Teknologi Protein Sel Tunggal
-
Upload
rina-wulandari -
Category
Documents
-
view
129 -
download
40
description
Transcript of Teknologi Protein Sel Tunggal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat
berkembang pesat terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Saat ini, ilmu
pengetahuan cenderung lebih mengarah ke jalur bioteknologi.
Bioteknologi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik aplikasi dalam
pemanfaatan makhluk hidup berupa mikroorganisme atau agen biologi
lainnya untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa untuk
kelangsungan hidup manusia. Salah satu pemanfaatan mikroorganisme adalah
dengan memproduksi protein sel tunggal yang memiliki nilai ekonomis
tinggi.
Protein sel tunggal merupakan bahan makanan berkadar protein tinggi
yang berasal dari mikroba seperti ganggang, bakteri, ragi, kapang, dan jamur
tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur berskala besar. Mikroorganisme yang
dibiakkan untuk protein sel tunggal biasanya digunakan sebagai sumber
protein untuk hewan atau pangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan protein sel tunggal?;
2. Bagaimana perkembangan protein sel tunggal sejak tahun 1900?;
3. Bagaimana produksi protein sel tunggal pada mikroba yang
berfotosintesis?;
4. Bagaimana produksi protein sel tunggal pada mikroba tanpa fotosintesis?;
dan
5. Bagaimana nilai ekonomi produksi protein sel tunggal dan dampaknya
untuk hari ke depan?.
1
2
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas makalah ini disusun dengan
tujuan sebagai berikut:
1. untuk mengetahui pengertian protein sel tunggal;
2. untuk mengetahui perkembangan protein sel tunggal sejak tahun 1900;
3. untuk mengetahui produksi protein sel tunggal pada mikroba yang
berfotosintesis;
4. untuk mengetahui produksi protein sel tunggal pada mikroba tanpa
fotosintesis; dan
5. untuk mengetahui nilai ekonomi dan hari depan protei sel tunggal.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik
secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna
sebagai pengembangan konsep tentang teknologi protein sel tunggal. Secara
praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang konsep teknologi protein sel tunggal.
2. pembaca, sebagai media informasi tentang konsep teknologi protein sel
tunggal baik secara teoretis maupun secara praktis
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Menurut Tannembaum (1971:1) mengemukakan bahwa:
“Protein Sel Tunggal adalah istilah yang digunakan untuk protein kasar atau murni yang berasal dari mikroorganisme bersel satu atau banyak yang sederhana, seperti bakteri, khamir, kapang, ganggang dan protozoa”.
Sedangkan menurut John H. Litchfield (1991:3) mengemukakan bahwa:
“Protein sel tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi yang
berasal dari mikroba, seperti gangang, bakteri, ragi, kapang, dan jamur tinggi
yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar”.
B. Pembahasan
1. Pengertian Protein Sel Tunggal
Protein sel tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi
yang berasal dari mikroba, seperti gangang, bakteri, ragi, kapang, dan
jamur tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar. Protein ini
dipakai untuk dikonsumsi oleh manusia atau hewan. Produksi itu juga
berisi bahan nutrisi lain, seperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Protein sel tunggal (PST) mempunyai kandungan protein yang
tinggi yaitu 44% sampai 65% dan berpotensi sebagai bahan pakan sumber
protein.
Teknologi modern untuk membuat protein sel tunggal berawal
pada tahun 1879 di Inggris, dengan diperkenalkannya adonan yang
dianginkan untuk membuat ragi roti (Saccharomyces cerevisiae). Sekitar
tahun 1900, di Amerika Serikat diperkenalkan alat untuk memisahkan sel
ragi roti dari adonan pembiakan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang fisiologi, nutrisi dan
genetika mikroba telah banyak memperbaiki metoda untuk menghasilkan
protein sel tunggal dari berbagai macam mikroba dan bahan mentah.
Contohnya, bakteri dengan kandungan protein yang tinggi sampai 72 %
atau lebih dan dapat dihasilkan secara terus menerus dengan menggunakan
4
metanol sebagai bahan mentah, dan mikrobanya berupa ragi yang
dibiakkan dalam media yang kadar selnya tinggi sekali, sehingga ini dapat
mengurangi biaya energi untuk pengeringan.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan
digunakan sebagai sumber protein untuk hewan atau pangan harus
mendapat perhatian secara khusus. Mikroorganisme yang cocok yaitu
memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan, dan
manusia. Selain itu nilai gizinya harus baik, dapat digunakan sebagai
bahan pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya
produk yang dibutuhkan rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan
sebagai protein sel tunggal, antara lain alga Chlorella, Spirulina, dan
Scenedesmus. Dari khamir contohnya Candida utilis dan dari kapang
berfilamen Fusarium gramineaum maupun dari bakteri.
