temulawak
Transcript of temulawak
LATAR BELAKANG
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tanaman obat asli
Indonesia. Temulawak tumbuh baik dan dapat beradaptasi di tempat terbuka
maupun di bawah tegakan pohon hingga tingkat naungan 40%. Rata-rata produksi
nasional relatif rendah yakni 10,7 t/ha pada tahun 2000 (Direktorat Aneka
Tanaman, 2000), sedangkan potensi produksi varietas unggul temulawak bisa
mencapai 20 - 30 t/ha. Orientasi budidaya tanaman obat pada umumnya termasuk
temulawak tidak hanya ditujukan kepada produktivitas biomas yang tinggi, tetapi
juga kepada tingginya mutu bahan aktif yang dikandungnya. Produktivitas dan
mutu bahan aktif temulawak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: 1)
lingkungan tumbuh, 2) sifat unggul tanaman (varietas), 3) ketersediaan unsur hara
(pupuk), 4) perlindungan tanaman terhadap organisme pengganggu tanaman
(OPT), dan tidak kalah pentingnya adalah 5) penanganan pasca panen. Teknologi
budidaya di tingkat petani masih secara tradisional, belum mengacu kepada SOP
yang telah ada, mulai dari pemilihan lingkungan tumbuh yang tepat, penggunaan
varietas unggul, benih bermutu, pemupukan, dan panen yang tepat.
Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede,
sedangkan di Madura disebut temu labak. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
pada dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan
berhabitat di hutan tropis. Rimpang temu lawak dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada tanah yang gembur Tanaman terna berbatang semu dengan
tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m, merupakan metamorfosis dari
daun tanaman. berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan
sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan berwarna
cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap.
Tiap batang mempunyai daun 2 – 9 helai dengan bentuk bundar
memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang
sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun
termasuk helaian 43 – 80cm, pada setiap helaian dihubungkan dengan pelepah dan
tangkai daun agak panjang,. sedangkan bunganya berwarna kuning tua, berbentuk
unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral,. tangkai ramping dan sisik
berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung
banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga.
Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13mm, mahkota bunga
berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk
bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau
merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya
berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan
rasanya pahit.
Secara empiris, rimpang temulawak terbukti berkhasiat untuk kesehatan.
Kebutuhan temulawak untuk industri obat tradisional (IOT) dan industri kecil obat
tradisional (IKOT) menduduki peringkat pertama di Jawa Timur dan peringkat
kedua di Jawa Tengah setelah jahe (Kemala et al. 2003). Hasil survey Kemala et
al. (2003) temulawak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional yang
berkhasiat untuk menyembuhkan 24 jenis penyakit. Pada tahun 2004, pemerintah
melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mencanangkan Gerakan
Nasional Minum Temulawak sebagai minuman kesehatan (Badan POM, 2004).
Berdasarkan hasil survey lainnya menunjukkan bahwa dari 609 produk jamu, 176
di antaranya mengandung temulawak dan penggunaannyaterdapat di dalam 12
kelompok penyakit yang dapat diobati (Purwakusumah et al. 2008). Secara
empiris rimpang temulawak digunakan sebagai obat hepatoproteksi, antiinflamasi,
antikanker, antidiabetes, antimikroba, antihiperlipidemia, antikolera, antibakteri,
antioksidan (Hwang, 2006, Darusman et al. 2007, Rukayadi et al. 2006, Masudaet
al. 1992).
TAKSONOMI dan MORFOLOGI
1. Taksonomi
Kedudukan tanaman temulawak dalam tata nama (sistematika), tumbuhan
termasuk Kedalam klasifkasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : spermatopyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesie : Curcuma Xantorhiza ROXB
Spesies lain dari dari.kerabat dekat Temulawak adalah: - temu ireng
(C.Acronginosa ROXB), - temu putih (C.Domistica VAL),
2. Morfologi
Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuhmerumpun, tanaman
ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai 2-2,5 meter. Tiap rumpun
tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiiki 2-
9 helai daun.
Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar, lemina daun
danseluruh ibu tulang daun bergris hitam. Panjang daun sekitar 50-55cm ,
lebarnya > 18 cm, dan tiap helai daun melekat pada tungkai daun yang
posisinya saling menutupi secara teratur.
