Teori Belajar B.F SKINNER
-
Upload
abqohartea -
Category
Documents
-
view
174 -
download
1
Transcript of Teori Belajar B.F SKINNER
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun
1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Istilah-istilah seperti
cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive)
dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk
menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau
memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan
pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus
terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur.
Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan
tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana
organisme berinteraksi dengan lingkungannya.
Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh
model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning
instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma
yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan
mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas
munculnya respons atau tingkah laku operan
“ Living is Learning”, merupakan sepenggal kalimat yang
dikemukakan oleh Havighurst (1953). Dengan kalimat tersebut
memberikan gambaran bahwa belajar merupakan hal yang
sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak
orang ataupun ahli yang membicarakan masalah belajar. Hampir
semua pengetahuan, sikap, ketrampilan, perilaku manusia
dibentuk, diubah dan berkembang melalui belajar. Kegiatan
belajar dapat berlangsung dimana dan kapan saja. Di rumah, di
sekolah, di pasar, di toko, di masyarakat luas, pagi, sore dan
malam. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa belajar
merupakan masalah bagi setiap manusia. Oleh sebab itu
dibutuhkan cara belajar yang tepat untuk menghasilkan
perubahan sikap yang baik pula.
1
B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan belajar ?
2. Adakah hubungan antar berpikir dengan belajar?
3. Bagaimana teori belajar B F Skinner dapat mempengaruhi
tindakan seseorang?
4. Bagaimana penerapan teori belajar B F Skinner dalam
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah mengembangkan teori
belajar dari pandangan psikologi , yatu teori belajar dari B.F
Skinner tentang Operant Conditioning. Dengan mengetahui cara
belajar yang telah dialakukan oleh B.F Skinner ini diharapkan
pembaca dapat menerapkan cara belajar yang benar sesui
dengan kepribadian dan kebutuhannya.
2
BAB IIPembahasan
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal
mengenai hal belajar, seakan-akan orang telah mengetahui
dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar itu.
Tetapi kalau ditanyakan pada diri sendiri, maka akan
termenunglah untuk mencari jawaban apakah sebenarnya yang
dimaksud dengan belajar itu. Kemungkinan besar jawaban atas
pertanyaan tersebut akan mendapatkan jawaban yang
bermacam-macam, demikian pula di kalangan para ahli.
Untuk memberi gambaran mengenai hal tersebut dapat
dikemukakan beberapa definisi tentang belajar oleh orang ahli
sebagai berikut. Skinner (1958) memberikan definisi belajar “
Laerning is a process of progressive behavior adaptation”. Dari
definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa belajar itu merupakan
suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti
bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresifitas,
adanya tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
McGeoch (lih. Bugelski, 1956) memberikan definisi tentang
belajar “ Learning as a result of practice”. Ini berarti bahwa
belajar membawa perubahan pada penampilan dan perubahan
itu sebagai akibat dari latihan (practice). Pengertian latihan atai
practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari individu
yang belajar. Baik yang dikemukakan oleh Skinner maupun yang
dikemukakan oleh McGeoch memberikan gambaran bahwa
sebagai akibat belajar adanya perubahan yang dialami oleh
individu yang bersangkutan. Hanya oleh McGeoch dikemukakan
perubahan itu sebagai akibat dari latihan, sedangkan apa yang
dikemukakan Skinner tidak secara jelas hal tersebut diajukan.
3
Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “
Learning can be defined as any relatively permanent change in
behavior which occurs as a result of practice or experience”. Hal
yang muncul dalam definisi adalah perubahan perilaku atau
performance itu relative permanent.. Di samping itu juga
dikemukakan bahwa perubahan prilaku itu sebagai akibat belajr
dari latihan (practice) atau karena pengalaman (experience).
Pada pengertian latihan dibutuhkan usaha dari individu yang
bersangkutan, sedangkan dari pengertian pengalaman usaha
tersebut tidak tentu diperlukan. Ini mengandung arti bahwa
dengan pengalaman seseorang atau individu dapat berubah
perilakunya, disamping perubahan itu dapat disebabkan oleh
karena latihan.1
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan
dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka
waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relative
bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada
perilaku yang saat ini Nampak (immediate behavior) tetapi juga
pada prilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential
behavior. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa
perubahan-perubahan tersebut terjadi kareana pengalaman.
