Teori tanggul dan krib.DOC

50
Detail Desain dan SID Sungai Akedaga Hidrologi, Hidrolika & Desain BAB 5 ANALISIS DESAIN 5.1 UMUM Berdasarkan peta situasi sungai Akedaga dari hasil pengukuran serta kunjungan lapangan secara rinci, dapat diberikan gambaran permasalahan yang terjadi dan pemecahan masalah dengan konsep-konsep yang telah dijelaskan pada sebelumnya. Dalam pemecahan masalah yang dikemukakan mencakup penyelesaian dalam beberapa tahap, yaitu penyelesaian jangka pendek, penyelesaian jangka menengah, penyelesaian jangka panjang. Penyelesaian jangka pendek meliputi daerah-daerah kritis dan beresiko tinggi jika tidak dengan segera ditangani atau bahkan sudah menimbulkan kerugian. Penyelesaian jangka menengah meliputi daerah-daerah kritis yang diprediksi masih belum terlalu berpengaruh terhadap daerah pemukiman ataupun sarana dan prasarana lain. Penyelesaian jangka panjang disini mencakup penyelesaian pengaturan sungai Akedaga secara menyeluruh dan sistematis. 5.1.1 Analisa Stabilitas Dalam analisis desain, tinjauan utama yang dilakukan adalah analisa stabilitas. Sebelum analisa stabilitas perlu ditentukan gaya-gaya yang bekerja pada struktur, antara lain : a. Tekanan lumpur b. Tekanan tanah aktif dan pasif PT. ARSI WASTUADI V - CONSULTING ENGINEERS, ENVIRONMENTALIST, PLANNERS & ARCHITECTS 1

Transcript of Teori tanggul dan krib.DOC

BAB I

Detail Desain dan SID Sungai Akedaga

Hidrologi, Hidrolika & Desain

BAB 5

ANALISIS DESAIN5.1 UMUMBerdasarkan peta situasi sungai Akedaga dari hasil pengukuran serta kunjungan lapangan secara rinci, dapat diberikan gambaran permasalahan yang terjadi dan pemecahan masalah dengan konsep-konsep yang telah dijelaskan pada sebelumnya. Dalam pemecahan masalah yang dikemukakan mencakup penyelesaian dalam beberapa tahap, yaitu penyelesaian jangka pendek, penyelesaian jangka menengah, penyelesaian jangka panjang.Penyelesaian jangka pendek meliputi daerah-daerah kritis dan beresiko tinggi jika tidak dengan segera ditangani atau bahkan sudah menimbulkan kerugian. Penyelesaian jangka menengah meliputi daerah-daerah kritis yang diprediksi masih belum terlalu berpengaruh terhadap daerah pemukiman ataupun sarana dan prasarana lain. Penyelesaian jangka panjang disini mencakup penyelesaian pengaturan sungai Akedaga secara menyeluruh dan sistematis.5.1.1Analisa Stabilitas

Dalam analisis desain, tinjauan utama yang dilakukan adalah analisa stabilitas. Sebelum analisa stabilitas perlu ditentukan gaya-gaya yang bekerja pada struktur, antara lain :

a. Tekanan lumpur

b. Tekanan tanah aktif dan pasif

c. Tekanan hidrostatis

d. Tekanan hidrodinamis

e. Gaya berat struktur

Analisis stabilitas struktur yang akan dilakukan dalam pekerjaan ini meliputi beberapa tinjauan dan 4 kondisi (normal, normal dengan gempa, banjir dan banjir dengan gempa). Tinjauan analisa stabilitas struktur antara lain :

a. Stabilitas terhadap eksentrisitas

dimana :

e = eksentrisitas

(V = jumlah gaya vertikal

(MV = jumlah gaya vertikal

(MH = jumlah gaya vertikal

L = panjang dasar konstruksi

b. Stabilitas terhadap geser

dimana :

H =tekanan horisontal

V = tekanan vertikal

U = takanan uplift

( = koefisien gesek dalam

S = faktor keamanan

C =nilai kohesi

A = luas dasar struktur

Syarat aman kondisi normal SF ( 1,50

Syarat aman kondisi gempa SF ( 1,20

c. Stabilitas terhadap guling

dimana :

