TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

16
Mata Kuliah KEBIJAKAN PUBLIK Dosen : DR. Muh Nursadik TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI. Oleh : Nyoman Rudana NPM 08.D.040 17 Nopember 2008 Magister Administrasi Publik Manajemen Pembangunan Daerah STIA LAN Jakarta

Transcript of TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

Page 1: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

Mata Kuliah

KEBIJAKAN PUBLIK

Dosen : DR. Muh Nursadik

TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN PADA INSTITUSI

DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

Oleh :

Nyoman Rudana NPM 08.D.040

17 Nopember 2008

Magister Administrasi PublikManajemen Pembangunan DaerahSTIA LAN Jakarta

Page 2: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

DAFTAR ISI Halaman

I. PENDAHULUAN 2

II. PERMASALAHAN 5

III. LANDASAN TEORI 5

IV. PEMBAHASAN 8

V. KESIMPULAN DAN SARAN 11

VI. KEPUSTAKAAN 12

1

Page 3: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN

DAERAH ( DPD ) RI.

I. PENDAHULUAN

Makalah ini membahas mengenai proses perumusan kebijakan yang berjalan di

dalam Dewan Perwakilan Daerah ( DPD RI )., dikaitkan dengan teori yang ada dalam

Analisa Kebijakan Publik. Untuk itu diperlukan sedikit pemahaman mengenai apa

dan bagaimana DPD RI dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga legislatif

baru di Indonesia.

Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) adalah sebuah lembaga

yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Para Anggota DPD RI tersebut terdiri

atas wakil-wakil daerah propinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.Anggota DPD-

Ri periode 2004 – 2009 adalah individu yang independen dan bukan merupakan

anggota dari partai politik. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPD RI disebutkan bahwa DPD RI dapat

mengajukan kepada DPR RI rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran

daerah, dan sumber daya ekonomi lain serta yang berkaitan dengan perimbangan

keuangan pusat dan daerah. Penugasan konstitusi ini menunjukkan bahwa DPD RI

berkewajiban untuk merancang pembangunan daerah dalam kerangka

pembangunan nasional.

Fungsi, tugas dan wewenang DPD RI sebagaimana tercantum dalam pasal 22D

UUD 1945 adalah :

1. DPD dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang – undang yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan

keuangan pusat dan daerah. Ini merupakan fungsi legislasi dari DPD RI.

2

Page 4: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

2. DPD ikut membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan

pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah;

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan

kepada DPR atas RAPBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan

agama. Ini merupakan fungsi pertimbangan dari DPD RI.

3. DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai : otonomi

daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabngan daerah, hubungan pusat

dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,

pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan dan agama, serta menyampaikan hasil

pengawasannya itu kepada DPR sebagai bahan pertimbangan untuk

ditindaklanjuti. Ini merupakan fungsi pengawasan dari DPD RI.

4. Anggota DPD dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat – syarat dan tata

caranya diatur dalam UU.

Terkait dengan fungsi, tugas dan wewenangnya tersebut, ada beberapa argumen

rasional yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai betapa pentingnya

keberadaan DPD sebagai representasi daerah di tingkat pusat, yaitu :

1. Agar keterkaitan antara keterwakilan penduduk dengan daerah dan adanya

penyebaran penduduk indonesia yang tidak merata dis etiap wilayah dimana

saat ini 60% penduduk tinggal di sekitar 10% wilayah Indonesia, tercerminkan

dalam sistem perwakilan dan proses legislasi.

2. Dalam rangka mewujudkan mekanisme checks and balances. Mekanisme ini

dianut oleh negara yang demokratis untuk menghindari diri dari dominiasi salah

satu lembaga dalam pembuatan perundang undangan, sehingga undang –

undang yang dihasilkan oleh lembaga legislatur menjadi lebih baik dan mengacu

kepada kepentingan rakyat yang diwakilinya, bukan pada kepentingan

kelompok.

3

Page 5: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

3. Adanya keadilan dalam kebijakan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa

secara berkesinambungan. Jika representasi politik hanya diwakili oleh DPR – RI,

dapat dipastikan arah pembangunan hanya memusat di pulau Jawa atau hanya

untuk kepentingan politik atau kalangan tertentu, mengingat bahwa anggota

DPR merupakan anggota partai politik dan itu sudah terbukti dengan banyaknya

kasus korupsi oleh anggota DPR – Ri yang terbongkar saat ini.

