Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

27
Teori Interdependensi Teori pertukaran social (interdependency theory) adalah salah satu pandangan tentang pertukaran social terpenting dalam psikologi social. Salah satu cara untuk mengonseptualisasikan interaksi ini adalah dalam term “hasil” (outcome) yang diberikan dan diterima partner. Saat masih anak-anak, kita belajar aturan umum resiprositas : kita diharuskan membalas jasa kepada orang yang berjasa kepada kita. Manfaat dan Biaya Manfaat atau perolehan/imbalan (reward) adalah segala sesuatu yang positif yang kita peroleh dari interaksi, seperti perasaan dicintai atau mendapat bantuan financial. Foa dan Foa yang mengidentifikasi enam tipe perolehan utama :cinta, uang, status, informasi, barang dan jasa. Ini dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi.Dimensi partikularisme berkaitan dengan sejauh mana nilai perolehan bergantung pada orang yang memberikannya.Dimensi kedua, kekonkretan adalah perbedaan antara imbalan yang nyata yang dapat kita lihat, cium dan sentuh , dan nonkonkret atau simbolis, seperti nasihat atau persetujuan social. Biaya atau kerugian adalah kensekuensi negative dari interaksi atau hubungan.Sebuah interaksi mungkin merugikan karena membuang banyak waktu dan energi, karena menimbulkan

Transcript of Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Page 1: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Teori Interdependensi

Teori pertukaran social (interdependency theory) adalah salah satu pandangan

tentang pertukaran social terpenting dalam psikologi social. Salah satu cara untuk

mengonseptualisasikan interaksi ini adalah dalam term “hasil” (outcome) yang

diberikan dan diterima partner. Saat masih anak-anak, kita belajar aturan umum

resiprositas : kita diharuskan membalas jasa kepada orang yang berjasa kepada kita.

Manfaat dan Biaya

Manfaat atau perolehan/imbalan (reward) adalah segala sesuatu yang positif

yang kita peroleh dari interaksi, seperti perasaan dicintai atau mendapat bantuan

financial.

Foa dan Foa yang mengidentifikasi enam tipe perolehan utama :cinta, uang,

status, informasi, barang dan jasa. Ini dapat diklasifikasikan menjadi dua

dimensi.Dimensi partikularisme berkaitan dengan sejauh mana nilai perolehan

bergantung pada orang yang memberikannya.Dimensi kedua, kekonkretan adalah

perbedaan antara imbalan yang nyata yang dapat kita lihat, cium dan sentuh , dan

nonkonkret atau simbolis, seperti nasihat atau persetujuan social.

Biaya atau kerugian adalah kensekuensi negative dari interaksi atau

hubungan.Sebuah interaksi mungkin merugikan karena membuang banyak waktu dan

energi, karena menimbulkan banyak konflik, atau karena orang tidak menyetujui

hubungan itu dan mengkritik kita karena kita terlibat dalam hubungan itu.

Mengevaluasi Hasil

Teori interdependensi mengasumsikan bahwa orang selalu meneliti manfaat

dan biaya dari interaksi atau hubungan tertentu.Orang menggunakan beberapa standar

untuk mengevaluasi hasil hubungan.Ada dua standar perbandingan yang amat

penting.Standar pertama adalah comparison level (level perbandingan).Ini

merefleksikan kualitas hasil yang menurut seseorang pantas untuk diterima.Standar

kedua adalah comparison level for alternatives. Yakni, menilai bagaimana satu

hubungan dibandingkan dengan hubungan lain yang saat ini kita jalani.

Page 2: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Mengoordinasikan Hasil

Seberapa sulit atau mudahkah dua orang mengoordinasikan hasil akan

tergantung pada seberapa banyak kesamaan minat dan tujuan mereka. Ketika partner

menyukai banyak hal yang serupa dan menyukai aktivitas yang sama, mereka akan

relative mudah mengatasi problem koordinasi. Mereka dikatakan memiliki “hasil yang

berkorespondensi” karena hasilnya berhubungan satu sama lain. Ketika partner

memiliki preferensi dan nilai yang berbeda, mereka akan mendapakan “hasil yang tidak

berkorespondensi” dan, akibatnya, cenderung terjadi konflik kepentingan dan timbul

problem koordinasi. Salah satu solusi yang lazim adalah memilih alternative yang bisa

diterima kedua belah pihak.

Peran memberikan solusi untuk beberapa problem koordinasi yang mungkin

dihadapi orang.Didalam banyak hubungan, aturan cultural menetapkan pola kooordniasi

tertentu. Ditempat kerja, misalnya, biasanya ada aturan yang jelas tentang siapa atasan

dan siapa bawahan.ketika individu bertindak berdasarkan aturan cultural yang sudah

ada, mereka melakukan proses pengambilan peran. Kita dapa mengontraskan proses

pengambilan peran ini, dimana orang mengadopsi atau menyesuaikan diri dengan peran

cultural, dengan proses penciptaan peran, dimana orang menciptakan norma sendiri

untuk berinteraksi secara social. Ketika pedoman social tampak kabur dalam proses

perubahan, individu memiliki lebih banyak kebebasan untuk bertindak, namun dia juga

mungkin harus lebih banyak berusaha keras untuk mengoordinasikan interaksinya agar

sukses.

