Tertib masyarakat Jepang418484

12
Ditengah Bencana Dahsyat pun tampak wajah tertib masyarakat Jepang Dunia berdecak kagum dengan mentalitas masyarakat jepang. Disaat terjadi Gempa dan tsunami yang demikian dasyat dan mematikan, mereka ttp mengantri dengan tertib di supermarket untuk membeli kebutuhan pasca gempa dan tsunami terjadi. Bukan hanya di supermarket saja, bahkan ketertiban masyarakat negeri sakura itu terlihat di tengah kemacetan lalulintas ketika tsunami baru saja terjadi. Antrian tertib sangat terlihat dengan jelas (terang wartawan yang meliput) mereka berupaya tenang walau kemacetan sudah merajalela, apalagi ketika lampu jalan berubah menjadi hijau (sebelum kota mati lampu semua) pengemudi tidak saling serobot, namun bergerak cepat teratur walau hanya berlaku satu baris mobil saja yang dapat lewat. Klakson mobil hampir jarang terdengar hingar bingarnya, malah kata si penulis mereka saling mengucapkan kata terima kasih ketika seorang dari yang lain saling memberi jalan kepada mobil yang telah lama tidak kebagian jalan. seorang bernama Arakawa (salah seorang pengemudi) menulis hal itu pada akun twitter nya yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris oleh salah seorang translator bernama Aya Watanabe "@vida_es_bella". Watanabe menghimpun beberapa pengguna twitt sesama korban gempa untuk menunjukan ketertiban dan rasa kesetikawanan warga jepang dimata dunia. Masih dari berita jalan raya, seorang pengemudi mengatakan bahwa ia terjebak macet selama 10 jam untuk sampai kerumah dan iya mengaku "tidak pernah mendengar ada bunyi klakson sepanjang saya di jalan dan tidak ada seorang pun yang bersuara marah-marah". Hal ini jg terlihat distasiun kereta api ketika KA Tokyo Metro sempat menghentikan operasi keretanya dengan alasan demi keselamatan bersama. tidak terbayang banyaknya calon penumpang yang mengantri terlantar di stasiun, namun mereka dengan tenag dan sabar tetap menunggu kabar selanjutnya, sampai KA dapat beroperasi kembali. Para penumpang yang diwawancaraipun mengatakan "kami sangat senang dengan pelayanan mereka yang memikirkan keselamatan penumpang dan tetap melayani dengan senyum". Seorang lain yang bersal dari Oedo dan menuju Hikari Gaoka jg mengatakan "semua tertib berbaris menurut antriannya, walau tali partisi (pembatas, red) tidak terpasang, otomatis jarak dan baris tertata dengan sendiri nya, semua orang mengikuti

description

4848

Transcript of Tertib masyarakat Jepang418484

Page 1: Tertib masyarakat Jepang418484

Ditengah Bencana Dahsyat pun tampak wajah tertib masyarakat Jepang

Dunia berdecak kagum dengan mentalitas masyarakat jepang. Disaat terjadi Gempa dan tsunami yang

demikian dasyat dan mematikan, mereka ttp mengantri dengan tertib di supermarket untuk membeli kebutuhan pasca gempa dan tsunami terjadi.

Bukan hanya di supermarket saja, bahkan ketertiban masyarakat negeri sakura itu terlihat di tengah kemacetan lalulintas ketika tsunami baru saja terjadi. Antrian tertib sangat terlihat dengan jelas (terang wartawan yang meliput) mereka berupaya tenang walau kemacetan sudah merajalela, apalagi ketika lampu jalan berubah menjadi hijau (sebelum kota mati lampu semua) pengemudi tidak saling serobot, namun bergerak cepat teratur walau hanya berlaku satu baris mobil saja yang dapat lewat.

Klakson mobil hampir jarang terdengar hingar bingarnya, malah kata si penulis mereka saling mengucapkan kata terima kasih ketika seorang dari yang lain saling memberi jalan kepada mobil yang telah lama tidak kebagian jalan. seorang bernama Arakawa (salah seorang pengemudi) menulis hal itu pada akun twitter nya yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris oleh salah seorang translator bernama Aya Watanabe "@vida_es_bella". Watanabe menghimpun beberapa pengguna twitt sesama korban gempa untuk menunjukan ketertiban dan rasa kesetikawanan warga jepang dimata dunia.

