Teori Produksi Ekonomi Islam

24
EKONOMI ISLAM Wira Adriani (1010511002) JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2012

description

SYARIAH ECONOMIC

Transcript of Teori Produksi Ekonomi Islam

Page 1: Teori Produksi Ekonomi Islam

1

EKONOMI ISLAM

Wira Adriani (1010511002)

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2012

Page 2: Teori Produksi Ekonomi Islam

2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Al Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al Qur’an

menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai

hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi

kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak

sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenagakerja yang dikeluarkan untuk memproduksi

barang tersebut dianggap tidak produktif.

Namun demikian, Al Qur’an memberi kebebasan yang luas bagi manusia untuk berusaha

memperoleh kekayaan yang lebih banyak lagi dalam menuntut kehidupan ekonomi. Dengan

memberikan landasan rohani bagi manusia sehingga sifat manusia yang semula tamak dan

mementingkan diri sendiri menjadi terkendali.

Membahas satu langkah ke belakang lagi, tentang teori konvensional. Baik kapitalis

yang hanya sekedar memuaskan self interest dan condong materialistis, ataupun sosialis yang

tidak ada toleransi dan pengakuan hak milik. Baik dalam teori konsumsi maupun teori produksi

dijelaskan tentang perilaku konsumen dan produsen dalam memaksimumkan keuntungannya

maupum mengoptimalkan efisiensi produksinya. Keduanya hanya mementingkan kepentingan

satu pihak saja tanpa memikirkan pihak yang lain, entah mereka dirugikan atau merasa

diuntungkan.

Produksi adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya

adalah bahwa manusia mengolah materi itu untuk mencukupi berbagai kebutuhannya,

sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan. Apa yang bisa dilakukan manusia dalam

“memproduksi” tidak sampai pada merubah substansi benda. Yang dapat dilakukan manusia

berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkan atau

mengeksploitasi (ekstraktif). Memindahkannya dari tempat yang tidak membutuhkan ke

tempat yang membutuhkannya, atau menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa

dimanfaatkan di masa yang akan datang atau mengolahnya dengan memasukkan bahan-bahan

Page 3: Teori Produksi Ekonomi Islam

3

tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau mengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk

yang lainnya dengan melakukan sterilisasi, pemintalan, pengukiran, atau penggilingan, dan

sebagainya. Atau mencampurnya dengan cara tertentu agar menjadi sesuatu yang baru. Hal

itu semua hanya mengubah kondisi materi, sehingga pada kondisi yang barupun

substansinya tetap tidak berubah.

I.2 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan teori produksi dan perilaku produsen dalam

prespektif islam dan membandingkannya dengan teori ekonomi konvensional.

I.3 Rumusan Masalah

1. Pengertian dan ruang lingkup produksi menurut teori konvensional dan teori islam

2. Faktor-faktor produksi menurut pandangan islam dan konvensional

3. Jenis-jenis atau klasifikasi factor produksi menurut ekonomi islam

4. Biaya produksi, pendapatan (Revenue), keuntungan dan profit dalam teori ekonomi islam

I.4 Metode Penulisan

Makalah ini disusun menggunakan metode kepustakaan dengan mengumpulkan data dan meteri

dari berbagai sumber referensi

Page 4: Teori Produksi Ekonomi Islam

4

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PRODUKSI

a. Teori produksi

Produksi adalah semua aktivitas yang menaikkan nilai guna atau utility suatu barang.

Produksi dilakukan dengan mengkombinasikan berbagai factor-faktor produksi input. Ada dua

pendekatan dalam teori produksi

- Short run production function dalam proses produksinya, produsen menggunakan

dua jenis input yaitu fixed input dan variable input. Jika produsen ingin menambah atau

mengurangi jumlah produksi maka input yang ditambahkan atau dikurangi hanya satu macam,

sedangkan input-input yang lain tetap jumlahnya

- Long run production function dalam proses produksinya, produsen menggunakan

berbagai jenis input variable. Jika produsen ingin menambah/mengurangi jumlah produksi, maka

input yang ditambah atau dikurangi lebih dari satu macam. Produsen memiliki anggaran biaya

yang terbatas yang harus ia alokasikan untuk membiayai berbagai input yang digunakannya.

b. Teori biaya

Teori biaya sejalan dengan teori produksi karena setiap kegiatan produksi pasti ada

biayanya. Dalam teori produksi dibedakan short run production dan long run production. Maka

biaya juga dibedakan antara short run cost dan long run cost.

Berikut ini beberapa pengertian produksi menurut para ekonom muslim kontemporer :

1. Kahf (1992) mendefenisikan kegitan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha

manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai

sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana di gariskan dalam agama islam, yaitu

kebahagiaan dunia akhirat.

