Crime Scene Investigation - Trace Evidence

download Crime Scene Investigation - Trace Evidence

of 16

Transcript of Crime Scene Investigation - Trace Evidence

CRIME SCENE INVESTIGATION: TRACE EVIDENCEA. Pendahuluan Berdasarkan prinsip bahwa setiap kontak meninggalkan bukti, pakar-pakar forensik meneliti bahwa terdapat beberapa benda terkecil yang dapat dijadikan bukti. Definisi trace pada fase trace evidence adalah suatu hal problematik. Secara umum, ilmu kedokteran forensik menggunakan istilah trace evidence untuk menjelaskan semua bukti sekecil apapun, atau lebih khusus lagi adalah semua bukti yang dianalisis dengan menggunakan teknik mikroskopik.1,2 Sebagian besar barang bukti bersifat nyata. Secara umum merupakan bagian dari kriminal dan ditemukan pada tempat kejadian perkara. Rambut, sidik jari, cat, darah, dan jejak kaki merupakan contoh-contoh dari barang bukti.3 B. Penemuan Barang Bukti di Tempat Kejadian Perkara Hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh para investigator dalam menyelidiki tempat kejadian perkara, antara lain:4 1. Senjata aktif mungkin dapat ditemukan Investigator harus memeriksa tubuh korban. Jika masih terdapat senjata aktif, seperti handgun, benda tersebut harus disingkirkan terlebih dahulu oleh pihak yang berwajib sebelum dilakukan pemeriksaan. Hal ini berguna untuk kepentingan dokumen penyidikan.4 2. Kematian seseorang harus dikonfirmasi kembali Hal ini mungkin terlihat sebagai sesuatu yang jelas, walaupun demikian ini adalah suatu langkah yang logis. Pemeriksaan meliputi: nadi, laju pernapasan, dan refleksrefleks fisiologis.4 3. Ketika sebuah tubuh ditemukan dan diperiksa di suatu tempat, hal ini tidak berarti bahwa orang tersebut telah meninggal di tempat itu Lokasi kematian harus ditentukan segera berdasarkan kemampuan terbaik yang dimiliki oleh investigator. Hasil pemeriksaan kadang-kadang menunjukkan hal yang tidak konsisten dengan lokasi atau posisi tubuh seseorang. Mengevaluasi livor, rigor, tanda gesekan, dan posisi umum dari tubuh penderita dapat menunjukkan bahwa korban telah dipindahkan setelah kematiannya. Penemuan ini dapat dihubungkan dengan laporan polisi.4

1

4.

Masalah lingkungan dapat dipertimbangkan ketika ditemukan banyak korban dalam suatu tempat Ketika banyak korban yang ditemukan dalam suatu tempat kejadian perkara, hal ini bisa menjadi petunjuk bahwa kemungkinan telah terjadi suatu masalah lingkungan (misalnya: keracunan karbon monoksida atau oksigen). Sangat penting untuk mengonfirmasi ulang bahwa tempat kejadian tersebut aman untuk diselidiki.4

5.

Evaluasi sistemik sangat diperlukan Evaluasi sistemik harus dilakukan dari luar ke dalam. Pemeriksaan luar secara rinci dimulai dengan menggambarkan dan mendokumentasikan segala sesuatu yang terdapat pada tubuh, antara lain:4 Mendeskripsikan dan mendokumentasikan tipe baju yang digunakan korban Mendokumentasikan ada tidaknya obat-obatan dan alat-alat lainnya yang berhubungan dengan penggunaan obat tersebut Mendokumentasikan ada tidaknya uang (jenis uang dan jumlahnya) Mendokumentasikan ada tidaknya barang-barang berharga yang bersifat pribadi (perhiasan) Mendokumentasikan ada tidaknya tanda pengenal (KTP, SIM, passport, atau tanda pengenal lainnya)

6.

Sangat penting untuk mendokumentasi luka-luka yang tampak jelas Hal ini harus dilakukan oleh tenaga medis atau polisi, dimulai dari bagian kiri tubuh (kaki sampai kepala), kemudian ke sebelah kanan tubuh (dari kepala ke kaki). Bagian belakang tubuh juga didokumentasikan dengan metode yang sama. Penemuan-penemuan yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan harus didokumentasikan selama pemeriksaan dilakukan. Pada kasus-kasus kekerasan di mana bagian tubuh korban terpisah satu dengan yang lainnya, bagian tubuh tersebut harus didokumentasikan sesuai dengan posisinya sebelum dikumpulkan.4

7.