Masih dari berita jalan raya, seorang pengemudi mengatakan bahwa ia terjebak macet selama 10 jam

Page 2: Tertib masyarakat Jepang418484

untuk sampai kerumah dan iya mengaku "tidak pernah mendengar ada bunyi klakson sepanjang saya di jalan dan tidak ada seorang pun yang bersuara marah-marah". Hal ini jg terlihat distasiun kereta api ketika KA Tokyo Metro sempat menghentikan operasi keretanya dengan alasan demi keselamatan bersama. tidak terbayang banyaknya calon penumpang yang mengantri terlantar di stasiun, namun mereka dengan tenag dan sabar tetap menunggu kabar selanjutnya, sampai KA dapat beroperasi kembali. Para penumpang yang diwawancaraipun mengatakan "kami sangat senang dengan pelayanan mereka yang memikirkan keselamatan penumpang dan tetap melayani dengan senyum". Seorang lain yang bersal dari Oedo dan menuju Hikari Gaoka jg mengatakan "semua tertib berbaris menurut antriannya, walau tali partisi (pembatas, red) tidak terpasang, otomatis jarak dan baris tertata dengan sendiri nya, semua orang mengikuti instruksi dari petugas stasiun tersebut, saya kagum terhadap mereka" tutur nya seraya berlalu.

Disadur dari peliputan wartawan koran Tribun (edisi Sulawesi selatan) 15 Maret 2011

Kamis, 17 Maret 2011 | 12:46 WIB

DuniaTsunami Tak Mampu Rusak Mental Warga JepangTidak ada warga yang mengambil hak orang lain. Mereka saling membantu menghadapi bencana.KAMIS, 17 MARET 2011, 11:58 WIB

Elin Yunita Kristanti

Warga Jepang korban bencana tsunami (AP Photo/Kyodo News)

VIVAnews -- Gempa 9,0 skala Richter dan tsunami menimbulkan krisis di Jepang, bahkan yang terburuk paska Perang Dunia II. Belum lagi ditambah meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Fukushima. Negeri Sakura di ambang bencana nuklir. 

Bagaimana masyarakat Jepang menghadapi bencana ini? Seperti dimuat situs CNN, makanan dan air saat ini menjadi barang langka di Jepang. Listrik di zona tsunami nyaris tak ada. Orang-orang yang selamat kesulitan mencari kabar orang-orang tersayang yang masih hilang.

Namun, berbeda dengan kondisi bencana di negara lain -- di mana terjadi kerusuhan, ledakan emosi publik yang marah dan berduka -- warga Jepang nampak tenang meski berkabung. Masyarakat dengan sabar berdiri, antre selama berjam-jam dengan teratur demi mendapat beberapa botol air. 

Di wilayah Sendai, yang paling parah terdampak tsunami bisa terlihat, bagaimana gelombang dahsyat itu merusak struktur fisik bangunan, tapi bukan mental mereka. 

Page 3: Tertib masyarakat Jepang418484

Di toko-toko terlihat barisan panjang korban tsunami menanti jatah mereka. Tak ada yang memerintahkan mereka berbaris rapi, mereka antre dengan sadar. Para pembeli dibatasi hanya boleh membeli 10 produk makanan atau minuman. Tak ada yang mengeluh, tak ada yang curang. Menurut salah satu warga, Mitsugu Miyagi, tak ada satupun orang yang berhak mengeluh dalam kondisi ini. 

Militer dan petugas penolong darurat kini disiagakan di wilayah tsunami atau sekitar PLTN Fukushima. Saat bantuan datang, para relawan dan kelompokm masyarakat mengorganisasi tempat penampungan dan distribusi makanan. 

Di Hotel Monterey, Sendai, dua chef lengkap dengan seragam dan topi tingginya membagikan sup panas untuk sarapan. Siapapun yang lewat di depan hotel itu dibagi. Untuk beberapa orang, mungkin itulah sup panas pertama yang mereka nikmati paska tsunami. 

Namun, yang mengharukan, orang-orang yang mengantre sup itu hanya mengambil satu mangkuk saja. Tak ada yang balik lagi mengantre untuk sup ke dua, atau berikutnya. Sebab, bagi mereka: itu tidak adil.

