Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

108
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Problem yang dialami manusia silih berganti dan tidak mengenal titik nadir, manusia dililit oleh masalah yang dilakukannya sendiri, problem ini menjadikannya sebagai makhluk yang kehilangan arah dan tujuan. Manusia kadang gagal mencegah dirinya dari kecenderungan berbuat diviatif (menyimpang) dan jahat karena kepentingan ekonomi, tuntutan biologis, status dan harga dirinya. Padahal kejahatan yang diperbuat merupakan bentuk penyimpangan terhadap norma – norma dan nilai – nilai kemanusiaan. Persoalan kejahatan dengan modus kejahatan menjadi masalah yang sering dihadapi oleh bangsa dan negara di muka bumi ini. Dalam wilayah sosial, masalah kekerasan yang dikaitkan dengan kasus - kasus kriminalitas cenderung 1

Transcript of Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Page 1: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Problem yang dialami manusia silih berganti dan tidak mengenal titik nadir,

manusia dililit oleh masalah yang dilakukannya sendiri, problem ini

menjadikannya sebagai makhluk yang kehilangan arah dan tujuan. Manusia

kadang gagal mencegah dirinya dari kecenderungan berbuat diviatif

(menyimpang) dan jahat karena kepentingan ekonomi, tuntutan biologis, status

dan harga dirinya. Padahal kejahatan yang diperbuat merupakan bentuk

penyimpangan terhadap norma – norma dan nilai – nilai kemanusiaan.

Persoalan kejahatan dengan modus kejahatan menjadi masalah yang sering

dihadapi oleh bangsa dan negara di muka bumi ini. Dalam wilayah sosial, masalah

kekerasan yang dikaitkan dengan kasus - kasus kriminalitas cenderung semakin

keras dan brutal. Hal ini mengisyaratkan bahwa kejahatan dengan modus

kekerasan tetap mengalami pasang surut. Problem kriminalitas yang menakutkan

bagi masyarakat yang kemunculannya biasanya tidak dapat diduga atau tiba – tiba

saja terjadi disuatu lingkungan dan komunitas yang melahirkan kejahatan karena

kejahatan tumbuh, berkembang dan sejajar dengan perkembangan masyarakat itu

sendiri.

1

Page 2: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Di antara anggota masyarakat yang sangat rentang menjadi korban

kejahatan adalah anak-anak, bahkan tidak jarang menimpa bayi yang baru lahir.

Mereka menjadi objek pelecehan dan perampasan hak, karena mereka berada

dalam posisi ketidak berdayaan untuk menghadapi individu yang lebih kuat dan

berkuasa dari mereka.

Realitas keadaan anak-anak di muka bumi ini masih belum

menggembirakan, terutama di negara – negara yang sedang berkembang. Nasib

mereka belum seindah ungkapan verbal yang sering memposisikan anak bernilai

penting dan sebagai penerus masa depan suatu bangsa, serta simbolik lainnya

terhadap anak tersebut. Anak di negara berkembang sering kali di eksploitasi dan

terdiskriminasi dalam bidang ekonomi khususnya. Sering kali anak dipekerjakan

dalam lingkungan – lingkungan industri dengan tidak diberikan haknya dengan

baik sebagai mana mestinya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang dieksploitasi

habis – habisan oleh kaum industrialis dengan jumlah waktu kerja yang sama

dengan waktu kerja orang dewasa bahkan tidak jarang juga melebihi waktu kerja

orang dewasa sedangkan upah yang mereka terima jauh dibawah standar upah

pekerja biasa. Kasus lain ditemukan bahwa tidak jarang anak dijadikan alat

pencari nafkah oleh orang tuanya atau suatu kelompok tertentu dengan

menjadikan mereka sebagai pengemis. Padahal secara jelas dicantumkan dalam

Konvensi Hak-Hak Anak yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa pada

tanggal 20 November 1989. sedangkan dalam mukaddimah deklarasi Perserikatan

Bangsa – Bangsa juga tersirat bahwa ummat manusia berkewajiban memberikan

2

Page 3: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

yang terbaik bagi anaknya. Semua pihak menyetujui peran anak ( rule of child

) merupakan harapan masa depan.

Sama halnya di Indonesia sebagai negara berkembang yang juga tidak

pernah lepas dari permasalahan sosial khususnya tentang masalah perlindungan

anak. Di antaranya yang sedang marak saat ini adalah tentang kasus pembuangan

anak. Hal inilah yang akan dikaji secara khusus oleh penulis dalam tesis ini.

Pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya berharap dapat memberikan hak – hak

bagi anak sebagaimana mestinya. Perhatian terhadap anak sebenarnya sudah lama

ada sejalan dengan peradaban manusia itu sendiri yang dari hari ke hari semakin

berkembang

Dalam rangkaian perundang – undangan yang pernah dan sedang berlaku,

perhatian terhadap anak sudah dirumuskan sejak tahun 1925, yang ditandai

dengan lahirnya Stb. 1925 No. 647 Junto Ordonansi 1949 No. 9 yang mengatur

pembatasan kerja anak dan wanita. Kemudian Tahun 1926 lahir pula Stb. 1926

No. 87 yang mengatur pembatasan anak dan orang muda bekerja diatas kapal.

Selanjutnya pada tanggal 8 Maret 1942 lahirlah Kitab Undang – Undang Hukum

Pidana ( KUHP ), yang disahkan mulai berlaku pada tanggal 26 Februari 1946.

pada tahun 1948 lahir Undang –Undang Pokok Perburuhan ( Undang – Undang

No. 12 tahun 1948 ) yang melarang anak melakukan pekerjaan. Pada tanggal 23

Juli 1979 lahir pula Undang – Undang No. 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan

Anak dengan Peraturan Pelaksanaan PP No.2 Tahun 1988 tentang Usaha

Kesejahteraan Anak (29 Februari 1988 ), kemudian pada tanggal 22 oktober

diundangkan Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

3

Page 4: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

diterbitkan sebagai pijakan untuk memenuhi Hak dan Kewajiban Anak secara

luas. Dalam Konvensi Hak Anak dan dalam pasal (2) Undang – Undang No. 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak memberi perhatian kepada anak secara

khusus yang dicerminkan dengan prinsip – prinsip :

1. Tanpa diskriminasi (non discrimination )

2. Kepentingan terbaik bagi anak (the interest of the child )

3. Prinsip hak – hak anak untuk hidup, bertahan hidup dan

pengembangan (the right to life, survival and development)

4. Prinsip menghormati pandangan anak ( respect to the views of the

child)

Kepentingan terbaik bagi anak menjadi prinsip tatkala sejumlah kepentingan

lain melingkupi kepentingan anak. Sehingga, dalam hal ini kepentingan terbaik

harus diutamakan dari kepentingan lainnya. Kepentingan terbaik bagi anak bukan

dipahami sebagai pemberian kebebasan kepada anak untuk menentukan pendapat

dan pandangannya sendiri secara liberal. Peran orang dewasa justru untuk

menghindarkan anak memilih suatu keadaan yang justru tidak adil dan tidak

eksploratif walaupun hal itu tidak lagi dirasakan oleh seorang anak. Pelaksanaan

Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak belum

menunjukkan hasil yang signifikan, kenyataannya anak masih sering

tereksploitasi dan hak – haknya masih sering dirampas oleh orang dewasa.

Nampaknya Negara belum mampu untuk konsisten menegakkan hak – hak anak

walaupun relative perangkat hukumnya telah tersedia. ironis memang hukum

4

Page 5: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

sebagai regulasi mengenai perlindungan anak hanya menjadi hiasan bibir belaka

dan hampir tidak bermakna lagi.

Tindak kekerasan yang dialami oleh anak, jarang terekspos sebab masalah

ini sering dianggap sebagai masalah interen baik keluarga maupun individu.

Tindak kekerasan terhadap anak baru menjadi perhatian public ketika jumlah anak

yang menjadi korban kekerasan semakin bertambah.Hal ini menjadi tantangan

tersendiri bagi pihak kepolisian dalam mencegah dan menanggulangi terjadinya

kasus kekerasan terhadap anak khususnya kasus tindak pidana pembuangan bayi.

Usia anak yang menjadi korban kekerasan tak hanya menimpa anak di atas

usia lima tahun tapi juga menimpa anak yang baru lahir, anak tersebut biasanya

dibuang di selokan, di tempat sampah, di sungai bahkan sering kali diletakkan

begitu saja di depan sebuah toko atau bahkan dirumah warga atau dengan kata lain

berusaha disembunyikan dengan paksa agar aib orang tuanya, khususnya orang

tua kandung tidak sampai ke permukaan. Seperti kasus yang terjadi di daerah

Pannakkukang tepatnya hari kamis (15/4) sekitar pukul 19 :15 Wita, seorang anak

perempuan yang baru berusia seminggu ditinggalkan oleh ibunya di sebuah

bengkel trali yang terletak di jalan Abdullah Dg sirua ( Sumber: Data Lembaga

Perlindungan Anak sulawesi selatan ( Tribun Timur, 16 April 2011) ).

Dari latar belakang masalah tersebut di atas, penulis memutuskan untuk

mengangkatnya ke dalam tesis dengan judul “Tinjauan Kriminologis Terhadap

Tindak pidana pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang tua kandung”.

5

Page 6: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang mendorong terjadinya pembuangan bayi yang

dilakukan oleh orang tua kandung ?

2. Upaya apakah yang harus dilakukan untuk menanggulangi tindak pidana

pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang tua kandung ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui :

1. Faktor - faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembuangan bayi yang

dilakukan oleh orang tua kandung.

2. Upaya - upaya yang ditempuh untuk menangani kasus tindak pidana

pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang tua kandung.

D. Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini dilakukan dan mencapai tujuan seperti yang telah

dirumuskan, maka hasilnya diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara

teoritis maupun manfaat praktis yang meliputi :

6

Page 7: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan

pengetahuan baik penulis sendiri, masyarakat secara luas dan teristimewa

bagi mahasiswa yang sedang menempuh studi dalam memahami dan

mengkaji ilmu - ilmu hukum sebagai referensi, sekaligus diharapkan

dapat memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan

kaitannya dengan kasus-kasus yang menyangkut tindak pidana terhadap

anak.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak

kepolisian dan pemerintah (khususnya pemerintah Kota Makassar) untuk

mencegah dan menanggulangi kasus pembuangan anak yang dilakukan

oleh orang tua.

BAB II

7

Page 8: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

kejahatan. Istilah kriminologi pertama kali dipergunakan oleh seorang antropolog

Perancis, Paul Topinard (1830 – 1911 ). Secara harfiah kriminologi berasal dari

kata “crime”yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu

pengetahuan , jadi kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat.

Wolf Gang Savitz dan Johnston (B. Simandjuntak,1981 :5) dalam the

sociology of crime an delinquency menyatakan bahwa :

“ kriminologi adalah kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk meperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan – keterangan, keseragaman, pola – pola dan faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya”.

W.A.Bonger (Topo Santoso-Eva Achjani Zulfa, 2001:7) mendefenisikan

kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki kejahatan

seluas – luasnya, lebih lanjut Bonger membagi kriminologi menjadi kriminologi

murni yang mencakup :

8

Page 9: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

a). Antropologi kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentng manusia yang jahat.b). Social kriminil, ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu

gejala masyarakat.c). Psikologi kriminal, ialah ilmu tentang kejahatan dipandang dari sudut

ilmu jiwa.d). Psikopatologi dan neuropatologi kriminologi, ialah ilmu pengetahuan

tentang penjahat dan sakit jiwa atau urat syarafnya.e). Penologi, ialah ilmu pengetahuan tentang tumbuh dan berkembangnya

hukuman.

Disamping itu pula terdapat kriminologi terapan yang mencakup :

1) Higine criminal, ialah usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan

2) Politik kriminil, ialah usaha penanggulangan kejahatan dimana suatu krjahatan telah terjadi, menyangkut sebab – sebab seseorang melakukan kejahatan.

3) Kriminalistik ( Police Scientific ) merupakan ilmu tentang pelaksanaan penyidikan, tehnik kejahatan dan pengusutan kejahatan.

Disisi lain Vrij (B.Simandjuntak, 1981:5) dalam karyanya Enige Kanten van

Het Object der Criminologie mengemukakan bahwa:

“ Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kejahatan

baik sebagai gejala maupun sebagai faktor sebab akibat dari kejahatan itu”.