Teori Keadilan

Sebenarnya teori ini merupakan turutan dari teori pertukaran sosial. Sebab

pada prinsipnya teori ini juga berpendapat bahwa pola hubungan manusia melibatkan

proses tukar menukar,dimana supaya pertukaran itu bisa menumbuhkan keharmonisan

dan perasaan senang atau kepuasan maka harus dilandasi prinsip keadilan. Teori ini juga

mengemukakan bahwa dalam pertukaran itu kita menuruti strategi minimal (minimal

strategy) yaitu berusaha untuk meminimalkan pengeluaran (cost),dan memaksimalkan

ganjaran (reward). Dengan demikian, orang cenderung untuk tetap meneruskan

hubungan yang dipersepsi terlalu besar pengeluarannya.

Page 3: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Pertukaran yang adil

Terdapat tiga prinsip dalam pertukaran yang adil, yakni :

a.       Prinsip ekualitas atau kaidah kesamaan, yakni setiap orang mendapatkan proporsi

yang sama.

b.      Prinsip yang mempertimbangkan kebutuhan semua orang yang terlibat dalam

hubungan itu

c.       Prinsip equity (ekuitas), juga dikenal sebagai aturan distributive. Ide utamanya adalah

manfaat yang diterima seseorang harus sebanding dengan kontribusinya.

Teori ekuitas memiliki empat asumsi dasar :

1.      Dalam satu relasi atau kelompok, individu akan berusaha memaksimalkan

perolehannya

2.      Pasangan dan kelompok dapat memaksimalkan manfaat kolektifnya dengan

menggunakan aturan atau norma tentang cara membagi manfaat secara adil untuk

semua pihak

3.      Ketika individu merasa bahwa suatu hubungan tidak seimbang, mereka akan tertekan.

Semakin besar ketidakseimbangan, semakin besar tekanan yang dirasakan

4.      Individu yang merasakan adanya ketidakseimbangan dalam hubungan akan berusaha

memulihkannya.

Ketika hubungan terasa tidak seimbang, kedua belah pihak akan merasa tertekan

aau sedih. Jika orang yang dirugikan akan merasa jengkel, namun riset menunjukkan

bahwa orang yang terlalu banyak mengambil keuntungan juga akan merasakan tekanan,

mungkin karena dia merasa bersalah atau tidak nyaman.

Orang berusaha memulihkan ekitas saat mereka merasakn ada ketidakadilan

dalam hubungan. Orang dapat melakukannya dengan dua cara. Pertama adalah

memulihkan ekuitas actual.Cara kedua adalah menggunakan strategi kognitif unntuk

mengubah persepsi ketidakseimbangan, dan karenanya memulihkan ekuitas psikologis.

Kepuasan dalam kencan dan perkawinan dipengaruhi oleh persepsi

ekuitas.Orang yang merasa dirugikan biasanya tidak puas. Dari waktu ke waktu,

individu mungkin mengembangkan rasa percaya pada niat baik partnernya dan

karenanya tidak memantau pola pertukaran secara ketat

Page 4: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Akan tetapi, ketika hubungan sudah lama itu menghadapi perubahan yang

menekan, seperti transisi menjadi orang ta partner mungkin sekali lagi akanmenilai

keadilan dalam hubungan mereka. Perise menunjukkan bahwa perasaan kurang bahagia

akan memicu usaha mencari sumber tekanan dan menyebabkan partner merasakan

keidakseimbangan yang mungkin terabaikan selama masa-masa bahagia.

Juga ada perbedaan individual dalam efek dari ekuitas terhadap kepuasan

hubungan. Individu yang mengutamakan keadilan dalam hubungan mungkin akan lebih

banyak dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dalam hubungannya. Wanita yang

menganut pandangan feminis atau nontradisional tentang peran gender mungkin akan

sensitive terhadap persoanaln keseimbangan dan karenanya merasakan ketidakpuasan

yang lebih besar ketimbang wanita berpandangan tradisional.

Riset secara umum menemukan bahwa dalam hubungan yang erat, kebahagiaan

tidak terlalu dipengaruhi oleh ekuitas.Kepuasan sangat tinggi jika orang merasa mereka

mendapatkan banyak manfaat, entah itu distribusinya adil atau tidak.

Melampaui Pertukaran

Teori Pertukaran Sosial

Teori ini menyatakan bahwa rasa suka kepada orang lain didasarkan pada

penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita.

Kita menyukai seseorang bila kita mempersepsi bahwa interaksi kita dengan orang itu

bersifat menguntungkan – yaitubila ganjaran yang kita peroleh dari hubungan itu lebih

besar daripada kerugiannya. Dalam penilaian itu, kita juga akan mengadakan

perbandingan,menilai keuntungan yang kita peroleh dari orang lain.

