TEMS Investigation 4
Transcript of TEMS Investigation 4
TEMS Investigation 4
TEMS 4 adalah TEMS paling jadul yang pernah saya gunakan. Belum bisa digunakan untuk
jaringan 3G dan Handshet yang dapat digunakan juga gaul banget, T68 dan yang sejaman
dengannya, hehe. Tapi jangan salah, dengan TEMS 4 dan handshet-handshet jadulnya itu Drive
Test lebih mudah dan asik.
Karena TEMS 4 belum bisa digunakan untuk jaringan 3G, jadi akan kita bahas penggunaan
TEMS 4 untuk Drive Test GSM 2G.
1. TEMS 4 Overview
Mari kita jalankan software TEMS 4 yang telah diinstal. Di sini saya menggunakan TEMS
4.1 dengan update 4.1.1. Tampilan awal akan terlihat seperti ini :
Gambar: TEMS Preview Awal
Dalam kondisi default kita dapati blok-blok presentation yang dikelompokkan ke dalam
delapan sheet: GSM, Data, Signaling, Map, Interference, Scanner, Control, dan Configuration.
Disebelah kanan window akan terlihat Navigator Bar yang berfungsi untuk mengelompokkan
element-element yang dapat digunakan untuk mengisi sheet monitoring. Isi dari Navigator Bar
juga dapat kita temui di Menu Bar yang terdapat di bagian atas TEMS. Untuk tidak
menampilkan Navigator, masuk View di Menu Bar bagian atas kemudian un-centang Navigator.
1.1 Blok-Blok Presentation
1.1.1 Radio Parameter
Blok Radio Parameter memberikan informasi radio element dari perolehan sinyal. Hal
yang harus diamati adalah level yang diperoleh. KPI (Key Performance Indicator) pada tiap
operator memiliki target yang berbeda terhadap perolehan level. Namun pada umumnya akan
menitik beratkan pada perolehan level sinyal (Rxlev), kualitas (RxQual), dan indeks kualitas
(SQI) sebagai target point yang harus diperoleh.
a. RxLev =level sinyal Receiver MS (rentang 0 –> -120 bgs 0 –> -90
b. RxQual =Tingkat kualitas sinyal penerima di MS (rentangnya skala 0-8) yang bagus 0-7
c. SQI (Speech Quality Indicator) = Indikator kualitas suara dalam keadaan dedicated atau
menelpon dengan rentang -20 s.d 30 , yang bagus 18 – 30
Seorang DT Engineer akan menganalisa perolehan sinyal di area yang di cakup oleh
pancaran antena BTS (coverage). Hal-hal yang menjadi problem pada coverage biasanya
menyangkut blank spot, bad quality, bloking, ataupun overshoot coverage. Di sini peran seorang
DT Engineer adalah mengetahui level sinyal dan kualitasnya dengan melihat perolehan di blok
radio parameter sehingga bisa memberikan input info kepada RNO engineer untuk menentukan
langkah-langkah optimasi.
1.1.2 Current Channel
Memperlihatkan channel parameter yang sedang berjalan. Curent Channel ini harus diamati
dengan teliti karena menyangkut informasi mengenai site tersebut. Baik itu parameter di sisi core
(MSC), BSC, maupun RBS. Seorang DT Engineer harus dapat melihat apakah parameter yang
berjalan di Site tersebut sudah benar atau tidak. Kesalahan CI, LAC, BCCH ARFCN akan
berakibat fatal terhadap performansi Site. Apabila ditemui ketidakcocokan data yang didapat di
lapangan dengan data planning dari site tersebut, maka seorang DT Engineer harus melaporkan
temuannya kepada Engineer RNO (Radio Network Optimizer) untuk mengalisa lebih lanjut dan
memutuskan hal-hal yang harus dilakukan.
1.1.3 Serving + Neighbour
Blok ini memperlihatkan informasi cell yang serving baik itu menangani komunikasi (line
pertamana) dan neighbour yang bersiap monitoring untuk mengambil alih komunikasi (Line ke
dua dan selanjutnya).
