Terbatas Bab i Pendahuluan

95
BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Perkembangnya informasi dan teknologi memberikan dampak yang sangat besar terhadap tata kehidupan sosial, kesehatan sebagai bagian dari kebutuhan manusia tak luput juga menjadi sasaran. Kebutuhan akan kesehatan yang prima serta tuntutan akan jaminan keselamatan, mempengaruhi cara pandang dan konsep penyedia jasa pelayanan kesehatan yang profesional. Oleh karena itu untuk penyedia jasa pelayanan kesehatan harus terus membenahi berbagai aspek yang turut mendukung didalam pencapaian peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu unsur yang begerak didalam penyedia jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya secara optimal sehingga profesionalitas rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan dapat dicapai. Profesionalisme pada pelayanan kesehatan dapat dicapai bilamana dapat mengikuti kemajuan dan pekembangan lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bidang kesehatan serta Teknologi Informasi. Seiring dengan perubahan sikap masyarakat yang semakin kritis terhadap jasa pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut maka dibutuhkan kesiapan yang menyeluruh baik perangkat keras (hard were) maupun perangkat lunak (soft ware) dari penyedia jasa pelayanan kesehatan. Salah satu perangkat lunak yang harus ada di rumah sakit yaitu suatu prosedur operasional yang standar dalam pelayanan kesehatan, dimana ini akan menjadi acuan atau dasar dalam melakukan suatu tindakan pelayanan kesehatan. Melihat kenyataan di atas maka Rumkital Dr. Komang Makes berusaha lebih profesional dan salah satu bentuk upaya yang dilaksanakan di lingkungan Rumkital Dr. Komang Makes adalah menyusun dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak. 2. Maksud dan tujuan a. Maksud Buku Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi tenaga medis Rumkital Dr. Komang Makes dalam memberikan pelayanan kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan Anak secara profesional. b. Tujuan 1 TERBATAS

Transcript of Terbatas Bab i Pendahuluan

Page 1: Terbatas Bab i Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum

Perkembangnya informasi dan teknologi memberikan dampak yang sangat besar terhadap tata kehidupan sosial, kesehatan sebagai bagian dari kebutuhan manusia tak luput juga menjadi sasaran. Kebutuhan akan kesehatan yang prima serta tuntutan akan jaminan keselamatan, mempengaruhi cara pandang dan konsep penyedia jasa pelayanan kesehatan yang profesional. Oleh karena itu untuk penyedia jasa pelayanan kesehatan harus terus membenahi berbagai aspek yang turut mendukung didalam pencapaian peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Rumah sakit sebagai salah satu unsur yang begerak didalam penyedia jasa pelayanan kesehatan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya secara optimal sehingga profesionalitas rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan dapat dicapai. Profesionalisme pada pelayanan kesehatan dapat dicapai bilamana dapat mengikuti kemajuan dan pekembangan lmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) bidang kesehatan serta Teknologi Informasi.

Seiring dengan perubahan sikap masyarakat yang semakin kritis terhadap jasa pelayanan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut maka dibutuhkan kesiapan yang menyeluruh baik perangkat keras (hard were) maupun perangkat lunak (soft ware) dari penyedia jasa pelayanan kesehatan. Salah satu perangkat lunak yang harus ada di rumah sakit yaitu suatu prosedur operasional yang standar dalam pelayanan kesehatan, dimana ini akan menjadi acuan atau dasar dalam melakukan suatu tindakan pelayanan kesehatan.

Melihat kenyataan di atas maka Rumkital Dr. Komang Makes berusaha lebih profesional dan salah satu bentuk upaya yang dilaksanakan di lingkungan Rumkital Dr. Komang Makes adalah menyusun dan menerapkan Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak.

2. Maksud dan tujuana. Maksud

Buku Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Anak ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi tenaga medis Rumkital Dr. Komang Makes dalam memberikan pelayanan kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan Anak secara profesional.

b. Tujuan1) Memberikan pengetahuan dan keseragaman cara bertindak dalam memberikan

pelayanan kesehatan di bidang Ilmu Kesehatan Anak.2) Mendapatkan mutu seoptimal mungkin dalam pemberian pelayanan kesehatan di

bidang Ilmu Kesehatan Anak

3. Tata Uruta. BAB I Pendahuluanb. BAB II Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulutc. BAB III Penutup

1

TERBATAS

Page 2: Terbatas Bab i Pendahuluan

BAB II

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) ILMU KESEHATAN ANAK

1. SYOK HIPOVOLEMIK

Kriteria Diagnosis:1. Kesadaran menurun2. Takikardi, hipotensi dengan tekanan nadi menyempit3. Vena kolaps dan pengisian kapiler tehambat4. Pucat, keringat berlebihan, ekstremitas dingin5. Nadi cepat dan kecil sampai tak teraba6. Oliguria7. Tekanan vena sentral rendah (normal 2 – 10 cmH2O)8. Tekanan nadi ≤ 20 mmHg

Diagnosis Banding :1. Syok Kardiogenik2. Syok Sepsis3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah/Urin Lengkap2. Analisa Gas darah (AGD)3. Fungsi Ginjal4. Foto Toraks sesuai keadaan

Perawatan:Rawat Inap bila memungkinkan sebaiknya di Ruang Perawatan Intensif Anak.

Terapi :1. Bebaskan jalan napas dan oksigenasi yang baik2. Pengelolaan cairan :

a. Memperbaiki Volume Intravaskuler dengan :1) Kristaloid (Ringer Laktat, Asering, NaCl 0,9%)2) Koloid / Darah sesuai keadaan3) Plasma Ekspander Sintetik (Dekstran 40/Gelafundin/Haes

b. Pemberian cairan:Syok hipovolemik dengan hipoalbumin diberi cairan koloid isoonkotik misalnya pada kehilangan plasma atau darah ( perdarahan, trauma, operasi) penyakit jantung, penyulit sistemik pernafasan kegagalan ginjal.

c. Jumlah cairan ;1) Kristaloid pada syok hipovolemik tanpa komplikasi guyur secepatnya sampai syok

teratasi (20 ml/kgBB/ 1jam)2) Plasma darah / FPP : 10 – 20 ml/kgBB atau Dextran 40 10 -20 ml/kgBB selama 1

jam 3. Diberikan Dopamin/Dobutamin sesuai keadaan4. Pemeliharaan Fungsi Ginjal :

2

TERBATAS

Page 3: Terbatas Bab i Pendahuluan

a. Furosemide 1 mg/kgBB, dapat diulang 4-6 jamb. Dopamin 2-4 gr/kgBB/menitc. Manitol 0,5 gr/kgBB

5. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian Sodium Bikarbonat dengan rumus :Base Deficit x 0,3 x BB secara IV dengan kecepatan tidak melebihi 1 mEq/kgBB/menit

Penyulit :1. Kegagalan Ginjal Akut2. Payah Jantung3. Gangguan Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :1. Sampai syok teratasi2. Selama keadaan umum masih jelek

Masa Pemulihan :Beberapa hari sampai beberapa minggu

Out Put :1. Sembuh Total2. Kematian

2. SYOK SEPSIS

Kriteria Diagnosis1. Pada stadium awal terjadi “warm shock” karena dilatasi dan kenaikan curah jantung dengan

penurunan efektivitas volume darah sirkulasi.2. Kulit kemerahan (flush), tekanan sistolik normal, tekanan nadi meningkat, hiperventilasi,

depresi susunan saraf pusat dan penurunan jumlah urin. Biasanya disertai demam dan menggigil.

3. Pada stadium lanjut :a. Penurunan curah jantungb. Hipotensic. Nadi cepat dan kecild. Kulit dingin dan sianotike. Anurif. Asidemia dan dapat terjadi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Diagnosis Banding1. Syok Hipovolemik2. Syok Kardiogenik3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang1. Darah, Urin, Feces Lengkap, AGD2. Biakan darah / Urin dan Cairan Serebrospinalis serta Tes Kepekaan (Sensitivity Test)

3

TERBATAS

Page 4: Terbatas Bab i Pendahuluan

3. Foto Rontgen Thorak dan Tes Fungsi Ginjal

Perawatan:Rawat Inap bila memungkinkan sebaiknya di Ruang Perawatan Intensif Anak.

Terapi:1. Memberantas Infeksi :

a. Derivat Penisilin (Ampisilin) 300-400 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosisb. Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosisc. Golongan sefalosporin dengan atau tanpa kombinasi dengan golongan aminoglikosida,

ataupun beta laktamase (Meronem,Tienam)d. Jamur Kandida: diberikan Amfoterisin B dengan dosis awal 0,25-0,50 mg/kgBB

diberikan dalam waktu 3-5 jam.Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan 0,1-0,25 mg/kgBB sehingga mencapai 0,5-1,0 mg/kgBB/hari (maksimal 50 mg/hari) dan diberikan selama 10 -14 hari

2. Mempertahan perfusi jaringan adekuat :a. Cairan dan pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa.b. Plasma darah / FPP : 10 – 20 ml/kgBB atau Dextran 40 10 -20 ml/kgBB selama 1 jam. c. Ringer Laktat atau Asering guyur secepatnya sampai syok teratasi (20 ml/kgBB/1jam).d. Transfusi darah (bila hematokrit < 30%) untuk mempertahankan hematokrit 35-40%.e. Koreksi gangguan asam basa

3. Obat-obat Vasoaktif (bila curah jantung tetap rendah) :a. Golongan Xantin (Aminofilin)b. Glukagonc. Kardiak glikosida, digitalis dan derivatnya, atau dopamin 2-4 μgr/kgBB/menitd. Deksametason: 1-3 mg/kgBB ataue. Metilprednisolon 30 mg/kgBB setiap 4-6 jam selama 72 jam

4. Pengobatan suportif

Penyulit:1. Perdarahan (DIC)2. Gagal Napas3. Gagal Jantung4. Gagal Ginjal Akut5. Meningitis Bakterial

Informed Consent:Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:14 hari sampai 21 hari bila ada Meningitis Bakterial

Masa pemulihan:3 minggu sampai 1 bulan

Out Put:1. Sembuh Total2. Sembuh dengan Gejala Sisa3. Kematian

4

TERBATAS

Page 5: Terbatas Bab i Pendahuluan

3. SYOK KARDIOGENIK

Kriteria Diagnosis:1. Ujung ekstremitas (akral) dingin, lembab dan sianosis2. Tekanan darah auskultasi tak terukur, dan nadi lemah 3. Kelainan kardiovaskuler yang mendasari 4. Akibat vasokonstriksi perifer yang lama mengakibatkan:

a. Bendungan pulmonal b. Kelemahan jantungc. Berkurangnya perfusi jaringan periferd. Asidosis metabolik

Diagnosis Banding:1. Syok Sepsis2. Syok Hipovolemik3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang:1. Hb, Hematokrit (untuk hemodilusi/hemokonsentrasi)2. Urin Lengkap (volume, berat jenis)3. AGD4. Kadar Elektrolit5. EKG6. Tekanan vena sentral7. Rontgen Thorak atas indikasi

Konsultasi :Spesialis Jantung/Jantung Anak

Perawatan:Rawat inap sebaiknya di ICU Anak.

Terapi:1. Oksigen adekuat dan pengawasan ventilasi2. Tidur telentang dengan tungkai lebih tinggi (setinggi 15 0 )3. Bila sesak, kepala sedikit ditinggikan4. Jumlah cairan minimal (60-70 ml/kgBB) disesuaikan dengan tekanan vena sentral5. Obat-obat Kardiotonika: Dopamin (dosis 5-10 μgr/kgBB/menit), dobutamin.6. Atasi asidosis metabolik dan gangguan elektrolit

Penyulit:1. Gagal Ginjal Akut2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit3. Edema Paru

Informed Consent:Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:

5

TERBATAS

Page 6: Terbatas Bab i Pendahuluan

1. Sampai syok teratasi2. 3 minggu sampai 1 bulanMasa pemulihan:Berbulan-bulan

Out Put:1. Sembuh Total2. Kematian

4. KOMA

Koma adalah gangguan kesadaran yang paling berat dan yang tidak dapat bereaksi terhadap sekitarnya atau dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang kuat, yang masih tampak adalah refleks primitif saja, yang dapat disebabkan oleh beberapa keadaan :1. Lesi yang meliputi kedua belahan otak (proses metabolik atau trauma kapitis)2. Lesi yang mempengaruhi secara langsung/tidak langsung pada sistem ARAS 3. (Ascending Reticular Activating System) di talamus, mesensefalon atau pons4. Lesi campuran

Derajat Kesadaran:1. Letargi : Gangguan kesadaran minimal dengan berkurangnya perhatian terhadap

lingkungan sekitarnya. Sering mengantuk, dan keadaan ini dapat disertai dengan kegelisahan, perhatian yang mudah beralih, lupa, tapi masih dapat berkomunikasi.

2. Obtudansi : Gangguan kesadaran ringan-sedang disertai berkurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitarnya. Komunikasi masih dapat dilangsungkan walaupun tidak sempurna.

3. Stupor : Gangguan kesadaran yang menyerupai tidur dalam dan hanya dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat berulang kali, komunikasi minimal atau tidak ada sama sekali.

4. Koma : Gangguan kesadaran berat. Penderita tidur tanpa dapat dibangunkan, mata tertutup dan tidak ada gerakan spontan serta tidak ada komunikasi. Respons withdrawal masih ada bila diberi rangsangan nyeri.

Diagnosis Banding: 1. Vegetatif (Coma Vigil, Akinetic autism, Aphalic State)2. Sindroma Locked-in

Pemeriksaan Penunjang:1. Darah/Urin/Feces Lengkap, Analisa gas darah, Pemeriksaan LCS, Kultur darah2. Gula darah3. Fungsi hati, amonia, ureum, dan elektrolit4. Pemeriksaan penyaring keracunan terhadap urine, darah5. Pemeriksaan penyaring kualitatip metabolit urin (feriklorida, dinitrofenilhidrazin, natrium

nitroprusid, asam amino, asam organik dll)6. EEG7. Foto kepala, Leher dan CT-Scan kepala

Konsultasi:1. Tergantung Penyebab2. Subbagian Endokrinologi,Nefrologi, Hepatologi dll

6

TERBATAS

Page 7: Terbatas Bab i Pendahuluan

3. Bedah Saraf

Skala Koma Pediatrik (Modifikasi dari Skala Koma Glasgow)untuk pengukuran penurunan kesadaran anak

Skala Koma Glasgow (4-15 tahun) Skala Koma Anak ( < 4 tahun)Aktivitas Respons Nilai Aktivitas Respons Nilai

1. Buka Mata

- Spontan- Karena suara- Karena Nyeri- Tidak ada

4321

1. Buka Mata

- Spontan- Terhadap bicara- Terhadap nyeri- Tidak ada

4321

2. Motorik - Menurut perintah- Lokalisasi nyeri- Menarik terhadap nyeri- Fleksi terhadap nyeri- Ektensi terhadap nyeri- Tidak ada

654321

2. Motorik

- Spontan- Lokalisasi nyeri- Menarik terhadap nyeri- Fleksi terhadap nyeri- Ekstensi terhadap nyeri- Tidak ada

654321

3. Verbal - Terorientasi- Kacau/bingung- Kata tak tepat- Suara/bunyi tidak khas- Tidak ada

54321

3. Verbal - Terorientasi- Kata-kata tidak jelas/kacau- Suara - Menangis - Tidak ada

54321

Nilai Normal : Lahir – 6 bulan : 9 6 – 12 bulan : 11 1- 2 tahun : 12 2 – 5 tahun : 13 > 5 tahun : 14

Perawatan:Rawat inap, sebaiknya di ICU.

Terapi:1. Perbaiki jalan napas dan pertahankan sirkulasi2. Kurangi tekanan intrakranial3. Atasi kejang4. Berantas infeksi5. Perbaiki keseimbangan elektrolit6. Kendalikan suhu badan7. Berikan antidotum spesifik8. Tenangkan agitasi

Menurunkan Tekanan Intrakranial :1. Memasang alat pemantau tekanan intrakranial yaitu kateter ventrikulaer atau subaraknoid2. Cairan dibatasi 2/3 kebutuhan3. Kepala penderita diangkat 300 untuk mempercepat venous return4. Diberikan obat-obat menurunkan tekanan intrakranial :

a. Manitol (diuretik osmotik) dosis kecil 0,25gr/kgBB (dapat mengurangi tekanan intrakranial 4-6 jam) bila kurang berhasil dapat diberikan dosis sampai 1 gr/kgBB (larutan manitol 20% diberikan dalam 30 menit dan diulangisetiap 4-6 jam). Penggunaan manitol kurang disukai karena dapat menyebbabkan dehidrasi sel normal

7

TERBATAS

Page 8: Terbatas Bab i Pendahuluan

bilaterdapat kerusakan sawar darah otak. Efek manitol pendek dan dapat menyebabkan efek Rebound karenapeningkatan osmolalitas jaringan otak.

b. Gliserol dapat diberikan secara oral 0,5-2,0 g/kgBB melalui sonde atau perinfus larutan 10% dengan 1g/kgBB dalam 30 menit.

c. Diuretika yang efektif adalah furosemid 1 mg/kgBB dalam 30 menit setiap 3-6 jam. Furosemide tidak boleh diberikan pada keadaan edema serebri karene tumor dan abses (dosis 0,5 mg/kgBB).

5. Hiperventilasi dengan ventilasi mekanik untuk menurunkan tekanan intrakranial (PCO2 : 23-25 mmHg

Penyulit:1. Pneumonia Ortostatik2. Dekubitus3. Gagal ginjal4. Ensefalitis5. Brain Death

Informed Consent:Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:1. Sampai penderita sadar betul2. 21 hari bila Meningitis Bakterial

Masa pemulihan:3 minggu sampai 1 bulan

Out Put:Koma Non Traumatik:1. Sembuh Total 50%2. Cacat 20%3. Kematian 30%

5. ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan, teratur dan adekuat.

Tanda- tanda klinik :1. Pernapasan2. Denyut Jantung3. Warna kulit

Resusitasi :

1. Memastikan saluran napas terbukaa. Letakkan bayi dalam posisi telentang atau miring dengan leher agak tengadah

(ekstensi)

8

TERBATAS

Page 9: Terbatas Bab i Pendahuluan

b. Keringkan tubuh dan mulut bayi dengan handuk kering, kecuali pada bayi dengan meconium staining

c. Bila perlu letakkan lipatan handuk atau selimut di belakang bahu bayid. Hisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung bayi sampai dengan orofaring dan bila

diperlukan sampai trakea.e. Bila perlu masukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran napas terbuka.

