Teknologi sederhana.docx

9
Teknologi sederhana Teknologi Sederhana Ubah Sampah Jadi Bermanfaat Sampah tidak selamanya jadi masalah. Sebab jika ditangani dengan baik, limbah buangan ini bisa bermanfaat. Bahkan, dengan teknologi yang sederhana sekalipun, sampah bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan. Setidaknya pesan itulah yang disampaikan oleh para pembicara dalam seminar bertema Memasyarakatkan Teknologi Daur Ulang SampahSkala Rumah Tangga yang diselenggarakan Dharma Wanita di Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Ristek) dan tujuh lembaga pemerintah non departemen (LPND) di bawahnya di Jakarta, Kamis (01/9). Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu adalah Direktur Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tusy A Adibroto, pakar pengolahan limbah sampah Harini Bambang Wahono dan aktivis Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Pekayon, Bekasi, Lala Ghazali. Dalam sambutannya, istri Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek) Sri Kusmayanto Kadiman mengatakan, saat ini penanganan sampah tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada pemerintah dan kemampuan teknologi. Karena itu masyarakat harus membangun budaya mendaur ulang sendiri sampah-sampahnya yang ada di rumah tangga. Melalui upaya ini, beban pengolahan sampah, mulai dari tempat penampungan sementara hingga penampungan akhir bisa dikurangi. “Apalagi, pengolahan sampah juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana, tapi tetap berdampak positif, baik bagi kesehatan maupun untuk meningkatkan ekonomi keluarga,” ucap dia. Sementara itu Harini mengutarakan, mengolah sampah butuh tiga prinsip utama, yaitu mengurangi (reduce), memakai kembali (reuse) dan mendaur ulang (recycle). Mengurangi, artinya masyarakat (terutama ibu-ibu) harus mulai membiasakan diri untuk mengurangi pemakaian kantong plastik saat berbelanja di pasar atau tempat lain. Memakai kembali adalah tidak membuang kantong plastik atau botol-botol air mineral dan lainnya yang termasuk sampah anorganik (tidak mudah terurai), tapi memanfaatkannya kembali. “Karena dari sampah yang terdapat di perkotaan, hampir