Berdasarkan klasifikasi temulawak tersebut, kita bisa mendeskripsikan
morfologi temulawak antara lain tumbuhan dengan terna berbatang semu yang
ketinggian berkisar 1 sampai 2 meter. Batang temulawak yang semu
merupakan bagian dari pelepah daun yang tegak dan saling bertumpang tindih.
Adapun rimpang temulawak memiliki bentuk sempurna, berukuran besar,
bercabang kuat dan memiliki variasi warna coklat kemerahan, kuning tua atau
berwarna hijau gelap. Kelopak bunga temulawak berwarna kuning tua dengan
bentul lateral.
SYARAT TUMBUH
1. Iklim
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh
dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman
ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian
temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti
tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.Suhu udara yang baik untuk
budidaya tanaman ini antara 19-30 o C.Tanaman ini memerlukan curah hujan
tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
2. Media Tanam
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis
tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat
yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal
diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian
pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang
cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang
mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah
tergenang air.
3. Ketinggian Tempat
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan
ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di
dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada etinggian 240
m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang
yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok
dikembangkan di dataran sedang.
MANFAAT
Manfaat temulawak antara lain dapat mengatasi serta mencegah berbagai
penyakit seperti: penyakit hepatitis, liver, produksi cairan empedu, radang
empedu, radang lambung, melancarkan pencernaan, hingga penyakit gangguan
ginjal.
Selain itu, berdasarkan penelitian, manfaat temulawak kini diketahui juga
dapat mengatasi penyakit anemia, menurunkan kolesterol, melancarkan peredaran
darah, mengatasi gumpalan darah, mengobati demam, malaria, penyakit campak,
mengatasi pegal linu, sakit pinggang, reumatik, mengobati keputihan, ambeien,
sembelit, batuk, asma, radang tenggorokan, hingga radang saluran pernapasan,
mengobati eksim, jerawat, radang empedu, serta mengingkatkan stamina, dll.
Berbagai manfaat temulawak diatas dapat Anda peroleh dengan
mengonsumsi temulawak yang diolah menggunakan beberapa resep berikut:
Mengobati penyakit liver: Sediakan 25 gram temulawak serta 30 gram
daun serut/mirten. Kemudian campur dengan air sekitar 600 cc, lalu rebus hingga
air yang tersisa tinggal 300 cc. Setelah itu saring airnya dan minum dalam
keadaan hangat.
Untuk mengobati penyakit radang kandung empedu: Sediakan temulawak
sekitar 30 gram, iris kecil-kecil, lalu masukkan ke dalam 500 cc air dan rebus
hingga air yang tersisa tinggal 200 cc. saring dan minum air rebusan temulawak
tersebut.
Mengobati sakit pegal linu, radang sendi, dan rematik: Sediakan 20 gram
temulawak dan 20 gram jahe merah. Masukkan dalam 400 cc air dan rebus agak
lama hingga air yang tersisa tinggal 200 cc. Minum air rebusan ini selagi masih
hangat.
Mengobati penyakit batu empedu: Sediakan sekitar 25 gram temulawak,
30 gram meniran, dan gula aren secukupnya. Masukkan ketiga bahan tersebut
kedalam air 500 cc dan rebus hingga air yang tersisa tinggal 200 cc, kemudian
saring dan minum airnya.
Untuk mengatasi penyakit batuk hingga radang saluran pernapasan:
Sediakan 25 gram temulawak, kemudian parut dan tambahkan air matang
secukupnya. Lalu peras dan saring airnya. Beri air perasan 1 buah jeruk nipis dan
madu secukupnya lalu minum. Untuk memperoleh manfaat temulawak yang
maksimal, Anda dapat meminumnya dua hingga tiga kali sehari secara teratur.
Berikut telah kami sajikan beberapa manfaat temulawak bagi kesehatan.
1. Penambah Nafsu Makan Kandungan minyak atsiri dalam temulawak
ternyata memberikan efek karminativum, sehingga mengkonsumsi
temulawak dapat berguna untuk meningkatkan nafsu makan. Inilah alasan
mengapa temulawak sangat dianjurkan untuk dikonsumsi anak-anak.