Rasa kebersamaan tetap ada, bahkan bagi mereka yang kehilangan rumah dan seluruh harta benda. Sekolah Dasar Shichigo kini ditinggali ratusan korban tsunami. Tak ada keluarga yang menuntut tempat lebih luas dari yang lain. Aturan, sepatu harus ditanggalkan di atas selimut agar sanitasi terjaga, ditaati.  Makanan dibagi seadil mungkin. Selain tawa dan tangisan anak kecil, nyaris tak ada suara lain yang terdengar. 

Salah satu korban bencana, Mari Sato mengaku merasa terluka. Ia tak bisa menahan tangis saat melihat foto satelit yang menggambarkan kondisi bekas rumah tinggalnya. Ia terkenang atap merah muda rumahnya. "Saya tidak pernah membayangkan tsunami bisa melakukan ini," kata dia, bercucuran air mata. Namun, cepat-cepat ia minta maaf atas sikapnya yang emosional. 

Korban bencana di Jepang sama menderita dan sakitnya seperti korban-korban lain di seluruh dunia. Tapi mereka memilih untuk berkabung dalam diam dan tetap bersikap tegar. 

Para pahlawan di Reaktor Fukushima

Pujian tak hanya layak ditujukan pada bangsa Jepang yang saling membantu dan tabah menghadapi bencana. Juga untuk 180 pekerja PLTN Fukushima yang nekat bertahan -- berusaha menghentikan krisis nuklir sebelum jadi bencana. Padahal apa yang mereka pertaruhkan sangat besar, risiko penyakit serius bahkan kematian. 

"Para pekerja PLTN sedang terlibat melakukan upaya yang heroik," kata mantan pejabat Departemen Energi AS, kepada CNN, Kamis 17 Maret 2011. 

Richard Wakeford dari  Dalton Nuclear Institute, University of Manchester mengatakan, para pekerja itu melihat becana ini sebagai tanggung jawab mereka. "Orang Jepang sangat berdedikasi dalam tugasnya. Bagi mereka, ini adalah bagian dari tanggung jawab."

Page 4: Tertib masyarakat Jepang418484

Para pekerja ini sangat memahami risiko, tapi itu justru membuat mereka lebih heroik -- sepakat untuk tinggal dan bekerja untuk mencegah bencana.

"Mereka tahu bahwa jika ada krisis reaktor, itu bisa menjadi bencana besar yang memengaruhi area luas dan sejumlah besar orang, dan mereka mempertaruhkan hidup mereka untuk mencoba untuk mencegah itu."

"Mereka adalah pahlawan, dan aku menundukkan kepala dan badan untuk mereka," kata Wakeford. (umi)• VIVAnews

Page 5: Tertib masyarakat Jepang418484

Say YES to GAMBARU! 

By Rouli Esther Pasaribu

Terus terang aja, satu kata yang bener2 bikin muak jiwa raga setelah tiba di Jepang dua tahun lalu adalah : GAMBARU alias berjuang mati-matian sampai titik darah penghabisan. Muak abis, sumpah, karena tiap kali bimbingan sama prof, kata-kata penutup selalu : motto gambattekudasai (ayo berjuang lebih lagi), taihen dakedo, isshoni gambarimashoo (saya tau ini sulit, tapi ayo berjuang bersama-sama), motto motto kenkyuu shitekudasai (ayo bikin penelitian lebih  dan lebih lagi). Sampai gw rasanya pingin ngomong, apa ngga ada kosa kata lain selain GAMBARU? apaan kek gitu, yang penting bukan gambaru. 

Gambaru itu bukan hanya sekadar berjuang2 cemen gitu2 aja yang kalo males atau ada banyak rintangan, ya udahlah ya...berhenti aja. Menurut kamus bahasa jepang sih, gambaru itu artinya : "doko made mo nintai shite doryoku suru" (bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha abis-abisan) 

Gambaru itu sendiri, terdiri dari dua karakter yaitu karakter "keras" dan "mengencangkan". Jadi image yang bisa didapat dari paduan karakter ini adalah "mau sesusah apapun itu persoalan yang dihadapi, kita mesti keras dan terus mengencangkan diri sendiri, agar kita bisa menang atas persoalan itu" (maksudnya jangan manja, tapi anggap semua persoalan itu adalah sebuah kewajaran dalam hidup, namanya hidup emang pada dasarnya susah, jadi jangan ngarep gampang, persoalan hidup hanya bisa dihadapi dengan gambaru, titik.). 

