TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi...

39
ANALISIS PRAKTEK DAN AKIBAT NIKAH SIRRI DI TAJUR BOGOR DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh : Yati Nurhayati Soelistijono NIM : 10.2.001.09.01.0095 Pembimbing : Dr. JM. Muslimin, M.A KONSENTRASI SYARIAH SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi...

Page 1: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

ANALISIS PRAKTEK DAN AKIBAT NIKAH SIRRI DI TAJUR BOGOR

DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974

TENTANG PERKAWINAN

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Yati Nurhayati Soelistijono

NIM : 10.2.001.09.01.0095

Pembimbing :

Dr. JM. Muslimin, M.A

KONSENTRASI SYARIAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2017

Page 2: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur alhamdulillah peneliti haturkan dan panjatkan

kepada ilahi robbi Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat dan kasih

sayang-Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Analisis Praktek dan Akibat Nikah Sirri di Tajur Bogor Dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi

Muhammad SAW. Beliau merupakan suri tauladan terbaik sepanjang

zaman yang telah membebaskan ummat manusia dari zaman jahiliyah

menuju zaman terang benderang untuk keselamatan dunia dan akhirat.

Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan tesis, peneliti

mendapat bantuan serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini, peneliti menghaturkan rasa terima kasih kepada

Bapak Dr. J.M. Muslimin, M.A, sebagai dosen pembimbing yang telah

menyediakan banyak waktu, pikiran dan tenaga untuk membantu serta

mengarahkan peneliti dalam penyusunan tesis.

Peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih kepada bapak Prof.

Dr. Masykuri Abdillah, M.A, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A,

sebagai rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran pengurus

dan pimpinan Sekolah Pascasarjana. Kepada Prof. Dr. Didin Syaefuddin,

M.A, serta kepada seluruh staff akademik dan Perpustakaan Sekolah

Pascasarjana UIN Jakarta yang memberikan pelayanan kampus. Kepada

mas Arief Mahmudi, mas Adam Hesa, mbak Vemy Nurbaiti, dan mbak

Imawati serta pegawai lainnya.

Selanjutnya, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada suami tercinta, bapak Soelistijono yang telah

memberikan banyak motivasi selama pengerjaan tesis. Kepada anak-

anakku tersayang, Virra Krisnafitriana dan Rike Adhyartie

Krisnawardhani yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, semangat,

bantuan, dan dukungan kepada bunda. Semoga karya ini bermanfaat dan

suksess selalu kepada suami dan anak-anaku.

Seluruh responden yang telah memberikan waktunya untuk

diwawancarai, sehingga kebutuhan data selama penelitian dapat

terpenuhi. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti selama

melaksanakan penelitian dan penyusunan tesis yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Page 3: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

ii

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan

dalam tesis ini. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari

semua pihak terutama para guru besar yang memberikan banyak

pengetahuan. Peneliti juga meminta saran dan masukan dari teman-

teman mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

guna perbaikan tesis ini. Peneliti memohon maaf atas segala kekurangan

dalam penyusunan tesis ini. Semoga tesis ini tetap dapat bermanfaat

bagi banyak pihak dan juga bagi perkembangan keilmuan serta dapat

berkontribusi dalam memperkaya penelitian dan pengembangan bidang

khazanah ilmu pengetahuan agama dan umum.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Peneliti

Yati Nurhayati Soelistijono

NIM : 10200109010095

Page 4: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yati Nurhayati Soelistijono

NIM : 10.2.001.09.01.0095

TTL : Bogor, 13 Oktober 1958

Program Studi : Studi Islam

Konsentrasi : Syariah

Menyatakan bahwa Tesis yang berjudul “Analisis Praktek dan

Akibat Nikah Sirri di Tajur Bogor Dalam Perspektif Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan” adalah murni karya saya

sendiri, kecuali beberapa kutipan-kutipan yang telah disebutkan

sumbernya.

Apabila di kemudian hari terbukti ditemukan adanya unsur-

unsur plagiasi dalam tesis ini. Saya siap menerima sanksi pencabutan

gelar akademik yang diberlakukan oleh Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini

saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 30 Juni 2017

Yati Nurhayati Soelistijono

Page 5: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

iv

Page 6: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

v

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis yang berjudul “Analisis Praktek dan Akibat Nikah Sirri di

Tajur Bogor Dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan” yang ditulis oleh:

Nama : Yati Nurhayati Soelistijono

NIM : 10.2.001.09.01.0095

TTL : Bogor, 13 Oktober 1958

Program Studi : Studi Islam

Konsentrasi : Syariah

Menerangkan bahwa tesis ini telah melalui proses Work in Progress I, II, Ujian Pendahuluan, dan Ujian Promosi, serta telah

diperiksa dan diperbaiki sebagaimana mestinya. Dengan ini saya

menyetujui untuk dicetak dan diterbitkan menjadi buku.

Jakarta, 30 Juni 2017

Pembimbing

Dr. JM. Muslimin, M.A

Page 7: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

vi

Page 8: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

vii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Tesis yang berjudul “Analisis Praktek dan Akibat Nikah Sirri di

Tajur Bogor Dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan” oleh Yati Nurhayati Soelistijono NIM:

15.10.2.001.09.01.0095 telah dinyatakan lulus pada Ujian Promosi yang

diselenggarakan pada hari Jum’at, tanggal 31 Maret 2017. Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para

penguji, sehingga disetujui untuk dicetak dan diterbitkan dalam bentuk

buku.

Jakarta, 30 Juni 2017

Tim Penguji :

No Nama Tanda Tangan Tanggal

1

1

1

1

Prof. Dr. Masykuri Abdillah,

M.A

(Ketua sidang dan merangkap

Penguji)

2

Prof. Dr. Didin Saepudin, MA

(Penguji I)

3

Prof. Dr. Huzaemah T.

Yanggo, MA.

(Penguji II)

4

Dr. JM Muslimin, M.A

(Pembimbing/merangkap

Penguji)

Page 9: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

viii

Page 10: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... v

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ...................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

TRANSLITERASI ............................................................................................ xv

DAFTAR ISI .................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Permasalahan ...................................................................................... 19

1. Identifikasi Masalah ...................................................................... 19

2. Rumusan Masalah ......................................................................... 20

3. Pembatasan Masalah ..................................................................... 20

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 21

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 21

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................... 22

F. Metode Penelitian ............................................................................... 24

1. Jenis Penelitian .............................................................................. 24

2. Sumber Data .................................................................................. 25

3. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 26

4. Teknik Analisa Data ...................................................................... 27

G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 27

BAB II TINJAUAN NIKAH SIRRI DALAM PERSEPEKTIF

UNDANG-UNDANG

A. Pengertian Perkawinan ....................................................................... 29

1. Menurut Undang-Undang Perkawinan .......................................... 33

2. Menurut Kompilasi Hukum Islam ................................................. 35

3. Tujuan Melakukan Perkawinan ..................................................... 42

B. Dalil Hukum Perkawinan ................................................................... 50

1. Menurut al-Qur'an ......................................................................... 50

2. Menurut Hadits ............................................................................. 50

3. Menurut Ijma’ (Konsensus Ulama) ............................................... 51

4. Menurut Peraturan Perundang-undangan ...................................... 52

C. Syarat Sahnya Perkawinan ................................................................. 53

1 Menurut Kompilasi Hukum Islam ................................................. 54

2 Menurut Undang-Undang Perkawinan .......................................... 61

3 Hukum Melakukan Perkawinan .................................................... 67

D. Pencatatan Perkawinan ....................................................................... 72

1. Menurut Undang-Undang Perkawinan .......................................... 76

2. Menurut Kompikasi Hukum Islam ................................................ 84

E. Pengertian Nikah Sirri ........................................................................ 85

Page 11: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

xx

1. Latar Belakang Terjadinya Pernikahan Sirri ................................. 92

2. Hukum Nikah Sirri di Indonesia ................................................... 99

3. Dampak Pernikahan Sirri .............................................................. 107

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG KONDISI

MASYARAKAT KELURAHAN TAJUR

KECAMATAN BOGOR TIMUR

A. Deskripsi Wilayah Bogor Timur ....................................................... 113

1. Kondisi Geografis .......................................................................... 113

2. Struktur Pemerintahan Kelurahan Tajur ........................................ 114

3. Susunan Kepengurusan ................................................................. 115

B. Deskripsi Demografi Kelurahan Tajur ............................................... 116

1. Penduduk ....................................................................................... 116

2. Keagamaan .................................................................................... 117

3. Pendidikan ..................................................................................... 118

C. Sosial dan Ekonomi Masyarakat Tajur .............................................. 120

BAB IV ANALISIS PRAKTEK DAN AKIBAT

PERNIKAHAN SIRRI

A. Tinjauan Analisis Sosiologis .............................................................. 128

B. Tinjauan Analisis Yuridis ................................................................... 141

C. Tinjauan Analisis Filosofis ................................................................. 151

D. Kedudukan Akta Nikah Dalam Perundang-undangan ....................... 153

E. Pendapat Para Pelaku Nikah Sirri ...................................................... 156

1. Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Sirri di Kelurahan Tajur ..... 163

2. Dampak yang tidak Terpikirkan oleh Pelaku Nikah Sirri ............. 169

F. Akibat Hukum yang Ditimbulkan dari Pernikahan Sirri ................... 171

1. Terhadap Suami Isteri ................................................................... 171

2. Terhadap Anak .............................................................................. 173

3. Terhadap Harta Kekayaan ............................................................. 177

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ....................................................................................................... 181

Saran ................................................................................................................. 182

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 183

GLOSARIUM ................................................................................................... 195

INDEKS ........................................................................................................... 199

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... 205

DAFTAR TABEL DAN SUSUNAN KEPENGURUSAN

KELURAHAN TAJUR ..................................................................................... 207

LAMPIRAN ...................................................................................................... 209

BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 215

Page 12: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicoon) yang tidak

dapat hidup sendiri. Pendapat ini dikemukakan oleh Aristoteles, seorang

filsuf Yunani terkemuka. Kodrat manusia diciptakan Tuhan antara satu

sama lain selalu adalah saling membutuhkan. Sejak dilahirkan, manusia

telah dilengkapi dengan naluri yang senantiasa hidup bersama dengan

orang lain, manusia selalu mencari manusia lain untuk hidup bersama.

Hidup bersama merupakan suatu gejala yang biasa bagi seorang manusia.

Hanya manusia-manusia yang memiliki kelainan sajalah yang mampu

hidup mengasingkan diri dari orang lain.1 Naluri untuk hidup bersama

dengan orang lain mengakibatkan hasrat yang kuat untuk hidup teratur.2

Hidup bersama antar manusia untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat

jasmani maupun rohani. Demikian pula di antara wanita dan pria selalu

pula saling membutuhkan.

