Teori Dasar
-
Upload
endah-sasmita-waluyo -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of Teori Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fluidisasi merupakan suatu proses untuk mengubah sifat fisis material granular
(padatan) yang bersifat statis menjadi fluida yang bersifat dinamis. Proses fluidisasi
ini dapat terjadi jika fluida (liquid atau gas) dilewatkan melalui padatan. (Wikipedia,
2010).
Pada saat suatu aliran gas dilewatkan melalui bagian bawah partikel padat yang
diam, aliran gas akan bergerak ke atas dan mengisi bagian partikel yang kosong.
Partikel padat disebut juga sebagai partikel unggun. (Wikipedia, 2010). Laju alir
udara pada kolom yang kosong disebut kecepatan superfisial, sementara kecepatan
udara di antara partikel unggun disebut kecepatan interstitial. (Laboratorium Proses
dan Operasi Teknik I, 1989).
Jika kecepatan gas (fluida) rendah, gaya seret aerodinamis dalam partikel juga
rendah, dan dengan demikian partikel bed berada dalam keadaan tetap (fixed bed).
Keadaan ini berada dalam keadaan kecepatan interstisial yang rendah.
Peningkatan kecepatan superfisial akan membuat gaya seret melawan gaya
gravitasi. Hal ini akan menyebabkan munculnya rongga antar partikel akibat partikel
yang bergerak. Fenomena ini menyebabkan tahanan terhadap udara mengecil.
Peningkatan kecepatan superfisial lebih lanjut akan menyebabkan gaya seret menjadi
kritis atau sama dengan gaya gravitasi ke arah bawah, menyebabkan partikel bersifat
menjadi fluida (atau telah mengalami fluidisasi). (Wikipedia, 2010). Kecepatan
superfisial terendah yang dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum
fluidization velocity (Umf). (Laboratorium Proses dan Operasi Teknik I, 1989).
Kemudian, kecepatan kembali ditingkatkan, densitas bulk dari partikel bed akan
terus menerus menurun dan fluidisasi menjadi lebih bergejolak (tidak diam lagi) dan
bersama-sama mengikuti aliran gas yang mengalir. (Wikipedia, 2010). Sedangkan,
menurut McCabe (1985: 148), peningkatan kecepatan superfisial akan menyebabkan
penurunan tekanan akan meningkat tetapi partikel-partikel unggun masih tetap tidak
bergerak dan tinggi unggun pun tidak berubah. Pada saat kecepatan superfisial
mencapai Umf, penurunan tekanan yang terjadi akan tetap konstan sementara tinggi
unggun akan bertambah jika aliran ditingkatkan lagi.
Fenomena fluidisasi yang terjadi jika fluida yang digunakan adalah gas akan
berbeda dengan fenomena yang terjadi jika fluida yang digunakan adalah liquid,
terutama pada kecepatan superfisial yang lebih besar dari Umf. Jika fluida yang
digunakan adalah gas, fluidisasi yang terjadi kemungkinan besar adalah fluidisasi
agregat atau gelembung (aggregative atau bubbling fluidization). Sementara jika
fluida yang digunakan adalah liquid, fluidisasi yang terjadi biasanya adalah fluidisasi
partikulat (particulate fluidization). Sementara jika kecepatan fluida yang melewati
unggun solid menjadi sangat besar, semua partikel terbawa oleh fluida dan
menghasilkan fluidisasi kontinyu (continuous fluidization). Penyamarataan bahwa
fluida gas akan menghasilkan fluidisasi gelembung sementara fluida liquid
menghasilkan fluidisasi partikulat tidak sepenuhnya tepat. Perbedaan densitas antara
fluida dengan partikel unggun merupakan parameter yang penting (McCabe,
1985:151-152).
Partikel unggun yang terfluidisasi memiliki karakteristik transfer panas yang
sangat baik. Jika ada partikel padat atau gas yang ikut memasuki partikel unggun ini,
partikel tersebut dapat mencapai temperatur unggun dengan cepat (terjadi peristiwa
perpindahan panas). Pada unggun, partikel yang terlibat bersifat isotermal. Hal ini
disebabkan meratanya seluruh campuran dan area kontak yang luas antara gas dan
partikel. (Othmer, 1994:155).