(MH =jumlah momen horisontal

(MV = jumlah momen vertikal

Syarat aman kondisi normal SF ( 1,50

Syarat aman kondisi gempa SF ( 1,20

d. Stabilitas terhadap daya dukung tanah

dimana :

(V =jumlah gaya vertikal

L = panjang pondasi

E=eksentrisitas

(=daya dukung tanah

=daya dukung ijin

e.Erosi Bawah Tanah / Rayapan ( Piping )

Bangunan-bangunan utama pengendali banjir harus ditinjau stabilitasnya terhadap bahaya piping dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave) atau rekahnya pangkal hilir bangunan. Metoda empiris yang digunakan dalam analisis ini antara lain adalah Metoda Lane. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

> Nilai banding rayapan LaneAdapun :

CL= Angka rembesan Lane

( Lv = Jumlah panjang vertikal ( m )

( LH = Jumlah panjang horisontal ( m )

H = Beda tinggi muka air ( m )

Tabel 5.1 Nilai Banding Rayapan Lane

KelasNilai Banding Rayapan Lane

Pasir sangat halus8,50

Pasir7,00

Pasir sedang6,00

Pasir kasar5,00

Kerikil halus4,00

Kerikil sedang3,50

Kerikil kasar termasuk batu pecah3,00

Batu pecah dengan sedikit kerikil2,50

5.1.2Desain KribKrib merupakan bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke arah tengah guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah :

Mengatur arah arus sungai

Mengurangi kecepatan arus sungai sepanjang tebing sungai, mempercepat sedimentasi dan menjaga keamanan tanggul atau tebing sungai terhadap gerusan.

Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai

Mengkonsentrasikan arus sungai dan memudahkan penyadapan.

Krib dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) :

Krib permeable (air dapat mengalir memalui krib, contoh : jenis tiang pancang, jenis rangka piramid dan jenis rangka kotak).

Krib impermeable (air sungai tidak dapat mengalir melalui tubuh krib, contoh : pasangan batu, beton, blok beton).

Krib semi-impermeable (mempunyai fungsi ganda, bagian yang padat terletak disebelah bawah dan berfungsi pula sebagai pondasi, sedangkan bagian atasnya merupakan konstruksi yang permeable disesuaikan dengan fungsi dan kondisi setempat).

Dari hasil pengamatan terhadap tinggi berbagai jenis krib yang telah dibangun dan berfungsi dengan baik hingga saat ini, diperoleh angka perbandingan antara tinggi krib dan kedalaman air banjir (angka h/H) sekitar 0,2 0,3. Sedangkan perbandingan panjang krib dan lebar sungai pada umumnya tidak lebih dari 10%, untuk jarak antar krib dapat ditabelkan sebagai berikut :Lokasi pembuatan krib di sungaiHubungan antara interval (D) dan panjang (l)

Bagian lurusD = (1,7 2,3) l

Bagian luarD = (1,4 1,8) l

Bagian dalamD = (2,8 3,6) l

Sudut sumbu krib dan arah aliran dapat ditabelkan sebagai berikut :

5.1.3Desain TanggulTanggul disepanjang sungai adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap genangan-genangan yang disebabkan oleh banjir dan badai. Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah, karena tanggul merupakan bangunan menerus yang sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya sangat besar. Kecuali tanah, kiranya amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk tanggul maka konstruksi lain dapat dilakukan. Tanah untuk urugan tanggul mempunyai syarat-syarat tertentu, baik kepadatan, porositas dan lain-lain. Tanggul dari urugan tanah merupakan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun, karena tanggul tanah sangat mudah menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya serta mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunan yang tidak rata.- Tinggi jagaan

adalah tinggi tambahan pada tanggul untuk menampung loncatan air dari permukaan sungai, ataupun penurunan dasar sungai. Standar tinggi jagaan tanggul dapat dilihat pada tabel berikut :

- Lebar mercu tanggul

- Bahan yang sangat cocok untuk pembangunan tanggul adalah tanah dengan karakteristik :

1.Dalam keadaan jenuh air mampu bertahan terhadap gejala gelincir dan longsor

2.Pada waktu banjir yang lama tidak rembes atau bocor

3.Penggalian, transportasi dan pemadatannya mudah

4.Tidak terjadi retak-retak yang membahayakan kestabilan tubuh tanggul

5.Bebas dari bahan-bahan organis, seperti akar, pohon-pohonan dan rumput.

