teoripartisipasi-130125075001-phpapp01

20
12 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Partisipasi Pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang akan dicapai harus ada dukungan serta keikutsertaan dari setiap anggotanya baik secara mental,maupun secara emosional. Keterlibatan atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan merupakan partisipasi seseorang yang patut dihargai, serta diharapkan ada manfaat serta tujuan atas keikutsertaan tersebut. Partisipasi ditandai dengan keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok baik moril maupun materi, serta adanya rasa tanggung jawab. 1. Pengertian Partisipasi Dilihat dari segi etimologi, kata partisipasi berasal dari bahasa Belanda Participare”. Dalam bahasa Inggris kata partisipasi adalah ”participationsberasal dari bahasa latin yaitu ”participatio”. Perkataan participare terdiri dari dua suku kata, yaitu part dan cipare. Kata part artinya bagian dan kata cipare artinya ambil. Jika dua suku kata tersebut disatukan berarti ambil bagian, turut serta. Dalam hal ini turut serta atau bagian siswa yang memiliki hobi atau kesenangan bermain sepakbola di sekolah. Melalui berbagi aktivitas gerak yang memiliki tujuan kearah yang lebih baik. yaitu dengan ditandainya ada perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. 12

description

Teori Partisipasi

Transcript of teoripartisipasi-130125075001-phpapp01

  • 12

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Partisipasi

    Pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin

    dicapai. Tujuan yang akan dicapai harus ada dukungan serta keikutsertaan dari

    setiap anggotanya baik secara mental,maupun secara emosional. Keterlibatan atau

    keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan merupakan partisipasi seseorang

    yang patut dihargai, serta diharapkan ada manfaat serta tujuan atas keikutsertaan

    tersebut. Partisipasi ditandai dengan keterlibatan seseorang dalam suatu kelompok

    baik moril maupun materi, serta adanya rasa tanggung jawab.

    1. Pengertian Partisipasi

    Dilihat dari segi etimologi, kata partisipasi berasal dari bahasa Belanda

    Participare. Dalam bahasa Inggris kata partisipasi adalah participations

    berasal dari bahasa latin yaitu participatio. Perkataan participare terdiri dari

    dua suku kata, yaitu part dan cipare. Kata part artinya bagian dan kata cipare

    artinya ambil. Jika dua suku kata tersebut disatukan berarti ambil bagian, turut

    serta.

    Dalam hal ini turut serta atau bagian siswa yang memiliki hobi atau

    kesenangan bermain sepakbola di sekolah. Melalui berbagi aktivitas gerak yang

    memiliki tujuan kearah yang lebih baik. yaitu dengan ditandainya ada perubahan

    dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

    12

  • 13

    Pengertian partisipasi menurut Moelyarto Tjokrowinoto (1974:37)

    didefinisikan sebagai berikut:

    Partisipasi adalah penyetaraan mental dan emosi dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkandaya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan-tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.

    Menurut Kafler yang dikutif oleh Mulyono (1999:23) mengenai partisipasi

    adalah sebagai berikut:

    Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan yang mencurahkan baik secara fisik maupun mental dan emosional.... partisipasi fisik merupakan partisipasi yang langsung ikut serta dalam kegiatan tersebut, sedangkan partisipasi secara mental dan emosional merupakan partisipasi dengan memberikan saran, pemikiran, gagasan, dan aspek mental lainnya yang menunjang tujuan yang diharapkan.

    Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang

    dilibatkan dan diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut

    memikul tanggung jawab sesuai tingkat kematangan dan tingkat kewajiban.

    Partisipasi itu menjadi lebih baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang

    mental serta penentuan kebijaksanaan. (Poerbawakatja RS, 1982-:251).

    Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi serta fisik anggota

    dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh

    suatu organisasi serta mendukung mencapai tujuan bertanggung jawab atas

    keterlibatannya.

  • 14

    Dari pengertian partisipasi di atas dapat diambil suatu kegiatan tertentu.