2. Memulai pernapasana. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki, menyentil tumit atau

menggosok punggung/dada bayib. Nilai pernapasan, denyut jantung dan warna kulit berturut-turut :

1) Napas :a) Apnub) Pernapasan normal

2) Frekwensi denyut jantung :a) > 100 x / menitb) < 100 x/ menit

3) Warna kulit : a) Kemerahan (tanpa sianosis)b) Sianosis periferc) Sianosis sentral

c. Berikan ventilasi tekanan positip bila bayi apnu, megap-megap, frekwensi denyut jantung < 100 x/menit.

d. Bila perlu memakai sungkup atau balone. Bila perlu pasang pipa endotrakeal dan balon pernapasanf. Berikan O2 100% dengan kecepatan 5 l/menit sebaiknya menggunakan balon

mengembang sendiri reservoir oksigeng. Lakukan ventilasi selama 15 – 30 detik dengan frekwensi 40 – 60 napas/menith. Periksa frekwensi Denyut Jantung

1) Denyut Jantung > 100x/menit, napas spontan hentikan PPV, bila tidak napas spontan, PPV lanjut

2) Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan bertambah lanjutkan PPV3) Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan tidak bertambah lanjutkan PPV, bila Denyut Jantung < 80x/menit lakukan pijat jantung/kompresi dada4) Denyut Jantung < 60 x/menit lakukan ventilasi dan segera lakukan pijat jantung /

kompresi dada.

3. Mempertahankan sirkulasi daraha. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara:

1) Pijat Jantung/Kompresi dadaa) Merupakan indikasi bila sesudah 15-30 detik melakukan PPV dengan O2 100%

frekwensi denyut jantung < 60x/menit atau 60-80 x/menit dan tidak bertambah.b) Bila frekwensi denyut Jantung sama atau sudah lebih dari 80 x/menit tindakan

kompresi dada dihentikanc) Teknik penekanan ada 2 cara : Teknik Ibu Jari atau Teknik 2 Jari.Lokasi

penekanan pada 1/3 bawah sternum. Penekanan dada 3x dalam waktu 1,5 detik, selanjutnya dilakukan pemberian ventilasi 1x selama 0,5 detik (rasio 3:1). Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada, frekwensi jantung dikontrol selama 6 detik.

d) Penilaian :1) Bila frekwensi denyut jantung < 80 x/menit:

9

TERBATAS

Page 10: Terbatas Bab i Pendahuluan

i. Lanjutkan penekanan dadaii. Lanjutkan ventilasi dengan O2 100% iii. Lanjutkan pengontrolan jantung secara periodikiv. Berikan obat-obatan

2) Bila frekwensi denyut jantung ≥ 80x/menit:i. Hentikan kompresi dadaii. Lanjutkan tindakan ventilasi sampai denyut jantung > 100x/menit dan

bayi bernapas spontaniii. Bila perlu pasang sonde lambung melalui mulut untuk mengurangi

tekanan udara dalam lambung

Intubasi Endotrakeal Indikasi :1. Bila diperlukan PPV agak lama2. Bila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif3. Bila perlu melakukan penghisapan lendir di trakea4. Bila ada kecurigaan hernia diafragmatika

Cara:1. Penolong berdiri di sisi atas kepala bayi sambil memegang laringoskop dengan tangan kiri2. Masukkan daun laringoskop dengan menyusurkan daun laringoskop melalui lidah ke

valekulum.3. Setelah daun laringoskop masuk, angkat daun laringoskop sedikit sehingga lidah akan

terjulur dan farings terlihat4. Segera setelah pita suara dan trakea terlihat masukkan pipa endotrakeal, dengan

memegang pipa tersebut dengan tangan kanan dan memasukkannya dari sebelah kanan mulut bayi

5. Bila pita suara membuka masukkan pipa sampai tanda pita suara di pipa, sehinggga pipa akan terletak dalam trakea di tengah antara pita suara dan karina.

6. Keluarkan laringoskop, periksa letak pipa untuk meyakinkan pipa masuk ke trakea

Obat-obatan dan cairan:1. Epinefrin, indikasi:

a. Frekwensi denyut jantung tetap < 80x/menit walaupun telah dilakukan paling sedikit 30 detik ventilasi adekuat dengan O2 100% dan kompresi dada

b. Frekwensi denyut jantung nol segera berikan epinefrin dan pada ssat yang sam berikan PPV dan kompresi dada. Dosis : 0,1 – 0,3 ml/KgBB cairan 1 ; 10.000 IV atau melalui pipa endotrakeal, berikan dengan cepat.

c. Frekwensi denyut jantung harus naik sampai 100 x/menit atau lebih dalam 30 detik setelah diberikan.

d. Bila frekwensi denyut jantung tetap < 100x/menit:1) Epinefrin diulangi setiap 3 – 5 menit2) Volume Expander bila kehilangan darah akut atau ada tanda-tanda hipovolemia3) Bikarbonat natrikus untuk apnu yang lama yang tidak ada respons terapi terhadap

terapi lain.

2. Volume Expandera. Digunakan untuk menanggulangi efek hipovolemia dengan meningkatkan volume

vaskuler dan hemodinamika perfusi jaringan, juga bila terdapat kejadian akan diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemia:1) Pucat yang menetap setelah oksigenase

10

TERBATAS

Page 11: Terbatas Bab i Pendahuluan

2) Nadi yang lemah dengan fungsi jantung yang baik3) Respons yang buruk terhadap usaha resusitasi4) Penurunan tekanan darah

b. Jenis cairan :1) Darah segar (whole blood)2) Cairan albumin – saline 55/plasma expander3) Larutan garam fisiologis4) Cairan Ringer Laktat

c. Dosis : 10 ml/KgBB IV selama 5 – 10 menitd. Efek : meningkatkan volume vaskuler dan menurunkan asidosis metabolik. Tekanan

darah akan meningkat, nadi menjadi kuat dan pucat menghilang. Dapat diulang bila tanda-tanda hipovolemia menetap.

e. Bila perbaikan sedikit atau tidak ada :1) Pertimbangkan adanya asidosis metabolik dan perlu diberikan bikarbonat natrikus2) Perlu penggunaan dopamin, bila penurunan tekanan darah menetap

3. Bikarbonat Natrikusa. Digunakan bila terdapat apnu yang lama yang tidak memberikan respons terhadap

terapi lainb. Dosis : 2 meq/KgBB IV, berikan perlahan-lahan paling sedikit dalam waktu 2 menit

4. Nalokson Hidroklorita. Indikasi pada depresi pernapasan yang beratb. Riwayat pemberian narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinanc. Dosis : 0,1 mg/KgBB, IV atau endotrakeal. Pemberian cepat. Pantau pernapasan dan

frekwensi denyut jantung dengan ketat. Pemberian ulang bila depresi pernapasan timbul kembali.

6. TETANUS NEONATORUM

Suatu penyakit infeksi berat yang disebabkan olek toksin klostridium tetani akibat berkembang biaknya kuman tetanus di tubuh bayi.

Kriteria Diagnosis1. Spastisitas : trismus, rhisus sardonicus, opistotonus, kakuk kuduk,

spastisitas anggota gerak2. Kejang/spasme : spontan atau dengan rangsangan, asfiksia dan sianosis3. Kesadaran : tetap sadar4. Tanda infeksi : demam, omfalitis5. Skoring sistem:

a. Umur : ≤ 5 hari : 4 6 – 10 hari : 2 > 10 hari : 1

b. Spasme : kejang spontan : 2: kejang rangsang : 1

c. Sianosis : 2d. Trismus/rhisus sardonikus/opistotonus) : 1e. Suhu rektal > 390 C : 1

6. Berdasarkan skoring tingkatan tetanus neonatorum: a. Tingkat Berat : skor 8 -10

11

TERBATAS

Page 12: Terbatas Bab i Pendahuluan

b. Tingkat Sedang : skor 6 -7c. Tingkat Ringan : skor 2 -5

Diagnosis Banding:Hipokalsemia dan tetani Pemeriksaan Penunjang :Bila dicurigai sepsis dilakukan pemeriksaan biakan darah, biakan tali pusat dan pungsi lumbal

Perawatan:Rawat Inap, sebaiknya di ruang Isolasi

Terapi :1. ATS 1500 unit IM (Intra Muskuler)2. Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari3. Metronidasol 25 mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari4. Piridoksin 100 mg/hari IM pada hari pertama dilanjutkan dengan 25 mg/hari oral sampai

penderita bebas kejang5. Diazepam 12 x 5 mg/hari rektal6. Perawatan tali pusat dengan betadin 10%7. Pemberian ASI melalui sonde lambung selama penderita belum dapat menetek8. Diberikan Oksigen bila perlu9. Penghisapan lendir berkala

Penyulit :1. Spasme faring/laring2. Asfiksia, pneumonia, aspirasi, atelektasis, pneumotoraks dan kegagalan pernapasan3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit4. infeksi berat

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :1. Sampai kejang teratasi2. 14 hari bila ada sepsis3. 21 hari bila ada Meningitis Bakterial

Masa Pemulihan :3 minggu

Out Put :1. Sembuh Total2. Sembuh dengan gejala sisa3. Kematian

7. SEPSIS NEONATORUM

Kriteria Diagnosis

12

TERBATAS

Page 13: Terbatas Bab i Pendahuluan

a. Faktor predisposisi1. Infeksi intra partum : suhu badan ibu > 380 C, lekositosis, air ketuban keruh/kotor berbau2. Ketuban pecah Dini , lebih 12 jam3. Partus lama dengan atau tanpa robekan ketuban Kala I >18 jam, Kala II primipara >2

jam, multipara >1 jam4. Tindakan resusitasi aktif, misalnya pernapasan mulut ke mulut5. Manipulasi yang terlalu sering pada persalinan6. Partus patologik misalnya SC, Ekstraksi Forceps, Ekstraksi Vakum7. Pemasangan IVFD8. BBLR9. Sindroma aspirasi10. Bayi dengan Sindroma Gawat Napas (SGN), terutama dengan gambaran radiologik

toraks abnormal

b.. Laboratorium:1. Lekositosis ( >25.000/mm3 ), lekopenia ( <5.000/mm3 )2. Hitung jenis dan hapusan darah tepi:

a. Sel batang sekitar 60%b. Terjadi pergeseran ke kiri (shift to the left)c. Terlihat gambaran toksik granulasi dan vakuolisasi

3. Trombositopenia (<100.000/mm3)4. Biakan darah, umbilikus dan cairan serebrospinalis5. Periksa urin dan tinja6. Gambaran DIC7. Periksa AGD8. Periksa status Gula Darah

c. Gambaran Klinik:1. Keadaan Umum : Tanda not doing well, malas minum, hipotermi, skelerema

neonatorum2. Kardiovaskuler : Takikardia (>160 x/menit), bradikardia (< 60 x/menit), sirkulasi

perifer jelek3. Gastrointestinal : Kembung, retensi/residu lambung banyak atau kotor, muntah,

diare4. Respirasi : Tidak teratur, dispnu, apnu, takipnu (>60 x/menit)5. Susunan Saraf Pusat : Hipertoni, iritabel, kejang, letargi6. Hematologi : Pucat, ikterus, splenomegali, hepatomegali, tendensi perdarahan

d. Diagnosis:1. Terdapat satu atau beberapa gejala, sekurang-kurangnya dari 4 golongan gejala fisik2. Terdapat satu, atau beberapa gejala dari 3 golongan fisik yang ditunjang dengan

sekurang-kurangnya 3 faktor predisposisi yang memudahkan infeksi.

Diagnosis Banding:Meningitis Purulenta Pemeriksaan Penunjang :1. C Reaktive Protein (CRP)2. IgM dan IgA3. Foto rontgen thorak4. USG atau CT Scan kepala

13

TERBATAS

Page 14: Terbatas Bab i Pendahuluan

Perawatan:Rawat Inap, bila tersedia sebaiknya di Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

Terapi :1. IVFD sesuai kebutuhan2. Antibiotika IV:

a. Kombinasi antara Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis dan gentamisin 5-7,5 mg/ kgBB/hari dibagi 2 dosis

b. Kombinasi Sefotaksim dengan dosis 200mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 2-3 dosis dan Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis

c. Seftriakson 50-80 mg/kgBB/hari dosis tunggal atau 2 dosisd. Bila perlu, dipertimbangkan Imipenem (Tienam, Pelastin) 10-20 mg/kgBB/hari, 2-3 dosise. Bila terjadi perburukan perlu dipertimbangkan pemberian Metronidasol drips (Flagyl,

Fortagyl)f. Antibiotik diganti sesuai hasil biakan kuman, dan tes kepekaan.

3. Transfusi Tukar bila perlu

Penyulit :1. Meningitis Purulenta2. Kebutaan, ketulian, retardasi mental, gangguan motorik dan bicara, hidrosefalus3. Gangguan tumbuh kembang anak

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Sampai respons klinik baik, pengobatan dilanjutkan 10 - 14 hari

Masa Pemulihan :Tergantung keadaan umum penderita, 2-3 minggu sampai 1-2 bulan

Out Put : 1. Sembuh Total2. Sembuh dengan gejala sisa3. Kematian (10-40%)

8. HIPOGLIKEMIA PADA BAYI

Kriteria Diagnosis

1. Pada BBLR, Kadar Gula darah (KGD) < 25 mg/dl dalam 72 jam pertama2. Pada Bayi Cukup Bulan , Kadar Gula darah (KGD) < 30 mg/dl dalam 72 jam pertama ,dan

< 40 mg/dl pada hari berikutnya3. Didapati dalam 2 golongan :

a. Hipoglikemi Asimptomatik (tanpa gejala): hipoglikemi tanpa disertai gejala klinik dan sering terjadi pada bayi sebelum berusia 12 jam

b. Hipoglikemi Simptomatik (dengan gejala klinis)

14

TERBATAS

Page 15: Terbatas Bab i Pendahuluan

4. Gejala Klinis: tidak mau minum/kesulitan minum, tangis lemah ataupun high pitched cry, letargi, gemetar/tremor, takipnu, serangan sianosis dan apnu intermitten, tangis lemah, apati, kejang ataupun tonus otot menurun sampai kelumpuhan, gerakan bola mata tak terkoordinir/ gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermi, gagal jantung dan koma.

5. Ada faktor resiko:a. Bayi dari Ibu Penderita Diabetes (IPD)b. Faktor Resiko Lain seperti: bayi dari toksemia, prematur/dismatur, bayi besar, bayi

dengan infeksi berat/sepsis, bayi dengan Sindroma Gawat Napas (SGN), hipotermi, asfiksia berat, dan perinatal stress.

6. Khusus bayi yang lahir dari IPD walaupun tanpa gejala (asimptomatik) dilakukan pemeriksaan KGD seperti bayi dengan hipoglikemi yaitu:a. Pemeriksaan pertama 1 (satu) jam setelah lahir.b. Bila KGD normal dilakukan pemeriksaan ulang tiap 1-2 jam sampai usia 6-8 jam, bila

KGD tetap normal pada setiap pemeriksaan lanjutkan sesuai huruf c.c. Pemeriksaan tiap 4-6 jam pada 16-18 jam berikutnya, bila KGD tetap normal juga pada

setiap pemeriksaan lanjutkan sesuai huruf d.d. Pemeriksaan tiap hari untuk hari ke-2 dan ke-3 kehidupan.

Pemeriksaan Penunjang :KGD

Perawatan:Rawat Inap, sebaiknya di NICU

Terapi :1. Penatalaksanaan bayi hipoglikemi sesuai bagan terapi di bawah ini.2. Hipoglikemi asimptomatik diberikan pengobatan seperti hipoglikemi simptomatik bila dengan

2 kali pemeriksaan dengan selang satu jam bayi berada dalam keadaan hipoglikemi.3. Hipoglikemi simptomatik : bolus IV larutan Dextrose 10% 2 ml/kgBB dilanjutkan dengan

IVFD Dextrose 10% sesuai kebutuhan rumatan4. Monitor KGD setelah 2 jam, bila tetap rendah bolus Dextrose 10% 2 ml/kgBB lagi dan lanjut

dengan rumatan, dan selanjutnya sesuai bagan terapi di bawah ini.5. ASI tetap diberikan dengan mempertimbangkan kemampuan minum bayi dan kondisi bayi.

Penyulit :Hipoglikemi Persisten

Informed Consent :Perlu (tertulis), bayi akan mengalami tindakan pemeriksaan KGD serial.

Lama perawatan :Sampai KGD normal selama 1-3 hari

Masa Pemulihan :3 – 7 hari

Out Put :1. Sembuh Total2. Sembuh dengan gejala sisa3. Kematian

15

TERBATAS

Page 16: Terbatas Bab i Pendahuluan

Bagan Terapi Bayi Hipoglikemi

9. IKTERUS NEONATORUM

Kriteria Diagnosis1. Diskolorasi kuning kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.2. Dikenal klinis: ikterus fisiologis dan Hiperbilirubinemia (Ikterus patologis)3. Dianggap Hiperbilirubinemia bila:

a. Ikterus terjadi pada 24 jam pertamab. Peningkatan konsentrasi bilirubin ≥5mg% setiap 24 jamc. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg%

pada neonatus cukup bulan.

16

TERBATAS

HIPOGLIKEMI

Bolus Dextrose 10%2 ml/kgBB

Lanjut IVFD Dextrose 10% (sesuai kebutuhan rumatan)

2 jam

PERIKSA KGD

KGD NormalLanjut IVFD

Dextrose 10%

HIPOGLIKEMIBolus ulangLanjut IVFD

Dextrose 10% (sesuai kebutuhan

rumatan)

2 jam

KGD NormalLanjut IVFD

Dextrose 10%

KGD Normal24 jam

KGD NormalLanjut IVFD

Dextrose 10%

STOPLanjut ASI oral

2 jam

HIPOGLIKEMIUlangi seperti

di atas

HIPOGLIKEMIUlangi seperti

di atas

HIPOGLIKEMIBerikan Hidrokortison 5-10 mg/kg/BB

Setiap 12 jam selama 3 hari

24 jam

24 jam

HIPOGLIKEMICari Penyebab Sekunder

Page 17: Terbatas Bab i Pendahuluan

d. Ikterus disertai proses hemolisis (Inkompatibilitas darah, defisiensin enzim G6PD dan sepsis)

e. Ikterus yang disertai adanya faktor resiko kerusakan sawar darah otak:1) Berat Lahir Rendah2) Masa gestasi < 36 minggu3) Asfiksia, Hipoksia, Sindroma gangguan Napas (SGN)4) Infeksi5) Trauma lahir pada kepala6) Hipoglikemia 7) Hiperosmolalitas darah

4. Klinis adanya ikterus, dengan perkiraan secara visual (David Morley,1979):Daerah Ikterus Kadar Bilirubin

Kepala 5 mg% Dada 10 mg% Perut 15 mg% Paha/Lengan 18 mg% Kaki/Tangan 20 mg%

Pemeriksaan Penunjang :1. Kadar bilirubin Serum2. Darah Rutin lengkap3. KGD4. AGD, bila perlu

Perawatan:1. Rawat Jalan, bila Ikterus fisiologis. Pemberian minum dengan jumlah cairan yang sesuai

dengan kebutuhan bayi baru lahir, sinar matahari/penerangan yang cukup, bila perlu pemberian fenobarbital (luminal) oral 5 mg/KgBB/hari selama 5 hari dan atau pemberian kolestiramin sampai 1 g/KgBB/hari dibagi dalam beberapa dosis.

