TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG...

21
TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN Seminar Bulanan Puslitbangtan, 10 Agustus 2017 Oleh Sudaryono BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI 2017

Transcript of TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG...

Page 1: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Seminar Bulanan Puslitbangtan, 10 Agustus 2017

Oleh

Sudaryono

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI

2017

Page 2: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN 1)

Oleh : Sudaryono2)

ABSTRAK

Ubikayu memiliki peranan yang sangat penting dan sangat strategis di masa depan.

Ubikayu merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki potensi tinggi sebagai

penghasil karbohidrat, penyangga ketahanan dan kemanan pangan, diversifikasi pangan,

bahan baku industri yang penting untuk menghasilkan produk turunan yang sangat banyak,

mulai dari industri pangan (kue/biskuit, kripik, snack, es krim, softdrink, permen, dll), industri

non pangan (farmasi, kosmetik, deterjen, plastik, kertas, tekstil, lem, dll), dan industri energi

( bahan bakar nabati (biodiesel), bioethanol, dll). Mencermati 8 kebijakan pengembangan

komoditas Kementerian Pertanian, ubikayu tersurat pada fokus kebijakan ke 2, yaitu bahan

pangan pokok lokal, ke 4, yaitu bahan baku industri (konvensional), ke 6, yaitu produk

industri pertanian (aneka tepung), dan ke 7, yaitu produk energi pertanian (biodiesel,

bioethanol). Hal ini menunjukkan ubikayu memiliki peran penting. Keterbatasan areal tanam

subur dan tingginya persaingan komoditas bernilai ekonomi tinggi, menyebabkan

pengembangan ubikayu harus bergeser ke lahan sub optimal, khususnya pada lahan

pasang surut. Kendala yang dihadapi antara lain, fisiko-kimia lahan berupa genangan air,

kondisi fisik lahan, tingginya kemasaman tanah, kahat hara, adanya zat beracun (Al, Fe dan

H2S), intrusi air garam dan rendahnya kesuburan tanah. Lahan pasang surut Kalimantan

Selatan yang banyak diusahakan untuk usaha tani adalah tipe C dan D. Kebanyakan petani

menanam ubikayu di lahan pasang surut dengan sistim surjan dengan ukuran yang sangat

beragam. Tanaman ubikayu memiliki kemampuan yang besar untuk tumbuh dan

beradaptasi untuk menghadapi perubahan iklim global, degradasi kesuburan lahan, dan

perubahan-perubahan lingkungan yang lain. Keunggulan agronomis ubikayu adalah (1)

potensi hasil tinggi, (2) kadar pati tinggi, (3) toleran terhadap keasaman tanah dan

kekeringan, (4) umur panen fleksibel, dan (5) fleksibel dalam usahatani. Kesimpulan yang

dapat dirumuskan untuk pengembangan ubikayu ke depan adalah : (1) Ubikayu memliki

peluang dan peran yang besar dan strategis untuk mendukung ketahanan pangan nasional

di masa depan, (2). Pengembangan sistem produksi ubikayu terbuka sangat luas baik dari

aspek luas lahan maupun pasar, (3). Ketersediaan varietas unggul ubikayu cukup banyak,

(4). Teknologi pendukung pengembangan ubikayu tersedia cukup, dan (5). Pengembangan

agribisnis ubikayu akan menciptakan multiplier effect lini-lini agribisnis yang sinergis dan

berkelanjutan.

Kata Kunci : Teknologi, produksi, ubikayu, lahan, pasang surut

1). Makalah disampaikan pada Seminar bulanan di Puslitbangtan Bogor, tanggal 10 Agustus 2017.

2). Peneliti Utama pada Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Jl. Raya Kendalpayak

Km 8 Kotak Pos 66. Malang 65101. Tilp. (0341)801468 Fax : (0341) 801496; Malang. HP :

081347575023; Email : [email protected]; [email protected]

Page 3: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

ABSTRACT

Technology production of cassava at tidal swamp South Kalimantan

Cassava has a very important and strategic role in the future. Cassava is one of the food

commodities that have high potential as producer of carbohydrate, buffer of food security

and endurance, food diversification, industrial raw material essential to produce many

derivative products, ranging from food industry (cake / biscuit, chips, snack, ice Cream, soft

drink, candy, etc.), non-food industries (pharmaceuticals, cosmetics, detergents, plastics,

paper, textiles, glue, etc.), and energy industries (bio-fuels, bio-ethanol, etc.). Considering

the 8 policies of commodity development Ministry of Agriculture, cassava is written on the

focus of the second policy, namely the local staple food, the fourth, the raw materials

industry (conventional), the sixth, the agricultural industry (various flour), and to seventh,

Agricultural energy products (bio-diesel, bio-ethanol). This shows that cassava has an

important role. The limitations of fertile planting areas and the high competition of high

economic value commodities, cause the development of cassava must shift to sub optimal

land, especially on tidal land. Constraints encountered include physicochemical land,

waterlogging, soil physical condition, high soil acidity, nutrient deficiency, toxic substances

(Al, Fe and H2S), salt water intrusion and low soil fertility. Tidal land of South Kalimantan is

much cultivated for farming is type C and D. Most farmers grow cassava in tidal land with

surjan system with a very diverse size. Cassava plants have a great ability to grow and

adapt to face global climate change, land degradation, and other environmental changes.

The advantages of agronomic cassava are (1) high yield potential, (2) high starch content,

(3) tolerance to soil acidity and drought, (4) flexible harvesting age, and (5) flexible in

farming. The conclusions that can be formulated for the development of cassava in the

future are: (1) cassava possesses big and strategic opportunity and role to support national

food security in the future, (2). Development of open cassava production system is very wide

both from the land and market area, (3). High yielding varieties of cassava are availabie, (4).

Technology supporting the development of cassava is sufficient, and (5). The development

of cassava agribusiness will create a multiplier effect of synergistic and sustainable

agribusiness lines.

Key Words : Technology, production, Cassava, land, tidal swamp

Page 4: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

I. PENDAHULUAN

Ubikayu memiliki peran yang sangat penting dan strategis di masa depan. Sebagai

sumber karbohidrat dan kalori, ubikayu berfungsi sebagai penyangga ketahanan dan

keamanan pangan, diversifikasi pangan, bahan baku industri yang penting untuk

menghasilkan produk turunan yang sangat banyak, mulai dari industri pangan (kue/biskuit,

kripik, snack, es krim, softdrink, permen, dll), industri non pangan (farmasi, kosmetik,

deterjen, plastik, kertas, tekstil, lem, dll), dan industri energi ( bahan bakar nabati

(biodiesel), bioethanol, dll).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi impor ubi kayu/singkong setiap tahun ke

Indonesia. Impor singkong ini ditengarai sebagai produk tepung tapioka untuk kebutuhan

industri. Berdasarkan hitung-hitungan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), kebutuhan

tepung tapioka dalam negeri mencapai 5 juta ton per tahun. Selain bahan pangan, tapioka

juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri seperti kertas, batik dan plywood.

Menurut Suharyo (Ketua MSI), kebutuhan tepung tapioka untuk pabrik kertas mencapai

400.000 ton setiap tahunnya. Sementara untuk kebutuhan industri batik dan pabrik plywood

mencapai 100.000 ton per tahun. "Utamanya impor tepung tapioka digunakan untuk

industri," kata Suharyo. Terjadi hal yang ironis di Indonesia, dari satu sisi Indonesia memiliki

sumberdaya lahan pertanian melimpah dan sumberdaya petani produsen yang cukup untuk

melakukan sistem produksi singkong, sementara kebutuhan impor tepung tapioka

meningkat terus setiap tahun (Anonim, 2016a-d ; BPS, 2016; Maipah, 2015,).

