Tesis Akuntansi Manajemne-bsc_inspektorat
Transcript of Tesis Akuntansi Manajemne-bsc_inspektorat
PROPOSAL TESIS
AKUNTANSI MANAJEMEN
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR
PENILAIAN KINERJA PADA INSTANSI PEMERINTAH
(Studi Kasus pada Inspektorat Kabupaten Boyolali)
OLEH :
MUHROM ALI ROZAI
(Kelas A STAR BPKP)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
0
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR
PENILAIAN KINERJA PADA INSTANSI PEMERINTAH
(Studi Kasus pada Inspektorat Kabupaten Boyolali)
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tekanan terhadap organisasi sektor publik, khusunya organisasi pemerintah
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah serta perusahaan yang
dimiliki pemerintah baik BUMN maupun BUMD dan organisasi sektor publik
lainya untuk memperbaiki kinerjanya mendorong dibangunya sistem manajmen
organisasi sektor publik yang berbasis kinerja (perfomance based management).
Pemerintah di tuntut untuk melakukan pertanggungjawaban pemerintah atas
kinerjanya, rakyat semakin kritis mempertanyakan akan nilai yang mereka
peroleh atas pelayanan yang dilakukan oleh instansi pemerintah.
Prespektif dalam pengukuran kinerja suatu organisasi hanya melihat dari sisi
finansial semata tanpa melihat sisi non finasial harus segera ditingggalkan oleh
manajemen organisasi, karena banyak aspek non keuangan yang mempengaruhi
kesuksesan sebuah organisai, stekholder tidak hanya melihat nilai uang yang
terdapat dalam laporan keuangan yang mengukur kinerja perusahaan tapi faktor
lain di luar dari nili finansial perusahaan.
Prespektif non finasial dalam sebuah organisasi publik harus mampu
memerikan pelayanan prima kepada masyarakat, untuk itu manajemen harus
dapat menciptakan inovasi dalam sistem pelayanan masyarakat, peningkatan
kedidiplinan dan kompetensi dari pegawai, dan harus disertai dari komitmen
yang kuat dari manajemen untuk meningkatkan produktivitas, fasilitas
pelayanan harus terus ditingkatkan untuk kepuasan masyarakat atas pelayanan
yang diberikan.
Balance Scorecard merupakan konsep manajemen kinerja yang mulai
banyak diaplikasikan pada organisasi sektor publik, termasuk organisasi
pemerintah Balance Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik
karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada asepk kuanitatif
finansial tetapi juga menekankan pada aspek kualitatif dan finansial (Mahmudi.
2007). Balance scorecard tidak hanya sebagai alat untuk pengukuran kinerja,
tetapi sebagai siietem manajemen strategik dan anggota organisasi dalam
menterjemahkan visi, misi serta strategi organisasi kedalam sasaran strategik dan
inisiatif strategik yang komprehensif, koheren dan dapat terukur (Kaplan dan
Norton, 1992) dalam Mahmudi (2007).
Umashev dan willet (2008) menyatakan bahwa salah satu kunci
keberhasilan adalah penerapan secara berjenjang (cascade) dari sistem
scorecard. Cascading mirip dengan konsep keselarasan, scorecard tingkat tinggi
dikembangkan di tingkat korporasi akan terkait dengan scorecard pada tingkat
yang lebih rendah yaitu unit organisasi yang terdesentralisasi. Meskipun masing-
masing unit merumuskan strategi sesuai dengan target pasar, akan tetapi strategi
masing-masing tetap harus konsisten dengan strategi perusahaan yang lebih luas.
Penerapan balanced scorecard di lingkungan yang kompleks, tanpa
pertimbangan memadai pada masalah cascading dalam prakteknya dapat secara
serius merusak persepsi efektivitas scorecard. Faktor komunikasi juga
diidentifikasi sebagai hal yang signifikan. Organisasi disektor publik diharapkan
memiliki strategi yang berbeda karena tujuan utama mereka adalah memenuhi
beragam kepentingan masyarakat dibandingkan hanya sekedar mencapai kinerja
keuangan yang baik. Oleh karena itu dibutuhkan keselarasan dan komunikasi
yang lebih intensif dibandingkan pada perusahaan privat. Dari beberapa studi
kasus didapatkan bahwa terdapat permasalahan dalam scorecard yang hampir
sama antara sektor swasta dan sektor publik yaitu fleksibilitas ukuran dan
hubungan yang dirancang dalam sebuah sistem yang baik. Sangat penting bagi
pemerintah untuk merancang secara strategis dengan berfokus pada model untuk
pengukuran kinerja, model yang menciptakan sarana yang lebih efektif untuk
menentukan kinerja terhadap tujuan, sehingga akuntabilitas pemerintah
meningkat terhadap para pemangku kepentingan.