Sebagai makhluk sosial, manusia diciptakan Allah SWT dalam

dunia ini untuk hidup bersama, berdampingan, dan saling tolong

menolong. Di antara kehidupan bersama itu adalah kehidupan antara dua

insan, seorang laki-laki dan seorang perempuan. Hal ini karena manusia

pada dasarnya diciptakan Allah SWT saling berpasang-pasangan.3 Hidup

bersama dalam suatu perkawinan.4 Syarat sah perkawinan tersebut harus

1 Lili Rosyidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan

Indonesia (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), 1. 2 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press,

1982), 9. 3 Dalam QS al-Zariyat ayat 49 ditegaskan tentang hukum umum

penciptaan, yaitu segala sesuatu dijadikan berpasang-pasangan. Hal ini

menunjukkan suami dan isteri sebagai pasangan harus senantiasa saling

melengkapi dan tolong menolong. Ayat ini menunjukkan bahwa dalam

kehidupan apapun di alam ini, binatang, pepohonan, buah-buahan, tumbuh-

tumbuhan, rerumputan dan lain-lain termasuk manusia, diciptakan berpasang-

pasangan, diciptakan mempunyai partner. Karena itu berpasang-pasangan

merupakan sunnah Allah (fitrah atau hukum alam) yang dari jenis apapun

membutuhkannya. Khairuddin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam, 241. 4 Perkawinan menurut istilah fikih adalah akad yang mengandung

kebolehan untuk bersetubuh dengan lafaz inkaha atau tazwij. Definisi nikah

tidak terdapat perbedaan yang prinsipil di kalangan ulama-ulama fikih, yang ada

hanya perbedaan redaksi saja. Abdurrahman al-Jaziry, al-Fiqh 'ala madhahibi al-arba'ah (Beirut: Da<r al-fikr), 2-4. Nikah menurut bahasa mempunyai dua arti,

yaitu arti yang sebenarnya (haqi@qi) dan arti kias (maja@z). Arti yang sebenarnya

Page 13: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

2 | P a g e

sesuai menurut ketentuan agama dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia

dan kekal. Perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

realita kehidupan umat manusia sesuai dengan ketentuan al-Qur'an surat

an-Nisa ayat 1 yang menyatakan:5

ها زوجها وب هما رجالا ياأي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم من ن فس واحدة وخلق من ث من كثرياا ونساءا وات قوا الله الذي تساءلون به والرحام إن الله كان عليكم رقيباا

"Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang Allah menciptakan kamu dari diri yang satu dan menciptakan darinya pasangannya. Allah SWT memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah dengan namaNya kamu saling meminta dan (pelihara pula) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah Maha Mengawasimu."

Ketentuan al-Qur'an surat an-Nisa ayat 1 ini merupakan

proklamasi Tuhan tentang terjadinya manusia yang diciptakan Allah

SWT dari satu zat (tanah yang disucikan) yaitu Adam. Kemudian dari

zat itu pula Adam setelah menjadi manusia, diciptakan pasangannya

yang diberi nama Siti Hawa. Siti Hawa dinikahkan dengan Adam

sebagai suami isteri melalui lembaga perkawinan, jadi bukan lembaga

promiskwiti (perkawinan primitif yang kacau balau). Dari pasangan

suami isteri Adam dan Siti Hawa itu lahirlah anak-anak, baik laki-laki

maupun perempuan yang banyak sekarang ini (rija>lan kathi>ra<n wanisa>’an) dan masyarakat yang kita kenal sekarang ini.

Hubungan antara laki-laki dan perempuan ini diikat melalui

suatu lembaga resmi yang sah secara agama dan negara. Lembaga

dari nikah ialah dam yang berarti menghimpit, meninfih atau berkumpul.

Sedangkan arti kiasannya ialah “wat}a” yang berarti setubuh atau aqad yang

berarti mengadakan perjanjian pernikahan. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari

perkataan “nikah” lebih banyak dipakai dalam arti kiasan dari pada arti yang

sebenarnya, bahkan “nikah” dalam arti yang sebenarnya jarang sekali dipakai

saat ini. Kamal Muchtar, Azas-azas Hukum Islam tentang Perkawinan (Jakarta:

Bulan Bintang, 1974), 1. Jumhur fuqaha sepakat bahwa nikah itu adalah akad

yang diatur oleh agama, untuk memberikan kepada laki-laki hak milik

penggunaan terhadap faraj (kemaluan) bagian dari alat reproduksi perempuan

dan seluruh tubuhnya untuk kenikmatan sebagai tujuan primer. Abdurrahman

al-Jaziri, al-fiqh 'ala Madha>hibi al-arba'ah, 4. 5 Quraish Shihab, Tafsir al-Mis}bah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 37.

Page 14: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

3 | P a g e

tersebut dikuatkan oleh al-Qur'an surat an-Nisa ayat 21 yang berbunyi:

"mi>tha>qan ghali>z}an" ( ). Suatu perjanjian perkawinan yang

membentuk keluarga bahagia, kekal abadi, kuat dan kokoh.6 Perkawinan

sebagai langkah awal untuk membentuk keluarga. Kumpulan keluarga

inilah yang akan membentuk warga masyarakat yang pada akhirnya

menjadi sebuah negara. Dapat dikatakan jika perkawinan itu

dilangsungkan sesuai dengan peraturan agama dan perundang-undangan.

Dapat dipastikan akan terbentuk keluarga-keluarga yang baik yang dapat

menciptakan tatanan negara menjadi baik.7 Seyogyanya, hubungan

suami isteri itu harus langgeng, penuh kebahagiaan lahir batin,

kebahagiaan rohani dan jasmani baik moral, material maupun spiritual

dilandasi dengan ma'ru>f, sa>kinah, mawaddah dan rahmah.8 Tuntutan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 29 ayat (1)

memuat ketentuan tentang negara menjamin adanya kemerdekaan tiap-

tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Sehubungan dengan

ketentuan Pasal 29 ayat (1) tersebut, dituntut adanya ketentuan hukum

yang mengatur pelaksanaan perkawinan bagi orang yang beragama

Islam. Karena perkawinan merupakan suatu lembaga yang sangat

mempengaruhi kedudukan manusia sebagai subjek hukum. Perkawinan

mempunyai kedudukan yang sangat penting secara sosial dan

keagamaan, maupun dari sudut pandangan hukum baik dalam

6 Bantahan keras terhadap teori evolusi Darwin (Darwinisme teori)

yang menyatakan bahwa manusia di dunia ini terjadi secara evolusi dari monyet

(the origine of species). M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), 6.

7 Amiurr Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di

Indonesia : Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI (Jakarta: Prenada Media, 2004), 57.

8Makruf artinya pergaulan suami isteri dengan saling hormat

menghormati, saling menjaga rahasia masing-masing. Menjaga pergaulan yang

harmonis baik antara suami isteri maupun hubungan dengan anak-anak. Sa>kinah

adalah penjabaran lebih lanjut dari ma’ru>f, yaitu agar suasana kehidupan dalam

rumah tangga itu terdapat keadaan yang aman dan tentram, tidak terjadi

perselisihan paham yang prinsipil. Mawaddah dan rahmah yaitu agar kehidupan

rumah tangga itu selalu dan harus dijamin, saling cinta mencintai dikala masih

muda remaja, dipupuk terus agar saling santun menyantuni dikala tua renta dan

kakek nenek, demikian diberi petunjuk oleh Allah dalam al-Qur'an Surah an-

Nisa: 21 dan 19, Surah al-Rum: 21. Lihat, M. Idris Ramulya, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1974 dari Segi Perkawinan Hukum Islam (Jakarta: Indo-Hilco, 1986), 25.

Page 15: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

4 | P a g e

pandangan hukum Islam maupun hukum Nasional.9 Warga Negara

Indonesia (WNI) terdiri dari penganut berbagai agama dalam

masyarakat. Dengan demikian, masyarakat Indonesia adalah masyarakat

yang pluralistik. Mereka memerlukan ketentuan hukum yang dapat

diterima dan berlaku dalam masyarakat tersebut. Sebagai bukti bahwa

perkawinan itu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam

hukum Islam dan hukum Nasional. Dibentuklah ketentuan hukum

perkawinan yang bersifat unifikatif yang dapat berlaku dalam

masyarakat tersebut, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan,10

(untuk selanjutnya disebut Undang-Undang

Perkawinan).

Undang-Undang Perkawinan pada dasarnya merupakan hukum

positif,11

yakni mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung dalam

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Ketentuan tersebut

menampung kepentingan masyarakat sesuai dengan perkembangan dan

tuntutan zaman, baik menurut hukum adat, hukum agama, dan

kepercayaan masyarakat. Rumusan hukum dalam Undang-Undang

Perkawinan adalah rumusan hukum yang dibuat secara unifikatif.

Sehingga mendapat akseptasi masyarakat dan berusaha menekan

sedemikian rupa resistensi atau penolakan dari masyarakat yang

pluralistik. Undang-Undang Perkawinan memberikan konsep tentang

perkawinan yang diatur dalam Pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut:

“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.12

Dari definisi perkawinan yang telah disebutkan di atas,

pertimbangannya adalah, bahwa sebagai negara yang berdasarkan

9 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam,

(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2004), 81. 10

Indonesia, Undang-Undang tentang Perkawinan, UU No. 1 Tahun

1974, LN No. 1 Tahun 1974, TLN No. 3019. 11 Hukum Positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan

tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau

khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau Pengadilan dalam

negara Indonesia. Pengertian hukum positif diperluas bukan saja yang sedang

berlaku sekarang, tetapi juga hukum yang pernah berlaku, adalah juga hukum

positif karena berlaku pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

http://www.emakalah.com/2013/04hukum-positif-indonesia, html#ixzz3Mja018

7, diunduh, tanggal 5 Januari 2017, pukul 19.25. 12

Kompilasi Hukum Islam (Direktorat Pembinaan Peradilan Agama

Islam Ditjen Pembinaan Kelembagaan Islam Departemen Agama, 2001).

Page 16: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

5 | P a g e

Pancasila, di mana sila pertamanya ialah Ketuhanan Yang Maha Esa.

Perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama atau

kerohanian. Sehingga bukan saja mempunyai unsur lahir atau jasmani

semata, tetapi juga unsur batin atau rohani yang mempunyai peranan

penting. Membentuk keluarga yang bahagia erat hubungannya dengan

keturunan yang merupakan pula tujuan dari perkawinan.

Pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi hak dan

kewajiban bagi orang tua.13

Dengan demikian dua bentuk kebahagiaan

yang bersifat lahir dan batin inilah yang harus terdapat dalam sebuah

perkawinan. Dengan adanya perkawinan, rumah tangga dapat ditegakkan

dan dibina sesuai dengan norma-norma agama dan hukum yang berlaku,

serta tata kehidupan masyarakat. Karena tujuan perkawinan adalah

mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus yang jelas dan sah di

mata hukum. Sehingga kehidupan manusia tidak terputus, tetap lestari

dan berkesinambungan. Jika menggunakan nalar al-Maqa>s}id al-Shari>’ah, dan mempertimbangkan dari sudut sadd al-Dhara'i. Dapat diketahui

bahwa tujuan dari sebuah perkawinan adalah memuliakan perempuan.

Sebab kehidupannya terjaga dan memiliki orientasi masa depan yang

jelas berupa jalinan mahligai rumah tangga dengan cinta (mawadah),

tentram (sa>kinah), dan kasih-sayang (rahmah). Perkawinan dapat

menjaga dan memelihara keturunan (h}ifz}u al-Nasl) dengan membesarkan

dan mendidik anak menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat bagi

yang lain.14

Orientasi pernikahan adalah untuk mewujudkan rumah tangga

yang tentram (sa}kinah), pergaulan yang saling mencitai (mawaddah) dan

saling menyantuni (rahmah), serta melahirkan anak-anak, mendidik dan

memelihara mereka demi terwujudnya masyarakat sejahtera secara

materiil dan spiritual. Hubungan pernikahan adalah hubungan yang

sebenar-benarnya dalam hidup dan kehidupan manusia. Bukan hanya

hubungan antara suami isteri dan keturunan, bahkan antara dua keluarga.

Betapa tidak, dari sebab hubungan baik (mu'a>sharah bi al-ma'ru>f) antara

13

Penjelasan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan. Lihat juga Amiur

Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam, 206. 14

Shahzad Iqbal Sham said: There are certain objectives behind the introduction of marriage (nikah) for the attainment of which Allah almighty has commended man to lead his life under a system. A study of the Holy Qur'an and the Sunnah of the Prophet, peace be upon him, shows that the significant objectives of marriage (nikah) are as under : 1. Protection of human morals, 2. Establishment of Islamic society, 3. Love and affection among the spouses. Shahzad Iqbal Sham, Islamic Law of Marriage and divorce (Islamabad:

International Islamic University, 2011), 13.

Page 17: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

6 | P a g e

suami isteri dapat meneruskan kebaikan itu kepada semua keluarga dari

kedua belah pihak. Mereka menjadi satu dalam segala urusan, tolong

menolong sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan menjaga diri dari

kejahatan.

Perkawinan tidak hanya semata-mataber dampak luas untuk

kepentingan dari orang yang melangsungkannya saja. Namun untuk

kepentingan keluarga dan masyarakat. Hubungan suami isteri harus

dibina dalam suatu hubungan dua arah yang saling menguatkan satu

pihak menjadi pendukung dari yang lain, dan tidak ada satu pihakpun

yang dirugikan atau hak-haknya terancam. Hilman Hadi Kusuma (2003),

berpendapat bahwa yang menjadi tujuan perkawinan menurut

perundang-undangan adalah kebahagiaan suami isteri. Tujuan tersebut

untuk mendapatkan keturunan dan menegakkan keagamaan dalam

kesatuan keluarga yang bersifat parental (ke-orangtuaan).15

Kata nikah berasal dari bahasa Arab yang di dalam bahasa

Indonesia sering diterjemahkan dengan perkawinan. Kata sirri berasal

dari kata sirran dan sirrun. Sirran berarti secara diam-diam atau tertutup,

secara batin atau di dalam hati, sedangkan kata sirrun berarti rahasia16

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nikah siri

berarti pernikahan yang hanya disaksikan oleh seorang modin dan saksi,

tidak melalui Kantor Urusan Agama (KUA). Perkawinan tersebut

menurut agama Islam sudah sah. Dengan perkataan lain, kawin sirri

adalah perkawinan yang mengikuti aturan hukum agama atau adat

istiadat. Tetapi tidak dicatatkan pada KUA bagi yang beragama Islam

dan Catatan Sipil bagi yang non muslim. Perkawinan tersebut sah secara

agama tetapi melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, yaitu Pasal 2 Undang-Undang Perkawinan, yang menyatakan

bahwa:

“Ayat (1) perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”.

“Ayat (2): tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Ketentuan yang ada dalam Pasal 2 tersebut bila dicermati

bukanlah merupakan syarat sahnya suatu perkawinan. Karena

perkawinan dianggap sah apabila hukum agama dan kepercayaannya

sudah menentukan sah. Namun pada bagian Penjelasan Umum dari

15

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Agama dan Hukum Adat (Bandung: Mandar Maju, 2003),

22. 16

Happy Susanto, Nikah Sirri Apa Untungnya (Jakarta: Visi Media,

2009), 22.

Page 18: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

7 | P a g e

Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa suatu perkawinan sah

apabila dilakukan menurut hukum agamanya dan kepercayaannya. Di

samping itu perkawinan harus dicatat yang merupakan syarat diakui atau

tidaknya perkawinan oleh negara.

Rumusan ketentuan yang ada dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut di

atas adalah rumusan unifikatif yang mampu mengakomodasi seluruh

kepentingan hukum dan kebutuhan semua penganut agama yang ada di

Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat Indonesia adalah

masyarakat yang pluralistik, ada yang menafsirkan secara teoritis bahwa

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan mengandung rumusan

hukum yang legistik (qat}h'i).17 Rumusan itu sudah memuat norma

hukum yang tidak membutuhkan tafsir lain dari hukum untuk

menentukan kesahan perkawinan. Dengan demikian, setelah berlakunya

Undang-Undang Perkawinan, hukum yang berlaku dan diakui oleh

negara sebagai hukum yang sah bagi perkawinan seluruh rakyat

Indonesia adalah hukum masing-masing agama dan kepercayaan bagi

masing-masing pemeluknya. Bahkan menurut Penjelasan Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Perkawinan dinyatakan bahwa tidak ada perkawinan di

luar hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Sehingga

bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk kawin dengan melanggar

hukum agamanya sendiri.18

Dalam penjelasan tersebut, dinyatakan pula

bahwa yang dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu termasuk ketentuan perundang-undangan yang

berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya, sepanjang tidak

bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam undang-undang ini.

Ketentuan yang ada dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut di atas,

diterima oleh seluruh penganut agama yang ada di Indonesia. Bagi

masyarakat yang beragama Islam, hukum perkawinan yang digunakan

agar sejalan dengan ketentuan tersebut adalah hukum Islam yang

bersumber dari syariat Islam yang ada di dalam al-Qur'an,19

dan sunnah

17

Nash qath’i atau muhkama>t adalah nash yang bersifat universal dan

bebas dimensi ruang dan waktu. Atau nash yang berlaku umum dan cocok untuk

berlaku sepanjang masa, seluruh tempat dan kondisi. Lihat, Masdar F. Mas'udi,

Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan (Bandung: Mizan, 1977), 29-30.

Lihat juga, Khairuddin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam Indonesia (Yogyakarta: ACAdeMIA, 2009), 211.

18 Hazairin, Tinjauan Undang-UndangaNo. 1/1974 tentang Perkawinan,

(Jakarta: Tintamas, 1986), 1-2. 19

Menurut Noel J. Coulson, Hukum Islam diakui sebagai Hukum

Tuhan, hal ini dapat dilihat dari pernyataannya : "dose not grow out of . . . an ovelving society as is the case with sistem but is imposed from above. N.J.

Page 19: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

8 | P a g e

Rasul. Hukum Islam tersebut dalam konteks ke Indonesiaan dicoba

dirumuskan di dalam formulasi normatif yang ada di dalam Kompilasi

Hukum Islam untuk selanjutnya disebut KHI.20

Karena hukum Islam

Coulson, The consept Progress and Islamic Law, dalam Robert N. Bellah (ed)

Religion and Progress in Modern, Asia, hal.75 Menurutnya, hukum tidaklah

tumbuh dari masyarakat seperti halnya dipahami di Barat, tetapi justru berasal

dari atas (baca Tuhan) meskipun hal ini tidak harus diartikan bahwa hukum

Islam itu tidak berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti diakui

sendiri olehnya : Bat generaly speaking the qurenic precepts are ethical norm brood enough to support modern legal structure and capable of verying interpretations to meet the particular needs of time and place. And on the basic, it seems the Islamic Jurisprudence can implement, in practical realistis, and modernist term, its basic and uniqwe idea way of life based on the command of Allah. N.J. Culson, The consept Progress and Islamic law . hal. 92.

A.A. Fyzee, menilai Hukum Islam itu sama dengan Canon Law of Islam, yakni keseluruhan dari perintah Tuhan. Tiap perintah itu dinamakan

hukum. Hukum dan tafsirnya sangat mudah untuk dipahami dan hukum Islam

meliputi semua tingkah laku manusia. Oleh karena itu Hukum Islam tidaklah

dapat dikatakan sebagai hukum dalam artian modern akan tetapi hanya

mengandung pedoman-pedoman moral. A.A. Fyzee, outliness of Muhammadan Law (London: Oxford University Press, 1955), 13.

20 Sebenarnya kalau dilihat ke belakang usaha unifikasi hukum Islam

pertama diusulkan oleh Ibnu al-Muqaffa (w. 139/756). Sebagai seorang

sekretaris khalifah Abbasid, Abu Ja'far al-Mansur (754-775). Ibnu al-Muqaffa

mengusulkan agar diadakan unifikasi (kesatuan hukum) dari sekian perbedaan

pendapat yang ada dan hasil unifikasi ini menjadi hukum yang diberlakukan di

negara. Setelah melewati proses panjang, akhirnya imam Malik menulis

kitabnya yang terkenal al-Muwatta, namun imam Malik menolak

diberlakukannya isi buku ini kepada seluruh Muslim. Mazheruddin Siddiq,

Preface to Muwatta' Imam Malik, diterjemahkan dan diberi catatan oleh

Muhammad Rahimuddin (New Delhi: Kitab Bhavan, 1989), 4-5.