Hal ini ditengarahi karena “komunikasi antara kementerian perindustrian dan

kementerian pertanian tidak sinkron," kata Benny kepada detik Finance, Selasa (9/6/2015)..

Menurut Benny seharusnya dua kementerian berkoordinasi untuk memastikan pasokan dan

permintaan tepung tapioka di dalam negeri. Yang terjadi saat ini justru, singkong yang

diproduksi petani berlimpah tapi produk turunannya yaitu tepung tapioka tak banyak

dihasilkan di dalam negeri. Di samping kedua kementerian tersebut semestinya kementerian

perdagangan juga memiliki peran yang penting untuk merumuskan kebijakan pasokan dan

permintaan (supply-demand) ubikayu. Pakar Pangan yang juga Guru Besar Ilmu Ekonomi

Pertanian Universitas Negeri Lampung, Bustanul Arifin pernah mengatakan produksi

singkong Indonesia terhitung paling besar yaitu 28 juta ton/tahun, sedikit di atas China yang

bisa memproduksi hingga 26,6 juta ton/tahun. Menurut data Kementan, harga singkong di

tingkat grosir dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan tapi terbilang cukup

rendah. Di tahun 2013 harga singkong Rp 1.466/kg, tahun 2012 Rp 1.319/kg, tahun 2011

Rp 1.306/kg, tahun 2010 Rp 695/kg, dan di tahun 2009 Rp 499/kg. Sementara dilihat dari

Page 5: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

jumlah produksi singkong, tahun 2013 dengan total luas lahan sebesar 1,061 juta ha

produksinya mencapai 23,8 juta ton. Sementara di tahun 2012 dengan luas lahan 1,13 juta

ha produksinya mencapai 24,1 juta ton, tahun 2011 luas lahan 1,1 juta ha produksinya 24

juta ton, dan di tahun 2010 luas lahan 1,1 juta ha produksinya 23,9 juta ton.(Suhendra,

2015).

Suharyo melaporkan bahwa, rendahnya produksi tapioka dalam negeri dikarenakan

beberapa faktor. Di antaranya: harga jual tapioka yang terlalu rendah. Saat ini, harga jual

tepung tapioka di pasaran hanya Rp 4.000 per kilogram (kg). Produsen tapioka menilai

harga itu terlalu murah sehingga untung yang didapat petani singkong terlalu mepet.

Idealnya, harga tapioka di kisaran Rp 5.000 per kg. Data MSI menyebutkan, luas lahan

singkong Indonesia mencapai 1,2 juta hektare (ha). Produksi rata-rata lahan pertanian dapat

mencapai 30 ton singkong per ha/tahun. Artinya, total produksi singkong mencapai 30 juta

ton setiap tahunnya. Beberapa sentra produksi singkong dalam negeri antara lain Lampung,

Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Banten. Bahkan, kini ada pengembangan lahan

perkebunan singkong di wilayah timur, seperti di Sulawesi. Dengan demikian, menjadikan

propinsi Sulawesi Tenggara untuk menjadi salah satu sentra produksi ubikayu dinilai sangat

tepat (Anonim, 21016a-d).

Berdasarkan realita di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pasok ubikayu di

dalam negeri memiliki peluang untuk ditingkatkan guna memenuhi permintaan baik sebagai

pangan maupun untuk keperluan industri. Pengembangan ubikayu berhadapan dengan

pengembangan komoditas yang memiliki nilai kompetitif ekonomi yang lebih tinggi. Oleh

karena itu, agroekosistem yang berpeluang untuk dipilih adalah pada lahan suboptimal,

antara lain lahan pasang surut. Tanah Ultisol, Inceptisol dan Alfisol mendominasi pusat-

pusat produksi ubikayu di Indonesia. Lahan yang sementara belum dimanfaatkan (lahan

tidur) berupa padang alang-alang atau belukar termasuk lahan pasang surut dari jenis tanah

tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur masing-

masing seluas 3,1 juta ha, 6,2 juta ha, 0,8 juta ha, dan 1,2 juta ha (BPS 2005; Survey

Pertanian, 2005).

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN UBIKAYU DI INDONESIA

Kebijakan pembangunan pertanian Kementerian Pertanian kurun waktu 2015 ‐2019

meliputi : (1). Kebijakan peningkatan ketahanan pangan (padi, jagung, kedelai, tebu, sapi,

cabai dan bawang merah) yang berdampak bagi perekonomian, (2). Kebijakan

pengembangan komoditas ekspor dan substitusi impor serta komoditas penyedia bahan

Page 6: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

baku bio‐ energi, (3). Kebijakan peningkatan daya saing produk pertanian melalui

standarisasi produk dan proses, peningkatan rantai pasok, mutu dan keamanan pangan,

(4). Kebijakan pengembangan infrastruktur (lahan, air, sarana dan prasarana) dan agro ‐

industri di perdesaan, sebagai dasar/landasan pengembangan bio‐industri berkelanjutan,

(5). Kebijakan re‐orientasi memproduksi dari satu Jenis produk menjadi multi produk (produk

utama, bioenergi, produk sampingan, produk dari limbah, zero waste dan lainnya), (6).

Kebijakan pengembangan klaster/kawasan, Yaitu pada kawasan tertentu yang mengungkit

Pencapaian target nasional, (7). Kebijakan sistem perbenihan/pembibitan, perlindungan

petani, kelembagaan petani, inovasi dan diseminasi teknologi, penyuluhan, dan kebijakan

sistem perkarantinaan pertanian, (8). Kebijakan mendukung program tematik: MP3EI,

MP3KI, PUG, KSS, ketenagakerjaan, percepatan daerah tertinggal, kawasan khusus dan

wilayah perbatasan, (9). Adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta penanganan pasca

bencana alam, (10). Kebijakan subsidi: (a) subsidi pupuk tetap diperlukan dengan cara

mengurangi pupuk tunggal, menaikan subsidi pupuk majemuk, (b) pupuk organik tetap

dikembangkan bukan dengan dukungan subsidi, tetapi dialihkan menjadi kegiatan

pengembangan pupuk organik, (c) subsidi benih ditiadakan dan dialihkan menjadi kegiatan

penguatan penangkar benih/bibit, (11). Kebijakan kredit: (a) kredit ketahanan pangan akan

terus dilanjutkan untuk mendorong dn meningkatkan produksi dan produktivitas pangan

guna mendukung etahanan pangan, (b) untuk lebih menjamin teralokasinya kredit untuk

pangan, maka plafon kredit dialokasikan menurut subsektor, (c) untuk memecahkan

kelangkaan tenaga kerja & menjamin pengelolaan pangan skala luas, maka Kredit

Mekanisasi pertaniaan sangat diperlukan, (d) kegiatan sertifikasi tanah diperlukan sehingga

layak kredit.

Dalam rangka pengembangan komoditas maka kebijakan Kementerian Pertanian

difokuskan pada 8 hal berikut ini : (1). Bahan Makanan Pokok Nasional: Beras, Jagung,

Kedelai, Gula, Daging Unggas, Daging Sapi ‐ Kerbau, (2). Bahan Makanan Pokok Lokal:

Sagu, Jagung (NTT‐ Madura), Umbi ‐ Umbian (ubi kayu, ubi jalar), (3) Produk Pertanian

Penting Pengendali Inflasi: Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih, CPO/Minyak Goreng, (4).