Protein sel tunggal yang berasal dari kapang berfilamen disebut
mikroprotein. Di Amerika Serikat, mikroprotein telah diproduksi secara
komersial bernama quorn. Quorn dibuat dengan cara menanam kapang
ditempat peragian yang berukuran besar. Setelah membuang air dari
tempat peragian, makanan berharga yang tertinggal dicetak menjadi balok-
balok yang mudah dibawa.
Produksi protein sel tunggal sangat bergantung pada
perkembangbiakan skala besar dari mikroorganisme tertentu yang diikuti
dengan proses pendewasaan dan pengolahan menjadi bahan pangan. Ada
dua faktor pendukung pengembangbiakan mikroorganisme untuk protein
sel tunggal, yaitu:
a. laju pertumbuhan sangat cepat jika dibandingkan dengan sel tanaman
atau sel hewan dan waktu yang diperlukan untuk penggandaan relatif
singkat;
b. berbagai macam substrat yang digunakan bergantung pada jenis
mikroorganisme yang digunakan.
5
2. Perkembangan Protein Sel Tunggal Sejak Tahun 1900
Tabel 2.1. Perkembangan produksi protein sel tunggal sejak masa purba sampai tahun 1900
Periode Mikroba Perkembangan teknik
2500 Sebelum Masehi
Saccharomyces cerevisiae
Mengambil ragi untuk membuat roti dari permukaan adonan fermentasi
1781-2 S. cerevisiae Mengambil ragi untuk membuat minuman dengan kompresi (Inggris, Belanda, Jerman)
1860 S. cerevisiae Menganginkan bubur adunan ragi cara Wina (Austria)
1868 S. cerevisiae Pembuatan ragi dengan kompresi dikenalkan di AS (Fleischmann)
1879 S. cerevisiae Penganginan yang terus-menerus (Inggris)
1900 S. cerevisiae Pemisahan ragi dengan sentrifugasi (AS)
Tabel 2.2. Perkembangan produksi protein sel tunggal 1900-1945
Periode Mikroba Perkembangan teknik
1914-18 Saccharomyces cerevisiae
Menambah-nambah tetes, garam amonium (Jerman)
1918-19 Endomyces vernalis
Menghasilkan lemak dari cairan sulfit (Jerman)
1920 Aspergillus furnige
Ditumbuhkan pada jerami yang ditaburi garam N untuk pakan ternak (Jerman)
1936 S. cerevisiae Pemrosesan Heiskeoskjold dengan menggunakan cairan sulfit (Finlandia, Jerman)
1936 S. cerevisiae Pemrosesan Scholler-Tornesch untuk ragi pakan yang dibuat dari gula kayu (Jerman)
1941-5 Candida utilis
Geotrichum candidum (Oidium loctis)
Peroduksi ragi makanan dari cairan sulfit dan gula kayu (Jerman)Produksi lemak (Jerman)
6
Tabel 2.3. Perkembangan produksi protein sel tunggal: 1945-Kini
Periode Organisme Perkembangan teknik
1946-54 Candida utilis Pembuatan ragi terus-menerus dari cairan sulfit-fermentor Waldhof (AS)
1948-53 Chlorella sp. Produksi ganggang dalam sistem sirkulasi terbuka (Jepang)
1959 Saccharomyces cerevisiae
Produksi ragi roti terus-menerus untuk skala komersial (Inggris)
1954-63 Morchella sp. Kultur terbenam mycelium jamur (Amerika Serikat)
1958-64 Kluyveromyces fragilis
Pembuatan ragi fragilis dari air didih keju (Amerika Serikat)
1959-72 C. lipolytica Ragi makanan dari hidrokarbon, n-parafin, minyak, gas, fermentor berudara (Inggris, Prancis, Jepang, Uni Sovyet)
1963-74 C. tropicalis Jamur dari cairan sulfit bekas, proses Pekilo (Finlandia)
1970-74 C. utilis Ragi makanan dari etanol (AS)1971-5 K. fragilis Produksi ragi fragilis terus-menerus
dan/atau etanol dari air didih keju1979-80 Metinylophilus
methylotrophusProduksi terus-menerus protein sel tunggal bakteri dari metanol dalam skala komersial (Inggris)
1983-5 C. utilis, K. Fragilis, S. Cerevisiae
Produksi protein sel tunggal dengan teknik kerapatan sel yang tinggi dan pengeringan langsung pada etanol dan karbohidrat (AS)
Semasa Perang Dunia I di Jerman, ragi roti dihasilkan unntuk
konsumsi sebagai tambahan protein penduduk. Molasse (tetes) dipakai
sebagai sumber karbon dan energi untuk membiakkan ragi, sedangkan
garam amonium dipakai sebagai sumber nitrogen. Lalu selama Perang
Dunia II, di Jerman terdapat biakan ragi torula (Candida utilis) sebagai
sumber protein untuk manusia dan hewan. Bahan mentah yang digunakan
yaitu air sulfit bekas yang diambil dari pabrik pulp dan kertas, dan gula
kayu yang didapat dengan hidrolisa kayu dalam suasana asam.