Penulis lain menyebut, bukan menggunakan kata "tujuan" tetapi

"fungsi", bahwa fungsi lahirnya KHI dapat ditinjau minimal dari dua sudut

pandang. Pertama dari sudut hukum material, bahwa KHI dapat berfungsi

sebagai hukum material di bidang perkawinan, warisan dan wakaf, di samping

UU No. 1 Tahun 1974 untuk perkawinan, dan PP No 28 Tahun 1977 untuk

wakaf. Kedua, dari sudut unifikasi hukum, bahwa lahirnya KHI dapat menjadi

kitab hukum yang dapat mengakhiri berbagai ragam sumber hukum Islam. Di

samping itu, KHI dapat menjadi pedoman di bidang perkawinan, kewarisan dan

wakaf, baik oleh instansi pemerintah maupun masyarakat.

Oleh Tahir Azhary ditambahkan dua poin penting. Pertama, bahwa

dengan lahirnya KHI, para hakim Agama dapat dengan mudah dan sangat

praktis merujuk KHI, khususnya bagi para hakim yang kurang mampu membaca

kitab kuning (nama lain dari kitab berbahasa Arab). Kedua, lahirnya KHI adalah

Page 20: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

9 | P a g e

dalam bidang keperdataan, terutama yang menyangkut hukum keluarga,

tetap berlaku bagi umat Islam,21

sebagaimana telah dijadikan politik

hukum oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1848.

juga sebagai wujud kontekstualisasi hukum Islam, sebab apa yang ada dalam

kitab-kitab fikih konvensional, banyak yang sudah tidak relevan dengan

tuntutan sekarang. M. Tahir Azhary, Kompilasi Hukum Islam sebagai alternatif,

Suatu analisis Sumber-sumber Hukum Islam, "Mimbar Hukum, No. 4, Tahun II

(1991), 16.

Lebih rinci ditulis Matarda sebagai fungsi lahirnya KHI, yang

menurutnya ada lima, yaitu: Pertama, melengkapi Peradilan Agama sebagai

hukum terapan , di samping UU No. 1 Tahun 1974 dan PP No. 9 Tahun 1975 di

bidang perkawinan dan PP No. 28 di bidang perwakafan ( maksudnya adalah

untuk melengkapi hukum material Peradilan Agama. Kedua, penyamaan

persepsi dan pandangan dalam penerapan hukum Islam. Ketiga, mendekatkan

umat dengan hukum Islam, yang maksudnya adalah kalau sebelumnya ada yang

alergi terhadap hukum Islam karena diidentikkan dengan Piagam Jakarta dan/

atau fundamentals, maka dengan diberlakukannya lewat KHI kesan semacam

itu menjadi hilang. Keempat, mengurangi sumber pertentangan di

masyarakat.Kelima, menyingkirkan pandangan bahwa pelaksanaan hukum Islam

adalah masalah pribadi (privat). Matardi E, Kompilasi Hukum Islam sebagai

hukum terapan di Pengadilan Agama, Mimbar Hukum, No. 24, Tahun vII

(1996), hal. 30.

Namun sebelumnya Matardi mencatat dua alasan penting sebagai

tuntutan lahirnya KHI. Pertama, ada akibat dari penggunaan beragam kitab oleh

para hakim di Pengadilan Agama dalam memutuskan masalah-masalah

perkawinan, kewarisan dan wakaf, yakni ketidakpastian hukum. Ketidakpastian

hukum ini mengakibatkan sikap sinis masyarakat. Kedua, adanya tuntutan

terhadap kontekstualisasi hukum Islam Indonesia. Bahwa hukum Islam yang

dirumuskan ulama masa lalu (konsep konvensional) tidak selalu cocok dan

sejalan dengan tuntutan masa kini, lebih-lebih untuk konteks Indonesia. Matardi

E, Kompilasi Hukum Islam sebagai Hukum Terapan di Pengadian Agama, hal.27. Lihat juga Khairuddin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam, hal.

67. 21

Dalam Reglement op het beleid der Regering van Nederlandsch

Indie, yang disingkat dengan Regreegringsreglement (R.R) yang dimuat dalam

Stb. Belanda 1854 : 129 atau Stbl. Hindia Belanda 1855 : 2 berlakunya undang-

undang Islam bagi orang Islam Indonesia itu telah ditegaskan. Pasal 75 RR Stbl.

Hindia Belanda 1855 : 2 itu berbunyi dalam ayat (3), " oleh hakim Indonesia itu

diberlakukan undang-undang agama (godsenstige wetten) dan kebiasaan

penduduk Indonesia itu. Ayat (4) berbunyi : Undang-undang agama, instelling

dan kebiasaan itu jugalah yang dipakai untuk mereka oleh hakim Eropa pada

Pengadilan yang lebih tinggi andaikata terjadi hoger beroep atau permintaan

pemeriksaan banding ". Bahkan pada Pasal 78 R.R. Stbl. Hindia Belanda 1855 :

152 itu ditegaskan lebih lanjut pada ayat (2), "Dalam hal terjadi perkara perdata

Page 21: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

10 | P a g e

Keberlakuan undang-undang agama Islam bagi penduduk asli

bangsa Indonesia telah berjalan lama, sampai akhirnya dirumuskan

dalam bentuk undang-undang pada tahun 1855. Dengan dikeluarkannya

Regeerings Reglement 1855 tersebut, keadaan yang telah ada lebih

diperkokoh dan diperkuat dengan bentuk peraturan perundang-undangan.

Ketentuan peraturan dan undang-undang tersebut di atas, nampak bahwa

di masa pertama pemerintahan Hindia Belanda, hukum Islam diakui

eksistensinya sebagai hukum positif yang berlaku bagi orang Indonesia,

terutama mereka yang beragama Islam. Perumusan ketentuan-ketentuan

itu dalam perundang-undangan ditulis satu nafas dan sejajar dengan

hukum adat. Bahkan sejak zaman VOC, keadaan ini telah berlangsung

demikian terkenal dengan Compendium freijer.22 Untuk memperkuat

berlakunya hukum Islam berdasarkan Staatblat tahun 1882 Nomor 152

dan 153, dibentuklah suatu badan peradilan walaupun dengan penamaan

yang salah yaitu Priesterard (pengadilan pendeta).23

Tentang pemberlakuan hukum perdata Islam Indonesia

melanjutkan politik hukum pemerintah Hindia Belanda berdasarkan

Aturan Peralihan Pasal II Undang-Undang Dasar 1945, yakni

memberlakukan politik hukum 1848 yang membedakan penduduk ke

dalam tiga golongan. Pertama adalah golongan Bumi Putra. Kedua golongan Eropa. Ketiga golongan Timur asing, yang tunduk pada hukum

yang berbeda-beda berdasarkan praktek hukum tersebut, maka hukum

antara sesama orang Indonesia itu, atau mereka yang dipersamakan dengan

mereka menurut undang-undang agama (godsdienstige wetten) atau ketentuan-

ketentuan lama mereka. Sajuti Thalib, Receptio a Contrario, Hubungan Hukum Adat dan Hukum Islam (Jakarta: Bina Aksara, 1985), 7.

22 Compendium adalah buku ringkasan mengenai hukum perkawinan

dan warisan Islam yang disusun oleh D.W. Freijer. Setelah direvisi dan

disempurnakan oleh para penghulu, buku ini diberlakukan di daerah jajahan

VOC, yang kemudian terkenal dengan sebutan Compendium Freijer. Jadi pada

masa penjajahan Belanda, hukum perkawinan yang berlaku adalah compendium

freijer, yaitu kitab hukum yang berisi aturan-aturan hukum perkawinan dan

hukum waris menurut Islam. Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, hal.13-

14. Kitab ini ditetapkan pada tanggal 25 Mei 1760 untuk dipakai oleh

Pengadilan Persatuan Kompeni Belanda di Hindia Timur (VOC). Ismail Sunny,

Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, dalam

Amrullah Ahmad, editor, Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, hal.131.

23 Muhammad Daud Ali, Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem

Hukum Indonesia (Jakarta, 1982), Hukum Islam dan Pembangunan Tahun ke

XII No. 2, 101.

Page 22: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

11 | P a g e

perdata Islam (termasuk perkawinan) berlaku bagi orang-orang Islam

sampai Indonesia merdeka.24

Karena perkawinan merupakan urusan pribadi (individual affair),25

maka hukum perkawinan yang akan diberlakukan dikembalikan

kepada pemeluk agama yang bersangkutan (agama yang dianut

seseorang). Bagi pemeluk agama Islam, hukum Islamlah yang berlaku

padanya. Terkait dengan peraturan perkawinan, bagi umat Islam di

Indonesia dalam menjalankan syariat-syariat hukum Islam, telah

dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni

1991 yaitu Kompilasi Hukum Islam (KHI). Inpres tersebut kemudian

ditindak lanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 154

Tahun 1991 tanggal 22 Juli 1991.

KHI mengatur dengan tegas dan jelas dalam Pasal 4 Bab IV

Buku I tentang Perkawinan. Bahwa perkawinan adalah sah apabila

dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan ketentuan yang ada

dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan. Sedangkan pelaksanaan perkawinan di Indonesia bervariasi

bentuknya, seperti perkawinan melalui KUA atau Catatan Sipil,

perkawinan adat sampai kawin sirri yang juga dikenal dengan istilah

kawin di bawah tangan atau nikah sirri. Dalam KHI ketentuan

perkawinan diatur dalam Pasal 2 Bab II Buku 5 tentang Perkawinan

yang berbunyi:

“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mi>tha>qan ghali>z}an untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

Hazairin berpendapat bahwa dalam Islam, seharusnya

dipergunakan istilah uqdah nikah (uqdatun nika>h) yang sama maksudnya

dengan ikatan lahir batin yang ada dalam Pasal 1 Undang-Undang

Perkawinan. Jika dalam kontrak yang sama artinya dengan akad, semua

kewajibannya telah dipenuhi maka selesailah kontrak itu. Tetapi, jika

dalam uqdah semua kewajiban dipenuhi maka uqdah itu hanya akan

berakhir setelah maut memisahkan suami isteri.26

Sedangkan istilah ikatan lahir batin itu dapat disamakan dengan

mi>tha>qan ghali>z}an yang menurut Sajuti Thalib merupakan perjanjian

24

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional" Seminar Nasional: Problematika Hukum Keluarga Dalam Sistem Hukum Nasional Antara Realitas Dan Kepastian Hukum (Jakarta, 2009).

25 H. Muchsin, Nikah Sirri Pasca UU Nomer 1 Tahun 1974 Antara

Realitas dan Kepastian Hukum (Jakarta: 2009). 26

Hazairin, Tinjauan Mengenai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengenai Perkawinan (Jakarta: Tintamas, 1986), 1-2.

