Tes Olah Raga Renang
-
Upload
wibowo-septi -
Category
Documents
-
view
271 -
download
2
Transcript of Tes Olah Raga Renang
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
1/162
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode pemulihan merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi
penampilan seorang atlet renang. Atlet renang melakukan latihan secara rutin, dan
setelah melakukan latihan rutin perlu dilakukan pemulihan secara optimal untuk
mencegah terjadinya overtraining. Banyak atlet renang berlatih terlalu keras dan
terlalu lama untuk mengejar prestasi. Over trainingterjadi ketika otot tidak diberi
waktu recovery/pemulihan yang diperlukan. Metode pemulihan yang saat ini
digunakan dalam cabang olahraga renang adalah pemulihan secara aktif dengan
berenang lambat. Metode pemulihan secara aktif efektif untuk memulihkan
energi, pemulihan denyut nadi dan kadar asam laktat setelah latihan maksimal.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ternyata atlet-atlet renang di
Indonesia masih sangat sulit bersaing dengan atlet dunia yang senantiasa
melakukan lonjakan prestasi. Perenang Indonesia memang mampu meningkatkan
prestasi, namun sulit mengejar laju peningkatan prestasi negara lain. Pernyataan
tersebut dapat dilihat dari gambaran prestasi atlet renang Indonesia yaitu peringkat
atlet renang Indonesia sejak Sea Games 1997-2005. Tahun 1991 sampai 1997 dan
tahun 1999 sampai 2003 prestasi Indonesia di cabang olahraga renang tidak
pernah mengalami lonjakan prestasi. Tahun 1997 sampai 1999 dan tahun 2003
sampai 2005 prestasi Indonesia untuk cabang olahraga renang mengalami
penurunan (Ahmad, 2006).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
2/162
2
Fenomena ini terjadi karena proses pelatihan renang yang belum
memaksimalkan pemanfaatan kemajuan ilmu keolahragaan dan teknologi secara
optimal yaitu metode pemulihan secara aktif dengan berenang lambat. Program
pelatihan olahraga renang saat ini adalah pelatihan yang tidak sesuai dengan jarak
dan waktu tempuh, intensitas latihan, dosis latihan yang tidak seimbang dengan
pemulihan (Janssen, 1997).
Atlet renang berenang sejauh rata-rata 3,5-4 mil per hari, atau 20-40 mil
per minggu. Jarak tersebut adalah jarak yang panjang sehingga seorang atlet
renang benar-benar membutuhkan pemulihan untuk kembali ke kondisi semula
untuk mencegah terjadinya cedera. Cedera yang paling sering terjadi pada atlet
renang adalah swimmers shoulder atau nyeri pada sendi bahu (Cole et al.,
2003).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya swimmers shoulder
adalah multifaktorial antara lain adalah faktor jenis kelamin, jarak renang,
intensitas renang, gaya renang, metode pemanasan dan pemulihan yang
digunakan. Cedera pada atlet renang tidak lepas dari intensitas latihan, gaya
renang yang digunakan, pemilihan metode pemanasan dan pendinginan yang
diterapkan pada atlet tersebut (Cole et al., 2003).
Nyeri sendi bahu (swimmers shoulder) pada atlet renang sangat
mempengaruhi efektifitas latihan. Nyeri sendi bahu (swimmers shoulder)
menyebabkan penurunan prestasi atlet renang terutama dalam meraih medali baik
di tingkat nasional maupun internasional (Stoddard et al., 1998). Gejala klinis dari
swimmers shoulder adalah nyeri pada sendi bahu. Gejala klinis swimmers
shoulder terdiri dari 3 stadiumyaitu : (1) Nyeri setelah bertanding atau latihan; (2)
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
3/162
3
Nyeri bahu sewaktu atau setelah berenang; (3) Sakit di bahu terus-menerus
(Prabowo, 1999).
Nyeri pada sendi bahu akan dapat mengurangi frekuensi kayuhan lengan
yang dapat dilakukan oleh atlet, fleksibilitas bahu dan kekuatan kayuhan lengan.
Frekuensi kayuhan lengan, fleksibilitas bahu dan kekuatan kayuhan lengan
berhubungan dengan pencapaian prestasi atlet. Penurunan frekuensi kayuhan
akibat swimmers shoulder akan menurunkan prestasi atlet sebesar 10%,
penurunan fleksibilitas sendi bahu akibat swimmers shoulderakan menurunkan
prestasi atlet renang sebesar 3% dan penurunan kekuatan kayuhan lengan akibat
swimmers shoulderakan menurunkan prestasi atlet renang sebesar 9% (Rohmat,
2006).
Nyeri sendi bahu dialami oleh 35% atlet renang senior. Nyeri sendi bahu
(swimmers shoulder) dapat dicegah dengan melakukan pelatihan dengan
intensitas yang tepat, melakukan metode pemanasan yang tepat sebelum berenang
dan metode pemulihan yang tepat setelah melakukan latihan (Mc Master, 2005).
Masa pemulihan adalah suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk
mengembalikan energi tubuh, memperbaiki jaringan otot yang rusak setelah
berolahraga, dan memulai suatu proses adaptasi tubuh terhadap olahraga.
Efektifitas suatu program pelatihan terhadap fungsi kardiovaskular dapat dinilai
dari perubahan denyut nadi yang diakibatkannya, demikian juga halnya dengan
parameter denyut nadi pemulihan (Lauer et al., 2009).
Pemulihan denyut nadi (heart rate recovery) yang lebih dari 12 denyut
dalam 30 detik pertama setelah selesai latihan menggambarkan fungsi
kardiovaskular dalam keadaan baik. Pemulihan denyut nadi (recovery heart rate)
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
4/162
4
yang kurang dari 12 kali dalam 30 detik pertama setelah selesai latihan,
menggambarkan bahwa fungsi kardiovaskular yang kurang baik dan berhubungan
dengan tingkat mortalitas karena berkaitan dengan disfungsi otonom jantung
(Lauer et al., 2009).
Atlet renang terlibat dalam suatu ajang pertandingan dan latihan dengan
pengulangan yang membutuhkan kondisi fisik yang maksimal. Kondisi ini dapat
menyebabkan terjadinya perubahan secara dramatis pada semua sistem dalam
tubuh. Pencapaian prestasi dalam pertandingan atau pelatihan berikutnya tidak
akan tercapai dengan maksimal apabila pemulihan tidak terjadi dengan baik.
Metode pemulihan yang tepat dapat mengembalikan kondisi atlet dan pencapaian
prestasi akan tercapai maksimal (Bogdanis et al., 2002).
Metode pemulihan aktif dengan berenang lambat dapat mengembalikan
kondisi fisik atlet setelah suatu pertandingan atau latihan maksimal. Metode
pemulihan ini direkomendasikan oleh pelatih-pelatih renang saat ini. Total waktu
pemulihan, lamanya dilakukan pemulihan aktif, durasi dan intensitas renang
merupakan parameter penting dalam menentukan efektifitas suatu pemulihan aktif
(Toubekis et al., 2008).
Metode pemulihan dengan berenang lambat gaya bebas selama 5 menit
dikombinasi dengan metode pemulihan pasif selama 10 menit lebih efektif dalam
mempercepat pemulihan atlet renang dibandingkan dengan metode pemulihan
secara pasif selama 15 menit. Atlet renang dapat bertanding lebih dari satu kali
dengan interval kurang dari 30 menit, sehingga diperlukan metode pemulihan
yang benar-benar efektif untuk mengembalikan kondisi atlet ke kondisi semula
(Toubekis et al., 2008).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
5/162
5
Berenang lambat selama 14 menit dapat mempercepat pemulihan kadar
asam laktat dan denyut nadi serta dapat memperbaiki pencapaian prestasi atlet
renang (Felix et al., 2008). Metode pemulihan dengan berenang lambat gaya
bebas lebih efektif dalam mempercepat pemulihan kondisi atlet dibandingkan
dengan metode pemulihan secara pasif (Francis et al., 2009). Metode pemulihan
atlet renang yang dilakukan di dalam air lebih efektif daripada metode pemulihan
secara aktif di daratan karena air dapat menyebabkan perubahan fisiologis dalam
tubuh yang dapat mempengaruhi proses pemulihan atlet renang (Taheri et al.,
2012).
Pemulihan di dalam air merupakan faktor yang efektif dalam
mempengaruhi aktivitas sistem saraf parasimpatis dalam periode pemulihan.
Metode pemulihan secara aktif dengan berjalan lambat di dalam kolam dengan air
bersuhu rendah (20o Celcius) dan air bersuhu sedang (28o Celcius) lebih efektif
dalam memulihkan denyut nadi dibandingkan dengan metode pemulihan berjalan
lambat di dalam kolam dengan air bersuhu tinggi (39o Celcius) (Taheri et al.,
2012).
Denyut nadi saat berenang di dalam air lebih rendah daripada saat
melakukan aktivitas di daratan karena : (1) Pada saat berenang tubuh berada
dalam posisi horizontal sehingga jantung bekerja lebih ringan untuk memompa
darah ke seluruh tubuh melawan efek gravitasi bumi; (2) Refleks menyelam yang
merupakan suatu respon neurologis terhadap penyelaman di dalam air (Irlam,
2013).
Hasil penelitian Douda et al. (2010) menunjukkan bahwa metode
pemulihan secara aktif dengan intensitas yang rendah (28% dari VO2 maksimal)
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
6/162
6
lebih efektif dibandingkan dengan metode pemulihan secara aktif dengan
intensitas yang tinggi (40% dari VO2 maksimal). Peningkatan pencapaian prestasi
atlet renang dengan metode pemulihan secara aktif dengan intensitas rendah
adalah 6-28% sedangkan peningkatan pencapaian prestasi atlet renang dengan
metode pemulihan secara aktif dengan intensitas tinggi hanya 3% (Douda et al.,
2010).
Metode pemulihan secara aktif dengan intensitas yang rendah dapat
menyebabkan aliran darah di otot lancar. Aliran darah yang lancar penting untuk
pembuangan asam laktat yang terbentuk setelah latihan sprint. Pendinginan secara
aktif dengan intensitas rendah memerlukan energi yang lebih rendah sehingga
memudahkan sintesis kembali fosfokreatin otot. Fosfokreatin akan dipecah
menjadi fosfat dan kreatin, dan fosfat bergabung dengan ADP membentuk ATP
(Douda et al., 2010).
Berenang lambat dengan gaya bebas adalah salah satu bentuk metode
pemulihan secara aktif pada olahraga renang. Posisi badan pada renang gaya
bebas adalah posisi yang dapat memberikan gaya dorong maksimal dan
mengurangi gaya hambat sampai minimal yaitu dengan posisi badan telungkup,
kepala sedikit di bawah permukaan air, tubuh sedikit lebih rendah dari bahu, dan
tungkai lemas dan lurus ke belakang. Fungsi gerakan kaki pada renang gaya bebas
yang utama adalah sebagai stabilitator dan sebagai alat untuk menjadikan kaki
tetap tinggi dalam keadaan streamline, sehingga tahanan menjadi kecil.
Tendangan kaki pada kecepatan yang rendah pada gaya bebas membantu
menghasilkan dorongan tetapi pada kecepatan tinggi tendangan kaki tidak
memberikan tambahan dorongan kaki. Gerakan lengan pada renang gaya bebas
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
7/162
7
berperan terutama sebagai tenaga pendorong atau penggerak di samping sebagai
pengatur keseimbangan tubuh (Jarvis et al., 1997).