2. Rawat Inap, sebaiknya di NICU bila Hiperbilirubinemia, terutama yang disertai faktor-faktor yang memberatkan.

Terapi :1. Pemberian minum oral atau caian intravenous dengan jumlah cairan yang sesuai dengan

kebutuhan bayir baru lahir2. Pemberian fenobarbital dan atau kolestiramin3. Pemberian albumin untuk mengikat bilirubin indirek yang bebas dalam darah dengan dosis

10 ml/KgBB/hari4. Terapi sinar5. Transfusi Tukar

Penyulit :1. Kern Ikterus2. Serebral Palsi

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :

17

TERBATAS

Page 18: Terbatas Bab i Pendahuluan

Sampai Ikterus menghilang

Masa Pemulihan :10 – 14 hari

Out Put :1. Sembuh Total2. Sembuh dengan gejala sisa3. Kematian

Pedoman Penanganan Ikterus Neonatal Menurut Saat Terjadinya dan Konsentrasi Bilirubin Indirek Serum

KonsentrasiBilirubin Indirek Serum (mg

%)

Saat timbulnya Ikterus

24 jam pertama 24 jam kedua 24 jam ketiga

0 – 9,9 Observasi ***

Observasi ***

Observasi ***

10 – 14,9 Terapi Sinar ***

Terapi sinar ***

Terapi Sinar ***

15 – 19,9 Transfusi Tukar*****

Terapi Sinar ******

Terapi Sinar ******

> 20 (disertai faktor resiko kerusakan sawar otak)

Transfusi Tukar*****

Transfusi Tukar*****

Transfusi Tukar*****

> 20 (tidak ada faktor resiko kerusakan sawar otak)

Terapi sinar ******

Terapi sinar ******

Terapi sinar ******

Keterangan: * = 1. Bila gagal, terapi dirobah menurut kadar bilirubin lebih tinggi 2. Bila ada faktor resiko kerusakan sawar darah otak, terapi dirubah menurut kadar Bilirubin lebih tinggi. ** = Perbaikan Keadaan Umum *** = Pemberian albumin 1 g/KgBB secara intravena

10. DIARE DAN DEHIDRASI

Kriteria Diagnosis:1. Adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekwensi berak dari biasanya (≥ 3x/hari)2. Diare akut diare yang berlangsung < 2 minggu3. Diare kronis diare yang berlangsung > 2 minggu

Faktor Penyebab: 1. Peradangan usus oleh agen penyebab: bakteri, virus, parasit, jamur2. Keracunan makanan atau minuman baik yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia3. Kekurangan gizi yaitu kekurangan energi protein

18

TERBATAS

Page 19: Terbatas Bab i Pendahuluan

4. Intoleransi terhadap laktosa susu, atau karena alergi susu sapi5. Imunodefisiensi6. Faktor lain seperti kurangya penyediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan higiene

perorangan, pemberian makanan pendamping ASI yang tidak sesuai7. Faktor musim dan geografi daerah

Pemeriksaan Penunjang :1. Tinja mikroskopis, parasit dan jamur2. Biakan Tinja dan tes sensitivitas 3. Darah tepi rutin4. Elektrolit , AGD, KGD sesuai keadaan

Derajat Dehidarasi:1. Dehidarsi Ringan : kehilangan berat badan 2-5%2. Dehidrasi Sedang : kehilangan berat badan 6-9%3. Dehidrasi Berat : kehilangan berat badan ≥10%4. Penilaian Derajat Dehidrasi :

Penilaian Derajat Dehidrasi

UNTUK DERAJAT DEHIDRASIUNTUK PENILAIAN LAIN

A B C1. Tanyakan ttg : - Diare

- Muntah - Rasa haus

- Urin

< 4x BAB cair sehari Sedikit/tidak adaNormal

Normal

4-10x BAB cair sehari Beberapa kaliBertambah

Warna sedikit gelap

>10x BAB cair sehari

Sangat seringTidak dapat/tidak mau minumTidak ada urin dalam 6 jam terakhir

Lebih dari 14 hari

Ada darah dalam tinja

2. Periksa : - Keadaan Umum

- Airmata - Mata - Mulut/Lidah - Napas

Sehat, Aktif

AdaNormalBasahNormal

Tampak sakit, mengantuk, lesu, rewelTidak adaCekungKeringCepat

Tampak sakit berat, mengantuk sekali, lemah, tidak sadarTidak adaCekung dan keringSangat keringCepat dan dalam

Gizi Buruk

3. Raba : - Kulit (dicubit) - Denyut Nadi

- Ubun-Ubun

Kembali cepat

Normal

Normal

Kembali lambat

Cepat

Cekung

Kembali sangat lambat

Sangat cepat,lemah / tidak terabaSangat cekung

4. Ukur Suhu tubuh Demam ≥ 38,5o C5. Timbang Berat Badan

Kehilangan < 25grUntuk tiap KgBB

Kehilangan 100grUntuk tiap KgBB

Kehilangan > 100 grUntuk tiap KgBB

6. Tetapkan : Penderita tidak ada tanda-tanda dehidrasi

GUNAKAN RENCANA

Bila didapatkan ≥ 2 gejala berarti dehidrasi sedang

GUNAKAN RENCANA

Bila didapatkan ≥ 2 gejala berarti dehidrasi berat

GUNAKAN RENCANA PENGOBATAN C

BILA PENDERITA

TINDAKAN

19

TERBATAS

Page 20: Terbatas Bab i Pendahuluan

PENGOBATAN A PENGOBATAN B DENGAN:

Darah dalam tinja dengan diare > 14 hari

Obati dengan antibiotika yang sesuai melalui oral untuk Shigela disentri.Bila penderita juga mengalami dehidrasi, gizi buruk, atau usia < 1 tahun, periksa ulang perbaikan setelah 24-48 jam. Untuk gizi buruk dirawat di Rumah Sakit

Bila diare > 14 hari dengan/tanpa darah dalam tinja, disertai gizi buruk

Perawatan Rumah sakit

Demam≥ 38,50C

Tunjukkan kepada ibu bagaimana cara menurunkan panas, misalnya dengan kompres/mengipasi.Cari dan obati penyebab lain (misalnya pneumonia)

Terapi :

Rencana Pengobatan A (Diare Tanpa Dehidrasi)a. Terangkan ketiga cara untuk pengobatan diare di rumah :

1. Beri anak lebih banyak cairan daripada biasa untuk mencegah dehidrasi. Cairan yang cocok termasuk:a) Cairan yang dianjurkan untuk digunakan di rumah atau makanan cair seperti sup

atau air tajinb) ASI atau makanan yang terbuat dari susu yang diencerkan dengan jumlah 2 kali

lebih banyak dari biasa2. Beri anak makan :

a) Makanan yang baru dibuat. Makanan yang dianjurkan adalah campuran padi-padian dengan daging, susu dan ikan. Tambahkan beberapa tetes minyak atau lemak kedalam makanan bila mungkin.

b) Beri sari buah segar atau pisang untuk menambah kaliumc) Bujuk anak agar makan sebanyak mungkind) Masak atau hancurkan/cincang makanan dengan baik agar lebih

20

TERBATAS

Page 21: Terbatas Bab i Pendahuluan

e) mudah dicernaf) Setelah diare berhenti, beri tambahan makan 1 kali sehari selama seminggu atau

sampai anak mencapai berat badan normal kembali.3. Bawa anak kembali ke Rumah sakit, bila anak menderita sebagai berikut:

a) Buang air besar cair meningkat lebih banyak/beberapa kalib) Sangat kurusc) Mata menjadi cekungd) Demame) Tidak mau makan atau minum seperti biasanyaf) Kelihatannya tidak bertambah baik

b. Ajari Ibu bagaimana menggunakan larutan oralit/pedyalit di rumah bila :1. Ibu tidak dapat kembali sedangkan diarenya bertambah berat. Kebijakan Nasional untuk

memberi oralit kepada semua anak yang datang ke pusat kesehatan untuk pengobatan diare atau anaknya sudah mendapatkan rencana pengobatan B, untuk mencegah dehidrasi kembali.

2. Perlihatkan kepada Ibu bagaimana mencampur dan memberikan oralit3. Perlihatkan kepada Ibu berapa banyak yang harus diberikan :4. 50 – 100 ml (1/4 – ½ gelas besar/200 ml) larutan oralit setiap BAB cair untuk anak < 2

tahun5. 100 – 200 ml (1/2 – 1 gelas besar/200 ml) larutan oralit setiap BAB cair untuk anak > 2

tahun6. Katakan kepada ibu bila anak muntah, tunggu 10 menit kemudian teruskan memberikan

larutan oralit tetapi lebih lambat, sesendok makan tiap 2-3 menit.7. Berikan ibu beberapa bungkus oralit yang cukup untuk 2 hari.8. Ingatkan Ibu, selain anak diberikan oralit, anak juga harus terus tetap diberikan ASI

atau makanan dan susu yang diencerkan, dan harus diberi makan seperti yang diberikan sebelum sakit (sesuai kebutuhan dan umur anak).

9. Ingatkan Ibu, makanan encer atau gula garam tidak boleh diberikan sebagai campuran oralit.

c. Terangkan bagaimana Ibu dapat mencegah diare dengan :1. Memberi ASI saja selama usia 4-6 bulan pertama dan terus memberikan ASI untuk

paling kurang usia 1 tahun pertama.2. Memberikan makanan sapihan yang yang bersih dan bergizi pada umur 4 – 6 bulan3. Semua anggota keluarga harus selalu mencuci tangannya dengan sabun dan air setelah

buang air besar, sebelum makan, atau sebelum menyiapkan makanan4. Buanglah air besar di jamban/WC5. Membuang/membersihkan dengan cepat tinja anak kecil ke jamban/WC

Rencana Pengobatan B (Dehidrasi Ringan Sedang)

1. Jumlah larutan oralit yang harus diberikan pada 3 jam pertama :

Umur penderita2 4 6 8 10 12 18 2 3 4 6 8 12 dewasa(---------------bulan----------------) (-----------------------------tahun-----------------------)

BB penderita dalam Kg 3 5 7 9 11 13 15 20 30 40 50 Beri larutan ini dalam jumlah untuk 3 jam pertama

Dalam ml

200-400 400-600 600 – 800 800-1000 1000-2000 2000 - 4000

21

TERBATAS

Page 22: Terbatas Bab i Pendahuluan

* Gunakan umur penderita bila berat badan tidak diketahui

Anjurkan Ibu untuk terus memberikan ASI. Bila penderita mau oralit berikan lagi.Bila mata penderita menjadi bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan cairan yang lain. Bila diare masih berlangsung gunakan oralit kembali setelah bengkaknya hilang. Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit tetapi ebih perlahan.

2. Bila anak dirawat untuk rehidrasi:a. Tunjukkan kepada Ibu banyaknya larutan yang harus diberikan pada anakb. Tunjukkan cara memberikannya, sesendok makan tiap 1-2 menitc. Periksa berulang kali apakah ada penyakit lain

3. Setelah 3 jam periksa anak kembali dengan meggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana pengobatan yang cocok. Bila akan diteruskan dengan rencana pengobatan B, suruh Ibu memberi makanan sedikit-sedikit. Bila anak dibawah umur 12 bulan suruh ibu untuk terus memberikan ASI, atau bila anak tidak disusui, berikan 100-200 ml air minum sebelum memberikan oralit.

4. Bila anak rawat jalan sebelum rencana pengobatan B :a. Berikan Ibu bungkusan oralit yang cukup untuk 2 hari dan perlihatkan cara menyiapkan

larutanb. Tunjukkan banyaknya oralit yang harus diberikan selama pengobatan 3 jam di rumahc. Beritahu Ibu untuk memberikan sebanyak mungkin oralit dan cairan lain setelah 3 jam

pengobatan pertama selesaid. Beritahu Ibu untuk memberikan makan anak sedikit-sedikit tiap 3-4 jame. Beritahu Ibu untuk membawa anak kembali ke Rumah Sakit/Pusat kesehatan, bila anak

menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:1) 3 (tiga) tanda dehidrasi:

i. BAB sering kaliii. Sangat hausiii. Mata cekung

2) Demam3) Makan dan minum tidak seperti biasa4) Tampak tidak membaik

5. Bila pemberian minum oral tidak/sulit dilakukan, anak dirawat inap dan dapat diberikan cairan RL/Asering 10 ml/KgBB/jam selama 6 jam, sambil monitor kekerapan BAB dan motivasi keluarga untuk berusaha memberikan oralit/pedyalit setiap BAB cair pada periode 6 jam tersebut. Setelah 6 jam, telah terehidarasi cairan diganti dengan cairan rumatan,dan pemberian oralit diteruskan seperti di atas.

Rencana Pengobatan C (Dehidrasi Berat)

1. Bila penderita mengalami dehidrasi berat defisit cairan diperkirakan 10% dari berat badannya. Ini juga dapat dinyatakan sebagai 100 ml/KgBB banyaknya dan kecepatan cairan yang diberikan dalam 3 jam pertama.

2. Anak ≥ 1 tahun harus diberikan 100 ml/ Kg BB dalam 3 jam pertama. Bila penderita dalam keadaan syok, cairan intravena harus diberikan secepatnya sampai denyut nadi teraba atau sebanyak setengah jumlah cairan yang harus diberikan dalam 1 jam.

3. Untuk bayi < 1 tahun, cairan harus diberikan lebih lambat, mulai dengan kecepatan 30 ml/KgBB dalam 1 jam pertama lalu 20 ml/KgBB dalam 2 jam berikut atau 70 ml/KgBB dalam

22

TERBATAS

Page 23: Terbatas Bab i Pendahuluan

3 jam pertama. Setelah itu sisanya 30ml/KgBB harus diberikan oral dengan oralit bila bayi itu dapat diberi minum oralit dan atau ASI.

4. Terapi rehidrasi awal dan pemberian cairan yang sudah dihitung harus dipenuhi dalam waktu 3jam untuk anak diatas usia 5 tahun, dan dalam waktu 4-6 jam untuk bayi dan balita.

5. Jumlah cairan dan kecepatan pemberian cairan yang dicantumkan diatas adalah rata-rata, berdasarkan kebutuhan biasa. Jumlah ini harus ditambah bila tidak cukup atau dikurangi bila rehidrasi sudah tercapai lebih cepat dari yang diperkirakan. Overhidrasi terjadi dengan ditandai oleh bengkak di sekitar mata, payah jantung kongesti ataupun edema paru.

6. Cairan yang dipakai adalah cairan RL / Aschering. Bila tidak tersedia, dapat dipakai larutan setengah Darrow atau NaCl 0,45% dalam Dektrose 5%.

Petunjuk Pengobatan Rehidrasi Pada Dehidrasi Berat:

Kelompok Umur

Jenis cairan Jumlah cairan30 ml/KgBB Kemudian

70ml/KgBB

< 12 Bulan Ringer Laktat Dalam 1 jam 5 jam

≥ 12 Bulan Ringer Laktat 30 menit 2 ½ - 3 jam

1. Apabila dalam 1-2 jam masih ada tanda-tanda dehidrasi berat dapat diberi ciran 30 ml/KgBB/1 jam. Jika penderita sudah sapat minum diberikan oralit 5 ml/KgBB/jam atau dapat dilakukan rehidrasi sebagai berikut:a. < 12 bulan : 30 ml/KgBB/1 jam IV, kemudian 40 ml/kgBB/2jam, setelah itu dilanjutkan

dengan b. 30ml/kgBB/3jam secara oral c. ≥ 12 bulan : 100 ml/KgBB/3 jam IV, mula-mula diberikan secepat mungkin sampai nadi

mulai teraba.d. Bila tidak ada fasilitas untuk pemberian cairan IV, maka dapat diberi cairan melalui pipa

nasogastrik sebanyak e. 10 ml/KgBB/jam selama 6 jam (total 120 ml/KgBB)f. Bila tidak ada pipa nasogastrik dan penderita masih bisa minum maka dibaerikan cairan

oralit sebanyak g. 10ml/kgBB/jam selama 6 jam.

2. Semua penderita dehidrasi berat harus diikuti dari dekat oleh petugas kesehatan.3. Pengobatan harus dinilai setelah 1 jam dan kemudian setelah 2-3 jambila penderita masih

gawat4. Pada saat penilaian, kecepatan pemberian tetesanharus dipercepat atau diperlambat dan

jumlah cairan yang diperlukan dihitung kembali bergantung pada perubahan dan tanda-tanda dehidrasi yang dilihat pada penderita dan aspek lain keadaan penderita.

5. Secara khusus diperhatikan :a. Volume dan kekerapan BABb. Kekerapan dan banyaknya muntahc. Tanda-tanda dehidrasi

23

TERBATAS

Page 24: Terbatas Bab i Pendahuluan

d. Apakah cairan rehidrasi (oral atau IV) sudah cukup diberikan.

