Teori Ausubel
-
Upload
aprilia-nurul-chasanah -
Category
Documents
-
view
29 -
download
1
description
Transcript of Teori Ausubel
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Strategi Belajar Mengajar
dengajudul ” David Ausubel : Belajar Bermakna” ini tepat pada waktunya. Kami
menyadari bahwa makalah yang kami susun ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami selalu mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Dosen Teori Belajar
Mengajar maupun teman-teman sekalian.
Akhir kata, kami mengucapkan terma kasih atas dukungan dari semua pihak yang terlibat
dalam penulisan makalah ini. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat berguna bagi kita
semua guna menambah pengetahuan dan wawasan kita.
Semarang, Oktober 2013
Tim Penulis,
1
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar..................................................................................................................1
Daftar Isi............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 3
1.2.Ru,usan Masalah ........................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah.......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Belajar Menurut Ausubel............................................................................................ 4
2.2 Menerapkan Teori Ausubel Dalam Mengajar............................................................. 6
2.3 Peta Konsep................................................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 11
3.2 Saran ........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 13
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. inilah yang membedakan
Ausubel dari teoriawan – teoriawan lainnya yang hanya berlatar belakang psikologi,
tetapi teori – teori mereka diterjemahkan dari dunia psikologi ke dalam penerapan
pendidikan. Ausubel memberi penekanan pada “belajar bermakna”, serata retensi dan
variabel-variabel yang berhubungan dengan macam belajar ini. Dalam makalah ini
akan dibahas prinsip-prinsip belajar menurut Ausubel, yaitu belajar bermakna, belajar
hafalan, pristiwa subsumi, diferensi progresif, penyesuaian integratif, belajar
superordinat, pengatur awal, serta bagi mana teori ini diterapkan dalam mengajar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami kemukakan dalam makalah ini adalah:
1) Belajar menurut Ausubel ?
2) Menerapkan teori Ausubel dalam mengajar ?
3) Peta konsep ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
Untuk mengetahui bagimana teori belajar menurut Ausubel, Penerapan teori Ausubel
dalam mengajar, dan peta konsepnya.
1.4 Batasan Masalah
Pada makalah ini kami akan menguraiakan satu teori belajar dari beberapa teori yang
ada pada buku karangan Prof. Dr.Ratna Wilis Dahar,M.Sc yaitu, teori David Ausebel :
Belajar Bermakna.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Belajar Menurut Ausubel
1. Belajar bermakna.
Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna”
(meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah
suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru
ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai
dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah
dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap
olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Belajar hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep – konsep relevan atau
subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila
tidak ada usaha untuk mengasilmilasikan pengetahuan baru pada konsep – konsep
relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. Pada
kenyataannya, bayak guru dan bahan-bahan pelajaran jarang sekali menolong para
siswa untuk menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam struktur
kognetif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan akibatnya pada para
siswa hanya terjadi belajar hafalan.
3. Subsumsi dan Subsumsi Obliteratif
Selama belajar bermakna berlangsung, infirmasi terbaru terkait pada konsep-konsep
dalam struktur kognitif. Untuk menekankan pada fenomena pengaitan ini, ausubel
mengemukakan istilah subsumer. Subsumer memegang peranan dalam proses
perolehan informasi baru. Dalam belajar bermakna subsumer mempunyai peranan
4
interaktif , memperlancar gerakan informasi yang relevan melalui penghalang –
penghalang perseptual dan menyediakan suatu kaitan antara informasi yang baru
diterima dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Lagi pula, dalam proses
terjadinya kaitan ini, subsumer itu mengalami sedikit perubahan. Proses interaktif
antara materi yang baru dipelajari dengan subsumer-subsumer inilah yang menjadi
inti teori belajar asimilasi ausubel. Proses ini disebut proses subsumsi
Menurut Ausubel dan Novak, ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat di ingat.
b. Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsymer
–subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran
yang mirip.
c. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek
residual pada subsumer, sehingga mempermudah belajar hal – hal yang mirip,
walaupun telah terjadi “lupa”.
d. Variabel-variabel yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna.
Faktor – faktor utama yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang
tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognetif menentukan validitas
dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk kedalam struktur
kognetif itu ; demikian pula sifat prosese interaksi yang terjadi.jika struktur kognetif
itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur,maka struktur kognetif itu cendrung
menghambat belajar dan retensi.
Prasyarat – prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut :
1. Materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial.
2. Siswa yang akan belajar harus bertujuan untuk melaksanakan belajar
bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna
(meaningful learning set).
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor yaitu\
sebagai berikut :
1. Materi itu harus memiliki kebermaknaan logis.
2. Gagasan – gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa .
5
2.2 Menerapkan teori Ausubel dalam mengajar
1. Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung dari materi itu memiliki
kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat
dalam struktur kognitif siswa. Bedasarkan Pandangannya tentang belajar bermakna,
maka David Ausable mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:
2. Pengatur awal (advance organizer).
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu
mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
Pemggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman berbagai macam
materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai struktur yang teratur. Pada
saat mengawali pembelajaran dengan prestasi suatu pokok bahasan sebaiknya
“pengatur awal” itu digunakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna
3. Diferensiasi progresif.
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsep-
konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif dipekenalkan dahulu
kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses pembelajaran dari umum ke
khusus.