Page 23: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

12 | P a g e

yang sangat kuat dalam al-Qur'an surat an-Nisa ayat 21 atau dengan

katauqdatun tadi.27

Hal ini menegaskan bahwa perkawinan dalam

pandangan agama Islam tidaklah sama dengan pandangan hukum perdata

barat yang melihat perkawinan hanya dari sisi hubungan keperdataan

seperti dalam kontrak biasa semata. Perkawinan dalam hukum Islam

adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan

untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan

menurut ketentuan-ketentuan hukum syariat Islam.28

Sangat penting untuk memenuhi ketentuan-ketentuan syariat

Islam dalam melaksanakan perkawinan agar ikatan tersebut menjadi sah.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan menyatakan bahwa

perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agamanya dan kepercayaannya itu. Menurut hukum Islam, suatu

perkawinan baru bisa dikatakan sah apabila telah memenuhi rukun dan

syarat yang ada dalam al-Quran dan hadits. Menurut jumhur ulama

Syafi'i, rukun perkawinan ada lima dan masing-masing rukun itu

memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.29

1. Mempelai laki-laki, syarat-syaratnya adalah

a. Beragama Islam

b. Laki-laki

c. Jelas orangnya

d. Dapat memberikan persetujuannya

e. Tidak terdapat halangan perkawinan.

2. Mempelai perempuan, syarat-syaratnya adalah

a. Beragama Islam

b. Perempuan

c. Jelas orangnya

d. Dapat dimintai persetujuannya

e. Tidak terdapat halangan perkawinan.

3. Wali nikah syarat-syaratnya adalah

a. Laki-laki

b. Dewasa

c. Mempunyai hak perwalian

d. Tidak terdapat halangan perwalian.

4. Saksi nikah, syarat-syaratnya adalah:

27

Hazairin, Tinjauan mengenai UU perkawinan No. I/1974, hal, 25. 28

Zahry Hamid, Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan di Indonesia (Yogyakarta: Binacipta, 1978), 1.

29 Tihami dan Sokari Sakrani, Fikih Munakahat, Kajian Fikih Nikah

Lengkap, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), 12.

Page 24: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

13 | P a g e

a. Minimal dua orang laki-laki

b. Hadir dalam ijab Qabu>l

c. Dapat mengerti maksud akad

d. Islam

e. Dewasa.

5. Ijab dan Qabu>l , syarat-syaratnya adalah:

a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai

laki-laki

c. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari

kedua kata tersebut

d. Antara ijab dan Qabu>l bersambungan

e. Antara ijab dan Qabu>l jelas maksudnya

f. Orang yang terkait dengan ijab dan Qabu>l tidak sedang

ihram haji atau umroh

g. Majelis ijab dan Qabu>l itu harus dihadiri minimum

empat orang yaitu calon mempelai atau wakilnya, wali

dari mempelai wanita dan dua orang saksi.

Ketentuan tersebut sejalan dengan ketentuan yang ada dalam

Pasal 14 KHI.30

Meskipun ketentuan rukun dan syarat nikah

sebagaimana dituntunkan Rasulullah SAW telah sempurna. Terdapat

beberapa persoalan terkait pernikahan yang belum final. Sehingga

membuka ruang untuk menjadi perdebatan. Dalam masyarakat terdapat

dua pendapat tentang sahnya suatu perkawinan. Pertama, perkawinan

adalah sah apabila dilakukan menurut hukum agama dan

kepercayaannya. Sedangkan pencatatan perkawinan hanya kewajiban

administratif saja bukan merupakan syarat sahnya suatu perkawinan.

Kedua, sahnya suatu perkawinan harus memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat

(1) dan ayat (2) Undang-Undang Perkawinan, yakni perkawinan adalah

sah apabila dilakukan menurut hukum agama dan kepercayaannya dan

tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Menurut pendapat penulis, Indonesia sebagai negara hukum,

maka setiap warga negara harus mentaati perintah ulil amri. Dalam hal

ini adalah pemerintah sesuai dengan ketentuan al-Qur'an surat an-Nisa

ayat 59. Sebagai hamba Allah dan juga sebagai warga negara Indonesia

diwajibkan untuk mentaati perintah Allah, Rasul dan ulil amri. Karena

perkawinan merupakan ikatan suci yang sangat kuat (mi>tha>qan ghali>z}an)

30

Pasal 14 Kompilasi Hukum Islam, untuk melaksanakan perkawinan

harus ada, a) calon suami, b) calon isteri, c) wali nikah, d) dua orang saksi dan e)

ijab dan Qabu>l.

Page 25: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

14 | P a g e

antara seorang pria dan seorang wanita. Untuk menjaga kesucian

lembaga perkawinan tersebut, perkawinan tidak hanya harus sah

menurut hukum agama dan kepercayaannya, melainkan keberadaan

perkawinan tersebut perlu dilindungi oleh hukum negara melalui

pencatatan perkawinan.

Dalam hukum Islam, perkawinan merupakan lembaga sakral

yang menyatukan dua insan dalam suatu tujuan yang sentral dan luhur.

Mewujudkan kehidupan rumah tangga yang damai, penuh cinta, dan

kasih sayang (sakinah, mawaddah wa rahmah) tidak luput terkena

dampak dari perubahan zaman. Konteksnya dengan hukum Islam yang

bersifat universal. Hukum yang dimaksud harusnya juga berkembang

sesuai dengan kebutuhan itu sendiri, bahwa hukum itu akan berubah

bersama dengan perubahan zaman, waktu, dan perubahan tempat.31

Senada dengan Resolusi yang dihasilkan oleh week of Islamic Law. Sebuah pertemuan yang diadakan oleh cabang dari Oriental Satutes pada tanggal 7 Juli 1951. Sebelum menghadapi International Conggres of Comprative Law yang pada intinya adalah bahwa hukum itu

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.32

Menurut M. Rasyidi, Islam bertujuan baldatun thayyibatun wa rabbun Ghafur. Suatu masyarakat yang adil dan makmur dengan jiwa

penduduknya memegang nilai-nilai spiritual yang tinggi. Hukum Islam

adalah realisasi dari tujuan utama itu. Ibadah dan perinciannya tidak

dapat dirubah. Namun muamalat dan hal-hal yang berhubungan dengan

masyarakat dapat dirubah dalam perinciannya. Selama konsepsi tersebut

dipegang teguh, dapatlah kiranya hukum Islam dipergunakan sebaik-

baiknya dalam masyarakat abad ke XX yang sangat merasakan

31

Sadiani, Nikah via Telepon: Menggagas Pembaharuan Hukum Perkawinan di Indonesia (Jakarta: Yatimedia STAIN Palangkaraya, 2008), 1.

32 Pertemuan dihadiri oleh Profesor-profesor terkemuka dalam ilmu

hukum baik dari Timur maupun dari Barat, dan dipimpin oleh Profesor Milliot

dari Universitas Paris. Dari hasil pembicaraan dalam sidang tersebut, nyata

telah terbukti bahwa "prinsip-prinsip hukum Islam mempunyai nilai yang tidak dapat dipertikaikan lagi dan bahwa pelbagai ragam madzhab yang ada dalam lingkungan besar sistem hukum itu mengandung suatu kekayaan alam pikiran hukum dan keyakinan tehnik yang mengagumkan yang memberikan kemungkinan kepada hukum ini memenuhi semua kebutuhan penyesuaian-penyesuaian yang dituntut oleh hidup modern", demikian dikutip oleh Said

Ramadhan dari Travoux de-la semaine International de Droit Musulman. Said

Ramadhan, Islamic Law, its Scope and Aquaty (Mac Milian Limites London,

1961), 30.

Page 26: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

15 | P a g e

kegoncangan yang disebabkan oleh alineasi dari pada Tuhan.33

Secara

filosofis, hukum Islam di samping mewujudkan kebahagiaan materiil dan

spirituil (baldatun t}ayyibatun wa rabbun ghafu>r). Suatu negara yang baik

dan diridhoi oleh Allah dalam pelaksanaannya tidak luput dari hukum

perubahan zaman dan tidak luput dari pada interplay dengan situasi.34

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan mengatur lebih

lanjut. Bahwa perkawinan yang sudah dilaksanakan menurut ketentuan

Pasal 2 ayat (1) harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Apakah dalam hukum Islam ada kewajiban untuk

mencatat perkawinan seperti yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)

tersebut? Apakah dengan dicatatnya perkawinan itu menjadi sah, baik

menurut hukum Islam maupun hukum nasional, atau sebaliknya menjadi

tidak sah. Selain pasal tersebut, perlu diperhatikan pula ketentuan Pasal

10 (3) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 (untuk selanjutnya

disebut PP. 9/1975) yang menyatakan bahwa dengan mengindahkan tata

cara perkawinan menurut masing-masing hukum agamanya dan

kepercayaannya itu, perkawinan dilaksanakan di hadapan Pegawai

Pencatat dan dihadiri oleh dua orang saksi.

Al-Qur'an dan hadits tidak mengatur secara tegas dan rinci

mengenai pencatatan perkawinan. Namun dirasakan oleh masyarakat

mengenai pentingnya hal itu. Sehingga diatur melalui perundang-

undangan, baik Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

maupun melalui KHI. Pencatatan perkawinan bertujuan untuk

mewujudkan ketertiban perkawinan dalam masyarakat. Baik perkawinan

yang dilaksanakan berdasarkan hukum Islam maupun perkawinan yang

dilaksanakan masyarakat yang tidak berdasarkan hukum Islam.

Pencatatan perkawinan merupakan upaya untuk menjaga kesucian

(miitsaaqan gholiidhan) aspek hukum yang timbul dari ikatan

perkawinan.35

Terkait dengan pencatatan perkawinan, KHI memandang

pencatatan perkawinan hanya sebagai penatatertiban perkawinan bagi

masyarakat yang beragama Islam. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 5

ayat (1) Bab II Buku I tentang Perkawinan agar terjamin ketertiban

perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat.

Ayat (2) menentukan bahwa pencatatan perkawinan tersebut pada ayat

33

H.M. Rasyidi, Keutamaan Hukum Islam (Jakarta: Bulan Bintang,

1971), 31. 34

H.M. Rasyidi, "Ceramah tentang Hukum Islam pada Seminar Hukum Islam ke II di Semarang", 1968.

35 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006), 26.

