Terjadinya Pence Mar An Logam Berat Karena Pembuangan Limbah Padat (Tailing),m.sadiqul Iman...
-
Upload
muhammad-sadiqul-iman -
Category
Documents
-
view
871 -
download
4
Transcript of Terjadinya Pence Mar An Logam Berat Karena Pembuangan Limbah Padat (Tailing),m.sadiqul Iman...
Terjadinya Pencemaran Logam Berat di Desa
Pantai Buyat dan Ratatotok karena Pembuangan
Limbah Padat (tailing)
OLEH :
KELOMPOK IV
1. M. RIZKY WIGUNA H1E108015
2. HERLIYANI H1E108022
3. NIDYA PRASTIWI H1E108034
4. M.SADIQUL IMAN H1E108059
5. ERLINDA TRI WARDHANA H1E108067
PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan petunjuknya yang dicurahkan-Nya kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Penulisan makalah ini mengangkat judul “ Terjadinya
Pencemaran Logam Berat di desa Pantai Buyat dan Ratatotok karena
pembuangan limbah padat (tailing) ”, disajikan dalam rangka memperkenalkan
tentang permasalahan-permasalahan pencemaran air yang hendaknya kita
tanggapi dengan serius, sebab pencemaran akan zat polutan air khususnya logam
berat dapat berbahaya bagi kehidupan organisme, khususnya manusia.
Tujuan yang kami ambil dari kegiatan penulisan makalah ini adalah agar
kita mengetahui bahayanya pencemaran logam berat dalam lingkungan air dan
juga diharapkan agar kita dapat berpartisipasi dalam memberikan solusi untuk
menanggulangi permasalahan pencemaran air yang diakibatkan oleh logam berat.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena berkat bimbingan secara
terpadu dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali ini
kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Dan akhirnya
diharapkan agar penulisan makalah ini dapat berguna bagi kita semua, terutama
dalam menjaga kelestarian badan-badan air agar terbebas dari polutan-polutan
khususnya logam berat. Penulisan ini tentunya tidak lepas dari kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Banjarbaru, Maret 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 2
BAB III METODE PENULISAN................................................................ 12
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 13
BAB V PENUTUP....................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 18
LAMPIRAN................................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia dan biologi yang tidak
dikehendaki pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan
bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainnya. Proses-proses industri,
tempat tinggal dan peninggalan-peninggalan dapat merusak/mencemari badan-
badan air. Pencemaran air merupakan penambahan bemacam-macam bahan
sebagai aktivitas manusia ke dalam lingkungan air yang biasanya memberikan
pengaruh berbahaya terhadap lingkungan.
Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu badan
perairan dan mengganggap bahwa badan perairan merupakan tempat pembuangan
limbah baik domestik maupun limbah industri adalah salah karena dapat
menyebabkan perubahan dan gangguan terhadap sumber daya air.
Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokkan atas
limbah organik, logam berat dan minyak. Masing-masing kelompok ini sangat
berpengaruh terhadap oganisme perairan. Logam berat merupakan bahan
pencemar yang paling banyak ditemukan diperairan akibat limbah industri dan
limbah perkotaan.
Pembuangan tailing atau limbah dari pengolahan di pertambangan emas,
khususnya daerah Pantai Buyat (Minahasa), tetap berperan besar terhadap
terjadinya pencemaran logam berat khususnya merkuri di kawasan perairan.
Proses pengikatan emas yang menggunakan katalis logam berat akan selalu
menghasilkan cemaran yang akhirnya dibuang ke laut. Sehingga dampak yang
ditimbulkan tidak hanya pada perairan tersebut, namun cukup besar sebab dapat
membahayakan ekosistem laut dan manusia itu sendiri.
1.2 Tujuan
Tujuan yang hendak diambil dari pembuatan makalah ini adalah agar kita
mengetahui bahayanya pencemaran logam berat dalam perairan serta teknologi
yang dapat diterapkan untuk mngurangi pencemaran logam berat dalam perairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988
Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air
dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam,
sehingga kualitas air menurun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan air
menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya
(Achmad,2004).
Polutan air yaitu merupakan komponen yang mengakibatkan polusi atau
pencemaran di dalam air. Ciri-ciri air yang mengalami pencemaran sangat
bervariasi, tergantung dari jenis dan polutannya. Polusi air dapat disebabkan oleh
sumber dan jenis polutan yang sangat bervariasi.
Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua,
yaitu polutan tak toksik dan polutan toksik. Polutan tak toksik biasanya telah
berada pada ekosistem secara alami. Polutan tak tosik terdiri atas bahan-bahan
tersuspensi dan nutrient. Bahan tersuspensi dapat mempengaruhi sifat fisika
perairan, antara lain meningkatkan kekeruhan sehingga menghambat penetrasi
cahaya matahari yang selanjutnya dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem
akuatik secara keseluruhan. Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal)
maupun bukan kematian sub- lethal. Polutan berupa bahan yang bukan alami ini
dikenal dengan istilah xenobiotic yaitu polutan yang di produksi oleh manusia
(man made substance) (Sunu,2001).
Banyak dijumpai beberapa daerah yang kondisi daya dukung
lingkungannya sudah menurun, sehingga air yang ada sudah tidak lagi
memberikan kenyamanan dan penghidupan terutama kesehatan bagi
masyarakatnya. Kondisi tersebut menjadikan air sebagai barang yang mahal
karena air sudah tercemar oleh bermacam-macam limbah. Bahan sisa secara
umum disebut limbah. Limbah dari rumah tangga sering disebut limbah domestik.
Limbah dari restoran dan hotel, karena sifatnya yang menyerupai limbah rumah
tangga, sering pula disebut limbah domestik (Soemarwoto,1997), serta limbah
non-domestik, yaitu dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, pertanian,
transportasi, dan sumber-sumber lainnya. Limbah non-domestik sangat bervariasi,
lebih-lebih untuk limbah industri. Limbah pertanian biasanya terdiri atas bahan
padat bekas tanaman yang bersifat organik, pestisida, bahan pupuk yang
mengandung nitrogen, dan sebagainya (Kristanto,2002).