Mikroba yang berfotosintesa dan yang tidak berfotosintesa dapat
sama-sama dipakai untuk memproduksi protein tunggal. Sekurangnya
mikroba ini memerlukan sumber karbo dan energi, sumber nitrogen, dan
7
suplai unsur nutrisi lain, seperti fosfor, sulfur, besi, kalsium, magnesium,
mangan, natrium, kalium, dan unsur lain yang jarang tumbuh dalam
lingkungan air. Beberapa mikroba juga tidak dapat mensintesa asam
amino, vitamin, dan kandungan seluler lain dari sumber karbon dan
nitrogen sederhana. Dalam hal demikian, bahan-bahan tersebut harus
dijaga disuplai agar mereka bisa tumbuh.
3. Produksi Protein Sel Tunggal Pada Mikroba yang Berfotosintesis
Ganggang dan bakteri tergolong mikroba berfotosintesa yang
digunakan untuk memproduksi protein sel tunggal. Pertumbuhan
berfotosintesa ganggang yang diinginkan, seperti Chlorella, Scenedesmus,
dan Spirulina (pada Tabel), adalah menurut reaksi sebagai berikut :
cahayaKarbon dioksida + air + ammonia atau nitrat + mineral sel ganggang + oksigen energi
Tabel 2.4Proses pilihan untuk membuat protein sel tunggal pada ganggang
Organisme Bahan Mentah ProduksiProdusen atau Pengembang
Chlorella sp. CO₂ (dengan foto-2 sintesa); sirup tebu, tetes (non-fotosintesa)
2 metrik ton/hari
Taiwan Chlorella Manufacture Co. Ltd, Taipei
Scenedesmus acutus
CO₂, urea (dengan fotosintesa)
20mg/m2/hari Central Food Technological Research Institute, mysore, India
Spirulina maxima
CO₂, atau NaHCO3 (dengan fotosintesa)
320 metrik ton/tahun
Sosa Texcoco, SA, Mexico City
Konsentrasi karbondioksida di udara sekitar 0,03 %, ini tidak
cukup untuk menunjang pertumbuhan ganggang untuk menghasilkan
protein sel tunggal. Tambahan karbon dioksida bisa didapat dari karbonat
atau bikarbonat yang terdapat dalam kolam alkalis, gas yang keluar selama
8
pembakaran atau dari pembusukan bahan organik dalam air buangan kota
dan limbah industri.
Sumber nitrogen untuk produksi ganggang adalah seperti garam
ammonium, nitrat, atau nitrogen organis yang terbentuk oleh oksidasi air
buangan kota dalam kolam. Fosfor dan bahan mineral lain biasanya
terdapat dalam air alam dan air limbah dan konsentrasinya telah cukup
untuk pertumbuhan ganggang.
Intensitas cahaya dan suhu merupakan faktor penting untuk
pertumbuhan ganggang. Untuk penanaman mikroba secara besar dan
ekonomis, suasana dalam tempat kultur harus cukup jernih dan variasi
intensitas cahaya harus sekecil mungkin sepanjang tahunnya. Selain itu,
suhunya harus di atas 20ºC. Karena itu, kolam buatan di tempat terbuka di
daerah semi tropik, tropik atau kering merupakan sistem yang paling
cocok untuk pertanaman ganggang. Bahan untuk membangun kolam
adalah seperti semen, plastik, atau serat kaca pelapis.