    Bukan saja hanya ikut serta tetapi keterlibatan emosional, mental serta fisik

    anggota dalam memberikan saran ide, kritik, serta inisiatif terhadap kegiatan-

    kegitan yang dilaksanakan. Serta mendukung pencapaian tujuan serta bertanggung

    jawab atas keterlibatannya. Dalam hal kajian ini partisipasi yang dimaksud adalah

    partisipasi siswa terhadap tingkat partisipasi bermain sepakbola.

    Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang

    berkaitan dengan keadaan lahiriahnya sebagaimana dijelaskan oleh (Sastropoetro:

    1995).

    Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, a process of empowerment and active involvement in decision making throughout a programme, and access and control over resources and institutions (Cristvo, 1990).

    Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif

    dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap

    sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan

    memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill (PTO PNPM

    PPK, 2007).

    Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa: patisipasi adalah the taking part

    in one ore more phases of the process.

    Sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa patisipasi as mental and emotional involment of persons of person in a group situation which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them.

  • 15

    Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa,

    partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang

    berkaitan dengan pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.

    Theodorson dalam Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian

    sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang

    (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan

    atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif

    ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat

    diartikan sebagi keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk

    mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau

    profesinya sendiri.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya

    partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut

    konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses

    atas rangsangan-rangsangan yang diberikan yang dalam hal ini, tanggapan

    merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).

    Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah :

    proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka.

  • 16

    Conyers (1991) menyebutkan :

    tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man-cetered development yaitu pembangunan yang diarahkan demi perbaiakan nasib manusia.

    2. Tipologi Partisipasi

    Penumbuhan dan pengembangan partisipasi seringkali terhambat oleh

    persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat sulit diajak maju oleh

    sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi juga disebabkan

    karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah macam

    tipologi partisipasi.

    a. Partisipasi Pasif / manipulatif dengan karakteristik diberitahu apa yang sedang

    atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksanaan proyek tanpa

    memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan terbatas

    pada kalangan profesional di luar kelompok sasaran.

    b. Partisipasi Informatif memiliki karakteristik dimana kita menjawab

    pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberi kesempatan untuk

    terlibat dan mempengaruhi proses penelitian.

    AdministratorUnderLine

    AdministratorUnderLine

    Edited by Foxit ReaderCopyright(C) by Foxit Software Company,2005-2008For Evaluation Only.

    AdministratorNoteMarked set by Administrator

  • 17

    c. Partisipasi konsultatif dengan karateristik siswa berpartisipasi dengan cara

    berkonsultasi, tidak ada peluang pembatasan keputusan bersama.

    d. Partisipasi intensif memiliki karakteristik yang memberikan korbanan atau

    jasanya untuk memperoleh imbalan berupa intensif/upah. siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan dan siswa tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah intensif dihentikan.

    e. Partisipasi Fungsional memiliki karakteristik yang membentuk kelompok

    untuk mencapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati, pada tahap awal tergantung

    terhadap pihak luar namun secara bertahap menunjukkan kemandiriannya. f. Partisipasi interaktif memiliki ciri dimana kita berperan dalam analisis untuk

    perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan kelembagaan dan

    cenderung melibatkan metoda interdisipliner yang mencari keragaman

    prespektik dalam proses belajar mengajar yang terstuktur dan sisteatis. Kitapun memiliki peran untuk mengontrol atas (pelaksanaan) keputusan-

    keputusan merek, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegitan.

    g. Self mobilization (mandiri) memiliki karakter yang mengambil inisiatif sendiri

    secara bebas (tidak dipengaruhi oleh pihak luar) untuk mengubah sistem atau

    nilai-nilai yang mereka miliki. Maka kita mengambangkan kontak dengan

    lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis dan

    sumberdaya yang diperlukan.

