Teori Belajar dan Pembelajaran · 2017-06-01 · berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, ... dia...

38
MATERI KULIAH Teori Belajar dan Pembelajaran Oleh: Mashudi Alamsyah, M.Pd. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA

Transcript of Teori Belajar dan Pembelajaran · 2017-06-01 · berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, ... dia...

1 Teori Belajar dan Pembelajaran

MATERI KULIAH

Teori Belajar dan Pembelajaran

Oleh:

Mashudi Alamsyah, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

JAKARTA

2 Teori Belajar dan Pembelajaran

S. A. P

(Satuan Acara Perkuliahan)

1. Hakikat Teori Belajar dan Pembelajaran

2. Teori Belajar Deskriptif dan Preskriptif

3. Teori Belajar Behavioristik

4. Teori Belajar Kognitif

5. Teori Belajar Konstruktivistik

6. Teori Belajar Humanistik

7. Teori Belajar Sibernetik

8. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural

9. Teori Belajar Gestalt

10. Teori Kecerdasan Majemuk (Ganda)

11. Motivasi Belajar

1 Teori Belajar dan Pembelajaran

BAB I

HAKIKAT TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

A. HAKIKAT BELAJAR

1. Pengertian Belajar

a) Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia: belajar adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah

laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

b) James O. Whittaker: belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

c) Winkel: belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

d) Cronchbach: belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

e) Howard L. Kingskey: belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.

f) Drs. Slameto: belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam

interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

g) R. Gagne: belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku.

h) Herbart: belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan

dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafalan.

i) Moh. Surya: belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan

oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

j) Witherington: belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

k) Crow & Crow: belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan,

pengetahuan dan sikap baru.

l) Hilgard: belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku

muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.

m) Di Vesta dan Thompson: belajar adalah perubahan perilaku yang relatif

menetap sebagai hasil dari pengalaman.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah

berakhirnya melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada kenyataan tidak

semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, kaki seseorang patah

karena terkena benda yang berat yang jatuh dari atas loteng, ini tidak bisa

disebut perubahan hasil dari belajar.

2 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya

terkandung beberapa aspek, aspek-aspek tersebut adalah: (1) bertambahnya

jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi,

(3) ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan

dan mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai

pribadi.

2. Ciri-ciri Belajar

Ciri-ciri belajar sebagai berikut:

a) Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun

nilai dan sikap (afektif).

b) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau

dapat disimpan.

c) Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

d) Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan

fisik/kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-

obatan.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari

belajar adalah “perubahan perilaku”. Dalam hal ini, Moh. Surya (1997)

mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu:

1) Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional)

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja

dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya,

individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi

perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau

keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia

mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang

belajar tentang “teori belajar dan pembelajaran”. Dia menyadari bahwa

dia sedang berusaha mempelajari tentang psikologi pendidikan. Begitu

juga, setelah belajar psikologi pendidikan dia menyadari bahwa dalam

dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan

psikologi pendidikan.

2) Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada

dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang

telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi

pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.

Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar “teori belajar dan

pembelajaran” tentang “hakikat belajar”. Ketika dia mengikuti

perkuliahan “strategi belajar mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan

keterampilannya tentang “hakikat belajar” akan dilanjutkan dan dapat

dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “strategi belajar mengajar”.

3 Teori Belajar dan Pembelajaran

3) Perubahan yang fungsional

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan

masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh, seorang mahasiswa

belajar tentang “teori belajar dan pembelajaran”, maka pengetahuan dan

keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk

mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun

mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak

ketika dia menjadi guru.

4) Perubahan yang bersifat positif

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan

kearah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang

“teori belajar dan pembelajaran” menganggap bahwa dalam dalam proses

belajar mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan

individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya,

namun setelah mengikuti pembelajaran, dia memahami dan berkeinginan

untuk menerapkan prinsip-prinsip perbedaan individual maupun prinsip-

prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.

5) Perubahan yang bersifat aktif

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif

berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin

memperoleh pengetahuan baru tentang “teori belajar dan pembelajaran”,

maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan

mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman

tentang “teori belajar dan pembelajaran” dan sebagainya.

6) Perubahan yang bersifat pemanen

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung

menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,

mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan

keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan

melekat dalam diri mahasiswa tersebut.

7) Perubahan yang bertujuan dan terarah

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin

dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka

panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar “teori belajar dan

pembelajaran”, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek

mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan

tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan

dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia

ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang

memadai tentang “teori belajar dan pembelajaran”. Berbagai aktivitas

dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

8) Perubahan perilaku secara keseluruhan

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh

pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam

sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “teori

belajar dan pembelajaran”, disamping memperoleh informasi atau

pengetahuan tentang “teori-teori belajar”, dia juga memperoleh sikap

4 Teori Belajar dan Pembelajaran

tentang pentingnya seorang guru menguasai “teori-teori belajar”. Begitu

juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “teori-teori

belajar”.

Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki

keinginan untuk belajar:

a) Adanya dorongan rasa ingin tahu

b) Adanya keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya

c) Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia

didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis

sampai aktualisasi diri

d) Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya

e) Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya

f) Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri

g) Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan

h) Untuk mengisi waktu luang

3. Unsur-unsur Belajar

Cronbach (1954) dalam Nana syaodih sukmadinata (2007)

mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu:

a) Tujuan, karena ada sesuatu yang ingin dicapai

b) Kesiapan

c) Situasi

d) Interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara komponen-komponen

situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan

menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan

e) Respons

f) Konsekuensi

g) Reaksi terhadap kegagalan.

4. Tujuan Belajar

Menurut hemat tujuan Belajar adalah sebagai berikut:

a) Pengumpulan pengetahuan

b) Penanaman konsep dan kecekatan

c) Pembentukan sikap dan perbuatan.

5. Jenis-jenis Belajar

a) Menurut Robert M. Gagne

Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam

belajar. Karena itu banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan manusia.

Gagne mencatat ada delapan tipe belajar:

1) Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak

semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak

menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi.

Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada

muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian

diturunkan.

5 Teori Belajar dan Pembelajaran

2) Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang

tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan

penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu

(shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk

pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi

oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.

3) Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan

membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk

rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran

tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan

tahapan untuk mencapai tujuannya.

4) Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe ini merupakan

belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa

benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam

urutan yang tepat. Contohnya yaitu membuat langkah kerja dari suatu

praktek dengan bantuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur

dari praktek tertentu.

5) Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan

reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.

Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan

dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang

mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam

jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa

menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus,

kubus, dsb.

6) Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan

stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu

yang membentuk suatu konsep. Contohnya yaitu memahami sebuah

prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur

praktek uji bahan sebelum praktek.

7) Belajar dalil (rule learning). Tipe ini merupakan tipe belajar untuk

menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan

beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan

dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan

hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang

merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya

siswa tidak mengulangi kesalahannya.

8) Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan

tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk

memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi

(higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus

atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak

mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.

b) Menurut Bloom

Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal

sebagai pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah

pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar.

