Teori Perkembangan Kognitif Baru

7
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF Dalam menjelaskan identitas jenis dan penggolongan tipe seks, teori perkembangan sosial meletakkan penekanan pada hal-hal seperti bagaimana anak mendapatkan dan sampai pada lebih memilih perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya, yaitu karena mereka mendapatkan perhargaan atas hal itu. Proses ini dimulai lama sebelum identitas jenis muncul. Jadi anak mulai menunjukkan preferensi pada terhadap sebagian teman sebayanya dan aktivitas permainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya sampai mereka berusia sekitar 2 tahun, sebelum mereka membentuk kesadaran konseptual bahwa tindakan tersebut berkorelasi dengan jenis kelamin (Jacklin&Maccoby, 1978). Walaupun anak 2 tahun dapat mengidentifikasikan jenis kelaminnya sendiri di dalam foto diri merek abisanya mampu mengidentifikasikan jenis kelaimn pria atau wanita dengan pakaina stereotipik dalam foto, mereka tidak dapat secara akurat memilah foto menjadi “laki-laki” dan ‘perempuan’ atau memprediksikan preferensi mainan anak lain berdasarkan jenis kelamin (Thompson, 1975). Sekitar usian 2 ½ tahun, kesadarankonseptual yang lebih besar mulai muncul, dan pada titik inilah teori perkembangan kognitif menjadi relevan untuk menjelaskan apa yang terjadi selanjutnya. Khususnya, teori menyatakan bahwa identitas jenis memiliki peranan penting dalam penggolongan tipe seks. Urutannya : “saya anak perempuan(laki-laki); dengan demikian saya menginginkan barang- barang anak perempuan (laki-laki) (kohlberg, 1966). Identitas kelamin sendiri berkembang perlahan-lahan selama tahun tahun-tahun dari 2 sampai 7 tahun, menurut prinsip stadium praoperasional dari perkembangan kognitif. Khususnya, kepercayaan anak praoperasional yang berlebihan pada kesan visual dan ketidakmampuan mereka untuk mengkonservasi suatu identitas objek jika penampilannya berubah menjadi relevan bagi konsep jenis kelamin mereka. Jadi, anak 3 tahun dapat memisahkan gambar anak laki-laki dan perempuan, tetapi banyak dari mereka sendiri tidak dapat mengatakan apakah diri mereka sendiri akan menjadi ibu atau ayah jika mereka telah besar ananti (thompson, 1975). Kekonstanan fisik yang mendasari jenis kelamin senderung diidentifikasikan dengan hukum moral dan keharusan untuk beradaptasi dengan realita fisik identitas seseorang dipandang sebagai kewajiban moral dan mengekspresikan sentimen menghukum kepada anak yang

description

teori perkembangan kognitif pada setiap jenjang usia

Transcript of Teori Perkembangan Kognitif Baru

Page 1: Teori Perkembangan Kognitif Baru

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Dalam menjelaskan identitas jenis dan penggolongan tipe seks, teori perkembangan sosial meletakkan penekanan pada hal-hal seperti bagaimana anak mendapatkan dan sampai pada lebih memilih perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya, yaitu karena mereka mendapatkan perhargaan atas hal itu. Proses ini dimulai lama sebelum identitas jenis muncul. Jadi anak mulai menunjukkan preferensi pada terhadap sebagian teman sebayanya dan aktivitas permainan yang sesuai dengan jenis kelaminnya sampai mereka berusia sekitar 2 tahun, sebelum mereka membentuk kesadaran konseptual bahwa tindakan tersebut berkorelasi dengan jenis kelamin (Jacklin&Maccoby, 1978). Walaupun anak 2 tahun dapat mengidentifikasikan jenis kelaminnya sendiri di dalam foto diri merek abisanya mampu mengidentifikasikan jenis kelaimn pria atau wanita dengan pakaina stereotipik dalam foto, mereka tidak dapat secara akurat memilah foto menjadi “laki-laki” dan ‘perempuan’ atau memprediksikan preferensi mainan anak lain berdasarkan jenis kelamin (Thompson, 1975).

Sekitar usian 2 ½ tahun, kesadarankonseptual yang lebih besar mulai muncul, dan pada titik inilah teori perkembangan kognitif menjadi relevan untuk menjelaskan apa yang terjadi selanjutnya. Khususnya, teori menyatakan bahwa identitas jenis memiliki peranan penting dalam penggolongan tipe seks. Urutannya : “saya anak perempuan(laki-laki); dengan demikian saya menginginkan barang-barang anak perempuan (laki-laki) (kohlberg, 1966).

