Teori Dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa Serta Metode Dan Teknik Pembelajaran Bahasa
description
Transcript of Teori Dan Pendekatan Pembelajaran Bahasa Serta Metode Dan Teknik Pembelajaran Bahasa
TEORI DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA SERTA METODE DAN TEKNIK
PEMBELAJARAN BAHASA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Disusun oleh :
Cytra Ardila Rozalina
146223685
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGUURUAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
KUNINGAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini. Tidak sedikit hambatan yang
ditemukan selama pengerjaan makalah ini, walaupun begitu kiranya masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini baik dalam hal isi, sistematika maupun teknik penulisannya. Sehingga
peran serta semua pihak dalam hal kritik dan saran membangun sangatlah kami butuhkan untuk bias
membuat makalah yang lebih baik di waktu mendatang
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca dan
dapat membantu semua pihak dalam menambah pengetahuan dan wawasannya.
Kuningan, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan penulisan......................................................................................... 2
D. Metode penulisan......................................................................................... 2
E. Sistematika penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori pembelajaran bahasa........................................................................... 3
B. Pendekatan pembelajaran bahasa................................................................ 9
C. Metode pembelajaran bahasa......................................................................12
D. Teknik pembelajaran bahasa........................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................18
B. Saran............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan salah satu tugas utama seorang guru. Dalam melaksanakan
tugasnya tersebut, seorang guru memerlukan pedoman yang dijadikan sebagai
pegangan agar apa yang dilakukannya sesuai dengan kebijakan pemerintah
yaitu kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam kaitannya
dengan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar, peranan guru sebagai pendidik,
pengajar, dan pembimbing yang paling utama ialah kurikulum.
Seperti yang telah diketahui, kurikulum disusun berdasarkan suatu pendekatan
yang dilandasi pandangan atau filsafat tertentu. Apabila pandangan berubah, pendekatan
berubah, maka kurikulum pun akan berubah, dan ini berarti pedoman proses belajar
mengajar juga berubah. Perubahan kurikulum ini dilakukan untuk menyesuaikan
program pendidikan dengan kebutuhan masyarakat serta meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam beberapa dasa warsa ini, telah terjadi beberapa kali perubahan pendekatan dalam
dunia pembelajaran, termasuk di dalamnya dunia pembelajaran bahasa.
Selain pendekatan, seorang guru juga membutuhkan teori, metode, dan teknik
pembelajaran agar proses belajar mengajar berlangsung dengan baik. Pada umumnya
belajar bahasa merupakan belajar komunikasi dimana pendidik lebih berperan penting
dalam keberhasilan peserta didiknya. Hal ini pun berhubungan dengan kemampuan dan
strategi penerapan pendidik dalam mentransferkan ilmu kepada peserta didiknya.
Komunikasi yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar baik lisan maupun
tulisan diarahkan untuk meningkatkan kulaitas peserta didiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori pembelajaran bahasa?
2. Bagaimana pendekatan pembelajaran bahasa?
3. Bagaimana metode pembelajaran bahasa?
4. Bagaimana teknik pembelajaran bahasa?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori pembelajaran bahasa.
2. Mengetahui pendekatan pembelajaran bahasa.
3. Mengetahui metode pembelajaran bahasa.
4. Mengetahui teknik pembelajaran bahasa.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka. Penulis
mendapatkan sumber dari buku dan internet yang kemudian disusun dan dijabarkan
kembali dengan bahasa yang sesuai kemampuan dan keterampilan diri sendiri.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama sebagai pendahuluan yang memiliki
sub-bab lima buah yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan. Yang kemudian dilanjutkan pada bab kedua
dengan berisi pembahasan yang memiliki empat sub-bab yaitu teori pembelajaran
bahasa, pendekatan pembelajaran bahasa, metode pembelajaran bahasa, dan teknik
pembelajaran bahasa. Di bab terakhir terdapat bab ketiga yaitu penutup yang berisikan
kesimpulan dan saran dari semua pembahasan yang telah dijelaskan dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori pembelajaran bahasa
1. Teori Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah John B. Watson (1878 – 1958) yang di Amerika dikenal
sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya memumpunkan perhatiannya pada aspek yang
dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan
respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas
(respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan
diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan.
