Terapi Laser Daya Rendah
-
Upload
shabrina-frimasari -
Category
Documents
-
view
278 -
download
14
description
Transcript of Terapi Laser Daya Rendah
Terapi Laser Daya Rendah
Laser adalah singkatan untuk amplifikasi cahaya emisi yang dirangsang oleh
radiasi. meskipun disajikan dalam film-film fiksi ilmiah, laser menawarkan aplikasi
berharga dalam industri, militer, lisngkungan ilmiah, dan medis. Einstein pada tahun
1916 adalah orang pertama yang mendalilkan teorema yang dikonsep pengembangan
laser. Karya pertama yang diperkuat dengan radiasi elektromagnetik ditangani oleh
maser (microwave amplifikasi menstimulasi emisi radiasi) pada tahun 1955. Townes
dan Schawlow menunjukkan hal itu mungkin untuk menghasilkan emisi terstimulasi
dari mivrowaves luar kawasan optik dari spektrum elektromagnetik. Pekerjaan ini
dengan emisi terstimulasi segera diperluas ke wilayah optik dari spektrum
elektromagnetik, sehingga dalam pengembangan perangkat yang disebut maser optik.
Pertama maser optik bekerja dibangun pada tahun 1960 oleh Theodore Maiman ketika
ia mengembangkan ruby laser yang sintetis. Jenis laser yang dirancang tak lama
kemudian itu tidak sampai tahun 1965 bahwa istilah laser menggantikan maser optik.
Meskipun laser relatif baru, mereka telah melalui kemajuan yang luas dan
perbaikan dalam waktu yang sangat singkat. laser telah dimasukkan ke dalam berbagai
aplikasi sehari-hari yang berkisar dari cakram audio dan supermarket pemindaian untuk
komunikasi dan aplikasi medis. Bab ini berkaitan dengan penerapan laser tingkat rendah
seperti yang digunakan dalam pengelolaan konservatif kondisi medis.
FISIK
Laser adalah bentuk energi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang
dan frekuensi yang termasuk dalam inframerah dan terlihat bagian cahaya dari spektrum
elektromagnetik. energi cahaya elektromagnetik ditransmisikan melalui ruang sebagai
gelombang yang berisi "paket energi" kecil yang disebut foton. Setiap foton
mengandung sejumlah tertentu energi, tergantung pada panjang gelombang (warna).
Laser terdiri dari medium gain, yang merupakan bahan (gas, cair, padat) dengan
sifat optik khusus yang terkandung di dalam sebuah ruang optik. Jika sebuah sumber
daya eksternal diterapkan pada medium gain, foton yang dilepaskan yang identik dalam
fase, arah, dan frekuensi. mengandung mereka, dan untuk menghasilkan lebih banyak
foton, cermin ditempatkan di kedua ujung ruangan. Satu cermin benar-benar reflektif,
sedangkan yang lainnya adalah semitransparan. Foton memantul kembali dan
sebagainya mencerminkan antara cermin, setiap kali melewati medium gain sehingga
memperkuat cahaya dan dan merangsang emisi foton lainnya. Akhirnya, begitu banyak
foton dirangsang bahwa ruangan tidak dapat berisi energi. Bila tingkat energi tertentu
dicapai, panjang foton gelombang tertentu yang dikeluarkan melalui cermin
semitransparan muncul sebagai seberkas cahaya. Dengan demikian, cahaya diperkuat
melalui emisi terstimulasi (LASER) yang diproduksi.
Sinar laser dipancarkan secara terorganisir daripada dalam pola acak dari sumber
cahaya pijar dan neon. tiga sifat membedakan laser: koherensi, monochromaticity, dan
collimation.
Koherensi berarti semua foton cahaya yang dipancarkan dari molekul gas
individu gelombang yang sama dan bahwa gelombang cahaya individu dalam fase satu
sama lain. Cahaya normal, di sisi lain, terdiri dari banyak panjang gelombang yang
menempatkan di fase mereka pada satu sama lain.
Monochromaticity mengacu pada kekhususan cahaya dalam satu, didefinisikan
panjang gelombang: jika spesifisitas adalah dalam spektrum cahaya tampak hanya satu
warna. Laser adalah salah satu dari beberapa sumber cahaya yang menghasilkan
panjang gelombang tertentu.
Ada perbedaan minimal foton. Itu berarti foton bergerak secara paralel.
Sehingga berkonsentrasi pada seberkas cahaya.
TIPE LASER
Ada potensi ribuan berbagai jenis laser. Masing-masing dengan panjang
gelombang tertentu dan karakteristik yang unik. Laser diklasifikasikan menurut sifat
keuntungan media ditempatkan di antara dua permukaan yang dicerminkan. Satu media
gain yang digunakan untuk membuat laser termasuk kategori berikut: kristal dan kaca
(solid-state), gas, semikonduktor, cairan pewarna, dan bahan kimia.
Laser dapat dikategorikan sebagai daya tinggi atau rendah, tergantung pada
intensitas energi yang mereka berikan. Laser daya tinggi juga dikenal sebagai laser
“panas” karena respon termal yang mereka hasilkan. Ini digunakan di alam medis di
berbagai daerah, termasuk pemotongan bedah dan koagulasi, mata, kanker, dan
spesialisasi vaskular.
Penggunaan laser daya rendah untuk penyembuhan luka dan manajemen nyeri
merupakan hal yang relatif baru dalam kedokteran. Laser ini menghasilkan output
maksimal kurang dari 1 milliwatt (1 mW = 1/1000 W) di Amerika Serikat dan bekerja
dengan menyebabkan fotokimia, daripada termal, efek. ada pemanasan jaringan terjadi.
Perbedaan yang tepat dari output daya yang menggambarkan laser daya rendah versus
laser daya tinggi bervariasi. perangkat tingkat rendah adalah respon termal conciable.
Kategori ini dapat mencakup laser yang mampu menghasilkan kekuatan hingga 500 W.
Konsep emisi dirangsang mirip dengan menginvestasikan uang di pasar saham (emisi
chamber). Seorang investor mengambil uang (foton) dan membeli 10 bersama dari
growth stock. Dalam ekonomi yang kuat, harga saham meningkat dan akhirnya
perpecahan sehingga investor sekarang memiliki 20 saham. Harga saham terus
meningkat dan lagi pecah sehingga investor sekarang memiliki 40 saham. Saham akan
terus tumbuh selama ada cukup banyak investor yang bersemangat (atom tereksitasi
yang tidak terbatas). Ketika portofolio saham memiliki cukup saham, investor menarik
kelebihan uang dari rekening (foton dikeluarkan dari ruang).