DPD Ri mempunyai empat Panitia Ad Hoc ( PAH ) dengan ruang lingkup yang

berbeda – beda dimana PAH I membidangi otonomi daerah; bhubungan pusat dan

daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah. PAH II membidangi

pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya. PAH III

membidangi pendidikan dan aggama. Sedangkan PAH IV membidangi RAPBN,

perimbangan keuangan pusat dan daerah, memberikan pertimbangan hasil

pemeriksaan keuangan negara dan pemilihan anggota BPK serta pajak.

Sehubungan dengan fungsinya sebagai wakil rakyat dari daerah, yang dipilih, dan

sebagai alat artikulasi kepentingan daerah, maka penyerapan aspirasi merupakan

kegitan anggota DPD RI yang terpenting. Dalam pelaksanaannya, penyerapan

aspirasi masyarakat bisa dilakukan dalam dua bentuk, secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dilakukan dalam berbagai kegiatan di daerah melalui

dialog tatap muka, seminar, atau lokakarya., yang dilakukan saat kunjungan kerja,

baik pada masa sidag maupun masa reses. Intinya adalah untuk menyerap,

menghimpun, dan menampung aspirasi masyarakat daerah.

Sedangkan penyerapan aspirasi secara tidak langsung dilakukan melalui konsultasi

dengan DPRD / Pemda. DPD RI menampung aspirasi yang sudah disalurkan ke

DPRD / Pemda. Mekanisme ini dapat dilakukan setiap saat dan tidak perlu

menunggu reses atau kunjungan kerja.

Aspirasi masyarakat sebagai sumber input ibnilah yang menjadi bahan

pertimbangan utama bagi DPD – RI dalam penyusunan kebijakannya, dan hal ini

dijelaskan cukup mendetil di makalah ini.

4

Page 6: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

II. PERMASALAHAN

Dari sembilan Model Analisa Kebijakan yang ada, yaitu Institusional, Proses, Group,

Elite, Rasional, Incremental, Game Theory, Teori Pilihan Publik dan Teori Sistem,

maka Teori Sistemlah yang paling sesuai dengan proses pengambilan kebijakan

dalam ruang lingkup DPD – RI. Di sini DPD – RI menyerap aspirasi publik baik secara

langsung maupun tidak langsung sebagaimana sudah dijelaskan di atas dan

aspirasi inilah yang dipergunakan sebagai referensi dan masukan utama dalam

pembahasan internal maupun eksternal ( dengan meminta pendapat lintas sektoral

dari institusi lain terkait materi yang sedang dibahas ). Outputnya berupa Ketetapan

DPD-RI yang kemudian dikirimkan ke DPD – Ri sebagai salah satu bahan

pertimbangan dalam pembuatan Undang - Undang.

III. LANDASAN TEORI

Prinsip dasar Teori Sistem cukup sederhana, yaitu masyarakat saling tergantung

satu sama lain sama seprti organisme dalam biologi. Kelangsungan suatu sistem

tergantung dari pertukaran masukan ( input ) dan keluarannya ( output ) dengan

lingkungannya. Setiap sistem terbagi dalam sejumlah variabel subsistem, dimana

tiap subsistem terdiri dari tatanan subsistem yang lebih kecil. Teori Sistem dalam

ilmu politik dikembangkan oleh politisi David Easton pada tahun 1953, dengan

penyederhaan model sebagai berikut :

5

Page 7: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

Model adalah rancangan struktur dalam bentuk kecil yang dapat diperbanyak dan

dikembangkan yang merupakan penyederhanaan suatu sistem, Model seringkali

dipergunakan untuk mempelajari sistem. Input atau masukan adalah kekuatan yang

diperoleh dari lingkungan yang mempengaruhi sistem politik. Lingkungan

( environment ) adalah semua kondisi atau keadaan yang dianggap sebagai

eksternalitas terhadap lingkup sistem politik. Sistem politik adalah kelompok dari

