TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua...

81
PELATIHAN ASERTIF UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Psikologi Profesi Disusun Oleh DEFANI ISMIRIAM RAKHMI NIM: 201810500211006 DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Januari, 2021

Transcript of TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua...

Page 1: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

i

PELATIHAN ASERTIF UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN

SOSIAL PADA REMAJA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Derajat Gelar S-2

Program Studi Magister Psikologi Profesi

Disusun Oleh

DEFANI ISMIRIAM RAKHMI

NIM: 201810500211006

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Januari, 2021

Page 2: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

ii

Page 3: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

iii

Page 4: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

iv

Page 5: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Pelatihan Asertif Untuk Meningkatkan Penyesuaian Sosial Pada Remaja” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Psikologi Profesi di

Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam proses penelitian ini, penulis banyak

mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang yang memimpin seluruh civitas akademik Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Prof. Akhsanul In’am, Ph.D., selaku Direktur Direktorat Program

Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang dan seluruh civitas

akademik Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Dr. Cahyaning Suryaningrum, M.Si., Psikolog., selaku Ketua Program

Studi Magister Psikologi Profesi yang banyak membimbing dan

memotivasi penulis dalam menyelesaikan pendidikan S2 ini.

4. Ibu Assoc. Prof. Dr. Iswinarti, M.Si, Psikolog selaku dosen pembimbing I

serta pembimbing dalam praktik kerja profesi psikologi dan Ibu Dr. Nida

Hasanati, M.Si, Psikolog sebagai dosen pembimbing II yang senantiasa

meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi dan mengarahkan

peneliti untuk menyelesaian proses penelitian dengan baik.

5. Seluruh staf pengajar Magister Psikologi Profesi Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

6. Staff Tata Usaha Magister Psikologi Profesi Universitas Muhammadiyah

Malang yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan administrasi

dalam proses pengerjaan tesis.

Page 6: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

vi

7. Seluruh partisipan penelitian serta pihak Sekolah Menengah Pertama

Muhammadiyah 06 Dau yang telah membantu proses berjalannya

penelitian tesis ini.

8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati,

S.Tr., Keb, serta saudari dari penulis Alfina Diana Irfani yang selalu

berdoa, membantu, memberikan dukungan dan motivasi dalam setiap karir

pendidikan penulis hingga meraih gelar Psikolog dan menyelesaikan tesis.

9. Seluruh teman-teman Magister Psikologi Profesi angkatan 2018

Universitas Muhammadiyah Malang yang telah membantu, saling

memberikan motivasi dan semangat dalam penyelesaian tesis.

10. Sahabat – sahabat dari penulis, Intan Pertiwi, S.Pi., Umilatul Hasanah,

S.Psi., Diana Saadah, S.Psi., Nurindah Agustin, S.Psi., Olly Rizky Hanifah,

S.Psi., Siti Nur Halimah yang selalu menyemangati serta berperan penting

dalam membantu menyelesaikan tesis.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan pada penulis selama penyelesaian tesis ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya karena

tanpa bantuan dari berbagai pihak maka penelitian ini tidak akan berjalan lancar sesuai

target. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat saya harapkan untuk menciptakan

karya yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Malang, Januari 2021

Penulis

Defani Ismiriam Rakhmi

Page 7: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………… ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... vi

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………vii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... viii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. ix

ABSTRAK …………………………………………………………………….. x

PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 1

KAJIAN PUSTAKA

Penyesuaian Sosial …………………………………………………… 6

Aspek - Aspek Penyesuaian Sosial …………………………………... 7

Konsep Penyesuaian Sosial dalam Islam …………………………….. 8

Perilaku asertif ………………………………………………………... 9

Pelatihan Asertif ………………………………………………………. 11

Pelatihan asertif dan Penyesuaian Sosial …..………………………….. 12

Kerangka Berpikir ……………………………………………………... 14

Hipotesis ……………………………………………………………….. 14

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian ………………………………………………………. 14

Subjek Penelitian ..................................................................................... 15

Variabel dan Instrumen Penelitian .......................................................... 15

Prosedur Penelitian dan Analisis Data ………………………………… 16

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Hasil Analisis Data ……………………………………………………. 18

Pembahasan............................................................................................. 21

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ...................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala assertif ……………………………………………………….. 30

Lampiran 2. Skala penyesuaian sosial …………………………………………… 33

Lampiran 3. Identitas subjek ……………………………………………………... 36

Lampiran 4. Pelaksanaan kegiatan ……………………………………………….. 38

Lampiran 5. Output validitas dan reliabilitas …………………………………...... 44

Lampiran 6. Output analisa data ………………………………………………….. 46

Lampiran 7. Modul ……………………………………………………………….. 49

Lampiran 8. Dokumentasi kegiatan ….…………………………………………… 62

Lampiran 9. Data kasar penyebaran skala ………………………………………... 64

Lampiran 10. Inform Consent …………………………………………………….. 68

Page 9: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Desain eksperimen ……………………………………………………… 15

Tabel 2. Validitas dan reliabilitas skala ..………………………………………… 16

Tabel 3. Perbandingan skor penyesuaian sosial pre-test dan post-test …………… 18

Tabel 4. Hasil uji perbedaan kemampuan penyesuaian sosial …………................. 19

Tabel 5. Hasil uji korelasi asertif dan penyesuaian sosial (Kendall’Tau) ………… 21

Page 10: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berpikir …………………………………………………………… 14

Gambar 2. Perubahan kemampuan penyesuaian sosial kelompok eksperimen ….. 20

Gambar 3. Rata-rata aspek pada kemampuan penyesuain sosial ………………… 20

Page 11: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

xi

PELATIHAN ASERTIF UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN

SOSIAL PADA REMAJA

Defani Ismiriam Rakhmi (NIM, 201810500211006)

[email protected]

Assoc. Prof. Iswinarti, M.Si., Psikolog (NIDN, 0713056402)

[email protected]

Dr. Nida Hasanati, M.Si., (NIDN, 0731056401)

[email protected]

ABSTRAK

Penyesuaian sosial pada remaja, khususnya siswa, merupakan isu yang masih menarik

dikaji, karena hal tersebut berkaitan dengan, harapan mereka dimasa depan. Kondisi

remaja saat ini jarang melakukan kontak sosial secara langsung yang mengakibatkan

penyesuaian sosial juga jarang dilakukan oleh remaja. Salah satu faktor yang

mempengaruhi penyesuaian sosial adalah asertif. Oleh karena itu peneliti mengkaji

pengaruh pelatihan asertif terhadap penyesuaian sosial pada remaja. Penelitian ini

menggunakan pre-post-test control group design. Subjek sebanyak 18 dengan rentang

usia 12 sampai 13 tahun, memiliki skor kemampuan asertif dibawah 96 dan skor

penyesuaian sosial dibawah 198. Subjek dipilah menjadi kelompok eksperimen (KE)

dan kelompok kontrol (KK) yang diseleksi secara random. Instrumen yang digunakan

adalah skala asertivitas dan skala penyesuaian sosial. Pemberian perlakuan dilakukan

dalam 7 sesi secara daring. Data dianalisis dengan statistik inferensial non parametrik

dengan Wilcoxon Signed Test dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan kemampuan penyesuaian sosial antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol (0,017<0,05). Selain itu, juga ada

perbedaan kemampuan penyesusian sosial pada kelompok ekperimen antar sebelum

dan sesudah pelatihan asertif (Wilcoxon sig. Kelompok Eksperimen 0,008<0,05), dan

kelompok kontrol (Wilcoxon sig. kelompok kontrol 0,012<0,05). Artinya bahwa

pemberian pelatihan asertif mempengaruhi peningkatan penyesuaian sosial pada

remaja.

Kata Kunci: Penyesuaian Sosial, Perilaku Asertif, Pelatihan asertif

Page 12: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

xii

ASSERTIVE TRAINING TO IMPROVE SOCIAL ADJUSTMENT IN

ADOLESCENTS

Defani Ismiriam Rakhmi (NIM, 201810500211006)

[email protected]

Assoc. Prof. Iswinarti, M.Si., Psikolog (NIDN, 0713056402)

[email protected]

Dr. Nida Hasanati, M.Si.,Psikolog (NIDN, 0731056401)

[email protected]

ABSTRACT

Social adjustment of adolescents, especially students, is an issue that is still interesting

to study because it is related to their hopes for the future. The current condition of

adolescents rarely makes direct social contact which results in a social adjustment

being rarely carried out by teenagers. One of the factors that influence social

adjustment is assertiveness. Therefore, researchers examined the effect of assertive

training on social adjustment in adolescents. This study used a pre-post-test control

group design. As many as 18 subjects with an age range of 12 to 13 years, had a score

of assertive ability below 96 and a social adjustment score below 198. Subjects were

divided into an experimental group (KE) and a control group (KK) who were selected

randomly. The instruments used were the assertiveness scale and the social adjustment

scale. The treatment was carried out in 7 online sessions. Data were analyzed by non-

parametric inferential statistics with the Wilcoxon Signed Test and Mann Whitney.

The results showed that there was a significant difference in the social adjustment

ability between the experimental group and the control group (0.017 <0.05). Besides,

there were also differences in the ability of social adjustment in the experimental group

between before and after assertive training (Wilcoxon sig. Experimental group 0.008

<0.05), and the control group (Wilcoxon sig. Control group 0.012 <0.05). This means

that the provision of assertive training affects the increase in social adjustment in

adolescents.

Keywords: Social Adjustment, Assertive Behavior, Assertive Training

Page 13: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

1

PENDAHULUAN

Remaja merupakan usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-

orang yang lebih tua, mereka akan memposisikan hampir sama dengan orang dewasa

yang juga menarik kesimpulan, menjelaskan penalarannya, menguji hipotesis dan

berinteraksi dengan orang di lingkungannya (Papalia, Olds, & Feldman, 2009).

Remaja selain berinteraksi juga akan melakukan penyesuaian dengan lingkungan

sekitarnya. Penyesuaian sosial pada remaja, yakni kemampuan individu untuk bereaksi

secara efektif dan sehat terhadap realitas sosial, situasi dan hubungan sosial sehingga

individu dapat melakukan pemenuhan kebutuhan dengan perilaku yang memuaskan

dan cara yang dapat diterima lingkungannya, khususnya pada siswa merupakan salah

satu isu yang hingga kini masih menarik dikaji ulang (Li & Grineva, 2016).

Penyesuaian sosial merupakan kunci yang berkaitan dengan prestasi belajar (Lubis,

Daharnis, & Syukur, 2019; Olivier, Archambault, & Dupere, 2018; Packiaselvi &

Malathi, 2017), perkembangan belajar dan masa depan siswa (Verdugo & Sánchez-

Sandoval, 2020), serta mempengaruhi kesiapan siswa di suatu sekolah (Baptista,

Osório, Martins, Verissimo, & Martins, 2016).

Remaja khususnya siswa baru berhadapan dengan lingkungan sekolah yang

baru, dan berbeda dengan sekolah sebelumnya. Teman-teman mereka sebagian dari

sekolah asal yang berbeda, dengan karakteristik demografis, keluarga, lingkungan

sosial tempat tinggal, dan bahkan etnis berbeda pula. Hal ini akan menciptakan kondisi

sosial sekolah yang baru, antar siswa akan berinteraksi dengan siswa lain yang baru

pula. Lingkungan sosial yang baru bagi siswa, menuntut siswa menggunakan

penyesuaian sosial di lingkungan tersebut. Siswa yang memiliki penyesuaian sosial

yang rendah, cenderung berdiam diri, menjauh dari teman-temanya, dan bahkan

berpikir salah paham yang pada akhirnya berdampak pada prestasi belajar dan saat

mengikuti pelajaran sekolah. Kajian penelitian terdahulu yang relevan menyebutkan

bahwa penyesuaian sosial berkaitan dengan penyesuaian akademik (Al-Mseidin,

Omar-Fauzee, & Kaur, 2017) dan retensi siswa, betah atau tidaknya siswa di suatu

sekolah (Sheehan & Iarocci, 2019). Artinya, siswa yang memiliki penyesuaian sosial

yang baik, cenderung akan memiliki prestasi akademik yang baik, merasa nyaman dan

betah, atau terjadi perilaku keterikatan untuk tinggal di sekolah tersebut (Olivier et al.,

2018). Sementara siswa, yang kurang memiliki kemampuan penyesuaian sosial

Page 14: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

2

mereka tidak betah tinggal di sekolah tersebut, bahkan mengalami stres dan prestasi

belajarnya buruk.

Sekolah secara keseluruhan adalah media interaksi antar siswa dan guru untuk

meningkatkan kemampuan inteligensi, skill dan rasa kasih sayang diantara mereka.

Namun saat ini terjadi pandemi yang menyerang seluruh dunia termasuk Indonesia,

membuat kegiatan sekolah berhenti dengan tiba-tiba. Semua siswa menjadi kurang

dapat bersosialisasi dengan banyak orang seperti biasanya, bertemu secara fisik di

sekolah, bertatap muka, menyapa secara langsung, dan mereka dipaksa untuk

berinteraksi secara online atau daring. Kondisi demikian ini menimbulkan dampak

yang berarti bagi siswa-siswa, salah satunya yaitu kegiatan untuk menyesuaikan diri

secara sosial di lingkungan sekolah. Selaras dengan pernyataan Purwanto et al. (2020)

bahwa jika di sekolah siswa bisa bermain bersosialisasi dengan teman-temannya,

tetapi di masa pandemi ini mereka tidak bisa dan hanya di dalam rumah bersama orang

tua. Interaksi dengan sesama teman, guru dan orang-orang di sekolah menjadi

berkurang. Kondisi demikian ini membuat berkurangnya pengalaman mereka dalam

bersosial dengan orang banyak.

Pandemi yang terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia dengan

jumlah remaja yang cukup banyak, sangat berpotensi munculnya dampak positif

maupun negatif secara psikologis. Kondisi yang tidak proporsional juga seimbang hal

ini menyebabkan atau rentan membuat remaja terkena dampak pandemi secara

langsung maupun tidak langsung. Penerapan kebijakan yang mengharuskan lock down

atau mengurangi kegiatan diluar rumah, membuat remaja memiliki akses yang

terbatas. Terbatasnya akses ke lingkungan yang mendukung (support system) ke arah

positif memungkinkan mereka beralih ke hal negatif, seperti penyalahgunaan alkohol

dan narkoba, melukai diri sendiri, atau perilaku berbahaya lainnya (UNFPA, 2020).

Perilaku menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya ini menjadi faktor pada

sesorang remaja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Elias, Noordin, and Mahyuddin

(2010) bahwa perilaku menyesuaikan dengan sosial menjadi variabel penting untuk

remaja dapat beradaptasi dengan orang di lingkungan baru. Namun, ketika mereka

kurang memiliki penyesuaian sosial hal ini dapat menjadi sebuah masalah bagi

mereka, khususnya remaja yang baru masuk dalam sebuah lingkungan baru.

Page 15: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

3

Fenomena yang juga relevan dengan penyesuaian sosial pada siswa ditemukan

di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP), yang ditetapkan sebagai objek

penelitian ini. Fenomena penyesuaian sosial yang dialami remaja sebagai siswa baru

SMP juga dijelaskan pada penelitian Azhari, Mayangsari, and Erlyani (2015), hasil

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sebagian siswa jarang melakukan interaksi

dengan orang baru mereka cenderung berinteraksi dengan orang-orang atau teman

yang sudah dikenal sebelumnya, kurang mampu membedakan apa yang mereka

inginkan dan tidak, mereka cenderung mengikuti keinginan teman lain saja dan kurang

terbiasa berinisiatif melakukan interaksi sosial. Siswa-siswa yang mengalami ini

semakin menajadi buruk dengan adanya pandemi. Kondisi demikian ini merupakan

permasalahan terkait dengan penyesuaian sosial yang menarik dikaji atau dilakukan

intervensi psikologis.