Balanced scorecard dapat digunakan karena pendekatan pengukuran kinerja
ini membandingkan 4 aspek pespektif (Mahmudi, 2007) yaitu :
1. Prepektif Pelanggan
Dalam persepektif ini manajemen harus dapat melihat kepuasan masyarakat
atas pelayanan yang diberikan.
2. Prespektif Keuangan
Dalam Perspektif ini manajemen harus dapat berfikir untuk meningkatkan
pendapatan dan menekan tingkat biaya.
3. Prespektif Proses Internal
Dalam prespektif ini manajemen harus dapat mebangun keunggulan
dibanding dengan organisasi lain
4. Prespektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Dalam prespektif ini manajemen harus dapat mmelakukan perbaikan dan
menambah nilai bagi pelangan dan stakeholder.
Dalam lembaga pengawasan interen di Kabupaten Boyolali belum
mengunakan pengukuran kinerja dengan aspek lainya yang ada dalam konsep
balance scorecard. Inspektorat harus mampu memebrikan pertanggungjawaban
yang transparan, baik secara finansial maupun non finasial kepada pemerintah
maupun kepada masyarakat serta sebagai contoh untuk SKPD yang lain dalam
pengukuran kinerja. Dengan kondisi diatas maka pengukuran kinerja dengan
penerapan Balace Scorecard sangat penting di gunakan dalam organisasi sektor
publik, terutama lembaga Pengawasan seperti Inspektorat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat
ditetapkan rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:
“Bagaimana setiap perspektif balanced scorecard dapat digunakan untuk
mengukur kinerja Inpektorat Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah ?”
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis perspektif pelanggan di Inspektorat Kabupaten Boyolali
Provinsi Jawa Tengah.
2. Menganalisis perspektif finansial di Inspektorat Kabupaten Boyolali Provinsi
Jawa Tengah.
3. Menganalisis prespektif internal di di Inspektorat Kabupaten Boyolali
Provinsi Jawa Tengah.
4. Menganalisis prespektif inovasi dan pembelajaran di Inspektorat Kabupaten
Boyolali Provinsi Jawa Tengah.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Pengembangan Teori Akuntansi
Penelitain ini diharpkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai penilaian kinerja dengan mengunakan metode Balance Scorecard
dan diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya pada
organisasi sektor publik dengan penerapan balance scorecard
2. Untuk Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi
manajemen, terutama untuk mengtahui sejauh mana evektifitas pengawasan
dan tingkat kepuasan masayarakat atas pengawasan yang dilakuakn
3. Untuk Regulator
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi untuk
para regulator dalam pengambilan kebijakan mengenai pengukuran kinerja
pada organisasi-organisasi publik agar lebih komprehensif mencakup semua
aspek, baik finansial maupun non finansial.
II. Tinjauan Pustaka
A. Kinerja
Pengertian Kinerja
Menurut Daily (2010) mengemukakan pengertian kinerja sebagai
berikut:“Kinerja adalah hasil kerja suatu organisasi dalam rangka
mewujudkan tujuannya. Secara sepintas kinerja dapat diartikan sebagai
perilaku berkarya, penampilan, atau hasil karya. Oleh sebab itu, kinerja
merupakan bentuk bangunan yang multidimensional sehingga cara
mengukurnya sangat bervariasi bergantung kepada banyak faktor.
Mahmudi (2010:21) Kinerja merupakan suatu konstruk multidimensi
yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah:
1. Faktor Personal/individu
2. Faktor Kepemimpinan
3. Faktor Tim
4. Faktro Sistem
5. Faktor Kontekstual
Pengukuran Kinerja Organisasi Publik
Pengukuran kinerja merupakan bagian dari fungsi pengendalian
manajemen karena penukuran kinerja dapat digunakan untuk melakukan
pengendalian aktivitas. Setiap aktivitas harus diukur tingkat efiktifitas dan
evisien. Efiktivitas dan evisien merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
peniliana kinerja.