2.2 Efek Pencemaran Air
Efek pencemaran air dapat mempengaruhi kualitas lingkungan serta daya
dukungnya serta berdampak terhadap berbagai segi kehidupan. Untuk itu maka
efek pencemaran air dijelaskan sebagai berikut (Jemai, 1989).
Pelepasan/pembuatan material yang sudah tercemar ke lingkungan atau
perairan umum akan merubah ekosistemnya. Tsuda dan Morishita menguraikan
suatu klasifikasi kualitas air di daerah perairan menggunakan biota sebagai indeks
seperti berikut ini:
a. Zone oligosaprobic
Hampir semua jumlah zat organik dibusukkan dengan melayang bebas
(aerobik). Konsentrasi oksigen larutan (DO) mendekati titik jenuhnya.
BOD lebih kecil dari 3 ppm. Kondisi sedimen dasar adalah non-organik.
b. Zone β-mesosaprobic
DO-nya tinggi; BOD minimal 3 ppm. Kondisi aerobik masih
mengambang.
c. Zone α-mesosaprobic
DO-nya rendah; BOD meningkat. Pembusukan anaerobik banyak terjadi
di dasar sedimen. Waena sedimen dasar tidak hitam. Bau H2S tidak
teramati. Sejumlah alga naik terutama yang berwarna hijau-biru.
d. Zone polysaprobic
BOD tinggi. Hampir tidak ada DO karena konsentrasi yang tinggi zat-zat
organik. Pembusukan anaerobik terjadi di zone atas atau dasar. Bau
senyawa belerang seperti H2S teramati.
Air yang telah tercemar oleh organisme pathogen seperti bakteri atau virus
dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan langsung tubuh manusia. Untuk
itu maka sumber air yang digunakan untuk memasok kebutuhan air minum harus
dicegah dari pencemaran yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Bahan
organik yang diukur dalam bentuk BOD, COD dan padatan tersupensi (SS)
merupakan bagian dari kategori lingkungan hidup dan merupakan faktor tidak
langsung jika dikaitkan dengan pengaruh terhadap manusia, walaupun zat-zat
tersebut adalah faktor yang berperan terhadap kualitas air (Sunu,2001).
Tipe pencemaran yang disebabkan zat racun yang dapat mempengaruhi
kesehatan manusia dapat diamati melalui :
a. Pengaruh zat racun pada benda hidup, seharusnya diuji dari dua aspek
Kemungkinan hidup organisme tertentu dalam air yang
mengandung zat racun tertentu dan batas konsentrasinya.
Proses konsentrasi zat racun oleh berbagai organisme bagian dari
ekosistem umum melalui rantai makanan.
b. Pengaruh zat racun pada kesehatan manusia
Pengaruh keracunan akibat meminum air tercemar secara langsung.
Pengaruh keracunan akibat makan ikan atau produksi laut yang
lain dimana zat racun sudah diakumulasi.
Pengaruh akibat makan produksi pertanian yang zat racunnya telah
diakumulasi dengan cara air irigasi atau tanah tercemar
(Effendi,2003).
2.3 Pencemaran Logam Berat
Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, di antaranya
berbagai jenis logam berat yang berbahaya, yang beberapa di antaranya banyak
digunakan dalam berbagai keperluan sehingga diproduksi secara kontinyu dalam
skala industri. lndustri-industri logam berat tersebut harus mendapatkan
pengawasan yang ketat sehingga tidak membahayakan bagi para pekerja maupun
lingkungan sekitarnya (Kristanto,2002).
Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok
logam-logam ini mempunyai peranan yang sangat penting di bidang industri,
misalnya Kadmium (Cd) digunakan untuk bahan baterai yang dapat di isi ulang.
Kromium (Cr) untuk pemberi warna cemerlang/vekrom pada perkakas dari logam.
Kobalt (Co) untuk bahan magnet yang kuat pada loudspeaker atau microfon.
Tembaga (Cu) untuk kawat listrik. Nikel (Ni) untuk bahan baja tahan
karat/stainless steel. Timbal (Pb) untuk bahan baterai/aki pada mobil. Seng (Zn)
untuk pelapis kaleng. Merkuri (Hg) dapat melarutkan emas sehingga banyak
digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah dan bahan
pengisi termometer (Sunu,2001).
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang
terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd),
Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam-logam tersebut diketahui dapat
mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam
jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi. Dua macam logam
berat yang sering mengkontaminasi air, adalah Merkuri dan Timbal
(Kristanto,2002).
Penyakit tidak menular yang disebabkan lewat air banyak sekali,
tergantung penyebabnya. Penyebab penyakit ini dapat dikelompokkan sebagai
zat-zat kimia maupun zat-zat fisis. Penyakit akibat logam berat banyak sekali
ragamnya. Beberapa kejadian epidemis yang pernah dilaporkan, antara lain adalah
wabah yang disebabkan keracunan air raksa dan kadmium (Slamet,1994).
2.3.1. Merkuri (Hg)
Merkuri merupakan elemen alami, sering mencemari lingkungan.
Kebanyakan merkuri yang terdapat di alam terdapat dalam bentuk senyawa
dengan elemen lain dan jarang dijumpai dalam bentuk elemen terpisah.
Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan
organisme hidup melalui proses fisika, kimia dan biologi yang kompleks
(Kristanto,2002).
Sifat-sifat, kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak
digunakan untuk keperluan kimia dan industri. Beberapa sifat tersebut di
antaranya adalah:
Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu
kamar (25°C) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain,
yaitu – 39°C.
Kisaran suhu di mana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar,
yaitu 396°C, dan pada kisaran suhu ini merkuri mengembang secara
merata.
Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.
Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik
dibanding semua logam lain.
Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen
yang disebut dengan amalgam.
Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua
makhluk hidup.
Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali, di
mana diproduksi klorin (CI) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis
garam NaCl. Kedua bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi dalam
jumlah tinggi setiap tahunnya. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai
katode dari sel elektrolisis.