1.1.4 Line Chart
Blok line chart dan Interference line chart biasanya digunakan untuk menganalisis
permasalahan-permasalahan yang timbul melalui grafik. Blok line chart memberikan informasi
pergerakan level dan kualitas sinyal. Penurunan signal yang mendadak dan cenderung berulang-
ulang jatuh kemudian naik lagi sehingga menimbulkan bentuk riak dapat mengindikasikan
kerusakan perangkat yang digunakan. Degradasi sinyal bisa disebabkan juga oleh bloking.
Interference Line Chart perlu diperhatikan oleh seorang DT Engineer untuk menganalisis
penyebab terjadinya kegagalan-kegagalan fungsi yang terjadi. Interference yang tinggi akan
mengakibatkan bad quality yang berujung pada jatuhnya panggilan. Bad quality dapat
ditimbulkan oleh frekuensi yang sama pada jarak serving (berdekatan), frekuensi terdekat dari
frekuensi yang digunakan, level sinyal yang saling lemah atau saling kuat antar cell berdekatan
dan lain sebagainya. Bad quality sendiri dapat terlihat dari nilai RxQual yang tinggi.
Sekian dulu cerita-ceritanya mengenai TEMS, sekarang kita langsung saja ke penggunaan
TEMS 4 untuk Drive Test GSM 2G.
2. Drive Test GSM Network Using TEMS Investigation 4
Drive Test sendiri memiliki beberapa pembagian pengerjaan seperti site tunggal (Sigle Site),
Cluster, Benchmark, Indoor, ataupun functionality call. Setiap pengerjaan Drive Test disesuaikan
dengan prosedur yang telah direncanakan. Apabila telah diketahui penggunaan TEMS maka tiap-
tiap pengerjaan hanya akan berubah di prosedur dan hal-hal yang diamati saja.
2. 1 Persiapan
Persiapan adalah hal terpenting dari semua hal. Baik itu persiapan alat ataupun persiapan
diri. Menjadi seorang DT Engineer berarti telah siap terjun langsung ke lapangan dengan
dinamika yang ada. Sebuah petualang besar didepan dan siap untuk ditaklukkan. Berikut
persiapan perangkat yang akan kita gunakan.
2.1.1 Langkah pertama dipersiapkan tools yang akan digunakan
Komputer (PC/Laptop) yang telah terinstal TEMS 4
Handsheet TEMS Sonny Ericsson T68i
Kabel Data T68i
Software kabel data T68i (MAT USB)
GPS
Kabel data GPS atau Bluetooth
Kita menggunakan T68i untuk handphone interfacenya. Handphone tipe ini umum
digunakan untuk drive test 2G. GPS digunakan untuk positioning, namun jika tidak ada GPS
ataupun GPS tidak bisa terhubung dengan satelit, seperti di dalam gedung, maka kita dapat
melakukan prediksi positioning sendiri pada map yang kita gunakan.
2.1.2 Map
Pada umumnya RNO akan memberikan data-data pendukung yang dibutuhkan seorang
engineer DT seperti peta site, informasi konfigurasi site dan lain sebagainya. DT Engineer yang
kemudian menggunakan data tersebut untuk keperluan drive test. Berikut langkah-langkah
penggunaan MAP
1. Persiapkan map site dan kelengkapannya seperti jalan atau rute yang untuk di input
kedalam TEMS.
2. Buat Geoset, clik Geoset Manager pada menu map
3. Akan muncul tampilan Geoset Manager. Clik cancel pada jendela tampilan
4. Untuk memasukkan table map, klik layer control -> add -> masukkan table map.
Untuk menampilkan label atau informasi site, centang Automatic Labels pada layer
control untuk map yang berisi informasi site.
5. Save
6. Close Geoset Manager. Dari menu Map pilih open Map, open file geoset yang
sebelumnya dibuat.
7. Untuk menyembunyikan info dan Legend, drag Side Bar ke kanan. Map Siap digunakan.
2.1.3 Koneksi Tools
Salah satu langkah terpenting dari seorang DT Engineer adalah mengkoneksikan tools yang
digunakan ke laptop/PC. Koneksi Tools terkadang bisa menjadi kendala yang besar terhadap
kinerja seorang drive tester. Kendala tersebut dapat berupa tools yang sulit terkoneksi ataupun
koneksinya sering terputus. Oleh karena itu seorang DT Engineer harus memahami tools yang
digunakannya. Berikut langkah-langkah koneksi handsheet T68i dan GPS.