Page 27: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

16 | P a g e

(1) dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 jo Undang-Undang No. 32 Tahun

1954. Ketertiban di sini menyangkut ghayat al-tasyri’ (tujuan hukum

Islam), yaitu menciptakan kemas}lah}ahan bagi masyarakat.36

Dengan demikian, KHI memandang pencatatan perkawinan

bukan merupakan bagian dari syarat sahnya perkawinan. Pencatatan

perkawinan ini tidak menentukan sah tidaknya suatu perkawinan. Untuk

memenuhi ketentuan yang ada dalam Pasal 5 KHI tersebut di atas,

menurut ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan (2) nya menyatakan bahwa

setiap perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah

pengawasan Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Perkawinan yang dilakukan

di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan

hukum. Jika suatu perbuatan hukum tidak mempunyai kekuatan hukum,

maka dengan sendirinya tidak akan menimbulkan akibat hukum berupa

hak dan kewajiban.

Demikian juga dengan perkawinan dapat dikatakan sebagai

perbuatan hukum dan mempunyai kekuatan hukum, apabila dilakukan

menurut ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tata cara

pernikahan yang dibenarkan oleh hukum seperti yang diatur di dalam

Undang-Undang Perkawinan. Perkawinan yang sesuai dengan undang-

undang ini mempunyai akibat hukum, mendapat pengakuan dan

perlindungan hukum. Perkawinan yang tidak mempunyai kekuatan

hukum, tidak akan menimbulkan akibat hukum. Sehingga misalnya bila

seorang ayah tidak melaksanakan kewajibannya, isteri dan anak-anaknya

tidak dapat menuntut apa-apa. KHI tidak memiliki penjelasan terhadap

kalimat tersebut, akan lebih baik jika kata tidak memiliki kekuatan

hukum diterjemahkan dengan kata tidak sah (la yas}ih}h}u). Oleh karena

itu, perkawinan yang tidak dicatat dipandang tidak sah.37

Menurut Khairudin Nasution, Undang-Undang Perkawinan

sebenarnya bukanlah Undang-Undang yang pertama yang mengatur

tentang pencatatan perkawinan bagi muslim Indonesia. Sebelumnya,

telah ada Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 1946 yang mengatur

tentang pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk. Semula, Undang-Undang

ini hanya berlaku untuk daerah Jawa dan Madura. Kemudian dengan

lahirnya Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 1954 yang disahkan tanggal

26 Oktober 1954, Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 1946 diberlakukan

36

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), 124.

37 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di

Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2004), 124.

Page 28: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

17 | P a g e

untuk seluruh daerah luar Jawa dan Madura. Bahkan lebih jauh di dalam

Undang-Undang Nomor. 22 Tahun 1946, dijelaskan sebagai berikut:

1. Perkawinan diawasi oleh Pegawai Pencatat Nikah;

2. Bagi pasangan yang melakukan perkawinan tanpa pengawasan

dari Pegawai Pencatat Nikah dikenakan hukuman karena

merupakan pelanggaran. Lebih tegas lagi dalam penjelasannya

dicatatkannya perkawinan agar mendapat kepastian hukum dan

ketertiban.38

Pencatatan perkawinan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat

(2) Undang-Undang Perkawinan, meskipun telah disosialisasikan selama

36 tahun lebih sampai saat ini masih dirasakan adanya kendala-kendala.

Hal ini sebagai akibat adanya pemahaman fikih Imam Syafi’i yang sudah

membudaya di kalangan umat Islam Indonesia. Karena menurut paham

mereka, perkawinan telah dianggap cukup bila syarat dan rukunnya telah

terpenuhi, tanpa diikuti pencatatan apalagi akta nikah. Kondisi seperti

ini terjadi dalam masyarakat. Sehingga masih banyak ditemukan

perkawinan di bawah tangan (perkawinan yang dilakukan oleh calon

mempelai laki-laki dengan calon mempelai wanita tanpa dicatat oleh

Pegawai Pencatat Nikah dan tidak mempunyai akta nikah). Kenyataan

dalam masyarakat seperti ini pula yang merupakan hambatan Undang-

Undang Perkawinan.39

Dalam dimensi fikih dikenal macam-macam bentuk perkawinan,

seperti 'urfi, sirri dan semacamnya merupakan pembahasan yang timbul

dari realitas yang berkembang ditengah masyarakat. Melihat makin

maraknya fenomena model-model pernikahan di zaman sekarang.

Terutama pernikahan sirri yang banyak dilakukan oleh anggota

masyarakat. Pemerintah berkeinginan untuk memberikan fatwa hukum

yang tegas terhadap pernikahan semacam ini. Sebagaimana penjelasan

Nasaruddin Umar, Direktur Bimas Islam Departemen Agama RI.

Rancangan Undang-Undang ini akan memperketat pernikahan model-

model seperti di atas.40

38

Khairudin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap Perundang-Undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia (Jakarta: INIS, 2002), 158-159.

39 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, 26.

40 Nasaruddin Umar mengatakan “Presiden SBY telah menyetujui

diadakannya Rancangan Undang- undang Peradilan Agama tentang Perkawinan (RUUPAP) yang mengatur sejumlah perkara yang belum ada dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Di antaranya Hukum Perkawinan bawah tangan, perkawinan kontrak, dan hukum waris untuk ahli waris kaum

Page 29: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

18 | P a g e

Menurut Abdul Gani (1995), pernikahan di bawah tangan atau

pernikahan sirri sebenarnya tidak sesuai dengan maqa>s}id al-shari>’ah. Karena ada beberapa tujuan syariah yang dihilangkan di antaranya:

41

a. Pernikahan itu harus diumumkan (diketahui khalayak

ramai).

Maksudnya agar mengetahui bahwa antara A dan B telah

terikat sebagai suami isteri yang sah. Sehingga orang lain

dilarang melamar A atau B, akan tetapi dalam perkawinan

sirri selalu disembunyikan agar tidak diketahui oleh orang

lain, sehingga perkawinan antara A dan B masih diragukan.

b. Adanya perlindungan hak untuk perempuan.

Dalam perkawinan sirri pihak perempuan banyak dirugikan

hak-haknya karena kalau terjadi perceraian pihak wanita

tidak mendapat apa-apa dari mantan suaminya.

c. Maslahah manusia.

Dalam perkawinan sirri lebih banyak mudharatnya dari pada

mas}lah}ahnya. Seperti anak-anak yang lahir dari perkawinan

sirri lebih tidak terurus, sulit untuk bersekolah atau untuk

mencari pekerjaan, karena orang tuanya tidak mempunyai

surat nikah. Seandainya ayahnya meninggal atau cerai, anak

yang lahir dari perkawinan sirri tidak mempunyai kekuatan

hukum untuk menuntut hak waris dari ayahnya.

d. Harus mendapat izin dari isteri pertama.

Untuk perkawinan kedua, ketiga dan seterusnya, yang tidak

mendapat izin dari isteri pertama biasanya dilakukan di

bawah tangan. Sehingga isteri pertama tidak mengetahui

bahwa suaminya telah menikah lagi dengan perempuan lain.

Rumah tangga seperti ini penuh dengan kebohongan dan

dusta, karena suami selalu berbohong kepada isteri pertama,

sehingga perkawinan seperti ini tidak mendapat rahmat dari

Allah.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, jika melihat

ketentuan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Perkawinan maupun Pasal 5

ayat (1) KHI bahwa terdapat keharusan sebuah perkawinan untuk

dicatat. Tidak hanya untuk kepentingan administrasi penduduk semata,

tetapi pencatatan perkawinan juga memberikan kedudukan yang jelas

perempuan”. Diakses di http://www.suara-islam.com, 1 September 2016 jam

23.40. 41

Abdul Gani Abdullah, Tinjauan Hukum Terhadap Perkawinan Di Bawah Tangan ,dalam Mimbar Hukum (Jakarta: Pustaka Akbar, Nomor 23,

Tahun VI, 1995).

Page 30: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

19 | P a g e

bagi para pihak yang melangsungkan perkawinan. Dengan demikian,

akan terlihat jelas pembagian hak dan tanggung jawab yang sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Meskipun

peraturan tentang pencatatan perkawinan telah ada sejak tahun 1946,

dalam kenyataannya masih banyak umat Islam Indonesia yang tidak

mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut dengan

berbagai alasan melakukan pernikahan di bawah tangan, dalam arti

pernikahan tersebut tidak dicatat oleh pejabat yang berwenang untuk itu.

B. Permasalahan

Terdapatnya dikotomi terhadap pernikahan sirri yang ada di

Indonesia, dikarenakan pengetahuan masyarakat yang belum bulat dan

masih terpecah-pecah antara sah menurut hukum agama dan sah menurut

hukum negara yang menimbulkan kontroversi di dalam masyarakat.

Kondisi seperti inilah yang penulis jumpai dalam masyarakat di wilayah

Kelurahan Tajur, kecamatan Bogor Timur, kota Bogor.

Permasalahan yang menarik bagi penulis untuk melakukan

pengkajian secara mendalam mengapa masih ada warga masyarakat di

Kelurahan Tajur yang melakukan pernikahan di bawah tangan

(perkawinan sirri). Kemudian apa yang melatarbelakangi dilakukannya

pernikahan sirri tersebut serta apakah mereka mengetahui akibat hukum

dari pernikahan sirri yang dituangkan dalam penulisan tesis dengan

judul “Analisis Praktek dan Akibat Nikah Sirri di Tajur Bogor Dalam Perspektif Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”

1. Identifikasi Masalah

Nikah sirri yang dilakukan oleh seseorang dapat menimbulkan

dampak yang dapat merugikan pelakunya. Meskipun beberapa pihak

mengatakan secara agama sah, pernikahan sirri harus dilakukan dengan

menaati perintah perundang-undangan negara. Jika merujuk pada tujuan

hukum Islam dalam maqa>s}id al-shari>’ah,42 (h}ifz}u al-nasl). Pernikahan

42

Wahbah al-Zuhaily mengatakan bahwa maqasid al-shari'ah adalah

nilai-nilai dan sasaran shara' yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar

dari hukum-hukumnya. Nilai-nilai dan sasaran-sasaran itu dipandang sebagai

tujuan dan rahasia shari'ah, yang ditetapkan oleh al-shari' dalam setiap

ketentuan hukum. Wahbah al-Zuhaili, us}ul al-Fiqh al-Islami (Damaskus: Dar al-

fikr, 1986) II, 225. Sedangkan ulama Us}ul al-Fiq mendefinisikan maqasid al-Shari'ah dengan makna dan tujuan yang dikehendaki shara'dalam mensyariatkan

suatu hukum bagi kemaslahatan umat manusia. Maqasid al-Shari'ah di kalangan

ulama usul al-Fiqh disebut juga asrar al- shari>’ah, yaitu rahasia-rahasia yang

terdapat di balik hukum yang ditetapkanoleh shara', berupa kemaslahatan bagi

Page 31: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

20 | P a g e

sirri akan berdampak negatif, karena fenomena yang terjadi di

masyarakat lebih banyak mudharatnya dari pada mas}lah}ahnya.