  • 18

    3. Tahap-Tahap Partisipasi

    Uraian dari masing-masing tahapan partisipasi adalah sebagai berikut :

    a. Tahap partisipasi dalam pengambilan keputusan

    Pada umumnya, setiap program pembangunan masyarakat (termasuk

    pemanfaatan sumber daya lokal dan alokasi anggarannya) selalu ditetapkan

    sendiri oleh pemerintah pusat, yang dalam hal ini lebih mencerminkan sifat

    kebutuhan kelompok-kelompok elit yang berkuasa dan kurang mencerminkan

    keinginan dan kebutuhan masyarakat banyak. Karena itu, partisipasi dalam

    pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forum yang

    memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses

    pengambilan keputusan tentang program-program pembangunan di wilayah

    setempat atau di tingkat lokal (Mardikanto, 2001).

    b. Tahap partisipasi dalam perencanaan kegiatan

    Slamet (1993) membedakan ada tingkatan partisipasi yaitu : partisipasi dalam

    tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam

    tahap pemanfaatan. Partisipasi dalam tahap perencanaan merupakan tahapan

    yang paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam

    tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang

    mencakup merumusan tujuan, maksud dan target.

    Salah satu metodologi perencanaan pembangunan yang baru adalah mengakui

    adanya kemampuan yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat dalam

    mengontrol dan ketergantungan mereka terhadap sumber-sumber yang dapat

    diraih di dalam sistem lingkungannya. Pengetahuan para perencana teknis

  • 19

    yang berasal dari atas umumnya amat mendalam. Oleh karena keadaan ini,

    peranan masyarakat sendirilah akhirnya yang mau membuat pilihan akhir

    sebab mereka yang akan menanggung kehidupan mereka. Oleh sebab itu,

    sistem perencanaan harus didesain sesuai dengan respon masyarakat, bukan

    hanya karena keterlibatan mereka yang begitu esensial dalam meraih

    komitmen, tetapi karena masyarakatlah yang mempunyai informasi yang

    relevan yang tidak dapat dijangkau perencanaan teknis atasan (Slamet, 1993).

    c. Tahap partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

    Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, seringkali diartikan sebagai

    partisipasi masyarakat banyak (yang umumnya lebih miskin) untuk secara

    sukarela menyumbangkan tenaganya di dalam kegiatan pembangunan. Di lain

    pihak, lapisan yang ada di atasnya (yang umumnya terdiri atas orang kaya)

    yang lebih banyak memperoleh manfaat dari hasil pembangunan, tidak

    dituntut sumbangannya secara proposional. Karena itu, partisipasi masyarakat

    dalam tahap pelaksanaan pembangunan harus diartikan sebagai pemerataan

    sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau

    beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan

    diterima oleh warga yang bersangkutan (Mardikanto, 2001).

    d. Tahap partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan

    Kegiatan pemantauan dan evaluasi program dan proyek pembangunan sangat

    diperlukan. Bukan saja agar tujuannya dapat dicapai seperti yang diharapkan,

    tetapi juga diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-

    masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan pembangunan yang

  • 20

    bersangkutan. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat mengumpulkan informasi

    yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat

    pembangunan sangat diperlukan (Mardikanto,2001).

    e. Tahap partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan

    Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan, merupakan unsur

    terpenting yang sering terlupakan. Sebab tujuan pembangunan adalah untuk

    memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak sehingga pemerataan hasil

    pembangunan merupakan tujuan utama. Di samping itu, pemanfaaatan hasil

    pembangunan akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk

    selalu berpartisipasi dalam setiap program pembangunan yang akan datang

    (Mardikanto, 2001).

