Tentang Cinta - Naura Laily

143
TENTANG CINTA karya : Naura Laily

Transcript of Tentang Cinta - Naura Laily

  • TENTANG CINTAkarya : Naura Laily

  • 1.Friday I'm in Trouble

    -Fanny-

    Fanny terkantuk-kantuk mendengar atasannya, Pambudi Suteja, a.k.a Pak Budi, bercuap-cuap tentang rencana kerja sama dgn sjumlah perusahaan seperti PT Indigo Company, PTStarlight Indonesia, dan PT Surya Persada Jakarta. Sbenarnya, masih ada dua perusahaan lgyg akan diajak kerja sama, tp Fanny acuh tak acuh dgn smua pembicaraan dlm rapat. Diabersikap begitu karna bosnya adalah orang yg menyebalkan. Dia tdk menaruh respekkepada pria itu. Jika berbicara kpada Fanny, suaranya sok dibuat lembut dan itumembuatnya risi. Selama sbulan pertama kerja, dia mengamati tingkah bosnya itu, apakahdia berbuat hal yg sama trhadap karyawan yg lain. Dan, stelah satu bulan brlalu, jawaban ygdidpt adalah tidak. Itu berarti bosnya memperlakukan Fanny secara 'spesial'. Kalau saja PakBudi bkn bosnya, dia sudah menjulukinya si Tambun karna tubuhnya bulat dan pendek.

    Fanny malas menyimak jalannya rapat. Kertas catatannya dipenuhi dgn coretan2 tdk berartiyg sengaja dia buat untuk mengusir rasa kantuknya. Sementara matanya sudah demikianberair lantaran berkali2 menguap. Namun berkali2 itu pula, Fanny dgn sekuat tenaga harusmenyembunyikannya. Entah itu dgn tdk membiarkan mulutnya terbuka atau dgn berpura2menduduk.

    'Aduh, ngantuk bnget,' ucapnya dlm hati sambil menambah sejumlah coretan lg disudutbawah kertasnya. Permen. Ya, itulah yg terpikir olehnya untuk membuat dirinya tetapterjaga.Fanny menegakkan tubuhnya, lalu merogoh saku blazernya dgn harapan menemukansbungkus permen yg mungkin saja pernh dia selipkan tanpa sadar sbelumnya. Sayangnya,dia tak menemukan satu pun.

    Fanny kembali disergap rasa kantuk. Perkataan bosnya seperti alunan lagu super slow 'Savethe Best for Last' Vanessa William yg akan membuat kepalanya terkulai lemas diatas meja

  • dan matanya terpejam dgn sangat rapat.Kelopak mata Fanny terasa smakin berat dan itu menyiksa dirinya. Namun ditengah siksaanitu, muncul kenikmatan tersendiri yg melenakannya selama sesaat. Rasa itu begitu kuatsehingga dia tdk sanggup melawannya. Tiba2, ada sbuah lengan besar yg menyodok sikunya.Sodokan itu ternyata mampu membuat keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat.Kelopak matanya mendadak terasa ringan.Refleks Fanny menoleh ke kanan, kearah Bayu-salah seorang rekan kerjanya- yg telahberhasil membawanya kembali kealam nyata. Pria itu mengucapkan sbuah kata hanyamelalui gerak bibir. Lesung pipit dipipi pria itu skilas muncul seiring dgn ucapan-tanpa-suaranya. Fanny yg blm sadar spenuhnya tdk mengerti gerakan komat-kamit mulut Bayu.Akhirnya dia hanya bisa menanggapi dgn mengejap-ngejap bingung.

    " Saya optimis kerja sama kita kali ini akan membuahkan hasil yg lebih besar dgn periode yglalu..." Begitulah sang Manajer Divisi Marketing terus berbicara dan spertinya akn terusmelakukan hal itu sampai stidaknya lima belas menit kedepan.

    " Tapi, maaf pak, saya potong sbentar." Winda yg setia mengikuti jalannya rapat angkatbicara." Ya, silakan, Winda."" Bgaimana kalau perusahaan2 yg pernah kita ajak kerja sama sbelumnya seperti PTIndotama atau PT Sukma Buana, kita ajak kerja sama kembali." Winda yg terobsesi untukmenjadi karyawan teladan sudah paham betul kalau salah satu tugas utama marketingcommunication adalah terus menjalin hubungan baik dgn klien.

    Dgn kepala yg ditopang dgn tangan kiri, Fanny menoleh kearah Winda. Dari bibir tipis wanitaitu, trdapat sbuah seringai yg menandakan kebanggaan trhadap diri sendiri karna sudahmelontarkan usulan yg menurutnya hebat." Memang kerja sama pada periode yg lalu itu hasilnya tdk begitu besar," ucap Windamelanjutkan. Sementara Fanny yg berada diseberang Winda tdk peduli sama sekali dankembali menekuri kertas catatannya untuk menorehkan grafiti2 dgn mata sendu karna rasakantuk datang lg dan menggelayuti kelopak matanya. " Tp, menurut saya, itu perludilakukan untuk menjaga hubungan baik yg sudah terjalin sbelumnya."

  • Pak Budi mengangguk-angguk, menelaah perkataan Winda. Kepalanya yg botakmemantul2kan cahaya lampu ruang rapat.

    " Boleh juga," ujar Pak Budi singkat. " Tp saya mau tanya pendapat audience yg lain dulu.Hmmm.., kalau menurut Anda bgaimana, Fanny?" kalimat tanya yg diajukan dilontarkan dgnnada sok manis yg memuakkan.

    Fanny yg mendengar namanya disebut spontan menegakkan kepala. Matanya yg tinggal duawatt kini kemabali berpijar. Kertasnya yg penuh dgn coretan tdk bermakna dia tutupi dgntangannya. " I-iya, pak."

    " Bgaimana,?"'Bgaimana apanya?' Dia menoleh kearah Winda yg kini bibirnya melontarkan senyumanmengejek. Dia lalu menoleh ke Bayu, memohon bantuannya melalui kontak mata. Pria baikhati itu mengerti dan menuliskan dua patah kata diatas kertas: " usulan Winda."

    Winda usul apa? " Uhmm..." Fanny memperhatikan smua peserta rapat dan tampak semuamata tertuju kearahnya. Dia kembali mengandalkan Bayu. Tapi tatapan teman2 yg lainnyamembuatnya gugup. Komunikasinya dgn Bayu melalui kontak mata menjadi kacau-pesannyapun tak tersampaikan. Dia tahu dirinya sudah ditunggu.

    " Mungkin," kata Fanny lambat2. Otaknya bekerja keras mencari kalimat yg harusdiucapkan. " Mungkin kita..," katanya lg dgn maksud mengulur-ulur waktu. 'Aduh mati aku!Aku harus ngomong apa'. Dilihatnya senyum mengejek Winda semakin trkembang. Dia tdkrela dirinya dihina seperti itu. " Mungkin, kita..." ulangnya lg. Fanny menghela napas panjangdan nothing to lose dia akhirnya mengatakan, " Saya tdk tahu pasti." Fanny masih takut2. "Tapi mungkin ada baiknya kita membahas kelebihan dan kekurangannya bersama2." Fannyslesai berkata2 dan dia bingung sendiri knpa kalimat seperti itu bisa meluncur darimulutnya. 'Kekurangan dan kelebihan apa coba?' Dia pun pasrah menerima nasib.

    Ruang rapat hening sejenak, " Ada benarnya perkataan Fanny tadi." Pak Budi berdiri darikursinya menuju papan tulis dan menorehkan sbuah garis mendatar dan sbuah garis

  • menurun yg tepat dibagian tengahnya trdapat titik perpotongan antara dua garis tersebut. "Kita analisis SWOT bersama2."

    Wajah Winda menampilkan ekspresi kecut. Dia jengkel karna si Bos menyetujuiperkataannya. Fanny yg merasa diatas angin membalas ejekan Winda tadi dgn melontarkansenyum penuh kemenangan khas Mr. Bean karna tlah brhasil menebarkan kedukaan kpadaorang2 disekitarnya.

    ***

    Rapat berakhir ketika jam menunjukan pukul 16.05. Fanny membereskan perlengkapantulisnya, lalu bergegas berdiri dan berjalan meninggalkan ruang rapat. Kertas catatannya ygdiletakan diatas buku agendanya terlihat penuh dgn tulisan tangannya yg rapi. Sejak PakBudi memanggil namanya dan meminta pendapatnya, Fanny terus membuka matanya danmencatat stiap hal yg menurutnya penting. Dia tdk mau lg menjadi bahan ejekan Winda.

    " Fan, Fanny!" Pak Budi memanggil.Fanny yg sudah hampir mencapai pintu langsung berhenti dan menoleh. Dilihatnya Pak Budimemberikan isyarat untuk mendekat. Winda yg jg mendengar nama Fanny dipanggil ikutmenoleh. Api kedengkian tersulut. Bibirnya terkatup dan giginya gemertak. Dgn perasaangerah, dia akhirnya meninggalkan ruang rapat.

    " Ada apa, Pak?" tanya Fanny sopan." Saya mau lihat catatan kamu."" Catatan saya?" Untunglah ketika berjalan mendekati Pak Budi tangannya tanpa sengajamelipat kertas catatannya menjadi dua dan coretan isengnya trsembunyi dibgian dlm. " Tapikan udah ada Monique." Monique adalah sekretaris manejer dan slalu bertugas sbgainotulis distiap rapat. Sementara Fanny sama seperti Winda-marketing communication ygmengurusi bgian eksternal. Dia, Winda, dan dua orang lainnya bertanggung jawab dlmmenjaga hubungan baik dgn pihak luar seperti perusahaan partner, media, dan sejumlahkomunitas tertentu yg ada di masyarakat.

  • " Ya. Memang, tp takutnya ada yg kelewat."Fanny menyengir kuda. Tdk mungkin dia menyerahkan kertas coretannya kpada atasannya." Uhm.., catatan saya berantakan," dustanya. " Gmana kalau saya ketik dulu, nanti sayaantar keruangan bpk." Fanny mencoba berkelit." Oh, ya. Boleh." Pak Budi mengiyakan. " Saya tunggu diruangan saya."" Iya, pak. Permisi."" Hmm.., Fanny." Pak Budi mencegah Fanny kembali.Fanny refleks menghentikan langkahnya.

    " Ya. Ada apa lg, Pak?"" Pulang kantor kamu ada acara?"Fanny menggeleng. " Nggak ada, Pak. Tapi...." perasaan Fanny gundah, jangan2 atasannyamenyuruh rapat lg dan mencegah karyawan2 lain untuk pulang. " Rencananya saya maulangsung pulang." 'Arrrggghhh, rapat sampai malm pd hari jum'at!' " Kalau boleh tahu, knpaya, Pak?" tanya Fanny Khawatir sambil berharap dugaannya itu salah." Oh, enggak kok. Nggak papa," jawab Pak Budi sambil mengemasi berkas2nya. " Ya udah,saya tunggu catatan kamu ya."" Iya, Pak. Segera saya antar, permisi."Kali ini Fanny melangkah menuju pintu tanpa dicegah untuk kali ketiganya.

    Fanny bergegas kembali kemeja kerjanya karna dia ingin cepat2 mengetik catatan rapatnya,menyerahkannya kepada Pak Budi, mengemasi barang2nya, dan mengangkat kakinyasesegera mungkin ketika jarum jam sampai pama pukul lima sore. Ada tiga hal yg memenuhipikirannya saat ini: rumah, rumah, dan rumah. Ya... Walaupun ketika baru keluar kantor diasudah dihadang oleh kemacetan yg mengulur dan mengular, stidaknya dia tdk beradaditempat terlarang pada waktu yg salah. Berada ditempat terlarang pada waktu yg salahdisini maksudnya adalah berada dikantor pada hari jum'at sore. Itu merupakan sesuatu dosabesar baginya.

    Awalnya Fanny memang ingin segera duduk didpn komputer. Tp, tiba2 sinyal otaknyamenyuruh kedua kakinya untuk berbelok menuju toilet. Ketika sampai dilorong sempit ygmerupajan akses untuk menuju toilet, dia berpapasan dgn Bayu.

  • " Jawaban yg bagus." Suara Bayu yg berat memenuhi lorong sempit yg sepi itu.Fanny menyeringai, memamerkan deretan giginya yg rapi dan putih. " Improvisasi."

    Fanny segera masuk kedlm toilet dan keluar beberapa menit kemudian. Stelah selesai, diamencuci tangannya di wastafel. Melalui cermin lebar yg ada dihadapannya, dia melihatbayangan dirinya, pada bayangan itu terlihat sepasang mata cokelat yg sdang memandangbalik dirinya. Indra penglihatan itu dilengkapi dgn bulu mata lentik.Kemudian Fanny memperhatikan kulit wajahnya. Ketika sampai didagunya yg lancip, diamemekik karna ada jerawat yg tdk jauh dari bibir bawahnya. Fanny benci jerawat. Diapunmenelaah apakahdia pernah lupa membersihkan muka atau memakan sesuatu yg tdk sehat.Tiba2, dia teringat karna jerawat ini adalah jerawat rutin yg biasa mampir stiap bulan.Fanny merapihkan rambutnya yg tergerai panjang sampai punggung dgn jemarinya.Stelah dirasa cukup memandangi bayangan dirinya dicermin, Fanny keluar toilet danbergegas menuju ruang kerjanya.

    **

    " Eeehh..., kirain Pak Budi!" cetus Violet sebal yg sudah siap kembali ke mejanya ketikaFanny muncul dari mulut lorong.

    Ruangan kerja yg senyap sejenak sontak gaduh kembali. Diruangan ini, terdapat sembilanorang. Lima perempuan-termasuk Fanny dan empat pria. Mereka semua bersuara. Ada ygbicara, ada yg tertawa. Tdk jelas apa yg mereka bicarakan karna suara mereka salingtumpang tindih layaknya suara kawanan lebah yg berdengung2 memenuhi seisi sarang.Namun ketika Fanny simak sbentar, akhirnya dia mengetahui apa yg menjadi topikpembicaraan mereka. Winda, Monique, dan Violet yg brkumpul dimeja Tasya sdangmembicarakan rencana mereka untuk hang out sepulang kantor nanti.

