Transformation in the “Biro Psikologi TAZKIA” Salatiga.

    This study aims to 1) Know the implementation of Ruqyah Shar'iyyah as a

    treatment for mental disorders and determine the transformation of mental health

    by using Ruqyah Shar'iyyah at the “Biro Psikologi TAZKIA” Salatiga. This

    research is a field research using a phenomenological approach. The data in this

    study were obtained through interviews, observation and documentation. The

    results of this study indicate that, first, ruqyah therapy conducted at the “Biro

    Psikologi TAZKIA” Salatiga has proven to be effective in changing patient

    behavior. Verses of the Qur'an have energy that can provide the effects of

    psychotherapy on sufferers who experience mental health disorders. The impact

    that occurs after the patient carries out ruqyah shar'iyyah therapy in a positive

    impact. Because the patient who previously felt restless, anxious, emotional,

    unable to solve the problem, too much burden on the mind resulting in stiffness in

    his body gradually recovered. 2) The basic concept of ruqyah therapy carried out

    at “Biro Psikologi TAZKIA” Salatiga is ruqyah syar‟iyyah therapy; believe that

    reading the verses of the Qur‟ran and the Hadith is only a means or the way for

    healing, and the one Who can help to make heal in essence is Allah SWT.

    Keywords

    Keywords: Ruqyah sar‟iyyah, Transformation of mental health

  • vii

    PRAKATA

    Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

    Swt yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufiq, serta hidayah-Nya kepada

    penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga

    senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw, kepada keluarga,

    sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan

    yang mana beliaulah satu-satunya manusia yang dapat mereformasi umat manusia

    dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajarannya

    agama Islam.

    Tesis yang berjudul Studi Fenomenologi Ruqyah Syar‟iyyah Pengalaman

    Transformasi Kesehatan Mental di Biro Psikologi Tazkia Salatiga: ini disusun

    guna memberikan kontribusi di bidang keilmuan. Penelitian ini tidak dapat

    terselesaikan dengan mudah tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati,

    penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.;

    2. Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. Widiyanto, M.A.;

    3. Ketua Program Studi Pascasarjana Pendidikan Agama Islam, Bapak Dr.

    Ruwandi, S.Pd., M.A.;

    4. Bapak Hammam, M.Pd.,Ph.D selaku dosen pembimbing tesis yang senantiasa

    memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini, serta

    meluangkan waktunya untuk penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan;

    5. Segenap guru besar, dosen, dan staf Pascasarjana IAIN Salatiga;

    6. Segenap pihak yang telah membantu terselesaikannya tesis ini dan tidak dapat

    penulis sebut satu per satu.

  • viii

    Penulis sepenuhnya sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

    maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

    Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta

    para pembaca pada umumnya. Aamiin.

    Salatiga, 26 Maret 2020

    Harmuzi

    NIM. 12010170024

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................. iii

    Motto iv

    ABSTRAK ........................................................................................... v

    PRAKATA ........................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ........................................................................................ ix

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................... 4

    C. Tujuan 5

    D. Signifikansi Penelitian .............................................................. 5

    E. Kajian Pustaka ...................................................................... 5

    F. Metode Penelitian ..................................................................... 21

    G. Sistematika Penulisan ............................................................... 23

    BAB II Implementasi Ruqyah Syari‟yyah Sebagai Pengobatan

    Mental dalam Islam di Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga

    25

    A. Gambaran Umum Biro Konsultasi Psikologi Tazkia Salatiga

    ..................................

    25

    B. Implementasi Ruqyah syar‟iyyah sebagai penyembuhan

    gangguan jiwa ..............................................

    26

    BAB III Pendidikan spiritual dalam proses penyembuhan mental

    dalam ruqyah syar‟iyyah ..........................................

    31

    BAB IV Transformasi kesehatan mental pada Ruqyah Syariyyah

    ......................................

    36

    A. PelaksanaanPenelitian

  • x

    ..................................................................... 36

    B. Hasil analisa data ...........................................

    C. Transformasi kesehatan mental dalam Ruqyah Syar‟iyyah.

    ......................................

    36

    38

    BAB V PENUTUP ............................................................................... 44

    A. Kesimpulan ............................................................................... 44

    B. Saran ......................................................................................... 45

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    BIOGRAFI PENULIS

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Pedoman Wawancara

    2. Lembar Observasi

    3. Nota Pembimbing

    4. Lembar Bimbingan Tesis

    5. Struktur Kepengurusan Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga

    6. Jadwal Kegiatan Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga

    7. Foto-foto

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Ruqyah menjadi fenomena di era ini, sebuah istilah yang tidak asing di

    telinga kaum muslimin. Fenomena yang menarik ini berbarengan dengan

    semakin maraknya berbagai praktek ruqyah masal dan tayang di beberapa

    stasiun TV dan merupakan salah satu program siaran yang memperoleh rating

    tinggi. Salah satu stasiun televisi yang menayangkan program siaran ruqyah

    adalah MNC TV dengan judul acara “Siraman Qalbu” yang diisi oleh ustad

    Dhanu, tayang setiap pagi. Acara tersebut menjadi salah satu acara yang

    banyak diminati terutama oleh jamaah ibu-ibu. Stasiun TV lain seperti

    TRANS7 juga menjadikan ruqyah sebagai salah satu program siarannya.

    Bahkan sebelum viral di acara MNC TV, terlebih dahulu program siaran

    “RUQYAH” di TRANS7 juga telah memperoleh rating tinggi sehingga

    diselenggarakan dua kali dalam sepekan tiap sabtu dan ahad jam 06.00- 07.00

    WIB.

    Tercatat sejak tahun 2005, ruqyah telah ramai diperbincangkan dan

    diteliti dikalangan akademisi. Berbagai model penelitian terkait dengan

    ruqyah pun banyak menghasilkan artikel-artikel yang saling melengkapi.

    Salah satu penelitian yang membahasnya adalah penelitian milik M. Darojat

    Ariyanto. Dalam artikel penelitian tersebut Darojat membahas dan menyajikan

    dalil-dalil bahwa al-Qur‟an juga dapat menyembuhkan penyakit fisik.1

    1 M. Darojat Ariyanto, Terapi Ruqyah terhadap Penyakit Fisik, Jiwa dan Gangguan Jin,

    Jurnal Suhuf, Vol. 19, No. 1, 2007, h. 51-53

  • 2

    Lebih lanjut Quraish Shihab dengan mengacu pada al-Qur‟an surat al-

    Isra‟ [17]: 82 telah menafsirkan syifa dalam ayat tersebut sebagai kesembuhan

    atau obat. Kemudian Quraish Shihab menjabarkan lagi penafsirannya dengan

    melakukan munasabah antara Qs. al-Isra‟[17] : 82 dengan Qs. Yunus [10] : 57

    bahwa kesembuhan atau obat yang dimaksud bukan untuk penyakit jasmani,

    tetapi untuk penyakit ruhani/ jiwa yang berdampak pada jasmani. Sementara

    menurut Thabathabai; Alqur‟an menjadi obat penawar penyakit-penyakit jiwa

    saja.2

    Dalam perkembangannya metode pengobatan Alqur‟an telah

    dipraktikan sebagai psikoterapi Islam dan menjadikannya sebagai proses

    pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit mental,spiritual, moral maupun

    fisik,3 yaitu Abi Hamdani di Pondok Pesantren Raudhatul Muttaqien Desa

    Purwomartani, Kalasan, Yogyakarta.

    Dari sinilah selain masyarakat memahami akan pentingnya Ruqyah

    Syar’iyyah yang sesuai ajaran Islam, juga harus memahami bahwa ruqyah

    adalah sebuah metode penyembuhan fisik dan psikis dalam Islam.

    Dalam bahasan di sini ditulis ruqyah syar’iyyah untuk membedakan

    dengan istilah ruqyah syirkiyyah yang mana ruqyah syirkiyyah tidak murni

    dengan ketentuan yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW dan masih

    menggabungkan antara budaya, adat dan agama; ruqyah shirkiyyah is a

    treatment that has mixed or combined local traditional belief rituals with

    Islamic teachings, such as a shaman who uses the verses of the Qur‟an, and

    2 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an volume 8,

    Jakarta: Lentera Hati, 2002, 530. 3 Ridwan, Konselimg dan terapi qur‟an,Pustaka Pelajar Yogyakarta 2018.69

  • 3

    also uses the kejawen method, animism and so on, to heal a person suffering

    from witchcraft.4

    Ruqyah Syar‟iyyah juga menjadi pendidikan Islam kususnya

    pendidikan keimanan, tauhid dan akhlak dalam Islam. Pada praktiknya ruqyah

    mengajarkan kepada para pasien(klien) yang mengalami gangguan kesurupan

    atau gangguan mental untuk mengembalikan semua pada Alloh dengan

    berhusnuzon pada Allah akan menyembuhkan diikuti dengan melakukan

    perbaikan sikap dan tindakan( akhlak) yang berkesesuaian dengan ajaran

    Allah dimulai dengan pembersihan diri dari dosa dan kesalahan sebelumnya.

    Dalam cakupan lebih luas ruqyah dipakai di bidang keilmuan di

    negeri-negeri maju, contohnya di Amerika; Para ilmuan di Lembaga Ilmu

    Kedokteran Islam di Amerika Serikat melakukan serangkaian eksperimen di

    laboratorium untuk membuktikan kekuatan penyembuhan dari ayat-ayat Al-

    qur'an. Dari hasil peneliti tahap pertama membuktikan bahwa Al-qur‟an

    mempunyai pengaruh penenang pada 97% percobaan yang dilakukan.

    Pengaruh itu terlihat pada bentuk perubahan fisiologis yang menunjukkan

    adanya penurunan derajat ketegangan sistem saraf otonom (automatic nervous

    system). Pengamatan presisi dengan komputer memberikan hasil yang jelas

    dan dapat dijadikan dasar sebagai indikasi adanya berbagai perubahan yang

    signifikan.5

    Tulisan ini berupaya mengkaji terhadap berbagai permasalahan

    tersebut di atas, ruqyah syari’iyyah adalah bagian dari pengobatan kesehatan

    4 Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI -Journal) :

    Humanities,Vol. 2 No. 3, 2019, 204. 5 Shalih, Sya‟ban Ahmad, Ensiklopedi Pengobatan Islam. Solo: PustakaArafah. . 2012,95.

  • 4

    dalam Islam baik gangguan jin, gangguan mental bahkan menyangkut

    pengobatan mental maupun fisik.

    B. Rumusan dan Batasan Masalah

    Fokus pembahasan ini dibatasi pada proses pengembangan Ruqyah

    Syari’iyyah yang dalam praktiknya peruqyah akan menemukan banyak

    pengalaman bertemu pasien yang sebenarnya lebih pada gangguan mental

    yaitu berupa ketidak mampuan seseorang menghadapi problem hidup

    sehingga berakibat terjadi pergolakan batin dan kekosongan jiwa. Beberapa

    pengalaman tersebut mengindikasikan gangguan jiwa sesorang yang dianggap

    kena jin sebenarnya adalah gangguan jiwa yang disebabkan persoalan hidup

    yang dihadapi. Penelitian ini berusaha mengungkap perubahan sikap sesorang

    yang kena gangguan mental dengan penanganan ruqyah syar’iyyah.