11. KOLERA

Kriteria Diagnosis:1. Diare profus dan mendadak, denga tinja berwarna seperti air cucian beras (rice water

diarrhea), bau anyir/amis.2. Muntah-muntah3. Dehidrasi4. Nyeri perut, tenesmus dan panas (-)

Diagnosis Banding: Enterotoksigenik E. Coli

Pemeriksaan Penunjang :1. Tinja mikroskopis2. Biakan Tinja3. KGD dan serum elektrolit sesuai keadaan4. AGD sesuai keadaan

Perawatan:Rawat inap dalam ruang perawatan khusus/isolasi

Terapi :1. IVFD dengan cairanRL/Asering

a. Bila disertai syok, sesuai dengan penanganan syokb. Bila dehidrasi, sesuai dengan penanganan dehidrasi

2. Kemudian diteruskan rumatan dengan cairan NaCL/Dextrose 10% dengan perbandingan sesuai umur, atau dengan cairan KAEN ( 3A/3B atau 4A/4B tergantung umur)

3. Atasi gangguan keseimbangan elektrolit, asidosis, hipoglikemia bila ada. 4. Tetrasiklin 30 – 50 mg/kgBB/hari oraldalam 3-4 dosis terbagi selama 3 hari5. Berikan cairan Oralit / Pedialyte sesuai kebutuhan6. Diet lunak cukup kalori dan protein

Penyulit :1. Dehidrasi berat dan Syok2. Gangguan elektrolit3. Asidosis Metabolik4. Hipoglikemi5. Gagal Jantung Akut6. Gagal Ginjal Akut

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Sampai renjatan atau dehidrasi teratasi, sekitar 5 hari, bila ada penyulit perawatan sampai >10 hari

Masa Pemulihan :2 minggu

24

TERBATAS

Page 25: Terbatas Bab i Pendahuluan

Out Put :1. Sembuh total 2. Kematian, bila komplikasi tak teratasi

12. SHIGELLOSIS

Kriteria Diagnosis:1. Diare mendadak yang disertai darah dan lendir/nanah dalam tinja. Pada permulaan bisa

terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, setelah 12-72 jam sesudah permulaan penyakit, darah dan lendir didapatkan dalam tinja

2. Muntah-muntah3. Nyeri perut dan tenesmus4. Panas antara 39,50- 400 C5. Kadang-kadang ada gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis

Diagnosis Banding (Diare berdarah): 1. Kampilobakter2. Amuba3. E.Coli yang invasif4. Salmonella5. Areomonas Sp6. Yersinia Enterokolitika7. Klostridium defisil

Pemeriksaan Penunjang :1. Tinja mikroskopis 2. Biakan tinja 3. Darah rutin

Perawatan:Rawat inap

Terapi :1. Pemberian cairan dan elektrolit (dapat secara oral atau intragastrik drip atau IVFD)2. Pemberian makanan lunak cukup kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi, bila masih

menetek ASI teruskan3. Kotrimoksasol (trimetoprim 10mg/kgBB/hari dan sulfametoksasol 50 mg/kgBB/hari) dibagi 2

dosis, selama 5 hari

Penyulit :1. Dehidrasi berat2. Kejang3. Sepsis4. Gangguan elektrolit5. Sindroma Hemolitik Uremik6. Malnutrisi/ malabsorbsi

25

TERBATAS

Page 26: Terbatas Bab i Pendahuluan

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Tanpa penyulit perawatan 7 hari

Masa Pemulihan :2 minggu

Out Put :1. Sembuh total 2. Kematian, bila komplikasi tak teratasi

13. MALABSORPSI LAKTOSA

Kriteria Diagnosis:1. Gangguan penyerapan laktosa oleh karena defisiensi enzim laktase yang disebabkan

adanya kerusakan epital mukosa usus halus, atau akibat infeksi saluran pencernaan2. Diare berair, jumlah banyak, menyemprot dan berbuih, bau asam3. Muntah4. Kembung (meteorismus), nyeri perut dan flatulens 5. Ekskoriasi sekitar anus ( eritema natum)6. Dehidarasi 7. Gangguan pertumbuhan

Diagnosis Banding: CMPSE (Cow’s Milk Protein Sensitive Enteropathy)

Pemeriksaan Penunjang :1. Tes reduksi Gula (tablet clini) 0,5% dugaan suatu malabsorpsi karbohidrat2. pH tinja bersifat asam (lakmus biru menjadi merah muda)3. Darah tepi rutin4. KGD, Elektrolit, AGD sesuai keadaan5. Kromatografi gula tinja 6. Toleransi gula7. Tes pernapasan hidrogen8. Biopsi usus halus

Perawatan:Rawat inap, terutama kasus dengan komplikasi

Terapi :1. Diet rendah atau bebas laktosa2. Pemberian cairan dan elektrolit (dapat secara oral atau IVFD)3. Pemberian ASI teruskan

Penyulit :

26

TERBATAS

Page 27: Terbatas Bab i Pendahuluan

1. Dehidrasi2. Gangguan Pertumbuhan

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Sampai penyulit teratasi

Out Put :Tergantung penyebab, bila bakteri/virus teratasi sembuh total

14. PERDARAHAN SALURAN CERNA

Kriteria Diagnosis:1. Dapat bersifat ringan (occult blood) maupun perdrahan masif2. Hematokezia : perdarahan berupa darah segar yang berasal dari saluran

pencernaan bagian bawah3. Melena : perdarahan yang berwarna hitam (lembek), karena darah yang

telah dicerna4. Hematemesis : muntah dan darah segar5. Coffee ground emesis : cairan muntahan berwarna coklat kehitaman

(darah + HCl lambung hematin)6. Tinja berdarah campur lendir, warna seperti kuah bayam merah 7. Klinis lain tergantung sifat perdarahan dan penyebab yang mendasari

Diagnosis Banding: Terutama tergantung pada lokasi umur penderita dan lokalisasi perdarahan:

1. Neonatus a. Perdarahan saluran cerna atas:

1) Tertelan darah Ibu2) Hemmorhagic Disease of the Newborn3) Stress Ulcer4) Gastritis5) Esofagitis6) Idiopatik

b. Perdarahan saluran cerna bawah:1) Fisura ani2) Enterokolitis Nekrotikans (NEC) 3) Malrotasi

2. Bayi ( 1 bulan – 12 bulan): a. Perdarahan saluran cerna atas

1) Esofagitis2) Gastritis3) Rangsang obat-obatan (salisilat,steroid)4) Intoksikasi bahan kaustik5) Tertelan benda asing

b. Perdarahan saluran cerna bawah:

27

TERBATAS

Page 28: Terbatas Bab i Pendahuluan

1) Invaginasi2) Gangren3) Hemangioma4) Alergi Susu sapi

3. Umur 1 - 2 tahun:a. Perdarahan saluran cerna atas:

Ulkus lambung/duodenumb. Perdarahan saluran cerna bawah

1) Polip2) Divertikulum Meckel

4. Umur > 2 tahun:a. Perdarahan saluran cerna atas:

Varicesb. Perdarahan saluran cerna bawah

1) Polip2) Inflammatory Bowel Disease

Penyebab lain : 1. Darah epistaksis yang tertelan2. Diare karena infeksi3. Infestasi cacing4. HSP ( Henoch-Schonlein Purpura)5. Malformasi pembuluh darah intestinal6. Demam Berdarah Denque Pemeriksaan Penunjang :1. APT Tes : HbA darah berasal dari Ibu2. Darah lengkap3. Faal pembekuan darah (waktu perdarahan, pembekuan, jumlah trombosit, PT, PTT)4. Cross match ( bila diperlukan transfusi)5. Benzidin Test6. Colok dubur : polip, tumor7. Foto polos abdomen 3 posisi8. Foto polos dengan kontras barium: upper dan lower GI Studies9. Endoskopi

Konsultasi: Bagian Bedah / Bedah Anak

Perawatan:Rawat inap, tergantung klinis dan faktor penyebab

Terapi :1. Lihat bagan penatalaksanaan2. Perdarahan minimal dari daerah anorektal, disesuaikan penyebab3. Perdarahan masif, transfusi darah atau plasma untuk penggantian, bila keadaan telah

stabil dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik4. Pasang pipa nasogastrik5. Irigasi lambung dengan air es6. Vit K 1 – 5 mg IM

28

TERBATAS

Page 29: Terbatas Bab i Pendahuluan

7. Drips vasopresin/pitresin : 20 KI dalam 500 ml cairan, dengan kecepatan tetesan 10 – 60 ml/jam

Penyulit :Dehidrasi

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Tergantung penyebab

Out Put :Tergantung penyebab

29

TERBATAS

Page 30: Terbatas Bab i Pendahuluan

Penatalaksanaan Perdarahan saluran cerna pada bayi dan anak

Bentuk perdarahan, lokasi, penyebab

Keadaan umum, tekanan darah,nadi, abdomen,THT, anus, Hemangioma kutaneus, fisura anal, melanin sekitar mulut,

Luka sayat

IVFD, atasi syok, transfusi darah segar

( LIHAT BAGAN SELANJUTNYA)

Ova/Salmonella/Campilobactetr/ Shigella/Amuba/EIEC

Ulkus peptikum Intususepsi

Sindroma mallory Weiss Fisur anal, HSP, Hemolitik Ureemik

Obati sesuai Varises Esofagus penyebab Hematobilia

Kolitis, Polip Tata Laksana Hemangioma

Hipertensi portal

Polip/Tumor Kolitis

Divertikulum Meckel

Duplikasi Ileum

30

TERBATAS

ANAMNESIS

Pem. FISIK

RESUSITASI

CARI LOKASI/PENYEBAB & MULAI TERAPI BAYI < 6 BULAN

ANAK/BAYI > 6 BULAN

Perdarahan bagian atasHematemesis/Melena

Enterotest duodenal kapsulIrigasi salin

Perdarahan bagian bawahHematokesia

Tanda bendungan (+)Hepar / lien

Tanda bendungan (-)Hepar / lien

Tanda akut abdomen (-) Tanda akut abdomen (+)

Endoskopi Endoskopi Periksa feces lengkapMasa (-) Masa (+)

Ba mealBa Meal

Konsul Bedah

Ba EnemaKonsul Bedah

+ -

Anoskopi/Sigmoidoskopi

TentukanVitalitasHepar

Angiografi

-

Ba enema & kolonoskopi

-

Scanning Sodium PertechnetatePada perdarahan berikut

Page 31: Terbatas Bab i Pendahuluan

darah ibu

Darah tepi, Waktu pembekuan, waktu perdarahan Defisiensi Vit.K, PTT

Tatalaksana NEC / Peritonitis Primer

Obati Lokal Esofagitis Ulkus peptikum Varises

Duplikasi Ileum Divertikulum Mekel

Volvulus Peritonitis perforasi Intususepsi

31

TERBATAS

BAYI < 6 BULAN

Apt Test

(-) (+)darah ibu

Singkirkan Kelainan Perdarahan

Hematemesis melena Hematokesia

Tanda NEC (+) Tanda NEC (-)

BNO 3 posisiSerial

Enterotest Duodenal KapsulIrigasi salin

Di atas Lig.Treitz Di bawah Lig.Treitz Akut Abdomen (-)

Akut Abdomen (+) Fisura anal + Fisura anal -

BNO 3 posisi‘free air’

Scanning Sodium pertechnetate

Massa (+) Massa (-)

Ba Enema Konsul bedah

THT/GEEndoskopi

(-) (+)

Page 32: Terbatas Bab i Pendahuluan

15. HEPATITIS VIRUS

Kriteria Diagnosis:1. Keradangan hati yang disebabkan oleh virus2. Gejala klinis dapat berbentuk Akut (Ikteric Hepatitis), Subklinik, Fulminan, Kronik, Pengidap.3. Akut : Ikterus, mual, muntah, nyeri perut,demam, air kemih berwarna gel4. Subklinik : Tanpa gejala atau gejala sangat ringan dan tidak khas5. Fulminan : gejala sangat hebat, disertai gangguan kesadaran dan gejala neurologis6. Kronik : pada anak usia > 10 minggu disertai kekambuhan sembab, dan gejala sirosis7. Pembesaran hati

Diagnosis Banding: Hepatitis karena faktor lain : bakteri, parasit, bahan toksin, obat-obatan, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak hati

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah lengkap, Urin lengkap 2. Pemeriksaan ensimologik: enzym parenkim hati (GOT,GPT,GLDH,LDH), enzym saluran

empedu (Alkali Fosfatase, Gama GT, LAP=Leucine Amino Peptidase), enzym sintesis hati (Kolinesterase)

3. Bilirubin serum, Serum protein4. Serologis untuk tentukan etiologi dan petanda virus5. Gama globulin, asam empedu, alfa fetoprotein, auto antibodi bila curiga hepatitis kronik6. USG hati7. Elektrolit dan AGD sesuai indikasi

Perawatan:Rawat inap pada kasus akut dan fulminan

Terapi :1. Pemberian makanan yang adekuat, ditambah roboransia. Beri kalori 150 kal/KgBB/hari,

makanan kaya karbohidrat, lemak dibatasi. 2. Koreksi adanya dehidrasi, gangguan elektrolit serta keseimbangan asam dan basa dan

anemia.3. Bed rest/batasi akitifitas menjaga hepatic blood flow4. Atasi infeksi yang menyertai dengan antibiotik sesuai5. Hindari obat/makanan yang potensial merusak hati6. Beri Vit K 1 - 5 mg suntikan, dan neomisin intragastrik bila ada tanda-tanda

perdarahansaluran cerna7. Atasi kejang dengan diazepam dengan setengah dosis biasa8. Berikan CTM untuk keluhan gatal-gatal9. Obat-obat kortikosteroid, antivirus tidak selalu dianjurkan karena belum memberikan hasil

yang baik10. Pantau akan kemungkinan berlanjutnya proses kerusakan hati11. Bila kadar bilirubin sangat meningkat, alkali fosfatase dan gama GT meningkat dapat

didiagnosis suatu kolestasis, berikan koleretik: fenobarbital 5 mg/KgBB/hari dibagi 2 dosis dan kolestiramin1 gr/KgBB/hari dibagi sama dengan pemberian Formula

32

TERBATAS

Page 33: Terbatas Bab i Pendahuluan

Penyulit :1. Dehidrasi berat2. Kejang3. Sepsis4. Gangguan elektrolit5. Kegagalan Fungsi Hati6. Sirosis dan Hipertensi Portal7. Malnutrisi

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Sampai keadaan stabil

Masa Pemulihan :Tergantung kerusakan hati

Out Put :1. Sembuh total2. Pengidap3. Kegagalan Fungsi Hati, Sirosis dan Hipertensi Portal4. Kematian

16. KOLESTASIS

Kriteria Diagnosis:1. Terganggunya aliran empedu memasuki usus2. Tinja berbentuk dempul: warna lunak dan pucat 3. Ikterus4. Gatal- gatal 5. Tanda-tanda hipoprotrombinemia6. Tanda-tanda kerusakan hati7. Pedoman klinis untuk membedakan kolestasis intrahepatik dan ektrahepatik :

Gambaran Klinis Ekstrahepatik Intrahepatik

Warna Tinja putih kuningBerat Badan Lahir > 3 Kg < 3 KgUmur saat tinja alkolis dengan gambaran ikterus

2 minggu 1 bulan

Hepatomegali Konsistensi padat Konsistensi kerasFenobarbital 10 hari atau prednison 2 mg/hari selama 5 hari

Perbaikan (-) Perbaikan (+)

Alfa fetoprotein < 10g > 10gGaram glukoronil transferase Meningkat ≥ 30 x < 30 x

33

TERBATAS

Page 34: Terbatas Bab i Pendahuluan

Kadar Cu darah Meningkat Tidak meningkat

Diagnosis Banding: Hepatitis

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah lengkap, Urin lengkap 2. Pemeriksaan ensimologik: enzym parenkim hati (GOT,GPT,GLDH,LDH), enzym saluran

empedu (Alkali Fosfatase, Gama GT, LAP=Leucine Amino Peptidase), enzym sintesis hati (Kolinesterase)

3. Bilirubin dan protein serum4. Serologis untuk tentukan etiologi dan petanda virus5. Gama globulin, asam empedu, alfa fetoprotein, garam glukoronil transferase, kadar Cu dan

ferrum darah6. USG hati7. TORCH8. Biakan darah bila tanda sepsis/infeksi bakteri atau abses piogen (+)9. Pemeriksaan Histopatologik10. Pemeriksaan Uji Aspirasi Duodenal

Perawatan:Rawat inap

Terapi :1. Pemberian makanan yang adekuat. Beri kalori 100 – 200 kal/KgBB/hari, formula yang

mengandung MCT. Protein nabati sebagai sumber kalori dipakai glikosa polimer2. Defisiensi vitamin yang larut dalam lemak :

a. Vitamin A : Berikan vit. A aquasol dosis 10.000 – 15.000 IU tiap harib. Vitamin E : Berikan Alfa Tokoferol : 50 – 400 IU per oralc. Vitamin D : Berikan vit. D 5.000-8.000 IU vit D2 atau 3-5mg/KBB/hari hidroksikolekalsiferol d. Vitamin K : 2,5 – 5 ug Vit.K larut dalam air berupa derivat dari menadion

3. Bed rest/batasi akitifitas menjaga hepatic blood flow4. Atasi infeksi yang menyertai dengan antibiotik sesuai5. Berikan CTM untuk keluhan gatal-gatal6. Berikan koleretik fenobarbital 5 mg/KgBB/hari dibagi 2 dosis untuk merangsang enzym

glukoronil transferase yang mengubah bilirubin indirek menjadi direk dan kolestiramin 1 gr/KgBB/hari dibagi sama dengan pemberian formula

7. Pengobatan Operatif terhadap :a. Kolestasis Ekstrahepatik Totalis (Atresia Bilier), dengan indikasi operasi minimal antara

lain:1) Ikterus makin progresif2) Tinja tetap dempul setelah pengobatan fenobarbital 10 hari3) Bilirubin total, terutama bilirubin indirek terus meningkat4) Gambaran histologik hati sesuai dengan bendungan

b. Pada kasus tertentu (End Stage Liver Disease) : transplantasi hati. Indikasi utama untuk kasus Atresia Bilier, dan sebagai alternatif untuk memperpanjang usia pada kasus dengan kelainan hati berat.

Penyulit :

34

TERBATAS

Page 35: Terbatas Bab i Pendahuluan

1. Malnutrisi2. Kegagalan Fungsi Hati3. Sirosis dengan Hipertensi PortalInformed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Sampai keadaan stabil

Masa Pemulihan :Tanpa komplikasi, 1-2 bulan

Out Put :1. Sembuh total2. Kegagaln Fungsi Hati, Sirosis dan Hipertensi Portal3. Bila pasase empedu tidak dikoreksi: Kematian 50% tahun pertama kehidupan, 25% pada

tahun kedua sisanya meninggal pada usia 8-9 tahun

17. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Kriteria Diagnosis1. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ditandai dengan demam 2-7 hari,

perdarahan dan dapat disertai syok2. Diagnosis sesuai patokan WHO :

a. Patokan Klinik :1) Demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari2) Manifestasi perdarahan :

a) Manipulasi : dengan uji torniquet positipb) Spontan : petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melenac) Pembesaran hatid) Syok : tekanan sistolik menurun menjadi ≤80 mmHg, atau tekanan nadi ≤20

mmHg disertai gejala dan tanda klinik syokyang lain yaitu berupa kulit teraba dingain dan lembab terutama pada ujung jari tangan, kaki dan ujung hidung, gelisah sianosis pada kuku /sekitar mulut

b. Patokan Laboratorik :1) Trombositopenia (≤100.000/mm3)2) Hemokonsentrasi : meningkatnya hematokrit atau hemoglobin sebanyak ≥20%

dibandingkan dengan nilai pada masa konvalesen atau nilai rata-rata di daerah tersebut.