Cara Pengolahan: Siapkan 25 gram temulawak, 10 gram asam jawa, dan
gula merah secukupnya.Cuci temulawak hingga bersih dan kupas kulitnya.
Memarkan temulawak hingga pecah (jangan tumbuk sampai
halus).Masukan temulawak yang sudah dihancurkan tadi bersama dua
bahan lainnya ke dalam panci bersama 600 ml air putih. Rebus kesemua
bahan tadi hingga air rebusannya tinggal tersisa sekitar setengahnya saja.
Tunggu sampai dingin, saring, lalu minum secara teratur.
2. Mengobati Sakit Maag Kandungan serbuk rimpang ternyata mempunyai
khasiat untuk memperbaiki dan menetralkan produksi asam lambung.
Bahkan maag akut sekalipun akan berangsur-angsur sembuh jika kita
telaten meminum air sari temulawak.
Cara Pengolahan: Siapkan satu rimpang temulawak. Cuci sampai bersih
lalu kelupas kulitnya. Iris temulawak tipis-tipis.Rebus dengan 5 gelas air
putih. Tunggu sampai mendidih.Minum teh temulawak ini secara teratur
paling tidak satu gelas per hari. Anda juga bisa menambahkan madu
secukupnya pada teh temulawak yang sudah dingin.
3. Menjaga Kesehatan Organ Hati Rimpang temulawak memiliki efek
hepatoprotektor yaitu sebagai detoksin (anti racun) pada organ hati
manusia.
Cara Pengolahan: Siapkan 15-20 gram temulawak.Cuci hingga bersih lalu
parut sampai halus. Campurkan sedikit air dalam ampas temulawak. Peras
ampas temulawak sampai keluar air sarinya. Tambahkan 400 ml air putih.
Rebus air sari temulawak hingga mendidih. Tunggu sampai dingin dan
minum sehari satu kali.
4. Memperbanyak Produksi ASI
Cara Pengolahan: Siapkan 7-10 jari temulawak dan tepung sagu
secukupnya. Cuci temulawak sampai bersih lalu kelupas kulitnya.Parut
temulawak sampai benar-benar halus. Campur sari temulawak ini dengan
tepung sagu. Tunangkan air panas secukupnya lalu aduk hingga menjadi
bubur. Konsumsi bubur temulawak ini secara rutin (anda juga bisa
menambahkannya dengan gula merah sesuai selera).
5. Menghilangkan Jerawat
Cara Pengolahan: Siapkan satu jari rimpang temulawak.Cuci temulawak
sampai bersih lalu memarkan.Rebus dalam 4 gelas air putih.Tunggu
hingga mendidih sampai air rebusan tinggal tersesa setengahnya.Tunggu
sampai dingin dan minum dua kali sehari satu gelas.
6. Mengatasi Gangguan Ginjal
Cara Pengolahan: Siapkan 2 rimpang temulawak, satu genggam daun
kumis kucing yang masih segar, 1 genggam daun kacabeling (meniran)
segar, dan gula merah (gula jawa) secukupnya. Cuci semua bahan kecuali
gula merah sampai bersih. Kupas rimpang temulawak lalu iris tipis-
tipis.Masukkan semua bahan dalam panci.Rebus semua bahan dalam 1
liter air. Tunggu hingga air mendidih sampai air yang tersisa tinggal
setengahnya saja. Saring air rebusan dari ampasnya.Tunggu sampai dingin
dan minum satu gelas sehari.
7. Pengobatan Penyakit Hepatitis B
Cara Pengolahan: Siapkan 10 gram rimpang temulawak, 7 gram kunyit, 10
gram daun sambiloto kering, dan 40 gram alang-alang.Cuci semua bahan
tadi sampai bersih. Memarkan temulawak dan kunyit, lalu rebus dalam 1
liter air bersama daun sambiloto dan alang-alang. Tunggu sampai
mendidih dan hanya menyisakan setengah bagian airnya saja. Tunggu
sampai kering, saring, lalu minum 2 kali sehari 1/2 gelas. Anda juga bisa
menambahkan madu atau gula merah untuk menghilangkan rasa pahit.
Disarankan untuk menambahkan madu saat minuman sudah dingin.