Menurut perspektif teori ini,ganjaran memiliki 6 bentuk dasar yaitu

cinta,uang,status,informasi,barang,dan jasa. Keenam bentuk itu diklasifikasikan menjadi

dua dimensi yaitu partikularisme dan non partikular (Sears,dkk.,1999). Dalam dimensi

partikularisme termasuk bentuk ganjaran yang nilainya bergantung pada pemberi. Nilai

cinta dengan bentuk-bentuk ungkapannya sangat bergantung pada siapa yang

memberi.sebaiknya uang akan selalu dipandang bermanfaat tanpa memperdulikan siapa

pemberinya. Uang merupakan ganjaran yang bersifat non partikular.

Page 5: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Sedangkan dilihat dari dimensi keberwujudan (concreatness) dapat dibedakan

antara ganjaran yang nyata , yaitu sesuatu dapat dilihat,dicium,dan diraba,ganjaran yang

niskala atau bersifat simbolik seperti nasihat atau kedekatan sosial. Kerugian merupakan

konsekuensi dari suatu hubungan . hubungan bisa mendatangkan kerugian,misalnya

memakan waktu dan tenaga terlampau banyak,banyak menimbulkan pertentangan dan

lain-lain.

Dalam realitas interaksi nampaknya banyak dijumpai suatu hubungan yang

tetap berjalan dan dipertahankan meskipun tidak secara ketat mengikuti prinsip-prinsip

pertukaran ini

Clark dan Mills (1979) membedakan dua tipe hubungan : hubungan pertukaran

dan hubungan komunal. Dan kedua tipe hubungan ini, terjadi proses pertukaran namun

aturan member dan menerima manfaat berbeda secara signifikan. Dalam hubungan

pertukaran, orang member manfaat dengan harapan mendapatkan balasan yang setara.

Dalam exchange relationship (hubungan pertukaran) ini orang tidak merasa ada

tanggung jawab special untuk kesejahteraan orang lain sebaliknya, dalam hubungan

communal relationship (hubungan komunal), orang merasa bertanggung jawab secara

personal atas kebutuhan orang lain. Hubungan komunal biasanya terjadi antara anggota

keluarga, sahabat, dan pacar. Dalam hubungan ini, orang memberikan manfaat kepada

partnernya untuk menunjukkan perhatian dan merespon kebutuhan, tanpa mengharap

balasan yang sama di kemudian hari.

Berikut merupakan perbedaan antara dua orientasi hubungan ini menurut periset :

         Orang lebih memerhatikan kebutuhan partnernya dalam hubungan komunal

ketimbang dalam hubungan pertukaran

         Orang dalam hubungan komunal lebih memilih membeicarakan topic-topik

emosional, sedangkan orang dalam hubungan pertukaran menyukai topic non emosional

         Orang dianggap lebih altruisik jika menawarkan bantuan kepada kenalan biasa

(hubungan komunal yang lemah dimana bantuan tidak diharapkan) ketimbang jika dia

Page 6: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

memberikan bantuan kepada sahabt dekat (hubungan komunal yang kuat dimana

bantuan biasanya diharapkan)

         Orang dianggap lebih memeningkan diri sendiri jika tidak memberikan bantuan

kepada sahabat dekat ketimbang jika dia tidak memberi bantuan kepada kenalan biasa.

Dalam subah riset, periset menemukan bahwa semakin besar komitmen orang dewasa

kepada pasangannya, semakin besar kemungkinan mereka menggunakan kata ganti

“kami” dan bentuk jamak lainnya ketimbang menggunakan kata ganti ”aku” dalam

mendeskripsikan hubungan mereka.

2.2  Intimasi

Intimasi merupakan istilah yang sulit didefiniskan seperti halnya cinta.

Pengungkapan diri adalah salah satu komponen intimasi, tetapi pengungkapan informasi

personal saja tidak cukup untuk menciptakan pengalaman kedekatan psikologis. Kita

mengalami hubungan yang intim apabila kita merasa dipahami, diakui, dan diperhatikan

oleh rekan kerja kita. Intimasi tercipta ketika kita memandang orang lain sebagai

responsif dan memberi perhatian pada kita dan bereaksi dengan cara yang suportif.

Model intimasi menurut Anne dan Betty.

Pengungkapan diri itu sendiri tidak menciptakan intimasi. Orang yang

mengungkapkan diri harus merasa bahwa pendengar menerima dan memahami perasaan

atau pandangannya. Responsivitas dan kesediaan pendengar untuk balik membuka diri

adalah penting. Pada gilirannya, interaksi yang intim akan meningkatkan perasaan

saling percaya dan kedekatan emosional yang fundamental bagi perkembangan

hubungan personal.

Gender dan Intimasi

Apakah pria dan wanita cenderung mendefinisikan keintiman secara berbeda?

Berdasarkan penelitian di AS, jawabannya adalah tidak. Ketika suami istri

ditanya tentang makna keintiman, keduanya menekankan perasaan personal dan kasih

sayang. Pria dan wanita menyebutkan pengungkapan perasaan pribadi, apresiasi,

kehangatan, dan aktivitas bersama sebagai aspek penting bagi intimasi. Penelitian ini

juga menunjukkan bahwa mereka menggunakan standar yang sama untuk menilai level

Page 7: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

intimasi. Selain itu, pria dan wanita sama-sama menekankan pentingnya dukungan

emosional dalam hubungan yang erat.