Identitas kelamin sendiri berkembang perlahan-lahan selama tahun tahun-tahun dari 2 sampai 7 tahun, menurut prinsip stadium praoperasional dari perkembangan kognitif. Khususnya, kepercayaan anak praoperasional yang berlebihan pada kesan visual dan ketidakmampuan mereka untuk mengkonservasi suatu identitas objek jika penampilannya berubah menjadi relevan bagi konsep jenis kelamin mereka. Jadi, anak 3 tahun dapat memisahkan gambar anak laki-laki dan perempuan, tetapi banyak dari mereka sendiri tidak dapat mengatakan apakah diri mereka sendiri akan menjadi ibu atau ayah jika mereka telah besar ananti (thompson, 1975).

Kekonstanan fisik yang mendasari jenis kelamin senderung diidentifikasikan dengan hukum moral dan keharusan untuk beradaptasi dengan realita fisik identitas seseorang dipandang sebagai kewajiban moral dan mengekspresikan sentimen menghukum kepada anak yang menyimpang dari perilaku yang sesuai penggolongan tipe seksnya (Kohlberg, 1966).

Dan sama seperti ahli psikologi perkembangan telah membuktikan bahwa anak dapat mengkonservasi pada usia yang jauh lebih muda dibandingkan yang diduga piaget jika tugas dirancang secara lebih baik, sehingga tampak bagi para peniliti bahwa anak akan menunjukkan kekonstanan jenis lama sebelum mereka berusia 6 atau 7 tahun. Sebagai contohnya, dalam salah satu penelitian tentang kekonstanan jenis kelamin dalam diri, peneliti bertanya “ Jika kamu memakai pakaian ini (lawan jenis), apakah kamu benar-benar menjadi laki-laki atau perempuan?”lebih dari 90% anak berusia 4, 5 atau 6 tahun merespon secara tepat (Martin&Halverson, 1983). Penelitian lain mengambil foto beberapa teman sekelas subjek yang berpakaian lawan jenis dan kemudian subjek ditanya apakah tiap anak dalam gambar adalah laki-laki atau perempuan. Hampir semua anak kelas 3, 4 atau 5 tahun menjawab dengan tepat (Miller, 1984).

Hal ini menyatakan bahwa kekonstanan jenis anak mungkin juga tergantung pada pemahaman mereka akan kelelakian dan keperempuanan. Tetapi apa yang diketahui orang dewasa

Page 2: Teori Perkembangan Kognitif Baru

tentang seks yang tidak diketahui anak ? salah satu jawaban adalah genetalia. Untuk semua tujuan praktis, genitalia merupakan ciri penentu untuk kelelakia dan keperempuanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40 persen anak berusia 3, 4 dan 5 tahun menunjukkan kekonstanan jenis kelamin. Hal ini jauh lebih awal dibandingkan yang diprediksikan oleh teori perkembangan kognitif Pieget dan Kohlberg. Yang lebih penting, 74 persen anak yang lulus dari tes pengetahuan genital menunjukkan kekonstanan jenis kelamin, dibandingkan denfan hanya 11 persen (tiga anak) yang gagal melalui tes jenis kelamin. Anak yang lulus dari tes pengetahuan jenis kelamin juga lebih sering menunjukkan kekonstanan jenis kelamin Pribadinya; mereka degan tepat menjawab jika ditanya “Jika, seperti Gaw, kamu pura-pura berdandan dan kamu memakai rambut palsu anak perempuan (laki-laki) dan pakaian anak perempuan (laki-laki), kamu menjadi anak laki-laki atau perempuan?”

Hasil dari kekonstanan jenis kelamin menyatakan bahwa, seperti teori umum Pieget, teori khusus Kohlberg tentang identitas jenis dan penggolongan tipe seks menilai rendah tingkat pemahaman potensial anak praoperasional. Tetapi ada kelemahan teori yang lebih penting : teori gagal menjawab mengapa anak harus mengorganisasi konsep dirinya sendiri di sekitar kelelakian atau keperempuanan di tempat mereka. Mengapa harus jenis kelamin memiliki prioritas di atas kategori potensial definisi lain ? pertanyaan inilah yang dicoba dijawab oleh teori selanjutnya, teori Skema jenis kelamin.

TEORI SKEMA JENIS KELAMIN. Kita telah mengetahui sebelumnya bahwa pendekatan sosiokultural kepada perkembangan psikologi memandang bahwa anak yang sedang berkembang bukan sebagai ilmuwan fisika yang mencari pengetahuan yang benar secara universal tetapi sebagai pendatang baru ke dalam kultur yang mencoba menjadi penghuni dengan belajar bagaimana melihat realita melalui kacamata kultur tersebut.

Dengan demikian, anak perlu banyak belajar detail spesifik jaringan ini: apa peraturan dan norma kultur tentang perilaku, peran, dan karakteristik kepribadian yang sesuai dengan jenis kelamin? Seperti yang telah kita lihat, teori belajar social dan teori perkembangan kognitif memberikan penjelasan yang masuk akal tentang bagaimana anak yang sedang berkembang mendapatkan informasi ini.