B. Hubungan Belajar dengan Berpikir2
Belajar dan berpikir merupakan dua proses yang tidak dapat
dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-
proses yang berbeda. Belajar adalah suatu proses terjadinya
perubahan perilaku, tetapi berpikir tidak selalu menghasilkan
perubahan perilaku.
Berpikir merupakan suatu proses mental yang tidak kasat
mata. Proses ini hanya dapat diamati dari perilaku yang nampak.
Dengan kata lain proses berpikir hanya dapat disimpulkan dari
perilaku yang diperkirakan diarahkan oleh pikiran sebagai
1 Prof.Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:Andi 2003. hal: 1672 Irwanto, Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1980. Hal 106
4
perilaku yang terorganisasi, bukan perilaku yang terjadi secara
sembarangan.
Berpikir tidak dapat diamati langsung karena merupakan
suatu representasi simbolis baik dari suatu objek, peristiwa, ide,
atau hubungan-hubungan antara hal-hal tersebut. Representasi
simbolis dalam kerangka mental itu kemudian diolah sedemikian
rupa sehingga terjadi suatu proses berpikir. Berpikir tidak selalu
memecahkan suatu masalah, tetapi juga untuk membentuk
suatu konsep tertentu, atau menimbulkan ide-ide kreatif. Secara
singkat, berpikir merupakan suatu proses pengolahan simbolis
yang diarahkan pada pengertian yang lebih baik mengenai
lingkungan dan dirinya sendiri.
Bila pengertian-pengertian yang diperoleh dari proses
berpikir dapat mengakibatkan perubahan prilaku yang relative
permanen, maka proses berpikir tersebut menimbulkan proses
belajar.
C. Teori Belajar Menurut B.F Skinner3
1. Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an,
pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada
waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh
yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Skinner tidak sependapat dengan
pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus
memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner
penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap
untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya.
Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau
konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme
dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan
oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka
3 http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/
5
studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti
halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi
yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan
kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma
yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas
kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau
tingkah laku operan.
2. Kajian Teori Kondisioning Operan Menurut B.F.Skiner
Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana
konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas prilaku itu akan diulangi. Inti dari teori behaviorisme Skinner
adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Ada 6 asumsi yang
membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler,
hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan
adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-
kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya
dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi
eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di
bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya
sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya
tingkah laku.
Menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam
belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman
(punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat, penguatan dibagi
menjadi dua bagian yaitu4 :
4 http://sujinalarifin.wordpress.com/2009/06/09/teori-belajar-skinner/
6
a. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah
(permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala
untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau
penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b. Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang
merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif
antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan
penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang
ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang
dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif
dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif
meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman
menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
3. Analisa Perilaku terapan dalam pendidikan
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian
operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis
perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu :
a. Meningkatkan perilaku yang diharapkan
Ada lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk
meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
1. Memilih Penguatan yang efektif
Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak.
Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu
penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni
mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari
penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti
apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid
tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat
dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih
7
dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen,
mainan dan uang.
2. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya
setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan
seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan “jika…
maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada
waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan
yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan
kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak
menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal
matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak,
maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan
kontingensi.
3. Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons
akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah
respon.
b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi
sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat
diperidiksi.
c) Jadwal interval - tetap : respons tepat pertama setelah beberapa
waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval - variabel : suatu respons diperkuat setelah
sejumlah variabel waktu berlalu.
4. Menggunakan Perjanjian (contracting)
Adalah menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan.
Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru
dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis
perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi
masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan
“jika… maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan
kemudian diberi tanggal.
8
5. Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena
respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari seorang guru
mengatakan “Fika, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar
kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti
seorang guru menggunakan penguatan negatif.
b. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat
tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan
kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan)
adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.
c. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
(seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus
dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah
1. Menggunakan Penguatan Diferensial.
2. Menghentikan penguatan (pelenyapan)
3. Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
4. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman).
D. Kelebihan dan kekurangan Menurut B.F. Skinner5
1. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak
didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu
didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2. Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat
membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan.
hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
5 http://tambahan-ilmu.blogspot.com/2011/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
9
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa.
Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri
konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal
maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru
berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam
situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang
mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak
diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga
dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang
ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika,
fisika, menyanyi, menari atau olahraga.
E. Contoh Penerapan Teori B.F Skinner dalam Kehidupan Sehari-hari
Dari penjelasan terperinci diatas tentang operant
conditioning dapat diambil kesimpulan bahwa operant
conditioning merupakan teori belajar yang menjelaskan bahwa
sesuatu yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan akan
cenderung diulang-ulang. Saya (penulis) sudah mengamati
tentang cara belajar yang digunakan oleh sebagian mahasiswa
IAIN Sunan Ampel jurusan Psikologi Kelas 2j1. Setiap hari Jumat
mahasiswi ini ada mata kuliah Psikologi Umum dimana dosen
yang mengajar adalah dosen yang dianggap mahasiswa ini
adalah dosen yang disiplin dan sedikit galak. Beliau (dosen)
memberi peraturan bahwa setiap mahasiswa yang terlambat
lebih dari 10 menit dilarang mengikuti mata kuliahnya. Hal ini
membuat mahasiswa psikologi 2j1 menaati peraturan yang ada.
Pada suatu hari di hari Jumat ada mahasiswa yang terlambat
datang untuk mengikuti mata kuliah psikologi, mahasiswa ini
meminta ijin untuk dapat mengikuti perkulihaan, tetapi dosen
menyuruhnya keluar. Tindakan yang dilakukan oleh dosen ini
merupakan punishment. Hal ini merupakan hukuman,
dikarenakan sudah ada pertauran yang dibuat tetapi dilanggar
10
oleh mahasiswa. Tidak boleh mengikuti perkuliahan merupakan
konsekuensi yang diberikan. Konsekuensi yang diberikan dosen
kepada mahasiswa yang terlambat, memberikan pengalaman
kepada mahasiswa lain yang sedang mengikuti perkulihan
psikologi. Di minggu-minggu berikutnya ternyata sudah tidak
ada lagi mahsiswa yang terlambat masuk di saat jam
perkuliahaan psikologi, bahkan semua mahasiswa datang lebih
cepat sebelum perkuliahan di mulai. Dari pengamatan yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hal itu merupakan
proses belajar dimana ada perubahan prilaku maupun
pengetahuan yang relative menetap yang disebabkan oleh
pengalaman.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses
perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi
dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus
secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya
terjadi pada perilaku yang saat ini Nampak (immediate behavior)
tetapi juga pada prilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang
(potential behavior). Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa
perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman.
Belajar dan berpikir merupakan dua proses yag tidak dapat
dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-
proses yang berbeda. Belajar adalah suatu proses terjadinya
perubahan perilaku, tetapi berpikir tidak selalu menghasilkan
perubahan perilaku. Berpikir tidak dapat diamati langsung karena
merupakan suatu representasi simbolis baik dari suatu objek,
peristiwa, ide, atau hubungan-hubungan antara hal-hal tersebut.
Representasi simbolis dalam kerangka mental itu kemudian diolah
sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses berpikir. Berpikir
tidak selalu memecahkan suatu masalah, tetapi juga untuk
membentuk suatu konsep tertentu, atau menimbulkan ide-ide
kreatif. Secara singkat, berpikir merupakan suatu proses
pengolahan simbolis yang diarahkan pada pengertian yang lebih
baik mengenai lingkungan dan dirinya sendiri.
Teori belajar menurut B.F Skinner yaitu Oprant Conditioning
erupakan suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon
berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana individu
cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi
yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan
akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.
12
13
RIWAYAT SINGKAT B.F SKINNER
B. F Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota
kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah
seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga
yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya
sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar
sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar
BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari
Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia
menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun.
Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana
psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930
dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala
departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun
kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke
Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa
karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai
kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing
ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak
sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu
penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah
Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia
karena penyakit Leukemia.
14
DAFTAR PUSTAKA
Irwanto. 1980. Psikologi Umum. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Walgito Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Andi : Yogyakarta.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner/
http://sujinalarifin.wordpress.com/2009/06/09/teori-belajar-skinner/
http://tambahan-ilmu.blogspot.com/2011/04/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
15