Penyesuaian sosial khususnya pada siswa, merupakan kemampuan yang dapat

dibentuk atau dimodifikasi (Malik, Abd Manaf, Ahmad, & Ismail, 2018) dan

dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor. Faktor sosial ekonomi keluarga atau orang tua,

peran gender, dan lingkungan sekitar dimana mereka tinggal (Chen, Zhang, Wei, &

Guo, 2019; Packiaselvi & Malathi, 2017; Parmaksız, 2019), dukungan sosial (Bender,

van Osch, Sleegers, & Ye, 2019), ikut andil dalam menentukan kemampuan sosial

seorang siswa. Selain faktor sosial demografi, parenting, asertif mempengaruhi

penyesuaian sosial. Sementara itu, pada penelitian secara longitudinal yang dilakukan

Xu et al. (2020), diperoleh bahwa maternal power-assertive parenting secara umum

tidak berkontribusi terhadap penyesuaian sosial dan psikologi pada anak.

Ketika seorang remaja mengalami permasalah penyesuaian sosial mereka

membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang mereka alami. Salah satunya

adalah dengan meningkatkan perilaku asertif yang nantinya akan mempengaruhi

penyesuaian sosial yang mereka lakukan. Ada kajian yang menyebutkan bahwa

penyesuaian sosial memiliki hubungan positif dengan perilaku asertif. Penelitian

Azhari et al. (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara perilaku

asertif dengan penyesuaian diri, jadi semakin tinggi perilaku asertif maka semakin

tinggi pula penyesuaian diri pada remaja di lingkungan sosialnya. Bazleh, Tarkhan,

and Sheikhmahmoud (2012) mengatakan bahwa perilaku asertif memungkinkan

Page 16: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

4

individu untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan terhadap diri sendiri maupun

lingkungan sekitar.

Remaja yang biasa menunjukkan perilaku asertif akan menggunakan

mekanisme pertahanan yang efektif dan adaptif (Widjaja & Wulan, 1998), sehingga

ketika mereka dapat berperilaku asertif mereka juga dapat membela dan

mempertahankan dirinya dalam lingkungan baru. Remaja yang melakukan perilaku

asertif membuat mereka dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan

lingkungan sosialnya. Dengan berperilaku asertif juga bisa membina hubungan yang

lebih akrab dan jujur, dapat berkomunikasi secara wajar dan terbuka, percaya diri dan

tenang dalam menghadapi kritik dan memberi kesempatan bagi orang lain untuk

menyampaikan pendapat dengan mempertahankan pendapat sendiri. Berperilaku

asertif saat bersosial juga akan membantu mengembangkan diri secara optimal, hal ini

dikarenakan dalam bersosial mampu membuat individu beraktualisasi, termasuk juga

dalam membantu melakukan penyesuaian sosial (Pratiwi, Yusmansyah, &

Utaminingsi, 2013). Namun, tidak semua remaja dapat mengembangkan perilaku

asertif dan dapat menyesuaikan dengan mudah. Oleh karena itu dibutuhkan solusi agar

remaja bisa mengembangkan perilaku asertifnya yang selanjutnya bisa membuat

mereka memiliki kemampuan penyesuaian sosial. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengembangkan perilaku asertif seseorang dan dipandang mampu

untuk melatih, mengembangkan, serta meningkatkan asertivitas pada remaja yaitu

dengan pelatihan asertif (Faradita & Farozin, 2019).

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pelatihan asertif dapat digunakan

untuk memberikan perlakuan pada remaja. Misalkan pada penelitian Lubis (2020),

mengenai pelatihan, khususnya pelatihan asertif yang dilakukan pada klas VIII SMP,

diperoleh bahwa pelatihan kelompok asertif dapat mengimprovisasi ketrampilan siswa

dalam menjalin hubungan interpersonal, demikian juga hasil penelitian Lubis et al.

(2019). Temuan-temuan penelitian ini menggambarkan bahwa penyesusian sosial

merupakan kemampuan yang dapat dibentuk melalui pelatihan atau intervensi,

sebagaimana dinyatakan oleh Forooshani, Khah, Renzaho, and Connor (2019) pada

studi metanalisis. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pemberian pelatihan asertif

memberikan pengaruh perubahan perilaku asertif pada mereka secara signifikan

Page 17: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

5

(Dewantari & Izzaty, 2018; Faradita, Elita, & Sinthia, 2018; Indrawati, Setyorini, &

Padmomartono, 2014). Sementara itu pada penelitian lain dijelaskan mengenai

pengaruh assertive training terhadap resiliensi pada remaja, hasilnya menunjukkan

bahwa pelatihan asertif berpengaruh positif terhadap resiliensi (Agbakwuru & Stella, 2012;

Amalia & Keliat, 2018). Selain itu, beberapa penelitian lainnya yang mengangkat

perilaku asertif juga menyatakan bahwa meningkatkan perilaku asertif pada remaja

bisa mempengaruhi beberapa hal seperti kedisiplinan dan kecenderungan menjadi

korban bullying (Dewantari & Izzaty, 2018; Novalia & Dayakisni, 2013).

Pada penelitian Faradita and Farozin (2019) tentang pelatihan asertif

dinyatakan bahwa pemberian perlakuan atau intervensi asertif pada remaja dilakukan

tahap demi tahap dengan terstruktur. Pelatihan dimulai dengan penggalian

permasalahan pada individu untuk mengatasi kendala yang dimungkinkan akan terjadi

dalam proses intervensi. Pada tahap pengungkapan permasalahan tersebut subjek

menjadi rileks dalam mengungkapkan perasaannya pada orang lain. Proses tersebut

dilakukan untuk mendorong kebiasaan individu dalam menyesuaikan dalam keadaan

sosial. Selain itu, pemberian perlakuan pelatihan asertif pada remaja membuat

kemampuan asertif pada remaja meningkat dan membuat mereka mudah

menyelesaikan masalah dilingkungan sosial secara terbuka. Hal ini artinya pelatihan

asertif dapat secara efektif diterapkan pada remaja. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini digunakan pelatihan asertif.

Dari paparan dan beberapa fenomena yang sedang terjadi pada remaja saat ini,

maka penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pelatihan asertif daring terhadap

kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya pada remaja yang memiliki

asertif rendah. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

teoritis dan intervensi di bidang psikologi khususnya mengenai pelatihan asertif,

penyesuaian sosial dan asertif pada remaja. Secara praktis diharapkan dapat

memunculkan salah satu intervensi untuk menangani permasalahan remaja yang tidak

dapat melakukan penyesuaian sosial disituasi yang mengharuskan mereka bertemu

dengan orang.

Page 18: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

6

KAJIAN PUSTAKA

Penyesuaian Sosial

Lingkungan menjadi faktor penentu perilaku remaja. Sekalipun remaja

memiliki tahap perkembangan kognitif yang cukup untuk menentukan apa yang harus

dilakukan oleh dirinya sendiri, namun tindakan yang dilakukan oleh remaja banyak

dipengaruhi oleh lingkungan. Misalkan tekanan dari kelompok teman sebaya (Papalia

et al., 2009). Hal ini menyatakan bahwa remaja dalam suatu lingkungan melakukan

sebuah interaksi sosial. Interaksi yang dilakukan itu dapat mempengaruhi terhadap

remaja atau individu lainnya sehingga dapat mengubah atau memperbaiki perilakunya.

Oleh sebab itu, untuk mengendalikan interaksi agar tidak mengubah seseorang ke hal

yang negatif diperlukan sebuah kemampuan yaitu kemampuan dalam menyesuaikan

diri saat berada di lingkungan sosial. Perilaku individu untuk menyesuaikan dengan

sosialnya disebut penyesuaian sosial. Secara singkat penyesuaian sosial merupakan

kemampuan individu untuk bereaksi efektif dan sehat terhadap realitas sosial, situasi

dan hubungan sosial sehingga individu dapat melakukan pemenuhan kebutuhan

dengan perilaku yang memuaskan dan cara yang dapat diterima lingkungannya

(Nurhusni, 2017). Kemampuan penyesuaian sosial dibutuhkan oleh seorang individu

untuk dapat berinteraksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas, situasi, dan

relasi sosial. Perilaku menyesuaikan dengan sosialnya ini bertujuan untuk memenuhi

kriteria sosial individu agar diterima di dalam lingkungannya. Orang yang dapat

menyesuaikan diri dengan baik, dan mempelajari berbagai keterampilan sosial mampu

untuk menjalin hubungan secara harmonis dengan orang lain (Azizah & Hidayati,

2015).

Penyesuaian sosial dapat berlangsung karena adanya dorongan manusia untuk

memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan ini adalah untuk mencapai

keseimbangan antara tuntutan sosial dengan harapan yang ada dalam dirinya. Selaras

dengan yang disampaikan Pamardi dan Widayat (2014) bahwa suatu sikap atau

perilaku beradaptasi dengan lingkungan individu berada, baik dengan cara biologis

atau fisik dan beradaptasi dengan menggunakan respon mental, sehingga individu

dapat diharapkan dari penyesuaian diri yang timbul dengan kondisi dan lingkungan

Page 19: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

7

dimana individu berada dapat tercipta harmonisasi dan selaras dengan kondisi biologis

ataupun mental individu agar terhindarnya konflik serta frustasi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang individu melakukan

penyesuaian sosial. Surnato dan Hartono (2006) menyatakan ada lima faktor. Pertama,

kualitas penyesuaian yang baik diperoleh dan dipelihara dalam kondisi fisik yang

sehat. Kedua, berkaitan dengan intelektual, sosial, moral, dan emosioal. Artinya bahwa

proses penyesuaian diri seorang individu tergantung proses perkembangan, semakin

bertambahnya umur seorang individu akan semakin matang dalam melakukan respon,

dan akan menentukan pola atau bentuk penyesuaian sosial. Faktor ketiga yang dapat

mempengaruhi penyesuaian sosial yaitu psikologis, antara lain faktor pengalaman,

frustasi, konflik, dan iklim psikologis. Faktor keempat yaitu keluarga dan lingkungan

karena keluarga dan lingkungan sekitar berperan penting dalam membentuk pola

penyesuaian seseorang. Faktor kelima yaitu kultural atau budaya dan agama.

Aspek - Aspek Penyesuaian Sosial

Individu yang memiliki penyesuaian yang baik (well adjusted person) adalah

mereka dengan segala keterbatasannya, kemampuannya serta kepribadiannya telah

belajar untuk bereaksi terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Beberapa aspek dalam

penyesuaian sosial, menurut Schneiders and Aloysius (1968) ada 5 aspek. Recognition

merupakan aspek yang berkaitan dengan menghormati dan menerima hak-hak orang

lain. Ketika individu dapat menghargai dan menghormati hak orang lain maka orang

lain sebaliknya akan menghormati dan menghargai hak kita, sehingga hubungan sosial

dapat terjalin dengan sehat dan harmonis. Participation, adalah aspek yang melibatkan

diri dalam berhubungan dengan orang lain. Seorang individu yang tidak mampu

membangun relasi dan menutup diri dari lingkungan sosial akan mengalami

penyesuaian sosial yang buruk. Sebaliknya individu yang mampu menciptakan dan

mengembangkan relasi persahabatan yang sehat, berperan aktif dalam kegiatan sosial,

serta menghargai nilai yang berlaku di masyarakat mereka dapat menyesuaikan dengan

lingkungan sekitarnya.

Social approval, merupakan aspek yang terkait dengan minat dan simpati

terhadap kesejahteraan orang lain, dan merupakan bentuk penyesuaian di masyarakat.

Page 20: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

8

Pada aspek ini seorang individu peka dengan masalah dan kesulitan orang di

sekitarnya, sudi membantu untuk memperingan masalahnya. Selain itu seseorang juga

menunjukan minatnya terhadap aspirasi, tujuan, dan harapan orang lain. Altruisme,

merupakan aspek penyesuaian sosial terkait dengan memiliki sifat rendah hati dan

suka toleran. Rasa saling membantu dan mementingkan orang lain merupakan nilai

moral yang positif. Jika aspek ini diterapkan di masyarakat dengan cara yang wajar,

akan berdampak pada penyesuaian sosial yang kuat. Individu yang memiliki sifat

kemanusiaan, rendah diri, dan jujur akan memiliki mental yang stabil, kondisi emosi

yang sehat dan penyesuaian sosial yang baik. Aspek yang terakhir yaitu Conformity.

Aspek ini terkait dengan menghormati dan mematuhi nilai-nilai integritas pada

peraturan dan hukum, tradisi, serta kebiasaan dan kesadaran untuk mematuhi dan

menghormati peraturan dan tradisi yang berlaku di lingkungannya. Hal tersebut

membuat tumbuhnya penyesuaian dengan sesuatu di lingkungan sekitarnya.

Konsep Penyesuaian Sosial dalam Islam

Seseorang yang melakukan penyesuaian sosial berarti dia dapat menjalin

persaudaraan dengan orang yang ada disekitarnya. Pada Agama Islam diajarkan bahwa

Allah SWT menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan. Hal ini bertujuan agar

mereka saling mengenal, seperti yang telah disebutkan dalam firmannya dalam (Q.S

Al – Hujarat: 13) yaitu: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Pada ayat ini dinyatakan

bahwa manusia diciptakan untuk rukun tanpa mengolok-olok orang lain dan

dianjurkan untuk melakukan penyesuaian sosial yang baik dalam lingkungan dengan

selalu menjaga dengan tidak menyakiti orang-orang yang ada di sekitarnya.

Cara untuk melakukan penyesuaian sosial dengan baik dalam lingkungan

masyarakat yaitu disebutkan dalam Q.S Al - Hujurat: 11, untuk berbuat baik pada

semua orang dengan tidak saling mengolok-olok atau menjelekkan orang lain. Arti

ayat tersebut “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-

Page 21: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

9

olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka dan jangan pula wanita-wanita

lain (karena) boleh jadi wanita-wanita lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok)

dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu manggil dengan

gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah

iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang

zalim”. Dua ayat ini menyatakan bahwa penyesuaian sosial dalam Islam diajarkan dan

diartikan sebagai interaksi antar satu orang dengan satu, dua, atau sekelompok orang

yang berjalan dengan baik. Hal ini karena secara kodrati manusia adalah makhluk

sosial yang tidak bisa hidup sendiri menjaga hubungan dan menyesuaikan dengan

lingkungan harus dilakukan.

Secara konsep orang yang melakukan penyesuaian sosial yaitu orang yang

melakukan interaksi dalam lingkungannya. Orang yang dapat melakukan penyesuaian

sosial dengan baik yaitu orang yang berinteraksi secara efektif dan beranfaat terhadap

realitas, situasi, dan relasi sosial. Paham behaviorisme berkeyakinan bahwa perilaku

dapat dimodifikasi dengan mempelajari kondisi dan pengalaman. Selaras dengan hal

pernyataan Malik et al. (2018) bahwa penyesuaian sosial merupakan kemampuan yang

dapat dibentuk atau dimodifikasi dan dipengaruhi oleh lebih dari satu faktor. Faktor

yang mempengaruhi ada sosial ekonomi keluarga atau orang tua, peran gender, dan

lingkungan sekitar dimana mereka tinggal (Chen et al., 2019; Packiaselvi & Malathi,

2017; Parmaksız, 2019). Sehingga peneliti berpandangan bahwa penyesuaian sosial

merupakan hal yang terbentuk dari hasil belajar seseorang yang diperoleh melalui

stimulus dari lingkungan.

Perilaku Asertif

Albert dan Emmons dalam Indrawati et al. (2014) mengemukakan bahwa

individu yang bersikap asertif adalah individu yang tegas menyatakan perasaan

mereka, meminta apa yang mereka inginkan dan mampu mengatakan “tidak (ada)”

tentang suatu hal. Individu tersebut bertindak dengan tegas, mereka bertindak yang

terbaik dan berpihak kepada hak atau kebenaran. Menurut Lloyd & Budiyanto (1991)

bahwa perilaku asertif adalah perilaku bersifat aktif, langsung, dan jujur.

Page 22: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

10

Novalia dan Dayakisni (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa untuk

menjadi asertif mensyaratkan apa yang diinginkan dari suatu situasi dan

mempertahankannya sekaligus tidak melanggar hak orang lain. Selain itu, keasertifan

adalah kemampuan untuk menyatakan bahwa individu tidak memilih untuk

mengklaim hak di dalam semua situasi, karena mereka mengetahui jika individu

tersebut bersedia dan membutuhkan melakukannya, atau dapat melakukannya.

