tembakau.doc
-
Upload
barikly-robby -
Category
Documents
-
view
216 -
download
3
description
Transcript of tembakau.doc
Tembakau
Barikly Robby
Profil Komoditi
Klasifikasi Ilmiah Tanaman Tembakau
Klass : Dicotyledonaea
Ordo : Personatae
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotianae
Spesies :Nicotiana tabacum L
Terdapat tiga varietas utama yaitu :
1. Nicotina Tobacum ( Tembakau Virginia)
2. Nicotina Macrophylla (Tembakau Maryland)
3. Nicotina Rustica (Tembakau Boeren)
4. Nicotina Chinensis
Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat
bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar
serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulubulu
akar. perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air,dan
subur.
Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke
ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang
tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun,
juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm (Matnawi, 1997).
Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada
varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang
berbentuk bulat, ujungnya tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun
agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma
dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28-
32 hela Bakal buah tembakau terletak diatas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yang
membesar, setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakal buah ini
dihubungkan oleh sebatang tangkai putih dengan sebuah kepala putik diatasnya (Padmo
dan Djatmiko, 1991).
Buah
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya banyak
berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12000 butir biji. Tiap-
tiap tembakau dapat menghasilkan rata-rata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu sesudah
pembuahan buah tembakau telah jadi masak (Padmo dan Djatmiko, 1991).
Biji dari buah tembakau yang baru dipungut kadang-kadang belum dapat berkecambah bila
disemaikan sehingga biji tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dormansi. Kira-
kira 2-3 minggu untuk dapat berkecambah, untuk dapat memperoleh kecambah yang baik
sekitar 95% biji yang dipetik harus sudah masak dan telah disimpan dengan baik dengan
suhu yang kering (Padmo dan Djatmiko, 1991)
Tanaman tembakau merupakan salah satu tanaman tropis asli Amerika, di mana
bangsa pribumi menggunakannya dalam upacara adat dan untuk pengobatan. Tembakau
digunakan pertama kali di Amerika Utara, tembakau masuk ke Eropa melalui Spanyol
(Basyir 2006). Pada awalnya hanya digunakan untuk keperluan dekorasi dan kedokteraan
serta medis saja. Setelah masuknya tembakau ke Eropa tembakau menjadi semakin
populer sebagai barang dagangan, sehingga tanaman tembakau menyebar dengan sangat
cepat di seluruh Eropa, Afrika, Asia, dan Australia (Matnawi, 1997).
Mulai abad ke-15, konsumsi tembakau terus tumbuh. Pada abad ke-18, tembakau
telah diperdagangkan secara internasional dan menjadi bagian dari kebudayaan sebagian
besar bangsa di dunia. Lalu pada abad ke-19 orang – orang Spanyol memperkenalkan
cerutu ke Asia lewat Fhilipina dan kemudian ke Rusia dan Turki sehinga rokok mulai
menggantikan penggunaan tembakau pada pipa, tembakau kunyah dan hirup. Dengan cara
itulah, tembakau menyebar ke negara – negara lainnya (Basyir, 2006).
Pada tahun 2003, dalam menanggapi pertumbuhan penggunaan tembakau di negara
berkembang, World Health Organization (WHO) berhasil mengumpulkan 168 negara untuk
menandatangani Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau. Konvensi ini
dirancang untuk mendorong penegakan hukum yang efektif di semua negara untuk
mengurangi efek berbahaya dari tembakau. Hal ini menyebabkan penghentian
pengembangan produk tembakau (Wikipedia, 2008). Tanaman tembakau di Indonesia
diperkirakan dibawa oleh bangsa Portugis atau Spanyol pada abad ke-16. Menurut
Rhupius, tanaman tembakau pernah dijumpai di Indonesia tumbuh dibeberapa daerah
yang belum pernah di jelajahi oleh bangsa Portugis atau spanyol (Matnawi, 1997).