Terapi laser tingkat rendah (LLLT) adalah istilah yang dominan digunakan saat
ini. dalam literatur terapi rendah daya laser yang (LPLT) juga sering digunakan. Terapi
laser, tingkat rendah laser, laser daya rendah, atau laser energi rendah juga digunakan
untuk terapi laser. Laser lunak jangka awalnya digunakan untuk membedakan laser
terapi laser dari tangan, yaitu laser bedah. Beberapa sebutan yang berbeda kemudian
muncul, seperti MID laser dan medis laser. Biostimulating laser adalah istilah lain,
dengan kelemahan yang juga dapat memberikan dosis menghambat. Bioregulating
Laser istilah demikian telah diusulkan. Nama yang diusulkan: reaktif-tingkat rendah,
hukum-intensitas, laser photobiostimulation, dan laser photobiomodulation.
Laser tingkat rendah, yang telah dipelajari dan digunakan di Kanada dan Eropa
selama 30 tahun terakhir, telah diteliti di Amerika Serikat selama dua dekade terakhir.
Dua yang paling umum digunakan laser tingkat rendah adalah helium-neon (HeNe) dan
gallium arsenide (GaAs). HeNe laser memberikan sinar merah karakteristik dengan
panjang gelombang 632,8. Laser disampaikan dalam gelombang dan berkesinambungan
memiliki penetrasi langsung 2-5 mm dan penetrasi langsung dari 10-15 mm. Laser
GaAs tidak terlihat dan memiliki panjang gelombang 904 nm. Mereka disampaikan
dalam modus pulsa dan memiliki output daya rata-rata sebesar 0,4 mW. Laser ini
memiliki penetrasi langsung 1-2 cm dan penetrasi langsung sampai 5 cm. Aplikasi
potensial untuk laser tingkat rendah termasuk pengobatan tendon dan cedera ligamen,
arthritis, pengurangan edema, cedera jaringan lunak, ulkus dan membakar perawatan,
penghambatan jaringan parut, dan acutherapy.
Unit laser yang tersedia di Amerika Serikat memiliki kemampuan untuk
memberikan baik HeNe dan laser GaAs. Perangkat yang sama dapat baik mengukur
impedansi listrik dan memberikan stimulasi titik listrik. Impedansi detektor
memungkinkan poin hipersensitif atau akupunktur berada. Titik stimulator dapat
dikombinasikan dengan aplikasi laser yang saat mengobati rasa sakit. Stimulasi listrik
diyakini memberikan bantuan nyeri spontan, sedangkan laser memberikan tanggapan
jaringan yang lebih laten.
TEKNIK TERAPI LASER
Aplikasi metode terapi laser relatif sederhana, tapi beberapa prinsip harus
didiskusikan sehingga clinician bisa menentukan dengan akurat besar energi laser yang
dihantarkan ke jaringan.
Untuk aplikasi umum, hanya bervariasi pada lama terapi dan kecepatan nadi.
Untuk tujuan penelitian, peneliti harus mengukur kepadatan energi dari aplikator
sebelum terapi. Dosis adalah variabel terpenting dalam terapi laser.
Energi laser dipancarkan dari remote tangan aplikator. Laser HeNe memuat
komponennya didalam unit dan menghantarkan cahaya laser pada target area melalui
tuba fiber-optic. Fiber-optic ini rapuh dan tidak bisa digunakan dengan kasar. Laser
GaAs menyimpan elemen semikonduktor didalam tip dari aplikator. Fiber-optic
digunakan dengan HeNe dan bentuk elip dari semikonduktor dengan GaAs laser
menciptakan tembakan divergen dengan kedua alat. Divergen ini menyebabkan
tembakan energi menyebar diatas area yang diberikan sehingga semakin dekat dari
sumber energi, intensitas dari tembakan makin berkurang.
Teknik Lasing
Untuk menghantarkan terapi laser, ujungnya harus kontak dengan kulit dan
diarahkan perependikular pada jaringan target sementara laser disetel dengan waktu
tertentu. Biasanya, area terapi dibagi menjadi grid persegi centimeter, dengan tiap
persegi cm distimulasi dengan waktu tertentu. Teknik gridding ini adalah metode paling
sering dan harus digunakan bila memungkinkan. Garis dan poin tidak seharusnya
digambar pada kulit pasien. Karena ini bisa menyerap beberapa energi cahaya. Jika area
yang diterapi terbuka, plastik bening steril bisa diletakan diatas luka untuk membiarkan
kontak permukaan.
Alternatif lain adalah teknik scanning dimana tidak ada kontak antara ujung
lasesr dab kulit. Dengan teknik ini, ujung aplikator harus berjarak 5-10 mm dari luka.
Karena ketika divergen energi, jumlah energi menurun bila jarak dai target meningkat.
Jumlah energi menjadi sulit dihitung dengan akurat bila jarak dari target bervariasi.
Untuk itu, tidak direkomendasi untuk mebuat jarak lebih dari 1cm. Ketika
menggunakan ujung laser dari 1mm dengan sudut 30 dari divergen, tembakan laser
meah dari HeNe akan mengisi area berukuran 1 cm2. Meskipun laser infra merah tidak
terlihat, pertimbangan yang sama harus diberikan bila menggunakan teknik scanning.
Bila ujung laser terjadi kontak dengan luka terbuka , ujungnya. Harus dibersihkan
seluruhnya dengan bleach atau antiseptik lainnya untuk mencegah kontaminasi.
Teknik scanning harus dibedakan dengan teknik wanding, dimana area grid
bermandikan laser seting dilakukan dalam waktu . Dimana teknik scanning, dosimetri
sulit uentuk mengukur bila jarak kurang dari 1cm todak bisa dilakukan. Teknik wanding
tidak disarankan karena dosis tidak reguler.
Dosis
Laser HeNe memiliki output tenaga rata rata 1.0-mW pada ujung jari dan
dihantarkan berkelanjutan dengan model gelombang.
