Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

15
TEKSTUR KHUSUS PADA BATUAN BEKU DAN PETROGENESISNYA Dalam pendeskripsian batuan beku, tekstur merupakan salah satu hal yang penting dalam penentuan jenis batuan beku di samping komposisi batuan beku itu sendiri. Tekstur pada batuan beku sendiri merupakan aspek yang dapat merepresentasikan genesa dari suatu batuan beku. Oleh karena itu, berikut akan dijelaskan tekstur khusus pada batuan beku beserta petrogenesa dari tekstur khusus tersebut. 1. Porfiritik Porfiritik merupakan tekstur khusus pada batuan beku yang terbentuk akibat adanya perbedaan ukuran kristal mineral yang menyusun suatu batuan beku. Dalam tekstur khusus ini dikenal 2 terminologi yaitu fenokris (mineral dengan ukuran lebih besar) dan masa dasar (penyusun batuan dengan ukuran lebih kecil). Tekstur ini terbentuk akibat adanya kristalisasi magma yang terjadi pada dua kondisi berbeda. Fenokris akan cenderung terbentuk terlebih dahulu ketika magma masih mengalami pendinginan relatif lambat, lalu saat magma bergerak naik, suhu sekitar membuat magma mendingin lebih cepat sehingga akan terbentuk kristal berukuran relatif lebih kecil daripada kristal yang terbentuk terlebih

Transcript of Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

Page 1: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

TEKSTUR KHUSUS PADA BATUAN BEKU DAN PETROGENESISNYA

Dalam pendeskripsian batuan beku, tekstur merupakan salah satu hal yang

penting dalam penentuan jenis batuan beku di samping komposisi batuan beku

itu sendiri. Tekstur pada batuan beku sendiri merupakan aspek yang dapat

merepresentasikan genesa dari suatu batuan beku. Oleh karena itu, berikut akan

dijelaskan tekstur khusus pada batuan beku beserta petrogenesa dari tekstur

khusus tersebut.

1. Porfiritik

Porfiritik merupakan tekstur khusus pada batuan beku yang

terbentuk akibat adanya perbedaan ukuran kristal mineral yang

menyusun suatu batuan beku. Dalam tekstur khusus ini dikenal 2

terminologi yaitu fenokris (mineral dengan ukuran lebih besar) dan

masa dasar (penyusun batuan dengan ukuran lebih kecil). Tekstur

ini terbentuk akibat adanya kristalisasi magma yang terjadi pada

dua kondisi berbeda. Fenokris akan cenderung terbentuk terlebih

dahulu ketika magma masih mengalami pendinginan relatif lambat,

lalu saat magma bergerak naik, suhu sekitar membuat magma

mendingin lebih cepat sehingga akan terbentuk kristal berukuran

relatif lebih kecil daripada kristal yang terbentuk terlebih dahulu.

Terdapat 2 jenis tekstur porfiritik, yaitu faneroporfiritik (masa dasar

dan fenokris berukuran sedang atau >0,05 mm) dan porfiroafanitik

(fenokris berukuran >0,05 mm sedangkan masa dasar berukuran

halus atau berukuran <0,05 mm).

Gambar 1. Tekstur faneroporfiritik

Page 2: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

Sumber : http://www4.nau.edu/meteorite/Meteorite/Book-Textures.html

Gambar 2. Tekstur porfiroafanitik

Sumber : http://www4.nau.edu/meteorite/Meteorite/Book-Textures.html

2. Cummulate texture

Tekstur ini memiliki kenampakan yang dicirikan dengan adanya

agregat kristal mineral dengan densitas tinggi pada bagian dasar

tubuh intrusi batuan beku. Tekstur ini terbentuk akibat berat jenis

mineral yang terbentuk pada awal pendinginan magma yang

cenderung lebih berat daripada magma sehingga menyebabkan

terjadinya gravity settling yang menyebabkan mineral tersebut

terkumpul di bagian bawah tubuh batuan beku.

Gambar 3. Cummulate texture dari mineral olivine, piroksen,

plagioklas, dan magnetit

Sumber : http://www4.nau.edu/meteorite/Meteorite/Book-Textures.html

3. Intersertal

Tekstur ini tercirikan dengan adanya kenampakan gelas vulkanik

yang mengisi ruang-ruang di antara tubuh kristal mineral plagioklas.

Page 3: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

Tekstur ini sering ditemukan pada batuan beku vulkanik

intermediet atau basa seperti andesit hingga basalt. Tekstur ini

terbentuk melalui proses yang hampir mirip dengan tekstur

porfiritik, di mana mineral plagioklas terbentuk terlebih dahulu lalu

ketika magma muncul ke permukaan terjadi pendinginan yang

cepat yang menyebabkan lava cenderung membentuk gelas

vulkanik yang seolah-olah mengelilingi tubuh mineral plagioklas

yang terbentuk terlebih dahulu.

