Kurikulum 2013 Begitu Sebutannya
description
Transcript of Kurikulum 2013 Begitu Sebutannya
Kurikulum 2013 begitu sebutannya. Kurikulum ini akan menggantikan kurikulum sebelumnya, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Meskipun menuai banyak kritik dari para pemerhati, pengamat, hingga para guru
sendiri, kurikulum ini akan tetap dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014. Karenanya Kemendikbud menerima
berbagai masukan melalui uji publik yang dapat disampaikan langsung, melalui surat terbuka di masmedia,
hingga secara ‘online’.
Banyak alasan yang mendasari perubahan kurikulum ini, salah satu yang perlu mendapat perhatian bersama
adalah bahwa keleluasaan yang diberikan kepada guru dalam KTSP untuk membuat kurikulum secara mandiri
untuk masing-masing sekolah ternyata tak berjalan mulus. Tidak semua guru memiliki dan dibekali
profesionalisme untuk membuat kurikulum. Yang terjadi sebagian besar hanya mengadopsi saja bahkan “Copy
dan Paste” kurikulum sekolah lainnya.
Sebenarnya kemendikbud melalui Direktorat Pembinaan SMA telah banyak melakukan asistensi, workshop,
inhouse training, bahkan bansos untuk mempercepat peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan
KTSP. Namun sumber daya yang ada rasanya tidak cukup mampu untuk menyelesaikan hingga tahun 2013.
Berangkat dari permasalahan di atas, SMA Pesantren Unggul Al Bayan mencoba berbenah diri melakukan
evaluasi sekaligus melakukan tindak lanjut dari permasalahan yang ada. Dari evaluasi pelaksanaan
pembelajaran khususnya semester gasal tahun pelajaran 2012/2013 ditemukan bahwa proses pembelajaran
masih perlu terus ditingkatkan. Oleh karena itu workshop awal semester ini menitik beratkan pada peningkatan
profesionalisme guru khususnya dalam proses pembelajaran.
Workshop ini dibuka oleh Kepala Sekolah Drs. H. Heriyanto, M.Pd., tanggal 7 Januari 2013, dihadiri oleh seluruh
guru SMA Pesantren Unggul Al Bayan, guru-guru dari sekolah mitra, dan dihadiri pula oleh para pengurus
Yayasan Bina Ummat Sejahtera Semesta dan Wakil Ketua Majelis Pengarah SMA Pesantren Unggul Al Bayan.
Workshop dimulai dengan evaluasi proses pembelajaran selama semester gasal 2012/2013 sekaligus
merekomendasikan tindak lanjut dari temuan-temuan yang harus diperbaiki ataupun perlu dilanjutkan. Hari –hari
selanjutnya diisi dengan workshop peningkatan profesionalismen guru dalam proses pembelajaran. Membahas
profesionalime ini, dihadirkan dua narasumber tingkat nasional yaitu Asep Sudarsono, S.Pd. M.M. dan Drs. Asep
Mulyana, M.Pd.
Asep Sudarsono, S.Pd. M.M. memulai sesi dengan brainstorming Penilaian Kinerja Guru. Pada sesi ini para guru
diajak untuk bersama-sama mencermati tuntutan profesionalisme guru yang harus dimiliki oleh para guru. Pada
sesi berikutnya disampaikan pula mekanisme Penilaian Kinerja Guru.
Pada sesi berikutnya, Drs. Asep Mulyana, M.Pd. melalui contoh-contoh video rekaman guru mengajar, mengajak
para guru bagaimana seharusnya guru membangun kelas yang menyenangkan. Berbagai gaya guru mengajar
ditayangkan sehingga para peserta bisa memilih gaya terbaik yang harus dipilihnya sesuai dengan situasi dan
kondisi masing-masing.
Pada hari–hari berikutnya, workshop diisi dengan materi Model-model Pembelajaran Oleh H. Winarno, S.T.,
M.M. Dalam sesi ini para guru kembali diingatkan pengertian dari pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik,
dan model pembelajaran. Selanjutnya disajikan beberapa Model Pembelajaran Efektif yang dapat diterapkan
dengan mudah di kelas.
Pada sesi berikutnya dilakukan micro teaching oleh para guru mengimplementasikan model-model pembelajaran
yang telah dikuasai. Pada micro teaching ini para guru secara bergantian melakukan pembelajaran. Proses
pembelajaran dalam micro teaching ini para peserta harus ikut berpindah-pindah tempat sesuai dengan skenario
pembelajaran yang dibuat oleh guru. Mulai dari kelas hingga laboratorium.
Selasai melakukan micro teaching ini, kemudian para peserta diberi kesempatan untuk memberikan penilaian
baik yang bersifat positif (kelebihan) maupun yang bersifat negatif (kekurangan) guru dalam melakukan
pembelajaran.Micro teaching ini disaksikan langsung oleh pengurus Yayasan dan Wakil ketua Majelis Pengarah
sekaligus memberikan apresiasi dan arahan.
Diakhir sesi workshop ini ada tiga materi lagi yang bersifat brainstorming, pertama Persiapan Menghadapi
Kurikulum 2013 Oleh Drs. H. Heriyanto, M.Pd. Dalam sesi ini disampaikan bagaimana seharusnya satuan
pendidikan menyambut pemberlakuan kurikulum 2013. Perubahan adalah keniscayaan, karena tanpa ada
perubahan berarti kita jalan di tempat, tentu dengan perubahan yang positif.
Sesi berikutnya, Hj. Pudji Nurani, S.H., calon master pendidikan ini menyampaikan oleh-oleh belajarnya dengan
menyampaikan materi yang bertemakan Peran Kebudayaan dalam Pendidikan. Kita sudah lama melupakan
budaya bahkan melepas perannya dalam pendidikan. Akhirnya pendidikan kita menghadapi permasalahan
serius yaitu dekadensi moral.
Diakhir workshop, Wakil Ketua Majelis Pengarah, H. Tengku Rusdi, Ak. MM. menyampaikan materi menuju
pendidikan modern. Pendidikan harus dimanaj seperti halnya perusahaan modern, tentu ‘gold’ nya bukan profit
berupa uang. Sehingga pendidikan betul-betul mampu menghasilkan lulusan yang bermutu dan professional.