Apakah pria dan wanita berbeda dalam hal derajat intimasi yang mereka

rasakan dalam hubungan mereja dengan kawan dan pasangan asmaranya?

Wanita cenderung mengungkap lebih banyak lebih banyak ketimbang pria dan

pola ini tampak jelas dalam persahabatan antara wanita dengan wanita. Interaksi antar

sahabat wanita juga cenderung lebih ekspresif secara emosional ketimbang antarsahabat

pria. Dalam studi itu, interaksi antar sesama pria kurang intim dibandingkan interaksi

antar sesama wanita. Namun, tidak ada perbedaan derajat intimasi pria dan wanita

dalam interaksi mereka dengan kawan lain jenis dan pacar. Penjelasan sosiokultural

mungkin menunjukkan bahwa wanita lebih mengutamakan perasaan dalam menjalin

hubungan pertemanan dan karenanya lebih mementingkan intimasi dan lebih ahli dalam

domain ini. Sebaliknya, pria mungkin telah diajari untuk membatasi pengungkapan diri

dan ekspresi emosinya, khususnya saat berinteraksi dengan sesama pria.

Keseimbangan Kekuasaan

Sosial power adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku,

pikiran, atau perasaan orang lain. Dalam beberapa hubungan, pria dan wanita punya

pengaruh seimbang.

Pasangan dapat mencapai keseimbangan kekuasaan dengan cara yang berbeda.

Beberapa pasangan berusaha berbagi keputusan sepenuhnya : mereka belanja bersama,

mendiskusikan rencana liburan, dan sebagainnya. Pasangan lainnya mengadopsi pola

dimana masing-masing pihak memiliki tanggung jawab “terpisah tetapi setara”. Secara

umum, kepuasan hubungan adalah tinggi dalam hubungan yang didominasi pria dan

hubungan yang egalitarian. Konsensus antara pria dan wanita mungkin lebih penting.

Perkecualian terjadi dalam hubungan yang didominasi wanita. Tampaknya lebih mudah

untuk mengikuti pola pria lebih dominan atau pola kesetaraan yang baru ketimbang

menjalani hubungan yang didominasi wanita.

Pergeseran Keseimbangan Kekuasaan

Terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi pergeseran keseimbangan

kekuasaan, yakni :

Page 8: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

a.       Sikap dan Norma Sosial

Pola kekuasaan dalam suatu hubungan sering ditentukan oleh norma sosial. Dalam

hubungan perkawinan heteroseksual, konvensi sosial biasanya memberi otoritas yang

lebih besar pada pria. Individu yang mendukung keyakinan tradisional tentang peran

jenis kelamin menganggap lelaki cocok sebagai pemimpin dan pembuat keputusan

dalam hubungan heteroseksual.

b.      Sumber Daya Relatif

Teori pertukaran sosial mengatakan bahwa sumber daya relatif dari kedua belah pihak

juga akan mempengaruhi keseimbangan kekuasaan. Sumber daya adalah segala sesuatu

yang dapat dipakai untuk memuaskan atau mengurangi kebutuhan atau membantu atau

menghambat orang untuk mendekati tujuannya. Ketika sumber daya tidak berimbang,

orang yang memiliki lebih banyak sumber daya akan lebih besar kekuasaannya.

c.       Prinsip Kepentingan Terendah

Ketika kedua belah pihak sama-sama tertarik dan berkomitmen satu sama lain,

kekuasaan cenderung seimbang. Ketika satu partner lebih tergantung pada hubungan

atau lebih peduli pada kelanjutan hubungan, maka akan muncul ketidakseimbangan.

Sosiolog Willard Waller menyebut ini sebagai principle of least interest (prinsip

kepentingan rendah). Partner yang lebih sedikit kepentingannya dalam suatu hubungan

akan memiliki kekuasaan lebih besar. Pihak yang lebih berkepntingan pada hubungan

akan tunduk pada keinginan pihak lain guna menjaga kesinambungan hubungan.

Hubungan yang didasarkan pada ketergantungan satu pihak biasanya tidak memuaskan

bagi kedua belah pihak. Hubungan ini cenderung berubah ke arah keseimbangan

kekuasaan atau menjadi putus berantakan.

2.3    Konflik

Konflik adalah proses yang terjadi ketika tindakan satu orang mengganggu

tindakan orang lain. Potensi konflik meningkat apabila dua orang menjadi saling

interdependen. Saat interakasi lebih sering terjadi dan mencakup lebih banyak aktivitas

Page 9: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

dan isu, ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan pendapat. Problem konflik

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok :

a.       Perilaku spesifik

Beberapa konflik terjadi pada perilaku spesifik dari pasangan. Contoh, seorang

mahasiswi akan merasa tersinggung ketika ia sedang belajar ada salah satu tetangga

kamarnya yang menyetel radio dengan volume yang keras.

b.      Norma dan Peran

Beberapa konflik berfokus pada isu yang lebih umum seperti hak dan tanggung jawab

partner dalam suatu hubungan. Konflik jenis ini mungkin muncul akibat adanya janji

yang tak ditepati, kurangnya perhatian, atau diabaikannya tugas yang telah disepakati.