Bahan Baku Industri (Konvensional): CPO, Karet, Kakao, Kopi, Susu,Ubi kayu, (5). Bahan

Baku Industri: Sorgum, Gandum, Tanaman Obat, Minyak Atsiri, (6). Produk Industri

Pertanian (Prospektif): Aneka Tepung dan Jamu, (7). Produk Energi Pertanian (prospektif):

Biodiesel, Bioetanol, Biogas, (8). Produk Pertanian Berorientasi Ekspor (prospektif): Buah

buahan (Nanas, Manggis Salak Mangga). Kambing Domba Babi Florikultura.

Kebijakan pembangunan dan pengembangan pertanian tanaman pangan kurang

memberikan porsi yang seimbang terhadap pengembangan komoditas umbi-umbian,

Page 7: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

terutama komoditas ubikayu. Hal demikian perlu mendapat perhatian yang lebih serius untuk

memperhatikan pengembangan komoditas umbi-umbian, khususnya ubikayu.

Tanaman ubikayu memiliki kemampuan yang besar untuk tumbuh dan beradaptasi untuk

menghadapi perubahan iklim global, degradasi kesuburan lahan, dan perubahan-perubahan

lingkungan yang lain. Ubikayu menjadi sumber pangan yang sangat besar dan sumber

bahan baku industri pangan, industri produk-produk turunannya, dan industri pakan ternak.

Pengembangan ubikayu masih banyak menghadapi kendala diantaranya ada anggapan

bahwa ubikayu menguras hara, merupakan usaha sampingan, belum mendapat dukungan

penuh dari pemerintah. Keterbatasan areal tanam yang subur dan tingginya persaingan

komoditas bernilai ekonomi tinggi menyebabkan pergeseran usahatani ubikayu ke lahan

sub optimal. Juga ke kawasan hutan dan perkebunan sebagai tanaman tumpangsari. Sifat

agronomis ubikayu yang tahan kering, tahan masam, toleran naungan dan dapat tumbuh di

lahan marginal harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Peningkatan permintaan ubikayu sebagai bahan baku pangan, pakan dan agroindustri

berkisar antara 30-35%/th. Hal ini harus ditangkap sebagai peluang pasar dan pemicu untuk

pengembangan sistem produksi ubikayu untuk memenuhi permintaan pasar atau kebutuhan

ubikayu di Indonesia. Th 2015, Indonesia menjadi pengimport tepung singkong > 1 juta ton.

Bagaimana peluang peningkatan pasokan domestik?. Produktivitas rata2 + 19 t/ha; Hasil

penelitian bisa mencapai lebih dari 60 t/ha. Cukup banyak petani yang berorientasi bisnis

sudah mampu pula menghasilkan singkong lebih dari 60 t/ha.

Sebagai bahan renungan atau warning perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1)

membangun sistem produksi ubikayu dalam suatu wilayah mungkin tidak sulit, (2)

membangun pasar atau sistem pasar ubikayu yang kondusif universal boleh jadi tidak

mudah, (3) membangun kepuasan produsen, pedagang perantara atau pelaku pasar,

pengubah nilai tambah produk (added value) boleh jadi tidak mudah, (4) membangun

kebijakan untuk sistem pembagian keuntungan (profit sharing) yang kondusif stabil dan

kondusif secara berkelanjutan mulai pelaku di tinggkat hulu hingga hilir boleh jafi tidak

mudah.

AGROEKOSISTEM UNTUK PENGEMBANGAN UBIKAYU

Pengembangan komoditas tentu mengacu kepada prasyarat tumbuh dari komoditas

yang akan dikembangkan. Dengan demikian akan dapat diselaraskan antara tuntutan

tanaman, kondisi sumberdaya lahan atau agroekologi, iklim, biaya, dan menejemen yang

diperlukan untuk memperoleh sukses output berupa produksinya.

SYARAT TUMBUH UBIKAYU. Sebetulnya tanaman ubi kayu dapat ditanam di mana

saja, namun akan lebih baik jika ditanam pada daerah yang sesuai dengan habitatnya atau

keinginannya untuk tumbuh baik. Secara umum syarat tumbuh tanaman ubi kayu yang

optimal adalah sebagai berikut : (a) Curah hujan, tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan

Page 8: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

baik apabila curah hujan cukup, tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan

rendah (< 500 mm), ataupun tinggi (5000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu

berkisar antara 760-1015 mm per tahun. Curah hujan terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya

serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila drainase kurang baik (b)

Suhu udara, tanaman ubi kayu menghendaki suhu antara 18o-35o. Pada suhu di bawah 10o

C pertumbuhan tanaman ubi kayu akan terhambat. (c) Kelembaban udara optimal untuk

tanaman ubi kayu antara 60-65%. (d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi

kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya. (e)

Ketinggian tempat yang baik dan ideal adalah 10 – 700 m dpl, sedangkan toleransinya

antara 10 – 1.500 m dpl. (f) Tanah, Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Pada

daerah di mana jagung dan padi tumbuh kurang baik, ubi kayu masih dapat tumbuh dengan

baik dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada waktunya.

Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis tanah Aluvial,

Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan jenis tanah Mediteran,

Grumusol dan Andosol. Tanaman ubi kayu memerlukan struktur tanah yang gembur untuk

pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah yang berat, perlu ditambahkan pupuk

organik (g) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH

ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5,

sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi pertumbuhan tanaman ketela pohon

(Anonim, 2012).

Keunggulan agronomis ubikayu yang merupakan kekuatan internal dan dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan agribisnis ubikayu adalah (1) potensi hasil tinggi, (2)

kadar pati tinggi, (3) toleran terhadap keasaman tanah dan kekeringan, (4) umur panen

fleksibel, dan (5) fleksibel dalam usahatani (Wargiono et al., 2006, dalam Suyamto dan

Wargiono, 2009). Ubikayu dapat dikembangkan baik pada lahan yang memiliki kesuburan

tinggi (lahan optimal) maupun lahan yang memiliki berbagai keterbatasan (sub-optimal).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa lahan optimal diutamakan untuk pengembangan

tanaman pangan terutama padi dan jagung. Dengan berbagai keunggulan sifat tanaman

ubikayu dapat dikembangkan pada lahan supotimal. Lahan suboptimal meliputi : : (1). Lahan

sawah tadah hujan, (2). Lahan kering iklim kering, (3). Lahan kering masam, (4). Lahan rawa

– pasang Surut, (5) Lahan perkebunan, dan (6). Lahan hutan sebagai tanaman

tumpangsari. Sistem tanam ubikayu dapat menerapkan sistem tanaman tunggal

(monocroping) atau sistem tanam tumpangsari (inter atau multiplecroping).

PERMASALAHAN DI LAHAN PASANG SURUT

Lahan pasang surut merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan

ubikayu. Meskipun demikian masih menghadapi beberapa faktor penghambat berupa fisiko-

kimia lahan. Menurut Sarwani et.al (1994) dan Adimiharja et.al (1998) bahwa hambatan

tersebut berupa genangan air (tata air), kondisi fisik lahan, tingginya kemasaman tanah,

kahat hara, adanya zat beracun (Al, Fe dan H2S), lapisan pirit, intrusi air garam dan

rendahnya kesuburan tanah. Hambatan biologis utamanya adalah gulma. Di Kalimantan

Selatan, lahan pasang surut yang banyak diusahakan untuk usahatani adalah tipe C dan D.

Notahadiprawiro dan Maas (2006) menguraikan dengan rinci tentang kendala dan prospek

pengembangan lahan pasang surut di Indonesia sebagai sentra produksi pangan. Lebih

lanjut Notohadiprawiro dan Maas (2006) menjelaskan bahwa ubikayu maupun ubijalar yang

Page 9: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

produktivitasnya di lahan pasang surut masih rendah, berpeluang untuk ditingkatkan dengan

pengelolaan secara fisik maupun kimiawi.