BUDIDAYA (PENANAMAN - PANEN)
1. Pembibitan Temulawak
Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang
rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang
anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha
dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.1) Persyaratan Bibit Rimpang
untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.
2. Penyiapan Bibit
Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel
pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
a. Bibit rimpang induk
Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung
2-3mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-
turut.Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
b. Bibit rimpang anak
Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan
gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat
pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat
teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampaikeluar
tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi
potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang
berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya
bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang
akibat penyimpanan.
3. Pengolahan Media Tanam Temulawak
a. Persiapan Lahan Temulawak
Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau
pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan
30 hari sebelum tanam.
b. Pembukaan Lahan Temulawak
Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang
dapat mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30
cmsampai tanah menjadi gembur.
c. Pembentukan Bedengan Temulawak
Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak
antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga
dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit
pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam
di musim hujan.
d. Pemupukan Organik (sebelum tanam) Temulawak
Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam
sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun
adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000
tanaman.
4. Teknik Penanaman Temulawak
a. Penentuan Pola Tanaman Temulawak
Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan
pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan
sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman
memerlukan banyak air.
b. Pembutan Lubang Tanam Temulawak
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran
lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah
60 x 60cm.
c. Cara Penanaman Temulawak
Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata
tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam
10 cm.
d. Perioda Tanam Temulawak
Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa
panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan
ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang
memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
5. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman Temulawak
Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang
merupakan bibit cadangan.
b. Penyiangan Temulawak
Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di
atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan
makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan
empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya
penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk
mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan
kored/cangkul dengan hati-hati.
c. Pembubunan Temulawak
Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada tanaman rimpang-
rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik.
Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan
tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah
dilakukan penyiangan.
d. Pemupukan Temulawak
Pemupukan organik temulawak pada pertanian organik yang tidak
menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka
pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos
organic atau pupuk kandang dilakukan lebih sering dibanding kalau kita
menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic
ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai
pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur
tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga
dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lubang tanam di awal pertanaman
sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan
pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk
sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini
biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan
kegiatan pembubunan.
Pemupukan Awal Temulawak
Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100
kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara
barisantanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada
jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk
kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman
langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.
Pemupukan Susulan
Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk
kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha ureadan
85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman
mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-
masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di
dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu
ditutup dengan tanah.
e. Pengairan dan Penyiraman
Temulawak Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari
ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan
selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman
akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga
pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.
f. Waktu Penyemprotan Pestisida pada Temulawak
Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan
hama penyakit.
g. Pemulsaan Temulawak
Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal
tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah
(menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara
berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di
antara lubang tanaman.
6. Panen Temulawak
Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman
yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah
menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning
kecoklatan.Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar
dan rimpangnya.Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu
pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya
bagian atas tanah.
Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun
pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya.
Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan
menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
karena lebih banyak kadar airnya.Tanaman yang sehat dan terpelihara
menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.
PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN TEMULAWAK
A. Panen
Umur panen Panen yang tepat berdasarkan umur tanaman perlu dilakukan
untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi, yaitu pada umur 10 – 12 bulan
setelah tanam, biasanya daun mulai luruh atau mengering. Dapat pula dipanen
pada umur 20 – 24 bulan. Cara panenPanen dilakukan dengan cara menggali
dan mengangkat rimpang secara keseluruhan.
Panen Temulawak
1. Ciri dan Umur Panen Temulawak
Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman
yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang
telahmenguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning
kecoklatan.
2. Cara Panen Temulawak
Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan
rimpangnya.
3. Periode Panen Temulawak
Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim
kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas
tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau
tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya.
Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan
menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif
karena lebih banyak kadar airnya.
4. Perkiraan Hasil Panen Temulawak
Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar
sebanyak 10-20 ton/hektar.
B. Pasca Panen
Pembersihan/pencucian Rimpang hasil panen dicuci dari tanah dan kotoran,
kemudian dikering anginkan sampai kulit rimpangnya tidak basah
lagi. Perajangan rimpangSetelah itu, rimpang diiris membujur dengan ketebalan 2
– 3 mm. Pengeringan simplisia rajangan rimpang dijemur dengan menggunakan
energi matahari diberi alas yang bersih, atau bisa dengan pengering oven dengan
suhu 40 – 60o C, hingga mencapai kadar air 9 – 10 %.