Pohon Industri
Berikut adalah skema pohon industri yang dapat dilakukan dengan komoditi Tembakau
Gambar 1 Pohon Industri Komoditi Tembakau
Rendemen
Ukuran, bentuk dan letak daun Merupakan unsur mutu yang penting karena menentukan
rendemen yaitu banyaknya daun yang akan dibuat dari tipa-tiap helai daun. Selain itu merupakan
pertimbangan untuk komponen rokok cerutu. Daun berdasarkan letaknya mulai dari bawah ke atas
terdiri dari, daun koseran (1-5 helai), daun kaki (6-13 helai), daun tengah (14-22 helai), dan daun
pucuk (sekitar helai atau lebih). Bentuk daun koseran umumnya tipis dan bulat, daun kaki agak
tebal dan bulat, daun tengah tebal dan bulat panjang, sedangkan daun pucuk paling tebal dana agak
memanjang.
Berkurangnya rendemen akan mengakibatkan penurunan mutu. Rendemen krosok
umumnnya 12-16%, tembakau virginia 14,3-16,6%, tembakau yang diolah secara curing atau
pepean (sun drying) sekitar 8-12%. Tembakau rakyat rajangan, pepean menghasilkan rendemen
sekitar 6-7,5%.
Perhitungan rendemen dari tembakau didapatkan dari berat daun tembakau kering yang
dihasilkan dibandingkan dengan berat daun tembakau basah yang diproses yang dinyatakan dalam
persen.
Adapun beberapa potensi hasil beberapa varietas Tembakau unggul adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Varietas Tembakau Unggul dan Rendemennya
NO VARIETAS/ GALUR RENDEMEN ( % )
1 Krosok 12-16
2 Virginia 14,3-16,6
3 Curing 8-12
4 Rakyat Rajangan 6-7,5
Faktor Kritis
Beberapa pengamat mengemukakan tentang factor-faktor kritis dari komoditi tembakau. tembakau
sebagai komoditi memiliki beberapa faktor kritis yang dapat mempengaruhi produksinya. Beberapa faktor
kritis tersebut antara lain (Indrawanto dkk, 2010):
Iklim
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun
iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau
dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan
mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam
tanah (Matnawi, 1997).
Curah hujan menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan perkebunan tembakau
untuk daratan rendah dibawah 550m dpl dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan ,
pada musim penghujan tidak melampaui 250 mm/bulan, dan pada bulan kering rata-rata
80 mm/bulan. Untuk daratan tinggi diatas 550m dpl dengan curah hujan rata-rata 1500-
3000 mm/tahun , pada musim penghujan tidak melampaui 350 mm/bulan, dan pada bulan
kering rata-rata 130 mm/bulan.
Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk
tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan
dengan jenisnya (Matnawi, 1997).
Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-
32,30 C. Tanaman tembakau dapat tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi
bergantung pada varietasnya. Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan
tanaman tembakau adalah 0 - 900 mdpl (Matnawi, 1997).
Tanah
Tanah yang dikehendaki oleh tanaman tembakau adalah tanah yang gembur, remah,
dan mudah mengikat air. Selain itu lahan yang baik untuk tanaman tembakau adalah yang
memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase. Hal ini
disebabkan karena tanaman tembakau yang sangat peka terhadap air yang menggenang.
Tanah yang optimal bagi tanaman tembakau adalah yang memiliki pH 5 – 6.
Tembakau Deli sangat cocok untuk jenis tanah aluvial dan andosol. Tanah regosol
sangat cocok untuk tembakau vorstenlanden dan besuki. Tembakau Virginia flu-cured
cocok untuk tanah podsolik. Sedangkan tembakau rakyat atau asli dapat tumbuh mulai dari
tanah ringan (berpasir) sampai dengan tanah berat (liat). Derajat keasaman tanah yang
baik untuk tanaman tembakau adalah 5-5,6; tembakau Virginia 5,5-6,0. Apabila didapat
nilai yang kurang dari 5 maka perlu diberikan pengapuran untuk menaikkan pH sedangkan
bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 maka perlu diberikan belerang untuk menurunkan
pH. (Matnawi, 1997).
Proses Penanaman yang Disarankan
Tembakau tumbuh pada berbagai tipe tanah mulai dari tanah pasiran sampai
lempung berpasir (sandy loams), tanah lempungan (Loam), liat hitam (heavy black clay).
Tanah tembakau tersebut memiliki perbedaan yang luas pada produktivitas alaminya
terutama pada kesuburan tanah dan tingkat pengelolaan yang dibutuhkan. tanah
memainkan peranan dalam keputusan mutu dan nilai komersial produk tembakau. Pada
kondisi terbuka, di tanah bertekstur ringan (pasiran) perakaran tembakau dapat
mencapai kedalaman 120 cm untuk mendapatkan air dan hara pada lapisan tanah
terdalam. Dalam pertumbuhan daun tembakau mencapai maksimum terdapat tiga kunci
utama yang harus dipenuhi yaitu kecukupan penyediaan hara tanaman, oksigen dan air.