1. Hubungkan kabel data T68i ke Laptop, instal driver T68i pada local direktori MAT USB.
2. Koneksikan kabel data ke handsheet T68i
3. Lihat port yang digunakan oleh T68i
Klik Kanan di My Computer, pilih Manage
Akan terbuka komputer management. Pilih device manager kemudian pilih port.
Buka turunan yang ada di Port. Catat Port yang digunakan untuk MAT USB, yang
saya gunakan adalah Com4.
4. Koneksikan GPS ke bluetooth atau kabel data. Apabila dikoneksikan menggunakan
bluetooth, perhatikan port koneksi yang digunakan. Umumnya akan muncul ketika GPS
diconect kan ke bleutooth. Bila dikoneksikan menggunakan kabel data, bisa dilihat di
Computer Management penggunaan Portnya. Saya disini menggunakan Bluetooth
external bluesoil dan terkoneksi pada Com40.
5. Buka sheet configuration. Disana ada Port Configuration. Add new equipment dengan
mengeklik tanda tambah. Di kolom Port, pilih port yang sebelumnya kita peroleh dari
device manager. Di kolom Equiptment pilih T68, ok.
6. Untuk GPS, Equiptmentnya dipilih NMEA 0183.
7. Apabila tools telah terhubung maka akan keluar tanda conect hijau pada menu bar
TEMS. Klik tanda tersebut.
Apabila. Tanda hijau tidak keluar, ada beberapa kemungkinan kegagalan yang terjadi.
Pertama, port yang diambil salah sehingga device yang terpilih tidak dikenali. Apabila
Port yang dipilih sudah benar kemungkinan lainnya adalah Instalasi TEMS yang salah
atau crash, bila ini terjadi langkah yang harus diambil adalah melakukan instalasi ulang.
Kemudian coba dikoneksikan kembali. Apabila tools telah terkoneksi maka telah siap
untuk menjadi drive test engineer.
2.2 Audit Site
Pada New Site yang baru saja di instalasi team drive tester memiliki tugas untuk
mengaudit site tersebut. Melakukan pengecekan standar untuk melihat apakah instalasi sudah
berjalan baik. Selain itu team drive tester juga bertugas untuk melakukan pengoptimalan
orientasi antena serta kemiringannya (tilting) agar didapatkan coverage yang ideal dan tepat
sasaran. Oleh karena itu team drive tester biasanya dilengkapi oleh rigger yang bertugas untuk
mengaudit site dibawah arahan dari DT dan RNO Engineer.
Audit site mempunyai bagian penting pada optimasi jaringan. Pengaturan coverage yang
baik akan membuat kinerja dari site tersebut juga berjalan baik. Pada beberapa jenis antena
terkini sudah memiliki motor elektrik yang secara otomatis dapat merubah arah dan kemiringan
antena. Namun walaupun demikian infromasi dari rigger tetap diperlukan untuk memantau area
sekitar dan topologinya untuk menentukan nilai yang sesuai. Audit site belum dapat dipisahkan
dari drive test karena fungsi audit diperlukan juga untuk melihat instalasi yang terpasang. Hasil
audit berupa data dan foto, dimana hal-hal yang diambil telah ditentukan sebelumnya oleh pihak
operator. DT Engineer bertugas memberi arahan kepada Rigger.
Ketika melakukan audit site, penentuan tilting dan pengarahan antena adalah hal yang
berkaitan langsung dengan optimasi. Disini peran DT Engineer dalam menganalisa nilai yang
tepat sangat dibutuhkan. Hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan adalah jarak neighbour
terdekat, lokasi konsumen dan topologi wilayah. New site yang berdiri diupayakan untuk dapat
mengcover suatu area. Bisa itu merupakan area perluasan cakupan (new coverage), ataupun
penambahan titik untuk mengurangi kepadatan trafik (splitting). Oleh karena itu penentuan
tilting dengan menganalisa posisi neighbour terdekat untuk dapat membagi beban trafik haruslah
tepat. Agar tidak ada overshooting coverage sehingga cenderung menimbulkan gangguan pada
sisi site neighbour. Selain itu tembakan sinyal yang dipancarkan perlu untuk mempertimbangkan
wilayah cakupan. Harus tepat sasaran dan sebisa mungkin mengantisipasi adanya bloking yang
biasanya disebabkan oleh gedung, pohon, gunung dan lain-lain.
