Teori Atribusi
-
Upload
mega-putri -
Category
Documents
-
view
858 -
download
10
Transcript of Teori Atribusi
TUGAS KELOMPOK KEPEMIMPINAN
TEORI ATRIBUSI
Nama kelompok:
Eva yuni puspita (070911091)
Budhi widyastuti (071011056)
Mega septyaputri (070911089)
Helen florensi O. (070911100)
Veryza agridita T. (070911042)
Ari barokah T. (070911043)
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
Atribution Theory (Harold Kelley, 1972-1973)
Sejarah Teori Atribusi
Teori atribusi dari Harold Kelley adalah teori atribusi yang paling terkenal diantara
teori atribusi lainnya. Teori atribusi diperkenalkan oleh Fritz Heider (1958) pertama kali
mengenai atribusi kausalitas. Atribusi merupakan proses menyimpulkan motif, maksud, dan
karakterisik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak. Hal ini dikemukakan
oleh Baron dan Byrne, 1979:56. Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan.
Dimana proses pembentukan kesan ini dapat dilihat berdasarkan Stereotip, Implict
personality Theory, dan Atribusi. Secara garis besar ada dua macam atribusi, yaitu atribusi
kausalitas dan atribusi kejujuran. Heider mengemukakan bahwa apabila kita mengamati
perilaku sosial, maka yang pertama kali harus kita lakukan adalah menentukan terlebih
dahulu apa yang menyebabkannya, yakni faktor situasional atau personal. Dalam teori
atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan internal (Jones and Nisbett, 1972).
Teori Atribusi Harold Kelley (1972-1973)
Teori Atribusi yang berkembang pada tahun 1960-an dan 1970-an memandang
individu sebagai psikologi amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada
berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa,
atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu
peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu. Teori Atribusi yang
dikemukakan oleh Harold Kelley menyatakan bahwa kita menyimpulkan kausalitas internal
maupun eksternal dengan memperhatikan tiga hal, yaitu :
Konsensus : apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap
Konsistensi : apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi yang lain
Kekhasan : apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain atau pada saat itu
saja.
Menurut Teori Kelley ini, apabila ketiga hal itu tinggi, maka seseorang akan melakukan
atribusi kausalitas eksternal.
Aplikasi Teori
Seorang mahasiswa, sebut saja namanya Rudi, bertengkar dengan seorang dosen di
kampusnya, begitu pula dengan mahasiswa yang lain. Hal ini menunjukkan konsensus yang
tinggi. Rudi pernah juga bertengkar dengan dosen itu sebelumnya. Hal ini menunjukkan
bahwa konsistensi yang tinggi. Kemudian Rudi tidak bertengkar dengan dosen yang lain,
Rudi hanya bertengkar dengan dosen itu saja. Dalam hal ini maka kita akan menyimpulkan
bahwa Rudi marah kepada dosen itu karena ulah dosen, bukan karena watak Rudi yang
pemarah. Ini sebagai salah satu contoh atribusi kausalitas eksternal yang merupakan proses
pembentukan kesan berdasarkan kesimpulan yang kita tafsirkan atas kejadian yang terjadi.
Definisi teori Atribusi
Atribusi adalah sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk
memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi
berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa
kasus juga penyebab di balik perilaku kita sendiri
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most
influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi
adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi
akademik. Hal ini dapat diartikan bahwa teori ini mencakup modifikasi perilaku dalam arti
bahwa ia menekankan gagasan bahwa peserta didik sangat termotivasi dengan hasil yang
menyenangkan untuk dapat merasa baik tentang diri mereka sendiri.
Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner ini merupakan gabungan dari dua bidang
minat utama dalam teori psikologi yakni motivasi dan penelitian atribusi. Teori yang diawali
dengan motivasi, seperti halnya teori belajar dikembangkan terutama dari pandangan
stimulus-respons yang cukup popular dari pertengahan 1930-an sampai 1950-an.
Komponen dan Karakteristik Atribusi
Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting adalah
hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis
dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi.
Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena
memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan
orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan
dan kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang
akan datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik
oleh perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.
Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga
karakteristik, yakni :
1. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita
mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul
mereka di dalam diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil.
Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika
melakukan perilaku yang sama pada kesempatan lain.
3. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali.
Faktor terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita
sendiri jika kita ingin melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu
yang kita tidak percaya kita dengan mudah dapat mengubahnya.
Merupakan faktor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha
dengan mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya
seseorang gagal dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil
pelatihan yang lebih mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila
kalkulus dianggap sulit kareba bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh
terhadap apa yang kita lakukan.
Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni
antara lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik tidak
banyak latihan control langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebgaian
besar di luar pembelajaran control.
3. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan
banyak control.
4. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat kecil.
Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua
dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
Dimensi-dimensi menurut Weiner
STABILIT
Y
LOCUS OF CONTROL
INTERNAL EKSTERNAL
STABIL KEMAMAMPUAN,INTELEGENSI,KARAKTERIST
IK-KARAKTERISTIK FISIK
KESULITAN
TUGAS
HAMBATAN
LINGKUNGAN
TIDAK
STABIL
EFFORT,MOOD,FATIQUE KEBERUNTUNGA
N (LUCK)
KEBETULAN
(CHANCE)
KESEMPATAN
(OPORTUNITY)
ATRIBUSI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN menurut Weiner
Ada dua macam dimensi pokok:
a. Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal maupun eksternal
b. Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil
Kestabilan
(locus of CTRL)
Tidak stabil
(Temporer)
Stabil
(Permanen)
Internal Usaha,mood,kelelahan Bakat, kecerdasan,
karakteristik fisik
Eksternal Nasib, ketidaksengajaan,
kesempatan
Tingkat kesukaran Tugas
Sumber:
http://msbana.blogspot.com/2010/01/atribution-theory-harold-kelley-1972.html 3 oktober
2011 12.12
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-atribusi-berner-weiner-dan-
implementasinya-dalam-pembelajaran/ 12.15