2. Rahman (1995) menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan produksi (distribusi

secara merata).

3. UI Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah memenuhi kebutuhan

barang dan jasa yang merupakan fardu kifayah, yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang

pemenuhannya bersifat wajib.

Page 5: Teori Produksi Ekonomi Islam

5

4. Siddiqi (1992) mendefenisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa

dengan memerhatikan nilai keadilan dan kebajikan/kemanfaatan (mashlahah) bagi masyarakt.

Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah berindak adil dan membawa kebajikan bagi

masyarakat maka ia telah bertindak islami.

II.2 PRINSIP-PRINSIP DAN TUJUAN PRODUKSI MENURUT PANDANGAN

ISLAM

Produksi dalam perspektif Islam adalah suatu usaha untuk menghasilkan dan menambah

daya guna dari suatu barang baik dari sisi fisik materialnya maupun dari sisi moralitasnya,

sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia sebagaimana yang digariskan dalam agama

Islam, yaitu mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Karena pada dasarnya produksi adalah

kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen,

maka tujuan produksi harus sejalan dengan tujuan konsumsi sendiri yaitu mencapai falah.

Pengertian seperti ini akan membawa implikasi yang mendasar bagi kegiatan produksi

dan perekonomian secara keseluruhan diantaranya :

Pertama: Seluruh kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan tehnikal yang Islami,

seperti halnya dalam kegiatan konsumsi. Artinya bahwa seluruh kegiatan produksi mulai dari

kegiatan mengorganisir faktor-faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran dan pelayanan

kepada konsumen harus mengikuti aturan-aturan dalam Islam. Seperti larangan memproduksi

barang-barang dan jasa yang dapat merusak nilai-nilai moralitas sehingga menjauhkan manusia

dari nilai-nilai religius, walaupun secara ekonomi menguntungkan.

Kedua: Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial kemasyarakatan. Artinya kegiatan

produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni lingkungan sosial dan lingkungan

hidup masyarakat. Jadi, produksi bukan hanya untuk kepentingan produsen semata, tetapi

masyarakat secara keseluruhan harus dapat menikmati hasil produksi secara memadai dan

berkualitas.

Ketiga: Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena faktor kelangkaan faktor-faktor

produksi tetapi lebih kompleks. Yaitu karena faktor kemalasan dan pengabaian optimalisasi

Page 6: Teori Produksi Ekonomi Islam

6

segala karunia Allah SWT, baik dalam bentuk sumber daya manusia maupun sumber daya alam.

Artinya bahwa prinsip produksi dalam pandangan Islam bukan sekedar efisiensi, tetapi secara

luas adalah bagaimana mengoptimalkan sumber daya ekonomi dalam upaya pengabdian manusia

kepada Tuhannya.

Adapun prinsip-prinsip produksi menurut pandangan beberapa tokoh ekonomi Islam

adalah sebagai berikut:

1. Mannan (1992) menyebutkan bahwa kegiatan produksi dalam perspektif Islam bersifat

altruistik, yaitu mementingkan kepentingan orang lain tanpa mengabaikan kepentingan diri

sendiri, karena secara umum Islam menekankan keseimbangan antara keduanya. Adanya

perilaku altruistik ini menuntut produsen muslim tidak hanya mengejar keuntungan maksimum

saja, sebagaimana dalam kapitalisme, tetapi dia mempunyai tujuan lebih luas yaitu mencapai

falah di dunia dan akhirat. Lebih jauh sebagai konsekuensi dari sifat altruistik ini maka prinsip

produksi Islam menolak dua konsep ekonomi konvensional dalam produksi yaitu Pareto Optimal

dan Given Demand Hypothesis karena tidak sejalan dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam.

2. Siddiqi (1992) mengatakan bahwa prinsip-prinsip produksi dalam Islam adalah :

• Memiliki komitmen penuh terhadap keadilan

• Memiliki dorongan untuk menciptakan kebajikan

Optimalisasi keuntungan diperkenankan dengan batasan kedua prinsip di atas, artinya

upaya optimalisasi keuntungan tidak boleh dilakukan dengan meninggalkan prinsip Keadilan dan

Kebajikan bagi kesejahteraan masyarakat keseluruhan. Sesungguhnya penerapan prinsip-prinsip

produksi dalam Islam ternyata sangat kondusif bagi upaya produsen untuk mencapai keuntungan

yang maksimum, terutama dalam jangka panjang. Jika perusahaan mengutamakan keadilan dan

kebajikan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka dengan sendirinya dalam jangka

panjang eksistensi perusahaan akan lebih terjamin. Jadi, tujuan keadilan dan kebajikan dalam

produksi akan berkorelasi positif dengan keuntungan yang dicapai perusahaan.