Seorang behavioris menganggap bahwa perilaku berbahasa yang efektif merupakan
hasil respons tertentu yang dikuatkan. Respons itu akan menjadi kebiasaan atau
terkondisikan, baik respons yang berupa pemahaman atau respons yang berwujud ujaran.
Seseorang belajar memahami ujaran dengan mereaksi stimulus secara memadai dan
memperoleh penguatan untuk reaksi itu.
Implikasi teori ini ialah bahwa guru harus berhati-hati dalam menentukan jenis
hadiah dan hukuman. Guru harus mengetahui benar kesenangan siswanya. Hukuman harus
benar-benar sesuatu yang tidak disukai anak, dan sebaliknya hadiah merupakan hal yang
sangat disukai anak. Jangan sampai anak diberi hadiah menganggapnya sebagai hukuman
atau sebaliknya, apa yang menurut guru adalah hukuman bagi siswa dianggap sebagai
hadiah. Beberapa linguis dan ahli psikologi sependapat bahwa model Skinner tentang
perilaku berbahasa dapat diterima secara memadai untuk kapasitas memperoleh bahasa,
untuk perkembangan bahasa itu sendiri, untuk hakikat bahasa dan teori makna.
Upaya lain untuk mendukung teori Behaviorisme dalam pemerolehan bahasa
dilakukan Osgood (1953). Dia menjelaskan bahwa proses pemerolehan semantik (makna)
didasarkan pada teori mediasi atau penengah. Menurutnya, makna merupakan hasil proses
pembelajaran dan pengalaman seseorang dan merupakan mediasi untuk melambangkan
sesuatu. Pendapat para ahli psikologi behaviorisme yang menekankan pada observasi
empirik dan metode ilmiah hanya dapat mulai menjelaskan keajaiban pemerolehan dan
belajar bahasa tapi ranah kajian bahasa yang sangat luas masih tetap tak tersentuh.
2. Teori Nativisme
Berbeda dengan kaum behavioristik, kaum nativistik atau mentalistik berpendapat
bahwa pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan
yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan
sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka
kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan lain,
mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis. Menurut mereka bahasa
terlalu kompleks dan mustahil dapat dipelajari oleh manusia dalam waktu yang relatif
singkat lewat proses peniruan sebagaimana keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa
aspek penting yang menyangkut sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah ada
dalam diri setiap manusia secara alamiah.
Istilah nativisme dihasilkan dari pernyataan mendasar bahwa pembelajaran bahasa
ditentukan oleh bakat. Bahwa setiap manusia dilahirkan sudah memiliki bakat untuk
memperoleh dan belajar bahasa.
Manusia mempunyai bakat untuk terus menerus mengevaluasi sistem bahasanya dan
terus menerus mengadakan revisi untuk pada akhirnya menuju bentuk yang diterima di
lingkungannya. Chomsky dalam Hadley (1993: 49) mengemukakan bahwa bahasa anak
adalah sistem yang sah dari sistem mereka. Perkembangan bahasa anak bukanlah proses
perkembangan sedikit demi sedikit stuktur yang salah, bukan dari bahasa tahap pertama
yang lebih banyak salahnya ke tahap berikutnya, tetapi bahasa anak pada setiap tahapan itu
sistematik dalam arti anak secara terus menerus membentuk hipotesis dengan dasar masukan
yang diterimanya dan kemudian mengujinya dalam ujarannya sendiri dan pemahamannya.
3. Teori Kognitivisme
Pada tahun 60-an golongan kognitivistik mencoba mengusulkan pendekatan baru
dalam studi pemerolehan bahasa. Pendekatan tersebut mereka namakan pendekatan kognitif.
Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan
kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini yakni kemampuan
berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang
anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar
manusia. Oleh sebab itu perkembangan bahasa harus berlandas pada atau diturunkan dari
perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi
manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan
menentukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya.
Menurut aliran ini kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita menafsirkan
peristiwa atau kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Titik awal teori kognitif adalah
anggapan terhadap kapasitas kognitif anak dalam menemukan struktur dalam bahasa yang
didengar di sekelilingnya. Pemahaman, produksi, komprehensi bahasa pada anak dipandang
sebagai hasil dari proses kognitif anak yang secara terus menerus berubah dan berkembang.
Bahasa dipandang sebagai manifestasi dari perkembangan aspek kognitif dan afektif yang
menyatakan tentang dunia dan diri manusia itu sendiri.