Energi total merupakan kombinasi antara energi aerobik dan anaerobik.
Energi total semakin meningkat dengan semakin meningkatnya kecepatan
berenang. Energi total dapat diturunkan dengan cara latihan. Energi total yang
diperlukan selama berenang gaya bebas paling kecil jika dibandingkan dengan
ketiga gaya renang lainnya. Energi yang dihabiskan saat berenang yang paling
kecil adalah renang dengan gaya bebas, dan yang terbesar adalah gaya punggung,
kemudian gaya kupu-kupu dan gaya dada.
Energi yang dihabiskan selama berenang dengan gaya bebas lebih kecil
dibandingkan dengan berenang dengan gaya dada sehingga renang gaya bebas
lebih efektif dalam memulihkan denyut nadi dibandingkan dengan renang gaya
dada (Pendergast, 2011). Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di
Bali maupun di Indonesia. Peneliti ingin meneliti mengenai apakah pemulihan
dengan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan dengan pemulihan
berenang lambat gaya dada dalam mempercepat pemulihan denyut nadi setelah
latihan maksimal pada atlet renang pria grup renang Bayusuta di Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Berbagai uraian diatas merupakan latar belakang penulis untuk melakukan
penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
pemulihan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan dengan
pemulihan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat pemulihan denyut
nadi setelah latihan maksimal pada atlet renang pria grup renang Bayusuta di
Denpasar?
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
8/162
8
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas pemulihan
berenang lambat gaya bebas dan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat
pemulihan denyut nadi atlet renang pria grup renang Bayusuta di Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang metode
pemulihan yang lebih efektif dalam menurunkan denyut nadi setelah
latihan.
2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Fisiologi Olahraga
Penelitian ini dapat memperkaya keilmuan dalam bidang fisiologi olahraga
terutama mengenai metode pemulihan yang tepat untuk mempercepat
pemulihan atlet renang.
3. Manfaat Bagi Pelatih dan Atlet
a. Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada para pelatih
renang untuk dapat memberikan pelatihan secara benar sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pencapaian prestasi atlet.
b. Mempercepat pemulihan atlet renang setelah latihan maksimal.
c. Mencegah terjadinya cedera pada atlet renang.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
9/162
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Denyut Nadi
Kerja jantung pada setiap manusia berbeda-beda dan frekuensi denyut nadi
seseorang tergantung pada kondisi (sakit atau sehat), aktivitas (istirahat atau
bekerja), usia (tua atau muda), berat badan, jenis kelamin. Denyut nadi istirahat
(basal) adalah suatu ukuran frekuensi detak jantung per unit waktu yang diukur
pada kondisi istirahat penuh, dalam hal ini adalah pada saat setelah bangun tidur
sebelum beranjak dari tempat tidur. Denyut nadi istirahat dapat memberikan
gambaran mengenai status kebugaran seseorang (Halson, 2004).
Denyut nadi dapat diukur dengan menggunakan pulsasi yang ada pada
tubuh. Pulsasi tersebut dapat ditemukan pada berbagai tempat pada tubuh. Pulsasi
ini merupakan pulsasi arteri yang ditransmisikan ke permukaan tubuh sehingga
mudah untuk diraba. Lokasi pada tubuh yang bisa digunakan untuk menghitung
denyut nadi antara lain : (Severson, 2012).
1. A. temporalis superfisial
2. A. facialis
3. A. carotis (pada leher di bagian bawah rahang bawah)
4. A. radialis (pada bagian ventral pergelangan tangan)
5. A. ulnaris
6. A. brachialis (bagian ventral siku atau dibawah m. biceps)
7. A. femoralis
8. A. popliteal
9. A. posterior tibial (disamping maleolus medialis)
10.A. dorsalis pedis (bagian tengan dorsum pedis)
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
10/162
10
Denyut nadi istirahat normal pada orang dewasa adalah 60-90 kali/menit.
Denyut nadi istirahat yang kurang dari 60 kali/menit disebut bradikardi. Olahraga
secara rutin dapat menyebabkan perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu
terjadinya hipertropi ventrikel kiri dan angiogenesis dalam jaringan otot jantung.
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya athletic heart syndromedimana
denyut nadi istirahat seorang atlet bisa dibawah 40-60 kali/menit. Denyut nadi
istirahat yang lebih dari 100 kali/menit disebut takikardi. Kondisi fisiologis yang
dapat menyebabkan terjadinya takikardi yaitu olah raga, kehamilan, dan faktor
emosi seperti stres dan gangguan cemas (Larson, 2007).
Kondisi patologis yang dapat menyebabkan terjadinya takikardi adalah
demam, anemia, hipoksia, hipertiriod dan kardiomiopati. Denyut nadi istirahat
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Maximum heart rate (HR max) adalah
denyut jantung yang dapat dicapai oleh seseorang pada saat berolahraga dan
tergantung umur. Pengukuran maximum heart rate yang paling akurat adalah
dengan cardiac stress test. Subjek melakukan olahraga sambil dimonitor dengan
ECG. Intensitas exercise terus ditingkatkan secara periodik dan terus ditingkatkan
sampai terjadi perubahan pada fungsi jantung yang terdeteksi pada ECG dan
kemudian exerciseharus dihentikan. Durasi latihan berkisar antara 10 sampai 20
menit. Maximum heart rate dapat diperkirakan dengan menggunakan beberapa
formula (Monahan et al., 2001).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
11/162
11
Formula yang paling sering digunakan adalah formula Fox and Haskell.
Formula yang digunakan untuk memperkirakan maximum heart rate seseorang
adalah berdasarkan pada umur. Formula yang paling sering digunakan adalah
HRmax= 220 umur (laki-laki)
HR max = 226 umur (wanita)
HRmax = 220 setengah umur (pada obesitas)
Formula lain yang dapat digunakan antara lain :
HRmax= 206,3 (0,711 umur)
(oleh : "Londeree and Moeschberger dari University of Missouri)
HRmax= 217 (0,85 umur)
(Oleh : "Miller et al. dariIndiana University)
HRmax= 208 (0,7 umur)
( Disebut Metode Tanaka)
Target heart rate (THR) adalah rentang denyut jantung yang dicapai selama
melakukan latihan aerobik dimana jantung dan paru mendapat manfaat maksimal
dari latihan tersebut. Target heart rate tergantung pada umur, jenis kelamin,
kondisi seseorang dan latihan yang pernah dilakukan sebelumnya (Swain et al.,
1994). Perhitungan THR menggunakan beberapa metode yaitu :
Metode Karvonen
THR = ((HRmax HRistirahat) % intensitas) + HRistirahat
(intensitas dalam hal ini adalah 50% dan 85%)
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
12/162
12
Metode Zoladz
THR = HRmaxAdjuster 5 denyut/ menit
Zone 1Adjuster= 50 denyut/ menit
Zone 2Adjuster= 40 denyut/ menit
Zone 3Adjuster= 30 denyut/ menit
Zone 4Adjuster= 20 denyut/ menit
Zone 5Adjuster= 10 denyut/ menit
Heart rate reserve (HRR) adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perbedaan antara maximum heart ratedan denyut nadi istirahat.
Seseorang dengan tingkat kebugaran kardiovaskular yang baik, denyut jantung
istirahat akan semakin rendah dan HRR akan semakin tinggi. Persentase HRR
setara dengan persentase VO2 reserve (Colwin, 2009).
HRR = HRmax HRrest
Recovery heart rateadalah denyut jantung yang diukur setelah seseorang
melakukan aktivitas tertentu. Pengurangan denyut jantung yang cukup setelah
melakukan aktivitas tertentu menggambarkan fungsi jantung yang lebih baik.
Pengurangan denyut jantung setelah latihan yang kurang dari 12 kali/menit
berhubungan dengan resiko kematian. Latihan berat memerlukan waktu yang
lebih lama (kira-kira 30 menit) untuk kembali ke denyut jantung pada saat
istirahat (Colwin, 2009).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
13/162
13
Pemulihan denyut nadi adalah kecepatan penurunan denyut nadi atau
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai denyut nadi normal kembali seperti
sebelum melakukan aktivitas fisik. Pemulihan denyut nadi setelah latihan
merupakan suatu penanda tingkat kebugaran fisik atlet. Proses pemulihan
merupakan gambaran dari fungsi sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom terdiri
dari sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Arai et al., 2001).
Sistem saraf simpatis diaktivasi pada saat melakukan aktivitas fisik yaitu
peningkatan denyut jantung dan stroke volume jantung, sedangkan sistem saraf
parasimpatis memiliki fungsi yang berlawanan dengan sistem saraf simpatis yaitu
aktivasi saraf parasimpatis dapat menyebabkan proses pemulihan setelah aktivitas
fisik (Arai et al., 2001).
Pengukuran denyut jantung selama aktivitas merupakan suatu metode
untuk menilai cardiac strain. Alat yang dapat digunakan untuk menghitung
denyut nadi adalah telemetri dengan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG).
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan secara manual dengan memakai
stopwatch dengan metode 10 denyut (Colwin, 2009).
Metode tersebut dihitung dengan persamaan:
Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 denyut X 60
Waktu Penghitungan
Denyut nadi normal dalam keadaan istirahat sama dengan denyut jantung
sekitar 70 sampai 80 denyut per menit (Tortora et al., 2009). Berat ringannya
beban kerja dapat dinilai dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen,
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
14/162
14
kapasitas ventilasi paru dan suhu tubuh. Metabolisme tubuh semakin meningkat
jika aktivitas tubuh semakin tinggi sehingga kebutuhan oksigen semakin besar dan
frekuensi denyut nadi meningkat. Aktivitas tubuh yang semakin tinggi
menyebabkan peningkatan aliran darah untuk mensuplai zat makanan dan oksigen
ke jaringan otot sehingga jantung berkontraksi lebih cepat dan kuat yang akhirnya
akan meningkatkan denyut nadi (Grandjean et al., 1993).
Overtraining terjadi apabila tubuh melakukan aktivitas fisik yang berat
dalam jangka waktu lama tanpa disertai dengan pemulihan yang cukup.
Overtraining terjadi karena peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan
penurunan aktivitas sistem saraf parasimpatis. Denyut nadi seseorang yang sudah
terlatih lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih (Sedlock et
al., 2010). Pemulihan denyut nadi terjadi lebih cepat pada atlet dengan kapasitas
aerobik yang lebih tinggi. Pemulihan yang lebih cepat pada atlet dengan kapasitas
aerobik yang lebih tinggi terjadi karena pada atlet dengan kapasitas aerobik yang
lebih tinggi terjadi perubahan pada ventrikel kiri sehingga menyebabkan
peningkatan ejection fraction, pengisian ventrikel dan kontraktilitas miokardium
(Ostojic et al., 2011).
Pemulihan denyut nadi yang cepat sangat penting untuk mencegah kerja
jantung yang terlalu berat sehingga sangat penting untuk diterapkan dalam
program pelatihan atlet. Aktivasi sistem saraf parasimpatis merupakan hal yang
mendasari terjadinya pemulihan denyut nadi setelah latihan. Pemulihan denyut
nadi juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik, neural dan faktor humoral. Faktor lain
yang juga berperan dalam terjadinya pemulihan denyut nadi adalah stimulasi pada
kemoreseptor dan baroreseptor yang disertai dengan pembersihan metabolit dan
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
15/162
15
eliminasi panas tubuh dan katekolamin. Pemeriksaan denyut nadi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu status emosional, kebisingan, infeksi, obat-obatan yang
dapat mempengaruhi aktivitas sistem saraf simpatis dan parasimpatis (Bosquet et
al., 2010).