    " Pokoknya, kita nanti Tenggo! Pukul lima teng. Go!" ujar Winda." Tapi pasti kamu yg paling belakangan, paling repot, paling heboh." Violet menghitungikelemahan Winda. " Kayak yg terakhir kita jalan. Kita smua sudah siap, eh kamu yg bolak-

  • balik ketoilet. Ya blm dandanlah, blm pake parfumlah!" cecer Violet.Tasya yg sdang membuka2 web menimpali, " Mobilku nggak bisa nunggu lama2."" Udah, Sha, tinggal aja kalau kelamaan." Monique menimpali tampak tdk tahan untuksekedar menjadi pendengar.

    Violet, Moniqu, dan Winda rupanya sudah sepakat tdk membawa mobil hari ini karnamereka akan naik mobil Tasha untuk meluncur bersama2 menuju FX dibilangan Sudirman.Hal itu mereka lakukan atas nama efisiensi dan yg terpenting mereka dpt bergosip sesukahati disepanjang jalan.

    Fanny yg sdang mengetik catatan rapatnya, diam2 memasang telinganya untuk menyimakobrolan mereka. Namun pada saat yg sama, tiba2 saja terbesit perasaan kecil hati karnakeberadaannya tdk dianggap sama sekali. Namun baru berselang satu detik, perasaan itusegera ditampiknya jauh2.'Terseralah mereka mau ngapain, aku nggak peduli dan nggak mau ambil pusing'

    Sementara diujung sana, Bayu, Angga, Galang, dan Romy asyik memperbincangkan seorangpemain bola Brazil dgn segudang prestasi yg berencana hengkang dar4 AC Milan- RicardoIzecson Santos Leite atau yg lebih dikenal dgn nama Kaka.

    Saat mereka sdang sibuk dgn obrolan bola itu, Pak Budi datang dgn deheman yg menggema.Seketik, para pria itu kembali kemeja masing2.

    " Udah selesai?" tanya Pak Budi dgn ekspresi wajah melembut ketika tepat berada didpnmeja Fanny." Tinggal di print, Pak," jawab Fanny yg sdang menggerkan mouse kemudian mengeklikkotak bertuliskan 'OK'.

    Winda yg berada persis disamping kiri Fanny hanya memperhatikan dgn pandangan penuhselidik. Dan, ketika Fanny hampir mencapai pintu kayu berkaca untuk membukanya danmenyerahkan kertas yg baru saja dicetak itu-Winda melakukan kontak mata dgn Monique,Violet, dan Tasya. Monique menggelenkan kepalanya, Violet mengangkat bahunya, dan

  • Tasha membiarkan matanya mengantarkan Fanny hingga kedlm ruangan Pak Budi.

    " Permisi, Pak," cetus Fanny sambil menundukan kepalanya." Ya. Masuk," sambut Pak Budi dgn mengumbar senyuman lebarnya." Ini, pak, udah selesai." Fanny menyodorkan kertas itu. " Tapi, pas awal2 rapat, bnyak ygnggak saya catat," imbuhnya yg mengakui kekurangannya.

    Pak Budi yg membaca sekilas catatan Fanny mengangguk-angguk. " Ini sudah cukup."sanggah atasannya yg menempatkan kertas itu diatas berkas2 miliknya. " Tadi, kamu bilangkamu nggak ada acara abis jam kantor, kan?"" I-iya, Pak," sahut Fanny agak tergagap." Bgaimana kalau kita makan malam?" Pak Budi akhirnya dpt mengutarakan keinginannya ygsudah cukup lama terpendam.

    " Makan malam?" Fanny balik bertanya. " Wah, dlm rangka apa, pak? Ulang tahunpernikahan ya, pak? Yg keberapa? Yg kedua puluh lima? Ulang tahun perak dong, Pak!Boleh,., boleh, kita makan dimana? Ibu datang kesini dulu atau langsung ketemudirestoran?" cerocos Fanny." Kamu ngira hari ini ulang tahun pernikahan saya?"" Hmm, dlm rangka yg lain? Atau... Bpak mungkin dipromosikan?"

    Pak Budi membenamkan wajahnya dgn kedua telapak tangannya. Fanny telah salahmenangkap maksud ajakannya.

    " Bukan karna hal itu, Fan." ucap Pak Budi dgn hati2." Bukan?" tanya Fanny bingung-lebih tepatnya pura2 bingung. " Lalu, Karna apa, Pak?"" Saya nggak ajak istri saya atau karyawan yg lain." Pak Budi tdk menjawab pertanyaanFanny. " Jadi,cuma kita berdua. Saya dan karyawati saya yg paling oke."Fanny tiba2 merasa dikirim ke Antartika. Tubuhnya kaku membeku dan dia sudah menjadipatung es- patung es dgn mulut melongo tentunya." Soal restoran kamu aja yg pilih. Pokoknya terserah kamu." Pak Budi kelihatannya tdk dapatmenerjemahkan ekspresi wajah Fanny. " Gmana?" tanyanya lg.

  • Lapisan es yg menyelubungi tubuh Fanny serta-merta retak dimulai dari ujung kepala ygterus menjalar hingga ujung kaki. Stelah retakan sudah mencapai titik jenuh, lapisan es itumeledak dan serpihan2 kecil yg beku sekaligus keras berhamburan keseluruh penjuru arah.Fanny memaksakan dirinya tersenyum walaupun bibirnya serasa digantungi beban sberatsepuluh kilogram. " Saya?"Pak Budi menanti dgn waswas. Diluauk hatinya yg terdalam, dia mengharapkan jawaban iyadari bibir Fanny.

    " Oh, ya ampun!" Fanny menempelkan telapak tangannya diatas kening.Pak Budi terpaksa harus menumda kegembiraannya. " Kenapa? Ada yg kelupaan?"

    Akting Fanny pun dimulai. " Iya, pak, saat meetimg td ada pesan yg masuk." Fanny sengajaberhenti sejenak, dia ingin melihat perubahan muka Pak Budi. " Tunangan saya ngundangmakan bareng orangtuanya-hmm, calon mertua saya pak." Fanny mendapatkan apa ygdiinginkanya. Wajah Pak Budi yg awalnya cerah berseri2 sontak berubah seratus delapanpuluh derajat menjadi gelap karna dianungi awan kekecewaan. " kalau saya makan malamsama Bpk, trus batalin makan malam sama tunangan saya, hmmm...., gmana ya, pak?"Fanny tampak serius. " Masalahnya, ini menyangkut masa depan saya. Jadi..." kepala PakBudi tertunduk lesu. " Maaf ya, Pak. Saya nggak bisa makan malam sama Bpk."

    Pak Budi berusaha menegakkan kepalanya. " Kalau kamu enggak bisa, nggak papa," katanyasambil pura2 bijaksana.Fanny merasa lega.

    " Kalau hari ini nggak bisa,mungkin dilain kesempatan kita lebih beruntung."Tawa kemenangan Fanny langsung berubah menjadi tangis kekalahan. 'Lain kesempatan?'ulangnya dlm hati. Dirinya seperti berada diarea pemakaman dgn warna hitam dan kelabuyg menyelimuti. 'Beruntung? Ada2 saja. Malapetaka, mungkin'.

    Mata Pak Budi lekat menatap Fanny seakan memintanya untuk menyetujui pernyataan ygbaru saja dilontarkan. Namun, Fanny tdk ingin bilang iya. Dia bingung bgaimana seharusnya

  • dia bereaksi, sementara kedua kakinya sudah tdk sabar ingin segera mengambil langkahseribu.

  • 2.Sunyi, Sepi, Sendiri

    -Fanny-

    'Tapi, sbentar kemudian, mereka berhenti membicarakan dia, dan berganti dgnpembicaraan tentang siapa yg akn memenangkan Piala Nasional. Karena, seperti telahdikatakan Tuan Fergusson ketika dia di Luxor, bkn masa lalu yg penting, tetapi masa depan'.

    Fanny menutup novel karya Agatha Christie itu dan meletakannya diatas meja. Tampak padasampul depan novel itu terdapat tulisan Death on the Nile-yg diterjemahkan dgnPembunahan di Sungai Nil, lengkap dgn gambar sepucuk pistol dan tentu saja patungsphinx-yg menjadi landmark negeri para Firaun. Novel stebal 347 halaman itu akhirnyatamat hari ini.

    " One hundred point two JCfm-Jakarta City FM, this is your radio. You're still her with me-with Eva of course, and we still have two hours until six o'clock." Eva si Penyiar Radio JCfmkembali mengudara setelah jeda iklan dan lagu. " That was Beyonce with irreplacable ygdiminta sama Kayla di Kelapa Gading." sementara dibelakang suara Eva salah satu personelDestiny's Child itu masih terus menyanyikan bait terakhir reff nya yg sudah hampir tibadipenghujung. " Jujur, aku suka banget sama lagu ini. JClover lainnya pasti jg suka ya samalagu ini." Eva berhenti sesaat karna ingin memberikan kesempatan bagi Beyonce untukmenyelesaikan lagunya. " You're irreplaceable," ujar Beyonce menutup salah satu lagu ygada dialbum B'Day itu.

    Sorean ini, Fanny menjadikan JCfm menjadi sbgai penyemarak harinya selama dia membacaDeath on the Nile. Eva si Penyiar terus berceloteh dan Fanny mendengarkannya hanyasambil lalu. Fanny beranjak dari meja menuju lemari buku untuk menyimpan kembalinovelnya. Lemari buku itu berkaca sehingga dia bisa melihat koleksi bukunya dari luar tanpatakut ancaman debu. Fanny menahan sbuah barisan buku yg agak longgar dgn tangankirinya dan menempatkan novel yg bersampul hitam itu diantara Cards on the Table dan

  • They Came to Baghdad-dua karya Agatha Christie lainnya.

    " kesempatan untuk request masih terbuka. Silakan JClover kirim SMS ke nomer08118111xxx. Atau, mungkin mau kasih tahu info traffic terkini, jg silakan kirim ke nomer ygsama," ucap Eva mengumumkan. " Ada SMS dari Andre. Katanya, 'Mau malam mingguandidaerah Semanggi, tp kejebak macet di Jalan Raya Pasar Minggu yg menuju Pancoran.' Diaminta lagu The Cranbarries, 'Just My Imagination' untuk nemenin selama diperjalanan." Evaberhenti sejenak, menghirup napas baru. " Thank you, Andre atas infonya, sabar aja ya." Evaberhenti lagi. " Buat JClover lainnya yg mungkin mau bersenang2, well-having fun aja.Kayaknya abis siaran ini aku jg mau jalan sama teman2ku," gumam Eva sambil tergelak. "Hahaha.... Aku nggak mau kalah gitu ya. Pokoknya I Love Saturday, you love saturday, andabsolutely we all love saturday. Wow!" jeda lg sesaat. " sbelum lagu untuk Andre, aku maubacain request dari Adelia di Bintaro yg katanya dirumah lg ujan. Dia minta 'Be My Lady'.Emang enak bnget lg ujan2 dengerin lagu slow, skarang aku puterin lagunya, lalu lanjut dgnThe Cranberries. So, JClover, check it out!"

    'Be my lady, come to me and take my hand and be my lady'

    Fanny yg sdang mengikir kuku tangannya tiba2 berhenti. Matanya menerawang sepertisdang memutar kembali rekaman memorinya. Dan benar saja, lagu Martin Nievera yg sdangmengudara diradio membuatnya kembali kedua tahun yg lalu. Tepatnya, ketika rajutancintanya dgn Theo mulai terjalin.

    ***

    Saat itu, Jum'at, 21 juli. Tanggal bersejarah buat Fanny karna skripsinya akan diuji. Didlm,Jorgi sdang berusaha memperjuangkan nasibnya, beradu argumen dgn para dosen yg siapmembabat habis karya tulis monumentalnya selama dibangku kuliah.

    Skarang pukul 14.15, yg artinya Jorgi sudah berduel dgn para penguji selama empat puluhlima menit, sekaligus itu jg berarti lima belas menit lg Fanny akan masuk keruang eksekusi.Dlm diam, Fanny terduduk lemas diatas kursi. Perasaannya tdk keruan. Ini adalah kegiatan

  • menunggu yg paling merana dan paling menyengsarakan dlm hdupnya. Takut bercampurgugup, khawatir bercampur deg-degan. Rasanya kalau boleh memilih, tentu saja dia sudahlari meninggalkan gedung fakultas, menuju rumahnya, dan bersembunyi dibawah selimut.Tp, Fanny tdk bisa melakukannya. Tdk ada jalan kembali, dan tdk ada pilihan selainmengahadapi takdirnya.

    Fanny menarik nafas dalam2 dan menghembuskannya secara perlahan2 melalui mulut.Bukankah semuanya sudah dipersiapkan? Skripsi yg penyusunannya sudah dilakukanberbulan-bulan yg lalu, buku2 teori ilmu komunikasi yg telah ditelaah satu per satu, matepipresentasi yg sudah dibuat secara sistematis, bahkan tampilan fisiknya dari ujung kepalasampai ujung kaki tampak nyaris tanpa cela.

    " Aku yakin kamu bisa," hibur Rika-salah satu sahabeat Fanny-yg sudah sidang kemarin.Wajah bulatnya dihiasi dgn seulas senyum yg bersahab. Pipinya hari ini bersemu merahalami, sbgai tanda bahwa strees karna sidang skripsi sudah dapat dienyahkan dlm hdupnya.Fanny balik tersenyum. 'Fiuh! Rasanya pasti bahagia bnget kalau hari ini jadi Rika', pikirnyaberandai2. Dia sangat ingin merasakan kelegaan karna sudah melewati masa kritis.