Contoh, seorang mahasiswi akan mengeluh ketika mendapati teman sekamarnya yang

tidak melaksanakan piket asrama.

c.       Disposisi Personal

Beberapa konflik berfokus pada motif dan personalitas seseorang. Orang sering melihat

pada niat dan sikap pasangannya. Seseorang mungkin akan jengkel ketika melihat

pasangannya malas, tidak disiplin dsb.

Tiga tipe konflik itu merefleksikan fakta bahwa orang adalah interdependen

pada tiga level. Pasa level behavioral, partner mengalami problem pengoordinasian

aktivitas tertentu. Pada level normatif, mereka mengalami problem dan menegosiasikan

aturan dan peran dalam hubungan mereka. pada level disposisional, mereka mungkin

berselisih soal personalias dan niat mereka. Konflik dapat membesar apabila satu pihak

menggunakan perilaku spesifik sebagai dasar untuk menilai atribut umum dari pihak

lain. Konflik dapat membahayakan atau mungkin malah menguntungkan suatu

hubungan, tergantung cara penyelesaiannya. Konflik bisa menimbulkan pertikaian fisik

dan kekerasan aktual. Di sisi lain, konflik dapat membuka kesempatan bagi pasangan

untuk mengklarifikasi perselisihan dan mengubah ekspektasi mereka tentang hubungan.

2.4         Kepuasan dan Komitmen

         Kepuasan

Page 10: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Menurut teori interpedensi, kita akan puas jika hubungan kita menguntungkan,

yakni, jika manfaatnya lebih besar daripada biaya atau kerugiaannya. (Rusbult,

1980,1983). Dampak kerugian dari suatu hubungan bervariasi. Periset baru-baru ini

menunjukkan bahwa bervariasinya akibat dari kerugian itu mungkin karena

dikacaukannya antara konsep biaya dan pengorbanan ( Clark & Grote, 1998; Van

Lange et al, 1997). Biaya atau kerugian adalah kejadian yang kita anggap tak

menyenagkan, seperti ketika penampilan kita dikecam atau kita dipermalukan didepan

umum. Biaya selalu negative, sebaliknya pengorbanan selalu berkaitan dengan

kesejahteraan orang lain, seperi mengantar teman ke bandara atau bermain dengan adik

sang pacar yang bandel demi menyenangkan si pacar. Pengorbanan mengesampingkan

kepentinagn diri demi kepentingan hubungan, dan mungkin tidak dianggap sebagai

sesuatu yang merugikan.

Menurut teori interpedensi, kepuasan hubungan jadi dipengaruhi oleh level

perbandingan umum kita. Kita puas jika suatu hubungan sesuai dengan harapan dan

kebutuhan kita. Salah satu cara untuk merasa lebih baik adalah dengan mengatakan

kepada diri kita sendiri bahwa keadaan orang lain lebih buruk ketimbang kita (Buunk,

Oldersma, & De Dreu, 2001). Sedikit pertikaian dengan pasangan kita mungkin terlalu

menyusahkan jika kita ingat ada pasangan lain yang bertengakar setiap hari.

Persepsi keadilan memengaruhi kepuasan. Bahkan jika suatu hubungan

memberi banyak manfaat, mungkin kita tak puas jika kita yakin bahwa diri kita

diperlakukan secara tidak adil. Dalam bisnis, partner biasanya tak puas jika mereka

menganggap hubungan yang ada adalah berat sebelah. Demikian pula, dalam

persahabatan dan cinta, hubungan yang berat sebelah, di mana seseorang mendapat

lebih banyak ketimbang orang lainnya, biasanya tidak memuaskan (Cate & Llyod,

1992)

Karakteristik lain dari pasangan menikah atau pasangan kekasih yang relative

bahagia. Pasangan yang berbahagia menghabiskan lebih banyak waktu bersama dalam

aktivitas bersama. Bagi beberapa pasangan, melakukan aktivitas yang menentang

mungkin akan membantu membangkitkan kembali hasrat dan meningkatkan kepuasan

hubungan (Aron, Norman, Aron, & Lewandowski, 2002). Pasangan yang suka

Page 11: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

berpetualang mungkin akan melakukan kegiatan arung jeram atau mendaki gunung;

pasangan lainnya mungkin lebih suka menonton turnamen atau travelling. Pasanagan

yang bahagia cenderung lebih banyak menggunakan humor dan tidak terlalu banyak

bertikai.

         Komitmen

Orang yang sangat berkomitmen pada hubungan sangat mungkin untuk tetap

bersama “mengarungi suka duka” dan “demi tujuan bersama.” Dalam istilah teknis,

commitment in a relationship (komitmen dalam suatu hubungan) berarti semua

kekuatan positif dan negatif, yang menjaga individu tetap berada dalam suatundividu

tetap berada dalam suatu hubungan. Ada tiga faktor yang memengaruhi komitmen pada

suatu hubungan (Johnson, 1991; Surra &Gray, 2000).