Dalam organisasi sektor publik dalam hal ini adalah pemerintah dalam
hal pengukuran kinerja dilakukan untuk menilai tingkat 3E yakni Efektifitas,
Evisiensi dan Ekonomis (value for money). Jika suatu aktivitas tidak ada
ukuran kinerja, maka organisasi akan sulit dalam menentukan keberhasial
atau kegagal dalam aktivitas, selain itu juga pihak pimpinan dalam hal in
imanajemen juga kana mengalami kesulitan dalam mngetahui aktivitas mana
yang perlu dikurangi atau di hilangkan untuk meningkatkan tigkat efisiensi.
Penilaian kinerja merupakan bagian akhir dari proses pengendalian
manajemen yang dapat digunakan sebagai alat penegndalian. Pengendalian
manajemen melalui sistem penilaian kinerja dapat dilakukan dengana
menciptakan mekanisme reward dan punishment. Sistem pemberian
penghargaan dan hukuman dapat digunakan sebagai pendorong untuk
pencapaian suatu strategi. Sistem reward dan punishment harus didukung
oleh manajemen kompensasi yang memadai. Manajemen kompensasi
merupakan mekanisme penting untuk mendorong motivasi manajer untuk
mencapai tujuan organisasi. Intensif positif pada manajer disebut sebagai
reward dan intensif negatinya disebut sebagai punishment. Peran peting
adanya penghargaan dalam suatu organisasi akan mendorong tercapainya
tujuan oragnisasi dan untuk menciptakan kepuasan setiap individu.
Pemberian reward dapat berupa financial atau non financial, yang
bersifat financial misalnya kenaikan gaji, bonus dan pemberian tunjangan,
sedangkan non financial dapat berupa promosi jabatan, penambahan
tanggung jawab, otonomi yang lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang
lebih baik dan pengakuan. Mekanisme pemberian sanksi dan hukuman pada
kondisi tetentu diperlukan, tetapi orientasi penilaian harus selalu pada
pemberian penghargaan.
B. Balance Scorecard
Pengertian Balance Scorecard
Balanced Scorecard adalah salah satu teknik pengukuran kinerja yang
powerfull yang berguna juga untuk mendongkrak kinerja sebuah organisasi.
Balanced scorecard diperkenalkan pertama kali oleh Robert S. Kaplan dan
Devid P. Norton tahun 1992 disebutkan bahwa balanced scorecard
merupakan suatu alat akuntansi manajemen yang digunakan untuk mengukur
kinerja perusahaan yang ditinjau dari perspektif finansial (financial
perspective) dan perspektif non finansial (Customer Perspective, Internal
Business Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective) secara
seimbang. Perkembangan Balanced Scorecard telah mengalami beberapa
Generasi. (Mahmudi. 2010) Genarasi Pertama Tahun 1990 – 1991 Balanced
Scorecard digunakan sebagai alat untuk pengukuran kinerja dengan empat
prespektif yaitu : 1) Prespektif Pelangan 2) Prespektif Finansial 3) Prespektif
Proses bisnis internal dan 4) pembelajaran dan pertumbuhan, pada generasi
ini mengalami kesulitan terkait dengan pemilihan dan penentuan ukuran
kinerja dan pengelompokanya. Generasi Kedua, memperbaiki kekurangan
dengan membuat hubungan sebab akibat antara alat pengukuran empat
perspektif tersebut. Generasi Ketiga, Balanced Scorecard merupakan
perbaikan model dengan penekanan pada perbaikan fungsi dan lebih
menekankan pada relevansi strategis.
Balanced Scorecard untuk organisasi Sektor Publik
Penerapan Balanced Secorecard dalam organisasi sektor publik
memrlukan sebuah modifikasi, modifikasi tesebut tidak harus berbeda dalam
penerapan Balanced Scorecard pada organisasi privat. Prespektif Balanced
Scorecard dalam organisasi sektor publik adalah:
1. Prespektif pelangan
Pelangan pada organisasi sektor publik adalah masyarakat pembayar
pajak dan masyarakat pengguna layaanan publik, dalam prespektif
pelangan fokus utama organisasi sektor publik adalah menyediakan
pelayanan publik yang berkualistas dengaan harga terjangkau
2. Prespektif Keuangan
Dalam prespektif keuangan penyedia fianansial utama adalah pembayar
pajak, sehingga organisasi sektor publik harus menggunakan uang dari
pembayar pajak dengan ekonomis, efektif dan efisien serta memenuhi
prinsip transparan dan akuntabel.