    Perubahan ini akan diuraikan dalam tiga fase; fase pra-proses, fase proses dan

    fase pasca-proses. Semua yang berlangsung dalam proses itu akan

    diklarisifikasikan hasilnya dengan obeservasi dan melakukan wawancara

    kepada klien di Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga.

    Berdasarkan fokus penelitian sebagaimana tersebut di atas, dapat

    dirumuskan pertanyaan penelitian:

    1. Bagaimana Implementasi Ruqyah Syar’iyyah sebagai pengobatan psikis/

    mental dalam Islam di Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga ?

    2. Nilai pendidikan spiritual para pasien dalam proses Ruqyah di Biro

    Konseling Psikologi Tazkia Salatiga?

  • 5

    3. Bagaimana transformasi kesehatan mental pasca Ruqyah Syar’iyyah ?

    C. Tujuan

    1. Menganalisis apa dan bagaimana metode Ruqyah Syar‟iyyah sebagai

    pengobatan gangguan jin dan gangguan mental

    2. Mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan spiritual dalam Ruqyah

    Syar‟iyyah

    3. Menganalisis transformasi kesehatan mental pada Ruqyah Syar‟iyyah.

    D. Signifikasi Penelitian

    1. Menggali akar masalah maraknya gangguan jin dan ganngguan mental

    2. Solusi Ruqyah Syari‟yah sebagai pendidikan terapi spiritual Islam dan

    transformasi kesehatan mental

    3. Langkah – Langkah Prefentif

    4. Informasi pada masyarakat.

    E. Kajian Pustaka

    Dalam kajian Pustaka ini, penulis mendiskripsikan beberapa karya yang

    relevan dengan judul Tesis “ Studi Fenomenologi Ruqyah Syar‟iyyah Studi

    Pengalaman Transformasi Kesehatan Mental di Biro Psikologi Tazkia

    Salatiga”.

  • 6

    1. Penelitian terdahulu

    Tesis yang ditulis oleh Fitriyah Sukriyani,S.Pdi dengan judul

    “Fenomena Kesurupan dan Ruqyah Syariyyah Studi Kasus di SMA 1

    Suruh Kab Semarang” STAIN Salatiga 2013.

    Tesis yang ditulis Muhammad Kasni Saguni dari Pasca Sarjana

    UIN Soka dengan judul “ Penanggulangan Penyakit Kesurupan Jin

    ( Studi analisis Konsep Pendidikan Kesehatan Ruhani dalam Alqur‟an )”.

    Jurnal dengan judul “ Nilai Pendidikan Islam dalam Ruqyah

    Syar‟iyyah oleh M.Lutfi Mahasaiswa Pasca IAIN Bengkulu Manthiq

    Vol. 2, No. 1, Mei 2017 yang mengambil kesimpulan Unsur yang

    terpenting dalam Ruqyah Syar‟iyyah adalah nilai-nilai yang dimiliki

    oleh peruqyah dan pasien ruqyah yaitu sifat-sifat yang dapat menjadi

    syarat dan gambaran keberhasilan kegiatan ruqyah, misalnya kekuatan

    yakin, berakhlakul karimah, ikhlas, sabar, tawakkal, jujur dan lain

    sebagainya.

    Jurnal dengan judul Gangguan Kesurupan Dan Terapi Ruqyah:

    Penelitian Multi Kasus Pengobatan Alternatif Terapi Ruqyah di Kota

    Malang Zainul Arifin, Zulkhair Zulkhair yang mengambil kesimpulan

    ruqyah dapat mengindentifikasi adanya gangguan jin dalam diri subyek,

    menghilangkan gangguan jin, dan keluhan fisik yang dialami subyek.

    Pengaruh ruqyah akan optimal jika subyek secara kooperatif

    melindungi diri dari hal yang dapat memicu kembalinya gangguan jin

  • 7

    tersebut dan tidak berpengaruh secara optimal ketika faktor psikologis

    subyek tidak tertangani dengan baik.6

    Tesis dengan judul: "Hubungan antara Dzikir Allah dengan

    Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental, Studi Kasus Jama'ah Dzikir Di

    bawah Bimbingan Ustadz Haryono di Kota Bekasi", yang ditulis oleh

    saudara Nur Arfiyah Febriani menyimpulkan bahwa ada pengaruh dari

    dzikir yang dirasakan oleh responden dalam mempermudah proses

    penyembuhan bagi penyakit fisik dan mental mereka secara bersamaan.

    Hal ini berdasarkan tanggapan dari pengalaman 278 respondenatau 98,

    23% responden yang menjawab ada pengaruh pada kesehatan mental

    dan fisik mereka melalui dzikir yang mereka lakukan.

    Tesis dengan judul “Efektifitas penggunaan ayat-ayat al-quran

    sebagai ruqyah di ruqyah bekam center Klaten oleh Helmy Qadarusman

    program studi ilmu al-qur‟an dan tafsir Pasca Sarjana Institut Agama

    Islam Negeri Surakarta tahun 2017 yang mengambil kesimpulan

    Terapi ruqyah yang dilakukan di Ruqyah Bekam Center Klaten terbukti

    efektif terhadap perubahan perilaku penderita. Ayat al-Qur‟an memiliki

    energi yang dapat memberikan efek psikoterapi terhadap penderita yang

    mengalami gangguan kesehatan.

    6 Journal Ilmiah Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Vol. 13, No. 2,

    2013

  • 8

    2. Kerangka Teori

    a. Pengertian Ruqyah

    Dalam bahasa Arab ruqyah artinya jampi atau mantra, bentuk

    jama‟ atau plural nya adalah ruqaa dan bisa juga berarti al audah atau

    at–ta‟widz yaitu doa/ bacaan atau perlindungan.7 Jadi secara

    etimologi arti ruqyah bisa mengandung arti jampi/ mantra yang

    syar‟i dan juga bisa mantra atau jampi yang syirik.

    Ruqyah adalah kumpulan ayat-ayat Al-qur‟an, ta‟awwudz, dan

    doa-doa yang bersumber dari nabi Muhammad SAW yang dibaca

    oleh seorang muslim untuk diri sendiri, anak, atau keluarganya,

    untuk mengobati penyakit rohani atau penyakit yang ditimbulkan

    oleh kejahatan „ain (mata jahat) manusia dan jin, kerasukan setan,

    sihir, atau penyakit-penyakit yang bersifat fisik.8

    Kemudian pengertian umum secara bahasa tersebut

    mendapatkan batasan pengertian yang tegas yang membedakan dari

    ruqyah yang syirik menjadi pengertian istilah yang sudah baku

    menurut ajaran Islam. Sebagaimana dinukil oleh Ibnu Al Atsir

    dalam An-nihayah fi ghorib al-hadits berkata; “sebagaimana

    dinukil oleh Ibnu Manzhur-, “Ruqyah adalah bacaan perlindungan

    7Yusuf Al-Qaradhawi, mauqif Al-Isalam min al-Ilham wa al-kasyf wa al-ru’ya wa min al-

    kananah wa al-tan’im wa al-ruqa, Qohiroh: Maktabah wahdah, 1994, 151. 8 Al Mubarak, Husain dan Bukhari Abdul Muid. 2015. Sembuh dengan Ruqyah. Depok:

    Hilal Media 2015, 331.

  • 9

    yang dibacakan kepada orang yang sakit seperti demam, kesurupan

    dan penyakit lain.9

    Sedang Syaikh Al-Bani mengatakan bahwa ruqyah adalah

    bacaan yang dibaca untuk meminta kesembuhan yang berasal dari

    Al-Quran dan hadits yang shahih. Adapun sesuatu yang diucapkan

    oleh kebanyakan orang berupa kalimat–kalimat bersajak yang tidak

    dipahami maknanya, kadang merupakan kalimat kufur dan syirik,

    maka ucapan itu dilarang.10

    Begitu juga Dr.Yusuf Al-Qardhawi mendefinisikan ruqyah

    dengan definisi yang tidak beda jauh,mengatakan ;” Ar-Ruqaa

    merupakan bentuk jama‟/ plural dari ruqyah, yaitu doa yang

    dibacakan kepada orang yang sakit seperti demam, kesurupan,

    digigit ular atau disengat kalajengking dan sebagainya,

    sebagaimana dibacakan pula kepada orang yang sakit disebabkan

    „ain.11

    Menurut Perdana Akhmad Terapi Ruqyah adalah

    pengembangan Ilmu dan seni penyembuhan dari segala gejala

    penyakit baik fisik, psikis, gangguan makhluk halus maupun

    serangan sihir yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.12

    Sehingga ruqyah tidak hanya menyembuhkan gangguan jin saja

    9Ibnu Manzur,Lisanul Arab Jilid 5,Kairo: Dar Al-Hadits,1423/2003M,223.

    10Abu Al-Barra‟ Usamah Ibnu Yasin Al-Ma‟ani,Fath Al Haqq Al-mubin fi Ahkaam Ruqa

    AshShar‟u wa As-shir wa Al-ain dalam silsilah ilmiah:Nahwa Mausu‟ah Syar‟iyyah fi Ilmi Ar

    Ruqa I (Dar Al-Ma‟ali,situr ruqyah .net) 11

    Yusuf Al-Qradhawi,Mauqif Al Islaam...151. 12

    Perdana Ahmad, Quranic Healing Technology, Teknologo Penyembuhan Qurani,

    Jakarta: Pustaka Tarbiyah Semesta, 2014,1.

  • 10

    termasuk di dalamnya juga bisa mengobati penyakit psikis

    (mental). Pendapat ini dikuatkan oleh Dr. Ahmad Ash-Shahabi

    dalam buku Ruqyah Wahid Abdussalam Bali yang menyatakan

    bahwa: Ruqyah adalah sarana pengobatan gangguan kejiwaan yang

    berporos pada pusat-pusat indera perasa sehingga ia merasakan

    perasaan berbeda-beda dan terjadi perubahan pada akal sampai

    terjadinya kesurupan, yang ini tidak bisa dilakukan pengobatan

    oleh metode dokter.13

    b. Tujuan dan Manfa‟at Ruqyah Syar’iyyah

    Perdana Ahmad seorang pakar ruqyah menyebutkan di antara

    tujuan ruqyah adalah sebagai berikut:14

    1) Membantu memberikan jalan keluar yang islami kepada orang-

    orang yang mengalami permasalahan hidup baik berupa

    penyakit alamiah maupun penyakit akibat sihir agar terlepas dari

    tipu daya setan.

    2) Mengajak orang-orang yang belum mengetahui jalan syari‟at di

    antara saudara-saudara kita agar menyelesaikan masalahnya

    secara cerdas dengan kembali kepada Alquran yang dapat

    melindungi seseorang dari pengaruh negatif yang mengancam.