    Alin-sahabat Fanny yg satu lagi-jg tersenyum, meskipun wajahnya terlihat pucat dan matarampingnya yg berkacamata menunjukan keletihan karna begadang semalaman.Metabolisme tubuhnya pun jd berantakan. Akibatnya, jerawat bermunculan di wajahnya ygsbelumnya mulus sempurna. Dia pun meyakinkan kalau Fanny akan keluar dari pintu kayuitu pada pukul 15.30 dgn selamat tanpa kurang satu apapun.Sementara Theo-yg menjadi dekat dgn Fanny dlm enam bulan terakhir karna tema skripsi ygdiambilnya sama- berjalan bolak balik, lalu akhirnya mengenyakkan tubuhnya yg sepertigalah dikursi yg sama dgn Fanny. Masih segar diingatannya ketika kuliag periklanan-salahsatu mata kuliah jurusan ilmu komunikasi-Theo sering diledek bahwa dia cocok sbgai model'before' pada iklan susu-penambah-berat-badan khusus untuk pria.

    " Lin, selasa dpn giliran kita nih," ujar Theo kpada Alin. Dia dan Alin akan disidang pada 25juli nanti." Iya. Siap nggak siap, harus siap!" sahut Alin sambil menguatkan dirinya.

  • " Fan, anggap aja lg ikut audish American idol." Theo yg selama satu semester ini seringmenghabiskan waktu bersama Fanny seperti pergi ke perpustakaan bareng, saling berbagirefensi, dan jg berdiskusi, mencoba membuatnya merasa nyaman. " Pak Rendra mirip SimonCowell. Ketus. Tp, aku yakin Bu Judith bakalan belain kamu. Beliau kan pembimbing kamudan kamu punya hubungan baik sama beliau. Beliau jd Paula Abdul-nya." sontak saraf2tegang dikepala Fanny mengendur dan beban berat yg membungkukkan pundaknya tiba2lenyap.

    " Mau nyanyi lagu apa didlm?" tanya Theo yg masih menganalogikan sidang skripsi dgn udisipencarian bakat." Nggak tahu," jawab Fanny singkat yg masih merasa geli dgn analogi konyol itu. Meskipunbgitu, harus diakui ampuh untuk membuatnya jd lebih relaks. " kamu ada ide?"" Hmmm..., nyanyi lagunya Alicia Keys, bagus."Fanny terkesan. Theo menyebut salah satu penyanyi favoritnya, entah karna memang tahuatau tanpa sengaja semata, " Yang mana?"" Superwoman."

    Pintu ruang sidang terbuka. Muncul Jorgi dari dlm dgn ekspresi wajah yg sulit ditebak. Lega,tp sekaligus tertekan. Fanny pun berdiri, merapikan kemeja lengan panjangnya ygdimasukan ke dlm rok abu2ny. Sambil membawa berkas2 pentingnya, dan menyampirkantas laptop dibahunya, Fanny berkata lirih kepad Theo, " Ya, aku akan nyanyiin'Superwoman'. Dia pun menyenandungkan lagu itu dlm hati, 'Cause I am superwoman. Yes Iam, yes she is', dan dlm waktu sekejap, kepercayaan dirinya timbul.

    Fanny sangat berterima kasih karna Theo sudah punya andil atas nilai A minus-nya.Walaupun bkn nilai sempurna, dia sudah sangat senang dgn pencapaiannya. Sejak saat itu,hubungan mereka semakin dekat. Mereka saling mengunjungi satu sama lain. KeluargaFanny mengenal Theo, dan sebaliknya. Mereka jg sering hang out, menghabiskan waktubersama dari satu mal ke mal lain. Dan pada suatu hari-tepatnya pd hari minggu pagimenjelang siang, Then menelpon,

    " Fan, kamu lg ngapain?" tanya Theo dgn nada agak gugup.

  • Fanny yg sdang sibuk sendiri tdk menyadari kegugupan Theo. " Aku lg siap2 mau pergi."jawab Fanny yg menjepit ponselnya dgn bahu karna dia sdang memasang jam tangan." Oh, mau pergi, ya?" ucap Theo kecewa." Iya, emang kenapa? Kamu mau mampir kerumahku? Atau mau ajak aku jalan?" tanyaFanny sambil memandang kecermin memeriksa make up nya.

    " Eeehhmmm....." Theo terdengar sdang berpikir mencari kata2 yg tepat. " Nggak sih,skarang kamu lg dengerin radio" dia tiba2 membelokkan arah pembicaraan.Fanny bingung, tp dia hanya menjawab, " Ya."" JCfm?"" Pastinya."Sbgai backsound, terdengar iklan salah satu operator telpone seluler. Sejak dekat dgnFanny, Theo pun jg ikut menyukai stasiun radio yg sama.

    " Aku request lagu buat kamu."" Ooh, ya ampun. Aku kira apa," sahut Fanny sambil berjalan kesudut kamar untukmengambil sandal yg diua diatas rak." Emang request apa?"" Ada deh, kamu tungguin aja ya."" Hmmm..., nggak janji jg ya. Sbentar lg mau jalan nih," kata Fanny yg kini sudahmenggantungkan tas dipundaknya." Tapi dimobil, aku bakal nyetel JC kok," tambahnya cepat2 agar Theo tdk kecewa." Oh, ya udah." Suara Theo terdengar melemah." Besok gantian aku kirimin kamu lagu, ya?"" Oke. Ya udah, aku cuma mau ngomong itu aja sih. Yuk, bye."" Bye."'Emang dia mau request lagu apa sih, pake rahasia sgala?" Fanny duduk diatas bangkuriasnya karna ingin memasukan ponselnya ke tas.

    " Dibelakang Rizal, ada Theo dikemang yg request-nya spesial untuk Fanny." sang penyiar ygkini laki2, membacakan SMS request satu persatu.Fanny menegakan kepalanya tinggi2. 'Oh, itu request yg dikirim Theo'.

  • " Yg katanya, 'Fanny, I love you, so. Would you be my lady?'."Fanny benar2 terperanjat. Dia hampir tdk mempercayai pendengarannya." Oh, that was so sweet," goda sang penyiar.Tidak lama kemudian, terputarlah 'everlasting love song' milik Martin Nievera. Fannymenunda keberangkatannya. Dia duduk diam terpaku menekuri kejadian yg baru sajadialaminya.

    ***

    Fanny terbangun dari lamunannya. Getaran ponselnya membuat dia kembali kedunia nyata.Dia merasa sudah berkelana ketempat yg jaraknya sangat jauh dan menghabiskan waktuberbulan2 lamanya. Namun ketika mendengar my love will last forever yg merupakankalimat terakhir lagu 'Be My Lady', dia sadar kalau lamunannya berdurasi tdk lebih dariempat menit.

    'Theo?'. " Hallo."" Lg ngapain?"" Mikirin kamu... Baru aja td denger lagu 'Be My Lady', trus aku keingetan yg kamu requestbuat aku," tutur Fanny sambil memandangi kuku2 jari tangannya yg baru selesai stengah.

    " Aku jg lagi mikirin kamu, makanya aku telepon. Kangen. Gmana kabar kamu hari ini?"" Hari ini aku nyelesaiin baca novelnya Agatha Christie. Akhirnya stelah skian lama, slesai jg.Kamu gmana di Surabaya?"

    Sudah dua hari ini Theo berada diluar kota. Sbuah perusahaan sampo mengajak EO-nyabekerja sama untuk mempromosikan produk2 terbarunya. Sejumlah road show disejumlahmal dikota2 besar di pulau Jawa, seperti mengundang penyanyi atau band2 terkenal,perawatan rambut gratis, dan pembagian sampel secara cuma2.Fanny sbenarnya sedih jika Theo harus tugas keluar kota, apalagi kalau weekend seperti ini.Mereka yg biasanya bertemu pada sabtu atau minggu, mau tdk mau menundanya hinggapekan mendatang. Sementara Theo, dia sangat mencintai pekerjaan ini. Bertemu dgn

  • orang2 baru atau mendatangi tempat2 asing-seperti yg skarang dia lakukan, membuathdupnya terasa dinamis. Berpergian ke luar kota tdk menyulitkannya karna dia tipe priasimpel antirepot, easy going, dan pecinta travelling.

    " So far so good. Untuk acara hari ini baru aja selesai, nih lg beres2. Ntar malam terbang keYogya," lapor Theo." Wah, sukses ya acaranya. Tp, jangan sampai kecapean. Jangan lupa minum vitamin juga,"pesan Fanny." Siap, Bos!" seru Theo. " Anyway, keadaan kamu gmana?"" Keadaanku?" Fanny tergelak." Lho, kok ketawa sih? Kenapa?"Stelah Fanny menyelesaikan tawanya, diapun menjawab enteng, " Kalau The Cure nyanyiin'Friday I'm in Love', aku nyanyiin 'Friday I'm in Trouble'."

    " Hah! Kamu kenapa?" Theo panik. " Kamu sakit? Atau, kamu nabrak orang terus orang itunggak terima." Theo semain panik. " Jangan2,kamu sbenarnya lg dikantor polisi."Akhirnya, Fanny punya kesempatan untuk bicara. " Enggak kok, nggak separah itumasalahnya." Fanny tersenyum. " Aku cuma sebel sama Bosku."" Pak Budi?" tanya Theo yg suaranya sudah terdengar agak tenang." He-eh."

    Fanny pun mulai menceritakan kejadian kemarin. Lengkap dgn patung es, pahlawanbertopeng, dan suasana kelam dipemakaman.

    " Ih, nggak tahu malu bnget sih. Udah tua juga!" Theo mulai geram. " Besok-besok, kalau akudah balik dari luar kota, stiap hari aku jemput kamu. Biar dia tahu, dia berhadapan samasiapa."" Tenang..., tenang, The." Fanny menyambar cepat2. " Aku bisa atasin sendiri kok."" Orang kayak gitu nggak kapok2. Pasti dia bakalan tetep ngejar2 kamu."" Iya, emang. Tp aku punya trik kalau bosku mulai bertingkah. Aku bakal pura2 bodoh, pura2nggak nyambung, dan jadi oran" kata Fanny sambil memikirkan triknya. " Aku yakin diabakalan ilfil sendiri."

  • "tp aku nggak yakin. Mending kamu cari kerjaan baru."" Kerjaan baru?" tanya Fanny mengulang. " Ehmm.., kayaknya blm perlu deh. Aku masih bisangatasin sendiri," ucapnya lambat2. " Tapi, aku janji kalau ada apa2 aku pasti ceritainkekamu."

    Terdengar suara seseorang memanggik Theo. " Tunggu ya sebentar." sepertinya Theo sdangbrbicara dgn orang yg td memanggilnya." Honey, udahan dulu ya. Tapi, bener ya kalau ada apa2 kamu cerita ke aku."" Pastinya. Oke, see you, jangan lupa minum vitamin."" I love you."" I love you too."Mereka pun mengakhiri telepon.

    ***

    Fanny masih terngiang dgn pernyataan Theo, " Mendingan kamu cari kerjaan baru,". Fiuh...Fanny menghela napas keras2. 'Ah, nggak usah dipikirin sekarang'. Tiba2, sbuah ide hinggapdikepalanya. Cepat2 Fanny meraih ponselnya lg dan menggerakan ibu jarinya untuk mencarinama Rika.

    Sbuah nada sambung terdengar ditelinga kanan fanny. Dia berencana untuk mengajak Rikahang out-meskipun dia sbenernya tdk begitu yakin kalau Rika akn mengiyakan ajakannya.Karna hari ini, hari sabtu dan bisa saja dia sudah punya acara sendiri dgn Eros-pacar Rika.

    " Ya, Hallo," sapa Rika diseberang telepon sana." Ka, malem ini kamu ada acara nggak?"" Yaaahh..., maaf bnget, Fan. Aku ada acara sama Eros."" Ooo, ya udah."" Sori ya, Fan."" Sip, nggak papa."" Eh, Fan," Rika mengambil jeda sesaat, " aku lg bingung nih,"" Bingung kenapa?"

  • " Nggak tahu nih, kok nge-date kali ini aju rasanya gugup banget."" Emang kamu sama Eros mau nonton, makan, atau..."" Dia ngajak makan. Sekalian ngerayain setahun hari jadian. Katanya mau candle-lightdinner."

    " Wow.... Eros romantis banget!" seru Fanny kencang2. Dlm hati, dia sangat mengharapkanTheo mengajaknya makan malam dgn diterangai temaram cahaya lilin. Selama dua tahunmenjalin hubungan, blm pernah ada acara spesial sekelas candle light dinner untukmerayakan anniversary jadian mereka.

    " Aku bingung nih pake baju apa? Udah kayak bongkar lemari." ucap Rika lemas.Fanny membayangkan keadaan kamar Rika yg berantakan. Membongkar isi lemari memangmudah, tp mengembalikannya ketempat semula butuh waktu yg lebih lama.

    " kamu ada masukan nggak, bagusnya aku pake baju apa?"" Hmm.... Gmana kalau kamu pake el-be-di, little black dress?" Fanny teringat sbuah tipseputar fashion." Little black dress?" tanya Rika mengulangi sambil menimbang2. " Tunggu,.., tunggu dah,kamu nggak keberatan kan kalat telponnya nggak ditutup dulu."" Oke."

    Fanny sudah bisa membayangkan Rika menghampiri gundukan bajunya lg dan cepat2mencari baju yg disarankan olehnya. Akhairnya, sahabatnya itu menemukan sbuah gaun ygpas untuk acara malam ini. Gaun simpel tanpa lengan, selutut, dgn potongan leher kotakdgn aksen renda disekelilingnya.

    " Ya udah, kamu dandan yg cantik. Sukses ya CLD (si-el-di) nya?"" Apa?" tanya Rika spontan dgn kedua alis yg saling terpaut." CLD-candle light dinner," sahut Fanny enteng." Oh...."Fanny tergelak mereka menyudahi percakapan.