Sedangkan jika dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat, karena jumlah

wanita lebih banyak dari kaum pria, sementara kalau monogami

dipertahankan akan memicu munculnya praktek prostitusi. Semuanya ini

akan menimbulkan terjadinya problema sosial.43

Berdasarkan latar belakang dengan mengkaji beberapa aspek

tentang nikah sirri. Peneliti dalam hal ini akan mengidentifikasi beberapa

aspek yang mempunyai korelasi. Adapun masalah yang teridentifikasi

dari latar belakang tersebut di atas adalah:

a. Pengertian nikah di bawah tangan atau nikah sirri

b. Alasan melakukan dan pelaksanaan nikah sirri

c. Kendala-kendala yang dihadapi dalam nikah sirri serta dampak

positif dan negatifnya

d. Pendapat para pelaku nikah sirri dan amil

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini

adalah sebuah perkawinan yang memenuhi rukun dan syarat-syaratnya.

Tetapi tidak dicatat di KUA atau tidak dilakukan di hadapan atau di

bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah. Padahal dalam Pasal 2 ayat

(2) Undang-Undang Perkawinan dinyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan

harus dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penelitian ini diarahkan pada pengamatan terhadap realitas

hukum. Khususnya tentang perkawinan yang tidak dicatat di KUA atau

tidak dilakukan di hadapan atau di bawah pengawasan Pegawai Pencatat

Nikah. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang perilaku nikah

sirri masyarakat desa Tajur Kelurahan Tajur, Kecamatan Bogor Timur.

Oleh karena itu, peneliti dalam hal ini merumuskan masalah sebagai

berikut: Pertama, faktor-faktor apa saja yang mendorong warga

masyarakat yang ada di desa Tajur melakukan perkawinan sirri? Kedua, problem apa saja yang akan dihadapinya? Ketiga bagaimana dampak

hukumnya bagi perempuan?

3. Pembatasan Masalah

Fokus kajian dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang

masalah dan identifikasi masalah adalah untuk mengetahui perilaku

manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Misalnya, shara' mewajibkan

berbagai macam ibadah dengan tujuan untuk menegakkan agama Allah swt.

Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve), 1108. 43

Khairuddin Nasution, Hukum Perdata (keluarga) Islam, 233.

Page 32: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

21 | P a g e

nikah sirri masyarakat desa Tajur Kelurahan Tajur, Kecamatan Bogor

Timur. Begitu luasnya masalah pembahasan mengenai nikah sirri, agar

lebih fokus dan terperinci pada permasalahan, perlu arah yang jelas

terhadap permasalahan yang hendak dibahas dalam penelitian ini. Penulis

membatasi fenomena nikah sirri yang terjadi pada masyarakat di desa

Tajur Kelurahan Tajur, Kecamatan Bogor Timur.

Masyarakat yang penulis batasi dalam penelitian ini adalah khusus

pada anggota masyarakat yang melakukan nikah sirri sebanyak enam

orang yang terdiri dari lima orang wanita, satu orang laki-laki dan

seorang amil. Penulis merasa perlu untuk membatasi penelitian ini agar

tidak menimbulkan generalisasi dalam pembahasan. Masalah yang

hendak dikaji selanjutnya akan disimpulkan dalam rumusan masalah.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi harapan dan tujuan

yang ingin dicapai agar masyarakat mengetahui dan memahami tentang

fungsi pencatatan perkawinan beserta akibat hukumnya. Karena dengan

semakin tingginya tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap fungsi

pencatatan perkawinan diharapkan tidak akan ada lagi warga masyarakat

di desa Tajur yang melakukan perkawinan sirri.

Kajian ini untuk mengetahui tentang perilaku nikah sirri

masyarakat desa Tajur Kelurahan Tajur, Kecamatan Bogor Timur. Oleh

karena itu, peneliti dalam hal ini ada beberapa tujuan penelitian antara

lain sebagai berikut: Pertama, mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mendorong warga masyarakat yang ada di desa Tajur melakukan

perkawinan sirri? Kedua, mengetahui problem apa saja yang akan

dihadapinya? Ketiga mengungkap bagaimana dampak hukumnya bagi

perempuan?

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian, tentu mempunyai dua manfaat secara

umum yakni manfaat praktis dan akademis. Penelitian ini diharapkan

tidak hanya untuk membuktikan kebenaran tentang masih banyaknya

warga masyarakat yang melakukan perkawinan sirri. Tetapi diharapkan

dapat mengungkap fenomena prilaku hukum (living law) dalam

pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

persoalan perkawinan. Terutama Undang-Undang Perkawinan, Peraturan

Pemerintah Nomor. 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan

Page 33: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

22 | P a g e

Undang-Undang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam dan peraturan

perundang-undangan terkait lainnya.44

Selain itu, penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan

manfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yaitu untuk

perbaikan undang-undang dan memperluas pengetahuan mengenai

hukum perkawinan. Khususnya mengenai perkawinan sirri beserta akibat

hukumnya. Manfaat praktis, yaitu untuk memberikan pengetahuan bagi

pasangan mengenai pentingnya pencatatan perkawinan.

Agar kehidupan rumah tangga tidak menjadi permainan perasaan

dan emosi kelak yang menimbulkan akibat fatal dalam masyarakat pada

umumnya karena rumah tangga merupakan basis bagi kehidupan

bermasyarakat. Diharapkan juga bermanfaat dalam pelaksanaan Undang-

Undang Perkawinan dan dapat membantu tumbuhnya kesadaran

masyarakat dalam upaya pelaksanaan undang-undang perkawinan dan

hasil penulisan ini dapat menambah khazanah perpustakaan hukum.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Kajian penelitian tentang nikah sirri selama ini masih belum

banyak dibahas oleh kalangan akademisi. Pada bagian ini akan

dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang memiliki korelasi dengan

penelitian. Karena untuk mengetahui persamaan serta perbedaannya

dengan penelitian terdahulu, di antaranya adalah: Hafizh, Pernikahan di

Bawah Tangan dan Pengaruh Terhadap Sengketa Pengadilan Agama

Jakarta Barat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2005. Penelitian

ini menjelaskan bahwa perkawinan di bawah tangan berdampak pada

sengketa di Pengadilan Agama. Diantaranya menuntut hak-hak isteri dan

anak ketika perceraian terjadi. Perkawinan di bawah tangan dapat

menimbulkan persengketaan dikarenakan tidak adanya bukti-bukti akta

surat pernikahan yang menguatkan dalam menuntut hak di Pengadilan

Agama.

Kemudian adalah penelitian A. Syaadzali dengan judul

Mahalnya Biaya Pernikahan Sebagai Faktor Pemicu Nikah Di Bawah

Tangan (Studi Kasus di KUA Kecamatan Benda Tangerang) UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2006. Syaadzali menjelaskan dengan mahalnya biaya

pernikahan sebagai faktor mendorong seseorang melakukan nikah di

bawah tangan. Penelitian ini hanya membahas dengan mahalnya biaya

44

Himpunan Peraturan Perundang-undangan dalam Lingkungan Peradilan Agama (Jakarta: Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

Depag RI, 1921), 131.

Page 34: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

23 | P a g e

sebagai pemicu seseorang melakukan nikah di bawah tangan, tidak ada

perbandingan hukumnya.

Siti Jubaedah dengan judul Praktek Nikah Sirri Ditinjau dari

Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 (Studi Kasus

Desa Lengkong) UIN Syarif Hidayatullah tahun 2006. Penelitian ini

berisikan bahwasanya nikah sirri tidak mempunyai kekuatan hukum bila

ditinjau dari Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974 tetapi mempunyai

keabsahan menurut hukum Islam. Penelitian mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah, Hukum Pengulangan Nikah Sirri, Perspektif Hukum Islam

Dan Hukum Positif (Studi Kasus Masyarakat Kedoya Kebon Jeruk),

UIN Syarif Hidayatullah 2006. Penelitian ini menjelaskan mengenai

pengulangan nikah sirri yang dilakukan oleh masyarakat Kedoya

menurut hukum Islam dan hukum positif. Hukum pengulangan akad

yang disebabkan oleh nikah sirri menurut hukum Islam dan hukum

positif.

Selanjutnya adalah penelitian Ahmad Zulfahmi dengan judul

Realitas Nikah Sirri (Studi Empiris Masyarakat di Wilayah Kelurahan

Kebon Jeruk Jakart Barat) UIN Syarif Hidayatullah tahun 2010.

Penelitian ini menjelaskan mengenai pandangan masyarakat di wilayah

kelurahan Kebon Jeruk Jakarta Barat terkait praktek nikah sirri saling

berbeda pandangan. Ada yang memandang pernikahan sirri itu sah dan

diperbolehkan asalkan sesuai syariat Islam. Namun ada pula sebagian

masyarakat yang menganggap hal itu tidak diperbolehkan sekalipun

dalam proses pelaksanaannya sesuai dengan syariat Islam. Karena

pernikahan tersebut telah melanggar ketentuan hukum perkawinan.

Bahkan dalam pandangan KUA terhadap pernikahan sirri adalah tidak

membolehkan serta merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang

Perkawinan dan dapat dikenakan sanksi pidana.

Beberapa hasil kajian terdahulu di atas yang berhasil penulis

identifikasi secara garis besar menunjukkan pola pandang yang sektoral

pada masalah perkawinan sirri sebagian memfokuskan pada aspek

hukum semata. Namun penelitian yang secara khusus menggali masalah

perkawinan sirri dari tinjauan sosiologis, yuridis dan filosofit serta

akibat hukumnya sejauh ini belum penulis temukan. Oleh karena itu,

diketahui bahwa fokus kajian tesis ini memiliki perbedaan dengan kajian

terdahulu dalam beberapa aspek yaitu:

Page 35: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

24 | P a g e

a) Penelitian ini secara eksplisit akan menjawab masalah

perkawinan sirri menurut perspektif perundang-undangan dan

hukum Islam, yang pada umumnya bersifat argumentatif.

b) Penelitian ini memunculkan aspek kesadaran hukum dan

ketaatan hukum sebagai sebuah faktor yang menyebabkan suatu

kodifikasi dan unifikasi hukum dapat dilaksanakan oleh seluruh

publik secara sadar dan sukarela, kesadaran dan kepatuhan

hukum masyarakat. Dalam konteks ini memiliki keterkaitan

yang cukup erat dengan materi dan substansi hukum dan

perundang-undangan tersebut.

c) Pembahasan permasalahan dalam penulisan karya ilmiyah ini

menggunakan paradigma fakta sosial. Karena permasalahan

yang dibahas menyangkut struktur sosial (social structure).

