ternak ruminansia

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Secara teknis kebutuhan nutrisi ternak ruminansia berpotensi biologis untuk dapat memanfaatkan hijauan sebagai sumber bahan pakan utamanya (Parakkasi, 1999). Hijauan relatif lebih mudah ditanam sehingga harganya lebih murah dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya. Masih menurut Parakkasi, sistem pemeliharaan intensif ternak ruminansia yang sering disinonimkan sebagai usaha peternakan dengan penggunaan ransum tinggi akan penguat (konsentrat), sesungguhnya memiliki keuntungan lain yaitu dapat memanfaatkan bahan makanan hasil ikutan dari berbagai industri. Semakin intensif sistem pemeliharaan pada ternak ini, maka faktor nutrisi harus semakin kritis untuk diperhatikan. Dikatakan demikian karena biaya pakan merupakan bagian terbesar dari total biaya produksi, yang jika tidak dikelola dengan benar dapat menghambat upaya meningkatkan efisiensi bruto. Dalam keadaan demikian, maka nutrisi yang cukup merupakan hal yang esensial. Seperti halnya pada ternak unggas dan ternak monogastrik maka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia adalah : 1

Transcript of ternak ruminansia

Page 1: ternak ruminansia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Secara teknis kebutuhan nutrisi ternak ruminansia berpotensi biologis untuk dapat

memanfaatkan hijauan sebagai sumber bahan pakan utamanya (Parakkasi, 1999). 

Hijauan relatif lebih mudah ditanam sehingga harganya lebih murah dibandingkan

dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya.

Masih menurut Parakkasi, sistem pemeliharaan intensif ternak ruminansia yang

sering disinonimkan sebagai usaha peternakan dengan penggunaan ransum tinggi akan

penguat (konsentrat), sesungguhnya memiliki keuntungan lain yaitu dapat

memanfaatkan bahan makanan hasil ikutan dari berbagai industri.

Semakin intensif sistem pemeliharaan pada ternak ini, maka faktor nutrisi harus

semakin kritis untuk diperhatikan.  Dikatakan demikian karena biaya pakan merupakan

bagian terbesar dari total biaya produksi, yang jika tidak dikelola dengan benar dapat

menghambat upaya meningkatkan efisiensi bruto.  Dalam keadaan demikian, maka

nutrisi yang cukup merupakan hal yang esensial.

Seperti halnya pada ternak unggas dan ternak monogastrik maka kebutuhan nutrisi

ternak ruminansia adalah :

Energi

Karbohidrat

Lemak

Protein

Mineral

Vitamin

Air

1

Page 2: ternak ruminansia

BAB II

PENJELASAN

2.1. pengertian

Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung dan

mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung ke

mulut untuk di mamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau,

dambing serta ternak domba. Ternak non ruminansia adalah ternak atau hewan yang

memiliki satu lambung atau di sebutjuga dengan ternak monogastrik. Contohnya : ayam,

burung, kuda serta babi. Saluran pencernaan ruminansia dan non ruminansia

1. Saluran pencernaan ruminansia.

Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas

mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan

kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Berdasarkan

susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi

seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan

dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah

1 makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.

Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan)

pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus

berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm. Lambung sapi

sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dari isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan

penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kali).

Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan fermentasi. Lambung

ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan

ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen

2

Page 3: ternak ruminansia

80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari

bentuk tonjolan pada saat otot sfinkter berkontraksi.

2.2. Pengelolahan

Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha

sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan

modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika

dilakukan dengan prinsip budidaya modern. PT. NATURAL NUSANTARA dengan

prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi

potong baik untuk skala usaha besar maupun kecil.

II. Penggemukan

Penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk

ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3-5

bulan).

Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan sapi potong adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong.

Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi

potong di Indonesia adalah :

A. Sapi Bali.

Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada

pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat

beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang baru.

B. Sapi Ongole.

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan

berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura,

3

Page 4: ternak ruminansia

keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi

kemampuan produksinya lebih rendah.

C. Sapi Brahman.

Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya

pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

D. Sapi Madura.

Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna

putih pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan

berat badan rendah.

E. Sapi Limousin.

Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat

warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat

produksi yang baik

2. Pemilihan Bakalan.

Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha

penggemukan.

Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan

yang baik adalah :

- Berumur di atas 2,5 tahun.

- Jenis kelamin jantan.

- Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal 170 cm tinggi pundak minimal

135 cm, lingkar dada 133 cm.

4

Page 5: ternak ruminansia

- Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan

karena sakit).

- Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.

- Kotoran normal

III. Tatalaksana Pemeliharaan.

3.1. Perkandangan.

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang

individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat

memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan

pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan

digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak.

Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam

satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang

individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan

sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih

banyak mendapatkan pakan.

3.2. Pakan.

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan

ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut

dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan

mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen. Penelitian menunjukkan

bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang

memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu cara

mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan

konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu,

bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan

5

Page 6: ternak ruminansia

lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan

masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Kebutuhan pakan

(dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan

adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar

sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan

berkualitas tinggi.Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya

kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar. Pakan hijauan yang berkualitas

rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin

yang sukar larut oleh enzim pencernaan.Oleh karena itu PT. NATURAL NUSANTARA

membantu peternak dengan mengeluarkan produk suplemen khusus ternak yaitu

VITERNA Plus, POC NASA, dan HORMONIK. Produk ini menggunakan teknologi

asam amino yang diciptakan dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan

meneliti berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak. VITERNA Plus mengandung berbagai

nutrisi yang dibutuhkan ternak, yaitu :

- Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah

dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K,

Ca, Mg, Cl dan lain-lain.

- Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin dan lain-lain sebagai

penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh.

- Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang

normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.

- Asam – asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam

butirat.

POC NASA mengandung berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N,

P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak nabati, mampu

meningkatkan pertumbuhan sapi, ketahanan tubuh, mengurangi kadar kolesterol daging

dan mengurangi bau kotoran.

6

Page 7: ternak ruminansia

Sedangkan HORMONIK berfungsi membantu memacu dan meningkatkan bobot ternak

sapi.

Cara Praktis Aplikasi Produk

1. Larutkan 1 botol VITERNA Plus (500cc) dan POC NASA (500 cc) dalam 1 wadah

khusus. Aduk/kocok hingga merata kemudian tambahkan dalam larutan tersebut 20 cc

atau 2 tutup HORMONIK. Kembali aduk hingga merata.

2. Berikan kepada ternak sapi dengan dosis 10 cc/ekor dengan interval 2 kali sehari (pagi

dan sore) dengan cara dicampurkan dalam pakan konsentrat atau air minum.

3.3. Pengendalian Penyakit.

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit

daripada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak

terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat

dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada

suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu

yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi

terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat

cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi

rakyat) mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan

mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan. Waktu

mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit

baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga

digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada

sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya. Sapi yang digemukkan secara

intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang

7

Page 8: ternak ruminansia

mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang

mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi

berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax.

Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit

Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.

IV. Produksi Daging.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah

1. Pakan.

Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap

kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan

terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus

memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih

cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.

Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga

produksi daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.

Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang

sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

4. Manajemen.

Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan

cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.

8

Page 9: ternak ruminansia

2.3. Penyebaran Dan Peranan Ternak Ruminansia Dalam Masyarakat

Peternakan di Indonesia dikaruniai hewan ruminansia yaitu sapi, kerbau, kambing

dan domba. Data dari Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian Republik

Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah sapi potong di Indonesia adalah

12.603.000 ekor, sapi perah 487.000 ekor, kerbau 2.046.000 ekor, kambing 15.656.000

ekor dan domba 10.472.000 ekor. Contoh dari jenis-jenis ruminansia di Indonesia dapat

dilihat dari deretan.

Jenis-jenis ruminansia dipelihara oleh kelompok masyarakat yang disebut

peternak untuk diambil manfaatnya. Sebagian besar peternak itu juga membudidayakan

tanaman pangan dan/atau tanaman industri sehingga mereka lebih sesuai disebut sebagai

petani-ternak. Hal ini dikarenakan bahwa umumnya sebutan petani diasosiasikan sebagai

mereka yang melakukan kegiatan budidaya tanaman saja sedangkan peternak

diasosiasikan sebagai mereka yang memelihara ternak saja.

Sekitar sembilan puluh persen populasi ruminansia di Indonesia dibudidayakan

oleh petani-ternak yang tersebar hampir di semua desa di Indonesia. Ruminansia yang

dipelihara per petani-ternak dapat hanya terdiri dari satu jenis saja atau lebih dari satu

jenis. Adapun jumlah tiap jenis ruminansia yang dipelihara per petani-ternak relatif

sedikit. Misalnya untuk sapi, berkisar antara satu sampai empat ekor per peternak.

Kelompok petani-ternak semacam ini dikenal dengan sebutan peternakan rakyat.

Kelompok ini adalah produsen ruminansia terbesar di Indonesia karena mengelola sekitar

sembilan puluh persen populasi ruminansia yang ada. Hanya sekitar sepuluh persen

populasi ruminansia di Indonesia dibudidayakan oleh peternakan semi-komersial dan

komersial.