Selamat bekerja para guru professional.
LATAR BELAKANG KURIKULUM 2013
Latar belakang perlunya perubahan kurikulum menurut Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Muhammad Nuh bahwa ditengah perubahan zaman, sistem pendidikan di
Indonesia juga harus selalu ikut menyesuaikan. Pengembangan kurikulum 2013
diharapkan dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia hadapi perubahan dunia. Pengembangan kurikulum 2013 sudah melalui proses
panjang dan ditelaah sehingga saatnya disampaikan ke publik agar dapat bisa memberi
pandangan lebih sempurna. Dengan segala konsekuensinya, perubahan kurikulum yang
akan dimulai 2013 harus dilakukan jika tidak ingin kualitas SDM Indonesia tertinggal.
Pemerintah akan mengubah kurikulum Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, serta Sekolah Menengah Kejuruan dengan menekankan aspek
kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling
melengkapi. Basis perubahan kurikulum 2013 terdiri dari dua komponen besar, yakni
pendidikan dan kebudayaan. Kedua elemen tersebut harus menjadi landasan agar
generasi muda dapat menjadi bangsa yang cerdas tetapi berpengetahuan dan
berbudaya serta mampu berkolaborasi maupun berkompetisi.
Adapun orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang
berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara
pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan. Perubahan yang paling berdasar
adalah nantinya pendidikan akan berbasis science dan tidak berbasis hafalan lagi.
Rencananya pada Kurikulum 2013 ini, pengurangan mata pelajaran sekolah akan terjadi
di tingkat SD dan SMP. SMP yang semula mempunyai 12 mata pelajaran, pada tahun
2013 hanya akan mempunyai 10 mata pelajaran. 10 mata pelajaran tersebut yakni
Pendidikan Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA,
IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Muatan Lokal, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,
dan Prakarya. Adapun dari sisi jam pelajaran, kurikulum baru ini akan menambah
panjangnya jam pelajaran. Untuk SD kelas 1 dari 26 jam per minggu menjadi 30 jam.
Untuk kelas 2 SD dari 27 jam menjadi 32 jam. Sedangkan untuk kelas 3 SD dari 28 jam
menjadi 34 jam, sementara kelas 4, 5, 6 SD dari 32 menjadi 36 jam per minggu.
Untuk SD, terjadi perubahan dari 10 mata pelajaran menjadi hanya enam. Keenam mata
pelajaran itu adalah Matematika, Bahasa Indonesia, Agama, Pendidikan Jasmani,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, dan Kesenian. Sedangkan IPA dan IPS
menjadi tematik di pelajaran-pelajaran lain.
Ditingkat SMP, pemberian pelajaran akan mempergunakan Tekonologi Informasi
Komunikasi (TIK) didalam kelas. Kebijakan ini memungkinkan pemakaian laptop didalam
kelas oleh siswa. Dengan harapan, wawasan siswa dapat semakin terbuka. Sementara
ditingkat SMA, siswa mendapatkan matapelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Dari
sistem pendidikan ini, per jurusan dijenjang pendidikan SMA tidak dilakukan. Jumlah jam
untuk siswa SMK hanya bertambah sekitar 2 jam per minggu. Khusus di SMK,
penyesuaian jenis keahlian akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar atau tren saat ini.
Namun seluruh siswa SMK ditiap jurusan akan mendapatkan mata pelajaran umum.
Kurikulum pendidikan baru ini akan diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014. Namun
kurikulum ini akan mulai berlaku untuk kelas 1 dan 4 sekolah dasar, dan VII SMP, baik
negeri yang dikelola Kemendikbud maupun Kementerian Agama dan juga sekolah
swasta, sedangkan lainnya bertahap. Hal ini dikarenakan kelas yang lebih tinggi sedang
mempersiapkan ujian nasional. Harapannya, tiga tahun akan datang semua tingkatan
sudah menggunakan sistem ini.
sebelumnya tujuan kurikulum 2013 adalah memperbaiki krisis moral yang terjadi
diindonesia dan juga menciptakan generasi yang memiliki kemampuan hidup
sebagai warga negara yang beriman,produktif dan inovatif. kedengarannya sih keren
dan sangat meyakinkan….
Tujuan kurikulum 2013 itu sangat baik dari kurikulum sebelumnya, tujuannya
mengembangkan siswa selain dari sisi akademik dari sisi moralnya juga. tapi bukan
berarti kurikulum sebelumnya tidak bermoral hanya kurikulum 2013 lebih
mengedepankan sikap dan moral , logikanya jika si siswa memiliki perilaku yang
baik otomatis kehidupannya pun juga akan baik.
o iya banyak sekali perubahan yang ada di kurikulum 2013 seperti pengurangan
mata pelajaran, penambahan jam pelajaran dll.
kalau di SMA penjurusan dimulai dari kelas X, nama jurusannya pun dirubah. IPA
menjadi MIA (matematika dan ilmu alam) lalu IPS diganti dengan IIS (Ilmu Ilmu
Sosial). di kurikulum 2013 juga ada program baru namanya Lintas minat, di lintas
minat siswa yang jurusannya IPA bisa belajar juga pelajaran jurusan IPS/BAHASA
atau sebaliknya (maksimal memilih 2 mata pelajaran lintas minat), seru kan?
Nuh menekankan, Kurikulum 2013 mengedepankan proses belajar yang bakal menumbuhkan kreativitas siswa. Metode yang digunakan adalah scientific, observasi, tanya-jawab, hingga presentasi.
“Hal pertama yang dilakukan ketika merumuskan kurikulum baru ini adalah menetapkan kompetensi yang harus dicapai oleh lulusan, baru kemudian proses dan evaluasi pembelajaran,” ungkapnya, di hadapan ratusan guru di wilayah eks-karesidenan Semarang.Budi pekerti
Apapun mata pelajaran yang diajarkan dalam Kurikulum 2013 punya kontribusi pada penambahan keterampilan dan pembenahan sikap peserta didik. Hal itu dirasa penting karena kebanyakan siswa saat ini kurang memahami penerapan budi pekerti di masyarakat.