(Haryono,1997)
Pengolahan tanah ditujukan untuk memberi kondisi yang menguntungkan bagi
pertumbuhan akar tanaman tembakau, sehingga sistem perakaran berkembang baik dan
mampu menyerap air serta unsur hara dalam jumlah yang cukup untuk menunjang
pertumbuhan yang terjadi dalam waktu singkat. Guna memperoleh perakaran yang baik
pengolahan tanah harus mencapai kedalaman olah lebih dari 30 cm, disamping upaya lain
kearah terbentuknya struktur tanah yang remah (Maulidiana, 2008). Pengolahan tanah
yang baik (3x pencangkulan/pembajakan) dengan interval 1-2 minggu kemudian di
sekeliling tanah pertanaman dibuat got/saluran pembuangan air. Dilakukan pembentukan
bedengan membujur antara timur dan barat agar tanaman mendapatakan sinar matahari
yang cukup. Pupuk kandang diberikan dengan dosis 25-30 ton/ha (Anonim, 2011).
Secara keseluruhan urutan pengolahan tanah adalah sebagai berikut
(Haryono,1997):
Perbaikan terasering
Pencangkulan
Pemupukan dasar
1. Perbaikan Terasering
Perbaikan terasering ini merupakan langkah awal pada pengolahan tanah.
Perbaikan ini dilakukan apabila pada lahan tersebut sudah didirikan terasering.
Biasanya setelah panen terasering rusak, bentuk kerusakan terasering yang umum
terjadi adalah longsornya susunan batu-batu penyangga. (Haryono,1997)
2. Pencangkulan
Pencangkulan dilakukan sekaligus pembersihan tanaman perusak/gulma.
Hal yang terpenting adalah pembalikan tanah dan penggemburan tanah. Setelah
tanah bersih dan gembur, selanjutnya dibuat guludan. Pengolahan lahan dapat
menggunakan cangkul atau bajak traktor/sapi, dengan bagian pinggir tidak dibajak
tetapi dicangkul sehingga tuntas dan semua permukaan tanah dapat terbuka. Tanah
dibiarkan mengering dan memperoleh aerasi yang cukup kurang lebih 1 – 2
minggu.Teknik pembuatan guludan ini dilakukan dengan mengikuti arah garis kontuur
tanah ini dilakukan apabila lahan yang akan digunakan merupakan lahan miring.
3. Pemupukan dasar
Buat lubang tanaman kedalaman kurang lebih 15-20 cm. Dengan lebar antara
25 cm3. Jarak antara lubang 50 cm x 80 cm.
Beri pupuk kandang pada setiap lubang kira-kira dua telapak tangan atau
kurang lebih 1,5 liter. Namun apabila tanah dilapangan eras dan memiliki
kelembaban rendah maka dapat ditambahkan pupuk urea. Kegunaan pupuk urea
ini yaitu untuk menggemburkan tanah, merangsang pertumbuhan akar. Setelah
diberi pupuk maka lubang ditutup kembali dengan tanah. (Haryono,1997)
Penanaman
Bibit Yang Memenuhi Syarat (Anonim, 2011)
Ukuran (tinggi) 10 -12,5 cm, jumlah daun 5 lembar
Tidak terlalu subur (sukulen), dan terlalu kurus,
Perakaran baik.
Sehat, bebas hama dan penyakit
Umur antara 40-45 hari.