Perilaku asertif ini sangat dianjurkan ada dalam diri manusia. Pada Agama

Islam juga dianjurkan berperilaku asertif. Allah SWT menganjurkan kepada hamba-

hambanya untuk berperilaku tegas dalam menjalani kehidupan. Selaras dengan arti

asertif sendiri yaitu perilaku seseorang yang mampu mengungkapkan emosi secara

tepat, dalam berkomunikasi relatif terbuka dan mempunyai ketagasan. Perilaku asertif

tidak menggunakan kekerasan karena asertif hanyalah mengungkapkan pendapat

secara jujur dan mengungkapkan secara halus tanpa menyakiti ataupun menentang hak

dan etika. Hal ini sesuai dengan yang tertulis pada firman Allah (Q.S Al-Ahzab: 70)

yang menyebutkan bahwa kita sebagai manusia harus berkata yang sebenarnya.

Alberti dan Emmons dalam Ashman and Hull (2008) menyimpulkan ada 6

aspek dalam melihat perilaku asertif. Pertama individu asertif dapat

mengkomunikasikan apa yang diinginkan, difikirkan dan kepada orang lain. Kedua,

menghormati apa yang menjadi kepentingan orang lain. Individu asertif bisa

menerima kondisi orang lain dengan terbuka tanpa harus memaksakan kehendak

kepada orang lain; menunjukkan rasa hormat pada pendapat orang lain dan apayang

dilakukan orang lain kepadanya. Ketiga, individu asertif mampu mengkomunikasikan

secara langsung pikiran dan perasaannya. Artinya mereka dapat menyatakan

keinginan dan yang tidak diinginkannya dengan tegas tanpa mengalami rasa cemas.

Keempat, seseorang yang asertif mampu mengatakan pikirannya dan perasaan apa

adanya, bertindak dengan jujur dan terbuka tanpa merasa malu dan takut. Kelima,

individu yang asertif mampu memposisikan atau menempatkan orang lain setara

dengan dirinya tanpa merendahkannya dalam suatu hubungan. Keenam, seorang

asertif bersifat fleksibel, mampu mengekspresikan diri, menghormati orang lain dan

dapat diterima oleh lingkungan sosial, keluarganya, teman, sahabat dan masyarakat

pada umumnya.

Page 23: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

11

Pelatihan Asertif

Albert dan Emmons dalam Indrawati et al. (2014) mengemukakan bahwa

individu yang bersikap asertif adalah individu yang tegas menyatakan perasaan

mereka, meminta apa yang mereka inginkan dan mampu mengatakan “tidak (ada)”

tentang suatu hal. Individu tersebut bertindak dengan tegas, mereka bertindak yang

terbaik dan berpihak kepada hak atau kebenaran. Menurut Lloyd & Budiyanto (1991)

bahwa perilaku asertif adalah perilaku bersifat aktif, langsung, dan jujur. Novalia dan

Dayakisni (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa untuk menjadi asertif

mensyaratkan apa yang diinginkan dari suatu situasi dan mempertahankannya

sekaligus tidak melanggar hak orang lain. Selain itu, keasertifan adalah kemampuan

untuk menyatakan bahwa individu tidak memilih untuk mengklaim hak di dalam

semua situasi, karena mereka mengetahui jika individu tersebut bersedia dan

membutuhkan melakukannya, atau dapat melakukannya.

Menurut Alberty dan Emmons (Nelson-Jones, 2011) latihan asertif tidak hanya

berfokus pada perilaku verbal, namun juga non verbal seperti; ekspresi wajah, kontak

mata, gerak tubuh, gestur, suara, kelancaran berbicara dan pilihan saat kapan individu

mengekspresikan sikap asertifnya. Latihan asertif merupakan terapi, yang

direkomendasikan untuk mengurangi dan menghilangkan gangguan kecemasan dan

meningkatkan kemampuan interpersonal. Loekmono (2008) menyatakan latihan

asertif diberikan pada orang yang tidak dapat melepaskan kemarahannya, tidak

sanggup mengatakan “tidak”, terlalu tertib dan mudah dimanfaatkan orang lain, tidak

dapat menyatakan isi hati dan perasaan serta sulit mengekspresikan respon-respon

positif. Latihan ini cocok jika diberikan pada individu yang merasa tidak mempunyai

hak untuk menyatakan pikiran, kepercayaan dan perasaannya. Salah satu penelitian

yang dilakukan oleh (Utaminingtyas, 2017) pelatihan asertif efektif digunakan dalam

mengembangkan aspek non-verbal perilaku asertif. Selain itu, dalam penelitian nya

membuktikan bahwa pelatihan asertif dapat mendukung keberhasilan komunikasi

interpersonal (antar pribadi) karena semua peserta yang mengikuti mengalami proses

belajar dan perubahan positif.

Dalam melakukan latihan asertif, ada beberapa strategi yang dapat digunakan.

Loekmono (2008) menyebutkan enam strategi latihan asertif, yang pertama

Page 24: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

12

pengajaran, dimana konselor menerangkan kepada konseli perilaku yang

diharapkannya. Kedua, melalui stategi respon positif yaitu merespon semua perilaku

sesudah diberikan pengarahan. Strategi ketiga yaitu modeling, yaitu menunjukkan

contoh perilaku secara spontanitas atau menggunakan tayangan. Keempat yaitu role-

play, bermain peran dan saling mengkoreksi perilaku yang muncul membuat

pemahaman semakin meningkat. Kelima, yaitu stategi penguatan sosial dan terakhir

home-work. Dua strategi ini membentuk kebiasaan untuk berperilaku asertif. Selaras

dengan yang dipaparkan oleh Santoso (2020) bahwa ada 6 sesi dalam melakukan

latihan asertif. Pelatihan asertif yaitu salah satu teknik terapi atau intervensi yang

berguna untuk membantu individu mengungkapkan perasaan, kesulitan menyatakan

“tidak”, mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya (Corey, 2013). Menurut

Joice dan Weill menjelaskan tujuan dilakukan pelatihan asertif yaitu mengembangkan

ekspresi perasaan baik positif maupun negatif, mengekspresikan perasaan-perasaan

kontradiktif, mengembangkan perilaku atas dasar prakarsa sendiri (Faradita et al.,

2018).

Pelatihan asertif sesuai jika diberikan pada orang yang merasa tidak memiliki

hak untuk menyatakan pikiran, perasaannya dan kepercayaan diri. Pada umumnya

pelatihan asertif mempunyai beberapa prosedur belajar dalam diri seseorang tentang

apa saja yang perlu diubah, diperbaiki ataupun diperbaharuhi. Secara sistematis terdiri

dari tiga strategi dengan dengan menerapkan 6 tahapan sebanyak 8 sesi pertemuan

(Indrawati et al., 2014).

Pelatihan Asertif dan Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial pada remaja, yakni kemampuan individu untuk bereaksi secara

efektif dan sehat terhadap realitas sosial, situasi dan hubungan sosial sehingga individu

dapat melakukan pemenuhan kebutuhan dengan perilaku yang memuaskan dan cara

yang dapat diterima lingkungannya (Li & Grineva, 2016). Kegagalan seorang remaja

dalam menyesuaikan diri khususnya siswa, memunculkan perilaku tidak bertanggung

jawab, mengabaikan pelajaran, stress, sikap agresif, depresi, perasaan tidak aman,

muncul perasaan menyerah dan memunculkan perilaku-perilaku negatif yang nantinya

bisa berdampak untuk dirinya di masa yang akan datang (Lubis et al., 2019). Ketika

Page 25: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

13

seorang remaja mengalami permasalah penyesuaian sosial mereka membutuhkan

suatu perilaku yang dapat membantu meningkatkan penyesuaian sosial.

Bazleh et al. (2012) mengatakan bahwa perilaku asertif memungkinkan

individu untuk meningkatkan perilaku menyesuaikan terhadap diri sendiri maupun

lingkungan sekitar. Oleh karena itu, perilaku asertif bisa menjadi salah satu solusi bagi

seorang remaja untuk membantu menyesuaikan di lingkungan sosial. Individu yang

dapat berperilaku asertif akan menggunakan mekanisme pertahananya yang efektif

dan adaptif, sehingga perilaku asertif dapat menjadi solusi bagi remaja khususnya

siswa baru untuk dapat membela, mempertahankan dirinya dalam lingkungan baru

yang rileks lebih menyenangkan, dan lebih sehat bagi perkembangan psikologis siswa

karena dengan perilaku tersebut siswa dapat menjalin hubungan interpersonal yang

baik dengan lingkungan sosialnya (Azhari et al., 2015). Namun setiap individu tidak

selalu menunjukkan perilaku asertif. Ada suatu pelatihan yang bisa membantu individu

meningkatkan perilaku assertif. Pelatihan asertif bisa sebagai salah satu cara. Pelatihan

asertif merupakan penerapan latihan tingkah laku dengan sasaran, membantu individu

untuk mengembangkan cara berhubungan secara langsung dalam berbagai kondisi

dan situasi sosial (Utaminingtyas, 2017). Pelatihan ini berfokus pada mempraktekkan

dan membiasakan seseorang berperilaku assertif dalam kehidupan sehari-hari

(Tavakoli, Lumley, Hijazi, Slavin-Spenny, & Parris, 2009). Indrawati et al. (2014)

menyatakan latihan assertif dapat dilakukan dengan cara bermain peran, kecakapan-

kecakapan bergaul yang baru diperoleh, sehingga individu-individu diharapkan

mampu mengatasi persoalan dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan dan

pikiran-pikiran secara lebih terbuka diikuti oleh keyakinan bahwa mereka berhak

untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka. Setelah dilakukan latihan berperilaku

asertif ada beberapa kemampuan yang muncul yaitu kemampuan mengungkapkan

perasaan, mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka dan

mempertahankan hak-hak pribadi. Tiga kemampuan dasar asertif ini menjadi dasar

untuk individu terbiasa melakukan aserif dan membuat mereka bisa bertahan dan

menyesuaikan dalam sistuasi sosial apapun.

Page 26: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

14

Kerangka Berpikir

Hipotesis

Pelatihan asertif dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial pada remaja

Remaja usia (12 - 15) memasuki lingkungan sosial baru namun terkendala oleh

kebijakan yang mengharuskan mereka sering berinteraksi secara online

Assertive Trainning

1. Recognition (menghormati, menerima hak-hak orang lain)

2. Participation (melibatkan diri dalam berelasi).

3. Social approval (minat, simpati terhadap kesejahteraan orang lain).

4. Altruisme (memiliki sifat rendah hati, tidak egois).

5. Conformity (menghormati, menaati nilai-nilai integritas hukum, tradisi

dan kebiasaan).

1. Sulit mengungkapkan isi hati sepenuhnya.

2. Kurang menghormati kepentingan orang lain.

3. Kurang dapat mengungkapkan secara langsung dan tegas.

4. Sulit berterusterang mengatakan kebutuhan, perasaan dan pikiran apa yang

dirasakan

5. Kurang dapat memposisikan orang lain setara pada suatu hubungan

6. Kurang dapat diterima secara sosial

MENINGKATNYA PENYESUAIAN SOSIAL

Remaja mulai terbiasa menerapkan perilaku assertif

dan perlahan bisa menyesuaikan dengan sosial

Page 27: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

15

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif kuasi eksperimen jenis pre-post

test control group design. Penelitian eksperimen ini bertujuan menguji hubungan

sebab akibat dengan cara memerankan kelompok kontrol disamping kelompok

eksperimen (Latipun, 2011). Subjek dibagi menjadi dua kelompok yang dipilih secara

acak, yakni kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE). Pada kelompok

eksperimen diberikan perlakuan berupa assertive training, secara ilustratif

digambarkan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Desain eksperimen

Design Penelitian

KK O1 ------- (-X)------- O2

KE O1 -------- X ------ O2

Keterangan:

O1 : Pre -Test

O2 : Post - Test

X : Perlakuan (Pelatihan asertif)

(-X ) : tidak diberikan perlakuan (Pelatihan asertif)

KK : Kelompok Kontrol

KE : Kelompok Eksperimen

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja dengan asertif rendah yang memiliki

rentang usia 12 - 15 tahun yang saat ini menjadi siswa di Sekolah Menengah Pertama

(SMP). Kriteria subjek yaitu remaja berusia 12 - 15 tahun dan memiliki skor asertif

dibawah 96. Skala terdiri dari 34 item, skor tertinggi dari skala tersebut 132 dan

terendah 33. Berdasarkan nilai tersebut subjek dikelompokan menjadi 5 kelompok

yaitu sangat tinggi (117 -132), tinggi (96-116), sedang (75-95), rendah (54-74), dan

sangat rendah (33-53). Setelah skala disebarkan diperoleh skor asertif terendah 63 dan

tertinggi 106. Berdasarkan skor yang diperoleh ada 42 orang yang memiliki skor

Page 28: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

16

dibawah 96. Kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara random, Kelompok pertama

diberi perlakuan (KE) dan kedua tidak diberi perlakuan (KK).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel pada penelitian ini terdiri perilaku asertif sebagai variabel bebas (X),

penyesuaian sosial sebagai variabel terikat (Y) yakni penyesuaian sosial serta variabel

perlakuan yaitu assertive training. Penyesuaian sosial yakni kemampuan seseorang

untuk bereaksi terhadap kenyataan sosial, situasi, dan hubungan yang dilihat dari aspek

penampilan yang nyata, sikap sosialnya, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok

dan kepuasan diri pribadi. Sedangkan untuk perilaku asertif merupakan perilaku

keterbukaan mengkomunikasikan yang dirasakan, dipikirkan, dibutuhkan dan

diinginkan namun tetap menghargai, menjaga hak-hak ataupun perasaan orang lain.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu skala perilaku

asertif yang disusun berdasarkan pada aspek-aspek perilaku asertif yang dipaparkan

oleh Alberti dan Emmons yaitu mengekspresikan diri sepenuhnya, menghormati

kepentingan orang lain, tegas dan langsung, jujur dan terbuka, dapat memposisikan

orang lain setara dalam suatu hubungan, dan diterima secara sosial (Ashman & Hull,

2008). Penelitian ini juga menggunakan skala penyesuaian sosial Scheineder dan

Aloysius (1968). Aspek teori tersebut terdiri dari recognition, participation, social

approval, altruism dan conformity.

Penentuan item dalam skala yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada

ketentuan bahwa skala pengukuran memiliki nilai indeks daya diskriminasi lebih besar

atau sama dengan 0,3. Tabel 2 berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas skala

asertif dan skala penyesuaian sosial diadopsi dari skala Scheineder (1968).

Tabel 2. Validitas dan reliabilitas skala

Skala Ukur Jumlah Item

Valid

Jumlah Item

Gugur

Indeks

Reliabilitas

Indeks

Validitas

Skala Asertif 34 5

(1,2,14,24,,29) 0,834 0,341 – 0,893

Penyesuaian

Sosial 41 7 0,960 0,304 – 0,899

Page 29: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

17

Prosedur Penelitian dan Analisis Data

Pada penelitian ini eksperimen akan dilakukan dengan dua situasi yaitu, situasi

sebelum dan sesudah diberikan intervensi baik pada kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Sebelum dipilih sebagai subjek

dilakukan pengukuran menggunakan skala asertif. Setelah ditemukan beberapa

individu yang memiliki skor asertif dalam kategori rendah, dilakukan juga pengukuran

kemampuan penyesuaian sosial pada subjek. Setelah terkumpul beberapa responden

yang masuk kriterian subjek, dibagi menjadi dua kelompok yang dipilih secara acak,

yakni kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE). Pengukuran dilakukan

dua periode. Pada periode pertama (pre-test) peneliti melakukan pengukuran

mengenai tingkat asertif dan penyesuaian sosial. Selanjutnya, kelompok eksperimen

diberi perlakukan berupa pelatihan asertif. Pemberian perlakuan dilakukan dengan

cara daring menggunakan modul yang telah di uji cobakan. Uji coba (foto terlampir)

modul diperoleh bahwa modul dapat diterapkan namun ada beberapa yang harus

diperbaiki yaitu bagian pemberian materi perilaku asertif dan durasi waktu terlalu

panjang.Oleh karena itu dilakukan penyesuaian materi dan durasi waktu yang semula

40 menit menjadi 25 menit. Pada periode post-test dilakukan pengukuran pada

kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Perlakuan pada penelitian ini adalah

pelatihan asertif, yaitu terapi untuk meningkatkan kemampuan interpersonal individu

dalam mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan dan dibutuhkan. Pelatihan

asertifdilakukan dalam 7 sesi (Pembukaan, Mengenal Konsep Asertif, Sharing

Permasalahan, “Speak Your Mind”, Studi kasus & Home Work, Role-play, Penutup).