Aplikasi dari kebijakan tersebut ditekankan pada alokasi waktu untuk pelajaran agama dan budi pekerti, dari 2 jam menjadi 4 jam per minggu.
Nuh menepis kebenaran anggapan selama ini jika ‘ganti menteri ganti kebijakan’. Menurutnya, perubahan itu terjadi karena adanya perubahan pola akademik, industri, dan sosial-budaya.
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pada materi diklat Implementasi Kurikulum 2013 ini, peserta diklat diarahkan untuk lebih mengenal dan mengimplementasikan substansi yang terdapat di dalam kurikulum tahun 2013 sebagai kurikulum pendidikan terbaru saat ini. Ada 5 sub materi yang diberikan untuk menjelaskan hal tersebut, yaitu : 1. Rasional Kurikulum 2013, 2. Elemen Perubahan Kurikulum 2013, 3. Konsep Pendekatan Scientific, 4. Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar, 5. Penilaian Autentik dalam Matematika.
Sub materi I (Rasional Kurikulum 2013) menjelaskan tentang latar belakang diperlukannya Kurikulum 2013, diantaranya adalah untuk menjawab tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan, tantangan internal terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat
dari pertumbuhan penduduk usia produktif, tantangan eksternal (kompetensi masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, dan fenomena negatif yang mengemuka). Oleh karena itu, seiring dengan tujuan pendidikan nasional dan kurikulum sebelumnya (KBK 2004 dan KTSP 2006) maka pengembangan kurikulum 2013 secara sistematis diarahkan untuk : a. Penataan pola pikir dan tata kelola, b. Pendalaman dan perluasan materi, c. Penguatan proses, d. Penyesuaian beban.Kemudian dijelaskan pula secara teknis tentang pola pikir perumusan kurikulum, langkah penguatan proses, dan penyesuaian beban guru dan murid dengan harapan dapat meraih keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan untuk membangun soft skills danhard skills.
Sub materi II (Elemen Perubahan Kurikulum 2013) menjelaskan tentang kedudukan dan ruang lingkup Elemen Perubahan di antara Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian.Parameter elemen perubahan tersebut terdiri dari : a. Kompetensi Lulusan (adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan), b. Kedudukan mata pelajaran (ISI) (Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi), c. Pendekatan (ISI) (Potensi yang dikembangkan melalui tematik atau mata pelajaran, disesuaikan dengan jenjang pendidikan), d.Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi waktu)(ISI), e. Proses Pembelajaran, f.Penilaian hasil belajar , g. Ekstrakurikuler. Selanjutnya, dijelaskan pula pembahasan tentang perbedaaan esensial kurikulum 2013 dengan kurikulum lama (KTSP 2006), perubahan untuk semua mata pelajaran (IPS, IPA, Matematika, Bahasa Indonesia/ Inggris) dan proses yang mendukung kreativitas.
Sub materi III (Konsep Pendekatan Scientific) menjelaskan tentang Kriteria Konsep Pendekatan Scientific, dan langkah-langkah pembelajaran yang perlu ditempuh. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Sub materi IV (Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar)menjelaskan bahwa Penilaian Autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal-hal yang dibahas selanjutnya adalah : a. Penilaian autentik dan tuntutan kurikulum 2013, b.Penilaian autentik dan pembelajaran autentik, c. Jenis-jenis penilaian autentik (penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis).
Harapan Baru dalam Kurikulum 201321 Jul 2013 11:44:40| Suara Publik | Penulis : Mohammad Nuh *)
Alhamdulillah, serangkaian kegiatan persiapan implementasi Kurikulum 2013 yang
antara lain pelatihan, mulai dari pelatihan instruktur nasional, guru inti, dan guru
sasaran, telah berakhir dengan baik. Hingga menjelang tahun ajaran baru pada 15 Juli
2013 sudah sebanyak 61.074 guru yang menerima pelatihan. Jumlah itu terdiri atas 572
orang instruktur nasional, 4.740 orang guru inti, dan 55.762 guru sasaran.
Hasil evaluasi sementara menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Pada
pelaksanaan pelatihan instruktur nasional misalnya, menunjukkan bahwa nilai rerata
yang dicapai dari "pre test" ke "post test" mengalami kenaikan cukup signifikan yakni
20,60 persen. Kenaikan tertinggi ada pada materi rasionalitas kurikulum (44,64 persen),
lainnya, materi analisis materi ajar (11,05 persen), dan materi rancangan pembelajaran
dan praktik (9,53 persen).
Implementasi Kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran baru ini dilaksanakan secara
bertahap dan terbatas yang menyasar pada 6.325 sekolah di jenjang SD, SMP, SMA, dan
SMK yang tersebar pada 295 kabupaten/kota di 33 provinsi, bahkan ditambah dengan
lebih dari seribu sekolah yang ingin mengimplementasikan Kurikulum 2013 secara
mandiri.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan apresiasi dan penghargaan
yang tinggi kepada daerah dan sekolah yang memilih untuk mengimplementasikan
secara mandiri. Tentu kemandirian yang dimaksudkan di sini bukan berarti Pemerintah
lepas tanggung jawab, melainkan tetap dalam pantauan dan pengawasan serta evaluasi
Kemdikbud.
Berkait dengan buku. Buku pegangan guru telah sampai ke tangan para guru sasaran
saat dilakukan kegiatan pelatihan. Sementara buku pegangan siswa, yang dicetak oleh
beberapa percetakan pemenang tender, telah dikirim langsung ke sekolah-sekolah yang
menjadi sasaran implementasi. Buku dalam file pdf pun siap cetak dengan diunggah
melalui situs rumah belajar dengan alamat: www.belajar.kemdikbud.go.id.
Saya memandang Kurikulum 2013 ibarat sebuah kendaraan, yang karenannya ada
banyak hal yang bisa dibawa untuk bisa dilakukan perubahan (efek domino dari
Kurikulum 2013). Sedikitnya ada enam perubahan yang dapat dilakukan bersamaan
dengan penerapan Kurikulum 2013.