Menurut Bloom ada tiga domain belajar yaitu:

6 Teori Belajar dan Pembelajaran

1) Cognitive domain (kawasan kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan

dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bisa diukur

dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:

Pengetahuan (Knowledge)

Pemahaman (Comprehension)

Penerapan (Aplication)

Penguraian (Analysis)

Memadukan (Synthesis)

Penilaian (Evaluation)

2) Affective domain (kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan

dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap,

kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:

Penerimaan (receiving/attending)

Sambutan (responding)

Penilaian (valuing)

Pengorganisasian (organization)

Karakterisasi (characterization)

3) Psychomotor domain (kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang

berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi

sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.

Kawasan ini terdiri dari:

Kesiapan (set)

Meniru (imitation)

Membiasakan (habitual)

Adaptasi (adaption)

6. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti untuk

melakukan kegiatan belajar. Ada 8 prinsip belajar yang perlu di ketahui,

sebagai berikut:

a) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar

b) Belajar harus bertujuan yang jelas dan terarah

c) Belajar memerlukan situasi yang problematis

d) Belajar harus memiliki tekat dan kemauan yang keras dan tidak mudah

putus asa

e) Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan

f) Belajar memerlukan latihan

g) Belajar memerlukan metode yang tepat

h) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.

7. Tipe-tipe Belajar

Ada 2 dimensi tipe-tipe belajar, yaitu:

1) Dimensi menerima (reception learning) dan menemukan (discovery

learning)

2) Dimensi menghafal (rote learning) dan belajar bermakna (meaning

learning)

7 Teori Belajar dan Pembelajaran

B. HAKIKAT PEMBELAJARAN

1. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan

mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama.

Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan

pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang

guru lakukan di dalam kelas.

a) Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia:

pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar.

b) Duffy dan Roehler: pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja

melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki

guru untuk mencapai tujuan kurikulum.

c) Gagne dan Briggs: mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah

suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang

berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa

untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa

yang bersifat internal.

d) Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar.

e) Dimyati dan Mudjiono: pembelajaran sebagai kegiatan yang ditunjukan

untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang

terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi

proses belajar dalam diri siswa.

Kesimpulannya pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan

oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

Lindgren (1976), menyebutkan bahwa fokus sistem pembelajaran

mencakup tiga aspek, yaitu: (1) siswa, (2) proses belajar, dan (3) situasi

belajar.

2. Ciri-ciri Pembelajaran

Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut:

a) Merupakan upaya sadar dan disengaja

b) Pembelajaran harus membuat siswa belajar

c) Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan

d) Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya

3. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman

dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut:

a) Respons-respons baru (new responses) diulang sebagai akibat dari

respons yang terjadi sebelumnya

b) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respons, tetapi juga di

bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa

c) Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau

berkurangnya frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang

menyenangkan

8 Teori Belajar dan Pembelajaran

d) Belajar yang berbentuk respons terhadap tanda-tanda yang terbatas akan

ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula

e) Belajar men-generalisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar

sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan

masalah

f) Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi

perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar

g) Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai

umpan balik menyelesaikan tiap langkah akan membantu siswa

h) Kebutuhan memecahkan materi yang kompleks menjadi kegiatan-

kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model

i) Keterampilan tingkat tinggi terbentuknya dari keterampilan dasar yang

lebih sederhana

j) Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila siswa diberi

informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya

k) Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang

maju dengan cepat ada yang lebih lambat

l) Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan

mengorganisaikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan

balik bagi dirinya untuk membuat respons yang benar.

4. Fungsi-fungsi Pembelajaran Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a) Pembelajaran sebagai sistem

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang

terorganisir antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,

strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,

pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut

pembelajaran (remedial dan pengayaan).

b) Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau

kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:

Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan

penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan

perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi,

buku atau media cetak lainnya.

Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada

persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi

oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang

telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan

komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.

Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca

pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula

berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang

berkesulitan belajar.

9 Teori Belajar dan Pembelajaran

5. Pembelajaran sebagai Pilar Utama Pendidikan

Hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar. UNESCO

memperkenalkan empat pilar belajar, yaitu:

a) Learning to know (belajar mengetahui)

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencari agar

mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan.

Belajar untuk mengetahui (learning to know) dalam prosesnya tidak

sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui

apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya.

Untuk mengimplementasikan “learning to know” (belajar untuk

mengetahui), Guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai

fasilitator. Di samping itu guru dituntut untuk dapat berperan ganda

sebagai kawan berdialog bagi siswanya dalam rangka mengembangkan

penguasaan pengetahuan siswa.

b) Learning to do (belajar melakukan sesuatu)

Pendidikan juga merupakan proses belajar untuk bisa melakukan

sesuatu (learning to do). Proses belajar menghasilkan perubahan dalam

ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan

secara sadar terhadap nilai, sikap, penghargaan, perasaan, serta kemauan

untuk berbuat atau merespon suatu stimulus. Pendidikan membekali

manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh untuk terampil

berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang

bermakna bagi kehidupan.

Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogyanya memfasilitasi

siswanya untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta

bakat dan minatnya agar “learning to do” (belajar untuk melakukan

sesuatu) dapat terealisasi. Walau sesungguhnya bakat dan minat peserta

didik dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan berkembangnya

bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita ketahui

bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang

kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada

penguasaan pengetahuan semata.

c) Learning to be (belajar menjadi sesuatu)

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari

proses menjadi diri sendiri (learning to be). Hali ini erat sekali kaitannya

dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak

serta kondisi lingkungannya. Misalnya bagi siswa yang agresif, akan

menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk

berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai

kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan

untuk menumbuhkembangkan potensi diri siswa secara utuh dan

maksimal.

Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap

kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan

kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil,

sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

10 Teori Belajar dan Pembelajaran

d) Learning to live together (belajar hidup bersama)

Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling menghargai,

terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah. Kondisi

seperti inilah yang memungkinkan tumbuhnya sikap saling pengertian

antar ras, suku, dan agama. Dengan kemampuan yang dimiliki, sebagai

hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu

berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan

sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya.

Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar

merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live

together).

BAB II

TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF

A. PENDAHULUAN

Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan

proses belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan

utamanya menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Adapun contoh

teori deskriptif yaitu: jika membuat rangkuman tentang isi buku teks yang

dibaca, maka retensi terhadap isi buku teks itu akan lebih baik. Adapun teori

pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan teori

pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah

sebabnya, variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang

preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan. Adapun

contohnya yaitu: agar dapat mengingat isi buku teks yang dibaca secara lebih

baik, maka bacalah isi buku tersebut berulang-ulang dan buatlah

rangkumannya.

Ada beberapa pendapat teori belajar deskriptif dan preskriptif menurut:

1. Menurut Bruner

Teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif.

Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan

metode pembelajaran yang optimal, sedangkan deskriptif karena tujuan

utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.