Dari kriteria diatas maka tanah yang terdiri dari campuran pasir dan lempung dengan proporsi 1/3 bagian pasir dan 2/3 lempung merupakan bahan tanggul yang cukup memadai.

- Stabilitas lereng tanggul

Stabilitas lereng bidang tanggul dilakukan dengan metode bidang gelincir dengan rumus :

Dimana :

Fs = Faktor keamanan

W = Tegangan oleh gaya berat irisan vertikal per satuan lebar (t/m)

l = Panjang busur lingkaran gelincir irisan vertikal (m)

= Sudut antara setiap garis tengah irisan dengan bidang gelincir (derajat)

u = Tekanan air pori per satuan luas bidang gelincir (t/m2)

s = Kekuatan geser per satuan luas (t/m2)

= c + tan

= Kekuatan efektif tegak lurus bidang gelincir (t/m2)

c = Kohesi (t/m2)

= Sudut geser dalam (derajat)

5.2 PEKERJAAN JANGKA PENDEK

Pada pekerjaan jangka pendek ini dilakukan penanganan untuk perlindungan jembatan pada BM. 02 serta makam yang berada pada tikungan sebelah luar sungai pada patok P67A. Lokasi rencana perlindungan jembatan dimulai dari patok P61A sampai patok P75. Ada 2 pekerjaan yang dilakukan yaitu pelurusan (shortcut) dan pembangunan groundsill.

5.2.1Pelurusan (Shortcut)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya dalam penyelesaian jangka pendek ini adalah merupakan kebutuhan yang sangat mendesak yang harus segera ditanggulangi penanganannya.

Pekerjaan pelurusan yang dilakukan meliputi normalisasi sungai, pembuatan tanggul dan perlindungan tebing dari bronjong pada tempat-tempat tertentu yang dianggap kritis.

Dimensi sungai yang diluruskan :

- Debit banjir desain (Q25th)= 744,12 m3/dt- Lebar mercu tanggul= 4,0 m- Slope sungai=0,002755- Lebar dasar (b)= 70 m

- Tipe=trapezium kemiringan lereng 1:1

- Tinggi air banjir = 2,5 m

- Tinggi jagaan= 1,0 m

- Tanggul=Urugan Tanah

- Perlindungan tebing=Pasangan Bronjong (pada lokasi tertentu)

Gambar 5.2 Sketsa Potongan Melintang Normalisasi Sungai Akedaga

Analisa Stabilitas LerengStabilitas lereng bidang tanggul dilakukan dengan metode bidang gelincir dengan menggunakan program PSLOPE, tinjauan dilakukan 3 kondisi yaitu : kondisi setelah konstruksi (kosong), kondisi air normal, dan kondisi air banjir, hasilnya sebagai berikut :

Gambar 5.3 Hasil Analisa Stabilitas Kondisi Kosong

Gambar 5.4 Hasil Analisa Stabilitas Kondisi Air Normal

Gambar 5.5 Hasil Analisa Stabilitas Kondisi Air Banjir

5.2.2Groundsill

Untuk melindungi dasar sungai didekat jembatan agar tidak menggerus pondasi jembatan, maka perlu dibuat konstruksi ground sill di hilir jembatan.

Data desain :

- Panjang groundsill=15,0 m

- Konstruksi=Beton Cyclop K175- Dimensi=

- Panjang dilatasi belakang= 6,0 m (dari susunan bronjong)

- Perlindungan lereng sungai= Dari pasangan batuAnalisa stabilitas

Dalam perhitungan stabilitas groundsill yang diperhitungkan adalah :

- Kondisi debit sungai rendah, yaitu elevasi muka air normal

- Kondisi banjir rencana, yaitu pada saat terjadi air banjir diatas mercu groundsill

Gaya-gaya yang bekerja pada groudsill adalah :

- Gaya beban mati groundsill

- Tekanan air (horisontal dan vertikal)

- Tekanan tanah

Data yang ada :

Elevasi muka air normal

= 10,75Elevasi muka air banjir

= 12,50

Elevasi hilir

= 8,75

Elevasi M.A hilir saat banjir

= 10,50

I. Kondisi Debit Normal

# Jalur rembesan dan tekanan air (Lane)

Rumus yang digunakan adalah :

Px =H - DH

DH =lx/Cw

Cw =Lw/Hw

Dimana :