Berdasarkan prinsip-prinsip dasar produksi di atas maka tujuan produksi dalam perspektif

Islam tidak hanya berorientasi pada mencari keuntungan yang maksimal, tetapi juga dalam

Page 7: Teori Produksi Ekonomi Islam

7

rangka optimalisasi falah, dan secara spesifik Siddiqi (1992) menguraikan tujuan produksi

sebagai berikut:

1. Pemenuhan sarana kebutuhan manusia pada takaran moderat.

2. Menemukan kebutuhan masyarakat.

3. Persediaan terhadap kemungkinan-kemungkinan di masa depan.

4. Persediaan bagi generasi mendatang.

5. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.

Dengan mendasarkan pada prinsip umum ekonomi syari’ah, maka dari ayat-ayat Al-

Qur’an dapat diderivasikan prinsip-prinsip produksi Islami sebagai berikut:

• Kesadaran manusia sebagai seorang khalifah.

Manusia menyandang status sebagai seorang khalifah di bumi. Khalifah ini diberi amanat oleh

Allah untuk memakmurkan bumi. Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan manusia

sebagai penguasanya.

Artinya: Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat,”Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata,”Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan

darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?”

Tuhan berfirman,”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui.” (QS Al-

Baqarah:30)

Page 8: Teori Produksi Ekonomi Islam

8

Artinya: Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan

sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang

diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhan-mu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya

Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-An’am: 165)

Pemberian amanah dari Allah kepada manusia mengenai bumi ini bertujuan agar manusia

dapat memanfaatkan isi bumi dan memperoleh pendidikan agar manusia ingat nikmat yang telah

dianugerahkan oleh Allah. Amanah yang diembankan kepada manusia ini pada akhirnya harus

dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu

bekerja dan mencari karunia-Nya.

Islam menganggap kerja sebagai cara yang paling utama untuk mencari rezeqi dan tiang

pokok produksi. Sesungguhnya Allah akan memberikan kepada seorang muslim (sebagai

khalifah) yang bekerja suatu penghidupan yang baik dan memberikan balasan kepada mereka

berupa pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Artinya: Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia

berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia)

sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah

kamu mengingat-Nya. (QS An-Naml:62)

Dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi, manusia dilarang

bermalas-malasan. Untuk dapat menghasilkan hasil produksi yang maksimal maka diperlukan

kemauan kerja secara maksimal. Sesungguhnya kemauan kerja merupakan hal yang fithrah

dalam kejiwaan manusia yang hukumnya telah diputuskan oleh kebutuhan manusia untuk

mewujudkan keinginan-keinginannya. Di dalam Al-Qur’an, Allah telah memerintahkan manusia

untuk bekerja keras memanfaatkan semua sumber daya itu seoptimal mungkin untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Page 9: Teori Produksi Ekonomi Islam

9

Artinya: Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu

beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang

hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya. (QS Al-Qasas:73)

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari

dan usahamu mencari sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan. (QS Ar-Ruum:23)

Artinya: Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan. (QS An-Naba’:11)

• Pengoptimalan fungsi indera dan akal.

Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman,”Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-

benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (QS Al-Baqarah:31)

Page 10: Teori Produksi Ekonomi Islam

10

Artinya: Tidakkah kau perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk

(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu

nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah

tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan. (QS

Luqman:20)

Manusia oleh Allah telah diberi kesempurnaan indera dan akal pikiran sehingga

memungkinkannya untuk dapat memanfaatkan kekayaan yang dikandung oleh alam semesta.

Akal merupakan modal yang sangat mahal dan berharga yang dikaruniakan Allah hanya kepada

manusia. Optimalisasi pemanfaatan akal akan mengantarkan manusia untuk mencapai tujuan.

Dengan modal indera dan akal maka manusia sebagai khalifah dapat memaksimalkan potensinya

untuk mencapai tingkat penghidupan yang lebih baik dengan memberdayakan segala kekayaan

di alam yang telah dibentangkan oleh Allah bagi manusia. Dengan akal dan indera pula

manusiadapat menciptakan berbagai alat dan prasarana yang dapat memudahkannya untuk

melaksanakan kegiatan produksi.

• Pemberdayaan sumber alam dengan baik.

Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang

mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-

tanaman yang darinya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka

apakah mereka tidak memperhatikan? (QS As-Sajdah:27)

Page 11: Teori Produksi Ekonomi Islam

11

Artinya: Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya

menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat

tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan

itu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan

Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu

ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya). Dan Dia

(menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan

macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah)

bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah Allah, yang menundukkan lautan (untukmu)

agar kamu dapat memakan darinya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan

itu perhiasan yang kamu pakai, dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu

mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur. (QS An-Nahl:10-14)

Al-Qur’an dan As-Sunnah banyak memberikan tekanan pada pembudidayaan/

pemberdayaan alam secara baik. Islam memberikan perhatian yang besar kepada pendayagunaan

alam karena alam merupakan salah satu faktor produksi. Pemanfaatan alam dengan baik akan

memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena alam tidak akan

dieksploitasi hanya untuk kepentingan segelintir orang. Pemberdayaan alam secara bertanggung

Page 12: Teori Produksi Ekonomi Islam

12

jawab akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat guna meningkatkan

kesejahteraanya. Allah telah menyediakan seluruh kekayaan alam yang ada untuk kepentingan

manusia. Kekayaan alam yang ada di darat, laut maupun udara harus dioptimalkan potensinya

bagi kemaslahatan seluruh umat manusia.

• Adanya keseimbangan antara aktivitas untuk dunia dan akhirat.

Artinya: Dan katakanlah,”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang

mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang

mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah

kamu kerjakan.” (QS At-Taubah:105)

Islam sangat mendorong umatnya untuk selalu bersemangat dalam bekerja, baik bekerja

untuk mencapai penghidupan yang layak dan menghasilkan barang-barangserta jasa yang

menjadi kebutuhan manusia, maupun amal yang bersifat ibadah semata-mata karena Allah.

Rasulullah SAW pernah melihat seorang laki-laki yang benar-benar telah memutuskan

diri dari segala hal untuk beribadah di masjid secara terus-menerus. Rasulullah lalu menanyakan

siapa yang menanggung penghidupannya. Ada yang menjawab,”Saudaranya,” maka Rasulullah

bersabda yang artinya: Saudaranya itulah yang sebenarnya lebih tekun beribadah daripada dia.

(Musnad Imam Ahmad bin Hambal) Dari kisah di atas nampak jelas bahwa Islam menghendaki

adanya keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan jasmaniah maupun ruhiyah. Ruhiyah

membutuhkan makanan yang berupa ibadah dan penyerahan diri seorang hamba kepada Tuhan-

nya. Sedangkan pemenuhan kebutuhan jasmaniah dapat difasilitasi dengan bekerja dan

berproduksi untuk memperoleh rezeki atau menghasilkan barang-barang yang halal dan toyyib.

• Aktivitas produksi dilandasi oleh akhlak.

Akhlak harus mendasari bagi seluruh aktivitas ekonomi, termasuk aktivitas ekonomi

produksi. Menurut Qardhawi, dikatakan bahwa,”Akhlak merupakan hal yang utama dalam

Page 13: Teori Produksi Ekonomi Islam

13

produksi yang wajib diperhatikan kaum muslimin, baik secara individu maupun secara bersama-

sama, yaitu bekerja pada bidang yang yang dihalalkan oleh Allah, dan tidak melampaui apa yang

diharamkan-Nya.” Meskipun ruang lingkup yang halal itu luas, akan tetapi sebagain besar

manusia sering dikalahkan oleh ketamakan dan kerakusan. Mereka tidak merasa cukup dengan

yang sedikit dan tidak merasa kenyang dengan yang banyak. Hal ini dikatakan sebagai

perbuatan yang melampaui batas, yang demikian inilah termasuk kategori orang-orang yang

zalim.

Artinya:”….Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang

melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Allah

Baqarah:229)

II.3 FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

Dalam menghasilkan barang-barang dan jasa dalam proses produksi kita membutuhkan

beberapa faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi.

Beberapa pandangan ekonomi konvensional dan Islami terhadap faktor produksi:

1. Hubungan antara tujuan produksi dengan penggunaan faktor produksi. Jika dalam ekonomi

konvensional tujuan produksi adalah menghasilkan alat pemuas kebutuhan manusia melalui

proses produksi dengan harapan memberikan keuntungan paling maksimal, maka dengan

demikian seluruh faktor produksi akan dialokasikan berdasarkan tujuan tersebut. Hal ini

berakibat pada eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya ekonomi atau faktor-faktor

produksi. Contohnya, dalam rangka mendapatkan keuntungan yang maksimal, produsen akan

memeras dan menindas para pekerjanya. Dalam pandangan ekonomi Islam, prinsip dan tujuan

produksi ekonomi yang Islami alokasi sumber daya ekonomi akan berorientasi pada hal-hal

berikut :

1. Berbagai barang dan jasa yang dilarang oleh agama Islam tidak akan diproduksi

sehingga tidak ada sumber daya ekonomi atau faktor produksi yang dialokasikan untuk itu.