  • Fanny terdiam menatap ponselnya yg sudah tdk terhubung lg dgn Rika dan berpikir sejenakkira2 hal apa yg akan dilakukannya untuk mengisi hari sabtunya.

    'In places no one would findall your feelings so deep inside ( deep inside)'

    Fanny tersadar kalau lagu 'Cry' yg dibawakan oleh Mandy Moore tengah memenuhi ruangdengarnya. Dia pun ikut menyanyikan baris selanjutnya.

    'It was then that I realizedthat forever was in your eyesthe moment I saw you cry'

    'Kayaknya nonton DVD aja deh', pikir Fanny.Fanny beranjak menuju rak penyimpanan kepingan cakramnya,bersiap hanyut dlm film.

  • 3.Tak Sabar

    -Rika-

    Gaun mini hitam rekomendasi Fanny membuat kepercayaan diri Rika mencapai batasmaksimal. Kombinasi gaun beserta untaian kalung mutiara berhasil menonjolkan kelebihanleher jenjangnya. Rika jg melakukan trik shading pada hidungnya-trik itu wajib untuk orangyg terlahir dgn hidung mungil seperti dirinya.

    Rika menghela nafasnya. Sudah lima menit dia duduk diruang tamu dan seakan sudahmenjadi seekor jerapah. Setiap menit dia menjulurkan kepalanya dan meregangkan ruas2lehernya melewati pintu rumahnya yg terbuka lebar untuk memastikan apakah Eros sudahdatang menjemput atau blm. Berkali2, Rika bangkit dari duduknya yg tdk tenang, lalu cepat2mencapai teras ketika ada suara deru mobil yg melintas didpn rumahnya. Namun, berkali2itu pula harapannya tdk sesuai dgn kenyataan.

    Kali ini, dia benar2 tdk sabar, mungkin disebabkan rasa gugup yg sudah dia rasakan sejak tdsore. Tp sbenarnya, Rika adalah orang yg sabar-sabar dlm hal apapun, seperti sabar dlmmenyelesaikan pekerjaan, sabar menghadapi orang yg menyebalkan, dan sabar ketika yg dicita2kan blm tercapai.

    " Aduh, mana sih Eros?" kakinya bergerak2 gusar." Masih nungguin cowok kamu?" Edo-adiknya yg hanya terpaut satu stengah tahun, iseng2bertanya. Adiknya itu chubby, berwajah bayi, memiliki binar mata kekanak-kanakan, danmanja-tipikal anak bungsu. Dia jg punya acara sendiri, dgn teman2nya.

    " Iya," sahut Rika dgn nada agak jutek." Emang dia mau jemput pukul berapa?"" Pukul tujuh."" Ya elah, Burik! Pukul tujuh masih sepulug menit lg. Sabarlah." Burik adalah 'panggilan

  • sayang' Edo kepada Rika." Suka2 aku dong, Dudung." timpal Rika tdk kalah sengit.

    Sama seperti Burik, Dudung adalah 'panggilan sayang' Rika kepada Edo yg berasal dari katahidung. Edo punya alergi trhadap debu dan akan slalu bersin2 ketika partikel2 lembut itumenyerbu masuk kedlm organ penciumannya. Dia akn terus bersin meskipun wajahnyaseolah mengatakan, 'Aku udah nggak sanggup lg'. Alhasil, hidungnya semerah hidung badutdan ada cairan bening yg mengalir turun dari dlm rongganya.

    " Mending kamu beresin kamar dulu yg udah kayak kapal pecah. Itu baju2 mau diloakinapa?" ujar Edo lg sambil memain-mainkan kunci mobil Toyota Rush-nya.

    " Udah, deh. Kalau mau pergi, pergi aja deh skarang."" Huuu! Sewot." Edo berbalik dan melenggang keruang tengah, " Mam, Edo pergi dulu ya!"serunya berpamitan.

    Sang mama yg sdang bermain dgn cucu pertamanya dari putri sulungnya, Helen-mendongakdan berbisik kpada Tiara, " Om Edo mau pergi."

    Tiara kecil pun ikut mendongak dan mengalihkan perhatiannya dari susunan balok leggo-nya. " Om Edo mau pelgi ya?"

    " Iyah," jawab Edo sembari mengangguk. " Tia mau ikut? Yuk!"

    " Enggak ah, Om, Tia disini aja main leggo sama Oma."

    " Ya udah, dadaaa." timpal Edo yg kemudian melambai-lambai.

    " Dadaaah, Om." Gadis cilik yg masih berusia empat tahun itu kembali berkonsentrasi dgnkontruksi bangunan yg masih stengah jadi.

    " Hati2 ya, Do,"

  • " Iya, Mam." Edo pun melangkah menjauhi ruang tengah. " Cabut duluan ya, Burik!"ucapnya kepada Rika.

    " Ya udah, sana," jawab Rika acuh tak acuh." Daah Burik," Kata Edo sambil tiba2 menjawil rambut Rika yg dikucir tinggi.

    Rika hampir marah, tp sebenernya, aski Edo tdk memengaruhi tataan rambutnya. NamunRika tetap merasa perlu kembali bercermin sambil menunggu Eros.

    ***

    Dalam heningnya penantian Rika, ponselnya berbunyi. Dia berharap itu adalah Eros, tpternyata itu adalah Edo.

    " Eh, Burik. Cowokmu sbentar lg sampe."" Tahu darimana kamu?" tanya Rika heran." Barusan aku papasan sama dia."" Oh."" Ya udah, aku cabut."

    Tdk lama berselang, mobil Ford Escape dgn warna hitam berhenti didpn rumah. Sipengumudi menggerakan tuas persenelingnya ke kanan lalu kebelakang. Perlahan2, kakikirinya diangkat dari pedal kopling dan disambut dgn pedal gas yg diinjak menggunakan kakikanan. Mobik itu pun bergerak mundur. Dgn bantuan kaca spion, pengemudi itu mengira2jarak antara mobilnya dgn pagar rumah. Stelah jaraknya sesuai dgn yg diinginkan, diamenetralkan posisi tuas perseneling, kemudian menggerakannya keposisi gigi satu. Dgncekatan, pengemudi itu memutar setir bersamaan dgn laju mobilnya.

    Kini mobil sudah terparkir rapi. Mesin mobil dimatikan tepat stelah pengemudi mematikanlampu dpnnya. Pintu kanan dpn terbuka, sbelah kaki menjejak jalanan aspal, disusul kakinyayg satu lg, dan bersiap untuk menjumpai seseorang yg sudah menunggunya.

  • Sesosok pria pemilik mobil produksi Amerika itu melenggang santai sambil menekan sbuahtombol pengaman yg ada pada kunci mobilnya. Seorang pria itu berbadan tegap danberdada bidang, tampak lebih dewasa daripada usianya yg baru memasuki 25 thun. Kemejayg dikenakannya pas badan sehingga sdikit bnyak menunjukan perutnya yg rata.

    Rika yg masih berada didlm rumah, segera mengenali siapa yg baru saja datang. Dgnsenyum cerah yg berseri2, dia pun buru2 keluar rumah dan menyambut tamu istimewanyaitu. Ya, siapa lg kalau bkn sang arsitek-kekasih tercintanya. Dia senang Eros sudah datang,dan itu berarti dia tdk lg menjadi seekor jerapah.

  • 4.Candle-light Dinner

    -Rika-

    " Aku pesan broccoli raisin salad," kata Rika dgn mata yg lekat menatap daftar menu.Sementara pramusaji yg dilengkapi bukt catatan dan sbuah pulpen, segera menulis apa ygbaru saja dikatakan oleh Rika. " Terus minumnya, hmmm...., apa ya? Nah, ini aja,." telunjukRika berhenti pada tulisan spicial green tea with jasmine. " Lemon and peppermint tea,"lanjutnya lg kpada wanita pramusaji yg bertubuh kurus itu.Eros memesan chicken fillet in mustard and lemon bettertdan cappuccino ice blended.

    Pramusaji itu mengangguk-angguk dgn pulpen yg terus menari diatas kertas, lalu membacaulang pesanan mereka berdua, " Apa ada tambahan lain mungkin?" pramursaji itumengarahkan pandangannya kpada mereka berdua.

    " Gmana, kamu suka nggak sama tempat ini?" tanya Eros stelah pramusaji dgn seragammerah-hitam itu menjauh.Rika menyapu pandangannya, " Ya, aku suka. Apalagi kamu milihnya yg outdoor."

    Dia tdk menyangka kalau suasana kencan kali ini bisa begitu menentramkan. Beberapa lilinyg ada dihadapannya turut menerangi hatinya yg sejak sore sudah begitu semarak karenacinta. Sementara angin sepoi2 yg sempat menggoyangkan-goyangkan lidah api kianmenyejukan perasaannya.

    Rija jd ingat kencan pertamanya. Kencan yg didominasi dgn perasaan canggung dan kikuk itutdk akan pernah hilang dari ingatannya. Ketika dia ingin menanyakan kabar pekerjaan Eros,ternyata pria itu jg ingin melakukan hal yg sama. Mereka pun tertawa. Mereka jg salingmemberikan kesempatan bicara, tp tdk satupun yg menerimanya. Stelah sama2 berkerasmendahulukan lawan bicara, akhirnya Rika mengalah dan menerima kesempatan itu.

  • Ketika kali pertama Rika bertemu Eros, dia tdk merasakan seperti apa yg dilantunkansejumlah lagu-cinta pada pandangan pertama-. Dia menganggap pria itu sbgaimana diamenganggap teman2 pria lainnya, sama sekali bkn seseorang yg spesial. Sementara Eros-ygseiring dgn perjalanan waktu-menaruh hati pada Rika. Pendekatan pun dilakukan secaranatural, tdk berlebihan dan tdk ada kata2 gombal. Rika menyukai cara itu dan tdk lamaberselang dia menerimanya sbgai kekasih.

    Hari ini tepat satu thun mereka bersama. Mereka merasa cocok satu sama lain. Tdk adamasalah yg berarti yg mampu menggoyangkan hubungan mereka. Semuanya berjalanbegitu lancar dan harmonis hingga akhirnya hubungan mereka berusia dua belas bulan.

    Tiba2, ada sbuah pertanyaan yg menggaung dikepalanya. Apakah Eros adalah pria yg tepatuntuknya? Rika yg blm mendapatkan jawabannya hanya bisa diam sambil mendongakmemandangi pemandangan yg terhampar luas tak terbatas jauh diatas kepalanya.

    Langit malam memang sudah pekat. Namun, jarum jam yg menunjukan pukul 19.45menandakan kalau malam masih disini. Terlebih lg, malam ini adalah malam minggu yg kataorang malam panjang. Langit boleh gelap, tp diantara gumpalan awan polusi dan semburancahaya yg mencemari langit jakarta, masih terlihat titik2 bintang yg tersebar dan sesekalimengerlip malu2.

    " Tahu nggak, aku sering kebayang2 film Lion King kalau pas lihat bintang kayak gini," ujarEros.

    " Lion King?" tanya Rika heran. Ia memutar ingatannya jauh kebelakang, ke bertahun2 yglalu. Sama sekali tdk ada yg tertinggal dlm memorinya tentang film itu, kecuali originalsoundtrack yg dilantunkan Elton John, 'Can You Feel the Love Tonight'.

    " Iya. Pas dialog Timon, Pumba, sama Simba," jawab Eros. " Mereka ceritanya lg diskusi,sbenarnya bintang itu apa sih?" lanjut Eros yg menangkap wajah bingung kekasihnya.

    Rika masih blm ingat adegan yg dimaksud Eros. Tp, ketika mendengar tiga nama karakter

  • itu, sdikit demi sdikit kabut kebingungannya mulai tersibak. Ya-Tamon, dia ingat. Seekorhewan kecil-tp entahlah, Rika tdk tahu pasti jenis hewan apa Timon itu, tikus tanah atautupai? Well, tdk terlalu penting. Lain halnya Pumba. Bayangan seekor babi hutan dgn taringbawah yg melengkung dan mencuat keatas, melintarg dipikirannya. Dan terakhir, Simbatentu saja si singa yg mewarisi kerajaan ayahnya.

    " Timon berpendapat kalau bintang itu adalah kunang-kunang yg terjebak dilangit."Rika diam saja menyimak Eros bicara.

    " Terus, kalau Pumba, katanya bintang itu bola2 gas yg terbakar dan jauhnya miliaran tahuncahaya dari bumi."" Pumba ilmiah bnget, ya." tukas Rika memberi tanggapan sambil tersenyum." Iya, tp Timon justru ngetawain abis-abisan."" Terus kalau simon bgaimana?" Rika bertopang dagu dgn kedua tangannya, seperti anakkecil yg ingin tahu." Dia bilang kalau di bintang2 sana, arwah para leluhurnya bersemayam."Rika tertawa.

    " Kalau kamu gmana, sayang? Menurut kamu bintang itu apa?" tanya Eros." Hmmm...., apa ya? Nggak tahu, kayaknya aku nggak mikir macem2 soal bintang."" Kalau aku..." kata2 Eros terpotong karna pramusaji mengantarkan pesanan mereka." Ya?" pinta Rika pada Eros stelah mengucap terima kasih kpada si pramusaji." Iya, dulu aku nyangkain kalau bintang itu kayak stiker yg ditempel dilangit. Kalau siang diamenyerap cahaya sbanyak2nya, trus pas malam dia ngelepasin cahayanya."

    Rika mendengar sambil tersenyum dan membayangkan persis apa yg dikatakan Eros. " Lucujuga," ujarnya sambil mendekatkan mulutnya ke sedotan dan menyeruput minumannyasbanyak satu tegukan.Eros pun menertawakan ceritanya sendiri.

    " Sayang," kata Eros stelah tawanya reda. " Sbelum kita makan,aku mau nunjukin sesuatu."wajah Eros berubah menjadi serius.