Laser GaAs memiliki output 2-W tapi hanya memiliki tenaga rata rata 0.4-mW
ketika mencapai rate maksimum 1000Hz. Frekuensi dari GaAs bervariasi dan clinician
boleh memilih pulse rate 1-1000Hz. Dengan tap pulse memiliki lebar 200nsec (nsec=
10-9) mendeskripsikan kontras yg spesifik dari laser. Pulse modes menurunkan secara
drastis jumlah energi dari laser. Contoh 2-W laser dengan pulse 100Hz:
Tenaga rata rata = pulse rate x peak power x lebar pulse
= 100Hz x 2 W x (2x10-7 sec)
= 0.04 mW
Kontras ini dengan tenaga output 0.4 mW pada rate 1000Hz. Untuk itu, ini bisa
dilihat bahwa pulse rate mempengaruhi tenaga, dengan signifikan mempengaruhi waktu
terapi bila membutuhkan sejumlah energi. Dahulu, mereka mengira mengubah frekuensi
dari lasser akan meningkatkan keuntungannya. Bukti terbaru menunjukan menunjukkan
jumlah angka lebih penting untuk itu pulse rate yang lebih tinggi direkomendasikan
untuk menurunkan waktu terapi diperlukan untuk setiap poin stimulasi.
Dosis atau densitas energi dari laser dilaporkan di literatur sebagai joules per
persegi centimeter (j/cm2). Satu joule sama dengan 1 W/sec. Maka itu, dosis bergantung
pada (1) output laser dalam mW. (2) waktu dari paparan per detik. Dan (3) area
permukaan tembakan dalam cm2.
Dosis harus akurat di akumulasikan menjadi tatalaksana standar dan
mengadakan panduan tatalaksana untuk cedera spesifik. Tujuannya adalah untuk
mengahantarkan jumlah spesifik dari j/cm2 atau mH/cm2. Setelah menyetel pulse rate,
yang mana menentujan rata rata energi laser, hanya waktu tatalaksana per cm2 perlu di
kalkulasikan.
Ta= waktu tatalaksana yg diberikan untuk tiap area.
E= Mj adari energi per cm2
Pav= rata rata energi laser dalam mW
A= area tembakan dalam cm2
Sebagai contoh: untuk menghantarkan 1 J/cm2 dengan 0.4 mW energi rata rata laser
GaAs denan 0.07 cm2 area tembakan.
Ta = (1J/cm2/0.0004 W) x 0.07 cm2
= 175 sec or 2:55 min
Untuk menghantarkan 50 mJ/cm2 dengan laser yang sama, hanya akan
membutuhkan 8.75 detik per stimulasi. Tabel telah tersedia untuk membantu clinician
untuj menghitung waktu tatalaksana untuk berbagai variasi pulse rate. Laser GaAs
hanya bisa memiliki pulse hingga 1000Jz, menghasilkan energi rata rata 0.4 mW. Untuk
itu waktu tatalaksana bisa diperpanjang untuk menghantarkan densitas energi dengan
gelombang laser berkelanjutan.
Kedalaman Penetrasi
Energi apa pun yg di aplikasi kan bisa diserap tubuh, dipantulkan, disalurkan,
dan disambung. Dan semakin banyak energi yg diserap semakin berkurang yang
Tersedia untuk jaringan yang lebih dalam. Kedalaman penetrasi energi cahaya
bergantung pada tipe energi laser yang dihantarkan. Penyerapan energi laser HeNe
terjadi pada struktur superfisial, terutama pada 2-5mm dari jaringan lembut pertama.
Respon yang terjadi pada penyerapan disebut efek langsung. Efek tidak langsung adalah
respon lebih sedikit yang terjadi pada jaringan yang lebih dalam. Proses metabolik yang
normal pada jaringan yang lebih dalam dikatalisasi dari penyerapan energi dalam
struktur superfisial untuk menghasilkan efek tidak langsung. Laser HeNe memiliki efek
tidak langsung pada jaringan hingga 8-10 mm.
GaAs, yang memiliki panjang gelombang lebih panjang, akan langsung diserap
dalam jaringan dengan kedalaman 1-2 cm dan memiliki efek tidak langsung hingga 5
cm. Maka itu laser ini memiliki potensi lebih baik untuk terapi pada jaringan lembut
seperti strains, sprains, dan kontusio. Radius dari lapang energi menyebar sebagai
cahaya tak terserap adalah dipantulkan, direfleksi, dan dihantarkan ke sel sebagai
penetrasi energi. Clinician harus menstimulasi tiap persegi centimeter dari sebuah grid.
Meskipun akan ada overlap pada area yg menerima paparan tidak langsung.
APLIKASI KLINIS PENGGUNAAN LASER
Karena produksi laser yang masih baru, efek biologi dan fisiologi dari energi
cahaya masih dalam penelitian. Efek laser pada tingkat rendah masih belum jelas,
terutama yang terjadi pada tingkat sel. Beberapa penelitian in vitro dan pada hewan
memperjelas hubungan antara photon dan struktur biologi. Meskipun beberapa
penelitian klinis dengan kontrol yang terdapat dalam beberapa literatur, penelitian kasus
yang ada dan bukti empiris mengindikasikan laser efektif dalam meringankan rasa nyeri
dan penyembuhan luka. Mekanisme pasti masih belum pasti, namun terdapat beberapa
efek fisiologi yang dapat dipertimbangkan yaitu percepatan dalam sintesis kolagen,
penurunan jumlah mikroorganisme, peningkatan vaskularisasi, penurunan rasa nyeri,
dan efek anti inflamasi.
Laser dengan tingkat rendah diakui untuk meningkatkan laju penyembuhan luka
dan ulkus dengan meningkatkan metabolism sel. Hasil penelitian pada hewan memiliki
variasi sebagai keuntungan pada penyembuhan luka, hal ini mungkin disebabkan pada
tipe dari laser, dosism dan protocol penggunaan yang tidak konsisten. Pada manusia,
perbaikan dari luka yang tidak sembuh merupakan kemungkinan terapi luka yang
menjanjikan.
Penyembuhan Luka
Penelitian awal mengenai efek dari laser dengan tingkat rendah pada jaringan biologi
terbatas pada penelitian in vitro. Maskipun diketahui bahwa laser dengan tingkat tinggi
dapat merusak jaringan, efek dari penggunaan dosis kecil diketahui pada viabilitas dan
stabilitas struktur sel. Penggunaan radiasi dosis rendah (< 10 J/cm2) dari laser tingkat
rendah diketahui dapat menstimulus proses metabolisme dan proliferasi sel
dibandingkan dengan lampu pijar atau cahaya wolfram.
Mester melakukan berbagai penelitian in vitro dengan dua laser pada spektrum
merah : laser ruby, dengan panjang gelombang 694,3 nm dan laser HeNe, dengan
panjang gelombang 632,8 nm. Kultur jaringan tubuh manusia menunjukkan
peningkatan yang berarti pada proliferasi fibroblastik akibat stimulasi yang diujikan.