2. Menurut Reigeluth

Teori preskriptif adalah goal oriented (untuk mencapai tujuan),

sedangkan teori deskriptif adalah goal free (untuk memberikan hasil).

Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan

untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif

dimaksudkan untk memberikan hasil.

B. PERBEDAAN TEORI DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF

Untuk membedakan antara teori belajar dan teori pembelajaran bisa

diamati dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran teori deskriptif

atau perspektif. Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa teori

pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif

karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode

11 Teori Belajar dan Pembelajaran

pembelajaran yang optimal, sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena

tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar.

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan antara variabel-variabel

yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran sebaliknya teori

ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain

agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan

dengan upaya mengontrol variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar

agar dapat memudahkan belajar. Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar

dan Pembelajaran menjelaskan bahwa upaya dari Bruner untuk membedakan

antara teori belajar yang deskriptif dan teori pembelajaran yang perspektif

dikembangkan lebih lanjut oleh Reigeluth. Teori dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode

pembelajaran sebagai givens dan menempatkan hasil belajar sebagai varibel

yang diamati. Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai

variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung.

Reigeluth (1983 dalam Degeng, 1990) mengemukakan bahwa teori

preskriptif adalah goal oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free.

Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk

mencapai tujuan, sedangkan teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk

memberikan hasil. Itulah sebabnya variabel yang diamati dalam

mengembangkan teori belajar yang preskriptif adalah metode yang optimal

untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pembelajaran

deskriptif variabel yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari

interaksi antara metode dan kondisi.

Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara

kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan

teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses

psikologi dalam diri siswa. Teori pembelajaran harus memasukkan variabel

metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran.

Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori

pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu

menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak

berurusan dengan metode pembelajaran.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR DESKRIPTIF

DAN PRESKRIPTIF

Kelebihan teori belajar deskriptif, yaitu lebih terkonsep sehingga siswa

lebih memahami materi yang akan disampaikan, mendorong siswa untuk

mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam mengerjakan

suatu tugas.

Kekurangan teori belajar deskiptif, yaitu kurang memperhatikan sisi

psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.

Kelebihan teori belajar preskriptif, yaitu lebih sistematis sehingga memiliki

arah dan tujuan yang jelas. banyak member motivasi agar terjadi proses

belajar mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.

Kekurangan teori belajar preskripktif, yaitu membutuhkan waktu cukup

lama.

12 Teori Belajar dan Pembelajaran

BAB III

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

A. PENDAHULUAN

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon

(tanggapan). Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang

dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara

yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang

dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada

tingkah lakunya.

Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang

berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut teori ini,

apa yang tejadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting

diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat

diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan

guru (stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat

diamati dan diukur. Teori ini lebih mengutamakan pengukuran, sebab

pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadinya

perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap penting

adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat

timbulnya respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon akan semakin

kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi maka responpun akan dikuatkan.

Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan

(ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya

respon.

Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya:

1. Thorndike

Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus

dan respon. Perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kegiatan belajar

yang berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud tidak konkrit yaitu

tidak dapat diamati. Teori ini juga disebut sebagai aliran koneksionisme

(connectinism).

2. Watson

Menurut Watson, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan

respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah

laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Dengan kata lain, meskipun ia

mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama

proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang

tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan

mental dalam bentuk benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat

menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat

diamati.

3. Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan

respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar. Namun ia sangat

terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Baginya, seperti teori

evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga

13 Teori Belajar dan Pembelajaran

kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori ini mengatakan bahwa

kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan

menempati posisi sentral dalam seluruh bagian manusia, sehingga stimulus

dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,

walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam

bentuknya.

4. Edwin Guthrie

Demikian juga Edwin, ia juga menggunakan variabel stimulus dan

respon. Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan

dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana Clark Hull. Ia juga

mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan

menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan

dengan respon tersebut.

5. Skinner

Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu

mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh

sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana,

namun dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara lebih

komprehensif. Menurutnya, hubungan antara stimulus dan respon yang

terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan

menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang

digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang

individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek

mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,

bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar

semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi

kebiasaan yang dikuasai individu.

Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme

ini, diantaranya:

a) Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap Kucing

menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

1) Law of Effect, artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang

memuaskan, maka hubungan Stimulus-Respons akan semakin kuat.

Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka

semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus-Respons.

2) Law of Readiness, artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa

kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar

(conduction unit), dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan

yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.

3) Law of Exercise, artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan

Respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan

semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.

b) Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor Anjing

menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:

14 Teori Belajar dan Pembelajaran

1) Law of Respondent Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang

dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah

satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya

akan meningkat.

2) Law of Respondent Extinction, yakni hukum pemusnahan yang dituntut.

Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent Conditioning itu

didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya

akan menurun.

c) Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap Tikus dan

selanjutnya terhadap burung Merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,

diantaranya:

1) Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku diiringi

dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan

meningkat.

2) Law of operant extinction, yaitu jika timbulnya perilaku operant telah

diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat,

maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (dalam Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud

dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama

terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa

didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh

reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang

meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun

tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam

classical conditioning.

d) Social Learning menurut Albert Bandura

Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah

sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori

belajar lainnya. Berbeda dengan penganut behaviorisme lainnya, Bandura

memandang perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas

stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil

interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.

Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu

terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation)

dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang

pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment,

seorang individu akan berpikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang

perlu dilakukan.

Dari beberapa tokoh teori behavioristik, Skinner merupaka tokoh yang

paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori behavioristik. Aliran

psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi pengembangan teori dan

praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.

Karena aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai

hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,

mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau

perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan

menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan

15 Teori Belajar dan Pembelajaran

semakin kuat bila diberikan faktor-faktor penguat (reinforcement), dan akan

menghilang bila dikenai hukuman.

Teori ini hingga sekarang masih merajai praktik pembelajaran di

Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada penyelenggaraan pembelajaran

dari tingkat paling dini, seperti Kelompok Belajar, Taman Kanak-Kanak,

Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi,

pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai dengan

reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan. Teori ini memandang

bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah terstruktur rapi dan

teratur, sehingga siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-

aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan

disiplin dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga

pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.

B. INTI TEORI BEHAVIORISTIK Berdasarkan uraian diatas, inti dari teori belajar behavioristik, adalah:

1) Belajar adalah perubahan tingkah laku.

2) Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan

perubahan tingkah laku.

3) Pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran yang

berupa respon.

4) Sesuatu yang terjadi diantara stimulus dan respon tidak dianggap penting

sebab tidak bisa diukur dan diamati.

5) Yang bisa diamati dan diukur hanya stimulus dan respon.

6) Penguatan adalah faktor penting dalam belajar.

7) Bila penguatan ditambah maka respon akan semakin kuat, demikian juga

jika respon dikurangi maka respon juga menguat.

Aplikasi teori dalam pembelajaran ini, bahwa kegiatan belajar

ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk

mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi

pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan

evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban yang

benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan

tugas belajarnya.