Gambar 2 : Bibit yang baik (Anonim, 2011)
Pada umumnya penanaman tembakau lahan tegal/ gunung dilakukan pada bulan
April atau bahkan ada yang dimulai akhir bulan Maret. Semakin tinggi lokasi lahan, waktu
mulai tanam makin awal. Dibandingkan dengan lahan sawah, penanaman tembakau pada
lahan tegal/gunung lebih cepat satu bulan, hal tersebut disebabkan karena pengaruh alam,
umur tanaman tembakau pada lahan tegal/gunung lebih lama dibandingkan dengan
tembakau pada lahan sawah. Dengan selisih waktu tanam tersebut, maka pada saat panen
antara tembakau yang ditanam pada lahan tegal/gunung dan pada lahan sawah bersamaan
waktunya. (Haryono,1997)
Buat lubang tanam pada lokasi yang telah diberi pupuk tadi. Lubangi engan
menggunakan ponjo sedalam 7 cm. Ponjo ini adalah alat pembuat lubang tanam berbentuk
tongkat dari kayu dengan berujung runcing. Tanam secara perlahan pada setiap lubang
tanam. (Haryono,1997)
Penanaman, untuk jenis tembakau musim kemarau (VO) ditanam antara Maret-Juni,
dan tembakau musim penghujan (NO) ditanaman antara Agustus-September. Jarak tanam
sangat tergantung pada keadaan tanah dan jenis tembakau yang ditanam, Untuk tembakau
NO jarak tanamnya 90 x 45 cm dan tembakau NO jarak tanamannya 90 -100 cm x 70 cm
(Anonim, 2011). Lubang tanam disesuaikan dengan jarak tanam dibuat dengan kedalaman
10-15 cm basahi terlebih dahulu tanahnya agar bibit dapat berdiri dengan tegak.
Benamkan bibit sedalam akar leher, waktu tanam lebih baik dilakukan pada pagi hari atau
sore hari (Maulidiana, 2008).
Analisis Kelayakan Usaha
Amalisis kelayakan usaha tembakau, penulis menyuplik studi yang telah dilakukan di Desa Wiro,
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten dengan tembakau varietas Grompol
Tabel 2 Biaya Usahatani Komoditas Tembakau Varietas Grompol
No Uraian Per Hektar Per Usahatani
Nilai (Rp) % Nilai %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Saprodi
1. Bibit
2. Pupuk
3. Pestisida
Tenaga kerja luar
Sewa lahan
Pajak
Bunga Modal Luar
Lain-lain
159208
939332,5
143345
21450
-
85414
-
-
11,5
70,9
9,8
1,55
-
6,17
-
-
45400
247250
26050
7500
-
26400
-
-
12,875
70,12
7,388
2,127
-
7,487
-
-
Total biaya 1348749.5 100 352600 100
Tabel 3 Produksi, Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Tembakau
No Uraian Per Hektar Per Usahatani
1 Produksi (Kg) 7649,5 1990
2 Penerimaan (Rp) 7497000 1910000
3 Total Biaya (Rp) 1348749,5 352600
4 Pendapatan (Rp 6148250,5 1557400
5 R/C Ratio 5,56 5,4
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa produksi rat-rata komoditas tembakau jenis Grompol
sebesar 7649,5 kg per hektar dan 1990 kg per usahatani. Di Desa Wiro standar harga
tembakau dari petani kurang lebih sebesar Rp 1.000,00/kg sehingga penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 7.497.000,00 per hektar dan Rp 1.910.000,00 per usahatani. Untuk
biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1.348.749,5 per hektar sedangkan untuk biaya
yang dikeluarkan per usahatani adalah sebesar Rp 352.600,00 sehingga dapat diketahui
jumlah pendapatan petani sebesar Rp 6.148.250,5 per hektar dan Rp 1.557.400,00 per
usahatani. Untuk R/C ratio diperoleh nilai sebesar 5,56 per hektar ini berarti setiap 1
rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan 5,56 rupiah sedangkan
untuk R/C usaha tani sebesar 5,54 yang berarti setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan
akan menghasilkan penerimaan 5,54 rupiah.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Industri Agro Dan Kimia Departemen Perindustrian Jakarta. 2009. Roadmap Industri
Pengolahan Tembakau. Jakarta
Christ Hanspari. Tembakau. http://blogs.unpad.ac.id/christ/tembakau. Diakses tanggal 16 Februari 2015.
Maulida, 2012. https://millamaulidia.wordpress.com/2012/05/08/laporan-pengolahan-tembakau. Diakses
tanggal 16 Februari 2015.
Anoimous, 1995. Pedoman Bercocok Tanam Tembakau.Departemen Pertanian. Jakarta .
Cahyono, 2002. Teknik Budi Daya Tembakau Dan Analisis Usaha Tani. Kanasius, Yogyakarta.
Padmo Soegijanto, Djatmiko Edhie,1991. Tembakau : kajian sosial-ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta
Matnawi, Hudi, 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
------------, 2010. Tembakau. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 16 Februari 2015.