Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan · PDF fileBudidaya Perkotaan Pedesaan Pertanian ... <...
Transcript of Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan · PDF fileBudidaya Perkotaan Pedesaan Pertanian ... <...
Tema :
Ketidaksesuaian Penggunaan
Lahan
3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent
(mencakup sifat kualitas dr tanah)
b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah)
c. Environmental Rent (mencakup sifat tanah sbg suatu komponen utama ekosistem)
PENATAGUNAAN
LAHAN
Sumber : Sarwono Hardjowigeno & Widiatmika, 2007
Pemanfaatan lahan terkoordinasi
Tetap memperhatikan kelestarian alam
dan lingkungan
Mencegah penggunaan lahan yang
merugikan
KESESUAIAN VERTIKAL :
• KESESUAIAN ANTARA JENIS DAN VOLUME/INTENSITAS
KEGIATAN DENGAN KETERSEDIAAN (KAPASITAS)
SUMBERDAYA RUANG (LUAS, SIFAT SIFAT FISIK, PRASARANA).
KESESUAIAN HORIZONTAL :
• KESESUAIAN ANTAR KEGIATAN DAN ANTARA KEGIATAN
DENGAN MASYARAKAT (GANGGUAN, DAMPAK, KONFLIK
DSB).
KETIDAKSESUAIN MIS-ALOKASI LAHAN
UU Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 UU No. 5 Tahun 1967 ttg Kehutanan UU No. 11 Tahun 1967 ttg Pertambangan UU No. 3 Tahun 1972 ttg Transmigrasi UU No. 11 Tahun 1974 ttg Pengairan UU No. 4 Tahun 1972 ttg Lingkungan Hidup UU No. 5 Tahun 1984 ttg Perindustrian UU No. 5 Tahun 1990 ttg Konservasi
Sumberdaya Hayati dan Ekosistem UU No. 26 Tahun 2007 ttg Penataan Ruang
Peta Guna Lahan
Eksisting Peta Kesesuaian
Lahan Hasil
Analisis
Sumber Peta: tegalkab.go.id
SESUAI
Atau
TIDAK SESUAI
Kesesuaian
Lahan
Lindung
Budidaya
Perkotaan
Pedesaan
Pertanian
Pertanian
Lahan Basah
Pertanian
Lahan Kering
Pertanian Semusim
VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT
1. KELERENGAN KELAS LERENG DERAJAD LERENG (%)
1 0 - 8 Datar 20
2 8 - 15 landai 40
3 15 - 25 Agak curam 60
4 25 - 40 curam 80
> 40 Sangat curam 100
2. KEPEKAAN
THD EROSI
KELAS TANAH JENIS TANAH
1 Aluvial, Clay, Planosol, hidromorf
kelabu, laterite air tanah
Tdk peka 15
2 Latosol Agak peka 30
3 Brown forest Soil, Non Calsit
Brown, Mediteran
Kurang peka 45
4 Andosol, Laterite, Grumosol,
Podsolik, Podsol.
peka 60
5 Regosol, Litosol, Organosol,
Renzina
Sangat peka 75
VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT
3. INTENSITAS
HUJAN
KLS. INT. HUJAN INTENSITAS HUJAN (mm/hari
hujan)
1 =< 13,5 Sngt rendah 10
2 13,6 – 20,7 rendah 20
3 20,7 – 27,7 Sedang 30
4 27,7 – 34,8 tinggi 40
5 > 34,8 Sangat tinggi 50
VARIABEL NILAI RENTANG VARIABEL KATEGORI BOBOT
Contoh :
suatu wilayah memiliki karakteristik : lereng 30%, jenis tanah andosol, intensitas
hujan 30 mm/hr hujan. Tentukan berapa skor lokasi dan peruntukannya untuk apa.
VARIABEL NILAI BOBOT SKOR PERUNTUKAN
Derajad lereng 30% 80 > 175 kawasan lindung
Jenis tanah Andosol 60 125 – 124 kawasan penyangga
Intensitas
hujan
30 mm/hh 40 < 125 budidaya tanaman tahunan
(lereng < 15%)
Indeks
lokasi :
180 (arahan
eruntukan
kawasan
lindung).
< 125 budidaya tanaman semusim dan
permukiman (lereng < 8%).
Berdasarkan Permen PU No 41/ 2007
Kesesuaian Lahan Permukiman
Kesesuaian Lahan Pertanian
Kesesuaian Lahan Industri
Kesesuaian Lahan Pertambangan
Kesesuaian Lahan Pariwisata
Permukiman
• Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%)
• Tersedia sumber air tanah maupun PDAM
• Tidak berada pada daerah rawan bencana
• Drainase baik sampai sedang
• Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan
• Tidak berada pada kawasan lindung
• Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga
• Menghindari sawah irigasi teknis
Industri
• Hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang
• Kemiringan lereng : berkisar 0% - 25%
• Klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang menuju permukiman penduduk
• Geologi : tidak berada di daerah rawan bencana longsor
• lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampai kasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian.