Michael dan Adler (Topo Santoso-Eva Achjani, 2001:12) juga berpendapat

bahwa :

“kriminologi adalah keseluruhan keterangan mengenai perbuatan dan sifat dari para penjahat, lingkungan mereka dan cara mereka secara resmi diperlakukan oleh lembaga – lembaga penertib masyarakat dan oleh para anggotanya”.

Dari sekian banyak defenisi tentang kriminologi yang telah dikemukakan

oleh beberapa pakar diatas maka dapat disimpulkan bahwa kriminologi ditujukan

untuk menganalisa sebab – sebab kejahatan tapi tidak terbatas pada bidang itu

9

Page 10: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

saja, kriminologi juga meliputi penology dan politik criminal yaitu ilmu

pengetahuan terhadap pelaku.

Menurut E.H.Sutherland ( Topo Santoso – Eva Achjani, 2001:12)

menyatakan bahwa kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang

bertalian perbuatan jahat sebagai gejala sosial. Selain itu, beliau juga membagi

kriminologi ke dalam tiga bagian utama yaitu :

1. Sosiologi Hukum

Sosiologi hukum memandang bahwa kejahatan adalah perbuatan yang

oleh hukum dilarang dan diancam dengan suatu sanksi, jadi yang

menentukan bahwa suatu perbuatan merupakan kejahatan adalah

hukum.

2. Etiologi kejahatan

Etiologi kejahatan merupakan cabang ilmu kriminologi yang paling

utama dalam menentukan sebuah tindak kejahatan.

3. Penologi

Penologi pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, akan tetapi

Sutherland memasukkan hal – hal yang berhubungan dengan usaha

pengendalian kejahatan baik represif maupun preventif.

Lain halnya dengan Paul Mudigdo Mulyono (Topo Santoso – Eva Achjani,

2001:11 ) yang tidak sependapat dengan defenisi yang dikemukakan oleh

Sutherland.menurutnya devinisi itu seakan – akan tidak memberikan gambaran

10

Page 11: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

bahwa pelaku kejahatan itu pun mempunyai andil atas terjadinya kejahatan bukan

semata – mata perbuatan yang di tentang oleh masyarakat akan tetapi adanya

dorongan dari sisi si pelaku untuk melakukan perbuatan yang ditentang oleh

masyarakat tersebut, oleh karenanya Paul Modigdo mulyono memberikan defenisi

kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai

masalah manusia.

2. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana merupakan terjemahan dari kata “delictum” dan “delicta”

(bahasa Latin) dan dalam KUHP dikenal dengan istilah “straf baarfeit” yang

merupakan bahasa Belanda. Poerwodarmito (1996:229) menyatakan bahwa tindak

pidana diartikan sebagai kejahatan, pelanggaran, dosa, dan kesalahan. Kemudian

oleh beberapa sarjana hukum, perkataan strafbaarfeit diterjemahkan secara

berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing, seperti: peristiwa

pidana, perbuatan pidana, tindak pidana, perbuatan yang dapat dihukum, dan ada

pula yang menggunakan istilah delik.

Moeljatno (1983:54) mengemukakan istilah perbuatan pidana sebagai

perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi

barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa

perbuatan pidana yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam asal saja

dalam hal itu diingat bahwa larangan ditujukan pada perbuatan (yaitu keadaan

yang timbul oleh kelakuan orang) sedang ancaman pidana ditujukan kepada yang

menimbulkan kejadian itu.

11

Page 12: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Moeljatno tidak setuju terhadap penggunaan istilah peristiwa pidana dengan

alasan karena alam dan hewan pun dapat menimbulkan peristiwa yang dari sudut

hukum pidana tidak mempunyai arti sama sekali. Hal ini ditegaskan Moeljatno

(1983:31) yaitu kurang tepat jika untuk pengertian yang abstrak itu digunakan

istilah peristiwa tindak pidana, sebagaimana halnya dalam Pasal 14 ayat 1 UUD

Sementara dahulu memakai istilah peristiwa pidana sebab peristiwa itu adalah

pengertian yang kongkrit yang menunjukkan kejadian yang tertentu saja,

misalnya: matinya, peristiwa ini sangat tidak mungkin dilarang. Hukum pidana

tidak melarang adanya orang mati karena sudah tua, dan peristiwa itu tidak

penting sama sekali bagi hukum pidana.

Berdasarkan pendapat di atas, maka istilah tindak pidana senantiasa

menimbulkan perdebatan dalam istilah hukum oleh para pakar hukum.

Penggunaan istilah tindak pidana dikemukakan oleh Prodjohamidjojo (1996:57)

bahwa pidana adalah suatu penderitaan yang oleh undang-undang pidana telah

diakibatkan dengan pelanggaran terhadap suatu norma, yang dengan suatu

putusan hakim telah dijatuhkan bagi seseorang yang bersalah.

Prakoso (1984:19) mengemukakan bahwa hukum pidana yang berlaku

sekarang disebut schuldstrafrecht (hukum pidana kesalahan), yang mengandung

arti bahwa untuk adanya pemidanaan harus ada kesalahan pada si pelaku (asas

nulla poena sine culpa). Hanya harus ditambahkan disini bahwa asas kesalahan itu

tidak berarti bahwa tindak pidana tidak boleh lebih berat dari apa yang dibenarkan

oleh kesalahan yang telah diperbuat oleh si pelaku.

12

Page 13: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Berdasarkan pendapat di atas, maka perbuatan seseorang yang menimbulkan

kerugian dapat pula dijatuhkan pidananya, bukan hubungan sesuatu yang bersalah

dengan yang dirugikan, melainkan hubungan dari yang bersalah terhadap

pemerintah yang ditugaskan untuk melindungi kepentingan masyarakat.

Rumusan perbuatan yang dapat dipidana adalah perbuatan yang diancam

pidana oleh undang-undang yang dinyatakan secara terang. Dalam KUHP Pasal 1

ayat (1) dinyatakan bahwa tiada suatu perbuatan dapat dipidana, melainkan atas

kekuatan-ketentuan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada sebelum

perbuatan itu terjadi.

Berdasarkan rumusan di atas, maka tidak ada suatu perbuatan dapat

dihukum sebelum dinyatakan di dalam undang-undang, dan apabila ada undang-

undang sesudah perbuatan itu terjadi, tanggal berlakunya undang-undang tidak

boleh surut (mundur). Dalam bahasa Latin disebutkan “Nullum delictum, nulla

poena praevia lege poenali”, artinya, tiada delik, tiada hukuman tanpa suatu

peraturan yang terlebih dahulu menyebut perbuatan yang bersangkutan sebagai

suatu delik yang memuat hukuman yang dapat dijatuhkan atas delik itu.

(Projohamidjojo, 1996:9).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat diperoleh berbagai

kesimpulan tentang tindak pidana, yaitu:

a) Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, kalau hal

itu terlebih dulu belum dinyatakan dalam suatu undang-undang.

13

Page 14: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

b) Untuk menentukan adanya perbuatan pidana, tidak boleh digunakan

analogis.

c) Aturan hukum pidana tidak berlaku surut.

Secara harfiah, tindak pidana diterjemahkan sebagai perbuatan yang dapat

dipidana. Feit diartikan sebagai tindakan atau perbuatan, sementara straf

diartikan pidana, sehingga straf baarfeit diartikan sebagai suatu perbuatan yang

dapat dipidana.

Pompe (Poernomo, 1982:91) mengemukakan bahwa definisi menurut teori,

memberikan pengertian strafbaarfeit adalah suatu pelanggaran terhadap norma

yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan membuat kesejahteraan umum. Sedangkan

defenisi menurut hukum positif, merumuskan pengertian strafbaarfeit adalah suatu

kejadian (feit) yang dapat diancam pidana oleh undang-undang atau oleh aturan

perundang-undangan dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.

Tindak pidana atau tindak kejahatan merupakan terjemahan yang diberikan

oleh pakar hukum yang diambil dari istilah bahasa Belanda yang terdapat dalam

Wetboek Van Straf Recht yang sekarang menjadi Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) yakni strafbaarfeit.

Perbedaan pandangan dan pendapat dari para ahli hukum maupun

pembentuk undang-undang dalam hal mendefenisikan istilah tindak pidana yang

disetarakan dengan istilah perbuatan pidana, maupun peristiwa pidana, dan lain

sebagainya.

14

Page 15: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Kemungkinan untuk mengalihkan bahasa dari istilah asingnya yaitu

strafbaarfeit. akan tetapi dari pengalihan bahasa tersebut, apakah berpengaruh atau

tidak dalam makna dan pengertiannya yang disebabkan oleh sebagian besar

kalangan para ahli hukum belum secara jelas dan terinci dalam menerangkan

pengertian istilah tindak pidana, ataukah sekedar mengalihkan bahasanya. Hal

tersebut yang merupakan pokok perbedaan pandangan di antara para ahli hukum

dalam mendefinisikan istilah tindak pidana.

Pengertian tindak pidana sebagai suatu dasar hukum dalam ilmu hukum

terutama hukum pidana yang ditujukan sebagai suatu istilah perbuatan yang

melanggar norma-norma atau aturan hukum yang berlaku di suatu negara. Oleh

karena itu, Daliyo (2001:93) mengemukakan syarat-syarat suatu perbuatan yang

mengandung tindak pidana, yaitu:

1. Harus ada suatu perbuatan, yaitu suatu kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang.

2. Perbuatan harus sesuai sebagaimana yang dirumuskan

dalam undang-undang. Pelakunya harus telah melakukan suatu kesalahan dan

harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

3. Harus ada kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Jadi perbuatan itu memang dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang

melanggar hukum.

4. Harus ada ancaman hukumannya. Dengan kata lain,

ketentuan hukum yang dilanggar itu mencantumkan sanksinya.

15

Page 16: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Berdasarkan syarat-syarat di atas, maka perbuatan yang dapat dikatakan

suatu tindak pidana adalah perbuatan yang dapat dibuktikan sebagai suatu

perbuatan yang melanggar ketentuan hukum atau undang-undang yang berlaku,

dan disertai ancaman hukumannya untuk mempertanggung jawabkan perbuatan

tersebut.

3. Unsur-unsur Tindak Pidana

Mengklasifikasikan suatu tindak pidana ke dala unsur-unsurnya, maka yang

perlu diperhatikan adalah apakah perbuatan tersebut telah melanggar undang-

undang atau tidak. Berbagai macam tindak pidana yang diatur dalam KUHP pada

umumnya dapat diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur

subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif tersebut merupakan unsur-unsur yang

melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku,

termasuk di dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.

Menurut Lamintang (1997:193) bahwa unsur-unsur subjektif dari suatu

tindak pidana, antara lain:

a) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (Dolus atau Culpa);

b) Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging, seperti yang

dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP;

c) Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat dalam

kejahatan- kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan

lain-lain;

16

Page 17: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

d) Merencanakan terlebih dahulu atau Voorbedachte road seperti yang

terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;

e) Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana

menurut Pasal 308 KUP.

Sedangkan unsur objektif merupakan unsur-unsur yang ada hubungannya

dengan keadaan-keadaan, yaitu dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan

dari si pelaku itu harus dilakukan. Lebih lanjut Lamintang (1997:194)

mengemukakan unsur-unsur objektif tindak pidana, antara lain:

1) Sifat melanggar hukum;

2) Kualitas si pelaku, misalnya keadaan sebagai pegawai negeri di dalam

kejahatan menurut Pasal 415 KUHP atau keadaan sebagai pengurus atau

komisaris dari suatu Perseroan Terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal

398 KUHP.

3) Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab

dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang terpenting dalam merumuskan

suatu tindak pidana yaitu apakah dari perbuatan tersebut terdapat suatu sifat

melanggar hukum, walaupun pembentuk undang-undang tidak menyatakan dalam

suatu unsur tindak pidana. Akan tetapi unsur tersebut sebenarnya dapat bertujuan

untuk mengklasifikasikan bahwa benar perbuatan tersebut adalah suatu tindak

pidana, dan unsur lainnya seperti kausalitas di mana sebab dan akibat menjadi

tolak ukur dalam menentukan bahwa itu suatu tindak pidana atau bukan

merupakan tindak pidana.

17

Page 18: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

B. Pengertian Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto

( 2001 : 41 ) “bayi adalah Anak yang belum lama lahir”

Menurut Hukum Pidana pasal 45 KUHP menyebutkan bahwa :

“Anak adalah anak yang belum cukup dewasa atau anak yang umurnya belum

cukup 16 (enam belas ) tahun”.

Di dalam pasal 330 ayat (1) KUHPerdata memberikan defenisi yang

berbeda tentang anak yakni anak yang belum dewasa adalah anak yang belum

mencapai usia 21 (dua puluh satu ) tahun dan belum pernah kawin.