3. Prespektif Proses Internal
Dalam prespektif ini untuk membangun keunggulan organisasi melalai
perbaikan proses internal yang berkelanjutan
4. Prespektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Dalam organisasi sektor publik difokuskan untuk menjawab pertanyaan
bagaimana organisasi terus melakukan perbaikan dan menambah nilai
bagi pelanggan dan stakeholder-nya.
III. Metodologi Penelitian
Objek Penelitian
Pada penelitian ini penulis memilih Inspektorat Kabupaten Boyolali
Provinsi Jawa Tengah sebagai objek penelitian. Inspektorat Kabupaten Boyolali
selama in dalam pengukuran kinerja menggunakan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP adalah dokumen pelaporan yang
memberikan informasi mengenai kinerja yang telah dicapai yang diperhitungkan
atas dasar rencana kinerja yang telah disusun sebelumnya. Dalam penelitian ini,
metode yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus (case study).
Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Inspektorat Kabupaten
Boyolali dan sampel yang digunakan adalah data-data keuangan berupa laporan
realisasi anggaran untuk menilai perspektif keuangan. Sedangkan untuk
perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan serta pembelajaran
penulis akan memberikan sejumlah pertanyaan kepada pihak-pihak yang terkait.
Dan untuk perspektif pelanggan, penuils mengambil sampel sebanyak 40 Auditi
yang pernah di Audit Inspektorat Kabupaten Boyolali
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Data yang berupa keterangan, penjelasan/uraian yang berhubungan dengan
penelitian yang meliputi tujuan, aktivitas yang terjadi Inspektorat Kabupaten
Boyolali.
2. Sumber data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer yaitu sejumlah data yang secara langsung diperoleh melalui
penelitian di lapangan termasuk dengan pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan objek penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data atau keterangan yang diperoleh tidak secara
langsung tetapi melalui studi kepustakaan yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan, buku, dokumentasi dan literatur.
Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian mengenai Balanced Scorecard yang dapat disarikan
(Kisnawati.2011) dalam penelitian Balanced scorecard pada Bank Danamon,
Tbk Cabang Pondok Indah Jakarta Selatan bahwa empat variabel yaitu
Keuangan, Pelanggan, proses Inetrnal serta Pembelajaran dan Pertumbuhan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan, niali signifikan yang paling besar
adalah Pembelajaran dan Pertumbuhan. Penelitian lainya (Anak Agung 2012)
menyimpulkan bahwa emapt variabel juga mempunyai pengaruh yang signifikan
pada Kineraja Badan Perpustakaan Denpasar.
(Manuel, Hernández, Rodríguez, 2010) dalam penelitianya yang berjudul
Implementing the balanced scorecard in public sector agencies: An experience
in municipal sport services, Academia, menyimpulkan bahwa Balanced
Scorecard dapat sangat membantu dalam hal mencapai tujuan organisasi,
mengurangi ketidakpastian dan mengkomunikasikan kontribusi kegiatan yang
berbeda untuk manajer dan politisi, sehingga antara visi dan strategi organisasi
sangat cocok. Penelitian lain (Wilbroad, Peter, Margaret, Nkatya, Namwinga,
Dina, Neil, dan Helen. 2013) Menerapkan Balanced Scorecard dalam
mengukur kinerja keuangan dan pelayanan, Balance Scorecard bermanfaat
dalam monitoring dan evaluasi kesehatan.
(Richard, 2007) Bukti empiris menunjukkan bahwa penggunaan Scorecard
dalam organisasi memungkinkan karyawan untuk dengan jelas menghargai
peran mereka dan fokus pada terkait kinerja yang mendukung strategi
organisasi. Kejelasan peran memiliki pengaruh positif terhadap pencapaian
rencana bisnis dan keunggulan tujuan organisasi dalam layaaan pelangan
pelanggan.
IV. Model Penelitian dan Kerangka Berfikir
Kerangka Pemikiran
Pengukuran kinerja menjadi hal yang sangat penting bagi penilaian
keberhasilan pencapaian suatu organisasi baik swasta maupun pemerintahan.