Pertama, terkait dengan penataan sistem perbukuan. Lazim berlaku selama ini, peran
penerbit cukup dominan, baik menyangkut isi maupun harga, sehingga beban berat
dipikul peserta didik dan orang tua. Menyangkut isi, karena keterbatasan wawasan dan
kepekaan para penulis, kegaduhan terhadap isi buku pun sering terjadi. Kejadian terakhir
di Kabupaten Bogor pada buku Pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 6 SD, sehingga isi
dapat dikendalikan dan kualitas lebih baik, sedang harga bisa ditekan lebih wajar (public
awareness).
Kedua, penataan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) di dalam penyiapan
dan pengadaan guru.
Ketiga, penataan terhadap pola pelatihan guru. Pengalaman pada pelaksanaan pelatihan
instruktur nasional, guru inti, dan guru sasaran untuk implementasi Kurikulum 2013,
misalnya, banyak pendekatan pelatihan yang harus disesuaikan, baik menyangkut
materi pelatihan maupun model dan pola pelatihan. Momentum Kurikulum 2013 adalah
hal yang tepat untuk melakukan penataan terhadap pola pelatihan guru termasuk
penjenjangan terhadap karir guru dan kepangkatannya. Ke depan, sedang disiapkan
konsep yang terintegrasi antara jenjang karir dan kepangkatan dengan penilaian profesi
guru. Selama ini, keduanya terpisah.
Keempat, memperkuat budaya sekolah melalui pengintegrasian kurikuler, ko-kurikuler,
dan ekstra kurikuler, serta penguatan peran guru bimbingan dan konseling (BK).
Kelima, terkait dengan memperkuat NKRI. Melalui kegiatan ekstra kurikuler
kepramukaanlah, peserta didik diharapkan mendapat porsi tambahan pendidikan
karakter, baik menyangkut nilai-nilai kebangsaan, keagamaan, toleransi dan lainnya.
Keenam, ini juga masih terkait dengan hal kelima, memperkuat intergrasi pengetahuan-
bahasa-budaya. Pada Kurikulum 2013, peran bahasa Indonesia menjadi dominan, yaitu
sebagai saluran mengantarkan kandungan materi dari semua sumber komptensi kepada
peserta didik, sehingga bahasa berkedudukan sebagai penghela mata pelajaran-mata
pelajaran lain. Kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam
penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa Indonesia, dengan cara ini,
maka pembelajaran Bahasa Indonesia termasuk kebudayaan, dapat dibuat menjadi
kontekstual, sesuatu yang hilang pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini.
Dari efek domino itulah, Kurikulum 2013 adalah bagian tidak terpisahkan untuk menata
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara melalui sektor pendidikan. Karena
itu, Kurikulum 2013 sesungguhnya bukan kurikulum program Kementerian, tapi
kurikulum yang menjadi program Pemerintah.
Ya, kurikulum yang bukan hanya untuk menyiapkan dan membangun secara personal
peserta didik dalam tiga aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, melainkan
kurikulum yang disiapkan untuk membangun masyarakat dan membangun peradaban,
sehingga menjadi bangsa yang efektif didalam menghindari tiga penyakit sosial; yakni
kemiskinan, ketidaktahuan, dan keterbelakangan peradaban.
Ke depan, Kurikulum 2013 yang diimplementasikan pada sebagian sekolah sasaran pada
tahun pelajaran 2013 ini menjadi Harapan Baru, menuju ke arah yang lebih baik dalam
meningkatan kualitas dan kemajuan generasi Indonesia masa depan. Semoga. Selamat
Datang Kurikulum 2013. (*).
Kurikulum 2013 Harapan Kembalinya Karakter Generasi Muda17 Peb 2013 11:38:58| Karkhas | Penulis : Endang Sukarelawati
Malang - Perubahan kurikulum seringkali kita alami dan setiap ada pergantian menteri
dapat dipastikan juga akan ada pergantian (perubahan) kebijakan pendidikan, bahkan
juga bergantinya kurikulum.
Perubahan kurikulum yang terbaru dan saat ini masih menjadi "buah bibir" di kalangan
akademisi maupun para pegiat pendidikan adalah kurikulum 2013 yang menggantikan
kurikulum 2006.
Banyak item yang berubah secara signifikan dalam kurikulum 2013 ini, selain perubahan
di jenjang perguruan tinggi, perubahan juga terjadi di jenjang SD hingga SMA. Tidak
hanya sistem dan mekanismenya, tapi juga mata pelajaran serta penambahan durasi
waktu belajar siswa.
Hal lain yang cukup mencolok dalam kurikulum 2013 yang akan diterapkan mulai tahun
pelajaran baru (Juli 2013) adalah, dimasukkannya kegiatan Pramuka ke dalam kurikulum
ekstra yang wajib diadakan di sekolah dalam rangka penguatan karakter siswa.
Menurut pembina kwarcab Pramuka Kota Malang Oetodjo Sardjito, Pramuka merupakan
salah satu wahana pembentukan karakter siswa karena dalam Pramuka siswa dilatih
akan kepemimpinan, kerja sama, solidaritas, mandiri, dan keberanian.
Hal ini sebagai penyeimbang kegiatan pembelajaran dalam kurikulum formal yang lebih
berorientasi pada ranah kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan).
"Kegiatan Pramuka ini akan mampu membangun kecerdasan siswa pada ranah afeksi
(sikap dan perilaku), sehingga siswa akan mampu mengembangkan karakternya secara
positif," tegas mantan Wakil Ketua DPRD Kota Malang tersebut.
Hanya saja, katanya, akhir-akhir ini Pramuka tidak lagi diminati oleh anak-anak muda,
bahkan di sekolah pun peminatnya juga sangat minim, kecuali di SD yang memang
diwajibkan.
