Tekpem_Tugas Blended Learning
-
Upload
itsna-nurmaulana -
Category
Documents
-
view
3 -
download
1
description
Transcript of Tekpem_Tugas Blended Learning
TUGAS TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
BLENDED LEARNING
Disusun Untuk Memenuhi Ujian Mata Kuliah Statistika Dasar
Dosen Pengampu : Ahmad Fauzi,S.Pd.,M.Pd
DISUSUN OLEH:
Wara Itsna Nurmaulana (K2312077)
PENDIDIKAN FISIKA 2012 A
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BLENDED LEARNING
Blended learning adalah pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka di
kelas dengan kegiatan-kegiatan terintegrasi yang difasilitasi dengan komputer, internet,
dan media-media pembelajaran lainnya. Blended learning terdiri dari kata blended
(kombinasi/ campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah
hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli sekaligus
yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau
mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face = f2f) dan pembelajaran berbasis
komputer (online dan offline).
Thorne (2003) menggambarkan blended learning sebagai "It represents an
opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by online
learning with the interaction and participation offered in the best of traditional learning.
Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai: “the combination of
different training “media” (technologies, activities, and types of events) to create an
optimum training program for a specific audience. The term “blended” means that
traditional instructor-led training is being supplemented with other electronic formats. In
the context of this book, blended learning programs use many different forms of e-
learning, perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”.
Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata
kuliah yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran
online. Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang
dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan istilah mixing
untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang
menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi
berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran berbasis
blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi penyampaikan
pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis komputer
(offline), dan komputer secara online (internet dan mobile learning). Pembelajaran
berbasis Blended learning berkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan
di Amerika Utara, Inggris, Australia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan
Tujuan utama pembelajaran blended learning adalah memberikan kesempatan
bagi berbagai karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan
berkembang sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien,
dan lebih menarik, atau dengan kata lain, membantu peserta belajar untuk berkembang
lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam
belajar.
Hasil penelitian yang dilakukan Dziuban, Hartman, dan Moskal (2004)
menemukan bahwa program blended learning memiliki potensi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dan juga menurunkan tingkat putus sekolah dibandingkan dengan
pembelajaran yang sepenuhnya pembelajaran online. Demikian juga ditemukan bahwa
model pembelajaran berbasis blended lebih baik daripada pembelajaran tatap muka (Face
to face). Pembelajaran berbasis blended learning, di samping untuk meningkatkan hasil
belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode
pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas tradisional, yang
blended, dan yang sepenuhnya online.
Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari alokasi waktu
yang disediakan, 50% untuk kegiatan pembelajaran tatap muka dan 50% dilakukan
pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan komposisi 75/25, artinya 75%
pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran online. Demikian pula dapat dilakukan
25/75, artinya 25% pembelajaran tatap muka dan 75% pembelajaran online.
Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik untuk
meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam berinteraksi
antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar blended menawarkan
kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula
pada waktu yang sama maupun berbeda. Sebuah komunitas belajar dapat dilakukan oleh
pelajar dan pengajar yang dapat berinteraksi setiap saat dan di mana saja karena
memanfaatkan yang diperoleh komputer maupun perangkat lain (iPhone) sebagai fasilitasi
belajar. Blended learning memberikan fasilitasi belajar yang sangat sensitif terhadap
segala perbedaan karakteristik pskiologis maupun lingkungan belajar.
Pada blended learning, peran guru/pendidik juga pendamping yaitu orang tua
sangat diperlukan. Jadi salah, apabila blended learning tidak membutuhkan pendidik atau
pendamping. Guru sebagai fasalitator atau yang memfasilitasi, sedangkan orang tua yang
mendukung atau membirkan motivasi.
Di dalam kelas peran fasilitator/guru sangat penting dalam membangun
pengetahuan dan rasa keingintahuan dari peserta didik. Dalam penyampaiannya guru dapat
menjelaskan sambil bercerita lucu dan menarik agar pembelajaran juga tida
membosankan. Guru dapat menarik antusias siswa untuk belajar lebih lanjut, berdasarkan
pengalaman belajar yang dibangun dikaitkan dengan pengalaman belajar yang dimiliki
guru. Guru dapat mengajukan dan menjawab pertanyaan serta mengkondisikan kelas
berdasarkan keadaan. Pembelajaran tatap muka seperti ini memiliki nilai dan budaya
karena peserta didik berinteraksi dan belajar satu sama lain secara langsung. Namun, hal
ini juga memiliki kelemahan, yaitu apabila pendidik kurang ahli dalam menyampaikan isi
maupun materi. Pembelajaran pun dapat menjadi membosankan, sehingga tingkat
keingintahuan siswa untuk dapat belajar lebih lanjut berkurang. Kekurangan terbesar
dalam pembelajaran tatap muka adalah jarak jangkauannya yaitu dari segi penerimaan
informasi. Apabila suatu kelas terdiri dari banyak murid dan banyak kelas, otomatis materi
yang diterima tidak maksimal, atau kirang efekktif dalam pembelajaran. Dan apabila jarak
antara rumah dan sekolah cukup jauh, pastinya membutuhkan biaya yang cukup besar.
Selain itu, waktu yang terbatas untuk menyampaiakan materi, padahal materi cukup
banyak untuk disampaikan. Oleh karena itu kita membutuhan bantuan teknologi dalam
pembelajaran. Jika kita menggunakan teknlogi, kita bias mencapai peserta lebih banyak
dalam waktu yang lebih singkat.
Unsur-Unsur Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning
mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learning tinggi paling tidak memiliki 6
(enam) unsur, yaitu: (a) tatap muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e)
kerjasama, dan (f) evaluasi.
Contoh penerapan blended learning dalam pembelajaran fisika. Ketika guru telah
menjelaskan konsep tentang momentum sudut, siswa diajak untuk lebih tahu tentang
aplikasi dari penggunaan momentum sudut itu sendiri. Yaitu pada penari balet, pemain ice
skating, dan lain-lain, dengan browsing di internet, dan siswa dapat mengunduh latihan
soal yang telah diupload guru dalam e-learning atau jika tidak ada e-learning bias melalui
blog dari guru itu sendiri.
Sumber : http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning
http://www.slideshare.net/herythe/potensi-pengembangan-blended-learning-di-indonesia