Teori Vital Sign

14
Tanda-tanda vital berguna dalam mendeteksi atau pemantauan masalah medis, yang berkaitan dengan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan vital sign meliputi: 1. pemeriksaan suhu tubuh 2. Pemeriksaan pernafasan 3. Pemeriksaan denyut nadi, dan 4. Pemeriksaan tekanan darah. Pemeriksaan suhu tubuh A. SUHU TUBUH Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari : 1. a. Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate ) 2. b. Olahraga 3. c. Shivering atau kontraksi otot skelet 4. d. Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler ) 5. e. Proses penyakit infeksi 6. f. Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatetik ) Sedangkan hilangnya panas tubuh terjadi melalui beberapa proses yaitu : 1. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak langsung, misalnya orang berdiri didepan lemari es yang terbuka 2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak langsung, misalnya kontak langsung dengan es 3. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara, misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat

description

medical

Transcript of Teori Vital Sign

Page 1: Teori Vital Sign

Tanda-tanda vital berguna dalam mendeteksi atau pemantauan masalah medis, yang berkaitan dengan masalah kesehatan klien.

Pemeriksaan vital sign meliputi:

1. pemeriksaan suhu tubuh2. Pemeriksaan pernafasan3. Pemeriksaan denyut nadi, dan4. Pemeriksaan tekanan darah.

Pemeriksaan suhu tubuh

A. SUHU TUBUH

Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan

hilangnya panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh

antara lain berasal dari :

1. a. Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate )

2. b. Olahraga

3. c. Shivering atau kontraksi otot skelet

4. d. Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )

5. e. Proses penyakit infeksi

6. f. Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau

dari rangsangan langsung simpatetik )

Sedangkan hilangnya panas tubuh terjadi melalui beberapa proses yaitu :

1. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak

langsung, misalnya orang berdiri didepan lemari es yang terbuka

2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak

langsung, misalnya kontak langsung dengan es

3. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara,

misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat

4. Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan, misalnya

pernapasan dan perspiration dari kulit. Misalnya keringat meningkatkan pengeluaran

panas tubuh

Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi lingkungan.

Hal ini disebabkan karena adanya proses pengaturan suhu melalui negatif feedback

sistim ( mekanisme umpan balik ). Organ pengatur suhu yang utama adalah

hipotalamus. Untuk regulasi panas tubuh diperlukan konsentrasi sodium dan kalsium

yang cukup, terutama didalam dan disekitar Hipotalamus posterior. Variasi suhu

orang yang sehat berkisar 0.7 derajat Celcius dari normal ( 1.4 F ).

Page 2: Teori Vital Sign

Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu tubuh yaitu antara lain :

1. Umur

Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya,

maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat berubah dengan cepat.

Anak- anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada orang dewasa.

UMUR SUHU ( Celcius ) SUHU (Fahrenheit )

Bayi baru lahir 36,1 – 37,7 97 – 100

2 tahun 37,2 98,9

12 tahun 37 98,6

Dewasa 36 96,8

2. Aktifitas tubuh

Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh.

Pada pagi hari jam 04.00 – 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari

sekitar jam 16.00 – 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1.1 – 1.6

C ( 2 – 3 F ).

3. Jenis Kelamin

Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal

ini disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak.

Meningkatnya progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3

– 0.5 C (0.5 – 1 F) sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal

Metabolic Rate

4. Perubahan emosi

Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh

sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.

5. Perubahan Cuaca

Perubahan cuaca , Iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi,

konveksi, konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh

6. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen

Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum

air es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan

mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok ,

sedangkan tempertur rectal diukur setelah 15 menit melakukan lavemen / enema.

a. Alat Pengukur Suhu Tubuh

Secara umum pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer kaca (glass

thermometers). Skala yang sering digunakan adalah termometer skala Celcius

( Centigrade) yang mempunyai skala dengan titik beku air 0 derajat Celcius dan titik

Page 3: Teori Vital Sign

didih 100 derajat Celcius. Ada pula digital thermometer yang mempunyai kepekaan

tinggi dan waktu pemeriksaan hanya beberapa detik , banyak dipakai pada kondisi

kegawatan.

b. Pengukuran Suhu Tubuh

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut

(oral), anus (rectal), ketiak (axilla) dan telinga ( auricular ) . Masing- masing tempat

mempunyai variasi suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4 C (0.7 F)

lebih tinggi dari suhu oral dan suhu aksila lebih rendah 0.6 C (1 F) dari pada oral . Di

Puskesmas biasanya yang sering dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksila.

Pemeriksaan Suhu Aksila dengan Termometer Air Raksa

Pengukuran suhu aksila dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat.