Pasca Panen Temulawak
1. Penyortiran Basah dan Pencucian Temulawak
Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari
kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang
jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk
pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot
dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat
kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang
terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak
larut dalam air.Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan
telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah
pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa
air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam
wadah plastik/ember.
2. Perajangan Temulawak
Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi
bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan,
timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat
dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
3. Pengeringan Temulawak
Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari
atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 – 5 hari,
atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari
dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling
menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam
sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara
yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi.
Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50oC – 60oC. Rimpang yang
akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak
saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang
dihasilkan
4. Penyortiran Kering Temulawak
Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan
dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil,
tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung rendemennya).
5. Pengemasan Temulawak
Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong
plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai
sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan
nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
6. Penyimpanan Temulawak
Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC
dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar
dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang
bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari
langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
C. Pengolahan Temulawak
Pengolahan temulawak sudah menjadi kebutuhan dalam negeri dan dalam
negeri. Selain itu, temulawak sudah menjadi berbagai olahan untuk dikunsumsi
sebagai obat. Secara empiris, rimpang temulawak terbukti berkhasiat untuk
kesehatan. Kebutuhan temulawak untuk industri obat tradisional (IOT) dan
industri kecil obat tradisional (IKOT) menduduki peringkat pertama di Jawa
Timur dan peringkat kedua di Jawa Tengah setelah jahe (Kemala et al. 2003).
Hasil survey Kemala et al. (2003) temulawak digunakan sebagai bahan baku obat
tradisional yang berkhasiat untuk menyembuhkan 24 jenis penyakit. Pada tahun
2004, pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM)
mencanangkan Gerakan Nasional Minum Temulawak sebagai minuman kesehatan
(Badan POM, 2004). Berdasarkan hasil survey lainnya menunjukkan bahwa dari
609 produk jamu, 176 di antaranya mengandung temulawak dan
penggunaannyaterdapat di dalam 12 kelompok penyakit yang dapat diobati
(Purwakusumah et al. 2008). Secara empiris rimpang temulawak digunakan
sebagai obat hepatoproteksi, antiinflamasi, antikanker, antidiabetes, antimikroba,
antihiperlipidemia, antikolera, antibakteri, antioksidan (Hwang, 2006, Darusman
et al. 2007, Rukayadi et al. 2006, Masudaet al. 1992).
Berikut cara pengololahan temulawak untuk diekspor :
Dari jumlah kemasan dalam satu partai temulawak siap ekspor diambil
sejumlah kemasan secara acak seperti dibawah ini, dengan maksimum berat tiap
partai 20 ton.
1. Untuk jumlah kemasan dalam partai 1–100, contoh yang diambil 5.
2. Untuk jumlah kemasan dalam partai 101–300, contoh yang diambil 7.
3. Untuk jumlah kemasan dalam partai 301–500, contoh yang diambil 9.
4. Untuk jumlah kemasan dalam partai 501-1000, contoh yang diambil 10.
5. Untuk jumlah kemasan dalam partai di atas 1000, contoh yang diambil
minimum 15.
Kemasan yang telah diambil, dituangkan isinya, kemudian diambil secara acak
sebanyak 10 rimpang dari tiap kemasan sebagai contoh. Khusus untuk kemasan
temulawak berat 20 kg atau kurang, maka contoh yang diambil sebanyak 5
rimpang. Contoh yang telah diambil kemudian diuji untuk ditentukan mutunya.
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah
berpengalaman atau dilatih terlebih dahulu dan mempunyai ikatan dengan suatu
badan hukum.
Berikut ini cara pengemasan temulawak untuk diekspor:
Irisan temulawak kering dikemas dalam kardus karton yang dilapisi
plasticdengan kapasitas 20 kg. Dibagian luar dari tiap kemasan ditulis, dengan
bahan yang tidak luntur, jelas terbaca antara lain :
- Produk asal Indonesia
- Nama/kode perusahaan/eksportir
- Nama barang
- Negara tujuan
- Berat kotor
- Berat bersih
- Nama pembeli
ANALISIS USAHA TANI
Usahatani temulawak yang dilakukan oleh petani saat ini umumnya di
bawah tegakan hutan masyarakat serta tidak menggunakan input produksi yang
optimal. Bibit yang digunakan berasal dari anakan, dengan input pupuk rendah
atau tanpa pemupukan, serta tanpa pemeliharaan yang memadai. Dengan cara
budidaya tersebut produktivitas nasional temulawak yang dapat dicapai 17,3
ton/ha.