Transcript of Teknologi sederhana.docx

Teknologi sederhanaTeknologi Sederhana Ubah Sampah Jadi Bermanfaat

Sampah tidak selamanya jadi masalah. Sebab jika ditangani dengan baik, limbah buangan ini bisa bermanfaat. Bahkan, dengan teknologi yang sederhana sekalipun, sampah bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan tambahan. Setidaknya pesan itulah yang disampaikan oleh para pembicara dalam seminar bertema Memasyarakatkan Teknologi Daur Ulang SampahSkala Rumah Tangga yang diselenggarakan Dharma Wanita di Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Ristek) dan tujuh lembaga pemerintah non departemen (LPND) di bawahnya di Jakarta, Kamis (01/9). Hadir sebagai pembicara dalam seminar itu adalah Direktur Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tusy A Adibroto, pakar pengolahan limbah sampah Harini Bambang Wahono dan aktivis Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Pekayon, Bekasi, Lala Ghazali. Dalam sambutannya, istri Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek) Sri Kusmayanto Kadiman mengatakan, saat ini penanganan sampah tidak bisa diserahkan sepenuhnya pada pemerintah dan kemampuan teknologi. Karena itu masyarakat harus membangun budaya mendaur ulang sendiri sampah-sampahnya yang ada di rumah tangga. Melalui upaya ini, beban pengolahan sampah, mulai dari tempat penampungan sementara hingga penampungan akhir bisa dikurangi. Apalagi, pengolahan sampah juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana, tapi tetap berdampak positif, baik bagi kesehatan maupun untuk meningkatkan ekonomi keluarga, ucap dia. Sementara itu Harini mengutarakan, mengolah sampah butuh tiga prinsip utama, yaitu mengurangi (reduce), memakai kembali (reuse) dan mendaur ulang (recycle). Mengurangi, artinya masyarakat (terutama ibu-ibu) harus mulai membiasakan diri untuk mengurangi pemakaian kantong plastik saat berbelanja di pasar atau tempat lain. Memakai kembali adalah tidak membuang kantong plastik atau botol-botol air mineral dan lainnya yang termasuk sampah anorganik (tidak mudah terurai), tapi memanfaatkannya kembali. Karena dari sampah yang terdapat di perkotaan, hampir 30%nya adalah sampah anorganik. Sehingga jika ibu-ibu dengan penuh kesadaran untuk tetap menggunakan kembali kantong-kantong plastik atau botol-botol itu, saya yakin limbah sampai akan terkurangi, imbuh dia. Ini artinya, mengurangi jumlah limbah anorganik tidak membutuhkan teknologi apapun. Cukup dengan kesadaran untuk selalu membawa kantong plastik yang dimilikinya saat berbelanja ke pasar atau tempat lain. Sementara itu botol-botol air mineral atau lainnya, dapat dimanfaatkan menjadi pot bunga atau tanaman lain. Sementara itu salah satu cara mengolah kembali adalah memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk kompos, sedang yang non-organik dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi aneka kerajinan tangan. Untuk membuat kompos dari sayur atau makanan lain tidak membutuhkan teknologi tinggi. Pasalnya, sampah cukup dipendam di tanah dan dilapisi pupuk kandang. Dalam waktu 1,5 bulan kompos sudah jadi. Bahkan untuk mengolah sampah berupa rumput atau daun-daunan menjadi kompos cukup dilakukan dengan memasukannya dalam karung. Selanjutnya karung ditutup rapat dan perciki dengan air. Untuk menjaga kelembabannya perlu diberi beberapa lubang pada bagian dasar karung. Sampah Adalah Sumber Daya Sementara itu, Tusy Adibroto mengatakan, dalam rangka memanfaatkan sampah sebagai sumber daya, masyarakat harus lebih dulu bersikap perduli terhadap sampah di rumah masing-masing. Perduli dalam pengertian Tusy adalah berupaya untuk mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang sampah. Untuk mengurangi sampah, menurut dia, sebelum belanja, ibu-ibu harus mulai berpikir apakah produk yang akan dibeli benar-benar dibutuhkan, mencari produk yang material pembungkusnya sederhana dan membeli yang wadahnya bisa diisi ulang. Ibu-ibu juga harus menghindari pembelian barang yang sifatnya sekali pakai dan usahakan untuk selalu membawa tas belanja sendiri. Lebih lanjut dia mengatakan, pada dasarnya manfaat pengolahan sampah di rumah dapat dilihat dari berbagai aspek. Secara umum, pengolahan sampah tersebut dapat mereduksi jumlah sampah, mengurangi biaya transportasi, memperpanjang umur tempat pembuangan akhir (TPA), mencegah pencemaran leachate dan mencegah produksi gas rumah kaca. Secara ekonomis, manfaat pengolahan sampah dapat memberikan penghasilan tambahan dari penjualan produk daur ulang dan kompos. Dan yang tak kalah pentingnya adalah mampu membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, terutama jika skala pengolahan sampah tersebut sudah lebih besar. Atau minimal, dengan kompos buatan sendiri, kita dapat merasakan dan menikmati lingkungan yang hijau dan asri, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar tempat tinggal.