2.2 Pemulihan Dalam Pelatihan
Pengertian tentang pemulihan belum dikenal dan popular seperti
pemanasan, peregangan, dan pelatihan inti di kalangan pelatih dan atlet, sehingga
baik dalam tingkat pemahaman maupun pelaksanaannya masih sangat terbatas.
Atlet-atlet elit dalam program pelatihan selalu dipaksa untuk melewati batas
kemampuan fisiologis dan psikologisnya dan hal ini menutut suatu usaha yang
sepadan untuk diberikan proses pemulihan dan regenerasi setelah pelatihan
maupun pertandingan. Pemulihan dan regenerasi bukan hanya sebagai target
antara ketika atlet melewati suatu rangsangan pelatihan yang berat sehingga tidak
kehilangan koordinasi, kecepatan dan power kontraksi otot, tetapi juga bermanfaat
untuk terapi, menghambat kemungkinan kelelahan yang akut dan sindrom
pelatihan yang berlebihan (over training) (Bompa, 1994).
Masa pemulihan adalah suatu tahap yang diperlukan tubuh untuk kembali
seperti keadaan semula, kecepatan pemulihan atlet dapat menentukan prestasi
yang akan dicapai. Masa pemulihan dan kegiatan fisik yang akan digunakan
sangat berhubungan dengan sistem energi utama yang digunakan. Beban aktivitas
fisik yang diberikan saat pemulihan harus mempertimbangkan faktor usia,
kemampuan dan keadaan lingkungan. Proses pemulihan cadangan energi,
cadangan oksigen dan penurunan asam laktat terjadi pada masa pemulihan,
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
16/162
16
dimana masing-masing sistem memiliki ciri dan waktu pemulihan yang berbeda
(Bompa, 1994).
Atlet renang harus melakukan latihan fisik yang berat untuk mencapai
prestasi yang terbaik. Proses pemulihan memegang peranan yang sangat penting
dalam suatu pelatihan fisik agar pencapaian prestasi atlet tetap terjaga dengan
baik. Keseimbangan antara latihan fisik yang berat, ringan dan istirahat diperlukan
dalam suatu program pelatihan (Michael et al., 2003).
Latihan fisik yang berat dapat menyebabkan perubahan yang signifikan
pada homeostasis tubuh dan jika disertai dengan proses pemulihan yang cukup
dapat menyebabkan perbaikan pencapaian prestasi atlet. Proses pemulihan yang
cukup sangat penting karena perbaikan pencapaian prestasi atlet terjadi selama
proses pemulihan bukan selama latihan fisik dilakukan. Keseimbangan antara
latihan fisik dan pemulihan merupakan kunci untuk memperbaiki pencapaian
prestasi atlet (Michael et al., 2003).
Pemberian jeda antara latihan fisik (periodization) sangat penting dalam
pelatihan. Seorang atlet harus menjalani latihan fisik dengan intensitas dan
volume latihan yang sangat berat untuk mencapai prestasi terbaik. Latihan fisik
dengan intensitas dan volume tinggi merupakan latihan yang sangat membebani
fisik atlet tetapi latihan tersebut sangat penting untuk memperbaiki pencapaian
prestasi atlet. Latihan fisik yang berat akan dapat memperbaiki pencapaian
prestasi atlet jika diikuti dengan pemulihan yang cukup (Darryl et al., 2004).
Latihan fisik yang terlalu berat yang tidak disertai dengan pemulihan yang
cukup dapat menyebabkan terjadinya overtraining yang ditandai dengan
penurunan pencapaian prestasi atlet dan juga gangguan kesehatan atlet tersebut.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
17/162
17
Pemulihan dari overtrainingdapat berlangsung selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan dan setelah itu atlet tidak akan bisa kembali mencapai kondisi
fisik seperti sebelum terjadi overtraining sehingga pemulihan sangatlah penting
untuk mencegah terjadinya overtraining (Darryl et al., 2004).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat terjadinya
pemulihan atlet yaitu dengan melakukan proses pemulihan yang tepat setelah atlet
melakukan aktivitas fisik. Tujuan dari suatu metode pemulihan adalah untuk
mempercepat pemulihan dan untuk memperbaiki pencapaian prestasi atlet. Proses
pemulihan adalah suatu proses yang sangat kompleks dan salah satu indikator
proses pemulihan adalah penurunan denyut nadi (Hocutt et al., 1997).
2.2.1 Pemulihan Cadangan Fosfagen
Jumlah total energi dalam sistem fosfagen pada semua susunan otot dari
seorang atlet pria adalah setara dengan sekitar 0,6 mol ATP/ gram otot, sedangkan
pada wanita 0,3 mol ATP/ gram otot, dan cadangan energi ini hampir seluruhnya
dihabiskan pada pelatihan fisik maksimum selama 10 15 detik, namun sistem
glikogen asam laktat dapat mengisi kembali sistem fosfagen dengan kecepatan 2,5
mol ATP/ menit dan sistem aerob dapat mengisi kembali dengan kecepatan 1 mol
ATP/ menit (Scott, 2005).
Fosfagen secara normal akan terisi kembali dengan waktu paruh 20-30
detik. Pembentukkan cadangan fosfagen akan pulih sebesar 75 % selama 6 menit
dan akan kembali pulih secara penuh antara 10-30 menit, dan cadangan ATP akan
pulih kembali sebesar 57% selama 15 detik pemulihan dan ATP akan pulih
sebesar 70% selama 30 detik, sedangkan untuk mencapai 100% memerlukan
waktu 3-5 menit (Scott, 2005).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
18/162
18
Simpanan ATP-CP yang sebagian terpakai selama pelatihan dapat diisi
kembali selama masa pemulihan melalui sistem aerobik, oleh sebab itu pada
pelatihan yang menggunakan pemulihan berselang (interval recovery) sebagian
dari ATP-CP dan oksigen pada mioglobin akan terbentuk kembali sehingga
sumber energi yang akan menggunakan sistem asam laktat akan lebih dihemat.
Pelatihan dengan intensitas yang tinggi simpanan ATP-CP akan habis dalam
beberapa menit dan pembentukan ATP selanjutnya akan berlangsung melalui
sistem asam laktat yang mengakibatkan terjadinya peningkatan asam laktat (Scott,
2005).
2.2.2 Pemulihan Glikogen Otot
Pemulihan glikogen otot pada pelatihan yang melelahkan bukanlah hal
yang sederhana, membutuhkan waktu berjam-jam bahkan sampai berhari-hari jika
dibandingkan dengan waktu pemulihan yang diperlukan oleh sistem metabolisme
fosfagen. Proses pemulihan melalui 3 kondisi yang berlainan, pertama pada orang
dengan diet tinggi karbohidrat, kedua pada orang dengan diet tinggi lemak/ tinggi
protein dan ketiga pada orang tanpa makanan. Seorang atlet dengan diet tinggi
karbohidrat, pemulihan penuh akan terjadi selama 2 hari, pada diet tinggi lemak/
tinggi protein dan tanpa makanan memerlukan waktu 5 hari untuk terjadi
pemulihan secara penuh (Guyton dan Hall, 2011).
Pemulihan glikogen otot sangat tergantung pada tipe pelatihan yang
menyebabkan pengosongan glikogen otot. Terdapat 2 kelompok besar tipe
pelatihan yang menyebabkan pengosongan glikogen dan kecepatan pemulihannya
yaitu :
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
19/162
19
a. Aktivitas fisik dengan intensitas ringan dan durasi lama seperti lari
marathon. Pembentukan kembali glikogen dibutuhkan waktu antara 1-2
jam dan bahkan sampai berlangsung 5 hari bila tanpa diet karbohidrat. Jika
dilakukan diet karbohidrat tinggi dalam waktu 10 jam akan terjadi
pengisian kembali glikogen mencapai 60 % dan akan terisi secara penuh
selama 46 jam.
b. Aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dengan durasi pendek dan
berulang-ulang seperti tinju, gulat, sepakbola. Pembentukan kembali
glikogen akan terjadi antara 30 menit sampai 2 jam dan pembentukan
kembali secara sempurna memerlukan waktu 24 jam. Pembentukan
kembali glikogen untuk kegiatan fisik berintensitas tinggi dengan waktu
singkat dan berulang-ulang akan terjadi pada 2-24 jam setelah aktivitas
fisik dengan rincian pengisian seperti berikut. Selama 2 jam akan terjadi
pembentukan kembali glikogen sebesar 39%, selama 5 jam akan terbentuk
glikogen sebesar 53% dan akan terbentuk kembali glikogen sebesar 100%
selama 24 jam.
Dianjurkan untuk tidak melakukan pelatihan yang melelahkan dalam 24-
48 jam terakhir sebelum suatu lomba yang melelahkan walaupun pembentukan
glikogen dapat dilakukan dengan diet karbohidrat tinggi (Guyton dan Hall, 2011).
2.2.3 Pemulihan Cadangan Oksigen
Laju pemakaian oksigen masih tetap tinggi tingkatannya untuk beberapa
menit setelah melakukan pelatihan yang berat dan secara perlahan-lahan kembali
ke keadaan normal. Kelebihan penggunaan oksigen (O2) setelah pelatihan disebut
oxygen debt. Kekurangan oksigen didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
20/162
20
penggunaan oksigen setelah pelatihan/olahraga dan oksigen yang disediakan
(Bonifazi et al., 1993).
Kekurangan oksigen menggambarkan banyaknya energi yang seharusnya
dikeluarkan untuk memulihkan keadaan dari kelelahan selama melakukan
pelatihan yang berat. Hutang oksigen disebabkan oleh pemakaian oksigen yang
telah tersimpan dari berbagai bagian tubuh yaitu pada keadaan normal sekitar 0,3
liter oksigen disimpan di dalam otot dan diikat oleh mioglobin, 1 liter oksigen
secara normal diikat oleh hemoglobin dalam darah dan 0,5 liter terdapat dalam
udara paru-paru dan sekitar 0,25 liter larut dalam seluruh cairan tubuh (Bonifazi et
al., 1993).
Oksigen digunakan oleh otot selama pelatihan dan oleh karena itu harus
segera diganti setelah pelatihan selesai. Hutang oksigen juga dapat berakumulasi
karena berkurangnya sistem fosfagen dan glikogen-asam laktat. Diperlukan
sebanyak 2 liter oksigen untuk mengisi kembali sistem glikogen non laktat
(fosfagen) dan sebanyak 8 liter oksigen diperlukan untuk mengisi sistem
glikogen-asam laktat yang habis (Bonifazi et al., 1993).
Proses penyediaan energi untuk melakukan aktivitas fisik memerlukan
kerjasama antara metabolisme aerobik dan anaerobik, namun pada aktivitas fisik
yang mendekati tenaga aerobik maksimum maka metabolisme anaerobik lebih
berperan. Aktivitas fisik maksimal selama 10 detik memperoleh energi dari sistem
energi anaerobik sebesar 15% dan 85% dari sistem fosfagen. Pelatihan yang
melelahkan selama 2 menit melibatkan metabolisme anaerobik yang lebih
dominan dibandingkan dengan metabolisme aerobik (Guyton dan Hall, 2011).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
21/162
21
Hutang oksigen juga didefinisikan sebagai jumlah tambahan oksigen yang
harus dibawa ke dalam tubuh setelah suatu lomba atletik untuk mengembalikan
semua sistem metabolisme pada keadaan normal secara penuh. Hutang oksigen
(oxygen deficit) menunjukkan tingginya kebutuhan oksigen selama pelatihan yang
berat mengakibatkan hutang oksigen yang harus dibayar kembali untuk
membentuk ATP-CP, dan resintesis glikogen dari laktat secara sempurna (Avaloz
et al., 2003).