Tilting antena adalah suatu pengaturan kemiringan antena yang berfungsi untuk menetapkan
area yang akan menerima cakupan sinyal. Untuk mengubah coverage area yang dilayani oleh
BTS dapat dilakukan dengan teknik tilting, yaitu pemiringan/ perubahan posisi antenna yang
dilakukan untuk mengatur coverage dari antenna. Menurut jenisnya tilting dibagi menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Tilting mekanik
Tilting mekanik adalah mengubah kemiringan antena dengan cara mengubahnya dari sisi
fisik antenna. Rigger memiliki alat ukur tilt meter yang memperlihatkan derajat
kemiringan antena.
2. Tilting elektrik
Tilting elektrik adalah mengubah coverage antenna dengan cara mengubah fasa antenna,
sehingga terjadi perubahan pada beamwidth antenna. Mengubah fasa antenna dapat
dilakukan dengan cara mengubah setingan elctrical tilt pada antenna, yaitu 1,2,3 dst.
Pengaturan tilt elektrik biasanya berada di bagian bawah antena.
Tilting elektrik dan mekanik memberikan pola pancar yang berbeda disisi side loop dan
yang pasti disisi back loop karena secara fisik antena berubah. Sementara Tilting elektrik
cenderung hanya berubah ubah pada main loop dan sedikit pada side loop. Namun tidak semua
antena memiliki tilt elektrik. Kombinasi tilting elektrik dan mekanik akan menghasillkan area
cakupan yang baik. Namun apabila antena tersebut terdapat pengaturan tilt elektrik, lebih disukai
merubah nilai elektrik dan membuat nilai mekanik tetap 0.
Tilting memiliki dua arahan yaitu up tilt dan ke down tilt. Down tilt adalah mengubah
kemiringan antenna menjadi lebih ke bawah. Gambar menunjukkan Down Tilt Mekanik.
Uptilt adalah mengubah kemiringan antena menjadi lebih ke atas. Ini dilakukan untuk
mendapatkan jarak panjcar yang lebih jauh sehingga area yang di cakup antena lebih luas.
menunjukkan Up Tilt.
Jarak pancar yang dapat ditempuh oleh sesuatu antena dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :
Beam < 3 dB = Ha/TAN (downtilt +vertical beamwidht/2)) (meter)
Main beam = Ha/ TAN (downtilt) (meter)
Beam >3 dB = Ha/TAN (downtilt -vertical beamwidht/2)) (meter)
Dimana :
Jarak = Jarak beam (meter)
Ha =Tinggi antena (meter)
Downtilt = Kemiringan antena (derajat)
Vertical beamwidht = Besar beam vertikal (derajat)
Gambar mengilustrasikan perumusan untuk menghitung jarak yang tercover oleh antena.
Dengan merubah derajat kemiringan antena maka jarak pancar antena juga berubah.
Untuk mempermudah memperkirakan jarak pancar antena dapat digunakan software-software
pendukung. Salah satunya adalah katherin scala yang di keluarkan oleh kathrein. Untuk
menentukan nilai tilting perlu diketahui juga data sheet antena yang digunakan. Untuk melihat
karakteristik antena tersebut, seperti band pancaram, vertikal beam, tipe dan derjat tilt.
2.3 Drive Test New Site 2G
Sebelum melakukan drive test kita harus terlebih dahulu mempersiapkan data site
tersebut beserta neighbournya. Penting untuk mengetahui BCCH ARFCN yang digunakan oleh
site kita dan juga site neighbour untuk menganalisa kemungkinan interference. DT Engineer juga
harus mengetahui band frekuensi yang digunakan. Untuk 2G di Indonesia terdapat dua band
frekuensi yaitu 900 dan 1800.
Seperti telah diulas sebelumnya, drive test memiliki banyak tipe pengerjaan. Namun pada
dasarnya hanya berubah-ubah di prosedurnya saja. Sebagai contoh kita ambil penggunaan
TEMS 4 untuk drive test new site 2G. New Site adalah site baru yang baru saja diinstalasi
dan telah siap untuk melakukan pelayanan (On Air). Pengujian dititik beratkan pada
performa site tersebut saja. Adapun prosedur yang ditetapkan oleh salah satu provider dalam
prasarat KPI (Key Performance Indeks) adalah pengetesan fungsi (fungtionality test) dan
mobility test.