Data yang sudah dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada subjek,

dianalisis dengan metode Wilcoxon dan Mann Whitney. Analisis dilakukan dengan

membandingkan hasil pengukuran pre-test dengan post-test. Uji hipotesis (H1), yang

menyatakan: asertif training dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial pada

remaja. Hipotesis (H1) diterima jika Sig (p). statistic lebih kecil dari alpha (5%). Selain

itu penelitian ini juga menggunakan analisis korelasi non-parametrik Kendall Tau.

Analisis ini digunakan untuk melihat korelasi antara asertif dan penyesuaian sosial.

Page 30: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

18

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Data

Penelitian ini menggunakan desain eksperimen pre-post tes, menggunakan

kelompok kontrol (KK) dan kelompok eskperimen (KE). Eksperimen dilakukan,

dengan memberikan pelatihan asertif kepada kelompok eksperimen. Sementara

kelompok kontrol tidak diberi pelatihan. Setelah dilakukan eksperimen, data

terkumpul dianalisis dengan statistik non parametrik uji Wilcoxon (Related Dependent

Test) untuk membandingkan skor pre-test dan post-test untuk kelompok kontrol

maupun untuk kelompok eksperimen. Selain itu, dilakukan uji non parametrik Mann

Whitney (2-independent sample), untuk membandingkan skor kemampuan

penyesuaian sosial antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Deskripsi

mengenai nilai rata-rata dan standar deviasi skor kemampuan penyesuaian sosial

tertuang pada Tabel 3.

Tabel. 3 Perbandingan skor penyesuaian sosial pre-test dan post test

Kelompok Mean

pretest SD pretest

Mean

post-test

SD post-

test Z P

Eksperimen 141,5 22,3 145,2 20,7

-2.66 .008

Kontrol 137,3 24,6 141,5 22,4

-2.52 .012

Pada Tabel 3 ditunjukkan skor penyesuaian sosial pada dua kelompok

eksperimen dan kontrol. Pada kelompok eksperimen skor post-test rata-rata

(Mean=145, 2) lebih besar dibandingkan dengan skor pre-test (Mean=141, 5), dengan

nilai standar deviasi skor post test (SD=22, 3) lebih kecil dibandingkan dengan pre-

test (SD=20, 7). Artinya bahwa, pada kelompok eksperimen terjadi perubahan atau

peningkatan penyesuaian sosial antar sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan

sebesar 3, 7 dengan standar deviasi yang semakin besar.

Hasil uji Wilcoxon Sign Rank antara pre-post test pada kelompok kontrol dan

eksperimen dituangkan pada Tabel 3. Hasilnnya untuk kelompok eksperimen Z-

statistik (Z=-2,66) dan kelompok kontrol, nilai Z-stat (Z=-2,52). Jika dilihat dari nilai

signifikansi, pada kelompok eksperimen (sig= 0,008), sementara pada kelompok

Page 31: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

19

kontrol nilai sinifikansi (sig=0,012). Artinya kelompok eksperimen memiliki

perubahan. Dari hasil ini menunjukan ada perbedaan yang signifikan skor penyesuaian

sosial antara pre-post test baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol.

Tabel 4. Hasil uji perbedaan kemampuan penyesuaian sosial

Statistik Hitung Nilai

Z -2.393

Asymp. Sig (2-tailed) 0.017

Pada Tabel 4 ditunjukkan uji perbedaan kemampuan penyesuaian sosial antara

kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol dilakukan dengan statistik non-

parametrik Mann-Wihitney Test (2-independent sample). Hasil menunjukkan nilai

asym.Sig (2-tailed) sebesar 0,017, kurang dari 0,05 (5%). Artinya bahwa kemampuan

penyesuaian sosial berbeda secara signifikan antara kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol, sebelum dan sesudah pemberian pelatihan asertif. Selain itu, skor

perbedaan paling tinggi sebesar 61, pada subjek (E05), dari skor pre test sebesar 101,

meningkat menjadi 162. Perbedaan tertinggi kedua pada subjek E08, meningkat 53,

dari skor pre-test 116 menjadi 169. Skor perbedaan terendah sebesar 4, pada subjek

E01, dari skor peroleh saat pre-test sebesar 161, menjadi 165 pada saat post test. Secara

lengkap skor tertuang pada Gambar 2.

Page 32: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

20

Gambar 2. Perubahan kemampuan penyesuaian sosial kelompok eksperimen

Gambar 2 diatas menjelaskan adanya perubahan skor kemampuan penyesuaian

sosial pada masing-masing subjek kelompok eksperimen atau kelompok yang diberi

assertive training. Subjek yang mengalami peningkatan yang paling tinggi adalah

subjek dengan kode E05, lalu diikuti oleh subjek E08, E03, E04, E07, E09, E06, E02,

dan yang paling kecil peningkatannya E01. Pada saat pemberian perlakuan sangat jelas

terlihat pada subjek E08 dan E05 sangat antusias. Buktinya ketika fasilitator

menawarkan untuk menjawab pertanyaan atau membacakan sebuah kasus, beberapa

kali mereka mengajukan diri. Antusias nya juga ditunjukkan dengan bertanya ketika

tidak paham dan mencatat materi yang sedang dijelaskan.

Gambar 3. Rata-rata aspek pada kemampuan penyesuain sosial

Pada gambar 3 ditunjukkan rata-rata skor aspek kemampuan penyesuaian

sosial untuk kelompok eksperimen antara pre-test dan post-test. Dari grafik tersebut

dapat dijelaskan bahwa aspek yang mengalami peningkatan tertinggi adalah

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9

PreTest 161 162 131 161 101 163 160 116 167 164 177 116 116 116 117 132 165 133

Post Test 165 168 154 175 162 169 169 169 175 165 177 123 123 125 118 137 167 139

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200Sk

or

Pe

nye

suai

an S

osi

al

Page 33: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

21

penampilan nyata dengan perubahan sebesar 6,9 dari skor pre-test 24,4 menjadi 31,3.

Sementara aspek yang mengalami perubahan terendah adalah sikap sosial, yakni hanya

terjadi perubahan sebesar 1,6 saja.

Tabel 5. Hasil uji korelasi asertif dan penyesuaian sosial (Kendall’Tau)

Variabel Koefisien Korelasi Sig. (2-Tailed) Keterangan

Asertif

Penyesuaian sosial .753** .004 Hubungan Signifikan

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui nilai koefisien korelasi variabel aserrtif

dan penyesuaian sosial adalah 0.753 dengan nilai p sebesar 0.004 (p<0.05) dan arah

hubungan positif. Ini dapat disimpulkan bahwa asertif secara signifikan memiliki

hubungan positif dengan penyesuaian sosial. Artinya, semakin tinggi asertif seseorang

maka akan semakin tinggi pula kemampuan penyesuaian sosial yang dimiliki.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan memberi intervensi berupa pelatihan asertif

yang dilakukan selama tujuh sesi menunjukkan bahwa pelatihan asertif berpengaruh

terhadap peningkatan kemampuan penyesusian sosial pada remaja. Berdasarkan data

yang ada ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan skor penyesuaian

sosial antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, pada seluruh aspek

penyesuaian sosial. Kemampuan penyesuaian sosial subjek pada aspek penampilan

nyata, penyesuaian diri, sikap sosial dan juga kepuasan diri meningkat setelah

dilakukan intervensi. Hal ini mensiratkan bahwa pemberian pelatihan asertif yang

efektif dapat meningkatkan kemampuan remaja dalam berani tampil di lingkungan

sosialnya. Selain itu, remaja akan mampu menyesuaikan dirinya pada lingkungan

sosialnya jika dilakukan pelatihan perilaku asertif. Mereka menghormati orang lain

yang berpendapat, dapat menerima usulan atau pendapat orang lain, serta

menghargainya.

Remaja yang menjadi subjek dalam penelitian ini berusia 12 dan 13 tahun.

Mereka termasuk siswa baru, yang mulai dari awal pendaftaran masuk sekolah hingga

saat ini belum pernah bertemu dengan teman-teman sekolahnya. Hal ini membuat

Page 34: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

22

mereka jarang melakukan kontak sosial. Remaja yang jarang melakukan kontak sosial

biasanya memiliki asertif rendah. Selain itu, juga tidak mampu menyesuaikan diri di

lingkungan sosial dimana mereka berada. Dilihat dari aspek penampilan nyata sebagai

bagian dari kemampuan penyesuaian diri, biasanya mereka tidak berani tampil,

menunjukkan dirinya pada lingkungan sosialnya. Mereka cenderung diam, atau pasif,

enggan untuk melakukan aktivitas di lingkunganya. Pemberian perlakuan pelatihan

asertif, khususnya pada sesi role-play dapat merubah sikap pasif atau perilaku tidak

mau tampil di lingkungan sosialnya. Hal ini ditunjukkan oleh subjek penelitian, pada

subjek yang pasif saat dilakukan pelatihan, menunjukkan perubahan pada dirinya pada

aspek penampilan nyata. Mereka berani tampil, mengemukakan pendapat,

mengemukakan isi hati di hadapan teman-teman di sekitarnya. Subjek juga berani

berpendapat ketika ada teman lain yang mengajukan usulan. Hasil penelitian ini tidak

bertolak belakang dengan apa yang ditemukan oleh Azizah dan Hidayati (2015), serta

Azhari et al. (2015). Ada juga sesi pemberian home work, dimana fasilitator

memberikan tugas pada subjek untuk melakukan beberapa perilaku asertif. Hal ini

membuat subjek menjadi terbiasa berperilaku asertif, melakukan kontak dengan

linkungan sekitar dan juga membuat subjek melakukan penyesuaian sosial. Temuan

tersebut selaras dengan penelitian Amalia and Keliat (2018) yang menyatakan bahwa

pembiasaan dalam pelatihan asertif sangat diperlukan untuk subjek dalam berperilaku

setiap harinya.

Pada saat intervensi, subjek juga diberikan beberapa kasus. Kasus pertama

menceritakan ada teman disebelahnya memerlukan bantuan. Sikap subjek bervariasi,

subjek yang memiliki kemampuan penyesuaian sosial, akan memberikan bantuan pada

orang yang membutuhkan. Namun untuk subjek yang kemampuan penyesuaian

sosialnya rendah mereka menunjukkan acuh terhadap persoalan yang dihadapi

temannya. Mereka menanggapi kasus yang diberikan jika ada teman yang meminta

pertolongan tetapi hal itu perilaku yang salah seperti meminta jawaban, ia pertolongan

dalam hal baik ia akan membantunya. Kasus kedua yang diberikan yaitu ada dua orang

yang meminta bantuan namun jenis yang diminta berbeda. Ketika ujian orang pertama

meminta bantuan untuk meminjam pensil ketika ia ujian, namun orang kedua meminta

bantuan jawaban soal ujian. Respon subjek pada kasus ini bervariasi, subjek dengan

Page 35: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

23

kode E9 dan E6 akan menasehati teman yang meminta jawaban. Sebaliknya, jika

temannya meminta pertolongan dalam hal baik ia akan membantunya.

Pada saat intervensi, subjek diberikan kasus yang berkaitan tentang

permasalahan penyesuaian sosial dengan tujuan untuk untuk meningkatkan kepedulian

atau kepekaan dengan lingkungan sekitarnya. Sesuai dengan yang dipaparkan

Armellini and Stefani (2015) bahwa kepekaan terhadap lingkungan sekitar diperlukan

untuk mempermudah individu menyesuaikan dengan lingkungan sosial. Sikap subjek

bervariasi terhadap kasus, subjek yang awalnya memiliki penyesuaian sosial rendah

kemudian meningkat akan memberikan bantuan pada orang yang membutuhkan.

Namun untuk subjek yang kemampuan penyesuaian sosialnya rendah mereka

menunjukkan acuh terhadap persoalan yang dihadapi temannya. Sikap sosial, sebagai

aspek kemampuan penyesuaian sosial yang dapat ditingkatkan melalui pelatihan

asertif. Mereka menanggapi kasus yang diberikan jika ada teman yang meminta

pertolongan namun hal itu merupakan perilaku yang salah, seperti meminta jawaban,

mereka akan menasehati teman tersebut. Sebaliknya, jika temannya meminta

pertolongan dalam hal yang baik ia akan membantunya. Kepedulian, kepekaan remaja

terhadap permasalahan yang dihadapi oleh orang di sekitarnya meningkat. Mereka

semakin peduli, peka terhadap persoalan yang dihadapi oleh teman di sekitarnya.

Pelatihan asertif yang dilakukan pada subjek ini meningkatkan aspek penyesuaian

sosial yang ada pada subjek. Misalnya seperti aspek sikap sosial dan penyesuaian diri

yang mereka tunjukkan.

Aspek penyesuaian sosial mengenai penyesuaian diri. Indvidu ketika berada di

suatu lingkungan sosial, dimana terdapat orang lain selain dirinya memerlukan cara,

sikap agar bisa diterima di lingkungan tersebut, atau disebut aspek participation

(melibatkan diri dalam berelasi). Subjek yang fleksibel yang dapat mengekspresikan diri

serta menghormati orang lain sehingga dapat diterima oleh lingkungan sosial,

misalnya keluarga, teman, sahabat dan masyarakat pada umumnya. Perilaku yang

ditunjukkan subjek yang mengalami peningkatan asertif dan penyesuaian sosial

mereka dapat mengungkapkan pendapat nya saat proses pelatihan asertif berlangsung,

meskipun awalnya diam namun dengan berjalannya waktu mereka mengalami

Page 36: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

24

penyesuaian sosial. Perilaku ketika berinteraksi, dengan cara dan sikap tertentu

terhadap lingkungan sosial yang ada dapat dibentuk atau ditingkatkan melalui

pelatihan. Sebagaimana dikemukakan Azhari et al. (2015) bahwa ketika seseorang

berada di lingkungan sosial diperlukan penyesuaian diri. Individu yang penyesuaian

dirinya rendah cenderung tidak mampu berada di suatu lingkungan sosial. Pada

penelitian ini, sejalan dengan penelitian terhadahulu bahwa subjek yang diberikan

pemahaman asertif, kemampuan sosialnya meningkat dan mereka dapat menyesuaikan

diri, berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Penelitian lainnya juga menunjukkan

hal yang senada dengan penelitian ini, seperti penelitian Pratiwi et al. (2013).

Bersosialisasi atau berada pada lingkungan sosial, merasa dimana ada orang

lain di sekitarnya dapat menimbulkan rasa bangga, senang, puas dan berharga juga

merupakan aspek penyesuaian sosial yang penting. Individu yang mengalami

persoalan berkaitan dengan kemampuan penyesuaian sosial cenderung tidak memiliki

rasa senang dan bangga, diakui oleh orang lain ketika berada di suatu lingkungan

sosial. Kemampuan yang negatif ini, dapat diubah, ditingkatkan melalui pelatihan,

seperti pelatihan asertif pada penelitian ini. Kepuasan diri yang dimiliki oleh remaja

sebagai subjek eksperimen, menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Skor aspek

kepuasan diri meningkat antara sebelum dan sesudah diberikan pelatihan asertif. Hal

ini menandakan, pemberian pelatihan asertif dapat meningkatkan remaja dalam

kemampuan penyesuaian sosialnya dan pada akhirnya meningkatkan rasa senang,

bangga puas dan berharga, ketika remaja tersebut berada di tengah-tengah lingkungan

sosialnya. Mereka yang tidak mampu melakukan penyesuaian diri di lingkungan

sekitarnya, akan merasa tidak bangga, tidak senang, tidak hidup harmonis dan berharga

ketika berada di lingkungan sosialnya. Temuan ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya, seperti Nurhusni (2017), Pamardi dan Widayat (2014), bahwa individu

yang mampu menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya akan merasa puas, senang,

sehingga penelitian ini mendukung penelitian terdahulu.