    3) Menyelesaikan masalah dengan tidak menimbulkan masalah

    baru berupa fitnah yang menimpa hati, syahwat dan syubhat,

    13

    Wahid Abdussalam Bali, Ruqyah, Waqiyatul Insan Minal Jinni Wal Syaithan, Solo:

    Aqwam, 2012,.98. 14

    Perdana Ahmad, Quranic Healing Technology, Teknologi Penyembuhan Qurani, Jakarta:

    Pustaka Tarbiyah Semesta, 2014,4.

  • 11

    fitnah kesalahan dan kesesatan, fitnah maksiat dan bid‟ah, fitnah

    kezaliman dan kebodohan yang mengakibatkan rusaknya ilmu,

    pandangan, pengetahuan dan keyakinan kepada Allah.15

    c. Sumber Bacaan Ruqyah Syariyyah

    1) Alqur‟an

    Prinsip pengobatan adalah Al-Qur‟an, baru menggunakan

    beberapa obat yang lain.Termasuk penyakit-penyakit jasmani.

    Al-Qur‟an adalah obat hati dan penawarnya, dan penyehat

    badan serta penyembuhnya. Sebagaimana firman Allah SWT

    dalam surat Al Israa‟ ayat 82:

    Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang

    menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang

    beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada

    orang-orang yang zalim selain kerugian.

    Kata Syifa‟ dalam ayat di atas berarti penyembuh, sebab

    kata syifa‟ (penyembuh) adalah hasil yang pasti. Allah SWT

    tidak menggunakan kata dawa‟ (obat), sebab obat mengandung

    kemungkinan bias menyembuhkan dan juga tidak. Ibnu Qayyim

    Al-Jauziyah rahimahullah berkata:

    Al-Qur`an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh

    penyakit hati dan jasmani,demikian pula penyakit dunia dan

    akhirat. Dan tidaklah setiap orang diberi keahlian dan taufiq

    untuk menjadikannya sebagai obat. Jika seorang yang sakit

    teratur berobat dengannya dan meletakkan pada sakitnya

    dengan penuh kejujuran dan keimanan, penerimaan yang

    sempurna, keyakinan yang kokoh, dan menyempurna-kan

    syaratnya, niscaya penyakit apapun tidak akan mampu

    15

    Perdana Ahmad, Quranic Healing Technology, Teknologo Penyembuhan Qurani,

    (Jakarta: Pustaka Tarbiyah Semesta, 2014,6.

  • 12

    menghadapinya selama-lamanya. Bagaimana mungkin

    penyakit tersebut mampu menghadapi firman Dzat yang

    memiliki langit dan bumi. Jika diturunkan kepada gunung,

    maka ia akan menghancurkannya. Atau diturunkan kepada

    bumi, makaia akan membelahnya. Maka tidak satu pun jenis

    penyakit, baik penyakit hati maupun jasmani, melainkan dalam

    Al-Qur`an ada cara yang membimbing kepada obat dan sebab

    (kesembuhan)-nya.16

    Siapapun yang tidak bisa sembuh dengan al qur‟an niscaya

    Allah SWT tidak akan menyembuhkan. Barang siapa yang tidak

    merasa cukup dengan al qur‟an niscaya Allah SWT tidak

    memberi kecukupan.17

    Berdasar pendapat di atas, maka membaca Al-Quran

    mempunyai fungsi yang sangat urgen untuk menyelesaikan

    masalah-masalah gangguan kejiwaan karena dapat memberikan

    ketenangan dan ketentraman jiwa. Al-quran yang disebut

    sebagai asy syifa‟ dapat memiliki fungsi dan manfaat luar biasa

    dalam pengobatan rohani. Al-Quran dapat menjadi benteng

    pertahanan dari serangan penyakit dan gangguan jin, dapat

    menjadi obat untuk memperoleh ketentraman dan ketenangan

    jiwa, dapat menjadi solusi terbaik dari semua solusi yang

    dianggap baik.

    2) As-Sunnah

    Sumber yang kedua adalah hadis nabi, adapun dalil dari

    hadits Rosulullah saw banyak sekali, diantarany adalah: dari

    16

    Zadul Ma‟ad, 4/287 17

    Zaadul Ma‟ad (4/ 352)

  • 13

    Abdullah bin Abbas penah bercerita bahwa salah seorang

    perempuan pernah datang pada Rasulullah Muhammad SAW

    sambil membawa anaknya, lalu berkata, “Wahai Rasulullah,

    sesungguhnya anak ini mempunyai penyakit kesurupan, dia

    akan terganggu ketika kami makan, sehingga mengganggu

    makan kami.” Maka Rasulullah SAW mengusap dadanya dan

    mendoakannya, sehingga anak tersebut memuntahkan dari

    mulutnya sesuatu dari anak anjing, yang dapat berjalan.”18

    Nabi Muhammad SAW juga meruqyah cucunya untuk

    membentengi seseorang dari bahaya sebagaimana yg dilakukan

    Rasulullah SAW terhadap kedua cucunya yaitu sayyidina

    Hasan dan sayyidina Husain, nabi berdoa “Aku memohon

    perlindungan untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat

    Allah yang sempurna, dari setiap godaan setan dan binatang

    berbisa dan pandangan mata dengki.”19

    d. Kesehatan Mental dan gangguan mental dalam Islam

    1) Pengertian Kesehatan Mental

    Kesehatan Mental merupakan alih bahasa dari Mental

    Hygiene atau Mental Health berasal dari kata Hygiene dan

    Mental. Secara etimologi Hygiene dari kata Hygea yaitu, nama

    Dewi kesehatan Yunani kuno yang mempunyai tugas mengurus

    masalah kesehatan manusia di dunia. Kemudian muncul kata

    18

    HR. Ahmad dan darimi(1/12) dalam Ruqyah Wahid Abdussalam Bali...76 19

    Sahih Bukhori dari Ibnu Abas dalam Al Azkar Imam Nawai, terjemah ,Sukoharjo: Insan

    Kami, 2017,235.

  • 14

    hygiene untuk menunjukkan suatu kegiatan yang bertujuan

    mencapai hygiene. Sedangkan mental berasal dari kata latin

    Mens dan Mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, ruh, dan

    semangat.20

    Adanya perbedaan batasan atau definisi serta rumusan

    tentang kesehatan mental itu sangat wajar dan tidak perlu

    merisaukan, karena di sisi lain adanya perbedaan itu justru

    memperkaya khasanah kesehatan mental. Sejalan dengan

    keterangan di atas, maka di bawah ini dikemukakan beberapa

    rumusan kesehatan mental, antara lain:

    Pertama, Musthafa Fahmi, sesungguhnya kesehatan jiwa

    mempunyai pengertian dan batasan yang banyak. Di sini

    dikemukakan dua pengertian saja, pertama kesehatan jiwa

    adalah bebas dari gejala-gejala penyakit jiwa dan gangguan

    kejiwaan. Pengertian ini banyak dipakai dalam lapangan

    kedokteran jiwa (psikiatri), kedua kesehatan jiwa adalah dengan

    cara aktif, luas, lengkap tidak terbatas; ia berhubungan dengan

    kemampuan orang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya

    sendiri dan dengan masyarakat lingkungannya, hal itu

    membawanya kepada kehidupan yang terhindar dari

    kegoncangan, penuh vitalitas. Dia dapat menerima dirinya dan

    tidak terdapat padanya tanda-tanda yang menunjukkan tidak

    20

    Syamsu Yusuf, Mental Hygiene Pengembangan Kesehatan Mental Dalam Kajian

    Psikologi dan Agama, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, 7.

  • 15

    keserasian sosial, dia juga tidak melakukan hal-hal yang tidak

    wajar, akan tetapi ia berkelakuan wajar yang menunjukkan

    kestabilan jiwa, emosi dan pikiran dalam berbagai lapangan dan

    dibawah pengaruh semua keadaan.21

    Kedua, Zakiah Daradjat, dalam pidato pengukuhannya

    sebagai guru besar kesehatan mental di IAIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta mengemukakan “ Kesehatan mental adalah

    terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-

    fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara

    manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan

    keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai

    hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di

    akhirat”.

    Definisi ini memasukkan unsur agama yang sangat penting

    dan harus diupayakan penerapannya dalam kehidupan, sejalan

    dengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental dan

    pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia.22

    Sebagai Dzat yang baik dan suci, Tuhan tidak memberikan

    jiwa manusia kecuali jiwa yang memiliki kecenderungan sehat,

    baik, dan suci. Kesehatan jiwa manusia tidak sekedar alami dan

    fitri, melainkan telah diatur sedemikian rupa oleh sang Khaliq.

    Dari kerangka ini, kriteria neurosis dan psychosis dalam

    psikopatologi Islam bukan hanya disebabkan oleh gangguan

    21

    Musthafa Fahmi, Kesehatan Mental dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Jilid 1,

    alih bahasa, Zakiah Daradjat, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, 20-22. 22

    Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental dan Peranannya dalam Pendidikan dan Pengajaran,

    Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1984, 3-4.

  • 16

    syaraf atau gangguan kejiwaan alamiah, melainkan juga

    penyelewengan terhadap aturan-aturan Tuhan atau dengan kata

    lain lebih banyak terfokus pada perilaku spiritual dan religius23

    Di dalam buku Hygiene Mental dan Kesehatan Mental

    Dalam Islam karya Dr.Kartini Kartono dan Dr. Jenni Andary,

    menjelaskan Ilmu Kesehatan Mental adalah ilmu yang

    mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan

    mencengah timbulnya gangguan emosi, dan berusaha menguragi

    atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan

    kesehatan jiwa rakyat24

    Ada yang berpendapat bahwa kesehatan mental adalah

    terhindar dari gangguan dan penyakit kejiwaan (batasan ini

    banyak mendapat sambutan di kalangan psikiater). Ada juga

    yang mengartikannya adalah kemampuan menyesuaikan diri

    dalam menghadapi masalah dan kegoncangan-kegoncangan

    biasa.25

    Kesehatan mental yang dimaksudkan di sini lebih terfokus

    pada kesehatan yang berwawasan agama. Pemilihan ini selain

    karena konsisten dengan pola-pola yang dikembangkan dalam

    psikopatologi dan psikoterapi, juga sesuai dengan khazanah

    Islam yang berkembang. Ibn Rusyd misalnya dalam Fashl al-

    23

    Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir... 166-167 24

    Yusak Burhanuddin. Kesehatan Mental, Bandung: Pustaka Setia, 1998,9-10. 25

    Zakiah Daradjat. Islam & Kesehatan Mental,Jakarta: Toko Gunung Agung,2001,1.

  • 17

    Maqaal menyatakan, “takwa itu merupakan kesehatan mental

    (shihhah al-nufus)”.

    Ruqyah syar‟iyyah sebagai sebuah metode pengembalian

    kesadaran mental seseorang mendukung statemen di atas.