    4. Tingkat Kesukarelaan Partisipasi

    Dusseldorp (1981) membedakan adanya beberapa jenjang kesukarelaan

    sebagai berikut:

    a. Partisipasi spontan, yaitu peranserta yang tumbuh karena motivasi intrinsik

    berupa pemahaman, penghayatan, dan keyakinannya sendiri.

    b. Partisipasi terinduksi, yaitu peranserta yang tumbuh karena terinduksi oleh

    adanya motivasi ekstrinsik (berupa bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar;

    meskipun yang bersangkutan tetap memiliki kebebasan penuh untuk

    berpartisipasi.

    c. Partisipasi tertekan oleh kebiasaan, yaitu peranserta yang tumbuh karena

    adanya tekanan yang dirasakan sebagaimana layaknya warga masyarakat pada

  • 21

    umumnya, atau peranserta yang dilakukan untuk mematuhi kebiasaan, nilai-

    nilai, atau norma yang dianut oleh masyarakat setempat. Jika tidak

    berperanserta, khawatir akan tersisih atau dikucilkan masyarakatnya.

    d. Partisipasi tertekan oleh alasan sosial-ekonomi, yaitu peranserta yang

    dilakukan karena takut akan kehilangan status sosial atau menderita

    kerugian/tidak memperoleh bagian manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan.

    e. Partisipasi tertekan oleh peraturan, yaitu peranserta yang dilakukan karena

    takut menerima hukuman dari peraturan/ketentuan-ketentuan yang sudah

    diberlakukan.

    5. Syarat tumbuh partisipasi

    Margono Slamet (1985) menyatakan bahwa tumbuh dan berkembangnya

    partisipasi, sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:

    a. Adanya kemauan yang diberikan kepada kita, untuk berpartisipasi

    b. Adanya kesempatan kita untuk berpartisipasi

    c. Adanya kemampuan kita untuk berpartisipasi

    Lebih rinci Slamet menjelaskan tiga persyaratan yang menyangkut

    kemauan, kemampuan dan kesempatan untuk berpartisipasi adalah sebagai

    berikut:

    a. Kemauan

    Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif intrinsik

    (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan, dorongan atau

    tekanan dari pihak luar). Tumbuh dan berkembangnya kemauan berpartisipasi

    sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang:

  • 22

    1) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat pembangunan.

    2) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.

    3) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

    sendiri.

    4) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya

    tujuan pembangunan.

    5) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk

    memperbaiki mutu hidupnya.

    b. Kemampuan

    Beberapa kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik itu

    antara lain adalah:

    1) Kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.

    2) Kemampuan untuk memahami kesempatan-kesempatan yang dapat

    dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

    memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

    3) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan

    pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki

    Robbins (1998) kemampuan adalah kapasitas individu melaksanakan

    berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbins (1998)

    menyatakan pada hakikatnya kemampuan individu tersuusun dari dua

    perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

    c. Kesempatan

    Berbagai kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh:

  • 23

    1) Kemauan politik dari penguasa/pemerintah untuk melibatkan masyarakat

    dalam pembangunan.

    2) Kesempatan untuk memperoleh informasi.

    3) Kesempatan untuk memobilisasi dan memanfaatkan sumberdaya.

    4) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi tepat guna.

    5) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan

    mempergunakan peraturan, perizinan dan prosedur kegiatan yang harus

    dilaksanakan.

    6) Kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan yang mampu

    menumbuhkan, menggerakkan dan mengembangkan serta memelihara

    partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

    Sementara Mardikanto (1994) menyatakan bahwa pembangunan yang

    partisipatoris tidak sekedar dimaksudkan untuk mencapai perbaikan kesejahteraan

    masyarakat (secara material), akan tetapi harus mampu menjadikan warga

    masyarakatnya menjadi lebih kreatif. Karena itu setiap hubungan atau interaksi

    antara orang luar dengan masyarakat sasaran yang sifatnya asimetris (seperti:

    menggurui, hak yang tidak sama dalam berbicara, serta mekanisme yang

    menindas) tidak boleh terjadi. Dengan dimikian, setiap pelaksanaan aksi tidak

    hanya dilakukan dengan mengirimkan orang dari luar ke dalam masyarakat

    sasaran, akan tetapi secara bertahap harus semakin memanfaatkan orang-orang

    dalam untuk merumuskan perencanaan yang sebaik-baiknya dalam masyarakatnya

    sendiri.