Berdasarkan dari luka-luka yang dialami korban, tempat kejadian perlu dievaluasi kembali Sebagai contoh, jika korban ditembak dan luka tembak anterior dan posterior telah ditemukan, penyidik keudian dapat diarahkan pada lokasi kejadian yang mungkin dari tempat keluarnya peluru.4 Contoh lain, jika seorang korban ditemukan dengan jari tabuh atau barrel chest, asites dan jaundice dapat mengarahkan penyidik untuk menemukan sejumlah besar2

botol alkohol yang disembunyikan; atau jika ditemukan korban dengan bekas-bekas tusukan atau ekimosis pada area antecubital dapat mengarahkan pada penemuan alat-alat suntik atau alat-alat lainnya yang berhubungan. Dalam hal ini, penting untuk mencatat resep-resep obat atau penggunaan obat yang tidak diperbolehkan dari korban termasuk jumlah obat yang diresepkan dan jumlah obat yang tersisa. Informasi ini dapat digunakan untuk mengetahui riwayat pegobatan pasien, nama tenaga medis yang terakhir dikunjungi untuk konsultasi, dan berdasarkan jenis dan jumlah obat yang tersisa dapat menjadi petunjuk tentang penyebab dan cara kematian.4 8. Mendokumentasikan perubahan post-mortem Hal ini penting untuk mencegah misinterpretasi. Beberapa penemuan yang umumnya terdapat pada perubahan post mortem antara lain:4 Vesikasi: proses ini termasuk pembentukan gelembung pada kulit atau vesikel yang kemungkinan terjadi dari proses pembakaran Pembusukan bagian tubuh yang tidak merata: hal ini dapat terjadi jika salah satu bagian tubuh terpajan dengan suhu atau kondisi lingkungan (misalnya sinar matahari dari jendela) yang berbeda dengan bagian tubuh lainnya Distensi rectal atau vagina yang abnormal: perubahan tersebut dapat terjadi pada adanya trauma tajam dan juga nerupakan perubahan post-mortem yang normal. Fraktur panas: korban yang terbakar atau terpajan dengan suhu yang tinggi dapat menunjukkan fraktur tulang yang sebelumnya tidak ada pada antemortem. Perdarahan thermal: proses koagulasi dan akumulasi darah dapat terjadi karena panas yang memiliki kemiripan dengan perdarahan ante-mortem C. Metode Pencarian Barang Bukti Untuk dapat memperoleh barang bukti yang diperlukan dalam proses penyidikan dikenal 5 (lima) macam metode, yaitu:5

3

1.

Strip method

Gambar 1. Strip Method (dikutip dari kepustakaan 5)

2.

Double strip or grid method

Gambar 2. Double Strip Method (dikutip dari kepustakaan 5)

4

3.

Spiral method

Gambar 3. Spiral Method (dikutip dari kepustakaan 5)

4.

Zone method

Gambar 4. Zone Method (dikutip dari kepustakaan 5)

5

5.

Wheel method

Gambar 4. Wheel Method (dikutip dari kepustakaan 5)

Cara atau metode-metode tersebut tentu sudah diketahui oleh penyidik dan perlu pula diketahui oleh dokter yang melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara agar tidak mengubah/merusak keaslian keadaan tempat kejadian perkara.5 Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam mencari barang bukti di tempat kejadian perkara, dapat dipastikan proses penyidikan akan berjalan dengan lancar dan memberikan hasil memuaskan dan dengan demikian berarti pula kesulitan-kesulitan persidangan dapat diatasi, khususnya dalam hal pembuktian telah terjadinya suatu kejahatan dan kaitannya dengan terdakwa pelaku kejahatan.5 D. Bukti-bukti Mikroskopik dan Berbagai Analisisnya 1. Rambut Rambut adalah salah satu jenis trace evidence yang tersering. Jenis rambut sangat bervariasi di antara individu dan berbagai populasi menurut ras. Dalam berbagai kasus, rambut digunakan untuk mengidentifikasi korban yang tidak diketahui identitasnya.6 Mengumpulkan bukti Ada beberapa macam metode yang digunakan dalam pengumpulan rambut, antara lain:6 1) Mengumpulkan rambut dengan menggunakan tangan atau penjepit. Pada sebagian kasus, pengumpulan rambut dengan menggunakan penjepit tidak6