Penelitian ini memiliki keterbatasan. Hasil penelitian ini tidak bisa

mengungkapkan pengaruh semua faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan

atau penurunan pada penyesuaian sosial. Pada saat pemberian perlakuan pelatihan

Page 37: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

25

asertif juga ada hal yang membuat pelakuan yang diberikan menjadi kurang efektif

yaitu sarana dan alat yang digunakan subjek. Keefektifan berkurang karena tidak

semua subjek tinggal pada tempat yang memiliki sinyal yang bagus, jadi ketika

pelatiha ini dilakukan secara daring ada beberapa subjek yang tertinggal dalam proses

pelatihan asertif yang diberikan.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Pada penelitian ini intervensi dilakukan dalam beberapa sesi, secara daring

menggunakan aplikasi Zoom. Hasil penelitian dengan pemberian pelatihan asertif

dapat disimpulkan bahwa intervensi pemberian pelatihan asertif bersifat efektif dan

dapat meningkatkan penyesuaian sosial pada remaja, sekalipun menggunakan media

daring. Sesi yang terlihat menonjol dalam meningkatkan kemampuan sosial yaitu sesi

role play dan homework. Saat dua sesi itu berlangsung mampu meningkatkan

kebiasaan perilaku asertif dan kontak sosial dengan lingkungan sekitarnya, sehingga

aspek penyesuaian sosial muncul dan meningkat. Ada beberapa keterbatasan pada

proses penelitian ini yaitu sarana internet dan alat yang digunakan subjek. Oleh karena

itu untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan intervensi secara daring

sebaiknya menyiapkan sarana dan fasilitas dengan baik, agar hasilnya lebih efektif.

Jika pemberian pelatihan asertif melalui luring dirasa lebih baik dan bisa dilakukan

sebaiknya menggunakan luring agar proses intervensi role play lebih efektif. Saran

untuk guru atau pengajar, agar menerapkan pelatihan asertif daring dalam proses

pembelajaran khususnya bimbingan konseling. Hal ini karena pelatihan asertif dapat

menjadi metode yang dapat dikombinasikan dengan pembelajaran di kelas atau

dijadikan kegiatan pada siswa-siswa agar mereka bisa saling berinteraksi dan mudah

menyesuaikan dengan sosialnya.

Page 38: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

26

DAFTAR PUSTAKA

Agbakwuru, C., & Stella, U. (2012). Effect of assertiveness training on resilience

among early adolescents. European Scientific Journal, 8(10).

Al-Mseidin, K. I., Omar-Fauzee, M. S., & Kaur, A. (2017). The Relationship Between

Social And Academic Adjustment Among Secondary Female Students In

Jordan. European Journal of Education Studies, 3(2). doi:

10.5281/zenodo.260346

Amalia, R. F., & Keliat, B. A. (2018). Terapi kelompok asertif efektif meningkatkan

kemampuan asertif dan resiliensi pada remaja di SMPN Padangpanjang. Jurnal

Keperawatan Indonesia, 21(1), 60-68. doi: 10.7454/jki.v21i1.509

Armellini, A., & Stefani, M. D. (2015). Social presence in the 21st century: An

adjustment to the community of inquiry framework. British Journal of

Educational Technology, 47(6), 1202-1216. doi: 10.1111/bjet.12302

Ashman, K. K. K., & Hull, G. H. (2008). Understanding Generalist Practice (5 ed.).

USA: BROOKS/COLE Cengange Learning.

Azhari, M. A. S., Mayangsari, M. D., & Erlyani, N. (2015). Relationship Between

Assertive Behavior And Self-Adjustment In First Year Students At Junior High

School. Jurnal Ecopsy, 2(1).

Azizah, A., & Hidayati, F. (2015). Penyesuaian sosial dan SCHOOL WELL-BEING:

Studi pada siswa pondok pesantren yang bersekolah di MBI Amanatul Ummah

Pacet Mojokerto. Jurnal Empati, 4(4), 84 - 89.

Baptista, J., Osório, A., Martins, E. C., Verissimo, M., & Martins, C. (2016). Does

social–behavioral adjustment mediate the relation between executive function

and academic readiness? Journal of Applied Developmental Psychology, 46,

22-30. doi: 10.1016/j.appdev.2016.05.004

Bazleh, N., Tarkhan, M., & Sheikhmahmoud, H. (2012). Relationship Between Self-

Assertiveness Anger And Social Adjustment In Women With Breast Cancer.

Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences, 2(3), 86 - 93.

Bender, M., van Osch, Y., Sleegers, W., & Ye, M. (2019). Social Support Benefits

Psychological Adjustment of International Students: Evidence From a Meta-

Analysis. Journal of Cross-Cultural Psychology, 50(7), 827-847. doi:

10.1177/0022022119861151

Chen, I. J., Zhang, H., Wei, B., & Guo, Z. (2019). The model of children's social

adjustment under the gender-roles absence in single-parent families. Int J

Psychol, 54(3), 316-324. doi: 10.1002/ijop.12477

Corey, G. (2013). Theory and practice of counseling and psychotherapy (10 ed.).

California, USA: Book Cole Cengage Learning.

Dewantari, T., & Izzaty, R. E. (2018). Effectiveness assertive training on discipline of

learning in junior high school. COUNS-EDU: The International Journal of

Counseling and Education, 3(2). doi: 10.23916/0020180313120

Elias, H., Noordin, N., & Mahyuddin, R. H. (2010). Achievement Motivation and Self-

Efficacy in Relation to Adjustment among University Students. Journal of

Social Sciences, 6(3), 333-339.

Faradita, R. M., Elita, Y., & Sinthia, R. (2018). Pengaruh konseling kelompok dengan

teknik assertive training terhadap kemampuan asertivitas siswa kelas VIII 8

Page 39: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

27

SMP Negeri 18 kota Bengkulu ONSILIA: Jurnal Ilmiah Bimbingan dan

Konseling, 1(2), 58 - 66.

Faradita, R. M., & Farozin, M. (2019). The Influence of Group Counseling With

Assertive Training on Student’s Assertive Ability. Paper presented at the

International Seminar on Guidance and Counseling.

Forooshani, S. B. A., Khah, Z. I. Z., Renzaho, A. M. N., & Connor, P. J. O. (2019).

Effectiveness of Psychological Interventions on Young Refugees’ Social

Adjustment: A Meta-analysis. Journal of Refugee Studies. doi:

10.1093/jrs/fez035/5486191

Hapsari, R. M., & Retnaningsih. (2007). Perilaku assertif dan harga diri pada

karyawan. Jurnal Psikologi, 1(1).

Indrawati, E., Setyorini, & Padmomartono, S. (2014). Meningkatkan perilaku asertif

menggunakan pendekatan behavioral dengan latihan asertif pada siswa kelas

IX SMP Negeri 2 Salatiga. Jurnal Satya Widya, 30(1), 1-7.

Latipun. (2011). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Li, X., & Grineva, M. (2016). Academic and Social Adjustment of High School

Refugee Youth in Newfoundland Tesl Canada Journal/Revue Tesl Du Canada,

34(11), 51–71

Lloyd, S. R., & Budiyanto, F. X. (1991). Mengembangkan perilaku asertif yang positif.

Jakarta: Binarupa Aksara.

Lubis, K. (2020). The Effectiveness of Assertiveness Training Group Format to

Improve Students' Interpersonal Relationship Skills. Bisma The Journal of

Counseling, 4(1), 273-283. doi: 10.23887/bisma.v4i1

Lubis, K., Daharnis, D., & Syukur, Y. (2019). Interpersonal Relationships of students

in Junior High School. International Journal of Research in Counseling and

Education, 3(2). doi: 10.24036/00112za0002

Malik, S., Abd Manaf, U. K., Ahmad, N. A., & Ismail, M. (2018). Orientation and

Mobility Training in Special Education Curriculum for Social Adjustment

Problems of Visually Impaired Children in Pakistan. International Journal of

Instruction, 11(2), 185-202. doi: 10.12973/iji.2018.11213a

Novalia, & Dayakisni, T. (2013). Perilaku asertif dan kecenderungan menjadi korban

bulliying. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1).

Nurhusni, P. A. (2017). Profil penyesuaian sosial remaja yang mengalami kecanduan

mengakses facebook Indonesian Journal Of Educational Counseling, 1(2), 129

- 144.

Olivier, E., Archambault, I., & Dupere, V. (2018). Boys' and girls' latent profiles of

behavior and social adjustment in school: Longitudinal links with later student

behavioral engagement and academic achievement? J Sch Psychol, 69, 28-44.

doi: 10.1016/j.jsp.2018.05.006

Packiaselvi, P. P., & Malathi, M. (2017). A Study on Social Adjustment among Higher

Secondary School Students and Its Impact on Their Academic Achievement in

Coimbatore District. International Journal of Research -GRANTHAALAYAH,

5(6), 458-463. doi: 10.29121/granthaalayah.v5.i6.2017.2056

Pamardi, B. B., & Widayat, I. W. (2014). Hubungan Self Efficacy Dengan

Penyesuaian Diri Pada Taruna Akademi Angkatan Laut Jurnal Psikologi

Pendidikan dan Perkembangan, 3(1).

Page 40: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

28

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development (10 ed.).

Jakarta: Salemba Humanika.

Parmaksız, İ. (2019). Assertiveness as the Predictor of Adjustment to University Life

amongst University Students. International Journal of Instruction, 12(4), 131-

148. doi: 10.29333/iji.2019.1249a

Pratiwi, A., Yusmansyah, & Utaminingsi, D. (2013). Penggunaan tehnik assertive

training untuk meningkatkan penyesuaian sosial siswa di sekolah. Jurnal

Bimbingan Konseling.

Purwanto, Rudy Pramono, Masduki Asbari, Priyono Budi Santoso, Laksmi Mayesti

Wijayanti, Choi Chi Hyun, & Putri, R. S. (2020). Studi eksploratif dampak

pandemi COVID-19 terhadap proses pembelajaran online di sekolah dasar

EduPsyCouns Journal, 2(1).

Santoso, D. S. (2020). Asertive training pada wanita dewasa. Procedia : Studi Kasus

dan Intervensi Psikologi, 8(2). doi: 10.22219/procedia.v8i2.13422

Schneiders, & Aloysius, A. (1968). Personal adjustment and mental health. New

York: Rinehart and Winston.

Sheehan, W. A., & Iarocci, G. (2019). Executive Functioning Predicts Academic But

Not Social Adjustment to University. J Atten Disord, 23(14), 1792-1800. doi:

10.1177/1087054715612258

Sunarto, & Hartono, A. (2006). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Depdikbud &

Rineka Cipta.

Tavakoli, S., Lumley, M. A., Hijazi, A. M., Slavin-Spenny, O. M., & Parris, G. P.

(2009). Effects of assertiveness training and expressive writing on

acculturative stress in international students: A randomized trial. J Couns

Psychol, 56(4), 590-596. doi: 10.1037/a0016634

UNFPA, U. N. P. F. (2020). COVID-19: Bekerja dengan dan untuk anak muda. Global

Employment Trend for Youth.

Utaminingtyas, R. R. B. (2017). Pengembangan aspek non verbal perilaku asertif

dengan assertive training. Jurnal Polines, 20(2), 117 - 126.

Verdugo, L., & Sánchez-Sandoval, Y. (2020). Psychological and Social Adjustment

as Antecedents of High School Students’ Future Expectations. Journal of

Psychologists and Counsellors in Schools, 1-15. doi: 10.1017/jgc.2020.1

Wahyuni, D., & Rahmadewi. (2011). Kajian profil penduduk remaja (10 -24 tahun) :

Ada apa dengan remaja? Policy Brief Pusat Penelitian dan Kependudukan

BKKBN, 1(6), 1-4.

Widjaja, P. D. C., & Wulan, R. (1998). Hubungan Antara Asertivitas Dan Kematangan

Dengan Kecenderungan Neurotik Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 1(2), 56-62.

Xu, X., Zhao, S., Yiu, W. Y. V., Li, D., Liu, J., Liu, S., & Chen, X. (2020). Relations

between maternal power-assertive parenting and adjustment in Chinese

children: A longitudinal study. Int J Psychol, 55(2), 154-162. doi:

10.1002/ijop.12570

Page 41: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

28

Page 42: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

29

LAMPIRAN

Page 43: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

30

Lampiran 1. Skala asertif

SKALA ASERTIF

No PERNYATAAN Pilihan Jawaban

SS S TS STS

1 Saya akan melawan teman dan orang yang menghina saya

2 Saya sering meminta bantuan pada orang lain sekiranya saya

membutuhkannya

3 Saya akan pertahanakan pendapat saya selama pendapat itu

benar

4 Saya berusaha mendapatkan apa yang saya inginkan meskipun

kadang merugikan orang lain

5 Saya tetap tersenyum meskipun tersinggung dengan perkataan

guru atau teman saya

6 Saya kesulitan berbicara didepan kelas atau saat presentasi

7 Saya menolak ajakan teman saya bepergian saat banyak tugas

yang harus saya selesaikan

8 Saya merasa sungkan menyatakan ketidaksukaan saya pada

seseorang secara langsung

9 Saya meminta saran orang lain saat saya sedang ada masalah

10 Saya menolak teman saya yang mencontek tugas atau meminta

jawaban ketika ujian

11 Saya merasa malu menerima kritikan dari orang lain

12 Saya berbesar hati jika harus minta maaf atas kesalahan yang

pernah diperbuat pada teman atau guru saya

13 Saya malas bertanya pada guru tentang materi yang belum

dipahami

14 Saya akan memberikan barang apapun yang saya sukai karena

teman saya memintanya

15 Saya suka mengejek orang lain yang berbuat kesalahan

16 Saya selalu mengucapkan terima kasih apabila ada orang yang

membantu saya

17 Saya mengadu pada guru saya apabila tidak menemukan

jawaban dari suatu pelajaran saya butuhkan

Page 44: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

31

18 Saya berusaha meyakinkan orang tua saya agar menyekolahkan

saya ditempat yang saya inginkan

19 Saya tetap menghormati guru pengajar saya meskipun mereka

menyampaikan kritik pada saya

20 Saya tidak ingin orang lain tahu kalau saya sedang memiliki

masalah yang bisa menggangu aktivitas sekolah saya

21 Bila terjadi perselisihan dengan teman, saya lebih memilih

untuk diam dan menghindar daripada menyelesaikankannya

secara terbuka

22 Saya sering mengalah jika pendapat saya berbeda dengan orang

lain

23 Saya kurang peduli jika ada teman yang menglami kesulitan

karena mereka juga kurang peduli pada saya.