P =Tekanan air tanah dititik "x"

H=Beda elevasi mercu dan elevasi di titik "x"

DH =Perbandingan antara panjang ditik "x" dengan angka rembesan Lane

Cw =Angka rembesan Lane

Lw =Panjang rembesan Lane (Lv + 1/3 . Lh)

Hw =Beda tinggi elevasi muka air

Didapat :

Hw = 12,50 10,50 = 2,0 m

Lw = (5+1,5+1+1,25+2,25+1/3*(15-0,75)) = 15,75 m

Cw = 15,75 / 2,0 = 7,88 m > 7,00(dari Tabel 4.1, tanah jenis pasir) jadi konstruksi aman dari piping

Dan perhitungan tekanan air ditiap titik selanjutnya dilakukan dengan menggunakan tabel berikut :

# Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan

a. Tekanan Tanah

- Tekanan tanah aktif

Rumus yang digunakan :

Ea = . Ka . g . H2 - 2 . c . H . Ka0,5

Dimana :

Ea =Tekanan tanah

H1 =Tinggi bangunan yang tertekan tanah 1 =5 m

H2 =Tinggi bangunan yang tertekan tanah 2 =1 m

c =Kohesi tanah lempung pasiran

Jadi :

Ea1 =4,147t/m'

Ea2 =0,166t/m'

Gambar tekan tanah aktif

Gambar tekanan tanah pasif

- Tekanan tanah pasif

Rumus yang digunakan :

Ep = . Kp . g . H2 - 2 . c . H . Kp0,5

Dimana :

Ep = Tekanan tanah

H1 = Tinggi bangunan yang tertahan tanah 1 =

1,5m

H2 = Tinggi bangunan yang tertahan tanah 2 =

2,75m

Kp = 3

c = Kohesi tanah lempung pasiran

Jadi :

Ep1 =3,362t/m'

Ep2 =11,301t/m'

# Gaya berat groundsill

Titik berat :

x = Mx/ (G= 8,37 m

y = My/(G= 1,51 m

# Gaya berat air

Arah Horisontal

Resultante gaya horisontal

Y = Mh/Rh = 0,37 m

Resultante gaya vertikal

X = Mv/Rv = 8,34 m

#. Kontrol stabilitas

Eksentrisitas :

e = L/2 - M/Rv < 1/6 . L

Dimana :

L = 15,00 m

Rv = -40,11 ton

M =-338,16 t/m

Sehingga :

e =0,93< dari2,50Oke !!!

Terhadap gelincir

Sr = f . Rv/Rh > 1,50

Dimana :

f =faktor gesekan=0,50

Jadi :

Sr =1,94> dari 1,50 Oke !!!

Terhadap guling

Sg = Mv/Mh > 1,5

Jadi :

Sg = 87,52 > dari 1,50 Oke !!!

Tekanan tanah

= Rv/L . (1 +- (6 . e)/L)

Jadi :

maks =3,67 t/m2

min =1,68 t/m2

II. Kondisi Debit Rendah (Normal) Dengan Gempa

Gaya gempa dapat diuraikan arahnya atas komponen horisontal & vertikal. Komponen gaya horisontal relatif lebih besar dan berpengaruh terhadap kestabilan konstruksi groundsill dibandingkan dengan gaya vertikal yang bekerja terhadap tubuh groundsill.

Rumus yang digunakan :

He = E . SG

E = ad/g

ad = z . ac . v

Dimana :

He = Gaya yang diakibatkan oleh gempa

g = Grafitasi bumi

=980cm/dt2

z = Zona gempa

=1,80

ac = Basic seismic acceleration

=124,97cm/dt2

v = Faktor koreksi dari tipe tanah

=1,10(alluvium)

SG = Gaya berat bendung

= 82,97 ton

ly = Panjang lengan SG

= 1,57 m

Jadi :

ad = 247,4406 cm/dt2

E = 0,252490408

He = 20,95 ton

Mtab = 31,62 t/m

Sehingga momen yang terjadi sekarang menjadi :

Mt =M Mtab t/m

Mt =-306,54t/m

#. Kontrol stabilitas

Eksentrisitas :

e = L/2 - M/Rv < 1/6 . L

Dimana :

L = 15,00 m Rv = -40,11 ton

M = -306,54 t/m

Sehingga :

e = 0,14 < dari 2,50Oke !!!

