Teori Dasar Percobaan

4
Teori dasar percobaan 26 Kandungan bakteri dalam susu tidak dapat dihilangkan secara total, mengingat lingkungan asal susu merupakan sumber kontaminasi, misalnya limbah kandang yang sulit untuk dibersihkan sampai tuntas. Limbah kandang antara lain terdiri dari sisa urine dan feses ternak yang tidak mustahil mengandung bakteri golongan coli, bahkan coli fekal. Oleh karena itu susu kelas A sekalipun dari standar internasional masih doperbolehkan mengandung bakteri golongan seperti Eschericia coli sebanyak 10 sel pada setiap liter susu (10/100). Dalam percobaan ini akan dilakukan penghitungan jumlah perkiraan terdekat bakteri golongan coli. Prinsip yang digunakan sama dengan pemeriksaan JPT sebagai analisis kualitatif standar air (percobaan 24). Teori dasar percobaan 27 Beberapa mikroorganisme mempunyai kemampuan secara enzimatik mampu melakukan transformasi substrat susu menjadi produk metabolisme yang bervariasi. Dalam percobaan ini BCP (brom Cresol Purple) menjadi indikator yang akan menunjukkan bagaimana jenis bakteri yang berbeda akan memberikan reaksi atau hasil yang berbeda pada jenis susu yang sama. Teori dasar percobaan 28 Sampel ssusu yang mengandung banyak populasi mikroba yang secara metabolisme sangat aktif atau pertumbuhannya sangat cepat akan menunjukkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut karena pertumbuhan organisme. Dengan kata lain, potensial oksidasi-reduksi sampel susu tersebut sangat rendah. Metilen biru adalah indikator redoks, dimana reagen ini akan kehilangan warnanya pada kondisi anaerob. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mempelajari perubahan yang terjadi dalam komposisi susu yang telah ditumbuhi mikroorganisme. Senyawa dari susu dipecah dan hasilnya akan mereduksi metilen biru sehingga warna metilen biru hilang. Validitas uji ini didasarkan pada asumsi bahwa semua bakteri dalam susu menurun potensial reduksi oksidasinya pada suhu 37 o C. Kebanyakan organisme termofilik, psikrofilik, dan termoduri, yang tidak dapat tumbuh pada suhu ini, tidak akan menunjukkan hasil uji yang positif. Namun, susu murni akan mengandung Streptococcus lacis dan Escherichia coli yang merupakan pereduksi yang sangat kuat. Hal ini

description

Teodas

Transcript of Teori Dasar Percobaan

Page 1: Teori Dasar Percobaan

Teori dasar percobaan 26

Kandungan bakteri dalam susu tidak dapat dihilangkan secara total, mengingat lingkungan asal susu merupakan sumber kontaminasi, misalnya limbah kandang yang sulit untuk dibersihkan sampai tuntas. Limbah kandang antara lain terdiri dari sisa urine dan feses ternak yang tidak mustahil mengandung bakteri golongan coli, bahkan coli fekal. Oleh karena itu susu kelas A sekalipun dari standar internasional masih doperbolehkan mengandung bakteri golongan seperti Eschericia coli sebanyak 10 sel pada setiap liter susu (10/100). Dalam percobaan ini akan dilakukan penghitungan jumlah perkiraan terdekat bakteri golongan coli. Prinsip yang digunakan sama dengan pemeriksaan JPT sebagai analisis kualitatif standar air (percobaan 24).

Teori dasar percobaan 27

Beberapa mikroorganisme mempunyai kemampuan secara enzimatik mampu melakukan transformasi substrat susu menjadi produk metabolisme yang bervariasi. Dalam percobaan ini BCP (brom Cresol Purple) menjadi indikator yang akan menunjukkan bagaimana jenis bakteri yang berbeda akan memberikan reaksi atau hasil yang berbeda pada jenis susu yang sama.

Teori dasar percobaan 28

Sampel ssusu yang mengandung banyak populasi mikroba yang secara metabolisme sangat aktif atau pertumbuhannya sangat cepat akan menunjukkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut karena pertumbuhan organisme. Dengan kata lain, potensial oksidasi-reduksi sampel susu tersebut sangat rendah. Metilen biru adalah indikator redoks, dimana reagen ini akan kehilangan warnanya pada kondisi anaerob. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mempelajari perubahan yang terjadi dalam komposisi susu yang telah ditumbuhi mikroorganisme. Senyawa dari susu dipecah dan hasilnya akan mereduksi metilen biru sehingga warna metilen biru hilang.

Validitas uji ini didasarkan pada asumsi bahwa semua bakteri dalam susu menurun potensial reduksi oksidasinya pada suhu 37oC. Kebanyakan organisme termofilik, psikrofilik, dan termoduri, yang tidak dapat tumbuh pada suhu ini, tidak akan menunjukkan hasil uji yang positif. Namun, susu murni akan mengandung Streptococcus lacis dan Escherichia coli yang merupakan pereduksi yang sangat kuat. Hal ini menunjukkan uji MB ini sangat cocok dipakai untuk menguji susu murni saat pengambilan atau pemanenannya. Caranya praktis dan mudah dipelajari. Terutama untuk petugas lapangan saat mengambil atau memriksa susu.

