teori feminis multikulturalisme

2
Menjawab tantangan bahwa ketidakadilan perempuan tidak dapat hanya disatukan dalam satu wadah yang sama, maka feminisme multikultural menempati posisi penting. Feminisme multikultural berakar pada pemikiran multikultural, yang berasal dari Amerika Serikat yaitu ideologi yang mendukung keberagaman. Gerakan ini didefinisikan sebagai gerakan sosial intelektual yang menyuarakan nilai-nilai keberagaman sebagai suatu prinsip dasar. Multikultural berpendapat bahwa semua kelompok kebudayaan harus diperlakukan dengan penuh penghargaan dan semua orang diperlakukan secara setara. Kalangan feminis multikultural menyambut baik pemikiran multikultural tersebut karena yang ditekankan adalah pemahaman atas perbedaan. Feminis multikultural berbeda pendapat dengan feminis tradisional yang tidak dapat membedakan kondisi perempuan dengan perbedaan kulit, kelas, dan tempat dia berada. Menurut Tong (2004:309) feminisme multikultural didasarkan pada pandangan bahwa di dalam satu negara, semua perempuan tidak dikonstruksikan oleh lingkungan sosialnya secara setara. Hal ini berkaitan pula dengan ras, kelas, kecenderungan seksual, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, kondisi kesehatan, dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap perempuan akan mengalami represi secara berbeda. Sejalan dengan hal tersebut, Elizabet Spelman mengatakan bahwa pemikiran feminis tradisional untuk meletakkan setiap perempuan dalam kondisi yang sama tidak tepat. Oleh karena itu, keinginan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan perempuan dan meletakkan perempuan seolah- olah dalam satu kondisi, harus dihilangkan. Feminisme multikultural pada awalnya didengungkan oleh feminis kulit hitam. Feminis kulit hitam mengatakan bahwa perempuan kulit berwarna dan perempuan minoritas lain memandang dunianya dengan cara yang berbeda dengan perempuan kulit putih dan perempuan yang diuntungkan. Menurut mereka, opresi yang diterima perempuan bukan saja berhubungan dengan persoalan sebagai perempuan, tetapi berkaitan pula dengan struktur dan sistem gender, ras, dan kebudayaan. Oleh karena itu, opresi

description

international relations

Transcript of teori feminis multikulturalisme

Page 1: teori feminis multikulturalisme

Menjawab tantangan bahwa ketidakadilan perempuan tidak dapat hanya disatukan dalam satu wadah yang sama, maka feminisme multikultural menempati posisi penting.

Feminisme multikultural berakar pada pemikiran multikultural, yang berasal dari Amerika Serikat yaitu ideologi yang mendukung keberagaman. Gerakan ini didefinisikan sebagai gerakan sosial intelektual yang menyuarakan nilai-nilai keberagaman sebagai suatu prinsip dasar. Multikultural berpendapat bahwa semua kelompok kebudayaan harus diperlakukan dengan penuh penghargaan dan semua orang diperlakukan secara setara. Kalangan feminis multikultural menyambut baik pemikiran multikultural tersebut karena yang ditekankan adalah pemahaman atas perbedaan. Feminis multikultural berbeda pendapat dengan feminis tradisional yang tidak dapat membedakan kondisi perempuan dengan perbedaan kulit, kelas, dan tempat dia berada. Menurut Tong (2004:309) feminisme multikultural didasarkan pada pandangan bahwa di dalam satu negara, semua perempuan tidak dikonstruksikan oleh lingkungan sosialnya secara setara. Hal ini berkaitan pula dengan ras, kelas, kecenderungan seksual, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, kondisi kesehatan, dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap perempuan akan mengalami represi secara berbeda. Sejalan dengan hal tersebut, Elizabet Spelman mengatakan bahwa pemikiran feminis tradisional untuk meletakkan setiap perempuan dalam kondisi yang sama tidak tepat. Oleh karena itu, keinginan untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan perempuan dan meletakkan perempuan seolah-olah dalam satu kondisi, harus dihilangkan.

Feminisme multikultural pada awalnya didengungkan oleh feminis kulit hitam. Feminis kulit hitam mengatakan bahwa perempuan kulit berwarna dan perempuan minoritas lain memandang dunianya dengan cara yang berbeda dengan perempuan kulit putih dan perempuan yang diuntungkan. Menurut mereka, opresi yang diterima perempuan bukan saja berhubungan dengan persoalan sebagai perempuan, tetapi berkaitan pula dengan struktur dan sistem gender, ras, dan kebudayaan. Oleh karena itu, opresi tersebut perlu dipahami dengan lebih lengkap yaitu keterkaitan antara rasisme, seksisme, dan klasisme. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapat feminis multikultural adalah ketidakadilan yang dialami perempuan tidak dapat diletakkan dalam satu jenis dan berlaku untuk seluruh perempuan. Hal ini karena ketidakadilan tersebut juga berhubungan dengan masalah ras, etnik, pendidikan, kelas, pekerjaan, dan kondisi sosial budaya yang lain. Pemosisian perempuan dalam sebuah relasi gender dengan demikian bersifat heterogen. Menurut Nira Yuval-Davis dalam Gender and Nation, pemosisian perempuan dalam ras, etnik, kebudayaan, dan negara bukanlah suatu entitas yang homogen. Setiap konstruksi dari suatu grup tersebut membuat perempuan mempunyai pengalaman dan pemosisian yang berbeda di dalamnya.