Page 14: Teori Produksi Ekonomi Islam

14

2. Produksi barang-barang mewah akan dikurangi sedemikian rupa sehingga semakin

sedikit sumber daya untuk memproduksinya

3. Akan ada perluasan industri untuk menghasilkan barang dan jasa yang merupakan

kebutuhan pokok masyarakat sehingga sumber daya ekonomi lebih banyak dialokasikan untuk

itu.

2. Penentuan harga faktor produksi.

Penentuan harga faktor produksi dalam ekonomi konvensional menggunakan pendekatan

produktivitas marginal yaitu nilai marginal dari faktor produksi yang merupakan nilai tambah

dari satu unit output yang dihasilkan dengan asumsi faktor produksi lainnya dianggap tetap.

Misalnya produk marginal tenaga kerja adalah tambahan output yang dihasilkan akibat satu unit

tenaga kerja dengan menggunakanfaktor produksi lainnya tetap. Produktivitas marginal ini

mengikuti hukum the law of the diminishing marginal product atau tambahan hasil yang semakin

menurun. Namun demikian, penentuan harga faktor produksi dengan pendekatan ini mendapat

kritikan dari ekonom muslim dengan berbagai alasan.

Pertama, konsep ini hanya dapat diterapkan pada fungsi produksi yang memiliki fungsi

homogenitas berderajat pertama. Padahal fungsi ini jarang terjadi pada dunia nyata.

Kedua, konsep ini mengasumsikan adanya persaingan sempurna dalam pasar faktor produksi

dimana semua kekuatan ekonomi terfragmentasi.

Ketiga, konsep ini juga mengasumsikan adanya wirausahawan yang profit maximizer.

Sementara dalam kenyataan mungkin memiliki beberapa tujuan.

Sementara, dalam pandangan Islam ada dua prinsip dasar yang harus dijadikan pedoman

dalam menentukan faktor produksi, yaitu nilai keadilan (justice) dan pertimbangan kelangkaan

(scarcity). Implikasi dari adanya nilai dasar ini adalah:

1. Kekuatan pasar tidak dapat digunakan begitu saja bagi penentuan upah. Penentuan upah

dilakukan berdasarkan pertimbangan objektif yaitu tingkat upah pasar dan pertimbangan

subjektif yaitu implementasi nilai-nilai kemanusiaan.

Page 15: Teori Produksi Ekonomi Islam

15

2. Implementasi bunga sebagai harga dari modal tidak dapat dilakukan karena ajaran Islam

menganggap sebagai riba nasyiah yang haram hukumnya. Penentuan harga modal akan

dilakukan secara integratif dengan kontribusi dari kewirausahaan berdasarkan sistem bagi hasil

(profit lost sharing).

3. Penggunaan sewa (rent) sebagai harga dari faktor produksi tanah tidak dapat diterima begitu

saja. Terdapat kontroversi pendapat dikalangan pemikir Islam tentang legalitas sistem sewa

dalam legalitas sistem persewaan. Dalam sistem ini harga tanah tidak ditetapkan di awal dan

bersifat tetap seperti bunga tetapi ditentukan secara bersama dengan kontribusi kewirausahaan.

II.4 JENIS-JENIS / KLASIFIKASI FAKTOR PRODUKSI

Terdapat perbedaan tentang klasifikasi faktor produksi baik dari kalangan ekonom

konvensional maupun Islam. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor

diantaranyaketidaksamaan definisi, karakteristik, maupun peran dari masing-masing faktor

produksi dalam menghasilkan output.

Faktor produksi pada umumnya diklasifikasikan dalam 4 jenis :

a. Alam (tanah)

Tanah merupakan faktor produksi yang sering disebut faktor produksi asal atau asli.

Tanah juga merupakan faktor produksi yang relatif unik, sebab tidak diciptakan oleh manusia

melainkan manusia tinggal memanfaatkannya. Keunikan tanah yang lain karena ketersediaannya

yang relatif amat terbatas (seringkali digambarkan memiliki kurva penawaran in-elastis

sempurna). Keunikan ini membawa kerumitan dalam penentuan harga dari tanah sebagai faktor

produksi. Apakah pemilik tanah berhak menentukan harga sebagaimana seorang tenaga kerja

menawarkan jasa tenaganya atau seorang pemilik mobil menyewakan mobilnya apakah

penentuan harga tanah sama dengan penentuan harga barang dan jasa pada umumnya?. Salah

satu penentuan harga tanah adalah dengan sistem sewa (diserahkan pada pihak lain untuk

dikelola, tetapi tidak untuk dimiliki). Adapun bentuk sewa tanah yang diperbolehkan dalam

Islam harus mencerminkan nilai-nilai keadilan, persaudaraan dan kemurahan hati.