struktur dan proses yang saling berkaitan yang memnpunyai kewenangan dalam

mengalokasikan nilai – nilai untuk suatu kelompok masyarakat. Output atau

keluaran adalah alokasi nilai yang otoritatif dari suatu sistem, yang merupakan

kebijakan publik. Teori Sistem ini menggambarkan kebijakan publik sebagai suatu

output dari sistem politik. Konsep Sistem di sini menunjukkan adanya serangkaian

institusi dan aktivitas dalam masyarakat yang dapat diidentifikasi yang berfungsi

mentransformasi permintaan ( demand ) kedalam keputusan otoritatif yang

memerlukan dukungan ( support ) dari keseluruhan masyarakat. Konsep sistem

juga menunjukkan bahwa elemen dalam sistem saling terkait, bahwa sistem dapat

merespon terhadap kekuatan di dalam lingkungannya untuk menjaga

keberlangsungan sistem itu sendiri. Permintaan terjadi manakala individu atau

kelompok merespon terhadap jkondisi lingkungan yang nyata atau dianggap nyata,

untuk mempengaruhi kebijakan publik. Dukungan ( support ) ada manakala

individual atau kelompok menerima outcome dari pemilihan, menaati hukum,

membayar pajak, dans ecara umum setuju terhadap keputusan politik. Jadi sistem

akan bisa berlangsung terus manakala ia :

6

Page 8: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

1. menghasilkan output yang memuaskan

2. berakar dalam terhadap sistem itu sendiri

3. menggunakan atau mengancam untuk menggunakan kekuatannya terhadap

masyarakat.

Nilai dari Model untuk analisa kebijakan terletak pada pertanyaan seperti di bawah

ini :

1. Apa dimensi signifikan dari lingkungan yang menghasilkan permintaan terhadap

suatu sistem politik

2. Apa karakteristik signifikan dari sistem politik yang membuatnya mampu

mentransformasi permintaan ke dalam kebijakan publik dan mempertahankan

keberlangsungannya dari waktu ke waktu.

3. Bagaimana input dari lingkungan mempengaruhi karakter suatu sistem politik

4. Bagaimana karakteristik sistem politik mempengaruhi isi kebijakan publik

5. Bagaimana input lingkungan mempengaruhi isi kebijakan publik

6. Bagaimana kebijakan publik mempengaruhi lingkunfgan dan karakter dari

sistem politik melalui umpan balik

7

Page 9: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

IV. PEMBAHASAN

Mengingat luasnya ruang lingkup dari DPD – Ri, maka pada makalah ini,

pembahasan dipersempit dengan mengambil contoh proses pembuatan kebijakan

yang ada di PAH IV, dimana penulis terlibat langsung di dalamnya.

Sesuai dengan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan

dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, kedudukan dan

wewenang DPD RI adalah sebagai berikut:

1) Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI)

memberikan pertimbangan kepada DPR RI atas Rancangan Undang - Undang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) dan Rancangan Undang

- Undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

PAH IV DPD-RI

PEMDA & DPRD

MENTERI

(3) RapatKerja

PAKAR( ekonomi, moneter, pemda)

(4) RDPU

(5) Rapat PlenoPAH IV

Laporan PAH IV

Keputusan DPD-RI

(6) Sidang Paripurna DPD-RI

DPR -RI

(2) kunjungan kerja

Rakyat, LSM, Tokoh Masyarakat

(1) Jaring aspirasi

OUTPUT

INPUT

8

Page 10: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan

dalam bentuk tertulis sebelum memasuki tahapan pembahasan antara DPR RI

dan Pemerintah.

3) Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 menjadi bahan

bagi DPR RI dalam melakukan pembahasan dengan Pemerintah.

PAH IV DPD – RI melakukan kunjungan ke daerah dan bertemu dengan rakyat baik

secara langsung maupun pertemuan dengan tokoh masyarakat dan LSM setempat

melalui pertemuan jaring aspirasi, serta pertemuan dengan legislatif dan eksekutif

di daerah. Sambil menindak- lanjuti temuan BPK, team ini juga meminta masukan

dari pemda dan DPRD setempat mengenai hal – hal yang hendak diperjuangkan di

pusat. Masukan dari mereka menjadi input bagi DPD – RI. Aspirasi masyarakat

kemudian dipilah ke dalam tingkat prioritas persoalan, mulai dari yang paling urgen

yang harus segera ditindaklanjuti melalui mekanisme konstitusional, sampai

dengan hal hal yang lebih sekunder. Aspirasi masyarakat dari setiap daerah ini

beragam, dan dari sini, anggota DPD RI dapat melihat kebutuhan mana yang bisa

dikelola secara sinergis. Sinergisitas ini tidak hanya dilakukan antar daerah

melainkan juga antara daerah dengan pusat / nasional.