4. Teori Fungsional
Dengan munculnya kontruktivisme dalam dunia psikologi, dalam tahun-tahun terakhir ini
menjadi lebih jelas bahwa belajar bahasa berkembang dengan baik di bawah gagasan
kognitif dan struktur ingatan. Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa bahasa merupakan
manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan
dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendiri sebagai manusia. Kognisi dan
perkembangan bahasa
a. Piaget menggambarkan penelitian itu sebagai interaksi anak dengan lingkungannya
dengan interaksi komplementer antara perkembangan kapasitas kognitif perseptual
dengan pengalaman bahasa mereka. Penelitian itu berkaitan dengan hubungan antara
perkembangan kognitif dengan pemerolehan bahasa pertama. Slobin menyatakan
bahwa dalam semua bahasa, belajar makna bergantung pada perkembangan kognitif
dan urutan perkembangannya lebih ditentukan oleh kompleksitas makna itu dari pada
kompleksitas bentuknya. Menurut dia ada dua hal yang menentukan model:
1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas
komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin
konjungsi.
2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan
pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.
b. Interaksi Sosial dan Perkembangan Bahasa Akhir-akhir ini semakin jelas bahwa
fungsi bahasa berkembang dengan baik di luar pikiran kognitif dan struktur memori.
Di sini tampak bahwa kontruktivis sosial menekankan prespektif fungsional. Bahasa
pada hakikatnya digunakan untuk komunikasi interaktif. Oleh sebab itu kajian yang
cocok untuk itu adalah kajian tentang fungsi komunikatif bahasa, fungsi pragmatik
dan komunikatif dikaji dengan segala variabilitasnya.
5. Teori Konstruktvisme
Jean Piaget dan Leu Vygotski adalah dua nama yang selalu diasosiasikan dengan
kontruktivisme. Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka
sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan
menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari pada
dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh
didapatkan dari pengalaman. Selain itu juga guru memainkan peranan penting dalam
mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses pembelajaran serta menawarkan
berbagai cara eksplorasi dan pendekatan. Jika siswa telah mencobanya sendiri, maka
pemahaman yang didapat tidak hanya berupa kata-kata saja, namun berupa konsep. Dalam
rangka kerjanya, ahli konstruktif menantang guru-guru untuk menciptakan lingkungan yang
inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan mengoreksi
pembelajaran.
6. Teori Humanisme
Teori ini muncul diilhami oleh perkembangan dalam psikologi yaitu psikologi
Humanisme. Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar
bisa berkembang di tengah masyarakat. (McNeil,1977)
Sementara tujuan teori humanisme menurut Coombs (1981):
a. Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa. program
pengajaran diarahkan agar siswa mampu menciptakan pengalaman sendiri berdasarkan
kebutuhannya. hal ini dilakukan untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya dan untuk
menumbuhkan kepercayaan dirinya.
c. Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar
pribadi, komunikasi, dan ekonomi) berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa.
d. Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu
menerapkannya.
e. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi.
f. Mengembangkan suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti.
g. Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan
menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
Para ahli psikologi menciptakan sebuah teori dimana pendidikan berpusat pada siswa
(learner centered-pedagogy). Prakteknya dalam dunia pendidikan yaitu dengan
menggabungkan pengembangan kognitif dan afektif siswa.
Dalam teori humanisme, setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap pembelajaran
mereka masing-masing, mampu mengambil keputusan sendiri, memilih dan mengusulkan
aktivitas yang akan dilakukan mengungkapkan perasaan dan pendapat mengenai kebutuhan,
kemampuan, dan kesenangannya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator
pengajaran, bukan menyampaikan pengetahuan.
7. Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah
Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama
kali digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics.
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian
informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem
berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari
Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan
informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama
guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan
materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip
dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki
perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan
waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT
Teori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran
(teaching approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia.
Misalnya virtual learning, e-learning, dll.