    Statement itu menunjukkan bahwa dialektika kesehatan mental

    telah lama dibangun oleh para psikolog muslim, yang mau tidak

    mau harus dijadikan sebagai keutuhan wacana Psikologi Islam

    saat ini.26

    2) Gangguan Mental

    Zaman semakin maju kompetisi kehidupan makin ketat,

    dinamika kehidupan begitu cepat, dimana perubahan itu terjadi

    sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan sains

    dan teknologi, serta gerakan globalisasi. Pola kehidupan

    manusia cenderung ke arah pola hedonisme, individualisme, dan

    permissivisme yang sarat dengan kompetisi, rasionalitas,

    efektivitas dan efisiensi dalam berbagai sektor kehidupan yang

    mengarah kepada kepentingan material.

    Memang perubahan-perubahan ini memberikan dampak

    positif seperti kemudahan fasilitas transportasi, komunikasi, dan

    informasi tetapi juga menimbulkan ekses negatif yang

    berdampak deskruktif terhadap keseimbangan bio-psiko-sosial

    dan spiritual manusia.

    26

    Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2001, 167.

  • 18

    Fenomena ini bahkan diungkapkan lebih jauh oleh Hawari

    seorang psikiater muslim bahwa modernisasi telah membawa

    perubahan perubahan psikososial yang ditandai dengan

    perubahan-perubahan nilai-nilai kehidupan seperti: Pola hidup

    sederhana dan produktif menjadi pola hidup mewah dan

    konsumtif; Struktur keluarga yang semula extendend family

    cenderung kearah nuclear family sampai kepada single parent

    family; bahkan ada kecenderungan masyarakat moderen

    bercorak sekuler dan serba boleh (permissive society); ambisi

    karir dan materi yang tidak terkendali sehingga dapat

    mengganggu hubungan interpersonal baik dalam keluarga

    maupun masyarakat.27

    Realitas diatas menjadikan angka depresi begitu tinggi,

    goncangan jiwa yang tiada berkesudahan menjadikan persoalan

    baru dalam kehidupan manusia abad ini. Sehingga antara beban

    dan kemampuan tidak imbang munculah halusinasi dan ilusi,

    jadilah gangguan jiwa. Pada umumnya setiap orang senantiasa

    memilki mental yang sehat namun karena suatu sebab ada

    sebagian orang yang memiliki mental tidak sehat.

    Orang yang tidak sehat mentalnya memiliki tekanan-

    tekanan batin. Dengan suasana batin seperti ini kepribadian

    27

    Hawari, Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Balai Penerbit Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2001.

  • 19

    seseorang menjadi kacau dan mengganggu ketenangannya.

    Gejala ini yang menjadi pusat pengganggu ketenangan hidup.

    Ketenanagan hidup dapat tercapai bila seseorang dapat

    memecahkan keruwetan jiwa pada dirinya yang menimbulkan

    kesulitan hidap. Hal ini dapat dilakukan bila berusaha untuk

    membersihkan jiwa agar tidak terganggu ketenagannya dan

    tidak terjadi konflik-konflik maupun rasa takut.

    Orang yang mentalnya kacau tidak dapat memperoleh

    ketenangan hidup. Jiwa merasa sering terganggu sehingga

    menimbulkan stres dan konflik jiwa. Hal ini menyebabkan

    timbulnya emosi negative sehingga tidak mampu mencapai

    kedewasaan psikis, mudah putus asa dan bahkan bunuh diri.

    Kekacauan mental ini di sebabkan kurangnya kesadaran

    memiliki konflik-konflik emosional, tidak berani menghadapi

    tantangan kesulitan hidup akibat hidup di tengah-tengah

    masyarakat yang menimbulkan terjadinya dinegrasi sosial.

    Untuk megetahui apakah seseorang sehat atau terganggu

    mentalnya, tidak mudah, karena tidak dapat di ukur, diperiksa

    atau dilihat dengan alat-alat seperti halnya dalam kesehatan

    badan biasanya yang menjadi kesehatan mental adalah tindakan,

    tingkah laku, atau perasaan karena seseorang yang terganggu

    kesehatan mentalnya akan mengalami kegoncagan emosi

    kelainan tingkah laku dan tindakannya.

  • 20

    e. Ruqyah Syar‟iyah dan Pengobatan Jiwa

    Pengobatan jiwa dengan ruqyah untuk gangguan jiwa sudah

    dikenal sejak jaman nabi Muhammad SAW. Dalam Sunan Abu

    Dawud dengan sanad sahih melalui Kharijah binti Ash-Shalat, dari

    pamannya menceritakan: “Aku datang pada Nabi Muhammad SAW

    dan masuk Islam, kemudian aku pulang. Aku bertemu dengan satu

    kaum, diantaranya mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam

    keadaan diikat dengan rantai besi. Seorang keluarganya berkata,

    “Sebelumnya dia baik-baik saja, kemudian menjadi begini. Apakah

    engkau punya sesuatu untuk menyembuhkannya? ”Maka aku

    meruqyahnya dengan bacaan fatihatul kitab, ternyata sembuh. Lalu

    mereka mereka memberiku seratus domba.28

    Dalam jurnal ilmiah disebutkan bahwa beberapa penerapan

    terapi doa senada dengan ruqyah (doa dari alqur‟an) yang dilakukan

    pada terapi gangguan jiwa diberbagai tempat telah membantu

    penyembuhan pada penderita gangguan jiwa, dr. Dossey dokter

    lulusan Universitas di Texas, menjelaskan bahwa doa mempunyai

    pengaruh terhadap penyembuhan gangguan jiwa.29

    Selanjutnya hasil penelitian Snyerman dalam Dadang Hawari

    menyatakan bahwa terapi medik saja tanpa disertai agama ( berdoa

    dan berzikir) tidaklah lengkap, sebaliknya terapi agama tanpa medik

    tidaklah efektif, ternyata metode integrasi ini membawa hasil yang

    28

    Sahih HR. Abu Dawud(3896) disahihkan Imam Albani dalam Al Azkar Imam Nawawi,

    terjemah ,Sukoharjo: Insan Kamil, 2017, 233. 29

    Indigeanous, Jurnal Ilmiah Psikologi Vo. 8. Nopember 2006, 68.

  • 21

    lebih baik yaitu gejala gangguan jiwa lebih cepat teratasi dan

    lamanya perawatan dapat diperpendek.30

    Berdasar hadis nabi dan beberpa penelitian di atas tentang

    pengaruh doa terhadap penyembuhan gangguan jiwa di atas, secara

    tidak langsung membuktikan bahwa terapi ruqyah dengan

    menggunakan alqur‟an sungguh mempunyai pengaruh terhadap

    penyembuhan gangguan kejiwaan/ mental.

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi yaitu

    strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki pengalaman

    individu/ sekelompok individu dan proses penanganan ruqyah secara

    sistematis dan terprogram. Fenomenologi merupakan strategi penelitian

    di mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman

    manusia tentang suatu fenomena tertentu.31

    Tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk memperoleh informasi yang akurat tentang ruqyah sebagai

    proses transformasi kesehatan mental.

    2. Subjek dan Lokasi

    Informan utama adalah pasien Ruqyah syar‟iyah dan relawan yang

    punya gejala gangguan kejiwaan (mental) yang merupakan klien di Biro

    Konsultasi Psikologi Tazkia Salatiga,

    30

    Hawari…2002.52 31

    Cresswell…2010.20

  • 22

    Informan pendukung adalah praktisi ruqyah.

    3. Teknik Pengumpulan data

    a. Wawancara

    Wawancara dimaksudkan untuk mengungkap latar belakang

    keadaan klien (pasien) yang merasa terganggu jin. Wawancara yang

    dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur (unstructured) dan

    bersifat terbuka(open ended), kemudian membuat transcript atas

    opini dari partisipan.32

    Wawancara tidak terstruktur mengandung

    makna dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara

    yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

    mengumpulkan data. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis-

    garis besar saja. Dalam wawancara ini peneliti belum mengetahui

    secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih

    banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh partisipan.

    b. Observasi

    Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya

    peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan

    aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.33

    Observasi

    dilakukan secara langsung pada saat peneliti merekam/ mencatat

    secara tersetruktur maupun non tersetruktur dan kunjungan ke

    tempat informan yang diteliti. Adapun jenis observasi yang

    32

    Creswall…2010.267 33

    Creswall…2010.267

  • 23

    digunakan adalah observasi partisipan utuh yaitu observer ikut serta

    kegiatan yang dilakukan informan yang diobservasi.

    Pencatatan data secara deskriptif yaitu dengan mencatat

    sebanyak mungkin data-data interprestasi atau evaluasi dari

    observer, pengamatan tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi,

    melainkan data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati.

    4. Teknik analisis

    Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan

    refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan- pertanyaan

    analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.34

    Data

    penelitian kualitatif tidak berbentuk angka tetapi banyak berupa narasi,

    deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto)

    ataupun bentuk-bentuk non angka lain. Dalam penelitian ini berupa hasil

    wawancara dan catatan penelitian saat observasi. Setelah didapatkan

    data maka langkah-langkah melakukan analisis data yang digunakan

    pada penelitian.

    G. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapat gambaran yang utuh dan menyeluruh, tesis ini ditulis

    dengan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

    Bab I berupa pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

    identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian

    34

    Creswall…2010.274

  • 24

    dan manfaat penelitian, definisi operasional, kajian terdahulu dan sistematika

    penulisan.

    Bab II membahas tentang implementasi ruqyah syariyyah sebagai

    pengobatan mental dalam Islam

    Bab III Pendidikan spiritual dalam proses penyembuhan mental dalam

    ruqyah syar‟iyyah

    Pada bab IV Transformasi kesehatan mental pada Ruqyah Syariyyah

    Ditutup dengan bab V yang menyertakan tentang diskusi, kesimpulan,

    implikasi dan saran.

  • 25

    BAB II

    Implementasi Ruqyah Syar’iyyah sebagai Pengobatan Mental

    di Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga

    A. Gambaran Umum Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga

    1. Profil Biro Konseling Psikologi Tazkia Salatiga

    Biro Konsultasi Psikologi “TAZKIA” merupakan lembaga semi

    otonom berdiri dalam naungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

    Salatiga. Lembaga ini didirikan pada tanggal 22 maret 2008 sebagai

    bentuk pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian bagi

    masyarakat kota Salatiga dan sekitarnya. Biro Konsultasi Psikologi

    “TAZKIA” memberikan berbagai layanan meliputi : Konseling,

    Psikotes dan pelatihan. Berbagai layanan tersebut ditujukan untuk

    mahasiswa maupun masyarakat di luar IAIN Salatiga. Berbagai layanan

    disiapkan oleh Biro Konsultasi Psikologi “TAZKIA” dan

    dilaksananakan oleh tenaga ahli yang kompeten di bidangnya.Biro

    Konsultasi Psikologi “TAZKIA”dibuka waktu setiap hari kecuali hari

    libur mulai pukul 08.00-15.00 untuk turut serta menyelesaikan

    permasalahan atau ikut serta memandu mencapai solusi atas problem

    yang muncul.