Fibroblas merupakan sel prekusor pada struktur jaringan pengikat seperti kolagen, sel
epitel, dan kondrosit. Ketika produksi fibroblas distimulus, terjadi peningkatan pada
produksi jaringan pengikat. Abergel dan beberapa dokumen yang berhubungan dengan
dosis yang tepat pada laser HeNe dan laser GaAs, dengan panjang gelombang 904 nm,
menyebabkan produksi prokolagen fibroblas pada kulit manusia meningkat tiga kali
lipat. Efek ini paling banyak terjadi ketika stimulasi GaAs dengan tingkat rendah (1.94
x 10-7 sampai 5.84 x 10-6 J/cm2 dan pada dosis 0.053 sampai 1.589 J/cm2) yang
dilakukan berulang kali selama 3-4 hari dibandingkan dengan satu kali paparan. Sampel
jaringan menunjukkan peningkatan fibroblas dan struktur kolagen seiring meningkatnya
material dalam intrasel dan bengkaknya sel mitrokondria.
Selanjutnya, sel menjadi tidak rusak dalam hal morfologi dan struktur setelah terpapar
laser tingkat rendah.
Analisis pada metabolisme sel dengan observasi yang lebih pada aktifitas DNA
dan RNA telah dilakukan. Dengan menggunakan zat radioaktif sebagai petunjuk.
Analisis tersebut menyimpulkan bahwa stimulasi laser dapat meningkatkan sintesis
asam nukleus dan pembelahan sel. Abergel melaporkan bahwa sel yang diterapi dengan
laser memiliki jumlah prokolagen messenger RNA yang secara signifikan lebih banyak.
Konfirmasi lebih lanjut menyatakan bahwa peningkatan produksi kolagen terjadi karena
modifikasi dari level transkripsi.
Laser pada tingkat rendah digunakan pada penelitian hewan untuk
menggambarkan lebih jauh keuntungan dan kerugian dari penggunaan sinar laser. Pada
penelitian baru-baru ini yang dilakukan Mester dan teman-teman, luka mekanis dan luka
bakar dibuat pada seekor tikus. Luka yang sama dibuat pada hewan lain sebagai kontrol,
penelitian terhadap luka diterapi dengan berbagai dosis dari laser ruby. Meskipun tidak
terdapat perbedaan histologi diantara luka-luka tersebut, terjadi proses penyembuhan
yang lebih cepat terutama pada dosis 1 J/cm2. Hal ini juga menunjukkan bahwa terapi
laser yang dilakukan berulang kali lebih efektif dibandingkan dengan satu kali paparan.
Peneliti lain meneliti laju penyembuhan dan penutupan luka yang tebal ketika
terpapar laser. Terdapat beberapa hasil penelitian yang bertentangan mengenai laju
penyembuhan, dimana beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perubahan pada laju
penutupan luka sedangkan penelitian yang lain menunjukkan penyembuhan luka yang
cepat. Penjelasan dari hasil penelitian yang bertentangan tersebut akibat dari efek
sistemik tidak langsung dari energi laser. Mester menyatakan bahwa tidak perlu
dilakukan penyinaran pada seluruh area luka untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat
karena stimulasi pada area kecil dari lukapun mempunyai hasil yang sama. Kana dan
teman-teman menjelaskan peningkatan dari laju penyembuhan pada luka yang disinari
dan tidak disinari pada hewan yang sama dibandingkan dengan hewan yang tidak
disinari. Efek sistemik sangat jelas ditunjukkkan pada laser argon. Beberapa penelitian
telah menunjukkan laju kesembuhan dalam beberapa detik pada jaringan hewan yang
hidup, luka kontrol yang tidak diobati pada hewan yang sama. Laju penyembuhan
dapat dipengaruhi oleh efek sistemik. Adapun efek sistemik ini meliputi komponen
humoral, elemen sirkulasi ataupun efek imunologik yang masih belum dapat
diidentifikasi. Bakterisida dan stimulasi limfosit merupakan penyebab dari mekanisme
fenomena ini.
Penutupan Luka
Peningkatan penutupan luka dilaporkan lebih sering. Kontraksi pada luka,
sintesis kolagen, dan peningkatan penutupan luka merupakan fungsi yang dimediasi
oleh fibroblast dan ditunjukkan pada fase awal penyembuhan luka. Luka diuji pada
berbagai tingkat penyembuhan untuk mendapatkan titik balik dan telah dibandingkan
dengan kontrol atau luka yang tidak diterapi. Luka yang diterapi dengan laser
mempunyai efek penutupan luka yang lebih besar, terutama pada 10-14 hari pertama
setelah cedera. Meskipun luka tersebut mendekati nilai kontrol setelah waktu itu. Bekas
luka hipertropik tidak menunjukkan respon jaringan yang normal setelah 14 hari. Laser
HeNe dengan dosis antara 1.1 sampai 2.2 J/cm2 menunjukkan hasil yang positif sewaktu
digunakan baik dua kali sehari ataupun pada hari yang berselang. Peningkatan
penutupan luka berhubungan dengan tingkat kolagen yang tinggi.
Respon Imunologik
Penelitian baru-baru ini mengarah pada hipotesis bahwa paparan laser dapat
meningkatan penyembuhan dari kulit dan lesi jaringan ikat, namun mekanisme kerjanya
masih belum jelas. Analisis biokimia dan bahan radioaktif digunakan untuk
menggambarkan efek imunologis dari sinar laser pada kultur jaringan manusia.
Penyinaran laser menyebabkan peningkatan fagositosis oleh leukosit dengan dosis 0,05
J/cm2. Hal ini mengarah pada kemungkinan efek bakterisida yang ditunjukkan lebih
jauh dengan paparan laser pada kultur sel yang mengandung Escherichia coli, bakteri
yang umumnya berada pada usus manusia. Laser ruby mempunyai efek yang
meningkatkan replikasi sel maupun dekstruksi bakteri oleh fagositosis leukosit. Mester
juga menyimpulkan bahwa terdapat efek imunologik pada laser ruby, HeNe dan argon.
Khususnya, pengaruh stimulasi langsung pada aktifitas T- dan B-limfosit, fenomena
spesifik yang dihasilkan dari laser dan panjang gelombang. Laser HeNe dan argon
memberikan hasil yang terbaik, dengan dosis 0,5-1 J/cm2. Trelles telah melakukan
penelitian yang serupa secera in vitro dan in vivo dan dilaporkan bahwa laser tidak
memiliki efek bakterisida, namun ketika digunakan dengan antibiotika, hal ini akan
menghasilkan efek bakterisida yang tinggi dibandingkan dengan kontrol.