24 Saya sering merasa kesulitan untuk merencanakan hal di masa

depan

25 Saya cukup kritis menanggapi pendapat teman-teman ketika

diskusi di kelas atau dalam berorganisasi

26 Saya sering menghindari situasi yang menilai diri karena takut

salah dan malu

27 Keyakinan dan penilaian saya terhadap berbagai situasi sering

berbeda dengan orang lain dan saya bisa mengatasinya

28 Saya malas beradu pendapat dengan orang lain meskipun itu

berbeda dengan pendapat saya

29 Saya sering membantu orang lain untuk mengambil keputusan

30 Saya sering kesulitan menolak ajakan teman saya yang kadang

kurang masuk akal

31 Saya sering menggunakan taktik untuk mempengaruhi orang

lain agar mau mengikuti apa yang saya inginkan

32 Saat barang atau uang yang dipinjam oleh teman saya tidak

segera dikembalikan saya memintanya dengan tegas

33 Saya malu mengungkapkan perasaan dan emosi saya pada orang

yang saya hormati

34 Saya memiliki pendapat dan ide yang selalu diterima dalam

kelompok saya

35 Mudah bagi saya untuk mengutarakan pikiran dan maksud saat

menjawab pertanyaan teman dikelas

Page 45: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

32

36 Saya memilih bertanggung jawab atas ucapan saya yang tidak

disukai oleh teman saya meskipun hubungan kami menjadi

renggang

37 Saya sering memilih mengalah dan membiarkan teman saya

mengendalikan kelompok belajar ketika kerja kelompok

38 Saya memilih diam saja saat guru menjelaskan materi yang

belum saya pahami

39 Saya sering dinilai tegas dalam berhubungan dengan orang lain.

BLUE PRINT

No Aspek Penyesuaian Sosial Item

Favorable Unfavorable

1 Mengekspresikan diri secara

penuh 9,25 1,8,20,22,26,28,30,33,37

2 Menghormati kepentingan orang

lain 5,12,16,19 4,11

3 Langsung dan Tegas 3,7,10,31,32,36,39 6

4 Jujur dan Terbuka 17,18,24,35 13,21,38

5 Menempatkan orang lain sama

dengan dirinya 2,27 14,15,23

6 Dapat diterima secara sosial 29,34

Page 46: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

33

LAMPIRAN 2. Skala Penyesuaian Sosial

SKALA PENYESUAIAN SOSIAL

No. Pernyataan STS TS ATS AS S SS

1. Saya berpartisipasi dalam kegiatan

organisasi

2. Saya berbagi pengalaman yang

bermanfaat ke dalam suatu kelompok

3. Ketika saya berada dalam diskusi

kelompok, saya menyampaikan pendapat

yang ada di pikiran saya

4. Ketika orang lain memberikan kritik,

saya menerimanya dengan lapang dada

5. Saya membagi tugas dengan anggota

yang lain untuk menyelesaikan tugas

kelompok

6. Saya terbiasa mengikuti aturan yang ada

dalam suatu kelompok

7. Saat mengerjakan tugas kelompok, saya

membantu anggota lain yang kesulitan

dalam menyelesaikan tugasnya

8. Saya menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh kelompok

9. Meskipun saya sedang sibuk, saya

meluangkan waktu yang saya miliki

untuk teman – teman saya

10. Saya memberi semangat kepada teman –

teman saya yang mengalami kesulitan

11 Saya sering merasa cemas atau gelisah

ketika sedang bersama dengan teman

dekat saya

12 Saya merasa keberadaan saya tidak

dibutuhkan oleh orang lain

13 Kehidupan sosial yang dijalani orang lain

terlihat lebih menyenangkan

dibandingkan kehidupan sosial yang saya

miliki

Page 47: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

34

14 Ketika sedang berdiskusi, saya

mendengarkan gagasan dari setiap orang

15 Saya memberikan kesempatan kepada

setiap orang untuk berpendapat dalam

sebuah diskusi kelompok

16 Ketika teman sedang sakit, saya akan

datang menjenguknya

17 Ketika teman saya mengalami kesulitan,

maka saya membantunya

18 Saya menasehati teman saya yang

melakukan kesalahan

19 Ketika orang lain menyalip sebuah

antrian, anda akan menegurnya

20 Ketika berada dalam kelompok, saya

kesulitan untuk berbaur dengan yang

anggota yang lain

21 Saya kesulitan untuk mengikuti aturan –

aturan yang ada dalam kelompok

22 Setiap orang akan mendapatkan tugas

atau perannya masing – masing. Maka

saya tidak membantu anggota lain yang

kesulitan menyelesaikan tugasnya.

23 Saya kesulitan menyelesaikan tugas yang

diberikan kelompok

24 Meluangkan waktu untuk teman – teman

adalah hal yang sulit saya lakukan saat

saya sibuk

25 Saya tidak peduli dengan kesulitan yang

dihadapi oleh teman saya jika ia tidak

meminta bantuan

26 Saya merasa nyaman saat sedang

bersama teman dekat saya

27 Saya bangga atas keberadaan saya dalam

kelompok

28 Saya senang atas kehidupan sosial yang

saya jalani

29 Saya mensyukuri atas teman – teman

yang saya miliki

Page 48: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

35

30 Saya berupaya untuk menjadi individu

yang bermanfaat bagi orang lain

31 Saya menjalankan apa yang telah

menjadi komitmen saya

32 Dalam sebuah diskusi, saya hanya akan

meminta pendapat dari orang – orang

yang ahli saja

33 Saya akan menjenguk teman saya yang

sedang sakit apabila ia memintanya

34 Saat teman mengalami kesusahan, saya

hanya membantu apabila dimintai

pertolongan olehnya

35 Saya tidak peduli jika orang lain

melakukan kesalahan selama tidak

menganggu diri saya

36 Saya tidak berpartisipasi dalam kegiatan

organisasi

37 Saya tidak membagikan pengalaman –

pengalaman yang saya miliki kepada

suatu kelompok

38 Saya merasa jengkel jika orang lain

memberikan kritik kepada saya

39 Teman – teman yang saya miliki saat ini

belum dapat membuat saya senang

40 Saya tidak memiliki target tertentu untuk

menjadi individu yang lebih baik

41 Saya mudah menunda – nunda untuk

menjalankan komitmen yang telah saya

tetapkan

BLUE PRINT

No Aspek Penyesuaian Sosial Item

Favorable Unfavorable

1 Penampilan Nyata 1, 2, 3, 4 36, 37, 38

2 Penyesuaian Diri dalam Kelompok 5, 6, 7, 8, 9, 10 20, 21, 22, 23, 24, 25

3 Sikap Sosial 14, 15, 16, 17, 18, 19 32, 33, 34, 35

4 Kepuasan Pribadi 26, 27, 28, 29, 30, 31 11, 12, 13, 39, 40, 41

Page 49: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

36

LAMPIRAN 3. Identitas Subjek

IDENTITAS SUBJEK

“SKOR ASERTIF”

KODE NAMA USIA SKOR

PRE - ASERTIF

SKOR

POST - ASERTIF

E01 BTS 12 Tahun 89 98

E02 KS 13 Tahun 91 104

E03 LAW 12 Tahun 90 93

E04 KAZ 12 Tahun 95 101

E05 STN 13 Tahun 94 97

E06 LNA 12 Tahun 87 109

E07 TDA 12 Tahun 83 109

E08 ZND 13 Tahun 95 105

E09 ADS 13 Tahun 93 105

K01 DRA 12 Tahun 86

K02 AAS 13 Tahun 88

K03 MDI 13 Tahun 89

K04 AR 13 Tahun 91

K05 MA 13 Tahun 85

K06 ANN 13 Tahun 87

K07 DAD 13 Tahun 85

K08 LFN 13 Tahun 87

K09 NIA 13 Tahun 95

Page 50: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

37

“SKOR PENYESUAIAN SOSIAL”

KODE NAMA USIA SKOR

PRE KATEGORI

SKOR

POST KATEGORI SELISIH

E01 BTS 12 Tahun 161 SEDANG 165 SEDANG 4

E02 KS 13 Tahun 162 SEDANG 168 SEDANG 6

E03 LAW 12 Tahun 131 SEDANG 154 SEDANG 23

E04 KAZ 12 Tahun 161 SEDANG 175 SEDANG 14

E05 STN 13 Tahun 101 RENDAH 162 SEDANG 61

E06 LNA 12 Tahun 163 SEDANG 169 SEDANG 6

E07 TDA 12 Tahun 170 SEDANG 179 SEDANG 9

E08 ZND 13 Tahun 116 RENDAH 169 SEDANG 53

E09 ADS 13 Tahun 167 SEDANG 175 SEDANG 8

K01 DRA 12 Tahun 164 SEDANG 165 SEDANG 1

K02 AAS 13 Tahun 177 SEDANG 177 SEDANG 0

K03 MDI 13 Tahun 116 RENDAH 123 RENDAH 7

K04 AR 13 Tahun 116 RENDAH 123 RENDAH 7

K05 MA 13 Tahun 116 RENDAH 125 RENDAH 9

K06 ANN 13 Tahun 117 RENDAH 118 RENDAH 1

K07 DAD 13 Tahun 132 SEDANG 137 SEDANG 5

K08 LFN 13 Tahun 165 SEDANG 167 SEDANG 2

K09 NIA 13 Tahun 133 SEDANG 139 SEDANG 6

Page 51: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

38

Lampiran 4. Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

Intervensi dilaksanakan selama 3 hari pada kelompok subjek eksperimen yang berjumlah 10 orang. Proses terapi dilaksanakan

dengan menggunakan sistem daring atau online.

Hari &

Tanggal Pertemuan Sesi Tempat Tujuan Kegiatan

Rabu, 23

Desember

2020

I

Pra – Intervensi

& Pre Test

-

Rumah masing –

masing

(dilakuakan

daring atau

online)

- Membangun Rapport dengan

semua subjek

- Pengisian Pre-test Skala

penyesuaian sosial

- Perkenalan

- Mendikusikan kegiatan

sekolah yang dilaksanakan

semua subjek

Kamis, 24

Desember

2020

II

Pra – Intervensi

(Pengarahan)

- Membangun Rapport dengan

semua subjek

- Semua subjek dapat mudah

berkomunikasi dengan

fasilitator ketika mengalami

kendala saat intervensi

- Menyemangati kesepakatan

peraturan antara subjek dan

fasilitator

- Pembentukan Grup WA

- Mendiskusikan dan

menyepakati aturan selama

intervensi

- Melakukan kesepakatan

berkaitan proses intervensi

Sabtu, 26

Desember

2020

III

Sesi 1

Pembukaan

- Mengenalkan dan memberikan

pemahaman kepada subjek

mengenai tujuan kegiatan

pelatihan.

- Peserta dapat mengenali peserta

lain

- Subjek dapat memahami dan

menaati peraturan yang

disepakati dalam kontrak belajar

- Fasilitator membuka kegiatan

dengan mengucapkan salam,

diikuti dengan mengucapkan

terimakasih atas kesediaan

subjek yang mengikuti

pelatihan

- Fasilitator menanyakan

apakah ada kendala terutama

dalam proses daring

Page 52: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

39

- Menciptakan suasana yang

akrab, hangat, dan nyaman

- Melakukan ice-breaking

“Siapa Dia?”

- Melakukan kontrak belajar

atau kesepakatan dengan

peserta intervensi, melalui

pengarahan dari fasilitator

Sesi 2

Mengenal

Konsep Asertif

- Peserta dapat memahami

perilaku asertif

- Peserta dapat saling berbagi

pengalaman tentang perilaku

asertif, pasif atau agresif

- Fasilitator menjelaskan

konsep asertif

- Menayangkan beberapa

contoh perilaku asertif

- Fasilitator menanyakan

pemahaman peserta

mengenai cotoh yang

ditanyakan

- Fasilitaor mengarahkan untuk

subjek saling berbagi

pengalaman tenatang

kesulitian berperilaku asertif

khususnya mengungkapkan

perasaan. berkomunikasi

- Fasilitator memberikan

kesimpulan tentang materi

dan semua pengalaman

semua subjek

- Fasilitator memberikan

penjelasan Home Work

online pada subjek

Minggu, 27

Desember

2020

Sesi 3

“Penggalian Dan

Pengenalan

- Mengidentifikasi keadaan dan

persoalan semua subjek.

- Membuat peserta lebih bisa

saling terbuka

- Fasilitator membuka kegiatan

dengan menanyakan kabar

setiap peserta

Page 53: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

40

Permasalahan

Yang Dihadapi”

- Fasilitator menjelaskan

kegiatan yang akan dilakukan

hari itu

- Fasilitator meminta salah satu

peserta untuk menjelaskan

materi yang didapatkan

dipertemuan sebelumnya

- Fasilitator menayangkan

video

- Fasilitator menanyakan

pemahaman peserta mengenai

video yang di tayangkan

- Fasilitator meminta dari

peserta untuk menjelaskan isi

video yang ditayangkan

- Fasilitator mengarahkan

peserta untuk bercerita

pengalaman ketika

berinteraksi dengan

lingkungan sosial

Sesi 4

“Speak Your

Mind”

- Peserta mendapatkan

kesempatan untuk

mempraktekkan keterampilan

komunikasi asertif

- Peserta mampu membela diri

sendiri atau mempertahankan

diri dalam peran yang

dimainkannya

- Fasilitator menjelaskan

bahwa kegiatan pada hari itu

akan bermain peran sesuai

dengan naskah yang sudah

dibagikan sebelumnya secara

online. Setiap peserta akan

mendapatkan naskah yang

berbeda-beda

Page 54: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

41

- Peserta mampu

mengekspresikan perasaan jujur

dan nyaman

- Peserta yang lain diminta

untuk menganalisa perilaku

yang diperankan (asertif, non

asertif (pasif), atau agresif)

- Fasilitator meminta beberapa

peserta untuk memberikan

pendapat mengenai kelompok

yang telah memainkan peran

- Fasilitator memberikan

feedback kepada seluruh

peserta

Sesi 5

“Menjalin

Hubungan Baik

dengan Orang

Lain”

- Peserta dapat menganalisis

situasi dan menemukan solusi

dengan menyampaikan

pendapatnya

- Peserta tidak menyangkal hak

– hak orang lain untuk

berpendapat

- Peserta mampu

mempromosikan kesetaraan

dalam hubungan manusia

- Memberikan pengalaman

kepada peserta berkaitan

situasi asertif

- Fasilitator menayangkan

kasus

- Fasilitator meminta setiap

peserta saling menyatakan

pendapatnya dan melakukan

diskusi sesuai arahan

- Fasilitator meminta salah satu

peserta untuk menyimpulkan

materi yang sudah didapat

- Fasilitator memberikan

feedback dari hasil diskusi

yang telah dilakukan dan

meyimpukan untuk materi

hari itu

- Fasilitator mengarahkan untuk

melakukan kesepakatan untuk

pertemuan selanjutnya

Page 55: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

42

Senin, 28

Desember

2020

Sesi 6

Studi Kasus &

Home Work

- Menumbuhkan kebiasaan

berperilaku assertif dan

meningkatkan pemahaman

tentang berperilaku assertif

- Fasilitator membuka kegiatan

dengan menanyakan kabar

setiap peserta

- Fasilitator menayangkan

kasus yang akan di bahas

- Fasilitator meminta setiap

peserta saling menyatakan

pendapatnya dan saling

berdiskusi sesuai dengan

arahan fasilitator

Sesi 7

“Asertif Itu

Mudah Dan

Menyenangkan”

- Menumbuhkan kebiasaan

berperilaku assertif dan

meningkatkan pemahaman

tentang berperilaku assertif

pada peserta

- Fasilitator mengarahkan

subjek untuk

- menyampaikan perilaku

asertif yang dilakukan

beberapa hari yang sudah

dicatat

- Fasilitator mengarahkan untuk

beberapa peserta memerankan

suatu peristiwa sesuai naskah

yang dibagikan sebelumnya di

grup WA

- Fasilitator meminta setiap

peserta saling menyatakan

pendapatnya dan saling

berdiskusi sesuai dengan

arahan fasilitator

- Fasilitator mengarahkan

peserta menyampaikan

tentang perilaku asertif dan

Page 56: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

43

kesan selama mengikuti

kegiatan

- Fasilitator mengarahkan

peserta untuk mengisi post-

test melalui google form

- Fasilitator memberikan

feedback dan kesimpulan dari

keseluruhan kegiatan

- Fasilitator memberikan

motivasi agar peserta selalu

bisa asertif secara positif dan

mengucapkan terimakasih

Page 57: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

44

Lampiran 5. Output validitas dan reliabilitas

Uji Validitas Skala Asertif

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

A01U 101.8710 115.449 .127 .837

E02F 101.1935 120.161 .135 .840

C03F 100.9032 114.757 .482 .832

B04U 101.2258 110.914 .590 .825

B05F 101.3548 116.370 .376 .839

C06U 101.8387 106.873 .608 .821

C07F 101.1935 117.428 .440 .839

A08U 102.1935 118.695 .434 .841

A09F 101.3226 113.026 .367 .829

C10F 101.4194 112.385 .330 .830

B11U 101.6129 109.178 .574 .824

B12F 101.3226 112.559 .370 .829

D13U 101.3871 107.978 .607 .822

E14U 101.4194 123.052 .290 .846

E15U 101.0000 112.867 .458 .828

B16F 100.4839 118.325 .432 .836

D17F 101.6452 116.837 .584 .837

D18F 101.5161 117.125 .445 .839

B19F 101.0000 117.400 .402 .835

A20U 102.2581 111.265 .357 .829

D21U 101.7419 110.531 .508 .826

A22U 102.1613 112.673 .351 .830

E23U 101.2581 108.131 .589 .822

D24F 101.7097 129.013 .591 .855

A25F 101.7419 110.265 .568 .824

A26U 101.8065 106.095 .722 .818

E275F 101.3871 113.978 .429 .829

A28U 101.9355 110.929 .499 .826

F29F 101.4194 109.385 .221 .823

A30U 101.5806 115.785 .320 .837

C31F 102.2258 117.114 .454 .838

C32F 101.7742 112.514 .391 .832

A33U 102.1290 109.716 .407 .828

Page 58: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

45

F34F 101.7419 107.331 .729 .820

D35F 101.6774 108.826 .629 .822

C36F 101.3548 114.303 .365 .830

A37U 102.1613 109.940 .497 .825

D38U 101.9355 106.596 .670 .820

C39F 101.9032 111.957 .503 .827

Uji Reliabilitas Skala Asertif

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.834 39

Uji Reliabilitas Skala Penyesuaian Sosial

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.970 41

Page 59: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

46

Lampiran 6. Output Analisa Data

Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Data Pre-Post Test Kelompok

Eksperimen

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation

PRETEST 9 141.5556 22.35571

POSTTEST 9 145.2222 20.65053

BEDA 9 4.2222 3.27024

Valid N (listwise) 9

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

PRETEST - POSTEST

Negative Ranks 9a 5.00 45.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 9

a. PRETEST < POSTEST

b. PRETEST > POSTEST

c. PRETEST = POSTEST

Test Statisticsa

PRETEST -

POSTEST

Z -2.668b

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Page 60: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

47

Uji Wilcoxon Signed Ranks Test Data Pre-Post Test Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation

PRETEST 9 137.3333 24.68805

POSTTEST 9 141.5556 22.35571

SELISIH 9 4.2222 3.27024

Valid N (listwise) 9

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

POSTTEST - PRETEST

Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 8b 4.50 36.00

Ties 1c

Total 9

a. POSTTEST < PRETEST

b. POSTTEST > PRETEST

c. POSTTEST = PRETEST

Test Statisticsa

POSTTEST -

PRETEST

Z -2.527b

Asymp. Sig. (2-tailed) .012

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

Page 61: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

48

Uji Mann Withney Data Kelompok Eksperimen Dan Kontrol

Ranks

GROUP N Mean Rank Sum of Ranks

BEDA

Eksperimen 9 12.50 112.50

Kontrol 9 6.50 58.50

Total 18

Test Statisticsa

BEDA

Mann-Whitney U 13.500

Wilcoxon W 58.500

Z -2.393

Asymp. Sig. (2-tailed) .017

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .014b

a. Grouping Variable: GROUP

b. Not corrected for ties.