Pertama, komitmen dipengaruhi oleh kekuatan daya tarik pada partner atau

hubungan tertentu. Jika kita suka pada orang lain, menikmati kehadirannya, dan merasa

orang itu ramah dan gaul, maka kita akan termotivasi untuk meneruskan hubungan kita

dengannya. Dengan kata lain, komitmen akan lebih kuat jika kepuasannya tinggi

(Rusbult & Van Lange, 1996). Komponen ini dinamakan “komitmen personal” karena

ia merujuk pada keinginan individu untuk mempertahankan atau mengingatkan

hubungan (Johnson, Caughlin, & Huston, 1999).

Kedua, komitmen dipengaruhi oleh nilai dan prinsip moral kita, perasaan bahwa

kita seharusnya tetap berada dalam suatu hubungan. “Komitmen moral” ini didasarkan

pada perasaan kewajiban, kewajiban agama, atau tanggung jawab social. Bagi beberapa

orang, keyakinan atau kesucian pernikahan dan keinginan menjalin komitmen seumur

hidup akan membuat mereka tidak ingin bercerai.

Ketiga, koomitmen didasarkan pada kekuatan negatif atau penghalang yang

menyebabkan seseorang akan rugi besar jika meninggalkan hubungan. Faktor yang

dapat menahankita untuk tetap dalam hubungan antara lain adalah tidak adanya

alternatif hubungan dan investasi yang kita tanamkan dalam suatu hubungan. Orang

yang sudah menikah mungkin takut pada konsekuensi legal, social, dan financial yang

timbul dari perceraian dan karenanya mereka merasa terperangkap dalam perkawinan

yang tidak bahagia. Situasi ini, dimana seseorang merasa harus melanjutkan hubungan,

Page 12: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

dinamakan “komitmen terpaksa.” Menurut teori interpedensi, dua tipe penghalang

penting adalah kurangnya alternatif yang lebih baik dan investasi yang sudah kita

tanamkan dalam suatu hubungan.

Ketersediaan Alternatif. Level perbandingan alternatif akan memengaruhi

komitmen kita. Kita mungkin berpacaran dengan orang yang tidak sesuai dengan selera

kita karena adalah satu-satunya orang yang mau dengan kita. Ketika kita tergantung

pada hubungan untuk mendapatkan hal-hal yang kita hargai dan tidak bisa mendapatkan

hal itu di tempat lain, maka kita sulit unutk meninggalkan hubungan (Attridge, Creed,

Berscheid, & Simpson, 1992). Kurangnya alternatif yang lebih baik akan meningkatkan

komitmen.

Investasi. Komitmen juga dipengaruhi oleh investasi yang kita tanamkan dalam

membentuk hubungan (Rusbult, 1980, 1983). Investasi itu antara lain waktu, energy,

uang, keterlibatan emosional, pengalaman kebersamaan, dan pengorbanan untuk

partner. Setelah banyak berinvestasi dalam suatu hubungan dan kemudian merasa

hubungan itu kurang bermanfaat akan menimbulkan disonansi kognitif pada diri kita.

Karenanya kita mungkin merasakan tekanan psikologis unutk melihat hubungan kita itu

dari sudut pandang yang lebih positif atau mengabaikan kekurangannya (Rubin, 1973).

Semakin banyak investasi kita, semakin mahal jika kita meninggalkan hubungan.

Asosiasi antara Kepuasan dan Komitmen.

Dalam banyak hubungan, ada asosiasi erat antara kepuasan dengan komitmen.

Ketika orang menenmukan manfaat khusus dari hubungan asmaranya, mereka akan

membangun komitmen. Mereka akan berhenti berpetualang asmara. Saat hubungan itu

kemudian kemudian berubah menjadi cinta kasih, mereka akan menunjukkan

perasaannya secara terang-terangan dan melangkah menuju masa depan bersama-sama.

Mereka akan menikah, membeli rumah, punya anak, hal seperti ini biasanya didasarkan

pada cinta dan keinginan kuat untuk membangun komitmen. Jika pasangan itu

mengalami masa sulit dan konflik, investasi mereka mungkin akan menjadi motivasi

untuk berusaha memperbaiki hubungan dan manyalakan kembali api asmaranya.

Namun, kepuasan dan komitmen tidak selalu berhubungan erat. Beberapa

pasangan yang tidak bahagia mampu meningkatkan kualitas hubungannya dengan

Page 13: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

pasangan yang lainnya mungkin menghentikan hubungannya, dan bahkan ada yang

mampu mempertahankan hubungan seumur hidup meski hubungan itu kurang

memuaskan. Untuk memahami sumber komitmen dalam hubungan yang kurang

memuaskan ini, para periset membandingkan pengalaman mereka yang berada dalam

perkawinan yang tidak bahagia yang ingin mempertahankan perkawinannya dengan

orang yang mempertimbangkan untuk bercerai. Secara umum, semakin banyak investasi

yang diinvestasikan oleh pasangann itu semakin besar kemungkinan mereka bertahan

dan punya anak. Kurangnya alternatif mungkin juga berpengaruh. Bagi pria dan wanita,

keyakinan bahwa kehidupan akan lebih buruk jika mereka berpisah juga berperan dalam

menguatkan komitmen. Bagi wanita, mereka mungkin merasa terancam akan

kehilangan sumber ekonomi akibat perceraian. Bagi lelaki, mereka mungkin akan

merasa kehidupan seksnya bertambah buruk jika bercerai. Individu yang percaya bahwa

perkawinan adalah komitmen seumur hidup dan pasangan yang tetap bertahan demi

anak-anaknya akan lebih mungkin untuk terus bertahan meksi ada ketidakpuasan.