Teori hukum yang digunakan sebagai acuan adalah teori social

engginering, karena pembahasan ini menyangkut tentang pola

pikir dan gaya hidup masyarakat dalam menyikapi perkawinan

dan perceraian di bawah tangan dalam hubungan dengan fakta

sosial.

F. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris (yuridis empiris). Karena penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, maka

data yang digunakan penulis akan diperoleh langsung melalui wawancara

dengan anggota masyarakat yang melakukan pernikahan sirri di desa

Tajur dan pihak-pihak terkait. Tujuannya adalah untuk mengetahui

sampai sejauhmana implementasi dari Undang-Undang Perkawinan

khususnya mengenai pencatatan perkawinan.

1. Jenis Penelitian

Pada dasarnya tipe penelitian yang digunakan dalam tesis ini

merupakan perpaduan antara penelitian yang bersifat eksplanatoris dan

penelitian yang berbentuk preskriptif.45

Penelitian yang bersifat

eksplanatoris adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

atau menjelaskan lebih dalam tentang suatu gejala hukum yang terjadi di

masyarakat. Penelitian preskriptif memiliki tujuan untuk memberikan

jalan keluar atau solusi atau saran untuk mengatasi permasalahan yang

45

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press,

1986), 52.

Page 36: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

25 | P a g e

ada di masyarakat sebagai dampak perkembangan hukum sebagaimana

dijelaskan di dalam penelitian eksplanatoris.46

2. Sumber Data

Pada penelitian hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya

adalah data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian

terhadap data primer. Data primer adalah data yang diambil secara

langsung dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan data penelitian yang

sedang dilakukan.

Selain itu, penelitian ini menggunakan jenis data sekunder, yaitu

data yang diperoleh melalui penelusuran kepustakaan dan dokumen yang

terdiri dari:

a) Bahan hukum primer yang meliputi norma dasar, peraturan

perundang-undangan, Peraturan Pemerintah, Instruksi Presiden,

yang merupakan bahan utama sebagai dasar landasan hukum

yang berkaitan dengan masalah pernikahan sirri, yaitu Peraturan

Perundang-undangan yang terdiri dari Undang-Undang Nomor

1/1974 tentang Perkawinan, Undang-Undang Nomor 22/1946

tentang Pencatatan Nikah, Talak Dan Rujuk, Undang-Undang

Nomor 32/1954 tentang perluasan berlakunya Undang-Undang

Nomor 22/1946 untuk seluruh wilayah Indonesia, Peraturan

Pemerintah Nomor 9/1975 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1/1974 tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam, serta peraturan perundang-undangan

lainnya yang terkait dengan masalah tersebut.

b) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang dapat dijadikan

landasan teori untuk menjelaskan bahan primer,47

bahan-bahan

yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan

isi bahan primer beserta implementasinya, bahan-bahan sekunder

yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari buku-buku

hukum serta buku-buku umum menyangkut masalah yang

sedang diteliti, artikel-artikel, laporan penelitian, makalah, tesis,

disertasi, jurnal ilmiah, tulisan para ahli hukum, hasil seminar,

dokumen yang berasal dari internet dan bahan hukum lainnya

yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.

c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk

serta kejelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan

46

Sri Mamudji et al, Metode Penelitian dan Penelusuran Hukum

(Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), 4. 47

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2013), 13.

Page 37: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

26 | P a g e

sekunder, berupa kamus Bahasa Indonesia dan ensiklopedi untuk

memperoleh definisi-definisi, istilah yang berkaitan dengan

penulisan ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pemilihan wilayah di desa Tajur adalah karena desa tersebut

merupakan tempat kelahiran dan tempat penulis mengenyam pendidikan

di tingakat Sekolah Dasar. Selain itu keluarga masih banyak yang

tinggal di Bogor. Sehingga mereka dapat membantu kelancaran penulis

dalam melakukan penelitian. Di samping itu informasi dari beberapa

pihak masih ada orang yang melakukan kawin cerai berkali-kali secara

sirri di lingkungan tersebut.

Pemilihan wilayah di desa Tajur adalah karena melihat

masyarakat yang khusus tinggal di desa Tajur jalan Tanuwijaya banyak

yang melakukan kawin cerai berkali-kali secara sirri. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk meneliti apa yang menyebabkan mereka itu sering

melakukan kawin cerai secara sirri tersebut.

a) Studi kepustakaan (analisa normatif). Sumber data utamanya

adalah Undang-Undang Perkawinan, Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, Kompilasi Hukum Islam dan wawancara

dengan pihak terkait. Dalam hal ini adalah para pelaku nikah

sirri dan amil yang ada di desa Tajur untuk mengetahui sampai

sejauh mana masyarakat mengetahui dan memahami mengenai

pentingnya pencatatn perkawinan. Selain itu.

b) Data diperoleh juga dari Kantor Kelurahan Tajur, Kecamatan

Bogor Timur Kabupaten Bogor. Khususnya mengenai Topografi

dan kondisi objektif masyarakatnya. Adapun sumber data untuk

penelitian ini adalah. Pertama, pihak pemerintah setempat,

dalam hal ini perangkat desa yang terkait dengan masalah

kependudukan, pembinaan mental masyarakat, kondisi ekonomi,

kondisi pendidikan dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dan seakurat

mungkin tentang kondisi masyarakat di daerah Tajur Bogor. Kedua, seorang amil yang banyak mengetahui dan menikahkan

sirri warga masyarakat di desa Tajur. Ketiga, anggota

masyarakat yang melakukan perkawinan sirri dan mereka yang

pernah bercerai secara sirri.

c) Analisa data yang merupakan upaya yang dilakukan untuk

mengklasifikasi dan mengelompokkan data.

Setelah bahan-bahan tersebut terkumpul, dilakukan sebuah

analisis data dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hal ini

Page 38: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

27 | P a g e

dilakukan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, mendalam,

kredibel dan bermakna yang menghasilkan data deskriptif analitis.

Sebuah penjelasan yang dinyatakan oleh sasaran penelitian yang

bersangkutan secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata.48

Selain menggunakan tehnik deskriftif analisis, penelitian ini juga

diperkuat dengan menggunakan tehnik analisis interaktif sebagaimana

yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Siklus interaktif adalah

suatu kerja analisis yang saling mempengaruhi satu sama lain atau

pengaruh timbal balik. Proses ini dilakukan selama penelitian ditempuh

melalui serangkaian proses reduksi data, penyajian data, dan verifikasi

data atau penarikan kesimpulan.49

4. Teknik Analisa Data

Wawancara yang dilakukan secara mendalam terhadap

responden direkam dengan tape recorder yang berlangsung sangat

variatif dalam rentang waktu tiga puluh menit sampai dengan satu jam.

Wawancara umumnya dilakukan di tempat kediaman para pelaku nikah

sirri. Untuk penelitian yuridis, data berupa naskah Undang-Undang

Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Kompilasi

Hukum Islam, dan berbagai data dokumenter lainnya akan dianalisis

melalui analisa isi (content analysis).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibuat agar memenuhi syarat karya

ilmiah dalam penyusunan tesis ini. Diperlukan suatu sistimatika agar

pembahasan menjadi terarah. Sehingga apa yang menjadi tujuan

pembahasan ini dapat dijabarkan dengan jelas. Penulis membagi

pembahasan ini kedalam lima bab yang terdiri dari.

Bab Pertama, pendahuluan yang meliputi: latar belakang

masalah, permasalahan (pembatasan masalah, rumusan masalah,

identifikasi masalah). Selanjutnya adalah terdahulu yang relevan, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang meliputi jenis

penelitian, sumber data, sampel dan tehnik pengambilannya serta

pengolahan data. Selanjutnya sub bab yang terakhir adalah dan

sistimatika penulisan.

Bab kedua, pembahasan mengenai tinjauan nikah sirri dalam

perspektif undang-undang. Merupakan bab yang membahas mengenai

pengertian umum tentang perkawinan. Dalam sub bab ini terdiri dari

48

Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penelusuran Hukum, 67. 49

Miles dan Huberman, Quality Data Analysis (California: Sage

Publication, 1994), 32.

Page 39: TENTANG PERKAWINAN Diajukan untuk Memenuhi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41632/1/Yati...Demikianlah surat pernyataan bebas plagiasi ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

28 | P a g e

perkawinan menurut undang-undang, Kompilasi Hukum Islam (KHI) dan

tujuan melakukan perkawinan.

Selanjutnya adalah sub bab mengenai dalil hukum perkawinan

menurut al-Qur’an, hadits dan ijma’ serta perkawinan menurut undang-

undang Perkawinan. Berikutnya adalah syarat sahnya perkawinan

menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), menurut undang-undang

perkawinan dan hukum melakukan perkawinan. Adapun sub bab

berikutnya membahas tentang pencatatan perkawian dan pengertian

nikah sirri. Pembahasan dalam bab ini meliputi latar belakang terjadinya

perkawinan sirri, hukum nikah sirri di Indonesia serta dampak positif dan

negatif dari pernikahan sirri.

Bab ketiga menguraikan gambaran umum tentang kondisi

masyarakat Kelurahan Tajur Kecamatan Bogor Timur. Penjelasan dalam

bab ini menjelaskan tentang deskripsi wilayah Bogor Timur yang

meliputi kondisi geografis, struktur pemerintahan Kelurahan Tajur dan

susunan kepengurusan. Sub bab kedua menjelaskan tentang deskripsi

demografi Kelurahan Tajur yang meliputi penduduk, keagamaan dan

pendidikan. Pembahasan selanjutnya adalah tentang sosial dan ekonomi

masyarakat Tajur.

Bab keempat, membahas mengenai analisis praktek dan akibat

pernikahan sirri yang dibagi dalam beberapa sub bab. Pertama, pernikahan sirri dalam analisis sosiologis. Kedua, perkawinan sirri dalam

analisis yuridis. Ketiga, perkawinan sirri dalam analisis filosofis.

Keempat, kedudukan akta dalam perundang-undangan. Keempat, kedudukan akta nikah dalam perundang-undangan. Kelima, Pendapat

para pelaku nikah sirri. Keenam, akibat hukum yang ditimbulkan dari

perkawinan sirri yang meliputi akibat hukum terhadap suami isteri,

akibat hukum terhadap anak yang lahir dari perkawinan sirri serta akibat

hukum terhadap harta kekayaan.

Bab kelima, penutup yang berisi kesimpulan, sara-saran, indeks,

daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.