  • 24

    Mardikanto (2003) menjelaskan adanya kesempatan yang diberikan, sering merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan sangat

    menentukan kemampuannya

    1. Ciri-ciri partisipasi

    Seseorang yang ikut serta berpartisipasi dalam suatu kegiatan memiliki

    ciri-ciri yang dijadikan barometer atau tolak ukur keikutsertaanya itu. Beberapa yang ikut serta seseorang dalam kegiatan dijelaskan oleh Nitisemo (1998:263), bahwa seseorang berpartisipasi terhadap suatu kegiatan memilki

    beberapa ciri antara lain:

    1. Secara langsung ikut dalm proses kegiatan 2. Memiliki keputusan untuk mncapai tujuan yang telah ditentukan 3. Memberikan tanggapan dan saran dalam proses kegiatan 4. Memberikan informasi tentang segala sesuatu dalam usaha membuat 5. Keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan 6. Terdapat kesempatan untuk ikut memiliki kegiatan tersebut 7. Memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan 8. Merasakan manfaat dari hasil kegiatan

    Selanjutnya Siswanto (1987:34) menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang

    berpartisipasi khususnya dalam suatu organisasi memiliki ciri-ciri antara lain:

    1. Jarang tidak hadir dalam suatu kegiatan organisasi 2. Memiliki tujuan jelas 3. Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya 4. Memberikan info tentang tugasnya, 5. Melaksanakan sesuai dengan aturan yang digariskan dalam organisasi.

  • 25

    2. Manfaat Partisipasi

    Keith Davis (1985:186) ,engemukakan manfaat prinsipil partisipasi, yaitu:

    1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar. 2. Dapat digunakan kemampuan berfikir kreatif dari para anggotanya. 3. dapat mengendalikan dnilai-nilai martabat manusia, motivasi serta

    membangun kepentingan bersama/ 4. Lebih mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab, 5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.

    3. Mengukur Tingkat Partisipasi

    Untuk mengukur partisipasi seseorang atau sekolah terhadap suatu

    kegiatan yaitu melalui tes.

    Mengenai tes di jelaskan oleh Rusli Lutan (1989:3) sebagai berikut:

    Sebuah tes adalah sebuah instrumen yang dipakai untuk memperoleh tentang

    seseorang atau objek.

    Selanjutnya Muchis Yahya (1985:31) mengemukakan bahwa untuk

    mengukur partisipasi anggota antara lain:

    a. Kerajinan dan ketepatan membayar simpanan b. Seringnya menghadiri kegiatan c. Seringnya menghadiri rapat d. Motivasi anggota

    Dari laporan lapangan Majalah Prisma no.6 tahun X Juni 1981 dapat

    disimpulkan bahwa untuk mengukur partisipasi ditentukan oleh beberapa hal

    sebagai berikut ini:

  • 26

    a. Kritik, usul, saran, dan pendapat dari anggota yang terbuka b. Ketepatan melaksanakan tugas dan kewajiban c. Kehadiran dalam rapat d. Kesediaan anggota untuk berkorban

    Kaitannya dengan pernyataan di atas mengenai cara mengukur partisipasi,

    dalam hal ini mengukur partisipasi siswa terhadap bermain sepak bola di SMA Se

    kecamatan se Tawang Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

    1. Kehadiran siswa dalam melaksanakan bermain sepak bola

    2. Kesungguhan atau keseriusan siswa dalam bermain sepak bola

    3. Keterlibatan siswa dalam mengikuti olahraga tersebut.

    B. Sejarah Sepakbola

    1. Pengertian Sepakbola

    Sepakbola adalah olahraga permainan beregu paling populer di dunia yang

    masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain di lapangan dan satu diantaranya

    bertindak sebagai penjaga gawang, yang sebagian besar menggunakan tungkai

    kecuali penjaga gawang diperkenankan menggunakan lengan pada daerah

    hukuman (Eman 2003:1).