Tabel 1. Biaya usahatani budidaya temulawak berdasarkan budidaya organik dan
SOP standar per 1.000 m2 lahan.
Beberapa hasil penelitian kajian analisis usahatani temulawak berdasarkan
pada produktivitas dan biaya yang dikeluarkan pada budidaya temulawak telah
ada, dengan produktivitas yang dicapai berdasarkan SOP mencapai 22,31 ton/ha,
29% lebih tinggi dari produktivitas yang dicapai oleh petani. Biaya yang
dikeluarkan dengan pada budidaya menggunakan pupuk organik lebih rendah,
namun produktivitasnya juga lebih rendah dibandingkan dengan budidaya sesuai
SOP (Pribadi dan Rahardjo,2007). Budidaya organik menghasilkan rimpang segar
17,83 t/ha sedangkan budidaya anorganik (konvensional) menghasilkan 22,31
t/ha. Dengan budidaya berdasarkan SOP tanpa memperhitungkan biaya tenaga
kerja, karena biasanya petani tidak memasukkan biaya tenaga kerja keluarga yang
mereka gunakan dalam usahatani, hargapokok rimpang adalah Rp. 636,-/kg.
Sedangkan dengan perhitungan yang sama, harga pokok rimpang temulawak
dengan budidaya organik adalah Rp. 686,-/kg (Tabel 3.). Pada tahun 2000 sampai
2005, harga jual rimpang temulawak berkisar antara Rp. 809,- sampai Rp. 2.066,-
(diolah dari BPS, 2000 - 2005). Dengan harga pasar tersebut keuntungan yang
diperoleh petani sebagai pengganti biaya tenaga kerja dalam keluarga berkisar
antara Rp. 385.900,- sampai Rp.3.190.300,- per 1.000 m2, bila menerapkan
usahatani berdasarkan SOP. Sedangkan keuntungan yang diperoleh bila
menggunakan budidaya organik berkisar antara Rp.219.300,- sampai Rp.
2.460.500,-.
Budidaya temulawak yang menerapkan SOP dapat meningkatkan
penghasilan bersih petani dibandingkan dengan budidaya tanpa menerapkan SOP
(Tabel 1). SOP budidaya temulawak senantiasa terus diperbarui, mengikuti
perkembangan teknologi yang terbaru, karena dengan penerapan SOP dapat
meningkatkan nilai tambah pendapatan petani. Budidaya temulawak relatif tidak
banyak kendala, karena masih belum adanya serangan hama dan penyakit yang
dapat mempengaruhi penurunan produktivitas tanaman.
KESIMPULAN
Dari Pemaparan di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tanaman obat asli
Indonesia. Temulawak tumbuh baik dan dapat beradaptasi di tempat terbuka
maupun di bawah tegakan pohon hingga tingkat naungan 40%.
2. Manfaat temulawak antara lain dapat mengatasi serta mencegah berbagai
penyakit seperti: penyakit hepatitis, liver, produksi cairan empedu, radang
empedu, radang lambung, melancarkan pencernaan, hingga penyakit
gangguan ginjal.
3. Selain itu Budidaya temulawak sangat mudah untuk dikembangkan sebagai
hasil produksi unggulan petani. Karena, Hasil produksinya menunjukkan hasil
yang baik menurut analisis usahatani sesuai dengan SOP. Budidaya
temulawak yang menerapkan SOP dapat meningkatkan penghasilan bersih
petani dibandingkan dengan budidaya tanpa menerapkan SOP.
LAMPIRAN
Tabel volume dan bentuk penggunaan temulawak pada beberapa industritahun 2000 – 2005.
Total nilai penggunaan temulawak sebagai bahan baku industri, jamu gendongdan ekspor tahun 2000 – 2007.
LAMPIRAN
Tabel volume dan bentuk penggunaan temulawak pada beberapa industritahun 2000 – 2005.