Fludisasi memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan. Berikut kelebihan
dari fluidisasi.
Keuntungan proses fluidisasi, antara lain:
1. Partikel yang bersifat seperti fluida akan bergerak secara kontinu dan
memudahkan dalam pengoperasian dengan sistem automatis;
2. Laju pencampuran antara padat yang cepat akan membantu pencapaian
kondisi isotermal yang lebih cepat sehingga kondisi operasi dapat lebih
mudah terkontrol;
3. Sirkulasi padatan di antara fluida bed memungkinkan untuk terjadinya
transfer panas;
4. Fluidisasi dapat dilakukan untuk jenis operasi berskala besar;
5. Laju perpindahan panas maupun massa antara gas dan partikel sangat
cepat;
6. Laju transfer panas di antara partikel fluida dengan partikel yang muncul
di permukaan sangat cepat sehingga hanya memerlukan luas permukaan
yang kecil pada saat melakukan transfer panas menggunakan heat
exchanger.
Di samping itu, berikut kelemahan proses fluidisasi.
1. Kesulitan untuk menggambarkan aliran gas, bagaimana gas dapat
membentuk gelembung pada partikel unggun, sulit juga menggambarkan
kontak antara gas dan partikel secara efisien;
2. Laju pencampuran yang cepat pada partikel padat juga dapat menimbulkan
waktu tinggal yang tidak seragam di dalam reaktor;
3. Karakteristik fluidisasi dapat berubah dari waktu ke waktu akibat
pengikisan dari partikel pada saat operasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fenomena Fluidisasi
Fluidisasi dapat terjadi ketika suatu aliran udara melewati suatu partikel unggun.
Aliran udara tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada partikel serta
pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop yang diberikan akan meningkat jika
kecepatan superfisial1 dinaikkan.
Kecepatan superfisial merupakan salah satu faktor penting dalam fenomena
fluidisasi. Partikel unggun2 akan diam jika kecepatan superfisial yang rendah.
Fluidisasi sendiri dapat terjadi jika gaya seret fluida dapat mendukung gaya berat dari
partikel unggun yang arahnya berlawanan dengan gaya seret. Gaya seret ini juga
menyebabkan unggun mengembang dan tahanan aliran udara mengecil.
1 Kecepatan Superfisial adalah kecepatan udara pada saat tabung kosong.2 Partikel unggun merupakan partikel yang dilewati oleh udara (fluida). Partikel unggun merupakan partikel padat (materi granular) yang akan difluidisasi oleh fluida (dalam hal ini udara).
Suatu partikel unggun yang terfluidisasi dapat diilustrasikan melalui perubahan
laju alir gas. Berikut gambar mengenai fenomena fluidisasi.
Gambar 1. Partikel Unggun Terfluidisasi melalui Perubahan Laju Alir Gas
Beberapa faktor yang memengaruhi fluidisasi, antara lain laju alir fluida dan jenis
fluida, ukuran dan bentuk partikel, jenis dan densitas partikel, porositas unggun,
distribusi aliran, distribusi bentuk ukuran fluida, diameter kolom fluidisasi, dan tinggi
unggun.
Berikut fenomena fluidisasi pada partikel unggun berdasarkan kecepatan
superfisial udara yang melewati partikel.
a. Fenomena fixed bed fluidization
Fenomena ini terjadi jika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi sehingga partikel berada dalam
keadaan diam.
b. Fenomena minimum fluidization
Fenomena ini terjadi jika laju alir fluida mencapai laju alir minimum (Umf)
yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Partikel-partikel padat mulai
terekspansi pada keadaan ini. Jika kecepatan aliran fluida kurang dari
kecepatan Umf maka unggun akan diam (packed bed). Namun, jika kecepatan
aliran fluida dinaikkan melebihi Umf, unggun tidak hanya terangkat, tetapi
dapat saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya partikel akan mengalami
perpindahan massa dan bertindak seperti fluida.