Uji Korelasi Asertif dan Penyesuaian Sosial (Kendall Tau)

Correlations

ASERPOST PSPOSTTEST

Kendall's tau_b

ASERPOST

Correlation Coefficient 1.000 .753**

Sig. (2-tailed) . .004

N 9 9

PSPOSTTEST

Correlation Coefficient .753** 1.000

Sig. (2-tailed) .004 .

N 9 9

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 63: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

50

PENDAHULUAN

Remaja pada beberapa tahun ini sudah menampakan beberapa pergeseran pola.

Biasanya remaja hanya belajar dan duduk di rumah, namun pada saat ini remaja menjadi

pembuat resiko kriminalitas menjadi tinggi. World Health Organization (WHO)

memperkirakan jumlah populasi remaja dunia sekitar satu per lima dari total penduduk dunia

sebagai penyebab tindak kriminalitas. Sementara, jumlah remaja di Indonesia juga termasuk

cukup besar yaitu mencapai 63,4 juta atau 26,7% dari total penduduk yang terlibat dalam

pelanggaran hukum. Angka ini juga menunjukkan peninggkatan risiko pelanggaran yang

diakibatkan remaja (Wahyuni & Rahmadewi, 2011). Pandemi Covid-19 yang hingga kini

belum usai sangat memungkinkan mendorong risiko peningkatan perilaku negatif pada

remaja.

Penelitian Amalia and Keliat (2018) menyebutkan bahwa remaja yang melakukan

perilaku negatif karena mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengatakan tidak pada

hal-hal yang bersifat negatif dan yang tidak diinginkan. Hal ini berarti bahwa mereka memiliki

assertif yang rendah. Sementara Hapsari and Retnaningsih (2007) menyatakan bahwa banyak

remaja awal yang enggan berperilaku assertif dan memilih menahan perasaannya untuk

berpura-pura setuju. Perilaku takut mengungkapakan apa yang sebenarnya dirasakan

membuat para remaja kebanyakan memilih diam, tidak peduli, dan terpaksa menerima

sesuatu yang diputuskan. Hal ini membuat remaja tidak memiliki kepekaan dengan

lingkungan nya dan membuat mereka sulit menyesuaikan diri.

Modul ini disusun untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial pada remaja

yang memiliki perilaku assertif yang rendah. Pada modul ini disusun dengan dasar teori

perilaku asertif dengan beberapa aspek yaitu pertama individu asertif dapat

mengkomunikasikan apa yang diinginkan dan dipikirkan kepada orang lain. Kedua,

menghormati apa yang menjadi kepentingan orang lain. Ketiga, individu asertif mampu

mengkomunikasikan secara langsung pikiran dan perasaannya. Keempat, seseorang yang

asertif mampu mengatakan pikirannya dan perasaan apa adanya, bertindak dengan jujur dan

terbuka tanpa merasa malu dan takut. Kelima, individu yang asertif mampu memposisikan

atau menempatkan orang lain setara dengan dirinya tanpa merendahkannya dalam suatu

hubungan. Keenam, seorang asertif bersifat fleksibel, mampu mengekspresikan diri,

menghormati orang lain dan dapat diterima oleh lingkungan sosial, keluarganya, teman,

sahabat dan masyarakat pada umumnya. Selain itu, modul ini disusun untuk memberikan

Page 64: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

51

wawasan dan keterampilan baru dalam membantu remaja khususnya siswa-siswa SMP untuk

bersikap asertif sehingga ia dapat menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya. Dengan modul

ini diharapkan dapat memperjelas dan mempermudah fasilitator maupun pihak yang terlibat

dalam melaksanakan penanganan terhadap subjek intervensi. Modul ini juga mengatasi

keterbatasan waktu, ruang, dan daya gerak indera, kepada subjek, fasilitator maupun pihak-

pihak yang terlibat didalamnya.

Pada modul ini berisi rancangan penelitian dan intervensi hingga penjabaran setiap

kegiatan yang akan diberikan kepada subjek. Pelaksanaan intervensi ini akan dilakukan

melalui assertif training. Tujuan dari dilakukannya terapi ini adalah untuk meningkatkan

assertif pada beberapa anak agar mereka mudah menyesuaikan dengan lingkungan sosial

disekitarnya. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa teknik pelatihan asertif dapat

digunakan untuk memberikan perlakuan untuk remaja yang secara signifikan bisa

memberikan pengaruh perubahan perilaku asertif pada mereka (Dewantari & Izzaty, 2018;

Faradita et al., 2018; Indrawati et al., 2014). Melalui pelatihan ini kegiatan akan dibagi

menjadi 7 sesi .

Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari intervensi yang tertera pada modul ini ini dibagi menjadi dua tujuan yaitu

tujuan intervensi secara umum dan secara khusus. Tujuan intervensi secara umum

adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial pada remaja yang memiliki

kemampuan asertif yang kurang

2. Menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa mengenai perilaku asertif

Tujuan dari intervensi secara khusus:

1. Peserta yang mengikuti assertif trainning dapat memahami konsep asertif dan

melihat jujur mengenai diri mahasiswa untuk mengakui daerah asertif, pasif atau

agresif.

2. Mengajarkan peserta yang mengikuti assertif trainning untuk membela diri sendiri

atau mempertahankan diri dengan jujur dan nyaman melalui roleplay yang diberikan

3. Peserta yang mengikuti assertif trainning dapat menganalisis situasi dan menemukan

solusi dengan menyampaikan pendapatnya tanpa menyangkal hak – hak orang lain

4. Peserta yang mengikuti assertif trainning dapat menjalin hubungan yang baik kepada

sesama peserta pelatihan dan orang-orang dilingkungan sekitarnya

Page 65: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

52

Sedangkan sasaran intervensi pada modul ini adalah remaja yang memiliki

kemampuan assertif yang kurang khususnya adalah siswa-siswa SMP di Malang raya.

Alat dan Bahan Kegiatan

1. Laptop atau Handphone

2. Jaringan Internet / Paket Data

3. Alat tulis dan kertas

4. Handout

5. Materi assertif trainning (ppt dan video)

Rincian Pelaksanaan Kegiatan

Sesi Kegiatan atau Topik Tujuan Metode Waktu

Pembukaan

- Membuka kegiatan

- Perkenalan “Siapa

Dia?”

- Kontrak belajar selama

pelatihan

- Melakukan Pre-test

- Mengenalkan dan

memberikan pemahaman

kepada peserta mengenai

tujuan kegiatan pelatihan.

- Peserta dapat mengenali

peserta lain, fasilitator

- Peserta dapat memahami

dan menaati peraturan yang

disepakati dalam kontrak

belajar

- Menciptakan suasana yang

akrab, hangat, dan nyaman.

- Presentasi

- Icebreaking

5 menit

SESI I

Mengenal

Konsep

Asertif

- Konsep asertif pada

remaja

- Kesalahpahaman

perilaku asertif pada

peserta

- Mengapa individu

tidak berperilaku

asertif

- Faktor – Faktor yang

mempengaruhi

perilaku asertif

- Tanyangan video

komunikasi asertif

- Diskusi Materi Hari ini

- Peserta dapat memahami

perilaku asertif

- Peserta dapat melihat jujur

mengenai dirinya untuk

mengakui daerah asertif,

pasif atau agresif.

- ceramah

- Diskusi

- Modeling

melalui

tayangan

gambar dan

video

25 menit

Page 66: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

53

SESI II - Sharing permasalahan

secara bergantian

- Diskusi permasalahan

asertif yang sudah

dialami

- Mengidentifikasi keadaan

dan persoalan semua

subjek.

- Membuat peserta lebih bisa

saling terbuka

- Diskusi

- Modeling

melalui

tayangan

gambar dan

video

25 menit

SESI III

“Speak Your

Mind”

- Peserta pelatihan

membawakkan

permainan peran

mengenai komunikasi

asertif

- Peserta mendapatkan

kesempatan untuk

mempraktekkan

keterampilan komunikasi

asertif

- Peserta mampu membela

diri sendiri atau

mempertahankan diri dalam

peran yang dimainkannya

- Peserta mampu

mengekspresikan perasaan

jujur dan nyaman

- Menumbuhkan kepercayaan

diri peserta akan

kemampuannya dalam

menghadapi situasi tertentu

- Roleplay/

bermain

peran

- Diskusi

30 menit

SESI IV

“Menjalin

Hubungan

Baik dengan

Orang Lain”

- Studi kasus perilaku

perilaku asertif

- Diskusi

- Peserta dapat menganalisis

situasi dan menemukan

solusi dengan

menyampaikan pendapatnya

- Peserta tidak menyangkal

hak – hak orang lain untuk

berpendapat

- Peserta mampu

mempromosikan kesetaraan

dalam hubungan manusia

- Memberikan pengalaman

kepada peserta berkaitan

situasi asertif

- Studi kasus

- Diskusi

- Games

30 menit

SESI IV - Studi kasus perilaku

perilaku asertif

- Diskusi

- Homework (mencatat

perilaku asertif yang

dilakukan selama

beberapa hari)

- Menumbuhkan kebiasaan

berperilaku assertif dan

meningkatkan pemahaman

tentang berperilaku assertif

pada peserta

- Diskusi

- Modeling

video

25 menit

Page 67: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

54

SESI V

- Sharing Perilaku asertif

yang sudah dikerjakan

selama beberapa hari

- Role Play komunikasi

Asertif

- Diskusi

- Menumbuhkan kebiasaan

berperilaku assertif dan

meningkatkan pemahaman

tentang berperilaku assertif

pada peserta

- Diskusi 15 menit

SESI VI

Feedback

dan Closing

- Memberikan

kesimpulan dari

seluruh kegiatan yang

telah dilakukan

- Melakukan Post Test

- Menanyakan kesan

dan pesan peserta

mengikuti pelatihan

- Mengucapkan

terimakasih dan salam

penutup

- Menutup kegiatan pelatihan - Presentasi 10 menit

Alur Kegiatan

Sebelum merancang dan melakukan intervensi assertif trainning, peneliti melakukan

persiapan yang dimulai dengan pendalaman materi dan pengumpulan informasi terlebih

dahulu. Peneliti mengumpulkan fenomena yang ada dan juga penelitian – penelitian

sebelumnya terkait permasalahan remaja, permasalahan penyesuaian diri dan sosial yang

ada pada remaja saat ini. Selanjutnya dari data yang telah terkumpul tersebut, peneliti

melakukan assesmen berbasis data. Hasil assesmen menunjukkan bahwa remaja saat ini

memerlukan penyesuaian – penyesuaian pada situasi dan keadaan lingkungan sekitarnya

agar dapat beradaptasi dengan situasi pandemi saat ini dan orang-orang baru. Salah satu

penyesuaian yang dibutuhkan adalah penyesuaian sosial, maka dari itu peneliti

mengidentifikasi penyesuaian sosial sebagai salah satu kebutuhan remaja, khususnya pada

remaja yang menemukan kesulitan dalam mengungkapkan perasaannya secara verbal. Oleh

karena itu peneliti membentuk kegiatan intervensi assertif training yang dibutuhkan oleh

remaja saat ini.

Tahapan penelitan yang akan dilaksanakan berawal dari pedalamam materi dan

mengumpulkan informasi. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan assesmen dengan

menggunakan data-data dan referensi yang ada. Selanjutnya barulah diindentifikasi

permasalahan nya, dari sini ditemukan adanya permasalahan bahwa kurangnya penelitian

Page 68: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

55

tentang assertif training yang berkaitan dengan penyesuaian sosial khususnya pada remaja.

Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk meneliti dan membuat rancangan penelitian

dengan tahapan berikutnya yaitu menyusun rancangan penelitian, membuat modul, mencari

subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian yang akan dilakukan. Kriteria yang akan diteliti

adalah remaja dengan usia 12 sampai 15 tahun dan memiliki asertif yang rendah. Peneliti

mengumpulkan subjek nya dengan cara membagikan skala asertif terlebih dahulu di salah

satu sekolah yang menurut data memiliki kesesuaian dengan kriteria subjek penelitian.

Setelah subjek terkumpul dilakukan pre-test kemampuan penyesuaian sosial subjek dan

asertif training sesuai dengna modul yang sudah dirancang. Semua pelaksanaan asertif

training dilakukan dengan daring atau online. Selesai pelaksanaan asertif training dilakukan

pelaporan hasil asertif training dan pelaporan penelitian. Secara singkat semua tahapan

dapat dilihat pada gambar 1.

Pendalaman

Materi,

Mengumpulkan

Informasi

Assesmen

berbasis data

Identifikasi

Permasalahan

Rancangan

Penelitian

Menyusun

Rancangan

Intervensi : Modul

dan Handout

Menentukan

Subjek yang

akan digunakan

sesuai dengan

kriteria

Menentukan

Intervensi

yang akan

diberikan

Try Out

Modul

Pelaksanaan

Intervensi

Pelaporan Hasil

Pelaksanaan Intervensi

dan Penelitian

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Page 69: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

56

Penjabaran Kegiatan

Opening/ Pembukaan

Tujuan Kegiatan - Mengenalkan dan memberikan pemahaman kepada peserta mengenai tujuan kegiatan pelatihan.

- Peserta dapat mengenali peserta lain dan fasilitator - Peserta dapat memahami dan menaati peraturan yang disepakati

dalam kontrak belajar - Menciptakan suasana yang akrab, hangat, dan nyaman.

Waktu 5 menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Jaringan internet - Laptop atau hand-phone

Prosedur Kegiatan

- Fasilitator membuka kegiatan dengan mengucapkan salam, diikuti dan memperkenalkan diri, mengucapkan terimakasih atas kesediaan peserta yang mau mengikuti intervensi asertif training secara daring.

- Fasilitator mengarahkan untuk peserta melakuan pre-test dengan mengisi skala melalui google form

- Ice-Breaking Perkenalan “Namaku Adalah”

Fasilitator menjelaskan tujuan dari sesi ini, yaitu dalam rangka saling berkenalan dan berinteraksi satu sama lain sesama peserta.