Penggunaan sering dilakukan pada :

1. Anak

2. Pasien dengan radang mulut

3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas

Persiapan pemeriksaan suhu :

1). persiapan peralatan

1. Cucilah tangan

2. Siapkan soft tissue atau lap bersih

3. Siapkan buku pencatat suhu dan alat tulis

4. Sebuah handuk bersih untuk membersihkan keringat pasien

2). Persiapan pasien

1. Jagalah privasi pasien dengan tirai atau pintu tertutup.

2. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya pemeriksaan suhu aksila

3. Lepaskan baju pasien dan bagian lain ditutup dengan selimut.

3). Cara pemeriksaan

1. Pegang termometer pada bagian ujung yang tumpul.

2. Bersihkan dengan soft tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan

dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih

3. Peganglah ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua,

turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius

4. Bukalah lengan pasien.

5. Bersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue

6. tempelkan termometer ke ketiak, turunkan lengan dan silangkan lengan

bawah pasien keatas dada, sedangkan pada anak pegang tangannya dengan

lembut.

7. Biarkan selama 5-10 menit untuk hasil yang baik.

Page 4: Teori Vital Sign

8. Angkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak

rotasi.

9. Bacalah tingkat air raksa sejajar dengan mata pemeriksa.

10. Turunkan tingkat air raksa.

11. Kembalikan termometer ke tempat penyimpanan.

12. Cuci tangan.13. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

B. PEMERIKSAAN PERNAFASAN

Pemeriksaan pernafasan bisa dilakukan dengan inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi. Secara inspeksi, pemeriksaan pernafasan diliat dari simetris dan asimetris dari bentuk dada saat respirasi.

Frekuensi Pernapasan normal

Bayi: 25 – 50 kali tiap menit

Anak: 15 – 30 kali tiap menit

Dewasa: 12 – 20 kali tiap menit

Pada daerah tertentu, misalnya pada dataran tinggi atau daerah dingin, pernapasan normal mungkin berbeda.

Apabila pernafasan kurang dari normal dikatakan bradypnea. Bila pernafasan melebihi batas normal dikatakan tachypnea.

C. DENYUT NADI

Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah

arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan

palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh

darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan

diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut

nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis

pedis dan tibialis posterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu :

1. Arteri radialis

Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada

sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin

Page 5: Teori Vital Sign

2. Arteri Brankialis

Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa

antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest

pada infant

3. Arteri Karotid

Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan

diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi,

kasus cardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak

Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang

mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :

· Normal : 60 – 100 x / menit,

· Bradikardi : <>

· Takhikardi : > 100. x / menit

Denyut nadi pada saat tidur yaitu :

a. Bayi baru lahir 100 – 180 x/menit

b. Usia 1 minggu – 3 bulan 100 – 220 x/ menit

c. Usia 3 bulan – 2 tahun 80 – 150 x/menit

d. usia 10 –21 tahun 60 – 90 x/menit

e. Usia lebih dari 21 tahun 69 – 100 x/menit

Berdasarkan kuat dan lemahnya denyut arteri diklasifikasikan :

I. Tidak teraba denyut : 0

II. Ada denyut tetapi sulit teraba : +1,

III. Denyut normal teraba dengan mudah dan tidak mudah hilang : +2

IV. Denyut kuat, mudah teraba seakan- akan memantul terhadap ujung jari serta tidak

mudah hilang : + 3

Page 6: Teori Vital Sign

1. PEMERIKSAAN FREKUENSI NADI

Pemeriksaan frekuensi nadi yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :

A. Pemeriksaan frekuensi denyut arteri radialis

1) Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Buku catatan nadi ( kartu status )

3. Alat tulis

2) Persiapan pasien

1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Buatlah pasien rilek dan nyaman .

3) Cara pemeriksaan

1. Cuci tangan pemeriksa

2. minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan bawah

3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada

posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.

4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan

jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan

tangan

5. Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur

6. Hitung denyut tersebut selama satu menit ,

7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku.

B. Pemeriksaan frekuensi denyut arteri brakialis

1) Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Buku catatan nadi ( kartu status )

3. Alat tulis

2) Persiapan pasien

1. Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang akan dilakukan

2. Buatlah pasien rilek dan nyaman

Page 7: Teori Vital Sign

3) cara pemeriksaan

1. Cuci tangan pemeriksa

2. Menyingsingkan lengan baju pasien yang menutupi lengan atas

3. Pada posisi duduk, tangan diletakkan pada paha dan lengan ekstensi. Pada

posisi tidur terlentang, kedua lengan ekstensi dan menghadap atas.

4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari

tengah pada fossa kubiti (lekuk antara otot bisep dan trisep diatas siku)

5. Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur

6. Hitung jumlah denyut selama satu menit

7. Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku

C. Pemeriksaan frekwensi denyut arteri karotis

1) Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)

2. Buku catatan nadi ( kartu status )

3. Alat tulis

2) Persiapan pasien

1. Jelaskan pada pasien tentang perlunya pemeriksaan ini.

2. Buatlah pasien serilek dan senyaman mungkin

3) Cara pemeriksaan

1. Cuci tangan pemeriksa dengan air bersih

2. minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas

3. pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan diatas paha

4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis

5. Mintalah pasien untuk memalingkan kepala pada sisi arah yang berlawanan dengan

yang akan diperiksa

6. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari

rangsangan sinus karotid

7. Dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk palpasi sekitar otot

Page 8: Teori Vital Sign

sternokleidomastoideus bagian medial

8. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas

9. Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian

hasilnya dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit.

D. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi arteri.

Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu gelombang

tinggi yang disebut tekanan systole dan gelombang pada titik terendah yang disebut

tekanan diastole. Perbedaan antara systole dan diastole disebut pulse pressure. Satuan

Tekanan darah dinyatakan dalam millimeter air raksa (mm hg).

Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus, terpasang shunt

arterivena, graft, operasi payudara, ketiak serta pengangkatan limfe, lengan/ tangan

yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan keras.

1) Persiapan alat

1. sphygmomanometer air raksa lengkap dengan manset.

2. stetoscope

3. antiseptik

2) Persiapan pasien

1. Jelaskan kepada pasien tentang perlunya pemeriksaan tekanan darah

2. mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa,

sehingga tidak ada penekanan pada a. brachialis.

3. posisi pasien bisa berbaring, setengah duduk atau duduk yang nyaman

dengan lengan bagian volar diatas.

4. Gunakan manset yang sesuai dengan ukuran lengan pasien

5. pasanglah manset melingkar pada lengan tempat pemeriksaan setinggi

jantung, dengan bagian bawah manset 2 – 3 cm diatas fossa kubiti dan bagian

balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis.

6. pastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.

Page 9: Teori Vital Sign

7. Istirahatkan pasien sedikitnya 5 menit sebelum pengukuran. Dan pastikan

pasien merasa santai dan nyaman.

8. hubungkan manset dengan sphymomanometer air raksa , posisi tegak dan

level air raksa setinggi jantung.

9. raba denyut a. brachialis pada fossa kubiti dan a. radialis dengan jari telunjuk

dan jari tengah ( untuk memastikan tidak ada penekanan )

10.Pastikan mata pemeriksa harus sejajar dengan permukaan air raksa ( agar

pembacaan hasil pengukuran tepat )

11. tutup katup pengontrol pada pompa manset

12. pastikan stetoskop masuk tepat kedalam telinga pemeriksa, raba denyut a.

brachialis

13. pompa manset sampai denyut a brachialis tak teraba lagi

14. kemudian pompa lagi sampai 20 – 30 mm Hg ( jangan lebih tinggi, sebab

akan menimbulkan rasa sakit pada pasien, rasa sakit akan meningkatkan tensi

)

15. letakkan kepala stetoskop diatas a brachialis

16. Lepaskan katup pengontrol secara pelan-pelan sehingga air raksa turun

dengan kecepatan 2 – 3 mm Hg per detik atau 1 skala perdetik

17. Pastikan tinggi air raksa saat terdengar detakan pertama arteri brachialis

( Korotkoff I ) è ini adalah tekanan sistolik

18. pastikan tinggi air raksa pada saat terjadi perubahan suara yang tiba-tiba

melemah ( Korotkoff IV ) è tekanan diastolik

19. lepaskan stetoskop dari telinga pemeriksa dan manset dari lengan pasien.

20. Bersihkan earpiece dan diafragma stestokop dengan disinfektan

21. Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik

22. informasikan pada pasien hasil pemeriksaan dan Catat pada kartu status

Tabel tekanan darah

No USIA Tekanan

Sistole (mm Hg )

Tekanan

Diastole (mm Hg )

Page 10: Teori Vital Sign

1

2

3

4

5

Bayi

Anak 7 - <>

Ø 10 - <>

Laki- laki

Perempuan

Usia tengah

Usia lanjut

65 – 115

87 – 117

124 – 136

124 – 127

120

140 – 160

42 – 80

48 – 64

77 – 84

63 – 74

80

80 – 90

D. PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAPASAN

Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan

karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat

pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar,

baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/

ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan

mengecil.

INSPIRASI EKSPIRASI

Diafragma Kontraksi ( tampak

datar )

Relaksasi ( melengkung

keatas )

Tulang iga ( costae ) bergerak keatas & keluar bergerak kebawah & kedalam

Tulang dada Bergerak keluar Bergerak kedalam

Rongga dada membesar mengecil

Paru-paru mengembang mengempis

Frekuensi napas normal tergantung umur :

Frekuensi Pernapasan normal

Bayi: 25 – 50 kali tiap menit

Anak: 15 – 30 kali tiap menit

Dewasa: 12 – 20 kali tiap menit

Page 11: Teori Vital Sign

· Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 20 x/menit

· Bradipnea : Bila kurang dari 12 x/menit disebut

· Apnea : Bila tidak bernapas .

1). Persiapan alat

1. Alat pengukur waktu (jam, stopwatch)

2. Buku pencatat

3. Alat pencatat (pensil, pena)

2). Persiapan pasien

1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas

2. Posisi pasien berbaring, kecuali dalam kondisi tertentu.

3). Cara pemeriksaan

7. tempatkan satu telapak tangan pasien diatas dada

8. Rasakan gerakan napas dengan memegang tangan pasien atau dengan melihat

gerakan dada/ tangan yang naik turun. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekhalasi)

dihitung 1 frekuensi napas

9. Hitung frekuensi napas selama satu menit

10. informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.