  • " Apa?" tanya Rika lembut. Apakah ini saatnya? Dan, sesuatu itu adalah.... Namun, Rika tdkberani meneruskan kata2nya, dia tdk mau trlalu bnyak berharap.

    " Will you marry me?" tanya Eros sambil membuka sbuah kotak kecil yg dibungkus beledumerah. Tepat ditengah kotak yg terbuka itu, sbuah cincin tertancap.

    Pertanyaan Eros begitu menggetarkan sukma Rika. Ingin sekali rasanya dia meminta Erosuntuk mengulangi kata2nya, tp tenggorokannya seakan tercekat dan lidahnya kelu sehinggadia hanya bisa membuka dan menutup mulutnya tanpa mengeluarkan suara sdikit pun.

    Sementara matanya berganti-gantian menatap antara wajah Eros dan cincin cantik ygdisodorkannya sambil memegangi dadanya seolah memastikan apakah jantungnya masihberada di tempatnya atau justru jatuh melorot menuju perutnya.

    Eros menunggu jawaban Rika. Dia tahu kalau Rika sbenarnya sudah menunggu saat2 sepertiini sejak lama.

    Rika masih terpana. Sekali lg, dia menatap wajah Eros. Sebuah tatapan menyorot balikkpadanya dan menegaskan kalau dia sdang tdk bermimpi.

    Sontak tubuhnya melayang jauh, tinggi menuju luasnya angkasa. Dia pun begitu takjub,mengapa tubuhnya bisa seringan kapas. Dia trus melayang dan melambung hingga padaketinggian tertentu, dia tiba2 berhenti. Rika masih blm berhenti takjub, bahkan smakinbertambah2 karna dia dikelilingi oleh bebatuan yg bercahaya. Stekah mengamati beberapasaat, Rika akhirnya tahu kalau bongkahan2 yg mengambang itu adalah bintang2 ygdipandanginya tadi ketika dia masih berada jauh dibawah sana.

    I'm flaying withouu wings, bisik Rika didlm hatinya. Dia masih blm bosan mengamati apa ygada disekitarnya. Tiba2, sebongkah batu yg berada paling dekat dgnnya perlahan2 bersinarsmakin terang. Perhatian Rika tertuju pada batu itu. Diapun tergelitik untuk menyentuhnya.Direntangkan tangannya dan kini dia sudah memegang batu yg ukurannya sdikit lebih besardari genggaman telapak tangannya.

  • Rika menggenggam bintang. Ya, itulah yg dilakukannya. Dan betapa terkejutnya Rika ketikamelihat permukaan bintang terukir sbuah tulisan yg sama seperti apa yg dikatakan Eros.Rika meraba tulisan 'Will you marry me' dgn ujung jarinya. Oh my God, it's written in thestar.

    Tiba2, hukum gravitasi kembali berlaku. Rika terjun bebas dari ketinggian. Tdk hanya itu, diabahkan merasa tersedot oleh sbuah vacuum cleaner raksasa dan dlm sekejap dia sudahkembali keatas kursinya seperti semula. Rika terkesiap. Sesaat, dia memperhatikan orang2sekitar apakah mereka terheran2 melihatnya perlahan2 terbangmenuju langit, tp beberapasaat kemudian dgn kecepatan yg sangat tinggi dia jatuh kembali kebumi. Mereka smuabergeming dan tentu saja mereka begitu karna apa yg baru dialami Rika hanya di alampikirannya.

    Ditatapnya kembali Eros yg masih terdiam menunggu jawabannya. Dgn rekah senyumnya ygtermanis Rika akhirnya menjawab, " Yes, i do."

  • 5.Berbagi Kebahagiaan

    -Fanny, Alin, Rika-

    Fanny berdiri diam dgn tangan bersedekap, memperhatikan lift mana yg lebih cepatmenghampirinya. Sementara dibelakang ada Bayu, Angga, Galang, dan Romy yg sdang asyikmembicarakan sepak bola. Mereka kini brdebat mengenai klub mana yg akn menjuari LigaItalia. Fanny tdk menghiraukan pembicaraan itu. Baginya, sepak bola seperti makhluk luarangkasa-sesuatu yg benar2 asing.

    Pintu lift yg berada dipaling kanan terbuka. Fanny segera menghampirinya diikuti dgnteman2nya. Obrolan empat pria yg tdi sempat terpotong kini dilanjutkan hingga liftmengantar mereka kelantai dasar. Fanny masih akn terus bersama mereka sampai pintuutama kantor.

    " Eh, hujan ya!" seru Romy. " waduh, nggak bawa mantel," imbuhnya sambil menepukkeningnya." sama aku jg nggak bawa nih," sahut Bayu.

    Fanny tdk kaget kalau skarang sdang turun hujan. Dia sudah tau dari Theo. Kekasihnya itusudah berada dipelataran parkir kantornya sejak sepuluh menit yg lalu. Mereka bersamaakan pergi kesuatu tempat untuk melaksanakan sbuah agenda yg bernama triple date.Bagi Fanny, hari ketika sore harinya dia bisa bertemu dgn Alin dan Rika adalah hari ygmenyenangkan. Terlebih lg mereka hari ini akan datang bersama pasangan masing2. Sore iniakn jadi sore yg sempurna. Pikirnya.

    " Aku udah didpn," kata Fanny ditelepon, memberi tahu Theo. " Oke," katanya lg, lalumenutup telepone.

    " Fan," panggil Bayu, " kamu nggak pulang?"

  • " Aku dijemput."Beberapa saat kemudian, Theo datang sambil membawa payung besar yg terombang-ambing karna embusan angin yg cukup kencang.

    " Duluan ya," pamitnya kepada teman2nya yg skarang tinggal berdua. Galang sudah pulangkarna dia membawa mantel dan Angga hari ini membawa mobil.

    " Ya hati-hati," respons Bayu dan Romy hampir bersamaan.

    " Kamu dari kantor pukul brapa, Yang?" tanya Fanny ketika sudah berada didlm mobil Theo." pukul empat. Td, aku udah nggak ada kerjaan, jdnya aku boleh keluar kantor duluan."Asyiknya, kantor Theo tdk terikat jam kerja yg saklek dan kaku seperti kantor Fanny.

    ***

    Fanny dan Theo bergabung dgn Alin, Rika, dan Eros di sbuah meja dgn enam kursi. Masihtersisa satu kursi dan itu sengaja dipersiapkan untuk Ditya-kekasih Alin.Fanny mengecup pipi Alin dan Rika, sementara Theo merangkul Eros sambil menepuk2pundaknya, tdk ketinggalan pertanyaan apa kabar saling mereka lontarkan.

    " Maaf ya agak telat. Td pasti Alin yg duluan ya?" tanya Fanny yg kemudian menarik kursinyamendekati meja.

    " Iya. Aku," jawab Alin sambil memain-mainkan poni yg membingkai wajah tirusnya.

    Sore ini Alin mengombinasikan eyeshadow warna merah dan pink, lalu mengaplikasikannyadgn teknik tertentu sehingga mata rampingnya terlihat sdikit lebar. Dia jg melengkapimatanya dgn lensa kontak berwarna abu2.

    Mereka melanjutkan obrolan yg td sempat terpotong mengenai kesibukan Eros. KekasihRika itu menceritakan kalau dlm waktu dakat ini dia akn ditugaskan ke Medan untukmelakukan survei lapangan tahap awal. Dia dipercaya oleh atasannya untuk mendesain

  • sbuah gedung perkantoran disana.

    Diam2 Fanny memperhatikan Rika yg sepertinya resah, ingin menyampaikan kabar yg lebihdulu dia kabarkan lewat telepon kepada Fanny.

    " Ditya mana, Lin?" tanya Fanny. Rasanya tdk lengkap kalau Ditya blm hadir untukmendengar kabar gembira dari Rika dan Eros.

    " Dia bilang bakal terlambat. Tp, nggak tahu berapa lama, soalnya dia lg nyetir."" Oh, gitu." mata Fanny bertemu dgn mata Rika. " Oiya, Lin. Ada yg mau kasih kabargembira."" Oh ya?" Alin antusias. " kabar gembira apa? Aduh, aku pasti ketinggalan jauh bnget."Rika menceritakan malam ketika dia dilamar. Saat Rika menyodorkan jari manisnya, smuaikut antusias." Waaaaa...!" jeret Alin." Alin ya ampun, bikin heboh aja nih!" seru Fanny cepat2." Ups, sori!" sahut Alin menutup mulutnya dan memutar2 bola matanya tanpa beranimenengok2 untuk melihat reaksi orang disekitarnya.

    " Terus..., terus, gmana?" Alin bertanya tdk sabar mendengar jawabannya." Ya.., aku terima," jawab Rika malu2.Alin kembali membuka mulutnya dan berniat mengeluarkan teriakannya." Eit...,eit, jangan teriak lg!" Fanny buru2 mencegahnya.

    Fanny berhasil mencegahnya dan Alin kini sudah mengurungkan niatnya. " Sumpah! Sosweet, so sweet, so sweet." karna dilarang berteriak, dia mengucapkan kata so sweetsbanyak tiga kali berturut dgn intonasi yg ditekan sbgai kompensasi karna dia tdk bolehteriak.

    Sbelum Rika menceritakan kabar gembiranya kpada Alin, dia sudah menceritakannya lebihdulu kpada Fanny. Rika melakukan hal itu tanpa maksud, itu hanya karna Alin baru akanpulang kejakarta minggu dpan. Reaksi Fanny pun sama seperti Alin, hanya saja waktu itu

  • Fanny tdk sampai membuat malu lantaran berteriak ditempat umum.

    " Rencana tanggal berapa?"" Kalau untuk tanggal blm ada keputusan. Tapi, kemungkinan tiga bln lg, doain ya."" Pasti. Kalau kamu butuh bantuan, aku siap membantu. Kapan aja. Mau siang, mau malam,pokoknya dua puluh empat jam."" Nggak cuma kamu doang kali," proter Fanny, " aku juga."" Benar nih dua puluh empat jam?"" Kayak baru kenal kemarin sore aja," sambar Alin." Aduh, kalian tuh emang so sweet, so sweet, so sweet." Rika meminjam perkataan Alinlengkap dgn intonasi yg dibuat semirip mungkin.

    " Anyway, aku mau minta pendapat kalian. Mungkin lalu, aku datang ke resepsi pernikahanteman. Pas diakhir acara, pengantin wanitanya nyerahin trofi bergilir ke salah satutemannya yg sbentar lg mau nikah." papar Eros. " Kalau nanti diresepsi kita ada acarabegitu, menurut kalian gmana?"

    " Ih, lucu. Baru dengar. Kayaknya seru." respons Fanny. " semoga kita ya, The, yg dapat trofiitu."" Eits," sela Alin, " aku dulu. Aku sama Ditya kan pacarannya lebih lama, udah tiga tahun.Sementara kalian, baru dua tahun."" Nggak mau tahu, pokoknya aku duluan."

    Rika memprediksi ini akan menjadi debat kusir yg tiada akhir antara Fanny dan Alin. Karnaitu, dia buru2 mengambil posisi diantara mereka, " Tapi, bentuk trofinya harus yg unik.Jangan piala tujuh belasan."Lalu, sibuklah bercanda tentang bentuk trofi yg aneh2.

    " Kalau bisa, bener2 bertema wedding." Alin ikut angkat bicara." Minta tolong sama teman kamu yg jago desain," kata Eros memberi saran." Oh iya betul, Dion kan jg jago desain. Nanti aku bilang sama dia."

  • Theo tergelitik untuk bertanya, " Rencananya mau pakai jasa WO atau kepanitiaankeluarga?"Rika dan Eros berpandangan sesaat. " Belum tahu."" Kalau mau pake jasa WO, aku punya daftarnya. Semuanya recomended. Ya.., kali aja bisabuat refenrensi."" Boleh deh. Kirim ke email ku ya. Anyway, skarang gantian kamu dong, Lin, yg di introgasi.Cerita dong paris kayak apa?"" Oh, iya tuh kan, keasyikan ngobrolnya sampai lupa nih aku mau kasih oleh2." Alinmengeluarkan dua paperbag dan memberikannya kpada Fanny dan Rika.

    " Hmmm...., bau paris emang beda," ujar Fanny ketika melongok isi paperbag itu dan seolahdia benar2 mencium aroma Paris. Mereka terkesima dgn oleh2 yg dibawakan Alin. Parfum,dompet, jam tangan. Lemited edittion pula.

    " Tenang aja untuk para cowok, aku jg beliin untuk kalian," tutur Alin memberipengumuman.

    " Eh, mana Ditya, katanya mau datang?" tanya Fanny sambil meletakan paperbag nyadibawah meja." Nih dia barusan BBM, katanya sbentar lg sampe. Dia bilang td slesai jam kantor harusketemu klien dulu," jawab Alin sembari memasukan kembali Blackberry nya kedlm tas." Oh, iya Lin, td kamu blm cerita apa2." Rika kembali mengingatkan kembali topikpembicaraan yg td sempat terlupa." Anyway, td kamu dari rumah?"" He-eh."" Kamu nggak kerja sama papi kamu lg?"" Kayaknya sih minggu dpan mau mulai lg. Ada proyek kecil2an. Ya..., aku bantu2 dikitlah,lumayan waktu."

    Alin anak pengusaha kaya raya, Sigit Prasetyo- yg memiliki sejumlah perusahaan besar diIndonesia. Smenjak lulus kuliah, dia memiliki khidupan yg berbeda dgn Fanny dan Rika.Kalau mereka berdua merasakan melamar pekerjaan, tes psikologi, dan diwawancarai oleh

  • orang HRD, maka Alin tdk pernah merasakan hal2 seperti itu. Dia bisa kpn saja mintapekerjaan kpada papinya dan dgn senang hati papinya memberikan pekerjaan padanya.