Kolam harus cukup besar karena pertumbuhan ganggang terjadi
terutama pada daerah setebal 20 cm atau 30 cm saja dan di tempat ini
intensitas cahaya terbesar. Pengadukan juga perlu untuk mencegah
ganggang mengendap ke dasar. Dengan demikian semua sel ganggang
dapat terpapar merata ke cahaya dan bahan nutrisi.
Ganggang biasanya ditanam dalam kultur campuran yang tidak
terlalu steril. Suasana lingkungannya haruslah menguntungkan bagi
kehidupan spesies ganggang yang diinginkan, agar mereka menjadi
dominan dalam persaingan hidup dengan spesies lain.
Pertanaman ganggang di tempat terbuka untuk menghasilkan
protein sel tunggal adalah semacam perkawinan antara teknologi pertanian
dan mikrobiologi industri. Sistem ini dibatasi oleh iklim dan cukupnya
suplai air, cahaya matahari, karbondioksida, dan bahan nutrisi. Sistem ini
dapat dibuat bekerja secara optimum dengan jalan mengontrol suplai
karbondioksida, aliran air, dan cara pengadukan yang baik.
9
Bakteri yang berfotosintesa digunakan untuk menghasilkan protein
sel tunggal ialah seperti bakteri dari genus Rhodopseudomnas, dan ini
dapat ditumbuhkan dalam air buangan kota atau limbah industri. Bakteri
ini ditumbuhkan dalam kultur campuran dengan bakteri nitrogen dan
bakteri lain yang hidup aerobis. Kultur ini harus disuplai dengan bahan
organik sebagai sumber karbon dan energi. Mereka tidak akan dapat
tumbuh mengandalkan CO₂ dan cahaya, seperti dapat dilakukan oleh
ganggang. Kepadatan kultur bakteri adalah sekitar 1 sampai 2 gram bahan
kering tiap liter.
4. Produksi Protein Sel Tunggal Pada Mikroba Tanpa Fotosintesis
Mikroba tidak berfotosintesa yang dibiakkan untuk memproduksi
protein sel tunggal ialah seperti bakteri, kapang, ragi, dan jenis jamur lain.
Mikroba ini hidup aerobsis dan karena itu harus cukup suplai oksigen agar
bisa tumbuh karena termasuk karbon organis dan sumber energi. Selain itu
juga, mikroba ini merupakan sumber nitrogen, fosfor, sulfur, dan unsur
mineral, yang sebelumnya hanya diperlukan untuk pertumbuhan
ganggang.
Pengubahan senyawa organik menjadi protein sel tunggal oleh
mikroba yang tidak berfotosintesa dapat dibuat skemanya dengan
persamaan reaksi berikut :
Karbon organik + nitrogen + mineral bahan nutrisi + oksigen → Protein
sel tunggal + karbon dioksida + air panas
a. Bakteri
Banyak spesies bakteri yang baik untuk memproduksi protein
sel tunggal. Salah satu ciri bakteri yang cocok untuk ini ialah
tumbuhnya cepat, waktu perkembangbiakannya pendek, masa selnya
kebanyakan menjadi dua kali lipat dalam waktu 20 menit sampai 2
jam. Sebagai bandingan, waktu berbiak ragi adalah 2 sampai 3 jam.
Kapang dan jamur tinggi 4 sampai 16 jam.
10
Bakteri juga dapat tumbuh pada berbagai bahan mentah, mulai
dari karbohidrat seperti pati dan gula, sampai hidrokarbon dalam
bentuk gas atau cairan seperti metan dan fraksi minyak bumi, sampai
pada petrokimia seperti metanol dan etanol. Sumber nitrogen yang
baik bagi pertumbuhan bakteri contohnya amonia, garam aminium,
urea nitrat, dan nitrogen organik dalam limbah.
Spesies bakteri yang tampaknya lebih banyak memproduksi
protein sel tunggal, paling baik tumbuh dalam media yang sedikit asam
netral, dengan pH 5 sampai 7. Bakteri itu juga harus dapat toleran
terhadap suhu 35 - 45° C, karena panas dilepaskan selama bakteri itu
tumbuh. Menggunakan strain yang toleran terhadap suhu akan
menghemat banyak sekali biaya untuk mendinginkan air. Pembiakan
harus dijaga agar selalu dingin, karena fermentasi disini perlu suhu
rendah. Spesies bakteri tak dapat digunakan untuk memproduksi
protein sel tunggal, jika bakteri tersebut bersifat patogen bagi
tumbuhan, hewan, atau manusia.