Berikut akan dibahas prosedur drive test pada perangkat Ericsson untuk drive test GSM
pada salah satu provider.
2.3.1 Functionality Test (Stationary)
Fungtionality test umumnya disebut dengan stationary karena pengetesan dilakukan pada
posisi tidak bergerak di main beam salah satu cell yang akan diuji. Hal-hal yang diuji meliputi
test layanan dan fungsi seperti voice call, sms, gprs, timeslot check dan pengecekan lainnya
tergantung pada permintaan provider. Mobility test dilakukan untuk melihat coverage yang di
cover site tersebut dan proses handover ke site neighbour berjalan baik atau tidak. Prosedur
statationary meliputi:
Timeslot check
GPRS test
SMS tes
Frekuensi Scanning
1. Timeslot Check
Timeslot check adalah pengecekan yang dilakukan untuk melihat fungsi dari TRX
berjalan baik atau tidak. Terdapat beberapa metode pengetesan timeslot seperti melalui layer 3
message dengan mengatur measurement control, menggunakan channel verification, ataupun
command sequence dengan melakukan short call berulang ulang. Setiap metode memiliki tujuan
yang sama yaitu melihat perpindahan timeslot berjalan baik atau tidak. Hal yang paling mudah
dilakukan adalah dengan melakukan short call berulang ulang dengan duradi call sepuluh sampai
tiga puluh detik selama sepuluh menit.
2. GPRS Test
Pengetesan dilakukan dengan melakukan fungsi browser biasa. Dapat dilakukan melalui
command sequence ataupun langsung dengan handsheet. Sebelum melakukan test terlebih
dahulu pastikan pengaturan komunikasi data di handphone telah benar untuk pengaturan pada
provider yang di uji. Kemudian melakuakan dialling pada alamat web yang dituju.
3. SMS Test
Melakukan SMS biasa ke sembarang nomor. Terkadang pengujian ini tidak dilakukan,
tergantung dari permintaan provider.
2.3.2 Mobility Test
Mobility test melakukan pengujian dengan cara bergerak menjauhi site uji. Bisa bergerak
kearah neighbour ataupun arah terjauh. Dan juga bergerak ke arah target konsumen untuk
melihat kinerja sinyal yang diperoleh pada area tersebut. Pada pengujiannya, digunakan lebih
dari satu handsheet untuk mendapatkan beberapa hal sekaligus untuk diamati. Berikut pengujian
dengan menggunakan dua handsheet (MS). Dimana MS1 melakukan panggilan (dedicated mode)
untuk melihat kemampuan site untuk menghandle trafik bagai mana level sinyalnya serta melihat
alih tanganan layanan (handover) berjalan baik atau tidak. MS2 berada pada posisi idle dengan
mengunci (lock) BCCH ARFCN tiap sector antena untuk melihat coverage dari site tersebut.
Koneksikan dua handphone T68i dan GPS ke TEMS 4
MS2 lock BCCH ARFCN
Record
MS1 dial call
2.4 Problem solving
Terdapat beberapa permasalahan yang mungkin akan ditemui DT Engineer. Baik itu
permasalahan tools ataupun permasalahan pada site yang dikerjakan. Berikut beberapa
permasalahan dan solusinya:
1. Handsheet (MS) sering disconnected
Walaupun permalahan ini tidaklah berhubungan dengan skills seorang engineer, tetapi ini
adalah permasalahan yang paling mengganggu kinerja DT engineer. Kenalilah tools yang
digunakan. Apabila tools tersebut sering disconnected bisa jadi permasalahan ada pada kabel
data. Apabila kabel data baik-baik saja, coba cek konektor pada handphone. Bila telah berkarat,
coba dibersihkan. Periksa juga port USB Laptop masih berfungsi baik atau tidak. Jangan abaikan
permasalahan tools. Tools yang baik akan sangat menunjang kinerja DT Engineer.
2. GPS Position Invalid
Titik GPS tidak juga muncul pada map atau tidak menunjukkan valid position padahal
GPS telah terkoneksi. Terdapat beberapa kemungkinan. Pertama pastikan battery GPS terisi.
Kedua pastikan GPS menerima sinyal satelit. Matikan kemudia hidupkan kembali GPS. Coba
keluarkan blok GPS pada TEMS. Dari Menu Bar pilih Presentation-> Positioning -> GPS.