Penggunaan kedua terbesar adalah dalam produksi alat-alat listrik untuk
berbagai keperluan. Sebagai contoh, misalnya lampu uap merkuri yang banyak
digunakan untuk penerangan jalan dan pabrik karena mempunyai biaya instalasi
dan operasi yang lebih rendah daripada lampu pijar dan dapat dioperasikan pada
tegangan tinggi. Penggunaan lainnya, misalnya pada baterai merkuri yang
mempunyai umur relatif panjang dan dapat digunakan pada kondisi suhu dan
kelembaban yang tinggi.
Penggunaan terbesar ketiga dari merkuri beserta komponen-komponennya
adalah sebagai fungisida. Dalam hal ini merkuri digunakan untuk membunuh
jamur di dalam cat, pulp, kertas dan industri-industri pertanian. Cat yang
digunakan untuk kapal sering ditambah dengan merkuri okside (HgO) sebagai anti
jamur atau merkuri asetat sebagai anti lapuk (Kristanto,2002).
Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran
lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara.
Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri
tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk
ganggang dan tumbuhan air. Selanjutnya ikan-ikan kecil dan makhluk air lainnya
mungkin akan dimakan oleb ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih besar;
atau masuk ke dalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan
merkuri di dalam rumahnya. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian
dikonsumsi manusia sehingga manusiapun dapat mengumpulkan merkuri di
dalam tububnya. FDA (Food Drug Administration) menetapkan batasan
kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk makanan, sedangkan
WHO (World Health Organization) menetapkan batasan maksimum yang lebih
rendah, yaitu 0,0001 ppm untuk air. Keracunan merkuri terutama disebabkan oleh
konsumsi ikan yang tercemar merkuri atau konsumsi biji-bijian yang diberi
perlakuan dengan merkuri. Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam
tubuh belum diketahui dengan jelas, tetapi beberapa hal mengenai daya racun
merkuri dalam jumlah yang cukup dapat diuraikan sebagai berikut:
Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup beracun terhadap tubuh.
Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik
dalam daya racunnya, distribusi, akumulasi atau pengumpulan dan waktu
resistansinya di dalam tubuh.
Transformasi biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam
tubuh di mana komponen merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk yang
lain.
Pengaruh merkuri di dalam tubuh diduga karena dapat menghambat
kemampuan kerja enzym dan mengakibatkan kerusakan sel yang
disebabkan kemampuan merkuri untuk terikat dengan grup yang
mengandung sulfur di dalam molekul yang terdapat di dalam enzym dan
dinding sel. Keadaan ini mengakibatkan penghambatan aktivitas enzym
dan reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzym tersebut.
Kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri biasanya bersifat
permanen dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.
Dalam kasus keracunan merkuri di Teluk Minamata, Jepang, merkuri
sulfat yang digunakan sebagai katalis dalam industri vinil kloride dibuang ke laut
di Teluk Minamata. Komponen merkuri tersebut, di dasar laut akan diubah oleh
mikroorganisme anaerobik menjadi CH3Hg+ atau (CH3)2Hg. Komponen merkuri
yang terakhir ini bersifat sangat volatile dan dilepaskan dari lumpur atau pasir
pada dasar laut ke air di sekitarnya. (CH3)2Hg merupakan komponen yang stabil di
dalam larutan alkali, tetapi pada kondisi asam akan berubah menjadi CH3Hg+. Ion
tersebut bersifat larut di dalam air dan mengumpul di dalam organisme hidup.
Suatu laporan yang dibuat oleh Environmental Protection Agency (EPA)
memuat beberapa rekomendasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di
lingkungan. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:
Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.
Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya
dibatasi untuk daerah-daerah tertentu.
Semua industri yang menggunakan merkuri harus membuang limbah
industrinya dengan terlebih dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai
batas normal
Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan
masalah pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran merkuri tetap terjadi
pada lumpur di dasar sungai atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang
dilepaskan ke badan air di sekelilingnya.
2.3.2 Timbal (Pb)
Pencemaran oleh Timbal (Pb) dapat terjadi di udara, air maupun tanah.
Kandungan timbal di dalam tanah rata-rata 16 ppm, tetapi pada daerah-daerah
tertentu mungkin dapat mencapai beberapa ribu ppm. Kandungan timbal di udara
seharusnya rendah bila nilai tekanan uapnya rendah. Untuk mencapai tekanan uap
1 torr, timbal atau komponen-komponen timbal membutuhkan suhu lebih dari
800°C; berbeda dengan merkuri, di mana tekanan uap 1 torr dapat dicapai pada
suhu yang jauh lebih rendah, yaitu 126°C (Kristanto,2002).
Timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya,
yaitu sebagai berikut:
Titik cairnya rendah sehingga jika akan digunakan dalam bentuk cair maka
hanya membutuhkan teknik yang sederhana dan murah.
Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah ke berbagai
bentuk.
Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang
terbentuk mempunyai sifat yang berbeda dengan timbal yang murni.
Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya, kecuali
bila dibanding dengan emas dan merkuri.
Penggunaan timbal terbesar adalah dalam produksi baterai penyimpan
untuk mobil, dimana digunakan timbal metalik dan komponen-komponennya.
Penggunaan lainnya dari timbal adalah untuk produk-produk logam seperti
amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder, bahan pewarna, dan lain-lain. Solder
mengandung 50 - 95% timbal, sedangkan sisanya adalah timah.
Penggunaan timbal yang non-alloy terutama terbatas pada produk-produk
yang harus tahan karat. Misalnya, pipa timbal digunakan untuk pipa-pipa yang
akan digunakan untuk mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif.
Di Eropa pernah terjadi keracunan timbal beberapa tahun yang lalu yang
disebabkan oleh pipa-pipa air yang terbuat dari bahan timbal. Saat ini pipa-pipa
air kebanyakan dibuat dari besi dan PVC. Sumber pencemar timbal yang lain
adalah industri-industri yang menggunakan timbal dan kemudian membuang
limbahnya ke badan air (sungai, danau). Public Health Service di Amerika Serikat
menetapkan bahwa sumber-sumber air alami untuk masyarakat tidak boleh
mengandung timbal lebih dari 0,05 mg/l (0,05 ppm), sedangkan WHO
menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg/l (Kristanto,2002).