    " Kamu tuh beneran ke Paris sendirian ya kemarin?" tanya Rika." Iya. Tp, ada sepupuku disana, Aurel."" Oh, Aurel yg tomboi itu?" tanya Fanny." Iya. Eh, dia mau nikah, lho."" Oh, ya? Kpan? Aku kira dia nggak suka cowok." Fanny tergelak. " Sama orang sana?"" Yup. Rencananya akhir tahun."" Nanti kamu kesana lg?" tanya Rika.

    Alin mengangguk sambil menyeruput milkshake nya. " Oh, iya, hampir lupa," ucap Alin tiba2." Aku mau ngomongin proyek- papiku kemarin cerita soal itu. Semacam proyek launchingproduk. Kalau kerja sama bareng kantor kamu, gmana Theo, bisa nggak?" Alin menatapTheo memohon.

    Theo mengangguk-angguk. " Dgn senang hati."" Kan pastinya komunikasi jd lebih gampang, kita udah sama2 kenal."Theo mengangguk tersenyum, " Kira2 launchingnya kpan?"" Masih blm tahu."" Kantorku lagi hectic ngurusin road show di mal2 se Makasar. Lusa aku mau kesana. Tpkalau emang jadi, itu bisa diatur."

    " Hi guys!" sapa seorang pria yg tiba2 mendekati meja mereka. " Sori, aku telat." Diamenggaruk-garuk kpalanya, lalu menatap Theo dan Eros secara personal.

    " Eh, sayang." wajah Alin langsung cerah ceria. " tadi, aku kira kamu nggak bisa datang."" Masa sih nggak datang. Udah nggak ketemu sebulan." ujar Ditya yg mengambil tempatduduk disamping Alin." Tadinya, aku sempat negative thinking, Dit, apalagi nomernya nggak bisa dihubungin.Jangan2 kecantol bule Prancis." kata Fanny bergurau." Wah, kalau sampe kayak gitu ceritanya, aku samperin kesana. Aku suruh pulang saat itu

  • juga," ujar Ditya sambil menggulung lengan kemejanya sbatas siku." Tp, kenyataannya nggak kaya gitu kan?" timpal Alin tersenyum. Ditya hanya tersenyumkpada Alin tanpa berkata apa2.

    " Minggu lalu, Rika dilamar lho sama Eros," kata Alin memberi tahu Ditya." Oh, ya? Wah selamat kalau gitu." Ditya menepuk2 bahu Eros." Terus kamu kapan lamar aku?" tanya Alin dgn nada manja.Ditya tampak tertegun dan tdk mampu berkata apa2. Sunyi sesaat diantara mereka.

    " Malah bengong," canda Alin." Uhmmm...." Ditya salah tingkah, " tunggu aja tanggal mainnya."" Kamu ketemu klien dmana tadi?"" Uhmm... Itu tdi dikantornya. Di.., dimana tuh namanya." salah tingkah Ditya smakinmenjadi2. " Di Thamrin. Biasalah lobi-lobi."

    Ditya adalah salah seorang yg tergabung kedlm tim kreatif sbuah stasiun televisi. Dia brsamatimnya dituntut untuk slalu punya ide2 segar dan terobosan baru dlm pembuatan progamtayangan yg bermutu dan disukai para pemirsa. Tdk jarang dia juga harus brtemu dgnsejumlah klien untuk kelancaran progam yg telah dibuat brsama timnya.

    " Oh. Thamrin...." Alin tampak mengangguk-angguk.

    Sementara, Fanny menangkap kejanggalan diwajah Ditya. Dia lalu memandang Theo,mungkin saja pacarnya itu juga merasakan hal yg sama. Namun, ketika dia mendapatikekasihnya menekan2 keypad ponselnya, dia tahu bahwa Theo tdk menyadarinya. Fannylalu beralih ke Rika. Mata mereka beradu pandang sesaat, bsa jd dia menyadari ada sesuatuyg salah pada diri Ditya. Namun, apapun itu dia tdk mau kalau sampai merusak agenda ygmenyenangkan ini. Momen kebersamaan ini terlalu berharga untuk ditukar dgn apa pun.

  • 6.Sebuah Awal ?

    -Rika-

    Rika menyeruput teh hagatnya diteras belakang rumahnya. Dgn koran minggu pagi ygterselip dijari, dia membacanya sambil ditemani gemercik air yg berasal dari kolam ikandihadapannya.

    Sebuah awal yg menyenangkan, pikir Rika kpada dirinya sendiri. Memulai minggu pagi ygcerah dgn secangkir teh beserta beberapa potong kue kering untuk tubuhnya dan setangkapsurat kabar untuk otaknya. Sbagai pemanasan, dia membolak-balik koran itu. Dilihatnyalembaran2 berita itu secara sekilas. Dibgian tengah koran, trdapat sbuah artikel mengenaiolahraga sepeda. Ingatannya langsung tertuju kpada Eros yg saat ini sdang tugas ke Medan.Ya, sang kekasih tercinta sangat menyukai olah raga itu. Jika dia berada dirumah tentu diabersepeda berkeliling kompleks perumahannya.

    Rika telah selesai membolak-balik surat kabar harian itu dari awal hingga akhir halaman.Stelah itu, barulah dia mulai membaca sbuah berita yg paling menarik perhatiannya.

    " Dibalik kesegaran Buah Impor". Rika membaca judul besar artikel itu dlm hati. Selainsbagai pegawet, lapisan lilin juga membuat buat impor tampak lebih segar dan mengilat,lanjut Rika yg membaca kalimat penjelas yg tepat berada dibawah judul.

    Dgn tekun, Rika membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf.Ketika dia sampai pada paragraf ketiga, dia mengangguk-angguk dan menggumamkan kata,"Oooh."

    Antusias Rika meningkat. Dia pun semakin bersemangat untuk membaca paragrafselanjutnya. Begitu seterusnya. Dia tetap menunduk, menelaah baris demi baris yg berjejerrapi. Ketika dia mendapati kalimat yg kiranya menambah wawasannya, dia pun kembali

  • mengangguk-angguk dan menggumamkan kata, "Oooh."

    Lima menit berlalu sudah dan dia sudah selesai membaca artikel itu. Dgn sbuah kesimpulanyg telah didapatkannya, sekarang Rika membolak-balik halaman koran itu dan membacabeberapa berita pendek.

    Rika menenggak tehnya sampai habis, lalu menyelesaikan camilannya dan melipat korak itumenjadi empat bagian. Dia meregangkan tubuh sbentar dan bangkit dari duduknya menujukolam ikan yg berada didpannya. Dgn posisi tubuh sdikit membungkuk dan kedua tanganditempatkan di atas lutut, dia memandangi kawanan ikan yg berwarna-warni bergeraksantai mengitari seputar kolam. Beberapa diantaranya memilih berenang dipermukaan dansisinya lebih suka berdiam diri di dasar kolam. Selama beberapa saat Rika memandangiikan2 itu, hingga akhirnya dia beralih kesbuah kotak plastik yg berisi makanan ikan. Rikamenghampiri kotak itu, mengambil isinya, dan menaburkannya ke atar permukaan kolamlayaknya sdang menaburkan mesis keatas permukaan roti tawar.

    Ikan2 yg berada dipermukaan air langsung melahap apa yg diberikan Rika. Sementaramereka yg tadi berada di dasar kolam, tampak kecewa ketika tahu makanannya sudah habis.Segera Rika kembali menjumput butiran2 kecil itu dan menaburkannya didekat ikan2 yg tdbelum mendapat bagian.

    " Wah, kayaknya udah kenyang." ucap Rika stelah beberapa kali memberikan makanankpada ikan2 yg berenang didlm kolam sana. Rika berdiri tegak dan membersihkan telapaktangannya dari serpihan2 makanan ikan. Dia melangkah kedlm sambil membawa sertacangkir dan piringnya yg sudah kosong dgn kedua tangannya. Sementara koran yg sudahterlipat dikempitnya.

    " Sarapan, Rik." kata ibunya ketika Rika masuk ke dlm dapur." Sarapan apa, Mam?"" Bubur," jawab sang Mama sambil sibuk meracik bubur ayam untuk dirinya dan sang Ayah." Mau Mama bikinin sekalian?"" Enggak..., enggak usah, Mam. Masih agak kenyang." jawab Rika sambil mengusap-usap

  • perutnya." Kalau nanti mau bikin sendiri, buburnya ada didapur ya," ucap sang Mama." Oke,.. Makasih, Mam."

    Mama Rika keluar dapur sambil membawa sbuah baki kayu dgn dua mangkuk diatasnya.Sementara Rika menuju tempat cuci piring untuk mencuci cangkir dan piring yg tadidipakainya.

    Dia memulai dari cangkir terlebih dahulu. Stelah benda itu sdikit dibahasi, dia meraih sponsdgn tangan kanannya. Ketika dia ingin melumuri dgn buah sabun, tiba2 genggaman tangankirinya mengendur dan cangkir kaca itu meloncat dan mendarat didasar bak cuci piring. Takayal, benda itu langsung terbelah dua. Rika kaget, jantungnya masih berdegup-degupkencang sewaktu melihat cangkir yg sudah tdk utuh lagi. Dia ingin membereskan kepingan2itu, tp karna tdk hati2, ujung jarinya menyentuh bagian yg tajam.

    " Auuwww!" jerit Rika.

    Darah merah segar keluar dari lukanya yg terbuka. Sambil memaki kecerebohannya, Rikaburu2 menghampiri kotak obat untuk mengobati lukanya. Stelah darah berhenti mengalirdia kembali kedapur untuk membereskan kekacauan yg sudah dibuatnya dgn lebih hati2.

    Selesai urusannya didapur, Rika beranjak keruang keluarga yg terlihat legang sambil meniupijarinya yg terasa perih akibat terkena air tadi. Dia duduk sambil melamun. Ada2 saja, pagi2malah kena pecahan kaca, pikirnya. Sempat terbesit hal buruk dibenaknya. Namun, diasegera menepisnya, berpikir kembali menikmati udara pagi.

    Rika duduk sendirian diruangan itu. Awalnya, dia mengira kalau orangtuanya sarapan sambilnonton televisi. Ternyata, mereka memilih teras dpan sambil asyik membincangkanberagam topik. Rika tersenyum melihat ayah dan ibunya, lalu asyik dgn dirinya sendiri lg. Diabersandar diatas sofa empuk sambil menekan tombol power pada remote teve ygdigenggamnya. Stasius televisi yg kali pertama muncul adalah salah satu televisi nasional ygmenampilkan film kartun pada hari Minggu itu. Beberapa stasiun teve nasional lainnya

  • menayangkan film yg sejenis. Pilihan Rika terus berpindah dari satu channel ke channellainnya. Merasa bosan dgn saluran teve nasional,dia pun beralih ke saluran satelit.

    HBO menjadi pilihan pertamanya. Siapa tahu dia beruntung film yg ditayangkan saluran inibaru mulai. Rika mengikuti sejenak film itu meskipun akhirnya dia tahu kalau sbenarnyasudah ketinggala. Furs: An Imaginary Portrait, batin Rika ketika sbaris tulisan kecil munculdisudut kiri bawah kotak televisinya. Rika mengabaikan film yg ditontonnya, tak pahamalurnya. Ia sudah berada dibagian akhir film itu.

    " Ah, nggak ngerti!" gerutunya sendiri sambil beralih ke HBO Signature.

    Terlihat Chris Gardner-yg diperankan oleh Will Smith, memenuhi panggilan wawancara.Penampilannya yg berantakan sangat kontras dgn para karyawan yg berjalan hilir mudik dgndasi dan stelan jas. Pursuit of Happiness adalah film yg bagus, tp Rika sudah menontonnya.

    Cinemax menjadi pilihan berikutnya. Sbuah film yg diliris pada tahun 1988 tersaji didpnnya.Arnold schwarzenegger kelihat begitu excited ketika tahu kalau dia punya saudara kembar.Rika sudah tahu siapa yg menjadi kembaran sang Terminator. Dia tdk lain dan tdk bknadalah Danny DeVito. Rika juga tdk perlu menunggu sederetan tulisan yg muncul dikiribawah kotak televisinya untuk mengetahui film judul itu-Twins.

    Cinemax jelas bkn saluran pilihannya. Rika pun kembali menjelajahi sejumlah saluran ygtersedia. Fashion TV, Cartoon Network, National Geographic, hingga akhirnya dia menekansaluran Chanel V.

    'And I don't want the world to see meCause I don't think that they'd understandWhen everything's made to be brokenI just want you to know who I am'.

    Rika menonton vidio clip dari lagu yg dibawakan ulang oleh Ronan Keating, stelah selamabertahun2 tdk menontonnya. Rika kembali terkesima- sama seperti ketika kali pertama

  • melihatnya, bkn karna dia fans berat salah satu personel Boyzone itu, melainkan karnalokasi syuting vidio klip, Hotel Burj al-Arab (Menara Arab) yg berada di Dubai, Unit EmiratArab.

    Hotel yg memiliki ketinggian 321 meter itu memiliki bentuk yg unik. Gedung itu memangsengaja dirancang menyerupai layar perahu tradisional Arab-dgn helipad bulat diatasnya.

    Beralih dari hotel Burj al-Arab, tp masih dikota yg sama, trdapat pulau2 yg dibuat dgnmengeruk pasir pantai dasar laut. Gugusan pulau itu disebut Palm Islands yg tampaknyadisebut2 sbgai keajaiban dunia yg kedelapan. Begitulah yg pernah Rika baca pada salah satukoran nasional.Rika tdk berhenti berdecak kagum ketika koran yg dibacanya itu memuat foto Palm Islandsyg diambil dari atas. Negeri Para peri. Begitulah Rika menjuluki Kota Dubai dgn sgalakeajaiban dan kemewahannya. Mungkin, suatu hari nanti, dia dan Eros bisa berkunjungketempat itu. Dia tersenyum sendiri memikirkan khayalannya.