Page 16: Teori Produksi Ekonomi Islam

16

Keadilan mengandung arti bahwa sewa harus memberikan keuntungan bagi pemilik

maupun penyewa, adapun jika terdapat kerugian kedua pihak harus memikulnya agar tidak

terjadi kedzaliman, penindasan atau eksploitasi antara pihak yang satu ke pihak lainnya. Dalam

pandangan Islam persaudaraan artinya yang kuat harus menolong yang lemah. Nilai-nilai dasar

ini menyebabkan penggunaan mekanisme tidak dapat sepenuhnya diberlakukan, disamping

karena terdapat sifat unik dari tanah.

b. Tenaga kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi kedua yang dianggap paling penting, karena

kekayaan alam dapat berubah menjadi hasil produksi yang bernilai karena jasa tenaga kerja.

Keunikan tenaga kerja jika dibandingkan faktor produksi lainnya karena mereka manusia.

Sehingga mereka harus diperhatikan. Bagaimana memberi harga atas tenaga kerja serta

bagaimana menghargai unsur-unsur kejiwaan, moralitas dan unsur-unsur kemanusiaan yang

lainnya. Tenaga kerja di sini mencakup segala kerja manusia yangdiarahkan untuk

menghasilkan produksi baik berupa jasa, fisik maupun mental. Hal ini mencakup buruh maupun

managerial. Upah merupakan harga dari orang yang telah bekerja serta kewajiban bagi orang

yang mempekerjakannya. Dalam penentuan upah, Islam menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan

dan pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan.

Terminologi adil dalam pengupahan harus memperhatikan kondisi pekerja (ajir) maupun

majikan (mustajir) bukan hanya salah satunya saja. Sehingga tidak dibenarkan pemerintah

menetapkan suatu upah hanya semata-mata ingin meningkatkan kesejahteraan para buruh tetapi

di sisi lain menimbulkan kezaliman. Beberapa prinsip pemberian upah menurut pandangan Islam

yang menjamin diperlakukannya tenaga kerja secara manusiawi:

1. Hubungan antara pekerja dan majikan harus memperlihatkan nilai kemanusiaan.

2. Tingkat upah minimum hendaklah mencukupi bagi pemenuhan kebutuhan dasar para pekerja.

3. Memperhatikan waktu kerja pekerja dengan berdasarkan kekuatan fisik dan alokasi waktu

bagi tertunaikannya hak Allah (beribadah) oleh si pekerja dengan tidak mengurangi upah bagi

pekerja.

c. Modal

Page 17: Teori Produksi Ekonomi Islam

17

Modal adalah segala kekayaan baik yang berwujud uang maupun bukan uang (gedung,

mesin, perabotan dan kekayaan fisik lainnya) yang dapat digunakan dalam menghasilkan output.

Isu terpenting tentang modal ini adalah bagaimana menentukan harganya. Dimana dalam

ekonomi konvensional, bunga merupakan harga dari modal (uang), hal ini bertolak belakang

dengan pandangan Islam yang mengharamkan bunga karena dikategorikan riba sehingga harus

dihapus secara mutlak. Sebagai gantinya ajaran Islam menawarkan konsep profi-loss sharing

yang dipandang lebih mencerminkan nilai-nilai keadilan bagi pelaku ekonomi. Secara umum

konsep ini diimplementasikan dalam konsep mudharabah dan musyarakah. Berbeda dengan

bunga dalam sistem ini harga modal dan entrepreneur ditentukan bersama berdasarkan

persentase keuntungan/kerugian yang akan diterima.

d. Wirausaha

Wirausaha (entrepreneur) pada dasarnya adalah motor penggerak kegiatan produksi.