    Bagan Organiasi Biro Konsultasi Psikologi Tazkia Salatiga

  • 26

    2. Gambaran Umum Narasumber Penelitian

    Narasumber dalam penelitian ini adalah klien dan Konselor Biro

    Konsultasi Psikologi Tazkia Salatiga, Narasumber tersebut sebagai

    berikut.

    a. Dr. Ahmad Sultoni selaku Direktur (Psikologi Islam),

    Widayati Lestari,M.Psi ( Konselor Biro Psikologi Tazkia)

    b. Pasien (klien) biro Konsultasi Psikologi Tazkia salatiga

    meliputi: Relawan kode Sb1, Sb2, Sb3, Sb4, Sb5, Sb6, Sb7,

    Sb8

    B. Implementasi Ruqyah Syar’iyyah sebagai Pengobatan Mental

    Sebagai sebuah sistem terapi, ruqyah syar’iyyah memiliki prosedur

    yang dilakukan di Biro Tazkia dalam pelaksanaannya, terdiri dari tiga

    rangkaian :

    1. Pra ruqyah

    a. Interview/diagnose penderita

    Sebelum melakukan terapi ruqyah syar’iyyah, peruqyah

    menanyakan keluhan apa saja yang dirasakan dari pasien, apa yang

    menyebabkan pasien datang untuk beruqyah dan lainnya. Apabila

    ada pasien yang baru pertama kali melakukan ruqyah maka

    peruqyah akan menjelaskan tentang ruqyah, bahwa yang digunakan

    adalah ruqyah syar‟iyyah bukan ruqyah syirkiyyah (ruqyah yang

  • 27

    bertentangan dengan syariat Islam). Klien mengisi data sebagaimana

    tabel terlampir.35

    b. Memberikan Konseling

    Bimbingan yang diberikan peruqyah dominannya mengajak

    pasien agar memahami masalah yang ia hadapi, sehingga ia mudah

    mencari jalan keluarnya. Konseling dibagi menajadi dua :

    1.1 Konseling spiritual

    Para pasien (klien) dinasehati agar tidak berbuat syirik

    kepada Allah yaitu memegang teguh kalimat Lailahaillalloh

    dalam setiap tindakan dan perbutan.36

    Mendengarkan nasehat-

    nasehat agama dan petunjuk pelaksanaan terapi penyembuhan

    qur‟ani atau ruqyah. Peruqyah mengajak pasien untuk

    introspeksi diri (bermuhasabah), apakah dirinya lebih banyak

    berbuat baik ataukah lebih banyak berbuat kesalahan dalam

    kehidupan sehari-harinya. Klien mesti objektif melakukan

    penilaiannya terhadap dirinya sendiri dengan menggunakan

    Alquran dan sunnah sebagai dasar penilaian, bukan berdasarkan

    keinginan diri sendiri.37

    Oleh karena itu melakukan muhasabah atau introspeksi diri

    merupakan hal yang sangat penting untuk menilai apakah amal

    35

    Blanko terlampir di halaaman lampiran 36

    Perdana Akhmad...77 37

    , Yusny Saby, Etika Agama dalam Wacana Kehidupan Modern, Banda Aceh: Fak.

    UshuluddinIAIN Ar-Raniry 2002:2

  • 28

    perbuatannya sudah sesuai dengan ketentuan Allah. Tanpa

    introspeksi, jiwa manusia tidak akan menjadi baik.

    1.2 Konseling Psikologi

    Terapis tidak hanya menanyakan apa yang menjadi keluhan

    pasien secara fisik, tetapi juga mencermati aspek psikologis

    yang ada pada pasien kemudian membantu pasien (klien)

    menemukan insight untuk keluar dari masalahnya dengan nilai-

    nilai Islam. Dengan proses seperti ini diharapkan pasien akan

    menyadari problem psikologis yang ia hadapi sehingga ia

    termotivasi untuk keluar dari masalahnya secara mandiri tanpa

    harus bergantung pada terapis.

    c. Duduk dengan mengambil sikap relaksasi tubuh yang nyaman.

    Tehnik ini banyak digunakan dalam konseling dan psikoterapi

    sebagai salah satu terapi untuk mengatasi berbagai problem yang

    berkaitan dengan stres.38

    Sambil duduk rileks pasien diajak untuk

    melakukan olah nafas perut yang hal ini sangat berguna diantaranya;

    menstimulasi pengeluaran hormon endorfin yang memiliki efek

    menenangkan (relax), sehingga membantu meredakan stress, panik

    atau gugup.39

    2. Proses ruqyah

    Ruqyah syar’iyyah ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi:

    Pertama, menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an atau doa-doa yang

    38

    Subandi...123 39

    Perdana Akhmad...223

  • 29

    bersumber dari hadits tanpa mengubah susunan kalimatnya. Kedua,

    dengan bahasa Arab yang fasih dibaca dengan jelas, sehingga tidak

    merubah makna dan artinya. Ketiga, menyakini bahwa bacaan baik

    berupa ayat dan doa-doa hanyalah sebagai wasilah (sarana/perantara)

    antara kita dengan Allah SWT

    Terapis membacakan ayat-ayat dan doa-doa ruqyah. Adapun

    ayat-ayat ruqyah yang dibacakan yaitu: al-Fatihah, ayat kursi, al-Ikhlas,

    al- Falaq, an-Nas, surat al-Baqarah (ayat 1-5, 102-103, 284-286), surat

    Ali Imran ayat 18-19, surat al-Araf ayat (54-56, 117- 122), surat Yunus

    ayat 81-82, surat Taha ayat 69, surat al-Mukminun ayat 115-118, surat

    as-Shaffat ayat 1-10, surat al-Ahqaf ayat 29-32, surat ar-Rahman ayat33-

    36, surat al-Hasyr ayat 21-24, dan surat al- Jin ayat 1-9.40

    Terdapat perbedaan dalam pembacaan ayat-ayat ruqyah terhadap

    pasien (klien) yang terkena gangguan jin dan pasien yang menderita

    gangguan psikis. “Ada ayat-ayat tambahan yang beda untuk yang

    terkena gangguan jin, jadi biasanya standar al Fatihah, ayat kursi

    kemudian ada misalnya tentang sihir, kita bacakan ayat-ayat tentang

    sihir. Kalau masalah psikis biasanya ayat tentang kehidupan, tentang

    ketenangan, tentang penghilangan keraguan dll.

    40

    Yazid bin Abdul Qadir. Ruqyah Mengobati Guna-Guna & Sihir menurut Al-Quran, & As

    Sunnah yang Sahih. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2005.40

  • 30

    3. Pasca Ruqyah

    Seorang pasien (klien) harus menyakini kesembuhan hanya

    datang dari Allah SWT, sedang peruqyah hanya perantara. Bimbingan

    yang dilakukan ialah berupa nasihat agar pasien selalu mengingat Allah

    SWT (berdzikir), menyesali segala perbutan buruk atau dosa yang telah

    diperbuat (bertaubat), mensyukuri apa yang sudah diberikan Allah SWT,

    bertawakal kepada Allah SWT, meyakini bahwa setiap penyakit pasti

    dapat disembuhkan, menyakini bahwa Allah SWT tidak akan menguji

    seorang hamba-Nya melampaui batas kemampuan hamba-Nya,

    senantiasa berusaha untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi,

    bahwa hidup di dunia hanya sementara dan berusaha untuk selalu berbuat

    kebaikan dengan hanya mencari ridho-Nya. Dan mengamalkan dzikir

    harian serta melakukan amalan-amalan seperti membaca Al-Ikhlas, Al-

    Falaq, An-Nas, ayat kursi setiap selesai shalat.

    Pasien (klien) yang sudah menyadari akan jati dirinya, dan

    menyadari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya, kemudian ia

    melakukan perbaikan diri dengan melakukan apa yang disampaikan oleh

    peruqyah. Hal ini menunjukkan bahwa melalui ruqyah, upaya

    membangun karakter relegius yang sangat efektif dilakukan, karena

    orang yang melakukan ruqyah adalah orang yang merasa dirinya

    bermasalah, sehingga mudah untuk menerima bimbingan, nasihat-nasihat

    atau motivasi-motivasi dari peruqyah.

  • 31

    BAB III

    Nilai Pendidikan Spiritual Islam dalam Ruqyah Syar’iyyah

    Ruqyah sebagai sebuah konsep penyembuhan berbasis sepiritual memberi

    dampak-dampak pengalaman dan pendidikan sepiritual yang unik. Pengalaman

    sepiritual dapat diartikan sebagai suatu pengalaman atau experience seseorang

    mengenai makna tujuan, dan moralitas. Ruh merupakan wadah spiritualitas yang

    berdimensi sangat luas, tidak tersentuh, dan jauh di luar sana.41

    Pendidikan spiritual bagi seorang muslim sangat penting di mana dalam

    pengajarannya tidak cukup secara teori, akan tetapi dipraktikkan. Pengajarannya

    pun harus dimulai sejak anak-anak. Sebagaimana dalam mendidik anak

    setidaknya ada lima pola dasar pembinaan iman (Aqidah) yang harus diberikan

    pada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid pada anak, menanamkan kecintaan

    kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, mengajarkan Al-Qur‟an dan menanamkan

    nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan.42

    Nilai – nilai Pendidikan dalam Ruqyah Syar‟iyyah

    1. Ruqyah syari‟yyah sebagai konsep psikoterapi Islam mengandung nilai-

    nilai pendidikan Tauhid, di mana klien (pasien) dalam menyelesaikan

    masalahnya diajak untuk mengembalikan semua persoalan pada Allah

    dengan meyakini Allah sebagai satu-satunya solusi terbaik “

    41

    Jurnal KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, ISSN: 2548-9496 (online),2019:

    37 42

    M. Nur Abdul Hafizh, “Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyyah Li Al-Thifl”, Penerj.Kuswandini, et al, Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW, Bandung: Al Bayan, 1997,

    Cet I, h. 110

  • 32

    Allohusshomad”, saat diperdengarkan ayat-ayat ruqyah, seseorang akan

    merasakan relaksasi otot dan pikiran lalu mendengarkan dengan khusyuk

    lantunan ayat suci Al-Qur‟an, para klien yang merasakan setress,

    kegundahan dan kesempitan dalam dadanya akan mendapatkan suatu

    pengalaman spiritual dan ketenangan luar biasa pada dirinya dan dapat

    lebih merasakan ketenangan ruhaniah, dengan demikian dapat diharapkan

    seseorang merasakan kekhusukan dalam beribadah.