Dengan dimasukkannya Pramuka dalam kurikulum 2013 ini, kata pemilik Laboratorium
Kesehatan itu, diharapkan secara perlahan karakter, nasionalisme dan sikap-sikap dasar
bangsa Indonesia, seperti gotong royong, saling menolong serta ramah tamah kembali
tumbuh dan mampu membentuk karakter generasi muda yang lebih baik.
Sebab, katanya menegaskan, anak didik di sekolah tidak hanya diajari hal-hal yang
bersifat akademik saja, tapi juga nonakademik yang mampu melahirkan manusia-
manusia berkarakter dan mencintai Tanah Airnya.
Beberapa waktu lalu Wakil Ketua Kwartir Nasional Bidang Humas dan Informasi Kodrat
Pramudho ketika menghadiri acara di Universitas Brawijaya (UB) Malang juga mengakui
jika dalam beberapa tahun terakhir ini minat anak-anak muda yang masih duduk di
bangku SMA maupun perguruan Tinggi (PT) untuk menekuni dunia kepramukaan sangat
minim. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.
Padahal, katanya, kegiatan pramuka yang ada di SD-PT tersebut bisa melengkapi
pendidikan formal yang cenderung lebih mengutamakan kemampuan intelektual
ketimbang etika, pribadi yang menjunjung tinggi kebersamaan, saling membantu dan
tenggang rasa.
Ia mengakui, kwarnas, kwarda maupun kwarcab memang harus bekerja lebih keras
untuk mengembalikan minat siswa dan mahasiswa dalam menekuni kepramukaan.
Oleh karena itu, guru-guru di sekolah secara bertahap juga diberikan latihan secara
intensif tentang kepramukaan agar nantinya bisa diterapkan di gugus depan (gudep)
masing-masing sekolah sekaligus sebagai kakak pembina.
Perlu Apresiasi
Diakui atau tidak, kegiatan Pramuka di sekolah terbukti telah mampu memberikan arti
tersendiri terhadap proses pembelajaran. Pada titik inilah, kebijakan Pramuka yang akan
dijadikan ekstrakurikuler wajib di sekolah perlu mendapatkan apresiasi bersama.
Ada beberapa alasan, mengapa kebijakan Pramuka dalam kurikulum 2013 ini wajib
diapresiasi bersama. Pertama, dikenal sebagai kegiatan yang menyenangkan dan siswa
seolah mendapatkan ruang baru dari ruang kelas yang terus menerus "membelenggu"
mereka, sehingga kegiatan Pramuka ini membuat mereka merasa gembira.
Alasan kedua, Pramuka adalah salah satu media pendidikan yang berbasis pada
pengoptimalan otak kanan siswa. proses pembelajaran di kelas lebih dominan pada
pengembangan otak kiri (IQ:Intelektual Quotient).
Sementara pengembangan otak kanan (EQ:Emotional Quotient) seringkali mendapatkan
porsi yang sangat sedikit, sehingga Pramuka menjadi wahana yang tepat untuk
mengembangkan emosional otak kanan karena siswa dilatih untuk berinteraksi,
berkomunikasi, kreatif, dan berafiliasi dengan teman-teman lainnya.
Pramuka, kata Oetdojo Sardjito, melatih mental yang kuat. Melalui Pramuka, siswa
dibekali dengan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, bertanggung
jawab dan sifat-sifat lainnya, yang tercermin dalam dasa dharma Pramuka yang tidak
ditemui dalam proses pembelajaran formal.
"Kita semua berharap, perubahan kurikulum yang urgensinya fokus pada pendidikan
karakter ini akan menjadi harapan baru bagi peningkatan kualitas pendidikan di Tanah
Air. Melalui pendidikan yang berkarakter, diharapkan mampu melahirkan generasi
bangsa yang memiliki karakter kuat, integritas moral yang tinggi, dan sikap mental-
spiritual yang tangguh," tandasnya.
Kesiapan Sekolah
Penerapan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 merupakan "harga mati"
yang wajib dijalankan, sebab kurikulum tersebut dinilai lebih cocok untuk kondisi saat ini.
Demikian penegasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) M Nuh dalam
Renbuk Nasional Pendidikan Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang
(UMM), Sabtu (16/2).
"Saat ini bukan fasenya untuk memperdebatkan setuju atau tidak setuju, tapi
menjalankan kurikulum tersebut," katanya, menegaskan.
Kurikulum baru itu nanti juga meringankan kerja guru karena tidak perlu lagi membuat
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru hanya fokus mempersiapkan
materi dan belajar, sehingga efektifitas pembelajaran di kelas makin meningkat.
Wakil Presiden Boediono pun belum lama ini juga mengingatkan agar implementasi
kurikulum pendidikan tahun pelajaran 2013/2014 tidak molor. Boediono meminta agar
implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, tapi tetap tepat waktu. Boediono
mengatakan, persiapan dan keinginan untuk melaksanakan kurikulum tidak harus
dilakukan sekaligus, mengingat banyaknya jumlah peserta didik, sekolah, dan guru.
Wapres memperkirakan dalam kurun waktu tiga tahun untuk penyelesaian implementasi
kurikulum 2013 adalah cukup, selama dikerjakan dengan benar. "Kita harus realistis
karena tidak mungkin dilaksanakan sekaligus," ujarnya.
Meski harus diberlakukan pada tahun pelajaran 2013/2014 dan masih minim sosialisasi,
sekolah-sekolah di Malang sudah siap untuk melaksanakan kurikulum 2013 tersebut.
Bahkan Dinas Pendidikan Kota Malang juga sudah memetakan (mengelompokkan) 54
sekolah yang akan membahas kurikulum 2013. Ke-54 kelompok itu adalah 22 SMP, 22
SMP, 5 SMA, 25 SD, dan 2 SMK.
"JUmlah itu sudah pasti, namun sekolah mana saja yang akan menjadi koordinator,
masih kami bahas bersama, " kata Sekretaris Disdik Kota Malang Djupri.
Langkah pengelompokan sekolah itu sebagi upaya untuk mempersiapkan pemberlakuan
kurikulum baru, sehingga pembelajaran di sekolah tidak sampai terganggu. "Pada tahun
ajaran baru nanti kami harus sudah siap dengan kurikulum baru ini," tandasnya.