BAB IV

TEORI BELAJAR KOGNITIF

A. PENDAHULUAN

Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan

proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar

tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan

tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang

situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga

menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan

dengan seluruh konteks situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar

merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan

16 Teori Belajar dan Pembelajaran

informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan

aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

B. PRINSIP TEORI BELAJAR KOGNITIF

Prinsip umum teori belajar kognitif antara lain:

1) Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil

2) Disebut model perseptual

3) Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya

tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya

4) Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu

dapat terlihat sebagai tingkah laku yang Nampak

5) Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi

komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara

terpisah-pisah, akan kehilangan makna

6) Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,

pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya

7) Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat

kompleks

8) Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap

perkembangan

9) Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif sangat dipentingkan

10) Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks

11) Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat

mempengaruhi keberhasilan siswa belajar

C. JENIS-JENIS TEORI KOGNITIF

Beberapa pandangan tentang teori kognitif, diantaranya:

1. Teori Perkembangan Piaget

Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai

pelopor aliran kognitif. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak

digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif

individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut

Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu

proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem

syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin

komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula

kemampuannya.

Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat

didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau

kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.

Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap

asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan antara asimilasi dan

akomodasi).

Tahap perkembangan kognitif

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat,

yaitu:

Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun), ciri pokok perkembangan

berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah.

17 Teori Belajar dan Pembelajaran

Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun), ciri pokok perkembangan pada

tahap ini adalah penggunanaan simbol atau tanda bahasa, dan mulai

berkembangnya konsep-konsep intuitif.

Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun), ciri pokok

perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-

aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversibel dan

kekekalan.

Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun), ciri pokok

perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak

dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.

Prinsip-prinsip teori perkembangan Piaget

Adapun beberapa prinsip teori perkembangan Piaget adalah sebagai

berikut:

a) Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Yaitu suatu

perkembangan yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan

sistem syaraf

b) Semakin bertambah umur maka semakin bertambah kompleks susunan

syarafnya dan akan meningkat pula kemampuannya. Daya piker anak

yang berbeda usia akan berbeda secara kualitatif

c) Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan yaitu

akomodasi dan asimilasi

d) Asimilasi adalah proses perubahan apa yang di pahami sesuai dengan

struktur kognitif. (apabila individu menerima informasi atau pengalaman

baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan

struktur kognitif yang dimiliki)

e) Akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat

dipahami (apabila struktur kognitif yang sudah dimiliki harus

disesuaikan dengan informasi yang diterima)

f) Proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi,

akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan)

g) Asimilasi (proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif

yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur

kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian

berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi)

h) Seorang anak sudah mempunyai prinsip pengurangan, ketika

mempelajari pembagian maka terjadi proses integrasi antara

pengurangan (telah dikuasai) dan pembagian (info baru) inilah asimilasi.

i) Jika anak diberi soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi.

Artinya anak sudah dapat mengaplikasikan atau memakai prinsip

pembagian dalam situasi baru

j) Proses penyesuaian antara lingkungan luar dan struktur kognitif yang ada

dalam dirinya disebut ekuilibrasi

k) Proses belajar akan mengikuti tahap-tahap perkembangan sesuai dengan

umurnya

l) Hanya dengan mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman secara

optimal asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat

terjadi dengan baik.

18 Teori Belajar dan Pembelajaran

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran

adalah:

a) Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh

karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai

dengan cara berpikir anak.

b) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan

lingkungan sebaik-baiknya.

c) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak

asing.

d) Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

e) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling

berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.

2. Teori Belajar Bruner

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh

kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free

discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan

dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui

contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner

perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara

menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap

perkembangan orang tersebut.

Model pemahaman dari konsep Bruner (dalam Degeng,1989)

menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep

merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses

berpikir yang berbeda pula. Menurutnya, pembelajaran yang selama ini

diberikan di sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan

analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal

berpikir intuitif sangat penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap

disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus

dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar

adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan

akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).

Prinsip-prinsip teori Bruner

Beberapa prinsip teori Bruner adalah:

a) Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menanggapi

rangsang

b) Peningkatan pengetahun bergantung pada perkembangan sistem

penyimpanan informasi secara realistis

c) Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara

pada diri sendiri atau pada orang lain

d) Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak

untuk perkembangan kognitifnya

e) Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif

19 Teori Belajar dan Pembelajaran

f) Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk

mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan

yang tepat

g) Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic,

symbolic

h) Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam

upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya. (gigitan, sentuhan,

pegangan)

i) Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya

melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui

bentuk perumpamaan dan perbandingan

j) Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau

gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam

berbahasa dan logika (anak belajar melalui simbol bahasa, logika,

matematika)

k) Model pemahaman dan penemuan konsep

l) Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan

hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan

(discovery learning)

m) Siswa diberi kekebasan untuk belajar sendiri melalui aktivitas

menemukan (discovery).

3. Teori Belajar Bermakna Ausubel

Menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang

bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan

dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk

strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi

bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari

struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

Hakikat belajar menurut teori kognitif merupakan suatu aktivitas belajar

yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan

proses internal. Dengan kata lain, belajar merupakan persepsi dan

pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati

atau diukur. Dengan asumsi bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan

dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang

dimilkinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran

atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki

seseorang.

Prinsip-prinsip teori Ausubel

Beberapa prinsip teori Ausubel adalah:

a) Proses belajar akan terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan

pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru

b) Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus,

memamahi makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi

yang sudah dipahami

c) Siswa lebih ditekankan untuk berpikir secara deduktif (konsep advance

organizer)

20 Teori Belajar dan Pembelajaran

D. APLIKASI TEORI KOGNITIF Adapun aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran:

a) Keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan

b) Untuk meningkatkan minat dan meningkatkan retensi belajar perlu

mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki

siswa

c) Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari

sederhana ke kompleks

d) Perbedaan individu pada siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat

mempengaruhi keberhasilan belajar.

BAB V

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

A. PENDAHULUAN

Konstruktivistik merupakan metode pembelajaran yang lebih

menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta

upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini

memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri

kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna

mengembangkan dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa

sendiri, untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih

kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek

untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan

lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun

pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut

disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri.

Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan

lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri

terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.

B. TUJUAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:

1) Adanya motivasi untuk siswa, bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa

itu sendiri.

2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya.

3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman suatu

konsep secara lengkap.

4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

5) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks

mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer,

selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusun

21 Teori Belajar dan Pembelajaran

pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta

interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi

dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini

maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan

tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam

menginterpretasikannya.

Teori ini lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang

mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika

seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap

saja tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap

benar bila pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan atau fenomena yang sesuai. Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu

saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang.

Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang

berkembang terus-menerus. Dalam proses ini keaktifan seseorang sangat

menentukan perkembangan pengetahuannya.

C. UNSUR-UNSUR TEORI KONSTRUKTIVISTIK Unsur-unsur penting dalam teori konstruktivistik:

1) Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa

2) Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna

3) Adanya lingkungan sosial yang kondusif

4) Adanya dorongan agar siswa mandiri

5) Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah

D. PRINSIP-PRINSIP TEORI KONSTRUKTIVISTIK Secara garis besar, prinsip-prinsip teori konstruktivistik adalah sebagai

berikut:

1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.

3) Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah.

4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses

konstruksi berjalan lancar.

5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan.

7) Mencari dan menilai pendapat siswa.

8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

E. PROSES BELAJAR TEORI KONSTRUKTIVISTIK Proses belajar konstrutivistik dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu:

1. Esensi dari teori konstruktivistik

Esensi dari teori konstruktivistik adalah siswa harus menemukan dan

mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila

dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Sehingga dalam

proses belajar, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka dengan

keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

22 Teori Belajar dan Pembelajaran

2. Peranan siswa

Dalam pembelajaran konstruktivistik, siswa menjadi pusat kegiatan dan

guru sebagai fasilitator. Karena belajar merupakan suatu proses pemaknaan

atau pembentukan pengetahuan dari pengalaman secara konkrit, aktivitas

kolaboratif, refleksi serta interpretasi yang harus dilakukan oleh siswa

sendiri.

3. Peranan guru

Guru atau pendidik berperan sebagai fasilitator artinya membantu siswa

untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan proses pengkonstruksian

pengetahuan agar berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan

yang dimilikinya pada siswa tetapi guru dituntut untuk memahami jalan

pikiran atau cara pandang setiap siswa dalam belajar.

4. Sarana belajar

Sarana belajar dibutuhkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan

yang telah diperoleh agar mendapatkan pengetahuan yang maksimal.

5. Evaluasi hasil belajar Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar yang menekankan pada

keterampilan proses baik individu maupun kelompok. Dengan cara ini,

maka kita dapat mengetahui seberapa besar suatu pengetahuan telah

dipahami oleh siswa.

F. APLIKASI TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Aplikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran:

1) Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas

yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengmbangkan ide-idenya secara lebih bebas.

2) Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat

hubungan ide-ide atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan

kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

3) Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia

adalah kompleks, dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang

kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.

4) Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu

usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah

dikelola.

BAB VI

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

A. PENDAHULUAN

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan

untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori

belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian

filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi

belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada

proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep

23 Teori Belajar dan Pembelajaran

pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang

proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.

Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam

peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar,

maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif

yang telah dimilikinya. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar

apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia

yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang

belajar secara optimal.

Teori humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau

merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan

manusia dan mencapai tujuan yang diinginkan karena tidak dapat disangkal

bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan.

B. TOKOH-TOKOH HUMANISTIK Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:

1. Kolb

Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan “belajar empat tahap”

yaitu:

a) Tahap pandangan konkret

Pada tahap ini seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa

atau suatu kejadian sebagaimana adanya namun belum memiliki

kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut.

b) Tahap pemgamatan aktif dan reflektif

Tahap ini seseorang semakin lama akan semakin mampu melakukan

observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya dan lebih

berkembang.

c) Tahap konseptualisasi

Pada tahap ini seseorang mulai berupaya untuk membuat abstraksi,

mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang

sesuatu yang menjadi objek perhatiannya dan cara berpikirnya

menggunakan induktif.

d) Tahap eksperimentasi aktif

Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep,

teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata dan cara berpikirnya

menggunakan deduktif.

2. Honey dan Mumford

Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat

macam atau golongan, yaitu:

a) Kelompok aktivis

Yaitu mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam

berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-

pengalaman baru.

b) Kelompok reflector

Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan berlawanan dengan

kelompok aktivis. Dalam melakukan suatu tindakan kelompok ini sangat

berhati-hati dan penuh pertimbangan.

24 Teori Belajar dan Pembelajaran

c) Kelompok teoris

Yaitu mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka

menganalisis, selalu berpikir rasional dengan menggunakan

penalarannya.

d) Kelompok pragmatis

Yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang

lebar dengan teori-teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan sebagainya.

3. Habermas

Menurut Habermas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara

individu dengan lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu:

a) Belajar teknis (technical learning)

Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan

alamnya secara benar.

b) Belajar praktis (practical learning)

Yaitu belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan

sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.

c) Belajar emansipatoris (emancipatory learning)

Yaitu belajar yang menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu

pemahaman dan kesadaran tinggi akan terjadinya perubahan atau

transformasi budaya dengan lingkungan sosialnya.

4. Bloom dan Krathwohl

Bloom dan Krathwohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang

harus dikuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui

peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajarnya dikemukakan dengan sebutan

Taksonomi Bloom, yaitu:

a) Domain kognitif

Terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:

1) Pengetahuan

2) Pemahaman

3) Aplikasi

4) Analisis

5) Sintesis

6) Evaluasi

b) Domain psikomotor

Terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:

1) Peniruan

2) Penggunaan

3) Ketepatan

4) Perangkaian

5) Naturalisasi

c) Domain afektif

Terdiri atas 5 tingkatan, yaitu:

1) Pengenalan

2) Merespon

3) Penghargaan

4) Pengorganisasian

25 Teori Belajar dan Pembelajaran

5) Pengalaman

Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami

arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran

apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk

mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik sering dikritik karena sulit

diterapkan dalam konteks yang lebih praktis dan dianggap lebih dekat dengan

bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan,

sehingga sulit diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan

praktis. Namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep,

taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para

pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia.

Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir

induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa

secara aktif dalam proses belajar.

BAB VII

TEORI BELAJAR SIBERNETIK

A. PENDAHULUAN

Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru

dibandingkan dengan teori-teori yang sudah dibahas sebelumnya. Menurut

teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memang penting

dalam teori ini, namun yang lebih penting adalah sistem informasi yang

diproses yang akan dipelajari siswa. Asumsi lain adalah bahwa tidak ada satu

proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua

siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

B. MACAM-MACAM TEORI SIBERNETIK Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah

dikembangkan oleh beberapa tokoh dengan beberapa teori, diantaranya:

1. Teori Pemprosesan Informasi

Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga

berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses

terjadinya. Ketiga komponen itu adalah:

a) Sensory Receptor (SR)

SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.

b) Working Memory (WM)

WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian

oleh individu. Karakteristik WM adalah:

Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang

didapat hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa

adanya upaya pengulangan (rehearsal).

Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus

aslinya baik dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantik, yang

dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan seseorang dapat dengan

sadar mengendalikannya.

26 Teori Belajar dan Pembelajaran

c) Long Term Memory (LTM)

LTM diasumsikan:

Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu

Mempunyai kapasitas tidak terbatas

Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah

terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh

kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang

diperlukan.

Asumsi yang mendasari teori pemprosesan informasi ini adalah bahwa

pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.

Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut

Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,

untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil

belajar. Dalam pemprosesan informasi terjadi adanya interaksi antara

kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi

internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai

hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan

kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi

individu dalam proses pembelajaran.

Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu,

(1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5)

ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik.

Teori belajar pengolahan informasi yang mengemukakan bahwa belajar

adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan

merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.

Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas. Menurut

Gagne, untuk mengurangi muatan memori kerja tersebut dapat diatur sesuai

dengan:

a. Kapabilitas belajar

b. Peristiwa pembelajaran

c. Pengorganisasian atau urutan pembelajaran

Tahap sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih

menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu

bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan

oleh sistem informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia

sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka

diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah,

menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.

2. Teori Belajar Menurut Landa

Dalam teori ini Landa membedakan ada dua macam proses berpikir,

yaitu:

a) Proses berpikir algoritmik

Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier,

konvergen, lurus, menuju ke satu target tujuan tertentu.

b) Proses berpikir heuristik

Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan

sekaligus.

27 Teori Belajar dan Pembelajaran

Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi

pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan

diketahui cirri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat

disajikan dalam urutan yang teratur, sedangkan materi pelajaran lainnya

akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi

kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.

3. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott

Menurut Pask dan Scott ada dua macam cara berpikir, yaitu:

a) Cara berpikir serialis

Cara berpikir ini hampir sama dengan cara berpikir algoritmik. Yaitu

berpikir menggunakan cara setahap demi setahap atau linier.

b) Cara berpikir menyeluruh atau wholist

Cara berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran

lengkap sebuah sistem informasi atau mempelajari sesuatu dari yang

paling umum menuju ke hal yang lebih khusus.

BAB VIII

TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

A. HAKIKAT BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

Teori Sosiokultural ini hakekatnya menempatkan intermental atau

lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan

pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Pada teori ini dikatakan

bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi dalam diri seseorang akan

muncul dan berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu fungsi intramental

dipandang sebagai keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan

dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.

Berikut merupakan pendapat yang menjadi dasar terbentuknya teori

belajar revolusi sosiokultural:

1. Piaget

Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa

individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi

dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang

yang lebih dewasa. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan

kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar

memudahkan belajar.

2. Vygotsky

Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal

usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang

digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi

mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari

kehidupan sosial atau kelompoknya. Kondisi sosial sebagai tempat

penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial

budaya.

28 Teori Belajar dan Pembelajaran

B. KONSEP TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

Ada tiga konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang

perkembangan kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori

belajar dan pembelajaran yaitu:

1. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)

Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial

sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan

serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental

dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk

melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.

2. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)

Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau

kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam

proses pematangan.

Ada dua tingkatan perkembangan proksimal:

1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang

untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah

secara mandiri (intramental).

2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang

untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika

dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan

teman sebaya yang lebih kompeten (intermental).

3. Mediasi

Semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi

dimediasikan dengan psychological tools atau alat-alat psikologis berupa

bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Tanda-tanda atau lambang-

lambang tersebut yang berfungsi sebagai mediator.

Ada dua jenis mediasi, yaitu:

a) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang

bertujuan untuk melakukan self-regulation atau regulasi diri, meliputi

self-planning, self-monitoring, self-checking, dan self-evaluating.

b) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau

subjeck-domain proble. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep

spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin

kebenarannya). Konsep-konsep ilmiah yang berhasil diinternalisasikan

anak akan berfungsi sebagai mediator dalam pemecahan masalah.

C. APLIKASI TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL DALAM

PEMBELAJARAN

Pada setiap perencanaan dan implementasi pembelajaran perhatian guru

harus dipusatkan kepada kelompok anak yang tidak dapat memecahkan

masalah belajar sendiri, yaitu mereka yang hanya dapat solve problems with

help. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps)

yang dapat memfasilitasi anak agar dapat memecahkan permasalahan yang

dihadapinya. Dalam kosa kata psikologi kognitif, bantuan-bantuan ini dikenal

29 Teori Belajar dan Pembelajaran

sebagai cognitive scaffolding. Bantuan-bantuan tersebut dapat dalam bentuk

pemberian contoh-contoh, petunjuk atau pedoman mengerjakan, bagan/alur,

langkah-langkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian balikan, dan

sebagainya.

Bimbingan atau bantuan dari orang dewasa atau teman yang lebih

kompeten sangat efektif untuk meningkatkan produktifitas belajar. Bentuk-

bentuk pembelajaran kooperatif-kolaboratif, serta pembelajaran kontekstual

sangat tepat diterapkan. Anak yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya

maka harus diberikan berbagai bantuan atau scaffolding yang disiapkan, dan

anak yang sudah dapat menyelesaikan masalahnya harus ditingkatkan

tuntutannya.

D. KEUNTUNGAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

Keuntungan teori belajar revolusi sosiokultural antara lain:

1) Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona

perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan

berkembang

2) Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan

potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya

3) Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk

mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan

intramental

4) Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuannya

dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas

atau pemecahan masalah

5) Proses belajar dan pembelajaran lebih mengkonstruksi pengetahuan atau

makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di

dalamnya.

E. KELEMAHAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

Kelemahan dari teori belajar revolusi sosiokultural yaitu terbatas pada

perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti

pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan

masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena

itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.

BAB IX

TEORI BELAJAR GESTALT

A. PENDAHULUAN

Psikologi Gestalt merupakan salah satu aliran psikologi yang

mempelajari suatu gejala sebagai suatu keseluruhan atau totalitas, data-data

dalam psikologi Gestalt disebut sebagai phenomena (gejala). Phenomena

adalah data yang paling dasar dalam teori Gestalt. Dalam hal ini psikologi

Gestalt sependapat dengan filsafat phenomonologi yang mengatakan bahwa

suatu pengalaman harus dilihat secara netral. Dalam suatu phenomena terdapat

dua unsur yaitu obyek dan arti. Obyek merupakan sesuatu yang dapat

30 Teori Belajar dan Pembelajaran

dideskripsikan, setelah tertangkap oleh indera, obyek tersebut menjadi suatu

informasi dan sekaligus kita telah memberikan arti pada obyek itu.

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui

pengorganisasian komponen-komponen sensasi yang memiliki hubungan,

pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori Gestalt beroposisi terhadap

teori strukturalisme. Teori Gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian

sensasi menjadi bagian-bagian kecil. Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt

Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Köhler. Mereka menyimpulkan

bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari

lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh.

B. HUKUM-HUKUM BELAJAR GESTALT

Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitu

hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada

hukum yang pokok itu, yaitu hukum-hukum keterdekatan, ketertutupan,

kesamaan, dan kontinuitas. Hukum Pragnaz adalah suatu keadaan yang

seimbang. Setiap hal yang dihadapi oleh individu mempunyai sifat dinamis

yaitu cenderung untuk menuju keadaan pragnaz tersebut. Empat hukum

tambahan yang tunduk kepada hukum pokok, yaitu:

1. Hukum keterdekatan

Hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung

dianggap sebagai suatu totalitas.

2. Hukum ketertutupan

Hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas

tersendiri.

3. Hukum kesamaan

Hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai

suatu kelompok atau suatu totalitas.

4. Hukum kontinuitas

Orang akan cenderung mengasumsikan pola kontinuitas pada obyek-

obyek yang ada.