Tetapi kultur juga mengajarkan kepada anak pelajaran yang lebih dalam, yaitu bahwa perbedaan antara pria dan wanita tidak sangat penting sehingga harus menjadi sudut pandang untuk melihat segala hal. Lihatnya, misalnya, anak yang pertama kali memasuki tempat penitipan yang ditawarkan berbagai macam mainan dan aktivitas baru. Terdapat banyak kriteria potensial yang harus digunakan anak untuk memutuskan mainan dan aktivitas mana yang harus dicoba. Dari semua pertimbangan potensial, kultur menekankan satu kriteria yang penting “ pastikan untuk mempertimbangkan terlebih dahulu apakah mainan atau aktivitass sesuai untuk jenis kelamin anak.” Sehingga anak didorong untuk melihat dunia melalui lensa jenis kelamin, dan lensa inilah yang dinamakan skema jenis kelamin oleh Bem. Dan karena anak belajar menilai alternative perilakunya melalui lensa tersebut bahwa teori skema jenis kelamin adalah teori penggolongan tipe seks.

Lihatlah, misalnya, seorang guru yang ingin memperlakukan anak laki-laki dan perempuan secara sama. Dengan demikian, ia membariskan mereka secara berselang-seling laki-laki dan perempuan. Jika anak laki-laki dipilih untuk menjadi pemimpin kelas pada hari senin, maka anak

Page 3: Teori Perkembangan Kognitif Baru

perempuan akan dipilih mejadi pemimpin pada hari selasa dan begitu seterusnya. Jumlah anak perempuan dan laki-laki juga dipilih sama setiap permainan di kelas. Guru yakin bahwa ia mengajar dan begitu seterusnya. Jumlah anak perempuan dan laki-laki juga dipilih sama setiap permainan di kelas. Guru yakin bahwa ia mengajar dan begitu seterusnya. Jumlah anak perempuan dan laki-laki juga dipilih sama setiap permainan di kelas. Guru yakin bahwa ia mengajar dan begitu seterusnya. Jumlah anak perempuan dan laki-laki juga dipilih sama setiap permainan di kelas. Guru yakin bahwa ia mengajar muridnya kesamaan jenis yang sama. Ia benar, tetapi ia juga secara sengaja mengajarkan mereka kepentingan jenis kelamin.

Anak juga belajar menerapkan lensa jenis kelamin itu kepada dirinya sendiri, atau mengorganisasi konsep diri di sekitar kelelakian dan kewanitaan, dan menganggap dirinya sendiri berharga dalam pengertian jawaban terhadap pertanyaan mereka : apakah saya cukup maskulin atau feminin? Inilah mengapa teori skema jenis merupakan teori identitas serta teori penggolongan jenis.

Dengan demikian, teori skema jenis merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang diyakini oleh Bem bahwa teori perkembangan kognitif identitas jenis dan penggolongan jenis gagal untuk menjawabnya : mengapa anak harus mengorganisasi konsep diri mereka disekitar kelelakian atau kewanitaan di tempat pertama? Seperti teori perkembangan kognitif, teori skema jenis memandang anak yang berkembang sebagai agen aktif di dalam sosialisasinya sendiri. Tetapi seperti teori belajar sosial, teori skema jenis menyatakan bahwa penggolongan jenis bukan tidak dapat dihindari atau tidak dapat dimodifikasi. Anak menjadi tergolong jenis karena seks terjadi menjadi fokus utama di sekitar mana kultur mereka memilih untuk menggorganisasikan pandangannya akan realita. Jika kultur menjadi kurang tergolong dalam jenis ideologinya, anak akan menjadi kurang tergolong jenis dalam perilaku dan konsep diri mereka.

PERKEMBANGA REMAJA

Masa remaja dimaksudkan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, tetapi kira-kira berawal dari usia 12 tahun sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik hampir lengkap. Selama periode ini, orang muda membentuk maturitas seksual dan menegakkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga.

PERKEMBANGAN SEKSUAL

Pubertas, periode maturasi seksual yang mengubah seorang anak menjadi orang dewasa yang matang secara biologis dan mampu melakukan proses reproduksi seksual, terjadi dalam periode sekitar 3 atau 4 tahun. Pubertas dimulai dengan periode pertumbuhan fisik yang cepat. Yang disertai dengan perkembangan bertahap organ reproduktif dan karakteristik seks sekunder (perkembangan payudara pada wanita, janggut pada laki-laki, tumbuhnya rambut pubis pada keduanya).