direkomendasikan karena dapat merusak struktur rambut. Penjepit juga dapat merusak struktur akar rambut dan jaringan di sekitarnya yang berguna untuk analisis DNA. 2) Sumber cahaya, seperti sinar inframerah atau laser dapat digunakan untuk membantu investigator untuk mengidentifikasi rambut 3) Plester bening atau selotip dapat digunakan untuk mengangkat rambut, baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata, dari berbagai permukaan. Di Kanada, ini adalah metode yang paling sering digunakan. 4) Metode vakum digunakan pada kasus kriminal yang besar, dan pada bukti-bukti yang tidak dapat bergerak. 5) Metode lainnya adalah dengan menggunakan sikat, atau mengibas-ngibaskan barang bukti yang berupa kain atau baju. Bukti-bukti yang diperiksa ditampung dengan menggunakan kertas putih. Trace evidence yang ditemukan pada kertas putih tersebut kemudian dipisahkan menjadi beberapa golongan, seperti rambut, serat, kaca, dsb, untuk selanjutnya dianalisis. Metode ini adalah metode kedua tersering yang digunakan di Kanada untuk pengumpulan trace evidence. 6) Metode lain yang bisa digunakan adalah dengan menyisir, terutama untuk menemukan ada tidaknya cross transferred dari pelaku ke korban. Lokasi pengambilan sampel, antara lain: kulit kepala, daerah pubis, dan daerah berambut lainnya, sekitar 30-50 helai rambut dikumpulkan dan diberi label sesuai dengan lokasi pengambilan, kemudian dibandingkan dengan semua jenis rambut yang ditemukan di lokasi kejadian, dengan tujuan menentukan rambut pelaku. Struktur rambut dan akar rambut Secara keseluruhan, rambut terdiri dari 3 bagian: akar, batang, dan ujung. Panjang dan bentuk rambut dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi asal dari rambut (kulit kepala, alis, janggut, ketiak, tubuh, atau daerah pubis).6 Bentuk akar rambut mengindikasikan stadium pertumbuhan rambut (anagen, katagen, dan telogen) sehingga dapat ditentukan apakah rambut tersebut ditarik atau gugur secara alami. Pada rambut yang sehat, sekitar 80-90% rambut berada pada fase anagen, sekitar 2% pada fase anagen, dan sisanya 10-18% berada pada fase telogen. Akar rambut mungkin mengandung jaringan folikuler yang dapat digunakan untuk tes DNA. Pada fase anagen, banyak ditemukan jaringan folikuler dan merupakan sumber terkaya dari DNA. Pada fase katagen, akar rambut memanjang7

dan merupakan akhir dari pertumbuhan rambut, mudah tercabut, dan fase ini berlangsung selama beberapa minggu. Fase terakhir disebut fase telogen, yang berlangsung hingga 6 bulan. Pada fase ini, rambut gugur secara alami. Kehilangan akar rambut menunjukkan bahwa rambut tersebut telah digunting. Normalnya, jumlah rambut manusia gugur adalah sekitar 100 helai per hari.3,6

Gambar 6. Stadium-stadium Pertumbuhan Rambut (dikutip dari kepustakaan 3)