Beberapa kelebihan teori sibernetik :
a. Setiap orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan untuk
dirinya, dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari
berbagai penjuru dunia.
b. Pembelajaran bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikatif. Dengan
animasi-animasi multimedia dan interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk
berjam-jam mempelajari modul yang disajikan.
c. Menganggap dunia sebagai sebuah 'global village', dimana masyarakatnya bisa saling
mengenal satu sama lain, bisa saling berkomunikai dengan mudah, dan pembelajaran
bisa dilakukan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana
pembelajaran mendukung.
d. Ketika bertanya atau merespon pertanyaan guru atau instruktur, secara psikologis
siswa akan lebih berani mengungkapkanya, karena siswa tidak akan merasa takut
salah dan menanggung akibat dari kesalahannya secara langsung.
B. Pendekatan pembelajaran bahasa
Dalam proses belajar mengajar, kita mengenal istilah pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Istilah-istilah tersebut sering digunakan dengan pengertian yang sama; artinya,
orang menggunakan istilah pendekatan dengan pengertian yang sama dengan pengertian metode,
dan sebaliknya menggunakan istilah metode dengan pengertian yang sama dengan pendekatan;
demikian pula dengan istilah teknik dan metode. Pendekatan merupakan dasar teoretis untuk
suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi
yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat
kaidah, norma, dan aturan. Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-pendekatan
yang berbeda, yakni:
1. Pendekatan belajar berbahasa berarti berusaha membiasakan dan menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi.
2. Pendekatan belajar berbahasa berarti berusaha untuk memperoleh kemampuan
berkomunikasi secara lisan sehingga berpengaruh pada kemampuan berbicara.
3. Pendekatan pembelajaran bahasa yang harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-
kaidah yang mendasari ujaran, tekanan pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan
pada kemampuan menggunakan bahasa.
Pendekatan yang telah lama diterapkan dalam pembelajaran bahasa antara lain ialah
pendekatan tujuan dan pendekatan struktural. Kemudian menyusul pendekatan-pendekatan yang
dipandang lebih sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yakni pendekatan komunikatif.
a. Pendekatan Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yang harus dipikirkan dan ditetapkan lebih dahulu ialah tujuan yang hendak
dicapai. Jadi, proses belajar mengajar ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan itu sendiri.Pada bagian terdahulu telah disebutkan bahwa kurikulum
disusun berdasarkan suatu pendekatan. Misalnya, untuk pokok bahasan menulis, tujuan
pembelajaran yang ditetapkan ialah "Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan
pengalaman atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka
yang penting ialah tercapainya tujuan, yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan dengan "cara belajar tuntas".
b. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa dimana
bahasa harus dipahami sebagai seperangkat kaidah, norma, dan aturan. Karena itu
pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata
bahasa. Selain itu, pembelajaran bahasa perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang
ketatabahasaan yang menjadi sangat penting. Jelas bahwa aspek kognitif bahasa lebih
diutamakan. Dengan pedekatan struktural, siswa akan menjadi cermat dalam menyusun
kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
c. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran bahwa
kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam pembelajaran bahasa. Karena bahasa memiliki fungsi sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Littlewood (1981) mengemukakan beberapa alternatif teknik pembelajaran
bahasa. Dalam kegiatan belajar mengajar berupa pemberian latihan seperti :
(1) Memberikan informasi secara terbatas
Contoh:
(a) Mengidentifikasi gambar
Siswa yang melakukan Tanya jawab mengenai beberapa gambar dan saling
berpendapat.
(b)Menemukan/mencari pasangan yang cocok
Guru memberikan gambar kepada siswa yang berbeda. Kemudian siswa-siswa
tersebut mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada teman-temannya mengenai ciri-
ciri gambar lalu siswa mengambil gambar yang cocok dengan ciri-ciri tersebut.
(c) Menemukan informasi yang ditiadakan
Guru memberikan informasi tetapi ada bagian-bagian yang sengaja ditiadakan.
Siswa ditugasi mencari atau menemukan bagian yang tidak ada itu.
(2) Memberikan informasi tanpa dibatasi bebas (tak terbatas)
Contoh:
(a) Mengomunikasikan contoh dan gambar
Siswa membawa model bentuk-bentuk yang telah diatur dan berbeda kemudian
saling memberitahu gambar pada siswa lainnya.
(b)Menemukan perbedaan
Siswa membawa gambar mendiskusikan gambar tersebut sehingga menemukan
perbedaannya.
(c) Menyusun kembali bagian-bagian cerita
Sebuah gambar cerita (tanpa dialog) dipotong-potong kemudian siswa harus
menyusunnya kembali.