Pemulihan oksigen akan berlangsung melalui dua tahap menurut Fox et al.
(1993), disebut dengan komponen pemulihan cepat dan komponen pemulihan
lambat. Pembayaran hutang oksigen yang tidak terkait dengan asam laktat (hutang
oksigen non asam laktat) diperlukan untuk mengisi cadangan oksigen yang
memerlukan waktu hanya 2-3 menit. Pembayaran hutang oksigen yang diperlukan
untuk pembersihan asam laktat, terus dibayar secara perlahan selama paling
sedikit memerlukan waktu 1 jam, karena itu untuk olahraga yang menggunakan
sistem metabolisme glikogen-asam laktat, akan pulih sepenuhnya dalam waktu 1-
2 jam (Guyton dan Hall, 2011).
2.3. Adaptasi Sistem Kardiovaskuler selama Olahraga
Jantung merupakan suatu mesin biologi yang sangat menakjubkan yang terdiri
dari komposisi sel yang dilengkapi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang
sangat padat (lebih dari 2000 pembuluh darah kapiler/mm3). Kandungan
mitokondria pada volume sel otot rangka seorang yang tidak terlatih mengandung
mitokondria kurang dari 5%. Otot jantung dirancang sedemikian rupa untuk dapat
melakukan pengiriman oksigen dan juga dapat memetabolisme asam laktat,
lemak, gula darah dengan sangat efektif (Blomqvist, 2005).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
22/162
22
Pelatihan olahraga menyebabkan perubahan yang nyata pada sistem
sirkulasi. Aliran darah otot rangka pada saat istirahat hanya sekitar 2-4 mL/ 100g,
sedangkan pada kontraksi lebih dari 10% kontraksi maksimal, sudah mulai terjadi
penekanan terhadap pembuluh darah, sedangkan jika tegangan kontraksi otot
mencapai 70% kontraksi maksimal, aliran darah dalam otot akan terbatas. Jumlah
aliran darah ke dalam otot meningkat mencapai 30 kali lebih banyak pada saat
terjadi kontraksi otot (Ganong, 2012). Kenaikan aliran darah juga disebabkan oleh
vasodilatasi intramuskular yang disebabkan oleh pengaruh langsung kenaikan
metabolisme otot (Guyton dan Hall, 2011).
Kecepatan aliran darah sangat berpengaruh pada kecepatan zat-zat yang
akan dikirim dan dibuang. Darah merupakan medium yang sangat banyak
mengandung oksigen, karbondioksida, glukosa, asam amino, asam lemak dan ion
hidrogen serta hormon-hormon (Ketchum, 1999). Kebutuhan ATP meningkat
pada saat melakukanaktivitas fisik. Peningkatan aliran darah pada saat otot yang
berkontraksi meningkatkan kebutuhan oksigen (Guyton dan Hall, 2011).
Kecepatan metabolisme tubuh juga akan meningkat saat melakukan
pelatihan dibandingkan ketika istirahat. Diperlukan energi yang lebih banyak pada
saat otot melakukan pelatihan dibandingkan ketika istirahat duduk. Saat pelatihan
otot-otot memerlukan persediaan oksigen lebih banyak yang dibawa melalui
sirkulasi darah sehingga aliran darah ke otot harus lebih ditingkatkan (Blomqvist,
2005).
Terdapat hubungan linier antara kenaikan denyut jantung dengan
penambahan pengambilan oksigen dan penambahan pembebanan dengan
koefisien korelasi yang tinggi yaitu r=0,96 (Effendi, 1983). Pengaruh lain dari
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
23/162
23
pelatihan fisik adalah pada ukuran jantung yaitu pada remaja usia 14-18 tahun,
pelatihan daya tahan berakhir dengan bertambahnya ukuran jantung. Hal ini
dikenal sebagai Fisiologi Hipertropi dan perluasan regulatorydari bilik jantung.
(Kindermen et al., 1995).
Peningkatan curah jantung berhubungan dengan peningkatan aktivitas
saraf simpatik dan penurunan aktivitas saraf parasimpatik. Peningkatan peredaran
darah ke otot terjadi karena vasodilatasi yang disebabkan oleh saraf simpatik
kolinergik. Peredaran darah ke kulit dan daerah pencernaan dikurangi oleh
rangsang simpatik adrenergik yang menimbulkan vasokonstriksi. Keseimbangan
dalam redistribusi darah menyebabkan tekanan darah sistol menurun sangat
sedikit, meskipun terjadi dilatasi pembuluh darah otot secara luas (Behm dan
Barden, 1993). Peningkatan denyut jantung dan isi sekuncup disebabkan karena
peningkatan curah jantung (Vander, 1985).
Reaksi sistem kardiovaskuler terhadap kerja tergantung pada jenis
kontraksi yang dilakukan yaitu kontraksi yang bersifat isometrik atau isotonik.
Kontraksi isometrik atau isotonik fase awal terjadi perubahan denyut jantung yang
disebabkan oleh rangsangan pada medula oblongata (Behm dan Barden, 1993).
Kenaikan denyut jantung juga disebabkan karena berkurangnya tonus saraf
vagus yang disebabkan oleh rangsangan pada sistem saraf simpatik. Tekanan
darah sistol dan diastol meningkat dengan cepat pada kontraksi isometrik, tetapi
stroke volume tidak banyak berubah. Aliran darah ke otot yang sedang
berkontraksi berkurang oleh kompresi terhadap pembuluh darah, sedangkan pada
kontraksi isotonik justru terjadi penambahan isi sekuncup dan menurunnya
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
24/162
24
tahanan perifer, oleh karena itu kenaikan pada tekanan darah sistol tidak terlalu
tinggi dan tekanan darah diastol tidak berubah (Behm dan Barden, 1993).
Kenaikan curah jantung dapat mencapai 35 liter/menit dan sebanding
dengan jumlah pemakaian oksigen yang meningkat (Effendi, 1983). Denyut
jantung yang dapat dicapai selama kerja tergantung pada usia dan kemampuan
fisik seseorang, adapun formula yang dapat dipakai adalah 220 usia. Denyut
jantung pada anak-anak dapat mencapai nilai maksimal sekitar 200 kali/menit,
namun penelitian pada kelompok 100 pria dengan usia 60 tahun selama tes fisik
maksimal diperoleh data denyut nadi dengan rentang diantara 140-180 kali/menit
(Seiler, 1996).
Produksi energi dasar untuk metabolisme tubuh dan miokardium adalah
glukosa dan asam laktat. Pengambilan dan manfaat asam laktat ditentukan oleh
fungsi kardiovaskular, sedangkan pengambilan glukosa tidak dipengaruhi oleh
sirkulasi darah, namun oleh gerakan insulin. Pengambilan asam laktat terlihat
lebih tinggi pada kelompok yang tidak terlatih, namun pada kelompok yang
terlatih asam laktat digunakan untuk memperbesar energi metabolisme
(Kindermenn et al., 1995).
Sistem kardiovaskuler mempunyai tiga fungsi utama selama olah raga
yaitu : (1) Meningkatkan aliran darah dan jumlah oksigen ke otot skelet yang
sedang berkontraksi dan ke otot jantung; (2) Menjaga tekanan arteri untuk tetap
menjaga aliran darah ke otak tetap optimal; (3) Meminimalkan kemungkinan
terjadinya hipertermia akibat olah raga dengan mentransportasikan panas ke kulit
melalui pembuluh darah dan kemudian akan dievaporasikan melalui keringat.
Vasodilatasi secara cepat terjadi di otot skelet yang sedang berkontraksi pada saat
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
25/162
25
olahraga dimulai yang bertujuan untuk melepaskan metabolit vasoaktif yang
merupakan hasil metabolit dari kontraksi otot. Substansi ini berupa potassium, ion
hidrogen, laktat dan adenosine, dimana metabolit ini akan menyebabkan
terjadinya hiperkapnia, hipoksia dan hiperosmolaritas. Tekanan arteri meningkat
walaupun terjadi penurunan resistensi perifer di otot skelet, yang disebabkan
karena peningkatan cardiac output dan tekanan darah sistolik (Robinson et al.,
2000).
Cardiac output meningkat dari 5 liter/menit menjadi 20-25 liter/ menit
selama olah raga maksimal. Peningkatan cardiac output disebabkan karena
terjadi peningkatan denyut jantung dan stroke volume yang dimediasi oleh
aktivitas vagal, sistem saraf simpatis dan peningkatan adrenalin dalam darah yang
dihasilkan oleh medula adrenal. Pengaruh intensitas latihan yang berbeda terhadap
tekanan darah, denyut jantung dan konsumsi oksigen saat ini masih kontroversi
(Saltin, 1993).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa olahraga dapat menurunkan
tekanan darah pada periode pemulihan. Perubahan tekanan darah setelah olahraga
tidak konsisten. Tekanan darah tidak mengalami perubahan atau sedikit menurun
sebesar 30 mmHg setelah berolahraga pada seseorang dengan tensi normal.
Respon kardiovaskular dipengaruhi oleh jenis dan durasi latihan. Respon
neurologi dan hemodinamik terjadi selama olahraga dan berhubungan dengan
intensitas dan jenis olahraga. Intensitas olahraga yang berbeda akan menyebabkan
perubahan kardiovaskular yang berbeda pula (Saltin, 1993).
Sirkulasi yang lebih besar pada saat terjadi kontraksi otot juga diperlukan
untuk memungkinkan pembuangan zat-zat sisa metabolisme saat kontraksi otot
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
26/162
26
terjadi. Sistem kardiovaskular melakukan kompensasi dengan meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
berbagai nutrisi yang meningkat. Kecepatan maksimal denyut jantung manusia
dicapai pada ukuran sarkomer 2,2 mikrometer. Peningkatan atau pengurangan
ukuran sarkomer dapat menyebabkan penurunan kekuatan kontraksi otot jantung.
Overlappingantara filamen tipis dan filamen tebal pada otot jantung terjadi pada
ukuran sarkomer yang melebihi 2,2 mikrometer sehingga kontraksi otot jantung
menjadi tidak maksimal. Kontraksi otot jantung juga tidak maksimal pada ukuran
sarkomer kurang dari 2,2 mikrometer karena terjadi penurunan sensitivitas
myofilamen terhadap kalsium (Leon dan Bloor, 2008).
Respon kardiovaskular terhadap exercise dengan durasi lama dan
intensitas berat yaitu berupa peningkatan cardiac outputsecara cepat pada menit
pertama latihan dan kemudian mengalami fase plateau (menetap) pada menit
selanjutnya selama latihan. Peningkatan cardiac output akan menyebabkan
terjadinya peningkatan stroke volume dan denyut jantung. Stroke volume akan
meningkat pada awal latihan, kemudian menetap (plateau) dan akhirnya menurun
pada latihan yang lebih dari 30 menit (Leon dan Bloor, 2008).