3. Untuk diagnosis bila dijumpai 2 patokan laboratorik ditambah minimal 2 patokan klinik, dengan salah satu diantaranya adalah panas.

4. Derajat penyakit menurut WHO :a. Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya manifestasi perdarahan

adalah uji tournique positipb. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lainc. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi

menurun menjadi ≤20 mmHg, hipotensi (tekanan sistolik menurun menjadi ≤80 mmHg) disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah

35

TERBATAS

Page 36: Terbatas Bab i Pendahuluan

d. Derajat IV : Syok berat dengan nadi yang tidak dapat dirabadan tekanan darah yang tidak dapat diukur, tanpa atau disertai sianosis dan sidosis

5. Derajat III dan IV disebut Denque Shock Syndrome (DSS)

Diagnosis Banding:Pada awal perjalan penyakit mencakup :

a. Infeksi bakteri, virus protozoa: demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, leptospirosis dan malaria

b. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa infeksi seperti : sepsis, meningitis, meningokokus

c. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) d. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah Rutin2. Denque Rapid Test (IgM dan IgG)/Denque Blood Test3. HI Test4. KGD, Elektrolit, AGD terutama pada penderita DSS sesuai keadaan5. Cross match, persiapan untuk sewaktu-waktu transfusi pada semua kasus DSS

Perawatan:1. Pada derajat I dapat dirawat jalan: istirahat, antipiretik (parasetamol) / kompres, dan

usahakan makan minum sebanyak-banyaknya (minimal 4-6 gelas per hari) berupa susu, sirup/jus buah, oralit, kaldu. Dinasihatkan untuk kontrol tiap hari selama masih demam.

2. Derajat I disertai muntah/anak sulit makan/minum dianjurkan rawat inap3. Rawat Inap untuk semua kasus derajat II - IV

Terapi :1. Derajat I dan II :

a. Apabila penderita sulit minum, sering muntah IVFD dengan KAEN 3A/3B, 4A/4B, atau NaCl 0,9%:D5% = 1 : 1 (sesuaikan dengan kebutuhan) dengan tetesan rumatan

b. Pantau Hb, hematokrit dan trombosit tiap 6-12 jam atau tiap 3-4 jam. c. Berikan antibiotika sesuai, bila dipertimbangkan ada kemungkinan infeksi lain d. Diet lunak/padat dengan kalori sesuai kebutuhane. Bila hematokrit cenderung meningkat dan tombosit menurun cairan diganti dengan RL

atau Asering 6-7 ml/KgBB/jam f. Bila keadaan umum membaik, anak tenang, makan minum (+), tekakan nadi kuat,

tekanan darah stabil dan diuresis cukup, hematokrit turun minimal pada 2x pemeriksaan berturut-turut, tetesan cairan diturunkan 5 ml/KgBB/jam

g. Bila selanjutnya tetap stabil, tetesan dikurangi menjadi 3 ml/KgBB/jam dan bila baik terus, IVFD dihentikan dalam waktu 24 – 48 jam

h. Penderita dipulangkan bila keadaan umum membaik, anak tenang, makan minum (+), tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil dan diuresis cukup, demam (-) 48 jam berturutan.

2. Derajat III dan IV : Lihat bagan penatalaksanaan DBD derajat III dan IV

Penyulit :1. Syok ireversibel dan Gagal Ginjal Akut2. Ensefalopati dengue3. Edema paru

36

TERBATAS

Page 37: Terbatas Bab i Pendahuluan

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Tanpa komplikasi 5 – 7 hari

Masa Pemulihan :1-2 minggu

Out Put :1. Sembuh Total2. Kematian

37

TERBATAS

Page 38: Terbatas Bab i Pendahuluan

Bagan Penatalaksanaan DBD derajat III dan IV

1. Oksigenasi (berikan O2 2-4 l/menit)2. Segera:

a. Pasang IVFD (pasien baru MRS) RL/Asering, sambil mengambil sampel darah secukupnya untuk cek darah rutin dan cross match, KGD dan Elektrolit

b. Siapkan pencatatan cairan masuk dan keluar 3. Penggantian volume plasma segera (cairan kristaloid isotonis):

RL/Asering 20 ml/KgBB secepatnya (bolus dalam ½ jam) Evaluasi syok setelah 30 menit !!

Stabil dalam 24 jam !!

Stabil dalam 48 jam !!

38

TERBATAS

DBD derajat III dan IV

TERATASI TIDAK TERATASI

- Kesadaran membaik- Nadi teraba kuat- Tekanan nadi > 20 mmHg- Sesak napas (-) / sianosis (-)- Akral hangat- diuresis cukup/ ≥ 1 ml/KgBB/jam

- Kesadaran menurun- Nadi kecil/tidakteraba kuat- Tekanan nadi ≤ 20 mmHg- distres pernapasan / sianosis (+)- Kulit/Akral dingin dan lembab- diuresis cukup/ ≥ 1 ml/KgBB/jam- Koreksi hipoglikemi

- Tetesan 10 ml/KgBB/jam pertahankan sampai 24 jam- Pantau tanda vital tiap ½-1jam- Pantau Hb, Hematokrit, Trombosit tiap 3-4 jam- Pantau diuresis dan tanda perdarahan

- Tetesan turun bertahap 7 ml sampai 3 ml KgBB / jam - Pantau tanda vital tiap 3-4 jam- Pantau Hb, Hematokrit, Trombosit tiap 4-6 jam- Pantau diuresis, tanda perdarahan dan tanda overhidrasi

- Infus stop tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi- Atau IVFD lanjut dengan cairan rumatan dan tetesan minimal/sesuai kebutuhan, bila dipandang perlu karena hal lain

- Lanjutkan tetesan RL/Asering 20 ml/ kgBB/jam- Tambahkan plasma/koloid (Dextran L 40) 10-20ml/KgBB/jam maksimal 30 ml pada jalur infus yang sama dengan kristaloid- Koreksi asidosis

BELUM TERATASI

- Hematokrit membaik tapi tetap >40vol %

- Berikan Darah Segar 10ml/ KgBB- Bila perdarahan masif (+),berikan darah segar sampai 20ml/ KgBB

- Hematokrit

Lanjutkan tetesan 20 ml /kgBB/jam dan Plasma/koloid 10 -20 ml /KgBB/jam, maksimal 30 ml/KgBB/jam

Page 39: Terbatas Bab i Pendahuluan

18. DEMAM TIFOID

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonella typhii, menyerang saluran

pencernaan dengan gejala demam lebih 1 minggu, gangguan saluran cerna dan dapat disertai gangguan kesadaran

2. Demam remiten 1-3 minggu, disertai keluhan nyeri kepala, anoreksia, mual, batuk, muntah, diare atau konstipasi

3. Bibir kering pecah-pecah, lidah tertutup selaput kotor, ujung dan tepinya kemerahan, tremor.4. Perut kembung, pembesaran limpa dan hati5. Gangguan kesadaran umumnya apatis sampai somnolen, kadang-kadang bingung dan

kacau6. Roseola, bradikardi relatif dan epistaksis

Diagnosis Banding:1. Permulaan sakit :

a) Bronkitisb) Influenzac) Bronkopneumonia

2. Pada stadium lanjut :a) Demam paratifoidb) Malariac) Pielitisd) Meningitise) Bakterial endokarditis

3. Pada stadium toksik :a) Lekemiab) Limfomac) Penyakit Hodgkin

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah Rutin 2. Uji Serologi Widal 3. Biakan Darah, Tinja, Urin bila memungkinkan

Perawatan:Rawat Inap tergantung keadaan

Terapi :1. Pengobatan Kausal :

a. Kloramfenikol/Tiamfenikol 100 mg/KgBB/hari dibagi 3-4 dosis selama 10-14 harib. Kotrimoksasol dengan dasar trimetoprim 8-10 mg/KgBB/hari atau Sulfametoksasol 40-

50 mg/Kg BB/haric. Amoksisilin 100 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 14 – 21 harid. Seftriakson 80 mg/KgBB/hari selama 7 hari e. Sefiksim 15 – 20 mg/KgBB/hari selama 10 hari

39

TERBATAS

Penderita dipulangkan bila keadaan umum baik, anak tenang, makan minum(+), tekanan nadi kuat, tekanan darah stabil dan diuresis cukup, demam (-) 48 jam berturutan.

Page 40: Terbatas Bab i Pendahuluan

2. Perbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit, atasi dehidrasi, hipoglikemi 3. Pengobatan suportif : Roborantia 4. Pengobatan dietetik : tergantung kondisi penderita, bila perlu makanan lunak/cair, mudah

dicerna, tinggi kalori dan protein5. Tirah baring, bila perlu isolasi penderita6. Pada kasus berat deksametason 1-3 mg/KgBB/hari dengan antibiotik sesuai7. Transfusi darah sesuai keperluan

Penyulit :1. Pada usus halus :

a. Perdarahanb. Perforasic. Peritonitis

2. Di luar usus halus :a. Bronkitisb. Bronkopneumoniac. Ensefalopatid. Kolesistitise. Meningitisf. Miokarditisg. Karier kronik

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :1. 10 - 14 hari 2. Tergantung penyulit yang menyertai

Masa Pemulihan :3 minggu

Out Put :1. Sembuh Total2. Kematian

19. MALARIA

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) 2. Demam tinggi intermiten. Pada kasus non imun infeksi tunggal, demam berlangsung 2- 12

jam pada tiap kali sporolasi, dan berkambuh tiap 24 – 48 jam pada Falsiparum (Tropika), 48 jam pada Vivax (Tertiana) dan Ovale,72 jam pada Malariae (Kuartana)

3. Menggigil-dingin, berkeringat, lemah, pucat, nyeri kepala4. Mual, muntah-muntah, mulut terasa pahit, diare, dehidrasi, kencing warna merah tua 5. Gangguan kesadaran apatis sampai koma, bingung dan kacau6. Pembesaran limpa dan hati, anemia

Pemeriksaan Penunjang :1. Hapusan darah tepi tipis dengan pewarnaan Giemza, Hitung parasit

40

TERBATAS

Page 41: Terbatas Bab i Pendahuluan

2. Darah Rutin, Urinalisa3. KGD4. AGD, Elektrolit, Cross Match sesuai keperluan 5. Uji Serologi Widal 6. Biakan Darah, Tinja, Urin Perawatan:Rawat Inap terutama pada kasus Malaria Berat dengan :1. Hiperparasitemia >5% eritrosit dihinggapi parasit2. Kesadaran menurun (Malaria Serebral)3. Anemia berat ( Hb <7,1 g/dl), Kecenderungan Perdarahan4. Ikterus (Malaria Biliosa)5. Hipoglikemia6. Dehidrasi, Gangguan Asam Basa, dan Elektrolit 7. Hemoglobinuria, Hemolisis, Gagal Ginjal (Black Water Fever)8. Hipertermia (suhu badan >390C)9. Syok, Hipotensi (Algid malaria)10. Sesak (Edema Paru)

Terapi :1. Pengobatan pada malaria tanpa komplikasi:

a. Klorokuin base 25 mg/KgBB/3hari, dibagi hari I 10 mg/KgBB, hari II 10 mg/KgBB dan hari III 5 mg/KgBB (baik untuk semua jenis malaria,hanya persoalan resistensi harus diperhatikan)

b. Kina sulfat dosis 10 mg/KgBB/kali 3 kali sehari selama 7 hari (baik untuk semua jenis malaria)

c. Pirimetamin-Sulfadoksin (Fansidar/Suldox) dengan dasar dosis Pirimetamin 1-1,5 mg/KgBB atau Sulfadoksin 20-30 mg/KgBB, single dose (hanya baik terhadap malaria tropika, namun persoalan resistensi harus diperhatikan)

d. Primakuin base 0,5-1mg/KgBB terutama untuk membunuh gametosid, untuk falsiparum 1 hari cukup (sekali pemberian), untuk vivax diberikan selama 5 hari

e. Bilamana ada masalah resistensi terhadap 1 macam obat malaria tersebut di atas, dapat dilanjutkan dengan obat lain/kombinasi.

2. Malaria Serebral : Kina HCl intravena drips dengan dosis 10 mg/KgBB/kali dalam 2-4 jam, diulangi tiap 8 jam (3x sehari) sampai penderita sadar atau maksimal 3 hari, kemudian dilanjutkan dengan kina sulfat oral/melalui sonde sampai total 7 hari.

3. Malaria Biliosa : Dosis obat anti malaria diturunkan menjadi ½ dosis dengan waktu pemberian 2x lebih panjang

4. Anemia (Hb < 7gr%) : transfusi darah 5. Perbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit, atasi dehidrasi, hipoglikemi

Penyulit :Malaria Berat

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :1. 10 - 14 hari 2. Tergantung penyulit yang menyertai

Masa Pemulihan :

41

TERBATAS

Page 42: Terbatas Bab i Pendahuluan

3 – 4 minggu

Out Put :1. Sembuh Total2. Gejala Gangguan Mental ( Malaria Serebral)3. Pengidap4. Kematian

20. DIFTERI

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi akut, sangat menular yang disebabkan oleh kuman Corynebakterium

diphtheriaea 2. Demam subfebril 2-4 hari, batuk pilek, sakit menelan, malaise, gangguan pernapasan

sampai gagal napas, syok3. Pseudomembran warna putih kelabu/kuning kotor, sukar diangkat, berdarah dan berbau

busuk 4. Difteri hidung : ditemukan pseudomembaran di septum nasi, adanya sekret

serosangueneus, kadang-kadang epistaksis, luka lecet pada daerah nasolabialis 5. Difteri faring : ditemukan pseudomembran di derah oro faring. Panas tidak tinggi (tinggi

bila infeksi tumpangan(sekunder) dengan kuman lain), nyeri menelan ringan, mual, muntah, tidur ngorok.

6. Difteri laring : ditemukan pseudomembran didaerah laring disertai atau tanpa keterlibatan orofaring, dengan batuk menggonggong, suara parau, dan gejala sumbatan napas atas (stridor inspiratoir)

Diagnosis Banding:1. Difteri hidung :

a. Benda asing dalam hidungb. Rhinorrhea (Common Cold, Sinusitis, Adenoiditis)c. Lues kongenital

2. Difteri tonsil dan faring (Difteri Fausial) :a. Tonsilitis folikularis atau lakunaris, membranosa akutb. Angina Plaut Vincentc. Mononukleus infeksiosad. Komplikasi lesi oral akibat blood dyscrasiase. Membran post tonsilektomi

3. Difteri laring :a. Laringitis akutb. Angioneurotik edema dari laringc. Benda asing laring

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah Rutin 2. Pemeriksaan mikrobiologi3. Shick Tes : terutama untuk menentukan kerentanan (suseptibilitas)/status imunitas

terhadap difteria. Tidak berguna untuk diagnosis dini.4. Uji Kepekaan Moloney : untuk menentukan sensitivitas terhadap produk bakteri dari basil

difteri (hati-hati terjadi reaksi anafilaksis)

42

TERBATAS

Page 43: Terbatas Bab i Pendahuluan

5. AGD, KGD, Elektrolit sesuai keadaan

Perawatan:Rawat Inap di ruangan isolasi ketat sampai gejala akut dilampaui dan biakan kuman negatip

Terapi :1. Tujuan pengobatan

a. Menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnyab. Mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan c. Mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimald. Mengobati infeksi penyerta dan penyulit

2. Menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya a. Antitoksin: Anti Diphtheriae Serum (ADS)

1) Waspadai kemungkinan terjadi reaksi anafilaktik 2) Lakukan uji kulit/mata dulu :

a) Uji Kulit : i. Suntikan Intrakutan 0,1 ml ADS, yang diencerkan dalam larutan garam

fisiologis 1 : 1000.ii. Hasil positip bila dalam 20 menit terjadi indurasi > 10 mm.

b) Uji Mata : i. Meneteskan 1 tetes larutan ADS, yang telah diencerkan dalam larutan

garam fisiologis 1:10, pada mata yang lain diteteskan larutan garam fisiologis

ii. Hasil positip bila dalam 20 menit timbul gejala hiperemis pada konjungtiva bulbi dan lakrimasi.

c) Uji Kulit/Mata positip pemberian ADS dengan cara desensitisasi (Besredka) d) Uji Kulit/Mata negatip : ADS diberikan sekaligus secara intravena (IV) / intramuskuler (IM) dengan dosis:

i. Difteri Ringan (hidung, mata, genitalia, telinga,kulit): 20.000 IU Intramuskulerii. Difteri Sedang (tonsil, faring) : 20.000 IU IM dan 20.000 IV.iii. Difteri Berat (disertai penyulit) : 30.000 IU IM dan 30.000 IViv. Difteri Sangat Berat (disertai KU jelek,bullneck) : 80.000 – 100.000 IU,

setengah diberikan IM dan setengahnya diberikan IVe) ADS intravena diberikan dalam larutan garam fisiologis atau glukosa 5% 100 ml drips dalam waktu 1-2 jam.f) Selama pemberian pantau kemungkinan efek samping/reaksi hipersensitivitas

sampai 2 jam setelah selesai pemberian, dan pantau kemungkinan adanya reaksi hipersensitivitas lambat.

3) Mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan dan menghentikan produksi toksin :a) Penisilin Prokain 50.000 – 100.000 U/KgBB/hari satu kali sehari, optimal 600.000 U/hari selama 10 harib) Bila alergi terhadap penisilin, berikan Eritromisin 50 mg/KgBB/hari (optimal1 G/hari) oral, 3-4 kali/hari selama 10 hari atau c) Linkomisin oral 30-40 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, atau 10 mg/KgBB/hari IV/IM dibagi dalam 2 dosis selama 10 harid) Seftriakson 80 mg/KgBB/hari, 2 kali/hari selama 7 hari e) Sefiksim 15 – 20 mg/KgBB/hari selama 10 hari

4) Mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal

43

TERBATAS

Page 44: Terbatas Bab i Pendahuluan

a) Tirah baring mutlak selama 10 – 14 hari, pada keadaan dengan penyulit miokarditis tirah baring sampai 4 – 6 minggu, konsul spesialis jantung/jantung anak.

b) EKG rutin dilakukan pada hari I, III, VII, kemudian tiap minggu. Pada kecurigaan atau ada miokarditis EKG dilakukan tiap hari.

c) Makanan lunak/cair, mudah dicerna cukup cairan dan kalori . Pada penderita gawat perlu infus / nutrisi parenteral

d) Roborantia, Aneurin 15 mg/KgBB/hari oral dalam 3 dosis selama 10 hari 5) Mengobati infeksi penyerta dan penyulit

1. Difteri laring dengan Jackson tingkat II – III konsul THT untuk pertimbangan trakeostomi. Kriteria Jackson untuk derajat dispnea laring progresif :a. Tingkat I : terdapat cekungan ringan suprasternal, keadaan penderita tetap tenang, tidak terganggub. Tingkat II : cekungan suprasternal lebih dalam, ditambah cekungan epigastrium, penderita tampak gelisahc. Tingkat III : cekungan suprasternal, supra/infraklavikuler, epigastrium dan interkostal, penderita sangat gelisah dan tampak sukar bernapasd. Tingkat IV : gejala makin berat, penderita sangat gelisah, berusaha sekuat tenaga untuk bernapas, penderita tampak seperti ketakutan, pucat/sianosis

2. Stadium II dan III indikasi trakeostomi3. Mempertahankan agar hemodinamika tetap baik (terutama pada miokarditis)4. Pemberian kortikosteroid (deksametason 0,5 -1 mg/KgBB/hari atau prednison

oral 2mg/KgBB/hari) pada kasus dengan miokarditis, atau pada kasus difteri dengan gejala obstruksi saluran napas bagian atas

5. Antibiotika lain bila perlu bila ada infeksi tumpangan

Penyulit :1. Infeksi tumpangan oleh kuman lain2. Lokal : Obstruksi jalan napas akibat membran atau edema jalan napas gagal napas 3. Sistemik : karena efek eksotoksin: 4. Miokarditis gagal jantung5. Neuritis: paresis/paralise palatum mole, palsy okuler, paralisis diafragma, parese/paralise

anggota gerak 6. Nefritis

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :1. 10 - 14 hari 2. Tergantung penyulit yang menyertai bisa sampai 1-3 bulan

Masa Pemulihan :Tanpa komplikasi 3 minggu

Out Put :1. Sembuh total2. Kematian tergantung : usia, waktu pemberian antitoksin, tipe klinis difteri, keadaan umum

penderita.

44

TERBATAS

Page 45: Terbatas Bab i Pendahuluan

a. Makin muda usia, makin jelekb. Pemberian antitoksin hari I kematian 0,3%, hari III 4%, hari IV 12%, hari V dan

selebihnya 25 %.c. Difteri Faring Laring kematian 56,8%, Nasofaring 48,4%, dan faring 10,5%d. Prognosa lebih baik pada penderita gizi baik

21. MORBILLI (CAMPAK)

Kriteria Diagnosis1. Penyakit infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai oleh gejala klinis khas yang terdiri

dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khas.2. Stadium prodromal berlangsung 3-5 hari dimulai dengan peradangan pada selaput lendir

hidung, mulut,mata, tenggorokan dan saluran pencernaan sehingga terjadi gejala panas, batuk, pilek, mata merah, bercak Koplik dan diare.

3. Stadium erupsi berlangsung 2-3 hari, terjadi peningkatan suhu tubuh, batuk pilek makin hebat, timbul ruam makulopapulous eritmatous mulai di kulit leher perbatasan rambut dan kulit belakang telinga, menyebar ke dahi, muka, leher, dada, tubuh dan ke ekstremitas.

4. Stadium penyembuhan suhu tubuh menurun,gejala klinis berkurang, ruam menghitam sampai bisa mengelupas.

5. Mual, muntah-muntah, mulut terasa pahit, diare, dehidrasi, kencing warna merah tua. 6. Gangguan kesadaran apatis sampai koma, bingung dan kacau.7. Pembesaran limpa dan hati, anemia.

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah Rutin, tidak khas lekopenia2. Sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa dan hidung 3. Serologis didapatkan IgM spesifik4. KGD, AGD, Elektrolit, bila ada komplikasi sesuai keadaan

Perawatan:1. Rawat Jalan bila campak ringan, dan tanpa penyulit2. Rawat inap, atas indikasi :

a. Penyulit (+)b. Ruam yang kasar dan tebalc. Malnutrisi

Terapi :1. Pengobatan pada campak ringan, tanpa penyulit :

a. Simptomatis, antipiretika, obat batukb. Usahakan makan/minum cukup

2. Pengobatan pada campak dengan penyulit:1) Antibiotika dan pengobatan simptomatis2) Perbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit, atasi dehidrasi, hipoglikemi bila ada3) Pemberian kalori yang cukup4) Penderita malnutrisi diberikan vitamin A 100.000-200.000 U, IM5) Tindakan-tindakan lain, oksigen, antikonvulsan sesuai keadaan6) Khusus pada penderita dengan ensefalitis ditambahkan kortikosteroid, jumlah pemberian cairan direduksi sampai ¾ kebutuhan

Penyulit :1. Laringitis akut2. Otitis Media

45

TERBATAS

Page 46: Terbatas Bab i Pendahuluan

3. Enteritis dengan dehidrasi4. Bronkopneumonia5. Kejang Demam6. Ensefalitis7. SSPE (Subacute Sclerosing Panencephalitis)Informed Consent :Perlu (tertulis), bila dirawat

Lama perawatan :Tanpa komplikasi 5-7 hari

Masa Pemulihan :2 minggu, tanpa komplikasi

Out Put :1. Sembuh Total2. Gejala gangguan tingkah laku/intelektual progresif di kemudian hari bila terjadi SSPE3. Kematian

22. PNEUMOTORAKS

Kriteria Diagnosis:1. Sesak napas (pada anak besar sering didahului rasa nyeri tiba-tiba pada sisi yang terkena) 2. Adanya faktor pencetus (batuk, bersin, latihan jasmani yang berat, tetapi kadang-kadang

pada waktu tidur).3. Hipersonor pada sisi yang terkena.4. Suara napas yang melemah atau menghilang pada auskultasi.

Diagnosis Banding: 1. Emfisema2. Angina Pektoris3. Hernia Diafragmatika4. Kista paru

Pemeriksaan Penunjang :Foto toraks ( adanya bayangan radiolusen tanpa jaringan paru sedangkan paru terlihat di daerah hilus)

Konsultasi:1. Bagian Radiologi2. Bagian Bedah

Perawatan:Rawat Inap pada kasus berat

Terapi :1. Bergantung pada :

a. Jenis Pneumotoraks (Idiopatik/simptomatik)b. Pertama kali / residif

46

TERBATAS

Page 47: Terbatas Bab i Pendahuluan

c. Besarnya paru yang kolapsd. Adanya komplikasi

2. Pada dasarnya untuk semua penderita pneumotoraks:a. Berikan sedativa ( untuk mengurangi rasa nyeri) dan obat penekan batuk (kodein)b. Hilangkan faktor etiologi

1) Pada pneumotoraks spontanea : pengobatan konservatif2) Pada pneumotension : pungsi rongga pleura lalu WSD3) Pada pneumotoraks yang berulang-ulang : berikan suntikan larutan glukosa

50% intrapleurac. Tindakan bedah dilakukan jika :

1) Cara konservatif tidak berhasil (mengembangkan paru)2) Pneumotoraks spontan terjadi berulang kali3) Terdapat kista atau bula yang terlalu besar4) Pneumotoraks disebabkan oleh trauma tembus5) Adanya fistula bronkopleura

Penyulit :1. Pneomotoraks tension2. Infeksi sekunder (pembentukan eksudat)3. Hemo Pneumotoraks4. Emfisema Mediastinalis

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Bervariasi, bergantung faktor etiologi dan terapi

Masa Pemulihan :2 minggu sampai beberapa bulan

Out Put :1. Sembuh total2. Kematian

23. EMPIEMA TORAKS

Kriteria Diagnosis:1. Panas, sesak napas, batuk 2. Toraks asimetris (bagian yang sakit agak menonjol), pergerakan tertinggal pada sisi yang

terkena3. Sela iga melebar, jantung dan organ mediastinum terdorong4. Fremitus melemah 5. Redup pada sisi yang terkena6. Suara napas melemah/menghilang7. Perselubungan homogen dengan batas jelas, sinus terisi pada foto toraks8. Cairan pleura berupa pus

Diagnosis Banding:

47

TERBATAS

Page 48: Terbatas Bab i Pendahuluan

1. Efusi pleura lainnya2. Lobar pneumonia ( perselubungan pada foto toraks

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah tepi dan kultur2. Foto toraks3. Pungsi pleura/pemeriksaan cairan pleura4. Tes Mantoux

Konsultasi:1. Bagian Bedah2. Bagian Fisioterapi

Perawatan:Rawat Inap

Terapi :1. Umum :

a. Suportif (Tirah baring, posisi setengah duduk kalau sesak sekali, Oksigen, IVFD kalau perlu)

b. Aspirasi pus : dini / frekuenc. Obat intrapleurad. Jika pus kental encerkan dengan NaCle. Jika pus kental sekali, perkembangan cepat, disertai pneumotoraks : dilakukan WSDf. Jika terdapat fistula bronkopleura : continous suction

2. Medikamentosa :a. Sesuai uji sensitivitasb. Bila belum ada hasil uji sensitivitas berikan Ampisilin dan Kloramfenikol atau Kloksasilin,

jika respons kurang ganti golongan sefalosporin3. Jika prosedur di atas kurang berhasil dapat dilakukan:

a. Drainage terbuka ataub. Reseksi iga

4. Bila keadaan dimana telah terdapat penebalan dan perlengketan yang hebat atau empiema sukar sembuh, dapat dipertimbangkan dekortikasi atau pneumektomi

5. Fisioterapi, jika resolusi telah terjadi

Penyulit :1. Pneomotoraks 2. Bronko Pleura Fistula3. Abses paru4. Perikarditis Purulenta5. Osteomielitis (tulang iga)6. Meningitis7. Peritonitis (sekunder karena ruptur melalui diafragma)

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :7 hari sampai 14 hari (peyebab stafilokok : 3- 4 minggu)

48

TERBATAS

Page 49: Terbatas Bab i Pendahuluan

Masa Pemulihan :2 minggu sampai 6 bulan

Out Put :1. Sembuh total 3. Kematian2. Sembuh dengan sequele

24. A S M A

Kriteria Diagnosis:1. Batuk, sesak napas berulang, riwyat atopi sendiri / keluarga 2. Napas berbunyi (mengi) berulang, retraksi, hipersonor3. Ekspirasi memanjang / wheezing4. PFR dan FEV menurun

Diagnosis Banding: 1. Bronkiolitis (pada anak berumur kurang dari 2 tahun)2. Korpus alienum di saluran napas (pada anak kecil) atau kelenjar thymus yang menekan

trakea3. Penyakit Paru Kronik (Fibrosis kistik, bronkiektasi)4. Laringotrakeobronkitis5. Kompresi trakeobronkial6. Asma Kardial7. Kelainan trakea dan bronkus (Trakeobronkomalasi/stenosis bronkus)

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah rutin/eosinofil total2. Foto toraks3. Uji Faal Paru4. Mantoux Test5. Uji Kulit Alergi dan Imunologi6. AGD (bila perlu)7. EKG

Perawatan:Rawat Inap pada kasus sedang dan berat

Terapi :1. Asma serangan ringan berikan salah satu obat :

a. Teofilin 3-4 mg/kgBB/kali oral, tiap 6-8 jamb. Salbutamol 0,08-0,12 mg/kgBB/kali c. Terbutalin 0,05-0,075 mg/kgBB/kalid. Metaproterenol 0,3 mg/kgBB/kali

2. Asma serangan sedang – berat, inhalasi atau nebulizer golongan bronkodilator:1) Untuk inhalasi : 1- 2 semprotan, tiap 4 – 6 jam2) Untuk Nebulizer :

1) Salbutamol 0,5 % : 0,01 – 0,03 ml/kgBB (maksimum 1 ml)2) Terbutalin 1 % : 0,03 ml/kgBB (maksimum 1 ml)

49

TERBATAS

Page 50: Terbatas Bab i Pendahuluan

3) Metaproterenol 5 % : 0,005 – 0,01 ml/kgBB (maksimum 0,9 ml)4) Feneterol 0,1% : 5 tetes, bila 0,5% : 2 tetes5) Dapat ditambahkan Bromhexin 1 ml dan NaCl 0,9% 1,5 ml.6) Jika tidak ada nebulizer / tidak bisa inhalasi dapat diberikan adrenalin 1/1000 : 0,01

ml/kgBB, maksimum 0,35 ml SC, diberikan selang 20-30 menit, 2-3 kali3. Status Asmatikus:

a. Inhalasi atau nebulizer bronkodilatorb. Oksigen 1-2 liter/menit (melalui nasoorofaring atau masker)c. Infus ( untuk mengoreksi kekentalan cairan dan gangguan asam basa elektrolit)d. Posisi setengah duduke. Kortikosteroid : Deksametason, inisial 0,3 mg/kgBB,IV dilanjutkan 0,3 mg/kgBB/hari

dibagi 3 dosisf. Teofilin :

1) Awal : Bila dalam 6-8 jam terakhir tidak mendapat teofilin, berikan 5-7 mg/kgBB dalam larutan NaCl/Dektrose 10% 1:3 + KCl 5 mEq/500 ml dalam 15 – 20 menit. Bila telah mendapat teofilin dalam 6-8 jam terakhir, periksa kadar teofilin dalam darah (kadar terapeutik 10 – 20 mg/ml) atau diberikan dengan dosis yang diturunkan menjadi 3-4 mg/kgBB.

2) Pemeliharaan: Teofilin per drip (3-4 mg/kgBB setiap 6-8 jam) pantau tanda-tanda keracunan teofilin

g. Postural drainage / chest clappingh. Mukolitik (kalau perlu dapat diberikan)i. Bila tidak dapat diatasi rawat ICU

Penyulit :1. Emfisema2. Pneumotoraks3. Atelektasis4. Bronkiektasi5. Gagal Napas6. Gagal jantung

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Bervariasi bergantung derajat penyakit

Masa Pemulihan :80% sembuh / menghilang

Out Put :1. Sembuh total2. Kemungkinan serangan di kemudian hari3. Kematian

25. PNEUMONIA

Kriteria Diagnosis:

50

TERBATAS

Page 51: Terbatas Bab i Pendahuluan

Bronkopneumonia:1. Panas, sesak napas, batuk , takipnu, takikardia2. Retraksi interkostal, chest indrawing3. Ronki basah halus/sedang nyaring4. Bercak berawan dengan batas tidak jelas pada foto toraksPneumonia Lobaris:1. Anak lebih suka tidur pada sisi yang terkena2. Pergerakan toraks berkurang pada sisi yang terkena3. Perkusi redup4. Fremitus meningkat5. Suara pernapasan subbronkial sampai bronkial6. Ronki basah halus / krepitasi7. Perselubungan homogen dengan batas sesuai dengan lobus paru

Diagnosis Banding: 1. Bronkiolitis2. Aspirasi benda asing3. Empiema4. Abses paru5. Gagal jantung6. TBC endotrakeal + infeksi sekunder7. Meningitis8. Apendisitis

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah tepi / kultur darah 2. AGD3. Foto toraks4. Tes Mantoux

Perawatan:Rawat Inap kalau berat

Terapi :1. Tirah baring (posisi setengah duduk bila sesak sekali)2. Oksigen (bila gelisah/sesak sekali)3. Infus/Cairan: NaCL/Dextrose, KAEN (sesuaikan umur), dengan jumlah pemberian =

Kebutuhan+kenaikan suhu, dibagi rata dalam 24 jam. Jika dehidrasi 4 jam pertam: ¼ kebutuhan, 20 jam berikutnya sisanya

4. Antibiotika:a. Sesuai uji sensitivitasb. Bila belum ada hasil uji sensitivitas berikan :c. Neonatus : Ampisilin + Gentamisin IV d. Anak : Ampisilin + Kloramfenikol e. Bisa juga diberikan golongan sefalosporinf. Jika alergi dengan Golongan Penisilin berikan Eritromising. Ulangi foto toraks untuk kontorl hasil pengobatan

5. Postural Drainage / fisioterapi ( 1-2 hari setelah panas turun)

Penyulit :

51

TERBATAS

Page 52: Terbatas Bab i Pendahuluan

1. Empiema2. Meningitis, Perikarditis, Osteomielitis (jarang)

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :7 - 14 hari (peyebab stafilokok : 3- 4 minggu)

Masa Pemulihan :2 -3 minggu

Out Put :Sembuh total, bila tanpa komplikasi

26. BRONKIOLITIS

Kriteria Diagnosis:1. Umur < 2 tahun 2. Didahului oleh batuk kering, panas tidak selalu, atau hanya sumer-sumer3. Sesak napas, takipnu 4. Retraksi interkostal, chest indrawing5. Napas berbunyi/wheezing (kadang-kadang ada ronki basah halus)6. Hiperaerasi pada foto toraks

Diagnosis Banding: 1. Pneumonia2. Asma3. Gagal jantung4. Korpus alienum di trakea

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah tepi 2. AGD pada kasus berat3. Foto toraks

Perawatan:Rawat Inap

Terapi :1. Tirah baring2. Oksigen >40% dihumidifikasi3. Infus/Cairan:

a. Neonatus : NaCL/Dextrose 10% = 1: 4 tambah KCl 1-2 mEq/kgBB/hari atau KAEN (sesuaikan umur), jika sesak sekali Dextrose 5% + BicNat + KCl

b. Bayi > 1 bulan: NaCl/Dextrose 10% = 1/3 tambah KCl 1-2 mEq/kgBB/hari atau KAEN (sesuaikan umur), jika sesak sekali Dextrose 5% + BicNat + KCl

c. Jumlah pemberian cairan = Kebutuhan + kenaikan suhu, dibagi rata dalam 24 jam.