Gambar 2. Transisi dari packed bed menjadi fluidized bed
c. Fenomena smooth fluidization
Fenomena ini terjadi jika distribusi aliran dan kecepatan fluida merata serta
densitas dan distribusi partikel dalam unggun homogen. Akibatnya, ekspansi
pada setiap partikel padatan seragam.
d. Fenomena bubbling fluidization
Fenomena ini terjadi jika gelembung-gelembung yang terdapat di dalam
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel yang tidak homogen.
e. Fenomena slugging fluidization
Fenomena ini terjadi jika lebar gelembung yang terjadi dapat mencapai
diameter kolom yang terbentuk pada partikel padat. Hal yang dapat diamati
dari keadaan ini adalah adanya penorakan pada partikel padat sehingga
partikel padat terlihat seperti terangkat.
f. Fenomena channeling fluidization
Fenomena ini terjadi jika terbentuk saluran seperti tabung vertikal (channel) di
dalam partikel unggun tadi.
g. Fenomena disperse fluidization
Fenomena ini terjadi jika kecepatan alir fluida telah melebihi kecepatan
maksimum aliran fluida. Hal ini ditandai dengan adanya sebagian partikel
akan terbawa aliran fluida dan ekspansi mencapai nilai maksimum.
2.2 Jenis-jenis Fluidisasi
2.2.1 Fluidisasi Partikulat
Fluidisasi partikulat merupakan fluidisasi yang memiliki ekspansi hamparan
yang cukup besar tetapi seragam pada kecepatan tinggi. Fluidisasi ini biasa
terjadi pada media pasir dengan air, dimana partikel pasir dapat bergerak
menjauh satu sama lain namun densitas tetap merata di seluruh bagian unggun.
Persamaan empiris yang dapat digunakan untuk partikel unggun diam dan
agak mengembang adalah persamaan Ergun. Namun, jika partikel telah
bergerak secara laminar, persamaan yang dapat digunakan adalah persamaan
berikut.3
ε3
1−ε=
150V s μ
g (ρp−ρ )φs2
Dp2 (1)
2.2.2 Fluidisasi Agregat atau Fluidisasi Gelembung
Fluidisasi agregat (aggregative fluidization) atau fluidisasi gelembung
(bubbling fluidization) terjadi jika fluida berupa udara dilewatkan pada partikel
unggun. Gelembung atau rongga kosong dalam partikel padat dapat terjadi jika
kecepatan superficial yang terjadi jauh melampaui kecepatan fluidisasi minimum
(umf). Gelembung ini berperilaku menyerupai gelembung uap di dalam zat cair
yang mendidih. Oleh karena itu, fluidisasi jenis ini juga sering disebut fluidisasi
didih (boiling bed).4
Gelembung-gelembung yang terbentuk cenderung bersatu dan menjadi besar
pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu. Jika kolom yang digunakan
berdiameter kecil dengan hamparan zat padat yang tebal, gelembung itu mungkin
berkembang hingga memenuhi seluruh penampang. Gelembung-gelembung yang
beriringan lalu bergerak ke puncak kolom terpisah dari zat padat yang seakan-akan
tersumbat. Peristiwa ini disebut penyumbatan (slugging). 5 Partikel unggun yang
lebih ringan, lebih halus, dan bersifat kohesif sangat sukar terfluidisasi karena gaya
tarik antarpartikel lebih besar daripada gaya seretnya. Partikel cenderung melekat
satu sama lain dan gas menembus unggun dengan membentuk channel.6
Pengembangan volume unggun dalam fluidisasi gelembung terutama
disebabkan oleh volume yang dipakai oleh gelembung uap, karena fase rapat pada
umumnya tidak berekspansi dengan peningkatan aliran. Dalam penurunan berikut
ini, aliran gas melalui fase rapat diandaikan sama dengan Umf dikalikan dengan
3 McCabe, WL., 1985, Unit Operation of Chemical Engineering , 4th edition, McGraw Hill, hlm. 151-1524 McCabe, ibid.5 Ibid.6 Laboratorium Proses dan Operasi Teknik I, 1989, “Fluidisasi dan Transfer Panas dalam Unggun Terfluidisasi”, hlm. 1-2.