Dengan keyakinan tersebut, laser dapat mengakibatkan sedikit atau tidak
menimbulkan bahaya sama sekali dan dapat digunakan sebagai terapi. Laser pada
tingkat rendah sudah digunakan secara klinis pada manusia sejak tahun 1960an. Di
Hungaria, Mester mengobati luka yang tidak berespon terhadap terapi tradisional
dengan menggunakan laser HeNe dan argon dengan panjang gelombang 632,8 dan 488
nm. Dosis yang diberikan dapat bervariasi namun mempunyai dosis maksimum 4 J/cm2.
Pada saat Mester menyatakan bahwa dari 1125 orang pasien telah diobati, dimana 875
orang sembuh, 160 orang ada kemajuan, dan 85 orang tidak memberikan respon
terhadap terapi yang diberikan. Luka, yang dikategorikan berdasarkan etiologi,
memerlukan waktu rata-rata 12-16 minggu untuk sembuh. Teller juga menunjukkan
hasil yang secara klinis menjanjikan dengan menggunakan sinar infra merah GaAs dan
laser HeNe pada penyembuhan luka, fraktur nonunion, dan lesi penyakit herpes.
Gogia dan teman-teman, di Amerika Serikat, mengobati luka yang tidak sembuh dengan
laser GaAs pada frekuensi 1000 Hz selama 10 detik/cm2 dengan cara mengusap 5 mm
permukaan luka. Protokol ini telah digunakan bersama-sama dengan terapi pusaran air
steril setiap hari ataupun dua kali sehari, dan memberikan hasil yang memuaskan,
meskipun tidak dilaporkan secara statistik. Bukti empiris menyatakan penyembuhan
luka lebih cepat dan jelas bila terapi laser GaAs dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu
minggu.
Inflamasi
Hasil biopsi yang diambilkan dari luka di dapatkan adanya aktivitas
prostaglandin yang menggambarkan efek dari stimulasi laser pada proses inflamasi.
Penurunan prostaglandin PGE2 memicu peningkatan mekanisme untuk mengurangi
edema saat terapi laser. Selama proses inflamasi berlangsung, prostaglandin
menyebabkan vasodilatasi yang berkontribusi pada aliran plasma ke jaringan interstitial.
Dengan adanya penurunan prostaglandin mengakibatkan pengurangan edema yang
didapat. Pemeriksaan prostaglandin E dan F dilakukan setelah mendapatkan terapi
dengan laser HeNe 1 J/cm2. Pada hari keempat, jumlah kedua tipe prostglandin tidak
terkontrol. Meskipun, pada hari ke delapan PGE2 menurun, dimana PGE2 alpha
meningkat. Peningkatan kapilerisasi juga terjadi selama fase ini, data yang didapatkan
mengindikasikan bahwa produksi prostaglandin diakibatkan stimulasi laser, dan
kemungkinan akan berubah selama proses inflamasi akut terjadi.
Jaringan Scar
Penelitian makroskopik pada jaringan yang sembuh telah dideskripsikan pada
beberapa penelitian. Umumnya luka yang terpapar radiasi laser akan meninggalkan
lebih sedikit bekas luka dan penampakan yang lebih baik untuk kosmetik. Pemeriksaan
histologi menunjukan epithelisasi yang lebih baik dan sedikit bahan eksudatif.
Kasus luka bakar yang digunakan menunjukkan jaringan kolagen yang tersusun
secara regular dan bekas luka yang lebih kecil. Trelles memberikan laser tingkat tiga
pada tikus percobaan dengan GaAs dan HeNe pada punggung tikus yang tidak berbulu
ini dan hasil yang didapat menunjukkan adanya peningkatan proses penyembuhan
secara signifikan pada hewan ini. Hasil terbaik didapat dari laser yang menggunakan
GaAs dikarenakan penetrasinya yang baik. Trelles menemukan peningkatan sirkulasi
pada produksi pembuluh darah baru yang berada ditengah luka dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Tepi luka dipertahankan oleh viabilitas dan dikontribusi epithelisasi
dan penutupan luka bakar. Karena adanya kontraktur yang lebih sedikit akibat luka yang
diradiasi, terapi laser sudah disarankan sebgai terapi pada luka bakar dan luka pada
tangan dan leher, dimana kontraktur dan bekas luka bisa membatasi fungsi dari organ
tersebut.
Pertimbangan Klinis
Tidak didapatkan laporan adanya efek terapi laser untuk penyembuhan luka.
Data klinis yang terkontrol diperlukan untuk menentukan efektivitas dan untuk
menetapkan dosimeter yang direproduksi sebagai respon terapi. Laser dengan kekuataan
rendah terkesan memiliki gangguan biostimulasi dibandingkan dengan dosis yang
diberikan lebih besar sekitar 8 – 10 J/cm2. Efek ini tidak ada pengaruh pada jaringan
normal. Dengan batas nilai tersebut memberikan efek bioinhibitor.
Aplikasi laser dengan kekuatan kecil pada klinis memiliki potensi yang tidak
terbatas. Aplikasi ini termasuk peralatan penyembuhan luka pada laserasi, abrasi atau
infeksi. Prosedur yang bersih harus diterapkan untuk mencegah adanya kontaminasi
silang dengan plaster laser. Karena penetrasi yang dalam pada laser infrared sekitar 5
cm, jaringan lunak yang teluka secara efektif dapat sembuh dengan radiasi laser.
Terkilir, tegang dan memar telah diteliti oleh penulis memiliki proses penyembuhan
yang lebih cepat dengan nyeri minimal. Akupuntur dan saraf superfisial juga bisa
dilaser atau dikombinasi dengan stimulasi elektrik untuk mengobati nyeri.
Nyeri
Laser secara efektif dapat mengurangi rasa nyeri dan dapat mempengaruhi
aktivitas saraf perifer. Rochkind dan luka yang lain pada tikus serta hewan percobaan
yang telah diterapi dengan 10 J/cm2 laser HeNe secara transkutan bersama dengan
proyeksi saraf. Aksi amplitudo stimulasi elektrik memiliki potensi yang telah diukur
bersama cedera saraf dan dibandingkan dengan kelompok kontrol selama 1 tahun
setelahnya. Aksi potensial amplitudo 43% lebih baik setelah 20 hari, selama
mendapatkan terapi laser. Selama 1 tahun, saraf yang telah di laser memiliki amplitudo
yang sama atau lebih dari sebelum cedera. Sedangkan pemulihan kelompok kontrol
tidak mencapai batas normal setelah 1 tahun.