PAH IV DPD-RI kemudian mengadakan rapat kerja dengan beberapa menteri yang

bidangnya menjadi fokus perhatian DPD-RI, yatu : Menteri Keuangan, Menteri

Kesehatan, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Pertanian, Menteri PU, Menteri

ESDM dan lain sebagainya, dimana mereka masing – masing memberikan paparan

mengenai bidang tugasnya masing – masing terutama terkait dengan program,

anggaran yang diperlukan dan prioritas anggaran departemen.

Setelah melalui berbagai rapat, maka PAH IV DPD RI sampai kepada suatu

kesimpulan yang dituangkan ke dalam Laporan Hasil Pembahasan Panitia ad Hoc IV

DPD – RI. Untuk selanjutnya, Keputusan PAH IV tersebut dirapatkan kembali pada

Sidang Paripurna DPD – RI, dimana dalam sidang tersebut ada beberapa usulan dari

anggota DPD RI yang berasal dari PAH I,II dan III. Hal ini menyebabkan beberapa

asumsi tersebut dirumuskan kembali, disempurnakan dan diputuskan dalam

Sidang Paripurna DPD RI yang menghasilkan Keputusan DPD- RI yang ditanda

tangani oleh Ketua DPD- RI Prof. DR. Ir. H. Ginandjar Kartasasmita, serta Wakil

9

Page 11: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

Ketua DPD-RI Bpk. H. Irman Gusman, SE, MBA dan Bpk. La Ode Ida. Keputusan DPD

– Ri ini merupakan yang merupakan output, sedangkan yang merupajkan sistem

politik adalah keseluruhan rangkaian proses pembahasan yang dilakukan oleh DPD

Ri sampai akhirnya dapat dirumuskan menjadi keputusan DPD-RI.

Bila pembahasan ini diperluas lagi, maka output dari DPD- RI merupakan input bagi

DPR – RI. Hubungan antara DPD RI, dengan DPR dan selanjutnya dengan

pemerintah suatu proses yang terkait dengan Teori Institusional, yang

menjelaskan hubungan antara Badan legislatif, eksekutif ( pemerintah ) dan

yudikatif. Bagan di bawah ini mengambil contoh proses pembahasan RUU UU

APBN-P 2008. Namun pembahasan kali ini difokuskan kepada proses pembuatan

kebijakan di internal DPD- RI.

Pada bagan ini terlihat bahwa Pemerintah melalui Presiden mengajukan RAPBN-P

2008 kepada DPR untuk dibahas lebih lanjut, yang mana hal ini kemudian berubah

menjadi RAPBN-P karena berubahnya beberapa indikator ekonomi. Kemudian DPR-

RI meminta pertimbangan DPD RI sebagai wakil daerah, untuk melakukan review

terhadap RAPBN-P 2008 ini.

(7) Pengajuan Pertimbangan atas RAPBN-P( dg KEPUTUSANDPD-RI)

DPR-RIDPD-RI

(8) Pengajuan UU APBN-P

BAPPENASDEPT

KEUANGAN

(1) PengarahanAnggaran

(2) Usulan Anggaran

(3) PerkiraanPagu Anggaran

(9)Pengesahan

UU APBN-P

(10) Pengesahan DIP

PRESIDEN

(4) PengajuanRAPBN-P

DEPT. TEKNIS

10

Page 12: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

Di sini dapat terlihat bahwa output dari DPD RI tidak dapat langsung menjadi

memberikan umpan balik bagi masyarakat sehingga tidak dapat menjadi bahan

bagi input selanjutnya dalam lingkup Teori Sistem. Umpan balik dilakukan langsung

oleh masyarakat dan / atau pemda dan DPRD melalui proses dialog antara mereka

dengan anggota DPD – Ri pada saat kunjungan kerja. Selain itu Keputusan DPD – RI

ini sifatnya merupakan pertimbangan bagi DPR – RI dalam merumuskan Undang

Undang, sehingga bukan merupakan suatu kebijakan yang implementasinya berdiri

sendiri.