Luas lahan rawa di Indonesia oleh Nugroho et al. (1992) diperkirakan mencapai 33,4

juta hektar, yang terdiri dari 20,12 juta hektar lahan pasang surut dan 13,28 juta hektar

lahan lebak. Dari luasan tersebut, lahan pasang surut terdiri dari 2,07 juta hektar lahan

potensial, 6,72 juta hektar lahan sulfat masam, 10,89 juta hektar lahan gambut dan 0,44 juta

hektar lahan salin, sedangkan lahan lebak terdiri dari 4,167 juta ha lebak dangkal, 6,075 juta

ha lebak tengahan, dan 3,038 juta ha lebak dalam. Rincian luas lahan rawa menurut

wilayah disajikan pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa potensi terluas ada di pulau

Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Lahan pasang surut yang berpotensi untuk dijadikan

areal pertanian sekitar 9,53 juta hektar, tetapi yang sudah direklamasi sampai tahun 2002

sekitar 4,186 juta hektar, sedangkan lahan lebak yang dusahakan baru seluas 729.900

hektar. Dengan demikian masih tersedia areal lahan cukup luas yang dapat dikembangkan

sebagai areal pertanian khususnya tanaman pangan. Berdasarkan sifat fisiko-kimia

lahannya dan stabilitas hasilnya, maka lahan pasang surut yang berpotensi untuk dijadikan

areal tanaman kedelai adalah lahan potensial, bergambut dan sulfat masam dengan tipe

luapan B, C, dan D, sedangkan untuk lahan lebak adalah lebak dangkal dan sebagian lebak

tengahan.

Tabel 3. Luas lahan rawa menurut wilayah dan statusnya di Indonesia

Wilayah Luas lahan pasang surut (ha) Luas lahan lebak (ha)

Total 1) Potensial Direklamasi 2) Total 1) Ditanami 2)

Sumatera 7.147.200 3.927.000 2.784.100 6.079.000 413.000

Jawa & Madura 68.000 - - - -

Kalimantan 5.938.700 2.795.000 1.402.000 6.437.000 316.900

Sulawesi 371.300 - - - -

Maluku & Nustra 236.500 - - - -

Irian Jaya 6.415.400 2.808.000 - - -

Jumlah 20.192.100 9.530.000 4.186.100 1 3.283.000 729.900

- Tidak ada data

1) Sumber : Nugroho et al. (1992)

2) Sumber : Dir. Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan (1995)

Lahan tipe luapan C dan D adalah kawasan lahan rawa pasang surut, namun tidak

dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut, kawasan ini dapat juga disebut sebagai lahan

kering di kawasan lahan rawa pasang surut. Keadaan hidrologinya lebih dominan

dipengaruhi oleh curah hujan. Pada lahan tipe luapan C kedalaman air tanah berada sekitar

< 50 cm dibawah permukaan tanah, sedangkan tipe luapan D permukaan air tanah pada

kedalaman > 50 cm dibawah permukaan tanah. Untuk pengembangan ubikayu diperlukan

pengelolaan air yang sesuai dengan tipe luapannya agar tidak menimbulkan kebusukan

pada umbi.

Page 10: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Luas lahan rawa pasang surut di pulau Kalimantan (Kalimantan Selatan, Tengah dan

Barat) terdiri dari tipe luapan B berkisar 445.782 ha, tipe luapan C seluas 46.294 ha dan

tipe luapan D seluas 116 ha (Syahbuddin et al. 2012), sedangkan di Pulau Sumatera pada 4

provinsi utama meliputi Riau,Jambi, Lampung dan Sumatera Selatan terdapat tipe luapan C,

D dan B berkisar 3.703.306,4 hektar yang terdiri dari tipe C dan D seluas 2.570.318,8 ha

dan tipe luapan B seluas 1.132.987,6 hektar (Cahyana et al. 2013). Sesuai dengan

ketersediaan lahan rawa pasang surut dengan tipe luapan C dan D di Kalimantan Selatan

dan Sumatera diperkirakan luasnya mencapai 2.616.728,8 ha. Lahan ini potensial untuk

pengembangan ubikayu.

DUKUNGAN TEKNOLOGI UNTUK PENGEMBANGAN UBIKAYU

Seperti diketahui bahwa hasil ubikayu (H) merupakan resultante antara faktor genetik

(G) dengan lingkungan tumbuh (L) dan menejemen (M); dan dalam bentuk persamaan

diformulasikan sebagai H= G x L x M. Dalam rangka pengembangan sistem produksi

ubikayu, Prof. Dr. Ristono, MS mengemukakan model fungsi produksi ubikayu sebagai : P =

f(S, M, T, I, U). Adapun P adalah produksi, f adalah fungsi, S adalah sumberdaya alam, M

adalah sumberdaya manusia, T adalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), I adalah

Iman dan Taqwa, dan U adalah keuangan (Ristono dan Rastana, 2015).

Secara teknis, teknologi budidaya ubikayu dapat dirinci ada 7 (tujuh) komponen

teknologi berikut (1). Penyiapan lahan, (2). Pemilihan Varietas, (3). Penentuan jarak tanam,

(4). Pemupukan, (5). Pengendalian OPT, (6). Pengairan, dan (7). Panen. Penyiapan lahan

sangat ditentukan oleh jenis tanah, fisiko tanah (tekstur, struktur, daya simpan air, jeluk

mempan (effective depth)), sifat kimiawi tanah (pH, status hara, kadar bahan organik,

senyawa beracun), dan kesuburan hayati tanah. Penyiapan lahan dapat dilakukan dalam

bentuk bedengan (lebar 2-4 m) ataupun guludan (lebarxtinggi : 60-100cm)x(30-50 cm).

Pemilihan varietas, Indonesia memiliki cukup banyak pilihan varietas atau klon ubikayu yang

memiliki produktivitas cukup tinggi (varietas unggul), baik bersifat formal (memiliki SK

Menteri sebagai pelepasan varietas seperti dicontohkan Tabel 2 maupun varietas unggul

yang bersifat lokal yang belum memiliki SK Menteri pelepasan varietas seperti Faroka,

Sembung, Manggu, Pandemir, Cecekijo, Gajah, dll.

Tabel 2. .Varietas unggul ubi kayu yang dilepas di Indonesia sejak tahun 1978.

No Varietas Potensi Hasil (t/ha) Rasa Kadar HCN (ppm) Kadar Pati (%)

1 Adira 1 22,0 b) Tidak pahit 27,5 -

2 Adira 2 22,0 b) Agak pahit 124,5 -

3 Adira 4 35,0 b) Agak pahit 68,0 18-22

4 Malang 1 48,7 c) Tidak pahit < 40,0 -

5 Malang 2 42,0 c) Tidak pahit < 40,0 -

6 D.Hidayah 102,1 c) Tidak pahit < 40,0 25-31

7 Uji-3 35,0 c) Pahit - 20-27

8 Uji-5 38,0 c) Pahit - 19-30

9 Malang-4 39,7 b) Pahit >100 25-32

10 Malang-6 36,4 b) Pahit >100 25-32

11 Litbang UK-2 60,40 Tidak pahit < 40,0 17–31

12 Agritan 41,84 Tidak pahit 2,01%bk 19,92

Page 11: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Sumber: Balitkabi (2016); Mejaya dkk (2015); Hermanto dkk (2009); Suhartina (2005).

Keterangan: a) Hasil dalam bentuk umbi segar, b) Hasil rata-rata dari uji multilokasi.

c) Hasil tertinggi pada uji multilokasi.