    2. Ruqyah syar‟iyyah juga mengandung nilai-nilai pendidikan keimanan

    kususnya rukun Iman yang ke enam yaitu Iman pada qodho‟ dan qodar, di

    mana orang yang mengalami gangguan mental atau gangguan jin akan

    diajarkan untuk menerima hal itu bukan sebagai petaka dalam hidup, akan

    tetapi kehendak Tuhan untuk menguji keimanannya, maka masalah itu

    untuk diterima, dihadapi dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Hal ini

    dialami oleh subyek (Sb4)

    “ya waktu saya merem tadi sambil dibacain ayat2 alquran saya teringat

    wajah ibu saya saat senyum tetapi saya sada belum bisa ngasih apa2 ke

    beliau, seketika saya ingat dosa2 saya saat melanggar larangan Allah”43

    3. Ruqyah syar‟iyyah juga akan memberikan pengalaman moral spiritual,

    dalam teori sufistik dikenal dengan pengalam mistik yang beragam,

    diantara ; bahwa orang yang mengalami pengalaman tersebut adalah nyata

    dan sungguh-sungguh terjadi . Pengalaman ini sering dianggap imajinasi,

    khayalan atau bahkan halusinasi seperti yang dialami orang kena

    43

    Wawancara dengan subyek3 (Sb4) tanggal 6 maret 2020

  • 33

    gangguan jiwa psikologis.44

    Pengalaman- pengalaman spiritual ini akan

    sangat membantu bagaimana seseorang dalam melakukan perubahan-

    perubahan diri sendiri.

    Allah berfirman dalam surat Arro‟du ayat 11 :

    ه إِنَّ ىُفسِ ٱّللَّها بِأ واْ نه ُ ّّيِ ٰ ُيغه َّتَّ ۡوٍم حه ا بِقه ُ نه ّّيِ ُيغه

    ...هِۡمۗۡ َله

    Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

    Beberapa orang dalam mengubah dirinya butuh situasi yang memicu untuk

    dia berubah, dalam ruqyah ini seseorang

    Pengalaman lain juga dialami oleh subyek (Sb5) :

    ya waktu saya merem tadi sambil dibacain ayat2 alquran saya teringat wajah

    ibu saya saat senyum tetapi saya sada belum bisa ngasih apa2 ke beliau,

    seketika saya ingat dosa2 saya saat melanggar larangan Allah.45

    Bertujuan untuk memberi kebermanfaatan kepada orang lain, benar

    ibadahnya, lurus fitrahnnya. Serta menjadikan seorang yang telah selesai di

    Ruqyah hanya menggantungkan diri kepada Allah, menjauhkan diri dari

    perbuatan dosa dan fitnah, memperbesar harapan kepada Allah SWT dalam

    memohon pertolongan dan perlindungan. Menghilangkan rasa was-was, punya

    pengalaman sebelumnya dalam menghadapi jin.

    Pada awalnya ruqyah ada tidak semata-mata untuk pengusiran Jin saja, tetapi

    Ruqyah sebagai upaya agar manusia menjadi lebih tenang, khusyuk, di dalam

    aktifitasnya, sebagaimana subyek(Sb1)dalam proses pencarian obat kesembuhan

    atas sakit kecemasan yang dialami menemukan titik sepiritual;

    44

    Subandi;2016...75 45

    Hasil wawancara dengan Sb7 tanggal 12 maret 2020

  • 34

    “Alhamdulillah lebih baik sih, ya lebih baik, ya saya belajar dari diri sendiri

    jangan sampai kebangeten, ya saya belajar melatih diri untuk banyak

    mengingat( lupa tapi tidak kebangeten) Sekarang belajar dan masih

    mengingat, minimal bisa mengingat jejak memori”.46

    Di sini subyek (Sb1) sebenarnya sudah mengalami titik pengalaman

    sepiritual dalam mencari obat kesembuhan, saat ia mulai menyadari bahwa ia

    tetap bersyukur dengan mengucap “alhamdulillah” dan menyadari bahwa

    perubahan itu dimulai dari dirnya sendiri, sebagaimana Allah berfirman :

    إن هللا ال يغير ما بقىم حتى يغيروا ما بأنفسهم

    “Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sebuah kaum hingga mereka

    mengubah apapun yang ada pada diri mereka.” (TQS Ar Ra‟du 11)

    Dalam perjalanannya subyek (Sb1) mengalami pergulatan kecemasan

    yang cukup berat yaitu: Pertama saat mendatangi ke beberapa terapis (praktisi

    ruqyah) tidak menemukan hasil kesembuhan yang diharapkan, bahkan ada terapis

    yang ia temui menyatakan bahwa ada jin yang menempel kuat dan belum bisa

    keluar dan masih mencari jalan keluar; “Ustadz saya dulu bilangnya jinnya, baru

    cari tempat unt keluar”47

    hal ini tentu sebagai orang awam menambah kecemasan

    pada dirinya. Kedua : saat subyek (Sb1) ke medis untuk berobat ke medis pun

    mengalami situasi hampir sama yaitu diagnosa yang berbeda-beda mulai dari

    vertigo, epilepsi, syaraf kecepit, bahkan sampai kulitnya terbakar karena

    keracunan obat

    “diruqyah tidak ada reaksi ya berarti memang saya bermasalahnya di sakit

    medis, dari dokter2 saya katanya vertigo , sayaraf kecepit, epilepsi, dari

    obat2 syaraf saya kan dosisinya tinggi sampai pernah badan terasa

    terbakar dua kali karena obat”

    46

    Wawancara dengan subyek 1 tgl 6 maret 2020 47

    Wawancara dengan subyek 1 tgl 6 maret 2020

  • 35

    Kejadian dua hal yang dialami subyek (Sb1) di atas tentu bisa berakibat

    menjadikan kecemasan bertambah, di sini menjadikan seorang terapis (praktisi

    ruqyah) saat menangani pasien (klien) harus memperhatikan aspek psikologi (

    kondisi mental) si pasien ( klien), terutama bila menangani pasien yang kondisi

    trauma semacam ini, yang dibutuhkan adalah bagaimana ia bisa menghadirkan

    kenyamanan pada pasien, dan tidak harus langsung dibacakan ayat-ayat ruqyah,

    tapi lebih ke dzkir2 yang memberikan manfaat relaksasi.

  • 36

    BAB IV

    Transformasi kesehatan mental dalam ruqyah Syar’iyyah

    A. Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian dilakukan sejak tanggal 15 Februari 2020 sampai 16 Maret

    2020. Subjek yang digunakan pada penelitian adalah 8 klien di Biro

    Konseling Psikologi Tazkia Salatiga dengan usia 20 – 51 tahun tinggal di

    Salatiga dan Kabupaten Semarang.

    Selama observasi dan wawancara berlangsung percakapan direkam

    menggunakan android dalam bentuk vidio (mp4) dan audio (mp3).

    B. Hasil Analisa Data

    1. Diskripsi Informan Penelitian

    Informan mempunyai latar belakang yang berbeda pada pendidikan

    formal, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan masalah yang dihadapi

    Tabel 4.1

    Data Demografi Subjek Penelitian

    No Usia Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan Subjek

    Inisial

    1 32 Wanita S1 Karyawan Sb1

    2 50 Laki-laki SMU Pengusaha Sb2

    3 20 Wanita S1 Mahasiswa Sb3

    4 20 Wanita S1 Mahasiswa Sb4

    5 20 Wanita S1 Mahasiswa Sb5

    6 20 Wanita S1 Mahasiswa Sb6

    7 51 Wanita SMU Karyawan Sb7

    8 42 Wanita SMU Pegawai Sb8

  • 37

    2. Jenis gangguan yang dialami

    Berdasarkan analisis data pada transkrip verbatim wawancara

    tentang gangguan/ keluhan yang dihadapi klien dikelompokkan pada tabel

    sebagai berikut:

    Tabel 4.2

    No SubjekI

    nisial

    Jenis Gangguan

    Fisik Psikis (mental) Badan Indra/saraf

    1 Sb1 Sering

    pingsan

    Sulit tidur Kecemasan Trauma

    Konflik RT,

    2 Sb2 Sulit tidur Perasaan kurang

    nyaman, trauma gagal

    3 Sb3 Sulit tidur Trauma bulying,

    orang tua toxit

    4 Sb4 Sulit tidur Gangguan

    konsentrasi, perasaan

    5 Sb5 Sulit tidur,

    Mencium bau2

    aneh

    Suka menyendiri di

    tempat gelap, malas

    ibadah

    6 Sb6 Sulit tidur Malas ibadah, was2

    7 Sb7 Tangan, nyeri

    wajah

    Sulit tidur Cemas, trauma,

    konflik rumah tangga,

    gangguan konsentrasi

    8 Sb8 Punggung,

    dada nyeri

    Sulit tidur Was2, takut ada yang

    jahat

    3. Reaksi saat diruqyah dan transformasi pasca ruqyah

    Berdasar transkrip verbatim wawancara tentang reaksi yang dialami

    saat ruqyah dan pasca ruqyah, dikelompokkan pada tabel:

  • 38

    Tabel 4.3

    N

    o

    Subjek

    Inisial Reaksi saat diruqyah Keadaan pasca diruqyah

    Fisik Psikis (mental) Fisik Psikis

    1 Sb1 Fresh dan

    nyaman

    2 Sb2 Muntah Perasaan galau Nyaman

    dan tenang

    3 Sb3 Nyeri

    punggung,

    Menangis

    Seakan

    Melihat ibu yg

    tulus

    Punggung

    ringan

    Nyaman

    dan tenang

    4 Sb4 Punggung

    dan tangan

    kesemutan

    Nyeri

    punggung

    dan tangan

    hilang

    Nyaman

    dan tenang

    5 Sb5 Punggung

    dan tangan

    kesemutan,

    kaki nyeri

    Badan terasa

    mengecil lalu

    membesar

    Nyeri

    punggung

    dan tangan

    hilang

    Agak lemes

    Nyaman

    dan tenang

    6 Sb6 Dada nyeri

    dan Muntah

    Rasa mau

    menangis tdk

    bisa

    Nyeri mereda

    Agak lemes

    Lebih

    Nyaman

    dan tenang

    7 Sb7 mutah Seakan ikan

    keluar dari

    mulut

    Nyeri wajah

    dan tangan

    hilang

    Nyaman

    dan tenang

    8 Sb8 Mutah , takut Beban

    punggung

    ringan

    Nyaman

    dan tenang

    C. Transformasi kesehatan mental dalam ruqyah syar’iyyah

    Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang ruqyah sebagai

    pengalaman tranformasi kesehatan mental , maka didapatkan deskripsi atau

    gambaran mengenai keadaan pra-ruqyah (tabel 4.2) , saat ruqyah dan pasca

    ruqyah (tabel 4,3), dapat dijelaskan bahwa ruqyah syariyyah menjadikan

  • 39

    seseorang mengalami transformasi diri baik secara relegius maupun mental

    bahkan fisik.