Protein sel tunggal dalam bakteri dapat dihasilkan dengan
sistem adonan konvensional. Dalam sistem ini semua bahan nutrisi
dimasukan sekaligus kedalam fermentor. Namun dalam metoda
produksi yang lebih maju, bahan nutrisi disuplai dengan sistem
kontinyu (terus-menerus), yang konsentrasinya sesuai dengan yang
diperlukan untuk menunjang pertumbuhan bakteri. Lalu sel-sel pun
dipanen terus-menerus dengan populasinya telah mencapai kerapatan
yang diperlukan.
Adonan konsentrasi karbon dan sumber energi biasanya
berkisar antara 2 dan 10 persen. Dalam sistem yang kontinyu suplai
sumber karbon diatur sehingga konsentrasi dalam media tumbuh tidak
melebihi yang diperlukan bagi pertumbuhan sel bakteri. Konsentrasi
ini biasanya akan lebih rendah daripada yang digunakan dalam sistem
adonan.
11
Menjaga agar suasana steril selama memproduksi protein sel
tunggal sangat penting, karena mikroba akan tumbuh sangat cepat
dalam media kultur. Apabila udara masuk, media, bahan nutrisi dan
alat fermentasi harus disterilkan dalam seluruh proses protein sel
tunggal dalam bakteri. Suasana steril pun harus terus dijaga selama
seluruh kegiatan produksi.
Setelah bahan nutrisi disterilkan, kemudian dimasukkan ke
dalam wadah fermentasi. Setelah itu dilakukan okulasi bakteri, dan
terjadilah pertumbuhan. Wadahnya disebut “bioreaktor”. Air juga
harus selalu dingin, untuk mencegah timbulnya panas dari proses
fermentasi, yang dapat membunuh sel. Air dingin diedarkan dalam
suatu saluran fermentoryang.
Pada proses kontinyu, bahan nutrisi harus ditambahkan terus-
menerus, untuk menjaga konsentrasi bakteri yang diperlukan. Larutan
yang mengandung bakteri dituangkan, kemudian diolah sehingga
bakteri menumpuk atau bergumpal, lalu disentrifungsi. Cairan itu
kemudian diedarkan kembali ke dalam fermentor, sedangkan
bakterinya dikeringkan dengan cara penyemprotan, lalu digiling
sehingga didapat produk akhir.
Wadah juga dilengkapi dengan alat untuk mengukur dan
mengontrol pH, suhu, dan konsentrasi oksigen yang terlarut. Udara
yang dikeluarkan dari bioreaktor mengandung karbon dioksida yang
dapat dipisahkan, lalu dimasukan kedalam tabung kompresi untuk
dijual kepada industri yang menggunakan gas karbon dioksida.
Setelah bakteri di angkat dari tangki fermentasi, kemudian
ditambahkan bahan kimia yang akan membuat sel-sel menggumpal
lalu disentrifungsi. Sel-sel yang terpisah akan dikeringkan untuk
menghasilkan produk yang stabil selama pengiriman ketempat yang
jauh dan disimpan untuk waktu lama.
Pemasukan oksigen bagi sel-sel dalam fermentor merupakan
faktor menentukan dalam kecepatan tumbuh dan hasilnya memuaskan
12
dari pertimbangan ekonomi. Berbagai rancangan fermentor dapat
mengatur pemasukan udara. Yang paling umum digunakan adalah
reaktor tangki yang memiliki kincir pengaduk dan fermentor dengan
sistem penampungan udara.
b. Ragi
Ragi dapat ditumbuhkan pada beberapa macam substrat,
meliputi karbohidrat, baik yang kompleks seperti pati, maupun
sederhana seperti gula glukosa, sukrosa, dan laktosa. Dapat pula
dipakai bahan mentah yang mengandung gula seperti sirup gula dan air
dadih keju. Beberapa ragi dapat tumbuh pada karbohidrat rantai lurus,
yang dapat bersumber dari minyak bumi, dapat juga tumbuh pada
etanol atau metanol.
Selain sumber karbon, sumber nitrogen diperlukan pula.
Nitrogen diperoleh dengan menambahkan amonia atau garam
amonium ke media kultur. Bahan mineral juga perlu sebagai
tambahan.
Kebutuhan untuk memproduksi protein sel tunggal oleh ragi
sama dengan yang diuraikan untuk memproduksinya oleh bakteri. Ragi
harus memiliki waktu tumbuh sekitar 2 sampai 3 jam. Ragi juga harus
toleran terhadap pH dan suhu. Secara genetis juga harus stabil,
sehingga hasilnya memuaskan.