Stroke volumemeningkat dengan cepat selama menit pertama latihan dan
menetap (plateau)setelah latihan mencapai kebutuhan oksigen 40-50% dari VO2
max. Peningkatan stroke volume tidak lagi tergantung pada intensitas latihan
apabila kebutuhan oksigen latihan sudah melebihi 50% dari VO2 max. Stroke
volume cenderung menetap selama 30 menit pertama latihan berat. Peningkatan
stroke volume ini disebabkan oleh peningkatan peningkatan pengisian jantung
(end diastolic volume) yaitu melalui mekanisme Frank-Starling. Peningkatan
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
27/162
27
kontraksi otot jantung karena stimulasi saraf simpatis. Peningkatan volume end-
diastolikventrikel kiri terjadi karena peningkatan jumlah darah yang kembali ke
jantung. Peningkatan jumlah darah yang kembali ke jantung disebabkan karena
peningkatan kontraktilitas otot jantung, vasokontriksi dan peningkatan cardiac
output (Robinson et al., 2000).
Stroke volume perlahan akan menurun walaupun masih diatas stroke
volume saat istirahat apabila latihan yang dilakukan lebih dari 30 menit.
Penurunan stroke volume setelah latihan lebih dari 30 menit disebabkan karena
stres termoregulator, keluarnya plasma darah dan peningkatan aliran darah ke
kulit melalui vasodilatasi pembuluh darah di bawah kulit untuk membuang panas.
Denyut jantung pada menit pertama latihan akan meningkat dengan cepat
kemudian akan menetap (plateau). Denyut jantung akan lebih meningkat apabila
latihan dilakukan lebih dari 30 menit karena pada saat latihan sudah dilakukan
lebih dari 30 menit, akan terjadi penurunan stroke volume (Wyatt dan Mitcell,
2004).
Perubahan pada berbagai variabel kardiovaskular (stroke volume dan
denyut jantung) pada latihan berat tanpa disertai dengan perubahan kerja jantung
disebut dengan cardiovascular drift. Cardiovascular driftdisebabkan karena pada
saat latihan dilakukan dengan durasi yang lama (lebih dari 30 menit) akan terjadi
vasodilatasi pembuluh darah di bawah kulit untuk melepas panas sehingga terjadi
kompetisi antara otot lurik dan kulit untuk mendapatkan darah (Saltin, 1993).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
28/162
28
2.4 Prestasi Atlet Renang Indonesia dalam Kejuaraan Dunia Internasional
Prestasi atlet renang Indonesia baik di tingkat Nasional maupun di tingkat
Internasional masih sangat kurang. Fakta ini dapat dilihat dari peringkat Indonesia
di cabang olahraga renang sejak Sea Games tahun 1997 sampai 2005. Tahun 1991
sampai 1997 dan tahun 1999 sampai 2003 prestasi Indonesia di cabang olahraga
renang tidak pernah mengalami lonjakan prestasi. Tahun 1997 sampai 1999 dan
tahun 2003 sampai 2005 prestasi Indonesia untuk cabang olahraga renang terus
mengalami penurunan (Ahmad, 2006).
Gambar 1.
Trend Prestasi Olahraga Renang Nasional di Tingkat Asia Tenggara (Ahmad,
2006)
2.5 Renang Gaya Bebas
Renang gaya bebas adalah semua gerakan-gerakan yang dibutuhkan dalam
melakukan renangan gaya bebas. Pembentukan keterampilan olahraga pada
umumnya banyak berhubungan dengan tindakan yang menyangkut gerakan-
gerakan koordinasi otot. Koordinasi gerakan dipengaruhi oleh fungsi saraf dan
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
29/162
29
diperoleh dari hasil belajar, oleh karena itu untuk memperoleh tingkat
keterampilan gerak yang tinggi diperlukan belajar dalam jangka waktu yang lama.
Proses belajar bertujuan agar fungsi sistem saraf dapat terkoordinasi dengan
sempurna yang menuju pada otomatisasi gerakan. Gerakan gaya bebas pertama
kali diperkenalkan oleh orang Australia yang bernama Crawl, gerakan yang
dilakukan yaitu dengan cara dua kali gerakan lengan dan disertai dua kali gerakan
kaki. Gerakan renang gaya bebas berkembang sesuai dengan penemuan-penemuan
baru dalam ilmu pengetahuan. Teknik renang gaya bebas menurut Dedeng (1994)
adalah sebagai berikut :
a. Posisi Badan
Posisi badan yang baik untuk gaya bebas adalah posisi yang dapat memberikan
gaya dorong maksimal dan mengurangi gaya hambat sampai minimal. Posisi
badan terlengkup, kepala sedikit di bawah permukaan air, bagian proksimal tubuh
sedikit lebih rendah dari pada bahu, dan tungkai lemas dan lurus ke belakang.
Teknik gerakan posisi badan renang gaya bebas adalah: (Dedeng, 1994)
a) Posisi badan dalam renang gaya bebas harus sejajar dan sedatar mungkin.
b) Tubuh harus berputar pada garis pusat atau pada rotasinya.
c) Hindari kemungkinan terjadinya gerakan tangan atau kaki yang berakibat
tubuh menjadi naik turun atau meliuk-liuk.
d) Sikap kepala normal dan pandangan lurus ke depan.
b. Gerakan Kaki
Fungsi kaki pada renang gaya bebas yang utama adalah sebagai stabilitator dan
sebagai alat untuk menjadikan kaki tetap tinggi dalam keadaan streamline,
sehingga tahanan menjadi kecil. Tendangan kaki pada gaya bebas membantu
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
30/162
30
menghasilkan dorongan tetapi pada kecepatan tinggi tendangan kaki tidak
memberikan tambahan dorongan kaki. Gerakan kaki pada renang gaya bebas
berperan sebagai tenaga dorong atau penggerak dan terutama sebagai pengatur
keseimbangan tubuh. Latihan gerakan kaki dilakukan di kolam dangkal (Dedeng,
1994).
c. Gerakan Lengan
Tahap tarikan menurut Hay dan James (1993) terjadi dari tiga bagian yaitu
tekanan awal (intial press), dayung ke dalam (inward scull), dan dayung ke luar
(outward scull).
1) Teknik gerakan lengan
Gerakan lengan pada renang gaya bebas berperan terutama sebagai tenaga
pendorong atau penggerak di samping sebagai pengaturan keseimbangan
tubuh.
2) Bentuk gerakan lengan
Gerakan lengan ditekankan pada gerakan menarik dan mendorong air secara
cepat.
2.6 Renang Gaya Dada
Gaya dada (breast stroke) sering disebut pula dengan gaya katak karena gerakan
dalam gaya dada ini mirip dengan katak. Gaya dada merupakan gaya yang paling
cepat dan mudah untuk dipelajari. Kebanyakan orang yang pertama kali belajar
berenang menggunakan gaya dada. Renang gaya dada dapat menempuh jarak
jauh. Kelemahan dari renang gaya dada adalah gaya renang yang paling lambat
jika dilihat dari segi kecepatannya. Teknik renang gaya dada adalah sebagai
berikut : (Richards, 2003).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
31/162
31
1. Sikap tubuh.
Sikap tubuh harus sedatar mungkin dengan permukaan air. Luruskan tubuh
ke depan, lengan menggapai ke muka, sementara dua kaki lurus ke
belakang. Usahakan agar posisi kaki sedikit lebih rendah dari lengan.
2. Gerakan Lengan
Gerakan lengan pada gaya dada terbagi menjadi dua bagian yaitu, gerakan
menarik dan istirahat. Gerakan menarik dimulai dari lengan menggapai ke
depan sehingga kedua telapak tangan saling bertemu dan menempel. Tarik
tangan ke luar dan ke bawah, yaitu ke samping kanan dan kiri selebar
bahu. Teruskanlah melakukan gerakan ini sampai lengan mencapai bagian
depan bahu dan telapak tangan saling bertemu di dada dengan kedua siku
dirapatkan (kembali ke posisi awal). Kedua tangan harus dalam keadaan
rileks, pada saat kembali pada posisi awal, yaitu sikap merapatkan kedua
telapak tangan lurus ke depan karena pada saat ini tangan sedang
melakukan gerakan istirahat.
3. Gerakan kaki
Kedua kaki dijulurkan di bawah permukaan air. Pandangan ke depan dan
kaki diluruskan sehingga kedua tumit rapat dan kedua ujung kaki
membuka. Tariklah tumit ke arah pantat sedangkan jari jari kaki ditarik ke
samping dan doronglah ke belakang. Dorongan kaki ini dilakukan dengan
sepakan/tendangan dan diputarkan pada saat yang bersamaan. Sepakan
kaki merupakan saat ketika kaki mulai diluruskan lagi sehingga kaki
kembali ke posisi terjulur seperti pada posisi awal.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
32/162
32
4. Gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan dilakukan pada saat lengan
ditarik ke samping dan dengan sendirinya kepala akan keluar dari
permukaan air. Tariklah napas sedalam-dalamnya ketika kepala keluar dari
permukaan air. Usahakanlah agar pengambilan udara dilakukan saat
kepala masih rendah dalam air. Pengeluaran udara dilakukan ketika muka
akan kembali masuk ke dalam air. Pengeluaran udara dilakukan sedikit
demi sedikit.
Kombinasi gerakan pada renang gaya dada menurut Brems (1997), adalah sebagai
berikut:
Posisi tubuh dalam keadaan sedatar mungkin dengan permukaan air. Luruskan
tubuh ke depan. Lengan ke depan sementara kaki lurus ke belakang, dan muka
sedikit terangkat.
1. Ulurkan kedua tangan ke depan kemudian tarik tangan ke luar, yaitu ke
samping kanan dan kiri selebar bahu. Kedua tangan kembali ke posisi awal
setelah gerakan menarik lengan yaitu lengan lurus ke depan dan lengan
dalam keadaan rileks.
2. Posisi kaki terjulur, tumit rapat dan kedua ujung kaki membuka, tarik
tumit ke arah pantat sedangkan jari jari kaki ditarik ke samping, kemudian
didorong ke belakang dan diputarkan pada saat yang bersamaan.
3. Pengambilan napas pada renang gaya dada dapat menentukan gerakan
koordinasi lengan dan kaki. Pengambilan napas dilakukan pada
pertengahan kayuhan saat tangan setengah jalan di waktu gerak menarik.
Muka akan terangkat keluar dari permukaan air pada saat pertengahan
gerakan kayuhan tangan. Pengeluaran napas dilakukan pada saat kedua
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
33/162
33
lengan membuat gerak melingkar, karena pada saat itu muka akan masuk
kembali ke bawah permukaan air sebatas alis.
4. Fase istirahat sejenak terjadi pada akhir gerakan, sehingga kaki dapat
menyelesaikan tendangan/sepakan. Tendangan kaki dilakukan pada saat
lengan sedang tidak menarik.
2.7 Bioenergetika Olahraga Renang
Prestasi seorang atlet renang ditentukan oleh kecepatan atlet (v) untuk
menyelesaikan jarak renang (d) dalam jangka waktu tertentu (t). Kecepatan
berenang merupakan hasil dari kecepatan kayuhan/stroke rate (SR), jarak yang
dicapai per satu kali kayuhan/ distance per stroke (d/S). Kecepatan yang
maksimal ditentukan oleh energi metabolik maksimal (E max) dan energi yang
dihabiskan untuk berenang/energy cost (Cs). Hambatan (D), efisiensi ( ) dan
kecepatan (v) menentukan kebutuhan metabolik (Capelli, 2010). Hambatan dalam
olah raga renang terdiri dari hambatan karena gesekan/friction sebesar 22%,
hambatan karena tekanan sebesar 55% dan hambatan karena gelombang sebesar
23%. Hambatan ini dapat diturunkan dengan cara latihan (Alves et al., 2001).