Terus terang aja, dua tahun gw di jepang, dua tahun juga gw ngga ngerti, kenapa orang2 jepang ini menjadikan gambaru sebagai falsafah hidupnya. Bahkan anak umur 3 tahun kayak Joanna pun udah disuruh gambaru di sekolahnya, kayak pake baju di musim dingin mesti yang tipis2 biar ngga manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah ngga boleh pakai kaos kaki karena kalo telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, sakit2 dikit cuma ingus meler2 atau demam 37 derajat mah ngga usah bolos sekolah, tetap dihimbau masuk dari pagi sampai sore, dengan alasan, anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri. Akibatnya, kalo naik sepeda di tanjakan sambil bonceng Joanna, dan gw ngos2an kecapean, otomatis Joanna ngomong : Mama, gambare! mama faitoooo! (mama ayo berjuang, mama ayo fight!). Pokoknya jangan manja sama masalah deh, gambaru sampe titik darah penghabisan it's a must!   

Gw bener2 baru mulai sedikit mengerti mengapa gambaru ini penting banget dalam hidup, adalah setelah terjadi tsunami dan gempa bumi dengan kekuatan 9.0 di jepang bagian timur. Gw tau, bencana alam di indonesia seperti tsunami di aceh, nias dan sekitarnya, gempa bumi di padang, letusan gunung merapi....juga bukanlah hal yang gampang untuk dihadapi. Tapi, tsunami dan gempa bumi di jepang kali ini, jauuuuuh lebih parah dari semuanya itu. Bahkan, ini adalah gempa bumi dan tsunami terparah dan terbesar di dunia. Wajaaaaaaar banget kalo kemudian pemerintah dan masyarakat jepang panik kebingungan karena bencana ini. Wajaaaaar banget kalo mereka kemudian mulai ngerasa galau, nangis2, ga tau mesti ngapain. Bahkan untuk skala bencana sebesar ini, rasanya bisa "dimaafkan" jika stasiun-stasiun TV memasang sedikit musik latar ala lagu-lagu ebiet dan membuat video klip tangisan anak negeri yang berisi wajah-wajah

Page 6: Tertib masyarakat Jepang418484

korban bencana yang penuh kepiluan dan tatapan kosong tak punya harapan. Bagaimana tidak, tsunami dan gempa bumi ini benar-benar menyapu habis seluruh kehidupan yang mereka miliki. Sangat wajar jika kemudian mereka tidak punya harapan. 

Tapi apa yang terjadi pasca bencana mengerikan ini? Dari hari pertama bencana, gw nyetel TV dan nungguin lagu-lagu ala ebiet diputar di stasiun TV. Nyari-nyari juga di mana rekening dompet bencana alam. Video klip tangisan anak negeri juga gw tunggu2in. Tiga unsur itu (lagu ala ebiet, rekening dompet bencana, video klip tangisan anak negeri), sama sekali ngga disiarkan di TV. Jadi yang ada apaan dong? Ini yang gw lihat di stasiun2 TV :  1. Peringatan pemerintah agar setiap warga tetap waspada 2. Himbauan pemerintah agar seluruh warga jepang bahu membahu

menghadapi bencana (termasuk permintaan untuk menghemat listrik agar warga di wilayah tokyo dan tohoku ngga lama-lama terkena mati lampu)

3. Permintaan maaf dari pemerintah karena terpaksa harus melakukan pemadaman listrik terencana

4. Tips-tips menghadapi bencana alam 5. nomor telepon call centre bencana alam yang bisa dihubungi 24 jam 6. Pengiriman tim SAR dari setiap perfektur menuju daerah-daerah yang

terkena bencana 7. Potret warga dan pemerintah yang bahu membahu menyelamatkan warga

yang terkena bencana (sumpah sigap banget, nyawa di jepang benar-benar bernilai banget harganya)

8. Pengobaran semangat dari pemerintah yang dibawakan dengan gaya tenang dan tidak emosional : mari berjuang sama-sama menghadapi bencana, mari kita hadapi (government official pake kata norikoeru, yang kalo diterjemahkan secara harafiah : menaiki dan melewati) dengan sepenuh hati