Terhadap gelincir

Sr = f . Rv/Rh > 1,25

Dimana :

f = faktor gesekan = 0,50

Jadi :

Sr = 1,89 > dari 1,25Oke !!!

Terhadap guling

Sg = Mv/Mh > 1.5

Jadi :

Sg = 9,43 > dari 1,25Oke !!!

Tekanan tanah

= Rv/L . (1 +- (6 . e)/L)

maks =2,83t/m2

min =2,52t/m2

III. Kondisi Debit Banjir tanpa Gempa

Data yang ada :

Elevasi muka air banjir hulu

= 12,50

Elevasi M.A hilir saat banjir

= 10,50

# Jalur rembesan dan tekanan air (Lane)

Rumus yang digunakan adalah :

Px =H - DH

DH =lx/Cw

Cw =Lw/Hw

Dimana :

P =Tekanan air tanah dititik "x"

H=Beda elevasi mercu dan elevasi di titik "x"

DH =Perbandingan antara panjang ditik "x" dengan angka rembesan Lane

Cw =Angka rembesan Lane

Lw =Panjang rembesan Lane (Lv + 1/3 . Lh)

Hw =Beda tinggi elevasi muka air

Didapat :

Hw = 12,50 10,50 = 2,0 m

Lw = (5+1,5+1+1,25+2,25+1/3*(15-0,75)) = 15,75 m

Cw = 15,75 / 2,0 = 7,88 m > 7,00(dari Tabel 4.1, tanah jenis pasir) jadi konstruksi aman dari pipingDan perhitungan tekanan air ditiap titik selanjutnya dilakukan dengan menggunakan tabel berikut :

# Gaya-gaya yang bekerja pada bangunan

a. Tekanan Tanah

- Tekanan tanah aktif

Rumus yang digunakan :

Ea = . Ka . g . H2 - 2 . c . H . Ka0,5

Dimana :

Ea =Tekanan tanah

H1 =Tinggi bangunan yang tertekan tanah 1 =5 m

H2 =Tinggi bangunan yang tertekan tanah 2 =1 m

c =Kohesi tanah lempung pasiran

Jadi :

Ea1 =4,147t/m'

Ea2 =0,166t/m'

Gambar tekan tanah aktif

Gambar tekanan tanah pasif

- Tekanan tanah pasif

Rumus yang digunakan :

Ep = . Kp . g . H2 - 2 . c . H . Kp0,5

Dimana :

Ep = Tekanan tanah

H1 = Tinggi bangunan yang tertahan tanah 1 =

1,5m

H2 = Tinggi bangunan yang tertahan tanah 2 =

2,75m

Kp = 3

c = Kohesi tanah lempung pasiran

Jadi :

Ep1 =3,362t/m'

Ep2 =11,301t/m'

# Gaya berat groundsill

Titik berat :

x = Mx/ (G= 8,37 m

y = My/(G= 1,51 m

# Gaya berat air

Arah Vertikal

Resultante gaya horisontal

Y = Mh/Rh = 0,37 m

Resultante gaya vertikal

X = Mv/Rv = 8,40 m

#. Kontrol stabilitas

Eksentrisitas :

e = L/2 - M/Rv < 1/6 x L

Dimana :

L = 15,00 m

Rv = -36,47 ton

M =-310,24 t/m

Sehingga :

e =1,01< dari2,50Oke !!!

Terhadap gelincir

Sr = f x Rv/Rh > 1,50

Dimana :

f =faktor gesekan=0,50

Jadi :

Sr =1,76> dari 1,50 Oke !!!

Terhadap guling

Sg = Mv/Mh > 1,5

Jadi :

Sg = 80,21 > dari 1,50 Oke !!!

Tekanan tanah

= Rv/L x (1 +- (6 x e)/L)

Jadi :

maks =3,41 t/m2

min =1,45 t/m2

IV. Kondisi Debit Banjir Dengan Gempa

Gaya gempa dapat diuraikan arahnya atas komponen horisontal & vertikal. Komponen gaya horisontal relatif lebih besar dan berpengaruh terhadap kestabilan konstruksi groundsill dibandingkan dengan gaya vertikal yang bekerja terhadap tubuh groundsill.