Karakteristik batang rambut diperiksa dengan menggunakan mikroskop. Karakteristik tersebut meliputi bentuk dan ukuran dari medulla rambut, ada tidaknya granul pigmen, dan model kulit kepala seseorang. Rambut yang terbakar akan menyebabkan batang rambut menjadi keriting dan bergelembung. Pertumbuhan rambut rata-rata 1 mm per hari. Dengan pengetahuan ini, investigator dapat memperkirakan kapan rambut tersebut terpapar oleh bahan-bahan kimiawi.6 Ujung rambut yang berasal dari kulit kepala mungkin menunjukkan bahwa rambut tersebut telah sering dipotong atau terpapar benda panas atau bahan kimiawi lainnya. Sedangkan, rambut janggut biasanya menunjukkan ujung yang tumpul karena sering dicukur.3,6 Penampang melintang rambut dapat digambarkan seperti sebuah pensil. Bagian medulla bagaikan ujung pensil. Bagian korteks dapat diandaikan seperti kayu, dan kutikula adalah bagian yang menyelimuti kayu tersebut. Rasio antara bagian batang rambut dan bagian medullanya digunakan untuk membedakan rambut binatang dan rambut manusia. Pada hewan, ukuran medulla rambut kira-kira setengah kali lebih besar dari ukuran batang rambut, sedangkan pada manusia, ukuran medulla rambut kira-kira kurang dari sepertiga kali ukuran batang rambut. Medulla rambut pada seseorang bisa nampak, tidak ada, terputus, atau tersambung.

8

Struktur mikroskopik dalam korteks seperti granul pigmen dan gelembung udara, digunakan untuk membandingkan rambut seseorang dengan rambut orang lain. Bagian kutikula terutama digunakan untuk mengamati pola kulit kepala yang menunjukkan jenis spesies dari rambut yang diperiksa. Polanya dapat berbentuk koronal, petal, dan imbrikata. Pola imbrikata biasanya ditemukan pada manusia. Pola petal biasanya ditemukan pada reptil dan tidak ditemukan pada manusia, sedangkan pola koronal biasanya tidak ditemukan juga pada manusia.6

Gambar 7. Penampang Melintang Rambut (dikutip dari kepustakaan 2 dan 3)

Ada beberapa situasi di mana rambut tidak dapat digunakan sebagai barang bukti, misalnya pembunuhan atau tindakan kriminal lainnya, di mana korban dan tersangka tinggal serumah.6 2. Sidik jari Penemuan tentang keunikan sidik jari telah diketahui secara luas sejak abad ke-19 oleh seorang peneliti asal Prancis bernama Francis Galton. Masyarakat di

9

daerah Cina juga telah menggunakan sidik jari sebagai alat untuk menandatangani suatu dokumen yang penting.7 Penelitian Galton yang menyebutkan bahwa tidak ada dua sidik jari yang identik telah mengubah dunia terutama di bidang ilmu kedokteran forensik. Bahkan seorang kembar identik pun memiliki pola sidik jari yang berbeda. Untuk memudahkan dalam pengelompokan, Galton mengklasifikasikan pola sidik jari dalam 3 kelompok dasar, yaitu: loop, arch, dan whorl.7

Gambar 8. Pola Dasar Sidik Jari (dikutip dari kepustakaan 7)

Sidik jari dibagi atas 3 jenis, yaitu: latent, visible, dan plastic, print. Yang paling sering ditemukan adalah yang tipe latent, yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Sidik jari latent terbentuk dari keringat, baik dari tangan, maupun kontak yang tidak disadari antara jari dan wajah atau bagian tubuh lainnya. Metode yang paling sering digunakan dalam memeriksa sidik jari latent adalah menggunakan bedak berwarna abu-abu atau hitam, untuk menemukan sidik jari yang tersembunyi. Cara yang paling sering, dan paling sederhana dipakai adalah dengan menaburi bubuk bedak tersebut di tempat kejadian perkara. Bedak tersebut biasanya ditaburi di atas kayu, metal, kaca dan permukaan-permukaan lainnya sehingga sidik jari tersebut dapat dilihat dengan mata telanjang. Cara lain ialah dengan menggunakan bedak fluorescent dan phosphorescent, sehingga sidik jari tersebut tampak dalam permukaan yang berwarna. Teknik lain adalah dengan menggunakan gas iodine. Kristal iodine menguap dengan cepat ketika terpapar oleh panas dan menghasilkan gas berwarna violet yang diabsopsi oleh sidik jari latent sehingga dapat terlihat.Cara lain ialah dengan menggunakan gas cyanoacrylate. Metode ini biasanya digunakan untuk sidik jari latent yang menempel pada peralatan rumah tangga seperti kantong plastik, aluminium, dan bahan yang terbuat dari karet. Selain10