9. Potret para warga yang terkena bencana, yang saling menyemangati : *ada yang nyari istrinya, belum ketemu2, mukanya udah galau banget, tapi tetap tenang dan ngga emosional, disemangati nenek2 yang ada di tempat pengungsian : gambatte sagasoo! kitto mitsukaru kara. Akiramenai de (ayo kita berjuang cari istri kamu. Pasti ketemu. Jangan menyerah)  

10. *Tulisan di twitter : ini gempa terbesar sepanjang sejarah. Karena itu, kita mesti memberikan usaha dan cinta terbesar untuk dapat melewati bencana ini; Gelap sekali di Sendai, lalu ada satu titik bintang terlihat terang. Itu bintang yang sangat indah. Warga Sendai, lihatlah ke atas.   

Sebagai orang Indonesia yang tidak pernah melihat cara penanganan bencana ala gambaru kayak gini, gw bener-bener merasa malu dan di saat yang bersamaan : kagum dan hormat banget sama warga dan pemerintah Jepang. Ini negeri yang luar biasa, negeri yang sumber daya alamnya terbatas banget, negeri yang alamnya keras, tapi bisa maju luar biasa dan punya mental sekuat baja, karena : falsafah gambaru-nya itu. Bisa dibilang, orang-orang jepang ini ngga punya apa-apa selain GAMBARU. Dan, gambaru udah lebih dari cukup untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup. 

Bener banget, kita mesti berdoa, kita mesti pasrah sama Tuhan. Hanya, mental yang apa-apa "nyalahin" Tuhan, bilang2 ini semua kehendakNya, Tuhan marah pada umatNya, Tuhan marah melalui alam maka tanyalah pada rumput yang bergoyang... ..I guarantee you 100 percent, selama masih mental ini yang berdiam di dalam diri kita, sampai kiamat sekalipun, gw rasa bangsa kita ngga akan bisa maju. Kalau ditilik lebih jauh, "menyalahkan" Tuhan atas semua bencana dan persoalan hidup, sebenarnya adalah kata lain dari ngga berani

Page 7: Tertib masyarakat Jepang418484

bertanggungjawab terhadap hidup yang dianugerahkan Sang Pemilik Hidup. Jika diperjelas lagi, ngga berani bertanggungjawab itu maksudnya  : lari dari masalah, ngga mau ngadepin masalah, main salah2an, ngga mau berjuang dan baru ketemu sedikit rintangan aja udah nangis manja.   

Kira-kira setahun yang lalu, ada sanak keluarga yang mempertanyakan, untuk apa gw menuntut ilmu di Jepang. Ngapain ke Jepang, ngga ada gunanya, kalo mau S2 atau S3 mah, ya di eropa atau  amerika sekalian, kalo di Jepang mah nanggung. Begitulah kata beliau. Sempat terpikir juga akan perkataannya itu, iya ya, kalo mau go international ya mestinya ke amrik atau eropa sekalian, bukannya jepang ini. Toh sama-sama asia, negeri kecil pula dan kalo ga bisa bahasa jepang, ngga akan bisa survive di sini. Sampai sempat nyesal juga,kenapa gw ngedaleminnya sastra jepang dan bukan sastra inggris atau sastra barat lainnya. Tapi sekarang, gw bisa bilang dengan yakin  sama sanak keluarga yang menyatakan ngga ada gunanya gw nuntut ilmu di jepang. Pernyataan beliau adalah salah sepenuhnya. Mental gambaru itu yang paling megang adalah jepang. Dan menjadikan mental gambaru sebagai way of life adalah lebih berharga daripada go international dan sejenisnya itu. Benar, sastra jepang, gender dan sejenisnya itu, bisa dipelajari di mana saja. Tapi, semangat juang dan mental untuk tetap berjuang abis-abisan biar udah ngga ada jalan, gw rasa, salah satu tempat yang ideal untuk memahami semua itu adalah di jepang. Dan gw bersyukur ada di sini, saat ini. Maka, mulai hari ini, jika gw mendengar kata gambaru, entah di kampus, di mall, di iklan-iklan TV, di supermarket, di sekolahnya joanna atau di mana pun itu, gw tidak akan lagi merasa muak jiwa raga.    Sebaliknya, gw akan berucap dengan rendah hati : Indonesia jin no watashi ni gambaru no seishin to imi wo oshietekudasatte, kokoro kara kansha itashimasu. Nihon jin no minasan no yoo ni, gambaru seishin wo mi ni tsukeraremasu yoo ni, hibi gambatteikitai to omoimasu. (Saya ucapkan terima kasih dari dasar hati saya karena telah mengajarkan arti dan mental gambaru bagi saya, seorang Indonesia. Saya akan berjuang tiap hari, agar mental gambaru merasuk dalam diri saya, seperti kalian semuanya, orang-orang Jepang). 