Terakhir, orang yang percaya bahwa mereka memiliki kontrol yang kuat atas kehidupan

mereka sendiri dilaporkan tidak terlalu berkomitmen pada perkawinan yang tidak

memuaskan.

Kepuasan dan Komitmen dalam Hubungan Lesbiyan dan Gay.

Beberapa study membandingkan sampel pasangan gay, lesbian, dan

heteroseksual, menggunakan ukuran standar cinta, kepuasan, dan penyesuaian (Kurdek,

akan segera terbit; Peplau & Bealks, 2004). Tidak ada perbaedaan signifikan dalam

ukuran kualitas hubungan. Lesbian dan gay tidak lebih besar kemungkinannya untuk

memiliki hubungan yang membahagiakan.

Periset telah mulai mengidentifikasi faktor-faktor yang memperkaya atau

mengurangi kepuasan dalam hubungan sesama jenis (Peplau & Beals, 2004). Sesuai

dengan teori interpedensi, kepuasan akan tinggi bila seseorang merasa hubungannya

member manfaat dan lebih sedikit biaya. Kepuasan juga lebih tinggi bila partner gay

dan lesbian merasa mereka memiliki kekuasaan yang sama dan bisa mengambil

keputusan bersama.

Page 14: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Diperkirakan sekitar satu perkawinan heteroseksual dewasa ini akan berakhir

dengan perceraian. Tanpa catatan perkawinan resmi dan laporan sensus, adalah mustahil

untuk mengjukan estimasi yang sama untuk hubungan lesbian dan gay. Periset meneliti

faktor-faktor yang memengaruhi komitmen dalam hubungan gay dan lesbian (Beals,

Impett, & Peplau, 2002; Kurdek, 2000). Faktor yang diidentifikasi oleh teori

interdepedensi cukup berguna untuk memahami pasangan sesama jenis. Komitmen akan

tinggi jika partner merasa hubungannya member banyak daya tarik positif, apabila

mereka telah banyak berinvestasi dalam hubungan itu dan merasa tidak banyak

alternatif tersedia.

Perbedaan antara pasangan heteroseksual denagn homoseksual mungkin pada

hambatan untuk mengakhiri hubungan, bukan pada daya tarik positif hubungan.

Perkawinan heteroseksual menciptakan hambatan untuk bercerai seperti investasi dalam

prpoperti bersama, perhat an pada anak, atau ketergantungan financial. Rintangan ini

mungkin mendororng pasangan yang sudah menikah untuk berusaha memperbaiki

hubungan yang memburuk. Sebaliknya, pasangan gay dan lesbian lebih kecil

kemungkinannya untuk menglami hambatan ini. Dengan sedikit perkecualian, gay dan

lesbian tidak bisa menikah secara hukum. Mereka tidak menyatukan pendapatan

finansialnya atau menggabungkan propertinya, dan tidak mungkin punya anak kandung.

Tiadanya hambatan ini mengurangi peluang lesbian dan gay untuk terjebak dalam

hubungan yang kurang memuaskan. Akan tetapi, rintangan yang lemah mungkin juga

bisa menyebabkan partner untuk mengakhiri hubungan mereka. Ringkasnya, riset

menemukan banyak kemiripan antara hubungnan orang, terlepas dari orientasi

seksualnya.

2.5         Pemeliharaan Hubungan

Semua hubungan akan mengalami masalah dan kadang kekecewaan. Cara kita

merespons kekecewaan akan menjadi sebab sekaligus akibat dari kepuasan dan

komitmen kita. Di bawah ini beberapa pemikiran dan perilaku yang dapat memengaruhi

hubungan.

Ilusi Positif tentang Hubungan

Page 15: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

Orang, terutama yang berada dalam hubungan yang memuaskan dan

berkomitmen, cenderung mengidealisasikan partnernya dan memandang hubungan

mereka lebih unggul ketimbang hubungan pasangan lainnya. Anggota dari pasangan

yang bahagia cenderung menekankan kebaikan pasangannya dan tidak terlalu peduli

dengan kelemahan masing-masing. Meskipun sulit mengabaikan perilaku yang

menjengkelkan, kekurangan ini biasanya diletakkan dalam konteks kualitas positif

global. Memandang pacar sepositif mungkin dapat menambah kepuasan hubungan dan

memperkuat kepercayaan kita bahwa kita telah menemukan pasangan yang tepat. Riset

tentang hal ini telah ditemukan di berbagai kultur.

Bias Masa Lalu

Cara lain untuk mempertahankan hubungan yaitu dengan menganggap bahwa

hubungan mereka terus berjalan kea rah cinta dan intimasi. Pada dasarnya, orang

mungkin merasa bahwa hubungan mereka tak sempurna, hubungan itu akan terus

membaik dari waktu ke waktu.