Pola pemeliharaan ruminansia pada peternakan rakyat ini berbeda dengan pola

pemeliharaan yang dilakukan di peternakan semi-komersial ataupun komersial. Pada

peternakan komersial atau semi-komersial terdapat karakteristik bahwa sebagian atau

9

Page 10: ternak ruminansia

semua bahan pakan penyusun ransum untuk ruminansia yang dipelihara diperoleh dengan

cara membeli. Adapun pada peternakan rakyat, pakan yang diberikan pada ruminansia

diperoleh tanpa pembelian. Peternakan rakyat memanfaatkan sumberdaya pakan yang

tersedia di sekitar tempat tinggal dengan cara seperti (1) diambil oleh petani-ternak untuk

kemudian diberikan kepada ternak ruminansia yang dipelihara di rumah atau (2)

melepaskan ternak untuk merumput pada sumber-sumber hijauan pakan yang ada atau (3)

kombinasi antara cara 1 dan 2 tersebut diatas. Mengacu pada hal ini maka dapat

dikatakan bahwa kelestarian peternakan rakyat adalah bergantung pada produktivitas

sumberdaya pakan ternak yang tersedia di sekitar tempat tinggal dan dapat diakses oleh

para petani-ternak secara bebas.

Seperti halnya peternakan semi-komersial ataupun komersial maka peternakan

rakyat membutuhkan tenaga kerja. Namun, pada peternakan rakyat, tenaga kerja

dimaksud berasal dari anggota rumahtangga yang secara riil tidak dibayar. Selain mencari

pakan hijauan dan melakukan aktifitas pemeliharaan ternak lainnya maka tenaga kerja

rumahtangga petani-ternak juga melakukan kegiatan-kegiatan produksi tanaman ataupun

rumahtangga. Keadaan itu memberikan kesan bahwa kegiatan memelihara ruminansia

adalah pekerjaan sambilan. Kesan tersebut semakin kuat jika memperhatikan bahwa

peternakan rakyat umumnya memelihara ruminansia bukan untuk tujuan mendapatkan

keuntungan seperti halnya usaha semi-komersial atau komersial. Peternakan rakyat

umumnya memelihara ruminansia untuk memperoleh manfaat dari ternak itu seperti

misalnya menghasilkan pupuk kandang, tenaga kerja untuk mengolah lahan dan sebagai

tabungan.

10

Page 11: ternak ruminansia

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Secara teknis kebutuhan nutrisi ternak ruminansia berpotensi biologis untuk

dapat memanfaatkan hijauan sebagai sumber bahan pakan utamanya (Parakkasi, 1999). 

Hijauan relatif lebih mudah ditanam sehingga harganya lebih murah dibandingkan

dengan tanaman sumber karbohidrat lainnya.

2. Ternak ruminansia adalah ternak atau hewan yang memiliki empat buah lambung

dan mengalami proses memamahbiak atau proses pengembalian makanan dari lambung

ke mulut untuk di mamah. Contoh hewan ruminansia ini adalah ternak sapi, kerbau,

dambing serta ternak domba. Ternak non ruminansia adalah ternak atau hewan yang

memiliki satu lambung atau di sebutjuga dengan ternak monogastrik. Contohnya : ayam,

burung, kuda serta babi. Saluran pencernaan ruminansia dan non ruminansia

3. Peternakan di Indonesia dikaruniai hewan ruminansia yaitu sapi, kerbau,

kambing dan domba. Data dari Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian

Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah sapi potong di

Indonesia adalah 12.603.000 ekor, sapi perah 487.000 ekor, kerbau 2.046.000 ekor,

kambing 15.656.000 ekor dan domba 10.472.000 ekor. Contoh dari jenis-jenis

ruminansia di Indonesia dapat dilihat dari deretan.

11

Page 12: ternak ruminansia

DAFTAR PUSTAKA

T Theron parlin. 2008. Kebutuhan Zat Makanan Untuk Non Ruminansia. Blog at

wordpress.com.

Parasaki aminuddin. 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas

Indonesia (UI-press). Jakarta

Theron parlin. 2008. Kebutuhan Zat Makanan Untuk

Non Ruminansia. Blog at wordpress.com.

Parasaki aminuddin. 1998. Ilmu Nutrisi

dan Makanan Ternak Ruminansia.

Universitas Indonesia (UI-press).

Jakarta

heron parlin. 2008. Kebutuhan Zat

Makanan Untuk Non Ruminansia. Blog at

wordpress.com.

Parasaki aminuddin. 1998. Ilmu Nutrisi

dan Makanan Ternak Ruminansia.

Universitas Indonesia (UI-press).

Jakarta

12

Page 13: ternak ruminansia

13