Say YES to GAMBARU! Sent from my BlackBerry®powered by Sinyal Kuat INDOSAT

YOGYA

Tanpa mengecilkan semangat GAMBARU, sy rasa semua penilaian yg terlampau emosional diberikan pada tanah airnya sendiri yang saat ini memang terlilit banyak kemunduran karena korupsi. Konflik SARA dll.

Saya ingin merefleksi dari pengalaman belajar banyak dari rakyat Yogya yang mengalami bencana gempa 2006 juga Merapi 2010.

Secara nasional, adanya sumbangan melalui melalui TV atau gerakan masy sipil, penggalangan dana dari daerah lain dstnya adalah bentuk spontan solidaritas yang masih ada dalam kultur Indonesia. Kalau ada lagu model Ebiet ya itu juga sbagai sebuah bentuk berkabung untuk mengetuk solidaritas kemanusiaan,jadi ga slalu jelek artinya.

Page 8: Tertib masyarakat Jepang418484

Sy amat menghargai rakyat Yogya yang mendaulat sultan skaligus gubernur mereka pd 2006 untuk TIDAK MENERIMA bantuan rekonstruksi Yogya dari UTANG LUAR NEGERI karena akan semakin menyengsarakan masyarakat Indonesia,sy saksi hidup ketika bsama beberapa teman sedang bkunjung memberikan bantuan ke Bantul. Sultan HB X yang hadir sampai naik ke mobil kap terbuka mengakomodir dan merespon dengan spirit YOGYA BANGKIT! Saya tertegun, dalam bencana mereka masih memikirkan saudara sebangsanya yang lain utk tidak makin melilit Saya rasa spirit itu masih terlihat dalam bencana Merapi, rakyat tak mau diiming2 Presiden utk dibeli sapi dengan skian juta rupiah, mereka lbh bertekad minta Sultan untuk memberi kemudahan membayar kredit bank yang bisa ditangguhkan pembayarannya serta kemudahan modal.

Saya rasa ini juga nilai yang masih bisa dibanggakan, dan sy menyakini masih banyak nilai kultural yang sama tingginya bisa dipertahankan.

Walau begitu kita memang patut angkat jempol pada bangsa Jepang, sebuah bangsa yang sangat belajar dari masa lampau yang cukup buram sebagai pelaku perang dunia, penjajah yang kejam termasuk di Indonesia. Mereka berhasil dalam membangun peradabannya dengan terhormat, belajar bangkit dari embargo tidak boleh punya militer sebagai sanksi PD II dan lebih fokus pada kemajuan industri.

Solidaritas Jepang pada bangsa lain juga patut diacungi terutama utk usaha pelestarian kebudayaan kita.

Smoga dari keterpurukan Indonesia sekarang ditengah banyak masalah korupsi dll, kita bisa menjadi bagian yang terus mendorong peradaban Indonesia yang lebih baik, amin.

Salam hangat,

Nia Sjarifudin

Page 9: Tertib masyarakat Jepang418484

Tsunami Jepang

Semangat Bangkit Orang Jepang Luar BiasaEditor: Pepih Nugraha

Jumat, 18 Maret 2011 | 08:30 WIB

Dibaca: 11515

Komentar: 26

APHiromitsu Shinkawa, kakek berusia 60 tahun, warga kota Minamisoma, Prefektur Miyagi, Jepang timur laut melambaikan tangan untuk meminta tolong. Ia terseret 15 kilometer ke laut lepas. Setelah dua hari, tepatnya Minggu (13/3/2011), ia ditemukan dalam keadaan selamat dan sehat.