Jarak tanam yang dipilih tergantung pada sifat genetik ubikayu (tipe tumbuh langsing

atau gemuk atau rimbun). Ubikayu yang rimbun tentu menghendaki jarak tanam yang lebih

lebar. Jarak tanam berkisar antar baris xdalam baris antara 60-125 cm) x (60-125 cm).

Pemupukan ditentukan oleh tingkat kesuburan tanah, daya hasil ubikayu, target produksi

dan biaya yang tersedia. Pemupukan dapat digunakan pupuk organik, antara lain pupuk

kandang kotoran ternak dan pupuk kompos. Pupuk anorganik dapat berupa pupuk tunggal

seperti urea, ZA, SP36, KCl atau penggunaan pupuk lengkap seperti Phonska (NPK).

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit,

pemangkasan atau pruning, dsb. Budidaya ubikayu dapat dilakukan secara konvensional,

setengah mekanisasi maupun mekanisasi penuh. Cara mekanisasi penuh umumnya

dilakukan pada skala perusahaan. Pengendalian organisme pengganggu tanaman meliputi

gulma, hama dan penyakit. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis (disiang),

maupun dengan menggunakan herbisida. Pengendalian hama dan penyakit menggunakan

pestisida kimia amupun bio-pestisida. Pengairan disesuaikan dengan tipe lahan dan iklim.

Panen ditentukan oleh umur varietas dan kebutuhan ekonomi produsennya, ubikayu

berumur genjah dapat di[panen umur 6 bulan dan yang normal antara umur 8-12 bulan.

Di lapangan tersedia varietas unggul lokal yang belum bernomor pelepasan tetapi

memiliki potensi hasil yang tinggi antara lain : Faroka, Sembung, Manggu, Kaspro, Cecek

ijo, Gajah, dll. Sebagai kekayaan intelektual seharusnya sumberdaya genetik ini segera

diproses untuk memberikan perlindungan atas hal-hal yang tidak diinginkan. Percobaan

pemupukan beberapa varietas unggul ubikayu pada tanah Alfisol Malang Selatan dapat

mencapai hasil 60-120 t/ha umbi segar (Tabel 3).

Tabel 3 . Hasil umbi segar beberapa klon ubikayu di Alfisol Malang Selatan

Klon Ubikayu Jumlah umbi Berat umbi Hasil umbi Kadar Pati

Besar Kecil (kg/tan) (t/ha) (%)

Cecek ijo 12 5 12,0 87,0 22,5

Uji-5 9 9 9,0 65,0 21,4

Adira-4 9 6 9,0 64,0 18,5

Sembung 10 5 9,0 87,0 23,2

Malang-6 9 8 11,0 80,0 18,9

Malang-6 *) 13 0 20 116 20

Sembung*) 11 6 19 120 21

Catatan *) Pengelolaan petani dengan input tinggi

Percobaan pemupukan ubikayu dengan menggunakan varietas unggul pada tanah

Ultisol di Lampung dapat mencapai produktivitas 40-60 t/ha. Tanah Ultisol di Lampung

umumnya adalah tanah masam dengan pH antara 4,5 -5,5, kisaran hasil ubikayu yang

dicapai 45-59 t/ha (Tabel 4). Teknologi budidaya ubikayu bersifat dinamis. Ragam teknologi

budidaya ubikayu dapat disusun menurut ragam agroekologi, ragam varietas atau klon, dan

ragam pengelolaan (menejemen) budidaya ubikayu. Paket teknologi budidaya ubikayu terdiri

atas komponen-komponen teknologi, mulai dari penyiapan lahan, pemilihan varietas,

pengaturan jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan, pengairan, pengendalian organisme

Page 12: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

pengganggu tanaman (OPT), dan panen. Masing-masing komponen teknologi dapat

bervariasi sesuai dengan kondisi abiotik dan biotik lokasi di mana ubikayu akan

dikembangkan. Penyiapan lahan meliputi pengolahan tanah dan pengguludan atau

pembuatan bedengan dengan ukuran yang beragam.

Tabel 4: Hasil ubikayu di Natar Lampung Selatan dan Sulusuban Lampung Tengah

Kloon Ubikayu Jumlah Berat umbi Hasil umbi Kadar Pati (%)

Besar Kecil (kg/tan) (t/ha)

Natar, Lampung

OMM 9908-4 6.0 5,0 7,40 51,03 20,0

Malang-6 10,0 1,0 5,60 55,03 21,0

UJ-5 11,0 3,0 4,20 46,60 22,7

Sulusuban

Adira-4 9,0 3,0 4,34 59,4 23,0

Kaspro 7,8 2,4 4,80 56,6 22,0

UJ-5 7,0 3,5 4,60 49,8 23,2

Berdasarkan referensi baik dari hasil penelitian maupun testimoni lapangan maka

dapat diinventarisasi ragam teknologi budidaya ubikayu yang dapat digunakan sebagai

bahan acuan untuk praktek pengembangan sistem produksi ubikayu sesuai dengan ciri

spesifik agroekologinya dapat dicontohkan pada Tabel 5.

Tabel 5 . Ragam teknologi budidaya ubikayu di lapangan dan Balitkabi

Komponen input

Teknologi budidaya ubikayu

Tradisional Adaptif PT Medco Lampung

Referensi Yanto (2013)

Balitkabi (standard)

Balitkabi (inovatif)

Penyiapan lahan

Olah tanah (2x bajak)

Olah tanah (2x bajak)

Olah tanah (2x bajak)

Olah tanah (2x bajak)

Olah tanah (2x bajak)

Olah tanah (2x bajak)

Jarak Gulud 80-125 80-125 80-125 80-125 80-125 80-125

Ukuran Gulud (lxt)

(50-80)x(40-60)

(50-80)x(40-60)

(50-80)x(40-60)

(50-80)x(40-60)

(50-80)x(40-60)

(50-80)x(40-60)

Jarak tanam (cm)

125x100 125x100 100 x 80 (80-100) x(70-80)

(80-120) x (80x100)

Varietas MLG-6, Sembung

Ml-4, Sembung, Adira-4, Cecek Ijo

Kaspro, Cecek Ijo, Faroka, OMM 9908-4, UJ-5, Adira4, Mlng-4, Malang-6

Lokal-Unggul

VUB VUB : Malang 4, Malang 6, UJ 5, Litbang UK2,

Waktu tanam Oktober Oktober Oktober Oktober Oktober Oktober

Amelioran *) - - - - v v

Urea (kg/ha 0-600 300 500 100-150 200 300

SP36(kg/ha) 0-200 0-100 100 100 100 150

KCl (kg/ha) 0-100 0-100 100-150 100 150-250

Phonska(kg/ha) 200 300 300 200-400

P.kandang(t/ha) 10 10 5 5-10 5-10

PPC-ZPT v v v v

Page 13: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Herbisida (l/ha) 4 2-5 2-5

Penyiangan 2x 2x 2x 2x 2x 2x

Pembumbunan 2x 2x 1x 2x 2x 2x

Hasil (t/ha) 80-100 20-40 40-60 15-20 30-40 60-90

Catatan *) Amelioran (dolomit, kaptan) lebih baik diberikan pada lahan2 masam dengan takaran

300-500 kg/ha; Rekomendasi nasional N,P,K : 200 Urea +100 SP35 +100 KCl kg/ha; inovasi :

inovasi kg NPK/ha = 300 Urea + 200 SP36 + 300 KCl + PPC +500 kg Dolomit (input tinggi) );

v= Perendaman stek bibit menggunakan hormone auksin (pemacu akar), sitokinin (pemacu

tunas baru) dan giberilin (pembesaran) juga sangat bagus dilakukan sebelum stek ditanam.