Rumus yang digunakan :

He = E x SG

E = ad/g

ad = z x ac x v

Dimana :

He = Gaya yang diakibatkan oleh gempa

g = Grafitasi bumi

=980cm/dt2

z = Zona gempa

=1,80

ac = Basic seismic acceleration

=124,97cm/dt2

v = Faktor koreksi dari tipe tanah

=1,10(alluvium)

SG = Gaya berat bendung

= 82,97 ton

ly = Panjang lengan SG

= 1,51 m

Jadi :

ad

= 247,4406 cm/dt2

E

= 0,252490408

He = 20,95 ton

Mtab= 31,62 t/m

Sehingga momen yang terjadi sekarang menjadi :

Mt =M Mtab t/m

Mt =-278,62t/m

#. Kontrol stabilitas

Eksentrisitas :

e = L/2 - M/Rv < 1/6 . L

Dimana :

L =15,00 m Rv = -36,47 ton

M = -278,62 t/m

Sehingga :

e = 0,14 < dari 2,50Oke !!!

Terhadap gelincir

Sr = f x Rv/Rh > 1,25

Dimana :

f = faktor gesekan = 0,50

Jadi :

Sr = 1,72 > dari 1,25Oke !!!

Terhadap guling

Sg = Mv/Mh > 1.5

Jadi :

Sg = 8,65 > dari 1,25Oke !!!

Tekanan tanah

= Rv/L x (1 +- (6 x e)/L)

maks =2,57t/m2

min =2,30t/m2

5.2.3Krib

Untuk melindungi tebing sungai pada tikungan luar akhir dari pelurusan sungai dibuat krib dengan desain sebagai berikut.Data :

Lebar rerata sungai (L)= 50,0 m

Tinggi air banjir (H)= 2,5 m

Maka desain krib dapat direncanakan sebagai berikut :

- Tinggi krib= 0,2 . H s/d 0,3 . H = 0,5 s/d 0,75 m

- Panjang krib (p)= 0,02 . L s/d 0,10 . L = 1,0 s/d 5,0 m

- Jarak antar krib= 1,4 . p s/d 1,8 . p= 5,0 s/d 9,0 m

- Konstruksi krib= Dari susunan bronjong

Gambar situasi desain, potongan memanjang dan melintang, dapat dilihat pada lampiran.

5.3 PEKERJAAN JANGKA MENENGAH

Didalam perencanaan pekerjaan yang masuk kategori jangka menengah terdapat 6 (enam) kegiatan, antara lain :5.3.1 Normalisasi dan Perlindungan Tebing Pada Patok P99A Sampai P103 (Pekerjaan Jangka Menengah 1)A. Normalisasi

Untuk normalisasi dilakukan di muara anak sungai Tukur-tukur, hal ini disebabkan kondisi saat ini muara anak sungai arah alirannya menuju / berlawanan dengan arah aliran sungai Akedaga. Sehingga pada saat terjadi banjir air sungai Tukur-tukur tidak lancar mengalir ke sungai Akedaga bahkan terjadi efek pembendungan menyebabkan lahan sawah di SP V tergenang. Normalisasi yang dilakukan dengan mengarahkan aliran sungai Tukur-tukur sejajar dengan aliran sungai Akedaga.

Data desain :

- Lebar dasar (b)=36,0 m- Slope= 0,00462- Tipe=Trapesium dengan kemiringan lereng 1:1

- Tanggul=Timbunan tanah

B. Normalisasi & Krib

Normalisasi dan perlindungan tebing dilakukan pada Patok P102 sampai P103, ini dilakukan karena jika ini dibiarkan akan membahayakan saluran primer kanan dodaga yang jaraknya sekarang sudah menjadi ( 21 m dari tebing sungai. Pada tikungan dalam dilakukan pengerukan (normalisasi) dan tikungan luar dibuatkan krib-krib dengan desain sebagai berikut :

- Tinggi krib= 0,5 s/d 0,75 m

- Panjang krib=1,0 s/d 4,0 m

- Jarak antar krib=5,0 s/d 7,0 m

- Konstruksi krib=Dari susunan bronjong

Gambar 5.10 Situasi dan Detail Pemasangan Krib pada Patok P102 P103

5.3.2 Pelurusan Sungai dan Perlindungan Tebing Pada Patok P75A Sampai P91A (Pekerjaan Jangka Menengah 2)Perlindungan jalan poros menuju SPV dan SPVI, pekerjaan yang dilakukan dengan meluruskan sungai (short cut) pada patok P75A sampai P91A. Pada kondisi banjir besar air sungai Akedaga sebagian masuk ke sungai mati dan melintasi jalan poros yang menuju SPV sehingga jalan tergenang dan tidak dapat berfungsi.