JAKARTA, KOMPAS.com — Seorang pemuda memakai kacamata membagikan ramen, mi rebus, kepada beberapa orang di tempat penampungan korban tsunami. Oleh wartawan TV ditanya dari grup relawan mana. Pemuda itu menjawab, “Bukan.Volunteer. Saya memang penduduk sini dan pekerjaan saya memang menjual ramen. Rumah dan warung saya juga hilang dan tidak ada lagi. Akan tetapi, saya tidak sendirian. Oleh karena itu dalam keadaan sekarang kita bersama-sama melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membangun kembali”.

Demikian laporan Sapto Nugroho, warga Indonesia di Jepang yang menulis untuk media sosialKompasiana. Berikut laporan lengkapnya...

Bukan tangis dan ratapan yang ditunjukan, tetapi semangat untuk bangkit kembali karena menyadari yang mengalami musibah kehilangan rumah dan pekerjaan bukan dia sendiri.

Dua orang bapak berdiri di atas bukit kecil, memandang ke bawah, ke kota kecil yang sekarang sudah tidak ada lagi rumah yang berdiri. Dia menunjukkan lokasi rumahnya dulu. Tampak bahwa tidak hanya rumah yang hilang, tapi juga “kota” atau “kampung” semua hilang ditelan tsunami. Semangat tetap tecermin dalam diri bapak-bapak itu karena mereka merasa tidak sendirian.

Page 10: Tertib masyarakat Jepang418484

Ada teman saya di Kanada bertanya: “Jepang kan negara donor, kenapa kok mengumpulkan dana juga dari masyarakatnya?” Mungkin jawabnya adalah bukan pada jumlah uang  yang berhasil dikumpulkan, tetapi lebih pada rasa setia kawan atau rasa kebersamaan sebagai satu negara/bangsa sehingga ingin berbuat sesuatu. Rasa bersama inilah yang ada dalam setiap diri orang jepang. Rasa ini menjadi semangat bagi orang yang ditimpa bencana sehingga bisa bangkit lagi. Ada juga artikel yang dimuat di Kompas.com, mahasiswa atau mahasiswi jepang di Yogya mengumpulkan dana dari orang yang lewat di jalan (dengan pakaian Jepang). Tentu saja gerakan ini kalau dilihat jumlahnya tidak banyak, tapi “arti” dari yang dia lakukan itu cukup besar bagi dia sendiri dan bagi bangsanya. Ada rasa kesatuan sehingga tidak merasa sendirian dalam menghadapi bencana.

Pada hari ke-5 setelah gempa, yaitu tanggal 16 Maret 2011, transportasi utama di Tokyo untuk orang bekerja sudah normal. Ini juga berkat kerja sama antara TEPCO (perusahaan penyedia listrik), perusahaan kereta, dan Kementrian Transportasi. Memang kekurangan pasokan listrik masih ada. Akan tetapi, pengaruh ke kegiatan utama di perkantoran sedapat mungkin di kurangi supaya roda ekonomi tidak terlalu terganggu. Berkat kerja sama tiga instansi ini, di waktu orang berangkat dan pulang kerja, jumlah dan jadwal kereta semua normal. Artinya sama seperti sebelum gempa.  Dengan demikian, orang berangkat dan pulang kerja seperti biasa. Jumlah kereta yang dikurangi adalah jam-jam tidak sibuk, yaitu jam 10 pagi sampai jam 6 sore. Suatu langkah penanganan yang juga berlandaskan semangat tidak sendiri, tapi bersama-sama mengatasi masalah.

Semangat bahwa tidak sendiri ini juga tampak jelas ditunjukan oleh pemain sepak bola asal Jepang, Nagatomo, yang bermain untuk klub eropa Inter Milan. Sebelum pertandingan,  semua pemain dan penonton berdoa untuk Jepang. Setelah pertandingan, Nagatomo memegang bendera Jepang bertuliskan dalam bahasa Jepang dan juga bahasa Inggris: You will  never walk alone. Sementara di layar TV dituliskan dalam bahasa Jepang, Sora ha tsunagatteiru node (kimochi ha ) tsunagaru to omoimasu ( Langit itu bersambungan/tidak terpisah, maka perasaan juga bisa tersambung ).

Ada satu ungkapan yang sudah diajarkan sejak anak TK ,SD, sampai dewasa, yaitu, chikara o awaseru, yang berarti kita bersama-sama menggalang kekuatan. Kalau sendirian tidak akan bisa, tetapi kalau bersama-sama kita susun kekuatan maka kita akan bisa melakukannya.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by