52

TERBATAS

Page 53: Terbatas Bab i Pendahuluan

4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (bila ada)5. Antibiotika (kalau ada dugaan) Pneumonia6. Kortikosteroid bila sakit berat (Hidrokortison 5-10 mg/kgBB/dosis IV tiap 6-8 jam sampai

klinis membaik)

Penyulit :1. Otitis media 2. Pneumonia Bakterial 3. Emfisema Mediastinum 4. Emfisema Mediastinum5. Gagal napas 6. Gagal jantungInformed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :7 – 10 hari

Masa Pemulihan :14 hari

Out Put :1. Sembuh total2. Kematian

27. TB PARU

Kriteria Diagnosis:

1. Anamnesa :a. Keluhan batuk lama ( > 3 minggu), batuk berulangb. Riwayat kontak (dengan orang dewasa)c. Sering demam/demam lama (subfeberil)d. Berkeringat malam (ganti baju sampai beberapa kali)

2. Pemeriksaan Fisik :Tes Tuberkulin / mantoux :a. Positip : indurasi > 10 mmb. Meragukan : indurasi 5 – 9 mmc. Negatip : indurasi < 4 mm

3. Laboratorik :a. BTA ( bilasan lambung / hapisan langsung)b. Serologisc. LED (tanpa penyebab lain)

4. Foto Toraks :a. Pembesaran kelenjar hilus / paratrakealb. Penyebaran milier / bronkogen

53

TERBATAS

Page 54: Terbatas Bab i Pendahuluan

c. Kalsifikasid. Pleuritis TBC

5. Tes BCG (bila Mantoux negatip / dan diduga anergi)Positip bila indurasi > 5 mm pada gizi kurang, > 8 mm pada gizi baik

6. SISTEM SKOR :a. Riwayat kontak (dengan orang dewasa) (+) = 3

( -) = 1 b. Batuk lama /berulang = 1c. Sering demam = 1d. Berkeringat malam = 1e. Gizi kurang sekali = 1f. Pembesaran kelenjar = 1g. Skrofuloderma = 1h. Konjungtivitis fliktenularis = 1i. Kelainan organ lain sebagai komplikasi TBC (Coxitis, dll) = 3j. Tes Mantoux (+) = 5

(+/-) = 3k. BTA (bilasan lambung/hapusan langsung) (+) = 10 l. LED meningkat tanpa sebab lain = 1m. Kelainan pada foto toraks : -penyebaran milier/bronkogen = 5 -pembesara kelenjar / kalsifikasi = 3n. Tes BCG (pada keadaan-keadaan tertentu) (+) = 3 TBC DIANGGAP POSITIP BILA SKOR ≥ 10

Diagnosis Banding: 1. Pneumonia2. Bronkitis3. Demam Tifoid4. Sarkoidosis

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah lengkap, serologis, tes fungsi hati2. Bilasan lambung3. Tes Mantoux4. Foto toraks

Konsultasi:Bagian Mata

Perawatan:Rawat Inap jika berat / ada komplikasi

Terapi :1. INH : 10 -20 mg/kgBB/hari, oral sekali sehari, maksimum 400 mg/hari, selama

6-12 bulan (pengobatan jangka pendek 6-9 bulan, komplikasi 12-18 bulan)

2. Rifampisin : 10 – 15 mg/kgBB/hari, oral sekali sehari, maksimum 450 mg/hari, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan, sekali sehari bulan pertama (pengobatan jangka pendek 6-9 bulan, komplikasi 12- 18 bulan)

54

TERBATAS

Page 55: Terbatas Bab i Pendahuluan

3. Etambutol :15 -20 mg/kgBB/hari, oral 1-2 kali sehari, maksimum 1g/hari, selama 6-12 bulan.

4. Pirazinamid : 20 – 30 mg/kgBB/hari, oral sekali sehari, 2 bulan5. Strepomisin : 30 -40 mg/kgBB/hari, IM 1-2 kali sehari, maksimum 750 mg/hari, selama

1-3 bulan terutama pada TBC komplikasi.6. Vitamin B6 : 5 – 20 mg/hari, oral sekali sehari, selama pemberian INH.7. Kortikosteroid : Prednison 1-2 mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 3 dosis, maksimum 40

mg/hari) terutama pada TBC komplikasi.8. Kombinasi Obat Anti TB sekurang-kurangnya 2 macam obat, INH selalu diberikan9. Suportif :

a. Istirahatb. Diet / Perbaikan Gizic. Roboransia

10. Rehabilitasi : pengobatan penyakit penyerta

Penyulit :1. Pleuritis TBC2. Meningitis TB3. TBC Organ lain

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :6 bulan sampai 18 bulan

Masa Pemulihan :Tergantung komplikasi

Out Put :1. 99% sembuh2. Jelek : Komplikasi (+)

28. GLOMERULONEFRITIS AKUT (GNA)

Kriteria Diagnosis:1. Edema, hematuria, hipertensi dan oliguria2. Riwayat ISPA atau infeksi kulit 1 – 3 minggu sebelumnya

Diagnosis Banding: Sindroma nefrotik

Pemeriksaan Penunjang :1. Urin (Protein dan sedimen)2. Darah ( LED, ureum, kreatinin, kolesterol, protein, elektrolit, ASTO, CRP, C3 (B1C Globulin)3. Biakan tenggorokan / kulit

Perawatan:Rawat Inap

55

TERBATAS

Page 56: Terbatas Bab i Pendahuluan

Terapi :1. Tirah baring2. Diet protein 1-2 gr/kgBB/hari, rendah garam 0,5 – 1 g / hari3. Penisilin Prokain 50.000 U/kgBB/hari maksimum 600.000 U IM atau eritromisin 50

mg/kgBB/hari atau Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari selama 10 hari4. Diuretika (furosemid) 1-2 mg/kgBB IV atau 2-4 mg/kgBB/hari oral5. Hipertensi > 135/95 mmHg beri kaptopril 0,3-2 mg/kgBB/hari oral6. Ensefalopati hipertensi atau kasus hipertensi > 170/120 mmHg beri klonidin drips atau

nifedipin sublingual7. Bila kejang beri diazepam 0,3 mg/kgBB

Penyulit :1. Payah Ginjal Mendadak2. Hipertensi ensefalopati

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Sampai edema, hematuri tidak ada dan tensi normal, sekitar 10 – 14 hari

Masa Pemulihan :1 sampai 3 bulan

Out Put :1. Sembuh total2. Bila ada komplikasi dapat menyebabkan kematian

29. SINDROMA NEFROTIK

Kriteria Diagnosis:1. Edema umum 2. Proteinuria masif (≥ 40 mg/M2/jam atau ≥ 1 gr/ M2/24jam, atau >50 μg/kgBB/jam3. Hipoproteineni (< 2,5 mg%)4. Hiperkolesterolemia ( > 250 mg%)

Diagnosis Banding: 1. GNA2. Kwashiorkor

Pemeriksaan Penunjang :1. Urin (Protein dan sedimen), urin Esbach2. Darah ( Hb, Lekost, DT,LED, ureum, kreatinin, kolesterol, protein, elektrolit, ASTO, CRP,

C3)3. Biakan tenggorokan / kulit4. Bila perlu, biopsi ginjal untuk yang resiten steroid

Perawatan:

56

TERBATAS

Page 57: Terbatas Bab i Pendahuluan

Rawat Inap sampai bengkak hilang

Terapi :1. Tirah baring2. Diet tinggi protein 3-5 gr/kgBB/hari, rendah garam 0,5 – 1 g / hari3. Prednison 2 mg/kgBB/hari selama 3 bulan maksimum 80 mg/hari 4. Bila resisten steroid beri Siklofosfamid 2-4 mg/kgBB/hari selama 8-12 minggu5. Diuretika (furosemid 1-2 mg/kgBB/hari IV atau 2-4 mg/kgBB/hari oral dan atau aldacton)6. Beri antibiotika ampisilin/amoksisilin 50 mg/kgBB/hari selama 4-7 hari

Penyulit :Payah Ginjal Mendadak

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :2 – 4 minggu

Masa Pemulihan :Beberapa minggu sampai beberapa bulan

Out Put :1. Sembuh total 93%2. Relaps 7%3. Bila disertai komplikasi gagal ginjal akut output bisa buruk

30. INFEKSI SALURAN KEMIH

Kriteria Diagnosis:1. ISK bawah : disuria, Frekuensi dan Urgensi2. ISK Atas : panas, nyeri pinggang, malaise, anoreksia

Diagnosis Banding: GNA

Pemeriksaan Penunjang :1. Urin : sedimen, protein, biakan urin hitung koloni dan tes kepekaan2. Darah : lekosit, LED, Biakan darah3. Radiologi : IVP

Perawatan:1. Rawat Jalan2. Rawat inap bila perlu/keadaan umum jelek

Terapi :1. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari atau Amoksisilin 100 mg/kgBB/kgBB/hari2. Kotrimoksasol (dosis trimetoprim 8 mg/kgBB/hari, dalam dalam 2 dosis terbagi)

a. ISK Atas selama 10 – 14hari

57

TERBATAS

Page 58: Terbatas Bab i Pendahuluan

b. ISK Bawah selama 3 – 5 hari3. Bila penderita telah mengalami ISK 2 kali / 6 bulan, berikan profilaksis dengan

nitrofurantoin atau kotrimoksasol dosis ¼-1/3 dosis terapeutik4. Antibiotika sesuai hasil kultur dan tes kepekaan

Penyulit :Vesiko Ureteral Refluks

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :2 – 3 minggu

Masa Pemulihan :Beberapa minggu

Out Put :Sembuh

31. PAYAH GINJAL AKUT

Kriteria Diagnosis:Tergantung penyebab apakah Prerenal, Renal atau Postrenal1. Gejala Gastrointestinal : mual, nyeri perut2. Gejala Kardiovaskuler : tanda-tanda hipokalemi, tanda kongesti sirkulasi3. Gejala SSP : drowsiness atau kejang

Diagnosis Banding: Payah Ginjal Kronik

Pemeriksaan Penunjang :1. Urinalisis2. Darah rutin3. Tes Fungsi Ginjal : ureum, kreatinin 4. Elektrolit

Perawatan:Rawat inap

Terapi :1. Tirah Baring2. Bolus cairan, bila anuria beri glukosa 10-20%, bila oliguria beri NaCl/Dekstrose 10% 1 : 3

(asupan cairan dibatasi)3. Bila hiperkalemi beri Ca glukonas 0,5 ml/kgBB/gari, dan Na Bikarbonat atau kayexalat 1

gr/kgBB

58

TERBATAS

Page 59: Terbatas Bab i Pendahuluan

4. Bila asidosis beri Na Bikarbonat 1-3 mEq/kgBB5. Bila hipernatremi, hanya dengan mengurangi asupan cairan dan pemberian cairan NaCl

yang diencerkan6. Bila hipokalsemi beri Ca Glukonas 10% 0,5 ml/kgBB7. Beri furosemide 1-2 mg/kgBB IV atau oral 2-4 mg/kgBB/hari8. Bila hipertensi dapat diberi captopril atau klonidin drips9. Transfusi PRC bila Hb < 7 gr%10. Bila kejang beri diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB11. Beri antibiotik: amoksisilin/ampisilin atau sefalosporin12. Diet protein 0,5-1 gr/kgBB/hari13. Dialisis bila keadaan memburuk

Penyulit :Payah Jantung Kongesti

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :1 – 2 minggu

Masa Pemulihan :Beberapa minggu sampai beberapa bulan

Out Put :Dapat sembuh total, tergantung penyebab

32. PAYAH GINJAL KRONIK

Kriteria Diagnosis:Gejala non spesifik berupa :1. Sakit kepala, lelah, letargi, muntah, polidipsi,polimia, gangguan pertumbuhan2. Pucat, lemah, hipertensi, edema3. Azotemia, anemia, hiperkalemia, asidosis

Diagnosis Banding: Payah Ginjal Akut

Pemeriksaan Penunjang :1. Urinalisis2. Darah rutin3. Tes Fungsi Ginjal4. Tes Fungsi Hati 5. Lipid6. Elektrolit (Na, K, Ca, klorida)7. Glukosa darah8. Glomerular Filtration Rate.

59

TERBATAS

Page 60: Terbatas Bab i Pendahuluan

Perawatan:Rawat inap

Terapi :1. Tirah Baring2. Bolus cairan, bila anuria beri glukosa 10-20%, bila oliguria beri NaCl/Dekstrose 10% 1 : 3

(asupan cairan dibatasi)3. Bila hiperkalemi beri Ca glukonas 0,5 ml/kgBB/gari, dan Na Bikarbonat atau kayexalat 1

gr/kgBB4. Bila asidosis beri Na Bikarbonat 1-3 mEq/kgBB5. Bila hipernatremi, hanya dengan mengurangi asupan cairan dan pemberian cairan NaCl

yang diencerkan6. Bila hipokalsemi beri Ca Glukonas 10% 0,5 ml/kgBB7. Beri furosemide 1-2 mg/kgBB IV atau oral 2-4 mg/kgBB/hari8. Bila hipertensi dapat diberi captopril atau klonidin drips9. Transfusi PRC bila Hb < 7 gr%10. Bila kejang beri diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB11. Beri antibiotik: amoksisilin/ampisilin atau sefalosporin12. Diet protein 0,5-1 gr/kgBB/hari13. Dialisis bila keadaan memburuk

Penyulit :Payah Jantung Kongesti

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :1 – 2 minggu

Masa Pemulihan :Beberapa minggu sampai beberapa bulan

Out Put :1. Dapat sembuh total, tergantung penyebab2. Dialisis berulang3. Kematian

33. DEMAM REMATIK

Kriteria Diagnosis:1. Berdasarkan kriteria Jones yang dimodifikasi, terdiri atas:

a. 2 kriteria mayor ataub. 1 kriteria mayor dan > 2 kriteria minor, ditambah bukti sebelumnya ada infeksi

streptokok beta hemolitikus golongan A (ASTO/antibodi lain meningkat, biakan usap tenggorokan positip; baru menderita demam skarlatina)

2. Kriteria mayor : Karditis, poliartritis, korea, eritema marginatum, nodul subkutan

60

TERBATAS

Page 61: Terbatas Bab i Pendahuluan

3. Kriteria minor : Demam, artralgia, pernah menderita demam rematik/penyakit jantung rematik, reaksi fase akut (LED meningkat, CRP positip, lekositosis), PR interval memanjang.

Diagnosis Banding: 1. Artritis rematoid2. Lupus Eritematosus Sistemik

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah tepi 2. ASTO/CRP3. Anti DNA4. Biakan usap tenggorok5. EKG6. Foto toraks

Konsultasi: Bagian Bedah Jantung

Perawatan:Rawat Inap, penyakit dengan karditis/gagal jantung

Terapi :1. Istirahat2. Obat-obatan :

1. Penisilin dan Benztin Penisilin2. Salisilat 3. Prdnison4. Digitalis (bila terdapat gagal jantung)5. Eritromisin (bila alergi penisilin)

Lama Pemberian Obat dan Istirahat

Status klinis Ampisilin Salisilat Prednison Benzatin Penisilin IsitirahatHanya Artritis(tanpa Karditis)

10 hari 2-6 minggu - Sampai gejala klinis menghilang

2-4 minggu

Karditis tanpa Kardiomegali

10 hari 6-8 minggu - Sampai akil balik 4-12 minggu

Karditis dengan Kardiomegali

10 hari 2-3 bulsn 2-6 minggu Sampai akil balik 3-6 bulan

Karditis denganPayah Jantung

10 hari 3-6 bulan 6-12 minggu Seumur hidup tergantung keadaan penderita

Penyulit :1. Gagal Jantung2. Endokarditis3. Fibrilasi atrium

Informed Consent :Perlu (tertulis)

61

TERBATAS

Page 62: Terbatas Bab i Pendahuluan

Lama perawatan :Bergantung derajat penyakit

Masa Pemulihan :Bergantung derajat penyakit

Out Put :Bergantung kerusakan katup

34. PAYAH JANTUNGKriteria Diagnosis:1. Payah Jantung Kiri

a. Dispnea/takipnea/ortopneab. Batukc. Takikardiad. Pulsus Alternanse. Kadang-kadang terdengar ronki/krepitasi dan “wheezing”

2. Payah Jantung Kanana. Tekanan V.Jugularis meningkatb. Hepatomegalic. Edema perifer

3. Foto Thoraksa. Kardiomehalib. Tanda-tanda kongesti paru

4. EKG:a. Takikardiab. Amplitudo gelombang QRS dan T rendah

5. Tanda-tanda non spesifika. Berkeringat banyak pada anak kecilb. Gelisahc. Irama derapd. Nadi kecile. Tekanan darah rendah

Diagnosis Banding: a. Keadaan non kardiak dan non thoraks yang menyerupai gagal jantung, seperti:

a. Dispnea dan kelelahan karena hiperventilasib. Edema sebagai akibat tromboflebitis

b. Penyakit paru kronis disertai dipnea, wheezingc. Emboli paru masifd. Penyakit-penyakit perikard dan miokard (Perikarditis, Miokarditis)

Pemeriksaan Penunjang :a. Foto toraksb. EKGc. Laboratorium (eritrosit, lekosit, Hb, PCV, LED, BUN, Serum Na, K, Cl, HCO3, urinalisis, BJ

urin)

Konsultasi:

62

TERBATAS

Page 63: Terbatas Bab i Pendahuluan

Bagian Bedah Jantung (pada keadaan tertentu)

Perawatan:Rawat Inap

Terapi :

a. Umum :a. Istirahat: posisi setengah dudukb. O2 dihumidifikasic. Turunkan suhu bila panasd. Batasi ‘intake’ (permulaan sampai 65 ml/kgBB/hari)e. Diet Tinggi Kalori, Rendah Proteinf. Monitor tanda-tanda vital

b. Khusus:a. Berikan glukose, Ca, Mg bila kurangb. Keluarkan darah yang berlebihan bila hipervolemiac. Transfusi Packed Red Cell, bila anemia

c. Medikamentosa:a. Berikan digitalisasi (Digoksin IM: dosis 30-60mcg/kgBB)b. Jika digitalis telah diberikan dalam 1 minggu sebelumnya, periksa EKG dan berikan

dosis tetap/maintenance :1) Berikan ½ dosis digitalisasi2) Setelah 2 jam pemberian digitalisasi dosis I, periksa EKG3) Jika tidak ada kontraindikasi, berikan ¼ dosis digitalisasi 6-8 jam setelah dosis I4) Ulangi pemeriksaan EKG, 2 jamkemudian5) Jika tidak ada kontraindikasi, lanjutkan dengan ¼ dosis digitalisasi setelah 6-8 jam

dosis II6) Jika tidak terdapat perubahan dan anak sakit berat, lanjutkan dengan ¼ dosis

digitalisasi yang direncanakan untuk 1-3 dosis lainnya7) Jika keadaan penderita membaik lanjutkan dengan dosis maintenance yaitu ¼ -1/3

dari dosis digitalisasi yang sebenarnya, dibagi dalam 2 dosis (tiap 12 jam). (Jika dosis maintenance diberikan per oral, dosis dinaikkan dengan 1/3 dosis. Dosis maintenance yang pertama diberikan 8-12 jam, sesudahnya dosis digitalisasi yang terakhir)

c. Berikan diuretika bila Payah Jantung Berat (terutama dengan edema paru) berikan furosemid 1 mg kg/BB. Awasi pengeluaran K yang berlebihan.

d. Berikan sedativa (kloralhidrat) jika gelisahe. Obati sebab yang mendasari payah jantungf. Bila terdapat edema paru :

1) Berikan O2 (jika perlu dengan Positive Pressure Oxygen Breathing)2) Posisi setengah duduk3) Berikan morfin sulfat 0,1 mg/kgBB SC4) Pasang torniquet pada bagian proksimal dari 3 ekstremitas (1 ektremitas bebas).