Data desain :

- Debit banjir desain (Q25th)= 744,12 m3/dt

- Slope sungai=0,002755- Lebar dasar (b)= 70 m

- Tipe=trapezium kemiringan lereng 1:1

- Tinggi air banjir = 2,5 m

- Tinggi jagaan= 1,0 m

- Tanggul=Urugan Tanah

- Perlindungan tebing=Pasangan Bronjong (pada lokasi tertentu)

Gambar 5.11 Tahapan Jangka Menengah 2 : Pelurusan Sungai dan

Perlindungan Tebing Pada Patok P75 Sampai P92

5.3.3 Normalisasi, Pelurusan Sungai, dan Tanggul Pada Patok P44A Sampai P61A (Pekerjaan Jangka Menengah 3)Perlindungan jalan poros menuju Desa Dodaga, lokasi pada patok P44A sampai patok P61A. Tebing pada daerah ini tergerus karena pada posisi tikungan luar sungai, secara lambat tapi pasti jika ini dibiarkan akan membahayakan jalan poros menuju Desa Dodaga. Pekerjaan yang dilakukan adalah pelurusan sungai, normalisasi dan membuat tanggul, data dimensinya sebagai berikut :

Data desain :

- Debit banjir desain (Q25th)= 744,12 m3/dt

- Slope sungai=0,003403 - Lebar dasar (b)= 50 m

- Tipe=trapezium kemiringan lereng 1:1

- Tinggi air banjir = 2,5 m

- Tinggi jagaan= 1,0 m

- Tanggul=Urugan Tanah

- Perlindungan tebing=Pasangan Bronjong (pada lokasi tertentu)

Gambar 5.12 Tahapan Jangka Menengah 3 : Normalisasi, Pelurusan Sungai dan Tanggul Pada Patok P44A Sampai P61A

Gambar 5.12 Tahapan Jangka Menengah 3 :Normalisasi, Pelurusan Sungai dan Tanggul Pada Patok P44A Sampai P61A (Lanjutan)

5.3.4 Pelurusan Sungai dan Perlindungan Tebing Pada Patok P23 Sampai P44A (Jangka Menengah 4)Pembuatan pelurusan sungai (shortcut) pada patok P23 sampai P44A, kondisi sungai bermeander sangat parah sehingga banyak kebun masyarakat yang sudah hanyut. Air sungai tidak dapat mengalir dengan lancar karena tertahan oleh angkutan sediment dan longsoran dari tebing sungai.

Data desain :

- Debit banjir desain (Q25th)= 744,12 m3/dt

- Slope sungai=0,002659- Lebar dasar (b)= 40 m

- Tipe=trapezium kemiringan lereng 1:1

- Tinggi air banjir = 2,75 m

- Tinggi jagaan= 1,0 m

- Tanggul=Urugan Tanah

- Perlindungan tebing=Pasangan Bronjong (pada lokasi tertentu)

Gambar 5.13 Tahapan Jangka Menengah 4 : Pelurusan Sungai dan

Perlindungan Tebing Pada Patok P23 Sampai P44A

5.3.5 Pelurusan Sungai dan Perlindungan Tebing Pada Patok P15A Sampai P23 (Jangka Menengah 5)Pembuatan pelurusan sungai (shortcut) pada patok P15A sampai P23, kondisi sungai bermeander sangat parah sehingga banyak kebun masyarakat yang sudah hanyut. Air sungai tidak dapat mengalir dengan lancar karena tertahan oleh angkutan sediment dan longsoran dari tebing sungai.