Menyinggung buku ajar yang akan menjadi acuan dalam setiap mata pelajaran, Djupri
mengatakan, masih belum bisa dijelaskan secara panjang lebar karena pada saat
rembuk nasional di Jakarta hanya ditunjukkan konsepnya.
"Katanya sih hampir sama dengan buku yang ada sekarang ini, tapi kami sendiri masih
belum tahu perbedaannya apa," katanya.
Hanya saja Mendikbud M Nuh ketika di UMM mengatakan, buku paket di sekolah yang
ada saat ini masih bisa digunakan selama materinya sesuai dengan materi kurikulum
yang baru nanti. "Tapi, sekolah harus selektif dalam memilih buku ajar," tegas mantan
Rektor ITS tersebut.(*)
Kurikulum 2013 siap dilaksanakan Kemenag pada tahun 2014
PENDIS - Direktorat Jenderal Pendididikan Islam Kementerian Agama RI mengeluarkan Surat Edaran tentang penerapan kurikulum 2013 yang ditandatangani Dirjen Pendis Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si tanggal 8 Juli 2013 yang isinya siap menerapkan kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2014.
Surat Edaran yang ditandatangi Nur Syam tersebut bernomor SE/Dj.I/PP.00/50/2013 tentang implementasi kurikulum 2013 pada madrasah.
Kementerian Agama akan mengimplementasikan Kurikulum 2013 untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) mulai tahun pelajaran 2014/2015, yang akan diterapkan pada tingkat MI di kelas I danIV, tingkat MTs kelas VII dan tingkat MA kelas X.
Sebelum Kurikulum 2013 ini diterapkan Kementerian Agama akan melakukan persiapan dengan melaksanakan pelatihan kepada Kepala Madrasah, Pengawas, Pendidik serta bahan ajar dan buku pedoman guru.
Ada waktu sekitar enam bulan untuk melakukan persiapan secara menyeluruh untuk melaksanakan kurikulum 2013, mudah-mudahan dengan persiapan yang matang implementasi kurikulum 2013 dapat tercapai sesuai harapan.
Selamat Datang Kurikulum 2013Dalam rangka menyongsong dan menyiapkan lahirnya generasi emas Indonesia, maka Kemdikbud meluncurkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013.
Setelah melalui perjalanan panjang dan berliku, akhirnya Kurikulum 2013
mendapatkan restu dari berbagai pihak untuk diimplementasikan.
Kini saatnya kita memasuki era implementasi kurikulum ini, tentu saran
perbaikan tetap diharapkan guna meminimalisasi hal yang tidak perlu
terjadi di lapangan.
Dalam Kurikulum 2013 Peminatan (Istilah baru “Penjurusan”) dimulai pada kelas X atau 1 SMA. Dimana ada 3 Peminatan yaitu Matematika dan Sains , Sosial dan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ada juga fasilitas Lintas Minat yaitu Siswa Peminatan Matematika dan Sains bisa mendapat pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia atau Sosial, begitu juga kebalikannya.Kurikulum 2013 menghendaki Siswa Berperan “Aktif” dan Guru Berperan “Pasif”. (Apakatadunia??). Guru tidak menjelaskan tetapi siswa yang berperan aktif mencari dan mendalami materi yang diberikan. (Wahwahkalosiswanyapasifgimana?) Siswa harus Mengobservasi, Memahami dan Mengaplikasikan semua materi dengan mandi sendiri mandiri. (Seingetsayasihitu)Dan ada beberapa pelajaran yang dihilangkan yaitu Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TI. (WawmaumajugimanaTIditiadakan-_-) Ya sudah dituruti saja -_-.
Dalam Kurikulum 2013 SMA ada 3 Mata Pelajaran yang di rombak secara Besar Besaran *lebay*, yaitu Matematika, dari 6 Bab menjadi 12 Bab (WOW!!) Sejarah, saya kurang tahu ttg ini.. dan BI atau Bahasa Indonesia, semua bab memfokuskan teks dan dr teks tersebut mempelajari yang lain lain (?)
KURIKULUM 2013; ANTARA SIKLUS DENGAN PROGRESIVITAS PERUBAHAN
Oleh: Ahmad Saefudin, S.Pd.I[i]
Ganti menteri, ganti kebijakan. Itulah pemeo yang sering kita dengar ketika menilik
perkembangan kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia. Sejak bangsa kita berhasil
lepas dari cengkeraman kolonial enam puluh delapan tahun silam, sejak itu pula sejarah
mencatat sembilan kali[ii]terjadinya perubahan kurikulum dengan berbagai terminologinya
sebagai interpretasi atas amanat Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 alinea
IV; mencerdaskan kehidupan bangsa.
Term “perubahan”, sebagaimana spesifikasi yang dilakukan oleh Munzir Hitami,
tidak pernah lepas dari dua sifat yang melekat pada kata tersebut, yakni perubahan yang
bersifat siklikal (cyclic change) dan perubahan yang bernuansa progress.[iii] Ilustrasi
sederhana dari perubahan siklikal ialah seperti kita sedang menonton atlet lomba lari 400 m.
Perpindahan sang atlet mulai dari titik start sampai ke garisfinish dengan menempuh rute
lapangan yang berbentuk melingkar meniscayakan proses “perubahan posisi”, meskipun
faktanya, atlet tersebut tidak pernah berpindah atau keluar dari rute tempuh yang telah
ditetapkan oleh panitia lomba. Perubahan siklikal juga dapat kita lihat pada sistem tata surya
di mana planet selalu bergerak mengelilingi matahari melalui orbit masing-masing.
Walaupun proses perpindahan planet ini berlangsung secara terus menerus, namun tidak
pernah meninggalkan garis edar yang selalu tetap. Sedangkan perubahan progres bagaikan
kita menaiki anak tangga yang terus meninggi. Kita tidak akan pernah berhenti, apalagi
kembali, sebelum mencapai titik puncak yang menjadi tujuan.
Dua pendekatan inilah yang akan menjadi alat analisis penulis dalam menguraikan
diskursus Kurikulum 2013. Dalam dunia pendidikan, kurikulum (Syarifudin Nurdin dan M.