Sama halnya di dalam hukum adat yang tidak memberikan ketentuan yang

pasti tentang kapan orang dapat dianggap dewasa. Misalnya di daerah jawa barat,

ukuran kedewasaan seseorang diukur dari sisi :

1. Dapat mandiri ( bekerja sendiri ).

2. Cakap untuk melakukan apa yang disyaratkan dalam kehidupan

bermasyarakat dan bertanggung jawab.

3. Dapat mengurus harta kekayaan sendiri.

Lain halnya dalam hukum islam yang mengemukakan bahwa dalam hukum

islam, batas kedewasaan seseorang tidak berdasarkan kepada hitungan usia tapi

sejak adanya tanda – tanda perubahan badaniah, bagi pria apabila dia sudah mimpi

18

Page 19: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

maka ia dikatakan sudah dewasa dan bagi wanita apabila sudah mendapat haid

( datang bulan ) maka dia juga sudah dapat dikatakan dewasa.

Selain beberapa pengertian anak di atas, masih terdapat pula beberapa

pengertian anak menurut ketentuan undang – undang yang berlaku di Indonesia

(M. Ghufran H:1 ) yakni :

1. Menurut Undang – Undang RI No. 3 Tahun 2007 tentang peradilan

anak dalam pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa anak adalah

seseorang yang mencapai umur 8 (delapan ) tahun tapi belum mencapai

umur 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin

2. Menurut undang – undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan

anak dalam pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang berada dalam

kandungan.

3. Undang – Undang RI No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak

dalam pasal 1 ayat (2) yang menyebutkan bahwa anak adalah seseorang

yang belum mencapai umur 21 tahun.

4. Undang –Undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia

(HAM) yang terdapat dalam pasal 1 ayat (5) yang menyebutkan bahwa

anak adalah seseorang yang umurnya berada di bawah 18 tahun dan

belum menikah termasuk anak yang masih berada di dalam kandungan.

5. Menurut Konvensi Hak Anak yang menyebutkan bahwa anak adalah

setiap manusia di bawah umur 18(delapan belas )tahun kecuali

19

Page 20: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

berdasarkan undang – undang yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan

bahwa dewasa dicapai lebih awal.

Dari beberapa pengertian anak di atas, maka pengertian anak yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan

belas ) tahun dan atau belum menikah termasuk anak yang masih berada dalam

kandungan.

C. Pengertian Perlindungan Anak dan Dasar Hukum Perlindungan Anak

Istilah perlindungan anak mengandung arti perlindungan dari kekerasan,

abuse (penganiayaan) dan eksploitas. Dalam bentuknya yang paling sederhana,

perlindungan anak mengupayakan agar sang anak tidak dirugikan. Perlindungan

anak brsifat melengkapi hak – hak lain yang menjamin bahwa anak – anak akan

menerima apa yang mereka butuhkan agar dapat bertahan hidup, tumbuh dan

berkembang.

Perlindungan anak menurut pasal 1 ayat (2) Undang – Undang No. 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa :

“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak – anak dan hak – haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan”.

20

Page 21: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Selain itu di dalam Undang – Undang perlindungan anak juga mengatur

mengenai perlindungan khusus bagi anak yakni :

“Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang di eksploitasi ekonomi dan atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalagunaan narkotika, alcohol, dan zat adiktif lainya (napza ), anak korban kekerasan fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat dan anak dari korban perlakuan salah dan penelantaran”.

Kemudian yang menjadi dasar hukum perlindungan anak adalah Undang –

Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak diundangkan pada tanggal

22 Oktober 2002. pada dasarnya perlindungan anak bertujuan untuk menjamin

terpenuhinya Hak – Hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan

berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta

mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak

Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.

Karena itu, penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan

Undang – Undang Dasar Tahun 1945 serta prinsip – prinsip dasar Konvensi Hak

Anak yang meliputi non- Diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak

untuk hidup, kelangsungan hidup,dan perkembangan serta penghargaan terhadap

pendapat anak.

Adapun hak – hak anak yang diatur dalam Undang – Undang No. 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak yaitu :

1. Hak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi

21

Page 22: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

(pasal 4);

2. Nama dan status kewarganegaraan (pasal 5);

3. Beribadah menurut agama, berfikir dan berekspresi (pasal 6)

4. Mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang

tuanya(pasal 7 ayat (1));

5. Memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial ( pasal 8);

6. Memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 9);

7. Menyatakan pendapat, menerima, mencari dan memberikan informasi

(pasal 10);

8. Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak

sebaya, bermain dan berkreasi ( pasal 11);

9. Anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan

sosial dan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial (pasal 12);

10. Mendapat perlindungan dari : a) diskriminasi; b)eksploitasi,baik

ekonomi maupun seksual; c) penelantaran; d) kekejaman, kekerasan

dan penganiayaan; e) ketidak adilan ; dan f) perlakuan salah lainnya

(pasal 13 ayat (1));

11. Mendapat perlindungan dari; (a) penyalahgunaan dalam kegiatan

politik; (b)pelibatan dalam sengketa bersenjata; (c) pelibatan dalam

konflik sosial; (d) pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur

kekerasan; dan (e) pelibatan dalam peperangan (pasal 15);

12. Perlindungan dari penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman

tidak manusiawi (pasal 16 ayat (1)).

22

Page 23: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Selain itu penyelenggaraan perlindungan anak bukan hanya kewajiban dan

tanggung jawab orang tua tapi juga kewajiban dan tanggung jawab negara dan

pemerintah.

D. Kewajiban dan Tanggung Jawab Orang Tua Menurut Undang –

Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Dalam pasal 26 Undang – undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

anak, mengatur kewajiban dan tanggung jawab orang tua yakni:

a) Mengasuh, memelihara, mendidk dan melindungi anak,

b) Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan

minatnya dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak – anak.

Dalam hal orang tua tidak ada atau karena sesuatu sebab tidak dapat

melaksanakan kewajiba dan tanggung jawabnya, maka kewajiban dan tanggung

jawab sebagaimana dimaksud dapat beralih kepada keluarga yang dilaksanakan

sesuai dengan Undang – Undang.

E. Kejahatan Yang Berhubungan Dengan Pembuangan Anak

23

Page 24: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Di dalam kitab Undang – Undang Hukum Pidana ( KUHP ) terdapat

beberapa ketentuan pidana yang berhubungan dengan pembuangan anak, antara

lain :

Pasal 304 KUHP yang menyebutkan bahwa :

“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan, sedang ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang berlaku atasnya atau karena menurut perjanjian, dihukum penjara selama – lamanya dua tahun delapan bulan atau sebanyak – banyaknya Rp 4.500”.

Yang dihukum menurut pasal ini adalah orang yang sengaja menyebabkan

atau membiarkan orang dalam kesengsaraan, sedang ia wajib memberikan

kehidupan, perawatan dan pemeliharaan kepada orang itu karena hukum yang

berlaku atau karena perjanjian, misalnya orang tua membiarkan anaknya dalam

kesengsaraan, demikian pula kepada wali terhadap anak peliharaanya.(R.Soesilo,

1996 : 223-224).

Pasal 305 KUHP yang menyebutkan bahwa :

“Barang siapa yang menaruhkan anak di bawah umur tujuh tahun di suatu tempat supaya dipungut oleh orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pemeliharaan anak tersebut, meninggalkanya, dihukum penjara sebanyak – banyaknya lima tahun enam bulan”.

Menaruh anak yang dimaksud dalam pasal di atas sama dengan menaruh

anak kecil yang artinya meninggalkan anak kecil belum berumur tujuh tahun di

24

Page 25: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

suatu tempat, sehingga dapat ditemukan oleh orang lain dengan tidak mengetahui

siapa orang tuanya, maksudnya ialah untuk melepaskan tanggung jawab atas anak

itu. Ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Jika yang melakukan perbuatan itu ialah

bapak atau ibunya sendiri maka ancaman hukumannya ditambah dengan

sepertiga. Jika perbuatan itu dilakukan oleh seorang ibu tidak berapa lama setelah

anak itu dilahirkan oleh karena ketakutan akan diketahui orang kalau dia telah

melahirkan anak, maka ancaman hukumannya dikurangi separuh. (R.Ssoesilo,

1996:223-224).

Dalam pasal 306 KUHP yang juga menekankan :

1. Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 305 itu

menyebabkan luka maka si tersalah dihukum penjara selama – lamanya

tujuh tahun enam bulan.

2. Kalau salah satu perbuatan itu menyebabkan lematian maka si bersalah

tersebut dihukum penjara selama – lamanya sembilan tahun.

Pasal 307 KUHP menyebutkan bahwa jika yang melakukan perbuatan

tersebut adalah bapak atau ibu dari anak tersebut maka baginya hukuman yang

ditentukan dalam pasal 305 KUHP dan pasal 306 KUHP dapat ditambah dengan

sepertiga.

Kemudian pasal 308 KUHP yang menyebutkan :

25

Page 26: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

“Jika seorang ibu menaruh di suatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak berapa lama sesudah anak itu dilahirkan oleh kaena takut akan diketahui orang dia akan melahirkan seorang anak atau dengan maksud akan terbebas dari pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, maka hukuman maksimum yang tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi seperdua”.

Selain beberapa ketentuan pidana yang terdapat dalam Kitab Undang –

Undang Hukum Pidana (KUHP) yang telah dijelaskan di atas masih terdapat lagi

ketentuan yang mengatur tentang masalah anak tersebut yakni terdapat dalam

pasal 77 huruf b Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak yakni :

“Penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental maupun sosial dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”.

F. Teori –Teori Tentang Penyebab Terjadinya Kejahatan

Di dalam ilmu kriminologi terdapat berbagai macam teori – teori yang dapat

digunakan untuk menganalisa mengenai sebab – sebab terjadinya suatu kejahatan.

Dalam teori tersebut terdapat berbagai persfektif yang berbeda tidak hanya pada

subjek penelitian tapi juga pada fokus atau sasaran penelitian.

Berikut beberapa teori mengenai sebab terjadinya suatu kejahatan :

26

Page 27: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

1) Teori Konflik

George B Vold (1896 – 19670) adalah orang pertama yang

menghubungkan teori konflik dengan kriminologi, menurut pendapatnya individu

– individu terikat bersama dalam kelompok karena mereka social animals dengan

kebutuhan – kebutuhan yang sebaiknya dipenuhi melalui tindakan kolektif. Jika

kelompok itu melayani anggotanya, ia akan terus hidup tapi jika tidak maka

kelompok lain akan mengambil alih. Penjelasan Mark dan Angel tentang teori

konflik ini terdapat dalam beberapa dalil berikut ini (Topo Santoso –Eva Achjani

zulfa, 2001:107 )

a) Konflik kepentingan antara kelompok – kelompok berbeda akan

ditingkatkan oleh ketidak merataan distribusi sumer – sumber langka

(seperti sandang, pangan, papan dan sebagainya ).

b) Mereka yang menerima lebih sedikit akan mempertanyakan legitimasi

dari pengaturan, begitu mereka tau “perlakuan kasar” yang mereka

dapatkan.

c) Kelompok – kelompok ini kemudian cenderung mengorganisasikan dan

membawa konflik terbuka, dimana setelah mungkin terjadi polarisasi

dan kekerasan yang membawa redistribusi arus sumber – sumber

langkah - langkah tadi sehingga bisa diperoleh setiap orang.

Menurut pandangan mereka, kapitalisme merupakan akar dari

konflikkarena ia merupakan sumber dari ketidak samaan yang tidak adil. Pada

abad ke- 20, perspektif konpleks dari Marx dan Angel diterapkan secara khusus ke

dalam kriminologi oleh William Bonger, menurutnya di bawah kapitalisme

27

Page 28: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

muncul pemisahan tajam antara penguasa dan yang dikuasai yang berasal dari

ekonomi itu sendiri. Bonger menelusuri segitu banyak kejahatan pada kemiskinan

yang disebabkan oleh kapitalisme. Kejahatan dilihat Bonger sebagai suatu produk

sistem ekonomi yang mendorong mentalitas tamak, egoistis, mengejar nomor satu

sementara pada saat yang bersamaan membuat yang kaya semakin kaya dan yang

miskin semakin miskin.

2. Teori Label

Teori label mempunyai perbedaan orientasi tentang kejahatan dengan teori

– teori kejahatan yang lain. Banyak pakar kriminologi menghubungkan teori

labeling dengan buku Frank Tannenbaum (1983), “crime and community” .

menurut Tannembaun, kejahatan tidaklah sepenuhnya merupakan hasil dari

kekurang mampuan seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan kelompoknya.