Setiap 15 menit pindahkan 1 torniquet ke ekstremitas yang bebas, sehingga 1 ekstremitas dipasang torniquet kurang dari 45 menit.

5) Berikan Lasix 1 mg/kgBB IV6) Mulai dengan digitalisasi

63

TERBATAS

Page 64: Terbatas Bab i Pendahuluan

7) Jika tidak terdapat perbaikan cepat berikan aminofilin 5 mg/kgBB IV selama 3-5 menit, awasi kemungkinan terjadinya bradikardia

8) Untuk edema paru dan payah jantung berat yang tidak membaik dengan pengobatan biasa, berikan isopreterenol (jika tidak terdapat kelainan obstruksi), rawat ICU.

Penyulit :Edema paru

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Bergantung berat ringannya payah jantung

Masa Pemulihan :Bergantung berat ringannya payah jantung

Out Put :Bergantung berat ringannya payah jantung

35. TETRALOGI FALLOT

Kriteria Diagnosis:

1. Kelainan / Penyakit Jantung Bawaan tipe sianotik dengan 4 macam kelainan :a. Defek septum ventrikelb. Stenosis (infundibulum) pulmonalc. Hipertrofi ventrikel kanand. Overriding aorta (pada septum ventrikel

2. Gejala klinis :a. Sianosis :b. Makin berat stenosis ventrikel kanan, makin sianosisc. Bertambah pada saat menangisd. Sesak napas (dispnea)e. Cepat lelah (toleransi terhadap laihan menurun)f. Gangguan pertumbuhan (termasuk gangguan pertumbuhan gigi, karies?)g. Dapat terjadi kehilangan kesadaranh. Sering jongkok (squatting)i. Pembendungan (engaged) pada konjungtiva dan retinaj. Jari tabuhk. Geographic tonguel. Gingiva hipertrofi

3. Pemeriksaan fisik :a. Bising sistolik ejeksi PM di sela iga III-IV kiri; kadang-kadang disertai getaran bising

(thrill)

64

TERBATAS

Page 65: Terbatas Bab i Pendahuluan

b. Suara jantung P2 jarang terdengar / lemahc. Suara jantung S2 terdengar keras, tetapi tidak memecah (splitting) di sela iga III-IV

(berasal dari penutupan katup aorta)d. Pada stenosis pulmonal berat (atresia pulmonal) tidak terdapat bising; terdengar lebih

ejeksi aortae. Kadang-kadang terdapat hepatomegali

4. Pemeriksaan Laboratorium :a. Hb meningkat (dapat sampai 17%)b. PCV meningkat (bila lebih dari 65%, dapat menimbulkan kelainan koagulasi : waktu

perdarahanmemanjang, fragilitas kapiler meningkat)c. Kadang-kadang anemia hipokrom relative

5. Foto Toraks :a. Besar jantung normalb. Arkus aorta 75% di kiri dan 25% di kanan tampak prominenc. Aorta asenden melebard. Konus pulmonalis cekunge. Apeks jantung terangkatf. Jantung berbentuk sepatu ( coeur en sabot )g. Vaskularisasi paru berkurangh. Diameter pembuluh darah hilus lebih kecil

6. EKG :a. Deviasi aksis ke kanan ( RAD )b. Hipertrofi ventrikel kanan ( RVH )c. Peaked p di sadapan IId. Transisi dari kompleks ORS dapat terlihat pada V1 dan V2

7. Ekokardiogarafi dapat terlihat :a. Overriding aortab. Defek septum ventrikelc. Jalan keluar ventrikel kanan menyempit ( RV out flow tract )

8. Klasifikasi 4 derajat :a. Derajat I : kadang-kadang tidak sianosis, kemampuan kerja normalb. Derajat II : sianosis ringan / waktu kerja kemampuan kerja kurangc. Derajat III : sianosis waktu istirahat, bertambah waktu kerja disertai dispnead. Derajat IV : sianosis dan dispnea waktu istirahat, jari tabuh

Diagnosis Banding: Semua kelainan/penyakit jantung bawaan sianotik yang disertai dengan defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, dan pirau kanan ke kiri

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah rutin, hapusan darah tepi2. Foto Toraks 3. EKG4. Ekokardiografi5. Kateterisasi jantung dan angiogram6. Elektrolit, AGD, KGD sesuai keadaan

65

TERBATAS

Page 66: Terbatas Bab i Pendahuluan

Perawatan:Rawat inap, pada kasus dengan sianosis dan dispnea

Terapi :1. Indikasi pengobatan adalah untuk menghindari penyakit (sekunder) dan persiapan

pembedahan2. Medis :

a. Pada anemia relatif, diberikan preparat besib. Perawatan higiene gigi. Pada tindakan ringan/pencabutan gigi, perlu diberi antibiotika

untuk profilaksis terhadap endokarditisc. Pada serangan hipoksia :

1) Posisi knee chest2) Berikan O2 100%3) Propanolol ( beta blocker ) untuk mengurangi kontraktilitas miokard, 0,1 mg/KgBB

sebagai suntikan bolus, selama 10 menit dilanjutkan dengan oral 0,5-1 mg/KgBB tiap 6 jam

4) Bila terdapat asidosis berikan bikarbonat natrikus5) Bila terdapt hipoglikemia berikan dekstrose

3. Pembedahan :a. Pembedahan paliatif :

1) Sebelum dilakukan koreksi total : dilakukan pada anak dengan berat badan < 10 kg atau bayi

2) Dengan suatu prosedur pirau diharapkan paru akan mendapatkan darah lebih banyak, dan sianosis berkurang sampai tidak ada

3) Cara : a) Pirau Blalock-Tausiq : anastomosis antara arteria sistemik (arteri subklavia, arteri karotis0 dengan arteri pulmonalis)b) Pirau arteriosus : anastomosis antara aorta desendens dengan arteri

pulmonalis kanan4) Koreksi total terdiri atas :

a) Penutupan defek septum ventrikelb) Reseksi infundibulumc) Valvulotomi untuk stenosis pulmonal

Penyulit :1. Cerebro vascular accident karena trombosis : hemiplegia yang terjadi setelah serangan

sianosis, atau kateterisasi jantung2. Trombosis pulmonal3. Abses otak (sakit kepala, panas, muntah-muntah, kejang)4. Endokarditis/panas yang tidak diketahui penyebabnya5. Serangan sianosis : hiperventilasi-vasodilatasi-aliran balik sistolik jantung kanan meningkat

darah via defek septum ventrikel ke aorta PaO2 dan pH turun, retensi CO2

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Tergantung keadaan dan komplikasi

Masa Pemulihan :

66

TERBATAS

Page 67: Terbatas Bab i Pendahuluan

Tergantung tindakan pembedahan

Out Put :Dengan pembedahan : baik

36. ENSEFALITIS

Kriteria Diagnosis1. Demam, penurunan kesadaran, kejang serta ada defisit neurologis2. Dapat ditemukan tanda peninggian tekanan intrakranial dan edema papil3. Likuor serebrospinalis dapat normal atau menunjukkan peninggian jumlah protein atau

peninggian jumlah sel sampai ratusan, kadar glukosa normal

Diagnosis Banding: 1. Meningitis2. Epilepsi yang sedang mengalami demam3. GED + demam + kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau hipoglikemi4. Karena sebab metabolik atau struktural lainnya5. Ensefalopati hipertensi, uremi, hipoksia SSP

Pemeriksaan Penunjang :1. Pungsi lumbal2. Darah Rutin lengkap3. KGD4. AGD5. Elektrolit6. Fungsi ginjal dan fungsi hati7. Foto kepala / USG / EEG / CT-scan atau MRI bila perlu8. Biakan cairan serebrospinalis

Konsultasi:Rehabilitasi Medis

Perawatan:Rawat Inap, sebaiknya di ICU

Terapi :1. Tidak ada pengobatan spesifik kecuali pada ensefalitis herpes simpleks, diberikan

Acyclovir 10 mg/kgBB/kali dilarutkan dalam NaCl 0,9% sebanyak 100 ml dan diberikan dalam 1 jam. Pemberian 3 kali sehari selama 10 hari

2. Pengobatan yang diberikan berupa perawatan umum, penurunan tekanan intrakranial dengan kortikosteroid dan antibiotika profilaksis. Koreksi dan stabilkan gangguan metabolik, pasang respirator dan tindakan hiperventilasi bila perlu untuk menurunkan tekanan intrakranial.

Penyulit :1. Gagal napas2. Cerebral Palsy (CP)

67

TERBATAS

Page 68: Terbatas Bab i Pendahuluan

Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Bila tidak ada penyulit 7 – 14 hari

Masa Pemulihan :Beberapa hari sampai beberapa minggu

Out Put :Gangguan intelek, motorik, psikiatrik, penglihatan atau pendengaran dan epilepsi

37. MENINGITIS PURULENTA

Kriteria Diagnosis:1. Berdasarkan Gejala Klinis:

a. Gejala Infeksi akutb. Gejala peninggian tekanan intrakranialc. Gejala rangsangan meningeal

2. Berdasarkan cairan serebrospinalis:a. Berwarna opalesen sampai keruh dengan reaksi Nonne dan Pandy positipb. Jumlah sel biasanya ribuan per mm3 dengan predominan sel PMNc. Kadar glukosa umumnya kurang dari separuh kadar glukosa darah dan kadar protein

meninggi3. Diagnosis etiologi dipastikan dengan biakan cairan serebrospinalis

Diagnosis Banding: 1. Enseflitis2. Epilepsi yang sedang mengalami demam3. GED + demam + kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau hipoglikemi4. Karena sebab metabolik atau struktural lainnya5. Ensefalopati hipertensi, uremi, hipoksia SSP6. Meningitis Serosa

Pemeriksaan Penunjang :1. Pungsi lumbal2. Darah Rutin 3. KGD, AGD, Elektrolit sesuai keadaan4. Fungsi ginjal dan fungsi hati sesuai keadaan 5. Foto kepala / USG / EEG / CT-scan atau MRI bila memungkinkan6. Biakan cairan serebrospinalis

Konsultasi:1. Rehabilitasi Medis2. Bedah Saraf/Neuorolog

Perawatan:Rawat Inap, sebaiknya di ICU

68

TERBATAS

Page 69: Terbatas Bab i Pendahuluan

Terapi :1. Antibiotika :

a. Ampisilin 400 mg/kgBB/hari dibagi dalam 6 dosis dan kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Dosis Kloramfenikol untuk neonatus tidak boleh melebihi 50 mg/kgBB/hari atau

b. Sefalosporin2. Diusahakan antibiotika diberikan sesuai dengan hasil biakan dan uji resistensi3. Perawatan umum , pengawasan fungsi vital dan pemberantasan kejang

Penyulit :1. Gagal napas2. Ventrikulitis3. Subdural Efusi4. Hidrosefalus5. Sepsis6. Cerebral Palsy (CP) Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Bila tidak ada penyulit 10 – 21 hari

Masa Pemulihan :Beberapa minggu sampai beberapa bulan

Out Put :1. Gangguan perkembangan saraf berat (10 %)2. Retardasi mental (10 %)3. Kejang (5-8 %)4. Keterlambatan bicara (15 %)5. Gangguan pendengaran (10-15 %)6. Gangguan penglihatan (2-5 %)7. Gangguan tingkah laku (10%)8. Gangguan perkembangan motorik (3-7 %)

38. MENINGITIS TUBERKULOSA

Kriteria Diagnosis:

1. Berdasarkan Gejala Klinis:a. Gejala Infeksi akutb. Gejala peninggian tekanan intrakranial c. Gejala rangsangan meningeal

2. Berdasarkan cairan serebrospinalis:a. Berwarna jernih atau santokrom

69

TERBATAS

Page 70: Terbatas Bab i Pendahuluan

b. Jumlah sel 50 – 500 per mm3 dengan predominan sel PMN pada stadium dini dan limfositer kemudian

c. Kadar glukosa normal pada stadium dini dan cepat menurun pada stadium lanjut, kadar protein meninggi

3. Diagnosis dipastikan dengan ditemukan basil tahan asam (pada 30 % kasus) dan biakan likuor serebrospinalis

4. Uji Tuberkulin positip (50-90% kasus)

5. Foto roentgen paru menunjukkan kelainan pada 50 – 60 % kasus

Diagnosis Banding: 1. Enseflitis2. Meningitis Virus/Bakeri3. Epilepsi yang sedang mengalami demam4. GED + demam + kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau hipoglikemi5. Karena sebab metabolik atau struktural lainnya6. Ensefalopati hipertensi, uremi, hipoksia SSP

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah rutin 2. Pungsi lumbal3. Foto roentgen paru4. KGD, AGD, Elektrolit sesuai keadaan5. Fungsi ginjal dan fungsi hati6. CT-scan atau MRI bila memungkinkan7. Pemeriksaan BTA

Konsultasi:1. Rehabilitasi Medis2. Bedah Saraf/Neurolog

Perawatan:Rawat Inap bila memungkinkan sebaiknya di ICU Anak

Terapi :1. Obat Anti Tuberkulose INH 10-20 mg/kgBB/hari, Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari,

Pirazinamid 15 – 30 mg/kgBB/hari2. Kortikosteroid (Prednison 1-2 mg/kgBB/hari)3. Perawatan umum dan pengawasan fungsi vital

Penyulit :1. Gagal napas2. Hidrosefalus3. Sepsis4. Cerebral Palsy (CP) Informed Consent :Perlu (tertulis)

70

TERBATAS

Page 71: Terbatas Bab i Pendahuluan

Lama perawatan :Bila tidak ada penyulit 14 – 21 hari

Masa Pemulihan :Beberapa bulan

Out Put :1. Stadium awal sembuh dengan gangguan neurologis2. Stadium lanjut memberikan gejala sisa neurologik mayor temasuk parese, spastis, kejang,

paraplegia, gangguan sensibilitas, gangguan pendengaran vestibuler. Gangguan penglihatan berupa atrofi optik atau kebutaan terjadi pada 25% kasus

3. Gangguan intelek terjadi pada 2/3 penderita yang selamat

39. KEJANG DEMAM

Kriteria Diagnosis1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan – 6 tahun2. Kejang bersifat umum, muncul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam dan

berlangsung tidak lebih dari 15 menit3. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal4. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak

menunjukkan adanya kelainan5. Frekwensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak lebih dari 4 kali

Diagnosis Banding: 1. Meningitis2. Ensefalitis3. Epilepsi yang sedang mengalami demam4. GED + demam + kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit atau hipoglikemi5. Karena sebab metabolik atau struktural lainnya6. Ensefalopati hipertensi, uremi, hipoksia SSP

Pemeriksaan Penunjang :1. Darah Rutin 2. Pungsi lumbal3. KGD, AGD, Elektrolit sesuai keadaan4. Fungsi ginjal dan fungsi hati sesuai keadaan5. Foto kepala / USG / EEG / CT-scan atau MRI bila perlu tergantung keadaan

Perawatan:Rawat Inap

Terapi :1. Pengobatan fase Akut : Mempertahankan fungsi vital dengan memperhatikan ABCD2. Memberantas Kejang:

a. Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBBperlahan-lahan dengan kecepatan 1cc/menit, bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.

71

TERBATAS

Page 72: Terbatas Bab i Pendahuluan

b. Bila tidak tersedia diazepam IV atau penyuntikannya sulit dapat dipergunakan diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk BB < 10kg dan 10 mg untuk BB ≥10kg. Setelah obat obat disemprotkan per rektal anus dijepit dengan menekan pada otot bokong dari lateral selama 5 menit agar obat tidak keluar kembali

c. Bila kejang tidak berhenti, pasang IVFD dengan NaCl 0,9%. Berikan glukosa 10% sebanyak 2 ml/kgBB, penyuntikan diazepam diulangi 15 menit kemudian dengan dodis dan car yang sama

d. Bila masih tetap kejang berikan Fenitoin 10 – 20 mg/kgBB IV secara perlahan-lahan dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit

e. Obat jangan dicampur dextrose karena akan membentuk presipitatf. Bila masih kejang memerlukan perawatan khusus dengan intubasi, pelumpuh otot dan

respirator (ICU)g. Bila kejang dapat diatasi atau penderita datang dalam keadaan tidak kejang lagi,

berikan pengobatan rumatan. 3. Bila kejang diatasi dengan diazepam lanjutkan pengobatan rumat denfan fenobarbital dosis

awal IM untuk neonatus dosis 30 mg, usia 1 bulan s/d 1 tahun dosis 50 mg, dan diatas 1 tahun 75 mg, setelah 4 jam fenobarbital awal, lanjutkan dengan dosis oral 8-10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis untuk 2 hari pertama, kemudian dilanjut dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari untuk 2 dosis. Dosis total tidak melebihi 200 mg/hari

4. Bila kejang diatasi dengan pemberian fenitoin, pengobatan rumat dilanjutkan dengan fenitoin dengan dosis 5-7 mg/kgBB dibagi dalam 2-3 dosis yang dimulai 12-24 jam setelah pemberian bolus fenitoin.

5. Pengobatan Penunjang :a. Turunkan suhu tubuhb. Bila kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit atau penderita mengalami kejang

berulang, dan dicurigai terdapat peninggian tekanan intrakranial diberikan deksametason 0,5 mg/kgBB sebagai bolus disusul pemberian sebanyak 0,2-0,3 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.

c. Pengobatan lain sesuai penyebab penyakit

Penyulit :1. Status konvulsi2. Gagal napas Informed Consent :Perlu (tertulis)

Lama perawatan :Selama keadaan umum masih jelek

Masa Pemulihan :1. Tanpa penyulit sekitar 7 hari2. Dengan penyulit beberapa minggu sampai bulan

Out Put :1. Sembuh total, bila tanpa penyulit2. Kemungkinan berulang pada periode demam yang lain

72

TERBATAS

Page 73: Terbatas Bab i Pendahuluan

BAB III

PENUTUP

Demikian Standard Operating Procedure (SOP) Ilmu kesehatan Anak ini dibuat untuk dijadikan pedoman bagi seluruh tenaga medis di Rumkital Dr. Komang Makes. Sehingga diharapkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan dan budaya profesionalisme tenaga medis meningkat sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mendukung tujuan pelayanan kesehatan di Rumkital Dr. Komang Makes secara keseluruhan.

Belawan, Desember 2007Kepala Rumkital Dr. Komang Makes

Dr. J.B Lengkong, SpALetkol Laut (K) NRP. 11663/P

73

TERBATAS