Menarche, periode menstruasi pertama, terjadi relatif lambatpada pubertas, sekitar 18 bulan setelah percepatan pertumbuhan wanita mencapai kecepatan puncaknya. Periode menstruasi pertama cenderung tidak teratur dan ovulasi (pelepasan sel telur matur) biasanya tidak dimulai sampai satu tahun atau lebih setelah menarche. Ejakulasi pertama anak laki-laki biasanya terjadi

Page 4: Teori Perkembangan Kognitif Baru

sekitar 2 tahun setelah dimulainya percepatan pertumbuhan. Cairan seminal pertama tidak mengandung sperma, jumlah sperma dan fertilitas mereka meningkat secara bertahap.

Terdapat variasi yang luas dalam usia dimana pubertas dimulai dan kecepatan perkembangannya. Sebagian anak perempuan mencapai menarche dini usia 11 tahun, yang lain selambat usia 17 tahun. Rata-rata usia adalah 12 tahun 9 bulan. Anak laki-laki, rata-rata mengalami percepatan pertumbuhan dan matur lebih lambat dua tahun daripada anak perempuan. Mereka mulai mengalami ejakulasi dengan sperma hidup di suatu saat antara usia 12 tahun dan 16 tahun, rata-rata usia adalah 14 ½ tahun.

EFEK PSIKOLOGI DARI PUBERTAS.

Pendapat umum menyatakan bahwa masa remaja adalah periode “badai dan stress” yang ditandai dengan kemurungan, kekacauan dalam diri dan pemberontakan. Tetapi riset, tidak mendukung pesimistik ini. Penelitian terakhir yang diikuti oleh lebih dari 300 remaja di sekolah menengah pertama dengan melakukan penilaian dua kali setiap tahun terhadap siswa dan orang tua melalui wawancara dan tes psikologi. Mereka dinilai kembali selama tahun terakhir sekolah lanjutan atas (Petersen, 1988a). Data menyatakan bahwa pubertas memang memiliki efek yang bermakna pada citra tubuh, harga diri, mood dan hubungan dengan orang tua dan anggota jenis kelamin lawan. Tetapi, sebagian besar remaja harus melakukan periode ini tanpa kekacauan yang berat.

Anak laki-laki yang dewasa lebih awal cenderung lebih puas dengan berat badan dan penampilan secara keseluruhan dibandingkan mereka yang dewasa lebih lambat. Hal yang sebaliknya terjadi pada anak perempuan. Mereka yang secara fisik lebih matur biasanya kurang puas dengan berat badan dan penampilan mereka dibandingkan teman sekelasnya yang belum dewasa. Anak perempuan yang dewasa lebih awal cenderung merasa malu oleh fakta bahwa tubuh mereka memiliki bentuk yang lebih “wanita” daripada teman sekelasnya-karena biasanya standar untuk daya tarik wanita yang dipromosikan oleh media menekankan pada penampilan yang ramping.

Pada umunya, perubahan pubertas tampaknya merupakan pengalaman positif untuk anak laki-laki tetapi pengalaman negatif untuk anak perempuan. Tetapi, untuk kedua jenis kelamin, masa remaja awal relatif bebas dari masalah pada lebih dari separuh penelitian tersebut. sekitar 30 persen kelompok hanya mengalami masalah intermen. Lima belas persen terperangkap dalam “perputaran kekacauan dan masalah semakin buruk”, masalah emosional dan akademik yang meonjol terus berlangsung atau memburuk (Petersen, 1988a). Peneliti menyimpulkan bahwa pada remaja yang kehidupannya telah terganggu, perubahan yang terjadi pada masa remaja awal menambahkan beban lebih lanjut sehingga masalah mereka lebih besar kemungkinannya untuk menetap.

STANDAR DAN PERILAKU SEKSUAL

Selama beberapa tahun terakhir ini, kita telah melihat perubahan revolusioner dalam sikap terhadap aktivitas seksual pada sebagian besar masyarakat barat. Pandangan tentang seks sebelum menikah, homoseksual dan tindakan seksual permisif sekarang dibandingkan sebelumnya dalam sejarah. Kita semakin sering terpapar dengan stimuli seksual di dalam media.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan presentasi pria dan wanita yang telah melakukan hubungan seksual pada usia 19 tahun. Anggka menunjukkan bahwa terjadi

Page 5: Teori Perkembangan Kognitif Baru

peningkatan pada pria dan wanita remaja dengan wanita menunjukkan peningkatan yang lebih dramatis. Dan walaupun pria lebih besar kemungkinan pernah melakukan hubungan seksual sepanjang periode waktu. Hal ini juga mencerminkan menghilangnya standar ganda (dimana diperbolehkan oleh pria tetapi bukan oleh wanita untuk terlibat dalam hubungan seksual pra nikah). Pada awal abad ini, mereka lebih sering mengalami pengalaman seksual pertamanya dengan prostitusi atau dengan salah seorang dari beberapa ‘wanita nakal’ di dalam masyarakat mereka, sekarang mereka lebih sering melakukan hubungan seksual pertamanya dengan teman wanita sebayanya, di dalam kencan a tau hubungan yang lebih panjang.