fraksi unggun yang diisi oleh fase rapat, ditambah sisa aliran gas yang dibawa oleh
gelembung.7
V s=f b ub+(1−f b )U mf (2)
Dimana:
fb : fraksi unggun yang diisi gelembung
ub : kecepatan rata-rata gelembung
Dalam fluidisasi agregat, fluida akan membuat gelembung pada padatan
unggun dalam tingkah laku yang khusus. Gelembung fluida meningkat melalui
unggun dan pecah pada permukaan unggun dan akan tejadi “splashing” dimana
partikel unggun akan bergerak ke atas. Seiring dengan meningkatnya kecepatan
fluida, perilaku gelembung akan bertambah besar.8
2.2.3 Fluidisasi Kontinu
Bila kecepatan fluida melalui hamparan zat padat cukup besar, maka semua
partikel dalam hamparan itu akan terbawa ikut oleh fluida hingga memberikan suatu
fluidisasi kontinu. Prinsip fluidisasi ini terutama diterapkan dalam pengangkutan zat
padat dari suatu titik ke titik lain dalam suatu pabrik pengolahan di samping ada
beberapa reaktor gas zat padat lama yang bekerja dengan prinsip ini. Contohnya
adalah dalam tranportasi lumpur dan tranportasi pneumatika.9
2.3 Pressure Drop
Fenomena di atas dapat dijelaskan melalui persamaan Bernoully dengan aliran
laminer sebagai berikut, yaitu:
F=150 V s μ(1−ε )2 Δx
( D p )2ε3 ρ (3)
Pada Gambar 2 di atas terlihat bahwa perbedaan tekanan sepanjang unggun secara
linear berbanding lurus dengan laju alir volumetrik selama fluidisasi belum tercapai.
Jika padatan berupa partikel seperti pasir, ketahanan partikel tersebut terhadap aliran
fluida akan menurun dengan meningkatnya porositas partikel tersebut.10
7 McCabe, op cit.8
Brown, dkk., 1955, Unit Operation, New York: John Willey & Sons, hlm. 269.9 McCabe, op.cit, hlm. 169.
Berdasarkan rumus (3), peningkatan nilai Vs akan menyebabkan ε meningkat,
tetapi ∆P harus dijaga tetap konstan. Kemudian, terjadi peningkatan nilai ∆x, tetapi
pengaruh dari kenaikan ∆x ini lebih kecil dibandingkan pengaruh yang ditimbulkan
oleh perubahan ∆ε. Adapun hubungan ∆x, ∆P dan kecepatan aliran fluida dapat
dilihat pada Gambar 2.11
Selama fluidisasi, penurunan tekanan sepanjang unggun akan tetap walaupun
kecepatan superfisial terus dinaikkan dan sama dengan berat efektif unggun persatuan
luas:
Δp= mρp Sb
( ρp−ρf ) g(4)
Jika laju alir ke unggun terfluidisasi diturunkan bertahap, penurunan tekanan akan
tetap konstan dan tinggi unggun akan berkurang.Walaupun demikian, tinggi unggun
terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-mula untuk fixed bed. Hal ini
dikarenakan solid di dalam tabung cenderung berkumpul lebih rapat daripada jika
solid diam secara bertahap dari keadaan terfluidisasi. Penurunan tekanan pada laju alir
rendah lebih kecil daripada nilai awal di fixed bed.12
2.4 Sifat dan Karakterisasi Partikel Unggun
A. Kecepatan Fluidisasi Minimum (Umf)
Kecepatan fluidisasi minimum merupakan kecepatan superficial terendah yang
dibutuhkan untuk terjadinya fluidisasi. Umf dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut.
(5)
Dengan bilangan Archimides (Ar):
(6)
Untuk memprediksi Umf, Ergun menurunkan suatu korelasi dengan cara
menyamakan pressure drop pada saat Umf dengan berat unggun persatuan luas
dan diperoleh persamaan sebagai berikut.
10 Nevers, Noel de, 1991, Fluid Mechanics Chemical Engineering, New York: McGraw-Hill
Inc., hlm. 43011 Nevers, ibid, 431.12 McCabe, op cit.
(7)
Suku pertama persamaan Ergun dominan untuk aliran laminer sedangkan suku
kedua dominan pada aliran turbulen.
B. Kecepatan Terminal
Kecepatan terminal suatu partikel (Ut) merupakan kecepatan suatu partikel
yang konstan pada saat partikel melewati fluida. Dalam hal ini, kecepatan terminal
dapat diperoleh melalui persamaan berikut.