2.3.3 Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) sebagai unsur alami dalam tanah merupakan logam lunak
yang berwarna keperakan yang bersifat tidak pecah atau terurai menjadi bagian-
bagian yang kurang beracun. Kadmium pada kadar rendah pun masih beracun,
karena kemampuannya berkumpul dalam tanah (Sunu,2001).
Oleh karena sifat-sifatnya, kadmium banyak dipakai dalam proses
electroplating dan sebagai stabilizer dalam pembuatan polyvynil khlorida. Di
masa silam, kadmium malah digunakan dalam pengobatan Syphilis dan Malaria.
Kadmium didapat pula pada limbah berbagai jenis pertambangan logam yang
tercampur kadmium seperti timah hitam, dan seng. Dengan demikian, kadmium
dapat ditemukan di dalam perairan, baik di dalam sedimen maupun di dalam
penyediaan air minum (Slamet,1994).
Penggunaan kadmium untuk keperluan yang cukup luas seperti:
Penyepuhan secara elektrolisis,
Zat warna plastik, cat, dan tinta,
Sebagai bahan paduan dalam baterai,
Pemakaian untuk keperluan industri lainnya.
Kadmium biasanya dihasilkan sebagai produk sampingan pengilangan
seng dan untuk keperluan berbagai industri dan dapat ditemukan seperti dalam:
Endapan sulfida terutama bijih seng,
Bijih timbal dan tembaga (kadar rendah),
Batu bara berbelerang tinggi
Kadmium yang dilepas ke lingkungan melalui proses pembakaran, abunya
dapat merembes ke dalam air tanah. Untuk itu maka penangan pembakaran
benda-benda yang mengandung kadmium harus ditangani dengan baik. Kadmium
dalam kepekatan tinggi selama jangka pendek maupun dalam dosis rendah selama
jangka panjang yang terserap dan termakan/terminum oleh manusia sangat
beresiko bagi kesehatan dan merupakan ancaman sebagai karsinogen,yaitu zat
yang dapat menimbulkan kanker pada manusia. Adapun dampak lainnya dari
menghirup maupun memakan/meminum unsur kadmium dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan tubuh seperti:
Gangguan pernapasan,
Gangguan pada ginjal dan hati.
Bagi manusia, kadmium sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama
sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Oleh karenanya,
kadmium dapat diabsorbsi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas, karena tidak
adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya. Apabila kadmium masuk ke
dalam tubuh, maka sebagian besar akan terkumpul di dalam ginjal, hati dan ada
sebagian yang dikeluarkan lewat saluran pencernaan. Hasil otopsi di Amerika
Serikat menunjukkan akumulasi kadmium dalam tubuh masyarakat umum. Secara
rata-rata didapat 30 mg Cd di dalam tubuh; 33% di dalam ginjal, 14% di dalam
hati, 2% di dalam paru-paru, dan 0,3% di dalam pankreas. Kadmium dapat
mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak
langsung lewat ginjal. Sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah
(Slamet,1994).
Kasus keracunan kadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama,
Jepang. Sekelompok masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama
beberapa tahun. Penyakit tersebut kemudian menjadi semakin parah. Tulang--
tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti oleh osteomalacia (pelunakan
tulang) dan fraktur tulang punggung yang multipel. Gejala keracunan Cd ini
sangat menyerupai granuloma nephritis biasa yang selalu disertai proteinuri,
glucosuri. Kadar Calsium dan asam amino dalam urine juga meningkat; aktivitas
alkali phosphatase dalam darah juga naik. Penderita mengalami pelunakan
seluruh kerangka, dan kematian biasanya diakibatkan gagal ginjal. Selain itu
didapat, bahwa masyarakat yang kekurangan gizi lebih peka terhadap Cd daripada
yang normal.
Sumber kadmium di Toyama tersebut adalah tanah pertanian di mana
masyarakat setempat menanam padi. Penelitian lanjut mengungkapkan, bahwa di
daerah hulu terdapat usaha pertambangan seng dan timah hitam, yang membuang
partikulat Cd. Cd di dalam padi dapat mencapai konsentrasi 1,6 ppm dan di dalam
tulang rusuk 11.472 ppm (Slamet,1994).
BAB III
METODE PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini, metode yang digunakan adalah metode
kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur dan
jurnal penelitian yang bersangkutan dengan pencemaran lingkungan air khususnya
pencemaran oleh logam berat, serta teknologi yang digunakan untuk mengurangi
pencemaran tersebut. Selain itu pengumpulan data juga di dapat dari pencariam
informasi-informasi dari internet.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Study Kasus
Desa Pantai Buyat dan Ratatotok terletak di Kecamatan Ratatotok,
Kabupaten Minahasa Selatan, Propinsi Sulawesi Utara. Desa ini terkenal dengan
tambang emas. PT. Newmont Minahasa Raya (PT. NMR) adalah perusahaan
kontrak karya pertambangan emas yang berlokasi di Kabupaten Minahasa Selatan
dan Kabupaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara dan telah
beroperasi sejak bulan Maret 1996. Berdasarkan dokumen Amdal, PT. Newmont
Minahasa Raya merupakan perusahaan tambang yang diperkenankan
memanfaatkan dasar laut sebagai media untuk menempatkan limbah padat
(tailing) yang dihasilkan dari proses penambangan. Dampak penting dari sistem
ini adalah pengendapan dan penimbunan yang timbul akibat penempatan tailing
didasar laut (Submarine Tailing Disposal/STD).
Komposisi bahan kimia tailing pada tingkat tertentu dapat menyebabkan
pencemaran perairan yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar
lokasi pembuangan apabila tidak dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan
yang berlaku. Di samping itu juga dapat menyebabkan rusaknya sumberdaya ikan
di sekitar lokasi pembuangan tailing. Dampak penting yang terjadi di daerah
pertambangan yang menggunakan STD adalah penutupan daerah dasar perairan
dan bioakumulasi logam. Selain itu, di desa Ratatotok banyak terdapat
penambangan emas rakyat yang menggunakan merkuri untuk pengolahannya.