Snyder Mackler dan Bork telah di investigasi berkaitan dengan efek radiasi laser
HeNe pada saraf sensorik perifer manusia. Kedua penelitian ini menunjukan saraf radial
superficial yang terpapar laser dengan kekuatan kecil mengahasilkan adanya penurun
kecepatan konduksi sensori secara signifikan, yang kemungkinan disebabkan
mekanisme untuk meringkan nyeri oleh laser. Penjelasan lain untuk nyeri ringan adalah
kemungkinan akibat proses penyembuhan yang cepat, aksi anti inflamasi, pengaruh
autonomik saraf, dan neruohumoral respon (serotonin, norepinephrine) pada jalur
inhibitor.
Nyeri kronik di terapi dengan laser GaAs dan HeNe, dan hasil positifnya telah
diobservasi secara empiris dan melalui penelitian klinis. Walker mempelajari dua
penelitian yang memberikan analgesi setelah terapi radiasi pada pasien yang memiliki
nyeri kronik yang dibandingkan dengan terapi shunt. Pada bagian saraf superficial
radial, median, dan saphenous yang menyebabkan nyeri juga dipapar radiasi. Terdapat
kemajuan yang signifikan pada penyakit dan nyeri yang minimal pada pengobatan.
Penelitian ini menunjukkan hasil yang positif, walaupun penyakit ini sulit dinilai secara
objektif.
Respon Tulang
Akhir-akhir ini laser radiasi juga digunakan untuk penangan pada jaringan
penghubung, seperti tulang dan kartilago artikuler. Schultz dan pelajar, meneliti
bermacam-macam intesitas laser pada proses penyembuhan kekakuan parsial pada lesi
di daerah artikular pada babi guinea.
Selama proses pembedahan, lesi di radiasi selama 5 detik dengan intesitas
berkisar 25 – 125 J. Setelah 4 minggu, dosis yang rendah dari group 25 J memiliki
poliferasi chondral. 6 minggu kemudian, defek pada lapisan kartilago telah
terekontruksi. Normalnya, saat terkilir ada hubungan dengan sel basofil, yang
mengindikasikan struktur normal dari sel terebut. Kelompok dengan dosis yang lebih
besar dan kelompok kontrol memiliki sedikit atau tidak ada cadangan kartilago pada lesi
tersebut. Penyembuhan tulang dan konsolidasi fraktur telah di selidiki oleh Trelles and
Mayayo. Jarum pada adaptor yang ditempal pada intramuskalar diharapkan bisa
menyalurkan energi laser lebih dalam ke perioustum. Pada kelinci percobaan dengan
fraktur tibial menunjukkan konsolidasi lebih cepat dengan terapi laser HeNe dari 2.4
J/cm2. Penelitian histologi diindikasi sebagai penelitian yang lebih tepat dengan
ditangkapnya osteosit pada terapi laser tulang. Terdapat juga remodelling dari garis
artikular, yang tidak mungkin diterapi secara tradisional. Penggunaan laser untuk terapi
dari non-union fraktur telah di mulai di Eropa.
PROTOKOL TERAPI YANG DIANJURKAN
Penelitian menyarankan beberapa densitas laser untuk terapi beberapa model
klinis. Rata-rata dari 0.05 sampai dengan 0.5 J/cm2 untuk kondisi akut dan rata-rata dari
0.5 sampai dengan 3 J/cm2 untuk kondisi kronik. Respon dari jarigan tergantung pada
dosis yang diberikan, walaupun jenis dari laser yang digunakan juga mempengaruhi
efeknya. Respon yang diperoleh dengan dosis yang berbeda dan dengan jenis laser
yang berbeda bervariasi diantara banyak studi, meninggalkan parameter terapi yang
ditentukan sebagian besar secara empiris. Dalam literature, hal ini tampak ada sedikit
diferensiasi saat membandingkan dosis laser HeNe dan GaAs, meskipun kedalaman
penetrasi keduanya berbeda signifikan. Unit laser yang diproduksi di Amerika Serikat
memiliki kekuatan rata-rata relative sedikit, jadi kecenderungan untuk pemberian dosis
dalam millijoules daripada joules. Tiga sampai enam terapi mungkin dibutuhkan
sebelum keefektifan dari terapi laser dapat ditentukan.
Walaupun output laser lebih tinggi yang direkomendasikan untuk mengurangi
waktu terapi, stimulasi berlebihan sebaiknya dihindari. Prinsip Arndt-Schultz yang
menyatakan lebih tidak tentu lebih baik berlaku dengan terapi laser. Untuk alasan ini,
laser seharusnya diberikan maksimum sekali sehari per area terapi. Saat penggunaan
dosis besar, terapi yang dianjurkan pada hari-hari alternatif. Jika efek dari plateau laser,
frekuensi dari terapi sebaiknya dikurangi atau terapi dihentikan selama satu minggu,
dimana waktu terapi dapat dikembalikan jika diperlukan.
Nyeri
Penggunaan laser berdaya-rendah dalam terapi nyeri akut dan kronik dapat
diimplementasikan dalam berbagai cara. Setelah diagnosis yang tepat dari etiologi nyeri,
bagian patologis dapat dijaring. Seluruh area luka seharusnya di laser seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Table 9-3 beberapa protokol terapi yang dianjurkan untuk
berbagai kondisi klinis. Saat poin pemicu diterapi, pemeriskaan seharusnya dilakukan
per-pendikular sampai dengan kulit dengan sentuhan ringan. Jika struktur spesifik,
seperti ligament, adalah jaringan target, pemeriksaan laser seharusnya dilakukan dalam
kontak dengan kulit dan perpendicular untuk struktur tersebut. Ketika menerapi sendi,
pasien harus diposisikan supaya sendi tersebut terbuka untuk mengijinkan penetrasi dari
energi ke area intra-artikular.
Terapi akupuntur dan poin pemicu dengan laser dapat ditambah dengan
stimulasi elektrik untuk managemen nyeri. Mengacu pada tabel yang seharusnya dibuat
untuk menjabaran poin akupuntur yang tepat. Detektor impendansi di remote laser
meningkat kemampuan untuk menemukan bagian ini. Poin seharusnya diterapi dari
distal ke proksimal untuk hasil terbaik.
Kadang-kadang, pasien mungkin mengalami peningkatan nyeri setelah terapi
laser. Fenomena ini dipercaya merupakan inisiasi respon normal tubuh untuk nyeri yang
telah dorman. Laser telah ditemukan untuk membantu memperbaiki kondisi ini dengan
meningkatkan proses fisiologis normal yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi ini.