Basyirudin Usman, 2002) bisa diartikan secara sempit yang hanya membatasi sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah atau perguruan tinggi, juga
bisa dimaknai secara luas yang tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu
yakni merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi
anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya kegiatan belajar
mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan
pelajaran dan sebagainya.[iv]
Kurikulum 2013 yang secara bertahap akan diberlakukan oleh pemerintah di setiap
jenjang pendidikan formal pada Tahun Pelajaran 2013/2014[v], terlepas dari berbagai
polemik yang berkembang, mau tidak mau harus disambut mesra oleh setiap elemen yang
berkecimpung di bidang pendidikan. Terutama bagi para teorisi, kritikus, dan praktisi.
Dalam telaah singkat ini, penulis akan fokus pada kajian Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dan pendekatan terhadap struktur mata pelajaran sebagai unsur pembentuk Kurikulum
2013 yang akan diterapkan di jenjang SD dan SMP, sekaligus mengesampingkan
pembahasan lain seperti standar isi, proses, dan penilaian yang sebenarnya juga sangat vital
untuk dibincangkan lebih lanjut.
Dalam materi “Bahan Uji Publik Kurikulum 2013” dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan terdapat beberapa elemen perubahan dalam SKL Kurikulum 2013 jika
dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Elemen kompetensi lulusan di tingkat SD dan SMP mengidealkan adanya
peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi tiga aspek kompetensi
-yang oleh Benjamin S. Bloom diistilahkan sebagai- sikap (afektif), keterampilan
(psikomotorik), dan pengetahuan (kognitif). Perbedaan yang menonjol antara Kurikulum
2013 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terletak pada aspek kompetensi
pengetahuan. KTSP mendahulukan domain kompetensi pengetahuan atas kompetensi sikap
dan keterampilan, sedangkan Kurikulum 2013 “seolah” lebih mengutamakan aspek
kompetensi sikap daripada keterampilan, dan pengetahuan. Penulis berani menggunakan kata
“seolah”, karena Kurikulum 2013, selain belum teruji praksis di setiap satuan pendidikan
sehingga “garansi” keberhasilan pengutamaan kompetensi sikap di atas kompetensi lainnya
belum terbukti, juga dihadapkan pada problem yang dialami pendidik ketika memasuki
wilayah implementasi penilaian atas peserta didik sebagai hasil capaian kompetensi tersebut.
Ringkasnya, penilaian kompetensi lulusan yang berangkat dariTaksonomi Bloom ini belum
mampu dikuasai sepenuhnya oleh pendidik dalam setiap jenjang satuan pendidikan.
Dipandang dari segi elemen kedudukan mata pelajaran (isi), Kurikulum 2013
menjadikan kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik yang semula diturunkan dari
mata pelajaran, berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi.
Dengan kata lain, muara dari setiap proses pembelajaran berasal dari kompetensi yang ingin
dicapai peserta didik kemudian dikembangkan oleh pendidik dalam setiap mata pelajaran.
Sedangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di dalam KTSP,
merupakan hasil turunan dari setiap mata pelajaran sehingga tidak memungkinkan bagi
pendidik untuk mengintegrasikan SK dan KD dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran
yang lain.
Dilihat dari elemen pendekatan terhadap struktur mata pelajaran di jenjang SD,
Kurikulum 2013 menggunakan pengembangan metode tematik-integratif dalam semua mata
pelajaran yang difokuskan pada alam, sosial, dan budaya dengan pendekatan sains. Akibat
dari perubahan pola pendekatan pembelajaran ini, beban jam pelajaran bertambah menjadi 4
jam per minggunya, meskipun ada pengurangan jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6.
Adapun di jenjang SMP, Kurikulum 2013 menjadikan TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) sebagai media bagi seluruh mata pelajaran. Sedangkan TIK dalam KTSP
berwujud mata pelajaran tersendiri dengan alokasi waktu 2 jam per minggu. Jumlah mata
pelajaran juga mengalami pengurangan dari 12 menjadi 10, namun beban jam belajar menjadi
bertambah sebanyak 6 jam per minggunya akibat perubahan pola pendekatan pembelajaran.
Dari gambaran di atas, elemen kompetensi lulusan di tingkat SD dan SMP pada
Kurikulum 2013, -menurut hemat penulis- mengalami perubahan yang bersifat siklikal,
karena sejatinya orientasi KTSP pun sudah tertuju pada peningkatan tiga domain Taksonomi
Bloom. Jika terjadi kendala, terutama bagi pendidik, dalam upaya mengendapkan tiga
kompetensi ini ke dalam diri peserta didik, solusi yang ditawarkan tidak harus dengan
merubah konsep kurikulum secara frontal. Pemerintah sudah semestinya mendesain agenda-
agenda intensif yang mengarah kepada peningkatan mutu pendidik misalnya dengan
melakukan bimbingan dan pelatihan supaya profesionalisme kerja mereka tidak hanya
bersandarkan kepada kualifikasi akademik (baca: ijazah) an sich, tetapi juga setimpal dengan
standar kompetensi pendidik yang termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yang mencakup kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Perubahan progres terletak pada elemen kedudukan mata pelajaran (isi) Kurikulum
2013 yang menuntut pendidik untuk siap berkreasi dengan metode-metode pembelajaran
inovatif sebagai upaya integrasi semua mata pelajaran yang selama ini masih terkesan parsial
dan terpisah. Tidak adanya mata pelajaran TIK di SMP, bukan berarti membuat
pendidik berleha-leha untuk tidak bersentuhan dengan alat teknologi yang mendukung
kesuksesan proses pembelajaran. Sebaliknya, setiap pendidik berpeluang besar
memanfaatkan alat teknologi yang sejauh ini masih didominasi oleh guru pengampu mapel
TIK.
Akhir kalam, “Selamat datang Kurikulum 2013! Sampai jumpa KTSP!”.