Limbah penambangan emas rakyat tersebut dibuang ke tanah dan sungai yang
bermuara ke perairan di sekitar Teluk Totok. Dampak kegiatan PT. NMR dan
adanya penambangan emas rakyat tersebut meliputi antara lain aspek fisik, biologi
dan kimia perairan laut yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan
manusia melalui rantai makanan.
Berdasarkan informasi awal dari tim Departemen Kesehatan yang
berkunjung ke lokasi, dari 180 warga Desa Pantai Buyat telah ditemukan 30
warga desa tersebut yang mempunyai keluhan gatal-gatal di beberapa bagian
tubuh, dermatitis, Infeksi Saluran Pernafasan Atas, dan munculnya benjolan di
beberapa bagian tubuh seperti wajah, tangan, kaki, dan leher. Sehubungan dengan
hal tersebut, berdasarkan hasil rapat MENKOKESRA tanggal 23 Juli 2004 , maka
dibentuklah tim Terpadu Penanganan Kasus yang terdiri dari MENKOKESRA,
Dep Kes, Dep. ESDM, BPPT, Dep. Perikanan dan Kelautan, KLH, Pemda
Sulawesi Utara, Perguruan Tinggi dan LSM. Selain itu dilibatkan pula para pakar
dalam rangka empertajam hasil yang akan diperoleh.
4.2 Penyebab Kasus
Penyebab utama dari kasus tersebut adalah pencemaran logam berat di
perairan Pantai Buyat karena pembuangan limbah padat (tailing) yang diduga
mengandung logam berat yang sangat beracun yaitu mekuri (Hg) dan Arsen (As).
Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di alam tubuh manusia di mana setelah
logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya melalui makanan yang
tersemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh
sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika jumlahnya telah
cukup besar, baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat, biasanya
logam-logam berat ini menumpuk di otak, saraf, jantung, hati dan ginjal, yang
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditempatinya.
Tersebarnya logam berat di tanah, perairan, ataupun udara dapat melalui
berbagai hal, misalnya pembuangan secara langsung limbah industri, baik limbah
padat maupun limbah cair, dapat pula melalui udara karena banyak industri yang
membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa
melalui pengolahan terlebih dahulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan
cara membakar, limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita
hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut ke udara.
Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga
dampak yang diakibatkannya juga akan lebih luas dan membersihkan udara jauh
lebih sulit.
4.3 Solusi
Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang
mengandung logam berat, khususnya merkuri, diantaranya ialah dengan teknologi
low temperature thermal desorption (LTTD) atau dengan teknologi
Phytoremediation. Pada sistem thermal desorption, material diuraikan pada suhu
rendah (< 300 derajat Celcius) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi
tekanan udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih
mudah diuapkan dari pada dalam kondisi tekanan tinggi. Jadi, dalam sistem ini
yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia, seperti oksidasi. Cara ini
sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap,
misalnya volatile organic compounds (VOCs), semi-volatile organic compounds
(SVOCs), poly-aromatic hydrocarbon (PAHs), polychlorinated biphenyl (CBs),
minyak, pestisida, dan beberapa logam kadmium, merkuri, timbal, serta non
logam seperti arsen, sulfur dan klor.
Teknologi limbah dengan sistem Phytoremediasi, menggunakan tanaman
sebagai alat pengolah bahan pencemar. Limbah padat atau cair yang akan diolah
ditanami dengan tanaman tertentu yang dapat menyerap, mengumpulkan,
mendegradasi bahan-bahan pencemar tertentu yang terdapat di dalam limbah
tersebut. Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme
yang terjadi pada prosesnya. Misalnya: Phytostabilization: polutan distabilkan di
dalam tanah oleh pengaruh tanaman. Phytostimulation: akar tanaman
menstimulasi penghancuran polutan dengan bantuan bakteri rhizosphere.
Phytodegradation: tanaman mendegradasi polutan dengan atau tanpa
menyimpannya di dalam daun, batang, atau akarnya untuk sementara waktu.
Phytoextraction: polutan terakumulasi di jaringan tanaman, terutama daun.
Phytovolatilization: polutan oleh tanaman diubah menjadi senyawa yang mudah
menguap sehingga dapat di lepaskan ke udara. Rhizofiltration: polutan diambil
dari akar oleh tanaman pada sistem hidroponik. Proses remediasi polutan dari
dalam tanah atau air terjadi karena jenis tanaman tertentu dapat melepaskan zat
carriers, yang biasanya berupa senyawaan kelat, protein, glukosida, yang
berfungsi mengikat zat polutan tertentu kemudian dikumpulkan di jaringan
tanaman, misalnya pada daun atau akar. Keunggulan sistem phytoremediasi di
antaranya adalah biayanya murah dan dapat dikerjakan insitu, tetapi
kekurangannya di antaranya adalah perlu waktu yang lama dan diperlukan pupuk
untuk menjaga kesuburan tanaman, akar tanaman biasanya pendek sehingga tidak
dapat menjangkau bagian tanah yang dalam. Yang perlu di ingat ialah setelah
dipanen, tanaman yang kemungkinan masih mengandung polutan beracun ini
harus ditangani secara khusus.
BAB V
PENUTUP
Pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia dan biologi yang tidak
dikehendaki pada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan
bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainnya. Sedangkan definisi
pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku
Mutu Lingkungan adalah : masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air menurun sampai
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, di antaranya
berbagai jenis logam berat yang berbahaya. Logam berat yang berbahaya dan
sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb),
Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam-logam
tersebut diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu organisme dan tetap
tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang
terakumulasi. Dua macam logam berat yang sering mengkontaminasi air, adalah
Merkuri dan Timbal.
Terjadinya Pencemaran Logam Berat di desa Pantai Buyat dan Ratatotok
disebabkan oleh pembuangan limbah padat (tailing). Komposisi bahan kimia
tailing pada tingkat tertentu dapat menyebabkan pencemaran perairan yang dapat
mengganggu kesehatan masyarakat di sekitar lokasi pembuangan apabila tidak
dikelola dengan baik sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi
http://www.mineweb.net/sections/whats_new/337842.htm.com, diakses tanggal
25 Maret 2009.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi
Effeni, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Slamet, Juli Soemirat. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung: Gadjah Mada
University Press.