Bias memori ini ditemukan dalam studi longitudinal selama 20 tahun terhadap

sekelompok istri. Kepuasan actual mereka dalam perkawinan menurun dari waktu ke

waktu. Namun, ketika diminta mengingat masa-masa awal perkawinan, para istri itu

melaporkan adanya peningkatan: mereka percaya bahwa perkawinan mereka saat ini

lebih baik ketimbang di masa lalu. Memori manusia sangat kreatif, menyusun cerita

tentang masa lalu yang mungkin berbeda dengan fakta guna menjaga komitmen saat ini.

Kemampuan untuk membayangkan adanya perbaikan mungkin memang merupakan

sumber dari harapan akan masa depan.

Godaan Partner Alternatif

Salah satu ancaman potensial terhadap suatu hubungan adalah adanya alternaif

pasangan yang menarik. Salah sau tujuan komitmen dan perkawinan adalah

mengumumkan bahwa seseorang telah terikat dengan satu pasangan. Orang yang

sangat berkomitmen kepada hubungan mungkin juga menggunakan mekanisme kognitif

untuk melindungi dan menjaga hubungannya. Misalnya, partner yang setia mungkin

akan secara aktif meremehkan alternative guna menolak godaannya. Meyakinkan diri

Page 16: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

sendiri bahwa pasangan kita jauh lebih baik adalah salah satu cara untuk menjaga

kesetiaan.

Menjelaskan Perilaku Partner

Ketika partner melakukan sesuatu yang menjengkelkan atau mengecewakan,

kita termotivasi untuk mencari tahu alasan dari tindakannya. Riset menemukan bahwa

pada umumnya pasangan yang bahagia dan yang tertekan cenderung menjelaskan

tindakan partnernya dengan cara yang berbeda. Pasangan yang bahagia cenderung

membuat atribusi yang memperkaya hubungan. Sebaliknya, pasangan yang tidak

bahagia mungkin akan membuat atribusi yang mempertahankan kesedihannya.

Pasangan yang bahagia dan kurang bahagia juga berbeda dalam dimensi

atribusional umum. Dimensi ini berkaitan dengan apakah penyebab perilaku partner

adalah disebabkan oleh situasi tertentu atau sesuatu yang lebih umum yang

memengaruhi banyak situasi. Secara keseluruhan, perbedaan aribusi ini dapat

menyebabkan partner yang berada dalam hubungan yang tidak memuaskan akan saling

memandang curiga dan saling menyalahkan, dan partner dalam hubungan yang bahagia

akan saling memandang satu sama lain sebagai bertanggung jawab dan perhatian. Riset

menunjukkan bahwa atribusi seperti ini dapat menimbulkan konsekuensi penting dalam

hubungan yang erat. Bagi pasangan yang tidak bahagia, isu tanggung jawab dan

kesalahan sering lebih mengemuka. Menginterpretasikan perilaku partner sebagai

tindakan egois dapat memperbesar perasaan kecewa dan menimbulkan kritik dan

ledakan emosi.

Kesediaan untuk Berkorban

Dalam suatu hubungan, terkadang ada situasi di mana pilihan terbaik untuk

masing-masing pihak adalah berbeda. Ketika terjadi konflik kepentingan, satu pihak

mungkin memutuskan untuk berkorban demi kebaikan partnernya atau demi menjaga

hubungan. Semakin komitmen seseorang pada hubungan, semakin besar kemungkinan

dia bersedia berkorban.

Dampak dari pengorbanan terhadap hubungan mungkin akan tergantung pada

alasan seseorang yang melakukan pengorbanan. Adalah berguna untuk membedakan

antara alasan pendekatan dan penghindaran. Kadang orang berkorban demi partner

Page 17: Teori interdependensi(Pertukaran Sosial)

untuk menunjukkan cinta dan perhatiannya, pengorbanan semacam ini yang

bermotifkan untuk mendekati bisa menimbulkan rasa bahagia dan puas. Sebaliknya,

terkadang orang berkorban demi menghindari konflik atau takut membahayakan

hubungan, pengorbanan dengan motif penghindaran dapat menimbulkan perasaan

gelisah dan amarah

Bersabar : Akomodasi dan Maaf

Istilah teknis akomodasi berarti kesediaan untuk menahan diri dan member

respons yang lebih konstruktif saat pasangan melakukan perilaku yang buruk. Riset

menunjukkan bahwa kemampuan untuk menahan diri dari marah-marah merupakan

factor penting dalam menjaga kualitas hubungan yang dekat. Orang yang mampu

memahami perspektif pasangannya, yang berusaha mengerti pemikiran dan perasaan

partnernya, biasanya tidak akan membalas perilaku negative dengan cara negative.

Perbedaan individual dalam hal control diri, dalam hal kemampuan untuk menahan

amarah, juga bisa amat berpengaruh.

Individu dalam hubungan yang bahagia dan penuh komitmen kemungkinan

besar akan lebih mudah memaafkan ketimbang individu dalam hubungan yang kurang

bahagia. Orang yang berempati kepada partner yang menyakitinya kemungkinan besar

akan member maaf dan berusaha berdamai. Lebih jauh, ada bukti awal yang

menunjukkan bahwa pemberian maaf bisa memulihkan hubungan antar pasangan.

Memberi maaf bisa mengurangi stress dan menyehatkan fisik pula.