Teknologi untuk memproduksi protein sel tunggal pada ragi
sama dengan pada bakteri. Fermentor yang tangkinya dilengkapi
dengan kincir pengaduk merupakan wadah yang paling banyak dipakai
untuk menghasilkan protein sel tunggal pada ragi.
Fermentasi ragi dapat beroperasi dalam sistem adonan atau
sistem kontinyu dengan cara adonan yang disuplai bahan nutrisi. Pada
adonan yang disuplai bahan nutrisi, makanan substrat dan bahan nutrisi
lain ditambahkan secara berangsur, yang jumlahnya cukup untuk
kebutuhan tumbuh ragi. Sementara itu harus dijaga agar konsentrasi
bahan nutrisi setiap waktu selalu rendah. Metoda ini menghasilkan 3,5
13
sampai 4,5 persen produk berat kering, dibandingkan dengan 1,0
sampai 1,5 produk berat kering yang dihasilkan dengan sistem adonan.
Meskipun kultur sistem adonan dan sistem adonan yang diberi
bahan nutrisi telah digunakan dalam memproduksi ragi roti selama
bertahun-tahun, namun baru belakangan dapat dimonitor. Dengan
demikian, pH dan konsentrasi susbtrat disesuaikan dengan operasi
sistem kontinyu. Konsentrasi sel ragi sampai 16 persen (berat kering)
diperoleh dengan kultur sistem kontinyu.
Ragi memiliki keuntungan dibandingkan dengan bakteri untuk
memproduksi protein sel tunggal. Salah satu diantaranya, karena ragi
toleran terhadap lingkungan yang lebih asam, dengan pH berkisar
antara 3,5 dan 4,5 bukan agak netral seperti yang diperlukan bakteri.
Akibatnya, proses ragi dapat berlangsung dalam media bersih tanpa
harus steril, pada pH 4,0 sampai 4,5. Hal ini karena kebanyakan
bakteri pencemar tak dapat tumbuh dengan baik dalam media asam ini.
Selain itu, diameter sel ragi adalah sekitar 0,0005 cm, dibandingkan
dengan bakteri 0,0001 cm. Karena besarnya, ragi itu dapat dipisahkan
dari media tumbuh dengan cara sentrifugal, tanpa memerlukan tahap
penggumpalan.
Protein sel tunggal pada ragi dapat dihasilkan dalam suasana
steril, maupun dalam suasana bersih tapi tak steril. Pada adonan biasa,
atau adonan yang disuplai bahan nutrisi yang tidak perlu steril, sumber
energi yang dipakai yaitu karbohidrat. Media disterilkan dengan cara
mengalirkan melalui pertukaran panas, lalu dimasukkan ke dalam
fermentor yang bersih. Pengontrolan pencemaran dilakukan ke dalam
fermentor yang bersih. Pengontrolan pencemaran dilakukan dengan
mengatur pH media pada 4,0 sampai 5,0, pemasukan udara yang steril,
dan besar populasi mikroba pencemar yang sedikit. Pada beberapa
fermentasi ragi sistem kontinyu yang menggunakan hidrokarbon atau
etanol sebagai substrat, perlu suasana steril sempurna, agar didapatkan
hasil memuaskan dan bermutu.
14
Candida utilis, yang dikenal sebagai ragi torula dan digunakan
untuk tambahan pakan ternak dan konsumsi manusia, dibuat dari
bahan mentah yang beraneka macam. Diantaranya adalah etanol,
cairan limbah sulfit dari pabrik kertas, hidrokarbon berupa parafin
normal, dan air dadih keju. Pure Culture Products Division of
Hercules, Inc., memiliki pabrik protein tunggal dalam C. Ultis di
Hutchinson, Minessota. Pabrik itu berkapasitas 6.800 ton setahun.
Pabrik itu dioperasikan dengan sistem kontinyu dan dalam
suasana steril. Sebagai sumber energi dan karbon digunakan etanol.
Sel ragi diangkat terus-menerus, dicuci, dan dikeringkan dengan
disemprot. Produk ini dipakai untuk makanan. Selanjutnya dapat
diproses untuk menghasilkan bumbu penyedap. Hasil biasa sekitar 0,7
metrik ton ragi kering untuk tiap metrik ton etanol yang terpakai.