Apabila terdapat sinyal satelite satu atau dua. Namun koordinat tidak keluar tunggu beberapa
saat. Pastikan GPS tidak terhalang dan coba untuk berpindah posisi. Hal ini terjadi biasanya
karena penerimaan sinyal GPS sudah tidak baik. GPS bisa ditambahkan antena eksternal untuk
memperkuat penerimaan sinyal.
Apabila No GPS Data, coba keluarkan GPS dari mobil dan pastikan tidak terhalang.
Tunggu beberapa saat dan coba berpindah posisi. Kalau masih No GPS Data, GPS anda
kemungkinan telah rusak dan perlu diganti.
3. Logfile saat diputar putus-putus
Apabila logfile hasil DT ketika diputar kembali hasilnya putus-putus dan begitu juga
ketika di plot, maka kemungkinan besar permasalahan ada pada laptop. Kemungkinan karena
ada panas berlebih (over hear), memori yang penuh atau hardisk yang sudah goyang. Biasanya
karena hardisk yang goyang. Ganjal atau rekatkan kembali. Alangkah baiknya kalau diganti saja.
Hal ini juga berlaku untuk logfile yang crash yang bila diputar maka TEMS akan error
4. X Feeder atau Cross Feeder
X Feeder atau Corss Feeder adalah kesalahan instalasi dimana peletakan yang salah pada
koneksi feeder yang dihubungkan ke antena. Untuk memperbaiki Cross Feeder bukanlah bagian
dari pekerjaan DT Engineer karena hal tersebut adalah kesalahan intalasi dan tim installer yang
bekewajiban untuk memperbaiki hal tersebut. DT Engineer bertugas menyampaikan hal tersebut
untuk ditindaklanjuti oleh tim installer. Sebagai contoh suatu site memiliki 2 antena sektoral A
dan B. RBS yang memiliki sepasang konektor, main (transimitter) dan diversity (receiver), untuk
sector A dipasang ke sector B dan sebaliknya. Sehingga antena sektor B akan membawakan
identitas sektor A dan sektor A akan membawakan identitas sektor B. Hal ini akan berimbas
pada performa site karena pengaturan paramaternya tidak sesuai. Cross Feeder terbagi menjadi 2
yaitu total dan parsial.
Cross Feeder Total
Ketika kita berada di arah sektor A, frekuensi dan site ID yang terbaca di TEMS adalah
sektor B dan sebaliknya. Hal yang dilakukan adalah konfirmasi ke PIC atau RNO
engineer serta memberikan logfile ataupun plot CI.
Cross Feeder Parsial
Cross feeder parsial terjadi karena kesalahan salah satu koneksi feeder pada sisi main
atau diversity. Koneksi feeder umumnya berpasangan yaitu main (Transceiver) dan
diversity (Receiver). Hal ini akan terlihat pada saat drive test dimana di kedua sektoral
yang tertukar akan terdapat dua identitas yang sama kuat dan sering berpindah-pindah
layanan (ping pong). Ini sedikit lebih sulit dideteksi dibandingkan cross feeder total.
Ketika DT apabila terdapat dua frekuensi yang memiliki level yang sama kuat di satu
beam antena kita dapat suspect cross feeder parsial. Misalkan ketika drive test sector A
terdapat frekuensi sektor A dan B dengan level sinyal yang hampir sama kuat padahal
sektor A dan B berbeda arah 1800. Pada kondisi ini seharusnya sektor B sudah tidak
mengcover. Untuk memastikannya dilakuakan drive test pada arah antena sebaliknya
yaitu sector B. Apabila di arah sector B juga terdapat sector A maka dapat dipastikan site
tersebut cross feeder parsial.
5. Ping pong active serving site
Ping pong adalah istilah untuk site yang tidak tetap pada satu active set. Hal ini biasanya
terjadi karena level sinyal yang sama kuat atau sama lemah. Pada kondisi idle akan sering terjadi
cell reselection dan pada kondisi dedicated sering terjadi handover. Terdapat beberapa
kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi salah satunya cross feeder parsial yang telah
dibahas sebelumnya.
Ping Pong karena orientasi (azimut) antena berdekatan
Hal ini terlihat apabila drive test dilakuakan pada site yang berdekatan orientasinya.