Prinsip yang disgunakan dalam percobaan ini adalah kecepatan reduksi yang terjadi. Makin cepat metilen biru tereduksi atau kehilangan warna maka makin buruk kualitas sampel susu. Batasan yang dibuat adalah :

a. Reduksi dalam 30 menit menunjukkan kualitas sangat burukb. Reaksi yang terjadi antara 30 menit dan 2 jam menunjukkan kualitas burukc. Reduksi yang terjadi antara 2-6 jam menunjukkan kualitas susu yang cukup baikd. Reduksi yang terjadi antara 6-8 jam mengindikasikan kualitas susu yang baik.

Teori dasar percobaan 29

Page 2: Teori Dasar Percobaan

Standar plate count pada makanan tidak jauh berbeda dengan pada air ataupun susu, hanya materi yang digunakan yaitu sumber makanan harus melewati proses dengan blender agar dapat diperoleh suspensi. Suspensi yang terbentuk selanjutnya melewati proses pengenceran agar diperoleh jumlah bakteri yang tub=mbuh dan dapat diamati pada cawan petri.

Teori dasar percobaan 30

Teori dasar percobaan 31

Untuk penentuan kehadiran bakteri patogen pada bahan makanan dilakukan melalui pengayaan (enrichment) terlebih dahulu dengan tujuan untuk memperbanyak jumlah bakteri yang terkandung dalam sampel, kemudian baru ditanam dalam media selektif. Dari koloni yang tumbuh dilakukan uji biokimia untuk mengidentifikasi jenis dari bakteri tersebut.

Teori dasar percobaan 32

Teori dasar percobaan 33

Teori dasar percobaan 18

Karena ukurannya yang besar, nutrien dengan berat molekul tinggi seperti polisakarida, lipida, dan protein tidak mampu melewati membran sel. Makromolekul ini harus terlebih dahulu dihidrolisis dengan enzim ekstraseluler yang spesifik menjadi building block seperti asam amino, dll. Building block yang berat molekulnya sudah lebih rendah itu dapat dikirimkan ke dalam sel dan digunakan untuk sintesis keperluan protoplasma dan menghasilkan energi.

A. Hidrolisa PatiPati merupakan salah satu polisakarida yang dapat dihidrolisa oleh mikroorganisme dengan menghasilkan senyawa yang lebih sederhana seperti dekstrin seperti dan monosakarida. Hidrolisa ini terjadi karena adanya enzim amilase yagn dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu, sehingga membentuk molekul disakarida seperti maltosa dan selanjutnya menghasilkan glukosa

Pada percobaan ini digunakan medium agar pati dengan pati sebagai substrat polisakarida. Deteksi aktic=vitas hidrolisis pati yang megikuti periode pertumbuhan adalah dengan menentukan masih ada atau tidaknya pati dalam medium. Larutan iodine atau lugol adalah indikator untuk menunjukkan adanya pati. Bila medium yang mengandung pati diberi larutan iodin, maka akan terbentuk warna biru (hasil negatif). Bila terjadi hidrolisa, maka daerah yang tidak mengandung pati akan tampak jernih/bening bila diberikan larutan iodin (hasil positif).

B. Hidrolisa LipidaLemak adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang memiliki sumber energi yang besar. Degradasi lipida seperti trigliserida dikatalis oleh enzim ekstraseluluer yagn disebut lipase (esterase) yang memecahkan ikatan ester dan membentuk building block gliserol dan asam lemak. Begitu terasimilasi ke dalam sel, komponen dasar ini dapat dimetabolis lebih lanjut melalui respirasi aerob, menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Komponen ini juga dapat memasuki jalur metabolisme untuk sintesis ke[erluan sel lainnya.

Page 3: Teori Dasar Percobaan

C. Hidrolisa KaseinProtein adalah makromolekul yang mengandung asam amino dalam ikatan peptida. Sebelum dipergunakan sebagai bahan nutrisi seluler, senyawa ini harus diuraikan terlebih dahulu menjadi senyawa sederhana dalam bentuk asam amino melalui proses peptonisasi atau proteolisis, dimana enzim yang berperan dalam proses ini adalah protease. Fungsi dari protease adalah memecahkan ikatan peptida.

Banyak mikroorganisme yang mampu menghidrolisa protein dari lingkungannya menjadi peptida atau asam amino yang kemudian diserap sel dan dijadikan lagi protein yang potensial bagi mikroorganisme. Proses hidrolisis ini disebut peptonisasi yang berbeda pada jenis bakteri yang berbeda, sehingga dapat dijadikan salah satu kriteria dalam identifikasi.

Pada percobaan ini digunakan salah satu jenis protein, yaitu protein susu atau kasein. Medium yang digunakan adalah medium agar susu yang mengandung protein kasein. Seperti protein lainnya, protein susu adalah suspensi koloid yang memberi warna pada media dan tidak tembus cahaya (opacity).

Setelah inokulasi dan inkubasi, mikroorganisme yang mengeluarkan enzim protease akan memperlihatkan zona proteolis yang berwarna bening di sekitar pertumbuhan bakteri. Hilangnya kemampuan tidak tembus cahaya ini menunjukkan adanya reaksi hidrolisis yang menghasilkan asam amino terlarut dan tidak koloid. Sementara bila tidak terbentuk daerah bening menunjukkan hasil negatif, karena tidak terjadi hidrolisa kasein.

Selain ketiga hidrolisis di atas, ada beberapa jenis reaksi hidrolisis lainnya yang juga sering digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Misalnya hidrolisis gelatin, hidrolisis urea, dan hidrolisis tiptofan, dimana bakteri tertentu seperti E. coli mempunyai kemampuan merubah asam amino menjadi indol dan asam piruvat dengan bantuan enzim triptofanase.