U t=[ 4 gd p( ρp−ρg )3 ρg Cd
]1/2
(8)
Untuk aliran fluida yang bersifat laminar, persamaan akan mengikuti Hukum
Stokes sehingga:
Cd=24Re p (9)
Re p=d p Uρg
μ (10)
Kecepatan terminal untuk partikel tunggal berbentuk bulat (seperti pasir)
dinyatakan dengan
U t=g( ρ p− ρg )d
p2
18 μ untuk Rep < 0.4 (11)
Dan untuk partikel besar dengan Cd = 0.43
U t=[ 3,1( ρ p−ρg ) gd p
ρg]1/2
untuk Rep > 500 (12)
Persamaan (12) menyatakan secara tidak langsung bahwa faktor dominan
untuk ukuran partikel kecil merupakan viskositas. Sedangkan, untuk partikel yang
berukuran besar faktor densitas merupakan faktor yang dominan.
C. Ukuran partikel
Ukuran partikel padatan pada unggun terfluidisasi yang digunakan merupakan
rataan ukuran partikel rata-rata atau dengan menggunakan diameter rata-rata. Hal
ini disebabkan ukuran partikel selalu berbeda-beda dan mengacu pada distribusi
ukuran partikel..
d sv=1
∑x i
d pi (13)
Keterangan: dp = diameter partikel rata-rata yang secara umum digunakan untuk
desain;
dsv = diameter dari suatu bidang
D. Sphericity
Sphericity merupakan salah satu faktor bentuk yang didefinisikan sebagai
rasio dari area permukaan volume partikel bulat yang sama dengan partikel itu
dibagi dengan area permukaan partikel. Untuk material yang melingkar seperti
katalis dan pasir bulat, nilai sphericity sebesar 0.9 atau lebih.
ψ=d sv
d v (14)
E. Densitas Padatan
Densitas suatu partikel padatan dapat dibagi menjadi tiga katagori, yaitu
densitas bulk, skeletel, dan partikel. Densitas bulk diperoleh dengan membagi
berat keseluruhan partikel dengan volume partikel. Berat partikel yang digunakan
juga harus menyertakan faktor kekosongan pori-pori partikel.
Sedangkan, densitas skeletel merupakan densitas suatu partikel padatan jika
porositasnya bernilai nol. Densitas partikel merupakan berat suatu partikel dibagi
dengan volumenya dengan menyertakan pori-pori. Apabila nilai densitas partikel
tidak diberikan, pendekatan untuk densitas partikel dapat diperoleh dengan
membagi dua densitas bulk.
F. Gaya Antar Partikel
Gaya antar partikel ada beberapa macam, seperti gaya van der Waals, gaya
elektrostatis, gaya kapilaritas, dsb. Namunm untuk fluidisasi, gaya antar partikel
ini sering kali diabaikan karena pergerakan partikel unggun yang cepat dan tak
beraturan.
G. Daerah Batas Fluidisasi
Daerah batas fluidisasi ditandai dengan adanya partikel unggun yang sedikit
terangkat. Daerah batas ini mudah terlihat pada kecepatan gas yang rendah, pada
saat gaya berat telah berhasil diimbangi oleh gaya seret fluida.
H. Batas Partikel
Partikel diklasifikasikan berdasarkan bagaimana partikel tersebut terfluidisasi
dalam udara pada kondisi tertentu. Partikel tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
partikel halus, partikel kasar, partikel yang sangat halus (bersifat kohesif), dan
partikel unggun yang bergerak. Dalam percobaan ini, partikel yang digunakan
termasuk ke dalam unggun yang bergerak.
I. Pressure Drop (Penurunan Tekanan)
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, penurunan tekanan
akibat adanya udara yang bergerak menembus partikel unggun. Selain itu,
penurunan tekanan dapat terjadi disebabkan adanya static head, akselerasi dan
kehilangan friksi untuk gas dan padatan. Untuk aplikasi fluidisasi unggun di luar
kondisi ketika akselerasi penurunan tekanan dapat diterima, penurunan tekanan
akan dihasilkan dari static head padatan. Untuk itu, berat suatu partikel unggun
jika dibagi dengan tinggi padatan akan menghasilkan densitas sesungguhnya dari
unggun yang terfluidisasi. Berikut persamaan yang menyatakan hubungan ini.