    Bayangan tentang Negeri Para Peri tiba2 dibuyarkan oleh suara dering telepon yg beradadisebelahnya. Rika terkesiap. Rika mengarahkan tubuhnya sdikit untuk meraih alatkomunikasi yg terus berbunyi itu.

    " Halo."" Bisa bicara dgn Mbak Rika?" tanya suara diseberang sana.Rika heran, kira2 siapa perempuan yg menelponnya dgn suara sesegukan. " Ya. Ini Rika. Inidari siapa ya?"" Ini dari Icha, Mbak."

    Rika memutar-mutar bola matanya sambil menduga-duga ini Ica Nurisa atau Ica Clarisa-duaorang Icha yg dikenalnya. Suaranya kurang jelas. Dia merasa tdk yakin. Akhirnya dari padadia terus dlm ketidak pastian, Rika pun bertanya, " Ini Icha Nurisa atau Ica Clarisa?" tanyaRika hati2.Perempuan diujung telepon sana tdk langsung menjawab, sepertinya dia mengusahakanagar suaranya terdengar normal, tp ternyata tdk membuahkan hasil. " Ini Ica Clarisa," kata

  • Ica dgn suara bergetar.

    Clarisa atau yg lebih akrab dipanggil Ica adalah adik Eros. Pasti soal Anton, pikir Rika kpadadirinya sendiri. Anton adalah pacar Ica, dan Ica cukup sering berkonsultasi tentang cintakpada Rika. Maklum saja, Ica adalah satu2nya anak perempuan di keluarga Eros. Tp,tumben2 amat dia nelpon kerumah....

    " Kenapa, Ca? Anton bikin kamu sebal lagi kah?"" Bukan soal Anton, Mbak...." Ica smakin terisak-isak. " Ini soal Mas Eros, Mbak...."

    Eros? Jantung Rika berdetak keras dgn tiba2." E... Eros?" Rika tergagap. Oh, God. Eros knapa?

    Pagi tdi, Eros baru sja mengabarkan kalau dia akan naik pesawat, kembali ke Jakarta stelahperjalajan dari Medan.

    " Iya Mbak, Mas E-ros.... Mas E-ros..." Ica tdk dpat menahan tangisnya. " Mas Erosmeninggal, Mbak.... Pesawatnya kecelakaan...."

    Kehdupan Rika mendadak seperti Film yg tiba2 di pause. Dia masih blm mempercayaipendengarnya. Sontak, mata Rika dipenuhi air mata yg seakan sudah tdk sabar menetes.Sementara itu, langit2 rumahnya seakan runtuh menimpa kepalanya dan pada saat itu diatahu kalau hari ini bknlah awal yg menyenangkan, melainkan akhir yg menyedihkan.

  • 7.Berbagi Rasa

    -Fanny, Alin, Rika-

    " Hai," sapa Fanny ketika membuka pintu kamar Rika.Alin dan Rika yg sdang berselonjor santai diatas tempat tidur spontan mengangkat kepala,melepaskan tatapan mereka dari monitor laptop. Sesaat, hati Fanny terasa ngilu sewaktumemandang balik sorot mata Rika yg lesu dgn lingkaran hitam disekelilingnya. Indrapenglihatannya itu terlihat cekung dan seakam menyiratkan kelelahan yg teramat sangat.Dia merindukan sorot mata Rika yg ramah. Di jg kehilangan wajah bulatnya yg bersahabat,wajah yg slalu dihiasi dgn lengkungan senyum dibibirnya. Fanny bertanya2 apakah dia aknmendapati sorot mata dan ekspresi wajah Rika seperti sedia kala.

    " Hai, Fan," jawab Alin. " Gmana dijalan? Macet nggak?"Fanny hanya tersenyum, melepaskan tas ranselnya yg terlihat sarat muatan.

    Hari rabu ini Fanny dan Alin berencana untuk menginap dirumah Rika. Mereka inginmenemani Rika semalaman. Saling bertukar cerita atau sdikit bergurau untuk mengurangikesedihan Rika. Tdk masalah bagi Fanny untuk berangkat kekantor bkn dari rumahnyasendiri. Terlebih lg Alin yg statusnya masih 'pengangguran'. Dia sudah datang dari tadi siang.

    " Rik," panggil Fanny, " Lg liat apa?"Rika tersenyum tanpa ekspresi. " Lg liat2 Video di Youtube. Td sempet liat video clip jadul-Michael Jackson, Whitney Houston, Take That. Nostalgia."" Ngomong2 nostalgia, aku jd mau nunjukin sesuatu sekarang." Fanny duduk dilantai,membuka ranselnya. Mendadak dari dlm ransel, blus putih dgn motif garis, mencuat keluar." Sebentar ya, baju buat besok nih." Fanny mengeluarkan baju itu dan merentangkannyadiudara, lalu mengarahkan pandangannya kearah lemari pakaian Rika.

    Seolah bisa menerawang isi kepala Fanny, Rika pun berkata, " Hanger ya? Kayaknya ada deh

  • satu dilemari."

    Fanny membuka lemari Rika dan mendapati ada dua buah hanger kawat yg tdk digantunginpakaian. Sekilas pandangannya menangkap sbuah gaun hitam yg sepertinya familier. Rasapenasarannya mengalahkan tangannya untuk mengintip gaun itu. Potongan leher kotak dgnapliksi renda disekelilingnya. Ya. Tdk salah lg. Ini pasti gaun yg dipakai Rika ketika mlam diadilamar.

    Tiba2, dada Fanny seperti ditancapkan pecahan kaca, lalu pecahan kaca itu ditarik kebawahdgn sekuat tenaga sehingga tinggallah luka yg menganga lebar. Rasanya sakit luar biasa pikirFanny pilu. Pandangannya pun mengabur karna dipenuhi air mata, tp buru2 diamendongakan air mata sambil berharap dua sahabatnya tdk curiga dgn apa yg dia lakukan.Seandainya saat ini keadaannya berbeda, pasti dia sudah meminta Rika untuk mereka ulangkehebohan disore har itu.

    " Aku mau nunjukin ini ke kalian," cetus Fanny stelah urusan menggantung bajunya selesai.Dari tangan kanannya, dia menyodorkan sbuah foto dgn bingkai kayu bercat cokelat tua. "Nih."

    " Haaah, ya ampun." Alin memekik.

    Sorot mata Rika pun mendadak berubah. Seperti ada kehdupan baru disana. Dia punmelupakan laptop yg tadi ada dipangkuannya.

    " Ini kan waktu kita wisuda?" ucap Alin yg masih lekat memandangi foto mereka bertiga dgnbaju toga.

    Fanny mengangguk-angguk penuh kemenangan. Misinya sukses dan dia ikut duduknimbrung diatas tempat tidur Rika. Untuk beberapa saat, dia mendengarkan celotahan riangAlin dan memandangi seringai gembira Rika. Merela lalu membahas baju kebaya, make up,dan hair style mereka. Layaknya sbuah pesta, mereka pun menyiapkan kostum sejak jauh2hari sbelumnya. Soal pipi Fanny yg masih tembem tdk luput dari pembahasan. Yaaaah,

  • bgaimana tdk tembem- proses penyusunan skripsi dan deadline nya yg menggilamenjadikan makanan sbgai pelariannya.

    Ketika malam merambat naik, giliran Alin yg beraksi. Misinya adalah membawa beberapaDVD film komedi. Film drama cinta sangat teramat dilarang, bahkam shrek yg termasuk filmkomedi tp karna ada bumbu cinta, jd dimasukan dlm kategori film terlarang.

    Misi Alin pun menuai sukses. Rika hanyut dlm gelak tawa dan sementara waktu diamelupakan beban berat yg tengah ditanggungnya. Ketika pukul sembilan, Rika mulaimenguap, dan tepat pukul stengah sepuluh, dia sudah jatuh tertidur. Mungkin karnakelelahan batinnya atau mungkin dia berencana untuk masuk kantor kembali stelah izin tigahari.

    Alin bangkit perlahan2, -agar tdk mengagetkan Rika- untuk mematikan DVD player.Sementara Fanny memandangi wajh damai Rika dgn punuh sayang. Rasanya usahanya iniblm berarti apa2. Namun, mereka akan usahakan apapun untuk Rika. Fanny jd teringatperistiwa sbelum dan sesudah prosesi pemakaman Eros. Betapa Rika begitu lemah jiwa danraganya shingga dia dan Alin harus slalu memegangi lengannya. Dia jg bersusah payahmembujuk Rika untuk makan walaupun hanya sesuap.

    " Yuk, kita tidur jg, Fan...," ucap Alin, tangannya sudah bertengger disaklar lampu.

    " Lin." ujar Fanny dgn suara berbisik.

    Alin menatap Fanny yg tampak muram, mengurungkan niatnya untuk mematikan lampu lalumengambil tempat didekat Fanny. " Ya?"

    " Kamu masih ingat mimpi kita bertiga? Impian untuk punya rumah yg berdekatan, stelahkita smua menikah. Eros mendesai rumah untuk kita bertiga- rumah dgn halaman belakangbiar setiap bulan kita bisa memanggang barbekyu. Bulan pertama dirumahmu, bulan keduadirumah Rika, bulan ketiga dirumahku, begitu seterusnya." mata Fanny menerawang. "Ketika kita punya anak nanti, kita ajak mereka ke acara bulanan kita. Kalau stiap kita punya

  • dua anak, berarti keluarga kita totalnya jadi dua belas orang," imbuhnya. " Seperti biasa; kitamengobrol, berbagi cerita, tertawa. Sementara anak2 kita berlari-larian dihalaman rumput;main kejar-kejaran, main petak umpet......."

    " Fan..., jangan terusi lg," pinta Alin yg sudah tdk kuasa menahan air matanya.

    " Sekarang smuanya kayak jadi mimpi buruk, ya, Lin...," sambung Fanny jg ikut menitikan airmata. " Soal ide Eros soal trofi bergilir." dia merasa kehilangan atas kepergian Eros. " Ideunik itu nggak akan jd kenyataan untuk selamanya."

    Selama beberapa saat, mereka membiarkan keheningan menguasai mereka. Dan, ketikamereka dirasa sanggup untuk menghentikan linangan air mata, Alin berkata, " Kita tdursekarang, Fan..., takut Rika kebangun..."

    Fanny mengangguk, " Iya."

    Alin bangkit untuk mematikan lampu. " Goodnight, sist," ucapnya dlm gelap, lalu mengambiltempat berbaring disebelah kanan Rika.

    " Sleep well, Lin," timpal Fanny.

    Mereka pun menarik selimut hingga ke dada dan mencoba memejamkan mata.

  • 8.Sebuah Rencana

    -Fanny, Alin, Rika-

    'Sementara itu, pemirsa, pihak yg berwenang akhirnya kemarin mengumumkanditemukannya kotak hitam yg merupakan kunci untuk menguak misteri kecelakaan ygmenimpa pesawat yg bertolak dari Medan menuju Jakarta....'

    Rika meraih remot tv, kemudian menekan tombol merah, dan gambar seorang reporterwanita yg melaporkan langsung dari lapangan seketika hilang. Dia tdk sanggup menyimakberita itu lebih lama. Eros, calon suaminya, menjadi salah satu korban tewas dlm kecelakaanitu tepat seminggu yg lalu.

    " Apa rencana kamu habis ini?" tanya Fanny lembut yg menambatkan tangannya diataspangkuan Rika.

    " Blm tahu, Fan.." Rika menarik napas panjang dan mengeluarkannya. " Tp yg jelas, akubutuh waktu untuk ngembaliin smua seperti semula." imbuhnya dgn nada setegar mungkin,tp tetap saja sesekali ada guratan kesedihan yg mengurangi kecantikan wajah Rika.

    Alin yg duduk disamping Rika melingkarkan lengannya, kemudian mengelus bahunyalembut." Kita tahu kalau ini berat bnget untuk kamu." kepala Rika tumbang dipundak Alin, "Aku pengin ngelakuin satu hal yg bisa membuat kesedihan kamu berkurang."

    Rika menegakan kepalanya, " Kalian ada disini aja, aku udah berterima kasih bnget." tuturRika sambil menggenggam kedua tangan sahabatnya.

    ***

    " Halo,"

  • " Fan, kamu udah mau istirahat makan siang kan?" tanya Alin dari ujung telpon.

    Fanny melirik ke jam meja yg duduk manis disamping tumpukan berkas2nya. Kurangsepuluh menit menuju pukul 12. " Hmm..., iya sbentar lg." mendadak cacing2 diperutnyaberunjuk rasa, mendesak agar tuntutannya segera dipenuhi.

    " Aku mau ngomong sama kamu. Aku skarang di food court di mal dpn kantor kamu." Fannymendengarkan sambil menekan control S pada keyboard komputernya. " Aku mau ngomongsoal Rika."

    " Oh, oke. Aku kesana. Sepuluh menit lg ya."

    ***

    " Fan, kira2 apa yg bikin Rika nggak sedih terus," kata Alin membuka topik pembicaraanketika Fanny baru sampai di food court yg dimaksud. " Tp, aku salut bnget sama dia, diamasih bisa stegar itu didpn kita."

    " Iya, Lin. Kalau aku sendiri yg ngalamin hal kayak gitu, aku yakin nggak bisa stegar dia," kataFanny. " Apalagi pas tahu Eros meninggal karna kecelakaan pesawat, aku langsung ingatTheo. Kamu tahu sendiri, akhir2 ini dia sering bolak-balik keluar kota. But, thank God! He'salright, he's fine.., at least, until now."

    Alin yg duduk diseberang Fanny hanya tersenyum. Dia tahu betul betapa perasaansahabatnya begitu campur aduk.

    " Well, punya ide untuk Rika?"

    " Hmm..., apa ya?" Fanny menyandarkan punggungnya disandaran kursi. " Kalau aku lgsuntuk, lg bete.., biasanya aku melarikan diri dari kehdupanku yg hiruk pikuk."

    " Berlibur maksud kamu?"