Gambar 4. Tekstur intersertal

Sumber : Slide presentasi asistensi batuan beku, praktikum petrografi

2012

4. Ofitik dan Subofitik

Tekstur ofitik dan subofitik memiliki kenampakan khas yang

menampakkan hubungan khusus antara mineral plagioklas dan

mineral piroksen. Pada tekstur ofitik, mineral plagioklas ditemukan

dikelilingi oleh mineral piroksen. Tekstur ini dapat dianalogikan

seperti plagioklas euhedral sebagai fenokris pada masa dasar

piroksen dengan ukuran yang relatif lebih besar namun bentuknya

subhedral. Sedangkan pada tekstur subofitik, kenampakan khas

yang ditunjukkan berupa mineral piroksen yang seolah-olah

dikelilingi oleh mineral plagioklas karena ukuran plagioklas yang

cenderung lebih besar atau merupakan kebalikan dari tekstur ofitik.

Tekstur ofitik sendiri terbentuk melalui pendinginan magma basaltik

yang berlangsung relatif lambat. Ketika pendinginan terjadi

Page 4: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

intergrowth antara mineral plagioklas dan piroksen, namun

plagioklas telah terbentuk terlebih dahulu sehingga plagioklas

cenderung memiliki bentuk euhedral hingga subhedral. Selanjutnya

dilanjutkan kristalisasi mineral piroksen yang mengisi ruang antar

plagioklas.

Tekstur subofitik terbentuk oleh pendinginan magma basaltik

dengan pembentukan mineral piroksen terlebih dahulu selanjutnya

dilanjutkan intergrowth dengan mineral plagioklas.

Gambar 5. Tekstur ofitik

Sumber : http://www.huntsearch.gla.ac.uk/geoimages/ah/ah990b.jpg

Gambar 6. Tekstur subofitik

Sumber :

http://www4.nau.edu/meteorite/Meteorite/Images/Subophitic_Texture.j

pg

5. Mikroporfiritik

Tekstur ini memiliki kenampakan khas yang menyerupai tekstur

khusus porfiritik, namun yang membedakan adalah kenampakan

tekstur mikroporfiritik ini hanya dapat diamati melalui pengamatan

Page 5: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

mikroskopis. Tekstur ini memiliki genesa yang relatif sama dengan

tekstur porfiritik, hanya saja batuan beku dengan tekstur ini

cenderung ditemukan pada batuan beku vulkanik ataupun hipabisal

yang dekat dengan permukaan. Tempat pendinginan yang

sedemikian rupa ini menyebabkan pendinginan berlangsung cepat

sehingga kristal-kristal mineral cenderung terbentuk dalam ukuran

kecil atau halus.

Gambar 7. Tekstur mikroporfiritik

Sumber : Slide presentasi asistensi batuan beku, praktikum petrografi

2012

6. Trakhitik

Tekstur ini memiliki kenampakan yang cukup menarik berupa

adanya mikrolit atau cryptocrystalline plagioklas yang menunjukkan

kesejajaran di antara mineral lain. Tekstur trakhitik sering

ditemukan pada batuan beku vulkanik. Tekstur ini terbentuk akibat

adanya aliran magma atau lava yang membuat orientasi

penyusunan mineral menjadi sejajar. Hal ini cenderung disebabkan

karena bentuk kristal plagioklas yang cenderung memanjang akan

lebih mudah mengikuti arah aliran lava atau magma sesuai dengan

arah memanjangnya kristal. Hal tersebut dapat dianalogikan

dengan aerodinamika.

Page 6: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

Gambar 8. Tekstur Trakhitik

Sumber :

http://www.earthbyte.org/people/geoff/Hyperpetmag/Datafile/Stills/

trachyx.GIF

7. Pilotasitik

Tekstur ini memiliki kemiripan dengan tekstur trakhitik dimana

terdapat penyejajaran mikroli-mikrolit plagioklas. Namun letak

perbedaannya adalah pada tekstur ini penyusunan mikrolit-mikrolit

plagioklasnya cenderung sub-paralel. Kehadiran mikrolit plagioklas

ini juga sering disertai mikrokristalin lain. Tekstur ini terbentuk juga

karena aliran magma atau lava yang memperngaruhi penyusunan

mikrolit-mikrolit plagioklas pada batuan beku, namun pengaruh

aliran tidak terlalu dominan sehingga penyusunannya cenderung

sub-paralel. Aliran seperti ini bisa terjadi karena aliran lambat atau

aliran lava kental.

Gambar 9. Tekstur Pilotasitik

Sumber : Slide presentasi asistensi batuan beku, praktikum petrografi

2012

Page 7: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

8. Poikilitik

Tekstur ini menunjukkan kenampakan adanya inklusi mineral-

mineral secara acak dan tidak teratur pada suatu tubuh kristal

mineral yang besar. Tekstur ini terbentuk akibat mineral-mineral

yang menginklusi terbentuk terbentuk terlebih dahulu. Selanjutnya

terjadi pembentukan mineral yang diinklusi melalui pendinginan

magma secara lambat akibat perubahan kondisi sekitar sehingga

mineral yang terbentuk ini memiliki waktu lebih untuk tumbuh

dengan nukleasi yang lambat. Keadaan ini akan menyebabkan

mineral yang besar tampak diinklusi oleh mineral-mineral yang

lebih kecil.