Kandungan protein produk itu berkisar antara 50 dan 55 persen.
Dari cairan sulfit dapat diperoleh produk untuk makanan
manusia atau pakan ternak, tergantung pada sistem proses dan kontrol
kualitas produk yang diberlakukan. Dengan menggunakan cairan
limbah sulfit, didapat hasil sekitar 1 metrik ton berat kering ragi untuk
tiap 2 ton guladalam cairan itu.
c. Kapang dan jamur tinggi
Produksi protein sel tunggal pada kapang sekarang ini memakai
metoda yang sama dengan yang dipakai untuk membuat bahan sama
pada ragi. Contoh jamur tinggi yang dapat digunakan adalah Agaricus
campestris. Gula sederhana atau bahan mentah yang dikandungnya
cocok sebagai substrat bagi berbagai macam kapang. Konsentrasi
karbohidrat dalam media biakan biasanya sekitar 10 persen. Sebagai
sumber nitrogen dan tambahan mineral yang dimasukkan kedalam
media, biasa dipakai amonia atau garam amonium. Angka
pertumbuhan kapang dan jamur tinggi. Waktu tumbuh antara 4 sampai
16 jam, biasanya lebih rendah daripada bakteri dan ragi. Kapang dan
jamur tinggi tumbuh subur pada suhu 25 sampai 360C dan pada pH 3,0
15
sampai 7,0. Namun kebanyakan ditanam pada pH dibawah 5,0. Ini
perlu untuk mengurangi sebanyak mungkin pencemaran bakteri.
Sistem adonan atau sistem gabungan adonan yang diberi bahan
nutrisi, atau system kontinyu, dapat dipakai untuk memproduksi
protein sel tunggal. Kebanyakan pada proses dengan system adonan,
akan mendapat hasil paling baik jika fermentornya diberi udara secara
konvensional. Operasinya dilakukan dalam suasana steril jika produk
itu untuk makan manusia. Tapi, jika untuk konsumsi hewan, dapat
diproduksi dalam lingkungan bersih tanpa harus disterilkan. Seperti
fermentasi lain, pendinginan harus dilakukan pula, untuk mengimbangi
panas yang terbentuk selama pertumbuha kapang.
Kapang dan jamur tinggi, jika dikultur dalam fermentor yang
diberi udara, dapat tumbuh dalam bentuk benang atau, tergantung pada
spesies yang ditanam dan suasana pemberian udara.
Hal ini dapat menyederhanakan cara pengambilan produknya,
karena mycelium yang berbentuk benang atau dapat dengan mudah
dipisahkan dari media dengan cara menapis atau dengan menggunakan
saringan vakum yang berputar, atau dengan saringan yang bertekanan
biaya rendah. Namun tangki yang diaduk secara mekanis tidak cocok
bagi pertumbuhan mirkoba, karena benang kapang dapat terkonsentrasi
sekitar pengaduk dan tidak tersebar rata pada seluruh media kultur.
Penggunaan fermentor yang didalamnya pemberian udara juga
bertindak sebagai pengaduk dapat mencegah masalah ini.
5. Nilai Ekonomi dan Hari Depan Protein Sel Tunggal
Faktor yang mempengaruhi kelayakan produksi protein sel tunggal
dari segi ekonomi meliputi:
1. Biaya mendirikan fasilitas produksi;
2. Biaya menyediakan bahan mentah, energi tenaga kerja, pemeliharaan,
penanggulangan limbah, dan turunnya harga tahunan;
16
3. Jauhnya letak pabrik dari pemasok bahan mentah serta untuk
pemasaran produk.
Pada pertengahan tahun 1970-an biaya untuk memproduksi protein
sel tunggal untuk makanan dengan menggunakan bahan mentah metanol,
berkisar anatara $ 660 sampai $ 1.000 per metrik ton kapasitas tahunan
bagi pabrik yang memproduksi 50.000 sampai 100.000 metrik ton per
tahun.
Perluasan pasar untuk produk protein sel tunggal sebagai makanan
ternak tergantung pada harga produk dan bagaimana penggunaannya
Kelezatan dan tekstur, sebagai tambahan terhadap nilai nutrisinya
merupakan penentu yang penting untuk mendapatkan protein sel tunggal
yang dijadikan makanan manusia. Pada masa ini, pemasaran utama produk
untuk manusia ialah sebagai bumbu penyedap atau untuk meragikan bahan
makanan. Seperti derivat protein ragi telah digunakan sebagai penyedap
makanan sejak lama. Seperti ragi torula yang ditambahkan ketika
mengolah daging sehingga daging menjadi lebih gurih. Dan ragi roti yang
dipakai untuk membuat roti dan produk peragian lain. Selain itu, produk
baru protein sel tunggal lain haruslah memenuhi persyaratan yang
disebutkan dalam peraturan yang dikeluarkan badan pemerintah, sebelum
dapat dipasarkan untuk makanan manusia atau hewan.