Tiap peserta kemudian diminta memperkenalkan diri dengan menambahkan hal unik di belakang namanya. Hal unik ini akan melekat dalam atribut nama peserta agar dapat mudah diingat oleh peserta yang lain. Atribut tersebut bisa berupa hobi, sifat, dan lain sebagainya. Dengan catatan; hal unik tersebut hanya terdiri dari satu kata dan huruf depannya sama sesuai dengan huruf depan nama peserta yang bersangkutan. Misalnya, PAIJO PECEL, maknanya adalah Paijo yang suka makan nasi pecel.

Setiap peserta kemudian diminta untuk memperkenalkan dirinya masing - masing

- Melakukan kontrak belajar atau kesepakatan dengan peserta intervensi, melalui pengarahan dari fasilitator

Feedback - Kegiatan telah dibuka - Peserta saling mengenal satu sama lain - Membangun raport kepada peserta

SESI I Mengenal Konsep Asertif

Tujuan Kegiatan - Peserta dapat memahami perilaku asertif - Peserta dapat saling berbagi mengenai dirinya untuk

mengakui daerah asertif, pasif atau agresif.

Waktu 25 menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Jaringan internet - Laptop atau hand-phone

Page 70: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

57

Prosedur Kegiatan - Fasilitator membuka kegiatan dengan menanyakan kabar setiap peserta

- Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari itu - Fasilitator menjelaskan konsep asertif kepada peserta - Fasilitator menjelaskan kesalahpahaman perilaku asertif - Mengapa individu tidak berperilaku asertif - Faktor – Faktor yang mempengaruhi perilaku asertif - Menayangkan video komunikasi asertif - Fasilitator menanyakan pemahaman peserta mengenai video

yang di tayangkan - Fasilitator meminta dari peserta untuk menjelaskan isi video

yang ditayangkan - Fasilitator menanyakan kepada peserta dari isi video tersebut

mana yang termasuk berperilaku secara asertif, agresif atau pasif

- Fasilitator meminta beberapa peserta untuk menjelaskan tentang pelajaran yang sudah didapatkan

- Fasilitator meminta salah satu peserta untuk menyimpulkan apa yang didapat hari ini

Feedback - Peserta mengerti dan memahami penyamapaian materi yang telah disampaikan

SESI II “PENGGALIAN DAN PENGENALAN PERMASALAHAN YANG DIHADAPI”

Tujuan Kegiatan - Mengidentifikasi keadaan dan persoalan semua subjek. - Membuat peserta lebih bisa saling terbuka

Waktu - 25 menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Jaringan internet - Laptop atau hand-phone - Alat tulis - Video

Prosedur Kegiatan - Fasilitator membuka kegiatan dengan menanyakan kabar setiap peserta

- Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari itu - Fasilitator meminta salah satu peserta untuk menjelaskan

materi yang didapatkan dipertemuan sebelumnya - Fasilitator menayangkan video - Fasilitator menanyakan pemahaman peserta mengenai video

yang di tayangkan - Fasilitator meminta dari peserta untuk menjelaskan isi video

yang ditayangkan - Fasilitator menanyakan kepada peserta dari isi video tersebut

mana yang termasuk berperilaku secara asertif, agresif atau pasif

- Fasilitator meminta beberapa peserta untuk menjelaskan tentang pelajaran yang sudah didapatkan

- Fasilitator meminta salah satu peserta untuk menyimpulkan apa yang didapat hari itu

Page 71: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

58

Feed Back - Peserta mengerti dan memahami penyamapaian materi yang telah disampaikan tetang perilaku assertif

SESI III “Speak Your Mind”

Tujuan Kegiatan - Peserta mendapatkan kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan komunikasi asertif

- Peserta mampu membela diri sendiri atau mempertahankan diri dalam peran yang dimainkannya

- Peserta mampu mengekspresikan perasaan jujur dan nyaman - Menumbuhkan kepercayaan diri peserta akan kemampuannya

dalam menghadapi situasi tertentu

Waktu - 30 Menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Jaringan internet - Laptop atau hand-phone - Alat tulis

Prosedur Kegiatan - Fasilitator membuka kegiatan dengan menanyakan kabar setiap peserta

- Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan hari itu - Fasilitator menjelaskan bahwa kegiatan pada hari itu akan

bermain peran sesuai dengan naskah yang sudah dibagikan sebelumnya secara online. Setiap peserta akan mendapatkan naskah yang berbeda-beda

- Peserta yang lain diminta untuk menganalisa perilaku yang diperankan (asertif, non asertif (pasif), atau agresif)

- Fasilitator meminta beberapa peserta untuk memberikan pendapat mengenai kelompok yang telah memainkan peran

- Fasilitator memberikan feedback kepada seluruh peserta

Feed Back - Peserta memiliki kemampuan untuk berkomunikasi asertif dan dapat melihat secara nyata perbedaan perilakunya

SESI IV “Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Lain”

Tujuan Kegiatan - Peserta dapat menganalisis situasi dan menemukan solusi dengan menyampaikan pendapatnya - Peserta tidak menyangkal hak – hak orang lain untuk

berpendapat - Peserta mampu mempromosikan kesetaraan dalam hubungan

manusia - Memberikan pengalaman kepada peserta berkaitan situasi

asertif

Waktu - 30 menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Jaringan internet - Laptop atau hand-phone - Alat tulis

Prosedur Kegiatan - Fasilitator membuka kegiatan dengan menanyakan kabar setiap peserta

- Fasilitator menanyakan pada salah satu peserta tentang materi pada pertemuan sebelumnya

Page 72: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

59

- Fasilitator menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu

- Fasilitator memberikan pengantar yaitu menayangkan kasus yang akan di bahas

- Fasilitator menjelaskan peraturan mengenai diskusi yang akan dikerjakan

- Fasilitator meminta setiap peserta saling menyatakan pendapatnya dan saling berdiskusi sesuai dengan arahan fasilitator

- Fasilitator meminta salah satu peserta untuk menyimpulkan materi yang sudah didapat

- Fasilitator memberikan feedback dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Feed Back - Peserta mengerti dan memahami penyampaian materi yang telah disampaikan yaitu tetang perilaku assertif yang ada dalam setiap harinya

SESI IV STUDI KASUS & HOME WORK

Tujuan Kegiatan - Menumbuhkan kebiasaan berperilaku assertif dan meningkatkan pemahaman tentang berperilaku assertif pada peserta

Waktu - 25 menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Jaringan internet - Laptop atau hand-phone - Alat tulis

Prosedur Kegiatan - Fasilitator membuka kegiatan dengan menanyakan kabar setiap peserta

- Fasilitator memberikan pengantar yaitu menayangkan kasus yang akan di bahas

- Fasilitator meminta setiap peserta saling menyatakan pendapatnya dan saling berdiskusi sesuai dengan arahan fasilitator

- Fasilitator meminta salah satu peserta untuk menyimpulkan materi yang sudah didapat dan melakukan post test

- Fasilitator menjelaskan bahwa peserta akan mencatat perilaku asertif yang dilakukan selama beberapa hari

- Fasilitator memberikan pengarahan tentang sistem pencatatannya

- Fasilitator memberikan feedback dari hasil diskusi yang telah dilakukan dan mengingatkan hal yang harus dilakukan peserta selama beberapa hari

Feed Back - Peserta mengerti dan memahami penyampaian materi yang telah disampaikan yaitu tetang perilaku assertif yang ada dalam setiap harinya

Page 73: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

60

SESI V “ASERTIF ITU MUDAH DAN MENYENANGKAN”

Tujuan Kegiatan - Menumbuhkan kebiasaan berperilaku assertif dan meningkatkan pemahaman tentang berperilaku assertif pada peserta

Waktu - 15 menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Jaringan internet - Laptop atau hand-phone - Alat tulis

Prosedur Kegiatan - Fasilitator membuka kegiatan dengan menanyakan kabar setiap peserta

- Fasilitator meminta peserta saling bergantian untuk menyampaikan perilaku asertif yang dilakukan beberapa hari yang sudah ia catat

- Fasilitator meminta setiap peserta saling menyatakan pendapatnya dan saling berdiskusi sesuai dengan arahan fasilitator

- Fasilitator mengarahkan untuk beberapa peserta memerankan suatu peristiwa yang naskah nya sudah di bagikan sebelumnya secara online

- Fasilitator meminta setiap peserta menyatakan pendapatnya sesuai dengan arahan fasilitator

- Fasilitator meminta salah satu peserta untuk menyimpulkan materi yang sudah didapat

- Fasilitator memberikan feedback dari hasil diskusi yang telah dilakukan

Feed Back - Peserta semakin terbiasa berperilaku asertif dilingkungan sosial

Feedback dan Closing

Tujuan Kegiatan Untuk menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan serta menutup kegiatan intervensi

Waktu 10 menit

Peralatan yang Dibutuhkan

- Laptop / Handphone - Kuotadata / Wifi

Prosedur Kegiatan - Fasilitator meminta peserta saling bergantian untuk menyampaikan tentang perilaku asertif dan kesan selama mengikuti kegiatan

- Fasilitator mengarahkan peserta untuk mengisi post-test melalui google form

- Fasilitator memberikan feedback dan kesimpulan dari keseluruhan kegiatan

- Fasilitator memberikan motivasi agar peserta selalu bisa asertif secara positif dan mengucapkan terimakasih

- Menutup kegiatan dengan salam

Feedback - Kegiatan pelatihan telah selesai

Page 74: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

61

Daftar Pustaka

Wahyuni, D., & Rahmadewi. (2011). Kajian profil penduduk remaja (10 -24 tahun) : Ada apa dengan remaja? Policy Brief Pusat Penelitian dan Kependudukan BKKBN, 1(6), 1-4.

Amalia, R. F., & Keliat, B. A. (2018). Terapi kelompok asertif efektif meningkatkan kemampuan asertif dan resiliensi pada remaja di SMPN Padangpanjang. Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(1), 60-68. doi: 10.7454/jki.v21i1.509

Faradita, R. M., Elita, Y., & Sinthia, R. (2018). Pengaruh konseling kelompok dengan teknik assertive training terhadap kemampuan asertivitas siswa kelas VIII 8 SMP Negeri 18 kota Bengkulu ONSILIA: Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling, 1(2), 58 - 66.

Dewantari, T., & Izzaty, R. E. (2018). Effectiveness assertive training on discipline of learning in junior high school. COUNS-EDU: The International Journal of Counseling and Education, 3(2). doi: 10.23916/0020180313120

Page 75: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

62

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan

Dokumentasi Uji coba Modul

Dokumentasi Kegiatan Assertif Trainning

Page 76: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

63

Page 77: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

64

Lampiran 9. Data kasar penyebaran skala

Data Kasar Asertif Post - Test

KODE TDA ZND DFU LAW STN LNA KS KAZ ADS BTS

C03F 5 4 4 3 3 4 3 4 4 4

B05F 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3

C07F 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4

A09F 5 3 3 2 4 4 2 5 2 3

C10F 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3

B12F 4 4 2 2 3 4 4 4 4 3

B16F 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4

D17F 3 4 3 2 4 4 4 3 2 2

D18F 5 3 3 3 4 3 3 3 4 3

B19F 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4

A25F 3 4 3 2 3 4 1 2 2 2

E275F 3 4 4 3 3 3 3 2 4 2

C31F 5 4 3 3 4 4 4 4 2 4

C32F 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4

F34F 4 1 4 2 4 4 4 4 2 3

D35F 4 3 3 3 3 1 2 2 4 3

C36F 4 2 3 2 2 1 4 4 4 2

C39F 4 4 1 3 2 2 2 3 2 4

B04U 2 3 2 3 1 1 1 2 2 2

C06U 2 3 4 3 2 1 3 3 2 3

A08U 1 2 2 3 3 4 4 3 2 3

B11U 2 3 3 2 2 1 1 2 2 1

D13U 1 4 3 2 1 1 4 1 2 1

E15U 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1

A20U 3 2 4 3 4 4 2 4 4 3

D21U 2 1 1 3 3 4 4 3 4 2

A22U 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3

E23U 2 3 1 1 2 4 1 2 3 1

A26U 3 4 3 3 2 4 4 3 2 3

A28U 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4

A30U 3 2 3 4 1 4 3 1 4 4

A33U 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3

A37U 3 2 4 4 1 4 3 3 4 4

D38U 4 3 3 3 3 4 3 3 1 3

TOTAL 109 105 100 93 97 109 104 103 105 98

Page 78: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

65

Data Kasar Skala Penyesuaian Sosial Pre -Test

Page 79: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

66

Data Kasar Skala Penyesuaian Sosial Post -Test

Kode E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9

A01F 1 4 4 6 6 4 5 4 6 4 6 5 5 4 2 2 4 6

A02F 2 4 4 6 6 4 5 4 5 4 6 5 5 4 2 4 4 6

A03F 4 5 4 6 6 5 4 4 6 4 6 2 2 2 3 4 4 6

A04F 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 6 6 6 4 1 4 2 4

B05F 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 2 4 4

B06F 6 4 6 5 5 5 5 6 5 4 5 2 2 4 5 4 4 1

B07F 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 1 3 4 5 4

B08F 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 4 3 2 4 4

B09F 4 2 5 5 5 2 5 6 5 4 5 4 4 2 4 2 4 2

B10F 5 5 6 4 4 5 5 6 4 4 5 4 4 6 3 2 4 2

C14F 6 5 5 5 6 5 5 6 5 4 5 4 4 3 4 2 4 4

C15F 6 5 5 5 5 5 5 6 5 5 5 4 4 4 3 2 2 4

C16F 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 5 4

C17F 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 1 1 1 4 4 4 4

C18F 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 2 2 2 2 4 4 4

C19F 4 4 4 5 6 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 6

D26F 6 5 5 6 5 5 5 6 6 5 5 1 1 1 2 2 4 1

D27F 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 6

D28F 5 5 4 5 1 5 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 6

D29F 6 5 5 5 1 5 5 6 5 5 5 1 1 1 5 2 4 4

D30F 6 6 6 4 5 6 5 6 4 4 5 1 1 1 5 2 2 5

D31F 6 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 1 1 1 4 2 2 6

D11U 3 2 2 6 4 5 3 1 6 4 4 6 6 5 6 4 6 4

Page 80: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

67

D12U 2 5 2 4 1 6 3 2 5 5 6 1 1 2 1 2 4 3

D13U 2 2 1 2 1 5 5 1 2 6 2 1 1 2 1 3 4 6

B20U 1 4 2 6 6 2 4 1 6 5 5 1 1 2 1 2 4 1

B21U 4 4 4 4 4 3 6 5 4 3 5 5 5 5 2 3 4 6

B22U 5 3 3 4 2 3 3 5 4 3 2 6 6 6 3 3 4 4

B23U 3 4 3 4 4 3 3 3 4 5 2 3 3 6 3 3 4 1

B24U 2 5 4 2 4 2 4 3 2 3 2 1 1 1 1 4 6 1

B25U 3 4 3 2 1 4 4 5 2 3 3 3 3 4 3 4 5 1

C32U 4 3 2 2 2 4 4 3 2 4 5 1 1 1 1 3 4 4

C33U 3 5 4 4 2 2 4 2 4 4 5 6 6 6 4 4 4 1

C34U 4 4 3 2 2 2 4 3 2 3 2 5 5 6 4 4 4 1

C35U 4 2 2 2 4 4 4 4 2 2 2 1 1 1 1 4 5 4

A36U 4 5 2 6 6 3 5 3 6 3 5 2 2 2 2 5 3 1

A37U 3 4 3 6 6 4 5 3 6 4 2 2 2 2 2 5 5 1

A38U 6 2 3 4 2 5 5 5 4 2 2 1 1 1 1 5 5 1

D39U 4 3 3 2 2 5 5 5 2 5 5 5 5 5 3 5 4 4

D40U 4 2 4 4 2 5 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 6 1

D41U 3 4 1 2 6 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 4 4 1

TOTAL 165 168 154 175 162 169 179 169 175 165 177 123 123 125 118 137 167 139

Page 81: TESIS - UMMeprints.umm.ac.id/72589/1/TESIS_Defani ismiriam...penelitian tesis ini. 8. Kepada kedua orang tua penulis, Dr. Widayat, MM dan Sofianah Indriati, S.Tr., Keb, serta saudari

68

Lampiran 10. Inform Consent