4. Belajar superordinat
Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami petumbuhan
kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan dengan
konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses belajar tersebut akan terus
berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan hal-hal baru. Belajar superordinat
akan terjadi bila konsepkonsep yang lebih luas dan inklusif.
5. Penyesuaian Integratif
Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa dua atau
lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau bila nama
yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk mengatasi pertentangan
kognitif itu, Ausable mengajukan konsep pembelajaran penyesuaian integratif
Caranya materi pelajaran disusun sedemikian rupa, sehingga guru dapat
menggunakan hiierarkhi-hierarkhi konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi
disajikan. Penangkapan (reception learning).
6
Belajar penangkapan pertama kali dikembangkan oleh David Ausable sebgai
jawaban atas ketidakpuasan model belajar diskoveri yang dikembankan oleh Jerome
Bruner etrsebut. Menrut Ausubel , siswa tidak selalu mengetahui apa yang pening
atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga mereka memerlukan motivasi eksternal
untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di
sekolah. Ausable menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar
penangkapan. Para pakar teori belajar penangakapan menyatakan bahwa tugas guru
adalah:
a. Menstrukturkan situasi belajar.
b. Memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
c. Menyajikan materi pembelajaran secara terorganisir yang dimulai dari gagasan.
Inti belajar penangkapan yaitu pengajaran ekspositori , yakni pembelajaran
sistematik yang direncanakan oleh guru mengenai informasi yang bermakna
(meaningful information). Pembelajaran ekspositori itu terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Penyajian advance organizer
Advance organizer merupakan pernyataan umumyang memeperkenalkan
bagian-bagian utama yang etrcakup dalam urutan pengajaran. Advance
organiberfungsi untuk menghubungakan gagasan yang disajikan di dalam
pelajaran dengan informasi yang telah berda didalam pikiran siswa, dan
memberikan skema organisasional terhadap informasi yang sangat spesifik
yang disajikan.
2. Penyajian materi atau tugas belajar.
Dalam tahap ini, guru menyajikan metri pembelajaran yang baru dengan
menggunakan metode ceramah, diskusi, film, atau menyajikantugas-tugas
belajar kepada siswa . Ausable menekankan tentang pentingnaya
mempertahankan perhatian siswa, dan juaga pentingya pengorganisasian
meteri pelajaran yang dikaitakan dengan struktur yang terdapat didalam
advance organizer. Dia menyarankan suatu proses yang disebut dengan
diferensiasi progresif, dimna pembelajaran berlangsung setahap demi setahap
demi setahap, dimulai dari konsep umum menuju kepada informasi spesifik,
contoh-contoh ilustratif, dan membandingkan antara konsep lama dengan
konsep baru.
7
3. Memperkuat organisasi kognitif.
Ausable menyarankan bahwa guru mencoba mengikatkan informasi baru ke
dalam stuktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, degan
cara mengingatkan siswa bahwa rincian yang ebrsifat spesifik itu berkaitan
dengan gambaran informasi yang bersifat umum. Pada akhir pembelajaran ini
siswa diminta mengjukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai tingkat
pemahamannya terhadap pelajaran yang baru dipelajari, menghubungkannya
dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan pengorgnaisasian matyeri
pembelajaran sebagaiman yang dideskripsikan didalam advance organizer
samping itu juga memberikan pertanyanan kepada siswa dalam rangka
menjajagi keluasan pemahaman siswa tentang isi pelajaran.
2.3 Peta konsep
1. Apakah peta konsep itu ???
Peta konsep adalah untuk menyatakan hubungan bermakna antara konsep – konsep
dalam bentuk proporsi – proporsi. Proporsi – proporsi adalah dua atau lebih konsep
yang dihubungkan oleh kata dalam satu unit sematik. Dalam bentuknya yang paling
sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri atas dua kosep yang dihubungkan oleh
satu kata penghubung untuk membentuk proposisi. Misalnya, “padi itu hijau” akan
merupakan suatu peta konsep yang sederhana sekali, terdiri atas dua konsep, yaitu
padi dan hijau, dihubungkan oleh kata itu.
2. Ciri-Ciri Peta Konsep
a. Peta konsep ialah suatu cara utuk memperlihatkan konsep – konsep dan
proporsi – proporsi suatu bidang studi.
b. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar 2 dimensi dari suatu bidang studi
atau suatu dari bagian bidang studi.
c. Cara menyatakan hubungan antara konsep – konsep.
d. Tentang hirearki .
3. Menyusun Peta Konsep
Ada beberapa langkah yang harus diikuti, yaitu :
a. Pilihlah suatu bacaan dari buku pelajaran.
b. Tentukan konsep – konsep yang relevan.
c. Urutkan konsep – konsep itu dari yang paling inklusif ke yang paling tidak
inklusif atau contoh – contoh.