Produksi PST dapat berupa isolat protein sel atau semua komponen
sel karena hal-hal sebagai berikut :
a. Produksi protein lebih cepat dan efisien dibandingkan produksi protein
nabati atau hewani;
b. Nilai gizi PST lebih tinggi dibandingkan protein nabati karena
komposisi asam amino lebih lengkap;
c. Produksi PST tidak memerlukan tempat yang luas dibandingkan
produksi protein nabati atau hewani;
d. Produksi PST tidak dipengaruhi kondisi luar karena kondisi fermentasi
dapatdiatur;
17
e. Proses produksi PST fleksibel karena dapat digunakan berbagai
substrat dan mikroorganisme.
Produksi dan penggunaan PST juga mempunyai kelemahan-
kelemahan sebagai berikut :
a. Kandungan asam nukleat tinggi. Kandungan asam nukleat dalam tubuh
manusia akan diubah menjadi asam urat sebagai produk akhir.
Kandungan asam urat yang terlalu tinggi dalam tubuh manusia dapat
merangsang gejala penyakit tulang (encok);
b. Dinding sel mikroorganisme kadang-kadang mengandung komponen
yang tidak dapat dicerna dan bersifat racun atau menyebabkan alergi.
Beberapa mikroorganisme juga memproduksi toksin yang berbahaya,
misalnya aflatoksin oleh beberapa kapang;
c. Mikroorganisme mungkin mengadsorbasi komponen beracun atau
karsinogenik yang terdapat didalam substrat, misalnya hidrokarbon
rantai ganjil dan bercabang, komponen aromatic dan sebagainya;
d. Fluktuasi harga dan persediaan sustrat yang tidak tetap, Biaya
penyediaan substrat meliputi 40-50 % dari total biaya produksi PST.
Hari depan produk protein sel tunggal yaitu:
a. produksi protein sel tunggal dalam skala besar semakin meningkat;
b. protein sel tunggal digunakan sebagai bentuk tambahan protein, bahan
peragi, dan lain-lain; dan
c. protein sel tunggal dapat digunakan sebagai pakan ternak.
18
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya, penulis dapat mengemukakan
kesimpulan sebagai berikut :
1. protein sel tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi yang
berasal dari mikroba, seperti gangang, bakteri, ragi, kapang, dan jamur
tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar;
2. produksi protein sel tunggal pada mikroba yang berfotosintesis contohnya
yaitu ganggang dan bakteri dari genus Rhodopseudomnas;
3. produksi protein sel tunggal pada mikroba yang tidak berfotosintesis
contohnya yaitu bakteri, ragi, kapang, dan jamur tinggi; dan
4. nilai ekonomi produksi protein sel tunggal pada tahun 1970 membutuhkan
biaya berkisar antara $ 660 sampai $ 1.000 per metrik ton untuk kapasitas
tahunan bagi pabrik yang memproduksi 50.000 sampai 100.000 metrik ton
per tahun.
B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai
berikut:
1. pembaca hendaknya mengetahui tentang pengertian protein sel tunggal,
dan perkembangan produksi protein sel tunggal sejak tahun 1900;
2. pembaca hendaknya mengetahui tentang produksi protein sel tunggal pada
mikroba yang berfotosintesis dan produksi protein sel tunggal pada
mikroba yang tidak berfotosintesis; dan
3. pembaca hendaknya mengetahui tentang nilai ekonomi produksi protein
sel tunggal.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2014). Artikel Protein Sel Tunggal. [Online]. Tersedia: http://blog.ub.ac.id/siscars/2014/01/24/artikel-protein-sel-tunggal/ [18 September 2014].
Elisa. (2014). Produksi Protein Sel Tunggal. [Onlline]. Tersedia: http://elisa.ugm.ac.id [18 September 2014].
Litchfiled, John. (1991). Revolusi Bioteknologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Syarwani, Much. (2008). Singel Cell Protein. [Online]. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/index.php/searh.html?act=tampil&id=8834&idc=8 [18 September 2014].