Soemarwoto, Otto. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Djambatan.
Sunardi. 2004. Cara Alternatif untuk Mengolah Limbah Padat yang Mengandung
Merkuri dan Arsen, (Online), (http://www.Pddatabase.com, diakses 8
Maret 2009).
Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001.
Jakarta: Grasindo.
LampiranIKAN EBAGAI ALAT MONITOR PENCEMARAN
Ir. INDRA CHAHAYA S., MSiBagian Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sumatera Utara
I. Pencemaran Air
Pencemaran adalah perubahan sifat Fisika, Kimia dan Biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air . Peruahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainya, proses-proses industri, tempat tinggal dan peninggalan-peninggalan, atau dapat merusak sumber bahan mentah. Pencemaran terjadi apabila terdapat gangguan dalam daur materi yaitu apabila laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat tersebut (soemarwoto,1990). Pencemaran merupakan penambahan bermacam- macam bahan sebagai aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap lingkungan (tugaswaty, 1987).
Terdapat dua jenis sumber pencemaran yaitu (1) pencemaran yang dapat diketahui secara pasti sumbernya misalnya limbah industri, (2) pencemaran yang tidak diketahui secara pasti sumbernya yaitu masuk ke perairan bersama air hujan dan limpasan air permukaan. Beban pencemaran pada badan air merupakan jumlah bahan yang dihasilkan dari kedua sumber tersebut (Husin dan Kastamana,1991).
Aanggapan bahwa badan perairan merupakan tempat pembuangan limbah baik limbah domestik maupun limbah industri adalah salah karena dapat menyebabkan perubahan dn gangguan terhadap sumber daya air. Organisasi yang tergolong dalam kelompok organisme akuatik adalah yang pertama kali mengalami kehidupann buruk secara langsung dari pengaruh limbah atau pencemaran terhadap badan air (Price, 1979).
Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu lokasi maka akan terjadi perubahan padanya. Perubahan dapat terjadi pada organisme yang hidup di lokasi itu serta lingkunya yang berupa faktor Fisika dan Kimianya (ekosistim) (Suin, 1994).
Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan perairan dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut (Lembaga ekologi Unpad, 1978). Oksigen penting untuk pernafasan yang merupakan komponen utama untuk metabolisma ikan dan oprganisme lain (Mason, 1980). Persenyawaan organik di perairan akan dipecah oleh organisme pembusuk. Terjadinya proses ini sangat membutuhkan oksigen terlarut dalam perairan tersebut (Duffus, 1980).
Disamping itu adanya senyawa racun yang terkandung di dalam limbah juga mempengruhi proses metabolisma dalam tubu ikan , merusak jaringan usus dan fungsi ginjal (Duffus, 1980). Senyawa beracun ini juga mempengaruhi darah organ tubuh lainya. Disamping itu senyawa beracun dan logam berat dapat menghambat metabolisma serum protein (Tewari, Gill dan Plant, 1987).
©2003 Digitized by USU digital library
II. Bahan pencemar dan ekosistim perairan
Kwalitas air dipengaruhi oleh faktor alami (yaitu iklim, musim, mineralogi dan vegetasi) dan kegiatan manusia. Bilamana air di alam (disungai sungai, danau-danau dan lain-lain) dikotori oleh kegiatan manusia,sedemikian rupa sehingga tidak memenuhi syarat untuk suatu penggunaan yang khusus maka disebut terkena pencemaran (pollution) (Manan, 1992).
Tanpa adanya tindakan kebijaksanaan untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran perairan sungai, kemungkinan besar menyebabkan persediaan sumber daya air untuk segala kehidupan tidak dapat dipenuhi. Keadaan demikian akan menyebabkan terganggunya suatu faktor ekosistem kehidupan manusia yaitu factor kesehatan lingkungan yang mempengaruhi hiduup m,anusia itu sendiri (Anwar dan Husin, 1990).
Dalam sebuah daerah aliran sungai, terdapat berbagi penggunaan lahan, seperti hutan, perkebunan, pertanian lahan kering dan persawahan, pemukiman, perikanan, industri dan sebagainya. Beban bahan pencemar yang menyebabkan penurunan kwaliotas air pada sebagian sungai, berasal terutama dari limbah domestik, limbah industri, kegiatan pertanbangan dan limbah dari penggunaan lahan pertanian (Manan,1992).
Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokkan atas limbah organik, logam berat dan minyak.Masing –masing kelompok ini sangat berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan bahan pencemar yang paling banyak ditemukan diperairan akibat limbah Industri dan limbah perkotaan (Suin,1994).
Batang Arau merupakan salah satu sungai terbesar di Kotamadya Padang yang kwalitas airnya cenderung terus menurun akibat meningkatnya pencemaran. Sumber pencemaran di sungai ini terutama berasal dari limbah industri (terutama pabrik karet) dan limbah perkotaan. Limbah pabrik karet dapat mempengaruhi nilaiDO, BOD, COD, padatan tersuspensi, N-NH3 dan pH badan air (Zulkifli dan Anwar,1994).
Aliran batang Arau yang paling tercemar pada daerah muara karena kwalitas airnya sudah tidak memenuhi syarat sebagai air golongan B, C dan D serta nilai BOD dan COD yang cukup tinggi (proyek pengendalian banjir, 1993). Daerah mendekati Muara juga telah terjadi penumpukan terhadap logam berat terutama Cu dan Pb (Abu dan Arifin, 1992).
Secara alamiah, unsur logam berat terdapat dalam perairan, namun dalam jumlah yang sangat rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang banyak mengandung unsur logam berat masuk ke dalam lingkungan perairan sehingga akan terjadi racun bagi organisme perairan (Hutagalung dan Razak,1982).
Masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme perairan dengan tiga cara yaitu melalui makanan, insang dan diffusi melalui permukaan kulit (Poels, 1983). Untuk ikan insang merupakan jalan masuk yang penting. Permukaan insang lebih dari 90% seluruh luas badan. Sehingga dengan masuknya logam berat ke dalam insang dapat menyebabkan keracunan, karena bereaksinya kation logam tersebut dengan fraksi tertentu dari lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang menjadi terganggu.