bedak hitam, dapat juga digunakan bedak putih yang tersusun oleh ninhydrin. Sidik jari tersebut akan nampak sekitar 1 jam ketika terjadi ikatan antara asam amino dalam keringat dan ninhydrin tersebut. Metode terakhir yang biasanya digunakan pada sidik jari latent adalah metode gentian violet. Gentian violet atau kristal violet digunakan untuk mengikat sel-sel epidermal yang sudah mati atau keringat yang tertinggal pada suatu permukaan benda. Ketika sidik jari sudah terlihat, digunakan selotip untuk mengambil sampel tersebut. Jenis kedua dari sidik jari adalah sidik jari visible, yang biasanya tertinggal pada darah atau tinta. Jenis yang ketiga adalah sidik jari pastic yang mudah untuk dilihat karena biasanya tertinggal pada permukaan yang melunak seperti sabun, dan lilin.7 3. Kaca Kaca dapat berasal dari berbagai jenis: kaca lampu mobil, kaca jendela, kaca mata, kaca depan mobil, dan sebagainya. Ketika pecahan kaca ditemukan selama penyelidikan, pecahan-pecahan tersebut dianalisis densitas dan indeks refraksi. Densistas ditentukan dengan menimbang dan mengukur volume dari sampel tesebut. Densitas sama dengan massa per volume. Indeksi refraksi dapat dihitung dengan menggunakan system otomatis yang disebut dengan Grim 2. Dari hasil analisis tersebut biasanya dapat ditentukan jenis kaca dari sampel tersebut.8 Pemeriksaan pertama dari kaca sebaiknya dimulai dengan karakteristik fisik dari kaca yang dapat dievaluasi baik secara makroskopik ataupun dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan dari pecahan kaca dapat menunjukan penyebab dari pecahnya kaca tersebut baik karena trauma tumpul kecepatan rendah atau trauma dengan kecepatan tinggi. Beberapa pengataman yang harus dilakukan juga meliputi ketebalan, warna, keseragaman, lengkungan, kondisi permukaan, seperti adanya cat, tanah, dsb pada permukaan kaca tersebut.2 Pecahan kaca dapat ditemukan pada rambut dan pakaian korban misalnya pada kasus dimana korban ditabrak mobil, pecahan kaca lampu mobil atau kaca jendela mobil dapat ditemukan pada rambut atau bajunya. Pada kasus-kasus kriminal dimana tersangka memasuki gedung atau kendaraan melalui kaca, dapat ditemukan pecahan kaca pada baju atau alat yang digunakan untuk memecahkan kaca tersebut. Pada kedua situasi tersebut, partikel kaca yang ditemukan pada baju kemudian dibandingkan dengan partikel yang dikumpulkan dari lokasi kejadian untuk menentukkan asal dari kaca tersebut.9

11

4.

Serat Serat merupakan bentuk trace evidence yang dapat dipindahkan dari pakaian tersangka ke pakaian korban selama tindakan criminal terjadi. Serat tekstil juga dapat pindah dari selimut atau karpet; antara dua individu; antara individu dengan objek atau antara dua objek. Cross transfer dari serat sering tejadi dalam kasus dimana terdapat kontak antara korban dan pelaku, dan penyidik berharap serat yang berasal dari penyerang dapat ditemukan di lokasi kejadian. 2,10,11 Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop dan diamati ukuran, warna, kecerahan, penampang melintang dari serat, kerusakan, tanah dan debris-debris lainnya yang menempel, kemudian semua penemuan tersebut didokumentasikan. Kemudian dilakukan klasifikasi terhadap serat tersebut menjadi serat alami atau buatan pabrik.2 Kendala dari bukti serat ini adalah serat mempunyai sifat yang tidak khas, tidak seperti DNA atau sidik jari yang dapat langsung mengarahkan ke penyerang. Harus ada faktor-faktor lain yang terlibat misalnya bukti atau sesuatu yang unik dari serat tersebut.11 Serat didapatkan dari lokasi kejadian dengan menggunakan pinset, selotip, atau vakum. Biasanya serat tersebut terdapat di baju, gorden, karpet, perabotan, dan selimut. Dalam analisis, serat tersbut pertama digolongkan menjadi serat alami, buatan pabrik, atau campuran.11 Serat alami berasal dari tumbuhan (cotton) atau binatang (wool). Serat buatan pabrik adalah serat sintetik seperti rayon, asetat dan polister yang terbuat dari molekul rantai panjang yang disebut polimer. Kemudian serat apapun yang ditemukan di lokasi kejadian kemudian dibandingkan dengan serta yang didapatkan dari tersangka (misalnya dari mobil atau rumah tersangka) dan serat-serat tersebut ditempatkan satu sama lain untuk pengamatan visual menggunakan mikroskop.11

5.