C. PARA AHLI YANG MENGEMBANGKAN TEORI GESTALT

1. Max Wertheimer (1880-1943)

Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran

psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April

1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe.

Konsep pentingnya: Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis

menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu

singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan

interpretasi. Weirthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi

obyektif yang kita terima. Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan

proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang

pendapat Wundt.

Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan

eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat

yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam

kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan

31 Teori Belajar dan Pembelajaran

yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian,

dimulai dari garis yang melintang kemudian garis yang tegak, dan

diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis

tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan

yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan

dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer

mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul

“Investigation of Gestalt Theory”. Hukum-hukum itu antara lain:

Hukum Kedekatan (Law of Proximity)

Hukum Ketertutupan (Law of Closure)

Hukum Kesamaan (Law of Equivalence)

2. Kurt Koffka (1886-1941)

Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi

dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun

1908. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang

sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian

gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada

psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar

didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-

prinsip psikologi Gestalt.

Teori Koffka tentang belajar antara lain:

1) Jejak ingatan (memory traces), adalah suatu pengalaman yang membekas

di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis

mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali jika kita

mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.

2) Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. Perjalanan waktu

itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya

perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan

disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.

3) Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.

3. Wolfgang Kohler (1887-1967) Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler

memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di

Berlin. Eksperimennya adalah: seekor Simpanse diletakkan di dalam

sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat

beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat

untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu

tidak membawa hasil, Simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir

cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide

dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga

dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.

Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau

problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan

berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut

Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan

mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam

32 Teori Belajar dan Pembelajaran

eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme dalam hal

ini Simpanse dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan

pengertian atau dengan insight.

D. IMPLIKASI TEORI BELAJAR GESTALT

Pandangan Gestalt menyempurnakan aliran behaviorisme: dengan

menyumbangkan ide untuk menggali proses belajar kognitif, berfokus pada

higher mental process. Adanya perceptual field diinterpretasikan menjadi

lapangan kognitif dimana proses-proses mental seperti persepsi, insight, dan

problem solving beroperasi.

BAB X

TEORI KECERDASAN MAJEMUK (GANDA)

A. SEJARAH KECERDASAN MAJEMUK (GANDA)

Semua berawal dari kegelisahan Howard Gardner, seorang Profesor

pendidikan yang mengabdikan dirinya di Universitas Harvard, Amerika

Serikat. Menurutnya, selama ini para pendidik telah melakukan kekeliruan

karena menganggap tes kecerdasan atau tes IQ adalah satu-satunya ukuran

yang paling dapat dijadikan patokan untuk mengukur kecerdasan seseorang.

Menurut Gadner, kecerdasan manusia juga harus dinilai berdasarkan:

Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hidup.

Kemampuan menemukan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan atau

dicari solusinya.

Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan memberikan penghargaan

dalam budaya seseorang.

Gardner bersama rekan-rekannya yang mengembangkan penelitian untuk

mengembangkan konsep MI tidak hanya menilai kecerdasan dengan cara

menguji kemahiran seseorang memahami dan menyelesaikan soal-soal logika-

matematika (sebagaimana yang dilakukan dalam tes IQ). Bersama tim, Gardner

mengembangkan cara-cara mengukur kemampuan individu untuk

memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu.

Dikembangkan dan diungkapkan pertama kali tahun 1983, Gardner

mendefinisikan kecerdasan manusia yang tak berbatas, yang diantaranya dapat

dikelompokkan menjadi delapan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik

(bahasa), kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial,

kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal,

kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Belakangan Gardner

menambahkan satu kecerdasan tambahan, yaitu kecerdasan spiritual.

Meskipun menimbulkan pro dan kontra diantara para ahli terutama dalam

mengembangkan tes untuk mengukur MI, namun MI mengantarkan para orang

tua pada sebuah pemahaman baru yang sangat memberikan semangat dan

harapan. Karena pada akhirnya tidak ada anak yang bodoh akibat nilai tes

kecerdasan yang rendah. MI justru membantu orang tua mengenal kekuatan

dan kekurangan anak. Dengan mengenal hal dua hal tersebut lebih dini,

Gardner berharap orang tua mengambil peran penting dalam memberikan

stimulasi terutama dalam rangka menyeimbangkan kehidupan anak.

33 Teori Belajar dan Pembelajaran

B. JENIS-JENIS KECERDASAN MAJEMUK

Berikut ini 9 macam kecerdasan yang telah dipaparkan oleh Gardner:

1. Kecerdasan linguistik

Adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik untuk

mempengaruhi maupun memanipulasi. Dalam kehidupan sehari-hari

kecerdasan linguistik bermanfaat untuk: berbicara, mendengarkan,

membaca dan menulis.

2. Kecerdasan logis-matematis Yaitu melibatkan ketrampilan mengolah angka atau kemahiran mengunakan

logika atau akal sehat. Dalam kehidupan sehari-hari bermanfaat untuk:

menganalisa laporan keuangan, memahami perhitungan, atau mencerna

laporan sebuah penelitian.

3. Kecerdasan visual-spasial Yaitu melibatkan kemampuan seseorang untuk memvisualisaikan gambar di

dalam kepala (dibayangkan) atau menciptakannya dalam bentuk dua atau

tiga dimensi. Kecerdasan ini sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek

kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menghias rumah atau merancang

taman, menggambar atau melukis, menikmati karya seni.

4. Kecerdasan musikal Yaitu melibatkan kemampuan menyanyikan lagu, membuat lagu, mengingat

melodi musik, mempunyai kepekaan akan irama, atau sekedar menikmati

musik. Manfaat dari kecerdasan ini dapat dirasakan dalam banyak hal dalam

kehidupan sehari-hari, misalnya: saat menyanyi, memainkan alat musik,

menikmati musik di TV atau Radio.

5. Kecerdasan interpersonal Yaitu melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang

lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal misalnya: kemampuan

berempati, kemampuan memanipulasi, kemampuan memberikan solusi

permasalahan, kemampuan berteman.

6. Kecerdasan intrapersonal Adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan untuk mengetahui

“siapa diri saya sebenarnya”, untuk mengetahui “apa kekuatan dan

kelemahan saya”. Ini juga merupakan kecerdasan untuk bisa merenungkan

tujuan hidup sendiri dan untuk memercayai diri sendiri.

7. Kecerdasan kinestetik Adalah kecerdasan seluruh tubuh dan juga kecerdasan gerak tubuh. Dalam

dunia sehari-hari kecerdasan ini sangat dibutuhkan, misalnya: membuka

tutup botol, memasang lampu di rumah, memerbaiki mobil, olah raga, dan

berdansa.

8. Kecerdasan naturalis Yaitu melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita

dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari

kecerdasan itu sangat dibutuhkan untuk: berkebun, berkemah, atau

melakukan konservasi ekologi.