Energi yang dihabiskan saat berenang dipengaruhi oleh hambatan, energi
yang dilepaskan ke dalam air dan kerja internal. Energi total (Etot) merupakan
kombinasi antara energi aerobik dan anaerobik. Energi total semakin meningkat
dengan semakin meningkatnya kecepatan berenang. Energi total dapat diturunkan
dengan cara latihan. Energi yang dihabiskan saat berenang dalam kompetensi
renang (Cs) yang paling kecil adalah renang dengan gaya bebas, dan yang terbesar
adalah gaya punggung, kemudian gaya kupu-kupu dan gaya dada. Energi yang
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
34/162
34
dihabiskan selama berenang dengan gaya bebas lebih kecil dibandingkan dengan
berenang dengan gaya dada (Pendergast, 2011).
Kecepatan dalam renang ditentukan oleh energi yang dilepaskan saat
berenang dan energi metabolik perenang yaitu aerobik dan anaerobik. Energi yang
dibutuhkan pada saat fase aerobik dapat dihitung dari kecepatan konsumsi
oksigen. Energi yang dibutuhkan pada saat fase anaerobik dapat dihitung dari
kadar asam laktat dalam darah vena atlet (Pendergast, 2011).
Kecepatan (m/s)
Gambar 2.
Grafik Hubungan antara Energi Total (Aerobik dan Anaerobik) dengan Kecepatan
pada Beberapa Gaya Renang (Zamparo, 2010)
Tahanan dalam air adalah faktor utama yang menentukan besarnya energi
yang dibutuhkan dalam berenang. Hambatan dalam air terdiri dari
gesekan/friction, tekanan dan gelombang. Tahanan dalam air akan meningkat
secara teratur sebesar 86,2 + 4,3 Newton untuk setiap peningkatan kecepatan
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
35/162
35
sebesar 2,2 m/s. Tahanan tekanan air merupakan tahanan yang paling besar
diantara jenis tahanan lainnya pada semua tingkat kecepatan yaitu 76% pada
kecepatan 1,0 m/s, 63% pada kecepatan 1,5 m/s, 58% pada kecepatan 2,0 m/s, dan
54% pada kecepatan 2,2 m/s. Tahanan gesekan/friction yaitu 5% pada kecepatan
1,0 m/s, 10% pada kecepatan 1,5 m/s, 15% pada kecepatan 2,0 m/s, 18% pada
kecepatan 2,2 m/s dan pada tahanan gelombang air yaitu 0% pada kecepatan 1,0
m/s, 12% pada kecepatan 1,5 m/s, 21% pada kecepatan 2,0 m/s, 24% pada
kecepatan 2,2 m/s. Tahanan gelombang sama pentingnya dengan tahanan tekanan
air saat atlet berenang dengan kecepatan diatas 1,5 m/s. Kekuatan dorongan harus
sama besarnya dengan tahanan dalam air pada kecepatan berenang yang konstan
(Mollendrof, 2010).
Kecepatan maksimal ditentukan oleh kekuatan dorongan yang maksimal
yaitu dengan kekuatan dan kecepatan otot yang maksimal. Jumlah kayuhan
lengan/ stroke frequency (SF) dan jarak yang ditempuh per satu kali kayuhan
lengan atau distance/stroke (d/S) yang terbaik dicapai dengan berenang dengan
menggunakan gaya bebas dibandingkan dengan ketiga gaya renang lainnya.
Seorang atlet renang harus dapat memaksimalkan jarak yang ditempuh per satu
kali kayuhan lengan atau distance/stroke (d/S), sehingga dapat tercapai jumlah
kayuhan lengan/ stroke frequency (SF) dan kecepatan (v) semaksimal mungkin
(Craig dan Pendergast, 2010).
Kecepatan renang dapat dicapai dengan memaksimalkan jumlah kayuhan
lengan/ stroke frequency (SF) karena apabila jarak yang ditempuh per satu kali
kayuhan lengan atau distance/stroke (d/S) dimaksimalkan, hal itu akan
menyebabkan jumlah kayuhan lengan akan berkurang. Seorang atlet renang harus
dapat menentukan komponen apa yang akan dimaksimalkan dalam suatu teknik
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
36/162
36
berenang untuk dapat mencapai kecepatan renang semaksimal mungkin (Termin,
2001).
2.8 Pelatihan Kecepatan
Kecepatan merupakan salah satu komponen dasar motorik yang penting untuk
menunjang keterampilan dan prestasi atlet. Hampir seluruh cabang olah raga
memerlukan kecepatan. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-
gerakan sejenis secara berturut-turut, atau kemampuan untuk menempuh jarak
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan akan lebih optimal apabila
didukung oleh komponen biomotorik lainnya seperti kekuatan, daya tahan dan
kelentukan (Publow, 1999).
Pelatihan untuk meningkatkan komponen biomotorik kecepatan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode progresif dan dengan metode
maksimum. Metode progresif pelatihannya diawali dengan intensitas, volume dan
frekuensi yang rendah dan secara bertahap terus ditingkatkan sampai mencapai
maksimum. Pelatihan dengan metode maksimum, intensitas, volume dan
frekuensi pelatihannya langsung pada beban maksimum (Publow, 1999).
2.9 Metabolisme Energi pada Olahraga Renang
Tiga sistem energi yang berperan dalam olahraga renang yaitu sistem energi ATP-
PC untuk gerakan eksplosif, sistem energi glikolisis anaerobik (asam laktat) untuk
renang intensitas tinggi dengan jarak pendek dan sistem energi glikolisis aerobik
untuk renang jarak jauh. Renang sprint gaya bebas jarak 50 meter memerlukan
kontraksi otot-otot besar. Kontraksi otot-otot besar berfungsi untuk dapat
menghasilkan energi yang tinggi yaitu lebih dari 200 mLO2.kg-1.min-1. Otot-otot
besar mengandung banyak serat otot tipe II (fast twitch fibers) dengan energi
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
37/162
37
glikolitik yang tinggi sehingga energi yang dihasilkan lebih besar. Simpanan ATP
dan fosfokreatin berkurang dengan cepat dan proses glikolisis akan segera terjadi
untuk tetap menjaga produksi energy. Glikolisis akan menjadi sumber utama
penghasil energi untuk kontraksi otot. Pada renang sprint 50 meter akan terjadi
peningkatan asam laktat yang cukup tinggi yaitu 12-14 mmol. L-1 yang
menyebabkan terjadinya asidosis (Rodriguez et al., 2010).
Gambar 3
Grafik Sistem Energi pada Renang Sprint(Rodriguez et al., 2010)
Klasifikasi sistem energi menurut Australian Institute of Sport dibagi
menjadi 2 yaitu sistem energi aerobik dan anaerobik. Peralihan antara sistem
energi aerobik dan anaerobik disebut anaerobik threshold (AT). Laktat threshold
(LT) adalah pada saat kecepatan renang tertentu mulai dimana asam laktat dalam
darah mulai terakumulasi (Carew et al., 2003).
Renang dengan intensitas rendah yaitu dengan kecepatan renang kurang
dari 72 second per 100 meter (A1), renang dengan kecepatan sedang yaitu 68-72
second per 100 meter (A2), A3 adalah kecepatan renang 64-68 second per 100
Sumber energi glikolitik laktat
Sumber energi glikolitik
non laktat/
phosphagenSumber energi
aerobik
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
38/162
38
meter dan A4 adalah kecepatan renang 56-64 second per 100 meter. Kadar asam
laktat pada renang intensitas rendah (A1) adalah kurang dari 2 mMol dan sumber
energi berasal dari sistem aerobik. Grafik antara kecepatan renang, kadar asam
laktat dan sumber energi dapat dilihat pada grafik di bawah ini (Carew et al.,
2003).
Gambar 4
Grafik Hubungan antara Kecepatan Renang, Asam Laktat dan Sistem Energi
(Carew et al., 2003)
Metabolisme energi dan peranan ketiga sistem energi (sistem energi posphagen,
anaerobik dan aerobik) dalam olahraga renang sangat bervariasi tergantung jarak
dan kecepatan renang. Sumber energi sebagian besar berasal dari sistem anaerobik
pada renang jarak pendek, sebaliknya pada renang jarak jauh (800-1500 meter)
energi sebagian besar berasal dari sistem aerobik. Peranan ketiga sistem energi
dalam berbagai jarak renang dapat dilihat pada tabel 1 (Feran et al., 2010).
Laktat(mM
)
Kecepatan (second/100
meter)
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
39/162
39
Tabel 1
Metabolisme Energi pada Olahraga Renang
JARAK FOSFAGEN (%) ANAEROBIK
(%)
AEROBIK (%)
50 m 38 58 4
100 m 20 39 41
200 m 13 29 58
400 m 6 21 73
800 m 4 14 82
1500 m 3 11 86
Sumber : Ferran et al., 2010
Metabolisme energi tidak lepas dari besarnya energi yang dibutuhkan
dalam berenang. Energi per satuan jarak (Cs) pada semua gaya renang adalah
konstan pada saat kecepatan renang 1,7 m/s; 1,4 m/s; 1,35 m/s dan 1,3 m/s, tetapi
pada saat kecepatan renang melebihi kecepatan tersebut, energi per satuan jarak
(Cs) akan meningkat. Peran sistem energi pada berbagai gaya renang adalah
sebagai berikut 12,3 + 1,4% sampai 27,6 + 2,0% berasal dari sistem energi
anaerobik non laktat/fosfagen; 21,6 + 6,4% sampai 62,4 + 3,8% berasal dari
sistem energi aerobik dan 25,3 + 2,8% sampai 50,9 + 8,4% berasal dari sistem
energi anaerobik laktat. Gambaran ini berlaku pada kecepatan renang dengan
intensitas sedang sampai cepat (Capelli et al., 1998).
Kecepatan berenang lambat untuk pemulihan aktif berkisar antara 0,8 m/s
sampai 1,4 m/s, dimana pada kecepatan ini yang berperan adalah sistem energi
aerobik dan produksi asam laktat kurang dari 2 mMol. Energi yang dibutuhkan
pada setiap kecepatan pada renang gaya bebas lebih kecil dibandingkan dengan
renang gaya dada. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
40/162
40
Tabel 2
Hubungan Kecepatan Renang dan Energi yang Dibutuhkan
KECEPATAN(m/s)
ENERGI YANG DIBUTUHKAN PADA TIAP GAYA RENANG(kJ/m)
Gaya Dada Gaya Kupu-kupu
GayaPunggung
Gaya Bebas
0,8 1,08 1,00 0,69 0,760,9 1,18 0,96 0,76 0,74
1,0 1,29 0,95 0,84 0,791,1 1,39 0,99 0,93 0,84
1,2 1,50 1,06 1,03 0,911,3 1,60 1,16 1,13 0,981,4 1,71 1,30 1,25 1,07
1,5 1,81 1,48 1,38 1,18
1,6 1,91 1,70 1,52 1,301,7 2,02 1,95 1,68 1,45
Sumber : Caputo et al., 2006
Energi yang dibutuhkan pada renang gaya dada lebih besar dibandingkan
dengan renang gaya bebas karena pada renang gaya dada harus ada koordinasi
antara gerakan lengan dan kaki untuk memungkinkan tubuh bergerak meluncur
sambil mengangkat tubuh bagian atas bergerak ke atas permukaan air. Energi
yang lebih besar dibutuhkan pada renang gaya dada karena renang gaya dada
merupakan gaya renang yang pada siklus gerakannya, tubuh melawan arah gerak
renang sehingga diperlukan energi yang lebih banyak untuk melawan tahanan
dalam air pada setiap peningkatan kecepatan renang (Holfelder et al., 2013).