Kegiatan produksi berjalan karena adanya gagasan, upaya, dan motivasi untuk mendapatkan

manfaat sekaligus bersedia menanggung resiko dari para wirausaha ini. Meskipun sama-sama

manusia, wirausaha tentu berbeda dengan tenaga kerja. Tenaga kerja pada dasarnya hanyalah alat

produksi yang hanya menjalankan produksi sebagaimana fungsinya. Dalam pengertian

fungsional tenaga kerja mungkin dapat diganti dengan mesin, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan

terhadap seorang wirausahawan.

e. Fungsi Produksi

Berikut ini beberapa asumsi dasar yang melandasi analisa fungsi produksi dalam

pandangan konvensional, yaitu:

1. Kegiatan produksi tidak hanya dilakukan terbatas oleh perusahaan saja. Misalnya memelihara

taman depan rumah sehingga asri (mengkombinasikan mesin, tenaga kerja, tanah dan keahlian)

juga termasuk kegiatan produksi (dilakukan oleh rumah tangga). Dengan demikian maka

bahasan utama dalam ekonomi konvensional adalah kegiatan produksi yang dilakukan oleh

perusahaan atau suatu organisasi dengan bentuk badan hukum tertentu yang bertujuan mencari

keuntungan.

Page 18: Teori Produksi Ekonomi Islam

18

2. Kondisi pasar yang eksis dalam industri adalah pasar persaingan sempurna. Sehingga dengan

asumsi ini output setiap perusahaan merupakan bagian kecil dari keseluruhan output yang

dibutuhkan oleh pasar.

3. Setiap perusahaan bebas keluar-masuk dalam industri (free entry-exit). Implikasi dari asumsi

ini adalah adanya tarikan yang kuat pada industri yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi.

II.5 BIAYA (COST)

Secara umum biaya dikelompokkan menjadi dua bagian:

1. Biaya implisit: biaya yang diakui tanpa mengeluarkan uang kas secara nyata, contohnya

penyusutan dan opportunity cost.

2. Biaya eksplisit: biaya yang dengan jelas mengeluarkan uang kas, dalam jangka pendek

terdiri dari:

• Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost)

• Biaya total (total cost) terdiri dari total biaya tetap (total fixed cost) dan totalbiaya

variabel (total variable cost)

(TC) = TFC + TVC

• Biaya rata-rata (average cost) terdiri dari biaya tetap rata-rata (average fixed cost)dan

biaya variabel rata-rata (average variable cost)

Biaya marginal, biaya tambahan dari satu unit output yang dihasilkan

yangdirepresentasikan dari turunan pertama biaya total

Page 19: Teori Produksi Ekonomi Islam

19

Penggunaan Faktor Produksi

Untuk memproduksi suatu barang (q) dapat diformulasikan q = f(K,L) yang menunjukkan

jumlah maksimum barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan berbagai alternative

kombinasi input modal (K) dan tenaga kerja (L).

Page 20: Teori Produksi Ekonomi Islam

20

Kombinasi dua jenis faktor produksi yang memberikan tingkat hasil yang sama ditunjukkan

dalam kurva isoquant seperti gambar 2 diatas. Sumbu vertikal adalah modal yang

direpresentasikan dengan mesin (per jam) dengan sumbu horizontal tenaga kerja (per jam). Pada

gambar 2 semakin jauh isoquant dari titik origin semakin besar jumlah output yang dihasilkan

dan semakin banyak jumlah input yang digunakan.

Dalam produksi jangka panjang seluruh faktor produksi seluruhnya bersifat variabel atau

dengan kata lain tidak terdapat lagi biaya tetap seperti halnya produksi dalam jangka pendek.

Perusahaan dapat memilih kombinasi penggunaan input sesuai dengan skala produksi yang

diharapkannya. Dalam hal penambahan faktor input produksi maka implikasi dari hal tersebut

adalah perubahan dari output produksi sebagai variable dependen produksi. Ada tiga fenomena

yang biasanya muncul akibat penambahan factor produksi yang berkaitan dengan ouput

produksi, yaitu:

1. Skala hasil yang tetap (constant return to scale): kenaikan output memiliki proporsi yang

sama dengan penambahan input

2. Skala hasil yang meningkat (increasing return to scale): kenaikan output memiliki

proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan penambahan input

3. Skala hasil yang menurun (decreasing return to scale): kenaikan output memiliki

proporsi yang lebih kecil dibandingkan dengan penambahan input

Page 21: Teori Produksi Ekonomi Islam

21

Pendapatan (Revenue)

Salah satu parameter keberhasilan dalam berproduksi adalah jumlah pendapatan

(revenue) yang didapatkan dari kegiatan produksi. Pendapatan (revenue) dapat dinotasikan

dengan:

TR = Pd ×Q

Dalam kaitannya dengan penghitungan keuntungan maka diperlukan nilai marginal

(tambahan satu unit) dari pendapatan yaitu marginal revenue (MR)

MR = TR'

Page 22: Teori Produksi Ekonomi Islam

22

Berdasarkan asumsi pasar dalam keadaan sempurna maka kurva umum dari MR adalah

garis horizontal yang nilainya sama dengan permintaan (D), pendapatan rata-rata (AR) dan harga

(P).