Dengan demikian menurut Tannembaun kejahatan merupakan hasil dari konflik

antara kelompok dengan masyarakat yang lebih luas.

Pendekatan teori label dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu :

a) Persoalan labeling pertama, memperlakukan labeling sebagai

depending variabel atau tidak bebas dan keberadaannya memerlukan

penjelasan, labeling dalam arti ini adalah labeling sebagai akibat dari

reaksi masyarakat.

b) Persoalan labeling ke dua adalah bagaimana labeling

mempengaruhi seseorang yang terkena label /cap, memperlakukan

28

Page 29: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

labeling sebagai variabel yang independen atau variabel

bebas/mempengaruhi.

Dalam kaitan ini, ada dua proses bagaimana labeling mempengaruhi

seseorang yang terkena label / cap untuk melakukan penyimpangan tingkah

lakunya.

Pertama, cap/ label tersebut menarik perhatian pengamat dan

mengakibatkan pengamat selalu memperhatikan dan kemudian seterusnya

cap/label tersebut melekat pada orang tua tersebut.

Kedua, label atau cap terebut sudah diadopsi oleh seseorang dan membawa

pengaruh pada dirinya ia mengetahui dengan sendirinya bagaimana cap/label

ersebut diberikan padanya oleh si pengamat.

Salah satu dari ke dua proses di atas dapat memperbesar penyimpangan

tingkah laku (kerja) dan membentuk karir kriminal seseorang.seseorang yang

telah memperoleh cap/label dengan sendirinya akan menjadi perhatian oleh orang

– orang yang ada di sekitarnya. Selanjutnya kewaspadaan dan perhatian orang –

orang di sekitarnya akan mempengaruhi orang yang dimaksud sehingga kejahatan

kedua dan selanjutnya akan memungkinkan terjadi lagi.

Dua konsep penting dalam teori labeling adalah “primary deviance” dan

“secondary deviance”.”primary deviance” ditujukan kepada perbuatan

penyimpangan tingkah laku awal, sedangkan “secondary deviance” adalah

berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang sebagai

akibat dari penangkapan dan cap sebagai penjahat. Sekali cap atau status ini

dilekatkan pada seseorang, maka sangat sulit orang yang bersangkutan oleh

29

Page 30: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

selanjutnya melepaskan diri dari cap dimakud dan kemudian akan

mengidentifikasi dirinya dengan cap yang telah diberikan oleh masyarakat

terhadap dirinya.

3. Teori Sub - Kultur

Menurut Thorsten selling, conduct norms ( norma – norma yang mengatur

kehidupan kita sehari – hari) merupakan aturan – aturan yang merefleksikan sikap

– sikap dari kelompok yang masing – masing dari kita yang memilikinya. Tujuan

dari norma itu adalah untuk mendefenisikan apa yang dianggap sebagai tingkah

laku yang pantas dan yang tidak pantas (abnormal). Menurut Sellin setiap

kelompok memiliki masing – masing conduct norms yang mungkin bertentangan

dengan conduct norm kelompok lain. Seorang yang mengikuti norma

kelompoknya mungkin saja dipandang kelompoknya telah melakukan suatu

kejahatan apabila norma – norma kelompoknya itu bertentangan dengan norma –

norma di masyarakat secara dominan.jadi, perbedaan antara seorang kriminal

dengan non kriminal adalah masing – masing menanut conduct norm yang

berbeda.

Sub culture adalah suatu sub devisi di dalam budaya dominan yang

memiliki norma – norma, keyakinan – keyakinan, dan nilai–nilainya

sendiri.subculture biasanya timbul ketika orang – orang dalam keadaan serupa

mendapat diri mereka terpisah dari mainsteam (arus terbesar) masyarakat dan

mengikatkan diri bersama untuk aling mendukung. Subculture mungkin terbentuk

30

Page 31: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

dengan anggota sesama suku atau ras minoritas, sesama para penghuni daerah

kumuh. Subculture hadir di dalam suatu masyarakat yang lebih besar, tidak

terpisah dari masyarakat itu.

4. Teori Anomi

Suatu cara dalam mempelajari suatu masyarakat adalah dengan melihat

pada bagian – bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana masing –

masing berhubungan satu sama lain. Jika masyarakat itu stabil, bagian –

bagiannya beroperasi secara lancar, susunan – susunannya berfungsi juga.

Masyarakat seperti ini ditandai oleh kepaduan, kerja sama dan kesepakatan.namun

jika bagian – bagian komponennya tertata dalam suatu keadaan yang

membahayakan keteraturan/ ketertiban sosial, susunan masyarakat itu disebut

disfungsional (tidak berfungsi). Demikianlah perspektif structural functinalist

yang dikembangkan oleh Emile Durkheim.

Bagian penjelasan tentang perbuatan manusia dan terutama perbuatan –

perbuatan salah manusia. Tidak terletak pada diri si individu, tetapi terletak pada

kelompok dan organisasi sosial. Dalam konteks inilah Durkheim memperlihatkan

istilah anomie (hancurnya keteraturan sosial sebagai akibat dari hilangnya patokan

– patokan dan nilai – nilai). Keadaan tersebut sering diartikan keadaan

(masyarakat ) tanpa norma, keadaan ini sangat mempermudah terjadinya

penyimpangan tingkah laku yang disebabkan karena kondisi ekonomi kondisi

ekonomi di dalam masyarakat.

31

Page 32: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Ilustrasi terbaik dalam konsep Durkheim tentang anomi adalah dalam

suatu diskusi bunuh diri yang terjadi di negara prancis. Ketika durkheim

menganalisa data statistik, ia mendapati bahwa angka bunuh diri meningkat

selama perubahan ekonomi yang tiba –tiba, baik perubahan itu depresi hebat

ataupun kemakmuran yang tidak terduga. Dalam periode perubahan yang cepat itu

orang tiba –tiba terhempas ke dalam suatu cara/jalan hidup yang tidak dikenal

(unfamiliar).aturan – aturan yang pernah membimbing tingkah laku tidak lagi

dipegang.

5. Teori Kontrol Sosial

Teori – teori sebelumnya, seperti yang telah diursiksn di atas, mengkaji

pertanyaan mengapa sebagian orang melanggar norma, sebagai contoh dengan

melakukan kejahatan.Teori – teori kontrol sosial, sebaliknya tertarik pada

pertanyaan mengapa sebagian orang tertarik pada norma. Para penganut tori ini

menerima bahwa pencurian bisa dilakukan oleh siapa saja. Pertanyaanya justru,

mengapa orang menaati norma di tengah banyaknya cobaan, bujukan dan tekanan

melakukan pelanggaran norma. Jawabannya adalah bahwa anak – anak muda dan

orang dewasa mengikuti hukum sebagai respon atas kekuatan – kekuatan

pengontrol tertentu dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi kriminal ketika

kekuatan - kekuatan yang mengontrol tersebut lemah atau hilang.teori kontrol

sosial memfokuskan diri pada tehnik-tehnik dan strategi yang mengatur tingkah

laku manusia dan membawanya kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan

–aturan masyarakat.

32

Page 33: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

6. Teori Assosiasi Differensial

Teori diferensiasi pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli sosiologi

amerika, Edwin H Sutherland. Menurutnya perilaku kriminal merupakan perilaku

yang dipelajari dalam lingkungan sosial.semua tingkah laku dipelajari dengan

berbagai cara.oleh karena itu, perbedaan tingkah laku yang conform (terpuji ) dan

criminal (jahat ) adalah apa dan bagaimana hal itu dipelajari. Munculnya teori ini

didasarkan pada tiga hah yaitu :

a) Setiap orang akan menerima dan mengikuti pola – pola perilaku yang

dapat dilaksanakan.

b) Kegagalan untuk mengikuti pola tingkah laku menimbulkan

inkonsistensi dan ketidak harmonisan.

c) konflik budaya merupakan prinsip dasar dalam menjelaskan

kejahatan.

Pengertian assosiasi differensial diartikan oleh sutherland sebagai “the

contents of the patterns presented in association”. Hal ini tidak berarti bahwa

kelompok pergaulan dengan penjahat akan menyebabkan perilaku kriminil, tetapi

yang terpenting adalah isi dari proses komunikasi dengan orang lain.

Sutherland juga menjelaskan bahwa semua tingkah laku dipelajari. Dengan

demikian, tidak ada tingkah laku yang diturunkan berdasarkan pewarisan dari

orang tuanya, tetapi tingkah laku jahat dipelajari dalam kelompok melalui

interaksi dan komunikasi. Yang dipelajari dalam kelompok tersebut adalah teknik

untuk melakukan kejahatan dan alasan yang mendukung perbuatan jahat tersebut.

33

Page 34: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

7. Teori Penanggulangan Kejahatan

Kejahatan adalah suatu gejalah sosial yang senantiasa dihadapi oleh setiap

masyarakat di dunia ini.kejahatan yang dalam keberadaanya, dirasakan sangat

meresahkan dan di samping itu juga mengganggu ketertiban dan ketentraman

dalam masyarakat.oleh kerena itu, masyarakat berupaya semaksimal mungkin

untuk menanggulangi timbulnya kejahatan.

Pelaksanaan pengawasan dan pencegahan kejahatan menurut Walter

C.Reckless (Soedjono Dirdjosisworo, 1976:75) meliputi kegiatan operasi

kepolisian yang efektif yng harus diorganisir menjadi kekuatan pemberantasan

yang siaga, mampu menguasai tugas – tugas rutinya maupun dalam keadaan

darurat. Efektifnya Dinas kepolisian tidak tergantung pada banyaknya

penangkapan dan penghukuman terhadap penjahat, justru dalam hal pengawasan

dan pencegahan kejahatan sehingga masyarakat segan untuk melakukan

kejahatan.

Untuk mencegah kejahatan ada tiga kegiatan yang dilakukan

( Soedjarwono Dirdjosisworo, 1984:141) yaitu :

a) Kegiatan moralitas untuk menumbuhkan immunitas di bidang

keteguhan iman dan mental individu dalam masyarakat yang

dilakukan oleh para ulama pendidikan juru penerangan melalui sarana

komunikasi sosial tentunya dengan meningkatkan kesadaran

masyarakat akan agamanya.

34

Page 35: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

b) Kegiatan – kegiatan penelitian ilmiah untuk menggalih faktor – faktor

yang berhubungan dengan faktor – faktor yang dapat menimbulkan

kejahatan dalam masyarakat.

c) Tindakan unsur – unsur penegak hukum dalam rangka law

enforcement melalui penegak hukum dan koordinasi aparat serta

partisipasi masyarakat.

Upaya penanggulangan telah terus dan terus dilakukan oleh semua pihak,

baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Dalam hubungan ini, E.H.

Sutherland dan Cressey ( Romli Atmasasmita, 1983:66) mengemukakan bahwa

dalam crime prevention dalam pelaksanaanya ada dua metode yang dipakai untuk

mengurangi frekwensi dari kejahatan, yaitu :

a) Metode untuk mengurangi pengulangan dari kejahatan.

b) Metode untuk mencegah terjadinya the first crime

Metode pertama merupakan suatu cara yang ditujukan kepada

pengurangan residivis (kejahatan pengulangan ) dengan suatu pembinaan yang

dilakukan secara konseptual. Sedangkan metode kedua merupakan suatu cara

yang ditujukan kepada usaha untuk mencegah terjadinya kejahatan yang pertama

kali (the first crime ) yang akan dilakukan oleh seseorang dan metode ini dikenal

juga sebagai metode prevention (preventif).

Jadi upaya penanggulangan kejahatan itu tidak hanya dapat dilakukan

secara preventif tetapi juga dapat dilakukan dengan cara represif.

35

Page 36: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

1) Upaya Preventif

Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah

kejahatan yang pertama kali akan dilakukan seseorang. Keunggulan prevensi

dapat digambarkan di dalam masalah sekolah anak – anak nakal, dimana tingkah

laku yang baik tidak berkembang hanya dengan menambah kekerasan

hukumannya, banyak perubahan tingkah laku itu berhasil dengan adanya

perbaikan para pengajarnya, kurikulum maupun perkembangan graduil dalam

tradisi dan perkembangan perkembangan tingkah laku.