Peningkatan kebutuhan oksigen pada saat latihan fisik yang berat terjadi
pada menit pertama. Peningkatan kebutuhan oksigen akan digunakan untuk
memproduksi ATP untuk kontraksi otot. Keseimbangan antara oksigen yang
dibutuhkan dengan oksigen yang disediakan terjadi pada menit ke 3 sampai 4
akan. Fase ini disebut dengan fase plateau dimana fase ini menggambarkan
keseimbangan antara energi yang digunakan untuk kontraksi otot dengan produksi
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
41/162
41
ATP oleh sistem energi aerobik. Peningkatan kebutuhan energi dari keadaan
istirahat terjadi pada saat memulai aktivitas fisik (Brooks et al., 2011).
Defisit energi terjadi karena adanya keterlambatan distribusi oksigen ke
mitokondria sel otot yang sedang berkontraksi. Sistem energi anaerobik
intramuskular (sistem energi ATP-PC dan glikolisis laktat) menyediakan energi
pada saat terjadi defisit oksigen sampai keadaan steady state tercapai. Energi dan
oksigen yang dibutuhkan selama dan setelah aktivitas fisik dapat dilihat pada
gambar di bawah ini (Andreacci et al., 2010).
Gambar 5
Grafik Energi dan Oksigen yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Aktivitas Fisik
Berat (Andreacci et al., 2010)
VO2(mL/menit)
Istirahat Aktivitas Penyimpanan
oksigen&resintesis energi
pada fase
pemulihan
Waktu
(menit)
Debet/simpanan
oksigen
Oksigen yang
dibutuhkan
Oksigen yang
disediakan
AKTIVITAS FISIK BERAT
Defisit
oksigen
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
42/162
42
Jumlah oksigen yang dikonsumsi pada masa pemulihan yang jumlahnya
melebihi jumlah oksigen yang dikonsumsi selama istirahat disebut dengan
kelebihan konsumsi oksigen setelah aktivitas fisik / excess post exercise oxygen
consumption(EPOC). EPOC menggambarkan jumlah defisit oksigen yang terjadi.
Penurunan konsumsi oksigen terjadi selama fase pemulihan. Penurunan konsumsi
oksigen selama fase pemulihan terjadi dalam 2 fase yaitu komponen cepat dimana
penurunan konsumsi oksigen terjadi dengan cepat kemudian diikuti dengan
komponen lambat dimana penurunan konsumsi oksigen terjadi secara lambat
(Brent et al., 2011).
Komponen cepat menggambarkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk
mengembalikan cadangan ATP dan fosfokreatin di dalam otot. Resintesis ATP
dan fosfokreatin 70% terjadi pada 30 detik pertama pada fase pemulihan dan
resintesis ATP dan fosfokreatin 100% terjadi pada menit ke 3 pada fase
pemulihan. Energi yang dibutuhkan pada renang gaya dada lebih besar
dibandingkan dengan renang gaya bebas sehingga akan meningkatkan jumlah
oksigen yang dikonsumsi setelah melakukan aktivitas fisik sehingga kurang
efektif untuk pemulihan cadangan ATP dan fosfokreatin (Brent et al., 2011).
2.10 Metode Pemulihan pada Olahraga Renang
Pengertian bergerak atau aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi. Olahraga adalah suatu bentuk
aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh
berulang dan ditujukan untuk kebugaran jasmani (Karim, 2002). Jaringan otot
berperan dalam homeostasis dengan menghasilkan pergerakan tubuh, pergerakan
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
43/162
43
bagian tubuh, menstabilkan posisi tubuh dan memproduksi panas yang berfungsi
untuk mempertahankan temperatur tubuh (Tortora et al., 2009). Aktivitas fisik
akan menyebabkan perubahan dalam konsumsi oksigen, heart rate, temperatur
tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh. Aktivitas fisik dikelompokkan
oleh Davis dan Miller :
a. Aktivitas total seluruh tubuh adalah aktivitas fisik yang menggunakan sebagian
besar otot biasanya melibatkan dua per tiga atau tiga per empat otot tubuh.
b. Aktivitas otot yang membutuhkan energy expenditure karena otot yang
digunakan lebih sedikit.
c. Aktivitas otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja
mekanik yang membutuhkan kontraksi sebagian otot
Metode pengukuran aktivitas fisik dilakukan dengan menggunakan standar :
a. Konsep Horse-Power oleh Taylor.
b. Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.
c. Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen.
Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan secara objektif, dengan dua
metode yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode
pengukuran langsung yaitu dengan pengukuran energi yang dikeluarkan (energy
expenditure) melalui asupan oksigen selama beraktivitas. Berat beban kerja
semakin berat akan menyebabkan semakin banyak energi yang diperlukan atau
dikonsumsi. Metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, tetapi
hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan
khusus. Metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut
nadi selama aktivitas (Plowmanet et al., 2008).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
44/162
44
Pemulihan dari suatu aktivitas dapat dicapai dengan melakukan suatu
metode pemulihan. Metode pemulihan pada olahraga renang dengan berenang
lambat sangat efektif dalam pemulihan atlet renang karena air dapat menyebabkan
perubahan fisiologis pada tubuh sehingga dapat mempercepat pemulihan
(Wilcock, 2006). Metode pemulihan dengan berenang lambat juga merupakan
faktor yang efektif untuk aktivasi sistem saraf parasimpatis selama proses
pemulihan (Buccheit et al., 2009).
Metode pemulihan pada olahraga renang saat ini menggunakan metode
pemulihan secara aktif dengan berenang lambat yang diyakini dapat memperbaiki
pencapaian prestasi atlet renang. Metode pemulihan secara aktif pada olahraga
renang harus dilakukan dengan intensitas yang rendah karena apabila metode
pemulihan secara aktif dilakukan dengan intensitas tinggi disertai dengan latihan
renang sprint berulang dengan interval yang pendek yaitu 45 detik akan
menyebabkan penurunan kondisi fisik atlet renang yang disebabkan karena
gangguan sintesis kembali fosfokreatin (Toubekis, 2010). Metode pemulihan
secara aktif pada olah ragarenang dapat dilakukan menggunakan keempat gaya
renang. Pada metode pemulihan aktif yang menggunakan gaya bebas, jarak yang
ditempuh adalah 50-800 meter, sedangkan bila menggunakan gaya dada,
punggung atau gaya kupu-kupu jarak yang ditempuh adalah 50-200 meter
(Cazorla dan Beam, 1983).
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
45/162
45
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1Kerangka Berpikir
Olahraga renang adalah salah satu cabang olahraga yang sangat populer. Olahraga
renang melibatkan kelompok otot pada tubuh bagian atas dan bawah. Olahraga
renang membutuhkan kelentukan (fleksibility) dan kekuatan otot untuk melawan
tahanan di dalam air dan dapat melakukan gerakan dengan lingkup gerak sendi /
range of motionyang maksimal. Peregangan tubuh dan ekstremitas secara ritmis
dilakukan pada olahraga renang sehingga perlu dilakukan pemanasan sebelum
berenang dan pemulihan setelah berenang untuk mencegah terjadinya cedera.
Masa pemulihan adalah suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk
mengembalikan energi tubuh, memperbaiki jaringan otot yang rusak setelah
berolahraga, dan memulai suatu proses adaptasi tubuh terhadap olahraga.
Efektifitas suatu program pelatihan terhadap fungsi kardiovaskular dapat dinilai
dari perubahan denyut nadi yang diakibatkannya. Penurunan denyut nadi dan
tekanan darah setelah selesai latihan disebabkan karena kebutuhan oksigen dan
nutrisi lainnya sudah kembali seperti sebelum melakukan aktivitas fisik.
Penurunan denyut nadi setelah latihan terjadi karena aktivasi sistem saraf
parasimpatis dan penurunan fungsi sistem saraf simpatis sehingga denyut nadi
berangsur-angsur menurun setelah melakukan aktivitas fisik.
Metode pemulihan yang tepat perlu dilakukan untuk mempercepat
pemulihan atlet setelah latihan fisik. Metode pemulihan aktif dengan berenang
lambat dapat mengembalikan kondisi fisik atlet setelah suatu pertandingan atau
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
46/162
46
latihan maksimal dan metode pemulihan ini direkomendasikan oleh pelatih-
pelatih renang saat ini. Pemulihan denyut nadi adalah kecepatan penurunan denyut
nadi setelah melakukan aktivitas fisik, dimana pemulihan denyut nadi merupakan
suatu penanda tingkat kebugaran fisik atlet.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi pemulihan denyut nadi adalah
umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh dan tingkat kebugaran fisik sedangkan
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemulihan denyut nadi adalah suhu
udara, kelembaban udara dan suhu air kolam. Metode pemulihan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode pemulihan dengan berenang lambat gaya
bebas sejauh 200 meter dan berenang lambat gaya dada sejauh 200 meter. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pelatih renang dan atlet sebagai
salah satu metode pemulihan dalam pelatihan cabang olahraga renang.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
47/162
47
3.2Konsep Penelitian
Gambar 6
Bagan Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dirumuskan berdasarkan konsep penelitian pada
gambar 6, adapun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
Pemulihan berenang lambat gaya bebas lebih efektif dibandingkan dengan
pemulihan berenang lambat gaya dada dalam mempercepat pemulihan denyut
nadi setelah latihan maksimal pada atlet renang pria grup renang Bayusuta di
Denpasar.
FAKTOR
EKSTERNAL
Suhu Udara, Suhu
Air, Kelembaban
Udara
FAKTOR
INTERNAL
Umur, Jenis
Kelamin, Indeks
Massa Tubuh,
Tingkat
Kebugaran Fisik
AKTIVITAS FISIK
(berenang sprintgaya
bebas 50 meter)
METODE PEMULIHAN
1. Berenang LambatGaya Bebas2. Berenang Lambat
Gaya Dada
PENURUNAN
DENYUT NADI
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
48/162
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan metode pre test and post test control
group design, dimana pembagian sampel menjadi dua kelompok dilakukan secara
acak atau random. Bagan rancangan penelitian adalah sebagai berikut seperti pada
gambar 7.
Gambar 7.
Bagan Rancangan Penelitian
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
R = Random
RA = Random Alokasi
O1 = Observasi denyut nadi kelompok 1 sebelum dilakukan perlakuan
pertama (renang sprint 50 meter dan pemulihan berenang lambat
gaya bebas) yaitu penghitungan denyut nadi istirahat sebelum atlet
berenang sprint 50 meter.