[i] Alumni Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara Tahun 2010 dan pernah aktif sebagai
Pendidik di SMP Islam Terpadu Kholiliyah Wedelan Bangsri. Penulis menjabat Menteri Pers
dan Informasi (MPI) BEM Fakultas Tarbiyah INISNU Jepara periode 2006/2007. Sekarang
sedang menyelesaikan studi di program pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Tulisan ini rencananya akan dimuat di Majalah “Idea” Fakultas
Tarbiyah UNISNU Jepara.
[ii] Dimulai pada tahun 1947 dengan istilah Rencana Pelajaran, Rencana
Pelajaran Terurai(1952), Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 atau CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), Kurikulum 1994 dan Suplemen 1999, Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) Tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun
2006, dan Kurikulum 2013. “Sembilan Kali Kurikulum Pendidikan
Berubah”, http://blog.tp.ac.id/pelaksanaan-kurikulum-pendidikan-di-indonesia.
[iii] Munzir Hitami, Revolusi Sejarah Manusia; Peran Rasul sebagai Agen
Perubahan, (Yogjakarta: LkiS, 2009), cet. 1, hlm. 2.
[iv] Darwyn Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. 2, hlm. 11.[v] Berdasarkan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada peringatan Hari Pendidikan
Nasional Tahun 2013 pada Kamis, 2 Mei 2013.
Wa akhiran, mengutip pernyataan Jean Piaget dalam buku the best schools, “Melatih para
pelajar berfikir sendiri dan tidak menerima begitu saja gagasan pertama yang mereka terima”.
Itulah yang diinginkan kurikulum 2013, anak diberikan stimulus untuk lebih banyak bertanya
dimulai dengan ajakan untuk “mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mempresentasikan” tentang sekitarnya sesuai dengan sub tema yang dibahas, sehingga anak
tidak hanya hafal materi tetapi mengerti dan faham apa yang dilakukannya dalam proses
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 karakter anak lebih diutamakan yaitu memiliki perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman dan guru.
Semoga dengan hadirnya kurikulum 2013 menjadi momentum bagi segenap elemen bangsa
untuk bersama-sama menciptakan pendidikan yang berkualitas bagi seluruh warga Negara
Indonesia.
KURIKULUM 2013
Pemerintah telah menetapkan pemberlakuan Kurikulum baru mulai tahun ajaran 2013/2014 yang disebut dengan Kurikulum 2013. Pada Tahun Ajaran 2013/2014, Kurikulum 2013 dilaksanakan secara terbatas untuk Kelas I dan IV Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtida’iyah (SD/MI), Kelas VII Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Kelas X Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA/MAK). Pada Tahun Ajaran 2015/2016 diharapkan Kurikulum 2013 telah dilaksanakan di seluruh kelas I sampai dengan Kelas XII. Namun demikian untuk menuju suksesnya pelaksanaan Kurikulum 2013 masih banyak yang perlu dijelaskan kepada seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat. Diklat Kurikulum bagi Pengawas Sekolah ini merupakan salah satu upaya penjelasan tersebut. Dengan penyelenggaraan diklat ini semoga kita semua yang berkumpul saat ini menjadi lebih mengerti mengapa kurikulum berubah dan bagaimana melaksanakannya sehingga menjadi setuju dan mendukung. Awal dari semua itu adalah sikap “menerima” dan semoga yang hadir di sini semua sudah membawa bekal sikap tersebut.
Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal di bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.
Inti Kurikulum 2013: Penyederhanaan, Tematik-IntegratifPosted by: guruorid June 11, 2013 in Berita, Pengajaran 3 Comments
24FLARES Twitter 3Facebook 16Google+ 5Email--Email to a friend
Rating:
Memasuki bulan ke 6 tahun 2013 ini, Kurikulum 2013 belum di laksanakan dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini memang karena penerapapan memang memerlukan beberapa tahapan untuk menerapkankurikulum 2013 tersebut.Pengembangan Kurikulum 2013 dilakukan dalam empat tahap. Pertama, penyusunan kurikulum di lingkungan internal Kemdikbud dengan melibatkan sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi pendidikan. Kedua, pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil Presiden selaku Ketua Komite Pendidikan yang telah dilaksanakan pada 13 November 2012 serta di depan Komisi X DPR RI pada 22 November 2012. Ketiga, pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh selain melalui saluran daring (on-line) pada laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id , juga melalui media massa cetak. Tahap keempat, dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Kurikulum 2013.Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, danbudaya.Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan dari masyarakat.Menambah Jam PelajaranStrategi pengembangan pendidikan dapat dilakukan pada upaya meningkatkan capaian pendidikan melalui pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; efektivitas pembelajaran melalui kurikulum, dan peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru; serta lama tinggal di sekolah dalam arti penambahan jam pelajaran.
Skema 1. menyajikan tentang Strategi Peningkatan Efektivitas Pembelajaran. Sedang gambar 1. menggambarkan tentang strategi meningkatkan capaian pendidikan, yang digambarkan melalui sumbu x (efektivitas pembelajaran melalui kurikulum, dan peningkatan kompetensi dan prefesionalitas guru), y (pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi) dan z (lama tinggal di sekolah dalam arti penambahan jam pelajaran).Rasionalitas penambahan jam pelajaran dapat dijelaskan bahwa perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran. Di banyak negara, seperti AS dan Korea Selatan, akhirakhir ini ada kecenderungan dilakukan menambah jam pelajaran. Diketahui juga bahwa perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat. Bagaimana dengan pembelajaran di Finlandia yang relatif singkat. Jawabnya, di negara yang tingkat pendidikannya berada di peringkat satu dunia, singkatnya pembelajaran didukung dengan pembelajaran tutorial yang baik. Penyusunan kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada penyederhanaan, tematik-integratif mengacu pada kurikulum 2006 di mana ada beberapa permasalahan di antaranya; (i) konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (ii) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (iv) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (v) standar proses
pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (vi) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (vii) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Skema 2 menggambarkan tentang kesenjangan kurikulum yang ada pada konsep kurikulum saat ini dengan konsep ideal. Kurikulum 2013 mengarah ke konsep ideal. Sedang skema 3 menjelaskan alasan terhadap pengembangan kurikulum 2013