Salah satu alat yang dapat membantu prevensi adalah digiatkannya bidang

rekreasi seperti camping, olah raga dan lain – lain. Metode ini adalah suatu

pengisian waktu luang bagi anak – anak yang diarahkan ke hal – hal yang

mendidik. Barnest dan Teeters (Romli Atmasasmita, 1983:79) menunjukkan

beberapa cara untuk menanggulangi kejahatan yaitu :

a. Menyadari bahwa akan adanya kebutuhan – kebutuhan

untuk mengembangkan dorongan – dorongan sosial atau tekanan –

tekanan sosial dan keadaan ekonomi yang dapat mempengaruhi

tingkah laku seseorang ke arah perbuatan jahat.

b. Memusatkan perhatian pada individu – individu yang mrnunjukkan

potensialitas kriminal atau asosial, sekalipun potensialitas tersebut

disebabkan gangguan – gangguan biologis dan psikologis atau kurang

mendapat kesempatan sosial ekonomi yang cukup baik sehingga dapat

merupakan suatu kesatuan yang harmonis.

36

Page 37: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Dari pendapat Barnest dan teeretrs tersebut di atas, menunjukkan bahwa

kejahatan dapat kita tanggulangi apabila keadaan ekonomi atau lingkungan sosial

yang mempengaruhi seseorang ke arah tingkah laku kriminal dapat dikembalikan

kepada keadaan baik. Dengan kata lain perbaikan di bidang sosial ekonomi adalah

mutlak diperlukan untuk berhasilnya program penanggulangan kejahatan,

sedangkan faktor – faktor biologis, psikologis merupakan faktor sekunder.

Jadi dalam upaya preventif itu adalah bagaimana kita melakukan suatu

upaya yang positif, bagaimana kita menciptakan suatu kondisi seperti keadaan

ekonomi, lingkungan juga kultur masyarakat menjadi suatu daya dinamika dalam

pembangunan dan bukan sebaliknya seperti menimbulkan keterangan –

keterangan sosial yang mendorong timbulnya perbuatan yang menyimpang juga

di samping itu bagaimana meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat

bahwa keamanan dan ketertiban adalah tanggung jawab bersama.

2. Upaya Represif

Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara

konseptual yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan. Penanggulangan dengan

upaya represif dimaksudkan menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan

perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan

yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan

masyarakat,sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan

melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya juga sangat berat.

37

Page 38: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Untuk upaya represif dalam pelaksanaanya dilakukan pula dengan metode

perlakuan (treatment) dan penghukuman (punishment) yakni :

a) Perlakuan

Penerapan dari perlakuan adalah tanggapan dari pelanggar hukum

terhadap perlakuan yang diterimanya. Perlakuan ini dititik beratkan

pada upaya supaya si pelaku kejahatan dapat kembali sadar dari

kekeliruannya dan kesalahannya, dan dapat kembali bergaul di

masyarakat seperti sedia kala. Contoh dari perlakuan dari kehidupan

sehari – hari yang sering kita jumpai adalah : kadang – kadang pihak

kepolisian melakukan penangkapan – penangkapan yang

tujuannyaberbeda dengan maksud agar pelaku diadili, dalam keadaan

tertentu dilakukan penangkapan dengan tujuan agar pihak penangkapan

yang semula terganggu peranan sosialnya, mendapatkan peranan

sosialnya kembali di dalam masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perlakuan ini mengandung dua

tujuan pokok, yaitu sebagai upaya pencegahan dan penyadaran

terhadap pelaku kejahatan agar tidak melakukan hal – hal yang lebih

buruk lagi dan dimaksudkan agar si pelaku kejahatan ini dikemudian

hari tidak lagi melakukan pelanggaran hukum, baik pelanggaran –

pelanggaran yang mungkin akan lebih merugikan masyarakat ataupun

pemerintah.

38

Page 39: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

b) Penghukuman

Indonesia merupakan negara yang dalam pemberian penghukuman

menganut sistem pemasyarakatan, bukan lagi sistim kepenjaraan yang

penuh dengan penderitaan, maka dengan sistem pemasyarakatan

hukuman yang dijatuhkan kepada pelangganr hukum adalah hukuman

yang semaksimal mungkin (bukan pembalasan ) dengan berorientasi

pada pembinaan dan perbaikan penjahat.

Jadi dengan sistem pemasyarakatan disamping narapidana harus

menjalani hukumannya di lembaga pemasyarakatan, mereka juga dididik

dan dibina serta dibekali oleh suatu keterampilan agar kelak setelah

keluar menjadi orang yang berguna dan dapat berintegrasi kembali

dengan masyarakat dan bukan lagi menjadi narapidana yang meresahkan

masyarakat karena segala perbuatan jahat mereka di masa lalu yang

sudah banyak merugikan masyarakat, sehingga kehidupan yang mereka

jalani setelah keluar dari penjara dapat lebih baik karena kesadaran

mereka untuk melakukan perubahan di dalam dirinya maupun bersama

dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

39

Page 40: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

G. Kerangka Pikir

Tindak pidana pembuangan anak merupakan suatu tindakan melawan

hukum yang merupakan suatu kejahatan tetapi sekaligus kenyataan sosial dalam

masyarakat. Tindak pidana pembuangan anak merupakan penyalahgunaan

tanggung jawab yang telah melanggar hak asasi manusia, karena tindakan tersebut

menimbulkan adanya korban yang berakibat adanya penderitaan atau kerugian

bagi korban. Pembuangan anak sebagai suatu perbuatan penyalahgunaan tanggung

jawab sangat dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari dalam diri seseorang

ataupun faktor lingkungannya.

Akibat tindak pidana pembuangan anak, maka menimbulkan akibat hukum

yang perlu diproses, baik pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan, hingga proses

pembinaan di lembaga pemasyarakatan atau dikembalikan kepada orang tuanya.

Dari proses hukum yang dijalankan oleh penegak hukum sesuai undang-undang

yang berlaku, menjadi harapan yang besar terpenuhinya rasa keadilan hukum

dalam masyarakat untuk dapat terayomi dari segala bentuk tindak kejahatan.

Kerangka pikir mengenai tindak pidana pembuangan anak digambarkan

dalam bentuk skema berikut:

40

Page 41: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Gambar 1: Kerangka piker

41

Tindak Pidana Pembuangan Anak

Faktor-Faktor Penyebabnya Akibat yang ditimbulkan

Proses penegakan hukumnya

Kepolisian Kejaksaan Pengadilan Pembinaan oleh Lembaga Pemasyarakatan

(Lapas)

Keadilan Hukum bagi Anak

Page 42: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Polrestabes Kota Makassar, beralamat di Jalan

Ahmad Yani No.9 Kecamatan Wajo Kota Makassar. Waktu penelitian

dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat ) bulan, yaitu dari bulan April sampai

Juli 2013.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa

kata-kata yang berbentuk tulisan (data tertulis) dan lisan dari informan.

Penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan atas pertimbangan bahwa

pendekatan ini menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan

informan dalam mengungkap dan mengkaji dengan mendalam masalah yang

menjadi variabel penelitian, yaitu tindak pidana pembuangan bayi yang dilakukan

oleh orang tua kandung dalam wilayah hukum Polrestabes Kota Makassar.

Penelitian ini berbentuk penelitian kasus atau studi kasus sebagai suatu

penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis dan

menggeneralisasikan hasil penelitian, tetapi untuk menemukan gambaran tindak

42

Page 43: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

pidana pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang tua kandung di Kota

Makassar, mengidentifikasi faktor-faktor penyebab, dan upaya

penanggulangannya, serta akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tindak pidana

pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang tua kandung.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian

berkaitan dengan dengan tindak pidana pembuangan bayi yang dilakukan oleh

orang tua kandung di Polrestabes Kota Makassar yaitu wawancara dan

dokumentasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ditempuh dengan menggunakan teknik

wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara

Teknik wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung

melalui tatap muka dengan informan penelitian, yaitu aparat kepolisian di

Polrestabes Kota Makassar dengan menggunakan pedoman wawancara

terstruktur. Isi wawancara berkaitan dengan tindak pidana pembuangan bayi

yang dilakukan oleh orang tua kandung dalam wilayah hukum Polrestabes

Kota Makassar.

43

Page 44: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data sekunder

berupa dokumen berkaitan dengan kasus yang dikaji yaitu tindak pidana

pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang tua kandung yang ditangani

Polrestabes Kota Makassar dari tahun 2009 sampai 2012. Selain itu, data

dokumentasi juga bertujuan memperoleh data sekunder berupa: sejarah

singkat Polrestabes Kota Makassar, keadaan personil kepolisian Polrestabes

Kota Makassar, dan struktur organisasi Polrestabes Kota Makassar.

A. Teknik Analisis Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian kasus sehingga data-data yang

terungkap melalui hasil dokumentasi dan wawancara dianalisis menggunakan

analisis kualitatif, yaitu mendeskripsikan hasil analisis. Hasil analisis tersebut

dipaparkan secara kualitatif sehingga dapat diperoleh hasil aktual tentang tindak

pidana pembuangan bayi yang dilakukan oleh orang tua kandung dalam wilayah

hukum Polrestabes Kota Makassar.

44

Page 45: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Gambaran Umum Polrestabes Makassar

Kepolisian Resort Kota Besar Makassar (Polrestabes Makassar) memiliki

sejarah cukup panjang. Sejak awal berdirinya hingga saat ini telah mengalami

beberapa kali pergantian nama mulai dari Kontabes/Kotabes (Komando Kota

Besar) 146 Makassar, lalu berubah menjadi Poltabes (Kepolisian Kota Besar)

Ujung Pandang, lalu berubah lagi menjadi Polrestabes (Kepolisian Resort Kota

Besar) Makassar, kemudian berganti menjadi Polwiltabes (Kepolisian Wilayah

Kota Besar) Makassar, dan terakhir kembali menjadi Polrestabes (Kepolisian

Resort Kota Besar) Makassar. Kantor Polrestabes Makassar sejak berdirinya

hingga sekarang terletak di Jalan Ahmad Yani No. 9 Kota Makassar dengan batas

wilayah meliputi: Sebelah Selatan Jalan Ahmad Yani, Sebelah Utara Jalan Serui,

Sebelah Barat Bank Mega, dan Sebelah Timur Bank Danamon.

Peralihan nama dari Polwiltabes Makassar menjadi Polrestabes Makassar

juga berpengaruh pada perubahan luas wilayah pantauannya. Pada saat bernama

Polwiltabes Makassar, luas wilayah pantauannya meliputi 3 Polresta (Polisi

Resort Kota) yakni Polresta Makassar Barat, Polresta Makassar Timur, dan

Polresta Pelabuhan, serta 14 Polsek yang tersebar di 3 wilayah Polresta tersebut,

juga meliputi 2 Polres yakni Polres Gowa dengan 11 Polsek dan Polres Maros

45

Page 46: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

dengan 6 Polsek yang pada saat itu Kepala Polwiltabes Makassar dipimpin oleh

Kombes Pol. Gatta Haeruddin, SH. denganWakilnya AKBP Endi Sutendi, S.IK.,

SH., MH.

Setelah berganti nama menjadi Polrestabes Makassar tanggal 14

Desember 2010 berdasarkan Keputusan Kapolri No. Kep/366/VI/10 Juni 2010

Tentang Organisasi dan tata Kerja Kepolisian NKRI Resort (Polres), maka

kepemimpinan di Polrestabes Makassar beralih kepada Kombes Pol. Drs.

Chairul Anwar, SH. dengan wakilnya AKBP Andi Patawari, SH., MH. yang

kemudian digantikan oleh Kombes Pol. Drs. J. Wisnu Sanjaya, SH., dengan

wakilnya AKBP Totok Lisdiarto, S.Sik.

Personil Polrestabes Makassar tersebar berdasarkan 5 fungsi utama, yaitu:

1) Pimpinan 2 orang, terdiri atas Kapolrestabes dan Wakapolrestabes.

2) Unsur Pengawas dan Pembantu Pimpinan yang terdiri atas 7 bagian, yaitu:

a) Bagian OPS (Operasional) 21 orang.

b) Bagian REN (Rencana) 9 orang.

c) Bagian SUMDA (Sumber Daya) 27 orang.

d) SIWAS (Seksi Pengawas) 8 orang.

e) SIPROPAM (Seksi Profesi dan Pengamanan) 42 orang.

f) SIKBU (Seksi Keuangan) 5 orang.

g) SIUM (Seksi Umum) 29 orang.

3) Unsur Pelaksana Tugas Pokok terdiris atas 9 bagian, yaitu:

a) SPKT (Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu) 20 orang.