©2003 Digitized by USU digital library
Lendir yang berfungsi sebagai pelindung doproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat ekspersi pada insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian (Sudarmadi, 1993).
Logam berat hampir selalu ada dalam setiap pencemaran oleh limbah industri karena selalu diperlukan dalam setiap proses industri (Forstner dan Wittmann,1983). Manifestasi dari keracunan logam berat adalah diare denan fesis biru kehijauan dan kelainan fungsi ginjal. Bila kadarnya tinggi dalam tubuh dapat merusak jantung, hati dan ginjal. Absorbsi logam berat masuk ke dalam darah dapat menimbulkan hemolisis yang akut, karena banyak sel darah yang rusak. Akibat yang serius dari keracunan logam berat dapat menimbulkan kematian (Tewari et al,1987).
Pendedahan logam berat kadmium pada ikan pleuronectes flesus berakibat berkurangnya nilai hematokrit, kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah sehingga menyebabkan anemia. Anemia sering ditandai dengan meningkatnya volume plasma oleh karena sistim keseimbangan dalam tubuh ikan terganggu. Lebih jelasnya penyebab anemia tersebut adalah menurunya kecepatan produksi sel darah mrah atau rusaknya sel darah merah lebih cepat (Larsson et al, 1976). Perlakuan logam berat terhadap ikan air tawar juga menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin serta nilai hematokrit (Tewari et al, 1987).
Kerusakan ekosistim akibat pencemaran logam berat sering dijumpai khususnya untuk ekosistim perairan. Hal ini terjadi karena adanya logam berat yang bersifat racun bagi organisme dalam perairan. Akibat organisme yang paling sensitif pertama kali mengalami akibat buruk dan juga organisme yang tidak mampu bertahan akan musnah, sehingga keseimbangan rantai makanan dan ekosistem perairan akan mengalami kerusakan (Sudarmadi, 1993).
Dalam ekosistem alami perairan, hampir dapat dipastikan bahwa kematian sejenis ikan tidak selalu karena sebab faktor yunggal tetapi karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah : 1. Penomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifat
memperkuat daya racun.2. Penomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang saling
menetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun berhasil dikurangi dinetralisir daya racunya sehingga tidak membahayakan
3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan serta adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri (Sudarmadi, 1993).
III. Pemantauan dan pencegahan pencemaran badan air
Pegolahan sumber air perlu memperhatikan aspek kwalitas pengendalian. Usaha pengendalian pencemaran air memerlukan informasi dan masukan mengenai tingkat pencemaran pada berbagai sumber air. Ada tiga cara untuk mengevaluasi tingkat pencemaan air yaitu (a) cara kriteria standar kwalitas air (b) cara ujihayati (c) cara indeks kwalitas air atau pencemaran (Mark, 1981).
©2003 Digitized by USU digital library
Untuk menghindari kerusakan terhadap ekosistim perairan senagai akibat dari pencemaran, haruslah dilakukan pemantauan atau monitoring, baik monitoring secara kimia, Fisika dan Biologi (Amnan,1994). Pemantauan pencemaran air sebenrnya menyangkut kehidupan di air. Bila air tercemar maka kehiduopan organisme di air terganggu. Analisis pencemaran air secara Fisika dan Kimia berusah menilai apakah kondisi Fisika dan Kimia air cocok dengan kehidupan organisme dibadan air atau tidak. Hal ini terkait sehubungan dengan bahwa kehidupan organisme air tergantung pada faktor Fisika dan Kimia air itu. Pengukuran ini ditujukan pada kesesuaian dengan organise air (Suin, 1994).
Pemantauan pencemaran di air dapat dilakukan secara biologi analisis dengan hewan air dapat dilakukan dengan ujihayati atau denga bioassay, metabolisme individu, dinamika populasi dan struktur populasi. Uji hayati adalah menguji suatu senyawa beracun dengan menggunakan organisme hidup. Tujuan dari uji hayati adalah untuk menentukan respon organisme terhadap besarnya konsentrasi senyawa beracun (Mark, 1981).
Racun yang masuk ke badan air ada yang dalam konsentrasi rendah dapat langsung menyebabkan kematian pada organisme yang terdapat di sana. Tetapi pada konsentrasi yang lebih rendah lagi dapat menyebabkan terganggunya funsi/faal organisme tersebut. Akibat yang disebabkan oleh racun yang tidak menyebabkan kematian secara langsung disebut efek sub lethal (Mason, 1980).
Dari efek sub lethal dapat diamati tentang biokimia, fisiologi, tingkah laku atau tingkat siklus hidup dari organisme tersebut. Pengamatan atau monitoring terhadap efek sub lethal sangat penting dan merupakan gejala awal terhadap perubahan faal akibat keracunan sebelum terjadinya kematian, sehingga akibat buruk selanjutnya bahkan kerusakan ekosostem dapat dihindari atau dicegah (Mason, 1980). Pengaruh dari senyawa pencemar dapat diamati dalam tingkat seluler, enzim, proses metabolisma dan regulasi (Sudarmadi, 1993). Penelitian efek sub lethal dari ikan salmo gairdneri R akibat pengaruh air yang tercemar berat diperairan sungai Rhine menunjukkan adanya gangguan terhadap proses biokemis dan fisiologis dalam tubuh ikan(Poels, 1983).
IV. Ikan sebagai alat memonitor pencemaran
Untuk menaksir efek toksiologis dari beberapa polutan kimia dalam lingkungan dapat diuji dengan menggunakan species ysng mewakili lingkungan yang ada di perairan tersebut. Specis yang diuji harus dipilih atas dasr kesamaan biokemis dan fisiologis dari specis dimana hasil percobaan digunakan (Price, 1979). Kriteria organisme yang cocok unutk digunakan sebagai uji hayati tergantung dari beberapa faktor :1. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan linkungan 2. Penyebanya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak 3. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah
maupun nasional4. Mudah dipelihara dalam laboratorium 5. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit 6. Sesuai untuk kepentingan uji hayati (American Public Health Associaton, 1976
cit. Mason, 1980).©2003 Digitized by USU digital library
Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorim, di mana terjadi perubahan aktivitas pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dsar irama membuka dan menutupnya rongga “Buccal” dan ofer kulum (Mark, 1981). Pengukuran aktivitas pernafasan merupakan cara yang amat peka untuk menguikur reaksi ikan terhadap kehadiran senyawa pencemar. Hasil penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan adanya peningkatan jumlah gerakan ofer kulum “Fingerlink” (Cirrhina Mrigala) yang terkena deterjen (Lal, Misra, Viswanathan dan Krisna Murty, 1984).
Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekwensi Bentu ikan. Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang merupakan monitoring pergerakan respiratory (Anderson dan Apolonia,1978).
Selain gerakan ofer kulum dan frekwensi batuk parameter darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kwalitas air.Perubahan faal drah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan timbul sebelum terjadinya kematian (Larsson et al, 1976). Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dar ikan. Parameter faal darah dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah (Goenarsoh, 1988).
Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayatikarena sangat peka terhadap perubahan lingkungan (Brinley cit. Sudarmadi, 1993). Di Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis.Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8-12 cm. Disamping itu ikan mas di kolam biasa (Stagnant water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap bulanya (Arsyad dan Hadirini cit. Sudarmadi, 1993).
Berdasrkan hasil penelitian bahea konsentrasi limbah, suhu, DO, pH, salinitas dan alkalinitas berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan mas (Cyprinus carpio L.) (Suwindere, 1983). Hal ini disebabkan jika ditinjau secara kimia bahwa kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan dipengaruhi oleh pH, DO, BOD, suhu, salinitas dan alkalinitas (Rasyad, 1990).
Penelitian tentang kesanggupan ikan mas untuk mendeteksi insektisida memperlihatkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpui L.) dapat mendeteksi adanya insektisida bayrusil dalam air pada konsentrasi 55 ppm. Dimana pada konsentrasi tersebut setelah 10 menit ikan mas telah menghidari akan trjadi perubahan frekwensi gerakan ofer kulum yang mula- mula cepat kemudian melambat dan ahirnya lemas (Suin, 1994).
©2003 Digitized by USU digital library
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar, Bustanil Arifin. 1990. Pengaruh Limbah Terhadap Kwalitas Air Batang
Arau dan Batang Kuranji di Kodya Padang. Laporan Penelitian. Unand. Padang
Amnan, Marta. 1994. Evaluasi Kandungan Logam Berat Hg dan Pb pada kerang Polymesoda sp Pada Ekosistim Sungai di Kawasan Industri. Tesis. Program Pasca Sarjana. UI. Jakarta.
Anderson, P. D. and S.D. Apollonia 1978. aquatic.Animal. Department of Biological Sciencies. Ottawa. Canada.
Anwar, M. S. H Saaludian. 1990. Studi Lingkungan Perairan air Sungai di Kecamatan Gambut dan Kertak Hanyur Kalimantan Selatan. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan. 10;3 : 183 – 192. Jakarta
Duffus, H. J. 1980. Environment Toxicologi. Department of brewing and Biological Science. Hariot-Watt. University Edinbueg.
Forstner, U and G.T.W. Wittman. 1983. Metal Pollution in the Aquatic Environment. Second revised Edition. Springerverlag, Heidelberg. New York. Tokyo.
Geonarso, D. 1988. Perubahan faal Ikan sebagai Indikator kehadiran insektisida dan Detergen dalam air. Disertasi. ITB. Bandung
Husin, Y. dan Eman, K. 1991. Metoda teknik Analisisi Kwalitas Air. Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian. IPB. Bogor.
Hutagalung, H.P dan H. Razak. 1982. Pengamatan Pendahuluan Kadar Pb dan Cd dalam Air dan Biota di Estuari Muara angke. Oseanologi. Indonesia.
Larson, A., B.E. Bengston and O. Svaberg. 1976. Effect of Cadmium for Hematologys and Biochemis on Fish. Chambridge University Press. London. New York. Melboum.
Manan,S. 1992. Pengelolaan Hutan Lindung yang Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Sumatera Rimba Indonesia XXVII ; 3 – 4 Persatuan Peminat dan Ahli kehutanan.
Mark, Jr.H.B. 1981. Water Quality Measurement The Modern Analytical Techniques. Departments of Chemistry of Cincinate. Ohio.
Mason, C.F. 1980. Biological pf FreshWater Pollution. London. New York.
©2003 Digitized by USU digital library
Poels, C.L.M. 1983. Sub lethal Effect of RhineWater of Rainbouw Trout. Testing and research Institute of the Netherlands Water Undertakings. KIWA Ltd. Rijswijk.Netherlands.
Price, D.R.H. 1879. Fish as Indicators of Water Quality. John Wiley and Sons.Chicester. Toronto.
Soemarwoto, Otto. 1990. Beberapa Masalh Mendesak dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.Widyapura No.1 tahun VII/1990.Pusat penelitian dan Ppengembangan dan Perkotaan dan Lingkungan DKI. Jakarta.
Sudarmadi, Sigit. 1993. toksiologi Limbah pabrik kulit terhadap Cyprinus Carpio L. dan Kerusakan insang. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan 13;4 : hal. 247 – 260. Jakarta.
Suin, M. Nurdin. 1994. Dampak pencemaran pada Ekosistim Pengairan. Proseding penataran pencemaran Lingkungan Dampak dan Penanggulanganya.Pemda Kodya TK. II. Padang.
Tewari, H.,T.S. Gill and J. Plant. 1987. Impact of Chronic Lead Poisoning on the Hematological and Biochemistry Profiles on a Fish Barbus Chonchonius (Ham) Bull. Embirom. Contam.
Tugaswaty, T. 1987. Metoda Penelitian Kwalitas Air. Penataran Metoda Penelitian Ilmu Lingkungan. Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Jakarta.
Zulkifli dan Jazanul. 1994. Alternatif Penanggulangan Limbah Pabrik Karet. Jurnal Lingkungan dan Pembangunan 14; 1 : 60 – 67.
©2003 Digitized by USU digital library