PLpggc (14)
2.5 Sifat-sifat Perpindahan Panas dalam Unggun Terfluidisasi
Unggun yang terfluidisasi oleh gelembung-gelembung tercampur dengan sangat
baik karena pertikel-partikel unggun tersirkulasi oleh gelembung udara yang naik.
Akibatnya suhu unggun sangat seragam, walaupun terdapat reaksi yang sangat
eksoterm. Jika luas permukaan tranfer panas antara gas dan unggun cukup tinggi
sehingga gas dan pertikel cepat mencapai suhu yang sama. Laju transfer panas yang
tinggi juga dapat diperoleh antara permukaan panas yang tercelup di dalam unggun
dengan unggun itu sendiri. Tiga mekanisme yang menyumbangkan transfer panas
antara unggun terfluidisasi dan permukaan adalah sebagai berikut.13
13 Laboratorium Proses dan Operasi Teknik I, op cit, hlm. 4-7.
A. Partikel Unggun dengan Diameter < 500 dan Densitas < 4000 kg/m3 (kecuali
partikel halus yang sangat kohesif)
Mekanisme utama adalah adanya sirkulasi antara bulk unggun dan partikel
yang berdekatan denghan permukaan panas (Particle Convective Mechanism).
Partikel mampu mentransfer banyak panas karena mempunyai kapasitas panas.
Pada saat awal partikel berdekatan dengan permukaan panas, terdapat gradien
suhu lokal yang besar yaitu adanya perbedaan suhu yang besar antara bulk unggun
dengan permukaan sehingga laju perpindahan panas sangat besar. Tapi, semakin
lama suhu unggun semakin mendekati suhu permukaan. Jadi untuk selang waktu
tertentu laju transfer panas semakin tinggi jika pertikel bersinggungan dengan
permuikaan panas dalam resident time yang singkat yang dapat diperoleh dengan
mengatur kondisi operasi. Tetapi harus diingat bahwa resident time yang kecil
untuk memperoleh koefisien perpindahan panas yang paling tinggi dibatasi oleh
konduktivitas panas gas dan jarak jalur transfer panas terpendek di mana panas
mengalir secara konduksi antara partikel unggun dan permukaan panas.
B. Partikel Unggun dengan Ukuran/Densitas lebih besar dari bagian A
Kecepatan interstitial yang terjadi adalah turbulen, yang berarti bahwa transfer
panas konveksi melalui gas menjadi penting. Jika transfer panas mode ini menjadi
dominan, maka transfer panas akan naik dengan naiknya diameter partikel.
(karena makin besar partikel, makin besar turbulensi kecepatan interstitial).
C. Partikel Unggun dengan Temperatur yang Lebih Tinggi
Partikel akan terdapat perbedaan temperatur yang sangat besar antara unggun
dan permukaan panas sehingga transfer panas secara radiasi menjadi penting.
Perpindahan kalor ke permukaan dalam sistem padat-gas koefisien
perpindahan panas ke permukaannya sangat tergantung pada kualitas fluidisasi
yang terjadi (Coulson, 1968:215).
2.6 Aplikasi Fluidisasi
Aplikasi fluidisasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari adalah saat kita
membuat popcorn. Butiran popcorn, yang ukuran dan bentuknya hampir sama,
tercampur dalam aliran udara panas yang mengalir dari bagian bawah tungku.
Beberapa proses yang menerapkan fluidisasi: (1) Proses Kimia Katalitik: Fischer-
Tropsch systhesis; oksidasi SO2 menjadi SO3; klorinasi atau brominasi methanen
ethylene. (2) Proses Kimia Nonkatalitik: pemanggangan sulfide dan bijih sulfat (ZnS,
pyrite, CN2S), pembakaran waste liquids dan solid refuse; pembakaran batubara dan
bahan baker lain. (3) Proses Fisis: pengeringan (fosfat, batubara, polipropilen,
makanan), granulasi (pupuk, obat-obatan); pengadukan; pelapisan polimer pada
logam, dan lain sebagainya.