    Menurut Kamus Bahasa Indonesia transformasi adalah perubahan,

    berubah dari keadaan yang sebelumnya menjadi baru sama sekali.48

    Transfomasi diri setelah mengikuti terapi ruqyah adalah hal yang nyata,

    sebagaimana yang terjadi pada semua subjek penelitian dari Sb1 sampai Sb8

    menyatakan positif( merasakan keadaan lebih baik) setelah mengikuti

    ruqyah. Salah satu manfaat Ruqyah syar‟iyyah adalah mengandung unsur

    kekuatan spiritual yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimis,

    yang keduanya merupakan hal yang mendasar bagi penyembuhan suatu

    penyakit, hadirnya rasa lebih dekat dan diterima oleh Allah adalah awal

    memulai kebangkitan dan transformasi diri.

    Seorang peruqyah harus memiliki kemampuan untuk menghantarkan

    pasien keluar dari masalahnya , sehingga diagnosa dan konseling adalah hal

    yang utama bagaimana roqi‟ ( perukyah) membantu menemukan masalah

    pasien, kemudian mendampingi memecahkan masalah dan menemukan

    solusinya, dan mulai meniti ke solusi masalah itu sendiri.

    Apabila seorang pasien(klien) sudah menemukan titik transformasi

    mental berupa kemampuan klien menemukan titik masalah dan bisa

    mengambil langkah dengan akal dan fikiran yang sehat maka disitulah pasien

    akan menemukan jalan kesehatan mentalnya.

    48

    Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo, 1997, 612.

  • 40

    Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kejadian unik yang dialami

    pasien(klien) kejadian ini menjadikan pasien memiliki kepercayaan diri yang

    tinggi sehingga akan membantu pasien bertransformsi diri. Hal ini dialami

    oleh subjek Sb7 dan Sb8;

    “wajah perih kena air sangat perih padahal tidak ada luka yg terlihat kaki

    juga gatal sampai bengkak kehitaman terasa ada binatang di dalam kulit tp

    juga tidak terlihat ada luka,setelah di ruqiah Alhamdulillah rasa perih di

    wajah dan gatal di kaki berangsur angsur hilang dan Alhamdulillah wajah

    saya sekarang sudah normal kembali, namun kaki bekas hitamnya masih

    blm hilang sempurna.”49

    “punggung yang terasa berat bahkan saat duduk harus bersandar, sekarang

    sudah terasa ringan walaupun kadang ada sesuatu yang masih berjalan,

    begitu juga dada nyeri sudah lebih enak.”50

    Ruqyah bisa berfungsi sebagai sarana menemukan hamba pada Tuhan

    di saat situasi yang serba salah dan bingung karena sakit dan bisa jadi

    berobat tidak kunjung sembuh, maka Ruqyah dengan ruqyah akan

    melepaskan belenggu fikiran dan akan menemukan transformasi diri dan

    menjadikan kesembuhan atas sakit yang diderita.

    Ada yang transformasi secara mental sebagaimna pada Sb3 dan Sb5 yang

    menangis merasakan melihat ibu sehingga meningkatkan jiwa ingin birrul

    walidain;

    “Saya seperti bertemu ibu dan merasa sedih dan berdosa karena belum

    bisa berikan apa-apa pada ibu, belum bisa membahagiakannya.”51

    ya waktu saya merem tadi sambil dibacain ayat2 alquran saya teringat

    wajah ibu saya senyum tetapi saya sadar belum bisa ngasih apa2 ke

    beliau, seketika saya ingat dosa2 saya saat melanggar larangan Allah.”52

    49

    Hasil wawancara dengan sb7 pada tgl 5 maret 2020 50

    Hasil wawancara dengan sb8 pada tgl 15 maret 2020 51

    Hasil wawancara dengan sb3 pada tgl 7 maret 2020 52

    Hasil wawancara dengan sb5 pada tgl 7 maret 2020

  • 41

    Ada pula transformasinya bentuknya fikiran seperti Sb1 di mana beliau

    sudah melakukan ruqyah beberapa kali di tempat lain juga ke medis atas

    gangguan kecemasan yang berlebih, walaupun hasilnya tidak signifikan

    namun ada proses penerimaan diri atas sakitnya dan punya tekat untuk

    menghadapinya, ini terungkap dalam wawancara:

    “Alhamdulillah lebih baik sih, ya lebih baikYa saya belaja dari diri sendiri

    jangan sampai kebangeten, ya saya belajar melatih diri untuk banyak

    mengingat( lupa tdk kebangeten) Sekarang belajar dan masih mengingat,

    minimal bisa mengingat jejak memori kalau dulu tidak ada jejaknya.”53

    Hal ini menjadi catatan penting untuk terapis, bahwa seorang terapis

    fungsinya menghantarkan pasien (klien) ke kondisi yang lebih baik terutama

    pada aspek mental, terapis bukan orang “pinter” yang memerankan diri

    sebagai tabib/ dokter tetapi lebih ke mendorong bagaimana klien menemukan

    jalan kesembuhannya dan mantap menempuh jalannya kesembuhan itu.

    Untuk memperoleh hasil transformasi yang lebih baik pada kesehatan

    mental klien (pasien), seorang terapis harus melakukan beberapa hal

    diantaranya :

    1. Membangun komunikasi pasca ruqyah

    Folow-up untuk pendampingan pasca ruqyah adalah penting

    karena proses tranformasi mental itu butuh proses dan butuh

    pendamping, aktivitas-aktivitas empiris tertentu diperlukan untuk

    menghindarkan manusia dari berbagai problematika psikologisnya,

    berupa aktivitas perawatan (preservation), pencegahan (prevention)

    maupun penyembuhan (therapy) terhadap simptom-simptom psikis,

    53

    Hasil wawancara dengan mbk nana tgl 5 maret 2020

  • 42

    berdasarkan nilai-nilai religiusitas Islami. Secara mendasar transformasi

    adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sampai pada

    tahap tertinggi. Perubahan dilakukan dengan cara memberi respon

    terhadap variabel eksternal dan internal yang mengarahkan perubahan

    dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya.54

    Sebagaimana Sb1 ketika

    difollow up memberikan jawaban yang positif;

    untuk itu, skrg sy lebih sering untuk dzikir sholawat tiba2 mikir aneh2

    ato perasaan mulai gg enak sy berusaha selesaikan dgn dzikir.55

    Begitu juga Sb3 memberikan jawaban positif saat di_follow-up :

    “lebih berkomitmen ke diri sendiri, lebih menghargai orang tua.

    tidak mau bersangkutan dengan hal2 yang musyrik.”56

    2. Menjaga agar kesehatan mental tetap stabil

    Kesehatan mental dan menjaganya adalah hal yang urgen bagi

    kehidupan segala jenjang umur dan latar belakang sosial, mental health is

    about enhancing competencies of individuals and communities and

    enabling them to achieve their self-determined goals. Mental health

    should be a concern for all of us, rather than only for those who suffer

    from a mental disorder.57

    Adapun tujuan menajaga kesehatan mental menurut Mulyadi; yaitu

    membangun jiwa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT,

    mewujudkan diri menjadi Insan kamil, menuntun diri agar terhindar dari

    54

    Zaeny, Transformasi Sosial dan Gerakan Islam di Indonesia.2005. Diunduh dari (http:/ http://blog.ub.ac.id/ diakses tanggal 2 Maret 2020 09: 30

    55 Wawancara dengan subyek (Sb1) tgl 13 maret 2020

    56 Wawancara dengan subyek (Sb3) tgl 12maret 2020

    57 Journal WHO Department of Mental Health and Substance Dependence, 2003,7

    http://blog.ub.ac.id/

  • 43

    gangguan jiwa dan penyakit kejiwaan, oleh karena itu agar terhindar dari

    hal yang akan merusak diri, maka dekatkanlah diri kepada Allah SWT.58

    Di sinilah yang sering menjadi pertanyaan bagi mereka yang selesai

    menjalani program ruqyah bisa terjawab yaitu setelah ruqyah selesai

    apakah gangguan bisa datang kembali atau tidak. Menjawab ini perlu

    memahami dari mana gangguan itu bermula sebenarnya, menurut

    Perdana Ahmad “Bahwa berbagai bentuk gangguan jiwa berpangkal dari

    qolbu yang didominasi oleh dorongan hawa nafsu negatif (iri, dengki,

    memaksakan kehendak, anti sosial, dorongan berbuat kejahatan).59

    Oleh

    karena itu setelah menjalani ruqyah klien (pasien) diberi dzikir harian

    yang bisa mensugesti untuk terus bertransformasi diri, diantaranya dzikir

    itu adalah :

    ٌ ْر ِي ير ئ ٍ َد لدى ُكلِّ شد هُود عد يرُت ود ُْمي ييير ود ُِ ُْحر مر لدهُ الرحد ْركد لدهُ، لدهُ الرُملرُك ود ٌي هُ َلد شد ِد حر إيلدهد إيَلا هللاُ ود َلد

    Rasulullah berkata, “Barangsiapa setelah shalat shubuh

    membaca, ‘La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu lahul mulku

    wa lahul hamdu yuhyi wa yumit, wa huwa ‘ala syai’in qadir’ (10

    x), sementara kakinya masih terlipat (belum beranjak dari tempat

    shalat) dan belum berbicara, maka dicatat baginya sepuluh

    kebaikan, dihapus sepuluh kejahatannya, dan derajatnya

    ditinggikan. Selama hari itu dia akan terpelihara dari setiap sesuatu

    yang tidak diinginkan dan dijaga dari gangguan setan” (HR: al-

    Tirmidzi).60

    Dzikir di atas dibaca rutin 10x pagi 10x sore dibaca secara khusuk,

    akan menghantarkan klien mendapatkan ketangan dan memiliki sugesti

    positif untuk mendapat kebaikan dari Allah, yang hal ini mendasari tindakan-

    tindakan yang selalu optimis.

    58

    Mulyadi, Islam dan Kesehatan mental, Jakarta: Kalam Mulia, 2017, 5. 59

    Perdana Ahmad...94 60

    Azkar Imam Nawawi, beirut Daruttauzi‟ 1997:76

  • 44

    Kekhusukan jiwa ini diawali dengan ketenangan secara lahiriah,

    sehingga nabi mensyaratkan membacanya dalam keadaan kaki masih terlipat

    artinya masih posisi habis sholat dan dzikir setelah sholat. Sebagai terapi dan

    penjagaan kesehatan mental, membacanya dengan mengatur nafas perut 3

    tarikan, setelah nafas teratur maka membaca dzikir dimulai dengan

    menghayati makna dan khasiatnya sesuai tuntunan nabi Muhammad SAW.

    Dengan mempraktikkan ini secara rutin insyalloh akan melahirkan

    pribadi relegius dan memiliki mental sehat, sehingga kekhawatiran pasca

    ruqyah akan terganggu lagi bisa teratasi dengan program dzikir penjagaan ini.