Keuntungan (Profit)

Dengan berdasarkan ke tiga asumsi produksi konvensional maka tujuan utama

perusahaan dalam industri dapat dinotasikan dengan:

Profit = Total Revenue – Total Production Cost

Dalam pandangan Islam profit bukanlah satu-satunya dan tujuan utama dalam berproduksi

(telah dijelaskan diatas). Begitu pula fungsi profit menurut Islam yang muatannya berbeda

dengan pandangan konvensional, antara lain mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Zakat Perniagaan

Tingkat rate nya 2,5% yang diwajibkan bagi penjualan yang telah memenuhi dua kriteria:

• Batas minimal (nisab) setara dengan 96 gram emas

• Masa kepemilikan (haul) lebih dari 1 tahun

Objek zakat perniagaan adalah profit (revenue minus cost). Beberapa pandangan para ulama

mengenai komponen biaya dalam hal ini antara lain:

• Biaya tetap diperhitungkan sehingga yang menjadi objek zakat adalah economic rent

• Hanya biaya variabel saja yang diperhitungkan atau quasi rent

Berdasarkan pandangan yang manapun, zakat perniagaan tidak sama sekali memberikan

pengaruh terhadap ATC, yang berarti tidak pula berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan.

Pada kurva MC zakat perniagaan juga tidak memberikan pengaruh sehingga kurva penawaran

tidak akan berubah. Di sisi lain pajak penjualan yang umumnya dibebankan dalam penjualan

justru akan berpengaruh terhadap:

• Turunnya laba atau keuntungan

• Turunnya tingkat laba maksimum

• Berkurangnya jumlah barang yang diproduksi.

Page 23: Teori Produksi Ekonomi Islam

23

2. Biaya Eksternal

Dalam konvensional berdasarkan asumsi maksimalisasi keuntungan yang hendak dicapai

mendorong produsen melimpahkan sebagian biaya yang menjadi tanggung jawabnya kepada

pihak lain yang disebut biaya eksternal. Contoh dari biaya eksternal adalah biaya penyaringan

limbah atau daur ulang buangan pabrik yang mengakibatkan biaya kesehatan tambahan bagi

masyarakat sekitar atau biaya hilangnya lingkungan yang bersih yang menjadi hak masyarakat.

Tindakan tersebut dalam Islam adalah zhalim dan tidak adil, pandangan adil dalam Islam

diterjemahkan menjadi:

1. Dilarang melakukan mafsadah

2. Dilarang melakukan ghoror

3. Dilarang melakukan maisir

4. Dilarang melakukan transaksi riba

Dengan demikian menimbulkan biaya eksternalitas yang buruk bagi masyarakat sama

halnya melanggar prinsip adil yang pertama dalam Islam. Sehubungan dengan prinsip tersebut

maka biaya eksternalitas yang buruk dalam Islam adalah biaya internalitas yang merupakan

tanggung jawab produsen sepenuhnya. Sehingga di dapatlah fungsi keuntungan dalam Islam

sebagai berikut:

Profit – Zakat= Total Revenue – Total Cost (Production Cost + External Cost)

Page 24: Teori Produksi Ekonomi Islam

24

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Pada prinsipnya kegiatan produksi sebagaimana kegiatan konsumsi terikat sepenuhnya

dengan syari’at Islam. Dalam Surah An Nahl, 16:10-12,18 telah diuraikan secara singkat bahwa

Allah telah menyediakan kekayaan alam untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Pada

beberapa ayat yang lainnya (QS 28:73, 30:23, 4:32, 78:11) Allah memerintahkan manusia untuk

bekerja keras memanfaatkan semua sumber daya itu seoptimal mungkin untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Tujuan produksi Islami harus sejalan dengan tujuan konsumsi sendiri yaitu

mencapai falah, faktor terdiri dari Alam (tanah), Tenaga kerja, Modal, Wirausaha

Fungsi produksi adalah salah satu tools yang dapat membantu produsen dalam

memperkirakan biaya, penggunaan faktor produksi, pendapatan dan keuntungan dari kegiatan

produksi yang dilakukan. Perbedaan utama fungsi produksi ekonomi konvensional dengan Islami

terletak pada perbedaan tujuan utama dimana dalam konvensional adalah untuk maksimalisasi

keuntungan semata-mata, sedangkan dalam Islam mencapai falah bagi produsen, konsumen,

negara dan masyarakat secara luas.

file:///D:/EKIS/teori-produksi-dalam-islam.html

file:///D:/EKIS/Teori%20Produksi%20Dalam%20Islam%20%C2%AB%20%20Misykatul%20M

a%27arif.htm