9. Kecerdasan eksistensial Adalah kemampuan dan kepekaan seseorang untuk menjawab persoalan-

persoalan terdalam mengenai keberadaan manusia, misal sering muncul

pertanyaan dalam diri sendiri mengapa aku ada, apa makna dari hidupku ini,

34 Teori Belajar dan Pembelajaran

bagaimana seseoramg bisa mencapai tujuan hidup yang sejati, mengapa

seseorang harus mati, bila sudah mati ke mana.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN KECERDASAN MAJEMUK

Untuk memaksimalkan proses pembelajaran saat di kelas diperlukan

strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kecerdasan majemuk

yang dimiliki oleh masing-masing anak. Strategi pembelajaran yang tepat akan

sangat menolong anak menangkap pelajaran dengan baik.

Saat mengajar anak dengan kecerdasan linguistik, metode yang

digunakan adalah dengan bercerita, curah gagasan (brainstorming) dan dengan

tape recorder atau menulis jurnal. Sedangkan anak yang memiliki kecerdasan

logis-matematis yang digunakan adalah dengan kalkulasi dan kuantifikasi,

klasifikasi dan kategori atau penalaran ilmiah.

Sedangkan anak dengan kecerdasan visual dan spasial strategi

pembelajaran dengan visualisasi, penggunaan warna, gambar dan sketsa

gagasan serta symbol grafis. Anak yang memiliki kecerdasan musik

mengajarnya dengan irama, lagu, senandung dan konsep musikal serta dengan

musik suasana. Anak dengan kecerdasan interpersonal dapat belajar dengan

barbagi rasa dengan teman sekelas, kerja kelompok, permainan dan simulasi.

Apabila mengajar anak dengan kecerdasan intrapersonal dapat

menggunakan refleksi, hubungan materi dengan pengalaman pribadi, waktu

memilih dan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan serta perumusan

tujuan. Jika anak memiliki kecerdasan kinestetik dapat belajar dari teater kelas,

konsep kinestetis dan peta tubuh. Anak yang memiliki kecerdasan naturalis

dapat belajar dengan jalan-jalan di alam terbuka dan melihat ke luar jendela

serta tanaman sebagai dekorasi atau membawa hewan peliharaan di kelas.

Sedangkan anak dengan kecerdasan eksistensial untuk mengembangkannya

yaitu dengan mendengarkan ceramah agama, membaca buku-buku agama,

mengadakan refleksi diri, menghadiri upacara kematian, dan diskusi dengan

ahli agama.

D. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak

ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang

agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam hidupnya. Mengingat

akan pentingnya pendidikan maka pemerintah pun mencanagkan program

wajib belajar sembilan tahun bahkan dua belas tahun. Melakukan perubahan

kurikulum dan untuk mencoba mengakomodasikan kebutuhan siswa.

Kecerdasan intelektual bukan hanya mencakup kecerdasan logika dan

verbal, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musikal, visual-spartial,

interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Kita cenderung hanya menghargai

orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika dan bahasa. Kita harus

memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki

talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya.Melihat betapa penting proses

pembelajaran bagi manusia terlepas sedikit atau banyak, peran guru sangat

penting. Guru sebagai sosok pribadi, manusia yang memiliki banyak

kelemahan dan kelebihan.

35 Teori Belajar dan Pembelajaran

BAB XI

MOTIVASI BELAJAR

A. PENDAHULUAN

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “daya

penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman, 2001:71). Pendapat lain juga

mengatakan bahwa motivasi adalah “keadaan dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan”. Motivasi

belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu

dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.

B. JENIS-JENIS MOTIVASI BELAJAR

Berbicara tentang jenis dan macam motivasi dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang. Bahwa motivasi itu sangat bervariasi yaitu:

1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir

Motif-motif yang dipelajari artinya motif yang timbul karena dipelajari.

2) Motivasi menurut pembagiaan dari Woodworth dan Marquis:

Motif atau kebutuhan organis misalnya, kebutuhan minum, makan,

bernafas, tidur, dan lain-lain.

Motof-motif darurat misalnya, menyelamatkan diri, dorongan untuk

membalas, dan sebagainya.

Motif-motif objektif

3) Motivasi jasmani dan rohani

Motivasi jasmani, seperti, rileks, insting otomatis, nafas dan sebagainya.

Motivasi rohani, seperti kemauan atau minat.

4) Motivasi intrisik dan ekstrinsik

Motivasi instrisik adalah motif-motif yang terjadi aktif atau berfungsi

tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah

ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya peransang dari luar.

5) Motivasi primer dan sekunder

Motivasi primer, adalah motivasi yang didasarkan atas motif-motif dasar.

Motivasi sekunder, adalah motivasi yang dipelajari.

Adanya berbagai jenis motivasi di atas, memberikan suatu gambaran

tentang motif-motif yang ada pada setiap individu. Adapun bentuk motivasi

yang sering dilakukan disekolah adalah memberi angka, hadiah, pujian,

gerakan tubuh, memberi tugas, memberi ulangan, mengetahui hasil, dan

hukuman.

a) Memberi angka

Memberikan angka (nilai) artinya adalah sebagai satu simbol dari hasil

aktifitas anak didik. Dalam memberi angka (nilai) ini, semua anak didik

mendapatkan hasil aktifitas yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak

didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi agar hasilnya

dapat lebih ditingkatkan lagi.

36 Teori Belajar dan Pembelajaran

b) Hadiah

Maksudnya adalah suatu pemberian berupa kenang-kenangan kepada anak

didik yang berprestasi. Hadiah ini akan dapat menambah atau meningkatkan

semangat (motivasi) belajar siswa karena akan diangap sebagai suatu

penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.

c) Pujian

Memberikan pujian terhadap hasil kerja anak didik adalah sesuatu yang

diharapkan oleh setiap individu. Adanya pujian berarti adanya suatu

perhatian yang diberikan kepada siswa, sehingga semangat bersaing siswa

untuk belajar akan tinggi.

d) Gerakan tubuh

Gerakan tubuh artinya mimik, parah, wajah, gerakan tangan, gerakan

kepala, yang membuat suatu perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Gerakan tubuh saat memberikan suatu respon dari siswa artinya

siswa didalam menyimak suatu materi pelajaran lebih mudah dan gampang.

e) Memberi tugas

Tugas merupakan suatu pekerjaan yang menuntut untuk segera diselesaikan.

Pemberian tugas kepada siswa akan memberikan suatu dorongan dan

motivasi kepada anak didik untuk memperhatikan segala isi pelajaran yang

disampaikan.

f) Memberikan ulangan

Ulangan adalah strategi yang paling penting untuk menguji hasil pengajaran

dan juga memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk mengulangi

pelajaran yang telah disampaikan dan diberikan oleh guru.

g) Mengetahui hasil

Rasa ingin tahu siswa kepada sesuatu yang belum diketahui adalah suatu

sifat yang ada pada setiap manusia. Dalam hal ini siswa berhak mengetahui

hasil pekerjaan yang dilakukannya.

h) Hukuman

Dalam proses belajar mengajar, memberikan sanksi kepada siswa yang

melakukan kesalahan adalah hal yang harus dilakukan untuk menarik dan

meningkatkan perhatian siswa. Misalnya memberikan pertanyaan kepada

siswa yang bersangkutan.