  • 45

    BAB V

    PENUTUP

    Kesimpulan dan Saran

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil temuan baik melalui wawancara, observasi, dan

    dokumentasi, penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

    1. Ruqyah Syar‟iyyah terdiri dari tiga tahapan pra ruqyah, ruqyah, pasca-

    ruqyah, ketiganya saling berkait dan harus dilalui sesuai alur, pra-ruqyah

    harus memperhatikan kondisi klien (pasien) untuk penanganan terutama

    klien (pasien) yang trauma ruqyah di tempat lain bisa jadi klien (pasien)

    hanya butuh relaksasi dan kenyamanan, saat ruqyah ayat2 bisa dipilih

    sesuai hasil konseling bila berkaitan persoalan psikologi (mental) maka

    dzkir yang dibacakan adalah dzikir2 yang berisi penenangan, pasca-

    ruqyah kondisi klien (pasien) berbeda-beda ada yang mengalami

    perubahan lahir batin, ada pada batin saja, ada yang tidak begitu terasa

    perubahan, maka memberikan konseling pasca-ruqyah.

    2. Selama menjalani terapi ruqyah( klien) mengalami pengamalan sepiritual

    yang beragam dalam bentuk fikiran, perasaan dan pengalaman mistis.

    3. Setelah menjalani terapi ruqyah hal yang perlu diperhatikan terapis adalah

    kegiatan follow-up agar proses tranformsi diri bisa terkontrol dan

    berproses baik sesuai harapan.

  • 46

    B. Saran

    1. Peneliti

    Bagi peneliti selanjutnya sangat diharapkan untuk mengkaji lebih banyak

    tentang metode ruqyah syar‟iyyah untuk kesehatan mental

    2. Lembaga Tazkiya

    Membekali konselor dengan konsep Ruqyah Syari’iyyah sebagai

    (psikoterapi Islam) sehingga menjadikannya sebagai bagian instrumen

    penanganan klien (pasien) gangguan jin dan gangguan mental.

    3. Kemenag

    Menjadikan Ruqyah sebagai kurikulum di lembaga Pendidikan Islam

    dibawah naungan Kemenag karena Ruqyah syar‟iyyah bagian warisan

    kenabian; sebuah konsep kesembuhan Islami dan materi Pendidikan

    Spiritual keislaman

    4. Masyarakat

    Ruqyah Syari’iyyah merupakan bagian psikoterapi Islam yang selain

    sebagai terapi kesembuhan gangguan jin juga bisa menjadi sarana

    pengobatan mental dan sarana transformasi kesehatan mental.

  • 47

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja

    Grafindo Persada, 2001.

    Abu Al-Barra‟ Usamah Ibnu Yasin Al-Ma‟ani,Fath Al Haqq Al-mubin fi Ahkaam

    Ruqa Ash Dalam jurnal http://jurnal.fk.unand.ac.id

    Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

    Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Depok: PT Raja

    Grafindo Persada, 2017

    Al Mubarak, Husain dan Bukhari Abdul Muid. Sembuh dengan Ruqyah. Depok

    Hilal Media, 2015

    Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan

    Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

    Basri. Ruqyah Syar’iyah. Yogyakarta: Qur’anic Media Pustaka, 2005

    Colman, Andrew M. A Dictionary of Psychology, Third Edition. New York:

    Oxford University Press, 2009.

    Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.

    Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar, 2010

    Daryanto S.S. . Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo, 1997

    Dirgagunarsa, Singgih,Pengantar Psikologi.Jakarta: BPK Gunung Mulia,1988

    http://jurnal.fk.unand.ac.id/

  • 48

    Hamdani Bakran Adzakki. (2008). Konseling dan Psikoterapi Islam.

    Yogyakarta: Almanar

    Hasbiansyah, O. “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian

    dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi”, Mediator Vol. 9, No. 1 (Juni 2008):

    163-180.

    Hawari, Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Balai Penerbit

    Fakultas Kedokteran,2000.

    http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/issue/v

    Ibnu Manzur,Lisanul Arab Jilid 5,Kairo: Dar Al-Hadits,1423/2003M

    Ibnul Qoyyim, Zaadul Maad, terjemah,Pustaka Azam,2000

    Indigeanous,Jurnal Ilmiah Psikologi Vo.8.Nopember 2006.

    INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental 2018, Vol. 3(1), 1-12 doi:

    10.20473/jpkm.v3i12018

    INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental 2018, Vol. 3(1), 1-12 doi:

    10.20473/jpkm.v3i12018

    Islamiyah, Djami‟atul. Psikologi Agama: Beberapa Materi Pilihan. Salatiga:

    STAIN Salatiga Press, 2013.

    Journal WHO Department of Mental Health and Substance Dependence, Avenue

    Appia 20, 1211 Geneva 27, Switzerland. 2003

    http://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/issue/v

  • 49

    M. Darojat Ariyanto. (2007) Terapi Ruqyah terhadap Penyakit Fisik, Jiwa dan

    Gangguan Jin, Jurnal Suhuf, Vol. 19, No. 1, 2007

    M. Nur Abdul Hafizh, “Manhaj Tarbiyah Al Nabawiyyah Li Al-Thifl”,

    Penerj.Kuswandini, et al, Mendidik Anak Bersama Rasulullah SAW,

    Bandung: Al Bayan, 1997

    Muhammad Fadli, Khairani. (2019). Budapest International Research and

    Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Volume 2, No 3, August

    2019, Page: 204-209

    Mujib, A. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2001

    Mulyadi. Islam Dan Kesehatan Mental. Jakarta: Kalam Mulia, 2017

    Musthafa Fahmi, Kesehatan Mental dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat,

    Jilid 1, alih bahasa, Zakiah Daradjat, Jakarta: Bulan Bintang, 1977

    Perdana Ahmad, Quranic Healing Technology, Teknologo Penyembuhan Qurani,

    Jakarta: Pustaka Tarbiyah Semesta, 2014.

    Sahih Bukhori dari Ibnu Abas dalam Al Azkar Imam Nawai,terjemah,Insan

    Kamil,Sukoharjo,2017

    Sahih HR. Abu Dawud(3896) disahihkan Imam Albani dalam Al Azkar Imam

    Nawai,terjemah,Insan Kamil,Sukoharjo,2017

  • 50

    Shalih, Sya‟ban, Ensiklopedia Pengobatan Islam. Solo: Pustaka Arafah, 2012

    Shar‟u wa As-shir wa Al-ain dalam silsilah ilmiah:Nahwa Mausu‟ah

    Syar‟iyyah fi Ilmi Ar-Ruqa I (Dar Al-Ma‟alisitur ruqyah .net)

    Sugiyono. (2007). Metode Penelitian . Bandung: CV. Alfabeta.

    Sugiyono. (2010). Belajar Analisis data sampel. Bandung: CV.Alfabeta

    Syamsu Yusuf, Mental Hygiene Pengembangan Kesehatan Mental Dalam Kajian

    Psikologi dan Agama, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.

    Wahid Abdussalam Bali, Ruqyah Waqiyatul Insan Minal Jinni Wal Syaithan,

    Solo: Aqwam, 2012.

    Wasis, S. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta:

    Kedokteran EGC

    Yazid bin Abdul Qadir. Ruqyah Mengobati Guna-Guna & Sihir menurut Al-

    Quran, & As Sunnah yang Sahih. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2005.

    Yusak Burhanuddin. Kesehatan Mental,Bandung: Pustaka Setia, 1998.

    Yusuf Alqordhowi.(2002). Mauqif Islam Min Alilham wa alkasyfa Ar ru’ya wa

    min attamaim wa al kahanah wa arruqo. Kairo : Maktabah Wahbah

    Zakiah Daradjat. Islam & Kesehatan Mental,Jakarta: Toko Gunung Agung,2001

    Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental dan Peranannya dalam Pendidikan dan

    Pengajaran, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1984.

  • LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • Lampiran

    DATA KONDISI PASEIEN/ KLIEN

    Nama Lengkap

    Tempat/tgl lahir

    Alamat

    Telp /hp

    Keluhan sakit

    1.

    2.

    3.

    Diagnosa dokter

    Diagnosa pengobatan

    alternatif

    Isilah kolom jawaban dengan memberi tanda (√) pada salah satunya

    NO PERTANYAAN Jawaban

    Juml

    Ya Tdk Kdang

    1 Malas beraktivitas dalam kebaikan

    2 Merasa ada mengikuti, atau mengawasi

    atau mendampingi

    3 Saya merasa sulit untuk berkonsentrasi

    dalam bekerja

    4 Pernah atau sering mendengar suara

    letusan di atap atau sekitar rumah,

    khususnya di malam hari.

    5 Saya dapat beradaptasi dengan

    lingkungan sekitarnya

    6 Rasa Takut, resah, gelisah, sedih,

    minder.

    7 Sering berperasangka buruk, was-was

    8 Dorongan untuk melakukan perbuatan

    melanggar hukum Allah yang

    berulang-ulang

    9 bermimpi yang menakutkan atau yang

    tidak menyenangkan

    10 Sulit tidur atau banyak tidur

  • 11 Konflik dengan keluarga membuat saya

    enggan bersilaturahmi dan bertegur sapa

    12 Merasa ada bisikan2 di hati/ di telinga

    yg mendorong melakukan kejahatan

    atau suatu yg mecelakakan

    13 Saya merasa kelelahan tanpa sebab

    yang pasti

    14 Bisa melihat/mendengar/mencium

    “sesuatu” (makhluk, aroma atau benda)

    yang umumnya tidak terlihat oleh orang

    lain

    15 Tidak masalah dengan kegagalan, saya

    akan berusaha lebih baik

    16 Dengan kehidupan yang semakin sulit,

    saya ragu menatap masa depan

    17 Saya mengalami trauma, dan enggan

    memulai suatu hal yang pernah gagal

    saya lakukan

    18 Resah, takut atau marah dengan

    pembicaraan seputar Ruqyah.

    Salatiga,..........................2020

    ( )

  • WAWANCARA1 SUBJEK 1

    Interviewer : Harmuzi (A)

    Responden : (Sb1)

    Jumlah Responden : 1 orang

    Waktu Pelaksanaan : 6 MARET 2020 pukul 14.30

    Ket Verbatim

    A

    Sb1

    A

    Sb1

    A

    Sb1

    A

    Sb1

    A

    Sb1

    S1

    A

    Assalamu‟alaikum, perkenalkan saya p Harmuzi

    Wa‟alaikumsalam, saya Ana Pak

    Apakah sebelumnya pernah tahu atau bahkan menjalani ruqyah?

    Saya pernah ruqyah beberapa kali, nempelnya nempel banget, jadi kalau

    mau dikeluarin susah harus dengan plus2

    Mbk Ana percaya?

    kalau saya sih antara percaya ya tidak percaya, mungkin terbukanya baru

    sekarang, dengan ini bereaksi kalau tanya ke ustadz danu udah, dulu waktu

    diruqyah menggeliat, reaksi hanya duduk doang dan biasa reaksi cuman

    duduk doang, diruqyah tidak ada reaksi ya berarti memang saya

    bermasalahnya di sakit medis, dari dokter2 saya katanya vertigo , sayaraf

    kecepit epiles, dari obat2 syaraf saya kan dosisinya tinggi sampai terasa

    badan