Cat Sampel cat merupakan sampel mikro yang banyak diperiksa di laboratorium criminal. Golongan transfer evidence ini memainkan peranan penting dalam investigasi. Sampel cat biasanya digunakan dalam kecelakaan lalu lintas dimana terjadi kontak antara dua objek. Sampel ini penting untuk mendapatkan informasi mengenai pembuatan, model, dan warna kendaraan terutama dalam kasus tabrak lari.2,9

12

6.

Tanah Tanah mempunyai nilai dalam forensik. Tanah pada benda-benda lain yang terkontaminasi yang dapat memberikan informasi berharga mengenai suatu tindakan kriminal. Secara umum, tanah digolongkan ke dalam organik atau inorganik.12 Tanah merupakan suatu trace evidence. Tanah disusun dari bahan-bahan yang terdiri dari bahan organic, mineral atau bahan sintetik. Rasio dari kandungan mineral dibandingkan dengan bahan-bahan lain dalam tanah dapat sangat spesifik pada tempat-tempat tertentu. Tanah yang berpasir mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan tanah yang lunak atau tanah subur.12 Dengan mengetahui karakteristik dari tanah, biasanya memungkinkan untuk mengetahui lokasi tertentu. Sampel tanah biasanya dapat memberikan banyak informasi mengenai lokasi korban atau tersangka. Analisis sampel tanah dari kendaraan juga dapat meberikan informasi terhadap penyidik tempat yang telah dikunjungi oleh kendaraan tersebut. Begitu pula dengan analisis tanah dari sepatu, pakaian, dan ban.12 Pengumpulan sampel tergantung dari lokasi kejadian. Lokasi kejadian indoor biasanya meninggalkan jejak berupa tanah pada alas kaki. Sampel tersebut dapat dikumpulkan dengan menggunakan metode vakum. Sampel tersebut dapat divakum dengan menggunakan portable vacuum cleaner atau dengan menggunakan alat khusus. Alat khusus yang dimaksud mempunyai layar yang terbuat dari metal dimanaterdapat kertas penyaring yang melekat diatasnya. Area yang akan diambil sampelnya divakum menggunakan alat tersebut, kemudian alat penyaring dikeluarkan dan diberi label berdasarkan tanggal, lokasi, waktu dan nama teknisi yang menjalankan alat tersebut.12

7.

Residu senjata Residu senjata merupakan bahan material organik dan inorganik yang berasal dari proyektil, tempat peluru, pelontar Tujuan dari pemeriksaan residu senjata

adalah untuk menentukan residu tersebut memang berasal dari residu tembakan senjata tersebut. Analisis masalah tersebut dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari tangan tersangka dan menganalisisnya. Analisis dari residu senjata ialah mencari bahan metal yang penting, termasuk barium, antimony, dan karbon. Scanning electron microscope dapat membentuk gambar dari partikel tersebut, dan dapat digunakan untuk dianalisis secara kimia. 1,2

13

8.

Darah Pemeriksaan darah di tempat kejadian perkara kasus kriminal dapat memberikan informasi yang berguna bagi proses penyidikan. Pemeriksaan yang sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap penyidik adalah:5 a. Dari bentuk dan sifat bercak dapat diketahui:5 Perkiraan jarak antara lantai dengan sumber perdarahan Arah pergerakan dari sumber perdarahan baik dari korban maupun dari si pelaku kejahatan Sumber perdarahan, darah yang berasal dari pembuluh balik (pada luka yang dangkal), akan berwarna merah gelap sedangkan yang berasal dari pembuluh nadi (pada luka yang dalam) akan berwarna merah terang. Darah yang berasal dari saluran pernapasan atau paru-paru berwarna merah terang dan berbuih (jika telah mongering tampak seperti gambaran sarang tawon). Darah yang berasal dari saluran pencernaan akan berwarna merah coklat sebagai akibat dari bercampurnya darah dengan asam lambung. Darah dari pembuluh nadi akan memberikan bercak kecil-kecil