Tabel 6. Alternatif teknologi budidaya ubikayu lahan pasang surut

No Uraian Teknologi budidaya

T 1

(Cek)

T2

(Rekomtek

Nas)

T 3

(Sedang)

T4

(Tinggi)

1 Persiapan lahan

Olah Tanah 1) OT OT OT OT

Gulud 2) lxt :50

cmx(30-40) cm

G G G G

2 Dolomit (kg/ha) 0 - 500 750

3 Pupuk NPK 3)

(kg/ha)

200-100-

100

250-200-240 300-200-300

4 Jarak tanam (m) 1 x (60-

80 cm)

1 x 1 1 x 1 1 x 1

5 Penyiangan -

Pendangiran 2 x 4)

v

v v v

6 Pengendalian OPT x v v v

7 PPC-ZPT - - v v

8 Panen 5) konv konv konv konv

Catatan :

1). OT = olah tanah; 2). G = gulud; 3). NPK = N - P2O5 - K2O = 15-15-15; 4) penyiangan

dua kali pada umur 2 dan 4 bulan setelah tanam; 5) konv = cara panen konvensional

Page 14: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Percobaan uji teknologi budidaya dilakukan di daerah pasang surut kecamatan

Wanaraya kabupaten Barito Kuala disajikan pada Tabel 7-9. Perbedaan varietas

menunjukkan perbedaan tingkat produktivitas hasil umbi. Sedangkan perbedaan perlakuan

tingkat pemberian pupuk tidak terlihat memberikan pengaruh peningkatan produktivitas hasil

umbi. Hal ini disebabkan serapan pupuk yang diberikan belum terjadi secara optimal atau

bahkan tidak maksimal. Kondisi demikian diakibatkan oleh masa tanam ubikayu sudah

terlambat, yaitru pada akhir bulan Februari 2015, masa tanam optimal adalah pada awal

musim hujan (bulan oktober-Nopember 2014). Oleh karena itu kehil;angan masa efektif

untuk pertumbuhan vegetatif sekitar 4 bulan. Sebagai koinsekuensi teknis maka pupuk yang

diberikan tidak bisa larut sempurna, terbukti pada saat panen masih cukup banyak pupuk

yang belum larut. Sesuai dengan kondisi iklim pada tahun 2015, curah hujan sudah mulai

berkurang setelah melampaui bulann Mei 2015. Dalam pada itu, kondisi kelengasan tanah

tidak kondusif untuk melarutkan pupuk hingga sempurna pada periode bulan Mei–Oktober

2015. Varietas yang dikenalkan (CMM 2048-6, Ketan Jabung) untuk daerah pasang surut

memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari varietas unggul lokal (Kristal). Namun demikian

petani kurang menyukainya rasanya.

Tabel 7. Hasil umbi percobaan uji teknologi budidaya ubikayu di Simpangjaya dan Sidomulyo kecamata Wanaraya, Kabupaten Barito Koala MT 2015

Perlkn Hasil ubi t/ha Hasil ubi t/ha

Simpangjaya Sidomulyo

Varietas T1 T2 T3 Rata2 T1 T2 T3 Rata2

CMM 2048-6 35,42 37,50 37,08 36,67 a 30,39 30,50 32,18 31,03ab

Ketan (Jabung) 30,83 33,75 32,67 32,42 b 33,70 33,11 33,48 33,43 a

Kristal (lokal) 26,46 35,00 33,75 31,74 b 24,04 27,78 23,29 25,04 b

Rata2 30,90 35,42 34,50 29,38 30,46 29,65

Keterangan : (P1) rekomendasi setempat (90 kg N/ha), (P2) rekomendasi nasional (200 – 100 – 100

= Urea-SP36-KCl), dan (P3) inovasi (112,5 kg N + 108 kg P2O5 + 120 kg K2O) + PPC-

ZPT + 300 kg/ha dolomit

Gambaran mengenai kadar pati umbi dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8.

Berdasarkan hasil penetapan kadar pati dari tiga varietas yang dicoba CMM 2048-6, Ketan

Jabung dan Kristal berturut-turut adalah 18,10%; 17,94%; 18,75% untuk lokasi Simpang

Jaya, dan 18,54%; 18,48%; 19,47% untuk lokasi Sidomulyo. Secara umum varietas unggul

lokal Kristal memiliki kadar pati lebih tinggi dibandingkan CMM 2048-6 dan Ketan Jabung.

Perlakuan peningkatan pemberian pupuk tidak menunjukkan peningkatan kadar pati pada

umbi, baik pada varietas CMM 20148-6, Ketan Jabung maupun Kristal.

Tabel 8. Kadar pati umbi percobaan uji teknologi budidaya ubikayu di Simpangjaya dan Sidomulyo kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Koala MT 2015

Perlkn Kadar pati (%) Kadar pati (%)

Page 15: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Simpang Jaya Sidomulyo

Varietas T1 T2 T3 Rata2 T1 T2 T3 Rata2

CMM 2048-6 17,47 17,26 19.56 18,10 19,07 18,39 18,15 18,54 b

Ketan (Jabung) 17,01 17,96 18,85 17,94 18,17 18,62 18,65 18,48 b

Kristal (lokal) 18,16 19,07 18,62 18,75 20,48 20,51 19,52 20,17 a

Rata2 17,55 18,20 19,01 19,24 19,17 18,77

Keterangan : (T1) rekomendasi setempat (90 kg N/ha), (T2) rekomendasi nasional (200 kg Urea+100

kg SP 36+100 kg KCl/ha), dan (T3) inovasi (112,5 kg N + 108 kg P2O5 + 120 kg K2O) +

PPC-ZPT + 300 kg/ha dolomit

Ubikayu varietas Gajah dan Mentega yang dibawa dari Jawa memiliki daya adaptasi

cukup baik pada lahan pasang surut tipe D di Desa Kolam Makmur dan Sidomulyo,

kecamatan Wanaraya, Barito Kuala Kalimantan Selatan. Varietas Gajah dan Mentega

memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul lokal Kristal.

Produktivitas rata-rata ubikayu Gajah pada dua lokasi tersebut dapat mencapai 33,84 –

38,28 t/ha, sedang varietas Mentega dapat mencapai 30,17 - 35,16 t/ha, serta varietas

Kristal mencapai 24,74 – 27,93 t/ha. Produktivitas ubikayu varietas Gajah, Mentega berturut-

turut 36,95% dan 24,04% lebih tinggi dibandingkan varietas unggul lokal Kristal. Ubikayu

sebenarnya termasuk tanaman yang tanggap terhadap pemupukan. Hasil percobaan pada

dua lokasi menunjukkan bahwa peningkatan pemberian pupuk lebih dari 200 + 100 + 100 kg

NPK/ha sudah tidak meningkatkan hasil secara nyata. Peningkatan pemberian pupuk

disertai dengan penambahan dolomit juga tidak meningkatkan hasil secara nyata (Tabel 9

dan 10). Peningkatan pemberian pupuk pada takaran 250+200+240 kg NPK +300 kg

dolomit/ha pada lokasi Sidomulyo masih memberikan peningkatan hasil ubikayu sebesar

29,17% (Tabel 10).