  • " Ya..., semacam itulah. Tp, kalau sengaja pergi liburan pas weekend, males macetnya. Jadiaku izin nggak masuk sehari, aku pergi sendiri kepuncak, aku liatin deh tuh hambaran kebunteh. Atau pergi ke Ancol. Aku liatin laut..., ya walaupun bnyak sampah sih, tp it works forme. Apalagi aku kan perginya pas hari kerja, jadinya enak, sepi. By the way, kamu maungajak Rika liburan?"

    Seorang pramusaji berhenti disamping meja mereka untuk mengantar pesanan Alin. "Fan,kamu nggak pesen makanan?" tanya Alin stelah dia mengucapkan terima kasih kpadapramusaji itu.

    " Iya, aku udah laper bnget."Fanny memesan nasi ayam goreng seperti Alin.

    " Jadi, kita ajak Rika liburan," ucap Alin sambil makan." Oiya, kamu mau ngajak Rika liburan?"" Kalau itu bisa ngurangin kesedihannya, knapa nggak?"" Kemana?"" Kemana ya enaknya?" Alin berhenti mengunyah sejenak, dia sdang berpikir kemanaenaknya mereka berlibur. " Atau enggak, biar Rika sendiri aja yg nentuin. Terserah dia maukemana," ucap Alin sambil menyuap makanannya.

  • 9.Bersama

    -Fanny, Alin, Rika-

    Tiga buah kursi berjemur diatur berjajar menghadap laut. Sama sekali bkn berjemur, karnabulan separuh menggantung tinggi diatas langit sana, mengisyaratkan waktu sudah stengahjam meninggalkan pukul tujuh. Walaupun keindahan pemandangan alam pantai Anyer telahdiselimuti oleh pekatnya malam; suara debur ombak dan embusan angin yg membawaaroma garam; cukup menyadarkan Fanny, Alin, dan Rika bahwa mereka sdang beradadiujung barat pulau Jawa.

    Tepat ketika matahari sdang terik2nya memancarkan sinar ultravioletnya, mereka sampaidivila yg menjadi tempat tujuan mereka. Vila yg hanya berjarak sekitar lima puluh meter daribibir pantai ini milik keluarga Alin. Fanny terperangah dgn kedekatan jarak itu. Bayangkan,ketika membuka pintu dan jendela, hamparan pasir dan genangan raksasa air lautsekonyong-konyong hadir di dpn mata, layaknya pekarangan rumah.

    Sekitar dua jam lalu, masih diatas kursi yg sama, mereka sama2 menyaksikan pemandanganyg spektakuler dlm diam. Sinar semburat lembayung senja terpanjar dari sela2 awan jingga.Sementara air laut dgn begitu eksotiknya memantulkan bayangan terbenamnya mataharidiperbatasan cakrawala. Serpihan2 cahaya yg berpencaran diangkasa ditangkap oleh cerminhorizintal super besar, kemudian dibiaskan menjadi kilauan intan, permata,dan berlian ygbertebaran dimana2. Permukaan air laut yg kini disesaki oleh bebatuan indah cemerlang ituseakan trlihat begitu nyata didpn mata, dan turut menyemarakkan detik2 sang suryamenuju ke peraduannya. Tenggorokan Fanny tercekat dan benaknya dipenuhi sensasi.Napasnya terasa mau putus selama menikmati panorama luar biasa itu. Matanya begiturakus memandanginya seakan ini adalah hal yg terindah yg pertama kali dilihatnya.

    " Sweet escape," kata Fanny akhirnya pada Rika. Dia teringat lagu Gwen Stefani yg berduetdgn Acon. " pilihan kamu nggak salah, Rik."

  • " Ini karna vilanya,..., posisinya," timpal Rika, " dan ide brilian kamu."

    Fanny tertawa konyol. " Itu cuma ide kecil, ide sederhana."" Anyway, kamu cuti berapa hari, Fan?"" Seminggu. Tahu nggak, bulan ini pas bnget aku setahun kerja," jawab Fanny. " Ternyata,setahun itu sebentar. Bener2 nggak terasa," Rika mengangguk-angguk setuju. " The JealousClub pasti ngomel2 nih lantaran kerjaanku mereka yg kerjaain." The Jealous Club ygdimaksud disini adalah teman2 seruangannya yg slalu merasa susah kalau Fanny sdangmendapat kesenangan. Siapa lg kalau bukan Winda, Violet, Tasha, dan Monique. "Pas masuknanti aku harus bawa oleh2 nih, buat menyumpal mulut mereka biar mereka nggak bawel..,at least, didpnku."

    Rika tertawa. "Mau disumpal pakai apa, Fan?"Fanny pun ikut tertawa, tertawa karna Rika tertawa. Ada perasaan sukacita yg menggelegakdidlm kalbunya. Rika tertawa. Ini keajaiban, pikirnya senang. Tiba2, tawa Fanny meledak.Dgn spontan dan tanpa didahului aba2 sama sekali, fantasi terliar mulai menguasainya. " Areyou thinking what I'm thinking?"

    Sorot mata Rika berbinar menggoda. "Emangnya, kamu mikir apa?"" Kayaknya tiga genggaman pasir cukup untuk bikin mereka bungkam.""Tp, itu agak sdikit kejam, Fan." Rika terkikik."Yaaah..., sekejam perlakuan mereka padaku."" Tapi aku salut sama kamu, Fan." gelak tawa masih mengiringi perkataan Rika. "Kamu bisaya betah kerja disana. Padahal, temen2 kerja kamu sering nyebelin, blm lg bos kamu ygbegitu."

    " Sebenarnya, betah nggak betah sih, Rik. Kalau soal temen2 kerja, sbisa mungkin akumenghindari cewek2 itu. Tp, untungnya temen2 aku yg cowok2 nggak resek."" Berarti kamu gaulnya sama cowok2 itu?"" Nggak juga sih. Obrolan mereka tentang bola terus, mana aku ngerti! Bisa jd kambingcongek deh kalau ada diantara mereka. Tp, untungnya aku masih punya hubungan baiksama temen2 diruang akuarium-ruanganku yg lama. Jadinya kalau makan siang aku suka

  • bareng mereka." Ruang akuarium-smua orang dikantornya menyebutnya begitu karnaruangan persegi itu dikelilingi kaca bening. "Terus kalau soal bos, selama dia nggak kurangajar, aku masih bisa atasin. Tapi, emang sih ya, Rik.., namanya jg orang kerja. Pasti adaresiko dan konsekuensinya. Kayak ditempat kerjaku yg dulu. Itu bosku, ya ampuuuuuunn...,dimata dia kerjaan nggak ada yg beres. Malah, dia cari2 kesalahan bawahannya gitu."

    " iya Fan, kamu bener bnget. Smua ada resiko dan konsekuensinya."

    " Temenku yg masuknya barengan sama aku ditempat yg dulu itu, skarang udah jadi stafahli. Dia orangnya sabar bnget. Tp, bkn berart he-eh-he-eh aja, kalau dia nggak sependapatatau ada yg salah, dia ngomong." Fanny jd teringat Lusy. Sudah lama meraka tdk salingbrtukar kabar. "Emang ya, kesabaran itu membuahkan hasil bnget." ujar Fanny sambilmenghalau rambutnya yg jatuh kematanya karna embusan angin.

    " Kalau kamu sesabar temen kamu itu, kamu udah jd staf ahli skarang."" Iya, kali ya. Tapi, aku jg nggak nyesel kerja ditempat yg skarang. Dibikin enjoy aja. Nggakusah terlalu dipusingin. Tanpa itu, beban hdupku sudah cukup berat." Fanny tergelaksendiri.

    "Hey girls, aku udah ngelewatin obrolan apa aja nih?" Sela Alin yg baru saja kembali daritoilet." Biasalah, obrolan tentang kantorku yg nggak ada habisnya itu, Lin." sahut Fanny.Alin tergelak, lalu menjatuhkan tubuhnya dikursi. " Kalau bulannya bulan purnama,"sambungnya sambil mendongak, "suara ombaknya lebih kenceng.

    Fanny langsung ingat dgn pelajaran SDnya dan sampai skarang dia masih blm berhentitrheran2, pasalnya bulan yg ukurannya jauh lebih kecil dari bumi dan jauhnya ratusan ribukilometer, gravitasinya mampu membuat air laut pasang.

    " Besok pagi kita berenang ya. Atau, mau naik banana boat?" Alin memberikan pilihan."Kano sama jet ski, kalau nggak salah jg ada deh."" Kayaknya banana boat lebih seru. Bisa rame2." Fanny menyumbang suara.

  • " Kamu sering kesini ya, Lin?" tanya Rika yg membuka topik obrolan baru." Sering sih enggak. Cuma beberapa kali, dua atau tiga kali. Selalunya sih pas liburan anaksekolah. Sengaja, biar keponakan bisa ikutan smua."" Wow, rama bnget dong."

    " Begitulah. Si Rio, keponakanku yg paling gede, si ketua Geng Pasukan Kurcaci Heboh, pagi2buta udah rame sendiri bangunin yg lainnya, ngajakin berenang. Namanya jg anak lgsenang2nya main, trus bnyak temennya. Kalau jari blm keriput, bibir blm biru, blm mauudahan. Pokoknya mereka berenang udah kayak minum obat deh."" Sehari tiga kali dong!" tukas Fanny." Iya. Atau malah lebih kali yg. Itu si Viska, kponakanku yg putih, sipit kayak orang cina jadiitem, gosong! Sampe2 omanya yg dari papanya nggak ngenalin."" Kalau orang bule justru itu yg dicari," Rika menimpali.

    " Aduh, gue ngiri bnget deh sama kamu, Lin. Kamu punya lima kakak, delapan keponakan.Eh, bener kan delapan?" tanya Fanny takut salah." Iya, delapan."" Kalau udah kumpul seru bnget. Kamu masih mending, Rik. Punya kakak satu, adik satu,keponakan satu. Akuuuuu???" ujar Fanny merana. "Aku anak semata wayang. Nggak bakalaku punya keponakan. Padahal pengin bnget bisa gendong2. Kalian beruntung bnget."" Ya udah gini aja. Sbentar lg, kakak iparku mau melahirkan. Kamu urusin aja dehkeponakanku. Kalau nggak salah kamu perna bilang pengin cari tambahan," Kata Alin dgnlagak serius." jadi baby sitter?"" Ya..., begitulah kira2."" Hmph!" degus Fanny. "Itu sih lain lg urusannya."

    ***

    " Kalian udah ngantuk ya?" tanya Rika." Nggak juga," jawab Alin singkat.Fanny menguap, "Udah ngantuk dikit sih, tp aku merasa sayang kalau jam segini udah tidur."

  • " Aku jalan2 sebentar ya," ujar Rika bangkit dari duduknya.

    Rika berjalan menjauh, menyusuri pantai tanpa alas kaki. Vila disamping kanan kiri tampakmenggelar pesta kecil2an. Pesta kembang api dan api unggun. Disebelah kanan, beberapaanak kecil berkejaran sambil memegangi kembang api. Samar2 trdengar suara cekikikanketika salah seorang anak berhasil ditangkap. Sementara disebelah kiri, sejumlah muda-mudi duduk disekitar api unggun. Satu orang memainkan gitar dan sisanya menyanyikansbuah lagu yg layaknya sudah seperti national anthem untuk acara gitar2an seperti itu.

    " Rika mau kemana?" tanya Fanny penuh selidik." Kayaknya dia butuh waktu sendirian," jawaeb Alin menerka-nerka.

    Rika berjalan diiringi suara tawa yg riuh rendah ketika melewati pesta kecil2an itu. TerkaanAlin benar, dia sdang butuh waktu untuk menyendiri. Rika terus berjalan sambil merapatkankardigannya dan menikmati stiap butiran halus pasir yg menyentuh kulit kakinya. Ketikasampai didekat pohon kelapa yg tinggi menjulang dan agak jauh dari keramaian, diamenghentikan langkahnya, menghirup dlm2 udara laut dimalam hari, dan melemparkanpandangannya kesekitar.

    Rika memutar2 cincin tunangannya yg melingkar di jari manis kanannya. Hanya inilahsatu2nya benda peninggalan Eros yg paling berharga. Dia pun teringat perkataan Eros ygberencana mengajaknya bulan madu kepantai.

    Perlahan2 cincin emas itu ditanggalkan. Jemarinya membolak-balik cincin itu dan ketikamencapai sudut tertentu, mata cincin itu berkilau diterpa cahaya temaram dari lampu2 vila.Stelah slesai membolak-balik, Rika mengarahkan pandangannya pada permukaan air laut ygberbuih dan senantiasa bergerak terus sampai kapanpun.

    Rika mendongak, menatap bulan keperakan yg agak tertutup oleh gumpalan2 awam.Tampak perlahan, tp pasti awan gemawan ingin menyelimuti sang dewi malam yg cantik itu.

    Cincin itu kini berada didlm genggaman Rika. Lalu ditempelkan didada kirinya-tempat

  • jantungnya berdetak, seakan menginginkan benda itu mendengarkan kepiluan ygbergemuruh.

    " Kamu akan selalu di hatiku, Eros."

    Perlahan2, air matanya menetes. Rika tdk menyekanya. Dia membiarkannya terus mengalirke ujung dagu dan akhirnya jatuh membasahi pasir yg diinjaknya. Dgn masih menggenggamcincin, Rika menangis terisak, merasa ironis karna smua orang yg ada disini tertawa gembira.Mendadak Rika jatuh berlutut, tungkainya lemah, tdk sanggup menopang tubuhnya.Isakannya masih blm mau berhenti, begitu jg dgn air matanya. Hatinya dipenuhi deraanderita dan sengsara yg membara. Ketika smuanya terasa begitu kalut dan menyesakkan,tiba2 ada sentuhan lembut hinggap dibahunya.

    " Kita balik ke vila sekarang yuk," bisik Alin ditelinga kanan Rika.

    Lalu Fanny merangkul hangat tubuh