8
d. Susunlah konsep – konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling
inklusif ke konsep yang tidak inklusif.
e. Hubungkanlah kosep itu dengan kata – kata penghubung.
f. Adapun CONTOH nya adalah sebagai berikut.
4. Kegunaan Peta Konsep
Dalam pendidikan, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan :
a. Menyelidiki apa yang telah di ketahui siswa.
Telah dikemukakan sebelumnya,bahwa belajar bermakana membutuhkan usaha
yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan
baru dengan kosep-konsep relevan yang telah mereka miliki. Untuk
memperlancar prosese ini,baik guru maupun siswa perlu mengetahui”tempat
awal konseptual”.dengan lain perkataan guru harus mengetahui konsep-konsep
apa yang telah dimiliki siswa waktu pelajaran baru akan dimulai,sedangkan para
siswa diharapkan dapat menunjukan dimana mereka berada, atau konseo-konsep
apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi pelajaran baru itu.Dengan
mengunakan peta konsep guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan
diatas, dan dengan demikian para siswa diharapkan akan menglami belajar
bermakna.
b. Mempelajari cara belajar.
Bila seseorang siswa dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran,ia tidak
akan begitu saja memahami apa yang dibacanya. Dengan diminta untuk
menyusun peta konsep dari isi bab itu,ia akan berusaha untuk mengeluarkan
konsep-konsep dari apa yang dibacanya, menempatkan konsep yang paling
inklusif pada puncak peta konsep yang dibuatnya,kemudian mengurutkan
konsep-konsep yang lain yang kurang inkluisif pada konsep yang paling
inkluisif,demikian seterusnya.lalu mencari kata atau kata-kata penghubung untuk
mengaitkan konsep-konsep itu menjadi proporsisi-proporsisi yang bermakna.
Lebih dari itu ia akan berusaha mengigat konsep-konsep lain dari pelajaran yang
lampau,atau menerapkan konsep-konsep yang sedang dihadapinya kedalam
kehidupan sehari-hari.dengan cara demikian ia telah berusaha benar
untukmemahami isi pelajaran itu. Belajar bermakan telah berlangsung pada
siswa itu.
9
c. Mengungkapkan konsepsi salah.
Salain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkan diatas,peta konsep dapat pula
mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada siswa. Konsep
salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang
mengakibatkan proporsi yang salah.
d. Alat evaluasi.
Pengunaan peta konsep sebagi alat evaluasi didasrkan pada tiga gagasan dalam
teori kognetif Ausubel.
- Struktur kognetif itu diatur secara hierarkis,dengan konsep-konsep dan
proposisi-proposisi yang lebih inkluisif, lebih umum superordinat terhadap
konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang kuarng inkluisif dan lebih khusus.
- Konsep-konsep dalam struktur kognetif mengalami deferensiasi progresif.
Prinsip Ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakan merupakan proses yang
kontinu, diman konsep-konsep yang baru memperoleh lebih banyak arti dengan
dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proposional.jadi konsep-konsep tidak
pernah “tuntas dipelajari”,tetapi selalu dipelajari,dimodifikasi,dan dibuat lebih
inkluisif.
- Penyesuaian integratif. Frinsip belajar ini menyatakan bahwa belajar bermakna
akan meningkat, bila siswa menyadari hubungan-hubungan baru (kaitan-kaitan
konsep)antara kumpulan (sets)konsep-konsep atau proposisi-proposisi yang
berhubungan. Dalam peta konsep penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan
adanya kaitan-kaitan silang (cross links)antar kumpulan konsep-konsep.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar bermakna dikemukakan oleh David Ausubel dimana pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Sedangkan Struktur kognitif
ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dikuasai siswai
dan diingat siswa. Suparno (1997) mengatakan pembelajaran bermakna adalah suatu
proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian
yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran.
Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke
dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan
keterampilansiswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh
itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa,
sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian,
faktor intelektual-emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Teori belajar bermakna dikemukakan oleh David Ausubel
3.2 Saran
Demikianlah makalah berjudul “David Ausubel : Belajar Bermakna” ini kami buat
berdasarkan sumber-sumber yang ada. Kami juga menyadari, masih ada banyak
kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Sehingga perlulah bagi kami, dari para
pembaca untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih
baik. Atas perhatian Anda semuanya, kami ucapkan terima kasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
- Wilis, D, Ratna.1989. TEORI -TEORI BELAJAR. Bandung : Erlangga.
- Ausubel,D.P1960.”The use of advanced organizersmin the learning and retention of meningful verbal material”Journal Of educational psychology,51.267-272.
- http://www.bruderfic.or.id/h-129/Teori-teori belajar.html
- http://wangmuba.com/2009/02/18/ proses-belajar/
- http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/teori-teori-motivasi-dan
strategi-meningkatkan-motivasi-dalam-belajar/
- http://nurulfikri.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=22:teori davit ausubel
12
MAKALAH TEORI PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR DAVID AUSUBEL
OLEH
Rico Prasetyo Kurniawan, S.Pd
Dwi Fery Hermawan, S.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
13
14