46

Page 47: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

b) SAT INTELKAM (Intelijen dan Pengamanan) 97 orang.

c) SAT RESKRIM (Reserse dan Kriminal) 118 orang.

d) SAT NARKOBA (Narkotika dan Obat Terlarang) 66 orang.

e) SAT BINMAS (Bimbingan Masyarakat) 21 orang.

f) SAT SABHARA 102 orang.

g) SAT LANTAS (Lalu Lintas) 248 orang.

h) SAT PAM OBVIT 48 orang.

i) SAT TAHTI (Tahanan dan Barang Bukti) 16 orang.

4) Unsur pendukung yaitu SITIPPOL yang terdiri atas 5 orang.

5) Unsur Pelaksana Tugas Pokok pada Polsek Jajaran Polrestabes Makassar,

terdiri atas 12 Polsek, yaitu:

a) Polsek Panakkukang 108 orang.

b) Polsek Tamalate 109 orang.

c) Polsek Rappocini 114 orang.

d) Polsek Tamalanrea 94 orang.

e) Polsek Biringkanaya 120 orang.

f) Polsek Tallo 87 orang.

g) Polsek Manggala 90 orang.

h) Polsek Ujung Pandang 101 orang.

i) Polsek Mamajang 86 orang.

j) Polsek Makassar 81 orang

k) Polsek Bontoala 98 orang.

l) Polsek Mariso 95 orang.

47

Page 48: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Struktur organisasi Polrestabes Makassar disajikan pada gambar 4.1

berikut ini:

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Polrestabes Makassar

48

Page 49: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

b. Gambaran Umum Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) Reskrim Polrestabes Makassar

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA) merupakan unit khusus

yang bernaung di bawah Satuan Reserse dan Kriminal. Satuan Reserse dan

Kriminal bertujuan membina fungsi dan menyelenggarakan kegiatan penyelidik

dan penyidik tindak pidana termasuk fungsi identifikasi dan fungsi laboratorium

forensik lapangan dalam rangka penegakan hukum, koordinasi, dan pengawasan

operasional.

Dalam menyelenggarakan tujuan, unit Reskrim menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut:

1) Membina fungsi/penyelidik tindak pidana termasuk fungsi identifikasi dan

fungsi laboratorium forensik lapangan serta kegiatan-kegiatan lain yang

menjadi tugas unit Reskrim dalam lingkungan Polrestabes.

2) Penyelenggara kegiatan-kegiatan penyelidikan/penyidikan tindak pidana

umum dan tertentu dengan memberikan pelayanan/perlindungan khusus

kepada korban/ pelaku remaja, anak, dan wanita dalam rangka penegakan

hukum sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

3) Penyelenggara fungsi identifikasi baik untuk kepentingan penyidik maupun

pelayanan umum.

4) Penyelenggara pembinaan teknis dan koordinasi dan pengawasan operasional

dan administrasi penyidik PNS.

49

Page 50: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

5) Pelaksana analisis setiap kasus dan isu-isu menonjol beserta penanganannya

dan mempelajari/mengkaji efektivitas pelaksanaan tugas satuan-satuan fungsi

Reskrim.

Unit Reskrim dipimpin oleh Kepala Unit Reskrim, disingkat Kanit

Reskrim, yang bertanggung jawab kepada Kapolrestabes dan dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari berada di bawah kendali Wakapolrestabes.

Salah satu unit kerja Reskrim adalah RPK (Ruang Pelayanan Khusus).

RPK dibentuk pada tahun 2002 yang diprakarsai oleh anggota Derapwarapsari

(yang terdiri dari senior-senior POLWAN yang telah pensiun) pada tingkat Mabes

Polri dan bekerjasama dengan LSM dan instansi terkait. Berdasarkan PERKAP

No. PO/KEP/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Satuan-satuan Organisasi pada Tingkat Polda, maka terbentuklah RPK

(Ruang Pelayanan Khusus) yang dilayani oleh POLWAN.

Berdasarkan PERKAP No. Pol. 10 Tahun 2007 tanggal 6 Juli 2007

Tentang Organisasi dan tata Kerja Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (Unit

PPA) di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia, maka dengan sendirinya RPK

berubah nama menjadi Unit Pelayanan Perempuan dan Anak yang disingkat

UPPA.

Unit Pelayanan Perempuan dan Anak merupakan unit yang bertugas

memberikan pelayanan dalam bentuk perlindungan terhadap perempuan dan anak

yang menjadi korban kejahatan dan penegakan hukum terhadap pelakunya.

50

Page 51: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Struktur organisasi Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polrestabes

Makassar, digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.2. Struktur Organisasi UPPA Polrestabes Makassar

51

Kanit PPA

Panit Lindung Panit Idik

Anggota Anggota Anggota Anggota

AnggotaAnggotaAnggotaAnggota

Page 52: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Unit PPA terdiri dari 2 sub unit yaitu Sub Unit lindung dan Sub Unit Idik

(Penyidikan). Sub Unit Lindung bertugas melaksanakan perlindungan terhadap

perempuan dan anak yang menjadi korban kejahatan serta berkoordinasi dengan

instansi terkait. Sub Unit Penyidikan bertugas melakukan penyelidikan pelaku

kejahatan terhadap perempuan dan anak.

Sebagai unit pelayanan perempuan dan anak, maka unit ini memiliki visi

dan misi sebagai berikut:

Visi : Perempuan dan anak korban kekerasan mendapat perlindungan dan

bantuan baik medis, psikologis maupun hukum sehingga masalahnya

terselesaikan.

Misi : Memberikan rasa aman dan nyaman kepada perempuan dan anak

korban kekerasan, memberikan pelayanan secara cepat, profesional,

penuh empati dan kasih kepada perempuan dan anak korban

kekerasan, membangun jaringan kerjasama antara instansi/lembaga

untuk menyelesaikan masalah terhadap kekerasan perempuan dan

anak.

2. Keadaan Umum Tindak Pidana Pembuangan Bayi Di Kota Makassar

Kejahatan yang terjadi di kota Makassar dengan berbagai bentuk dan

jenisnya menjadi hal yang sangat gencar menjadi bahan pembicaraan di kalangan

masyarakat. Salah satu diantaranya adalah kejahatan pembuangan bayi. Ini

menunjukkan bahwa tingkat kesadaran untuk memelihara dan meningkatkan

52

Page 53: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

kesejahteraan anak cenderung semakin berkurang dengan berbagai cara atau

modus operandi yang mereka lakukan untuk menjalankan aksinya.

Modus operandi yang dilakukan oleh para tersangka sangat rapi sehinga

tidak mudah untuk diketahui oleh para pelakunya, karena kasus pembuangan bayi

merupakan kasus yang tertutup.

Makassar sebagai salah satu kota besar yang ada di Sulawesi selatan,

memiliki kehidupan masyarakat yang tidak lepas dari pergaulan bebas (free sex).

Dalam kondisi masyarakat yang seperti ini cenderung menimbulkan permasalahan

yang kompleks, misalnya timbul berbagai macam tindak kejahatan yang

pelakunya tidak terbatas pada orang dewasa melainkan juga pada kalangan

remaja.

Kejahatan pembuangan bayi tidak terlepas dari perubahan pola kehidupan

masyarakat seiring dengan perkembangan zaman.

Kejahatan pembuangan bayi merupakan salah satu bentuk perubahan

sosial dalam masyarakat, dan mempunyai kaitan yang sangat erat dengan tingkah

laku dan penerimaan masyarakat itu sendiri, terhadap pengaruh perkembangan

kota yang begitu pesat. Tingkah laku menyimpang dalam bentuk kejahatan,

khususnya pembuangan bayi yang dilakukan orang tua kandung walaupun tidak

dikehendaki namun kenyataannya ia timbul dengan sendirinya seiring dengan

perputaran waktu.

53

Page 54: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

B. Faktor Yang Menyebabkan TerjadinyaTindak Pidana Pembuangan Bayi

yang Dilakukan oleh Orang Tua Kandung Di kota Makassar

Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada

Kantor Polrestabes Kota Makassar, maka penulis memperoleh data sebagai

berikut :

Tabel I

Jumlah kasus pembuangan bayi yang ditangani oleh Polrestabes Kota Makassar dari Tahun 2009-2012 :

Sumber : Polrestabes Kota Makassar

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah kasus pembuangan bayi

yang dilaporkan dan diselesaikan di Polrestabes Kota Makassar dari Tahun 2009-

2012 sebanyak 7 kasus. Dengan perincian dari tahun 2009 tidak ditemukan kasus,

tahun 2010 sebanyak 1 kasus pembuangan bayi, kemudian pada tahun 2011

keadaanya sama sebanyak 1 kasus, sedangkan pada tahun 2012 mengalami

peningkatan jumlah kasus pembuangan bayi sebanyak 5 kasus. Hal ini

54

No Tahun Jumlah Kasus Pembuangan Bayi

1.

2.

3.

4.

2009

2010

2011

2012

-

1

1

5

Jumlah 7

Page 55: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

menggambarkan bahwa jumlah kasus pembuangan bayi yang ditangani oleh

Polrestabes Kota Makassar dari tahun 2009-2012 mengalami peningkatan.

Adapun wilayah penemuan bayi meliputi :

Tabel 2

Jumlah kasus pembuangan bayi dalam wilayah Porestabes kota Makassar dalam

kurun waktu 2009 - 2012

No TahunWilayah Polsek

Tamalate Panakukang Tamalanrea Biringkanaya

1

2

3

4

2009

2010

2011

2012

-

-

1

2

-

1

-

-

-

-

-

2

-

-

-

1

Jumlah 3 1 2 1

Sumber : Polrestabes Kota Makassar

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 7 kasus pembuangan

bayi yang terjadi dalam wilayah hukum Polrestabes Kota Makassar antara tahun

2009 - 2012, angka yang tertinggi terjadi pada wilayah kerja Polsek Tamalate

dengan jumlah 3 kasus, Polsek Tamalanrea 2 kasus, Polsek Panakukang 1 kasus,

dan Polsek Biringkanaya 1 kasus.

Menurut Bardo ( Panit Idik Reskrim Polrestabes Kota Makassar,

wawancara Juli 2013 ) bahwa ada kemungkinan telah terjadi kasus pembuangan

bayi beberapa tahun terakhir, tapi ada kemungkinan masyarakat telah melaporkan

55

Page 56: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

kasus tersebut di kantor kepolisian lain di sektor-sektor lain yang tersebar di

seluruh wilayah kota Makassar.

Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di

kantor Pengadilan Negeri Makassar, bahwa selama tahun 2009-2012 terdapat 3

kasus pembuangan bayi yaitu pada tahun 2010 dan tahun 2012. Hardianti, SH

(Hakim Pengadilan Negeri Makassar, wawancara Juli 2013 ) mengemukakan

bahwa kasus pembuangan bayi mungkin saja sering terjadi namun baru 3 kasus

yang sampai di Kantor Pengadilan Negri Makassar karena belum diketahui siapa

pelakunya. Hal ini disebabkan karena kasus pembuangan bayi termasuk kasus

tertutup dan dirahasiakan oleh pelaku maupun keluarganya, karena kasus

pembuangan bayi menyangkut aib keluarga dan pada umumnya baru terungkap

setelah ditemukan bayi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal

yang diletakkan di tempat-tempat sepi atau di depan rumah salah satu warga atau

bahkan dibuang di tempat sampah dan baru diketahui oleh masyarakat setelah

beberapa waktu kemudian setelah bayi tersebut dibuang, sehingga mempersulit

pihak kepolisian untuk menemukan siapa pelakunya.

Kemudian penulis memperoleh data primer tentang penyebab terjadinya

pembuangan bayi. Data tersebut diperoleh langsung dari pelaku pembuangan bayi

di lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Makassar. Adapun jumlah pelaku

tindak pidana pembuangan bayi dapat dilihat dari tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3

56

Page 57: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Data Pelaku Pembuangan Bayi Di Lapas Kelas I Makassar Tahun

2009 - 2012 :

No Nama Pelaku (inisial) Lama Hukuman Penjara

(Tahun)

1

2

3

PPU

SM

IR

2,5

5

3

Sumber : Lapas Kelas I Makassar

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pelaku tindak pidana

pembuangan bayi yang ada di lembaga pemasyarakatan kelas I Makassar pada

tahun 2009 - 2012 sebanyak 3 orang. Data pelaku pembuangan bayi yang ada di

kantor Pengadilan Negeri Makassar dan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan

terdapat tahanan titipan dari Pengadilan Negeri lain seperti Pengadilan Negri

Maros, Sungguminasa, dan lain sebagainya, sehingga total pelaku pembuangan

bayi yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Tingkat I berjumlah 5 orang.