    Olahraga sepakbola permainan yang dilakukan oleh dua tim, setiap tim

    berjumlah 11 orang salah satu orang menjadi penjaga gawang. Olahraga ini

    merupakan alat permainan berupa bola, tujuan permainan sepakbola yaitu

    bagaimana cara tiap tim bekerjasama untuk memasukan bola kegawang lawan

    sebanyak-banyaknya, dengan berbagai bentuk teknik dan penempatan strategi

    yang jitu agar bisa memasukan bola kegawang lawan, selain kita memasukan bola

  • 27

    kegawang lawan kita juga harus menjaga gawang kita supaya tidak kemasukan

    bola oleh pemain lawan, oleh sebab itu yang terpenting dalam olahraga sepakbola

    yaitu berusaha ada kerjasama antara tiap pemain.

    Dalam permainan sepakbola seorang pemain dituntut untuk menguasai

    teknik permainan sepakbola diantaranya: Passing, dribbling, shooting dan

    headding. Salah satu teknik yang sering digunakan setiap pemain dalam proses

    mencetak gol kegawang lawan adalah passing dan stopping yang baik dan

    kerjasama antara pemain dalam memberikan dan menghentikan bola secara baik

    akan memudahkan upaya mencetak gol.

    Dalam permaiana sepakbola selain dituntut penguasaan teknik dasar secara

    perorangan, diperlukan juga penguasaan bola yang dilakukan oleh dua orang atau

    lebih melalui teknik passing dan stopping, baik ditempat maupun dalam keadaan

    bergerak, hal ini diperlukan karena seorang pemain tidak mungkin menguasai bola

    sendirian dari daerah pertahanan sendiri sampai kepertahanan lawan. Banyak

    kualitas yang menunjang dalam menggiring bola diantaranya irama, langkah,

    kekuatan, stamina dan determinasi, tetapi yang paling penting adalah

    keseimbanagan badan seorang pemain.

    2. Peraturan Sepakbola

    a. Ukuran lapangan standar

    1. Ukuran: panjang 100-110 m x lebar 64-75 m

    2. Garis batas: yakni garis sentuh di sisi, garis gawang di ujung-ujung,

    dan garis melintang tengah lapangan; tak ada tembok penghalang atau

    papan

  • 28

    3. Gawang: lebar 7 m x tinggi 2,5 m

    4. Permukaan daerah pelemparan: halus, rata, dan tak abrasif

    b. Bola

    1. Ukuran: 68-70 cm

    2. Keliling:10 cm

    3. Berat: 410-450 gram

    4. Lambungan: 1000 cm pada pantulan pertama

    5. Bahan: karet atau karet sintetis (buatan)

    c. Tim

    1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan: 11, salah

    satunya penjaga gawang

    2. Jumlah pemain maksimal keluar lapangan(tidak termasuk cedera): 4

    3. Jumlah pemain cadangan maksimal: 12

    4. Jumlah wasit: 1

    5. Jumlah hakim garis: 2-4

    6. Batas jumlah pergantian pemain: paling banyak sesuai jumlah pemain

    cadangan.

    d. Perlengkapan permainan

    1. Kaos bernomor (sejak tahun 1954)

    2. Celana pendek

    3. Kaos kaki

    4. Pelindung tulang kering

    5. Alas kaki bersolkan karet

  • 29

    e. Lama permainan

    1. Lama normal: 2x45 menit

    2. Lama istiharat: 15 menit

    3. Lama perpanjangan waktu: 2x15 menit

    4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim seri saat perpanjangan

    waktu selesai

    5. Time-out: 1 per tim per babak; tak ada dalam waktu tambahan

    6. Waktu pergantian babak: maksimal 15 menit

    f. Wasit sebagai pengukur waktu resmi

    Wasit yang memimpin pertandingan sejumlah 1 orang dan dibantu 2 orang

    sebagai hakim garis. Kemudian dibantu wasit cadangan yang membantu

    apabila terjadi pergantian pemain dan mengumumkan tambahan waktu.