http://olahsampah.com/index.php/teknologi/31-konversi-sampah-perkotaan-menjadi-bahan-bakarKonversi Sampah Perkotaan Menjadi Bahan Bakar Bayu Indrawan 1 Kebersihan adalah sebagian dari iman merupakan semboyan yang dikenal dan sering didengar di dalam masyarakat kita. Pemerintah pun setuju dan mendukung semboyan ini, yang dapat dilihat dari penyelenggaraan pemilihan kota terbersih di Indonesia dan pemberian penghargaan bagi kota tersebut setiap tahun oleh pemerintah. Namun, bagaimana dengan kota yang dinyatakan sebagai kota terkotor? Apakah ada sanksi secara hukum atau sekadar gelar yang disandangkan?Kehidupan masyarakat modern memproduksi sampah lebih banyak daripada masyarakat tradisional. Kenyataan ini bisa disaksikan di kota-kota besar, yaitu persoalan penanganan sampah yang tak kunjung terpecahkan. Contohnya, produksi sampah di wilayah Jabodetabek, jika diambil angka rata-rata produksi sampah per orang sekitar 5001.500 gram per hari, produksi sampah di wilayah tersebut berkisar 10.00015.000 ton per hari (dengan asumsi jumlah penduduk wilayah ini sekitar 20 juta orang). Jakarta saja bisa menghasilkan sampah sekitar 6.500 ton per hari, sedangkan Tangerang sekitar 1.000 ton per hari.Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat, cara pandang terhadap sampah pun perlu diubah. Sampah juga bisa menjadi sumber daya yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi karena bisa diolah menjadi bahan bakar atau pupuk.Ada beberapa cara yang digunakan dalam pengolahan sampah, seperti TPA (land-filling), pembakaran atau insenerasi (incineration), dan daur ulang (recycling). Cara pengolahan yang umum digunakan di Indonesia adalah membawa sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sedangkan sebagian kecil didaur ulang. Cara pengolahan dengan membawa sampah ke TPA masih bisa digunakan untuk daerah yang lahannya cukup luas, tetapi kurang efektif dikembangkan di daerah dengan luas lahan terbatas. Selain itu, TPA sampah adalah salah satu tempat penghasil gas metan yang menyebabkan efek rumah kaca, sumber penyakit, dan pada umumnya ditentang oleh masyarakat setempat. Di Eropa, cara ini sudah dilarang sejak tahun 2008. Cara pengolahan sampah lainnya adalah insenerasi. Insenerasi merupakan cara pengolahan sampah yang digunakan secara komersial. Melalui cara ini, sampah dapat diolah dalam volume besar. Tetapi dengan cara pengolahan sampah ini masih muncul masalah lingkungan, yaitu adanya dioksin yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan seperti kerusakan sistem kekebalan tubuh, kanker, gangguan reproduksi, dan lain-lain. Di samping itu dibutuhkan investasi yang sangat besar, teknologi yang rumit dengan nilai ekonomi yang minim, dan saat ini sangat dibatasi penggunaannya di negara maju.Universitas riset terkemuka di Jepang, Tokyo Institute of Technology, memperkenalkan teknologi Hydrothermal yang diberi nama RRS (Resource Recycling System). RSS memanfaatkan tekanan dan uap suhu tinggi (30 atm, 200C) yang lebih ramah lingkungan, relatif murah, dan lebih sederhana teknologinya, sehingga kandungan lokal komponennya bisa mendekati 90%. Artinya, uang tidak perlu dibelanjakan ke negara lain.Teknologi ini sesuai dengan kebutuhan pengolahan sampah di Indonesia yang umumnya terdiri dari 80% bahan organik dan campuran plastik. Sampah campuran ini dapat menghasilkan bahan bakar padat yang bisa dicampur (co-firing) dengan batu bara yang bisa digunakan sebagai bahan bakar pada pabrik semen, pembangkit PLTU, dan keperluan rumah tangga. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya, investasi yang sudah ditanam dapat kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama.2. Resource Recycling System (RRS)Proses awal pada Resource Recycling System adalah penghancuran, pengeringan, dan penghilangan bau yang dilakukan bersamaan dengan menggunakan Multi-purpose Material Conversion System (MMCS). MMCS menggunakan gas bertekanan dengan suhu tinggi.Prinsip kerja alat ini cukup sederhana, yaitu pertama-tama sampah dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian disusul dengan memasukkan uap bertekanan tinggi (30 atm, 200C) dari boiler. Dengan bantuan blender, sampah yang ada di dalam reaktor akan terurai dalam waktu sekitar 30-60 menit. Kemudian dihasilkan produk menyerupai bubuk batu bara melalui pemisahan uap air. Karena hanya menggunakan uap air panas dan uap bertekanan tinggi, alat pengolah sampah ini tidak menghasilkan zat kimia berbahaya. Selain itu, bau yang menyengat pada sampah juga hilang dan bakteri-bakteri mati karena tingginya suhu. Hasil pengolahan sampah ini dapat dijadikan bahan bakar, baik untuk pembangkit listrik tenaga uap, pabrik semen sebagai campuran batu bara, maupun untuk kebutuhan rumah tangga berupa briket. Gambar 1, 2, dan 3 merupakan diagram, produk, dan foto dari sistem tersebut.