Pada umumnya seorang orang tua tidak ada yang tegah membuang

bayinya sendiri, kecuali dalam keadaan terpaksa atau karena kondisi kejiwaan

salah satu orang tuanya sedang terganggu. Meskipun demikian tidak ada alasan

yang membenarkan perbuatan tersebut.

57

Page 58: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Secara umum ada beberapa alasan yang menyebabkan sehingga seorang

ibu tegah membuang anaknya antara lain :

1. Faktor Hubungan Di Luar Nikah

Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan sosial dan

kebudayaan dalam hubungannya dengan problema sosial adalah pengaruh

kebudayaan masyarakat, terutama kebudayaan barat yang diterapkan begitu saja

sehingga tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari turut pula mewarnai pergaulan

yang menjerumuskan pada perbuatan maksiat yang dianggap sebagai suatu hal

yang biasa dengan mengatas namakan cinta tanpa memperdulikan norma-norma

yang ada. Seperti yang dialami oleh SM dan PPU (Pelaku Pembuangan Bayi,

wawancara Juli 2013), keduanya mengaku berani melakukan hubungan badan

dengan lelaki yang sudah memacarinya karena alasan saling mencintai dan atas

dasar suka sama suka, namun setelah hamil laki-laki itu meninggalkannya.

2. Faktor Malu

Sebagai mana kita ketahui bahwa sebagai orang Bugis-Makassar ada suatu

budaya yang disebut dengan budaya siri’ yang mengandung dua unsur yakni malu

dan harga diri. Budaya masyarakat Sulawesi Selatan yang menyatakan bahwa

tidak ada nilai moral yang lebih penting dari budaya siri’.

Bertitik tolak pada pandangan suatu nilai-nilai yang dimiliki, mampu

mendorong seseorang untuk berbuat apa saja untuk mempertahankan serta

membela harga dirinya. Seperti yang dialami oleh IR, (Pelaku Pembuangan Bayi,

wawancara Juli 2013), setelah ditinggal oleh laki-laki yang telah menghamilinya,

58

Page 59: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

ia kemudian kembali ke rumah orang tuanya dan merahasiakan kehamilannya

kepada keluarganya dan baru diketahui pada saat akan melahirkan dan hal ini

menimbulkan kemarahan keluarganya. Hal inilah yang mendorong pelaku untuk

membuang bayinya.

3. Faktor Kurangnya Pemahaman Terhadap Nilai-Nilai Keagamaan

Salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah percaya kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Seluruh masyarakat Indonesia pasti memeluk salah satu agama yang

berkembang dan diperlukan adanya ketaatan terhadap agama yang dianutnya.

Padahal pendidikan agama sangat penting bagi manusia untuk diajarkan sedini

mungkin kepada anak karena di dalam ajaran agama itu sendiri menganut ajaran

untuk saling kasih mengasihi, sayang menyayangi dan cinta mencintai karena

sesuai kodrat manusia dalam dirinya terdapat rasa cinta dan kasih.

4. Faktor Reaksi Emosi Ibu

Kehadiran seorang anak oleh ibunya diterima dalam berbagai sikap ada

yang senang dan ada pula yang sebaliknya. Sikap yang tidak senang merupakan

reaksi emosional dari sang ibu. Kehidupan emosional ibu tersebut sangat

dipengaruhi oleh unsure - unsur ketidak sadaran antara lain terauma psikis,

kekecewaan, frustrasi, konflik batin, harapan ilusif, dan sebagainya. Unsur yang

tidak disadari ini ikut menentukan kondisi sang ibu dan arti kehadiran anak

tersebut bagi sang ibu, apakah membawa kebahagiaan atau tidak.

Kebencian dan kekecewaan sang ibu terhadap suami atau pria yang telah

menghamilinya mengakibatkan hubungan sang ibu dan anak kandungnya

59

Page 60: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

dipenuhi emosi-emosi negatif yang tidak disadari dan protes keras terhadap

eksistensi anak, karena sang ibu menganggap bahwa suami atau pria yang

menghamilinya merupakan sumber utama penyebab dari segala permasalahan dan

kesulitan yang dihadapinya. Selanjutnya emosi-emosi negatif terhadap suami atau

pria yang menghamilinya ditimpahkan pada sang anak sebagai penyebab kedua

dari permasalahan yang dihadapinya. IR dan SM mengaku tega membuang

bayinya karena mereka kecewa pada pria atau suami yang lari dari tanggung

jawab. PPU mengaku tegah membuang bayinya karena suaminya bersikap acuh

tak acuh dengan tidak memperhatikan dan tidak mengakui bahwa anak yang

dikandungnya adalah anaknya (wawancara Juli 2013).

5. Faktor Ekonomi

Umumnya keterbelakangan ekonomi dengan kebiasaan yang buruk dari

“kebudayaan kemiskinan” menumbuhkan keterbelakangan moril pada kelompok-

kelompok masyarakat tertentu Khususnya pada masyarakat miskin.

Dari hasil penelitian penulis membuktikan adanya korelasi yang akrab

antara kemiskinan dengan kejahatan yang mendorong seseorang untuk melakukan

tindak pidana ( tindak Kriminalitas ).

6. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang sangat berperan bagi

masyarakatnya yang sangat berperan bagi perkembangan anak. Keluarga

merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak, serta

merupakan lingkungan yang paling berperan dalam membimbing pola dan

60

Page 61: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

tingkah laku anak. Pendidikan yang baik oleh orang tua dalam melahirkan anak

yang baik dan bertanggung jawab dengan menanamkan ajaran agama dan selalu

memprhatikan perkembangan anak, sehingga anak akan terhindar dari pergaulan

bebas.

Disisi lainya,Lusi Palulungan ( Mantan Ketua LBH APIK) mengemukakan

bahwa untuk mengetahui faktor yang menyebabkan sehingga seorang ibu tegah

membuang bayinya dapat dilihat dari status perkawinannya, yakni :

a. Ibu tidak mempunyai ikatan perkawinan.

Menurut Lusy Palulungan ( Mantan Ketua LBH APIK) bahwa

seorang wanita yang tidak terikat dalam suatu ikatan perkawinan atau hamil

di luar nikah, mempunyai kecenderungan lebih besar untuk membuang

bayinya, karena :

- Faktor kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran agama.

Sebagai mana kita ketahui bahwa masyarakat Sulawesi Selatan

dominan menganut agama islam, dan di dalam islam itu sendiri

menganggap bahwa seorang anak yang lahir dari suatu hubungan

diluar suatu ikatan perkawinan dianggap anak haram dan bagi

seorang ibu dianggap telah melakukan suatu perbuatan dosa besar

yang tak terampuni, dan tidak ada seorang wanita pun yang ingin

dicap seperti itu oleh masyarakat, serta tidak ada seorang ibu yang

mau anaknya dianggap sebagai anak haram, karena keadaan inilah,

61

Page 62: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

maka seorang ibu lebih memilih membuang bayinya daripada

memeliharanya.

- Faktor Malu

Selain agama, budaya juga merupakan alasan yang

menyebabkan sehingga seorang ibu tega membuang bayinya

Karena budaya yang berkembang di masyarakat kususnya

masyarakat suku Bugis/Makassar sangat keras. Hal ini dapat dilihat

dari adanya budaya siri’, masyarakat Bugis/Makassar lebih

memilih mati dari pada harga diri mereka diinjak-injak dan sanksi

yang diberikan oleh masyarakat terhadap pelaku pelanggaran

terhadap budaya siri’ tersebut sangat berat. Hal inilah yang menjadi

alasan seorang ibu yang hamil di luar nikah untuk membuang

bayinya karena takut pada sanksi yang akan diberikan oleh

masyarakat.

- Faktor Perlindungan Hukum

Di dalam KUHP atau Undang-undang lain tidak ada satu pun

aturan yang memberikan perlindungan hukum kepada wanita yang

hamil tanpa seorang suami atau hamil di luar nikah, sehingga hal

inilah yang menyebabkan sehingga seorang wanita yang hamil

tanpa suami tega membuang bayinya. Seharusnya di dalam aturan

perundang-undangan ada aturan khusus yang mengatur masalah

tersebut dan hal tersebut dapat dijadikan dasar hukum yang kuat

bagi wanita tersebut meminta pertanggung jawaban apabila laki-

62

Page 63: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

laki yang telah menghamilinya dan tegah meninggalkannya tanpa

diketahui dimana keberadaanya. Selain itu dapat pula dijadikan

dasar hukum yang kuat dari segala bentuk hukuman yang diberikan

oleh masyarakat.

2) Seorang Ibu Yang Terikat Pada Status Pekawinan

Tidak ada seorang ibu kandung yang tegah membuang bayinya

tanpa alasan dan bukan karena terpaksa. Walaupun demikian, sang ibu

tetap mendapat ganjaran atas perbuatannya. Adapun yang menjadi

alasan sehingga seorang ibu yang sudah terikat tega membuang

bayinya karena :

- Faktor Ekonomi

Selain satu faktor yang menyebabkan seorang ibu membuang

bayinya adalah karena keadaan ekonomi yang kurang. Hal ini

disebabkan karena adanya ketidakberdayaan sang ibu untuk

membiayai kebutuhan sang anak. Karena keadaan ekonomi yang

minim dan ibu tidak ingin melihat anaknya hidup dalam

kemiskinan, maka anak tersebut rela ia buang atau sengaja ia

letakkan di depan rumah yang dianggapnya mampu untuk

memelihara dan memenuhi kehidupan anaknya.

- Faktor psikologis

63

Page 64: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Anak adalah titipan Tuhan dan setiap ibu pasti mengharapkan

kehadirannya, tetapi tidak semua anak yang lahir itu diharapkan

oleh orang tuanya, anak yang lahir dari rahim seorang ibu yang

memiliki kelainan jiwa dianggap sebagai sumber dari permasalahan

dan kesulitan yang dihadapinya (Wawancara Juli 2013).

Hal ini jelas bertentangan dengan yang diatur dalam pasal 7 ayat

(1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan

anak, yakni setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya,

dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya.

C. Upaya Penanggulangan Delik Pembuangan Bayi

Delik pembuangan bayi merupakan suatu kejahatan yang sudah lama

meresahkan masyarakat, sehingga mendorong para anggota masyarakat, pejabat

yang berwenang, bersama-sama masyarakat dengan potensi yang memadai

berupaya dengan sungguh-sungguh mengadakan pencegahan dan penanggulangan

delik pembuangan bayi, yaitu:

1. Pihak Kepolisian

Menurut Bardo (Panit Reskrim Polrestabes Kota Makassar, wawancara

Juli 2013), ) bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak kepolisian

untuk menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi yaitu :

a. Upaya Preventif

64

Page 65: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Upaya preventif merupakan upaya penanggulangan yang dilakukan untuk

mencegah kejahatan yang baru pertama kali akan dilakukan oleh seseorang.

Adapun upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu :

1) Mengadakan penyuluhan hukum kepada masyarakat.

Arti penting penyuluhan hukum terhadap masyarakat dimaksudkan

untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta mendidik

masyarakat supaya mereka mengerti hukum, sehingga mereka akan

lebih menghargai dan mematuhi hukum yang brlaku dengan sebaik-

baiknya. System hukum yang harus dipatuhi dan ditaati serta dipahami

oleh masyarakat tidak hanya terbatas pada hukum tertulis saja tetapi

yang lebih luas di dalamnya hukum adat serta norma-norma yang

tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Sebagai implikasi penyuluhan hukum di tengah-tengah masyarakat

khususnya kaum wanita perlu dilakukan sedini mungkin dengan

harapan bahwa mereka akan memiliki kesadaran hukum yang tinggi.

Dengan demikian kehidupan masyarakat yang sering resah dan merasa

tidak nyaman karena adanya seorang ibu yang tega membuang

bayinya berangsur-angsur akan hilang.

2) Melakukan Razia

Pihak kepolisian sebagai aparat penegak hukum dalam melakukan

upaya preventif dengan melakukan razia ke tempat-tempat yang

dianggap rawan seperti tempat kost. Razia ini dilakukan sebagai upaya

65

Page 66: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

penanggulangan kejahatan. Hal ini bertujuan untuk menanggulangi

kejahatan pembuangan bayi, mengingat bahwa kota Makassar

merupakan daerah yan sering ditemukan kasus pembuangan bayi.

b. Upaya Represif

Upaya represif merupakan upaya yang memerlukan tindakan

kepolisian dalam menanggulangi kejahatan setelah kejahatan itu

dilakukan. Adapun upaya represif yang dilakukan yakni :

1) Melakukan penyidikan

Kejadian atau peristiwa yang memerlukan tindakan polisi yang

dilaporkan oleh saksi ataupun yang dilaporkan oleh polisi yang

bertugas. Dalam hal pemeriksaan polisi terhadap suatu peristiwa

kejahatan melalui pemeriksaan pendahuluan, berusaha menemukan

barang bukti, mencari tersangka, memeriksa tersangka dan saksi,

pengusutan secara intensif terhadap tempat kejadian perkara untuk

mencari saksi dan keterangan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan

suatu kejahatan.