Data desain :

- Debit banjir desain (Q25th)= 744,12 m3/dt

- Slope sungai=0,002659- Lebar dasar (b)= 40 m

- Tipe=trapezium kemiringan lereng 1:1

- Tinggi air banjir = 2,75 m

- Tinggi jagaan= 1,0 m

- Tanggul=Urugan Tanah

- Perlindungan tebing=Pasangan Bronjong (pada lokasi tertentu)

Gambar 5.14 Tahapan Jangka Menengah 5 : Pelurusan Sungai dan

Perlindungan Tebing Pada Patok P15A Sampai P20A

5.3.6 Normalisasi dan Perlindungan Tebing Pada Patok P3 Sampai P11A (Pekerjaan Jangka Menengah 6)Perlindungan makam dan tambatan perahu di Desa Dodaga, lokasi pada patok P3 sampai patok P11A. Tebing pada daerah ini tergerus karena pada posisi tikungan luar sungai, jarak tebing sungai dengan makam masyarakat Dodaga sudah mencapai 1,5 m jika ini dibiarkan makam tersebut akan hanyut ke sungai. Pekerjaan yang dilakukan adalah dengan normalisasi, pelurusan dan perlindungan tebing dengan pasangan bronjong.Data desain :

- Debit banjir desain (Q25th)= 744,12 m3/dt

- Slope sungai=0,000852- Lebar dasar (b)= 50 m

- Tipe=trapezium kemiringan lereng 1:1

- Tinggi air banjir = 2,5 m

- Tinggi jagaan= 1,0 m

- Tanggul=Urugan Tanah

- Perlindungan tebing=Pasangan Bronjong (pada lokasi tertentu)

Gambar 5.15 Tahapan Jangka Menengah 6 : Normalisasi, Pelurusan

dan Perlindungan Tebing Pada Patok P3 Sampai P12

5.4 TAHAPAN JANGKA PANJANG

Tahapan jangka panjang adalah penyelesaian yang dirasa kurang mendesak dan bisa dibangun jika dirasakan sudah layak dari segi ekonomi. Pekerjaan yang diusulkan adalah :

5.4.1 Bendungan Akedaga

Karena kondisi DAS sungai Akedaga yang berbentuk seperti daun dengan bahan material dasar pasir serta kerikil mengakibatkan sungai mudah sekali berpindah-pindah (meander). Untuk menangani secara tuntas pada masalah ini maka diusulkan pembangunan bendungan di hulu bendung sungai Akedaga dengan jarak 1 km. Sungai Akedaga mempunyai potensi tampungan yang cukup besar 15,0 juta m3 dengan tinggi rencana bendungan 17 m dan bentang 1250 m. Bendungan ini selain sebagai pencegahan banjir dapat pula dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA) skala minihidro. Gambaran tampungan pada DAS sungai Akedaga dapat dilihat pada gambar berikut (Sumber Peta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung 1980).

Gambar 4.15 Rencana Pekerjaan Jangka Panjang Sungai Akedaga

5.4.2 Normalisasi Muara

Pada daerah muara diusulkan pekerjaan normalisasi berupa pelebaran dan pengerukan, perlindungan tebing sungai pada muara sungai. Pekerjaan ini selain memperlancar arus lalu lintas air juga akan menggairahkan produksi perikanan yang selama ini belum ada penanganannya.

Gambar 5.16 Tahapan Jangka Panjang 2 : Normalisasi Muara Sungai Akedaga

Pelurusan

Pelurusan sungai

Pelurusan sungai

Pelurusan (Shortcut)

Tanggul

Pelurusan (Shortcut)

Pelurusan (Shortcut)

Nomalisasi sungai

1:1

1:1

Krib

Gambar 5.1 Tahapan Pekerjaan Jangka Pendek

Groundsill

Pelurusan (Shortcut)

1

2

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Alur Sungai Akedaga

Daerah Genangan

Lokasi site Bendungan

Normalisasi

Normalisasi

Krib & Normalisasi

Gambar 5.9 Tahapan Jangka Menengah 1 : Normalisasi dan Perlindungan Tebing Pada Patok P99A Sampai P103

EMBED AutoCAD.Drawing.16

EMBED AutoCAD.Drawing.16

70,0 m

4,0 m

EMBED AutoCAD.Drawing.16

Gambar 5.7 Peta Zone Seismik Indonesia

Gambar 5.6 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Groundsill

2,5 m

1,0 m

4,0 m

PAGE 1PT. ARSI WASTUADIV -

CONSULTING ENGINEERS, ENVIRONMENTALIST, PLANNERS & ARCHITECTS

_1189514304.unknown

_1190620591.dwg

_1190620678.dwg

_1189514332.unknown

_1190620486.dwg

_1189513330.unknown

_1189513879.unknown

_1189504227.unknown

_1060435936.unknown