Total nilai penggunaan temulawak sebagai bahan baku industri, jamu gendongdan ekspor tahun 2000 – 2007.
LAMPIRAN
Tabel volume dan bentuk penggunaan temulawak pada beberapa industritahun 2000 – 2005.
Total nilai penggunaan temulawak sebagai bahan baku industri, jamu gendongdan ekspor tahun 2000 – 2007.
Kebun Budidaya Temulawak
Hasil Panen Temulawak Penyortiran Kering Temulawak
Pengolahan Temulawak MenjadiBubuk Siap Kemas
Pengemasan Temulawak
Kebun Budidaya Temulawak
DAFTAR PUSTAKA
BADAN POM RI. 2004. Informasi temulawak Indonesia, Badan Pengawas Obatdan Makanan RI bekerjasama dengan Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia,36 hlm.
BPS, 2000 – 2005. Statistik Industri Besar dan Sedang. Badan Pusat Statistika.Jakarta
BPS. 2006. Statistik Ekspor. Badan Pusat Statistika. Jakarta.
Darusman, L. K., B. P. Priosoeryanto, M. Hasanah, M. Rahardjo dan E. D.Purwakusumah. 2007. Potensi temulawak terstandar untuk menanggulangiflu burung, Laboran Hasil Penelitian, Institut Pertanian Bogor bekerja samadengan Badan Litbang Pertanian, 46 hlm.
Direktorat Aneka Tanaman. 2000. Budidaya Tanaman Temulawak. Jakarta, 44hlm.
Hasanah, M. dan M. Rahardjo. 2008. Javanese turmeric cultivation. Proceeding ofthe first international symposium on temulawak. Biopharmaca ResearchCenter Bogor Agricultural University, hlm. 207-212.
Hwang, J.K., J.S. Shim and Y.R. Pyun. 2000. Antibacterial activity ofxanthorrhizol from Curcuma xanthorrhiza against oral pathogens.Fitoterapia 71:321-323.
Kemala, S; Sudiarto, E.R .Pribadi, J.T. Yuhono, M. Yusron, L. Mauludi, M.Raharjo, B. Waskito, dan H. Nurhayati. 2003. Studi Serapan, Pasokan danPemanfaatan Tanaman Obat di Indonesia. Laporan teknis penelitian BagianProyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat APBN 2003, 61 hlm.
Masuda, T., I. Junko; A. Jitoe, dan N. Nakatani. 1992. Antioxidativecurcuminoide from rhizomes of Curcuma xanthorrhiza. Phytochemistry31(10) : 3645-3647.
Oldeman, L.R. 1975. An Agro-cimatic map of Java., No.17 Published : Contr.Centr. Inst. 22 hlm.
Pribadi, E.R. dan M. Rahardjo. 2007. Kajian ekonomi budidaya organik dankonvensional pada 3 nomor harapan temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxb.). Bul. Littro, 18:73-85.
Pribadi, E.R. 2009. Pasokan dan permintaan tanaman obat Indonesia serta arahpenelitian dan pengembangannya. Perspektif, 8:52-64.
Purwakusumah, E.D., Y. Lestari, M. Rahminiwati, M. Ghulamahdi, B. Barus danM. Machmud, MT. 2008. Menjadikan temulawak sebagai bahan baku utamaindustri berbasis kreatif yang berdaya saing. Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB. E-mail: [email protected], 24 hlm.
Rukmana, Ir.Rahmat (1995). Temulawak Tanaman Rempah Dan Obat.Yogyakarta : Kanisius.
Afifah, dr. Efi (1995). Khasiat & Manfaat Temulawak. Yogyakarta :AGROMEDIA PUSTAKA.
Prasetyo, Y.T (2003).INSTANT :Jahe, Kunyit, Kencur, Temulawak. Yogyakarta :Kanisius.
Greer, Noelia Penelope (2012). TemuLawak. Jakarta : Patho Publishing
http://usahasatriamandala.blogspot.com/2013/03/budidayatemulawak.html#ixzz2nUMqxX9v. (Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. 14.23 WITA).
http://pustaka-pertanian.blogspot.com/2013/08/cara-pengolahan-simplisia-temulawak.html. (Diakses pada tanggal 13 Desember 2013. 13.40 WITA).