Tabel 9. Data agronomis uji teknologi budidaya ubikayu di lokasi Kolam Makmur, Wanaraya,

Barito Kuala, 20 Oktober 2016

Perlakuan Hasil (t/ha) Kadar Pati (%)

Berat Trubus (t/ha)

Tinggi tan saat panen (cm)

Var. Gajah 33,84 a 15,09 a 3,59 x7600 263,10 a

Var. Mentega 35,16 a 15,87 a 2,11 243,48 a

Var. Kristal 24,74 b 15,73 a 2,11 244,40 a

T1 = Kontrol 24,55 b 17,36 a 2,34 224,58 a

T2 31,24 a 13,82 a 2,27 243,42 a

T3 33,67 a 14,37 a 2,41 268,87 a

T4 35,51 a 16,71 a 3,39 264,44 a

Keterangan : T1= kontrol (0 kg/ha); T2 NPK kg/ha = 200-100-100; T3 NPK+Dolomit kg/ha=250-200-240 +300; T4 NPK+Dolomit kg/ha = 300-200-300+500.

Sumber : Sudaryono dkk. 2016

Tabel 10 . Data agronomis uji teknologi budidaya ubikayu di lokasi Sidomulyo, Wanaraya,

Barito Kuala,, 20 Oktober 2016

Perlakuan Hasil (t/ha) Kadar Pati (%) Berat Tinggi tan saat panen

Page 16: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Trubus (t/ha)

(cm)

Var. Gajah 38,28 a 16,67 b 15,54 a 299,10 a

Var. Mentega 30,17 b 18,87 a 7,45 c 193,17 c

Var. Kristal 27,93 b 17,13 b 9,50 b 224,55 b

T1 = Kontrol 19,73 c 17,26 a 5,61 c 196,33 c

T2 29,85 b 18,66 a 9,06 b 230,11 b

T3 38,56 a 17,28 a 13,3 a 259,87 a

T4 40,38 a 17,04 a 15,26 a 269,44 a

Keterangan : T1= kontrol (0 kg/ha); T2 NPK kg/ha = 200-100-100; T3 NPK+Dolomit kg/ha=250-200-240 +300; T4 NPK+Dolomit kg/ha = 300-200-300+500.

Sumber : Sudaryono dkk. 2016

Dalam rangka mencapai hasil maksimal telah dilakukan penelitian penggunaan pupuk cair

(PPC) dan zat perangsang tumbuh (ZPT). Pemberian ZPT Auxin + Cytokinin dapat

meningkatkan hasil 31,11% di Kolan Makmur dan 4,37% di Sidomulyo dibandingkan

dengan tanpa pemberian ZPT (Tabel 11).

Tabel 11 . Data pengamatan saat panen ubikayu di lokasi Kolam Makmur dan Sidomulyo,

Wanaraya, Barito Kuala, 21 Oktober 2016

Perlakuan

Lokasi percobaan

Pupuk Kolam Makmur, Wanaraya, Kalsel Sidomulyo, Wanaraya, Kalsel

Hasil (t/ha)

Pati (%)

Trubus (t/ha)

Tt panen (cm)

Hasil (t/ha)

Pati (%)

Trubus (t/ha)

Tt panen (cm)

a. b. c.

25,98a 27,83a 22,68a

11,82a 14,89a 14,93a

11,42a 12,41a 11,05a

238,82a 255,73a 242,82a

25,40b 27,49ab 30,66a

15,74a 16,63a 17,59a

8,18b 9,24b 11,45a

231,33a 238,50a 249,83a

Hormon: 1.Tanpa 2.Gibrelin 3.Auxin +

Cytokinin 4.Auxin +

Cytokinin +Gibrelin

23,08a 23,24a 30,26a 25,40a

14.30a 15,23a 12,10a 13,88a

8,90b 10,35b 14,79a 12,46ab

224,18a 234,98a 273,33a 259,67a

27,94a 27,34a 29,16a 26,92a

16,65a 18,00a 15,51a 16,45a

9,97a 9,07a 10,32a 9,14a

235,78a 235,78a 248,67a 239,33a

Keterangan : Pupuk: (kg N + kg P2O5 + kg K2O/ha) : a. 90 + 54 + 90; b.112,5 + 72 + 120 + 300

Dolomit; c.135 + 108 + 150 + 300 Dolomit; Hormon: 1.Tanpa hormone; 2.Gibrelin;

3.Auxin + Cytokinin; 4.Auxin +Cytokinin +Gibrelin. Sumber : Sudaryono dkk. 2016

Aspek Sosek Usahatani ubikayu di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan

Karakteristik Umum Petani ubikayu Desa Sidomulyo dan Desa Kolam Makmur,

Wanaraya, Barito Koala. Petani yang berusahatani ubikayu di Desa Sidomulyo dan Desa

Simpangjaya, masih tergolong umur produktif. Artinya petani yang masih produktif umurnya,

dalam melaksanakan kegiatan usahataninya dapat ditentukan kualitasnya. Rata-rata umur

petani di Desa Sidomulyo dan Desa Kolam Makmur, masing-masing 45 thn dan 43 tahun.

Page 17: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Tingkat pendidikan petani juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan

merupakan salah satu indikator dalam pengambilan keputusan dan kualitas kerjanya,

khususnya dalam mengadopsi inovasi teknologi pertanian dan tehnik budidaya

usahataninya. Dan yang pasti akan berpengaruh pada pola pikir petani. Rata-rata

pendidikan formal yang dicapai selama 8 tahun, atau antara Sekolah Dasar hingga Sekolah

Menengah Pertama. Petani Desa Sidomulyo lebih berpengalaman dalam berusahatani

ubikayu daripada Desa Kolam Makmur, masing-masing berkisar antara 11 thn dan 12,6 thn.

Dengan rata-rata luas garapan seluas 0,5 ha. Untuk melihat kisaran dan rata- rata umur,

pendidikan, pengalaman dan luas garapan ubikayu responden ubikayu di Desa Sidomulyo

dan Desa Kolam Makmur dapat terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Keragaan karakteristik petani ubikayu Desa Sidomulyo dan Simpangjaya, Barito Koala, 2015

No Uraian Lokasi

Desa Sidomulyo Desa Simpangjaya

Kisaran Rataan Kisaran Rataan

n = 30 n = 30

1 Umur petani (thn) 25 - 65 45 25 - 63 43

2 Pendidikan formal (thn) 6 - 12 7,8 6 - 12 7,7

3 Pengalaman (thn) 5 - 25 11 2 -21 12,6

4 Luas garapan ubikayu (ha) 0,25- 1.0 0,5 0,03 – 1 0,5

Analisis Usahatani ubikayu

Pada umumnya petani di Desa Sidomulyo dan Desa Simpangjaya memproduksi bibit

ubikayu sendiri dan membeli ke sesama petani, varietas yang banyak dipergunakan adalah

varietas Kristal. Menurut petani, varietas tersebut merupaka varietas lokal, yang produksinya

cukup tinggi, dengan daging umbi berwarna putih dan rasa enak.

Petani Desa Sidomulyo, pada umumnya mengusahakan ubikayu dengan cara yang

sederhana, dilakukan tanpa pemupukan. Biaya yang diperlukan hanya untuk penyediaan

tenaga kerja dengan toal biaya produksi sebesar Rp5.260.000/ha (Tabel 13). Namun

demikian, petani masih bisa menerima keuntungan sebesar Rp 6.990.000/ha. Sedangkan

petani Kolam Makmurmenggunakan 400 kg/ha Phonska dan Dolomit 400 kg/ha, total biaya

input dengan pembelian biibit ubikayu sebesar Rp2.120.000/ha. petani masih bisa menerima

keuntungan sebesar Rp 19.780.000/ha (Tabel 14).