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, beberapa terapi seharusnya diberikan sebelum
menganggap modalitas tidak efektif dalam majemen nyeri.
Penyembuhan Luka
Meskipun ulserasi dan luka terbuka tidak biasa dalam sebuat lingkungan latihan
atletik, kontusio, abrasi dan laserasi dapat diterapi dengan laser untuk mempercepat
waktu penyembuhan dan menurukan infeksi. Luka seharusnya dibersihkan secara tepat
dan semua debris dan eschar disingkirkan. Eksudat yang banyak yang menutupi luka
akan mengurangi penetrasi laser; meskipun, penguat disekitar perifer luka disarankan.
Teknik scanning seharusnya lebih dimanfaatkan luka terbuka kecuali selembar plastic
diletakan pada luka untuk mengijinkan kontak langsung. Material opaque dapat diserap
beberap energi laser dan tidak dianjurkan. Laserasi fasial dapat diterapi dengan laser,
meskipun perawatan seharusnya dilakukan untuk langsung sinar ke mata pasien. Risiko
kerusakan retina dari penggunaan laser berdaya rendah di Amerika Serikat adalah
rendah.
Jaringan Luka
Energi laser hanya mempengaruhi apa yang secara metabolik dikurangi dan
tidak mengubah jaringan normal. Luka yang hipertropik dapat diterapi dengan laser
karena efek bioinhibitif. Bioinhibisi membutuhkan jumlah terapi yang lebih banyak dan
mungkin secara klinis tidak berguna karena output daya rendah dari laser yang
digunakan di Amerika Serikat. Nyeri dan edema berhubungan dengan luka patologis
yang secara efektif diterapi dengan laser berdaya rendah. Luka yang tebal memiliki
vaskularisasi yang bervariasi, yang menyebabkan transmisi laser tidak beraturan; untuk
itu, ini seringkali dianjurkan untuk terapi bagian perifer dari luka daripada untuk
penggunaan laser secara langsung pada bagian ini.
Edema dan Inflamasi
Aksi utama dari penggunaan laser untuk kontrol edema dan inflamasi adalah
melalui interupsi dari formasi substrat intermediate yang diperlukan untuk produksi
mediator inflamasi; kinin, histamine, dan prostaglandin. Tanpa mediator kimiawi ini,
gangguan dari keadaan homeostastis tubuh adalah minimal dan nyeri dan edema yang
berkepanjangan dapat berkurang. Ini juga diperaya bahwa energi laser dapat
mengoptimalkan permeabilitas membrane sel, yang meregulasi tekanan osmotic
hidrostatik intersisial. Untuk itu, selama trauma jaringan, aliran cairan kedalam ruang
interselular dapat dikurangi. Terapi laser biasanya diberikan dengan gridding semua
area yang terlibat atau dengan menterapi sesuai dengan poin akupuntur jika area yang
terlibat adalah luas.
Tabel 9-3 Aplikasi Terapi yang DianjurkanApplikasi Tipe Laser Densitas Energi
Poin pemicuSuperfisial HeNe 1-3 J/cm2
Deep GaAs 1-2 J/cm2
Reduksi EdemaAkut GaAs 0,1-0,2 J/cm2
Subakut GaAs 0,2-0,5 J/cm2
Penyembuhan Luka (Jaringan Superfisial)Akut HeNe 0,5-1 J/cm2
Kronik HeNe 4 J/cm2
Penyembuhan Luka ( Jaringan Dalam)Akut GaAs 0,05-0,1 J/cm2
Kronik GaAs 0,5-1 J/cm2
Jaringan Luka GaAs 0,5-1 J/cm2
Protokol Terapi: Laser Level-Rendah
1. tentukan area yang akan diterapi dan visualisasikan jaringan diatas area terapi.
Jaringan seharusnya dibagi kedalam 1 cm2.
2. Jika teknik gridding digunakan, tempat ujung dari pemeriksaan dengan kontak
ringan dengan kulit dan pemberiaan sinar pada tiap sentimeter persegi dari area
untuk waktu yang tepat untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
3. Jika teknik scanning digunakan, tahan ujung dari pemeriksaan dalam 1 cm dari
kulit dan pastikan bukaan dari pemeriksaan diposisikan sehingga laser menyinari
perpendicular sampai ke kulit. Pemberiaan sinar pada tiap sentimeter persegi
area untuk waktu yang tepat untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
4. Pastikan bahwa energi laser tidak langsung diarakan ke mata pasien
5. Jika pasien melaporkan sesuatu yang tidak biasa, seperti rasa tidak nyaman pada
bagian terapi, mualm dan lain-lain, hentikan terapi.
6. Lanjutkan untuk memantau pasien selama durasi dari terapi.
KEAMANAN
Beberapa pertimbangan keamanan diperlukan dalam low-level laser. Namun,
berbagai macam jenis laser telah berkembang dan kegunaannyapun meningkat di United
States, hal ini menjadi diperlukannya pengembangan pedoman nasional tidak hanya
untuk keamanan tetapi juga untuk keberhasilan terapi. Food and Drug Administration’s
Center US untuk peralatan dan kesehatan radiologikal mengatur pembuatan dan
penjualan laser di US.
Peralatan laser umumnya diklasifikasikan dalam 4 kelas FDA dengan
pembagian berdasarkan prosedur keselamatan pada tiap kelas.
- Kelas I (exempt) Laser yang dianggap tidak berbahaya bagi tubuh. Semua
invisible laser dengan daya ouput rata-rata 1mW kebawah termasuk dalam kelas 1.
Termasuk juga “The GaAs Laser” dengan panjang gelombang 820 – 910nm.
Invisible infrared laser harus mengandung indikator cahaya untuk mengidentifikasi
bahwa laser bekerja.
- Kelas II. (low power), laser berbahaya bagi tubuh jika ditatap terus-menerus pada
sumbernya. Kelas ini termasuk visible laser yang memancarkan daya rata-rata
diatas 1mW , termasuk “HeNe Laser”.
- Kelas III ( moderate risk), laser dapat menyebabkan kerusakkan pada retina
dengan reaksi alami. Operator dan pasien perlu menggunakan alat pelindung mata.
Namun, laser-laser ini tidak menyebabkan kerusakkan kulit yang serius atau
menghasilkan bahaya difusi logam atau benda-benda lain dibawah penggunaan
normal.