Pertambangan
• Bahan galian terletak pada kelerengan antara (0° - 17°), curam (17° - 36°) hingga sangat curam (> 36°)}
• Tidak berada di kawasan hutan lindung
• Tidak terletak pada bagian hulu dari alur-alur sungai
• Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan sedimentasi
• Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis menguntungkan untuk dieksplorasi
• Tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan tanah, jalur gempa, bahaya letusan gunung api, dan sebagainya
a. Ketidaksesuaian lahan untuk
permukiman
b. Ketidaksesuaian lahan untuk
pembangunan jalan
c. Ketidaksesuaian lahan dalam
penggunaan ruang ( misalnya
pedestrian )
d. Penyalahgunaan kawasan lindung
e. Konversi lahan pertanian tanpa izin
Lahan pertanian menurun harga pokok
meningkat banyak impor pangan
Penyempitan luasan banjir dan
longsor ( waduk Situ Gintung )
RTH semakin sempit karena adanya
pembangunan yang tidak sesuai dengan
UU tata ruang
Berkurangnya hutan kerusakan
lingkungan
Konflik tata ruang wilayah usaha yang
berkaitan dengan pembangunan
infrastruktur dan fasilitas publik terhenti
Pembangunan tidak terarah
Lahan terbatas kebutuhan akan lahan
terus meningkat
Penetapan RTRW molor kewajiban
pembuatan RTRW tersandung dalam UU
26/2007
Mencari keuntungan baik perseorangan
maupun kelompok
Penyalahgunaan kewenangan karena
jabatan
Terkait penerbitan izin pemanfaatan
ruang
Spekulasi lahan
Dorongan faktor ekonomi
Di bangun oleh pemerintah Belanda tahun 1932 Fungsi Situ Gintung Awal : 1. Tempat untuk menampung air hujan. 2. Untuk irigasi daerah sekitarnya. Area sekitar Situ Gintung yang awalnya area pertanian terjadi perubahan fungsi menjadi area permukiman maka perubahan fungsi waduk berubah
Fungsi tahun terakhir sejak tahun 1970: 1. Sebagai tempat menampung limpasan air hujan. 2. Tempat wisata alam.
Sumber :
•Artikel deddy Damopolii, ST. MT
•http://id.wikipedia.org/wiki/Situ_Gint
ung
*Perubahan fungsi area sekitar waduk menjadi area permukiman dan wisata mendapat izin dari pemerintah.
Padahal menurut uu no.26 tahun 2007 tentang penataan ruang pasal 37 ayat 2 bahwa, “Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Menurut UU no.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pasal 25: 1. Konservasi sumber daya air
dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai.
2. Pengaturan konservasi sumber daya air yang berada di dalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan hutan, dan kawasan pantai diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Ketentuan mengenai pelaksanaan konservasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Banjir dan Longsor (2009)
Area Permukiman dan Tempat
Wisata:
1. Kerusakan bangunan waduk
2. Kerusakan lingkungan
Latar Belakang
Permasalahan :
“Berkurangnya alokasi lahan kota untuk ruang terbuka
hijau (RTH) pada setiap Rencana Tata Ruang Wilayah DKI
Jakarta”
Perubahan luasan RTH:
1. Rencana Induk Djakarta 1865 – 1985 : 37,2 %
2. RUTR 1985 – 2005 : 26,1 %
3. RTRW 2000 – 2010 :13,94 %
Sumber : Alexey, Emilius Caesar. 2009. Jangan
Legalkan Pelanggaran Tata Ruang dalam
http://megapolitan.compas.com/read/2009/08/31/20
31336/jangan.legalkan.pelanggaran.tata.ruang
Alih Fungsi Lahan peruntukan RTH :
1. Dibangun bangunan komersil dan perumahan.
2. Lahan hutan bakau menjadi permukiman skala besar.
Akibat: 1. Minimnya daerah resapan
air dan minimnya daya serap tanah terhadap air yang mengakibtkan terjadinya banjir.
2. Berkurang dan tercemarnya air tanah.
Pemanfaatan ruang / lahan beserta SDA yang terkandung di dalamnya harus didasarkan pada Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan.
Penegakkan hukum pemanfaatan ruang yang tidak sesuai RTR diancam sanksi administratif dan pidana, termasuk masalah perizinan
Peran aktif pemerintah dan pengembang dalam koordinasi peraturan penggunaan lahan
Sosialisasi RTRW dan peraturan terkait penggunaan lahan lainnya.
Penyalahgunaan lahan yang saat ini banyak terjadi di dalam masyarakat terjadi karena beberapa hal:
Kondisi keterbatasan ruang yang belum dapat diatasi
Kurangnya akses masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan penggunaan ruang dengan benar.
Di sisi pemerintahan, terkadang terdapat pemyalahgunaan wewenang untuk mencapai keinginan sepihak oleh beberapa kelompok kepentingan.
Peraturan yang ada selama ini belum dapat mengendalikan penggunaan ruang yang sesuai dengan ketentuan yang ada.
Berdasarkan Permen PU No 41/ 2007
Kesesuaian Lahan Permukiman
Kesesuaian Lahan Pertanian
Kesesuaian Lahan Industri
Kesesuaian Lahan Pertambangan
Kesesuaian Lahan Pariwisata
Tugas : download Permen tsb!!!!