    Pada Piala Dunia 2006, digunakan ofisial ke-lima. Penggunaan 2 wasit

    sempat dicoba pada copa italia. Penggunaan 4 hakim garis kabarnya juga

    dicoba di piala dunia 2010, dimana 2 diantaranya berada di belakang

    gawang.

    3. Tujuan Permainan

    Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung untuk

    memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan ("mencetak gol"). Tim yang

    mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya dalam jangka waktu

    90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan pemenang jika hasilnya seri).

    akan diadakan pertambahan waktu 2x 15 menit dan apabila dalam pertambahan

    waktu hasilnya masih seri akan diadakan adu penalti yang setiap timnya akan

  • 30

    diberikan lima kali kesempatan untuk menendang bola ke arah gawang dari titik

    penalti yang berada di dalam daerah penjaga gawang hingga hasilnya bisa

    ditentukan. Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan ini adalah para pemain

    (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh bola dengan tangan mereka

    selama masih dalam permainan.

    4. Karakteristik Olahraga Permainan Sepakbola

    Sepakbola merupakan permainan yang saat ini paling populer dan

    berkembang pesat dikalangan masyarakat karena permainan ini dapat dengan

    mudah dimainakan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang

    tua. Terbukti dengan minat masyarakan yang cukup tinggi untuk mempelajari

    sepakbola baik melalui lembaga formal misalnya dalam mata pelajaran penjas

    disekolah dengan bahasan olahraga permainan sepakbola maupun pada lembaga

    non-formal misalnya sekolah sepakbola yang menyelenggarakan pelatihan

    sepakbola.

    Sepakbola merupakan olahraga permainan yang dapat membangkitkan

    luapan keinginan dan emosi yang tidak sama dengan olahraga lainnya.

    Permaianan ini adalah sesuatu yang umum diantara orang-orang dengan latar

    belakang keturunan yang berbeda-beda, sebuah jembatan yang menghubungkan

    jenjang ekonomi, politik, kebudayaan,dan agama. Dikenali sebagai bola kaki

    hampir diseluruh dunia, sepakbola merupakan olahraga nasional hampir seluruh

    negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan.

    Sejalan dengan perkembangan permainana sepakbola, prestasi terbaik

    merupakan dambaan atlet maupun pelatih. Akan tetapi untuk mencapai prestasi

  • 31

    yang optimal tidaklah mudah dan mewujudkannya. Prestasi dalam olahraga

    dipengaruhi oleh dua faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yang

    berhubungan dengan keadaan diri siswa yang meliputi kemampuan fisik,

    kemampuan teknik, taktik, dan psikis. Sedangkan faktor eksogen berhubungan

    dengan keadaan diluar diri siswa seperti situasi dan kondisi pada saat latihan

    taupun pertandingan.

    Banyak faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan kemajuan

    pesepakbolaan di Indonesia khususnya, namun hambatan tersebut nampaknya

    lebih banyak berakar pada proses pembelajaran dan pelatihan sejak awal mulai

    belajar. Model-model pembelajaran tradisional yang memilah-milah penguasaan

    teknik dan taktik masih diterapkan dilapangan. Padahal dalam kenyataan,

    persoalan paling pokok adalah bagaimana menerapkan penguasaan teknik ke

    dalam situasi permainan sehingga para siswa tertarik dan termotivasi untuk

    melakukan permainan sepakbola.

    Permainan sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga beregu yang

    menyuguhkan keterampilan-keterampilan gerak yang kompleks dan kerjasama tim

    yang baik. Permainan sepakbola juga sebagian besar dimainkan oleh berbagai

    kalangan masyarakat dan golongan usia baik itu anak-anak, remaja, orang dewasa,

    orang tua, bahkan kaum wanita, Setiap pemain sepakbola dituntut untuk memiliki

    teknik dasar, taktik, dan strategi permainan sepakbola yang baik.