Gambar 10. Tekstur poikilitic (inklusi mineral mafic pada plagioklas)

Sumber : http://www.meteorite-times.com/Back_Links/2011/may/6.jpg

9. Intergranular

Tekstur ini memiliki kenampakan berupa adanya kumpulan mineral

mafik (biasanya piroksen) dengan ukuran relatif lebih kecil di antara

mineral plagioklas yang tersusun secara acak dan tidak teratur.

Tekstur ini terbentuk akibat dari jenis magma sumber yang

menyebabkan dominasi mineral yang terbentuk berupa mineral

mafik dan mineral Ca plagioklas. Proses pendinginan berlangsung

secara bertahap dari mineral Ca plagioklas selanjutnya mineral

piroksen yang terbentuk pada proses pendinginan lebih cepat.

Page 8: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

Karena mineral piroksen terbentuk setelah plagioklas, mineral ini

cenderung mengisi ruang-ruang antara plagioklas.

Gambar 11. Tekstur Intergranular

Sumber :

http://www.largeigneousprovinces.org/sites/default/files/2011Nov-fig-

8.png

10. Intergrowth

Tekstur ini secara umum menunjukkan kenampakan pertumbuhan

bersama antara 2 jenis mineral yang berbeda jenisnya. Secara

umum tekstur ini dapat dijelaskan menggunakan diagram fase

dengan melihat suhu kristalisasi suatu mineral hingga mencapai titik

euthetic. Tekstur ini terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Graphic

Pada tekstur ini tampak bahwa mineral kuarsa tertanam

secara acak dalam mineral K-feldspar. Kedua mineral ini

tumbuh secara bersama-sama dengan tingkat kristalisasi

yang berbeda. Hal ini terjadi karena adanya kehadiran fase

aqueous yang menyebabkan terjadinya intergrowth antara

mineral kuarsa dengan mineral ortoklas (K-feldspar).

Gambar 12. Intergrowth jenis graphic

Page 9: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

Sumber : Slide presentasi asistensi batuan beku, praktikum petrografi

2012

b. Granophiric

Terdapat kuarsa berbentuk anhedral dengan letak tidak

teratur. Hal ini disebabkan mineral kuarsa yang mengkristal

bersama mineral feldspar terbentuk pada daerah batas

kristal lain.

Gambar 13. Intergrowth jenis granophiric

Sumber : Slide presentasi asistensi batuan beku, praktikum

petrografi 2012

c. Myrmekitic

Menunjukkan intergrowth antara kuarsa dan plagioklas

dengan ciri khas berupa bentuk kuarsa yang berbentuk

seperti cacing di antara plagioklas. Hal ini terbentuk ketika

kristalisasi plagioklas belum sempurna di saat itulah kuarsa

masuk mengisi rongga yang belum terkristalisasi sempurna.

Gambar 13. Intergrowth jenis myrmekitic

Sumber : Slide presentasi asistensi batuan beku, praktikum

petrografi 2012

Page 10: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

11. Perthite dan Antiperthite

Tekstur ini secara umum menunjukkan kenampakan intergrowth

antara mineral ortoklas dan plagioklas. Perthite menampakkan

intergrowth ortoklas di dalam plagioklas dengan orientasi mineral

ortoklas cenderung sejajar bidang belahan mineral plagioklas.

Sedangkan antiperthite merupakan kebalikan dari perthite.

Pembentukan tekstur ini juga dapat dijelaskan melalui diagram fase

hingga menuju titik euthetic. Pada perthite mineral plagioklas

terbentuk terlebih dahulu dan saat belum sempurna mineral

ortoklas terkristalisasi pada bidang belahan yang belum sempurna

terbentuk.

Gambar 14. Tekstur perthite

Sumber :

http://lifeinplanelight.files.wordpress.com/2011/03/perthite2.jpg

Page 11: Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya

DAFTAR PUSTAKA

Nockolds, S. R., Knox, and G. A. Chinner. 1976. Petrology for Students.

Cambridge University Press : London

Williams, Howel, Francis J. Turner, and Charles M. Gilbert. 1982. Petrography

“An Introduction to the Study of Rocks in Thin Section”. W. H. Freeman

and Company : New York

http://www4.nau.edu/meteorite/Meteorite/Book-Textures.html (diakses Rabu, 21

Maret 2012, pukul 19:20)

http://www.polarresearch.net/index.php/polar/article/view/7306/html_190 (diakses

Rabu, 21 Maret 2012, pukul 19:20)

http://www.tulane.edu/~sanelson/eens212/textures_igneous_rocks.htm (diakses Rabu,

21 Maret 2012, pukul 19:20)