Sudah sepantasnya anggota DPD RI dapat membawa amanat rakyat sampai

menjadi UU yang nantinya bermanfaat langsung untuk kepentingan daerah. Namun

pada kenyataannya, anggota DPD-RI mempunyai kewenangan yang sangat terbatas

dalam menggolkan RUU menjadi UU dimana DPD RI hanya diminta

pertimbangannya saja, dan hanya ikut serta dalam rapat pertama pembahasan RUU

dengan DPR, namun untuk selanjutnya, DPD – RI tidak ikut dalam mengawal RUU

yang diusulkan atau dibahasnya bersama DPR sampai tahap pengesahan UU. Oleh

sebab itu, bila dikaitkan kembali dengan Model – Model Analisa Kebijakan, maka

Teori Institusional pun tidak sepenuhnya berlaku berlaku di sini.

V, KESIMPULAN DAN SARAN

DPD Ri sebagai perwakilan rakyat di daerah pemilihannya, menganut Teori Sistem

dalam interaksinya dengan masyarakat. Aspirasi masyarakat merupakan input bagi

DPD RI yang diperjuangkan sehingga menghasilkajn suatu Keputusan DPD – RI

sebagai outputnya. Namun Teori Sistem ini tidaklah 100 % berlaku di dalam institusi

DPD – Ri mengingat bahwa output ini merupakan input bagi DPR – RI yang bila

dilanjutkan interaksinya dengan pemerintah dalam kaitan perumusan Undang -

Undang, merupakan bagian dari Teori Institusional. Namun keterbatasan peran DPD

– RI dalam mengiring Keputusan yang dihasilkannya menjadi UU juga membuat

Teori Institusional kurang sesuai, oleh sebab itu pembahasan pada makalah ini

hanya dipusatkan pada Teori Sistem. Yang dianggap merupakan suatu model

11

Page 13: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

analisa kebijakan yang bisa mewakili dan menjelaskan bagaimana suatu kebijakan

politik dihasilkan oleh sebuah lembaga legislatif yang mewakili rakyat.

Saran :

1. Untuk memperkuat kedudukan DPD – Ri dalam legitimasinya sebagai wakil

langsung dari rakyat di daerahnya, maka perjuangan DPD Ri dalam

memperjuangkan amandemen UUD 45 patut dilanjutkan, dengan

menggarisbawahi bahwa

a. Kewenangan legislatif DPD cukup terbatas pada bidang – bidang yang sekarang

sudah tercantum dalam UUD 45, dengan tetap memperhatikan kerjasama

dengan DPR RI, tanpa mengambil alih tugas DPR.

b. Khusus untuk kewenangan pengawasan ( oversight ), DPD- RI harus memiliki

kekuatan hukum yang sama dengan DPR, agar pengawasan tersebut bisa

efektif. Untuk menghindari duplikasi dengan DPR, maka perlu diatur pembagian

wewenang dan tanggung jawab pengawasan antara kedua lembaga tersebut.

Misalnya pengawasan DPD lebih difokuskan di daerah, sedangkan DPR di Pusat.

Dengan demikian nantinya output yang dihasilkannya, dapat menjadi masukan bagi

masyarakatnya dalam memberikan input selanjutnya.. Dan bila hal ini terwujud,

maka pembahasan Model Analisa Kebijakan dapat diintegrasikan antara Teori

Sistem dan Teori Institusional.

VI. KEPUSTAKAAN

1. Dye, Thomas R, 1998, Understanding Public Policy, 9th edition ( New Jersey :

Simon and Schuster / A Viacom Company )

2. Syahyuti, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian – Bogor,

Sistem

www.geocities.com/syahyuti/Sistem.pdf

3. Wikipedia, Systems Theory in Political Science, http://en.wikipedia.org/wiki/

Systems_theory_in_political_science.

12

Page 14: TEORI SISTEM SEBAGAI MODEL ANALISIS KEBIJAKAN  PADA INSTITUSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH ( DPD ) RI.

13