(3) Mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah
Siswa harus merencanakan suatu kegiatan kemudian mencari dan menyelesaikan
masalahnya
(4) Menyusun informasi
Siswa diminta berimajinasi mengadakan acara kemudian menyusun informasi apa saja
yang didapatnya.
C. Metode pembelajaran bahasa
Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan
segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya
dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus
dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah
performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga
tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda
dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode
pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns.
Roymond H. Simamora, M.Kep yang dapat kita digunakan.
Macam-Macam Metode pembelajaran :
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah
yang relatif besar. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi
pendengarnya. Metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri
tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika
bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
2. Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih
untuk berinteraksisaling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam
pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif dibanding
metode ceramah. Metode ini dapat meningkatkan pemahaman anak pada konsep dan
keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan
metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif
untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi sebagai
metode pembelajaran seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja
diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatu proses.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a. Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat. Kelemahan metode
Demonstrasi :
a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang
didemonstrasikan.
4. Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari
satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya.
Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa
membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat
lebih lama
b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung
jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil
pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Merupakan suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam
metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan
mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.
7. Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta
didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut
dengan didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya
langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan
membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada pesertrta didik.
9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk
sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik
tersebut
10. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode
mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, karena menggunakan metode-metode
lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Metode ini
merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk
mengeluarkan pendapat.
D. Teknik pembelajaran bahasa
Teknik diartikan sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu (KBBI, 2001:1158).
Teknik pembelajaran merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam
metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung
pada kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat berjalan
lancer dan berhasil dengan baik. Untuk metode yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran
yanmg berbeda-beda bergantung pada situasi kelas, lingkungan dan sifat-sifat siswa serta kondisi
yang lain. Teknik pembelajaran ditentukan berdasar pada metode yang digunakan, dan metode
disusun berdasarkan pendekatan yang dianut. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, teknik ini
mengacu pada implementasi perencanaan pembelajaraan Bahasa Indonesia di depan kelas.
Teknik bersifat prosedural. Teknik yang baik dijabarkan metode dan serasi dengan pendekatan.
Berikut sejumlah teknik dalam pembelajaran bahasa Indonesia:
1. Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau
informasi tentang ilmu pengetahuan.
2. Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampilan menyimak, membaca,
berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada
guru.
3. Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama
dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya
agar mau berbicara atau bertanya.
4. Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki
keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan
kegiatan harian atau disuruh menghafal puisi atau lagu.
5. Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan
sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau
pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah
itu diharapkan siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam
kehidupannya.
6. Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang
berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat
pameran atau tempat karya wisata lainnya.
7. Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau masyarakat
intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi
gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan
seni.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mendidik, mengajar dan membimbing merupakan tugas mutlak yang harus dipenuhi oleh
seorang guru. Dalam menjalankan tugasnya tersebut seorang guru membutuhkan teori,
pendekatan, metode dan teknik agar pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik.
Terdapat berbagai macam teori, pendekatan, metode, dan teknik yang dapat menjadi pilihan bagi
guru untuk melangsungkan proses pembelajaran di sekolah. Teknik pembelajaran ditentukan
berdasarkan pada metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan pendekatan yang
dianut, sedangkan pendekatan diambil berdasarkan teori yang dipilih. Teori, pendekatan, metode,
dan teknik yang digunakan harus disesuaikan pula dengan materi yang akan disampaikan.
B. Saran
Guru diharapkan memahami dan menguasai teori, pendekatan, metode, dan teknik yang
akan digunakan dalam prosesmpembelajaran. Penggunaan teori, pendekatan, metode, dan
teknik diharapkan menyesuaikan dengan materi yang akan disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Zuchdi, Darmiyanti. dan Budiasih. (1997). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Departemen P dan K
Ian. (2010). Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia. [Online].
Tersedia:http://ian43.wordpress.com/2010/10/25/teknik-pembelajaran-bahasa-indonesia/
Macam-macam Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia:http://belajarpsikologi .com/macam-
macam-metode-pembelajaran/#ixzz1m2gOMob3
Iskandar, Denny.Materi Penmettek.[Online].
Tersedia: http://file.upi.edu
/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196606291991031-
DENNY_ISKANDAR/MATERI_PENMETTEK_SMP.pdf