menyemprot pada daerah yang lebih jauh dari daerah perdarahan; sedangkan yang berasal dari pembuluh balik biasanya membentuk genangan (ini karena tekanan dalam pembuluh nadi lebih tinggi dari tekanan atmosfer sedangkan tekanan dalam pembuluh balik lebih rendah hingga tidak mungkin dapat menyemprot) Perkiraan umur/tuanya bercak darah. Darah yang masih baru bentuknya cair dengan bau amis, dalam waktu 12-36 jam akan mongering sedangkan warna darah akan berubah menjadi coklat dalam waktu 10-12 hari. b. Dari distribusi bercak darah pada pakaian dapat diperkirakan posisi korban sewaktu terjadinya perdarahan. Pada orang yang bunuh diri dengan memotong leher pada posisi tegak atau pada kasus pembunuhan di mana korbannya sedang berdiri, maka bercak/aliran darah akan tampak berjalan dari atas ke bawah.5 c. Dari distribusi darah yang terdapat di lantai dapat diduga apakah kasusnya kasus bunuh diri (tergenang, setempat), ataukah pembunuhan (bercak dan genangan darah tidak beraturan, sering tampak tanda-tanda bahwa korban tampak berusaha menghindar atau tampak bekas diseret).514

d.

Pada kasus tabrak lari, pemeriksaan bercak darah dalam hal ini golongan darahnya yang terdapat pada kendaraan yang diduga sebagai penabrak dibandingkan dengan golongan darah korban akan bermakna dan memudahkan proses penyidik.5

15

DAFTAR PUSTAKA

1. 2.

Cooper C. Eyewitness forensic science. United States: DK Publishing; 2008. p. 24-5, 30. Kubic TA, Petraco N. Microanalysis and examination of trace evidence [online]. 2003 [cited 2011 July 20]. Available from: URL: http://www.bios.niu.edu/naples/geol570/microanalysis .pdf

3.

Houck MM. Essential of forensic science: trace evidence. United States: Facts On File; 2009. p. 2, 61-75.

4.

Robinson RM. Forensic scene investigation [online]. 2011 [cited 2011 July 20]. Available from: http://www.crimeandclues.com/index.php/physical-evidence/traceevidence/63-trace-evidence-hair

5.

Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Dalam: Idries AM, Tjiptomartono AL, editor. Penerapan ilmu kedokteran forensik dalam proses penyidikan edisi revisi; 2008. hlm. 13-6, 19-20.

6.

Flynn KS. Trace evidence: hair [online]. 2009 [cited 2011 July 20]. Available from: URL: http://www.emedicine.medscape.com/article/1680358-overview

7.

Gurdoglanyan D. Fingerprints used in forensic investigations [online]. 2001 [cited 2011 July 20]. Available from: http://www.bxscience.edu/publications/forensics/articles/fingerprinting/ r-fing01.htm

8.

Flynn KS. Interpretation, Collection abd Preservation of Glass Fragments [online]. 2009 [cited 2011 July 20]. Available from: URL: http://www.crimeandclues.com/index.php/ physical-evidence/trace-evidence/122-interpretation-collection-and-preservation-ofglass-fragments

9.

Michigan State Police. Trace Evidence [online]. 2011 [cited 2011 July 21]. Available from: URL: http://www.michigan.gov/msp/0,1607,7-123-1593_3800-15961--,00.html

10. Lotter K. Forensic Fiber Analysis [online]. 2008 [cited 2011 July 21]. Available From: URL: http://www.suite101.com/content/forensic-fiber-analysis-a66907.htm 11. Ramsland K. Trace Evidence: Fiber Analysis [online] 2011 [cited 2011 July 21]. Available From: URL: http://www.trutv.com/library/crime/criminal_mind/forensics/trace/3.html 12. Flynn KS . Analysis and Collection of Soil Samples [online]. 2009 [cited 2011 July 21]. Available From: URL: http://www.crimeandclues.com/index.php/physicalevidence/trace-evidence/64-analysis-and-collection-of-soil-samples

16