P S
O1
O3
O2
O4
P1
P2
R RA
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
49/162
49
O2 = Observasi denyut nadi pada kelompok 1 setelah dilakukan perlakuan
pertama (berenang sprint gaya bebas 50 meter dan pemulihan
berenang lambat gaya bebas 200 meter) yaitu penghitungan denyut
nadi pelatihan setelah atlet berenang sprintgaya bebas 50 meter dan
penghitungan denyut nadi pemulihan meter dengan menggunakan
metodeBrouhasetelah atlet melakukan pemulihan berenang lambat
gaya bebas 200
O3 = Observasi denyut nadi kelompok 2 sebelum dilakukan perlakuan
kedua (berenang sprint 50 meter dan pemulihan berenang lambat
gaya dada) yaitu penghitungan denyut nadi istirahat sebelum atlet
berenang sprint 50 meter.
O4 = Observasi denyut nadi pada kelompok 2 setelah dilakukan perlakuan
kedua (berenang sprintgaya bebas 50 meter dan metode pemulihan
berenang lambat gaya dada 200 meter) yaitu penghitungan denyut
nadi pelatihan setelah atlet berenang sprintgaya bebas 50 meter dan
penghitungan denyut nadi pemulihan dengan menggunakan metode
Brouha setelah atlet melakukan pemulihan berenang lambat gaya
dada 200 meter
P1 = Perlakuan 1 : Berenang sprint gaya bebas 50 meter dan pemulihan
berenang lambat gaya bebas 200 meter.
P2 = Perlakuan 2 : Berenang sprint gaya bebas 50 meter dan metode
pemulihan berenang lambat gaya dada 200 meter.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
50/162
50
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kolam renang Tirta Ayu Denpasar Bali. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Februari 2014.
4.3 Penentuan Sumber Data
4.3.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah semua atlet renang yang ada di
Denpasar. Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah semua atlet renang yang
tergabung dalam kelompok atlet renang Bayusuta dan berlatih di kolam renang
Tirta Ayu Denpasar Bali yaitu sebanyak 46 orang.
4.3.2 Kriteria Inklusi
Sampel penelitian berasal dari populasi penelitian dan setelah memenuhi kriteria
inklusi. Kriteria inklusi :
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Usia 16-24 tahun
3. Tinggi badan 155-170 cm
4. Berat badan 45-60 kg
5. Indeks massa tubuh : normal (18,5 24,9)
6. Berbadan sehat dan tidak cacat fisik
7. Kategori kebugaran fisik kurang dan sedang
8. Denyut nadi awal 60-90 kali/menit
9. Bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed
consent
10. Mampu melakukan pelatihan maksimal
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
51/162
51
4.3.3 Kriteria Eksklusi
Kriteria yang dipergunakan sebagai dasar untuk menetapkan bahwa subjek dalam
populasi tidak dapat menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Memiliki riwayat penyakit paru
2. Memiliki riwayat penyakit jantung
4.3.4 KriteriaDrop Out
Kriteria yang digunakan sebagai dasar untuk membatalkan subjek dalam populasi
yang telah terpilih sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Subjek tidak dapat menyelesaikan beban pelatihan yang diberikan
2. Subjek mengalami cedera selama penelitian dilakukan
4.3.5 Jumlah Sampel Penelitian
Besar sampel ditentukan berdasarkan hasil penelitian Hidajah dimana kecepatan
pemulihan denyut nadi setelah beraktivitas berupa lari sejauh 2,4 km yang
sebelumnya diberi minuman isotonik berkadar natrium 5% rata-rata 680 detik dan
pada penelitian ini diharapkan pemulihan denyut nadi lebih pendek 10% dari
penelitian Hidajah sehingga 2 adalah 610 detik. Jumlah sampel minimal dalam
penelitian ini ditentukan dengan perhitungan rumus Pocock (2008).
( )
( )ba
mm
s,
22
12
2
-
=n
Ket :
n = Jumlah Sampel
s= Simpang baku = 72,92587
a= Tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)
Powerpenelitian(1-) = 0,95
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
52/162
52
b= Tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,2)
),( ba = 7,6
1 = 680 detik
2= 610 detik
n = 2. (72.92587)2 X 7,6
(610-680)2
=80836,37 =
4900
= 16,50
= dibulatkan menjadi 17 orang.
4.3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling sebagai
berikut :
1. Atlet renang yang terdaftar pada kelompok atlet renang pria grup renang
Bayusuta Denpasar Bali, ditetapkan sebagai sampel berdasarkan kriteria
inklusi.
2. Subjek yang terpilih berdasarkan kriteria inklusi, dipilih sebagai sampel
penelitian dengan menggunakan tabel random.
3. Subjek dibagi menjadi dua kelompok secara random alokasi dengan
melakukan pengundian untuk memperoleh nomor urut 1-17 untuk masing-
masing kelompok.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
53/162
53
4.4 Variabel Penelitian
Variabel Bebas :
1. Metode pemulihan berenang lambat gaya bebas
2. Metode pemulihan berenang lambat gaya dada
Variabel Tergantung :
Denyut nadi pemulihan
Variabel Kendali :
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Indeks massa tubuh
4. Tingkat kebugaran fisik
4.5Definisi Operasional Variabel
1. Metode pemulihan berenang lambat dengan gaya bebas adalah atlet
berenang secara lambat sejauh 200 meter (4x25 meter tanpa interval
waktu) dengan gaya bebas yaitu sampel berenang dengan gaya bebas
dengan kecepatan 40% sampai 50% dari kecepatan maksimal yang bisa
dicapai (0,76 m/s-1,1 m.s).
2. Metode pemulihan berenang lambat dengan gaya dada adalah atlet
berenang secara lambat sejauh 200 meter (4x25 meter tanpa interval
waktu) dengan gaya dada yaitu sampel berenang dengan gaya dada
dengan kecepatan 40% sampai 50% dari kecepatan maksimal yang bisa
dicapai (0,76 m/s-1,1 m.s).
3. Denyut nadi pemulihan adalah denyut nadi atlet setelah melakukan
salah satu metode pemulihan dengan berenang lambat dengan gaya
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
54/162
54
bebas dan gaya dada. Dihitung dengan metode Brouha yaitu denyut
nadi pemulihan P1, P2, P3, P4, P5. Pengukuran dilakukan di dalam
kolam renang sebelum atlet naik ke tepi kolam renang dan dilakukan
pada 2 orang atlet sekaligus serta diukur oleh 2 orang yang telah dilatih
untuk mengukur denyut nadi dengan menggunakanpulse meter.
1. Denyut nadi pemulihan P1 adalah denyut nadi per 30 detik
terakhir dari menit ke 1 pada pemulihan.
2. Denyut nadi pemulihan P2 adalah denyut nadi per 30 detik
terakhir dari menit ke 2 pada pemulihan
3. Denyut nadi pemulihan P3 adalah denyut nadi per 30 detik
terakhir dari menit ke 3 pada pemulihan
4. Denyut nadi pemulihan P4 adalah denyut nadi per 30 detik
terakhir dari menit ke 4 pada pemulihan
5. Denyut nadi pemulihan P5 adalah denyut nadi per 30 detik
terakhir dari menit ke 5 pada pemulihan
4. Jenis Kelamin adalah semua atlet renang grup renang Bayusuta yang
berjenis kelamin laki-laki.
5. Usia adalah semua atlet renang grup renang Bayusuta laki-laki yang
berusia antara 16-24 tahun yang ditentukan berdasarkan tanggal lahir yang
tertera di akte kelahiran.
6. Indeks Massa Tubuh adalah atlet renang grup renang Bayusuta laki-laki
yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 18,5-24,9 yang ditentukan dari
berat badan dibagi tinggi badan kuadrat.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
55/162
55
7. Tingkat Kebugaran Fisik adalah atlet renang grup renang Bayusuta laki-
laki yang memiliki tingkat kebugaran fisik sedang dan kurang yang diukur
dengan tes lari 2,4 kilometer.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Digital stopwatch merek Casio, buatan Jepang dengan tingkat ketelitian
sampai sekon.
2. Higrometer merek Alecto WS-100 buatan Inggris dalam satuan persen
dengan tingkat ketelitian satu angka di belakang koma untuk mengukur
kelembaban udara.
3. Termometer air raksa dalam satuan derajat Celsius dengan tingkat
ketelitian satu angka di belakang koma untuk mengukur temperatur air di
dalam kolam.
4. Termometer ruangan dalam satuan derajat Celsius dengan tingkat
ketelitian satu angka di belakang koma untuk mengukur suhu udara di
sekitar kolam renang.
5. Antropometer merek Harpenden buatan Amerika, dalam satuan sentimeter
dengan bilangan desimal satu angka di belakang koma untuk mengukur
tinggi badan.
6. Timbangan berat badan merek Camry buatan Jepang dalam satuan
kilogram dengan bilangan desimal satu angka di belakang koma dalam
satuan kilogram.
7. Pulse meter merek Elitech buatan Amerika dalam satuan kali per menit
dengan bilangan bulat tanpa angka di belakang koma.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
56/162
56
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Tahap Persiapan
1. Mempersiapkan surat izin penelitian 1 minggu sebelum penelitian dimulai.
2. Penandatanganan informed consent oleh sampel penelitian 3 hari sebelum
penelitian dimulai.
3. Pemeriksaan kesehatan fisik oleh dokter umum yang merupakan
mahasiswa di Program Studi Fisiologi Olah Raga Universitas Udayana
dan tes kebugaran fisik yang dilakukan oleh dosen Pendidikan Guru
Olahraga IKIP PGRI Denpasar dilakukan 2 hari sebelum penelitian
dimulai. Tes kebugaran fisik dilakukan dengan menggunakan metode lari
2,4 kilometer.
4. Mengadakan diskusi dengan subjek untuk menjelaskan tahap penelitian.
5. Membagikan nomor urut dan jenis metode pemulihan yang akan dilakukan
kepada semua sampel penelitian secara acak (menggunakan kertas yang
digulung).
4.7.2 Tahap Penelitian
1. Pengukuran temperatur air di dalam kolam renang, suhu udara dan
kelembaban udara di lingkungan kolam renang. Pengukuran dilakukan
pada pukul 17.00-19.30 WITA.
2. Pengukuran denyut nadi istirahat sebelum melakukan pelatihan fisik
dengan menggunakan alat pulse meter. Pengukuran dilakukan setelah
sebelumnya atlet duduk dengan tenang selama + 10 menit. Pengukuran
dilakukan pada 2 orang atlet sekaligus di tepi kolam renang dan diukur
oleh 2 orang yang telah terlatih menggunakanpulse meter.
-
7/24/2019 Tes Olah Raga Renang
57/162
57
3. Memberikan instruksi kepada 2 orang atlet renang untuk melakukan
pelatihan fisik ringan atau pemanasan (warming up)dengan lari di tempat
dan gerak aktif serta peregangan selama 10 menit di tepi kolam renang.
4. Dua orang atlet berenang sprintgaya bebas sejauh 50 meter (2x25 meter
tanpa interval waktu) pada 2 lintasan kolam renang. Waktu yang
dibutuhkan untuk masing- masing atlet adalah 30 detik sampai 40 detik.
5. Pengukuran denyut nadi akhir pelatihan maksimal adalah denyut nadi yang
diambil saat akhir melakukan pelatihan maksimal (berenang sprintsejauh
2x25 meter tanpa interval waktu), dihitung dengan menggunakan alat
pulse meter. Pengukuran dilakukan pada 2 orang atlet sekaligus dan
dilakukan di dalam kolam renang sebelum atlet naik ke tepi kolam renang.
6. Masing-masing atlet (2 orang atlet) melakukan metode pemulihan dengan
berenang lambat gaya bebas atau berenang lambat gaya dada 200 meter
(sesuai deng