- Kelas 4 ( high-power), laser dengan resiko tinggi kerusakkan dapat menyebabkan
pembakaran bahan yang mudah terbakar. Bahaya lain adalah reflek difusi yang
dapat membahayakan mata dan laser ini juga dapat menyebabkan kerusakkan kulit
yang parah. Laser dengan daya tinggi ini jarang digunakan diluar penilitian
laboratorium dan lingkungan industri terbatas.
Low-level laser digunakan untuk perawatan cedera saat olahraga dan
dikategorikan dalam kelas I, II dan kelas III peralatan medical. Peralatan medikal kelas
III termasuk modikasi yang baru yang tidak setara dalam pasaran sebelum 28 Mei
1976. The US Food and Drug Administration (FDA) sejauh ini memiliki peraturan yang
sangat kuat dalam penggunaan terapi laser. Untuk menggunakan terapi laser pada
manusia memerlukan persetujuan dari Institutional Review Board (IRB), yang didirikan
melalui universitas, produsen atau rumah sakit. Sesuai dengan peraturan yang didirikan
pada tahun 1999, FDA mulai membahas notifikasi premarket, yang diberi lebel 510 (k).
FDA tidak mengatur pelatih atletik dalam penggunaan produk laser. Mereka mengatur
perusahaan yang memproduksi dan menjual laser. Perusahaan tersebut harus disetujui
FDA untuk menjual peralatan dan perusahaan-perusahaan ini diperbolehkan
mempromosikan kegunaan medis produk laser mereka hanya pada aplikasi tertentu
yang disetujui. FDA melarang pernyataan bahwa perawatan ini dapat membantu dan
mengobati penyakit jika penelitian ilmiah belum menemukan bahwa itu benar.
Persetujuan tersebut berarti bahwa laser tertentu dapat dijual. Tetapi satu-satunya klaim
yang dapat dibuat produsen yaitu indikasi yang digambarkan dalam 510 (k). Sejak 2002
FDA memberikan persetujuan 510 (k) pada beberapa perusahaan untuk menjual low-
level laser yang diklasifikasikan dalam kelas II. Tabel 9-4 menyediakan list low-level
yang disetujui FDA untuk penelitian sejak 2002. Low-level laser diindikasikan untuk
penggunaan tambahan dalam perawatan sementara pada nyeri tangan dan pergelangan
terkait dengan carpal tunnel syndrome. Dengan mengharuskan dokumentasi hasil dan
efek samping dari laser, peraturan FDA meminta data ilmiah untuk menentukan
keamanan dan keberhasilan produk dalam pertanyaan.
Tabel 9-4 List Low-Level Laser yang Disetujui FDA sejak 2002
- MicroLight 830 (MicroLight Corporation of America. Missouri City, TX) received approval in 2002 for the indication of “adjunctive use in the temporary relief of hand; and wrist pain associated with Carpal Tunnel Syndrome.”
- Axiom BioLaser LLL T Series-3 (Axiom Worldwide, Tampa, FL) received approval in 2003 for the indication of “adjunctive use in the temporary relief of hand and wrist pain associated with Carpal Tunnel Syndrome.”
- Acculaser Pro4 (PhotoThera, Carlsbad, CA) received approval in 2004 for the indication of “adjunctive use in profiding temporary relief of pain associated with iliotibial band syndrome.”
- Thor DDII IR Lamp System (Thor International Ltd, Amersham, UK) received approval in 2004 for the indication of “elevating tissue temperature for the temporary relief of minor muscle and joint pain and stiffness, minor arthritis pain, or musce spasm; the temporary increase in local blood circulation; and/or the temporary relaxation of muscle.”
- Thor DDI 830 CL3 Laser System (Thor International Ltd. Amersham. UK) received approval in 2003 for the indication of “adjunctive use in the temporary relief of hand and wrist pain associated with Carpal Tunnel Syndrome.”
- Luminex LL Laser System (Medical Laser Systems, Inc. Branford, CT) received approval in 2007 for the indication of “adjunctive use in the temporary relief of hand and wrist pain associated with Carpal Tunnel Syndrome.”
TABEL 9-5 Indikasi dan kontaraindikasi
IndikasiFasilitas penyembuhan lukaReduksi rasa sakitMeningkatkan kekuatan penarikkan bekas lukaMengurangi jaringan parut pada lukaMengurangi InflamasiPenyembuhan tulang dan konsolidasi frakturKontraindikasiTumor kankerTerpapar langsung pada mataKehamilanPertumbuhan kanker
Tindakan Pencegahan dan Kontraindikasi
Tabel 9-5 mencantumkan indikasi dan kontraindikasi dalam penggunaan low-
level laser. Laser memberikan radiasi non-ionisasi: oleh karena itu, tidak ada efek
mutagenik pada DNA dan tidak ada kerusakkan sel-sel atau membran sel yang
ditemukan. Tidak ada efek samping merugikan yang dilaporkan setelah terpapar low-
power laser termasuk respon-respon karsinogenik, kecuali bila diterapkan pada sel
kanker yang sudah ada. Tumor kanker dapat berploriferasi ketika terstimulasi. Hal-hal
berikut adalah beberapa saran dalam penggunaan laser.
- Lebih baik underexpose daripada overexpose. Dalam penelitian klinik, reduksi
dosis atau frekuensi perawatan dapat menentukan hasil.
- Cegah paparan langsung ke mata karena dapat memungkinkan terjadinya
pembakaran retina. Jika penyinaran dalam periode yang panjang, seperti dalam
penyembuhan luka, kacamata pengaman dianjurkan untuk mencegah pemaparan
dari refleksi cahaya.
- Walaupun tidak ada reaksi merugikan yang telah tercatat, penggunaan laser selama
trimester pertama kehamilan tidak dianjurkan.
- Pada sedikit persentasi pasien, terutama yang memiliki sakit kronik dapat
mengalami episode sinkop selama perawatan laser. Gejalanya biasanya mereda
dalam hitungan menit. Bila gejalanya melebihi 5 menit, tidak ada perawatan lebih
lanjut yang harus diberikan.
Kesimpulan
Penggunaan low-level laser tampaknya bukanlah apa-apa, tetapi memiliki efek
yang positif. Hal Ini menciptakan kekhawatiran pada profesional obat-obat mujarab.
Dengan output arus listrik, laser dikenal sebagai peralatan yang beresiko non-signifikan.
Namun, FDA tidak mengakui bahwa low-level laser sebagai alat yang aman dan efektif.
Walaupun banyak penemuan empiris dan klinikal menunjukkan hasil yang menjanjikan,
semakin banyak penelitian yang penting untuk menentukan jenis-jenis laser beserta
dosisnya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang direproduksi.