Tabel 13 . Analisis usahatani ubikayu di tingkat petani Desa Sidomulyo, Wanaraya, Barito

Koala Uraian satuan Jumlah Harga Nilai

Page 18: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Satuan (Rp/ha)

Input :

Bibit stek 18,000 50 900,000

Herbisida liter 4 65,000 260,000

Total biaya input Rp/ha 1,160,000

Tenaga kerja :

Olah tanah 40 50,000 2,000,000

Buat guludan 20 50,000 1,000,000

Tanam 12 50,000 600,000

Penyiangan 10 50,000 500,000

Total biaya tenaga kerja Rp/ha 4,100,000

Total biaya Rp/ha 5,260,000

Hasil :

Total hasil kg 7,000

Harga rp/kg 1,750

Penerimaan rp/ha 12,250,000

Keuntungan rp/ha 6,990,000

Tabel 14. Analisis usahatani ubikayu di tingkat petani Desa Kolam Makmur, Wanaraya, Barito Koala Uraian satuan Jumlah Harga Nilai

Satuan (Rp/ha)

Input :

Bibit stek 16,000 50 800,000

Pupuk :

Phonska kg 400 2,500 1,000,000

Dolomit kg 400 800 320,000

Total biaya input Rp/ha 2,120,000

Tenaga kerja :

Olah tanah 40 50,000 2,000,000

Buat guludan 20 50,000 1,000,000

Tanam 12 50,000 600,000

Page 19: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Penyiangan 10 50,000 500,000

Total biaya tenaga kerja Rp/ha 4,100,000

Total biaya Rp/ha 6,220,000

Hasil :

Total hasil kg 13,000

Harga rp/kg 2,000

Penerimaan rp/ha 26,000,000

Keuntungan rp/ha 19,780,000

KESIMPULAN

Berdasarkan gambaran tersebut di atas dan potensi pertanian yang tersedia di

Indonesia maka dapat dirumuskan beberapa butir kesimpulan sebagai berikut :

1. Ubikayu memliki peluang dan peran yang besar dan strategis untuk mendukung

ketahanan pangan nasional di masa depan.

2. Pengembangan sistem produksi ubikayu terbuka sangat luas baik dari aspek luas

lahan maupun pasar.

3. Ketersediaan varietas unggul ubikayu cukup banyak.

4. Teknologi pendukung pengembangan ubikayu tersedia cukup.

5. Pengembangan agribisnis ubikayu akan menciptakan multiplier effect lini-lini

agribisnis yang sinergis dan berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Budidaya Ubikayu. Sumber: http://www.facebook.com/groups/asosiasipepayaindonesia/doc/240916099311393/.

Anonim 2013. Impor tepung singkong diproyeksi capai 1 juta ton; http://industri.kontan.co.id/news/impor-tepung-singkong-diproyeksi-capai-1-juta-ton

Anonim. 2016a. Strategi Budidaya Singkong Gajah Memaksimalkan Panenan Singkong Gajah Hingga 137 Ton Per Ha. http://www.kompasiana.com/tunasgaharu/strategi-budidaya-singkong-gajah-memaksimalkan-panenan-singkong-gajah-hingga-137-ton-per-ha_5529ae01f17e614d17d623be

Anonim. 2016b. Cara Jitu Budidaya Singkong Gajah. http://ayselalver.blogspot.co.id/2016/01/cara-jitu-budidaya-singkong-gajah.html

Page 20: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Anonim. 2016c . Singkong Gajah yang Kini Menjanjikan.

http://radarmadura.jawapos.com/read/2016/05/04/1234/singkong-gajah-yang-kini-

menjanjikan. Rabu, 04 Mei 2016 23:18.

Anonim. 2016d. LPER Panen Raya Singkong Gajah dengan UMKM Wonogiri.

http://batam.tribunnews.com/2015/09/22/lper-panen-raya-singkong-gajah-dengan-

umkm-wonogiri.

Balitkabi. 2016. Deskripsi Varietas Unggul aneka kacang dan umbi. Cetakan ke 8. Balai

Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Jl. Raya Kendalpayak Malang 65101.

Cahyana, D., Mawardi dan I. Khairullah. 2013. Pemetaan lahan rawa dengan metode digital

soil mapping. Laporan Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2013. Balai Penelitian

Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru.

BPS. 1993-2005. Luas panen, produktivitas, dan produksi ubikayu di Indonesia. BPS

Jakarta.

Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan. 1995. Luas penggunaan lahan

rawa pasang surut, lebak, polder dan rawa lainnya di tujuh propinsi. Dirjen Tanaman

Pangan dan Hortikultura. Departemen Pertanian. Jakarta.

Maipah. 2015. Luar Biasa, Keuntungan Singkong Gajah Capai Rp 40 Juta Lebih.

http://kaltim.tribunnews.com/2015/03/12/luar-biasa-keuntungan-singkong-gajah-capai-

rp-40-juta-lebih. TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA.

Mejaya MJ, R.H Praptana, NA Subekti, M Agil, A.Mussadad, dan F Z Putri. 2015. Diskripsi

Varietas Unggul Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor. 149 h.

Nugroho, K., Alkasuma, Paidi, W. Wahidin, Abdulrachman, H. Suharjo, dan IPG Widjaja

Adhi. 1992. Peta areal potensial untuk pengembangan pertanian lahan pasang surut,

rawa dan pantai. Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan. Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat, Bogor, Indonesia.

Hermanto, D. Sadikin W, dan E. Hikmat. 2009. Deskripsi Varietas Unggul Palawija.

Puslitbangtan Bogor330 h.

Ristono dan Erwien Rastana. 2015. Singkong Gajah Berjuang. Cetakan ke 3. 127 hal.

Februari 2015.

Sudaryono, Sutrisno, dan Nila Prasetyaswati. 2015. Perakitan teknologi PTT ubikayu lahan

pasang surut dan lahan kering Kalimantan Selatan. Laporan Teknis Penelitian TA

2015. Balitkabi

Sudaryono, Sutrisno, Sri Wahyuningsih, dan Nila Prasetyaswati. 2016. Teknologi produksi

ubikayu di lahan pasang surut Kalimantan Selatan. Laporan Teknis Penelitian TA

2016. Balitkabi

Suhendra . 2015. Ini yang Bikin RI Rajin Impor Singkong Tiap Tahun;

http://finance.detik.com/read/2015/06/09/143424/2937423/4/ini-yang-bikin-ri-rajin-

impor-singkong-tiap-tahun detikfinance

Page 21: TEKNOLOGI PRODUKSI UBIKAYU DI LAHAN PASANG …pangan.litbang.pertanian.go.id/files/seminar/2017/Teknologi... · Kendala yang dihadapi antara lain, ... Ketersediaan varietas unggul

Suyamto dan Wargiono. 2009. Kebijakan pengembangan agribisnis ubikayu. Hal : 3-42.

Dalam : Wargiono dkk (Penyunting). Ubikayu. Inovasi Teknologi dan Kebijakan

Pengembangan. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan.

Syahbuddin,H. et al. 2012. Kalender tanam rawa. Sistem Informasi Kalender Tanam terpadu

(Peta) Menurut Informasi Waktu Tanam Padi Terbaik (Pulau kalimantan). Laporan

Hasil Penelitian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Wargiono, J., Solihin, T Sundari, dan Kartika. 2009. Fisiologi dan Sejarah Penyebaran. Hal :

45-67. Dalam : Wargiono dkk (Penyunting). Ubikayu. Inovasi Teknologi dan Kebijakan

Pengembangan. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan.

Yanto, Heriyanto. 2013. Budidaya Ubikayu. http://heryantos.blogspot.co.id/

2013/04/makalah-budidaya-ubi-kayu-manihot.html