Gb. 1. Diagram Resource Recycling System TechnologyUntuk pengolahan sampah, teknologi RRS mempunyai keunggulan teknik dan nilai ekonominya, antara lain:1. Bebas polusi macam-macam gas buangan, seperti CO2, NOx, SOx, dan debu.2. Limbah air dapat diproses ulang dan digunakan kembali oleh boiler.3. Menghasilkan bahan bakar padat yang dapat mendampingi batu bara sebagai bahan bakar.4. Biaya investasi dan operasi jauh lebih murah daripada teknik pembakaran konvensional, yaitu sekitar separuh harga.5. Karena bebas polusi, masyarakat lebih mudah menerima keberadaan RRS.

Gb. 2. Produk Resource Recycling System Technology

Gb. 3. RRS Technology Commercial Plant di HokkaidoKonsep RRS adalah pemanfaatan kembali sumber kekayaan yang sudah dianggap tidak berguna secara ekonomis, seperti sampah rumah tangga (Municipal Solid Waste). Keuntungan teknologi ini adalah ramah lingkungan, lebih sederhana, relatif murah dengan komponen lokal sekitar 90%, dan menghasilkan produk berkualitas yang bisa dijual sehingga modal investasi dapat kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sesuai dengan komposisi sampah yang ada pada umumnya, yaitu sebagian besar terdiri dari campuran bahan organik dan plastik, RRS mampu memproses sampah ini menjadi bahan bakar padat berupa bubuk yang bisa digunakan untuk pembangkit lisrik tenaga uap, pabrik semen, atau bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.3. KesimpulanPada saat ini dan di masa yang akan datang, sampah akan selalu menjadi masalah utama bagi pemerintah kota jika tidak dicarikan solusinya. Sebaliknya, dengan manajemen yang baik dan teknologi yang tepat, sampah akan dapat dimanfaatkan kembali.Resource Recycling System yang berdasarkan konsep tersebut dapat mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat dan ramah lingkungan. RSS menghasilkan produk berupa bahan bakar bubuk yang dapat digunakan sebagai pencampur batu bara dan briket sampah, sehingga bisa dijual kepada perusahaan pembangkit listrik tenaga uap, pengusaha batu bata, pabrik semen, rumah tangga, dsb. Modal investasi yang ditanamkan dapat mencapai titik impas (break even point) dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selain itu, RSS yang ramah lingkungan akan diujicobakan di Indonesia dalam bentuk pilot project. Diharapkan RSS dapat menjadi-solusi permasalahan sampah di Indonesia dan upaya mendorong pengembangan teknologi, industri dan penelitian di bidang persampahan di Indonesia.

Membuat Kompos dari Sampah Bagi Rumah Tangga Dengan Lahan Terbatas. Bagi yang rumahnya hanya memiliki sedikit lahan kosong, pembuatan kompos tetap dapat dilakukan. Sediakan drum atau sejenisnya. Lubangi kecil-kecil bagian dasar drum untuk rembesan air dari sampah. Tanam drum dengan kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Masukkan sampah organik ke dalam wadah (drum) setiap hari. Taburi dengan sedikit tanah, serbuk gergaji, atau kapur secara berkala. Bila terdapat kotoranbinatangbisa ditambahkan untuk meningkatkan kualitas kompos. Setelah penuh, tutup drum dengan tanah dan diamkan selama tiga bulan. Keluarkan isi drum dan angin-anginkan selama 2 minggu. Kompos sudah dapat digunakan.