Salah satu sistem pengukuran yang saat ini telah mulai diterapkan organisasi-
organisasi di beberapa Negara adalah system pengukuran kinerja dengan
menggunakan konsep Balanced Scorecard, suatu konsep pengukuran kinerja
yang menilai kinerja organisasi melalui empat perspektif.
Setiap organisasi harus memiliki tujuan yang jelas dan untuk mencapai
tujuan atau target tersebut, organisasi harus memiliki vis, misi dan strategi yang
kemudian akan dilakukan pengukuran kineja untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan kinerja yang telah dilakukan.
Pengukuran kinerja dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan konsep
Balanced scorecard tersebut.
Hasil dari pengukuran itu nantinya akan bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak otoritas yang lebih tinggi, yaitu pemerintah dalam
menentukan kebijakan apa yang akan diambil untuk dapat meningkatakan
kinerja yang teleh ada demi memenuhi tujuannya yaitu melayani masyarakat.
Model Penelitian
Dari kerangka pemikiran diatas dapat di buat model penelitian sebagai berikut:
Visi, Misi, Staregi Organisasi
Kinerja Organisasi
Empat Prespektif Balanced Scorecard
Hasil Pengukuran Kinerja
DAFTAR PUSTAKA
Anak Agung Ayu Juniati, 2012. Analisis Kinerja Pengelolaan Kearsipan Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Kota Denpasar. Tesis. Universitas Udayana
BPKP, 2011. Modul Diklat Audit Kinerja, Ciawi. Bogor
I Nyoman Suwardika, 2011. Analisis Kinerja Organisasi Sektor Publik Menggunakan Balanced Scorecard (Studi pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Timur). Publikasi Ilmiah, Universitas Brawijaya Malang
Kasnawati, 2011. Pengaruh Penerapan Balanced Scorecard terhadap Kinerja Manajemen PT. Bank Danamon, Tbk Cabang Pondok Indah Jakarta Selatan. Sripsi. UIN Syarif Hidayatullah
Mamudi, 2005, Manajemen Kinerja Sektor Publik, UPP AMP YKPN, Jogjakarta.
Manuel, Hernández, Rodríguez, 2010. Implementing the balanced scorecard in public sector agencies: An experience in municipal sport services, Academia, Revista Latinoamericana de Administración. 45, 2010, 116-139.
Mardiasmo, 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Artikel Th. I-No.4-Juni 2002
Mardiasmo, 2005. Akuntansi Sektor Publik : Penentuan harga pelayanan publik, Jokjakarta
Pietro Giorgio Lovaglio, 2010.Model building and estimation strategies for implementing the Balanced Scorecard in Health sector, Qual Quant
Richard Greatbanks,2007. The impact of balanced scorecards in public sector environment Empirical evidence from Dunedin City Council, New Zealand, New Zealand International Journal of Operations & Production Management Vol. 27 No. 8, 2007
Syamsiyah, Naili Farida,& Rodhiyah, 2013. Analisis Pengukuran Kinerja Organisasi Dengan Metode Balanced Scorecard ( Pada KSU Karyawan Pemerintah Kota Semarang ), Diponegoro Journal Of Social And Politic
Umashev, C., and R. Willett, 2008, “Challenges to Implementing Strategic Performance Measurement Systems in Multi-Objective Organizations: The Case of a Large Local Government Authority, ABACUS, Vol. 44, No. 4, pp. 377-398.
Wilbroad Mutale, Peter Godfrey-Fausset, Margaret Tembo Mwanamwenge, Nkatya Kasese, Namwinga Chintu, Dina Balabanova, Neil Spicer, Helen Ayles, 2013: Measuring Health System Strengthening: Application of the Balanced Scorecard Approach to Rank the Baseline Performance of Three Rural Districts in Zambia. Plos One
Yee-Ching Lilian Chan, 2004, "Performance measurement and adoption of balanced scorecards: A survey of municipal governments in the USA and Canada", International Journal of Public Sector Management, Vol. 17 Iss: 3 pp. 204 – 221
Zahirul Hoque and Wendy James, 2000, “Linking Balanced Scorecard Measures to Size and Market Factors: Impact on Organizational Performance”, JMAR Volume 12