2) Penghukuman.

Sistem penghukuman yang diterapkan terhadap pelaku tindak

pidana pembuangan bayi adalah system pemasyarakatan bukan system

penjara. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hukuman yang

semaksimal mungkin kepada pelaku sehingga timbul efek jera

terhadap pelaku

66

Page 67: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

2. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga pemasyarakat merupakan lembaga milik Negara yang menjadi

tempat para pelaku kejahatan dalam melaksanakan hukuman yang diberikan

kepadanya, lembaga pemasyarakatan selain berfungsi sebagai tempat bagi pelaku

menjalankan hukuman, mereka juga dididik dan dibina serta dibekali suatu

keterampilan agar kelak setelah mereka bebas, mereka menjadi orang yang

berguna dan dapat berintegrasi kembali dengan masyarakat dan bukan lagi

menjadi narapidana yang meresahkan masyarakat karena perbuatan jahat yang

dilakukannya, sehingga kehidupan yang mereka jalanai setelah keluar dari penjara

dapat lebih baik karena kesadaran mereka untuk melakukan perubahan di dalam

dirinya maupun bersama dengan masyarakat yang ada di sekitarnya.

3. Lembaga Bantuan Hukum

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) merupakan lembaga sosial yang

memberikan bantuan hukum kepada pihak-pihak yang membutuhkan bantuan

hukum khusus yang diperuntukkan bagi kaum perempuan yang berhadapan

dengan hukum, yang bersifat independen, tidak berada di bawah naungan parpol

maupun agama, ras, golongan, suku tertentu, dan tidak menjadi sub-ordinat

lembaga lain manapun baik pemerintah maupun non-pemerintah. Lembaga ini

didirikan atas komitmen untuk memperjuangkan kepentingan dan pemenuhan

hak-hak perempuan, khususnya terhadap perempuan yang berkonflik dengan

hukum. Adapun langkah represif yang dilakukan oleh perempuan yang telah

melakukan pembuangan bayi yaitu memberikan keterampilan dan bantuan modal

67

Page 68: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

kepada sang ibu agar dia memperoleh penghasilan untuk membiayai hidupnya ke

depan ( wawancara Juli 2013 ).

4. Masyarakat

Penanggulangan kejahatan sebagai upaya untuk meciptakan ketertiban

dan perasaan aman masyarakat dapat dilakukan dengan cara :

a) Perbaikan lingkungan yang kurang sehat, karena lingkungan yang

buruk akan mempengaruhi tingkah laku seseorang dan masyarakat.

Diusia yang masih belia seseorang akan sangat mudah terpengaruh

pergaulan yang tidak sehat.

b) Penyuluhan agama dapat dilaksanakan dengan mengadakan kerja sama

dengan para tokoh-tokoh agama.

c) Memberi nasehat secara langsung kepada pihak yang bersangkutan agar

meninggalkan kegiatan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang

berlaku, yakni norma agama, norma hukum, norma sosial dan susila.

d) Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk

menanggulangi kejahatan pembuangan bayi yaitu berani melaporkannya

kepada pejabat yang berwenang tentang adanya perbuatan tindak pidana

pembuangan bayi sehingga segera diadakan upaya prevensi secara

menyeluruh.

Hal lain yang perlu dilakukan oleh keluarga dan masyarakat adalah

jika terjadi kasus kehamilan yang terjadi di luar nikah, diharapkan secara

bertahap berusaha menghilangkan mereka dari rasa bersalah, berdosa,

dan dari konflik-konflik batin lainnya. Menyangkut masalah kewajiban

68

Page 69: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

dan tanggung jawab masyarakat diatur dalam pasal 25 Undang-Undang

perlindungan anak No. 23 Tahun 2002.

Dalam pelaksanaan di lapangan banyak ditemukan kendala-kendala yang

dihadapi oleh pihak kepolisian dalam upayanya menangani tindak pidana

pembuangan bayi. Seperti yang dikemukakan oleh Bardo ( Panit Reskrim Polresta

Kota Makassar, wawancara Juli 2013 ), yaitu :

a. Adanya kesulitan mengungkap pelaku

kejahatan pembuangan bayi karena kasus pembuangan bayi merupakan

kasus yang tertutup

b. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam hal

melaporkan terjadinya tindak pidana pembuangan bayi.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Persoalan kejahatan dengan modus kejahatan menjadi masalah yang sering

dihadapi oleh bangsa dan negara di muka bumi ini. Dalam wilayah sosial, masalah

kekerasan yang dikaitkan dengan kasus - kasus kriminalitas cenderung semakin

keras dan brutal. Hal ini mengisyaratkan bahwa kejahatan dengan modus

kekerasan tetap mengalami pasang surut. Problem kriminalitas yang menakutkan

bagi masyarakat yang kemunculannya biasanya tidak dapat diduga atau tiba – tiba

saja terjadi disuatu lingkungan dan komunitas yang melahirkan kejahatan karena

kejahatan tumbuh, berkembang dan sejajar dengan perkembangan masyarakat itu

sendiri.

69

Page 70: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Di antara anggota masyarakat yang sangat rentang menjadi korban

kejahatan adalah anak-anak, bahkan tidak jarang menimpa bayi yang baru lahir.

Mereka menjadi objek pelecehan dan perampasan hak, karena mereka berada

dalam posisi ketidak berdayaan untuk menghadapi individu yang lebih kuat dan

berkuasa dari mereka.

Kasus pembuangan bayi yang dilaporkan dan diselesaikan di Polrestabes

Kota Makassar dari Tahun 2009 - 2012 sebanyak 7 kasus. Dengan perincian dari

tahun 2009 tidak ditemukan kasus, tahun 2010 sebanyak 1 kasus pembuangan

bayi, kemudian pada tahun 2011 keadaanya sama sebanyak 1 kasus, sedangkan

pada tahun 2012 mengalami peningkatan jumlah kasus pembuangan bayi

sebanyak 5 kasus. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah kasus pembuangan bayi

yang ditangani oleh Polrestabes Kota Makassar dari tahun 2009 - 2012

mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa

dari 7 kasus pembuangan bayi yang terjadi dalam wilayah hukum Polrestabes

Kota Makassar antara tahun 2009 - 2012, angka yang tertinggi terjadi pada

wilayah kerja Polsek Tamalate dengan jumlah 3 kasus, Polsek Tamalanrea 2

kasus, Polsek Panakukang 1 kasus, dan Polsek Biringkanaya 1 kasus.

Menurut hemat penulis bahwa terjadinya kasus pembuangan bayi yang

terjadi dalam wilayah hukum Polsek Tamalate, Polsek Tamalanrea, Polsek

Panakukang, dan Polsek Biringkanaya tidak terlepas dari kondisi pemukiman dan

warga yang menghuni pemukiman tersebut. Dalam wilayah yang teridentifikasi

70

Page 71: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

terjadi tindak pidana pembuangan bayi merupakan kawasan pemukiman yang

padat dan dihuni oleh orang-orang yang bertempat tinggal sementara dan

cenderung berpindah-pindah tempat. Dari pengamatan penulis terhadap wilayah

tempat terjadinya tindak pidana pembuangan bayi, wilayah tersebut dihuni oleh

komunitas mahasiswa dan komunitas pekerja yang datang ke kota Makassar.

Dari 7 jumlah kasus tindak pidana pembuangan bayi yang terjadi dalam

wilayah hukum Polrestabes kota Makassar terdapat 4 kasus yang tidak

dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Kota Makassar dengan alasan tidak cukup

bukti , karena pihak kepolisian sulit menemukan pelaku tindak pidana hal ini

memberikan gambaran bahwa dalam melakukan penanganan kasus tindak pidana

pembuangan bayi membutuhkan kejelian dan kerja keras untuk mengungkapnya.

Secara umum ada beberapa faktor yang menjadi alasan yang menyebabkan

sehingga orang tua melakukan tindak pidana pembuangan bayi antara lain:

terjadinya hubungan suami istri di luar nikah yang menyebabkan kehamilan, rasa

malu, kurangnya pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai keagamaan, reaksi

emosional seorang ibu karena merasa tertekan yang diakibatkan oleh ketidak

siapannya menerima kehadiran bayinya, ekonomi, keluarga.

Disamping faktor-faktor tersebut di atas terdapat juga faktor yang ikut

mendorong terjadinya tindak pidana pembuangan bayi, yakni rendahnya jaminan

perlindungan hukum yang diberikan kepada seorang perempuan yang mengalami

kehamilan tanpa memiliki suami.

71

Page 72: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembuangan bayi yang

terjadi dalam wilayah hukum Polrestabes Kota Makassar relevan dengan pendapat

Walyo (1990), tentang berbagai faktor-faktor pendorong terjadinya tindak pidana

adalah faktor lingkungan dan faktor diri sendiri.

Untuk mencegah terjadinya tindak pidana pembuangan bayi yang dilakukan

oleh orang tua kandung sedapat mungkin melibatkan semua pihak termasuk

didalamnya adalah, pihak pemerintah dan masyarakat bersinergi untuk melakukan

upaya-upaya penanggulangan terjadinya tindak pidana yang ada di sekitarnya baik

secara prefentif maupun refresif, termasuk tindak pidana pembuangan bayi.

Disamping aspek-aspek pencegahan yang telah diketengahkan di atas, yang

tidak kalah pentingnya adalah adanya penerapan sanksi yang didasarkan pada

ketentuan hukum yang berlaku secara adil dan proporsional dapat mencegah

perbuatan tindak pidana pembuangan bayi. Dengan adanya penerapan sangksi

yang tegas membuat masyarakat mendapatkan efek jerah untuk melakukan

perbuatan tindak pidana pembuangan bayi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

72

Page 73: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai tindak pidana pembuangan bayi yang

dilakukan oleh orang tua kandung ( Studi Kasus pada Polrestabes Kota Makassar),

disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang menjadi alasan yang menyebabkan sehingga orang tua melakukan

tindak pidana pembuangan bayi antara lain: terjadinya hubungan suami istri di

luar nikah yang menyebabkan kehamilan, rasa malu, kurangnya pemahaman

dan pelaksanaan nilai-nilai agama, reaksi emosional seorang ibu karena merasa

tertekan yang diakibatkan oleh ketidak siapannya menerima kehadiran bayinya,

ekonomi, keluarga, dan rendahnya perlindungan hukum yang diterima oleh

perempuan apabila terjadi kehamilan tanpa adanya suami.

2. Upaya-upaya penjegahan terjadinya tindak pidana pembuangan bayi yang

dilakukan oleh orang tua kandung melalui tindakan preventif berupa:

penyuluhan hukum dan melakukan razia dari pihak aparat kepolisian dan pihak

terkait secara berkala. Disamping itu ada upaya represif berupa: melakukan

penyidikan terhadap kasus tindak pembuangan bayi yang ditemukan sampai

tahap penghukuman.

B. Saran

73

Page 74: Tesis Pembuangan Bayi Oleh Orang Tua Kandung1

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka penulis menyarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Bagi penegak hukum khususnya pihak kepolisian hendaknya pro aktif

melakukan upaya-upaya pencegahan tindak pidana dalam rangka memberikan

perlindungan dan rasa aman kepada masyarakat melalui terwujudnya

kantibmas yang kondusif, sekaligus memberikan kepastian hukum terhadap

setiap tindak pidana yang terjadi tanpa padang buluh.

2. Masyarakat hendaknya menyadari bahwa terciptanya keamanan dan ketertiban

tidak lepas dari peran aktif semua pihak, untuk itu masyarakat hendaknya

meningkatkan kewaspadaan terhadap kondisi lingkungannya dan hendaknya

melakukan kegiatan-kegiatan positif untuk mencegah tindakan-tindakan yang

memancing terjadinya tindak pidana.

3. Lembaga peradilan sebagai ujung tombak penegakan hukum hendaknya

menjatuhkan sanksi secara proporsional berdasarkan ketentuan hukum yang

berlaku untuk mencegah terjadinya tindak ppidana pembuangan bayi oleh

orang tua kandung di tengah-tengah masyarakat.

74